laporan dk blok 5 skenario i
TRANSCRIPT
LAPORAN ILMIAH KELOMPOK TUTORIAL
SKENARIO 1 BLOK V
OLEH KELOMPOK V
FASILITATOR : drg. Mellani Cindera negara
KETUA : INDAH FASHA ( 04111004015)
SEKRETARIS : KHAIRUNNISA ( 04111004063)
ANGGOTA : FEBRISALLY PURBA ( 04111004058)
MEIZA PRATIWI ( 04111004025)
MK ZAHRAH ( 04111004021)
SITI ADITYANTI ( 04111004040)
EKA WAHYUNI ( 04111004065)
MASAYU NURUL ( 04111004002)
REISHA MERSITA ( 04111004057)
ZARA ALVIOMETHA ( 04111004003)
WIDIA ANGGRAINI ( 04111004056)
SUCI PUSPITA HATI ( 04111004041)
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
TAHUN 2011
1
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Isma, seorang anak berusia 11 tahun diantar ibunya ke dokter gigi untuk
memeriksakan gigi belakang kiri bawah yang tanggal sejak satu tahun lalu,
tetapi belum tumbuh gigi pengganti. Dokter gigi melakukan pemeriksaan
radiologi untuk melihat kondisi pada daerah tersebut sebanyak dua kali,
karena hasil foto pertama menunjukkan elongasi dan cone cutting. Dari
hasil rontgent foto kedua terlihat adanya benih gigi 34, 35 dan gambaran
radiografis disekitarnya terlihat normal dengan pembentukan akar yang
belum sempurna.
KLASIFIKASI ISTILAH
Nomenklatur gigi : sistem penamaan gigi dengan beberapa metode
Elongasi : penyimpangan gambar di foto yang terlihat lebih
panjang dari yang sebenarnya
Cone cutting : terpotongnya sebagian gambaran radiografis
Rontgent : pengambilan gambar bagian dalam tubuh
menggunakan energi pengion
Benih gigi 34, 35 : bakal gigi pada kuadran III gigi P1 dan P2 kiri
bawah
IDENTIFIKASI MASALAH
- Isma memeriksakan gigi bawah yang tanggal sejak satu tahun
yang lalu tetapi belum tumbuh gigi pengganti
- Hasil foto pertama menunjukkan elongasi dan cone cutting
- Gambar radiografis disekitarnya normal dengan pembentukan
akar yang belum sempurna
2
ANALISIS MASALAH
- Faktor apa yang mempengaruhi tumbuh kembag gigi (cepat
lambatnya)?
- Berapa lama waktu yang di butuhkan gigi pengganti untuk tumbuh
normal?
- Apa pengertian elongasi dan cone cutting?
- Apa yang menyebabkan foto pertama mengalami elongasi dan cone
cutting?
- Bagaimana teknik pengambilan gambar yang baik?
- Apa saja teknik-teknik pengambilan gambar rontgent?
- Bagaimana kriteria hasil foto rontgent yang benar?
- bagaimana proses tumbuh kembang gigi susu dan gigi tetap?
- Bagaimana umur terjadinya erupsi gigi dan tanggal tumbuhnya
masing-masing gigi?
- Bagaimana proses pembentukan akar gigi yang sempurna?
bagaimana cara mengitrepetasikan hasil rontgent?
HIPOTESIS
Isma (11 tahun) mengalami keterlambatan tumbuh gigi P1 dan P2 bawah
kiri karena adanya akar gigi yang belum sempurna
LEARNING ISSUE
- Nomenklatur gigi
Pengertian
Macam-macam metode nomenklatur
- Pemeriksaan radiologi
Definisi
Macam-macam teknik pengambilan foto (intra oral, ekstra
oral)
Intrepetasi foto rontgent dan kriteria
Kesalahan hasil foto rontgent
3
- Proses tumbuh kembang
Proses tumbuh kembang gigi susu
Proses tumbuh kembang gigi tetap
Faktor yang memengaruhi cepat-lambatnya tumbuh
kembang gigi
Pengertian erupsi
Usia normal erupsi dan tanggal tumbuhnya gigi
4
BAB II
PEMBAHASAN
II. 1. NOMENKLATUR GIGI
II.1.1. PENGERTIAN
Nomenklatur gigi adalah cara menulis gigi geligi. Ada beberapa macam cara
penulisan gigi geligi tetapi disarankan menggunakan dua digit dari
FDI(Federation Dentaire Internationale).
II.1.2. METODE NOMENKLATUR GIGI
Ada beberapa cara nomenklatur yaitu
1. Cara zsigmondy
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
Gigi tetap :
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
Contoh : P2 atas kanan = 5
V IV III II I I II III IV V
Gigi Susu :
V IV III II I I II III IV V
Contoh : M2 atas kiri = V
2. Cara Palmer’s
Cara yang paling mudah dan universal untuk dental record
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
5
Gigi Tetap :
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
I 1 bawah kiri = I
E D C B A A B C D E
Gigi Susu : E D C B A A B C D E
Contoh : M2 atas kiri = E
3. Cara Amerika
Dengan menghitung dari atas kiri ke kanan , ke bawah kanan lalu ke
bawah kiri.
16 15 . . . . 9 8 . . . . 2 1
Gigi tetap :
17 18 . . . . 24 25 . . . . 31 32
Contoh : P2 atas kanan = 13
X 1X . . . . VI V . . . . . . I
Gigi susu :
XI XII . . . . XV XVI . . . . XX
Contoh : C bawah kanan = XIII
4. Cara applegate
Kebalikan cara amerika yaitu dengan menghitung dari atas kanan ke kiri
ke bawah kiri lalu ke bawah kanan
1 2 . . . . 8 9 . . . . 15 16
6
Gigi tetap :
32 31 . . . . 25 24 . . . . . 18 17
Contoh : P2 atas kanan = 4
I II . . . . . V VI . . . . . . X
Gigi susu :
XX XIX . . . . XVI XV . . . . . . XI
Contoh : c bawah kanan = XVIII
5. Cara Haderup
Gigi tetap + +
Contoh : P2 atas kanan = 5+
Gigi susu
Contoh : C bawah kanan = 03 -
6. Sistem Scandinavian
+ = untuk gigi geligi atas
- = untuk gigi geligi bawah
Contoh : P2 atas kanan = +5
7. Cara G.B. Denton
2 1
7
Gigi tetap
3 4
Contoh : P2 atas kanan = 2.5
b a
Gigi Susu
c d
contoh : M2 atas kiri = a.5
8. Sistem 2 angka dari International dental federation
2 1
Gigi tetap
3 4
Contoh : P2 atas kanan = 1,5
Gigi susu 2 1
3 4
Contoh : M2 atas kiri = 65
9. Cara urecht / Belanda
Dengan menggunakan tanda
S : superior / atas
I : inferior / bawah
d : dexter / kanan
s : sinister / kiri
8
Gigi tetap
Contoh : P2 atas kanan = P2 Sd
Gigi susu
Contoh : M2 atas kiri = m2 S
II.2. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
II.2.1. DEFINISI
Radiologi adalah ilmu mengenai diagnosis dan perawatan suatu penyakit dengan
menggunakan sinar x, termasuk didalamnya ilmu mengenai film radiografi dan
pemeriksaan visual atas struktur tubuh pada layar fluorosensi atau
mempertunjukkan struktur tubuh tertentu melalui pemasukan bahan kimia yang
radioopak sebelum pemeriksaan radiologisnya dilakukan.
