iv-ikgm iii_epidemiologi ked. gigi_13 maret 2012

101
EPIDEMIOLOGI KEDOKTERAN GIGI oleh : Hanindio Soelarso 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 1stQ tr 2nd Q tr 3rd Q tr 4th Q tr East W est North

Upload: dimaz-iman

Post on 21-Jan-2016

109 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

EPIDEMIOLOGI IKGM

TRANSCRIPT

Page 1: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

EPIDEMIOLOGIKEDOKTERAN GIGI

oleh : Hanindio Soelarso

010

20

3040

50

60

7080

90

1st Qtr 2nd Qtr 3rd Qtr 4th Qtr

East

West

North

Page 2: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

1. BATASAN EPIDEMIOLOGI.

Arti : Ilmu yg mempelajari tentang Frekwensi, Distribusi, dan penyebaran masalah kesehatan masalah kesehatan pada “sekelompok orang”, serta berbagai faktor yg mempengaruhinya.

• Dahulu : Masalah kesehatan selalu berhubungan dgn penyakit Infeksi/ penyakit menular ; “infectious and communicable Desease”.

Anggapan: Masalah kesehatan dgn frekewensi tinggi dan menyebar luas : adalah penyakit infeksi/ menular.

Page 3: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• Perkembangan selanjutnya :

Masalah kesehatan juga melibatkan penyakit

non infeksi/ tdk menular, ttp penyebarannya tinggi.

Contoh: Kanker, Diabetes mellitus, Tekanan darah

tinggi dan lain2.

Sekarang : Ruang lingkup Epidemiologi berkembang

kpd fenomena yg menyebabkan masalah

kesehatan dan penyakit pd kelompok orang

Contoh : Keluarga berencana, Lingkungan hidup

Kondisi geografis dan lain2.

Page 4: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• CIRI KHAS PENDEKATAN EPIDEMIOLOGI

- Populasi

- Frekwensi

Mempelajari - Distribusi

- Faktor sebab akibat

- Paparan (exposure)

- Faktor resiko

Page 5: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• Faktor resiko (Risk factor) Adalah : Probabilitas terjadinya fenomena yg berhubungan dgn terjadinya masalah

kesehatan pd kelompok orang (populasi)

Contoh: berapa kemungkinan kelompok orang dgn tumpatan berbeda jenis thd timbulnya arus galvanis sebagai penyebab kelainan/ penyakit periodontal

Page 6: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• Pemaparan (exposure) Adalah (populasi) yg kontak dgn suatu kondisi yg

tdk normal secara kontinue (kumulatif), miss; dgn lingkungan kimia, fisik/ biologis ini tergantung pd: frekwensi, kontinuitas dan faktor resiko Contoh: - Terpapar sinar matahari > kanker kulit - Terpapar oleh bhn kimia tertentu miss: Logam berat pada ikan > penyakit minimata Timbal (Pb) pd makanan kaleng > Autisme Asam Glutamat (penyedap masakan) > Otak

Page 7: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

MEMPELAJARI FENOMENA KESEHATAN

1. Mendiskripsikan Frekwensi, Distribusi,

(Penyebaran) masalah kesehatan pd suatu

Populasi, disebut : Epidemiologi diskriptif.

Tujuan: - apa (what)

- mengetahui siapa (who)

- dimana (where)

- kapan (when)

2. Menelusuri faktor penyebab, hubungan,

akibat dari masalah kesehatan (why),

disebut : Epidemiologi analitik.

Page 8: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• Epidemiologi Diskriptif Adalah : pendekatan Epidemiologi yg

menggambarkan kondisi (masalah) kesehatan pd suatu populasi secara diskriptif melalui

survey atau observasi klinik tentang ; siapa, kapan, dimana masalah kesehatan tsb terjadi.

Epidemiologi Analitik. Adalah : pendekatan epidemiologi yg mempe- lajari faktor sebab dan akibat, mengapa (why) masalah kesehatan timbul pd suatu populasi

Page 9: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• Konsep dasar timbulnya mslh. Kesehatan Ada 3 batasan : 1. Penyakit adlh, kegagalan mekanisme adaptasi suatu organisme utk bereaksi thd rangsangan/ tekanan dr luar dirinya, lalu timbul gangguan fungsi/ struktur organisme dlm tubuh (Gold medical dictionary) 2. Penyakit ; suatu keadaan dimana proses kehidupan menjadi tdk teratur/ terganggu. Ketidak teraturan ini meliputi durasi (kecepatan/ lambat, sering/ jarang. (Van Dale’s Groot Woorden- boek der Nederlanse Tall) 3. Penyakit ; bukan hanya kelainan yg dpt dilihat (visual) tapi juga yg tdk terlihat dlm organ tubuh. (Arrest Hof te Amsterdam)

Page 10: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• Kesimpulan :

Dari ke 3 batasan tsb: “ Penyakit/ mslh kese-

hatan adlh: keadaan dimana terjadi gangguan

fungsi dan struktur organ tubuh sehingga

berada dalam keadaan tidak normal”

Page 11: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• Konsep sakit :

Penyakit tdk sama dgn rasa sakit, karena ;

- penyakit bersifat obyektif

- rasa sakit bersifat subyektif

Epidemiologi mempelajari penyakit,

bukan rasa sakit.

Page 12: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• VARIABEL MASALAH KESEHATAN Variabel mslh.kesehatan dlm Epid. Diskriptif, ciri2:

1. Orang (man/ person). - Usia/ kel. umur : - rampant karies > anak2. - Jenis kelamin : - gangguan hormonal - Status sos.ekonomi : - penyakit kurang gizi - penyakit lepra 2. Tempat (place). - geografis : - daerah pesisir = peny. Periodontal - pegunungan = gondok endemis 3. Waktu (time/ season) : - masa inkubasi - penyakit hub. dgn musim diarhea, DHF dll

Page 13: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

FAKTOR2 PENYEBAB MASALAH KESEHATAN

1. Gordon & Le Richt : “ the Epidemiologic Triangle”

Host

agent environment

host agent agent

environment host

environment

Page 14: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

Menurut Gordon & Le Richt

3 faktor utama penyebab masalah kesehatan

1. Host > faktor genetik (endogen), usia, kelamin,

status pernikahan, pekerjaan, perilaku

2. Agent > golongan nutrient, kimia, fisik, mekanik

dan mikro organisme

3. Environment > lingkungan fisik dan psikologis

Page 15: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

2. The Web of Causation.

Timbulnya masalah kesehatan o.k. banyak faktor

“Multiple causation of desease”, satu dgn yg lain

saling berpengaruh.

faktor (a)

faktor (f)

faktor (b) faktor (x)

faktor (g)

faktor (c)

faktor (h) Desease

faktor (d)

faktor (i) faktor (y)

faktor (e)

faktor (j)

Page 16: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

3. The Wheel of causation.

lingk. Fisik lingk. Sosial

Host

lingk. Biologis

Konsep ini menjelaskan > faktor lingkungan sangat berperan thd timbulnya masalah kesehatan

hInti genetik

Page 17: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• Konsep wheel > lbh berfokus pd :

1. Hubungan manusia dgn lingkungan hidup Jadi besarnya masing2 faktor lingk. tergantung pd jenis penyakit yg bersangkutan, contoh : - Stress mental: peranan lingk. Sosial > dpd yg lain - Sunburn desease: peranan lingk. Fisik > dpd yg lain - Vector borne desease: peranan lingk. Biologis besar 2. Hubungan fakt. Keturunan dgn inti genetik besar, bhw penyakit itu menurun, contoh; Kanker payudara secara genetik punya (faktor resiko) menurun. Disini fakt. Agent, bukan menjadi prioritas sbg penyebab

timbulnya penyakit

Page 18: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• PENYAKIT DAN DIAGNOSIS.

