laporan kasus tifoid ida ok.doc

13
LAPORAN KASUS SMF ILMU KESEHATAN ANAK RSU HAJI SURABAYA PEMBIMBING: dr. Arief Wijaya Rosli, Sp.A OLEH: Siti Noer Afidah, S.Ked I. IDENTITAS PENDERITA Nama pasien : An. N Umur : 11 bulan Jenis kelamin : Perempuan BB : 8,3 Kg Status gizi : Gizi Cukup Anak ke : 3 dari 3 bersaudara Nama ayah : Tn. D Umur : 41 tahun Pendidikan : STM Pekerjaan : Swasta Nama ibu : Tn. S Umur : 40 tahun Pendidikan : SMA Pekerjaan : PNS 1

Upload: ervan-handoyo

Post on 14-Sep-2015

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN KASUS

SMF ILMU KESEHATAN ANAK

RSU HAJI SURABAYA

PEMBIMBING: dr. Arief Wijaya Rosli, Sp.A

OLEH: Siti Noer Afidah, S.Ked

I. IDENTITAS PENDERITA

Nama pasien

: An. N

Umur

: 11 bulan

Jenis kelamin

:Perempuan

BB

: 8,3 Kg

Status gizi

: Gizi Cukup

Anak ke

: 3 dari 3 bersaudaraNama ayah

: Tn. DUmur

: 41 tahun

Pendidikan

:STM

Pekerjaan

: Swasta

Nama ibu

: Tn. SUmur

: 40 tahun

Pendidikan

:SMA

Pekerjaan

: PNS

Alamat

: Mleto I/11 Surabaya

MRS

: 14 Oktober 2010, jam 13:18 wib

II. ANAMNESA

KELUHAN UTAMA: Panas

RPS:

Panas sudah 10 hari, saat pertama MRS panas hari ke-3. Panas terus-menerus dan pada malam hari suhu tubuh lebih tinggi. Panas sudah diobati dengan sanmol, panas sempat turun tetapi kemudian naik lagi, menggigil disangkal, mengigau disangkal, kejang (-).

Muntah (+) saat hari pertama panas, muntah tiap kali selesai minum. Konsistensi muntahan berupa bahan yang diminum. Didapatkan keterangan dari ibu penderita, bahwa anak juga diare. Diare (+) saat panas hari ke-3. BAB > 3 kali/hari, dengan jumlah sedikit-sedikit tiap kali BAB, konsistensi lembek, warna kuning, bau (+) seperti BAB biasa. Kembung (-).BAK lancar, warna kuning jernih, jumlah seperti biasa (tidak berkurang). Batuk sejak panas hari ke-3 (selama 7 hari). Batuk disertai dahak, warna bening. Riwayat ada anggota keluarga yang batuk disangkal oleh ibu penderita. Pilek (-). Nafsu makan menurun, tetapi minumnya banyak.Anak rewel sejak awal demam. Pasien mengalami penurunan BB dari 10 Kg menjadi 8,3 Kg.

RPD: Pasien pernah 1x MRS karena panas dan diare 3 bulan yang lalu.

RPK: (-)

R. KELAHIRAN: Aterm/ Spontan/ 2600 g/ 50 cm/ Dokter

R. IMUNISASI: Lengkap

Polio

: 4x (saat usia 0 hari, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan) Hepatitis: 3x (saat usia 0 hari, 1 bulan, 4 bulan) BCG

: 1x (saat usia 0 hari) DPT

: 3x (saat usia 2 dulan, 4 bulan, 6 bulan) Campak: 1x (usia 10 bulan) R. MAKANAN:

Lahir sampai usia 5 bulan: anak mendapatkan ASI dan susu formula.

Usia >5 bulan

: anak minum susu formula, makan bubur instant dan nasi yang lembek sampai sekarang.

