laporan dk blok 3 skenario 1

67
Laporan Ilmiah Kelompok Tutorial Skenario 1 Blok 3 OLEH KELOMPOK C Fasilitator : drg.Martha Mozartha, M.Si. : drg.Purwandito Pujoraharjo Ketua : Apriko merza (04111004001) Sekertaris : Suci Puspitahati (04111004041) Anggota : Fadlun (04111004059) Rozalia (04111004031) Sanny S Manurung(04111004043) Annisa Inidita R (04111004047) Mk Zahrah (04111004021) Egi Utia Asih (04111004022) Musdewinda S (04111004017) Aisyah (04111004048) Khairunnisa (04111004063) Venny Dwijayanti (04111004054) Widya Anggraini (04111004056)

Upload: khairunnisa-rasyidin

Post on 30-Jul-2015

253 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

Laporan Ilmiah Kelompok TutorialSkenario 1 Blok 3

OLEH KELOMPOK C

Fasilitator : drg.Martha Mozartha, M.Si.

: drg.Purwandito Pujoraharjo

Ketua : Apriko merza (04111004001)

Sekertaris : Suci Puspitahati (04111004041) Anggota : Fadlun (04111004059)

Rozalia (04111004031)

Sanny S Manurung(04111004043)

Annisa Inidita R (04111004047)Mk Zahrah (04111004021)

Egi Utia Asih (04111004022)

Musdewinda S (04111004017)

Aisyah (04111004048)

Khairunnisa (04111004063)

Venny Dwijayanti (04111004054)Widya Anggraini (04111004056)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2012

Page 2: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

Judul : Kesulitan membuka mulut

TIU : 1. Mahasiswa memahami anatomi oro-craniofasial

2. Mahasiswa memahami metabolisme karbohidrat , protein dan lemak

3. Mahasiswa memahami fungsi kelenjar saliva

Pemicu : Siti mengalami trismus kurang lebih sudah 3 hari karena suatu infeksi, sehingga

menyebabkan kesulitan makan yang berkepanjangan sehingga asupan karbohidrat,

protein dan lemak sangat sedikit , siti hanya banyak minum air hal ini mengakibatkan

tubuhnya terasa lemas dan kepalanya pusing. Mulutnya kering karena sekresi saliva

kurang. Melihat keadaan siti yang sangat memprihatinkan, ibunya membawa siti

kedokter. Selain memberikan obat, dokter juga menginstruksikan siti untuk diet cair

tinggi kalori-tinggi protein juga susu (mengandung lemak) supaya kondisinya segera

pulih.

KLASIFIKASI ISTILAH

Trismus

Infeksi

Sekresi Saliva

Diet cair tinggi kalori-tinggi protein

IDENTIFIKASI MASALAH

Siti mengalami trismus ±3 hari karena infeksi

Siti kekurangan asupan karbohidrat, protein dan lemak

Mulutnya kering karena sekresi saliva kurang

Tubuhnya terasa lemas dan kepalanya pusing

ANALISIS MASALAH

Bagaimana proses terjadinya trismus?

Bagaimana pengaruh trismus terhadap mekanisme?

Page 3: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

Kerja rahang otot dan syaraf pada rongga mulut?

Mengapa tubuh siti terasa lemas dan pusing?

Bagaimana proses terjadinya sekresi saliva?

HIPOTESIS

Siti mengalmi infeksi yang menyebabkan Trismus sehingga asupan karbon , protein dan

lemak kurang yang menyebabkan tubuhnya terasa lemas dan kepalanya pusing. Infeksi

tersebut juga menyebabkan sekresi saliva kurang sehingga mulutnya kering

LEARNING ISSUE

Trismus

Pengertian

Penyebab

Proses terjadinya

Oro-craniofasial

Pengertian

Mekanisme kerja rahang, otot, syaraf pada rongga mulut

Pengaruh trismus terhadap mekanisme kerja oro-craniofasial

Karbohidrat , Lemak, Dan Protein

Pengertian

Fungsi

Metabolisme

Kelenjar Saliva

Pengertian

Fungsi

Metabolisme

Page 4: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

VI . Hasil Belajar Mandiri

TRISMUS

Trismus didefinisikan sebagai suatu kontraksi tonik dari otot mastikasi. Dahulu istilah

trismus digunakan untuk menggambarkan gejala klinis dari tetanus, yaitu lock jaw atau rahang

yang terkunci, yaitu suatu gejala klinis yang disebabkan oleh toksin tetanus terhadap kontraksi

otot mastikasi atau pengunyah. Saat ini istilah trismus digunakan untuk menggambarkan setiap

bentuk keterbatasan dalam membuka mulut, termasuk di dalamnya akibat dari trauma,

pembedahan dan radiasi. Keterbatasan dalam membuka mulut ini atau trismus dapat

menimbulkan masalah terhadap kesehatan, termasuk di dalamnya kekurangan zat-zat nutrisi

akibat gangguan mengunyah makanan, gangguan dalam berbicara, dan pengaruhnya terhadap

kesehatan mulut dan gigi. Pada orang yang mengalami rasiasi pada daerah leher dan kepala,

permasalahan tersebut sering muncul bersamaan dengan gangguan dalam menelan. Trismus

dapat mempengaruhi kualitas hidup sipenderita dalam berbagai cara. Komunikasi akan sulit

dilakukan jika seseorang mengalami trismus. Tidak hanya gangguan dalam berbicara akibat

mulut tidak bisa terbuka dengan sempurna, tetapi juga terdapat gangguan dalam artikulasi dan

resonsi suara sehingga kualitas suara yang dikeluarkan akan menurun. Pada penderita yang

mengalami trismus akan mengalami gangguan kesehatan mulut karena sulit melakukan gerakan

mengunyah dan menelan, dan akan terjadi peningkatan resiko terjadinya aspirasi.

Etiologi

Hambatan dari pegerakan rahang tersebut secara garis besar disebabkan oleh trauma, terapi

radiasi, pembedahan dan berbagai gangguan pada sambungan rahang lainnya. Hal ini terjadi

akibat kerusakan pada otot rahang, kerusakan pada sambungan rahang, pertumbuhan jaringan

ikat yang terlalu cepat (pembentukan jaringan parut), Atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut.

Berdasarkan proses diatas maka etiologi dari trismus dapat dibagi 2 yaitu:

1. Faktor eksternal

- Neoplasma pada rahang

- Infeksi akut

- Miositis

Page 5: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

- Penyakit Sistemik (SLE, Skleroderma dan penyakit sistemik lainya)

- Pseudoankylosis

- Luka bakar

- Atau berbagai trauma lainnya yang mengenai otot-otot rahang.

2. Faktor internal

- Ankylosis tulang pada sambungan rahang

- Ankylosis jaringan ikat pada sambungan rahang

- Artristis

- Infeksi

- Trauma

- Mikro trauma (termasuk di dalamnya brusixm)

- Gangguan SSP (tetanus, lesi pada nervus trigeminal dan keracunan obat)

3. Faktor Iatrogenik

- Paska Odontektomi Molar Ketiga

Molar ketiga terpendam merupakan gigi yang paling sering mengalami impaksi diantara gigi

geligi yang lain. Pengambilan gigi molar ketiga bawah impaksi biasanya dilakukan secara

pembedahan (odontektomi), yang biasanya dilakukan dengan lokal anestesi. Paska pengambilan

gigi molar ketiga terpendam secara odontektomi antara lain dapat menimbulkan pembengkakkan

dan trismus. Trismus yang timbul dapat bersifat sementara atau permanen. Trismus bersifat

sementara hanya disebabkan oleh peradangan dan gangguan refleks saraf motorik otot-otot

pengunyah, sedangkan trismus yang permanen biasanya karena gangguan pada sendi

temporomandibular.

- Injeksi Yang Dilakukan Saat Anestesi

Trismus terjadi sebagai akibat komplikasi anestesi yang menggunakan jarum dalam

menganestesi mandibular dan pada infiltrasi regio posterior pada rahang atas. Dimana kedua

teknik ini melibatkan penetrasi jarum ke otot-otot mastikasi dan deposisi larutan anestesi ke

jaringan yang banyak vaskularisasinya. Pada kedua teknik tersebut, dapat terjadi perdarahan

Page 6: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

yang dapat menimbulkan hematom yang luas pada fossa infra temporal, hal ini terjadi bila jarum

melewati pleksus vena pterigoideus. Infeksi hematom pada tempat tersebut akan menyebabkan

bertambahnya rasa sakit dan terjadinya kerusakan jaringan yang luas, konsekuensinya adalah

hipomobilitas dari temporomandibular joint.

- Pengaruh dari fiksasi intermaksilaris setelah fiksasi terjadinya fraktur atau trauma.