Untuk mengetahui gambaran timbulnya penyakit pd

suatu populasi adl; Menentukan kelompok mana yg

menderita penyakit dan kel. mana yg tdk berpenyakit

yg akan dipelajari.

Pertama :

Mengetahui gambaran penyakit secara dini pd saat timbul gejala klinis (Simtomatis)

Kedua :

Mengetahui penyakit sebelum gejala klinis

tampak (Asimtomatis).

Prinsip : Bila penyakit dpt diketahui sblm gejala

klinis muncul, maka prognose akan lebih baik.

Page 19: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• Contoh :

Kasus kanker payu dara pd populasi,

hrs dipastikan bhw Tumor yg ditemukan pd

pemeriksaan Mamografi, bukan tumor yg

tumbuhnya lambat, shg tanpa pemeriksaan

screening yg rinci, prognosa akan lbh baik.

Artinya : Hasil pemeriksaan mamografi pd

kel. wanita yg secara genetik punya resiko,

maka kemungkinan prognosanya akan lebih

baik dpd yg tdk pernah periksa mamografi.

Page 20: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• Problema pemeriksaan penyakit Problema 1 :

Klinisi perlu wkt lama utk menetapkan diagnose penyakit melalui uji diagnostik ttp sebag. kecil yg mau mengaplika sikan ilmunya utk intepretasi hsl diagnostik.

Problema 2 : Penetapan diagnose penyakit yg dilakukan pd pasien yg yg datang sdh dgn keadaan sakit, ttp sebag. kecil yg dtg pd stadium asimtomatis, akibatnya proporsi kesembuhan kecil. shg pola penyakit dr thn ke thn cenderung naik.

Page 21: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• KLASIFIKASI PENYAKIT Menetapkan diagnose penyakit > merupakan gambaran berbagai kemungkinan (kondisi yg tdk pasti). Jadi perlu pemahaman berbagai uji diagnostik dan informasi dr berbagai kondisi klinis. Data Epidemiologi umumnya didasarkan oleh berbagai hasil uji diagnosis > utk akurasi diagnosis. Caranya dgn mengamati : 1. Gejala, Tanda dan Test, serta perbandingan observasi dgn beberapa kriteria diagnosis.

Page 22: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• Gejala :

Observasi utk melihat gejala dr manifestasi suatu

penyakit pd populasi > (pemeriksaan subyektif).

Contoh : - rasa nyeri, mual atau lesu dll

Manifestasi gejala sifatnya : sangat individual, jadi

ketepatan diagnose tgt ketepatan dlm mencatat hasil

anamnesa atau wawancara.

Contoh : Dgn pertanyaan yg sama kepada kelompok

pasien > jawabannya bisa berbeda- beda

Agar jawaban hampir sama, atau “agak” valid, maka

perlu “kaliberasi” item kwesioner dan uji coba.

Page 23: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

Perbedaan hasil wawancara antar klinisi

Responden Sakit kepala

Mual

Tidak Ringan Berat

Tidak Ringan Berat

Resp. 1

Resp. 2

Resp. 3

Resp. 4

Resp. 5

Resp. 6

Resp. 7

Jumlah

-

+

-

-

-

-

+

2

+

-

-

+

-

-

-

2

-

-

+

-

+

+

-

3

+

-

-

-

+

-

-

2

-

-

+

-

-

+

-

2

-

+

-

+

+

-

+

4

Page 24: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• Penjelasan tabel Ada 2 hal yg menyebabkan perbedaan jawaban. 1. Perbedaan persepsi responden dlm anamnesa 2. Perbedaan persepsi klinisi (dlm konsep sehat dan sakit).

> Hasil pengukuran pd tabel merupakan skala nominal.

Bila ingin dianalisa hrs merupakan skala ordinal = (angka skor), krn keputusan terapi didasarkan pd nilai ordinal.

Page 25: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• Contoh lain:

Data tekanan darah utk menetapkan terapi,

Tek. drh, diukur smp ml terdekat air raksa,

ini merup. skala interval.

Bila klinisi menetapkan diastolik tertentu,

miss; 90 mmHg utk rencana terapi, maka

data interval ditransfer menjadi data nominal,

kelompok 94 – 104 mmHg dikategori ringan

‘’ 105 – 114 mmHg ‘’ sedang

‘’ 115 - lebih ‘’ berat

Sedangkan jmlh yg kategori ringan, sedang, berat

merupakan data ordinal, utk rencana terapi,

yaitu : ringan skor = 1, sedang skor = 2, berat = 3

Page 26: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• 2. Tanda (sign)

Adalah manifestasi kelainan organ tbh, yg dpt dilihat

didengar dan dirasakan.

Contoh : - Hasil x-ray foto (dilihat) > kista rahang

- Gusi bengkak > (diraba) gingivitis atau abses

- Detak jantung > (didengar) ischemia

Penting ! Timbul perbedaan interpretasi antar observer

Hal ini krn : - perbedaan minat

- pengalaman

- pebedaan kepentingan

Lilienfeld & Kordan (1966) > kesepakatan dlm mengklasi

fikasi hsl pemeriksaan bervariasi antara 32% - 76%.

Archer et al (1966) > kesepakatan yg sama thd hsl

pemeriksaan mikroskopis jaringan = 65 %.

Page 27: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

Tabel perbedaan interpretasi dua ahli radiologi thd

hasil pemeriksaan x-ray kelainan pd rahang bwh

jumlah 52 109 61 222

Radiolog A

Radiolog B

Granuloma Cysta Gangraena

radix

jumlah

Granuloma 27 19 24 70

Cysta 16 58 21 95

Gangraena

radix 9 32 16 57

Page 28: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• Penjelasan tabel :

Kesepakatan antar 2 radiolog > diagnose hsl

x-ray = bervariasi, disini kasus cysta menjadi

perhatian utama yaitu 58 kasus.

