laporan kasus anak k vomiting dengan dehidrasi 7

Upload: syukron-amrullah

Post on 14-Jan-2016

1.296 views

Category:

Documents


118 download

DESCRIPTION

LapSus

TRANSCRIPT

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Laporan ini dibuat berdasarkan kasus yang diambil dari seseorang penderita anak yang mengalami keluhan muntah, penurunan nafsu makan, dan penurunan frekuensi buang air kecil (BAK). Pasien berjenis kelamin perempuan, berusia 3 tahun. Kasus dipilih dengan pertimbangan bahwa keluhan yang dialami oleh pasien ini sering ditemukan dalam praktek dokter maupun rumah sakit dengan diagnosis suspect gastroenteritis akut dengan observasi vomiting dan dehidrasi berat. Disisi lain kasus suspect gastroenteritis akut dan dehidrasi bagi seorang dokter umum merupakan kompetensi 4 yang artinya harus bisa menangani hingga tuntas mulai anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan terapi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana penegakan diagnosis kasus An.K?

2. Bagaimanakah terapi non medikamentosa dan medikamentosa untuk An.K?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah untuk mengetahui dan memahami penegakan diagnosis kasus An.K dan terapi yang harus diberikan untuk An.K.

1.4 ManfaatLaporan kasus ini bermanfaat sebagai resume mengenai vomiting dan dehidrasi, serta komplikasi yang dapat terjadi, serta penanganan non medikamentosa dan medikamentosa yang diharapkan dapat mempermudah pemahaman penulis mengenai gastroenteritis akut dengan vomiting dan tanda-tanda adanya komplikasi

BAB IISTATUS PENDERITA

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGAA. IDENTITAS PENDERITA

Nama:An. KUmur:3 th.Jenis kelamin:PerempuanPekerjaan:-Pendidikan:-Agama: IslamAlamat

: Jl. Kendalsari LowokwaruStatus Perkawinan: -Suku : JawaTanggal periksa: 08 Oktober 2014Identitas Orang Tua

Ayah

Nama : Tn. IPekerjaan: Wiraswasta (Pedagang)Pendidikan: SMPAgama: IslamSuku: JawaAlamat

: Jl. Kendalsari LowokwaruIbu

Nama : Ny. SPekerjaan: Wiraswasta (Pedagang)Pendidikan: SLTAAgama: IslamSuku: JawaAlamat

: Jl. Kendalsari LowokwaruB. ANAMNESIS Heteroanamnesis dilakukan kepada Ibu (Ny.S)1. Keluhan Utama: Muntah 2. Riwayat Penyakit Sekarang: Sejak 6 hari yang lalu An.K mengalami muntah 2 kali/hari. Muntahan berupa susu formula berwarna coklat (susu yang diminum susu coklat), sebanyak dot (kira-kira 120 ml). Menurut ibu penderita (Ny.S), muntah terjadi secara tiba-tiba tanpa diketahui penyebab sebelumnya. Ny.S mengatakan An.K juga mengalami penurunan nafsu makan. Oleh sebab itu, An.K hanya diberi susu formula. Ny.S menyangkal adanya keluahan diare dan demam. Pada hari ke-5 terjadinya muntah, An.K dibawa berobat ke Poli Umum dan diberi resep domperidon. Namun keluhan tidak mereda.3. Riwayat Penyakit Dahulu

: Dengue Fever, Cacar air Riwayat sakit serupa

: Disangkal Riwayat mondok

: Pernah masuk rumah sakit (MRS) dengan diagnosa Dengue Fever Riwayat sakit gula

: Disangkal Riwayat penyakit jantung

: Disangkal Riwayat hipertensi

: Disangkal Riwayat sakit kejang

: Disangkal Riwayat alergi obat

: Disangkal Riwayat alergi makanan

: Disangkal4. Riwayat Penyakit Keluarga:Kakak An.K pernah MRS karena mengalami keracunan makanan akibat meminum susu basi. Riwayat keluarga dengan penyakit serupa: Disangkal

Riwayat hipertensi

: Disangkal Riwayat sakit gula

: Disangkal Riwayat jantung

: Disangkal5. Riwayat Kebiasaan

Riwayat Merokok

: - Riwayat Minum Alkohol

: - Riwayat Olahraga

: - Riwayat Pengisisan Waktu Luang: -6. Riwayat Sosial Ekonomi: An.K adalah anak kedua dari 2 bersaudara. Ayah An.K, Tn.I berkerja sebagai wiraswasta pedagang dipasar begitu pula ibu An.K, Ny.S juga bekerja sebagai wiraswasta pedagang dipasar membantu Tn.I. Orang tua An.K bekerja dari pagi hari hingga sore hari. Selagi ditinggal bekerja, An.K ditinggal di rumah bersama dengan pembantu rumah tangga. Kakak An.K, saat ini berumur 7 tahun dan sedang menempuh pendidikan sekolah dasar. Biaya sekolah, biaya hidup sehari-hari, dan biaya rumah sakit ditanggung oleh orang tua dan penghasilan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 7. Riwayat Gizi: Frekuensi makan sehari-hari biasanya 2 kali sehari dengan variasi lauk pauk. Diberi minum susu formula. ASI hanya diberikan selama An.K berusia 0-1 bulan.8. Riwayat Pranatal