Pathogenesis

Otot mastikasi atau pengunyah terdiri dari otot temporalis, masseter, pterygoid medial dan

pterygoid lateral. Masing-masing otot memiliki peranan tersendiri dalam proses mengunyah, dan

saat terjadi kerusakan pada otot tersebut akan menimbulkan rasa nyeri, keadaan ini disebut

dengan muscle guarding yaitu penegangan pada otot yang timbul sebagai kompensasi terhadap

nyeri yang timbul pada otot tersebut. Nyeri ini akan menyebabkan otot akan berkontraksi, dan

menyebabkan berkurangnya lebar pembukaan mulut yang dapat dihasilkan oleh gerakan otot

mastikasi. Kontraksi ini merupakan suatu gerakan reflek, sehingga penderita tidak dapat

mengontrolnya. Setiap tindakan yang dipaksakan untuk meregangkan otot tersebut akan

menimbulkan kontraksi yang makin kuat. Untuk melakukan terapi pada penderita trismus lebih

efisien dilakukan dengan melakukan gerakan yang halus dan perlahan.

Patogenesis lainya adalah gangguan pada temporomandibular joint. Sebagaimana sendi-sendi

lainnya di dalam tubuh, temporomandibular joint merupakan tempat yang sering mengalami

artritis maupun penyakit degenerasi sendi. Pada regio ini juga sering terjadi trauma yang

menimbulkan hemartrosis, dislokasi, fraktur prosessus condylaris dan disini juga terdapat diskus

intraartikularis, maka fungsi sendi bisa berjalan dengan baik bila terdapat keserasian antara

unsur-unsur tulang dan diskus dari sendi. Pergerakan yang harmonis antara sendi bilateral juga

penting untuk berfungsinya mandibula secara normal. Dengan kata lain gangguan pada tempat

tersebut akan dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam membuka mulut atau rahang

disamping rasa nyeri yang timbul saat melakukan gerakan.

Pada tetanus mekanisme terjadinya kekakuan pada otot terjadi akibat tetanospasmin yang

menyebar ke SSP melalui 2 mekanisme:

1. Adsorbsi melalui moineural junction

2. Melalui ruang di jaringan limfatik, darah dan SSP.

Page 7: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

Toksin ini akan menekan proses inhibisi motor neuron dan interneuron. Toksin juga akan

mempengaruhi transmisi pada mioneural junction.

ORO-CRANIOFACIAL

Sistem Persyarafan

Nervus Trigemenus merupakan saraf cranial terbesar. Nervus ini disebut nervus trigeminus,

karena mempunyai tiga cabang yaitu n.optalmikus, n. maksilaris, dan n.mandibularis. Nervus

trigeminus mengandung baik serabut sensoris maupun serabut metoris. Cabang-cabang tepinya

membawa serabut parasimpatis dari nuc. Ediger westphal, nuc. Nervus intermedius dan nuc.

Nervus glossophary ngeus di satu pihak dan serabut orthorasimpatis dari pihak lain.

Serabut-serabut Nervus Trigeminus :

General somatik aferente (GSA).

- Ekteroseptif raba dan diskriminasi dengan badan sel di ganglion trigminale dan berakhir di inti

pontis nervi trigmini/ nuc. Pricipalis nervus trigminus.

- Ekteroseptif nyeri dan suhu dengan badan sel di ganglion trigminale gasseri dan berakhir di

nuc. Spinalis nervus trigeminus.

- Propioseptif, rasa tekan dalam dan kinesia dengan badan sel di ganglion trigminale gasseri dan

berakhir di nuc. Masencephalic nervus trigminus.

Special Visceral Efferente (SVE).

- Menginervasi otot yang berasal dari arkus brakhialis I dengan badan sel di nuc. Motoris nervus

trigeminus yang terletak di tegmentum pontis, disebelah ventromedial bracium konjunctivum.

Serabut motoris keluar dari sisi lateral pons (portiominor) yang mengikuti cabang ketiga N. V

NUCLEUS-NUCLEUS N.TRIGEMINUS :

Nucleus sensoris

Messencephalic Nucleus

Merupakan pita sel-sel unipolar yang terletak di samping akuaductus dan batas rostal dari

ventrikel IV. Processus-processus perifirnya memberi serabut-serabut sensori untuk muscle,

spindless, sedangkan processus centralnya berjalan dalam tiga arah yaitu ke supratrigeminal

nucleus, cerebellum dan, talangus kontralatral.

Page 8: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

Pontis Nucleus

Menerima informasi taktil dari kulit wajah. Nucleus ini merupakan persamaan dari Nuc. Gracilis

dan cuneatus di medulla dan terutama memproekksikan ke lemniscus tregminal kontralatral.

Spinal nucleus

Terletak di sepanjang modulla oblongata dan dibagi dalam tiga bagian yaitu : pars oralis, pars

intropolaris dan pars caudalis.

Nucleus Motoris

Nuc. Motoris nervus trigeminus yang terletak di tegmentum pontis, di sebelah ventromedial

bracium konjunctivum. Serabut motoris keluar dari sisi lateral pons (patriominor) yang

mengikuti cabang ketiga N.V.

Ganglion Trigeminale

Gamglion semilunare Gasseri terletak dalam cavum trigminale, bagian durameter yang menutupi

impressio trigminale, sebelah anterior pars petrosaos temoralis. Ganglion ini berbentuk bulan

sabit dengan konveksitasnya menghadap ke depan lateral, permukaannya ditutupi oleh anyaman

serabut saraf.

Pars petrosa acatoris interna terdapat di sebelah depan medial dan dibatasi oleh lempeng tulang

tipis. Di sebelah inferiornya terdapat radiks motoris n.petrosus major, apek pars petrosa os

temporalis dan foramen lacerum.

Ganglioan ini menerima serabut simpatis dari pleksus carotikus internus dan memberikan

percabangan ke tentorum cerebelli.

Cabang-cabang N.trigminus berhubungan erat dengan empat ganglion parasimpatis di kepala,

namun saraf ini tidak mengandung serabut parasimpatis. Ganglion Semilunare Gasseri

mempunyai kemampuan untuk mengadakan modulasi impuls-impuls afferan.

N.trigminus muncul di fossa posterior, namun ganglionnya terletak di fossa media. Badan sel di

ganglion Gasseri tersusun secara somatotropik dari medial ke lateral, sel-sel untuk N.V1 terletak

di anteromedial, N.V3 di posterolateral, sedangkan N.V2 diantaranya.

Cabang-cabang N.Trigeminus :

Nervus Opthalmicus

Saraf ini merupakan cabang pertama bersifat sensoris yang pempersarafi bulbus, glandula

lacrimalis, conjuntiva, mukasovakum nasi, kulit hidung, palpebra, dahi, kulit kepala.

Page 9: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

Membentang ke ventral didinding sinus lateral cavernosus dibawah n.okulamotorius dan

troghlearis. Menerima serabut simpatis dari pleksus corotikus internus serta memberikan cabang

romus tentorii/ meningeus. Sebelum memasuki fissura orbitaris.

Superior bercabang menjadi :

1. n.lakrimalis; cabang terkecilmemasuki orbita melalui tepi lateral fissura orbitalis superior,

membentang pada tepi atas m.rectus lateralis bersama-sama a.lakrimalis. Menerima

r.zygomatikus n.maksilaris mengandung serabut sekretori untuk glandula lakrimalis.

2. N.frontalis; memasuki rongga orbita melalui bagian FOS terletak diatas otot dan membentang

diantara m.levator palpebra superior dan peiosteum. Pada pertengahan orbita bercabang dua

menjadi n.supratroclearis dan n.supraorbitalis.

3. N.nasosiliaris; masuk orbita melalui bagian medial FOS, menyilang n.optikus menuju dinding

medial orbita dan selanjutnya sebagai n.ethmoidalis anterior, masuk kedalam cavum cranii

melalui foremen ethmoidalis anterior, berjalan diatas lamina kribosa dan turun ke cavum nasi

melalui celah disisi crista gali. N.nasosiliaris menerima r.komunikan ganglion siliaris dan

mempercabangkan n.siliaris longus, n.infratrochlearis dan n.ethmoidalis posterior.

Nervus Maksilaris

Dari ganglion trigeminal divisi ini berjalan kedepan pada dinding lateral sinus cavernosus

dibawah N.VI, dan meninggalkan fossa crani melalui foramen rotundum dan memasuki bagian

superior dari fossa pterygopalatina.

Sesudah memutari sisi lateral processus orbitalis dari os platina, memasuki orbital melalui fissura

orbitalis inferior. Berjalan kedepan pada sulcus infraorbitali pada orbital floor dan berubah nama

menjadi n.infraobita. selanjutnya memasuki canalis dan keluar pada pipi melalui foramen

infraorbitalis untuk mempersarafi kulit palpebra inferior, kulit sisi hidung dan pipi, bibir atas dan

mucosa bibir atas dan pipi.

Cabang-cabang N.maksilaris :

- Pada fossa crani media : cabang meningeal.

