laporan hematologi i fajar (fix)

16
HEMATOLOGI I Oleh : Nama : Fajar Nour Cholis NIM : B1J012180 Rombongan : Kelompok : Asisten : LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I

Upload: fajar-nour-cholis

Post on 29-Dec-2015

63 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

bla

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Hematologi i Fajar (Fix)

HEMATOLOGI I

Oleh :

Nama : Fajar Nour CholisNIM : B1J012180Rombongan : Kelompok : Asisten :

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO

2013

Page 2: Laporan Hematologi i Fajar (Fix)

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Darah adalah matrik cairan dan merupakan jaringan pengikat

terspesialisasi yang dibentuk dari sel-sel bebas (Bryon and Doroth, 1973). Darah

terdiri atas sel-sel dan fragmen-fragmen sel yang terdapat secara bebas dalam

medium yang bersifat cair yang disebut plasma darah. Darah terdiri atas sua

komponen utama yaitu komponen cair yang disebut plasma dan berbagai unsur

yang dibawa dalam plasma yaitu sel-sel darah. Sel-sel darah terdiri dari eritrosit

atau sel darah merah, yaitu sel yang mengangkut oksigen (media transport) yang

dilakukan oleh hemoglobin, leukosit atau sel darah putih yaitu sel yang berperan

dalam kekebalan dan pertahanan tubuh dan trombosit yaitu sel yang berperan

dalam homeostasis (Frandson, 1986). Plasma darah merupakan bagian yang

cair dari darah yang terdiri dari 99 % air dan 8-9 % protein (Kimball, 1988). Darah

sangat penting bagi organisme, jika kekurangan atau kelebihan sel darah

mengakibatkan tidak normalnya proses fisiologis suatu organisme sehingga

menimbulkan suatu penyakit (Pearce, 1989).

Pengukuran hematologi merupakan pengukuran yang meliputi

pengukuran kadar hemoglobin, perhitungan total eritrosit, penghitungan total

leukosit dan pengukuran hematkorit. Hematokrit adalah istilah yang menunjukan

besarnya volume sel-sel eritrosit seluruhnya didalam 100 mm3 darah dan

dinyatakan dalam persen (%). Nilai hematokrit adalah suatu istilah yang artinya

prosentase berdasarkan volume dari darah, yang terdiri dari sel-sel darah merah

(Hoffbrand dan Pettit, 1987). Dalam industri perikanan pemantauan terhadap

tingkat kesehatan ikan sangat dpierlukan. Pemantauan kesehatan ini dapat

menggunakan hematologi dan analisis kimia darah. Hematologi dapt mengetahui

penyakit yang menginfeksi ikan serta mengidentifikasi hewan sub lethal.

Hematologi merupakan cara yang lebih efektif, singkat serta dapat menjadi

pengobatan efektif di masa depan (Hrubec, 2000).

I.2 Tujuan

Tujuan praktikum ini adalah untuk memberikan keterampilan cara

pengambilan darah hewan, mengetahui perbedaan bentuk sel darah pada

Page 3: Laporan Hematologi i Fajar (Fix)

berbagai hewan, serta cara melakukan perhitungan sel darah merah, sel darah

putih dan kadar hemoglobin hewan.

Page 4: Laporan Hematologi i Fajar (Fix)

II. MATERI DAN CARA KERJA

II.1 Materi

Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah mencit (Mus

musculus), ikan nilem (Osteocilus hasselti), ayam (Gallus domesticus), larutan

hayem, larutan turk, larutan EDTA dan larutan 0,1 N HCl.

Alat yang digunakan adalah haemometer, haemositometer, tabung sahli,

pipet kapiler, pipet thoma eritosit, pipet thoma leukosit, mikroskop, gelas objek

dan kaca penutup, spuit dan hand counter.

II.2 Cara Kerja

1. Darah hewan uji diambil.

2. Darah diletakkan di cawan petri yang sudah diteteskan larutan EDTA

sebanyak 2 tetes.