Kenaikan berat badan ibu: Ny.S mengalami peningkatan berat badan sebanyak 7 kg dari sebelum kehamilan hingga hamil usia 9 bulan Jumlah kehamilan: 3 Lama Kehamilan: 36 minggu Komplikasi: disangkal Perdarahan abnormal: disangkal Obat yang pernah digunakan: disangkal9. Riwayat Kelahiran

Jumlah kelahiran

: 2 Berat lahir: An.K 3.300 gram10. Riwayat Neonatal

Ikterus: disangkal Sianosis: disangkal Masalah respirasi: disangkal Kondisi saat lahir: Normal11. Riwayat Perkembangan: Mulai bisa berjalan pada usia 14 bulan. Saat ini usia An.K 3 tahun, bisa menyebutkan nama lengkap, bisa menggunakan celana dan melepas celana sendiri. 12. Riwayat Imunisasi: Imunisasi lengakap mulai dari hepatitis B, BCG, DPT, polio, dan campak.C. ANAMNESIS SISTEM1. Kulit : warna kulit sawo matang, kulit gatal (-), kulit kering dan mengelupas (-) di kedua kaki2. Kepala: sakit kepala (-), pusing (-), rambut kepala tidak rontok, luka pada kepala (-), benjolan/borok di kepala (-)3. Mata: pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan kabur (-), ketajaman penglihatan dalam batas normal4. Hidung: tersumbat (-), mimisan (-)5. Telinga: pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan (-)6. Mulut: sariawan (-), mulut kering (+)7. Tenggorokan: sakit menelan (-), serak (-)8. Pernafasan : sesak nafas (-), batuk lama (-) 9. Kadiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-), ampeg (-)10. Gastrointestinal : mual (-), muntah (+), diare (-), nafsu makan meningkat (-), nafsu makan menurun (+), nyeri perut (-), 11. Genitourinaria : BAK frekuensi menurun 12. Neurologik: kejang (-), lumpuh (-), kesemutan dan rasa tebal pada kedua kaki (-)

13. Psikiatri: emosi stabil (-), mudah marah (-)

14. Muskuloskeletal: kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri otot (-)

15. Ekstremitas: Atas kanan : bengkak (-), sakit (-), luka (-)

Atas kiri : bengkak (-), sakit (-), luka (-)

Bawah kanan: bengkak (-), sakit (-), luka (-)

Bawah kanan: bengkak (-), sakit (-), luka (-). D. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum

Kesan: Tampak lemas (lethargi), tampak sakit sedang, kesadaran composmentis (GCS E4 V5 M6 )

2. Tanda Vital

BB: 12 KgTB:-Tensi:-Nadi:110 x/menitPernafasan :-Suhu :36,4 C

3. Kulit Warna sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), turgor kulit menurun (+)4. Kepala

Bentuk normocephal, luka (-), rambut tidak mudah dicabut (-), makula (-), papula (-), nodula (-).5. Mata

Mata cowong (+/+), Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek cahaya (+), warna kelopak (coklat kehitaman), katarak (-/-), arcus senilis (-/-), radang/conjunctivitis/ uveitis (-/-).

6. Hidung

Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-), hiperpigmentasi (-), saddle nose (-).

7. Mulut

Bibir pucat (-), bibir kering (+), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi lidah hiperemis (-), tremor (-)

8. Telinga

Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping telinga bentuk9. Tenggorokan

Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-).

10. Leher

JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-).11. Toraks

Simetris, bentuk normochest, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-), spider nevi (-), venectasi (-), pembesaran kelenjar limfe (-)-Cor:I:ictus cordis tidak tampak

P:ictus cordis tidak kuat angkat

P:batas kiri atas:SIC II Linea para sternalis sinistrabatas kanan atas:SIC II Linea para sternalis dekstrabatas kiri bawah:SIC V 1 cm medial lineo medio clavicularis sinistrabatas kanan bawah : SIC II Linea para sternalis dekstra(batas jantung kesan tidak melebar)

A :BJ III intensitas normal, regular, bising (-)

-Pulmo:Statis (depan dan belakang)

I:pengembangan dada kanan sama dengan kiri

P:fremitus raba kanan sama dengan kiri

P:sonor/sonor

A:suara dasar vesikuler (+/+ ), suara tambahan (-/-)

Dinamis (depan dan belakang)

