laporan kelompok museum

62
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN SISTEMATIK HEWAN KEANEKARAGAMAN SPESIES PISCES, AMPHIBI, REPTILIA, AVES , DAN MAMMALIA DI MUSEUM BIOLOGI YOGYAKARTA DISUSUN OLEH : SANGGRAHA MANIK T (BI / 08115) ANJAR DAMASJATI (BI / 08116) DIAN KRISTIAWATI (BI / 08117) AGUS HENDRIYANTO (BI / 08111) AHMAD MAULANA (BI / 08112) AGUS HERMAWAN (BI / 08114) ASISTEN : DYAH ISMOYO BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13 Berlaku sejak 03 Maret 2008 LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00 LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 1 dari 62

Upload: sigit-messi-setyawan-ii

Post on 13-Aug-2015

343 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kelompok Museum

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN SISTEMATIK HEWANKEANEKARAGAMAN SPESIES PISCES, AMPHIBI, REPTILIA, AVES ,

DAN MAMMALIA DI MUSEUM BIOLOGI YOGYAKARTA

DISUSUN OLEH :SANGGRAHA MANIK T (BI / 08115)ANJAR DAMASJATI (BI / 08116)DIAN KRISTIAWATI (BI / 08117)AGUS HENDRIYANTO (BI / 08111)AHMAD MAULANA (BI / 08112)AGUS HERMAWAN (BI / 08114)

ASISTEN : DYAH ISMOYO

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWANFAKULTAS BIOLOGI

UNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA

2009

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 1 dari 46

Page 2: Laporan Kelompok Museum

Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam atas segala nikmat-Nya, sehingga praktikan mampu menyelesaikan laporan kelompok praktikum lapangan ini dengan lancar.

Tidak lupa kami segenap penyusun mengucapkan terima kasih kepada :1. Dosen Kepala Laboratorium Taksonomi Hewan2. Drs. Trijoko, M. Si. selaku koordinator praktikum lapangan3. Mbak Dyah Ismoyo selaku asisten kelompok4. Semua asisten praktikum lainnya yang telah membantu kelancaran penulisan

laporan kelompok ini5. Teman-teman serta semua pihak yang telah turut membantu dalam

terselesaikannya laporan ini.

Laporan kelompok praktikum lapangan ini dibuat sebagai laporan resmi praktikum lapangan Sistematik Hewan pada hari Sabtu, 5 Desember 2009. Yang mengambil lokasi di museum Biologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangannya sehingga saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan ke depannya.Demikian, pembuatan laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 22 Desember 2009

Penyusun

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 2 dari 46

Page 3: Laporan Kelompok Museum

HALAMAN PENGESAHAN

Nama Mahasiswa : Sanggraha Manik T (BI / 08115)Anjar Damasjati (BI / 08116)Dian Kristiwati (BI / 08117)Agus Hendriyanto (BI / 08111)Ahmad Maulana (BI / 08112)Agus Hermawan (BI / 08114)

Telah melakukan dan menyelesaikan praktikum lapangan di Museum Biologi pada tanggal : 5 Desember 2009.

22 Desember 2009 Mengesahkan,

Dyah Ismoyo

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 3 dari 46

Page 4: Laporan Kelompok Museum

DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………………… 2

Halaman Pengesahan…………………………………………………………………….. 3

Daftar Isi………………………………………………………………………………… 4

Pendahuluan……………………………………………………………………………... 5

HasilA. Superclass Pisces……………………………………………………………. 9B. Herpetofauna………………………………………………………………… 15C. Avifauna……………………………………………………….................... 21D. Mammalia…………………………………………………………………… 30

Daftar Pustaka…………………………………………………………………………… 44Lampiran............................................................................................................... ...... 45

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 4 dari 46

Page 5: Laporan Kelompok Museum

I. PENDAHULUAN

Museum menurut KBBI adalah gedung yang digunakan sebagai tempat untuk

pameran tetap benda-benda yang patut mendapat perhatian umum, seperti peninggalan

sejarah, seni dan ilmu. Museum dapat menjadi pusat data yang menyediakan pengetahuan dan

menjadi tempat untuk ruang publik berapresiasi sehingga dengan memberdayakan isi

museum, masyarakat bisa melahirkan gagasan baru dan kreatifitas. Sejalan dengan semangat

itu, maka pendirian museum Biologi ini sangat tepat sebagai sarana wisata edukasi bagi

pelajar, mahasiswa, maupun masyarakat umum. Museum ini dibangun dengan mengkhuskan

pada koleksi yang terkait dengan ilmu hayati ( Biologi).

Museum Biologi dirintis sejak terbentuknya Museum Zooligicum pada tahun 1964,

yang menempati salah satu ruang di Sekip, Sleman, DIY, di dalam Kampus UGM, yang

dipimpin oleh Prof. drg. R.G. Indrojono dan koleksi herbarium yang menempati sebagian

gedung di Jalan Sultan Agung 22 Yogyakarta, yang dipimpin oleh Prof. Ir. Moeso

Suryowinoto. Pengelolaan keduanya ditangani oleh Fakultas Biologi, yang pada waktu itu

bertempat di nDalem Mangkubumen, Ngasem, Yogyakarta, yang lebih dikenal dengan nama

fakultas-fakultas “Kompleks Ngasem”. Koleksi hewan dan tumbuhan pada waktu itu berasal

dari Seksi Zoologi dan Anatomi Fakultas Kedokteran UGM, dan Seksi Botani Fakultas

Pertanian UGM. Atas prakarsa Dekan Fakultas Biologi, yang pada waktu itu dijabat oleh Ir.

Soerjo Sodo Adisewoyo, pada tanggal 20 September 1969, dalam rangka memperingati Dies

Natalis Fakultas Biologi, Museum Biologi diresmikan. Museum tersebut merupakan

penggabungan dari koleksi Museum Zoologicum dan Herbarium, menempati gedung di Jalan

Sultan Agung 22 Yogyakarta, Museum Biologi ini memiliki koleksi spesimen hewan dan

tumbuhan dalam bentuk awetan kering, awetan basah, serta fosil, yang berasal dari berbagai

daerah di Indonesia dan beberapa dari luar negeri.

