responsi kpd

42
Presentasi Kasus Ketuban Pecah Dini Tiga Jam pada Primigravida Hamil Aterm Belum Dalam Persalinan BAB I PENDAHULUAN Ketuban pecah dini (KPD) masih merupakan suatu teka-teki di bidang obstetrik, hal ini dapat dilihat dari etiologi yang belum jelas, kesulitan dalam mendiagnosis, berhubungan dengan resiko pada ibu dan janin dan juga karena panatalaksanaannya yang bermacam- macam dan masih merupakan kontroversi. 1 KPD terjadi pada 10 % kehamilan, dimana sebagian besar terjadi pada usia kehamilan lebih dari 37 minggu dan juga terjadi spontan tanpa sebab yang jelas. 3 KPD dapat menyebabkan beberapa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. Manajemen pada pasien dengan ketuban pecah dini tergantung dari keadaan pasien. 1,3,6

Upload: haris-arif

Post on 26-Jul-2015

123 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Responsi Kpd

Presentasi Kasus

Ketuban Pecah Dini Tiga Jam pada Primigravida Hamil Aterm Belum Dalam Persalinan

BAB I

PENDAHULUAN

Ketuban pecah dini (KPD) masih merupakan suatu teka-teki di bidang

obstetrik, hal ini dapat dilihat dari etiologi yang belum jelas, kesulitan dalam

mendiagnosis, berhubungan dengan resiko pada ibu dan janin dan juga karena

panatalaksanaannya yang bermacam-macam dan masih merupakan kontroversi.1

KPD terjadi pada 10 % kehamilan, dimana sebagian besar terjadi pada usia

kehamilan lebih dari 37 minggu dan juga terjadi spontan tanpa sebab yang jelas.3

KPD dapat menyebabkan beberapa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.

Manajemen pada pasien dengan ketuban pecah dini tergantung dari keadaan

pasien. 1,3,6

Page 2: Responsi Kpd

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KETUBAN PECAH DINI

KPD terjadi pada 10 % kehamilan, dimana sebagian besar terjadi pada usia

kehamilan lebih dari 37 minggu dan juga terjadi spontan tanpa sebab yang jelas.

Ketuban pecah dini (KPD) masih merupakan suatu teka-teki di bidang obstetrik,

hal ini dapat dilihat dari etiologi yang belum jelas, kesulitan dalam mendiagnosis,

berhubungan dengan resiko pada ibu dan janin dan juga karena

panatalaksanaannya yang bermacam-macam dan masih merupakan kontroversi.1

Definisi

Ada beberapa definisi KPD, yaitu menurut Rustam KPD adalah pecahnya

ketuban sebelum in partu kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.4

Menurut Evans dan Cunningham KPD adalah pecahnya ketuban sebelum umur

kehamilan 37 minggu atau sebelum dalam persalinan.3,5

Etiologi

Berbagai faktor dapat dihubungkan dengan kejadian KPD, termasuk:5

1. Infeksi (amnionitis, cervicitis, dan vaginosis lain). Infeksi asenden dari

saluran genital bawah merupakan faktor resiko yang sering terdapat pada

KPD.7

2. Meningkatnya volume uterus (polihidramnion dan kehamilan multipel).

3. Perdarahan subkorionik.

4. Anomali fetal.

5. Koitus.

6. Trauma maternal.

7. Status sosioekonomi rendah.5

8. Substansi tertentu, seperti rokok.5,7

Page 3: Responsi Kpd

Faktor predisposisi KPD menurut Moegni, 1999 :1

a. Kehamilan multiple

b. Riwayat persalinan preterm sebelumnya

c. Koitus, namun hal ini tidak merupakan predisposisi kecuali bila hygiene

buruk

d. Perdarahan pervaginam

e. Bakteriuria

f. pH vagina diatas 4,5

g. Servix yang tipis/kurang dari 39 mm

h. Flora vagina abnormal

i. Fibronectin > 50 ng/ml

j. Kadar CRH (Corticotropin Releasing Hormone) maternal tinggi

Patogenesis

KPD diduga terjadi karena adanya pengurangan kekuatan selaput ketuban,

peningkatan tekanan intrauterine maupun keduanya. Sebagian besar penelitian

menyebutkan bahwa KPD terjadi karena berkurangnya kekuatan selaput ketuban.