2.2.1 Jumlah Leukosit ( pengenceran 10 kali) :

1. Darah hewan dihisap dengan pipet toma sampai pengenceran

menunjukkan angka 1, kemudian ujungnya dibersihkan dengan kertas

isap.

2. Larutan Turk yang telah di tuangkan kedalam tabung reaksi dihisap

sampai menunjukkan angka 11.

3. Kedua larutan disatukkan di dalam pipet toma.

4. Pipet dipegang pada kedua ujungnya dengan ibu jari dan telunjuk dan

dikocok selama dua menit.

5. 1-2 tetes tetes dibuang, dan tetes berikutnya digunakan untuk

perhitungan.

6. Bilik hitung dan mikroskop disiapkan hingga mendapatkan perbesaran

yang baik, cairan dalam pipet diteteskan hingga cairan dapat masuk

dengan sendirinya kedalam bilik hitung.

7. Semua leukosit di dalam 4 bujur sangkar pojok dalam bilik hitung

dihitung.

8. Jumlah leukosit dihitung menggunakan rumus.

2.2.2 Jumlah Eristrosit (pengenceran 100 kali)

1. Darah hewan dihisap pipet toma sampai pengenceran menunjukkan

angka 10, kemudian ujungnya dibersihkan dengan kertas isap.

Page 5: Laporan Hematologi i Fajar (Fix)

2. Larutan Hayem yang telah di tuangkan kedalam tabung reaksi

dihisap.sampai menunjukkan angka 101.

3. Kedua larutan disatukkan di dalam pipet toma.

4. Pipet dipegang pada kedua ujungnya dengan ibu jari dan telunjuk dan

dikocok selama dua menit.

5. 1-2 tetes tetes dibuang, dan tetes berikutnya digunakan untuk

perhitungan.

6. Bilik hitung dan mikroskop disiapkan hingga mendapatkan perbesaran

yang baik, cairan dalam pipet diteteskan hingga cairan dapat

masukdengan sendirinya kedalam bilik hitung.

7. Semua leukosit di dalam 5 bujur sangkar kecil dalam bilik hitung

dihitung.

8. Jumlah eristrosit dihitung menggunakan rumus.

2.2.3 Kadar Hemoglobin dihitung Dengan metode Sahli

1. 0,1 N larutan HCl di teteskan kedalam tabung sahli hingga batas 10.

2. Darah hewan uji diambil dengan pipet isap hingga skal 20 µl (diisap

dengan tepat), darah yang tersisa dibersihkan dengan tissue.

3. Darah diteteskan ketabung sahli yang telah berisi larutan HCl, pipet

dibilas dengan larutan HCl dan kedua larutan diaduk.

4. Tabung diletakkan kedalam komparator yang memiliki warna

pembanding hingga 1 menit.

5. Akuades diteteskan dan diaduk agar homogen, dilakukan berulang

hingga larutan memiliki warna yang sama dengan komparator.

6. Kadar Hemogolobin dihitung.

Page 6: Laporan Hematologi i Fajar (Fix)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1 Hasil

Tabel 3.1.1 Hasil Pengamatan Pengukuran Leukosit, Eritrosit dan kadar

Hemoglobin

Sampel

darahkel

Kadar Hb

(gr/%)

∑ Leukosit

sel/mm3

∑ Eritrosit

sel/mm3

Ayam 1 9,8 44.275 875.000

Mencit2 18.6 50.900 3.100.000

3 4,1 90.075 2.690.000

Ikan4 6,8 41.200 2.595.000

5 17,6 58.475 875.000

Perhitungan 3.1.2 Jumlah Eritrosit

∑ eritrosit per mm3 = ∑E x 5000

= 538 x 5000

= 2.690.000 sel/mm3

Perhitungan 3.1.3 Jumlah Leukosit

∑ leukosit per mm3 = ∑E x 25

= 3603 x 25

= 90.075 sel/mm3

Page 7: Laporan Hematologi i Fajar (Fix)

III.2 Pembahasan

Hematologi adalah cabang ilmu fisiologi yang mempelajari struktur,

fungsi dan penyakit darah, serta mempelajari jaringan tubuh dan organ yang

membentuk bagian-bagian darah (Rifai, 2002). Praktikum Hematologi I

membutuhkan darah dari hewan uji, namun pengambilan darah tidak bisa

sembarangan karena selain tidak dapat mengambil darah sesuai dengan

keinginan, pengambilan darah di sembarang tempat dapat melukai hewan uji.

