laporan kelompok kpd

21
TRIGER Ny.P , usia 25 tahun , G 1 P 0000 Ab 000 , usia kehamilan 37 minggu datang ke rumah sakit dengan keluhan keluar cairan berwarna keruh merembes dari jalan lahir sejak kemarin pagi. Pasien mengatakan sejak keluar cairan darijalan lahir Ny. Ptidak berani beraktivitas berat. Pasien hanya tiduran sepanjang hari. Pasien mengeluh badannya demam. Saat di rumah sakit hasil pemeriksaan perawat didapat TD : 120/80 mmHg, RR: 18x/menit, N: 98x/menit , T: 37 O C, DJJ:120x/menit.Pasien tidak merasa adanya his. Hasil pemeriksaan amnion menunjukkan pH netral dan warnanya keruh. Pasien tampak tegang, penurunan konsentrasi, pucat dan gelisah. Berdasar anamnesa pasien mengatakan jarang kontrolkehamilan ke puskesmas I. Keyword 1. Usia 25 tahun, dengan usia kehamilan 37 minggu 2. G 1 P 0000 Ab 000 3. Keluhan keluar cairan berwarna keruh 4. Pemeriksaan cairan omnion 5. Tidak merasa ada his 6. Mengeluh demam, TD : 120/80 mmHg, N : 98x/menit, RR : 18 x/menit, T : 37 0 C , DJJ : 120 x/menit 7. Pasien tampak tegang, mengalami penurunan konsentrasi, pucat dan gelisah 8. Jarang kontrol ke Puskesmas Kata sulit : - G 1 P 0000 Ab 000 - His kontraksi - Cairan omnion kantong air/ membran embrional fungsi : melindungi janin - DJJ denyut jantung janin II. Daftar pertanyaan

Upload: rika-ayu-k-hasyim

Post on 14-Apr-2016

231 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

laporan ketuban pecah dini

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kelompok Kpd

TRIGER

Ny.P , usia 25 tahun , G1P0000 Ab000 , usia kehamilan 37 minggu datang ke rumah sakit dengan keluhan

keluar cairan berwarna keruh merembes dari jalan lahir sejak kemarin pagi. Pasien mengatakan sejak

keluar cairan darijalan lahir Ny. Ptidak berani beraktivitas berat. Pasien hanya tiduran sepanjang hari.

Pasien mengeluh badannya demam. Saat di rumah sakit hasil pemeriksaan perawat didapat TD :

120/80 mmHg, RR: 18x/menit, N: 98x/menit , T: 37OC, DJJ:120x/menit.Pasien tidak merasa adanya

his. Hasil pemeriksaan amnion menunjukkan pH netral dan warnanya keruh. Pasien tampak tegang,

penurunan konsentrasi, pucat dan gelisah. Berdasar anamnesa pasien mengatakan jarang

kontrolkehamilan ke puskesmas

I. Keyword

1. Usia 25 tahun, dengan usia kehamilan 37 minggu

2. G1 P0000 Ab000

3. Keluhan keluar cairan berwarna keruh

4. Pemeriksaan cairan omnion

5. Tidak merasa ada his

6. Mengeluh demam, TD : 120/80 mmHg, N : 98x/menit, RR : 18 x/menit, T : 37 0C , DJJ : 120

x/menit

7. Pasien tampak tegang, mengalami penurunan konsentrasi, pucat dan gelisah

8. Jarang kontrol ke Puskesmas

Kata sulit :