Selaput ketuban dapat kehilangan elastisitasnya karena bakteri maupun his. Pada

beberapa penelitian diketahui bahwa bakteri penyebab infeksi adalah bakteri yang

merupakan flora normal vagina maupun servix. Mekanisme infeksi ini belum

diketahui pasti. Namun diduga hal ini terjadi karena aktivitas uteri yang tidak

diketahui yang menyebabkan perubahan servix yang dapat memfasilitasi

terjadinya penyebaran infeksi. Faktor lainnya yang membantu penyebaran infeksi

adalah inkompetent servix, vaginal toucher (VT) yang berulang-ulang dan koitus.1

Penelitian baru-baru ini menyebutkan bahwa patogenesis KPD

berhubungan dengan meningkatnya komponen selular apoptosis pada membran

janin, begitu pula peningkatan protease pada membrane dan cairan amnion. Daya

regang membran janin dipengaruhi oleh matriks ekstraselular pada amnion.

Kolagen amnion interstitial yang utama adalah tipe I dan III, yang diproduksi oleh

Page 4: Responsi Kpd

sel mesenkimal dan komponen struktur yang paling penting untuk daya regang

membran fetal.

Matriks Metaloproteinase (MMP) pada kelompok proteinase terlibat

dalam remodelling jaringan normal dan khususnya dalam degradasi kolagen.

MMP-2, MMP-3, and MMP-9 memiliki konsentrasi lebih tinggi pada cairan

amnion pada kehamilan dengan KPD.3

Diagnosis

1. Air ketuban yang keluar dari vagina

Diagnosis KPD dapat ditegakkan dengan mudah ketika ada cairan ketuban

yang keluar dari vagina. Adanya efek yang merugikan KPD pada hasil

persalinan, maka pasien dengan riwayat cairan merembes dari vagina atau

sedikitnya volume cairan amnion pada pemeriksaan USG harus benar-benar

dievaluasi.

2. Pemeriksaan spekulum steril digunakan untuk membuktikan pecahnya

ketuban dengan menggunakan cara sebagai berikut : forniks posterior harus

diperiksa sebagai bukti adanya genangan air ketuban.

3. Laboratorium

a. Fern test

1) Fern tes adalah metode yang biasa digunakan untuk menentukan adanya

KPD.

2) Sekret vagina dari forniks posterior diusap dengan menggunakan

aplikator kapas yang steril dan diusap tipis pada gelas objek. Setelah

dikeringkan dengan udara beberapa saat, lalu periksa gelas objek di

bawah mikroskop, maka akan didapatkan gambaran seperti daun pakis.

Untuk mencegah negatif palsu, gelas objek harus benar-benar kering.

Bila terdapat gambaran seperti daun pakis maka tes ini dianggap positif.

3) Positif palsu terjadi bila terdapat cairan salin kering dan atau terdapat

mucus servik.

b. Tes Nitrasin

Page 5: Responsi Kpd

1) Tes nitrasin terdapat pada pH cairan amnion (pH 7,0-7,5), di mana lebih

alkalis daripada sekret vagina normal (pH 4,5-5,5)

2) Sampel sekret vagina diusapkan pada kertas pH nitrasin. Perubahan

warna menjadi biru-hijau (pH 6,5) atau biru (pH 7,0) merupakan bukti

kuat adanya cairan amnion.

3) Positif palsu dapat terjadi pada adanya darah, urin, semen, atau agen

antiseptik.

4. USG dapat membantu menegakkan diagnosis KPD

a. USG untuk memeriksa volume cairan amnion dapat membantu menegakkan

diagnosis KPD. KPD biasanya berhubungan dengan volume cairan amnion

yang sedikit. Kantung cairan biasanya lebih besar dari 2x2 cm.

b. Penentuan bagian-bagian janin dan perkiraan berat janin dapat membantu

dalam penatalaksanaan wanita dengan KPD. Pada kasus KPD, USG serial

untuk memeriksa pertumbuhan janin seharusnya dilakukan setiap 3-4

minggu sebagai pengukuran terhadap keadaan janin.

5. Amniosentesis

a. Amniosentesis dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis KPD bila

data-data yang ada kurang mendukung.

b. Amniosentesis dapat digunakan utnuk menunjukkan adanya infeksi

intramnion. Konsentrasi glukosa cairan amnion di bawah 16-20 mg/dl,

pewarnaan gram positif, atau kultur cairan amnion positif dapat mendukung

diagnosis.5

Komplikasi

KPD dapat menyebabkan beberapa komplikasi pada ibu:2,3,6

a. Infeksi

Infeksi korioamniotik sering terjadi pada pasien dengan KPD. Diagnosis

korioamnionitis dapat dilihat dari gejala klinisnya antara lain demam

(37,80C), dan sedikitnya dua gejala berikut yaitu takikardi baik pada ibu

maupun pada janin, uterus yang melembek, air ketuban yang berbau

busuk, maupun leukositosis.