- Pada fossa pterygopalatina :

Cabang langsung :

- Cabang keganglion pterygopalatina

Page 10: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

- N.zygomatikus

- N.alveolaris superrior posterior

Cabang tidak langsung melalui gang lion pterygopalatina :

- Cabang nasal

- Cabang platina

- Cabang pharyngeal

Pada canalis infraorbitalis :

- N.alveolaris superior media

- N.alveolaris superior anterior

Pada wajah:

- Cabang palpebra

- Cabang nasal

- Cabang labia

Nervus mandibularis

Divisi ini merupakan divesi yang terbesar. Dibentuk pada fossa infratempolar tepat dibawah

foramen ovale oleh gabungan motor root N.V dengan sensory root V3. Nervus ini segera

mempercabangkan dua cabang kecil : cabang meningea (n.spinosus ) dan nervus untuk

m.pterygoid media, kemudian terbagi dua menjadi divisi anterior dan posterior . dari divisi

posterior keluar N.buccalis dan nervus untuk M.masetter, m.pterygoid lateral dan dua dee

tempotal nervus. Nervus spinosus melewati foramen spinosus untuk mencapai dasar fossa crani

media untuk mempersarafi durameter pada fossa anterior dan media serta membran mucosa

cellulae mastoid.

Page 11: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

Nervus facialis

Nervus facialis sebenarnya terdiri dari serabut motorik, tetapi dalam perjalananya ke tepi

nervuls intermedius menggabungkan padanya. Nervus intermedius tersusun oleh serabut

sekretomotorik untuk glandula salivatorius dan serabut yang menghantarkan impuls pengecap

dari 2/3 bagian deran lidah.

Nervus facialis merupakan saraf cranial yang mempersarafi otot ekspressi wajah dan

menerima sensorik dari lidah, dalam perjalanannya bekerja sama dengan nervus karnialis yang

lain, karena itu dimasukkan ke dalam mix cranial nerve.

Anatomi

Nervus Pacialis mempunyai empat buah inti yaitu :

• Nukleus Facialis untuk saraf Somatomotoris

• Nukleus Salivatorius Superior untuk saraf Viseromotoris

• Nukleus Solitarius Untuk saraf Viserosensoris

• NukleuS Sensoris Trigeminus untuk saraf Somatosensoris

Inti moturik Nervus Facialis terletak pada bagian ventolateral tegmentum Pons bagian

bawah. Dari sini berjalan kebelakang dan mengelilingi inti N VI dan membentuk genu internal

nervus facialis, kemudian berjalan ke bagian-lateral batas kaudal pons pada sudut ponto

serebelar.

Saraf Inter Medius terletak pada bagian diantara N VII dan N VIII.

Serabut motorik saraf Facialis bersama-sama dengan saraf intermedius dan saraf

vestibulokoklearis memasuki meatus akustikus internus untuk meneruskan perjalanannya

didalam os petrosus (kanalis facialis).

Nernus Facialis keluar dari os petrosus kembali dan tiba dikavum timpani. Kemudian

turun dan sedikit membelok kebelakang dan keluar dari tulang tengkorak melalui foramen

stilomatoideus. Pada waktu ia turun ke bawah dan membelok ke belakang kavum timpani di situ

ia tergabung dengan ganglion genikulatum. Ganglion tersebut merupakan set induk dari serabut

penghantar impuls pengecap, yang dinamakan korda timpani. juluran sel-sel tersebut yang

menuju ke batang otak adalah nervus intennedius, disamping itu ganglion tersebut memberikan

cabang-cabang kepada ganglion lain yang menghantarkan impuls sekretomotorik. Os petrosus

yang mengandung nervus fasialis dinamakan akuaduktus fallopii atau kanalis facialis. Disitu

nervus facialis memberikan. Cabang untuk muskulus stapedius dan lebih jauh sedikit ia

Page 12: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

menerima serabut-serabut korda timpani. Melalui kanaliskulus anterior ia keluar dari tulang

tengkorak dan tiba di bawah muskulus pterigoideus eksternus, korda timpani menggabungkan

diri pada nervus lingualis yang merupakan cabang dari nevus mandibularis.

Sebagai saraf motorik nervus facialis keluar dari foramen stilomastoideus memberikan

Cabang yakni nervus auricularis posterior dan kemudian memberikan cabang ke otot

stilomastoideus sebelum masuk ke glandula Parotis. Di dalam

©2004 Digitized by USU digital library 1

Page 13: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

glatldula parotis nervus facialis dibagi atas lima jalur percabangannya yakni temporal,

servical, bukal, zygomatic dan marginal mandibularis.

Jaras parasimpatis (General Viceral Efferant) dari intinya di nucleus salivatorius superior setelah

mengikuti jaras N VII berjalan melalui Greater petrosal nerve dan chorda Tympatni.

• Greater petrosal nerve berjalan ke ganglion pterygopalatina berganti neuron lalu

mempersarafi glandula lakrimal, nasal dan palatal.

• Chorda tympani berjalan melalui nervus lingualis berganti neuron mempersarafi glandula

sublingual dan glatldula submandibular.

Jaras Special Afferent ( Taste) : dari intinya nukeus solitarius berjalan melalui nervus

intennedius ke :

• Greater petrosal Nerve melalui nervus palatina mempersarafi taste dari palatum.

• Chorda Tympani melalui nervus lingualis mempersarafi taste 2/3 bagian depan lidah.

Jaras General Somatik different :

Nukleus spinalis traktus trigeminal menerima impuls melalui nervus intermedius dari MAE dan

kulit sekitar telinga.

Korteks serebri akan memberikan persaratan bilateral pada nucleus N VII yang mengontrol otot

dahi, tetapi hanya mernberi persarafan kontra lateral pada otot wajah bagian bawah. Sehingga

pada lesi LMN akan menimbulkan paralysis otot wajah ipsilateral bagian atas bawah, sedangkan

pada lesi LMN akan menimbulkan kelemahan otot wajah sisi kontta lateral.

Pada kerusakan sebab apapun di jaras kortikobulbar atau bagian bawah korteks motorik primer,

otot wajah muka sisi kontralateral akan memperlihatkan kelumpuhan jenis UMN. Ini berarti otot

wajah bagian bawah lebih jelas lumpuh dari pada bagian atasnya, sudut mulut sisi yang lumpuh

tampak lebih rendah. Jika kedua sudut mulut disuruh diangkat maka sudut mulut yang sehat saja

yang dapat terangkat.

Lesi LMN : bisa terletak di pons, disudut serebelo pontin, di os petrusus, cavum tympani di

foramen stilemastoideus dan pada cabang-cabang tepi nervus facialis. Lesi di pon yang terletak

disekitar ini nervus abducens bisa merusak akar nevus facialis, inti nervus abducens dan

fasikulus longitudinalis medialis. Karena itu paralysis facialis LMN tersebut akan disertai

kelumpuhan rektus lateris atau gerakan melirik ke arah lesi, Proses patologi di sekitar meatus

Page 14: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

akuatikus intemus akan melibatkan nervus facialis dan akustikus sehingga paralysis facialis

LMN akan timbul berbarengan dengan tuli perseptif ipsilateral dan ageusia ( tidak bisa

rnengecap dengan 2/3 bagian depan lidah).

Page 15: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1
Page 16: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

SISTEM OTOT WAJAH

Otot-otot wajah yang berhubungan dengan scenario ini antara lain :

Page 17: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

Otot Pengunyah, musculi masticatorii antara lain :

1. M.Masetter

Origo : Arcus Zygomaticus

Insertio : Perm. Lateral mandibula dari incisura-angulus

Fungsi : Menutup mulut

2. M.Temporalis

Origo : os. Temporal, pars squamosa, facies temporalis (bagian sebelah bawah linea

temporalis inferior)

Insertio : Perm. Medial dari processus coronoideus mandibula sampai ke dasar

Fungsi : Menutup mulut, serta tarikan balik rahang bawah

3. M.Pterygoideus Lateralis

Origo : Kepala (caput) utama : perm. sisi lamina lateralis

Kepala tambahan facies temporalis

Insertio : Fovea pterygoidea, discus articulatio temporomandibularis

Fungsi : Memajukan mandibula dan menggerakkan kaput mandibula, membuka mulut

4. M.Pterygoideus Medialis

Origo : Fossa pterygoidea. Dari lammalateralis prosses pterygoideus

Insertio : Perm. Medial dari angulus mandibula

Fungsi : Membantu menutup mulut

Otot-otot wajah, musculi faciales antara lain :

1. M.Orbicularis Oris

Origo : Pars marginalis, pars labialis

Insertio : Celah mulut

Fungsi : Menekan bibir bersama-sama

Page 18: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

2.M.Buccinator

Origo : Corpus mandibula, maxilla, ujung belakang processus alveolaris

Insertio: Sudut mulut

Fungsi : Mempersempit bagian depan rongga mulut, menekan udara ke luar, penting

fungsinya pada saat mengunyah

3. M.Procerus

Origo : Os.Nasale

Insertio: Kulit antara dua (2) alis

Fungsi : Mengerutkan kulit hidung

Page 19: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

TEMPOROMANDIBULAR

Anatomi Temporomandibular Joint

 Temporomandibular joint ( TMJ ) adalah persendiaan dari kondilus mandibula dengan

fossa gleinodalis dari tulang temporal. Temporomandibula merupakan sendi yang bertanggung

jawab terhadap pergerakan membuka dan menutup rahang mengunyah dan berbicara yang

letaknya dibawah depan telinga.

