kpd lapkas

33
STATUS PASIEN 1. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. R Umur : 42 tahun Tempat, Tanggal Lahir : Bima, 05-06-1973 Alamat : Jl. Bend. Melayu RT 04, RW 18, Tugu Selatan, Jakarta Utara. Agama : Islam Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Nama Suami : Tn. E Tanggal MRS : 23-06-2015 Nomor Rekam Medis : 00130435 Dokter yang Merawat : dr. Rusmaniah, Sp.OG 2. ANAMNESA ( Autoanamnesa) Keluhan utama: Pasien datang dengan keluhan nyeri perut bagian bawah sejak 2-3 bulan yang lalu Riwayat penyakit sekarang: Riwayat penyakit dahulu: 1

Upload: nur-darda-hajatulail

Post on 07-Dec-2015

252 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

v

TRANSCRIPT

STATUS PASIEN

1. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. R

Umur : 42 tahun

Tempat, Tanggal Lahir : Bima, 05-06-1973

Alamat : Jl. Bend. Melayu RT 04, RW 18, Tugu

Selatan, Jakarta Utara.

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Nama Suami : Tn. E

Tanggal MRS : 23-06-2015

Nomor Rekam Medis : 00130435

Dokter yang Merawat : dr. Rusmaniah, Sp.OG

2. ANAMNESA ( Autoanamnesa)

Keluhan utama:

Pasien datang dengan keluhan nyeri perut bagian bawah sejak 2-3 bulan

yang lalu

Riwayat penyakit sekarang:

Riwayat penyakit dahulu:

Hipertensi disangkal, asma disangkal, diabetes mellitus, penyakit

jantung, dan penyakit serius lainnya disangkal

Riwayat operasi

1

Pasien pernah dilakukan dilatasi dan kuretase tahun 2003 dan 2006

dikarenakan abortus.

Riwayat Penyakit Keluarga:

Riwayat Diabetes Melitus, penyakit hipertensi, asma dalam keluarga

disangkal

Riwayat Pengobatan

Konsumsi obat-obatan disangkal

Riwayat Perkawinan

Perkawinan pertama, masih kawin lama kawin 17 tahun.

Riwayat haid:

Haid pertama : umur 13 tahun

Siklus haid : tidak teratur

Lama : 4-5 hari

Panjang siklus : 30 hari

Nyeri haid : Nyeri

Haid terakhir : 18-6-2015

Riwayat Persalinan

N

o

Tempat

Bersalin

Penolong Tahun Aterm Jenis

Persa

linan

Penyulit Anak

Sex Berat Keada

an

2

1 Abortus

usia 2

bulan

Dokter 2003

(kureta

se)

2 Abortus

usia 3

bulan

Dokter 2006

(kureta

se

Riwayat Alergi

Alergi makanan, obat, maupun suhu disangkal.

Riwayat Sosial dan Kebiasaan:

Pasien Tidak merokok

Pasien tidak Minum alkohol

3. PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALIS:

Keadaan Umum : sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Berat Badan : 56 kg.

Tinggi Badan : 150 cm.

Tekanan Darah : 130/ 80 mmHg.

Nadi : 82 x/menit, regular, isi cukup.

Pernapasan : 20 x/menit.

Suhu : 36,8 0C

Kulit

3

Warna : Sawo matang, tidak pucat, tidak ikterik

Turgor : Baik

Kepala

Bentuk : Normosefali, simetris

Rambut : Rambut hitam, tidak mudah rontok

Mata

Konjungtiva : Anemis -/-

Sklera : Ikterik -/-

Mulut dan Tenggorokan

Bibir : Pucat (-), lembab (+)

Gigi geligi : Lengkap, karies (-)

Leher

Tiroid : Pembesaran (-)

Kelenjar Getah Bening

KGB leher : tidak terdapat pembesaran

KGB aksila : tidak terdapat pembesaran

KGB inguinal : tidak terdapat pembesaran

Thoraks

Paru-paru:

Inspeksi :Bentuk simetris, pergerakan pada pernapasan

normal, tidak ada bagian yang tertinggal.

4

Auskultasi :Bunyi nafas vesikuler +/+, Bunyi nafas

tambahan (wheezing -/-, rhonki -/-)

Jantung:

BJ I, II regular (+), Murmur (-), Gallop (-)

Mamae

Simetris, tidak ada benjolan.