Page 6: Responsi Kpd

b. Hyaline membrane disease

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa hyaline memnrane disease

sebagian besar disebabkan oleh ketuban pecah dini (KPD). Terdapat

hubungan antara umur kehamilan dengan hyaline membrane disease dan

chorioamnionitis yang terjadi pada pasien dengan KPD. Pada usia

kehamilan kurang dari 32 minggu, angka risiko hyaline mebran disease

lebih banyak dibandingkan risiko infeksi.

c. Abruptio placenta

Hal ini tergantung dari progresifitas penurunan fungsi plasenta yang

mengakibatkan pelepasan plasenta. Gejala klinik yang terjadi adalah

perdarahan pervaginam.

Beberapa komplikasi pada janin:

a. Fetal distress

Hal ini dapat diketahui dari adanya deselerasi yang menggambarkan

kompresi tali pusat yang disebabkan oleh oligohidramnion. Sehingga

untuk mengatasinya maka dilakukan sectio cesaria, yang mengakibatkan

tingginya angka section cesaria pada pasien dengan KPD.

b. Hipoplasi pulmoner

Hal ini terjadi bila ketuban pecah sebelum usia kehamilan 26 minggu dan

fase laten terjadi lebih dari 5 minggu yang diketahui dari adanya distress

respirasi yang berat yang terjadi segera setelah lahir dan membutuhkan

bantuan ventilator.

c. Cacat pada janin

d. Kelainan kongenital

Penatalaksanaan

1. Kecuali persalinan dilakukan segera, pasien harus dirawat di rumah sakit yang

menyediakan perawatan neonatal yang adequat. Sehingga diperlukan

pengiriman ke fasilitas perawatan tersier.

2. Persalinan diindikasikan pada

Page 7: Responsi Kpd

a) Koriamnionitis (demam maternal, uterus lunak dan takikardi maternal atau

fetal).5 Bila terdapat korioamnionitis, lakukan kultur servik, terapi antibiotik

IV spektrum luas, dan segera terminasi kehamilan.7

b) Kematian fetal

c) Ruptur plasenta dengan perdarahan per vaginam

d) Dilatasi servik dan/atau malpresentasi fetal dengan kemungkinan terjadinya

prolaps tali pusat.5

3. Bila tidak terdapat infeksi, penatalaksanaan dilakukan berdasarkan usia

gestasional sebagai berikut :

a. Sebelum viabel (< 24 minggu), induksi atau edukasi pasien untuk istirahat

di rumah.7 Penderita dianjurkan untuk beristirahat di tempat tidur dan

berikan obat-obat antibiotika profilaksis, spasmolitika, dan roboransia

dengan tujuan untuk mengundur sampai anak viabel.4 Bayi akan sangat

berisiko mengalami sejumlah komplikasi, termasuk hipoplasia pulmo dan

kontraktur ekstremitas, bila kehamilan terus berlanjut sampai bayi viabel.5

b. Preterm (24-36 minggu), terapi konservatif. Rawat di rumah sakit dan

banyak istirahat, berikan betametason IM untuk meningkatkan maturitas

paru-paru fetus bila < 32 minggu, kultur servik serta ampicillin dan

eritromisin profilaksis selama 7 hari.7

c. Aterm (> 36 minggu), lakukan terminasi kehamilan segera, bila dapat

dilakukan persalinan per vaginam, gunakan oksitosin atau prostaglandin.7

Lakukan induksi partus 6-12 jam setelah lag phase dan berikan antibiotika

profilaksis. Pada kasus-kasus tertentu di mana induksi partus dengan PGE2

dan/atau drips sintosinon gagal, maka lakukanlah tindakan operatif. Ketuban

pecah dini berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan. Jarak antara

pecahnya ketuban dan permulaan dari persalinan disebut periode laten = LP

= lag phase. Makin muda umur kehamilan makin memanjang LP-nya.

Sedangkan lamanya persalinan lebih pendek dari biasa, yaitu pada primi 10

jam dan multi 6 jam.4

Page 8: Responsi Kpd

Medikamentosa

1. Antibiotik

a. Salah satu penelitian terbaik tentang penatalaksanaan KPD adalah

penggunaan antibiotik utnuk memperpanjang kehamilan. Terapi antibiotik

pada terapi konservatif dapat :

1) Mengobati dan mencegah infeksi asenden

2) Mencegah korioamnionitis

3) Menurunkan kejadian sepsis neonatal

4) Memperpanjang periode latensi

b. Tujuan terapi antibiotik adalah untuk menyediakan perlindungan

antimikroba spektrum luas, terhadap bakteri gram positif maupun gram

negatif. Dosis antibiotik untuk memperpanjang latensi dan memperbaiki

hasil persalinan adalah sebagai berikut : Ampicillin 2 g dan eritromisin 250

mg,intravena setiap 6 jam dalam 48 jam pertama, selanjutnya amoxicillin

250 mg dan eritromisin 333 mg per oral setiap 8 jam selama 5 hari.