- G1 P0000 Ab000

- His kontraksi

- Cairan omnion kantong air/ membran embrional fungsi : melindungi janin

- DJJ denyut jantung janin

II. Daftar pertanyaan

1. Berapa usia kehamilan yang dikatakan normal untuk melakukan persalinan ?

2. –

3. Faktor penyebab keluarnya cairan keruh saat kehamilan ?

4. Apa penyebab keluarnya cairan berwarna keruh ?

5. Apa terdapat efek pada janin dan ibu dengan keluarnya cairan berwarna keruh ?

6. Bagaimana hasil normal pemeriksaan amnion ?

7. Apa saja indikasi pemeriksaan amnion ?

8. Apa fungsi pemeriksaan amnion ?

9. Bagaimana peran perawat pada pemeriksaan amnion ?

Page 2: Laporan Kelompok Kpd

10. Apa penyebab pasien tersebut demam ?

11. Apakah keadaan tersebut bisa membahayakan ibu dan janin saat persalinan ?

12. Berapakah nilai normal DJJ ? bagaimana cara menghitung DJJ ?

13. Dari keadaan tersebut apa pengaruh terhadap janin ?

14. Tindakan apa yang bisa diberikan dalam keadaan tersebut ?

15. Apa pengaruh terhadap janin jika jarang kontrol ?

16. Alasan mengapa pasien jarang kontrol ?

III. Pengelompokan

Penyebab ( 3,4,10,16 )

Proses ( 4 )

Akibat ( 5, 11,13, 15 )

Pemeriksaan ( 1, 6, 7, 8, 12 )

Tindakan (9, 14 )

IV. Hipotesa

Penyebab ( 3,4,10,16 )

- 3 : penyebab keluarnya cairan biasanya akan melahirkan tergantung pada usia

kehamilan. Keadaan-keadaan lain misal jatuh.

- 4 : warna : hijau : misal ada infeksi

Merah : perdarahan

- 10 : kemungkinan terjadi infeksi dan inflamasi sehingga timbul respon tubuh

demam

Ketuban pecah stress transduksi sinyal simpatis mengaktifkan hipotalamus

suhu meningkat

- 16 : mungkin merasakan tubuhnya baik-baik saja, jarak puskesmas jauh, dst

Proses ( 4 )

Akibat ( 5, 11,13, 15 )

- 5 : cairan merembes mulai waktu pagi kemarin, kemungkinan cepat habis tidak bisa

melumasi saat persalinan efek pada ibu

Bayi tidak bisa keluar efek pada bayi

Ketuban pecah port de entry infeksi pada janin bayi lahir abnormal

Jika cairan amnion habis rongga amnion menyusut pergerakan bayi terbatas

- 11 : demam membahayakan jika tidak segera ditangani

- 13 : (keyword 7) ibu hamil tidak boleh terlalu tegang TD meningkat

membahayakan ibu dan janin

Page 3: Laporan Kelompok Kpd

Gelisah, pucat dan penurunan konsentrasi proses mengejan tidak bisa maksimal

- 15 : tidak bisa mengetahui perkembangan janin

Pemeriksaan ( 1, 6, 7, 8, 12 )

- 1 : N : 36 mgg post date : 40 mgg pr

- 6 : warna : jernih, ph :kurang lebih 7, konsistensi : sedang-sedang , isi kandungan

omnion pr

- 7 : jika ditemukan keluar cairan tanpa ada his

- 8 : mengetahui keabnormalan cairan amnion

- 12 : nilai DJJ Normal :?..cara hitung DJJ : ?

Tindakan (9, 14 )

- 9 : membantu persiapan pasien, persiapan alat dan tempat

- 14 : memberi dukungan pada pasien, dirujuk ke dokter

Diagnosa medis : Premature Rupture of Membrane

SLO :

1. Definisi dan klasifikasi

2. Etiologi dan faktor resiko

3. Patofisiologi

4. Manifestasi klinis

5. Pemeriksaan diagnostik

6. Penatalaksanaan medis

7. Komplikasi

8. Asuhan keperawatan

DS:

1. Pasien mengatakan keluar cairan

2. Pasien mengatakan tidak berani aktivitas dst

3. Pasien mengeluh demam

4. Pasien tidak merasakan adanya his

5. Pasien mengatakan jarang kontrol ke puskesmas

6. Usia 25 tahun

Page 4: Laporan Kelompok Kpd

DO :

1. G1 P0000 Ab000

2. UK 37 minggu

3. Hasil TTV

4. DJJ 120 X/men

5. Hasil pemeriksaan amnion

6. Pasien tampak tegang dst

Diagnosa keperawatan :

1. Risiko gangguan hubungan ibu / janin bd penyulit kehamilan (ketuban pecah dini)

Ds : 1, 4

Do : 1,2,4,5

2. Ansietas

Ds : 2, 1, 4,5

Do :6, 2, 1

3. Risiko infeksi

Ds : 1, 3

Do : 3, 5

Page 5: Laporan Kelompok Kpd

1. DEFINISI dan KLASIFIKASI

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan

ditunggu 1 jam sebelum terjadi inpartu. Waktu sejak ketuban pecah sampai terjadinya kontraksi

rahim disebut periode laten. Hal ini bisa membahayakan karena dapat terjadi infeksi asenden

intrauterine. (Manuaba, 2009)