Puting susu menonjol, ASI (-)

Abdomen

Status Ginekologi

Ekstremitas

Akral hangat +/+, Varises (-), Sianosis (-), edema (-), RCT < 2 detik (+)

4. STATUS GINEKOLOGI

Inspeksi : Tidak ada tanda-tanda peradangan, bekas operasi (-), terlihat

adanya benjolan di bawah pusat.

Palpasi : Teraba massa padat, immobile, nyeri tekan (-), ukuran kurang

lebih sebesar kepalan tangan orang dewasa, pole atas 1 jari

dibawah pusat, pole bawah setentang simphisis.

Pemeriksaan Dalam

Vaginal Touche : Tidak dilakukan

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

USG:

5

6. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pemeriksaan HASIL SATUAN NILAI NORMAL

HEMATOLOGI LENGKAP

Hemoglobin 11,6 g/dL 11,3-15,5

Leukosit 9.800 /µL 4.300-10.400

Hematokrit 35,5 % 36,0-46,0

Trombosit 367.000 / µL 132.000 – 400 .000

PEMBEKUAN

Masa Perdarahan 3ꞌ00 ꞌꞌ Menit 1ꞌ -3ꞌ

Masa Pembekuan 4ꞌ00 ꞌꞌ menit 2ꞌ-6ꞌ

KARBOHIDRAT

Gula Darah Sewaktu 140 mg/dl <120

ENZYM

SGPT 9 U/L <31

FAAL GINJAL

Ureum 29 mg/dl 15-40

7. ASSESSMENT

Mioma uteri

8. RENCANA

9. LAPORAN PEMBEDAHAN

Dokter Ahli Bedah : dr.Rusmaniah, Sp.OG

dr. Sunaryo, Sp.B

6

Asisten : Yoyok, Siti Nafiah

Tanggal Pembedahan : 24-6-2015

Lama Pembedahan :±3 jam

Tindakan Pembedahan :Histerektomi total stadium IV, adhesiolisis,

kauterisasi endometriosis

Uraian Pembedahan:

Pasien berbaring terlentang

Asepsis dan Antisepsis

Insisi midline ±12 cm

Tampak uterus membesar dengan ukuran 15x4x8 cm, multiple

mioma uteri, adenomiosis di corpus uteri posterior, melengket antara

uterus dan colon sigmoid

Dilakukan adesiolisis oleh dr.Sunaryo, Sp.B

Dilakukan histerektomi total

Endometriosis di ovarium kanan dan kiri kauterisasi

Kontrol perdarahan

Jahit dinding abdomen,

Operasi selesai

10. Diagnosa Pasca Operasi

Adenomiosis+multiple mioma uteri+perlengketan antara uterus dan

colon sigmoid, endometriosis

11. FOLLOW UP PRA OPERASI DAN PASCA OPERASI

Hari/

Tanggal,

jam

7

23/6/2015

23.30

S: OS mengaku keluar air ketuban terakhir sore hari dan

masih keluar air sedikit hingga sekarang

O: KU= baik, Kes= CM, TD=120/80, N =80x/menit,

S=360C, RR=18x/menit

Mata: konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

Leher: Pemb KGB dan tiroid (-)

Thorax:

Cor: BJ1, II regular (+), murmur (-), gallop(-)

Pulmo: Vesikuler (+), wheezing (-), ronkhi (-)

Mamae: ASI (+), puting menonjol (+), simetris (+)

Abdomen: BU (+), tinggi fundus uteri 34 cm

Vagina: Darah(-), lendir (-), air air(+) banyaknya sedikit,

FA(-)

Ekstrimitas: edema (-), simetris(+)

Otonom: BAB(+), BAK(+), Flatus (+)

A: G4P2A1 gravid 37 minggu+Ketuban Pecah Dini

P: Rencana sc elektif, observasi TTV

24/6/2015

Pkl 05.00

S:OS mengaku perut terasa nyeri perut

O: KU= Baik, Kes= CM, TD=120/70, N =66x/menit,

S=36,3, RR=20x/menit

Mata: konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

Leher: Pemb KGB dan tiroid (-)

Thorax:

Cor: BJ1, II regular (+), murmur (-), gallop(-)

Pulmo: Vesikuler (+), wheezing (-), ronkhi (-)

Mamae: ASI (-), puting menonjol (+), simetris (+)

Abdomen: BU (+), terlihat pembesaran di abdomen

bagian bawah,

8

Vagina: Darah(-), lendir (-),FA(-)

Ekstrimitas: edema (-), simetris(+), akral hangat (+),

RCT ≤ 2 detik (+)