2. Kortikosteroid

a. Karena pasien dengan KPD berisiko cukup signifikan terhadap morbiditas

perinatal, kortikosteroid antenatal dapat diberikan. Rangkaian tunggal ini

dapat menurunkan insiden sindrom distress pernapasan neonatal, perdarahan

intraventrikular, dan necrotizing enterocolitis.5

b. Kombinasi dengan ampicillin-sulbaktam pada KPD dapat menurunkan

frekuensi total mortalitas neonatal, sepsis dan sinderon distres pernapasan.

c. Dosis yang digunakan sama dengan yang digunakan untuk indikasi lain :

1. Betametason, 12 mg IM setiap 24 jam, 2 dosis.

Betametason tidak mengubah level CRP ataupun respon leukosit

terhadap infeksi.

2. Dexametason, 6 mg IM selama 12 jam, 4 dosis.5

B. PRIMIGRAVIDA

Primigravida adalah seorang wanita yang hamil pertama kali.

Page 9: Responsi Kpd

C. HAMIL ATERM

WHO (1979) membagi umur kehamilan dalam tiga kelompok, yaitu:

1. Pre term : kurang dari 37 minggu lengkap (kurang dari 259 hari)

2. Aterm : mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu

lengkap (259 hari sampai 293 hari).

3. Post term : 42 minggu lengkap atau lebih (294 hari atau lebih)

D. BELUM DALAM PERSALINAN

Tanda-tanda dalam persalinan (in partu) yaitu:

1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur

2. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-

robekan kecil pada serviks

3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya

4. Pada pemeriksaan dalam: seviks mendatar dan pembukaan telah ada

Page 10: Responsi Kpd

BAB II

STATUS PENDERITA

A. ANAMNESIS

Tanggal 27 September 2010 jam 16.00 WIB

1. Identitas Penderita

Nama : Ny. Siti Khoyimah

Umur :24 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Agama : Islam

Alamat : Jetis Karang ¾ kelurahan jambe Sragen

Status Perkawinan : Kawin 1 kali dengan suami 8 bulan

HPMT : 20 Februari 2010

HPL : 27 November 2010

UK : 31+2 minggu

Tanggal Masuk : 27 September 2010

No.CM : 01029695

Berat badan : 67 Kg

Tinggi Badan : 158 cm

Page 11: Responsi Kpd

2. Keluhan Utama

Keluar cairan dari jalan lahir

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Seorang G1P0A0 berumur 24 tahun umur kehamilan 31+2 minggu,

kiriman bidan dengan keterangan G1P0A0. Hamil 30 minggu ketuban

pecah dini belum dalam persalinan. Pasien merasa hamil 7 bulan,

kenceng-kenceng teratur belum dirasakan, gerak janin masih dirasakan,

air kawah sudah dirasakan keluar sejak 3 jam yang lalu. BAB dan BAK

dalam batas normal.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat sesak nafas : Disangkal

Riwayat Hipertensi : Disangkal

Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal

Riwayat DM : Disangkal

Riwayat Asma : Disangkal

Riwayat Alergi Obat/makanan : Disangkal

Riwayat Minum Obat Selama Hamil : Disangkal

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat Mondok : Disangkal

Riwayat Hipertensi : Disangkal

Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal

Riwayat DM : Disangkal

Riwayat Asma : Disangkal

Riwayat Alergi Obat/makanan : Disangkal

6. Riwayat Fertilitas

Page 12: Responsi Kpd

Baik

7. Riwayat Obstetri

I : perempuan, 13 thn, lahir spontan dgn BB 3000 gr

II : laki-laki, ½ bulan ( meninggal ), lahir spontan dgn BB 2900 gr

III : laki-laki, 8 tahun, lahir spontan dgn BB 3200 gr

IV : perempuan, 5 tahun, lahir spontan dgn BB 3400 gr

V : sekarang

8. Riwayat Ante Natal Care (ANC)

Teratur, pertama kali periksa ke Puskesmas pada usia kehamilan 1 bulan.