Sendi temporomandibula merupakan satu-satunya sendi di kepala, sehingga bila terjadi

sesuatu pada salah satu sendi ini, maka seseorang mengalami masalah yang serius. Masalah

tersebut berupa nyeri saat membuka, menutup mulut, makan, mengunyah, berbicara, bahkan

dapat menyebabkan mulut terkunci. Kelainan sendi temporomandibula disebut dengan disfungsi

temporomandibular. Salah satu gejala kelainan ini munculnya bunyi saat rahang membuka dan

menutup. Bunyi ini disebut dengan clicking yang seringkali, tidak disertai nyeri sehingga pasien

tidak menyadari adanya kelainan sendi temporomandibular. Bunyi hanya dapat didengar oleh

penderita, namun pada beberapa kasus, bunyi tersebut menjadi cukup keras sehingga dapat

didengar oleh orang lain. Bunyi tersebut dideskripsikan penderita sebagai suara yang berbunyi

'klik'. Di antara fossa dan kondil terdapat diskus yang berfungsi sebagai penyerap tekanan dan

mencegah tulang saling bergesekan ketika rahang bergerak. Bila diskus ini mengalami dislokasi,

dapat menyebabkan timbulnya bunyi saat rahang bergerak. Penyebab dislokasi bisa trauma,

kontak oklusi gigi posterior yang tidak baik atau tidak ada, dan bisa sajakarena gangguan tumbuh

kembang rahang dan tulang fasial. Kondisi seperti ini dapat juga menyebabkan sakit kepala,

nyeri wajah dan teliga. Jika dibiarkan tidak dirawat,dapat menyebabkan rahang terkunci.Pada

beberapa orang, terdapat pebedaan posisi salah satu atau kedua senditemporomandibula ketika

beroklusi. Hal ini sering sekali terjadi pada pasien yang kehilangan gigi posteriornya. Kepala

kondil (berwarna biru) bisa saja mengalami penekanan terlalu keraas terhadap fossa (berwarna

hijau), dan menyebabkan kartilagodiskusi rusak (berwarna merah). Kemudian akan menarik

ligamen terlalu kuat (berwarnakuning). Hal ini menunjukkan, bila oklusi terlalu kuat, akan

menyebabkan stress pada kedua sendi rahang. Setiap kali terdapat kelainan posisi rahang yang

disertai dengan tekanan berlebihan pada sendi dan berkepanjangan atau terus menerus, dapat

menyebabkan diskus (meniskus) robek dan mengalami dislokasi berada didepan kondil. Dalam

keadaan seperti ini, gerakan membuka mulut menyebabkan kondil bergerak ke depan dan

mendesak diskus didepannya. Jika hal ini berkelanjutan, kondil bisa saja melompati diskus dan

Page 20: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

benturan dengan tulang sehingga menyebabkan bunyi berupa kliking. Ini juga dapat terjadi pada

gerakan sebaliknya. Seringkali, bunyi ini tidak disertai nyeri sehingga pasien tidak menyadari

bahwa bunyi tersebut merupakan gejala suatu kelainan sendi temporomandibular  

Susunan anatomi normal dari Temporomandibula joint ini dibentuk oleh bagian ± bagian:

1. Fossa glenoidalis

2. Prosesus kondiloideus

3. Ligamen

4. Rongga Synovial

5. Diskus artikularis

 

1. Fossa Glenoidalis atau fossa mandibularis dari tulang temporal. Bagian anterior berhubungan dengan

eminensia artikularis, merupakan artikulasi dari fossa glenoidalis. Bagian posterior darifossa glenoidalis

merupakan dataran tympani dari tulang temporal

2. Prosesus kondiloideus dari tulang mandibula. Merupakan tulang yang berbentuk elips yangmempunyai kepala

dan leher

.3. Ligamen.

Fungsi dari ligamen yang membentuk Temporomandibula joint ini adalah sebagaialat untuk menghubungkan

tulang temporal dengan prosesus kondiloideus dari tulang mandibulaserta membatasi gerak mandibula

membuka, menutup mulut, pergerakan ke samping, dangerakan lain. Ligament yang menyusun

temporomandibula joint terdiri dari :

Page 21: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

a. Ligamen temporo mandibular

b. Ligamen spheno mandibular

c. Liga menstylo mandibular 

4. Rongga Synovial. Terdiri dari dua bagian yaitu bagian superior dan bagian inferior.

Fungsi dari rongga synovial ini adalah menghasilkan cairan pelumas yang berguna

untuk  pergerakan sendi.

 

5. Diskus Artikularis. Merupakan tulang fibro kartilago di dalam persendiantemporomandibular

yang terletak di antara prosesus kondiloideus dan fossa glenoidalis. Diskus Artikularis ini

merupakan bantalan tulang rawan yang tidak dapat menahan sinar x sahingga gambarannya

radiolusen

Berdasarkan hasil penelitian elektromiografi, gerak mandibula dalam hubungannya

dengan rahang atas dapat diklasifikasikan sebagai berikut yaitu :

1. Gerak membuka

2. Gerak menutup

3. Protrusi

Page 22: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

4. Retusi

5. Gerak lateral

1. Gerak membuka

Seperti sudah diperkirakan, gerak membuka maksimal umumnya lebih kecil daripada

kekuatan gigitan maksimal (menutup). Muskulus pterygoideus lateralis berfungsi menarik

prosessus kondiloideus ke depan menuju eminensia artikularis. Pada saat bersamaan, serabut

posterior muskulus temporalis harus relaks dan keadaan ini akan diikuti dengan relaksasi

muskulus masseter, serabut anterior muskulus temporalis dan muskulus pterygoideus medialis

yang berlangsung cepat dan lancar. Keadaan ini akan memungkinkan mandibula berotasi di

sekitar sumbu horizontal, sehingga prosessus kondilus akan bergerak ke depan sedangkan

angulus mandibula bergerak ke belakang. Dagu akan terdepresi, keadaan ini berlangsung dengan

dibantu gerak membuka yang kuat dari muskulus digastricus, muskulus geniohyoideus dan

muskulus mylohyoideus yang berkontraksi terhadap os hyoideum yang relatif stabil, ditahan

pada tempatnya oleh muskulus infrahyoidei.

Sumbu tempat berotasinya mandibula tidak dapat tetap stabil selama gerak membuka,

namun akan bergerak ke bawah dan ke depan di sepanjang garis yang ditarik (pada keadaan

istirahat) dari prosessus kondiloideus ke orifisum canalis mandibularis.

2. Gerak menutup

Penggerak utama adalah muskulus masseter, muskulus temporalis, dan muskulus

pterygoideus medialis. Rahang dapat menutup pada berbagai posisi, dari menutup pada posisi

protrusi penuh sampai menutup pada keadaan prosesus kondiloideus berada pada posisi paling

posterior dalam fosa glenoidalis. Gerak menutup pada posisi protrusi memerlukan kontraksi

muskulus pterygoideus lateralis, yang dibantu oleh muskulus pterygoideus medialis. Caput

mandibula akan tetap pada posisi ke depan pada eminensia artikularis. Pada gerak menutup

retrusi, serabut posterior muskulus temporalis akan bekerja bersama dengan muskulus masseter

untuk mengembalikan prosesus kondiloideus ke dalam fosa glenoidalis, sehingga gigi geligi

dapat saling berkontak pada oklusi normal.

Pada gerak menutup cavum oris, kekuatan yang dikeluarkan otot pengunyahan akan

diteruskan terutama melalui gigi geligi ke rangka wajah bagian atas. Muskulus pterygoideus

Page 23: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

lateralis dan serabut posterior muskulus temporalis cenderung menghilangkan tekanan dari caput

mandibula pada saat otot-otot ini berkontraksi, yaitu dengan sedikit mendepresi caput selama

gigi geligi menggeretak. Keadaan ini berhubungan dengan fakta bahwa sumbu rotasi mandibula

akan melintas di sekitar ramus, di daerah manapun di dekat orifisum canalis mandibular.

Walaupun demikian masih diperdebatkan tentang apakah articulatio temporomandibula

merupakan sendi yang tahan terhadap stres atau tidak. Hasil-hasil penelitian mutakhir dengan

menggunakan model fotoelastik dan dengan cahaya polarisasi pada berbagai kondisi beban

menunjukkan bahwa artikulasio ini langsung berperan dalam mekanisme stress.