Radiografi adalah penggunaan sinar pengionan (sinar x, sinar gamma) untuk
membentuk bayangan benda yang dikaji pada film. Radiografi umumnya
digunakan untuk melihat benda tak tembus pandang misalnya bagian dalam tubuh
manusia.
Radiografi di Kedokteran Gigi
Orang yang pertama kali menggunakan radiografi adalah W.G Morton di
Amerika pada tahun 1896, kemudian C. Edmund Kells adalah dokter gigi pertama
yang menganjurkan penggunaan radiografi secara rutin pada praktek dokter gigi.
Radiografi dapat menjadi dasar rencana perawatan dan mengevaluasi
perawatan yang telah dilakukan. Radiografi dapat digunakan untuk memeriksa
9
struktur yang tidak terlihat pada pemeriksaan klinis. Kegunaan foto rontgen gigi
yaitu:
1. Untuk mendeteksi lesi
2. Untuk membuktikan suatu diagnosa penyakit
3. Untuk melihat lokasi atau benda asing yang terdapat pada rongga mulut
4. Untuk menyediakan informasi yang menunjang prosedur perawatan
5. Untuk mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi
6. Untuk melihat adanya karies, penyakit periodontal dan trauma
7. Sebagai dokumentasi data rekam medis yang dapat diperlukan sewaktu-
waktu.
II.2.2. MACAM-MACAM TEKNIK PENGAMBILAN FOTO
Secara garis besar foto rontgen gigi, berdasarkan teknik pemotretan dan
penempatan film, dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Teknik radiografi intra oral
b. Teknik radiografi ekstra oral
A. Teknik Radiografi Intra Oral
Teknik radiografi intraoral adalah pemeriksaan gigi dan jaringan
sekitar dan filmnya ditempatkan di dalam mulut pasien. Untuk
mendapatkan gambaran lengkap, rongga mulut yang terdiri dari 32 gigi
diperlukan kurang lebih 14 sampai 19 foto. Ada tiga pemeriksaan
radiografi intraoral, yaitu:
1. Teknik Rontgen Periapikal
2. Teknik Rontgen Bitewing
3. Teknik Rontgen Oklusal
1. Teknik Rontgen Periapikal
10
Teknik ini digunakan untuk melihat keseluruhan mahkota serta
akar gigi dan tulang pendukungnya. Ada dua teknik pemotretan periapikal
yaitu :
- teknik paralel
- teknik bisektris.
Indikasi klinis:
a. Inflamasi periapikal
b. Kondisi jaringa periodonsi
c. Pasca trauma gigi dan tulang alveolar
d. Gigi yang belum erupsi
e. Morfolofi akar
f. Perawatan endodontic
Persiapan
Alat:
Pesawat rontgen intra oral
Apron (rompi pelindung)
Film
Pinset
Film holder
Split
Wadah
Bahan:
Handschoon
Cairan developer
Cairan fiksasi
Kapas/tisu
Masker
Operator:
11
Menggunakan apron
Ruangan dengan dinding berlapis
Berjarak cukup jauh dari sinar x
Posisi: gigi anterior (operator berdiri sebelah depan pasien)
Pasien:
Duduk dengan kepala bersandar pada tiang pesawat rontgen
Posisikan film ke rongga mulut dengan tepat, nyaman dan jangan
sampai berlipat
Mengatur posisi kepala pasien
Fiksasi film dengan jempol tanpa tekanan atau film holder
Usahakan tidak bergerak saat difoto
Prosedur kerja:
Siapkan unit peralatan
Persilahkan pasien untuk duduk
Atur alat x-ray seperti kVp, mA, dan pemaparan waktu
Cuci tangan
Bersihkan daerah mulut sebelum meletakkan reseptor
Tempatkan reseptor dan tube hand
Atur sudut x-ray tube
Teknik Paralel
Prinsip teknik paralel foto periapikal adalah posisi film sejajar sumbu
panjang gigi dan arah sinar x tegak lurus sumbu panjang gigi.
Keuntungan:
Elongasi minimal
Gambar yang dihasilkan lebih akurat
Tulang pendukug gigi dan jaringan periapikal lebih jelas terlihat
12
Sudut vertical dan horizontal dari tabung sinar x otomatis
didapatkan jika alat diposisikan dengan benar.
Kerugian:
Penempatan film yang harus sejajar sumbu panjang gigi sangat
menyulitkan terutama pada gigi posterior dan reflex muntah tinggi
Penempatan film holder yang cukup sulit
Anatomi rongga mulut yang tidak mendukung
Ex: linggir rata/palatum datar
Teknik Bisektris
Prinsipnya posisi film sedekat mungkin dengan gigi dan menggunakan
sudut-sudut tertentu tidak harus sejajar sumbu panjang gigi.
Keuntungan;
Penempatan film lebih nyaman karena menyesuaikan sudut vertical
dan horizontal
Teknik relative cepat dan sederhana
Jika sudut vertical dan horizontal tepat, gambar foto akan sama
ukurannya dengan yang asli.
Kerugian:
Sudut vertical dan horizontal idealnya harus menyesuaikan kondisi
pasien
Keterampilan operator
Angulasi tabung sinar x harus tepat
Sudut vertical salah: foto jadi lebih pendek atau panjang
Sudut horizontal: overlapping antara mahkota dan akar maupun
jaringan pendukung.
2. Teknik Rontgen Bitewing
13
Teknik ini digunakan untuk melihat mahkota gigi rahang atas dan
rahang bawah daerah anterior dan posterior sehingga dapat digunakan
untuk melihat permukaan gigi yang berdekatan dan puncak tulang
alveolar. Pasien diinstruksikan untuk menggigit semacam sayap
diletakkan pada pembungkus film (22x35 mm).
Indikasi klinis:
Mendeteksi karies di permukaan proksimal
Pemeriksaan berkala jika pasien insidensu karies yang tinggi
Menunjukkan karies sekunder yang berada dibawah tambalan
Dasar teknik bitewing:
Adalah teknik kesejajaran yang sedikit dimodifikasi dengan sudut
antara bidang vertical dengan konus sebesar 0-100.
Pelaksanaan Teknik Bitewing:
1. Bidang vertical (bidang sagital) harus tegak lurus dengan bidang
horizontal.
2. Bidang oklusal harus sejajar dengan bidang horizontal.
Film yang sudah diberi tabs atau loops dimasukkan ke dalam mulut
penderita. Film dipegang operator dengan jari telunjuk yang
diletakkan pada tab, sedemikian sehingga tab menyentuh permukaan
oklusal dari gigi. Penderita diminta menutup mulutnya perlahan-
lahan, sementara operator melepaskan jari telunjuknya dan akhirnya
penderita diminta mengigitkan gigi-gigi atas dan bawah sehingga
berkontak.