Berdiri di atas lahan seluas 50 x 30 m2, Museum Biologi UGM terdiri dari bangunan

induk, bangunan sayap dan belakang. Luas bangunan induk 31 x 14 m2. Bangunan inilah

yang difungsikan sebagai museum. Sedangkan bangunan sayap dan belakang dengan atap

sirap difungsikan sebagai rumah tinggal. Bangunan induk mengalami perubahan dan

penambahan, terutama pada bagian beranda depan/teras, berupa penambahan papan kayu

yang dilengkapi jendela dari kaca dan pintu.

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 5 dari 46

Page 6: Laporan Kelompok Museum

Lazimnya sebuah bangunan Indische, pada Museum Biologi UGM juga dijumpai

pintu dan jendela dengan ukuran besar, serta tritisan relatif sempit. Dinding museum adalah

pasangan bata tebal. Ada pula tiang besi berhias, balastrude teralis besi yang menjadi satu

kesatuan dengan tiang besi, dan lisplank hias. Tiang besi berhias adalah produk negara asal

Belanda. Lalu ada pula konsol dari besi plat berbentuk sulur-suluran.

Gambar 1. Peta Lokasi Museum Biologi dan Bangunan Museum Biologi

Ketika mengunjungi museum Biologi, pengunjung disuguhi dengan ribuan koleksi,

yang berupa koleksi Herbarium atau awet-awetan, baik awetan basah atau awetan kering yang

berasal dari berbagai jenis flora dan fauna. Jumlah koleksi di museum ini, mencapai sekitar

3.725 spesies denngan rincian sebanyak 70 % merupakan preparat tanaman, sedangkan 30 %

lainnya berupa preparat hewan. Melihat jumlah koleksi yang ditawarkan, pengunjung yang

datang di jamin tidak akan kecewa. Sebagai museum yang mengkhususkan koleksi pada flora

dan fauna, museum biologi menjadi satu-satunya museum di Yogyakarta bahkan Indonesia,

yang mampu memamerkan koleksi semacam ini.

Benda-benda koleksi dari binatang dan tumbuh-tumbuhan berjumlah lebih kurang

3.752 buah, yang berupa awetan kering, awetan basah, kerangka (tulang), fosil, dan lain-lain.

Benda-benda koleksi itu sebagian besar berasal dari Indonesia dan beberapa dari luar negeri.

Adapun rincian jenis koleksi sebagai berikut:

1. Koleksi binatang tak bertulang belakang dan binatang bertulang belakang,

2. Koleksi tumbuh-tumbuhan yang diawetkan dalam bentuk Herbarium kering dan basah,

yaitu : Herbarium kering lebih kurang 1.672 species dari 180 familia, dan Herbarium basah

lebih kurang 350 buah,

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 6 dari 46

Page 7: Laporan Kelompok Museum

3. Koleksi fosil terdiri dari beberapa fosil hewan dan tumbuh-tumbuhan,

4. Aquaria diantaranya beberapa jenis ikan dan tumbuh-tumbuhan air yang masih hidup,

Gambar 2. Beberapa Koleksi Museum Biologi

Jam kerja museum ini sebagai berikut :

Hari Senin/Kamis : pukul 07.30 – 13.30

Hari Jumat : pukul 07.30 – 11.30

Hari Sabtu : pukul 07.30 – 12.30

Hari Minggu : pukul 07.30 – 12.00

Hari besar : tutup

Untuk tiket masuk :

1. Pelajar : Rp. 1.500,-

2. Umum : Rp. 2.000,

Untuk akomodasi dan fasilitas, pengunjung Museum Biologi UGM akan mendapatkan

fasilitas pemandu museum. Sebagai pemandu, ia akan menjelaskan koleksi-koleksi museum

baik yang dipamerkan dalam etalase, diorama, maupun dalam ruangan penyimpanan. Selain

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 7 dari 46

Page 8: Laporan Kelompok Museum

itu tersedia perpustakaan yang representative buat pengunjung yang berminat untuk mengenal

koleksi museum lebih jauh. Kemudian tersedia juga fasilitas pendukung lainnya, yaitu :

tempat parkir yang memadai, toilet dan tempat ibadah ( Mushola) di sekita bangunan

museum.

Nomor kontak museum ini adalah (0274)376740.

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 8 dari 46

Page 9: Laporan Kelompok Museum

II. HASIL

A. SUPERKELAS PISCES1. Ikan Lele (Clarias batrachus)

a. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Sub Phylum : Vertebrata

Super class : Pisces

Class : Actinopterygii

Ordo : Siluriformes

Family : Clariidae

Genus : Clarias

Spesies : Clarias batrachus

b. Gambar

Gambar 3. Clarias batrachus

c. Deskripsi

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 9 dari 46

Page 10: Laporan Kelompok Museum

Clarias batracus adalah nama ilmiah dari ikan lele dumbo. Ikan-ikan

marga Clarias dikenali dari tubuhnya yang licin memanjang tak bersisik,

dengan sirip punggung dan sirip anus yang juga panjang, yang terkadang

menyatu dengan sirip ekor, menjadikannya nampak seperti sidat yang

pendek. Kepalanya keras menulang di bagian atasa, dengan mata yang kecil

dan mulut lebar yang terletak di ujung moncong, dilengkapi dengan empat

pasang sungut peraba (barbels) yang amat berguna untuk bergerak di air yang

gelap. Lele juga memiliki alat pernafasan tambahan berupa modifikasi dari

busur insangnya. Terdapat sepasang patil, yakni duri tulang yang tajam, pada

sirip-sirip dadanya.

2. Ikan Pari (Dasyatis sp.)

a. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Sub phylum : Vertebrata

Super Class : Pisces

Class : Chondrichtyes

Ordo : Rajiformes

Sub ordo : Rajoidei

Familia : Dasyatidae

Sub Famillia : Dasyatinae

Genus : Dasyatis

Spesies : Dasyatis sp.

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 10 dari 46

Page 11: Laporan Kelompok Museum

b. Gambar

Gambar 4. Dasyatis sp.

c. Deskripsi

Ikan pari merupakan salah satu jenis ikan yang termasuk kelas

Chondrictyes. Ikan ini dikenal sebagai ikan batoid, yaitu sekelompok ikan

bertulang rawan yang mempunyai ekor seperti cambuk. Ikan pari memiliki

celah insang yang terletak disisi ventral kepala. Sirip dada ikan ini melebar

menyerupai sayap, dengan sisi bagian depan bergabung dengan kepala. Bagian

tubuh sangat pipih sehingga memungkinkan untuk hidup di dasar laut. Bentuk

ekor seperti cambuk pada beberapa spesies dengan sebuah atau lebih duri

tajam di bagian ventral dan dorsal (Anonim, 1988).