3. Protrusi

Pada kasus protrusi bilateral, kedua prosesus kondiloideus bergerak ke depan dan ke

bawah pada eminensia artikularis dan gigi geligi akan tetap pada kontak meluncur yang tertutup.

Penggerak utama pada keadaan ini adalah muskulus pterygoideus lateralis dibantu oleh muskulus

pterygoideus medialis. Serabut posterior muskulus temporalis merupakan antagonis dari

kontraksi muskulus pterygoideus lateralis. Muskulus masseter, muskulus pterygoideus medialis

dan serabut anterior muskulus temporalis akan berupaya mempertahankan tonus kontraksi untuk

mencegah gerak rotasi dari mandibula yang akan memisahkan gigi geligi. Kontraksi muskulus

pterygoideus lateralis juga akan menarik discus artikularis ke bawah dan ke depan menuju

eminensia artikularis. Daerah perlekatan fibroelastik posterior dari diskus ke fissura

tympanosquamosa dan ligamen capsularis akan berfungsi membatasi kisaran gerak protrusi ini.

4. Retrusi

Selama pergerakan, kaput mandibula bersama dengan discus artikularisnya akan

meluncur ke arah fosa mandibularis melalui kontraksi serabut posterior muskulus temporalis.

Muskulus pterygoideus lateralis adalah otot antagonis dan akan relaks pada keadaan tersebut.

Otot-otot pengunyahan lainnya akan berfungsi mempertahankan tonus kontraksi dan menjaga

agar gigi geligi tetap pada kontak meluncur. Elastisitas bagian posterior discus articularis dan

capsula articulatio temporomandibularis akan dapat menahan agar diskus tetap berada pada

hubungan yang tepat terhadap caput mandibula ketika prosesus kondiloideus bergerak ke

belakang.

Page 24: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

5. Gerak lateral

Pada saat rahang digerakkan dari sisi yang satu ke sisi lainya untuk mendapat gerak

pengunyahan antara permukaan oklusal premolar dan molar, prosesus kondiloideus pada sisi

tujuan arah mandibula yang bergerak akan ditahan tetap pada posisi istirahat oleh serabut

posterior muskulus temporalis sedangkan tonus kontraksinya akan tetap dipertahankan oleh otot-

otot pengunyahan lain yang terdapat pada sisi tersebut. Pada sisi berlawanan prosesus

kondiloideus dan diskus artikularis akan terdorong ke depan ke eminensia artikularis melalui

kontraksi muskulus pterygoideus lateralis dan medialis, dalam hubungannya dengan relaksasi

serabut posterior muskulus temporalis. Jadi, gerak mandibula dari sisi satu ke sisi lain terbentuk

melalui kontraksi dan relaksasi otot-otot pengunyahan berlangsung bergantian, yang juga

berperan dalam gerak protrusi dan retrusi.

Pada gerak lateral, caput mandibula pada sisi ipsilateral, ke arah sisi gerakan, akan tetap

ditahan dalam fosa mandibularis. Pada saat bersamaan, caput mandibula dari sisi kontralateral

akan bergerak translasional ke depan. Mandibula akan berotasi pada bidang horizontal di sekitar

sumbu vertikal yang tidak melintas melalui caput yang ‘cekat’, tetapi melintas sedikit di

belakangnya. Akibatnya, caput ipsilateral akan bergerak sedikit ke lateral, dalam gerakan yang

dikenal sebagai gerak Bennett.

Selain menimbulkan pergerakan aktif, otot-otot pengunyahan juga mempunyai aksi

postural yang penting dalam mempertahankan posisi mandibula terhadap gaya gravitasi. Bila

mandibula berada pada posisi istirahat, gigi geligi tidak beroklusi dan akan terlihat adanya celah

atau freeway space diantara arkus dentalis superior dan inferior8.

Page 25: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

Otot otot pada mandibula

Perubahan posisi mandibula pada saat menutup dan membuka mulut

Page 26: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

METABOLISME

METABOLISME KARBOHIDRAT

Peristiwa yang dialami unsur-unsur makanan setelah dicerna dan diserap adalah

METABOLISME INTERMEDIAT. Jadi metabolisme intermediat mencakup suatu bidang luas

yang berupaya memahami bukan saja lintasan metabolik yang dialami oleh masing-masing

molekul, tetapi juga interelasi dan mekanisme yang mengatur arus metabolit melewati lintasan

tersebut.

Lintasan metabolisme dapat digolongkan menjadi 3 kategori:

1. Lintasan anabolik (penyatuan/pembentukan)

Ini merupakan lintasan yang digunakan pada sintesis senyawa pembentuk struktur dan mesin

tubuh. Salah satu contoh dari kategori ini adalah sintesis protein.

2. Lintasan katabolik (pemecahan)

Lintasan ini meliputi berbagai proses oksidasi yang melepaskan energi bebas, biasanya dalam

bentuk fosfat energi tinggi atau unsur ekuivalen pereduksi, seperti rantai respirasi dan fosforilasi

oksidatif.

3. Lintasan amfibolik (persimpangan)

Lintasan ini memiliki lebih dari satu fungsi dan terdapat pada persimpangan metabolisme

sehingga bekerja sebagai penghubung antara lintasan anabolik dan lintasan katabolik. Contoh

dari lintasan ini adalah siklus asam sitrat.

Terdapat beberapa jalur metabolisme karbohidrat baik yang tergolong sebagai katabolisme

maupun anabolisme, yaitu:

- Glikolisis

- oksidasi piruvat

- siklus asam sitrat

- Glikogenesis

Page 27: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

- glikogenolisis

- glukoneogenesis.

Secara ringkas, jalur-jalur metabolisme karbohidrat dijelaskan sebagai berikut:

1. Glukosa sebagai bahan bakar utama akan mengalami glikolisis (dipecah) menjadi 2 piruvat

jika tersedia oksigen. Dalam tahap ini dihasilkan energi berupa ATP.

2. Selanjutnya masing-masing piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA. Dalam tahap ini dihasilkan

energi berupa ATP.

3. Asetil KoA akan masuk ke jalur persimpangan yaitu siklus asam sitrat. Dalam tahap ini

dihasilkan energi berupa ATP.

4. Jika sumber glukosa berlebihan, melebihi kebutuhan energi kita maka glukosa tidak dipecah,

melainkan akan dirangkai menjadi polimer glukosa (disebut glikogen). Glikogen ini disimpan di

hati dan otot sebagai cadangan energi jangka pendek. Jika kapasitas penyimpanan glikogen

sudah penuh, maka karbohidrat harus dikonversi menjadi jaringan lipid sebagai cadangan energi

jangka panjang.

5. Jika terjadi kekurangan glukosa dari diet sebagai sumber energi, maka glikogen dipecah

menjadi glukosa. Selanjutnya glukosa mengalami glikolisis, diikuti dengan oksidasi piruvat

sampai dengan siklus asam sitrat.

6. Jika glukosa dari diet tak tersedia dan cadangan glikogenpun juga habis, maka sumber energi

non karbohidrat yaitu lipid dan protein harus digunakan. Jalur ini dinamakan glukoneogenesis

(pembentukan glukosa baru) karena dianggap lipid dan protein harus diubah menjadi glukosa

baru yang selanjutnya mengalami katabolisme untuk memperoleh energi.

1. Glikolisis

Glikolisis berlangsung di dalam sitosol semua sel. Lintasan katabolisme ini adalah proses

pemecahan glukosa menjadi:

1. asam piruvat, pada suasana aerob (tersedia oksigen)

2. asam laktat, pada suasana anaerob (tidak tersedia oksigen)

Page 28: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

Glikolisis adalah pemecahan glukosa menjadi asam piruvat atau asam laktat. Jalur ini teru-tama

terjadi dalam otot bergaris, yang dimaksudkan untuk menghasilkan energi (ATP). Apabila

glikolisis terjadi dalam suasana anaerobik maka akan berakhir dengan asam laktat, dan mengha-

silkan dua ATP, apabila dalam keadaan aerobik berakhir menjadi asam piruvat dengan 8 ATP.

Glikolisis merupakan jalur utama metabolisme glukosa agar terbentuk asam piruvat, dan

selanjutnya asetil-KoA untuk dioksidasi dalam siklus asam sitrat (Siklus Kreb’s). Selain itu

glikolisis juga menjadi lintasan utama metabolisme fruktosa dan galaktosa.

Keseluruhan persamaan reaksi

untuk glikolisis yang

menghasilkan laktat adalah:

Glukosa + 2ADP

+2Pi → 2L(+)-Laktat +2ATP

+2H2O

Lintasan detail glikolisis (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)

Page 29: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

2. Oksidasi piruvat

Dalam jalur ini, piruvat dioksidasi (dekarboksilasi oksidatif) menjadi Asetil-KoA, yang

terjadi di dalam mitokondria sel. Reaksi ini dikatalisir oleh berbagai enzim yang berbeda yang

bekerja secara berurutan di dalam suatu kompleks multienzim yang berkaitan dengan membran

interna mitokondria. Secara kolektif, enzim tersebut diberi nama kompleks piruvat

dehidrogenase dan analog dengan kompleks -keto glutarat dehidrogenase pada siklus asam

sitrat.