Keuntungan teknik bite wing:
Film dekat dengan sinar sehingga hasil mendekati sempurna
Karies tahap awal lebih cepat terdeteksi
Meringankan resiko pada pasien dengan reflex muntah tinggi
14
Puncak alveolar crst mudah terlihat
Kerugian teknik bite wing:
Bagian periapikal tidak terlihat
Pasien sering sulit mengoklusikan kedua rahang sehingga puncak
alveolar tidak terlihat
3. Teknik Rontgen Oklusal
Biasa disebut teknik sandwinch film. Ukuran film digunakan
berukuran 5,5 x 7,5 / 5 x7 cm. Metode ini meliputi geligi seluruh
rahang. Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan daerah yang lebih
luas disbanding foto periapikal. Ada dua cara, yaitu:
A. Teknik Topografi
Rahang Atas;
1. Posisi pasien diatur agar bidang oklusal rahang atas sejajar
lantai (garis median tegak lurus lantai)
2. Bagian film yang peka menghadap rahang atas
3. Film digigit antara rahang atas dan rahang bawah
4. Posisi tabung ditempatkan di antara alis pasien
Rahang Bawah
1. Kepala pasien tengadah dengan sudut 250 terhadap bidang
horizontal
2. Film ditempatkan pada mulut dengan bagian film yang
peka menghadap rahang bawah
3. Pasien mengoklusikan secara kuat agar film tidak goyang
4. Tabung rontgen dipusatkan pada puncak dagu dengan
sudut vertical -550 dan sudut horizontal 00
15
B. Teknik Cross section
Rahang Atas
1. Kepala diatur bidang oklusal rahang atas sejajar lantai
(bidang sagital tegak lurus lantai)
2. Film ditempatkan pada rahang atas dan bagian film
yang peka menghadap rahang atas
3. Film digigit dengan kuat
4. Atur tabung dengan sudut vertical 900 dan sudut
horizontal 00
Rahang Bawah
1. Pasien berbaring menengadah dengan bidang sagital
lantai dan bidang oklusal tegak lurus lantai
2. Film didekatkan dalam mulut pasien dengan bagian
film
3. Pasien mengigit film secara kuat
4. Tabung diatur 2,5 cm dibawah dagu dengan sinar tegak
lurus film
Kendala yang mungkin dihadapi:
1. Molar 3
2. Reflex muntah
3. Prosedur endontotik
4. Area edentulous
5. Anak-anak
6. Pasien dengan kebutuhan khusus
16
II.2.3. INTERPRETASI FOTO RONTGENT
Interpretasi radiografi merupakan tahap pembacaan dan
pengidentifikasian film hasil foto radiografi. Dalam melakukan
interpretasi, operator harus memperhatikan hal-hal berikut:
Detail, menyangkut struktur anatomi gigi dalam
radiograf yang terlihat diupayakan mendekati
sempurna.
Densitas, adalah derajat kehitaman paada film foto yang
telah tampak dan diproses.
Kontras, perbedaan densitas diantara berbagai regio pada
radiografi.
Gambaran pada foto radiografi ada tiga macam:
1) Radioopak putih
2) Radiolusen hitam
3) Radiointermediate abu-abu
Tiga hal utama yang harus diperhatikan:
- Tulang
- Soft tissue
- Gigi
Tulang
Gambaran :
- normal
- variasi normal
- abnormal
Pada abnormal, hal yang terjadi adalah:
a. Perubahan utama:
Peningkatan radiolusen
- Bentuk
- Margin (terputus atau tidak, halus atau ireguler)
17
- Korteks (penampakan dari korteks)
- Struktur internal
Contoh kasus :
1) Rarefying osteitis
2) Remodeling
3) Perikoronitis
4) Cysts surgical defect
5) Abses periodontal
6) Malignant neoplasma
7) Difus atrophy
8) Benign neoplasma
9) Fibrous dysplasia
10) Periapikal sementum dysplasia
11) Osteomielitis
12) Paget’s disease
13) Hiperparatiroid
14) Histiocytosis
• Peningkatan radioopak Penyebabnya :
1) Superimposition: Struktur tulang, soft tissue/objek
eksternal
2) Foreign bodies (benda asing): Metal, medikamen
endodontik
3) Substansi tulang: Struktur anatomi, sklerosing osteitis,
tori, osteoma, neoplasma
4) Substansi tooth-like: Odontoma akar, gigi yang tidak
erupsi, gigi supernumerer yang tidak erupsi
• Kombinasi peningkatan radioopak dan radiolusen
- Periapikal segmental dysplasia (periapikal osteofibrosis)
- Inflamasi kronis
- Neoplasma benign
18
• Densitas normal tetapi struktur tulang berubah
- Fibrosis dysplasia
- Anemia
b. Perubahan sekunder
Efek :
Permukaan eksternal tulang
-lingual plate
-bukal plate
-lower border of mandible
-floor of sinus
-floor of nose : - thinned
- displaced
- destroyed
- external deposition
Gigi
- tilted
- move bodily
- unsupported by bone
- resorbed-hipersementosis
Laminadura
- Single
- Multiple thinned, absent
Soft tissue atau Jaringan Lunak
Pembesaran soft tissue outline :
- Kista retensi pada antrum maksila
- Jaringan gingival kalau ada neoplasma
Sialolithis : radioopak pada kelenjar saliva dan duktus
submandibular.
19
Gigi
Mahkota
Merupakan bagian paling padat pada tubuh manusia
sehingga lebih banyak menerima atau menyerap sinar
rontgen daripada jaringan lain. Bagian dentin dan semen
pada gigi mempunyai kepadatan yang sama, gambarannya
tidak beda yaitu radioopak sedangkan email lebih padat
sehingga gambarannya lebih radioopak. Batas email dan dentin
tajam dan berbatas jelas. Macam-macam kelainan
mahkota :
-Karies radiolusen
-Tambalan radioopak lebih padat dariapda email
-Fraktur garis radiolusen. diagonal, horizontal ataupun
vertikal. Dari arah mana sampai mana. Misalnya dari
mesial ke distal sampai ujung apeks
Pulpa dan saluran akar
Merupakan lubang dengan jaringan lunak menyerap
sinar lebih sedikit sehingga gambarannya radio lusen.
Keseluruhan pulpa hampir sama, kadang-kadang
ada pemanjangan dan pembesaran. Ukurannya bervariasi, pada anak-
anak biasanya lebar,makin dewasa makin sempit dan bentuknya
mengkerucut ke apical.
Akar
Gambaran densitas dengan mahkota sangat kecil. Akar tiga pada
bagian palatinalsering tidak tampak. Yang harus diperhatikan:-Jumlah
akar untuk rahang atas dan rahang bawah-Bentuknya normal atau
anomaly-Terdapat fraktur ataukah tidak dan bagaimana arahnya. - Miring
ataukah tidak
-Jika tidak ada kelainan ditulis “Dalam
Batas Normal”
20
Membran periodontal
Gambaran radiolusen yang menempel pada akar gigi,
tampak berupa garis tipis tidak terputus yang tampak
mulai dari batas CEJ sampai ke apikal. Apabila
terdapatkelainan membran periodontal dapat mengalami
pelebaran, terputus-putus atau menghilang serta sebutkan
lokasi tempat kelaianan tersebut, misalnya Mesial, distal.
Lamina dura
Merupakan lapisan tipis tulang kotikal pada soket yang
mempunyai gambaranradioopak yang menempel pada
semen. Terletak antara membran periodontal dan
alveolar. Tampak berupa garis tipis tidak terputus mulai
dari CEJ sampai apikal. Apabila terdapat kelainan lamian
dura dapat mengalami penebalan, terputus atau bahkan
hilang serta cantumkan lokasi kelainan tersebut.