3. Ikan Arwana (Scleropages formosus)

a. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 11 dari 46

Page 12: Laporan Kelompok Museum

Class : Actinopterygii

Ordo : Osteoglossiformes

Family : Osteoglossidae

Genus : Scleropages

Spesies : Scleropages formosus

b. Gambar

Gambar 5. Scleropages formosus

c. Deskripsi

Bentuk dan penampilan arwana termasuk cantik dan unik. Tubuhnya

memanjang, ramping, dan "stream line", dengan gerakan renang sangat

anggun. Arwana di alam mempunyai variasi warna seperti hijau, perak, atau

merah. Pada bibir bawahnya terdapat dua buah sungut yang berfungsi sebagai

sensor getar untuk mengetahui posisi mangsa di permukaan air. Sungut ini

termasuk dalam kriteria penilaian keindahan ikan. Arwana merupakan ikan

perenang atas (surface feeder), ditunjukkan oleh betuk mulut. Di alam mereka

berenang di dekat permukaan untuk berburu mangsa. Arwana dapat menerima

segala jenis pakan untuk ikan karnivora, tetapi seringkali mereka jadi sangat

menyukai salah satu jenis pakan saja, dan menolak jenis lainnya. Sebagai ikan

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 12 dari 46

Page 13: Laporan Kelompok Museum

peloncat, arwana di alam bisa menangkap serangga yang hinggap di ranting

ketinggian 1-2 meter dari permukaan air.

4. Ikan Piranha (Serrasalmus sp.)

a. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Sub Phylum : Vertebrata

Super Class : Pisces

Class : Actinopterygii

Ordo : Characidae

Family : Serrasalmidae

Genus : Serrasalmus

Spesies : Serrasalmus sp.

b. Gambar

Gambar 6. Serrasalmus sp.

c. Deskripsi

Secara visual sulit membedakan ikan bawal air tawar yang berwarna

merah ini dengan piranha yang juga berwarna merah. Sebagaimana lazimnya

ikan air tawar daging piranha juga enak dimakan. Namun justru piranha merah

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 13 dari 46

Page 14: Laporan Kelompok Museum

yang hanya mempunyai berat 600 sampai 700 gram inilah yang paling terkenal

keganasanya. Ikan piranha merah yang terkenal paling ganas ini tidak

memperlihatkan sifat yang agresif. Gerakannya terbatas dan kaku. Namun

ketika menemukan makanan, kelompok ikan ini dengan sangat cepat

menyerbunya.

5. Ikan Lepu Tembaga (Synanceja horrid)

a. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Class : Actinopterygii

Ordo : Scorpaeniformes

Subordo : Scorpaenoidei

Family : Synancejidae

Genus : Synanceja

Species : Synanceja horrida

b. Gambar

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 14 dari 46

Page 15: Laporan Kelompok Museum

Gambar 7. Synanceja horrid

c. Deskripsi

Ikan ini dinamakan ikan lepu tembaga karena memiliki struktur tubuh

yang keras seperti tembaga. Dari bentuk tubuhnya, dapat diketahui bahwa ikan

ini melindungi diri dengan cara menyamar sebagai batu karang, sehinggga

predator akan terkelabui.

B. HERPETOFAUNA

1. Biawaka. Klasifikasi

Kingdom : AnimaliaPhylum : ChordataSubphylum : VertebrataClassis : ReptiliaOrdo : SquamataSubordo : LacertiliaFamilia : VaranidaeGenus : VaranusSpesies : Varanus salvator

b. Gambar

Gambar 8. Varanus salvatorc. Deskripsi :

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 15 dari 46

Page 16: Laporan Kelompok Museum

Lubang hidung oval terletak dekat dengan ujung moncong, gigi tajam, pipih; sisik kepala tidak terlalu besar; sisik temporal yang berukuran paling kecil; sebaris sisik berjumlah 4-8 di bagian supraokular; sisik nukal kecil; berbentuk oval dan berlunas; tubuh tertutup dengan sisik kecil berbentuk oval dan berlunas; sisik ventral berlunas dengan 85-95 barisan transversal; ekor ramping dengan panjang hampir satu setengah kali panjang kepala dan tubuh; ditutupi dengan sisik

berlunas; pada punggungnya terdapat crest yang pendek; tungkai kuat. Tubuh bagian atas berwarna coklat gelap atau kehitaman dengan titik-titik kuning bagian transversal; moncong berwarna lebih cerah dengan belang-belang hitam yang melalui bibir dan dagu; belang hitam di bagian temporal yang dimulai dari mata ditebalkan dengan goresan kuning yang memanjang di sepanjang sisi leher; bagian ventral berwarna bening. Panjang kepala dan tubuh mencapai 1,04 m, panjang ekor 1,32 m.

Penyebaran : Srilangka, India, Asia Tenggara, Kalimantan, Filipina, dan Sulawesi.

2. .Chelonia mydasa. Klasifikasi :

Kingdom : AnimaliaPhylum : ChordataSub Phylum : VertebrataClass : ReptiliaOrdo : TestudinesFamilia : CheloniidaeGenus : CheloniaSpesies : Chelonia mydas

b. Gambar

Gambar 9. Chelonia mydasc. Deskripsi

Chelonia mydas adalah salah satu kura-kura terbesar berkisar 71-153 sentimeter. Mereka dapat berat lebih dari 205 kilogram. Mereka memiliki kaki yang mendayung-seperti, yang digunakan untuk berenang. Kepala mereka tampak kecil dibandingkan dengan ukuran tubuh mereka. Laki-laki lebih besar daripada betina dan ekor lebih panjang, memperluas melampaui shell. The carapace dapat

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 16 dari 46

Page 17: Laporan Kelompok Museum

zaitun untuk cokelat, atau kadang-kadang hitam, tergantung pada lokasi geografis dari spesies. Penyu hijau tidak bisa menarik kepala mereka yang berada di dalam kerang. Ada dua sub-spesies yang termasuk Chelonia mydas Chelonia mydas mydas dan agassizii. Nama umum untuk Chelonia mydas mydas adalah penyu hijau Atlantik, yang hidup di laut Atlantik dan telah melihat dari pantai-pantai Eropa dan Amerika Utara. Chelonia mydas agassizii, atau Timur dan Pasifik

penyu hijau kadang-kadang penyu hitam karena gelap carapace berwarna, telah melihat di lepas pantai Alaska, melalui California, dan ke Chili. Beberapa fitur yang membedakan C. m. agassizii dari m. C. mydas adalah bahwa kulit m. C. agassizii lebih tinggi, shell adalah sempit, yang marginals lebih terbatas di atas kaki belakang, dan lamina postcentral relatif lebih panjang lebar mereka (Ernst 1994). Pasifik dan Atlantik populasi telah dipisahkan selama jutaan tahun.