9. Riwayat Haid

- Menarche : 14 tahun

- Lama menstruasi : 5 hari

- Siklus menstruasi : 28 hari

10. Riwayat Perkawinan

Menikah 1 kali ( umur 24 tahun )

11. Riwayat Keluarga Berencana

(-)

B. PEMERIKSAAN FISIK

1. Status Obstetri

Keadaan Umum : Baik, CM, Gizi cukup

Page 13: Responsi Kpd

Tanda Vital :

Tensi : 120/80 mmHg

Nadi : 84 x / menit

Respiratory Rate : 20 x/menit

Suhu : 36,7 0C

Kepala : Mesocephal

Mata : Conjuctiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)

THT : Tonsil tidak membesar, Pharinx hiperemis (-)

Leher : Pembesaran kelenjar tiroid (-)

Thorax : Cor/Pulmo dalam batas normal

Cor :

Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus Cordis tidak kuat angkat

Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar

Auskultasi : Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)

Pulmo :

Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri

Palpasi : Fremitus raba dada kanan = kiri

Perkusi : Sonor/Sonor

Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), Ronki basah kasar (-/-)

Page 14: Responsi Kpd

Abdomen: Supel, NT, teraba janin tunggal, intrauterin

memanjang,preskep,punggung kiri,kepala floating,DJJ

(+) 13-13-12/reglar HIS (-)

Genital : Lendir darah (-), air ketuban (+)

Ekstremitas : Oedema

- -

+ +

Akral dingin

- -

- -

Pemeriksaan Leopold

I : TFU setinggi 20 cm, Teraba bagian lunak memanjang, Kesan

perut janin tunggal

II : Di sebelah kiri teraba bagian keras, rata, memanjang, kesan

punggung

III : teraba bagian keras dan bulat, kesan kepala

IV : Kepala janin belum masuk panggul.

Perkusi : Tympani pada bawah processus xipoideus,

redup pada daerah uterus

Auskultasi : DJJ (+) 11-12-12/12-12-12/11-11-12/reguler

Page 15: Responsi Kpd

Genital eksterna : Vulva/uretra tidak ada kelainan, lendir darah (-),

peradangan (-), tumor (-)

Ekstremitas : Oedema

- -

+ +

akral dingin

- -

- -

Pemeriksaan Dalam :

VT : vulva / uretra tenang, dinding vagina dalam batas normal,

portio lunak, mencucu Ø = -cm, kulit ketuban (+), teraba

kepala terbawah, janin belum masuk panggul, sakrum di

jam 8, air ketuban (+), STLD (-)

UPD : promontorium tidak teraba

linea terminalis teraba , 1/3 bagian

spina ischiadica tidak menonjol

arcus pubis > 90

kesan : panggul normal

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium Darah tanggal 27 september 2010

Hemoglobin : 9,9 gr/dl

Hematokrit : 30,5 %

Page 16: Responsi Kpd

Antal Eritrosit : 3,54 x 106/uL

Antal Leukosit : 15,2 x 103/uL

Antal Trombosit : 303 x 103/uL

Golongan Darah : 0

GDS : 84 mg/dL

Ureum : 26 mg/dL

Creatinin : 0,5 mg/dL

Na+ : 140 mmol/L

K+ : 4,7 mmol/L

Ion klorida : 110 mmol/L

PT : 13,3

APTT : 36,7

HbS Ag : negatif

Berat Jenis : 1010 g/dl

PH : 6

2. Ultrasonografi (USG) tanggal 27 september 2010 :

Tampak janin tunggal, intrauterin, preskep, DJJ (+), dengan biometri :

I. BPD : 76

FL : 52

AC : 238

EFBW : 1778

Page 17: Responsi Kpd

Plasenta berinsersi di fundus Grade II

Air ketuban kesan cukup

Tak tampak kelainan kongenital mayor

Kesimpulan : saat ini janin dalam keadaan baik

D. KESIMPULAN

Seorang G1P0A0, 24tahun, UK 31 minggu, riwayat fertilitas baik, riwayat

obstetri belum diketahui, teraba janin tunggal, intra uterin, his (-),

memanjang, preskep, kepala floating DJJ (+) reguler, TBJ : 1700 gram,

porsio livide, OUE tertutup, lendir darah (-).

E. DIAGNOSA AWAL

Ketuban pecah dini 3 jam pada primigravida hamil preterm belum dalam

persalinan.

F. PROGNOSA

baik

G. TERAPI

Terapi konservatif :

Mondok bangsal

Bedrest total

Injeksi Vicilin 1 gr/8 jam : skintest dulu

Pertahankan kehamilan

Awasi tanda – tanda infeksi

Observasi

Cek AL tiap 2 hari

Injeksi Dexametason 1 ampul/12 jam

Page 18: Responsi Kpd

Follow up tanggal 28 September 2010

Kel : air kawah sudah tidak keluar, ingin pipis tapi tidak keluar

KU : baik, CM, gizi kesan cukup

VS : T: 110/70 mmHg Rr: 20 x/ menit

N: 80 x/ menit t: 36,50C

Mata : CA (-/-), SI (-/-)

Thorax : cor/pulmo dbn

Abdomen : supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, intra uterin,

memanjang, puki, preskep. His (-), DJJ (+) : 12 - 12 - 12 reguler.