I:pengembangan dada kanan sama dengan kiri

P:fremitus raba kanan sama dengan kiri

P:sonor/sonor

A:suara dasar vesikuler seluruh lapang paru, suara tambahan tidak ditemukan12. Abdomen

I: dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi (-)

A: bising usus (+)

P: tympaniP: supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba13. Sistem Collumna Vertebralis

I: deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)

P: nyeri tekan (-)

14. Ektremitas:palmar eritema(-/-)

akral dinginoedem ulkus+ +- -

- -+ +- -

- -

15. Sistem genetalia: dalam batas normal

16. Pemeriksaan NeurologikKesadaran: composmentis GCS E4 V5 M6Fungsi Luhur: dalam batas normalFungsi Vegetatif:dalam batas normalFungsi Sensorik:

NN

N NFungsi motorik:

RF 2 2 RP - -

2 2 - -17. Pemeriksaan Psikiatrik

Penampilan:sesuai umur, perawatan diri cukup

Kesadaran:kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis

Afek:appropriatePsikomotor:normoaktif

Proses pikir:bentuk:realistik

isi:waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)

arus:koheren

Insight:baikE. WORKING DIAGNOSASuspect Gastroenteritis akut dengan dehidrasi beratF. DIAGNOSA BANDING1. Gastroenteritis akut2. Ulkus peptikum3. Pankreatitis

4. Keracunan makananG. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan laboratoriumPlanning : Darah Lengkap, C-Reactive Protein (CRP), Urin Lengkap.Darah Lengkap Spesimen darah (Tanggal 08 Oktober 2014)Jumlah Sel Darah

Hemoglobin

:12,1 g/dLHematokrit

: 36,8 %Leukosit

: 7,34 ribu/uLTrombosit

: 210 ribu/uLEritrosit

: 4,37 juta/uLPDW

: 12,0 fLRDW-CV

: 11,4 %MPV

: 7,81 fLPCT

: 0,2 %Index

MCV

: 84,2 fLMCH

: 27,6 pgMCHC

: 32,9 %Differential

Basofil

: 0,2 %Eosinofil

: 2,7 %Limfosit

: 28,0 %Monosit

: 10,8 %Netrofil

: 58,3 %Large Imm. Cell

: 1,4 %Atyph

: 0,4 %Jumlah Total Sel

Lymph

: 2,05 ribu/uL

Total Basofil

: 0,01 ribu/uL

Total Monosit

: 0,79 ribu/uL

Total Eosinofil

: 0,20 ribu/uL

Total Netrofil

: 4,28 ribu/uL

Total Large Imm. Cell: 0,10 ribu/uL

Total Atyp. Limfosit: 1,17 ribu/uL

F. RESUME :

Berdasarkan heteroanamnesis yang dilakukan pada ibu An.K (Ny.S), An.K usia 3 tahun muntah sejak 6 hari yang lalu dengan frekuensi 2 kali/hari. Selain muntah, An.K juga mengalami penurunan nafsu makan. Keluhan diare dan demam disangkal. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak lemah dan sakit sedang, kesadaran composmentis, mata cowong (+), mulut kering (+), penurunan frekuensi buang air kecil (+), status gizi nampak baik. Hasil laboratorium pemeriksaan darah lengkap yang menunjukkan adanya kelainan adalah penurunan limfosit (limfopenia) dan peningkatan monosit (monositosis). G. DIAGNOSIS HOLISTIKAn.K merupakan anak kedua dari 2 bersaudara dari pasangan Tn.I dan Ny.S dan merupakan penderita gastroenteritis akut dengan observasi vomiting dan dehidrasi derajat ringan/sedang. An.K tinggal bersama kedua orangtuanya dan kakaknya yang dapat digolongkan dalam nuclear family.1. Diagnosis Klinis

An.K menderita suspect gastroenteritis akut dengan observasi vomiting dan dehidrasi berat.

2. Diagnosis personal

An.K datang diantar ibunya Ny.S dengan keluhan muntah yang tidak mereda selama 6 hari disertai keluhan penurunan nafsu makan serta penurunan frekuensi buang air kecil. Sebelum di mondok, Ny.S membawa An.K ke poli umum dan sudah minum obat yang telah diresepkan dokter poli umum. Harapan keluarga An.K ingin sembuh dan bisa kembali aktif.3. Diagnosis Resiko Internal

Pasien merupakan seorang anak usia 3 tahun yang masih belum mengetahui tentang pembelajaran personal hygiene.