Furkasi
Area tempat akar gigi terbagi dua. Kelainan yang dapat
terjadi pada daerah furkasi berupa ada tidaknya pelebaran
membran periodontal ataupun ada tidaknya bagian
radiolusen.
Puncak tulang alveolar
Gambaran radioopak padat , bentuk runcing, lebih tinggi
dari CEJ yang terletak antara CEJ distal dan CEJ mesial gigi.
Jika terdapat kelainan, puncak alveolar dapat menurun di
bawah CEJ dan juga dapat terdapat resorpsi horizontal atau
vertikal.Cantumkan pula bentuk resorpsinya dan lokasinya.
Misalnya resorpsi sampai 1/3apikal.
21
Periapikal
Gambarannya bisa dalam batas normal ataupun
terdapat kelainan. Kelainan tersebutdapat berupa:
-Radiolusen dengan batas jelas dan tidak tegas
Granuloma
-Radiolusen dengan batas jelas dan tegak kista
-Radiolusen dengan batas difuse (menyebar) abses
-Pelebaran periodontitis
Kriteria radiografi yang baik
Citra radiografi merupakan hal penting dalam menunjang praktek
Kedokteran radiografi sehari-hari. Setiap radiologist (dokter spesialist radiologi)
pasti menginginkan gambar radiografi atau foto rontgen dengan kualitas yang
semaksimal mungkin dalam rangka menegakkan diagnosis, membuat rencana
perawatan, dan menilai keberhasilan perawatan yang telah dilakukan terhadap
pasiennya.
Sebagai tenaga paramedis, seorang radiografer hendaknya dapat
menyajikan gambar radiografi (foto rontgen) yang berkualitas, terutama saat
pelayanan di rumah sakit – rumah sakit, atau laboratorium klinik swasta yang
sudah banyak tersebar di masyarakat.
Radiografer sebagai seorang mitra kerja seorang radiologist (dokter
spesialist radiologi) harus dapat memberikan hasil kerja yang maksimal kepada
mitranya tersebut. Untuk menjaga kualitas kerja, radiografer sebagai mitra kerja
seorang radiologist (dokter spesialis radiologi) harus dapat memberikan gambar
radiografi (foto rontgen) yang berkualitas, baik detail mutu maupun karakteristik
gambar radiografi (meliputi detail dari pada citra radiografi tersebut). Apabila
citra radiografi yang dihasilkan terlalu rendah, dapat menyebabkan tingkat
diagnostik yang rendah pula, dan apabila kualitas diagnosa yang dihasilkan
rendah, pasti akan menimbulkan kesulitan dalam menentukan tahap perawatan
berikutnya terkait kasus yang dialami pasien.
22
Gambaran Foto roentgen yang dianggap baik:
1. Struktur anatomis dari regio gigi yang difoto harus jelas, yaitu perbedaan
dari gambaran enamel, dentin, kamar pulpa dan jaringan periapikalnya
harus betul-betul tajam dan terlihat jelas.
2. Gambaran dari puncak-puncak tonjol gigi atau cusp gigi-gigi yang difoto
(cusp bukal dan lingual / palatal) sedapat mungkin bersatu, dimana
permukaan oklusal dari gigi tersebut tidak terlihat sama seekali.
3. Daerah interdental dibawah titik kontak dua gigi yang bertetangga pada
foto, tidak boleh tumpang tindih / overlapping satu dengan yang lain,
sehingga tidak terlihat.
II.2.4. KESALAHAN HASIL FOTO RONTGENT
Kesalahan dalam pembuatan foto rontgen dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lani :
1. Faktor Kelistrikkan dan Mesin X-Ray
- Radiasi primer/radiasi langsung adalah sinar yang dihasilkan dari permukaan
bawah tungsten target dari anode yang bersudut miring membentuk suatu daerah
fokus atau focal spot pada film rontgen. Divergen adalah bentuk pancaran radiasi
primer yang keluar menggunakan konus pendek. Hal ini dapat menimbulkan
masalah, bila radiasi bentuk divergen memancar dengan konus yang ditempatkan
dengan jarak yang lebih besar dari permukaan film atau objek, maka makin
diameter lingkaran sinarnya sehingga gambar menjadi distorsi atau pembesaran.
- Hasil gambar berkabut jika terpancar radiasi sekunder sebagai bentukan radiasi
primer yang mengalami interaksi dengan atom objek yang teradiasi dan interaksi
pancaran foton sinar x primer dengan cone plastik.
- Kilovoltase dan miliampere yang terlalu rendah menghasilkan gambaran thin
image, sebaliknya jika Kilovoltase dan miliampere terlalu tinggi maka hasilnya
menjadi dense image.
23
- Mesin X-ray yang sudah tua atau sudah rusak akan mempengaruhi kualitas film
rontgen karena apabila tungsten target terlalu pijar dimana keadaan ini tidak
diperhatikan maka alat X-ray akan rusak sehingga tidak menimbulkan sinar.
- Kerusakan pada handswitch mesin X-ray sehingga tidak terjadi beam dan
menghasilkan gambaran yang transparan.
2. Kesalahan dalam Pengambilan Foto
Kegagalan ini dapat berasal dari :
a. Pasien
- Gerakan pasien ketika exposed dilakukan, seperti gerakan menelan ludah,
pasien yang tidak kooperatif atau pasien yang mudah muntah blurred
image (gambaran ganda)
- Film yang bergeser, film dapat bergeser ke depan ataupun belakang
walaupun telah ditempatkan dengan posisi yang benar concord image
- Menekan film terlalu kuat, jika :
Arah vertikal penekanan film untuk rahang atas Elongasi
Arah Horizontal, menghasilkan Pembesaran gambaran dalam
arah mesio distal
b. Operator yang kurang menguasai teknik foto
- Mengatur posisi kepala pasien yang tidak tepat, kesalahan pengaturan
angulasi vertikal seperti dataran oklusal dan sagital yang tidak tepat
Elongasi maupun Overlapping
- Kesalahan dalam mengatur angulasi penyinaran, besarnya sudut
penyinaran untuk masing - masing gigi yang tidak tepat Elongasi,
Foreshortening, maupun Overlapping
- Mengatur letak cone yang tidak simetris dengan letak film, sehingga
terbentuk partial image (cone cut image).
24
- Cone yang bergerak, cone yang bergerak tak terkontrol saat ekspose
menimbulkan blurred image
- Kesalahan dalam meletakkan film,
Peletakkan film yang salah dalam teknik yang telah ditentukan
Elongasi/ Foreshortening.
Memasukkan film dalam mulut pasien dengan banyak menggerakkan
film di dalam mulut sehingga menimbulkan gauging.
Membengkokan film sebelum penyinaran Tanda bulan sabit
- Waktu penyinaran, penyinaran yang berlebih ataupun yang kurang dari
ketentuan sensitifitas film Dense image maupun thin image.
3. Kesalahan karena Faktor Prosesing
Setelah film diekspos, saatnya film memasuki tahap pencucian atau prosesing film
sehingga menghasilkan foto yang dapat diinterpretasi. Beberapa kegagalan dalam
prosesing film, yaitu
- Dense Image
Gambaran foto terlalu gelap karena temperatur developer tinggi sedangkan waktu
developing tidak disesuaikan.
- Thin Image
Gambaran foto terlalu lemah dimana penyebabnya berlawanan dengan gambar
dense image.
