laporan dk blok 5 skenario i

61
LAPORAN ILMIAH KELOMPOK TUTORIAL SKENARIO 1 BLOK V OLEH KELOMPOK V FASILITATOR : drg. Mellani Cindera negara KETUA : INDAH FASHA ( 04111004015) SEKRETARIS : KHAIRUNNISA ( 04111004063) ANGGOTA : FEBRISALLY PURBA ( 04111004058) MEIZA PRATIWI ( 04111004025) MK ZAHRAH ( 04111004021) SITI ADITYANTI ( 04111004040) EKA WAHYUNI ( 04111004065) MASAYU NURUL ( 04111004002) REISHA MERSITA ( 04111004057) 1

Upload: khairunnisa-rasyidin

Post on 02-Aug-2015

267 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan DK Blok 5 Skenario I

LAPORAN ILMIAH KELOMPOK TUTORIAL

SKENARIO 1 BLOK V

OLEH KELOMPOK V

FASILITATOR : drg. Mellani Cindera negara

KETUA : INDAH FASHA ( 04111004015)

SEKRETARIS : KHAIRUNNISA ( 04111004063)

ANGGOTA : FEBRISALLY PURBA ( 04111004058)

MEIZA PRATIWI ( 04111004025)

MK ZAHRAH ( 04111004021)

SITI ADITYANTI ( 04111004040)

EKA WAHYUNI ( 04111004065)

MASAYU NURUL ( 04111004002)

REISHA MERSITA ( 04111004057)

ZARA ALVIOMETHA ( 04111004003)

WIDIA ANGGRAINI ( 04111004056)

SUCI PUSPITA HATI ( 04111004041)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

TAHUN 2011

1

Page 2: Laporan DK Blok 5 Skenario I

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Isma, seorang anak berusia 11 tahun diantar ibunya ke dokter gigi untuk

memeriksakan gigi belakang kiri bawah yang tanggal sejak satu tahun lalu,

tetapi belum tumbuh gigi pengganti. Dokter gigi melakukan pemeriksaan

radiologi untuk melihat kondisi pada daerah tersebut sebanyak dua kali,

karena hasil foto pertama menunjukkan elongasi dan cone cutting. Dari

hasil rontgent foto kedua terlihat adanya benih gigi 34, 35 dan gambaran

radiografis disekitarnya terlihat normal dengan pembentukan akar yang

belum sempurna.

KLASIFIKASI ISTILAH

Nomenklatur gigi : sistem penamaan gigi dengan beberapa metode

Elongasi : penyimpangan gambar di foto yang terlihat lebih

panjang dari yang sebenarnya

Cone cutting : terpotongnya sebagian gambaran radiografis

Rontgent : pengambilan gambar bagian dalam tubuh

menggunakan energi pengion

Benih gigi 34, 35 : bakal gigi pada kuadran III gigi P1 dan P2 kiri

bawah

IDENTIFIKASI MASALAH

- Isma memeriksakan gigi bawah yang tanggal sejak satu tahun

yang lalu tetapi belum tumbuh gigi pengganti

- Hasil foto pertama menunjukkan elongasi dan cone cutting

- Gambar radiografis disekitarnya normal dengan pembentukan

akar yang belum sempurna

2

Page 3: Laporan DK Blok 5 Skenario I

ANALISIS MASALAH

- Faktor apa yang mempengaruhi tumbuh kembag gigi (cepat

lambatnya)?

- Berapa lama waktu yang di butuhkan gigi pengganti untuk tumbuh

normal?

- Apa pengertian elongasi dan cone cutting?

- Apa yang menyebabkan foto pertama mengalami elongasi dan cone

cutting?

- Bagaimana teknik pengambilan gambar yang baik?

- Apa saja teknik-teknik pengambilan gambar rontgent?

- Bagaimana kriteria hasil foto rontgent yang benar?

- bagaimana proses tumbuh kembang gigi susu dan gigi tetap?

- Bagaimana umur terjadinya erupsi gigi dan tanggal tumbuhnya

masing-masing gigi?

- Bagaimana proses pembentukan akar gigi yang sempurna?

bagaimana cara mengitrepetasikan hasil rontgent?

HIPOTESIS

Isma (11 tahun) mengalami keterlambatan tumbuh gigi P1 dan P2 bawah

kiri karena adanya akar gigi yang belum sempurna

LEARNING ISSUE

- Nomenklatur gigi

Pengertian

Macam-macam metode nomenklatur

- Pemeriksaan radiologi

Definisi

Macam-macam teknik pengambilan foto (intra oral, ekstra

oral)

Intrepetasi foto rontgent dan kriteria

Kesalahan hasil foto rontgent

3

Page 4: Laporan DK Blok 5 Skenario I

- Proses tumbuh kembang

Proses tumbuh kembang gigi susu

Proses tumbuh kembang gigi tetap

Faktor yang memengaruhi cepat-lambatnya tumbuh

kembang gigi

Pengertian erupsi

Usia normal erupsi dan tanggal tumbuhnya gigi

4

Page 5: Laporan DK Blok 5 Skenario I

BAB II

PEMBAHASAN

II. 1. NOMENKLATUR GIGI

II.1.1. PENGERTIAN

Nomenklatur gigi adalah cara menulis gigi geligi. Ada beberapa macam cara

penulisan gigi geligi tetapi disarankan menggunakan dua digit dari

FDI(Federation Dentaire Internationale).

II.1.2. METODE NOMENKLATUR GIGI

Ada beberapa cara nomenklatur yaitu

1. Cara zsigmondy

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

Gigi tetap :

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

Contoh : P2 atas kanan = 5

V IV III II I I II III IV V

Gigi Susu :

V IV III II I I II III IV V

Contoh : M2 atas kiri = V

2. Cara Palmer’s

Cara yang paling mudah dan universal untuk dental record

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

5

Page 6: Laporan DK Blok 5 Skenario I

Gigi Tetap :

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

I 1 bawah kiri = I

E D C B A A B C D E

Gigi Susu : E D C B A A B C D E

Contoh : M2 atas kiri = E

3. Cara Amerika

Dengan menghitung dari atas kiri ke kanan , ke bawah kanan lalu ke

bawah kiri.

16 15 . . . . 9 8 . . . . 2 1

Gigi tetap :

17 18 . . . . 24 25 . . . . 31 32

Contoh : P2 atas kanan = 13

X 1X . . . . VI V . . . . . . I

Gigi susu :

XI XII . . . . XV XVI . . . . XX

Contoh : C bawah kanan = XIII

4. Cara applegate

Kebalikan cara amerika yaitu dengan menghitung dari atas kanan ke kiri

ke bawah kiri lalu ke bawah kanan

1 2 . . . . 8 9 . . . . 15 16

6

Page 7: Laporan DK Blok 5 Skenario I

Gigi tetap :

32 31 . . . . 25 24 . . . . . 18 17

Contoh : P2 atas kanan = 4

I II . . . . . V VI . . . . . . X

Gigi susu :

XX XIX . . . . XVI XV . . . . . . XI

Contoh : c bawah kanan = XVIII

5. Cara Haderup

Gigi tetap + +

Contoh : P2 atas kanan = 5+

Gigi susu

Contoh : C bawah kanan = 03 -

6. Sistem Scandinavian

+ = untuk gigi geligi atas

- = untuk gigi geligi bawah

Contoh : P2 atas kanan = +5

7. Cara G.B. Denton

2 1

7

Page 8: Laporan DK Blok 5 Skenario I

Gigi tetap

3 4

Contoh : P2 atas kanan = 2.5

b a

Gigi Susu

c d

contoh : M2 atas kiri = a.5

8. Sistem 2 angka dari International dental federation

2 1

Gigi tetap

3 4

Contoh : P2 atas kanan = 1,5

Gigi susu 2 1

3 4

Contoh : M2 atas kiri = 65

9. Cara urecht / Belanda

Dengan menggunakan tanda

S : superior / atas

I : inferior / bawah

d : dexter / kanan

s : sinister / kiri

8

Page 9: Laporan DK Blok 5 Skenario I

Gigi tetap

Contoh : P2 atas kanan = P2 Sd

Gigi susu

Contoh : M2 atas kiri = m2 S

II.2. PEMERIKSAAN RADIOLOGI

II.2.1. DEFINISI

Radiologi adalah ilmu mengenai diagnosis dan perawatan suatu penyakit dengan

menggunakan sinar x, termasuk didalamnya ilmu mengenai film radiografi dan

pemeriksaan visual atas struktur tubuh pada layar fluorosensi atau

mempertunjukkan struktur tubuh tertentu melalui pemasukan bahan kimia yang

radioopak sebelum pemeriksaan radiologisnya dilakukan.