Otonom: BAB(+), BAK(+), Flatus (+)

A: mioma uteri

P: rencana operasi

26/6/2015

Pkl 05.00

S:OS mengaku nyeri pada bekas jahitan

O: KU= Baik, Kes= CM, TD=110/70, N =84x/menit,

S=36,3, RR=19x/menit

Mata: konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

Leher: Pemb KGB dan tiroid (-)

Thorax:

Cor: BJ1, II regular (+), murmur (-), gallop(-)

Pulmo: Vesikuler (+), wheezing (-), ronkhi (-)

Mamae: ASI (+), puting menonjol (+), simetris (+)

Abdomen: BU (+)

Vagina: Darah(+), lendir (-),FA(-)

Ekstrimitas: edema (-), simetris(+)

Otonom: BAB(-), BAK(+), Flatus (-)

A: P3A1 gravid 37 minggu, oligohidramnion post sc hari

pertama

P:cefadroxil 3x1, asam mefenamat 3x1,mobilisasi

27/6/2015

Pkl 05.00

S:OS mengaku masih nyeri pada bekas jahitan

O: KU= Baik, Kes= CM, TD=110/70, N =78x/menit,

S=360C, RR=18x/menit

Mata: konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

Leher: Pemb KGB dan tiroid (-)

Thorax:

9

Cor: BJ1, II regular (+), murmur (-), gallop(-)

Pulmo: Vesikuler (+), wheezing (-), ronkhi (-)

Mamae: ASI (+), puting menonjol (+), simetris (+)

Abdomen: BU (+)

Vagina: Darah(+), lendir (-),FA(-)

Ekstrimitas: edema (+), simetris(+)

Otonom: BAB(-), BAK(+), Flatus (-)

A: P3A1 gravid 37 minggu, oligohidramnion post sc hari

kedua

P:terapi dilanjutkan

28/6/2015

Pkl 05.00

S:OS mengaku nyeri pada bekas jahitan sudah

berkurang, pasien sudah bias berjalan ke kamar mandi

O: KU= Baik, Kes= CM, TD=110/70, N =70x/menit,

S=36,60C, RR=20x/menit

Mata: konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

Leher: Pemb KGB dan tiroid (-)

Thorax:

Cor: BJ1, II regular (+), murmur (-), gallop(-)

Pulmo: Vesikuler (+), wheezing (-), ronkhi (-)

Mamae: ASI (+), puting menonjol (+), simetris (+)

Abdomen: BU (+)

Vagina: Darah(+), lendir (-), FA(-)

Ekstrimitas: edema (+), simetris(+)

Otonom: BAB(-), BAK(+), Flatus (+)

A: P3A1 gravid 37 minggu, oligohidramnion post sc hari

ketiga

P:terapi dilanjutkan, off infuse, off kateter

10

TINJAUAN PUSTAKA

11

1. Definisi

Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban

sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir

kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm

adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang

adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya

melahirkan.

KPD terjadi sekitar 10.7% pada wanita hamil, sekitar 94 % kasus terjadi

pada kehamilan aterm, 5% terjadi pada kehamilan preterm ( berat fetus

1000-2500 gram ) dan 1 % terjadi pada kehamilan immature ( berat fetus

< 1000 gram ).

Gambar 1. Ketuban Pecah

2. Etiologi dan Faktor Resiko

Pada sebagian besar kasus, penyebabnya belum ditemukan. Faktor yang

disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran

prematur, merokok, dan perdarahan selama kehamilan.

Beberapa faktor risiko dari KPD :

12

Inkompetensi serviks (leher rahim)

Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)

Riwayat KPD sebelumya

Kehamilan kembar

Trauma

Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan

23 minggu

Infeksi

3. Gejala Klinis dan Diagnosa

Untuk mendiagnosa KPD, maka diperlukan anamnesa yang sesuai dan

mengarah, 90 % diagnosa ditentukan dari anamnesis yang di dapat.

Anamnesis dan Gejala klinis yang terjadi adalah riwayat keluarnya cairan

ketuban merembes melalui vagina. Cairan ketuban normal berwarna

bening dan mungkin sedikit keruh,  Aroma air ketuban berbau manis

( tidak berbau amoniak ). Biasanya cairan ketuban dapat merembes

ataupun menetes, banyak nya cairan ketuban yang keluar kadang sedikit,

kadang banyak tergantung pada kehamilan. Apakah terdapat rasa mulas,

rasa sakit pada perut, apakah terdapat perdarahan dari jalan lahir, apakah

terdapat riwayat trauma sebelumnya ( riwayat terjatuh), riwayat koitus

sebelumnya, riwayat penggunaan obat – obatan.

Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan inspekulo secara steril, yang

memperlihatkan cairan yang mengenang pada forniks posterior.

13

Pemeriksaan dalam perlu dihindari karena akan menyebabkan terjadinya

infeksi intrauteri, memperpendek periode laten, dan meningkatkan

insiden dari sepsis neonatorum.

4. Pemeriksaan penunjang

a) Kertas Lakmus ( Nitrazine )

Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat

dilakukan dengan kertas Lakmus / nitrazine, kertas ini mengukur pH

(asam-basa). pH normal dari vagina adalah 4- 4,7 sedangkan pH

cairan ketuban adalah 7,1-7,3.

Apabila cairan ketuban diperiksa oleh kertas lakmus, maka kertas

Lakmus merah akan menjadi biru karena pH Alkali / basa.

Sedangkan apabila cairan tersebut cairan vagina maka kertas lakmus

berwana merah karena pH asam.

Hasil positif yang salah apabila terdapat keterlibatan trikomonas,

darah, semen, lendir leher rahim, dan air seni. Hasil yang negatif

dapat ditemukan pada KPD yang berkepanjangan dan bila cairan

amnionnya sedikit.

14

b) Ferning Test ( Cairan Amnion )

Ferning Test adalah suatu pemeriksaan pada cairan amnion (Apabila

dicurigai adanya pecahnya cairan ketuban pada kehamilan ). Tes

yang dilakukan yaitu mengambil apusan dari cairan yang diduga

amnion pada kaca objek, dibiarkan kering, dan dilihat dibawah

mikroskop, dan akan terbentuk kristalisasi yang akan tampak

gambaran ”ferning” ( daun pakis).

Kedua tes tersebut sudah mengkonfirmasi KPD sebesar 99%.

Gambar

2. 2.

Ferning

Appearance

c) Ultrasonography ( USG )

USG dapat juga mengkonfirmasi adanya oligohidramnion akibat

KPD, tetapi keadaan ini dapat disebabkan oleh hal lain diluar KPD.

Disebut oligohidramnion bila volume cairan amnion < 500 ml pada

usia kehamilan 32-36 minggu.

d) Amniosentesis

Sangat jarang dilakukan karena invasive. Cara Tes ini yaitu

memasukkan zat warna indigo carmine atau fluorescein, kemudian

dipasang sebuah tampon diletakkan di vagina lalu dilakukan

15

pemeriksaan setelah 2 jam, dimana pada tampon akan

menampakkan zat warna tersebut.

5. Penanganan KPD

Untuk upaya pencegahan terjadinya KPD sebaiknya ibu hamil

mengurangi aktivitas atau lebih banyak istirahat pada akhir triwulan

kedua atau awal triwulan ketiga.

Penanganan awal apabila Ketuban Pecah di Rumah:

1. Apabila terdapat rembesan atau aliran cairan dari vagina, segera

hubungi dokter atau petugas kesehatan dan bersiaplah untuk ke

Rumah Sakit

2. Gunakan pembalut wanita (jangan tampon) untuk penyerapan air

yang keluar

3. Daerah vagina sebaiknya sebersih mungkin untuk mencegah

infeksi, jangan berhubungan seksual atau mandi berendam

4. Selalu membersihkan dari arah depan ke belakang untuk

menghindari infeksi dari dubur

5. Jangan coba melakukan pemeriksaan dalam sendiri

A. PENANGANAN KPD PADA KEHAMILAN ATERM

Penatalaksanaan ketuban pecah dini tergantung pada umur kehamilan

dan tanda infeksi intrauterine. Ketika KPD terjadi pada usia kehamilan

aterm, terjadinya persalinan akan berlangsung dalam 24 jam pada lebih

dari 90% pasien. Apabila terjadi KPD yang berkepanjangan (>24-48

jam) menyebabkan terjadinya korioamnionitis dan sepsis pada janin dan

mortalitas janin pun meningkat.

16

Penanganan KPD aterm ditujukan untuk mencegah terjadinya KPD

yang berkepanjangan, dengan cara menginduksi persalinan dengan

oksitosin setelah pasien dalam jangka waktu tertentu (6-12 jam)

dibiarkan untuk terjadinya persalinan spontan.