Klasifikasi

a. Ketuban pecah dini saat preterm yaitu KPD pada usia < 37 minggu

Insiden : 2-4 % dari kehamilan tunggal dan 7-10 % dari kehamilan kembar

Ketuban pecah dini usia < 37 minggu dapat dibagi menjadi 3 yaitu :

- Ketuban pecah dini pada kehamilan > 35 minggu

- Ketuban pecah dini pada kehamilan 32-35 minggu

- Ketuban pecah dini pada kehamilan < 32 minggu

b. Ketuban pecah dini pada kehamilan aterm ( usia cukup bulan ) > 37 minggu

Insiden : 8-10 % dari kehamilan cukup bulan

( Errol Norwitz, 2007 )

PROM diklasifikasikan berdasarkan usia kehamilan :

Preterm PROM PROM yang terjadi setelah 28 minggu usia kehamilan dan sebelum 37

minggu

Term PROM PROM yang terjadi setelah 37 minggu usia kehamilan, termasuk kasus

post-term yang terjadi setelah 40 minggu

Preterm dan term PROM akan diklasifikasikan lagi menjadi :

Early PROM cairan telah keluar selama <12 jam

Prolonged PROM cairan telah keluar selama 12 jam atau lebih

2. ETIOLOGI dan FAKTOR RISIKO

Penyebab KPD menurut Mansjoer (1999) belum diketahui. Namun dikatakan pula bahwa faktor

predisposisi KPD antara lain infeksi genetalia, serviks inkompeten, gemeli, hidramnion, kehamilan

preterm, dan disporposi sefalo pelvik.

Meskipun banyak publikasi tentang ketuban pecah dini (KPD), namun penyebabnya secara

langsung masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan

menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan ketuban pecah dini, namun faktor-

faktor yang lebih berperan sulit diketahui (Sualman, 2009). Faktor-faktor predisposisi itu antara

lain adalah:

a. Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis). Korioamnionitis adalah keadaan pada perempuan

hamil dimana korion, amnion dan cairan ketuban terkena infeksi bakteri. Korioamnionitis

Page 6: Laporan Kelompok Kpd

merupakan komplikasi paling serius bagi ibu dan janin, bahkan dapat berlanjut menjadi

sepsis (Sarwono, 2008). Membrana khorioamnionitik terdiri dari jaringan viskoelastik.

Apabila jaringan ini dipacu oleh persalinan atau infeksi maka jaringan akan menipis dan

sangat rentan untuk pecah disebabkan adanya aktivitas enzim kolagenolitik (Sualman, 2009).

Grup B streptococcus mikroorganisme yang sering menyebabkan amnionitis. Selain itu

Bacteroides fragilis, Lactobacilli dan Staphylococcus epidermidis adalah bakteri-bakteri yang

sering ditemukan pada cairan ketuban pada kehamilan preterm. Bakteri-bakteri tersebut

dapat melepaskan mediator inflamasi yang menyebabkan kontraksi uterus. Hal ini

menyebabkan adanya perubahan dan pembukaan serviks, dan pecahnya selaput ketuban

(Sualman, 2009).

Jika terdiagnosis korioamnionitis, perlu segera dimulai upaya untuk melahirkan janin

sebaiknya pervaginam. Sayangnya, satu-satunya indikator yang andal untuk menegakkan

diagnosis ini hanyalah demam; suhu tubuh 38ºC atau lebih, air ketuban yang keruh dan

berbau yang menyertai pecah ketuban yang menandakan infeksi (Cunningham, 2006).

b. Infeksi genitalia

Meskipun chlamydia trachomatis adalah patogen bakteri paling umum yang ditularkan lewat

hubungan seksual, tetapi kemungkinan pengaruh infeksi serviks oleh organisme ini pada

ketuban pecah dini dan kelahiran preterm belum jelas. Pada wanita yang mengalami infeksi

ini banyak mengalami keputihan saat hamil juga mengalami ketuban pecah dini kurang dari

satu jam sebelum persalinan dan mengakibatkan berat badan lahir rendah (Cunningham,

2006).