Genital : Lendir darah (-)

Dx.: KPD 1 hari primigravida hamil preterm

Tx.: - DPH I

- Bedrest total = posisi trendelenberg

- Injeksi Vicillin 1 gr/8 jam

- Injeksi dexametason 1 ampul/12 jam selama 2 hari

- Awasi tanda-tanda infeksi

- Observasi 10

Follow up tanggal 29 September 2010

Kel : -

KU : baik, CM

Page 19: Responsi Kpd

VS : T: 110/70 mmHg Rr: 20 x/ menit

N: 80 x/ menit t: 36,50C

Mata : CA (-/-), SI (-/-)

Thorax : cor/pulmo dbn

Abdomen : supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, intra uterin,

memanjang, puki, preskep

Genital : Lendir darah (-)

Dx.: KPD 2 hari primigravida hamil preterm belum dalam persalinan

Tx.: - DPH II

- Bedrest total : posisi trendelenberg

- Injeksi Vicillin 1 gr/8 jam

- Injeksi Dexametason 1 ampul/12 jam

- Awasi tanda-tanda infeksi

- Observasi 10

Follow up tanggal 30 September 2010

Kel : -

KU : baik, CM

VS : T: 110/70 mmHg Rr: 20x/ menit

N: 84 x/ menit t: 36,50C

Mata : CA (-/-), SI (-/-)

Page 20: Responsi Kpd

Thorax : cor/pulmo dbn

Abdomen :supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, intra uterin,

memanjang, puki, preskep

Genital : Lendir darah (-)

Dx.: KPD 3 hari pada primigravida hamil preterm belum dalam persalinan

Tx.: - DPH III

- Bedrest total : posisi trendelenberg

- Injeksi Vicillin 1 gr/8 jam

- Injeksi dexametason 1 gr/12 jam

- Awasi tanda-tanda infeksi

- Observasi 1

Follow up tanggal 1 Oktober 2010

Kel : -

KU : baik, CM

VS : T: 110/70 mmHg Rr: 22 x/ menit

N: 84 x/ menit t: 36,00C

Mata : CA (-/-), SI (-/-)

Thorax : cor/pulmo dbn

Abdomen :supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, intra uterin,

memanjang, puki, preskep,DJJ = 13-13-12,HIS (-)

Page 21: Responsi Kpd

Genital : Lendir darah (-)

Dx.: KPD 4 hari pada primigravida hamil preterm belum dalam persalinan

Tx.: - DPH IV

- Bedrest total : posisi trendelenberg

- Injeksi Vicillin 1 gr/8 jam

- Awasi tanda-tanda infeksi

- Observasi 10

Follow up tanggal 2 Oktober 2010

Kel : -

KU : baik, CM

VS : T: 110/80 mmHg Rr: 20 x/ menit

N: 100 x/ menit t: 36,50C

Mata : CA (-/-), SI (-/-)

Thorax : cor/pulmo dbn

Abdomen :supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, intra uterin,

memanjang, puki, preskep,DJJ = 13-13-12,HIS (-)

Genital : Lendir darah (-)

Dx.: KPD 5 hari pada primigravida hamil preterm belum dalam persalinan

Tx.: - DPH V

Page 22: Responsi Kpd

- Bedrest total : posisi trendelenberg Injeksi Vicillin 1 gr/8 jam

- Awasi tanda-tanda infeksi

- Observasi 10

- Becom C 1X1

- Transfusi 2 PRT

USG : tampak janin tunggal, intrauterin,puki,preskep,DJJ (+) dg BPD = 75 AC =

238 FL =57 EFBW = 1392 gram, plasenta insersi di corpus grade 2 AK (+) cukup,

tak tampak jelas kelainan kongenital mayor. Kesimpulan : saat ini janin hidup

dalam keadaan baik.