Radiografi adalah penggunaan sinar pengionan (sinar x, sinar gamma) untuk

membentuk bayangan benda yang dikaji pada film. Radiografi umumnya

digunakan untuk melihat benda tak tembus pandang misalnya bagian dalam tubuh

manusia.

Radiografi di Kedokteran Gigi

Orang yang pertama kali menggunakan radiografi adalah W.G Morton di

Amerika pada tahun 1896, kemudian C. Edmund Kells adalah dokter gigi pertama

yang menganjurkan penggunaan radiografi secara rutin pada praktek dokter gigi.

Radiografi dapat menjadi dasar rencana perawatan dan mengevaluasi

perawatan yang telah dilakukan. Radiografi dapat digunakan untuk memeriksa

9

Page 10: Laporan DK Blok 5 Skenario I

struktur yang tidak terlihat pada pemeriksaan klinis. Kegunaan foto rontgen gigi

yaitu:

1. Untuk mendeteksi lesi

2. Untuk membuktikan suatu diagnosa penyakit

3. Untuk melihat lokasi atau benda asing yang terdapat pada rongga mulut

4. Untuk menyediakan informasi yang menunjang prosedur perawatan

5. Untuk mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi

6. Untuk melihat adanya karies, penyakit periodontal dan trauma

7. Sebagai dokumentasi data rekam medis yang dapat diperlukan sewaktu-

waktu.

II.2.2. MACAM-MACAM TEKNIK PENGAMBILAN FOTO

Secara garis besar foto rontgen gigi, berdasarkan teknik pemotretan dan

penempatan film, dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Teknik radiografi intra oral

b. Teknik radiografi ekstra oral

A. Teknik Radiografi Intra Oral

Teknik radiografi intraoral adalah pemeriksaan gigi dan jaringan

sekitar dan filmnya ditempatkan di dalam mulut pasien. Untuk

mendapatkan gambaran lengkap, rongga mulut yang terdiri dari 32 gigi

diperlukan kurang lebih 14 sampai 19 foto. Ada tiga pemeriksaan

radiografi intraoral, yaitu:

1. Teknik Rontgen Periapikal

2. Teknik Rontgen Bitewing

3. Teknik Rontgen Oklusal

1. Teknik Rontgen Periapikal

10

Page 11: Laporan DK Blok 5 Skenario I

Teknik ini digunakan untuk melihat keseluruhan mahkota serta

akar gigi dan tulang pendukungnya. Ada dua teknik pemotretan periapikal

yaitu :

- teknik paralel

- teknik bisektris.

Indikasi klinis:

a. Inflamasi periapikal

b. Kondisi jaringa periodonsi

c. Pasca trauma gigi dan tulang alveolar

d. Gigi yang belum erupsi

e. Morfolofi akar

f. Perawatan endodontic

Persiapan

Alat:

Pesawat rontgen intra oral

Apron (rompi pelindung)

Film

Pinset

Film holder

Split

Wadah

Bahan:

Handschoon

Cairan developer

Cairan fiksasi

Kapas/tisu

Masker

Operator:

11

Page 12: Laporan DK Blok 5 Skenario I

Menggunakan apron

Ruangan dengan dinding berlapis

Berjarak cukup jauh dari sinar x

Posisi: gigi anterior (operator berdiri sebelah depan pasien)

Pasien:

Duduk dengan kepala bersandar pada tiang pesawat rontgen

Posisikan film ke rongga mulut dengan tepat, nyaman dan jangan

sampai berlipat

Mengatur posisi kepala pasien

Fiksasi film dengan jempol tanpa tekanan atau film holder

Usahakan tidak bergerak saat difoto

Prosedur kerja:

Siapkan unit peralatan

Persilahkan pasien untuk duduk

Atur alat x-ray seperti kVp, mA, dan pemaparan waktu

Cuci tangan

Bersihkan daerah mulut sebelum meletakkan reseptor

Tempatkan reseptor dan tube hand

Atur sudut x-ray tube

Teknik Paralel

Prinsip teknik paralel foto periapikal adalah posisi film sejajar sumbu

panjang gigi dan arah sinar x tegak lurus sumbu panjang gigi.

Keuntungan:

Elongasi minimal

Gambar yang dihasilkan lebih akurat

Tulang pendukug gigi dan jaringan periapikal lebih jelas terlihat

12

Page 13: Laporan DK Blok 5 Skenario I

Sudut vertical dan horizontal dari tabung sinar x otomatis

didapatkan jika alat diposisikan dengan benar.

Kerugian:

Penempatan film yang harus sejajar sumbu panjang gigi sangat

menyulitkan terutama pada gigi posterior dan reflex muntah tinggi

Penempatan film holder yang cukup sulit

Anatomi rongga mulut yang tidak mendukung

Ex: linggir rata/palatum datar

Teknik Bisektris

Prinsipnya posisi film sedekat mungkin dengan gigi dan menggunakan

sudut-sudut tertentu tidak harus sejajar sumbu panjang gigi.

Keuntungan;

Penempatan film lebih nyaman karena menyesuaikan sudut vertical

dan horizontal

Teknik relative cepat dan sederhana

Jika sudut vertical dan horizontal tepat, gambar foto akan sama

ukurannya dengan yang asli.

Kerugian:

Sudut vertical dan horizontal idealnya harus menyesuaikan kondisi

pasien

Keterampilan operator

Angulasi tabung sinar x harus tepat

Sudut vertical salah: foto jadi lebih pendek atau panjang

Sudut horizontal: overlapping antara mahkota dan akar maupun

jaringan pendukung.

2. Teknik Rontgen Bitewing

13

Page 14: Laporan DK Blok 5 Skenario I

Teknik ini digunakan untuk melihat mahkota gigi rahang atas dan

rahang bawah daerah anterior dan posterior sehingga dapat digunakan

untuk melihat permukaan gigi yang berdekatan dan puncak tulang

alveolar. Pasien diinstruksikan untuk menggigit semacam sayap

diletakkan pada pembungkus film (22x35 mm).

Indikasi klinis:

Mendeteksi karies di permukaan proksimal

Pemeriksaan berkala jika pasien insidensu karies yang tinggi

Menunjukkan karies sekunder yang berada dibawah tambalan

Dasar teknik bitewing:

Adalah teknik kesejajaran yang sedikit dimodifikasi dengan sudut

antara bidang vertical dengan konus sebesar 0-100.

Pelaksanaan Teknik Bitewing:

1. Bidang vertical (bidang sagital) harus tegak lurus dengan bidang

horizontal.

2. Bidang oklusal harus sejajar dengan bidang horizontal.

Film yang sudah diberi tabs atau loops dimasukkan ke dalam mulut

penderita. Film dipegang operator dengan jari telunjuk yang

diletakkan pada tab, sedemikian sehingga tab menyentuh permukaan

oklusal dari gigi. Penderita diminta menutup mulutnya perlahan-

lahan, sementara operator melepaskan jari telunjuknya dan akhirnya

penderita diminta mengigitkan gigi-gigi atas dan bawah sehingga

berkontak.