3. Ophiophagus hannaha. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

SubPhylum : Vertebrata

Classis : Reptilia

Ordo : Squamata

Subordo : Serpentes

Familia : Elapidae

Genus : Ophiophagus

Spesies : Ophiophagus hannah

b. Gambar

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 17 dari 46

Page 18: Laporan Kelompok Museum

Gambar 10. Ophiophagus hannah

c. Deskripsi

Dekat sungai di hutan yang lebat atau membuka, rumpun bambu, yang berdekatan daerah pertanian, dan rawa-rawa bakau yang lebat. King Cobra

ukuran rata-rata 10-12 meter, tetapi dapat mencapai 18 meter. Penuh King Cobra dewasa berwarna kuning, hijau, cokelat, atau hitam. Biasanya ada putih kekuning-kuningan atau lintas-bar atau chevrons pada tubuhnya. Perut dapat seragam dalam warna atau dihiasi dengan bar. Tenggorokan adalah cahaya kuning atau krem. Para remaja adalah hitam, kuning atau putih dengan silang-bar pada tubuh dan ekor dan empat silang-bar serupa di kepala. King Cobra dianggap sebagai ular ganas dan agresif, dan ukuran panjang dan memberikan penampilan yang mengagumkan. Ular ini adalah diurnal (aktif siang hari) sedangkan kobra lain yang umumnya aktif pada malam hari tetapi tidak secara eksklusif nokturnal (aktif pada malam hari).

4. Varanus komodoensis

a. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Sub Phylum: Vertebrata

Class : Reptilia

Order : Squamata

Sub Order : Lacertilia

Family : Varanidae

Genus : Varanus

Spesies : Varanus komodoensis

b. Gambar

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 18 dari 46

Page 19: Laporan Kelompok Museum

Gambar 11. Varanus komodoensis

c. Deskripsi

Moncong lebar membulat dan pipih. Lubang hidung besar berbentuk

oval, sisik kepala besar dan membulat. Aisik pada moncong merupakan sisik

yang terbesar dan bentuknya memanjang. Sisik temporal merupakan sisik yang

paling kecil; sisik supra okuler hampir berbenetuk persegi; leher memanjang.

Sisik nukal berukkuran besar dan mengerucut, hampir sama besar

dengan sisik yang terdapat pada moncong. Punggung ditutupi oleh sisih kecil

yanng berlunas, terdapat lipatan kulit di sisi leher. Sisik ventral berlunas

swedikit lebih kecil di bandingkan dengan sisik bangian dorsal. Panjang ekor

hampir sama dengan panjang tubuh; terdapat ciest yang pendek di punggung.

Tungkai kuat tapi ukurannya agak pendek, jari-jari kuat dengan cakara yang

kuat; sisik pada tungkai juga besar terutama sisik pada anterior tungkai depan.

Persebarannya di Pulau Komodo.

5. Ular Bahu (Homalopsis buccoda Boulengger 1896)

a. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Sub Phylum : Vertebrata

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 19 dari 46

Page 20: Laporan Kelompok Museum

Class : Reptilia

Order : Squamata

Sub Ordo : Serpentes

Famili : Colubridae

Genus : Homalopsis

Spesies : Homalopsis buccoda Boulengger, 1896

b. Gambar

Gambar 12. Homalopsis buccoda Boulengger, 1896

c. Deskripsi

Memiliki bentuk kepala yang segitiga denga sisik dibagian ventral

tubuh berbentuk hexagonal. Tubuh memiliki dua warna yang berbeda pada

bagian ventral dan dorsal dengnan dibatasi oleh garis ynag membujur

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 20 dari 46

Page 21: Laporan Kelompok Museum

sepanjang tubuh. Sisi dibagian ventral berwarna putih dan sisik dibagian dorsal

berwarna hitam pekat.Sisik dibagian dorsal kepala lebih kecil dan dibagian

ventral merupakan sisik yang terbesar. Memiliki garis membujur dibagian

pectoral sepanjang tubuhnya. Sisik dibagian ventral memnajang dengan bnetuk

segipanjang.

\

C. AVIFAUNA1. Dara mahkota ( Goura victoria )

a. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Classis : Aves

Ordo : Columbiformes

Family : Columbidae

Genus : Goura

Spesies : Goura victoria

b. Gambar

Gambar 13. Goura victoria

c. Deskripsi

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 21 dari 46

Page 22: Laporan Kelompok Museum

Burung yang berukuran skitar 66 cm, dengan jambul berujung putih,

dan dada berwarna merah manggis ini memiliki nama lokal dara mahkota.

Habitatnya di dataran rendah yang datar, biasanya ditemui di hutan alluvial

yang masih steril. Persebaran burung ini di Pulau Yopen, Pulau Biak, Pulau

Papua bagian utara –dari ujuna teluk cendrawasih menuju ke timur melalui

Sepik-Ramu-, tenggara Desa Marobe hingga teluk Milne yang dekat

permukaan laut. Burung ini merupakan pemakan biji-bijian dan tumbuhan.

2. Cendrawasih (Paradisaea minor )

a. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Classis : Aves

Ordo : Passeriformes

Family : Paradisaersae

Genus : Paradisea

Spesies : Paradisaea minor

b. Gambar

Gambar 14. Paradisaea minor

c. Deskripsi

Burung ini sering disebut dengan nama Burung Cendrawasih. Burung

ini memiliki ciri berukuran sekitar 32 cm, suaranya terdengar terus menerus di

seluruh hutan pesebarannya. Yang menjadikannya khas adalah bulu kuning

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 22 dari 46

Page 23: Laporan Kelompok Museum

pucat hampir pada seluruh tubuhnya kecuali di bagian dada bagian atas (bagi

jantan) yang berwarna hitam. Habitat burung ini di hutan sekunder baik di

dataran rendah, perbukitan, danpegunungan. Pesebaran burung ini di daerah

Kepala Burung, kawasan Sepik-Ramu, dapat ditemui hingga ketinggia

1080mdpl. Makanan dari burung ini adalah biji dan buah-buahan.