Jalur ini merupakan penghubung antara glikolisis dengan siklus Kreb’s. Jalur ini juga

merupakan konversi glukosa menjadi asam lemak dan lemak dan sebaliknya dari senyawa non

karbohidrat menjadi karbohidrat.

Rangkaian reaksi kimia yang terjadi dalam lintasan oksidasi piruvat adalah sebagai berikut:

1. Dengan adanya TDP (thiamine diphosphate), piruvat didekarboksilasi menjadi

derivate hidroksietil tiamin difosfat terikat enzim oleh komponen kompleks enzim piruvat

dehidrogenase. Produk sisa yang dihasilkan adalah CO2.

2. Hidroksietil tiamin difosfat akan bertemu dengan lipoamid teroksidasi, suatu kelompok

prostetik dihidroksilipoil transasetilase untuk membentuk asetil lipoamid,selanjutnya TDP

lepas.

3. Selanjutnya dengan adanya KoA-SH, asetil lipoamid akan diubah menjadi asetil KoA,

dengan hasil sampingan berupa lipoamid tereduksi.

4. Siklus ini selesai jika lipoamid tereduksi direoksidasi oleh flavoprotein, yang menganung

FAD, pada kehadiran dihidrolipoil dehidrogenase. Akhirnya flavoprotein tereduksi ini

dioksidasi oleh NAD+, yang akhirnya memindahkan ekuivalen pereduksi kepada rantai

respirasi.

Piruvat + NAD+ + KoA → Asetil KoA + NADH + H+ + CO2

Page 30: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

3. Siklus asam sitrat

Siklus ini juga sering disebut sebagai siklus Kreb’s dan siklus asam trikarboksilat dan

berlangsung di dalam mitokondria. Siklus asam sitrat merupakan jalur bersama oksidasi

karbohidrat, lipid dan protein.

Siklus asam sitrat merupakan rangkaian reaksi yang menyebabkan katabolisme asetil KoA,

dengan membebaskan sejumlah ekuivalen hidrogen yang pada oksidasi menyebabkan pelepasan

dan penangkapan sebagaian besar energi yang tersedia dari bahan baker jaringan, dalam bentuk

ATP. Residu asetil ini berada dalam bentuk asetil-KoA (CH3-CO → KoA, asetat aktif), suatu

ester koenzim A. Ko-A mengandung vitamin asam pantotenat.

Fungsi utama siklus asam sitrat adalah sebagai lintasan akhir bersama untuk oksidasi

karbohidrat, lipid dan protein. Hal ini terjadi karena glukosa, asam lemak dan banyak asam

amino dimetabolisir menjadi asetil KoA atau intermediat yang ada dalam siklus tersebut.

Page 31: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

Siklus asam sitrat sebagai jalur bersama metabolisme karbohidrat, lipid dan protein

(dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)

4. Glikogenesis

Tahap pertama metabolisme karbohidrat adalah pemecahan glukosa (glikolisis) menjadi piruvat.

Selanjutnya piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA. Akhirnya asetil KoA masuk ke dalam

rangkaian siklus asam sitrat untuk dikatabolisir menjadi energi. Proses di atas terjadi jika kita

membutuhkan energi untuk aktifitas, misalnya berpikir, mencerna makanan, bekerja dan

sebagainya. Jika kita memiliki glukosa melampaui kebutuhan energi, maka kelebihan glukosa

yang ada akan disimpan dalam bentuk glikogen. Proses anabolisme ini dinamakan glikogenesis.

Page 32: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

Glikogen merupakan bentuk simpanan karbohidrat yang utama di dalam tubuh dan analog

dengan amilum pada tumbuhan. Unsur ini terutama terdapat didalam hati (sampai 6%), otot

jarang melampaui jumlah 1%. Akan tetapi karena massa otot jauh lebih besar daripada hati,

maka besarnya simpanan glikogen di otot bisa mencapai tiga sampai empat kali lebih banyak.

Seperti amilum, glikogen merupakan polimer µ-D-Glukosa yang bercabang. Glikogen otot

berfungsi sebagai sumber heksosa yang tersedia dengan mudah untuk proses glikolisis di dalam

otot itu sendiri. Sedangkan glikogen hati sangat berhubungan dengan simpanan dan pengiriman

heksosa keluar untuk mempertahankan kadar glukosa darah,khususnya pada saat di antara waktu

makan. Setelah 12-18 jam puasa, hampir semua simpanan glikogen hati terkuras habis. Tetapi

glikogen otot hanya terkuras secara bermakna setelah seseorang melakukan olahraga yang berat

dan lama.

5. Glikogenolisis

Jika glukosa dari diet tidak dapat mencukupi kebutuhan, maka glikogen harus dipecah untuk

mendapatkan glukosa sebagai sumber energi. Proses ini dinamakan glikogenolisis.

Glikogenolisis seakan-akan kebalikan dari glikogenesis, akan tetapi sebenarnya tidak demikian.

Untuk memutuskan ikatan glukosa satu demi satu dari glikogen diperlukan enzim fosforilase.

Enzim ini spesifik untuk proses fosforolisis rangkaian 14 glikogen untuk

menghasilkan glukosa 1-fosfat. Residu glukosil terminal pada rantai paling luar molekul

glikogen dibuang secara berurutan sampai kurang lebih ada 4 buah residu glukosa yang tersisa

pada tiap sisi cabang 1→6.

(C6)n + Pi → (C6)n-1 + Glukosa 1-fosfat

Glikogen Glikogen

Pada saat seseorang berpuasa atau sedang melakukan aktivitas (latihan olahraga,bekerja) yang

berlebihan akan menyebabkan turunnya kadar glukosa darah menjadi 60 mg/100ml darah.

Keadaan ini (kadar gula darah turun) akan memacu hati untuk membebaskan glukosa dari

pemecahan glikogen yang disebut proses glikogenolysis. Glikogenolysis dirangsang oleh hormon

glukagon dan adrenalin.

Page 33: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

Lintasan glikogenesis dan glikogenolisis (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)

6. Glukoneogenesis

Glukoneogenesis terjadi jika sumber energi dari karbohidrat tidak tersedia lagi. Maka tubuh

adalah menggunakan lemak sebagai sumber energi. Jika lemak juga tak tersedia, barulah

memecah protein untuk energi yang sesungguhnya protein berperan pokok sebagai pembangun

Page 34: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

tubuh. Jadi bisa disimpulkan bahwa glukoneogenesis adalah proses pembentukan glukosa

dari senyawa-senyawa non karbohidrat, bisa dari lipid maupun protein.

Secara ringkas, jalur glukoneogenesis dari bahan lipid maupun protein dijelaskan sebagai

berikut:

1. Lipid terpecah menjadi komponen penyusunnya yaitu asam lemak dan gliserol. Asam lemak

dapat dioksidasi menjadi asetil KoA. Selanjutnya asetil KoA masuk dalam siklus Kreb’s.

Sementara itu gliserol masuk dalam jalur glikolisis.

2. Untuk protein, asam-asam amino penyusunnya akan masuk ke dalam siklus Kreb’s.

Lemak

Pengertian

» Lemak adalah zat yang mengandung unsur karbon, hidrogen dan oksigen

Sifat sifat lemak

Lemak tersusun atas asam lemak dan gliserol

Lemak juga dapat berbentuk padat atau cairan kental,pada suhu kamar , bentuk lemak berupa

cairan dan ini dikenal sebagai minyak

Lemak tidak dapat larut dalam air, namun dapat laru dalam alkohol. Lemak juga dapat

melarutkan vitmin A, D, E dan K

Sumber Lemak

Lemak hewani terdapat pada mentega ,keju, kuning telur , minyak ikan dan mengandung banyak

kolesterol

Lemak nabati terdapat pada sayuran (margarin) minyak kelapa, minyak zaitun, minyak sawit

minyak jagungdan sebagainya.

Fungsi Lemak

Sebagai sumber energi utama

Page 35: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

Sebagai penyekat panas tubuh (lemak yang tersimpan dibawah jaringan kulit berfungsi juga

untuk menjaga temperatur tubuh pada permukaan kulit)

Menghalangi keluarnya air secara berlebihan dari pori pori kulit pada saat terjadi prose

pengeluaran keringat . karena ada cairan minyak pada jaringa permukaan kulit.

Lemak sebagai pelumas di antara persendian dan membantu pengeluaran sisa makanan

Lemak memberi kepuasan cita rasa, lemaklebih lambat dicerna sehingga menangguhkan rasa

lapar. Lemak meberi rasa keharuman yang lebih baik pada makanan.