Keuntungan teknik bite wing:

Film dekat dengan sinar sehingga hasil mendekati sempurna

Karies tahap awal lebih cepat terdeteksi

Meringankan resiko pada pasien dengan reflex muntah tinggi

14

Page 15: Laporan DK Blok 5 Skenario I

Puncak alveolar crst mudah terlihat

Kerugian teknik bite wing:

Bagian periapikal tidak terlihat

Pasien sering sulit mengoklusikan kedua rahang sehingga puncak

alveolar tidak terlihat

3. Teknik Rontgen Oklusal

Biasa disebut teknik sandwinch film. Ukuran film digunakan

berukuran 5,5 x 7,5 / 5 x7 cm. Metode ini meliputi geligi seluruh

rahang. Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan daerah yang lebih

luas disbanding foto periapikal. Ada dua cara, yaitu:

A. Teknik Topografi

Rahang Atas;

1. Posisi pasien diatur agar bidang oklusal rahang atas sejajar

lantai (garis median tegak lurus lantai)

2. Bagian film yang peka menghadap rahang atas

3. Film digigit antara rahang atas dan rahang bawah

4. Posisi tabung ditempatkan di antara alis pasien

Rahang Bawah

1. Kepala pasien tengadah dengan sudut 250 terhadap bidang

horizontal

2. Film ditempatkan pada mulut dengan bagian film yang

peka menghadap rahang bawah

3. Pasien mengoklusikan secara kuat agar film tidak goyang

4. Tabung rontgen dipusatkan pada puncak dagu dengan

sudut vertical -550 dan sudut horizontal 00

15

Page 16: Laporan DK Blok 5 Skenario I

B. Teknik Cross section

Rahang Atas

1. Kepala diatur bidang oklusal rahang atas sejajar lantai

(bidang sagital tegak lurus lantai)

2. Film ditempatkan pada rahang atas dan bagian film

yang peka menghadap rahang atas

3. Film digigit dengan kuat

4. Atur tabung dengan sudut vertical 900 dan sudut

horizontal 00

Rahang Bawah

1. Pasien berbaring menengadah dengan bidang sagital

lantai dan bidang oklusal tegak lurus lantai

2. Film didekatkan dalam mulut pasien dengan bagian

film

3. Pasien mengigit film secara kuat

4. Tabung diatur 2,5 cm dibawah dagu dengan sinar tegak

lurus film

Kendala yang mungkin dihadapi:

1. Molar 3

2. Reflex muntah

3. Prosedur endontotik

4. Area edentulous

5. Anak-anak

6. Pasien dengan kebutuhan khusus

16

Page 17: Laporan DK Blok 5 Skenario I

II.2.3. INTERPRETASI FOTO RONTGENT

Interpretasi radiografi merupakan tahap pembacaan dan

pengidentifikasian film hasil foto radiografi. Dalam melakukan

interpretasi, operator harus memperhatikan hal-hal berikut:

Detail, menyangkut struktur anatomi gigi dalam

radiograf yang terlihat diupayakan mendekati

sempurna.

Densitas, adalah derajat kehitaman paada film foto yang

telah tampak dan diproses.

Kontras, perbedaan densitas diantara berbagai regio pada

radiografi.

Gambaran pada foto radiografi ada tiga macam:

1) Radioopak  putih

2) Radiolusen hitam

3) Radiointermediate abu-abu

Tiga hal utama yang harus diperhatikan:

- Tulang

- Soft tissue

- Gigi

Tulang

Gambaran :

- normal

- variasi normal

- abnormal

Pada abnormal, hal yang terjadi adalah:

a. Perubahan utama:

Peningkatan radiolusen

- Bentuk

- Margin (terputus atau tidak, halus atau ireguler)

17

Page 18: Laporan DK Blok 5 Skenario I

- Korteks (penampakan dari korteks)

- Struktur internal

Contoh kasus :

1) Rarefying osteitis

2) Remodeling

3) Perikoronitis

4) Cysts surgical defect

5) Abses periodontal

6) Malignant neoplasma

7) Difus atrophy

8) Benign neoplasma

9) Fibrous dysplasia

10) Periapikal sementum dysplasia

11) Osteomielitis

12) Paget’s disease

13) Hiperparatiroid

14) Histiocytosis

• Peningkatan radioopak Penyebabnya :

1) Superimposition: Struktur tulang, soft tissue/objek

eksternal

2) Foreign bodies (benda asing): Metal, medikamen

endodontik

3) Substansi tulang: Struktur anatomi, sklerosing osteitis,

tori, osteoma, neoplasma

4) Substansi tooth-like: Odontoma akar, gigi yang tidak

erupsi, gigi supernumerer yang tidak erupsi

• Kombinasi peningkatan radioopak dan radiolusen

- Periapikal segmental dysplasia (periapikal osteofibrosis)

- Inflamasi kronis

- Neoplasma benign

18

Page 19: Laporan DK Blok 5 Skenario I

• Densitas normal tetapi struktur tulang berubah

- Fibrosis dysplasia

- Anemia

b. Perubahan sekunder

Efek :

Permukaan eksternal tulang

-lingual plate

-bukal plate

-lower border of mandible

-floor of sinus

  -floor of nose : - thinned

- displaced

- destroyed

- external deposition

Gigi

- tilted

- move bodily

- unsupported by bone

- resorbed-hipersementosis

Laminadura

- Single

- Multiple thinned, absent

Soft tissue atau Jaringan Lunak

Pembesaran soft tissue outline :

- Kista retensi pada antrum maksila

- Jaringan gingival kalau ada neoplasma

Sialolithis : radioopak pada kelenjar saliva dan duktus

submandibular.

19

Page 20: Laporan DK Blok 5 Skenario I

Gigi

Mahkota

Merupakan bagian paling padat pada tubuh manusia

sehingga lebih banyak menerima atau menyerap sinar

rontgen daripada jaringan lain. Bagian dentin dan semen

pada gigi mempunyai kepadatan yang sama, gambarannya

tidak beda yaitu radioopak sedangkan email lebih padat

sehingga gambarannya lebih radioopak. Batas email dan dentin

tajam dan berbatas jelas. Macam-macam kelainan

mahkota :

-Karies radiolusen

-Tambalan radioopak lebih padat dariapda email

-Fraktur  garis radiolusen. diagonal, horizontal ataupun

vertikal. Dari arah mana sampai mana. Misalnya dari

mesial ke distal sampai ujung apeks

Pulpa dan saluran akar 

Merupakan lubang dengan jaringan lunak  menyerap

sinar lebih sedikit sehingga gambarannya radio lusen.

Keseluruhan pulpa hampir sama, kadang-kadang

ada  pemanjangan dan pembesaran. Ukurannya bervariasi, pada anak-

anak biasanya lebar,makin dewasa makin sempit dan bentuknya

mengkerucut ke apical.

Akar 

Gambaran densitas dengan mahkota sangat kecil. Akar tiga pada

bagian palatinalsering tidak tampak. Yang harus diperhatikan:-Jumlah

akar untuk rahang atas dan rahang bawah-Bentuknya normal atau

anomaly-Terdapat fraktur ataukah tidak dan bagaimana arahnya. - Miring

ataukah tidak 

-Jika tidak ada kelainan ditulis “Dalam

Batas Normal”

20

Page 21: Laporan DK Blok 5 Skenario I

Membran periodontal

Gambaran radiolusen yang menempel pada akar gigi,

tampak berupa garis tipis tidak terputus yang tampak

mulai dari batas CEJ sampai ke apikal. Apabila

terdapatkelainan membran periodontal dapat mengalami

pelebaran, terputus-putus atau menghilang serta sebutkan

lokasi tempat kelaianan tersebut, misalnya Mesial, distal.