3. Blo Ketupu (Ketupa ketupu)

a. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Classis : Aves

Ordo : Stringgoformes

Family : Strigidae

Genus : Ketupa

Spesies : Ketupa ketupu

b. Gambar

Gambar 15. Ketupa Ketupu

c. Deskripsi

Burung ini memiliki nama lokal blo ketupu atau burung hantu. Ukuran

tubuh burung ini sekitar 45 cm, bulu berwarna coklat kekuningan dengan

berkas telinga mencolok. Tubuh bagian atas cokelat berloret hitam, pinggiran

kuning pucat. Tubuh bagian ventral kuning merah bata dengan coretan hitam

tebal. Kepala besar membulat. Mata besar, mengarah ke depan, bulat, berwarna

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 23 dari 46

Page 24: Laporan Kelompok Museum

kuning terang, paruh abu-abu, berbentuk kain tajam. Bilu sangat empuk dan

lembut, ekor membulat. Kaki memiliki cakar tajam dengan tipe bertengger dan

tipe cakarnya runcing serta tipe jari kaki rata. Tarsometatarsus bertipe reticula.

Merupakan burung nocturnal. Habitat lahan berhutan, perkarangan, sawah,

pinggiran sungai. Persebaran berada di asia tenggara, Kalimantan, Jawa,

Sumatra, dan Bali.mangsanya adalah kodok, ikan, crustacean, serangga air,

mamal kecil, dan reptile.

4. Elang Bondol (Haliastus indos)

a. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Classis : Aves

Ordo : Falconiformes

Family : Falconibidae

Genus : Haliastus

Spesies : Haliatus indos

b. Gambar

Gambar 16. Haliatus indos

c. Deskripsi

Burung ini berukuran sekitar 45 cm, berwarna coklat pirang dengan

bulu primer yang hitam. Iris berwarna coklat, aruh berwarna abu-abu-hijau,

tungkai kaki berwarna kuning pucat. Suara yang dikeluarkan “syi-ii-ii” atau

“kwia”. Burung ini umum dijumpai dekat air, sering telihat di pantai, sungai,

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 24 dari 46

Page 25: Laporan Kelompok Museum

dan danau. Dapat ditemukan hingga 3000mdpl. Persebaran burung ini dari

India hingga Australia. Burung ini merupakan pemangsa hewan baik hidup

maupun mati.

5. Betet Biasa (Psittaculata alexandri)

a. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Classis : Aves

Ordo : Psittaciformes

Family : Psittaculata

Genus : Psittaculata

Spesies : Psittaculata alexandri

b. Gambar

Gambar 17. Psittaculata alexandri

c. Deskripsi

Burung ini meiliki nama local betet, dan betet biasa. Burung ini

memiliki ukuran 34 cm. burung ini memiliki warna yang beraneka warna, dada

burung ini berwarna merah jambu. Dewasa : pada bagian kepala terdapat pipi

yang berwarna ungu-hitam di kanan dan kiri, warna tengkuk, punggung, sayap,

dan ekor hijau, dada merah jambu; paha dan perut berwrna hijau pucat. Muda:

kepala berwarna cokelat-kuning tua; paruh berwarna merah: dan kaki berwarna

abu-abu. Burung ini memiliki habitat di hutan agak terbuka. Persebaran burung

ini sekitar Asia Tenggara, Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan Selatan.

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 25 dari 46

Page 26: Laporan Kelompok Museum

6. Cangak Merah (Ardea purpurea)

a. Kalsifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Classis : Aves

Ordo : Ciconiiformes

Family : Ardeidae

Genus : Ardea

Spesies : Ardea purpurea

b. Gambar

Gambar 18. Ardea purpurea

c. Deskripsi

Burung ini disebut juga cangak merah. Berukuran cukup besar sekitar

80 cm. berwarna abu-abu, cokelat berangan, dan hitam. Mahkota berwarna

hitam dengan jambul yang menjutai. Terdapat setrip hitam menurun sepanjang

leher yang berwarna merah karat. Iris kuning, paruh coklat, kaki coklat

kemerahan. Habitat burung ini di hutan bakau, sawah, danau, tepi sungai,

bahkan tepi pantai. Pesebaran burung ini Afrika, Asia, Asia Tenggara,

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 26 dari 46

Page 27: Laporan Kelompok Museum

Sulawesi, Filipina, Kalimantan, Sumatera, Jawa, dan Bali. Mangsanya adalah

ikan, amphibi, reptile, larva dan crustacean.

7. Cekaka Sungai (Halcyon chloris)

a. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Classis : Aves

Ordo : Coraciiformes

Family : Alcedinidae

Genus : Halcyon

Spesies : Halcyon chloris

b. Gambar

Gambar 19. Halcyon chloris

c. Deskripsi

Burung ini memiliki nama local cekakak sungai. Ukuran burung ini

sedang; berwarna putih dan biru bersih. Mahkota, sayap, punggung, dan ekor

berwarna biru kehijau-hijauan dan berkilau; terdapat garis hitam yang melalui

mata; pada paruh terdapat bintik putih; leher bagian kerah berwarna putih

terang, sedangkan bagian bawah berwarna putih; iris coklat; kaki abu-abu.

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 27 dari 46

Page 28: Laporan Kelompok Museum

Umumnya burung ini ada di pedesaan terutama pesisir, hinggap pada batu atau

pohon sepanjang pesisir atau tempat terbuka lain. Pesebaran burung ini di Asia

Tropika, Indonesia hingga Papua New Giny dan Australia, burung ini umum

berada di Jawa dan Bali, dapat ditemukan hingga 1200 mdpl. Mangsa burung

ini adalah katak, kadal, ulat kecil, cacing.