- Partial Image
Karena hanya sebagian film terprosesing yaitu sebagian film tidak tenggelam
dalam larutan developer atau akibat dua film yang saling berhimpit saat prosesing.
- Bright Spots and Dark Spots
25
Disebabkan percikan fixer solution dan developer solution pada film sebelum
dilakukan proses developing.
- Steins/ Noda
Dapat bewarna kuning akibat penggunaan fixer yang sudah lama atau bewarna
cokelat karena proses fixing terlalu cepat dan washing yang tidak sempurna.
- Tanda Jari
Disebabkan tidak menggunakan film klip sehingga menggunakan jari tangan
untuk memegang film saat pencucian dimana jari operator bias saja berminyak
atau terkontaminasi dengan larutan fixer.
- Fogging
Disebabkan aksi kimiawi dari bahan prosesing, temperatur developer terlalu
rendah, larutan developer yang telah lama atau telah terkontaminasi, cahaya
masuk ke kamar gelap atau operator terlalu sering melihat film dibawah safe light.
II.3. PROSES TUMBUH KEMBANG GIGI
II.3.1. PROSES TUMBUH KEMBANG GIGI SUSU
Benih gigi dibentuk dari 3 organ pembentuk :
1.Organ enamel : yabg berkembang seperti tombol,tumbuh di atas lamina gigi
(berasal dari ektodermal),dan berasal dari epitel,dimana lapisan dalamnya akan
membentuk enamel.
2.Dental papila (organ dentin) : yang berkembang dari dasar jaringan
mesenhim(jaringan pengikat permulaan)yang bersal dari mesenhim dan akan
membentuk dentin dan tinggal disekitar ruang sentral dari dentin sebagai pulpa.
3.Kantung gigi (organ periodontal) : yang juga berkembang dari dasar jaringan
mesenhim,yang berasal dari mesenhim dan akan membentuk struktur penyanggah
gigi, sementum,tulang alveolar dan selaput periodontal.
26
Perkembangan organ enamel berfungsi untuk membentuk jaringan
pengikat bawah,yang akan berkembang dan menjadi padat,membentuk dental
papila.dengan cara serupa jaringan pengikat mengelilingi organ enamel dan dental
papila menjadi padat dan membentuk organ periodontal .
Sebelum embrio berusia 3 minggu,stomdeum sudah terbentuk. Pada
daerah ujung anterior dari embrio,ektoderma telah menyatu untuk bertemu dengan
endodermal sehingga terbentuk mulut primitif(stimodeum) dan membaran
bukopharingeal ,membran ini terletak kira-kira pada posisi tonsil palatina yang
akan terbentuk kemudian.Mulut primitif diliputi oleh ektodermal,dan dibwahnya
adalah mesenhim.Ektodermal berkembang menjadi epitel mulut dan mesenhim
berkembang menjadi jaringan pengikat dibwahnya .
Awal perkembangan gigi
Tanda-tanda pertama dari perkembangan gigi pada embrio di temukan di
daerah anterior mandibula waktu usia 5-6 minggu , sesudah terjadi tanda-tanda
perkembangan gigi didaerah anterior maksila kemudian berkelanjut ke arah
posterior dari kedua rahang.
Perkembangan dimulai dengan pembentukan lamina gigi.Dental lamina
adalah suatu pita pipih yang terjadi karena penebalan jaringan epitel
mulut(ektodermal) yang meluas sepanjang batas oklusal dari mandibula dan
maksila pada tempat mana gigi-gigi akan muncul kemudian. Dental lamina
tumbuh dari permukaan sampai dasar mesenhim.
SIKLUS KEHIDUPAN GIGI
1.Tahap pertumbuhan
a. Tahap inisisasi
b. Tahap proliferasi
c. Tahap histodiferensiasi
27
d. Tahap morfodiferensiasi
2.Erupsi intraoseous
a. Tahap Aposisi
b. Tahap kalsifikasi
c. Tahap Erupsi
d. Tahap Atrisi
e. Tahap resorbsi
Formasi Gigi
A. Tahap Inisiasi
Merupakan penebalan jaringan ektodermal,merupakan gambaran morfologi
pertama dari perkembangan gigi,akan tetapi hal ini didahului oleh suatu gejala
dasar induktip.Tanda-tanda pertumbuhan ektomesenhim berasal dari neural
crest,menunjukkan induksi primer dalam odontogenesis.Jaringan odontogenik
primer dapat dibedakan dan dikenali sebagai lamina gigi pada embrio manusia
sedini mungkin . Pada awal kehamilan 28 hari. Dental lamina terlihat sebagai
suatu penebalan jaringan epitel pada tepi lateral dari stomodeum,dan pada saat
mana membran oropharingeal pecah .Penebalan epitel berkembang sampai batas-
batas inferior lateral dari tulang maksila dan pada batas-batas superior lateral dari
lengkung mandibula,dimana kedua hubungan tersebut membentuk tepi lateral dari
stomodeum.Permulaan epitel odontogenik timbul kira-kira pada usia
perkembangan 35 hari,pada batas inferior lateral dari tulang
frontonasal,menimbulkan empat daerah asli yang terpisah dari jaringan
odontogenik gigi geligi rahang atas.Gigi anterior atas berasal dari lamina gigi
dalam tulang frontonasal,dan gigi posterior atas berasal dari tulang lateral rahan
atas.
28
Gigi geligi rahang bawah berkembang dari dua daerah lamina gigi kiri dan
kanan.Gabungan dari 4 pita epitel odontogenik rahang atas membentuk lamina
gigi yang bersambungan yang terjadi kira-kira pada usia kehamilan 37 hari.Secara
bersama-sama daerah epitel edontogenik rahang bawah menyatu menjadi satu
sepanjang garis tengah .Dental lamina atas dan bawah kemudian membentuk pita
seperti bentuk tapal kuda .
Pada beberapa tempat dibawah ridge rahang terjadi pembiakan dari sel-sel
epitel dari jaringan selaput lendir mulut kedalam jaringan mesoderm yang terlihat
sebagai suatu bentuk kuntum(buds formation/stage)
Bila terjadi gangguan pada tahap inisiasi akan mengakibatkan kelainan :
- Jumlah gigi kurang dari normal(anodontia )
- Jumlah gigi lebih dari normal (hyperdontia atau supernumerary tooth)
B. Tahap proliferasi
Adalah gejala dimana proyeksi dari lamina gigi meluas sampai kedasar mesenhim
pada tempat yang khusus dan membentuk primordia dari gigi primer(organ
enamel). Sewaktu sel-sel membiak organ gigi bertambah besar ukurannya.
Lembaran epitel yang lain,pita alur bibir atau vestibula lamina berkembang
hampir berdekatan dan bersama-sama lamina gigi.Pita ini mengikuti. Pola
pertumbuhan yang sama dengan pertumbuhan lamina gigi kecuali apabila
tempatnya lebih dekat dengan permukaan wajah.Bentuk yang tidak umum dari
lamina ini adalah sesusah pembentukan dari sebuah pita epitel yang padat dan
lebar,sel-sel inti pecah dan meninggalkan suatu ruang yang besar dibatasi oleh
jaringan epitel.ruangan ini membentuk vestibula dari mulut dan bibir , dan sisa-
sisa jaringan epitel membentuk garis bibir,pipi dan gusi.Pada perkembangan dari
vestibula,lamina memisahkan pipi dan bibir dari jaringan keras stomodeum.