Beberapa macam lipida berfungsi sebaga agen emulsi (misal =lesirin) akan membantu

mempermudah transpor substansi lemak keluar masuk melalui membran sel

Asam lemak berfungsi juga sebagai procursor (pendahulu) dari prostaglandin yang berperan

mengatur tekanan darah, denyut jantung dan lipolisis.

Metabolisme lemak

Lemak terlebuh dahulu dirombak menjadi gliserol dan asal lemak. Gliserol memasuki sel dan

diubah oleh enzim menjadi gliseraldehid-3-fosfat yang masuk dalam jalur glikolisis. Gliserl

kemudian dapat terlibat dalam siklus asam sitrat atau dapat dipakai dalam sintesis ulang glukos.

Asam lemak memasuki sel dan ditraspor menuju mitokondria oleh protein carrier. Dalam matriks

mitokondria, asam lemak diubah melalui proses oksidasi beta menjadi asetil koA yang kemudian

akan dimetabolisme melalui siklus asam sitrat.

1. Asam lemak terksidasi dalam rangkaian reaksi siklik. Proses ini disebut proses oksidasi

beta karena sebuah atom oksigen ditambahkan dalam karbon-beta pada rantai, yaitu pada

atom karbon kedua dari gugus karboksil.

2. Energi yang didapat dari penguraian lemak sangat tinggi, dengan perolehan bersih sekitar

135 sampai 145 molekul ATP dari molekul asam lemak berantai panjang yang biasa.

Badan keton. Molekul asetil dapat berkondensasi untuk membentuk asam asetoasetat yang diubah

menjadi asam hidroksilbutirat-beta dan aseton.Molekul molekul ini disebut badan badan keton.

1. Badan keton asalah produk normal oksidasi asam lemak. Kadar badan keton dalam darah

biasanya rendah karena sebagian besar jaringan kecuali hati dapat memetabolismenya

kembali menjadi asetil Koa secepat terbentuknya.

2. Jika laju katablisme tinggi dan banyak asetil KoA yang terbentuk maka hati akan

memproduksi dan melepas lebih banyak asetil Koa yang terentuk maka hati akan

memproduksi dan melepas lebih banyak keton dibandingka yang dapat diterima jaringan.

Keton yang berlebihan akan berakumulasi dalam aliran darah (ketosis). Pada kondisi

Page 36: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

ketosis yang parasidosis dan ph lebih rrendah yang terbentuk akan menyebabkan koma

dan kematian

Ada tiga alasan utama penurunan persediaan glkosa dan laju oksidasi lemak dan produksi keton

yang berlebihan

1. Kelaparan mengakibatkan oksidasi beta asam lemak berlebihan karena kurangnya

glukosa untuk energi

2. diet rendah karbohidrat , tinggi lemak meningkatkan kadar keton dalam darah karena tiak

ada jalur biokimia untuk mengubah lemak menjadi karbohidrat dan asam lemak menjadi

sumber energi

3. dalam diabetes melitus tidak terkontrol ,kekurangan insuli yang merangsang pemasukan

dan penyimpangan glukosa dalam sel tubuh , mengakibatka oksidasi asam lemak

berlebihan sebagai pengganti glikolisis

METABOLISME PROTEIN

Pengertian

Protein adalah senyawa terpenting penyusun sel hidup senyawa ini terdapat dalam semua

jaringan. Protein terbentuk dalam unsur karbon,hidrogen,nitrogen dan oksigen. Beberapa protein

mengandung unsur mineral seperti fosfor,sulfur,dan zat besi.

Molekul protein tersusun dari satuan-satuan unsur kimia yaitu : asam amino. Dalam molekul

protein, asam amino ini saling berhubungandengan suatu ikatan yang disebut ikatan peptida (CONH) 1

molekul protein terdiri dari 12-18 macam asam amino.

Klasifikasi Asam Amino

Asam Amino Esnsial

As.amino ini tidak dapat dibentuk oleh tubuh sendiri. As.amino ini sangat diperlukan tubuh dan

harus disuplai dalam bentuk jadi.

Asam Amino semi Esensial

Page 37: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

Beberapa as.amino dapat menghemat pemakaian beberapa as.amino essensial ,tetapi tidak

sempurna menggantikannya.

Asam Amino non-Esensial

Asam amino ini dapat disentesa tubuh sepanjang bahan dasarnya memenuhi bagi

pertumbuhannya.

Menurut macam Asam Amino yang membentuk

Protein sempurna

Protein yang mengandung asam amino lengkap baik macam maupun jumlah, sehingga dapat

menjamin perkembangan dan pertumbuhan jaringan yang ada.

Protein tidak sempurna

Protein yang tidak mengandung atau sangat sedikit as.amino esensial.

Protein kurag sempurna

Protein ini mengandung asam amino esensial yang lengkap, beberapa di antaranya hanya sedikit.

Protein ini tidak dapat menjamin pertumbuhan , tetapi dapat mempertahankan kehidupan jaringan

yang ada.

Mekanisme Protein

Protein dalam makanan sehari-hari hampir seluruhnya berasal dari dan sayuran. Perombakan

protein dalam mulut secara mekanik oleh gigi. Pencernaan secara enzimatik dimulai dari lambung,

protein dalam lambung akan mengalami denaturisasi oleh HCL sehingga protein tersebut relatif lebih

mudah dipengaruhi oleh Pepsin. Dalam lambung protein akan mengalami hidrolisis menjadi proteosa,

pepton, dan polipeptida dengan bobot molekul rendah yang dipengaruhi oleh pepsin.

Produk hidrolisis pepsin ini masuk kedalam usus halus dan akan dipengaruhi oleh enzim-enzim yag

dipengaruhi oleh sel epitel usus seperti aminopeptidase dan dipeptidase. Karboksi peptidase akan

memutus Ikatan peptida ujung rantai peptida yang terdapat gugus karboksil bebas. Sedangkan ujung

aminopeptidase akan memutus hubugan yang terdapat gugus amino bebas.

Hasil hidrolisis yang berupa dipeptida akan dipengaruhi menjadi as.amino. hasil akhirnya adalah

hampir semua protein diserap asam amino yang menghasilkan energi, kemudian hasil penyerapan

as.amino masuk ke dalam sistem vena porta dibawa kehati.

Page 38: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

Fungsi Protein

1. zat pembangun tubuh

2. mengganti sel-sel yang rusak

3. membantu mengatur tubuh mengeluarkan racun (detoksifikasi)

4. menyediakan energi bagi tubuh

5. menjaga keimbangan asam dan basa dalam tuuh

KELENJAR SALIVA

Page 39: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

KELENJAR SALIVA

Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang terdiri atas campuran sekresi dari

kelenjar ludah besar dan kecil yang pada mukosa oral

Setiap harinya saliva diekskresikan hingga 0.5-1.5 liter/hari

Komposisi yang terkandung dalam saliva adalah :

KOMPONEN ORGANIK 

 Saliva terdiri dari banyak komponen organik dengan fungsi berbeda, sepertireaksi enzimatis, pelapisan

permukaan jaringan, perlindungan terhadap jaringangigi dan kontrol pertumbuhan jaringan (Bradley, 1995).

Komponen saliva yangpaling utama adalah protein. Selain itu, terdapat komponen lain seperti asamlemak, lipid,

glukosa, asam amino, ureum dan amoniak. Protein yang secara kuantitatif penting adalah amilase, protein kaya

prolin, musin dan immunoglobulin

Komponen organik saliva adalah:

1) Amilase

 Amilase merupakan protein saliva konsentrasi tinggi. Amilase adalah enzimpencernaan yang terutama

diproduksi oleh kelenjar parotis dan submandibular. Amilase mengubah tepung kanji dari glikogen menjadi

kesatuan karbohidrat yang lebih kecil dan akibat pengaruh amilase,

polisakarida dapat dicerna dengan mudah

 

2) Immunoglobulin

 Immunoglobulin terlibat pada sistem penolakan fisik dan agen antibakteri.Immunoglobulin terdiri dari sebagian

besar IgA sekretorik (SIgA) dan sebagian kecil IgM dan IgG. Aktivitas antibakteri SIgA yang terdapat dalam

mukosa mulut bersifat mukus dan bersifat melekat dengan kuat, sehinggaantigen dalam bentuk bakteri dan virus

akan melekat erat dalam mukosa mulut yang kemudian dilumpuhkan oleh SIgA. Bakteri mulut yangdiselubungi

oleh SIgA lebih mudah difagositosis oleh leukosit

3) Protein Kaya Prolin

Page 40: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

 Protein kaya prolin membentuk suatu kelas protein dengan berbagai fungsi penting yaitu mempertahankan

konsentrasi kalsium di dalam saliva agar tetap konstan yang menghambat demineralisasi dan meningkatkan

remineralisasi

 

4) Mukus Glikoprotein

 Mukus glikoprotein merupakan lapisan pada rongga mulut yang berfungsi dalam lubrikasi jaringan rongga

mulut, pengatur interaksi antara epitel permukaan dengan lingkungan luar dan perangkap bakteri.