Kesepakatan hsl pemeriksaan x-ray sangat

tergantung, minat, pengalaman, kepentingan

dlm menetapkan diagnose.

Page 29: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

UJI PENAPISAN

SCREENING TEST

Page 30: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

Arti uji Penapisan (Screening Test)

Adl: penemuan penyakit secara aktif pd

kelompok orang yg tampaknya sehat/ tanpa

gejala tapi punya resiko terkena penyakit.Sasaran : - kelompok orang yg sehat

- kelompok yg positif/ dicurigai

- kelompok yg menderita penyakit

yg sedang dicari

Screening test tdk utk mendiagnose penyakit , ttp

utk mensortir kelompok yg sakit dr yg sehat

Page 31: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• Contoh : Program screening test utk

menyeleksi bbrp gejala penyakit

spt : mamografi atau thermografi utk

kanker payu dara, pap smear utk

kanker rahim, test sputum utk tuber-

colosis, test Elisa utk HIV AIDS

Tujuan : gejala penyakit cpt diketahui

shg cpt dilakukan intervensi terapeutik

Page 32: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• Langkah2 Screening test.

1. Populasi yg saat itu dicurigai kena penyakit

dikelompokkan tersendiri, sdg kel. yg sehat

dipisahkan.

2. Kelompok yg sakit, dan kelompok yg

dicurigai menderita penyakit dimasa datang

dilakukan uji diagnostik

3. Utk kelompok yg benar2 menderita penyakit

langsung dilakukan intervensi terapeutik

Page 33: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• Ada 3 Kriteria utk melakukan Screening Test

1. Validitas

Validitas Test : kemampuan suatu test menetapkan

indikasi pendahuluan ttg siapa yg kena penyakit (yg

sdg dicari) dan yg tidak. Unsur Validitas meliputi:

Sensitivitas : adlh kemampuan suatu pemeriksaan

utk menemukan kelompok orang yg

benar2 sakit.

Spesivisitas : adlh kemampuan suatu pemeriksaan

utk menemukan kelompok orang yg

benar2 tdk sakit/ sehat

Page 34: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

2. Reliabelitas : test dianggap reliabel/ stabil bila

digunakan lbh dr sekali/ penelitian ditempat lain.

Reliabelitas dipengaruhi oleh :

- variasi yg terdpt pd metoda test

- variasi pd latar belakang antar observer

- variasi didlm diri observer itu sendiri

Cara memperkecil variasi:

- standarisasi prosedur pemeriksaan

- latihan/ training intensif bagi observer

- menggunakan 2 / lbh observer utk perbandingan

- kontrol periodik thd para observer

Page 35: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

3. Yield

Adlh> hasil suatu test : jmlh kasus yg dulu tdk diketahui, ttp

skrg muncul, ini dipengaruhi oleh :

- Bila sensitivitas rendah > sebag. kasus yg terdeteksi maka hsl

test Yield kecil.

- Bila Prevalensi penyakit yg tdk dikenal “tinggi” maka hasil test

Yield akan tinggi.

- Bila pd kelompok penderita yg ditemukan pd pemeriksaan yg

lalu sudah diobati, maka hasil test Yield akan kecil.

- Sikap masyarakat : bila mendukung dan paham thd maksud

pengadaan test, maka hasil Yield akan tinggi

- Bila prev. penyakit rendah, walau digunakan test spesifik maka

maka kel. yg tdk sakit besar, hasil test Yield = kecil

Program. screening DM, org2 gemuk, usia > 40th, riwayat genetik

DM > hsl test akan diidentifikasi berpenyakit bgmn hasil Yield test?

Page 36: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• Jenis screening test. 1. Screening test massa : melibatkan seluruh penduduk 2. Screening test ganda : berbagai uji penapisan pada kejadian yg sama 3. Screening test kelompok target : pd populasi yg kena paparan khusus spt : pekerja tambang, buruh pabrik. 4. Screening kasus khusus : pd penderita yg datang berobat ke klinik/ rumah sakit/ dokter. Prog. pemberantasan penyakit > menetapkan hub. kausa mengetahui fakt. resiko penyebaran peny. mnrt “orang waktu, tempat”,perlu prog. “Surveillance Epidemiology” Surveillance epidemiology: kolekting & analisa data scr

cpt dan menyeluruh thd peny. menular/ tdk di masy. utk keperluan penilaian & penanganan peny. disuatu wilayah.

Page 37: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

Screening in the detection of desease apparently well population (Well persons plus those with undiagnosed desease) Population to be tested

negative (person presumed to be free of desease under study) diagnostic positives (person persumed procedures to have the desease or be at

desease or risk increased risk in future factor present desease risk factor absent Therapeutic intervention

Page 38: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• Kemampuan uji Sensitivitas dan Spesivisitas

Sensitivitas : adalah kemampuan pemeriksaan yg

memberikan hasil positif bagi mereka

yg benar2 sakit (kelompok yg sakit di-

klasifikasi sebagai benar2 sakit)

Sensitivitas = jmlh orang sakit diklasifikasi sbg sakit

jumlah total orang yg sakit

Spesivisitas : adalah kemampuan pemeriksaan yg

memberikan hasil negatif pd kelompok

orang yg tdk sakit (kelompok orang yg

benar2 tdk menderita penyakit)

Spesivisitas = jmlh orang sehat yg diklasifikasi sehat

jumlah total orang yg sehat

Page 39: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• Ada 4 jenis klasifikasi Sensitivitas dan Spesivisitas 1. True positive : Kelompok orang yg sakit (menurut hasil diagnosis) diklasifikasi sakit 2. False positive : Kelompok orang yg sehat (menurut hasil diagnosis) diklasifikasi sakit. 3. True negative : Kelompok orang yg sehat (menurut diagnosis) diklasifikasi sbg sehat. 4. False negative : Kelompok orang yg sakit (menurut diagnosis tapi diklasifikasi sehat. Pertanyaan : 1. Mengapa terjadi false postive 2. Mengapa terjadi false negative 3. Berikan contoh utk keduanya

Page 40: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• Contoh : Hasil screening test kasus DM melalui

test GTT utk dibandingkan dgn test urine

dan test gula darah

Hasil diagnosis (berdasarkan gejala dan tanda2)

DM (+) DM (-) Total

Hasil positif 34 (a) 20 (b) 54

screening test negatif 116 (c) 9830 (d) 9946

Total 150 9850 10000

False positive = b False negative = c

b + d a + c

Page 41: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• Jika diketahui prevalensi DM pd kelompok orang dgn

total populasi 10000 = (150/ 10000) x 100% = 1,50 %

Sensitivitas = true positive

x 100 %

true (+) + false (-)

= ( 34 / 150 ) x 100% = 22,67%

Artinya : dari hasil screening test ini dapat diidentifikasi

secara benar (22,67%) kelompok orang yg

menderita DM.