Jaringan mesoderm mendorong jaringan epitel sehingga terbentuk topi(cap
stage/clock form).
Bila terjadi gangguan pada tahap proliferasi akan mengakibatkan kelaianan dalam
jumlah gigi .Misalnya anodontia dan hiperdontia.
29
C. Tahap Histodiferensiasi
Spesialisasi sel-sel yang mengalami perubahan histologis dalam
susunannya (sel-sel epitel bagian dalam enamel menjadi ameloblas, sel-sel perifer
dari organ dentin pulpa menjadi odontoblas).
Perubahan bentuk organ gigi dari bentuk topi ke bentuk lonceng (bel).
Terjadi karena kegiatan inti sel membelah diri (mitotik). Proliferasi dari sel-sel
sekitar perifer dan pada bagian dalam dari cekungan organ enamel. Tahap lonceng
ini ditandai oleh histodiferensiasi dan morfodiferensiasi. Peristiwa dasar dari
diferensiasi sel, proliferasi, penrgeseran dan pematangan akan berlanjut sebagai
dental organ melalui tahap lonceng dan aposisi.
Selama tahap lonceng, lamina gigi kehilangan kelanjutannya oleh invasi
mesenhim dari jaringan pengikat di sekitarnya, Tetapi lamina gigi berproliferasi
terus secara teratur pada ujung distalnya untuk membentuk primordial dari gigi
tetap. Jaringan epitel merangsang jaringan mesoderm dan jaringan mesoderm
mendorong lagi jaringan epitel selama perkembangan dari organ enamel. Sebuah
rangkaian dari perubahan sel menghasilkan 4 lapisan, yaitu :
1. Epitel bagian luar dari orgn enamel
2. Stellate reticulum
Epitel bagian dalam dan organ enamel pecah menjadi :
3. Stratum intermediare, dan
4. Ameloblas
Sel-sel perifer dari organ dentin menjadi odontoblas, lapisan-lapisan ini
berkembang sebelum pembentukan enamel. Selama tahap pertama pada
pembentukan metrics enamel, ameloblas mempengaruhi mesenhim didekatnya
untuk membedakan suatu lapisan yang akan menjadi preodontoblas (lapisan
antara ameloblas dan odontoblas), yang merupakan sel-sel pembentuk dentin.
Bentuk terakhir dari enamel-dentin junction ditentukan oleh proses ini.
30
Permulaan dari pembentukan matriks enamel dan dentin hanya terjadi
ketika preodontoblas telah berdiferensiasi ke dalam odontoblas dan membentuk
hubungan dengan ameloblas dari epitel enamel bagian dalam. Proses ini terdiri
dari langkah sebagai berikut.
1. Odontoblas mulai mengeluarkan matriks predentin diantara odontoblas
dan ameloblas. Matriks ini mengandung vesikel-vesikel yang berisi
RNA menurut perubahan induksi di basal lamina dari ameloblas
2. Matriks vesikel dari preodontoblas dihadapi oleh membrane sel dasar
preameloblas dan tampak berubah. Kontak dan induksi ini merangsang
produksi dan pengeluaran dari matriks email oleh ameloblas
3. Matriks dentin yang produksinya diteruskan oleh odontoblas terjadi
secara bersamaan (sel-sel odontoblas sama dengan sel-sel berbentuk
bintang yang bersambungan yang hanya dapat terjadi bila ada
diferensiasi sel). Odontoblas akan embentuk dentin, dentin
merangsang sel-sel ameloblas yang akan membentuk email diatas
dentin yang ada.
Teori induksi yaitu email tidak dapat dibentuk tanpa adanya dentin.
Odontoblas akan membentuk dentin ke bawah yang kemudian terlihat odontoblas
terdapat pada bagian pulpa. Matriks enamel pada awalnya diendapkan pada
oklusal/permukaan insisal dari perkembangan gigi. Suatu proses ini berlanjut di
daerah-daerah ini, ameloblas tambahan dari arah apical membuat lingkaran
servikal dan pembentukan yang terakhir dari epitalial diaphragm.
DIAGRAM HISTODIFERENSIASI
JANIN 14 MINGGU
(bell stage)
31
D. Tahap Morfodiferensiasi
Susunan dari sel-sel pembentuk sepanjang dentino enamel dan dentino
cemental junction yang akan datang, uang member garis luar dari bentuk dan
ukuran korona dan akar yang akan datang.
Pola morfologi atau bentuk dasar dan ukuran relative dari gigi yang akan
datang dibentuk pada tahap morfodiferensiasi. Morfodiferensiasi tidak mungkin
terjadi tanpa proliferasi. Tahap lonceng yang berlanjut menandai tidak hanya
histodiferensiasi yang aktif tetapi juga suatu tahap penting morfodiferensiasi dari
korona dengan menggarisluarkan dentino enamel-junction yang akan datang.
Hubungan dentino-enamel dan dentino-semental berbeda dan mempunyai
sifat khas pada setiap gigi, sebagai suatu pola tertentu dari pemeriksaan sel.
Dalam penyesuaian dengan pola ini ameloblas, odontoblas dan sementoblas
mengendapkan enamel, dentin dan sementum serta member bentuk dan ukuran
yang pada gigi.
Diujung dari lamina dentis kemudian dibentuk lagi tonjolan kedua (lamina
dentis) yang nantinya akan menjadi gigi tetap. Tangkai gigi kemudian putus
sekitar pembentukan gigi ini. Jaringan mesodermal menjadi tebal membentuk
suatu kantung yang disebut dengan tulang gigi atau sakus dentis.
DIAGRAM MORFODIFERENSIASI
JANIN 18 MINGGU
32
2. Erupsi Intraseous
A. Tahap Aposisi
Aposisi adalah pengendapan matriks dari struktur jaringan keras gigi.
Pertumbuhan aposisi dari enamel dan dentin adalah pengendapan yang berlapis-
lapis dari matriks ektraseluler. Pertumbuhan aposisi ditandai oleh pengendapan
yang teratur dan berirama dari bahan ektraseluler yang tidak mempunyai
kemampuan sendiri untuk pertumbuhan yang akan datang.
DIAGRAM APOSISI
33
B. Tahap Kalsifikasi
Kalsifikasi terjadi dengan pengendapan garam-garam kalsium anorganik
selama pengendapan matriks. Kalsifikasi dimulai selama pengendapan matriks
oleh suatu nidus kecil, selanjutnya nidus garam-garam kalsium anorganik
bertambah besar oleh tambahan lapisan-lapisan yang pekat.
Apabila kalsifikasi tergantung butir kalsium di dalam dentin tidak
menyatu, dan tertinggal sebagai butir kalsium dasar yang terpisah didalam daerah
matriks eosinofilik terendiri yang tidak terkalsifikasi.
Rangsangan dari sel-sel epitel bagian dalam dan terbentuknya enamel
mendorong bersatunya sel-sel epitel bagian dalam dengan sel-sel epitel bagian
luar, bagian tersebut disebut Sheat Herwig, sehingga terbentuk akar.
DIAGRAM KALSIFIKASI
34
DIAGRAM TUMBUH KEMBANG GIGI
C. Tahap Atrisi
Atrisi yaitu ausnya permukaan gigi karena lamanya pemakaian waktu berfungsi.