Pertama dilakukan Monitoring ketat pada ibu dan janin sampai

terjadinya persalinan. KPD harus terlebih dahulu terdiagnosis,

melakukan pemeriksaan umur kehamilan, dan pemeriksaan kultur. Bila

hasil abnormal dibutuhkan monitoring ketat dan dipertimbangkan untuk

diinduksi secepatnya. Jika persalinan spontan belum terjadi dalam 24

jam setelah terjadinya KPD, diperlukan pemeriksaan rutin. Nadi dan

suhu tubuh ibu diperiksa, Dilakukan pemeriksaan apakah timbul nyeri

pada uterus ibu, perubahan sekret serviks menjadi purulen, dan adanya

meconium staining. Dilakukan juga monitoring bunyi jantung janin

untuk melihat kesejahteraan janin (mengetahui bila timbul takikardi

sebagai gejala awal suatu infeksi). Jika terdapat gejala korioamninitis

atau gawat janin, induksi harus segera dimulai. Bila ada tanda infeksi,

berikan antibiotik dosis tinggi dan terminasi.

B. PENANGANAN KPD PADA KEHAMILAN PRETERM

KPD preterm adalah pecahnya selaput ketuban yang terjadi sebelum

umur kehamilan 37 minggu dan sebelum masa persalinan.

Untuk usia kehamilan <37 minggu dilakukan penanganan konservatif

dengan mempertahankan kehamilan sampai usia kehamilan matur.

Untuk usia kehamilan 37 minggu atau lebih lakukan induksi dan

pemberian antibiotik profilaksis streptokokkus grup B. Untuk kehamilan

34-36 minggu lakukan penatalaksanaan sama halnya dengan aterm

17

Untuk usia kehamilan 32-33 minggu lengkap lakukan tindakan

konservatif kecuali jika paru-paru sudah matur (maka perlu dilakukan

tes pematangan paru), profilaksis streptokokkus grup B, pemberian

kortikosteroid, pemberian antibiotik selama fase laten.

Untuk previable preterm (usia kehamilan 24-31 minggu) lakukan

tindakan konservatif, pemberian profilaksis streptokokkus grup B,

kortikosteroid, tokolisis dan pemberian antibiotik selama fase laten (jika

tidak ada kontraindikasi)

Untuk non viable preterm (usia kehamilan <24 minggu), lakukan

konseling pasien dan keluarga, lakukan tindakan konservatif atau

induksi persalinan, tidak direkomendasikan profilaksis streptokokkus

grup B dan kortikosteroid, pemberian antibiotik tidak dianjurkan karena

belum ada data untuk pemberian yang lama.

Rekomendasi klinik untuk KPD, yaitu pemberian antibiotik,

kortikosteroid harus diberikan antara 24-32 minggu (untuk mencegah

terjadinya respiratory distress syndrome), tidak boleh dilakukan digital

cervical examinations jadi pilihannya adalah dengan spekulum, tokolisis

untuk jangka waktu yang lama tidak diindikasikan sedangkan untuk

jangka pendek dapat dipertimbangkan untuk memungkinkan pemberian

kortikosteroid, antibiotik dan transportasi maternal, pemberian

kortikosteroid setelah 34 minggu dan pemberian multiple course tidak

direkomendasikan.

Pematangan paru dilakukan dengan pemberian kortikosteroid yaitu

deksametason 2×6 mg (2 hari) atau betametason 1×12 mg (2 hari)

18

Agentokolisis yaitu B2 agonis (terbutalin, ritodrine), kalsium antagonis (

nifedipine ), prostaglandin sintase inhibitor ( indometasin ), magnesium

sulfat, oksitosin antagonis (atosiban)

Tindakan terminasi dilakukan jika terdapat tanda-tanda

chorioamnionitis, terdapat tanda-tanda kompresi tali pusat/janin (fetal

distress) dan pertimbangan antara usia kehamilan, lamanya ketuban

pecah dan resiko menunda persalinan

KPD pada kehamilan < 37 minggu tanpa infeksi, berikan antibiotik

eritromisin 3×250 mg, amoksisillin 3×500 mg dan kortikosteroid

KPD pada kehamilan  > 37 minggu tanpa infeksi (ketuban pecah >6

jam) berikan ampisillin 2×1 gr IV dan penisillin G 4×2 juta IU,

lakukan induksi persalinan dengan oksitosin, jika serviks tidak

memungkinkan lakukan SC.