Follow up tanggal 3 Oktober 2010

Kel : -

KU : baik, CM

VS : T: 110/80 mmHg Rr: 20 x/ menit

N: 84 x/ menit t: 36,50C

Mata : CA (-/-), SI (-/-)

Thorax : cor/pulmo dbn

Abdomen :supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, intra uterin,

memanjang, puki, preskep,DJJ = 13-13-12,HIS (-)

Genital : Lendir darah (-)

Dx.: KPD 6 hari pada primigravida hamil preterm belum dalam persalinan

Tx.: - DPH VI

- Bedrest total : posisi trendelenberg

Page 23: Responsi Kpd

- Injeksi Vicillin 1 gr/8 jam

- Awasi tanda-tanda infeksi

- Observasi 10

- Becom C 1x1

Follow up tanggal 4 Oktober 2010

Kel : -

KU : baik, CM

VS : T: 120/80 mmHg Rr: 20 x/ menit

N: 88 x/ menit t: 35,60C

Mata : CA (-/-), SI (-/-)

Thorax : cor/pulmo dbn

Abdomen :supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, intra uterin,

memanjang, puki, preskep,DJJ (+) = 13-13-13,HIS (-)

Genital : Lendir darah (-)

Dx.: KPD 7 hari pada primigravida hamil preterm belum dalam persalinan

Tx.: - DPH VII

- Amoxilin 3X500

- Obimin AF 1X1

- Becom C 1X1

- DJJ ketat

Page 24: Responsi Kpd

Follow up tanggal 5 Oktober 2010

Kel : -

KU : baik, CM

VS : T: 110/80 mmHg Rr: 20 x/ menit

N: 92 x/ menit t: 35,30C

Mata : CA (-/-), SI (-/-)

Thorax : cor/pulmo dbn

Abdomen :supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, intra uterin,

memanjang, puki, preskep,DJJ = 13-14-13,HIS (-)

Genital : Lendir darah (-)

Lab : Hb 11,3 ; AL 13,9 AT 233

Dx.: KPD 8 hari pada primigravida hamil preterm belum dalam persalinan

Tx.: - DPH VIII

- Amoxilin 3X500

- Obimin AF 1X1

- Becom C 1X1

- DJJ ketat

- Cek AL hari ini

Follow up tanggal 6 Oktober 2010

Kel : -

KU : baik, CM

Page 25: Responsi Kpd

VS : T: 100/70 mmHg Rr: 22 x/ menit

N: 90 x/ menit t: 35,80C

Mata : CA (-/-), SI (-/-)

Thorax : cor/pulmo dbn

Abdomen :supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, intra uterin,

memanjang, puki, preskep,DJJ (+) = 13-12-13,HIS (-)

Genital : Lendir darah (-)

Dx.: KPD 9 hari pada primigravida hamil preterm belum dalam persalinan

Tx.: - DPH IX

- Amoxilin 3X500

- Obimin AF 1X1

- Becom C 1X1

- DJJ ketat

Follow up tanggal 7 Oktober 2010

Kel : -

KU : baik, CM

VS : T: 110/70 mmHg Rr: 20 x/ menit

N: 100 x/ menit t: 35,20C

Mata : CA (-/-), SI (-/-)

Thorax : cor/pulmo dbn

Abdomen :supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, intra uterin,

memanjang, puki, preskep,DJJ (+) = 13-12-13,HIS (-)

Page 26: Responsi Kpd

Genital : Lendir darah (-)

Dx.: KPD 10 hari pada primigravida hamil preterm belum dalam persalinan

Tx.: - DPH X

- Amoxilin 3X500

- Obimin AF 1X1

- Becom C 1X1

- DJJ ketat

- Cek DR3

Follow up tanggal 8 Oktober 2010

Kel : -

KU : baik, CM

VS : T: 100/70 mmHg Rr: 20 x/ menit

N: 96 x/ menit t: 35,40C

Mata : CA (-/-), SI (-/-)

Thorax : cor/pulmo dbn

Abdomen :supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, intra uterin,

memanjang, puki, preskep,DJJ (+) = 12-13-13,HIS (-)

Genital : Lendir darah (-)

Dx.: KPD 11 hari pada primigravida hamil preterm belum dalam persalinan

Tx.: - DPH XI

- Konservatif:

Page 27: Responsi Kpd

- Amoxilin 3X500

- Obimin AF 1X1

- Becom C 1X1

- DJJ ketat

Follow up tanggal 9 Oktober 2010

Kel : -

KU : baik, CM

VS : T: 120/80 mmHg Rr: 20 x/ menit

N: 100 x/ menit t: 35,30C

Mata : CA (-/-), SI (-/-)

Thorax : cor/pulmo dbn

Abdomen :supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, intra uterin,

memanjang, puki, preskep,DJJ (+) = 12-13-14,HIS (-)

Genital : Lendir darah (-)

Dx.: KPD 12 hari pada primigravida hamil preterm belum dalam persalinan

Tx.: - DPH XII

- Amoxilin 3X500

- Obimin AF 1X1

- Becom C 1X1

- DJJ ketat

Follow up tanggal 10 Oktober 2010

Page 28: Responsi Kpd

Kel : -

KU : baik, CM

VS : T: 110/70 mmHg Rr: 22 x/ menit

N: 94 x/ menit t: 35,80C

Mata : CA (-/-), SI (-/-)