8. Belibis Batu (Dendrocygna javanica)

a. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Classis : Aves

Ordo : Anseriformes

Family : Anatidae

Genus : Dendrocygna

Spesie : Dendrocygna javanica

b. Gambar

Gambar 20. Dendrocygna javanica

c. Deskripsi

Burung ini sering disebut juga belibis batu. Memiliki ukuran sedang 41

cm; berwarna colat kemerahan; mahkota berwarna gelap; kepala dan leher

kuning tua; punggung coklat dan bagian bawah coklat kemerahan; iris coklat;

paruh hitam; kaki abu-abu gelap. Mereka biasa ditemukan dalam kelompok

kecil di danau, rawa, hutan bakau, dan sawah. Pesebaranya Asia Tropika,

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 28 dari 46

Page 29: Laporan Kelompok Museum

klaimantan, Sumatra, Jawa Barat. Makanannya berupa bahan nabati termasuk

padi.

9. Kuau Raja (Argusiamus argus)

a. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Classis : Aves

Ordo : Galliformes

Family : Phasianidae

Genus : Argusiamus

Spesies : Argusiamus argus

b. Gambar

Gambar 21. Argusiamus argus

c. Deskripsi

Burung ini disebut juga Kuau raja.berukuran sangat besar untuk jantan

bias mencapai 120 cm; bulu sekunder dan bulu tengah ekor sangat panjang;

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 29 dari 46

Page 30: Laporan Kelompok Museum

bulu sayap dihiasi dengan bintik besar berbentuk mirip mata; bulu utama

umumya coklat dengan bintik kuning dan hitam yang membentuk pola rumit;

tubuh bagian bawah berwarna merah gelap. Sedangkan pada betina relative

lebih kecil ( 60 cm ); ekor dan bulu sayap pendek; berwarna gelap tidak ada

bintil; iris merah-coklat; paruh kuning; kaki merah. Habitat burung ini di hutan

primer, dataran rendah, serta hutan kering; dapat ditemui hingga ketinggian

1200 mdpl. Persebarannya Malaysia, Sumatra, dan Kalimantan. Makananya

biji-bijian, cacing, kacang- kacangan, dan sayuran.

10. Mandar Padi (Gallirallus torquatus )

a. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Classis : Aves

Ordo : Gruiformes

Family : Rallidae

Genus : Gallirallus

Spesie : Gallirallus torquatus

b. Gambar

Gambar 22. Gallirallus torquatus

c. Deskripsi

Banyak terlihat di area perkebunan yang berbatasan dengan hutan atau

sungai. Biasanya berpasangan. Suara yang keras, lantang & serak. Sangat

pemalu & waspada, dapat belari sangat cepat ke dalam semak atau rerumputan.

Di temukan di Indonesia dan Filipina.

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 30 dari 46

Page 31: Laporan Kelompok Museum

D. MAMMALIA

1. Harimau Sumatra (Panthera tigris)

a. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Carnivora

Famili : Felidae

Genus : Panthera

Spesies : Panthera tigris

b. Gambar

Gambar 23. Awetan Panthera tigris di Museum Biologi

c. Deskripsi

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 31 dari 46

Page 32: Laporan Kelompok Museum

Warna dasar mantel bervariasi dari kuning pucat hingga kuning

kemerahan dengan pola strip hitam melintang vertical di bagian perut hingga

punggung dan warna perut putih. Terdapat spot putih di daun telinga belakang

dan bagian atas mata hingga dagu. Terdapat corak hitam yang cukup simetris

antara muka sebelah kiri dan kanan. Ukuran Harimau Sumatra betina hanya 1,

98 meter dan berat 91 kg. Secara umum memiliki tubuh yang kekar dan tegap,

leher pendek, serta cakar besar dan panjang runcing bersifat retraktril. Habitat

di hutan primer dan hutan sekunder. Persebarannya terbatas di daerah Asia.

Manfaat yang dapat di ambil dari spesies ini antara lain untuk dimanfaatkan

kulitnya, untuk dijadikan hewan percobaan dan untuk mengendalikan hama

Rodentia. Carnivora yang satu ini memakan vertebrata lain baik yang

berukuran besar maupun yang berukuran kecil.

2. Beruang Madu (Helarctos malayanus)

a. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Carnivora

Famili : Ursidae

Genus : Helarctos

Spesies : Helarctos malayanus

b. Gambar

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 32 dari 46

Page 33: Laporan Kelompok Museum

Gambar 24. Awetan Helarctos malayanus di Museum Biologi

c. Deskripsi

Beruang Madu termasuk salah satu jenis beruang terkecil dari delapan

jenis beruang yang ada di dunia. Panjang tubuhnya mencapai 1,40 m dan tinggi

punggungnya 70 cm dengan berat berkisar antara 50-65 kg. Kuku pada

Beruang Madu berjumlah lima dengan struktur yang cukup panjang, masing-

maasing terdapat pada kaki depan dan belakang. Kaki depannya menghadap

kedalam dan tapaknya licin. Beruang madu berwarna hitam, memiliki rambut

yang pendek berkilau dan terdapat sedikit rambut yang berwarna keputih-

putihan atau kuning yang berbentuk “V” di dadanya. Moncongnya berwarna

lebih cerah dari badannya. Mata berwarna coklat atau biru dengan hidung yang

relatif lebar tapi tidak terlalu menonjol. Kepalanya cukup besar sehingga dapat

menyerupai Anjing, kupingnya kecil bundar, dan dahinya yang penuh daging

terkadang tampak berkerut. Beruang Madu memiliki lidah yang sangat

panjang.

Hewan ini tinggal di hutan-hutan daerah dataran rendah dan perbukitan.

Persebarannya meliputi sebagian Asean, yakni di Thailand, Myanmar,

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 33 dari 46

Page 34: Laporan Kelompok Museum

Semenajung Malaysia, Kalimantan dan Sumatra. Beruang Madu biasa

dimanfaatkan untuk bahan makanan dan bahan obat. Mangsa dari hewan ini

berupa sarang lebah, rayap, binatang kecil dan buah-buahan.

3. Babi Kutil

a. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Artiodactyla

Famili : Suidae

Genus : Sus

Spesies : Sus verrucosus

b. Gambar

Gambar 25. Awetan Sus verrucosus di Museum Biologi

c. Deskripsi

Babi Kutil memiliki panjang tubuh antara 90-190 cm, tinggi bahu 79-

90 cm dan berat 44-108 kg. Pada hewan jantan dijumpai enam buah kutil,

masing-masing di sebelah kiri dan kanan bagian muka. Dua buah di dekat

ujung batang hidung, dua buah di dekat mata dan dua buah dibawah telinga.