Infeksi akut yang sering menyerang daerah genital ini termasuk herpes simpleks dan infeksi

saluran kemih (ISK) yang merupakan infeksi paling umumyang mengenai ibu hamil dan

sering menjadi faktor penyebab pada kelahiran preterm dan bayi berat badan rendah. Pecah

ketuban sebelum persalinan pada preterm dapat berhubungan dengan infeksi maternal.

Sekitar 30% persalinan preterm disebabkan oleh infeksi dan mendapat komplikasi dari

infeksi tersebut (Chapman, 2006).

c. Serviks yang tidak lagi mengalami kontraksi (inkompetensia), didasarkan pada adanya

ketidakmampuan serviks uteri untuk mempertahankan kehamilan. Inkompetensi serviks

sering menyebabkan kehilangan kehamilan pada trimester kedua. Kelainan ini dapat

berhubungan dengan kelainan uterus yang lain seperti septum uterus dan bikornis. Sebagian

besar kasus merupakan akibat dari trauma bedah pada serviks pada konisasi, produksi eksisi

loop elektrosurgical, dilatasi berlebihan serviks pada terminasi kehamilan atau laserasi

obstetrik (Sarwono, 2008)

Page 7: Laporan Kelompok Kpd

d. Trauma juga diyakini berkaitan dengan terjadinya ketuban pecah dini. Trauma yang didapat

misalnya hubungan seksual saat hamil baik dari frekuensi yang lebih dari 3 kali seminggu,

posisi koitus yaitu suami diatas dan penetrasi penis yang sangat dalam sebesar 37,50%

memicu terjadinya ketuban pecah dini, pemeriksaan dalam, maupun amnosintesis dapat

menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini karena biasanya disertai infeksi. Kelainan letak

janin misalnya letak lintang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas

panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah (Sualman,

2009).

e. Faktor paritas, terbagi menjadi primipara dan multipara. Primipara adalah wanita yang

pernah hamil sekali dengan janin mencapai titik mampu bertahan hidup. Ibu primipara yang

mengalami ketuban pecah dini berkaitan dengan kondisi psikologis, mencakup sakit saat

hamil, gangguan fisiologis seperti emosi dan termasuk kecemasan akan kehamilan

(Cunninghan, 2006).

f. Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami ketuban pecah dini

kembali. Patogenesis terjadinya ketuban pecah dini secara singkat ialah akibat adanya

penurunan kandungan kolagen dalam membrane sehingga memicu terjadinya ketuban

pecah dini dan ketuban pecah dini preterm terutama pada pasien risiko tinggi. Wanita yang

mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan atau menjelang persalinan maka pada

kehamilan berikutnya wanita yang telah mengalami ketuban pecah dini akan lebih beresiko

mengalaminya kembali antara 3-4 kali dari pada wanita yang tidak mengalami ketuban

pecah dini sebelumnya, karena komposisi membran yang menjadi mudah rapuh dan

kandungan kolagen yang semakin menurun pada kehamilan berikutnya (Cunningham, 2006).

g. Tekanan intra uterin yang meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya

hidramnion dan gemeli.

h. Usia ibu yang ≤ 20 tahun, termasuk usia yang terlalu muda dengan keadaan uterus yang

kurang matur untuk melahirkan sehingga rentan mengalami ketuban pecah dini. Sedangkan

ibu dengan usia ≥ 35 tahun tergolong usia yang terlalu tua untuk melahirkan khususnya pada

ibu primi (tua) dan beresiko tinggi mengalami ketuban pecah dini.

i. Defisiensi asam askorbat dan vitamin C

Kekurangan asam askorbat dan vitamin C dapat menyebabkan pembentukan kolagen pada

selaput ketuban yang tidak bagus, sehingga selaput ketuban yang terbentuk tidak maksimal

dan mudah pecah.