Berdasarkan teori dari Yuwono (2001), yaitu darah pada berbagai hewan

vertebrata memerlukan sistem sirkulasi yang terdiri atas kapiler-kapiler dan

jantung sebagai pemompa aliran darah agar dapat berfungsi sebagaimana

mestinya, dapat diketahui bahwa pengambilan darah pada hewan dapat melalui

kapiler darah atau jantung, dari dasar tersebut maka pengambilan darah pada

hewan uji adalah sebagai berikut, darah Ikan Nilem dapat diambil dari ekor (vena

caudal) dan jantung, darah mencit dapat diambil dari dari ujung ekor dan mata

(banyak kapiler darah), darah ayam dapat diambil dari vena jugularis di sayap.

Fungsi alat dan larutan yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya

yaitu: Haemositometer, merupakan alat yang digunakan untuk menghitung

jumlah sel leukosit dan sel eritrosit, Haemometer adalah alat yang digunakan

untuk mengencerkan cairan dalam jumlah yang sedikit. Alat ini terdiri atas pipet

thoma dan pipet isap (James,1987), pipet thoma eritrosit digunakan untuk

pengenceran eritrosit sebanyak 100x, pipet thoma leukosit digunakan untuk

pengenceran leukosit sebanyak 10x, mikroskop digunakan untuk mengamati

jumlah sel darah, hand counter digunakan untuk menghitung jumlah sel darah,

dan tabung Sahli digunakan untuk mengukur kadar hemoglobin dari eritrosit dan

leukosit. Larutan yang digunakan yaitu larutan EDTA yang berfungsi untuk

mencegah penggumpalan pada darah, larutan Hayem digunakan untuk

mengencerkan eritrosit, larutan Turk digunakan untuk mengencerkan leukosit,

larutan HCl digunakan untuk mengencerkan darah dalam mengukur

hemoglobinnya, dan menggunakan aquades untuk mengencerkan darah.

Darah merupakan cairan yang memiliki banyak fungsi. Fungsi dari darah

antara lain zat angkut, memelihara keseimbangan air dalam tubuh,

mengendalikan suhu tubuh, memelihara pH jaringan dan cairan tubuh, serta

membantu pertahanan tubuh terhadap bermacam-macam penyakit (leukosit).

Darah sebagai zat angkut dapat mengangkut bebrapa zat seperti, mengangkut

zat-zat makanan (nutrisi) dari saluran pencernaan menuju jaringan tubuh,

Page 8: Laporan Hematologi i Fajar (Fix)

mengangkut oksigen (O2) dari paru-paru ke jaringan dan mengangkut

karbondioksida (CO2) dari jaringan ke paru-paru, mengangkut hasil metabolisme

dari jaringan ke alat sekresi, mengangkut hormon dari kelenjar endokrin ke organ

target (Sugiri, 1988).

Berdasarkan hasil pengamatan praktikum, didapatkan data jumlah

leukosit, eritrosit, dan hemoglobin. Jumlah leukosit ayam pada kelompok 1

sebesar 44.275 sel/mm3. Menurut referensi, jumlah leukosit pada ayam berkisar

antara 16.000-40.000 sel/mm3 (Durkess, 1995). Jumlah leukosit mencit pada

kelompok 2 sebesar 50.300 sel/mm dan kelompok 3 sebesar 90.075 sel/mm3.