R. ALERGI: disangkal

R. SOSEK: sumber air minum pasien dan keluarganya adalah air mineral yang direbus sebelum dikonsumsi.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum: Tampak sakit sedang/ CM/ Gizi Cukup Vital Sign

: Nadi

: 186 x/menit RR

: 52 x/menit t ax

: 40 C BB

: 8,3 Kg K/L Anemis (-), iketrus (-), cyanosis (-), dispnea (-) Mata cowong: -/- Pernapasan cuping hidung (-) Lidah kotor (+) Faring hiperemi (-) Pembesaran KGB (-) Thoraks

: Normochest, simetris, retraksi (-) Pulmo

: Vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/- Cor

: S1 S2 tunggal, mumur (-), gallop (-) Abdomen

: Inspeksi: cembung, simetris Palpasi

: Supel, distensi (-), Hepar/Lien/Renal kesan tidak teraba, turgor:baik Perkusi: meteorismus (-) Auskultasi: Bising usus (+) N Extremitas

: CRT < 2 detik Akral hangat: +/+ +/+ Cyanosis: -/- -/- Oedem : -/- -/-

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

DL

Hb

: 11,4

g/dl

Leukosit: 14.510/mm3

Hematokrit:35,1

%

Trombosit: 432.000/mm3

Kimia darah

Kalium

: 4,4mmol/l

Natrium:144mmol/l

Chlorida:127mmol/l

Imuno-serologi (21-10-2010) IgM Salmonella typhosa: 6

Ket:

3 kali/hari, dengan jumlah sedikit-sedikit tiap kali BAB, konsistensi lembek, warna kuning, bau (+) seperti BAB biasa. Batuk sejak panas hari ke-3 (selama 7 hari). Batuk disertai dahak, warna bening. Nafsu makan menurun, tetapi minumnya banyak. Anak rewel sejak awal demam. Ada penurunan BB dari 10 Kg menjadi 8,3 Kg.

RPD: Pasien pernah 1x MRS karena panas dan diare 3 bulan yang lalu.

R. MAKANAN:

Lahir sampai usia 5 bulan: anak mendapatkan ASI dan susu formula.

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum: Tampak sakit sedang/ CM/ Gizi Cukup Vital Sign

: Nadi

: 186 x/menit t ax

: 40 C K/L Lidah kotor (+) Thoraks

: dbn Abdomen

: dbn

Extremitas

: dbnPEMERIKSAAN PENUNJANG: IgM Salmonella typhosa: 6

VI. DIAGNOSA

Demam tifoid VII. PLANNING DIAGNOSA

-VIII. PLANNING TERAPI

Infus tridex 27 B

= 400 cc/3 jamMaintenance: tridex 27 B= 830 cc/24 jam D5 NS

= 830 cc/24 jam Kloramfenikol = 415 mg/ hari p.o. dibagi dalam 4 dosis Vitamin A

= 50.000 IU iv Zinc syr

= 1 x cth 1 Meptin syrup

= 2 x cth Pamol syrup

= 3 x cth

IX. MONITORING

Vital sign Gejala dan tanda Lab: DL, serum elektrolit, serum transaminase.X. EDUKASI

Sanitasi air dan kebersihan lingkungan Minum air yang telah direbus mendidih Makan makanan yang sudah dimasak matang Mencuci tangan setelah buang air besar

Mencuci tangan sebelum memberi makan anak

XI. PROGNOSIS

Baik

TES TUBEX

Uji serologis digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis demam tifoid dengan mendeteksi antibodi spesifik terhadap komponen antigen S. typhi maupun mendeteksi antigen itu sendiri. Volume darah yang diperlukan untuk uji serologis ini adalah 1-3 mL yang diinokulasikan ke dalam tabung tanpa antikoagulan. Beberapa uji serologis yang dapat digunakan pada demam tifoid ini meliputi : (1) uji Widal; (2) tes tubex; (3) metode enzyme immunoassay (EIA); (4) metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA); dan (5) pemeriksaan dipstik. Metode pemeriksaan serologis imunologis ini dikatakan mempunyai nilai penting dalam proses diagnostik demam tifoid. Akan tetapi masih didapatkan adanya variasi yang luas dalam sensitivitas dan spesifisitas pada deteksi antigen spesifik S. typhi oleh karena tergantung pada jenis antigen, jenis spesimen yang diperiksa, teknik yang dipakai untuk melacak antigen tersebut, jenis antibodi yang digunakan dalam uji (poliklonal atau monoklonal) dan waktu pengambilan spesimen (stadium dini atau lanjut dalam perjalanan penyakit).