Page 8: Laporan Kelompok Kpd

3. PATOFISIOLOGI

(Terlampir)

4. MANIFESTASI KLINIS

Keluar ketuban warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau / kecoklatan sedikit / banyak

Dapat di sertai demam bila sudah ada infeksi

Janin mudah teraba, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat

Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada , air ketuban sudah kering

Inspeksikula, tampak air ketuban mengalir / selaput ketuban tidak ada dan air ketuban

ketuban sudah kering ( arief mansjoer, dkk,2001 : 310 )

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan Lab :

a. Pemeriksaan Alpha- Fetoprotein ( AFP ). Konsentrasinya tinggi di dalam cairan amnion tetapi

tidak di semen dan urin

b. Pemeriksaan darah lengkap dan kultur urin

c. Tes pakis

Dengan meneteskan cairan ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan

mikroskopis menunjukkan Kristal cairan amnion dan gambaran daun pakis.

d. Tes lakmus ( Nitrazine test )

Jika kertas lakmus erah berubah menjadi biru, menunjukkan adanya air ketuban (alkali), Ph

ait ketuban adalah 7-7,5 , darah dan infeksi vagina adapat menghasilkan tes yang positif

palsu.

Pemeriksaan USG

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri.Pada

kasus ketuban pecah dini terlihat jumlah air ketuban yang sedikit (oligohidramnion/

anhidramnion). Oligohidramnion ditambah dengan hasil anamnesa dari pasien bisa menegakkan

diagnosis, tapi bukan menegakkan diagnosisi rupturnya membran fetal. USG dapat

mengidentifikasi kehamilan ganda, janin yang tidak normal atau melokalisasi kantong cairan

amnion pada amniosentesisdan sering digunakan dalam mengevaluasi janin. Pemeriksaan USG

bergunauntuk menegakkan diagnosis KPD.

6. PENATALAKSANAAN MEDIS

a. Kortikosteroid

Menekan morbiditas dan mortalitas perinatal pasca ketuban pecah dini preterm, menurunkan

terjadinya sindrom distres pernafasan, hemoraghi intraventrikular, enterokolitis dan

ekrotikans. Rekomendasi sebagian besar menggunakan betametasone IM 12 mg/ 24 jam

Page 9: Laporan Kelompok Kpd

selama 2 hari. National Institute of Health merekomendasikan kortikosteroid sebelum

masagestasi 30-33 minggu dengan asumsi viabilitas fetus dan tidak ada infeksi intra amniotik.

Pemberian kortikosteroid setelah masa gestasi 34 minggu masih kontroversial dan tidak

direkomendasikan kecuali ada bukti imaturitas paru melalui pemeriksaan amniosentesis.

b. Agen Tokolitik

Memperpanjang periode latensi tetapi tidak memperbaiki luaran neonatal. Pemberian

jangkapanjang tidak diperkenankan.

c. Antibiotik

Menekan infeksi neonatal dan memperpanjang periode latensi.Sejumlah antibiotik yang

digunakan ialah ampisilin 2 gr dengan kombinasi erotromisin 250 mg tiap 6 jam selama 48

jam, diikuti amoksisilin 250 mg dengan eritromisin 333 mg tiap 8 jamuntuk 5 hari. Pasienyang

mendapat kombinasi ini dimungkinkan dapat mempertahankan kandungan selamatiga minggu

setelah penghentian pemberian antibiotik selama tujuh hari.

Penatalaksanaan berdasarkan masa gestasinya :

< dari 37 minggu >dari 37 minggu

Infeksi Tidak ada infeksi Infeksi Tidak ada Infeksi

Diberikan penicillin,

gentamicin, dan

metronidazol

Amoxilin +

eritromicin untuk 7

hari

Diberikan penicillin,

gentamicin, dan

metronidazol

Lahirkan bayi

Lahirkan bayi Steroid untuk

pematangan paru

Lahirkan bayi Berikan penicillin

atau ampicillin

Antibiotika Setelah Persalinan

Profilaksis Infeksi Tidak ada infeksi

Stop antibiotik Lanjutkan untuk 24-

48 jam setelah

bebas pana

Tidak perlu antibiotik

7. KOMPLIKASI

Terhadap janin

Walaupun ibu belum menunjukan gejala infeksi, tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi,

karena infeksi intrauterin lebih dahulu terjadi sebelum gejala pada ibu dirasakan, Jadi akan

meninggikan mortalitas dan morbiditas perinatal.