Lamina dura

Merupakan lapisan tipis tulang kotikal pada soket yang

mempunyai gambaranradioopak yang menempel pada

semen. Terletak antara membran periodontal dan

alveolar. Tampak berupa garis tipis tidak terputus mulai

dari CEJ sampai apikal. Apabila terdapat kelainan lamian

dura dapat mengalami penebalan, terputus atau bahkan

hilang serta cantumkan lokasi kelainan tersebut.

Furkasi

Area tempat akar gigi terbagi dua. Kelainan yang dapat

terjadi pada daerah furkasi berupa ada tidaknya pelebaran

membran periodontal ataupun ada tidaknya bagian

radiolusen.

Puncak tulang alveolar 

Gambaran radioopak padat , bentuk runcing, lebih tinggi

dari CEJ yang terletak antara CEJ distal dan CEJ mesial gigi.

Jika terdapat kelainan, puncak alveolar dapat menurun di

bawah CEJ dan juga dapat terdapat resorpsi horizontal atau

vertikal.Cantumkan pula bentuk resorpsinya dan lokasinya.

Misalnya resorpsi sampai 1/3apikal.

21

Page 22: Laporan DK Blok 5 Skenario I

Periapikal

Gambarannya bisa dalam batas normal ataupun

terdapat kelainan. Kelainan tersebutdapat berupa:

-Radiolusen dengan batas jelas dan tidak tegas

Granuloma

-Radiolusen dengan batas jelas dan tegak kista

-Radiolusen dengan batas difuse (menyebar) abses

-Pelebaran periodontitis

Kriteria radiografi yang baik

Citra radiografi merupakan hal penting dalam menunjang praktek

Kedokteran radiografi sehari-hari. Setiap radiologist (dokter spesialist radiologi)

pasti menginginkan gambar radiografi atau foto rontgen dengan kualitas yang

semaksimal mungkin dalam rangka menegakkan diagnosis, membuat rencana

perawatan, dan menilai keberhasilan perawatan yang telah dilakukan terhadap

pasiennya.

Sebagai tenaga paramedis, seorang radiografer hendaknya dapat

menyajikan gambar radiografi (foto rontgen)  yang berkualitas, terutama saat

pelayanan di rumah sakit – rumah sakit, atau laboratorium klinik swasta yang

sudah banyak tersebar di masyarakat.

Radiografer sebagai seorang mitra kerja seorang radiologist (dokter

spesialist radiologi) harus dapat memberikan hasil kerja yang maksimal kepada

mitranya tersebut. Untuk menjaga kualitas kerja, radiografer sebagai mitra kerja

seorang radiologist (dokter spesialis radiologi) harus dapat memberikan gambar

radiografi (foto rontgen) yang berkualitas, baik detail mutu maupun karakteristik

gambar radiografi (meliputi detail dari pada citra radiografi tersebut). Apabila

citra radiografi yang dihasilkan terlalu rendah, dapat menyebabkan tingkat

diagnostik yang rendah pula, dan apabila kualitas diagnosa yang dihasilkan

rendah, pasti akan menimbulkan kesulitan dalam menentukan tahap perawatan

berikutnya terkait kasus yang dialami pasien.

22

Page 23: Laporan DK Blok 5 Skenario I

Gambaran Foto roentgen yang dianggap baik:

1. Struktur anatomis dari regio gigi yang difoto harus jelas, yaitu perbedaan

dari gambaran enamel, dentin, kamar pulpa dan jaringan periapikalnya

harus betul-betul tajam dan terlihat jelas.

2. Gambaran dari puncak-puncak tonjol gigi atau cusp gigi-gigi yang difoto

(cusp bukal dan lingual / palatal) sedapat mungkin bersatu, dimana

permukaan oklusal dari gigi tersebut tidak terlihat sama seekali.

3. Daerah interdental dibawah titik kontak dua gigi yang bertetangga pada

foto, tidak boleh tumpang tindih / overlapping satu dengan yang lain,

sehingga tidak terlihat.

II.2.4. KESALAHAN HASIL FOTO RONTGENT

Kesalahan dalam pembuatan foto rontgen dipengaruhi oleh beberapa faktor,

antara lani :

1. Faktor Kelistrikkan dan Mesin X-Ray

- Radiasi primer/radiasi langsung adalah sinar yang dihasilkan dari permukaan

bawah tungsten target dari anode yang bersudut miring membentuk suatu daerah

fokus atau focal spot pada film rontgen. Divergen adalah bentuk pancaran radiasi

primer yang keluar menggunakan konus pendek. Hal ini dapat menimbulkan

masalah, bila radiasi bentuk divergen memancar dengan konus yang ditempatkan

dengan jarak yang lebih besar dari permukaan film atau objek, maka makin

diameter lingkaran sinarnya sehingga gambar menjadi distorsi atau pembesaran.

- Hasil gambar berkabut jika terpancar radiasi sekunder sebagai bentukan radiasi

primer yang mengalami interaksi dengan atom objek yang teradiasi dan interaksi

pancaran foton sinar x primer dengan cone plastik.

- Kilovoltase dan miliampere yang terlalu rendah menghasilkan gambaran thin

image, sebaliknya jika Kilovoltase dan miliampere terlalu tinggi maka hasilnya

menjadi dense image.

23

Page 24: Laporan DK Blok 5 Skenario I

- Mesin X-ray yang sudah tua atau sudah rusak akan mempengaruhi kualitas film

rontgen karena apabila tungsten target terlalu pijar dimana keadaan ini tidak

diperhatikan maka alat X-ray akan rusak sehingga tidak menimbulkan sinar.

- Kerusakan pada handswitch mesin X-ray sehingga tidak terjadi beam dan

menghasilkan gambaran yang transparan.

2. Kesalahan dalam Pengambilan Foto

Kegagalan ini dapat berasal dari :

a. Pasien

- Gerakan pasien ketika exposed dilakukan, seperti gerakan menelan ludah,

pasien yang tidak kooperatif atau pasien yang mudah muntah blurred

image (gambaran ganda)

- Film yang bergeser, film dapat bergeser ke depan ataupun belakang

walaupun telah ditempatkan dengan posisi yang benar concord image

- Menekan film terlalu kuat, jika :

Arah vertikal penekanan film untuk rahang atas Elongasi

Arah Horizontal, menghasilkan Pembesaran gambaran dalam

arah mesio distal

b. Operator yang kurang menguasai teknik foto

- Mengatur posisi kepala pasien yang tidak tepat, kesalahan pengaturan

angulasi vertikal seperti dataran oklusal dan sagital yang tidak tepat

Elongasi maupun Overlapping

- Kesalahan dalam mengatur angulasi penyinaran, besarnya sudut

penyinaran untuk masing - masing gigi yang tidak tepat Elongasi,

Foreshortening, maupun Overlapping

- Mengatur letak cone yang tidak simetris dengan letak film, sehingga

terbentuk partial image (cone cut image).

24

Page 25: Laporan DK Blok 5 Skenario I

- Cone yang bergerak, cone yang bergerak tak terkontrol saat ekspose

menimbulkan blurred image

- Kesalahan dalam meletakkan film,

Peletakkan film yang salah dalam teknik yang telah ditentukan

Elongasi/ Foreshortening.

Memasukkan film dalam mulut pasien dengan banyak menggerakkan

film di dalam mulut sehingga menimbulkan gauging.

Membengkokan film sebelum penyinaran Tanda bulan sabit

- Waktu penyinaran, penyinaran yang berlebih ataupun yang kurang dari

ketentuan sensitifitas film Dense image maupun thin image.