Page 42: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

INDIKATOR UKURAN KEJADIAN PENYAKIT

Tujuan : utk mengukur penyebaran angka kesakitan pd kelompok orang, berdasarkan orang, tempat dan waktu. Ada 3 indikator pengukuran angka kesakitan :

1. RATE: adalah angka atau frekwensi suatu penyakit pd kelompok orang dibagi dgn besar unit populasi Rate : jumlah kasus kesakitan x 100% populasi disuatu area pd kurun waktu ttt. Rate : X (X + Y) pd periode ttt x konstanta (100%)

Pembilang (numerator) dan penyebut (denumerator) hrs sinkron, bila numeratornya kelompok ibu hamil yg sakit, maka denumerator semua ibu hamil yg punya resiko dalam waktu tertentu Contoh : Hasil pengukuran penyakit periodontal pd ibu hamil disuatu daerah, ditemukan penyakit periodontitis 75%

Page 43: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

2. RASIO (RATIO) : Adalah jumlah orang yg mengalami

kejadian (x) dibandingkan dgn jumlah mereka yg

mengalami kejadian (y)

Rasio = jumlah orang yg menderita kejadian (x)

jumlah orang yg menderita kejadian (y)

Contoh : jumlah kasus pulpitis pd pria (x) = 25

jumlah kasus pulpitis pd wanita (y) = 150

Rasio kasus pulpitis = (25/150) = 1/6

artinya : jumlah pria yg menderita pulpitis = 1/6 dari

jumlah wanita yg menderita pulpitis

Page 44: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• PROPORSI : adalah bentuk khusus dr Ratio dimana

numerator juga merupakan bagian dr denumerator.

Hasilnya sering dinyatakan dlm persen.

Proporsi = X x 100%

X + Y

Contoh : Proporsi penderita periodontitis pria = 25 %

artinya : 25 % dari 100 orang yg menderita

penyakit periodontitis adalah pria.

Page 45: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• INDIKATOR FAKTOR RESIKO DAN PENYEBAB PENYAKIT. Bila suatu penyakit tertentu (y) lbh umum terjadi pd kelompok orang dgn karakteristik tertentu (x), maka ada suatu hubungan (Asosiasi) antara (x) dan (y). Contoh : 1. Gigi Front Rh. Atas abrasi (y) pada para pekerja tambang belerang (x) 2. Gigi flourosis (motled enamel) (y) pd penduduk Asembagus dgn kadar Flour air minum (geografis) rata2 = 5 ppm (x) Maka ada asosiasi antara faktor (x) dan (y). Artinya : Orang2 dgn faktor (x) merupakan “indikator resiko” untuk penyakit (y)

Page 46: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• Ko – variasi antar karakteristik (x) dan (y)

> Beberapa penyakit tertentu lebih umum terdapat pd kelompok orang didaerah geografis tertentu, seperti Gondok Endemis. > Gondok Endemis lebih umum pd kelompok wanita dpd kelompok pria. > Gondok Endemis lbh sering terdapat pd kelompok wanita pemetik teh dpd yg bukan pemetik teh. > Kelompok wanita pemetik teh yg suka makan daun teh lbh banyak terkena Gondok Endemis dpd kel. > wanita pemetik teh yg tidak sering makan daun teh. Artinya: Kondisi Geografis, kelompok wanita, wanita pemetik teh, wanita yg makan daun teh, merupakan ko-variasi indikator resiko thd Gondok Endemis.

Page 47: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• KLASIFIKASI PENYAKIT BERDASARKAN

FAKTOR RESIKO.

Ada 5 klasifikasi penyakit :

1. Penyakit Kongenital (Heriditer / endogen)

Kecenderungan genetik dan keluarga thd timbulnya

abnormalitas bawaan, contoh: Hemophilia, penyakit

jantung koroner, Asma dll.

2. Penyakit Alergi dan Radang:

Oleh krn : reaksi tubuh thd trauma, virus, bhn kimia

3. Penyakit Degeneratif: gangguan fungsi organ tubuh

contoh: Arthritis, Arteriosclerosis dll

Page 48: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• 4. Penyakit metabolik.

Terjadinya disfungsi/ malfungsi organ tertentu.

contoh: - gangguan sekresi kelenjar pancreas

menyebabkan diabetes mellitus

- ganguan fungsi kelenjar thyroid > hyper

thyroidism dll.

5. Penyakit Neoplastik (Kanker).

Adanya pertumbuhan abnormal dr sel organ tubuh

contoh : kanker payu dara, kanker rahim, Leukemia

Kasus : diklinik A dijumpai kelompok pasien dgn

kasus periodontitis akut, krn terpapar arus

galavanis tumpatan logam yg berbeda jenis

Pertanyaan : Mana yg menjadi faktor resiko?

Page 49: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• CARA LAIN MENETAPKAN KLASIFIKASI PENYAKIT BERDASARKAN FAKTOR RESIKO 1. Mencatat penyakit berdasarkan penularannya. contoh : Stomatitis o.k HIV AIDS 2. Lesi rongga mulut o.k streptokokus Tujuan : 1.Mempelajari berbagai faktor resiko penyebab lesi rongga mulut. 2.Mempelajari berbagai faktor pemicu timbulnya lesi atau radang di rongga mulut 3.Mepelajari masa inkubasi penyakit mulut.

Page 50: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• ASOSIASI ANTARA FAKTOR RESIKO DGN

TIMBULNYA PENYAKIT. Digunakan pd pendekatan Epidemiologi Analitik .

1. Asosiasi direk (direct Assosiation)

2. Asosiasi indirek (indirect Assosiation)

3. Asosiasi artifaktual (artifactual Assosiation)

atau (Spurious)

Page 51: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

1. Asosiasi direk : ada 2 jenis

a. Hubungan sejajar.

contoh: Pemberian vit. C dosis tinggi secara

kebetulan dpt menurunkan Scorbut

b. Hubungan timbal balik (sebab akibat)

contoh: Anasthesi Adrenalin menyebabkan

denyut nadi meningkat

2. Asosiasi Indirek: Hubungan tdk langsung

contoh: Kebiasaan minum kopi dgn kanker paru

Kebiasaan minun kopi disertai merokok,

jadi merokok sbg penyebab kanker paru

3. Asosiasi Artifactual (asosiasi palsu): seperti ada

hubungan, sebenarnya tdk ada, ini krn kesalahan

sampling, metoda penelitian

Page 52: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• UKURAN KEJADIAN PENYAKIT

Page 53: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

TUJUAN UKURAN KEJADIAN PENYAKIT

• Karena pendekatan Epidemiologi adalah:

mempelajari penyebab atau faktor resiko

yg menimbulkan penyakit, maka perlu

paham ttg pengukuran kejadian penyakit

atau angka kesakitan.