Terhadap ibu

Page 10: Laporan Kelompok Kpd

Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi, apalagi bila terlalu sering diperiksa

dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis (nifas) dan peritonits. Ibu Akan

merasa lelah karena terbaring ditempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan

naik, nadi cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi.

8. ASUHANKEPERAWATAN

Pengkajian

1) Identitas klien

Nama : Ny.P

Usia : 25 tahun

Jenis Kelamin : perempuan

Usia kehamilan : 37 minggu

2) Status kesehatan saat ini

Keluhan utama : keluar cairan berwarna keruh merembes dari jalan lahir

Lama keluhan : >24 jam (sejak kemarin pagi)

Kualitas keluhan : berat

Faktor pencetus : tidak diketahui secara pasti

Faktor pemberat : terlambat dibawa ke RS

Diagnose medis : KPD

3) Riwayat kesehatan saat ini

Pasien datang ke RS dengan keluhan keluar cairan berwarna keruh merembes dari jalan lahir

sejak kemarin pagi. Pasien mengatakan tidak berani beraktivitas berat sejak keluarnya

cairan. Pasien mengeluh badannya demam dan tidak merasakan his. Pasien tampak tegang,

penurunan konsentrasi, pucat, dan gelisah.

4) Pemeriksaan fisik

Kesadaran : composmentis

TTV

TD : 120/80 mmHg

N : 98 x/menit

RR : 18 x/menit

T : 37 derajat celcius

DJJ : 120 x/menit

5) Hasil pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan cairan amnion : pH netral dan warnanya keruh

Page 11: Laporan Kelompok Kpd

Analisa Data

No. Pengelompokan Data Etiologi Diagnnosa Keperawatan

1. DS : pasien mengatakan

keluar cairan berwarna

keruh dari jalan lahir , pasien

tidak merasakan adanya his.

DO : G1P0000 Ab000 UK: 37

minggu, DJJ : 120x/menit,

hasil pemeriksaan amnion :

Ph netral, warna keruh

Faktor risiko infeksi/serviks

inkompeten /dlldilatasi serviks

berlebih selaput krtuban

menonjol danmudah pecah KPD

air ketuban keluar risiko terjadi

gangguan pada kehamilan risiko

gangguan hubungan ibu/janin

Risiko gangguan hubungan

ibu/janin

2. DS : pasien mengatakan

keluar cairan berwarna

keruh dari jalan lahir, pasien

mengatakan sejak keluar

cairan dari jalan lahir Ny. P

tidak beran berkativitas

berat, hanya tiduran

sepanjang hari, pasien tidak

merasa adanya his, pasien

mengatakan jarang kontrol

kehamilannya ke puskesmas

DO : G1P0000 Ab000 , UK: 37

minggu, pasien tampak

tegang, penurunan

konsentrasi, pucat dan

gelisah

Faktor risiko infeksi/serviks

inkompeten /dlldilatasi serviks

berlebih selaput krtuban

menonjol danmudah pecah KPD

air ketuban terlalu banyak yang

keluar kecemasan ibu terhadap

keselamatan janin dan dirinya

ansietas

Ansietas b.d perubahan

status kesehatan

3. DS : pasien mengatakan

keluar cairan berwarna

keruh dari jalan lahir, pasien

mengeluh badannya demam

DO : TD = 120/80 mmHg

RR = 18x/menit N =

98x/menit T= 37OC DJJ =

120 x/menit, hasil

infeksi proses biomekanik bakteri

mengeluarkan enzim proteolitik

sel ketuban tipis dan mudah pecah

KPD Tidak adanya pelindung

dunia luar

Risiko Infeksi

Page 12: Laporan Kelompok Kpd

pemeriksaan amnion : Ph

netral, warna keruh

Rencana Keperawatan

No

.