KPD dengan infeksi (kehamilan <37 ataupun > 37 minggu), berikan

antibiotik ampisillin 4×2 gr IV, gentamisin 5 mg/KgBB, lakukan

induksi persalinan dengan oksitosin, jika tidak memungkinkan

lakukan SC

Komplikasi KPD

a. Korioamnionitis

Risiko infeksi meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu hamil dengan

KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya

korioamnionitis (radang pada korion dan amnion).

19

Infeksi intrapartum adalah infeksi yang terjadi dalam masa persalinan / in

partu. Disebut juga Korioamnionitis, karena infeksi ini melibatkan

selaput janin. Pada ketuban pecah 6 jam, risiko infeksi meningkat 1 kali.

Ketuban pecah 24 jam, risiko infeksi meningkat sampai 2 kali lipat.

Dianjurkan paling lama 2 x 24 jam setelah ketuban pecah, harus

sudah partus.

Patofisiologi infeksi intrapartum yaitu Ascending infection, pecahnya

ketuban menyebabkan ada hubungan langsung antara ruang intraamnion

dengan dunia luar, Infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang

amnion, atau dengan penjalaran infeksi melalui dinding uterus, selaput

janin, kemudian ke ruang intraamnion, jika ibu mengalami infeksi

sistemik, infeksi intrauterin menjalar melalui plasenta (sirkulasi

fetomaternal), dan tindakan iatrogenik traumatik atau higiene buruk,

misalnya pemeriksaan dalam yang terlalu sering

Diagnosis infeksi intrapartum

o Demam

o Nadi Ibu takikardia (>100 denyut per menit)

o Fetal takikardia (>160 denyut per menit)

o Nyeri abdomen dan Nyeri tekan uterus

o Cairan amnion berwarna keruh atau hijau dan berbau

o Leukositosis pada pemeriksaan darah tepi (>15000-20000/mm3)

o Pemeriksaan penunjang lain : leukosit esterase (+)

20

Komplikasi infeksi intrapartum:

Komplikasi pada ibu : Endometritis, penurunan aktifitas miometrium

(atonia), sepsis (karena daerah uterus dan intraamnion memiliki vaskularisasi

sangat banyak), dapat terjadi septic syok sampai kematian ibu.

Komplikasi pada janin : Asfiksia janin, sepsis perinatal sampai kematian

janin.

b. Respiratory Distress Syndrome

Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan

37 minggu, terjadi pada 10-40% bayi baru lahir.

c. Prolapse Tali pusat.

d. Hipoplasia Paru

Merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD preterm pada

usia kehamilan 28-36 minggu.

e. Sindroma Potter

Merupakan sindroma dimana terdapat deformitas janin yang

berhubungan dengan oligohidramnion pada KPD preterm, yang meliputi

restriksi pertumbuhan intrauteri, deformitas akibat kompresi pada muka

(Potter facies) dan ekstremitas, dan hipoplasia paru.

21

Gambar 1. Prolapse Tali Pusat

Gambar 2. Potter

Syndrome

22

DAFTAR PUSTAKA

1. Andersen HF, Hopkins MK, Hayashi RH, Premature Rupture of the

Membranes, Dalam: Gynecology and Obstetrics, Volume 2, Sciarra JJ,

penyunting. Philadelphia: J.B. Lippincott Company, 1995: (47)1-6.

2. Garite T, Premature Rupture of Membranes, Dalam: Current Therapy

in Obstetrics and Gynecology, Edisi ke-5, Quilligan EJ, Zuspan FP,

penyunting. New York: W.B.Saunders Company, 2000: 326-9.

3. Svigos JM, Robinson JS, Vigneswaran R, Prelabor rupture of the

Membranes, Dalam: High Risk Pregnancy Management Options, James

DK, Steer PJ, Weiner CP, Gonik B, penyunting. New York: W.B

Saunders, 2001: 1015-22.

4. Gregg AR, Introduction to Premature Rupture of Membranes, Dalam:

Obstetrics and Gynecology Clinics of North America Premature Rupture

of Membranes, Wenstrom KD, Weiner CP, penyunting. Philadelphia:

W.B Saunders Company, 1992;19: 241-7.

5. Jazayeri A, Galan H, Premature Rupture of Membranes. diakses

tanggal 5 Desember 2011. dari http://www.emedicine.com

23

6. Sairam VK, Travis L, Potter Syndrome. 27 Maret 2006. diakses tanggal 5

Desember 2011 dari http://www.emedicine.com.

7. Williams Obstetrics, Edisi ke-22, Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom

SL, Hauth JC, Gilstrap L, Wenstrom KD, penyunting. New York:

McGraw-Hill. 2005: 177.

24