Ciri khas kutil ini hanya dijumpai pada yang jantan. Pada bagian tengkuknya

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 34 dari 46

Page 35: Laporan Kelompok Museum

tedapat rambut surai berwarna hitam. Kulit dan rambut pada Babi Kutil

yang sudah dewasa berwarna antara abu-abu hingga merah kegelapan. Kakinya

ramping memanjang. Ekornya panjanng dengan ujung berumbai. Kepala

sedikit cembung di bagian muka, besar dan memanjang dengan telinga yang

lebar. Ukuran jantan dapat mencapai dua kali lipat ukuran betina.

Habitat Babi Kutil adalah di hutan sekunder dataran rendah.

Merupakan hewan endemik Indonesia. Wilayah persebarannya meliputi Jawa,

Bawean dan Madura. Babi Kutil biasa dimanfaatkan dagingnya oleh manusia,

namun tak jarang pula digunakan sebagai hewan percobaan. Makananya

berupa Mammal kecil, cacing, tumbuhan dan tanaman ladang.

4. Malayan Tapir (Tapirus indicus)

a. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Perissodactyla

Famili : Tapiridae

Genus : Tapirus

Spesies : Tapirus indicus

b. Gambar

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 35 dari 46

Page 36: Laporan Kelompok Museum

Gambar 26. Awetan Tapirus indicus di Museum Biologi

c. Deskripsi

Malayan Tapir memiliki belalai yang kuat meskipun tidak terlalu

panjang. Kakinya pendek dan tegak. Warna kulit terbagi mennjadi dua bagian

yaitu hitam dan putih sedangkan bayi tapir warna kulitnya coklat bergaris

totol-totol putih horizontal. Tapir memiliki hidung yang prehensile, yang

merupakan modifikasi dari otot di wajah dan bibir atas. Warna tubuhnya

berpola hitam atau coklat tua berseling dengan warna putih. Bagian tubuh yang

berwarna gelap antara lain kepala, leher, bahu, kaki depan dan kai belakang.

Hidung dan ekornya berukuran pendek. Ukuran tubuhnya dapat mencapi 250

m. Berat badannya 260-375 kg. rambutnya pendek dan jarang sehingga tidak

menyembunyikan kulitnya. Rambut ini memiliki pola warna hitam dan putih.

Pola ini dapat membantu Tapir dalam kamuflase menghindari predator. Di

daerah atas mata terdapat struktur kepala yang berbentuk cembung.

Tapir hidup di padang rumput dengan ketinggian 4500 m pdl.

Persebarannya meliputi wilayah Burma, Thailand, Indo-China, Malaysia dan

Sumatra. Tapir bias dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Sedangkan

makanannya berupa daun muda dan ranting yang sedang tumbuh.

5. Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

a. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Primata

Famili : Cercophitecidae

Genus : Macaca

Spesies : Macaca fascicularis

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 36 dari 46

Page 37: Laporan Kelompok Museum

b. Gambar

Gambar 27. Awetan Macaca fascicularis di Museum Biologi

c. Deskripsi

Panjang tubuhnya antara 38-76 cm, panjang ekor sekitar 61 cm dengan

berat badan mencapai 6 kg. Tubuhnya tertutup rambut coklat kemerah-

merahan. Bagian wajah Nampak lebih muda dan berwarna keputih-putihan.

Warna rambut pada hewan ini lebih gelap pada yang hidup di hutan

dibandingkan dengan yang hidup dipantai. Jari-jari kaki dan tangan masing-

masing berjumlah 5 dan sangat mudah digerakkan.

Habitat hewan ini beragam karena ia mampu bertahan dalam berbagai

kondisi, dari dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 2000 m

dpl. Persebarannya hamper di seluruh Asia. Biasa dimanfaatkan sebagai hewan

peliharaan. Makanannya berupa daun, buah, biji dan bunga dari tanaman.

Selain itu juga makan serangga, telur anak burung, kepiting, udang, kerang dan

binatang sejenis lainnya.

6. Kijang (Muntiacus muntjak)

a. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 37 dari 46

Page 38: Laporan Kelompok Museum

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Artiodactyla

Famili : Cervidae

Genus : Muntiacus

Spesies : Muntiacus muntjak

b. Gambar

Gambar 28. Awetan Muntiacus muntjak di Museum Biologi

c. Deskripsi

Panjang tubuhnya termasuk kepala 89-135 cm, panjang ekor 12-23 cm,

tinggi bahu 40-65 cm dan berat mencapai 35 kg. Mantel rambut pendek, rapat,

tebal dan licin, warna bervariasi dari coklat gelap hingga coklat terang. Pada

bagian tertentu seperti tungkai depan dan muka berwarna hitam. Kijang jantan

memiliki ranggah pendek dan bercabang dua, serta memmiliki gigi yang keluar

menyerupai taring. Mantel rambbut anak kijang umunya bertotol.

Habitatnya di hutan atau daerah semak terbuka. Persebaran di Amerika

Utara dan Selatan. Kulit dan dagingnya bias diambil untuk dimanfaatkan.

Makannanya berupa rumput, ranting dan pucuk-pucuk muda dari tumbuhan.

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 38 dari 46

Page 39: Laporan Kelompok Museum

7. Kuskus (Cuscus sp.)

a. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Marsupialia

Famili : Phalangeridae

Genus : Cuscus

Spesies : Cuscus sp.

b. Gambar

Gambar 29. Awetan Cuscus sp di Museum Biologi

c. Deskripsi

Kuskus atau oleh masyarakat Sulawesi lebih dikenal dengan sebutan

memu dicirikan oleh muka yang bundar dan telinga yang kecil menonjol, serta

bulu yang lebat. Kuskus mempunyai ekor yang panjang dan liat, berfungsi

sebagai alat untuk berpegangan saat berpindah dari dahan ke dahan

(prehensile). Bahkan ekor ini merupakan senjata pertahanan Kuskus bila

dirinya akan ditangkap oleh pemburu, dimana Kuskus akan mengaitkan

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 39 dari 46

Page 40: Laporan Kelompok Museum

ekornya dengan kuat pada batang atau cabang bila pohon yang dipanjatnya

ditebang oleh pemburu.