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan

1. Risiko gangguan

hubungan ibu/janin

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan 1x24 jam tidak terjadi

risiko gangguan hubungan ibu /janin

dengan kriteria hasil :

NOC : Fetal status : intraparum

Indikator 1 2 3 4 5

DJJ -> 120-

160 x/menit

Warna

cairan

amnion

( putih agak

keruh atauu

sesuai UK)

jumlah

cairan

amnion

(1000-1500

ml pd UK

aterm)

NIC : Intrapartal Care

1. Ajarkan teknik nafas dalam,

relaksasi, dan visualisasi

2. Lakukan pengkajian vaginal

3. Tetap lakukanauskultasi

terutama pada DJJ setiap 30-60

menit sekali

4. Kolaborasi pemberian analgetik

untukmeningkatkan

kenyamanan

5. Observasi efek medikasi

terhadap ibu dan janin

6. Auskultasi DJJ setelah

pemeriksaan amnion

7. Evaluasi kembali posisi janin

setelah pemeriksaan amnion

8. Dokumentasi karakteristik

cairan, DJJ setelah terjadi KPD

secara berkala

2. Ansietas b.d perubahan

status kesehatan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan 1x6 jam tingkat

ansietas klien menurun dengan

kriteria hasil :

NIC : Anxiety reduction

1. Kaji tanda-tanda ansietasbaik

verbal maupunnon verbal

2. Anjurkan supaya keluarga tetap

berada di dekat klien

Page 13: Laporan Kelompok Kpd

NOC : Anxiety level

Indikator 1 2 3 4 5

Gelisah √

Pucat √

Penurunan

konsentrasi

3. Berikan semua informasi yang

akurat mengenai

diagnosis,terapi dan

prognosanya

NIC : Relaxation teraphy

1. Ciptakan suasana tenag , bebas

dari gangguan dengan

penerangan yang cukup dan

suhu ruangan yang nyaman

2. Demonstrasikan dan lakukan

teknik relaksasi bersama

dengan klien

3. Kembangkan tipe teknik

relaksasi yang dapat digunakan

oleh klien

4. Evaluasi dan dokumentasi

respon terhadap terapi

relaksasi

3. Risiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam resiko

infeksi pada klien dengan criteria

hasil:

NOC : Risk control : Infection Process

Indikator 1 2 3 4 5

Tidak ada

tanda-tanda

infeksi

Keadaan

umum klien

baik

Persalinan

normal

NIC : Infection Control

1. Lakukan cuci tangan sebelum

dan sesudah tindakan

2. Dengan DJJ dengan dopler 1-4

jam

3. Jangan terlalu sering melakukan

pemeriksaan pervagina

4. Kolaborasikan dengan dokter

pemberian antibiotic

5. Gunakan sabun antimikroba,

bila perlu

6. Batasi pengunjung, bila perlu

7. Anjurkan meningkatkan intake

nutrisi

8. Anjurkan meningkatkan intake

cairan

Page 14: Laporan Kelompok Kpd

9. Ajarkan tanda dan gejala infeksi

Daftar Pustaka

Departeman Kesehatan. 1996. Kedaruratan Kebidanan Buku Ajar Untuk Program

Pendidikan Bidan. Jakarta : Penerbit Departemen Kesehatan.

Kumboyo,Doddy A, dkk. 2001. Standar Pelayanan Medik SMF Obstetri dan Ginekologi. RSU

Mataram. Mattaram

Manuaba, ida bagus Gde.2007. pengantar kuliah obstruksi. Jakarta: EGC

Medina, Tanya M and Hill D. Ashley. 2006. Preterm Premature Rupture of Membrane:

Diagnosis and Management. American Familiy Physician. Orlando Florida.

Norwitz, Errol. 2007. Obstetry and Ginecology. Jakarta : EMS

Prawihardjo, S, dkk. 2001. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan maternal dan

Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Ratnawati S, dkk.2010. Hubungan Antara Pekerjaan Ibu Hamil Dengan Kejadian Ketuban

Pecah Dini Di URJ Dr. Soetomo Surabaya, Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes Vol I No. 3 Juli

2010 issn: 2086-3098

Page 15: Laporan Kelompok Kpd

LAPORAN KELOMPOK 6

COLLABORATIVE LEARNING

PREMATURE RUPTURE OF MEMBRANE

Disusun oleh :

Heri Eny Suryani 115070200111013

Arfianita Ramadhani 115070200111015

Dwi Handayani Sundoro 115070200111017

Triana Novitasari 115070201111027

Rika Ayu Kusuma Hasyim 115070201111029

Trian Agus Hartanto 115070200111001

Edwina Narulita Sari A 115070200111005

Ade Rumondang Megawati H 115070201111003

Eka Fitri Cahyani 115070201111001

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2013

PBL