3. Kesalahan karena Faktor Prosesing

Setelah film diekspos, saatnya film memasuki tahap pencucian atau prosesing film

sehingga menghasilkan foto yang dapat diinterpretasi. Beberapa kegagalan dalam

prosesing film, yaitu

- Dense Image

Gambaran foto terlalu gelap karena temperatur developer tinggi sedangkan waktu

developing tidak disesuaikan.

- Thin Image

Gambaran foto terlalu lemah dimana penyebabnya berlawanan dengan gambar

dense image.

- Partial Image

Karena hanya sebagian film terprosesing yaitu sebagian film tidak tenggelam

dalam larutan developer atau akibat dua film yang saling berhimpit saat prosesing.

- Bright Spots and Dark Spots

25

Page 26: Laporan DK Blok 5 Skenario I

Disebabkan percikan fixer solution dan developer solution pada film sebelum

dilakukan proses developing.

- Steins/ Noda

Dapat bewarna kuning akibat penggunaan fixer yang sudah lama atau bewarna

cokelat karena proses fixing terlalu cepat dan washing yang tidak sempurna.

- Tanda Jari

Disebabkan tidak menggunakan film klip sehingga menggunakan jari tangan

untuk memegang film saat pencucian dimana jari operator bias saja berminyak

atau terkontaminasi dengan larutan fixer.

- Fogging

Disebabkan aksi kimiawi dari bahan prosesing, temperatur developer terlalu

rendah, larutan developer yang telah lama atau telah terkontaminasi, cahaya

masuk ke kamar gelap atau operator terlalu sering melihat film dibawah safe light.

II.3. PROSES TUMBUH KEMBANG GIGI

II.3.1. PROSES TUMBUH KEMBANG GIGI SUSU

Benih gigi dibentuk dari 3 organ pembentuk :

1.Organ enamel : yabg berkembang seperti tombol,tumbuh di atas lamina gigi

(berasal dari ektodermal),dan berasal dari epitel,dimana lapisan dalamnya akan

membentuk enamel.

2.Dental papila (organ dentin) : yang berkembang dari dasar jaringan

mesenhim(jaringan pengikat permulaan)yang bersal dari mesenhim dan akan

membentuk dentin dan tinggal disekitar ruang sentral dari dentin sebagai pulpa.

3.Kantung gigi (organ periodontal) : yang juga berkembang dari dasar jaringan

mesenhim,yang berasal dari mesenhim dan akan membentuk struktur penyanggah

gigi, sementum,tulang alveolar dan selaput periodontal.

26

Page 27: Laporan DK Blok 5 Skenario I

Perkembangan organ enamel berfungsi untuk membentuk jaringan

pengikat bawah,yang akan berkembang dan menjadi padat,membentuk dental

papila.dengan cara serupa jaringan pengikat mengelilingi organ enamel dan dental

papila menjadi padat dan membentuk organ periodontal .

Sebelum embrio berusia 3 minggu,stomdeum sudah terbentuk. Pada

daerah ujung anterior dari embrio,ektoderma telah menyatu untuk bertemu dengan

endodermal sehingga terbentuk mulut primitif(stimodeum) dan membaran

bukopharingeal ,membran ini terletak kira-kira pada posisi tonsil palatina yang

akan terbentuk kemudian.Mulut primitif diliputi oleh ektodermal,dan dibwahnya

adalah mesenhim.Ektodermal berkembang menjadi epitel mulut dan mesenhim

berkembang menjadi jaringan pengikat dibwahnya .

Awal perkembangan gigi

Tanda-tanda pertama dari perkembangan gigi pada embrio di temukan di

daerah anterior mandibula waktu usia 5-6 minggu , sesudah terjadi tanda-tanda

perkembangan gigi didaerah anterior maksila kemudian berkelanjut ke arah

posterior dari kedua rahang.

Perkembangan dimulai dengan pembentukan lamina gigi.Dental lamina

adalah suatu pita pipih yang terjadi karena penebalan jaringan epitel

mulut(ektodermal) yang meluas sepanjang batas oklusal dari mandibula dan

maksila pada tempat mana gigi-gigi akan muncul kemudian. Dental lamina

tumbuh dari permukaan sampai dasar mesenhim.

SIKLUS KEHIDUPAN GIGI

1.Tahap pertumbuhan

a. Tahap inisisasi

b. Tahap proliferasi

c. Tahap histodiferensiasi

27

Page 28: Laporan DK Blok 5 Skenario I

d. Tahap morfodiferensiasi

2.Erupsi intraoseous

a. Tahap Aposisi

b. Tahap kalsifikasi

c. Tahap Erupsi

d. Tahap Atrisi

e. Tahap resorbsi

Formasi Gigi

A. Tahap Inisiasi

Merupakan penebalan jaringan ektodermal,merupakan gambaran morfologi

pertama dari perkembangan gigi,akan tetapi hal ini didahului oleh suatu gejala

dasar induktip.Tanda-tanda pertumbuhan ektomesenhim berasal dari neural

crest,menunjukkan induksi primer dalam odontogenesis.Jaringan odontogenik

primer dapat dibedakan dan dikenali sebagai lamina gigi pada embrio manusia

sedini mungkin . Pada awal kehamilan 28 hari. Dental lamina terlihat sebagai

suatu penebalan jaringan epitel pada tepi lateral dari stomodeum,dan pada saat

mana membran oropharingeal pecah .Penebalan epitel berkembang sampai batas-

batas inferior lateral dari tulang maksila dan pada batas-batas superior lateral dari

lengkung mandibula,dimana kedua hubungan tersebut membentuk tepi lateral dari

stomodeum.Permulaan epitel odontogenik timbul kira-kira pada usia

perkembangan 35 hari,pada batas inferior lateral dari tulang

frontonasal,menimbulkan empat daerah asli yang terpisah dari jaringan

odontogenik gigi geligi rahang atas.Gigi anterior atas berasal dari lamina gigi

dalam tulang frontonasal,dan gigi posterior atas berasal dari tulang lateral rahan

atas.

28

Page 29: Laporan DK Blok 5 Skenario I

Gigi geligi rahang bawah berkembang dari dua daerah lamina gigi kiri dan

kanan.Gabungan dari 4 pita epitel odontogenik rahang atas membentuk lamina

gigi yang bersambungan yang terjadi kira-kira pada usia kehamilan 37 hari.Secara

bersama-sama daerah epitel edontogenik rahang bawah menyatu menjadi satu

sepanjang garis tengah .Dental lamina atas dan bawah kemudian membentuk pita

seperti bentuk tapal kuda .

Pada beberapa tempat dibawah ridge rahang terjadi pembiakan dari sel-sel

epitel dari jaringan selaput lendir mulut kedalam jaringan mesoderm yang terlihat

sebagai suatu bentuk kuntum(buds formation/stage)

Bila terjadi gangguan pada tahap inisiasi akan mengakibatkan kelainan :

- Jumlah gigi kurang dari normal(anodontia )

- Jumlah gigi lebih dari normal (hyperdontia atau supernumerary tooth)

B. Tahap proliferasi

Adalah gejala dimana proyeksi dari lamina gigi meluas sampai kedasar mesenhim

pada tempat yang khusus dan membentuk primordia dari gigi primer(organ

enamel). Sewaktu sel-sel membiak organ gigi bertambah besar ukurannya.

Lembaran epitel yang lain,pita alur bibir atau vestibula lamina berkembang

hampir berdekatan dan bersama-sama lamina gigi.Pita ini mengikuti. Pola

pertumbuhan yang sama dengan pertumbuhan lamina gigi kecuali apabila

tempatnya lebih dekat dengan permukaan wajah.Bentuk yang tidak umum dari

lamina ini adalah sesusah pembentukan dari sebuah pita epitel yang padat dan

lebar,sel-sel inti pecah dan meninggalkan suatu ruang yang besar dibatasi oleh

jaringan epitel.ruangan ini membentuk vestibula dari mulut dan bibir , dan sisa-

sisa jaringan epitel membentuk garis bibir,pipi dan gusi.Pada perkembangan dari

vestibula,lamina memisahkan pipi dan bibir dari jaringan keras stomodeum.