Atrisi adalah keausan pada gigi karena proses pengunyahan (Pindborg, 1970
dalam Koerniati, 2006:123). Cirinya permukaan oklusal gigi geraham terlihat aus,
tonjol palatinal molar (geraham) atas aus, molar bawah tonjol bukalnya terlihat
aus, dentin terlihat dan kalau ausnya banyak, warna dentin berubah. Ini terlihat
jelas pada gigi depan bawah berwarna coklat seperti terbakar (Pindborg, 1970
dalam Koerniati, 2006:124).
35
Atrisi dibagi atas 3 kategori (Pindborg, 1970 dalam Koerniati, 2006:124) :
1. Atrisi Fisiologi, merupakan keausan gigi yang dialami oleh semua individu
dan hal ini dianggap normal
2. Atrisi Intensif, merupakan keausan gigi yang ekstrim atau berlebihan, oleh
karena itu beberapa sebab misalnya bruxism (Jawa: kerot), kebiasaan makanan
yang keras atau kasar
3. Atrisi Patologis, merupakan keausan satu gigi atau sekelompok gigi yang
letaknya tidak normal
Untuk membedakan ketiga macam Atrisi tersebut selain faktor penyebabnya,
permukaan gigi yang telihat bisa dipakai sebagai pedoman (Pindborg, 1970 dalam
Koerniati, 2006:124). Pada atrisi intensif tempat terjadinya atrisi ialah pada
permukaan gigi yang sering digunakan untuk mengunyah sirih atau makan,
keadaannya makin lama makin lebih parah (Koerniati, 2006:124).
4. Tahap Resorpsi
Dalam ilmu kedokteran gigi, resorpsi akar adalah pengrusakan atau penghancuran
yang menyebabkan kehilangan struktur gigi. Hal ini disebabkan oleh kerja sel
tubuh yang menyerang bagian dari gigi. Bila kerusakan meluas ke seluruh gigi,
dinamakan resorpsi gigi. Kerusakan akar yang parah dapat terjadi bila kerusakan
sudah mencapai pulpa, sehingga sangat sulit untuk dirawat dan biasanya
memerlukan ekstraksi gigi. Resorpsi akar terjadi akibat diferensiasi makrofag
menjadi odontoklas yang akan meresorpsi sementum permukaan akar serta dentin
akar. Tingkat keparahannya bervariasi dapat dilihat dari bukti-bukti berupa lubang
mikroskopis yang dapat menyebabkan kehancuran pada permukaan akar.
Resorpsi akar dapat disebabkan oleh tekanan pada permukaan akar gigi. Tekanan
tersebut dapat berasal dari trauma, erupsi gigi ektopik yang mengenai akar gigi
tetangga, infeksi, beban oklusal yang berlebihan , pertumbuhan tumor yang
36
agresif, maupun yang tidak dapat diketahui penyebabnya atau idiopatik. Menurut
Weiland, penyebab yang paling umum adalah kekuatan ortodonti.6-7
Akar gigi dilindungi oleh sementum. Sementum merupakan struktur yang
menyerupai tulang. Namun sementum lebih resisten terhadap resorpsi daripada
tulang. Ada sejumlah teori yang menjelaskan mengapa ini terjadi. Hipotesis yang
paling umum adalah bahwa sementum lebih keras dan lebih termineralisasi
dibandingkan dengan tulang. Sementum juga bersifat antiangiogenik, sehingga
dapat mencegah akses osteoklas. Walaupun demikian, bila kekuatan besar
diberikan pada apeks gigi, sementum juga dapat mengalami resorpsi
II.3.3. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CEPAT LAMBAT TUMBUH
KEMBANG GIGI
Faktor genetic /keturunan
Factor genetic merupakan factor dasar mencapai hasil akhir dari proses
tumbuh kembang seseorang. Factor ini juga merupakan factor bawaananak
yaitu potensi anak yang menjaadi cirri khas. Melalui genetic yang berada
didalam sel telur maupun sperma, dapat ditentukan kualitas dan kuntitas
pertumbuhan,misalnyasensitivitas jarongan terhadap suatu rangsangan
yang diberikan.
Faktor lingkungan
Factor lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai
atau tidaknya potensi bawaan. Factor ini disebut mileu. Lingkungan yang
baik akan memungkinkan pertumbuhan potensi seseorang yang baik ,
sebaliknya lingkungan yang kurang baik akan membuat penghambatan
potensi seseorang.
Yang termasuk factor lingkungan adalah:
1. Nutrisi
Nutrisi sebagai factor pertumbuhan dapat mempengaruhi proses
tumbuh kembang.Contoh:
37
a) Keterlambatan waktu erupsi gigi dapat diakibatkan oleh
kekurangan vitamin D dan gangguan pada kelenjar
endokrin
b) Kalsium sangat berpengaruh dalam pertumbuhan tulang
dab gigi, bila kekurangan kalsium terjadi maka akan
berakibat pada kebusukan gigi
2. Pengaruh social
Pada factor social lebih ditekankan pada rangsangan .rangsangan
dapat berupa mainan atau makanan yang bertekstur sedikit lebih
kasar daripada makanan lunak atau cairan yang diberikan pada bayi
atau permen karenyang diberikan pada anak berusia 6- 13 tahun
untuk merangsang pertumbuhan gigi permanen. Bila diberi
rangsangan maka otot-otot pengunyah, gigi , dan tulang rahang
akan bekerja lebih keras dan member stimulasi bagi pertumbuhan
perkembangan gigi
Factor jenis kelamin
Pertumbuhan dan perkembangan gigi anak perempuan lebih cepat
dibanding anak laki-laki yang disebkan oleh factor hormone esterogen
yang memainkan peranan sampai usia pubertas.
Factor local
Jarak gigi ketempat erupsi, malformasi gigi, persistensi gigi desidui,
adanya gigi berlebih, trauma terhadap benih gigi, mukosa gusi yang
menebal, ankilosis pada akar gigi, dan gigi sulung yang tanggal sebelum
waktunya.
38
II.3.4. PENGERTIAN ERUPSI
Tahap Erupsi Gigi
Erupsi gigi merupakan suatu proses yang berkesinambungan dimulai dari
awal pembentukan melalui beberapa tahap sampai gigi muncul ke rongga mulut.
Ada dua fase yang penting dalam proses erupsi gigi, yaitu erupsi aktif dan pasif.
- Erupsi aktif adalah pergerakan gigi yang didominasi oleh gerakan ke arah
vertikal, sejak mahkota gigi bergerak dari tempat pembentukannya di
dalam rahang sampai mencapai oklusi fungsional dalam rongga mulut.
- erupsi pasif adalah pergerakan gusi ke arah apeks yang menyebabkan
mahkota klinis bertambah panjang dan akar klinis bertambah pendek
sebagai akibat adanya perubahan pada perlekatan epitel di daerah apikal.
Erupsi gigi berhubungan erat dengan perkembangan akar. Setelah mahkota
gigi terbentuk sempurna dan pembentukan email dan dentin mencapai bakal
pertemuan sementum-email,maka di mulailah pembentukan akar gigi. Di sini
organa email berperan penting karena organ email berbentukselubung akar epitel
dari Hertwig (Hertwigh epithelial root sheath) yang akan menentukan bentuk akar
gigi dan merangsang pembentukan dentin.