Page 54: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

JENIS UKURAN KEJADIAN PENYAKIT

• Ada 2 jenis ukuran kejadian penyakit

atau angka kesakitan y.i :

1. Angka Prevalence

2. Angka Incidence

Page 55: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• 1. Angka prevalence :

Adalah: gambaran frekwensi seluruh

angka kesakitan yg ada dlm

populasi pd satu saat ttt.

2. Angka Incidence :

Adalah: gambaran frekwensi angka

kesakitan baru yg ada dlm

populasi pd satu periode ttt

Page 56: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• Bila kita ingin membandingkan angka

kesakitan thd besarnya populasi, maka

hrs menggunakan angka “Rate”

“Prevalence rate”

atau

“Incidence rate”

Page 57: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• Prevalence rate adalah: Jumlah orang seluruh orang yg menderita suatu penyakit tertentu pd satu saat, dibagi besar populasi yg ada pada saat itu. Arti orang yg menderita penyakit adalah: penyakit kronis dan penyakit yg baru muncul pada saat itu, (kasus lama dan kasus baru)

Prev. rate : jmlh angka kesakitan baru & lama Besar populasi saat itu X 100 %

Page 58: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

Incidence rate adalah:

Jumlah angka kesakitan baru pada suatu populasi

(kasus baru) dlm suatu periode tertentu dibagi besar populasi yang memiliki resiko terkena penyakit tsb pd suatu periode tertentu dikalikan 100%

Inc. rate : jmlh angka kesakitan baru dlm periode ttt

Populasi yg punya resiko dlm period ttt x100%

Contoh: Jmlh kasus baru Infark jantung dlm setahun

pd populasi pria dgn diet lemak tinggi = 28 %

Page 59: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

STUDI OBSERVASIONAL

EPIDEMIOLOGI

Page 60: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• STUDI OBSERVASIONAL EPIDEMIOLOGI

Adalah : Jenis penelitian utk mengamati terjadinya

masalah kesehatan pd kel. orang, dgn

membandingkan antara kelompok yg tdk

menderita penyakit dgn yg menderita

penyakit, lalu dicari hubungan kausal yg

menimbulkan masalah kesehatan tsb.

contoh : kelompok orang yg merokok dibandingkan

kelompok yg tdk merokok, thd timbulnya

kanker paru2.

Page 61: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• Beberapa kendala dlm observasi. Epidemiologi

1. Tdk diketahui agen dr bbrp penyakit , krn tdk adanya uji diagnostik yg spesifik, sulit membedakan kel. sakit dan sehat 2. Sifat multifaktorial dr etiologi penyakit, pd peny. Kronis sulit menetapkan faktor mana yg berperan thd timbulnya penyakit 3. Panjangnya masa inkubasi pd peny. kronis, sulit menetapkan fakt. mana mendahului fakt. mana thd timbulnya penyakit. (interviewning variable of the desease) 4. Tdk diketahui dgn pasti waktu/ saat timbulnya penyakit > sulit mendata penyakit yg baru 5. Faktor yg sama dpt menimbulkan pengaruh yg berbeda pd proses perjalanan penyakit dan prognose penyakit. contoh: peny. Jantung koroner lbh banyak diderita masy. metropolis dpd Agraris, ttp prognose kesembuhan lbh baik pd masy. Metropolis, krn kemudahan mencari pengobatan

Page 62: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• Tujuan studi observasional.

1. Untuk menjawab dan mempelajari berbagai faktor

resiko pd kelompok orang yg terkena masalah

kesehatan, atau kemungkinan menderita penyakit

2. Mengetahui hubungan antara faktor resiko atau

faktor paparan dgn faktor efek.

Page 63: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• Jenis studi observasional:

1. Studi Diskriptif: Survey

2. Studi Analitik : a. Ekological study (korelasional)

b. Crossectional (studi prevalensi)

c. Case control (retrospective,

case reference, historical study)

d. Cohort (prospective, follow up,

longitudinal study).

Page 64: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• Studi Ekologi.

Adl. Studi utk mempelajari adanya asosiasi ant.

lebih dr 2 variabel pada tingkatan kelompok

(populasi) pada aspek lingkungan tertentu.

Tujuan: Sbg data awal untuk studi epidemiologi yg

lebih rinci.

contoh: Hubungan antara angka kematian (mortality

rate) oleh krn Ca. Oesopaghus dgn jmlh

penjualan garam dapur di daerah pesisir.

Page 65: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• Studi Crossectional (studi prevalensi) Adl. Studi dimana faktor paparan (etiologis) & faktor efek diamati pd saat bersamaan (saat itu juga)

populasi exposed exposed desease non desease

sampel not exposed not exposed

desease no desease

Page 66: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• Crossectional study: Utk mengukur prevalensi angka kesakitan pd saat

tertentu, dis; studi prevalensi.

Kelemahan :

- sulit menjawab adanya hubungan kausal antara fakt.

etiologis dgn fakt efek, krn proses/ efek paparan perlu waktu, jadi hub. ant. 2 variabel > Diskriptif.

contoh: hubungan antara konsumsi garam yodium

dgn penyakit gondok endemis pd kel. pemetik teh

Hasil Studi crossectional digunakan sbg dasar studi epid. lanjut, spt case control, cohort & Experimental.

Page 67: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• Langkah2 studi crossectional.

1. Penetapan populasi survey : kelompok pemetik teh disuatu

wilayah tertentu (perkebunan teh).

2. Pengambilan sampel survey (secara random)

3. Mengumpulkan data prevalensi gondok endemis pd kelompok

pemetik teh ( dgn cara visual dan palpasi) pd saat itu juga

4. Melakukan wawancara (dgn kwesioner) utk mendapatkan data

konsumsi garam ber-yodium kel. pemetik teh pd saat yg sama.

5. Dianalisa secara diskriptif, hubungan antara komsumsi garam

ber-yodium dgn prevalensi gondok endemis pd pemetik teh.

Page 68: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• Kelebihan studi crossectional. 1. Pengumpulan data dpt dilakukan hanya dlm satu saat

2. Beaya murah

3. Informasi data bermanfaat utk perencanaan kesehatan

4. Bermanfaat utk prediksi penyebaran penyakit pd saat itu

Kekurangannya:

1. Tdk dpt melihat hubugan sebab akibat

2. Hanya efektif utk penyakit2 yg kronis

3. Tdk dpt memprediksi gambaran penyakit pd waktu y.a.d

4. Hanya mewakili kelompok orang yg disurvey saja (sulit

digeneralisasikan) pd populasi yg lebih besar.