4. Diagnosis Resiko Eksternal

Setiap hari (pagi hingga sore hari) An.K dititipkan kepada pembantu rumah tangga sehingga kurang pemantauan dan perhatian langsung dari orang tua. Pasien aktif berhubungan dan bermain dengan teman sebayanya. Kemungkinan pasien tertular melalui kontak langsung dengan penderita infeksi saluran cerna. 5. Derajat FungsionalDerajat fungsional An.K memiliki score 5 karena An.K hanya mampu berbaring pasif dan perawatan diri dilakukan oleh orang lain dalam hal ini ibu An.K.6. PENATALAKSANAAN

Non Medikamentosa

Menjelaskan kepada orangtua/wali An.K mengenai keadaan dan kondisi An.K

Memberikan diit TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein)Medikamentosa

Tanggal 08 Oktober 2014

Resusitasi cairan dengan pemberian infus KAEN-3B intravena dengan jumlah cairan 840cc/5 jam (50 tetes/menit) dilanjutkan dengan terapi rumatan KAEN-3B dengan jumlah cairan 1100cc/24 jam (15 tetes/menit). Injeksi Cefotaxim 3x400 mg Injeksi Ondansentron 3x1,5 mg Injeksi Ranitidin 2x15 mg

Injeksi Omeperazol 1x20 mg

Injeksi Antrain 150 B KpFollow up

Flow SheetNama: An.K

Diagnosis: Susp. Gastroenteritis Akut

TanggalSubjectiveObjectiveAssessmentPlanning

08 Oktober 2014Muntah (+) dan penurunan nafsu makan (+) sejak 6 hari yang lalu, penurunan frekuensi buang air kecil (+), diare (-), demam (-).BB: 12 KgTB: -BMI :

Tensi: -Nadi: 110 x/menitRR : -Suhu : 36,4 C

Mata cowong (+), mukosa kering (+), turor kulit menurun (+)Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap

Hemoglobin:12,1 g/dL

Hematokrit: 36,8 %

Leukosit: 7,34 ribu/uL

Trombosit: 210 ribu/uL

Eritrosit: 4,37 juta/uL

PDW: 12,0 fL

RDW-CV: 11,4 %

MPV: 7,81 fL

PCT: 0,2 %

Index

MCV: 84,2 fL

MCH: 27,6 pg

MCHC: 32,9 %

Differential

Basofil: 0,2 %

Eosinofil: 2,7 %

Limfosit: 28,0 %

Monosit: 10,8 %

Netrofil: 58,3 %Suspect gastroenteritis akut dengan observasi vomiting akut dan dehidrasi berat Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap, CRP, urin lengkap Cefotaxim 3x400 mg

Ondansentron 3x1,5 mg

Ranitidin 2x15 mg

Omeperazol 1x20 mg

Antrain 150 B Kp

09 Oktober 2014Demam (-), Muntah (-), BAB dan BAK normal, dan sudah mau makanBB: -

TB: -

Nadi: 98 x/menit

Suhu: 36 oC

T: - mmHg

RR: - x/menit

Serologi-Spesimen darah

CRP: +6

Urin Lengkap-Spesimen urin

Warna: Kuning jernih

pH/Berat jenis: 7/1.010

Albumin: Negatif

Reduksi: Negatif

Bilirubin: Negatif

Urobilin: Negatif

Keton: Negatif

Nitrit: Negatif

Eritrosit: 0-1

Leukosit: 0-1

Epitel: 0-1

Kristal: Negatif

Bakteri: Negatif

Suspect gastroenteritis akut Cefotaxim 3x400 mg

Ondansentron 3x1,5 mg (Jika anak mual) Ranitidin 2x15 mg

Omeperazol 1x20 mg

Antrain 150 B Kp (Jika

10 Oktober 2014Muntah (-), diare (-), BAB/ BAK dalam batas normal, peningkatan nafsu makanNadi: 99 x/menitSuhu: 36,2o CCefotaxim 400 mgRanitidine 2x15 mg

Zinc 2x10 mg

BAB II

IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI HOLISTIK1. Fungsi Biologis

An.K dengan usia 3 tahun menderita gastroenteritis akut dengan vomiting dan dehidrasi berat.2. Fungsi PsikologisAn.K tinggal bersama dengan orang tuanya (Tn.I dan Ny.S) dan kakak kandungnya (An.R). Jika ada masalah dalam keluarga, anggota keluarga yang lain saling membantu dan mendiskusikan masalah dan menyelesaikan bersama. Hal ini terlihat pada saat An.K sakit anggota keluarga yang lain bergantian untuk menjaga dan merawat An.K. An.K juga senang bermain dengan kakak kandungnya An.R.3. Fungsi Sosial

Dalam kehidupan sehari-hari, orang tua An.K tergolong sebagai anggota masyarakat biasa dan tidak tergabung sebagai perangkat desa. Dalam kehidupan social, orang tua An.K aktif dalam mengikuti kegiatan kemasyarakatan.4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

An.K adalah anak kedua dari 2 bersaudara. Ayah An.K, Tn.I berkerja sebagai wiraswasta pedagang dipasar begitu pula ibu An.K, Ny.S juga bekerja sebagai wiraswasta pedagang dipasar membantu Tn.I. Orang tua An.K bekerja dari pagi hari hingga sore hari. Selagi ditinggal bekerja, An.K ditinggal di rumah bersama dengan pembantu rumah tangga. Kakak An.K, saat ini berumur 7 tahun dan sedang menempuh pendidikan sekolah dasar. Biaya sekolah, biaya hidup sehari-hari, dan biaya rumah sakit ditanggung oleh orang tua dan penghasilan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.B. FUNGSI FISIOLOGIS

Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga yang lain. APGAR score meliputi :

1. Adaptasi

Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota keluarga yang lain.