Jaringan mesoderm mendorong jaringan epitel sehingga terbentuk topi(cap

stage/clock form).

Bila terjadi gangguan pada tahap proliferasi akan mengakibatkan kelaianan dalam

jumlah gigi .Misalnya anodontia dan hiperdontia.

29

Page 30: Laporan DK Blok 5 Skenario I

C. Tahap Histodiferensiasi

Spesialisasi sel-sel yang mengalami perubahan histologis dalam

susunannya (sel-sel epitel bagian dalam enamel menjadi ameloblas, sel-sel perifer

dari organ dentin pulpa menjadi odontoblas).

Perubahan bentuk organ gigi dari bentuk topi ke bentuk lonceng (bel).

Terjadi karena kegiatan inti sel membelah diri (mitotik). Proliferasi dari sel-sel

sekitar perifer dan pada bagian dalam dari cekungan organ enamel. Tahap lonceng

ini ditandai oleh histodiferensiasi dan morfodiferensiasi. Peristiwa dasar dari

diferensiasi sel, proliferasi, penrgeseran dan pematangan akan berlanjut sebagai

dental organ melalui tahap lonceng dan aposisi.

Selama tahap lonceng, lamina gigi kehilangan kelanjutannya oleh invasi

mesenhim dari jaringan pengikat di sekitarnya, Tetapi lamina gigi berproliferasi

terus secara teratur pada ujung distalnya untuk membentuk primordial dari gigi

tetap. Jaringan epitel merangsang jaringan mesoderm dan jaringan mesoderm

mendorong lagi jaringan epitel selama perkembangan dari organ enamel. Sebuah

rangkaian dari perubahan sel menghasilkan 4 lapisan, yaitu :

1. Epitel bagian luar dari orgn enamel

2. Stellate reticulum

Epitel bagian dalam dan organ enamel pecah menjadi :

3. Stratum intermediare, dan

4. Ameloblas

Sel-sel perifer dari organ dentin menjadi odontoblas, lapisan-lapisan ini

berkembang sebelum pembentukan enamel. Selama tahap pertama pada

pembentukan metrics enamel, ameloblas mempengaruhi mesenhim didekatnya

untuk membedakan suatu lapisan yang akan menjadi preodontoblas (lapisan

antara ameloblas dan odontoblas), yang merupakan sel-sel pembentuk dentin.

Bentuk terakhir dari enamel-dentin junction ditentukan oleh proses ini.

30

Page 31: Laporan DK Blok 5 Skenario I

Permulaan dari pembentukan matriks enamel dan dentin hanya terjadi

ketika preodontoblas telah berdiferensiasi ke dalam odontoblas dan membentuk

hubungan dengan ameloblas dari epitel enamel bagian dalam. Proses ini terdiri

dari langkah sebagai berikut.

1. Odontoblas mulai mengeluarkan matriks predentin diantara odontoblas

dan ameloblas. Matriks ini mengandung vesikel-vesikel yang berisi

RNA menurut perubahan induksi di basal lamina dari ameloblas

2. Matriks vesikel dari preodontoblas dihadapi oleh membrane sel dasar

preameloblas dan tampak berubah. Kontak dan induksi ini merangsang

produksi dan pengeluaran dari matriks email oleh ameloblas

3. Matriks dentin yang produksinya diteruskan oleh odontoblas terjadi

secara bersamaan (sel-sel odontoblas sama dengan sel-sel berbentuk

bintang yang bersambungan yang hanya dapat terjadi bila ada

diferensiasi sel). Odontoblas akan embentuk dentin, dentin

merangsang sel-sel ameloblas yang akan membentuk email diatas

dentin yang ada.

Teori induksi yaitu email tidak dapat dibentuk tanpa adanya dentin.

Odontoblas akan membentuk dentin ke bawah yang kemudian terlihat odontoblas

terdapat pada bagian pulpa. Matriks enamel pada awalnya diendapkan pada

oklusal/permukaan insisal dari perkembangan gigi. Suatu proses ini berlanjut di

daerah-daerah ini, ameloblas tambahan dari arah apical membuat lingkaran

servikal dan pembentukan yang terakhir dari epitalial diaphragm.

DIAGRAM HISTODIFERENSIASI

JANIN 14 MINGGU

(bell stage)

31

Page 32: Laporan DK Blok 5 Skenario I

D. Tahap Morfodiferensiasi

Susunan dari sel-sel pembentuk sepanjang dentino enamel dan dentino

cemental junction yang akan datang, uang member garis luar dari bentuk dan

ukuran korona dan akar yang akan datang.

Pola morfologi atau bentuk dasar dan ukuran relative dari gigi yang akan

datang dibentuk pada tahap morfodiferensiasi. Morfodiferensiasi tidak mungkin

terjadi tanpa proliferasi. Tahap lonceng yang berlanjut menandai tidak hanya

histodiferensiasi yang aktif tetapi juga suatu tahap penting morfodiferensiasi dari

korona dengan menggarisluarkan dentino enamel-junction yang akan datang.

Hubungan dentino-enamel dan dentino-semental berbeda dan mempunyai

sifat khas pada setiap gigi, sebagai suatu pola tertentu dari pemeriksaan sel.

Dalam penyesuaian dengan pola ini ameloblas, odontoblas dan sementoblas

mengendapkan enamel, dentin dan sementum serta member bentuk dan ukuran

yang pada gigi.

Diujung dari lamina dentis kemudian dibentuk lagi tonjolan kedua (lamina

dentis) yang nantinya akan menjadi gigi tetap. Tangkai gigi kemudian putus

sekitar pembentukan gigi ini. Jaringan mesodermal menjadi tebal membentuk

suatu kantung yang disebut dengan tulang gigi atau sakus dentis.

DIAGRAM MORFODIFERENSIASI

JANIN 18 MINGGU

32

Page 33: Laporan DK Blok 5 Skenario I

2. Erupsi Intraseous

A. Tahap Aposisi

Aposisi adalah pengendapan matriks dari struktur jaringan keras gigi.

Pertumbuhan aposisi dari enamel dan dentin adalah pengendapan yang berlapis-

lapis dari matriks ektraseluler. Pertumbuhan aposisi ditandai oleh pengendapan

yang teratur dan berirama dari bahan ektraseluler yang tidak mempunyai

kemampuan sendiri untuk pertumbuhan yang akan datang.

DIAGRAM APOSISI

33

Page 34: Laporan DK Blok 5 Skenario I

B. Tahap Kalsifikasi

Kalsifikasi terjadi dengan pengendapan garam-garam kalsium anorganik

selama pengendapan matriks. Kalsifikasi dimulai selama pengendapan matriks

oleh suatu nidus kecil, selanjutnya nidus garam-garam kalsium anorganik

bertambah besar oleh tambahan lapisan-lapisan yang pekat.

Apabila kalsifikasi tergantung butir kalsium di dalam dentin tidak

menyatu, dan tertinggal sebagai butir kalsium dasar yang terpisah didalam daerah

matriks eosinofilik terendiri yang tidak terkalsifikasi.

Rangsangan dari sel-sel epitel bagian dalam dan terbentuknya enamel

mendorong bersatunya sel-sel epitel bagian dalam dengan sel-sel epitel bagian

luar, bagian tersebut disebut Sheat Herwig, sehingga terbentuk akar.

DIAGRAM KALSIFIKASI

34

Page 35: Laporan DK Blok 5 Skenario I

DIAGRAM TUMBUH KEMBANG GIGI

C. Tahap Atrisi

Atrisi yaitu ausnya permukaan gigi karena lamanya pemakaian waktu berfungsi.