II.3.5. USIA NORMAL ERUPSI DAN TANGGAL TUMBUH GIGI
Gigi
Tahap awal
Pemebentukan
Jaringan
Keras
Mahkota
Lengkap
(tahun)
Erupsi
(tahun)
Pembentukan
Akar Lengkap
(tahun)
Rahan
g Atas
I1 3-4 bulan 4 – 5 7 – 8 10
I2 10 bulan 4 – 5 8 – 9 11
C 4-5 bulan 6 – 7 11 – 12 13 – 15
P1 1,5-1,75 tahun 5 – 6 10 – 11 12 – 13
P2 2-2,25 tahun 6 – 7 10 – 12 12 – 14
M1 Pada saat lahir 2,5 – 3 6 – 7 9 – 10
39
M2 2,5-3 tahun 7 – 8 12 – 13 14 – 16
M3 7-9 tahun 12 – 16 17 – 21 18 – 25
Rahan
g
Bawah
I1 3-4 bulan 4 – 5 6 – 7 9
I2 3-4 bulan 4 – 5 7 – 8 10
C 4-5 bulan 6 – 7 9 – 10 12 – 14
P1 1,5-1,75 tahun 5 – 6 10 – 12 12 – 13
P2 2-2,25 tahun 6 – 7 11 – 12 13 – 14
M1 Pada saat lahir 2,5 – 3 6 – 7 9 – 10
M2 2,5-3 tahun 7 – 8 11 – 13 14 – 15
M3 7-9 tahun 12 – 16 17 – 21 18 – 25
Urutan Erupsi Gigi Desidui :
Insisivus 1 Molar 1 Caninus Molar 2
Urutan Erupsi Gigi Permanen :
Gigi M1 atas dan bawah, dan gigi I1 bawah
Gigi I1 atas dan gigi I2 bawah
Gigi I2 atas
Gigi C bawah
40
Gigi P1 atas
Gigi P1 bawah dan P2 atas
Gigi C atas dan P2 bawah
Gigi M2 bawah
Gigi M2 atas
Gigi M3 atas dan bawah
Kecepatan erupsi dipengaruhi oleh :
a. Tingkat ekonomi
Penelitian yang dilakukan oleh Clements dan Thomas,menyebutkan bahwa anak-
anak yang berasal dari tingkat sosial ekonomi tinggimemperlihatkan erupsi gigi
lebih cepat dibandingkan dengan anak-anak yangberasal dari tingkal sosial
ekonomi rendah (Andreasen, 1998). Hal iniberhubungan dengan nutrisi yang
diperoleh anak-anak dengan tingkat sosialekonomi tinggi lebih baik.
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin mempengaruhi waktu erupsi dan kalsifikasi gigi. Umumnya
anak perempuan memiliki waktu kalsifikasi lebih cepat dari pada laki-
laki(Andreasen,1998) dan waktu erupsi gigi anak laki-laki lebih lambat dari pada
anak perempuan(Koch dan Poulsen, 2001).
41
c. Faktor Keturunan (Genetik)
Faktor keturunan dapat mempengaruhi kecepatan waktu erupsi gigi (Koch,
dkk.,1991). Faktor genetik mempunyai pengaruh terbesar dalam menentukan
waktu danurutan erupsi gigi, termasuk proses kalsifikasi (Moyers, 2001).
Pengaruh faktor genetik terhadap erupsi gigi adalah sekitar 78% (Stewart, dkk.,
1982; Moyers, 2001).
d. Faktor Ras
Perbedaan ras dapat menyebabkan perbedaan waktu dan urutan erupsi gigi
permanen.Waktu erupsi gigi orang Eropa dan campuran Amerika dengan Eropa
lebih lambat10daripada waktu erupsi orang Amerika berkulit hitam dan Amerika
Indian (Moyers, 2001).Orang Amerika, Swiss, Perancis, Inggris, dan Swedia
termasuk dalam ras yang samayaitu Kaukasoid dan tidak menunjukkan perbedaan
waktu erupsi yang terlalu besar (Stewart, dkk., 1982).
e. Faktor Lingkungan
Pertumbuhan dan perkembangan gigi dipengaruhi oleh faktor lingkungan tetapi
tidak banyak mengubah sesuatu yang telah ditentukan oleh faktor keturunan.
Pengaruh faktor lingkungan terhadap waktu erupsi gigi adalah sekitar 20%
(Moyers, 2001). Faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor lingkungan antara
lain:
1. Sosial Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi dapat mempengaruhi keadaan nutrisi, kesehatan
seseorangdan faktor lainnya yang berhubungan (Stewart, dkk., 1982).
Anak dengan tingkatekonomi rendah cenderung menunjukkan waktu
erupsi gigi yang lebih lambatdibandingkan anak dengan tingkat ekonomi
menengah (Moyers, 2001)
2. Nutrisi
42
Faktor pemenuhan gizi dapat mempengaruhi waktu erupsi gigi dan
perkembanganrahang (Djoharnas, 2000). Nutrisi sebagai faktor
pertumbuhan dapat mempengaruhi erupsi dan proses kalsifikasi.
Keterlambatan waktu erupsi gigi dapat dipengaruhi olehfaktor kekurangan
nutrisi, seperti vitamin D dan gangguan kelenjar endokrin. Pengaruhfaktor
nutrisi terhadap perkembangan gigi adalah sekitar 1% (Moyers, 2001).
f. Faktor Penyakit
Gangguan pada erupsi gigi permanen dapat disebabkan oleh penyakit sistemik dan
beberapa sindroma, seperti : Down syndrome, Cleidocranial dysostosis,
Hypothyroidism, Hypopituitarism , beberapa tipe dari Craniofacial synostosis dan
Hemifacial atrophy (Stewart, dkk., 1982).
g. Faktor Lokal
Faktor-faktor lokal yang dapat mempengaruhi erupsi gigi adalah jarak gigi ke
tempaterupsi, malformasi gigi, adanya gigi berlebih, trauma dari benih gigi,
mukosa gusi yang menebal, dan gigi sulung yang tanggal sebelum waktunya
(Salzmann, 1975)
REFERENSI
43
1. Artaria, Myrtati D. (2009) Antropologi Dental. Yogyakarta: Graha Ilmu.
2. Bass, William & Michael K.T. (Eds.) (1987) Human Osteology: A Laboratory and
Field
Manual. Columbia: Missouri Archeological Society, Inc.
3. Bhaskar,S.N.(1991) editor. Orban’s Oral Histology and Embriology,11th
edition. St.Louis: Mosby-Year Book,Inc
4. Boel, Trelia. 2009. Dental Radiologi: Prinsip dan Teknik . Medan: USU Press
5. Glinka, Josef, & Toetik Koesbardiati. Myrtati Dyah A (Ed.). (2008) Metode
Pengukuran
Manusia. Surabaya: Airlangga University Press.
6. Harshanur, I.W. (1995) Anatomi Gigi. Jakarta: EGC
7. Itjiningsih. 1995. Anatomi Gigi. Jakarta : EGC
8. Kelley, M.A. & Larsen, C.S. (Eds.) (1991) Advances in Dental Anthropology.
New York:
Willey-Liss, Inc.
9. Koentjaraningrat. (1997) Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia
Pustaka
Utama.
10. Koerniati, I. (2006) Perkembangan Perawatan Gigi Masa Depan . Padang:
Andalas
University Press.
11. Oral Biology, BGJ Van Rensburg.Quintessence. 1995
12. Osborn, J.W. (1981) editor. Dental Anatomy and Embrryologi
44