Thorax : cor/pulmo dbn

Abdomen :supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, intra uterin,

memanjang, puki, preskep,DJJ (+) = 14-13-13,HIS (-)

Genital : Lendir darah (-)

Dx.: KPD 13 hari pada primigravida hamil preterm belum dalam persalinan

Tx.: - DPH XIII

- Amoxilin 3X500

- DJJ ketat

- Cek AL

Follow up tanggal 11 Oktober 2010

Kel : -

KU : baik, CM

VS : T: 120/80 mmHg Rr: 22 x/ menit

N: 88 x/ menit t: 36,80C

Mata : CA (-/-), SI (-/-)

Thorax : cor/pulmo dbn

Page 29: Responsi Kpd

Abdomen :supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, intra uterin,

memanjang, puki, preskep,DJJ (+) = 13-14-13,HIS (-)

Genital : Lendir darah (-)

Dx.: KPD 14 hari pada primigravida hamil preterm belum dalam persalinan

Tx.: - DPH XIV

- Amoxilin 3X500

- Cek AL per 2 hari → AL = 15,2

Follow up tanggal 12 Oktober 2010

Kel : -

KU : baik, CM

VS : T: 120/80 mmHg Rr: 18 x/ menit

N: 80 x/ menit t: 36,10C

Mata : CA (-/-), SI (-/-)

Thorax : cor/pulmo dbn

Abdomen :supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, intra uterin,

memanjang, puki, preskep,DJJ (+) = 14-13-13,HIS (-)

Genital : Lendir darah (-)

Dx.: KPD 15 hari pada primigravida hamil preterm belum dalam persalinan

Tx.: - DPH XV

- Amoxilin 3X500

- Cek AL per 2 hari

Page 30: Responsi Kpd

ANALISIS KASUS

Diagnosis Ketuban Pecah Dini 3 jam ini ditegakkan dari anamnesis

dimana pasien G1P0A0 mengaku air kawah telah keluar 3 jam sebelum pasien

datang ke RSDM. Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu ibu 36,7˚C. Pada

pemeriksaan VT didapatkan kulit ketuban (+), air ketuban (+) tidak keruh tidak

berbau, tes nitrasin (+), dan belum didapatkan pembukaan. Dari pemeriksaan

laboratorium didapatkan hitung leukosit 15,2 x 103/uL. Dari data diatas maka pada

pasien ini belum didapatkan adanya tanda-tanda infeksi, maka ditegakkan

diagnosis Ketuban Pecah Dini 3 jam potential infected pada primigravida hamil

preterm belum dalam persalinan.

Faktor predisposisi Ketuban Pecah Dini diantaranya :

1. Infeksi (amnionitis, cervicitis, dan vaginosis lain)

2. Meningkatnya volume uterus (polihidramnion dan kehamilan multipel)

3. Perdarahan subkorionik

4. Koitus

5. Anomali fetal

6. Status sosioekonomi rendah

7. Trauma maternal

8. Substansi tertentu, seperti rokok.

Pada pasien ini dilakukan dengan terapi konservatif karena umur

kehamilan masih 31+2 minggu, yaitu 31+2 minggu dan janin dianggap belum

viabel, karena masih perlu pematangan paru-paru janin dengan menggunakan

injeksi dexametason 1 ampul/12 jam. Injeksi vicillin 1g diberikan sebagai

Page 31: Responsi Kpd

profilaksis pada kasus KPD terhadap komplikasi infeksi yang lebih

membahayakan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hariadi, R., dkk. 2004. Ilmu Kedokteran Fetomaternal, Edisi perdan. Jilid I.

Surabaya, Himpunan Kedokteran fetomaternal Perkumpulan Obstetric

dan Ginekologi Indonesia.

2. Wiknjosastro, Hanifa, dkk. 2008. Ilmu Kebidanan, Edis keempat. Jakarta,

yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

3. Cunningham FG et al. Williams obstetrics. 2001. 21st ed. New York : Mc

Graw-hill companies.

4. Rustam, M. Sinopsis Obstetri. 1998. Jilid I Editor. Delfi Lutan. EGC: Jakarta.

5. Evans, T. A. 2007. Manual of Obstetrics. Edisi 7. Lippincot Williams &

Wilkins. Philadelphia.

6. Fernando Arias, Practicial Guide to Hight Risk Pregnancy and Delivery, 2 nd

Edition, St. Louis Missiori, USA, 1993.

7. Sakala, P. E., et al. 2005. USMLE Step 2 CK Lecture Notes : Obstetrics and

Gynecology. Edisi 2005-2006. Kaplan, Inc. USA.