Habitanya di hutan primer dan hutan sekunder. Persebarannya terbatas

hanya di Sulawesi. Yang biasa dimanfaatkan adalah kulitnya. Adapun

makanannya adalah serangga.

8. Kucing Emas (Felis temmincki)

a. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Carnivora

Famili : Felidae

Genus : Felis

Spesies : Felis temmincki

b. Gambar

Gambar 30. Awetan Felis temmincki di Museum Biologi

c. Deskripsi

Warnanya merah hingga coklat keemasan, dapat pula berwarna hitam,

coklat maupun abu-abu. Merupakan hewan nokturnal. Memangsa hewan

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 40 dari 46

Page 41: Laporan Kelompok Museum

anggota Rodentia. Rambut sekitar mata, pipi dan tenggorokan berwarna putih.

Memiliki garis-garis berwarna coklat sepanjang pipi dan tanda hitam di dahi.

Hewan ini hidup di hutan-hutan hampir di seluruh Asia. Bisa

dimanfaatkan kulitnya dan bias pula untuk mengendalikan hama Rodentia.

Makanannya selain Rodentia adalah mammal kecil lain, kadal dan katak.

9. Orang Utan (Pongo pygmaeus)

a. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Primata

Famili : Pongidae

Genus : Pongo

Spesies : Pongo pygmaeus

b. Gambar

Gambar 31. Awetan Pongo pygmaeus di Museum Biologi

c. Deskripsi

Rambut Orang Utan berwarna coklat kemerahan dengan panjang

mencapai 20 inci. Matanya bulat, bagian wajah tidak terdapat rambut dan

telinganya kecil. Betina dewasa (usia 12 tahun keatas) memiliki berat badan

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 41 dari 46

Page 42: Laporan Kelompok Museum

30-50 kg. Wajahnya sangat gelap dan kadang berjanggut. Sedangkan jantan

dewasa (usia 15 tahun ke atas) memiliki berat badan diatas 50 kg (pada umur

lanjut sekitar 40 kg). Jantan dewasa memiliki bantalan pipi, kantong

leher, janggut dan kadang berpunggung gundul.

Habitat di hutan tropik dataran rendah, rawa-rawa dan hutan perbukitan

hingga ketinggian 1500 m dpl.Persebaran terbatas di Sumatra bagian utara dan

Kalimantan. Pemanfaatannya adalah dengan mengambil dagingnya dan

dijadikan hewan peliharaan. Makanannya berupa buah, bunga, daun muda,

kulit kayu dan seranngga.

10. Siamang (Symphalangus syndactylus)

a. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Primata

Famili : Hylobatidae

Genus : Symphalangus

Spesies : Symphalangus syndactylus

b. Gambar

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 42 dari 46

Page 43: Laporan Kelompok Museum

Gambar 32. Awetan Symphalangus syndactylus di Museum Biologi

c. Deskripsi

Rambut hitam mengkilat kecuali rambut di muka berwarna kecoklatan.

Dadanya lebar, bagian atas kepala rata. Mempunyai kantong tenggorokan yang

yang besar dan tidak tertutupi oleh rambut. Rentangn tangn sekitar 1,5 m

dengan panjang tubuhberkisar antara 800-900 mm. Ukuran jantan lebih besar

daripada betina. Berat tubuh rata-rata hewan dewasa sekitar 11, 2 kg. tipe

pergerakan yang dominan adalah branchiasi. Sedangkan tipe pergerakan yang

lain yakni memanjat secara vertical, berayun, meloncat dan berjalan di arboreal

secara bipedal.

Habitatnya di hutan tropik,baik primer maupun sekunder. Persebaran

meliputi Sumatra dan Semenajung Malaya. Bisa dimanfaatkan sebagai hewan

peliharaan. Makanannya berupa daun, buah, bunga, biji dan serangga.

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 43 dari 46

Page 44: Laporan Kelompok Museum

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2009. Taxonomy. http:// zipcodezoo.com akses tanggal 17 Desember 2009

Anonim.2009.http://animals.jrank.org/ akses tanggal 17 Desember 2009

Anonim. 2008. http://animaldiversity.ummz.umich.edu akses tanggal 19 Desember 2009

Anonim.2009. http://www.coremap.or.id/downloads/0751.pdf akses tanggal 19 Desember

2009

Anonim. 2009. http://www.klipingcybermedia.com

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 44 dari 46

Page 45: Laporan Kelompok Museum

LAMPIRAN

Berikut adalah list spesimen hewan yang kami ambil sebagai bahan praktikum di

Museum Biologi kali ini:

Aves

1. Dara mahkota ( Goura victoria )

2. Cendrawasih (Paradisaea minor )

3. Blo Ketupu (Ketupa ketupu)

4. Elang Bondol (Haliastus indos)

5. Betet Biasa (Psittaculata alexandri)

6. Cangak Merah (Ardea purpurea)

7. Cekaka Sungai (Halcyon chloris)

8. Belibis Batu (Dendrocygna javanica)

9. Kuau Raja (Argusiamus argus)

10. Mandar Padi (Gallirallus torquatus )

Mammalia

1. Harimau Sumatra (Panthera tigris)

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 45 dari 46

Page 46: Laporan Kelompok Museum

2. Beruang Madu (Helarctos malayanus)

3. Babi Kutil (Sus verrucosus)

4. Malayan Tapir (Tapirus indicus)

5. Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

6. Kijang (Muntiacus muntjak)

7. Kuskus (Cuscus sp.)

8. Kucing Emas (Felis temmincki)

9. Orang Utan (Pongo pygmaeus)

10. Siamang (Symphalangus syndactylus)

Herpetofauna

1. Biawak ( Varanus salvator )

2. Penyu Hijau ( Chelonia mydas )

3. Ular Kobra ( Ophiophagus hannah )

4. Komodo ( Varanus komodoensis )

5. Ular Bahu ( Homalopsis buccoda Boulengger 1896 )

Pisces

1. Ikan Lele (Clarias batrachus)

2. Ikan Pari (Dasyatis sp.)

3. Ikan Arwana (Scleropages formosus)

4. Ikan Piranha (Serrasalmus sp.)

5. Ikan Tepu Lembaga (Synanceja horrid)

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Halaman 46 dari 46