Hal ini tidak sesuai dengan referensi yang menyatakan bahwa jumlah leukosit

normal pada mamalia betina 3,9-5,6 juta sel/mm3 dan pada mamalia jantan 4,5-

6,5 juta sel/mm3 (Hoffbrand dan Pettit, 1987). Jumlah leukosit ikan pada

kelompok 4 sebesar 41.200 sel/mm3 dan kelompok 5 sebesar 58.475 sel/mm3.

Jumlah leukosit yang menyimpang dari keadaan normal mempunyai arti klinis

penting untuk evaluasi proses penyakit (Dellman dan Brown 1989 diacu dalam

Sismin, A, dkk. 2010). Jumlah yang tidak sesuai dengan referensi ini di

mungkinkan disebabkan oleh kesalahan dalam penghitungan atau penyakit pada

hewan tersebut.

Jumlah eritrosit ayam pada kelompok 1 sebesar 875.000 sel/mm3, hal ini

tidak sesuai dengan referensi yang menyebutkan bahwa jumlah eritrosit normal

pada ayam betina adalah 2,72 juta sel/mm3 dan pada ayam jantan adalah 3,23

juta sel/mm3 (Oslon, 1973). Jumlah eritrosit mencit pada kelompok 2 sebesar

3.100.000 sel/mm3 dan kelompok 3 sebesar 2.690.000 sel/mm3. Jumlah eritrosit

normal pada mamalia betina 3,9-5,6 juta sel/mm3 dan pada mamalia jantan 4,5-

6,5 juta sel/mm3 (Hoffbrand dan Pettit, 1987). Jumlah eritrosit ikan pada

kelompok 4 sebesar 2.595.000 sel/mm3 dan kelompok 5 sebesar 875.000

sel/mm3. Menurut referensi, Jumlah eritrosit pada ikan adalah 50.000 - 3.000.000

sel/mm3 (Hoffbrand dan Pettit, 1987). Jumlah yang tidak sesuai dengan referensi

ini di mungkinkan disebabkan oleh kesalahan dalam penghitungan atau penyakit

pada hewan tersebut.

. Kadar hemoglobin ayam pada kelompok 1 sebesar 9,8 gr/dl, hal ini

sesuai dengan referensi yang menyatakan bahwa kadar normal hemoglobin

ayam yaitu 7,0-13,0 g/dl (Jain, 1993). Kadar hemoglobin mencit pada kelompok 2

sebesar 18,5 gr/dl dan kelompok 2 sebesar 4,1 gr/dl. Kadar hemoglobin ikan

pada kelompok 4 sebesar 6,8 gr/dl dan kelompok 5 sebesar 17,6 gr/dl. Menurut

Page 9: Laporan Hematologi i Fajar (Fix)

Lagrer et al. (1977), kadar hemoglobin ikan telostei berkisar antara 37 – 70%.

Kadar hemoglobin di bawah kisaran kadar hemoglobin ikan normal

mengindikasikan ikan mengalami anemia. Menurut Meyer dan Harvey (2004),

reaksi oksidatif dapat merusak hemoglobin, enzim (terutama kelompok sulfhidril),

dan lipid membran.

Jumlah eritrosit dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, kondisi tubuh,

variasi harian, dan keadaan stress (Schmidt dan Nelson, 1990). Menurut Dallman

dan Brown (1987), hewan yang aktif bergerak/beraktivitas akan memiliki eritrosit

dalam jumlah yang banyak, karena hewan yang aktif akan mengkonsumsi

banyak oksigen, dimana eritrosit sendiri mempunyai fungsi sebagai transport

oksigen dan karbon dioksida dalam darah.

Jumlah leukosit dipengaruhi oleh kondisi tubuh, stress, kurang makan

atau disebabkan oleh faktor lain. Penurunan jumlah leukosit dapat terjadi karena

infeksi usus, keracunan bakteri, septicoemia, kehamilan dan partus. Hewan yang

terinfeksi akan mempunyai jumlah leukosit yang banyak, karena leukosit

berfungsi melindungi tubuh dari infeksi (Schmidt dan Nelson, 1990). Aktivitas,

ukuran, serta kadar oksigen juga berpengaruh terhadap kadar eritrosit dan

leukosit dalam darah. Selain faktor yang telah disebutkan sebelumnya, tingkat

stress juga dapat mempengaruhi kadar hemoglobin hewan uji (Yuwono, 2001).