Page 69: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

STUDI KASUS KONTROL CASE CONTROL STUDY

STUDI RETROSPEKTIF

HISTORICAL STUDY

CASE REFERENCE STUDY

BACKWARD STUDY

Page 70: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• STUDI KASUS KONTROL (CASE CONTROL STUDY)

Adl. penelitian mengamati kel. orang (populasi) yg menderita penyakit ttt, lalu dipelajari fakt. etiologis secara retrospektif. Yg akan diselidiki adl. populasi yg memiliki penyakit, (dis. Kel. kasus), dibandingkan dgn populasi yg tdk sakit (kel. Kontrol) Pada ke 2 kelompok sama2 dipelajari riwayat paparannya, (exposed or not exposed). Penting! > dlm studi kasus kontrol, peneliti tdk melakukan intervensi apapun (tdk memberikan perlakuan), peneliti hanya mengamati dan mempelajari riwayat terjadinya penyakit berdasarkan faktor etiologis dari faktor resiko.

Page 71: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• Design Case control study.

• Masa lalu Waktu Saat ini

(exposed) Desease

(Case) (not exposed)

(exposed) No Desease (Control) (not exposed)

Page 72: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

Langkah2 studi Kasus – Kontrol1. Menentukan kel. kasus > orang2 yg benar2 menderitapenyakit ttt

dan tdk memiliki penyakit lainnya, miss; Kanker paru2.

> Kasus tsb didpt dr hasil survey (crossectional) atau orang2 yg

dtg ke klinik miss; kasus kanker paru2 (merup. data prevalensi)

> Dipelajari riwayat sakitnya, secara retrospektif > faktor etiologis

atau faktor resiko > apakah terpapar oleh faktor etiologis/ tdk.

miss; merokok atau tidak

2. Memilih kelompok kontrol > adl. kelompok orang yg tdk sakit,

dgn persyaratan : - mempunyai sifat/ ciri2 sama dgn kel. Kasus.

- kelompok yg punya hubungan keluarga dll.

> Dipelajari secara retrospektif apakah terkena faktor etiologis/ tdk

Page 73: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

3. Membuat Analisa.

- Hitung jmlh mereka > (kel.Kasus dan kel. Kontrol) yg

terkena faktor etiologis.

- Hitung jmlh mereka > (kel. Kasus dan kel. Kontrol) yg

tdk terkena faktor etiologis.

- Susun angka tsb dlm tabel analisa, spt contoh dibwh ini:

tabel Hubungan merokok dengan timbulnya kanker paru2.

Paparan (exposed) kasus kontrol

Terpapar faktor

Etiologis (merokok)

(a) = 67 (b) = 43

Tdk terpapar faktor

Etiologis (tdk merokok)

(c) = 34 (d) = 64

Page 74: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

4. Menghitung Relative Risk. Karena data yg digunakan adl; data prevalens > saat timbulnya penyakit tdk diketahui, maka digunakan “Estimasi”, disebut “Estimate relative risk” atau dis; “Odds Ratio” a x d ( 67 x 64) Rumus : Odds Ratio = > = 2, 9 b x c ( 43 x 34)

Arti angka 2,9 adl : mereka yg terkena (terpapar) faktor etiologis (merokok) akan menderita kanker paru2 sebesar 2,9 kali dibanding mereka yang tdk terkena fakt. etiologis (tdk merokok)

Page 75: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

Keuntungan studi Kasus – Kontrol.

- Kasus relatif mudah didapat, (diklinik, rmh sakit, praktek pribadi dll)

- Keterangan riwayat sakit atau terkena fakt. etiologis > tdk sulit.

- Analisa data lbh mudah.

- Beaya relatif murah.

Kelemahan :

- Menetapkan/ mencari kelompok kontrol (yg ciri2 = kel. kasus)

- Sulit memprediksi apakah kel. kontrol, benar2 bebas penyakit

- Ketepatan dlm proses wawancara (kadang2 meragukan)

- Faktor psikologis peneliti, mis; minat, motivasi, mood dll.

Page 76: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

STUDI KOHOR COHORT STUDY

PROSPECTIVE STUDY

LONGITUDINAL STUDY

FOLLOW UP STUDY

Page 77: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

• STUDI KOHOR (COHORT STUDY)

Adl : Penelitian Epidemiologi Observasional Analitik utk

mengungkap hub. faktor resiko dgn faktor efek melalui

pendekatan longitudinal.

> Peneliti tdk memberikan perlakuan, tapi proses timbulnya

penyakit diikuti secara longitudinal.

Tujuan : Selain utk mengungkap hubungan faktor resiko dgn

faktor efek, juga dpt menentukan besarnya pengaruh

faktor etiologis thd tmbulnya penyakit.

Konsep : Populasi dgn faktor resiko diidentifikasi dahulu, lalu

secara longitudinal diamati hingga timbul faktor efek

(penyakit)

Page 78: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

Cohort Study dpt merupakan kelanjutan studi Epidemiologi

terdahulu, miss; crossectional atau case control study.

Contoh: dr studi sebelumnya ttg prevalensi penyakit periodontal

> lbh sering dijumpai pd kel. kasus dpd kel. Kontrol, lalu

dipelajari derajat paparan oleh faktor etiologis thd masa

inkubasi/ keparahan hingga saat timbulnya peny. Period.

Artinya : Cohort study berfokus utk mempelajari proses

perjalanan timbulnya fakt. Efek (penyakit)

O.k itu indikator yg digunakan adalah angka “Incidence”

Page 79: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

Design Cohort study:

waktu

desease

exposed

no desease

Populasi benar2

bebas paparan

desease

not exposed

no desease

Page 80: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

Langkah2 Cohort study.

I. Pemilihan kelompok Studi

1. Adl. Kelompok yg berada dlm faktor resiko yg terpapar atau

diintervensi oleh kondisi tertentu (bukan oleh peneliti)

2. Bersedia menjadi sukarelawan dan menandatangi kesediaan

untuk diteliti (inform consent)

3. Diikuti secara longitudinal, hingga muncul penyakit atau

keparahan penyakit dlm satu periode tertentu (incidence)

4. Dipilih suatu jenis penyakit yg masa inkubasinya tdk lama

miss: penyakit kronis spt kanker, jantung koroner dll, sejak

terpapar fakt. etiologis smp muncul penyakit, waktunya lama.

Page 81: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

5. Suatu kelompok Cohort dpt berupa:

- Radologist

- Pengisap rokok

- Pemakai kontrasepsi oral

- Pemakai jarum suntik (narkoba)

- Bottle feeding

- Orang2 yg dirawat radio terapi, hormonal, perawatan gigi

6. Pengambilan sampel utk kel. resiko hrs representatif.

baik utk kelompok Studi dan kel. yg tdk terpapar

7. Mengamati secara longitudinal kelompok studi sejak saat

terpapar, maupun kelompok yg tdk terpapar, hingga timbul

penyakit (keparahan) atau tidak.

8. Menghitung angka insidens penyakit pd kel. terpapar maupun

pd kel. tdk terpapar.