2. Partnership

Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.

3. Growth

Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan anggota keluarga tersebut.

4. Affection

Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota keluarga.

5. Resolve

Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.

Terdapat tiga kategori penilaian yaitu: nilai rata-rata 5 kurang, 6-7 cukup dan 8-10 adalah baik.Tabel 3. APGAR

Tn.IAPGAR Tn. S Terhadap KeluargaSering/selaluKadang-kadangJarang/Tidak

ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah

PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

RSaya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

APGAR Score: 9Tabel 3. APGAR

Ny.SAPGAR Tn. S Terhadap KeluargaSering/selaluKadang-kadangJarang/Tidak

ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah

PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

RSaya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

AGPGAR Score: 9Rata-rata APGAR Score: 9+9/2 = 9 ( Baik

B. FUNGSI PATOLOGIS

Fungsi patologis dari dinilai dengan menggunakan alat S.C.R.E.E.M sebagai berikut :Tabel 8. SCREEM keluarga penderitaSUMBERPATOLOGISKET

SocialTidak mengalami hambatan dalam bersosialisasi baik dengan tetangga sekitar maupun berinteraksi dengan anggota keluarga yang lain dengan baik-

CultureDalam kehidupan sehari-hari menggunakan bahasa jawa dan bahasa Indonesia untuk berinteraksi dengan keluarga dan tetangga sekitar-

Religious

Pemahaman terhadap ajaran agama cukup, demikian juga dengan ketaatan ibadah yaitu dalam menjalankan shalat 5 waktu-

EconomicEkonomi keluarga Tn.I terbilang cukup mampu dalam melengkapi kehidupan sehari-hari baik dalam membiayai sekolah, rumah sakit, dan kebutuhan sehari-hari.-

EducationalTingkat pendidikan keluarga ini terbilang relatif kurang, karena pendidikan terakhir Tn.I adalah SMP, Ny.S adalah SLTA, An.R masih duduk di bangku SD, sedangkan An.K masih belum sekolah.+

Medical

.Jarak dari rumah dengan pusat kesehatan dekat dengan bidan. Apabila ada anggota keluarga yang sakit segera diperiksakan apabila keluhan semakin hari tidak mereda.-

C. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGANama Kepala Keluarga : Tn. IAlamat lengkap : Jl. Kendalsari Bentuk Keluarga

: Keluarga inti (Nuclear Family)Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal dalam Satu RumahNoNamaKedudukanL/PUmurPendidikan TerakhirPekerjaanPasien KlinikKeterangan

1.Tn. IAyahL30 th.SMPWiraswasta (Pedagang)Tidak0

2.Ny. SIbuP32 th.SLTAWiraswasta (Pedagang)Tidak0

3.An. RAnakL7 th.-PelajarTidak0

4.An. KAnakP3 th.--YaSusp. Gastroenteritis akut dengan vomiting dan dehidrasi berat

Sumber : Data primer, 08 Oktober 2014

Kesimpulan:

Keluarga An.K adalah nuclear family yang terdiri dari 4 orang anggota keluarga. An.K merupakan anak kedua dari Tn.I dan Ny.S. An.K berusia 3 tahun yang termasuk dalam tahapan usia anak kecil (toddler). Diagnosa klinis An.K adalah observasi vomiting dan dehidrasi ringan/sedang. D. TAHAPAN KELUARGA

Perkembangan keluarga adalah proses perubahan dari sistem keluarga yang terjadi dari waktu ke waktu meliputi perubahan interaksi dan hubungan di antara keluarga dari waktu ke waktu.

Kelurga Tn.I termasuk dalam tahap 4 yaitu: keluarga dengan anak usia sekolah: dimulia saat anak pertama berusia 6 tahun samapi 13 tahun.

Tugas perkembangana tahap 4 adalah sebagai berikut:

Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.

Mempertahankan hubungan perkawinan bahagia.

Memenuhi kebutuhan dan biaya hidup yang semakin meningkat.