Menurut Hrubec (2000), total protein, albumin dan konsentrasi globulin dalam

ikan dari densitas yang tinggi, dan tidak berjalannya sistem sirkulasi dapat

berpengaruh pada karakteristik organik dan jumlah bakteri yang mempengaruhi

sistem kekebalan atau immunitas. ada ikan yang terserang penyakit terjadi

perubahan pada nilai hematokrit, kadar hemoglobin, jumlah sel darah merah dan

jumlah sel darah putih (Bastiawan, dkk., 1995 dalam Estetika, dkk., 2006).

Pemeriksaan darah (hematologis) dapat digunakan sebagai indikator tingkat

keparahan suatu penyakit (Bastiawan, dkk., 2001 diacu dalam Estetika, dkk.,

2006).

Page 10: Laporan Hematologi i Fajar (Fix)

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :

1. Bentuk sel darah hewan berbeda tergantung spesies, pada mammalia

eritrosit tidak beriniti dan berbentuk bulat , pada Ikan eritrosit beriniti,

berbentuk elips dan berwarna merah muda dan pada eritrosit berbentuk

oval sampai pleiomorphic.

2. Leukosit dihitung dalam bujur sangkar dengan sisi ¼ mm (sisi besar),

sedangkan eritrosit dihitung dalam bujur sangkar dengan sisi 1/20 mm (sisi

kecil). Pengukuran kadar hemoglobin menggunakan metode Sahli.

Page 11: Laporan Hematologi i Fajar (Fix)

DAFTAR REFERENSI

Bryon, A. S and S. Doroth. 1973. Text Book of Physiology. St Burst The Moshy Co Toppon Co Ltd, Japan.

Durkess, H. H. 1955. The Physiology of Domestic Animals. Cornel University Press, New York.

Estetika I. A, Soesanti S. H, Budiharjo A. 2006. Penggunaan Metode Hematologi dan Pengamatan Endoparasit Darah untuk Penetapan Kesehatan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) di Kolam Budidaya Desa Mangkubumen Boyolali. FMIPA Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Frandson, R. D. 1986. Anatomy and physiology of Farm Animals. Lea and Febiger, Philadelphia.

Hoffbrand, A. V dan J. E. Pettit. 1987. Haematologi. Penerbit EGC, Jakarta.

Hrubec, T. C., J. L. Cadinale and S. A. Smith. 2000. Journal of veterinary clinical pathologi: Hematology and Plasma Chemistry Reference Intervals for Cultured Tilapia (Oreochromis hybrid).

Jain, N.C. 1993. Essential of Veterinary Hematology. Lea and Febiger, Philadelphia.

James, G.C and Sherman.1987. Microbiology : A Laboratory Manual. The Benjami/Cummings Publishing Company, Inc. Rockland Community Collage State University of New York.

Kimball, J.W. 1988. Biologi. Erlangga, Jakarta.

Lagrer KF, Bardach JE, Miller RR, Pasino DRM. 1977. Ichthyology. John Wiley and Sons Inc, New York.

Meyer, D.J. dan J.W. Harvey. 2004. Veterinary Laboratory Medicine Interpretation & Diagnosis. 3rd ed. Saunders, USA.

Oslon, C. 1973. Aulan Hematology in Riester HE and LH Schwarte. The Lower State University Press, USA.

Pearce, E. 1989. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Rifa’i, A.M. 2002. Kamus Biologi. Balai Pustaka, Jakarta.

Page 12: Laporan Hematologi i Fajar (Fix)

Schmidt, W. and Nelson, B. 1990. Animal Physiology. Harper Collins Publisher, New York

Sismin AS, Dherti SW, Delima RN. 2010. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sugiri, N. 1988. Zoologi umum. Erlangga, Jakarta.

Yuwono, E. 2001. Fisiologi Hewan I. Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.