Page 82: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

9. Utk mengamati kemungkinan timbulnya penyakit antara kel.

studi dgn kel. tdk terpapar ada 2 cara :

a. dgn menghitung Relative risk.

b. dgn menghitung Atribute risk.

10. Menghitung Relative risk, tujuan membandingkan incidence

rate kel. studi (terpapar) dgn kel. tdk terpapar.

Contoh: Incidence rate kelompok terpapar arus galvanis dan

tdk terpapar pd tumpatan berbeda jenis thd timbulnya penyakit

periodontal pd kel. Orang yg berobat di klinik gigi X.

Incidence rate (I.R) kelompok terpapar = 300 %

Incidence rate kel. tdk terpapar arus galvanis = 20 %

Resiko relatif (R.R) = I.R. kel. terpapar = 300 dibagi

I.R. kel. tdk terpapar = 20

Jadi (R.R) = 300 : 20 = 15

Page 83: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

Arti nilai 15 adalah:

Kelompok orang dgn tumpatan berbeda jenis yg terpapar arus

galvanis memiliki kemungkinan menderita penyakit periodontal

15 x dibandingkan kel. yg tdk terpapar arus galvanis.

11. Menghitung Atribute risk (A.R)

Utk mengetahui selisih antara IR kel. terpapar arus galvanis dgn

kel. tdk terpapar arus galvanis adalah:

A.R = IR terpapar – IR tdk terpapar > (300% - 20%) = 280%.

Bila dipersentase, maka AR = 280/ 300 x 100% = 93%

Artinya : dari 1000 orang yg terpapar arus galvanis, ditemukan

kasus penyakit periodontal sebesar 93%

sisanya = 7% penyakit periodontal disebabkan oleh faktor lain.

Page 84: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

Manfaat Cohort study.

1. Dpt menyusun kriteria/ batasan2 pd responden yg dipelajari.

2. Dpt menemukan kapan saat penyakit mulai timbul, (merupakan

angka incidence rate), selama periode penelitian.

3. Hasil yg diperoleh lebih valid

4. Dpt mengungkap hubungan sebab akibat antara faktor resiko

dgn faktor efek.

Kelemahan Cohort study.

1. Membutuhkan waktu relatif lama, hingga timbul penyakit

2. Beaya relatif mahal

3. Kemungkinan drop out besar (selama periode pengamatan)

4. Peneliti tdk sanggup mengikuti secara tuntas periode observasi

5. Selama periode observasi sering terdapat intervensi faktor lain

Page 85: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

EKSPERIMEN EPIDEMIOLOGI

Page 86: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

Eksperimen Epidemiologi adl: penelitian epidemiologi analitik utk

mengungkap hubungan sebab akibat antara faktor resiko dgn

faktor efek melalui intervensi yg dilakukan peneliti.

Konsep : Eks. Epidemiologi meliputi aspek; “perlakuan, randomi

sasi, grup kontrol, uji hipotesa”

Contoh: Pengaruh Vit. C thd penyembuhan penyakit gusi

berdarah

> Para penderita gusi berdarah dibagi 2 kelompok.

> Kelompok perlakuan diberi capsul Vit.C murni

> Kelompok kontrol diberi kapsul Vit. C semu (placebo)

> Kedua kelompok dipelajari perbedaan kesembuhannya

Page 87: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

Jenis Eksperimen Epidemiologi.

1. Eks. Epidemiologi lapangan (Operational research)

2. Eks. Epidemiologi klinik (Clinical Trial = Studi intervensi).

Eksperimen Epidemiologi dilakukan bila:

1. Masalah kesehatan yg diteliti sangat spesifik

2. Ingin menjelaskan hubungan sebab akibat

3. Ingin menindaklanjuti studi observasional

4. Akibat yg ditimbulkan > tdk membahayakan jiwa manusia

5. Hasil eks. akan digeneralisasikan pd populasi yg lbh besar.

Page 88: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

Kendala dlm Eksperimen Epidemiologi.

1. Apakah dibenarkan mencoba obat baru yg blm jelas khasiatnya 2. Secara Etika apakah dibenarkan memberikan placebo pd kel. kontrol. 3. Apakah hasil eks. ditindak lanjuti (follow up) pd masyarakat. 4. Apakah rancangan uji klinik (sensitifitas dan akurasi instrumen eks. yg akan digunakan sudah valid.

> Perlu kesepakatan = standard operation procedure (SOP) 1. Bila obat yg akan digunakan berbahaya, perlu diuji coba pd binatang dahulu 2. Bila digunakan utk manusia > resiko hrs ditekan se- kecil2 nya 3. Harus ada pernyataan kesediaan tertulis oleh responden (inform concern) 4. Utk mencegah bias perlu tehnik penabiran (blind method)

Page 89: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

Protokoler Eksperimen EpidemiologiProtokoler Eksperimen Epidemiologi..

1. Menentukan cara pemilihan individu yg akan menjadi obyek1. Menentukan cara pemilihan individu yg akan menjadi obyek

eksperimen, yaitu kel. studi dan kel. kontrol.eksperimen, yaitu kel. studi dan kel. kontrol.

2. Menyusun design (prosedur) perlakuan (intervensi) pemberian2. Menyusun design (prosedur) perlakuan (intervensi) pemberian

obat atau vaksin dll kpd obyek eksperimen.obat atau vaksin dll kpd obyek eksperimen.

3. Ukuran/ besar (size) sampel yg digunakan utk eksperimen3. Ukuran/ besar (size) sampel yg digunakan utk eksperimen

4. Menetapkan validitas instrumen pengukuran4. Menetapkan validitas instrumen pengukuran

5. Mengelompokkan sifat/ ciri2/ karakteristik obyek eksperimen5. Mengelompokkan sifat/ ciri2/ karakteristik obyek eksperimen

6. Menetapkan Hipothesis eksperimen 6. Menetapkan Hipothesis eksperimen

7. Menetapkan variabel (hubungan antar variabel) eksperimen7. Menetapkan variabel (hubungan antar variabel) eksperimen

8. Menetapkan kriteria pengukuran yan spesifik dan rencana8. Menetapkan kriteria pengukuran yan spesifik dan rencana

analisa.analisa.

9. Tabulasi dan analisa data serta uji hipotesis9. Tabulasi dan analisa data serta uji hipotesis

10. Pembahasan hasil eksperimen dan kesimpulan.10. Pembahasan hasil eksperimen dan kesimpulan.

Page 90: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

LANGKAH2 EKSPERIMEN EPIDEMIOLOGI.