Atrisi adalah keausan pada gigi karena proses pengunyahan (Pindborg, 1970

dalam Koerniati, 2006:123). Cirinya permukaan oklusal gigi geraham terlihat aus,

tonjol palatinal molar (geraham) atas aus, molar bawah tonjol bukalnya terlihat

aus, dentin terlihat dan kalau ausnya banyak, warna dentin berubah. Ini terlihat

jelas pada gigi depan bawah berwarna coklat seperti terbakar (Pindborg, 1970

dalam Koerniati, 2006:124).

35

Page 36: Laporan DK Blok 5 Skenario I

Atrisi dibagi atas 3 kategori (Pindborg, 1970 dalam Koerniati, 2006:124) :

1. Atrisi Fisiologi, merupakan keausan gigi yang dialami oleh semua individu

dan hal ini dianggap normal

2. Atrisi Intensif, merupakan keausan gigi yang ekstrim atau berlebihan, oleh

karena itu beberapa sebab misalnya bruxism (Jawa: kerot), kebiasaan makanan

yang keras atau kasar

3. Atrisi Patologis, merupakan keausan satu gigi atau sekelompok gigi yang

letaknya tidak normal

Untuk membedakan ketiga macam Atrisi tersebut selain faktor penyebabnya,

permukaan gigi yang telihat bisa dipakai sebagai pedoman (Pindborg, 1970 dalam

Koerniati, 2006:124). Pada atrisi intensif tempat terjadinya atrisi ialah pada

permukaan gigi yang sering digunakan untuk mengunyah sirih atau makan,

keadaannya makin lama makin lebih parah (Koerniati, 2006:124).

4. Tahap Resorpsi

Dalam ilmu kedokteran gigi, resorpsi akar adalah pengrusakan atau penghancuran

yang menyebabkan kehilangan struktur gigi. Hal ini disebabkan oleh kerja sel

tubuh yang menyerang bagian dari gigi. Bila kerusakan meluas ke seluruh gigi,

dinamakan resorpsi gigi. Kerusakan akar yang parah dapat terjadi bila kerusakan

sudah mencapai pulpa, sehingga sangat sulit untuk dirawat dan biasanya

memerlukan ekstraksi gigi. Resorpsi akar terjadi akibat diferensiasi makrofag

menjadi odontoklas yang akan meresorpsi sementum permukaan akar serta dentin

akar. Tingkat keparahannya bervariasi dapat dilihat dari bukti-bukti berupa lubang

mikroskopis yang dapat menyebabkan kehancuran pada permukaan akar.

Resorpsi akar dapat disebabkan oleh tekanan pada permukaan akar gigi. Tekanan

tersebut dapat berasal dari trauma, erupsi gigi ektopik yang mengenai akar gigi

tetangga, infeksi, beban oklusal yang berlebihan , pertumbuhan tumor yang

36

Page 37: Laporan DK Blok 5 Skenario I

agresif, maupun yang tidak dapat diketahui penyebabnya atau idiopatik. Menurut

Weiland, penyebab yang paling umum adalah kekuatan ortodonti.6-7

Akar gigi dilindungi oleh sementum. Sementum merupakan struktur yang

menyerupai tulang. Namun sementum lebih resisten terhadap resorpsi daripada

tulang. Ada sejumlah teori yang menjelaskan mengapa ini terjadi. Hipotesis yang

paling umum adalah bahwa sementum lebih keras dan lebih termineralisasi

dibandingkan dengan tulang. Sementum juga bersifat antiangiogenik, sehingga

dapat mencegah akses osteoklas. Walaupun demikian, bila kekuatan besar

diberikan pada apeks gigi, sementum juga dapat mengalami resorpsi

II.3.3. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CEPAT LAMBAT TUMBUH

KEMBANG GIGI

Faktor genetic /keturunan

Factor genetic merupakan factor dasar mencapai hasil akhir dari proses

tumbuh kembang seseorang. Factor ini juga merupakan factor bawaananak

yaitu potensi anak yang menjaadi cirri khas. Melalui genetic yang berada

didalam sel telur maupun sperma, dapat ditentukan kualitas dan kuntitas

pertumbuhan,misalnyasensitivitas jarongan terhadap suatu rangsangan

yang diberikan.

Faktor lingkungan

Factor lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai

atau tidaknya potensi bawaan. Factor ini disebut mileu. Lingkungan yang

baik akan memungkinkan pertumbuhan potensi seseorang yang baik ,

sebaliknya lingkungan yang kurang baik akan membuat penghambatan

potensi seseorang.

Yang termasuk factor lingkungan adalah:

1. Nutrisi

Nutrisi sebagai factor pertumbuhan dapat mempengaruhi proses

tumbuh kembang.Contoh:

37

Page 38: Laporan DK Blok 5 Skenario I

a) Keterlambatan waktu erupsi gigi dapat diakibatkan oleh

kekurangan vitamin D dan gangguan pada kelenjar

endokrin

b) Kalsium sangat berpengaruh dalam pertumbuhan tulang

dab gigi, bila kekurangan kalsium terjadi maka akan

berakibat pada kebusukan gigi

2. Pengaruh social

Pada factor social lebih ditekankan pada rangsangan .rangsangan

dapat berupa mainan atau makanan yang bertekstur sedikit lebih

kasar daripada makanan lunak atau cairan yang diberikan pada bayi

atau permen karenyang diberikan pada anak berusia 6- 13 tahun

untuk merangsang pertumbuhan gigi permanen. Bila diberi

rangsangan maka otot-otot pengunyah, gigi , dan tulang rahang

akan bekerja lebih keras dan member stimulasi bagi pertumbuhan

perkembangan gigi

Factor jenis kelamin

Pertumbuhan dan perkembangan gigi anak perempuan lebih cepat

dibanding anak laki-laki yang disebkan oleh factor hormone esterogen

yang memainkan peranan sampai usia pubertas.

Factor local

Jarak gigi ketempat erupsi, malformasi gigi, persistensi gigi desidui,

adanya gigi berlebih, trauma terhadap benih gigi, mukosa gusi yang

menebal, ankilosis pada akar gigi, dan gigi sulung yang tanggal sebelum

waktunya.

38

Page 39: Laporan DK Blok 5 Skenario I

II.3.4. PENGERTIAN ERUPSI

Tahap Erupsi Gigi

Erupsi gigi merupakan suatu proses yang berkesinambungan dimulai dari

awal pembentukan melalui beberapa tahap sampai gigi muncul ke rongga mulut.

Ada dua fase yang penting dalam proses erupsi gigi, yaitu erupsi aktif dan pasif.

- Erupsi aktif adalah pergerakan gigi yang didominasi oleh gerakan ke arah

vertikal, sejak mahkota gigi bergerak dari tempat pembentukannya di

dalam rahang sampai mencapai oklusi fungsional dalam rongga mulut.

- erupsi pasif adalah pergerakan gusi ke arah apeks yang menyebabkan

mahkota klinis bertambah panjang dan akar klinis bertambah pendek

sebagai akibat adanya perubahan pada perlekatan epitel di daerah apikal.

Erupsi gigi berhubungan erat dengan perkembangan akar. Setelah mahkota

gigi terbentuk sempurna dan pembentukan email dan dentin mencapai bakal

pertemuan sementum-email,maka di mulailah pembentukan akar gigi. Di sini

organa email berperan penting karena organ email berbentukselubung akar epitel

dari Hertwig (Hertwigh epithelial root sheath) yang akan menentukan bentuk akar

gigi dan merangsang pembentukan dentin.