Tes tubex merupakan tes aglutinasi kompetitif semi kuantitatif yang sederhana dan cepat (kurang lebih 2 menit) dengan menggunakan partikel yang berwarna untuk meningkatkan sensitivitas. Spesifisitas ditingkatkan dengan menggunakan antigen O9 yang benar-benar spesifik yang hanya ditemukan pada Salmonella serogrup D. Tes ini sangat akurat dalam diagnosis infeksi akut karena hanya mendeteksi adanya antibodi IgM dan tidak mendeteksi antibodi IgG dalam waktu beberapa menit.Secara imunogenic, antigen O9 adalah imun yang dominan dan kuat. Berbeda dengan antigen kapsular (Vi) dan antigen flagellar adalah timus-independen tipe II yang alami dan imunogenik yang sedikit pada bayi. Antigen O9 (atau LPS secara umum) adalah tipe timus-independen tipe I, imunogenik pada bayi, dan sel B mitogen yang poten . Hal ini dapat merangsang sel B tanpa bantuan sel T (seperti antigen protein). Akibatnya, respon anti-O9 bisa cepat. Hal ini penting, karena antigen O9 membentuk pertahanan host pertama. Untuk alasan itulah, Tubex mendeteksi antibodi IgM tetapi tidak IgG.

Test pack meliputi:

1. Set berbentuk tabung V yang khusus dirancang yang memungkinkan enam sampel per set untuk diperiksa secara bersamaan

2. Reagen A, yang terdiri dari partikel-partikel magnet dilapisi dengan S. typhi LPS.

3. Reagen B, yang terdiri dari partikel lateks berwarna biru yang dilapisi dengan antibodi monoklonal spesifik untuk antigen O9.

Reagen stabil selama lebih dari setahun pada suhu 4 C, dan bertahan beberapa minggu pada suhu kamar.

Cara pemeriksaan tubex test:

Satu tetes serum dicampur dengan setetes reagen A dalam tabung selama sekitar satu menit. Kemudian ditambahkan dua tetes reagen B dan isinya dicampur secara merata selama 1-2 menit. Lalu tabung diletakkan di atas tempat magnet yang tertanam. Hasil dapat dibaca langsung atau sampai berjam-jam kemudian,berdasarkan pada warna dari hasil reaksi. Berbagai warna yang dihasilkan dari reaksi adalah warana kemerahan dan kebiruan, dan diagram warna yang disediakan untuk penilaian. Merah menunjukkan negatif sementara biru menunjukkan positif meningkat.

Intepretasi dari tes ini adalah sebagai beriku:

Jika serum negatif untuk antibodi O9, maka antibodi yang dilapisi partikel indikator akan mengikat antigen yang dilapisi partikel magnetik. Ketika magnet diberikan, maka partikel magnetik akan mengendap pada dasar tabung bersama dengan indikator biru yang terikat dengan partikel. Akibatnya warna merah yang tersisa dalam larutan. Jika serum pasien mengandung antibodi O9, ini mengikat partikel magnetik dan mencegah partikel indikator dari mengikat antibodi O9. Sehingga partikel indikator tetap tersuspensi dan warna yang dihasilkan larutan berwarna biru.Walaupun belum banyak penelitian yang menggunakan tes tubex ini, beberapa penelitian pendahuluan menyimpulkan bahwa tes ini mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang lebih baik daripada uji Widal. Penelitian oleh Lim dkk (2002) mendapatkan hasil sensitivitas 100% dan spesifisitas 100%.15 Penelitian lain mendapatkan sensitivitas sebesar 78% dan spesifisitas sebesar 89%.9 Tes ini dapat menjadi pemeriksaan yang ideal, dapat digunakan untuk pemeriksaan secara rutin karena cepat, mudah dan sederhana, terutama di negara berkembang (WHO, 2003).6