1. Penentuan populasi reference > adl. Populasi yg dipilih sesuai karakteristik individu > hubungannya dgn tujuan Eksperimen. Contoh 1; bila ingin meneliti pengaruh vit. C thd kesembuhan gusi berdarah > maka sbg populasi reference adl; kelompok orang yg menderita gusi berdarah. contoh 2 ; ingin tahu pengaruh pelatihan kader pemberian makanan tambahan (PMT) thd perbaikan Gizi Balita yg kurang kalori protein (KKP), maka populasi reference > ibu2 yg memiliki balita KKP dimana saja. 2. Penentuan populasi studi > sebagian dr pop. Reference dgn karakteristik tertentu, spt: Usia, Sex, Status Sos.Ek, dll Contoh 1 : ingin meneliti pengaruh pemberian vit. C thd kesembuhan gusi berdarah, maka pop. Studi adl: jmlh kasus gusi berdarah berdasarkan usia, sex sos. Ekonomi, perilaku dan periode tertentu.

Page 91: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

contoh 2; ingin tahu pengaruh pelatihan kader PMT thd perbaikan

Gizi balita yg KKP, maka Pop. Studi adl: ibu2 yg punya

balita KKP dgn kriteria; ibu2 yg aktif Posyandu, ibu2 yg

pernah mendapat penyuluhan Gizi balita, ibu2 yg hanya

memiliki 2 anak, dan ibu2 balita KKP dgn pendidikan ttt.

3. Penentuan Populasi trial:

Krn tdk semua populasi studi o.k kondisi ttt (miss, punya penya-

kit lainnya), atau tdk bersedia jadi subyek eks. maka perlu inform

concern, ini disbt : Populasi trial

contoh : pd kasus gusi berdarah, sbg Pop. trial adl: kelompok

orang yg bebas penyakit lain, dan bersedia jadi subyek

eks. pengobatan dgn vit. C.

Page 92: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

4. PENETAPAN SAMPEL EKSPERIMEN. Populasi trial dibagi menjadi : - Kelompok perlakuan - Kelompok kontrol Perlu tehnik Randomisasi agar sampel benar2 homogen dan mewakili populasinya (represenatif). Jenis sampling yg bisa digunakan sesuai heterogenitas popu- lasi trial nya, antara lain : - Simple random sampling - Stratified random sampling - Cluster random sampling - Proportional random sampling - Multi stage random sampling.

Pertanyaan: pada eksperimen laboratoris apa diperlukan penetapan populasi reference, studi, trial dan tehnik sampling berjenjang seperti diatas?

Page 93: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

5. RANDOMIZED DESIGN. Artinya: randomisasi tdk hanya pd peserta (sampel) kel. studi dan kel. Kontrol, tetapi juga thd perlakuannya ( intervensinya). Tujuan: menghindari bias akibat perlakuan peneliti dan subyek eksperimen (terutama aspek psikologisnya) Contoh: Pengaruh vit. C utk penyembuhan gusi berdarah. > Vit. C murni dan placebo setelah dirandom diberikan kpd kel. studi dan kel. kontrol.

Vit.C murni dan placebo

kel. studi

kel. kontrol

randomisasi

Page 94: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

Contoh lain: pemberian ampul vaksin dan placebo diradomisasi,

lalu disuntikan kpd kel. studi dan kel. kontrol,

Bila subyek eksperimen jumlahnya 200 orang, maka

yg 100 mendapatkan vaksin murni, sisanya yg 100

mendapat vaksin placebo.

Jadi pengertian randomized design adl: setiap subyek penelitian

baik, kel. studi dan kel. kontrol memiliki kesempatan yg sama

utk menerima intervensi obat murni maupun placebo.

Page 95: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

Jenis Randomized disgn.

ada 2 jenis, yaitu: 1. Randomized single blind cotrolled trial

2. Randomized double blind controlled trial

Single blind Double blind

Artinya Subyek tdk tahu ttg obat yg diterima, apakah obat murni atau placebo

Peneliti dan subyek Eks. sama2 tdk tahu ttg obat

yg diterimanya

Tujuannya Menghilangkan kendala

Psikologis bagi subyek. Eksperimen

Menghilangkan kendala

Psikologis bagi Peneliti

dan subyek eksperimen

Kegunaan dan konsep Operational research

kel. orang yg tdk sakit

tetapi at risk > tujuannya

utk pencegahan

Mis: efektifitas vaksin baru

Clinical trial

Sbg subyek > kel. Orang yg sakit, utk mengetahui

efek obat thd progonose

stlh tindakan perawatan

Page 96: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

Skema Eksperimen Epidemiologi Populasi reference

Populasi studi

Populasi yg tdkIkut eksperimen

Populasi trial

Randomisasi Subyek eks. dan

perlakuan

kel. studi Kel. kontrol

obat placebo obat placebo

Out come Out come+/- +/-

Page 97: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

Skema Randomized single blind controlled trial

= Obat asli

= Placebo

peneliti

Kelompok studi Kelompok kontrol

Page 98: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

Skema Randomized double blind controlled trial

Disini Peneliti 1 & 2 serta kel. studi & kontrol tdk mengetahui

apakah ia memberi atau menerima obat murni atau placebo

Jadi yg tahu hanya peneliti utama.

Peneliti utama

Peneliti 1 Peneliti 2

Kel. studi Kel. kontrol

Page 99: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

6. Observasi hasil (outcome) Eksperimen.

Setelah dilakukan intervensi pemberian obat atau vaksin thd

kel. studi dan kel. kontrol, maka dilakukan analisa thd outcome

dgn menguji hipothesa, apakah ada perbedaan atau pengaruh

dr intervensi tsb thd variabel2 yg dihipothesakan.

Hrs diakui bhw tdk ada satu eksperimenpun yg dpt mengontrol

faktor2 yg mempengaruhi variabel tsb, munculnya interviewning

variabel dan ancaman drop out pada obyek eksperimen.

Jadi dlm menyusun proposal eksperimen perlu mempertimbang

kan variabel2 yg relevan, terutama thd variabel dependen dan

independen, demikian juga dgn ketepatan tehnik sampling.

Page 100: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

7. Analisa hasil Eksperimen Epidemiologi.

Tujuan analisa adl: melihat apakah hipothesa dpt dibuktikan,

Jadi melalui uji hipothesa dpt dibuktikan adakah pengaruh

atau hubungan yg segnifikan antara intervensi/ perlakuan

tertentu terhadap akibat dr perlakuan tsb, atau apakah ada

perbedaan yg sangat segnifikan antara kel. studi dgn kel.

kontrol dalam menerima perlakuan thd akibat perlakuan tsb.

miss: apakah vaksin X dpt mengurangi incidence penyakit Y.

Uji statistik yg biasa digunakan utk menguji hipothesa adl:

> Uji perbedaan = utk membuktikan mana yg lbh efektif

> Uji Korelasi = ada hubungan/ atau tdk

> Koefisien Korelasi = kuatnya hubungan

> Regresi = meramalkan besarnya perubahan

Page 101: IV-IKGM III_Epidemiologi Ked. Gigi_13 Maret 2012

TERIMA KASIH SAMPAI JUMPA