II.3.5. USIA NORMAL ERUPSI DAN TANGGAL TUMBUH GIGI

Gigi

Tahap awal

Pemebentukan

Jaringan

Keras

Mahkota

Lengkap

(tahun)

Erupsi

(tahun)

Pembentukan

Akar Lengkap

(tahun)

Rahan

g Atas

I1 3-4 bulan 4 – 5 7 – 8 10

I2 10 bulan 4 – 5 8 – 9 11

C 4-5 bulan 6 – 7 11 – 12 13 – 15

P1 1,5-1,75 tahun 5 – 6 10 – 11 12 – 13

P2 2-2,25 tahun 6 – 7 10 – 12 12 – 14

M1 Pada saat lahir 2,5 – 3 6 – 7 9 – 10

39

Page 40: Laporan DK Blok 5 Skenario I

M2 2,5-3 tahun 7 – 8 12 – 13 14 – 16

M3 7-9 tahun 12 – 16 17 – 21 18 – 25

Rahan

g

Bawah

I1 3-4 bulan 4 – 5 6 – 7 9

I2 3-4 bulan 4 – 5 7 – 8 10

C 4-5 bulan 6 – 7 9 – 10 12 – 14

P1 1,5-1,75 tahun 5 – 6 10 – 12 12 – 13

P2 2-2,25 tahun 6 – 7 11 – 12 13 – 14

M1 Pada saat lahir 2,5 – 3 6 – 7 9 – 10

M2 2,5-3 tahun 7 – 8 11 – 13 14 – 15

M3 7-9 tahun 12 – 16 17 – 21 18 – 25

Urutan Erupsi Gigi Desidui :

Insisivus 1 Molar 1 Caninus Molar 2

Urutan Erupsi Gigi Permanen :

Gigi M1 atas dan bawah, dan gigi I1 bawah

Gigi I1 atas dan gigi I2 bawah

Gigi I2 atas

Gigi C bawah

40

Page 41: Laporan DK Blok 5 Skenario I

Gigi P1 atas

Gigi P1 bawah dan P2 atas

Gigi C atas dan P2 bawah

Gigi M2 bawah

Gigi M2 atas

Gigi M3 atas dan bawah

Kecepatan erupsi dipengaruhi oleh : 

a. Tingkat ekonomi

Penelitian yang dilakukan oleh Clements dan Thomas,menyebutkan bahwa anak-

anak yang berasal dari tingkat sosial ekonomi tinggimemperlihatkan erupsi gigi

lebih cepat dibandingkan dengan anak-anak yangberasal dari tingkal sosial

ekonomi rendah (Andreasen, 1998). Hal iniberhubungan dengan nutrisi yang

diperoleh anak-anak dengan tingkat sosialekonomi tinggi lebih baik.

b. Jenis Kelamin

Jenis kelamin mempengaruhi waktu erupsi dan kalsifikasi gigi. Umumnya

anak perempuan memiliki waktu kalsifikasi lebih cepat dari pada laki-

laki(Andreasen,1998) dan waktu erupsi gigi anak laki-laki lebih lambat dari pada

anak perempuan(Koch dan Poulsen, 2001).

41

Page 42: Laporan DK Blok 5 Skenario I

c. Faktor Keturunan (Genetik)

Faktor keturunan dapat mempengaruhi kecepatan waktu erupsi gigi (Koch,

dkk.,1991). Faktor genetik mempunyai pengaruh terbesar dalam menentukan

waktu danurutan erupsi gigi, termasuk proses kalsifikasi (Moyers, 2001).

Pengaruh faktor genetik terhadap erupsi gigi adalah sekitar 78% (Stewart, dkk.,

1982; Moyers, 2001).

d. Faktor Ras

Perbedaan ras dapat menyebabkan perbedaan waktu dan urutan erupsi gigi

permanen.Waktu erupsi gigi orang Eropa dan campuran Amerika dengan Eropa

lebih lambat10daripada waktu erupsi orang Amerika berkulit hitam dan Amerika

Indian (Moyers, 2001).Orang Amerika, Swiss, Perancis, Inggris, dan Swedia

termasuk dalam ras yang samayaitu Kaukasoid dan tidak menunjukkan perbedaan

waktu erupsi yang terlalu besar (Stewart, dkk., 1982).

e. Faktor Lingkungan

Pertumbuhan dan perkembangan gigi dipengaruhi oleh faktor lingkungan tetapi

tidak banyak mengubah sesuatu yang telah ditentukan oleh faktor keturunan.

Pengaruh faktor lingkungan terhadap waktu erupsi gigi adalah sekitar 20%

(Moyers, 2001). Faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor lingkungan antara

lain:

1. Sosial Ekonomi

Tingkat sosial ekonomi dapat mempengaruhi keadaan nutrisi, kesehatan

seseorangdan faktor lainnya yang berhubungan (Stewart, dkk., 1982).

Anak dengan tingkatekonomi rendah cenderung menunjukkan waktu

erupsi gigi yang lebih lambatdibandingkan anak dengan tingkat ekonomi

menengah (Moyers, 2001)

2. Nutrisi

42

Page 43: Laporan DK Blok 5 Skenario I

Faktor pemenuhan gizi dapat mempengaruhi waktu erupsi gigi dan

perkembanganrahang (Djoharnas, 2000). Nutrisi sebagai faktor

pertumbuhan dapat mempengaruhi erupsi dan proses kalsifikasi.

Keterlambatan waktu erupsi gigi dapat dipengaruhi olehfaktor kekurangan

nutrisi, seperti vitamin D dan gangguan kelenjar endokrin. Pengaruhfaktor

nutrisi terhadap perkembangan gigi adalah sekitar 1% (Moyers, 2001).

f. Faktor Penyakit

Gangguan pada erupsi gigi permanen dapat disebabkan oleh penyakit sistemik dan

beberapa sindroma, seperti : Down syndrome, Cleidocranial dysostosis,

Hypothyroidism, Hypopituitarism , beberapa tipe dari Craniofacial synostosis dan

Hemifacial atrophy (Stewart, dkk., 1982).

g. Faktor Lokal

Faktor-faktor lokal yang dapat mempengaruhi erupsi gigi adalah jarak gigi ke

tempaterupsi, malformasi gigi, adanya gigi berlebih, trauma dari benih gigi,

mukosa gusi yang menebal, dan gigi sulung yang tanggal sebelum waktunya

(Salzmann, 1975)

REFERENSI

43

Page 44: Laporan DK Blok 5 Skenario I

1. Artaria, Myrtati D. (2009) Antropologi Dental. Yogyakarta: Graha Ilmu.

2. Bass, William & Michael K.T. (Eds.) (1987) Human Osteology: A Laboratory and

Field

Manual. Columbia: Missouri Archeological Society, Inc.

3. Bhaskar,S.N.(1991) editor. Orban’s Oral Histology and Embriology,11th

edition. St.Louis: Mosby-Year Book,Inc

4. Boel, Trelia. 2009. Dental Radiologi: Prinsip dan Teknik . Medan: USU Press

5. Glinka, Josef, & Toetik Koesbardiati. Myrtati Dyah A (Ed.). (2008) Metode

Pengukuran

Manusia. Surabaya: Airlangga University Press.

6. Harshanur, I.W. (1995) Anatomi Gigi. Jakarta: EGC

7. Itjiningsih. 1995. Anatomi Gigi. Jakarta : EGC

8. Kelley, M.A. & Larsen, C.S. (Eds.) (1991) Advances in Dental Anthropology.

New York:

Willey-Liss, Inc.

9. Koentjaraningrat. (1997) Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia

Pustaka

Utama.

10. Koerniati, I. (2006) Perkembangan Perawatan Gigi Masa Depan . Padang:

Andalas

University Press.

11. Oral Biology, BGJ Van Rensburg.Quintessence. 1995

12. Osborn, J.W. (1981) editor. Dental Anatomy and Embrryologi

44