Meningkatkan komunikasi terbuka.E. POLA INTERAKSI KELUARGA Diagram 1. Pola interaksi keluarga Tn.I

Keterangan :

Hubungan baik Hubungan tidak baikF. GENOGRAM KELUARGA

Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: Penderita

: Keluarga yang tinggal satu rumahBAB III

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN

A. IDENTIFIKASI FAKTOR PERILAKU DAN NON PERILAKU KELUARGA

1. Faktor Perilaku Keluargaa. Pengetahuan

Keluarga ini memiliki pengetahuan yang kurang mengenai masalah kesehatan, khususnya tanda-tanda bahaya penyakit dan komplikasi yang akan timbul pada An.K. Hal ditunjang dari pendidikan orang tua An.K yang hanya lulusan SLTA dan SMP. Ibu An.K juga mempercayai perkataan tetangga sekitar mengenai penyakit yang diderita An.K.b. Sikap

Keluarga ini kurang memperhatikan kondisi dan keluhan An.K. Hal ini dikarenakan orang tua An.K menuruti keinginan An.K yang tidak mau makan, padahal kondisi ini telah berjalan selama 5 hari dan baru diperiksakan pada hari ke-5. Di sisi lain intensitas bertemu antara orang tua dan An.K sangat minimal karena orang tua An.K harus bekerja di pagi hari (jam 05.00) hingga sore hari (16.00).c. Tindakan

Orang tua An.K memeriksakan keluhan An.K apabila keluhan An.K semakin memberat dan tidak kunjung sembuh.2. Faktor Non Perilakua. Lingkungan

Lingkungan rumah keluarga Tn.I berada pada perumahan gang kecil dan letak antar rumah berdempetan dengan rumah yang lain dan padat penduduk. Sehingga penyakit yang penularannya melalui udara mudah tertular (air born disease).b. Pelayanan KesehatanKeluarga Tn.I menggunakan fasilitas bidan terdekat, dokter terdekat, dan juga rumah sakit sebagai sarana kesehatan. Jarak antara pusat kesehatan dengan rumah Tn.I sekitar 3-5 Km.c. Keturunan

Menurut Ny.S tidak ada anggota keluarga yang sakit sama dengan An.K.

Keterangan:

: Faktor Perilaku

: Faktor Non PerilakuB. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAHLingkungan Luar Rumah1. Ukuran rumah 8m x 10m2. Memiliki pagar3. Tidak ada halaman rumah4. Jarak antar tetangga berdempetan

5. Air berasal dari sumur

6. Tempat pembuangan limbah rumah tangga adalah sungai dan saluran pembuangan air

Lingkungan Dalam Rumah (Indoor)1. Rumah memiliki 9 ruangan

1 ruang tamu

1 ruang keluarga

3 kamar tidur

1 dapur

1 tempat laundry

1 kamar mandi

1 gudang

2. Lantai keramik, dinding tembok, dan atap genteng

3. Rumah berlantai 2Denah Rumah

BAB IVDAFTAR MASALAHA. Masalah Medis

Gastroenteritis akut dengan vomiting dan dehidrasi derajat ringan/sedang

B. Masalah Non Medis

1. Usia An.K yang terhitung masih usia anak kecil (toddler)

2. Kurangnya pengetahuan orang tua An.K mengenai penyakit dan gejala yang berbahaya bagi anak

3. Kurangnya pengetahuan An.K mengenai kebersihan diri

4. Kurangnya pemantauan dari orang tua5. Lingkungan yang padat penduduk

BAB VTINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi

Anatomi Lambung

Lambung adalah bagian yang mengembang pada saluran pencernaan diantara esophagus dan intestinum tenue. Lambung adalah organ khusus untuk pengumpulan makanan yang teringesti, yang secara kimiawi dan mekanis mempersiapkan makanan tersebut untuk digesti dan pasase ke dalam duodenum. Pada sebagian besar orang, bentuk lambung menyerupai huruf J, tetapi bentuk dan posisi lambung dapat berbeda secara nyata pada orang dengan bentuk tubuh berbeda dan bahkan pada orang yang sama sebagai akibat gerakan diafragmatik selama respirasi, isi lambung, dan posisi orang tersebut (yaitu, apakah berbaring atau berdiri).1 Lambung dapat dibedakan menjadi empat daerah lambung. Zona sempit selebar 2-3 cm sekitar lubang esophagus disebut kardia. Daerah mirip kubah yang menonjol ke kiri di atas muara esophagus adalah fundus. Daerah pusat yang luas adalah korpus dan dan bagian distal yang menyempit berakhir pada orifisium gastroduodenal adalah pilorus. Terdapat perbedaan nyata dalam kelenjar mukosa kardia, korpus, dan pilorus, sedangkan dari fundus dan korpus adalah hampir sama.2 Lambung juga memiliki dua kurvatura, yaitu kurvatura minor dan major. Kurvatura minor membentuk batas konkaf lebih pendek pada lambung. Kurvatura major membentuk batas konveks lebih panjang pada lambung.1

Lambung memiliki banyak suplai arterial yang berasal dari truncus coeliacus dan percabangannya. Sebagian darah disuplai oleh anastomosis yang terbentuk sepanjang kurvatura minor oleh arteria gastrica dextra dan sinistra, dan sepanjang kurvatura major oleh arteria gastro-omentalis dextra dan sinistra. Fundus dan tubuh atas menerima darah dari arteria gastrica brevis dan posterior.1

Vena gastric sejajar dengan arteri pada posisi dan perjalanannya. Vena gastrica dextra dan sinistra bermuara ke dalam vena porta; vena gastrica brevis dan vena gastro-omentalis sinistra bermuara ke dalam vena lienalis, yang menyatukan vena mesenterica superior (SMV) untuk membentuk vena porta. Vena gastro-omentalis dextra bermuara ke dalam SMV. Vena prepylorik naik pada pilorus ke vena gastrica dextra. Karena vena tersebut jelas pada orang yang hidup, ahli bedah menggunakannya untuk mengidentifikasi pilorus.1B. Fisiologi Lambung

Mukosa lambung memiliki suatu kemampuan yang luar biasa untuk mensekresi asam. Sel parietal, berselang-seling sepanjang perjalanan kelenjar korpus dan fundus lambung, mensekresi asam hidrogen klorida oleh suatu proses yang melibatkan fosforilasi oksidatif. Sel parietal mensekresi ion hidrogen dalam konsentrasi kira-kira 3 juta kali yang ditemukan didalam darah. Konsentrasi HCl yang disekresi secara langsung oleh sel parietal adalah kira-kira 160 mM. Tiap ion hidrogen (H+) yang disekresi disertai oleh ion klorida (Cl-). Dengan tiap peningkatan dalam sekresi ion hidrogen, terdapat pengurangan yang timbal balik dalam sekresi ion natrium. Untuk setiap ion hidrogen yang disekresikan ke dalam lumen lambung, satu ion bikarbonat (HCO3-) dilepaskan ke dalam sirkulasi vena lambung, yang menerangkan gelombang alkalin, suatu pencerminan langsung dari besarnya sekresi H+ lambung. Bikarbonat dilepaskan dari asam karbonik yang dibentuk dari karbondioksida oleh karbonik anhidrase sel parietal. Tindakan terkahir pada sekresi ion hidrogen diselesaikan oleh mekanisme pompa proton yang melibatkan hydrogen-potassium adenosine triphosphatase (H+, K+-ATPase). Enzim tersebut menukar hidrogen dengan kalium melintasi membran mikrovilus.3

Faktor kimiawi, saraf (neural), dan hormonal yang multipel berpartisipasi dalam pengaturan sekresi asam lambung. Sekresi asam dirangsang oleh gastrin dan oleh serabut vagal paskaganglion melalui reseptor kolinergik muskarinik pada sel parietal. Gastrin, stimulan sekresi asam lambung yang dikenal paling kuat, dikandung dalam dan dilepaskan ke dalam sirkulasi dari granula sekretorius sitoplasmik sel gastrin (sel G) yang tersebar satu-satu atau dalam kelompok kecil diantara sel pelapis epitelial bagian tengah dan lebih dalam dari kelenjar pilorik antral. Efek gastrin dan perangsangan vagal pada sekresi asam lambung saling berhubungan dengan erat. Perangsangan vagal meningkatkan sekresi asam lambung melalui perangsangan kolinergik sekresi sel parietal, dengan dirangsangnya pelepasan gastrin ke dalam sirkulasi, dan dengan menurunkan ambang sel parietal untuk berespon terhadap konsentrasi gastrin yang beredar. Cabang atau serabut tertentu juga mencegah pelepasan gastrin.3

Mukosa lambung mengandung histamin dalam jumlah besar. Histamin terkandung dalam granula sitoplasmik sel mast, yang letaknya bukan epithelial (interstisial) dan sel menyerupai enterokromafin (LEK), sel endokrin epithelial yang tersebar satu demi satu dalam kelenjar oksintik, sering pada kontak langsung (direct contact) dengan sel parietal. Kebanyakan data menyokong kesimpulan bahwa histamin memainkan suatu peran penting dalam perangsangan sekresi asam lambung, histamin bekerja bersama dengan aktivitas gastrin, kolinergik gastrin, dan kolinergik atas sel parietal, tetapi bahwa masih terdapat ketidaktentuan mengenai apakah histamin adalah molekul efektor umum terakhir dalam perangsangan sekresi sel parietal. Membrana basolateral sel parietal mengandung reseptor untuk histamin, gastrin, dan asetilkolin, yang merangsang sekresi asam, dan untuk prostaglandin dan somatostatin yang menghambat sekresi asam. Reseptor somatostatin, gastrin, dan histamin sel parietal adalah anggota dari the seven-membranae spanning class of G protein-coupled receptors. Gastrin merangsang sekresi asam lambung dengan perangsangan sel parietal langsung dan perangsangan pelepasan histamin oleh LEK. Histamin merangsang sekresi asam lambung dengan meningkatkan adenosin monofosfat siklik (AMP) sel parietal, dengan demikian mengaktifkan protein kinase yang bergantung pada AMP siklik. Gastrin dan asetilkolin, yang tidak merangsang produksi AMP siklik, merangsang sekresi asam dengan meningkatkan kalsium sitosolik sel parietal.3

Pengaturan sekresi pepsinogen oleh sel peptik di dalam kelenjar oksintik terjadi sebagai respons terhadap dua jenis sinyal: (1) perangsangan sel-sel peptik oleh asetilkolin yang dilepaskan oleh nervus vagus atau oleh pleksus saraf enterik gastrik dan (2) perangsangan sekresi sel peptik sebagai respon terhadap adanya asam di lambung. asam kemungkinan tidak merangsang sel peptik secara langsung tetapi justru menimbulkan refleks saraf enterik tambahan yang mendukung saraf asli pemberi sinyal ke sel-sel peptik. Karena itu, kecepatan sekresi pepsinogen, prekursor enzim pepsin yang menyebabkan pencernaan protein, dipengaruhi kuat oleh jumlah asam di dalam lambung.4

Rangsang fisiologik utama untuk sekresi asam lambung ialah menyantap makanan. Secara tradisional, pengaturan sekresi asam lambung telah diklasifikasikan dalam tiga tahap yakni, sefalik, gastrik, dan intestinal. Tahap sefalik yang mencakup respon sekresi asam lambung pada pandangan, bau, rasa, dan menantikan makanan. Tahap lambung disebabkan oleh makanan dalam lambung. Tahap usus disebabkan karena masuk atau terdapatnya makanan di dalam lumen usus halus.3

Hambatan sekresi asam lambung dapat dihasilkan oleh beberapa mekanisme. Somatostatin tampaknya memainkan peranan penting dalam hambatan mekanisme umpan balik yang disebabkan oleh asam dari pelepasan gastrin. Somatostatin menghambat pelepasan gastrin melalui efek lokalnya (parakrin) pada sel gastrin. Sel endokrin mukosa antrum yang mengandung somatostatin (sel D) mempunyai proses sitoplasmik yang meluas ke sel gastrin yang berdekatan. Somatostatin mengurangi sekresi asam lambung melalui penghambatan pelepasan gastrin dan melalui penghambatan secara langsung sekresi sel parietal.3 Adapula prostaglandin yang berperan dalam fisiologi lambung yakni sebagai sitoprotektif yang mengontrol sekresi asam lambung, aliran darah mukosa, produksi mukus, dan menjaga integritas mukosa. Prostaglandin sitoprotektif ini ditemukan pada sel epitel kolon dan intestinal, sel imun pada lamina propria, dan sel mesenkim subepitelial.5C. Vomiting/Muntah

Definisi

Muntah didefinisikan sebagai keluarnya isi lambung dengan paksa atau dengan kekuatan. Mual dan muntah merupakan gejala yang umum dari gangguan fungsional saluran cerna. Keduanya berfungsi sebagai perlindungan terhadap toksin yang secara tidak sengaja tertelan.6Diagnosa BandingDiagnosa banding pasien dengan keluhan muntah terlihat pada tabel 5.1

Tabel 5.1 Diagnosa Banding pada Anak dan Remaja7

Diadaptasi dari dr. Deddy Satya Putra, Sp.A yang diadaptasi dari buku Nelson WE, Behrman RE, Kliegman RM, Arfin AM, editor. Nelson Text Book of Pediatrics 15th ed Philadelphia Edition, Saunders; 1996; 1033EtiologiPenyebab terjadinya muntah dibedakan menjadi 2 kategori, yakni bilious dan non bilious.8

Diadaptasi dari Review Article oleh Karen F Muray dan Dennis L. Christie dalam Pediatrics in Review. Copyright by American Academy of Pediatrics. Print ISSN: 0191-9601.8D. Ulkus LambungUlkus lambung adalah kerusakan lokal permukaan jaringan yang meluas melalui mukosa muskularis hingga submukosa yang ditimbulkan oleh terkupasnya jaringan nekrotik radang pada lambung yang terpajan getah asam-peptik sehingga sel mengalami kematian dan tidak mampu memproduksi getah lambung sebagaimana mestinya. Ulkus lambung paling sering didiagnosis pada laki-laki dewasa usia pertengahan sampai lanjut, tetapi lesi ini mungkin sudah muncul pada usia muda. Khususnya diantara para pemakai kronis obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), alkoholik, dan perokok.9Etiologi dan Patogenesis Ulkus Lambung

Faktor Asam Lambung; Pengaturan Sekresi Asam Lambung Pada Sel Parietal (Schwarst 1910)Sel parietal/oxyntic mengeluarkan asam lambung HCl, sel peptik/zimogen mengeluarkan pepsinogen yang oleh HCl diubah menjadi pepsin, dimana HCl dan pepsin adalah faktor agresif terutama pepsin dengan pH