 

5) Lisozim

 Lisozim mempunyai fungsi proteksi terhadap bakteri yaitu berperan aktif menghancurkan dinding sel bakteri

Gram positif dan sangat efektif dalam melisiskan bakteri. Pada saliva, lisozim berasal dari kelenjar parotis, kelenjar

submandibular dan kelenjar sublingual (Bradley.1995).

 

6) Sistem Peroksidase

 Peroksida berperan sebagai sistem antibakteri yang banyak hadir pada kelenjar parotis, terdiri dari hidrogen

peroksida, tiosanat dan laktoproksidase (Rensburg, 1995). Sistem ini menghambat produksi asam dan

pertumbuhan bakteri streptokokus dan laktobasilus yang ikut menjaga pH rongga mulut sekaligus mengurangi

terjadinya karies akibat asam yang dihasilkan oleh bakteri (Grant,et al 1988).

 

7) Laktoferin

 Laktoferin merupakan hasil produksi sel epitel kelenjar dan leukosit PMNyang mempunyai efek bakterisid yang

merupakan salah satu fungsi proteksi terhadap infeksi mikroorganisme ke dalam tubuh manusia (Roth dan

Calmes,1981).  Laktoferin juga mengikat ion ion Fe³+, yang diperlukan bagi pertumbuhann bakteri

(Amerongen, 1991)

8) Laktoperoksidase

 Laktoperoksidase menkatalisis oksidasi tiosanat menjadi hipotiosianat yang mampu menghambat pertumbuhan

dan pertukaran zat bakteri (Amerongen, 1991).

 

9) Gustin berfungsi dalam proses kesadaran pegecap 

KOMPONEN ANORGANIK 

Page 41: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

  Komponen anorganik yang terdapat di dalam saliva berupa ion kalsium,magnesium, fluorida, HCO3,

kalium, natrium, klorida, NH4. Selain itu terdapatgas seperti karbondioksida, nitrogen dan oksigen . Dari

kationyang terdapat di dalam saliva, natrium dan kalium memiliki konsentrasi tertinggi.Klorida sangat penting

untuk aktivitas enzimatik amilase. Kalium dan fosfat yangterkandung dalam saliva sangat penting untuk

remineralisasi email. Kadar fluorida di dalam saliva dipengaruhi oleh konsentrasi fluorida di dalam air

minumdan makanan. Tiosianat merupakan suatu gen antibakteri yang bekerja samadengan sistem

laktoperoksidase. Bikarbonat adalah ion bufer terpenting dalamsaliva. Dalam saliva yang dirangsang, ion ini

menghasilkan 85% dari kapasitasbufer dalam sistem fosfat 14%. Konsentrasi bikarbonat pada kelenjar parotis

dankelenjar submandibular meningkat dengan meningkatnya aliran saliva

 

Fungsi Saliva

 

Saliva memiliki fungsi yang penting untuk membantu efisiensi kerja tubuhdan kesehatan secara umum.

Fungsi saliva terdiri dari:

1. Fungsi Digesti

 Enzim amilase yang terdapat di dalam saliva (Ptyalin) memecah molekul glukosa menjadi molekul yang

lebih kecil

 

2. Fungsi Antibakteri

 

Fungsi antibakteri yang terkandung dalam saliva, yaitu:

 

IgA Sekretorik (SIgA):  Sekitar 90% terdapat pada saliva yang dihasilkan oleh kelenjar parotisdan

85% dari keseluruhan saliva di dalam rongga mulut adalah SIgA. Aktivitas antibakteri SIgA yang utama

adalah mencegah kolonisasibakteri dengan mengikat antigen spesifik yang adhesif. Selain itu,kolonisasi

juga dapat dihindarkan dengan aglutinasi bakteri yang akandihancurkan saat melewati esofagus atau

mempengaruhi enzimspesifik yang penting untuk metabolisme bakteri. Bakteri pada rongga mulut

mudah difagosit setelah dilapisi SIgA.

Page 42: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

Peroksidase : Sistem antibakteri peroksidase terutama didapatkan pada saliva yangdihasilkan dari

kelenjar parotis. Sistem antibakteri ini menghambatproduksi asam dan pertumbuhan banyak

mikroorganisme termasuk didalamnya laktobasilus, streptokokus dan fungi.

Lisozim: Lisozim saliva aktif menghancurkan dinding sel mikroorganisme gram positif namun aktivitas

lisozim harus dikombinasikan dengan tiosianat agar efektif dalam melisiskan bakteri.

 

3 . Lubrikasi

 Kandungan glikoprotein dalam saliva bertanggungjawab dalam prosespengunyahan, pembentukan bolus

makanan, penelanan, bicara dan melindungi permukaan mukosa dari iritasi

4.Pengecapan

Saliva memiliki komponen gustin yang berperan dalam pertumbuhan dan pergantian sel tunas pengecap

Makanan tidak dapat dirasakan pada mulut kering tanpa saliva

 

5.Aksi Bufer

 Saliva berperan menekan perubahan derajat asam (pH) di dalam ronggamulut, baik oleh makanan asam

maupun asam yang dikeluarkan olehmikroorganisme. Derajat asam dan kapasitas bufersaliva sangat bergantung

pada kandungan bikarbonat dan juga kandunganfosfat anorganik dalam saliva. Pada aliran saliva yang tinggi,

bikarbonatmerupakan buffer yang efektif melawan asam dengan membentuk asambikarbonat yang lemah yang

akan terurai menjadi air dan karbondioksida

6. Pembersihan Mekanis:

 Adanya aliran saliva dapat mengurangi akumulasi plak, mikroorganismetidak mempunyai kesempatan

untuk berkolonisasi pada gigi karena tidak ada makanan yang menempel, dan pembasahan elemen gigi akan

mengurangi keausan oklusal yang disebabkan oleh daya pengunyahan. Koloni mikroorganisme dan sisa makanan

terlepaskarena aksi pembersihan dari saliva dan kemudian tertelan

7. Pembekuan Darah

 Waktu pembekuan darah akan berkurang dengan keberadaan proteinsaliva yang mirip faktor

pembekuan VII, IX dan platelet. Pembekuan darah yang terjadi ketika darah bercampur dengan saliva walaupun

bekuan darah yang terbentuk kurang padat bila dibandingkan dengan pembekuandarah normal. Telah dilakukan

Page 43: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

percobaan yang menunjukan bahwa saliva,khususnya saliva yang berasal dari kelenjar submandibular

dapatmeningkatkan penyembuhan luka dikarenakan adanya factor pertumbuhan epidermal pada saliva .

8. Keseimbangan Air

Pada keadaan dehidrasi,volume saliva menurun untuk menjagakeseimbangan air, yang akan

menimbulkan rasa haus. Setelah minum,cairan tubuh akan kembali normal dan keseimbangan cairan terjaga

kembali sehingga volume saliva kembali seperti semula

Fungsi Saliva dan Komponen Saliva yang mendukung

FUNGSI KOMPONEN

Lubrikasi Musin, glikoprotein kaya prolin, air

antimikroba Lisozim, laktoferin, laktoperoksida, musin, cistin ,

hiastin, immunoglobulin, glikoprotein kaya prolin, Ig A

Menjaga kelembaban mukosa Musin, elektrolit, air

Pembersihan Air

Kapasitas buffer dan remineralisasi Bikarbonat , fosfat, kalsium, staterin, prolineririch

anionic, fluoride

Pencernaan Amylase, Lipase, Ribonuclease, protease, air, musin

Pengecapan Air, gustin

Fonasi Air, musin

 

Jenis kelenjar saliva

1. Kelenjar ludah utama /  mayor /  besar-besar

Kelenjar-kelenjar ludah besar terletak agak jauh dari rongga mulut dan sekretnya disalurkan

melalui duktusnya kedalam rongga mulut.

Kelenjar saliva mayor terdiri dari :

Kelenjar Parotis , terletak dibagian bawah telinga dibelakang ramus mandibula

Kelenjar Submandibularis (submaksilaris) , terletak dibagian bawah korpus mandibula

Page 44: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

Kelenjar Sublingualis ,  terletak dibawah lidah

Kelenjar ludah besar sangat memegang peranan penting dalam proses mengolah makanan.

a. Kelenjar Parotis

Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah terbesar yang terletak antara prossesus mastoideus

dan ramus mandibula. Duktus kelenjar ini bermuara pada vestibulus oris pada lipatan antara

mukosa pipi dan gusi dihadapan molar 2 atas. Kelenjar parotis dibungkus oleh jaringan ikat

padat.  Mengandung sejumlah besar enzim antara lain amilase lisozim, fosfatase asam, aldolase,

dan kolinesterase.bJaringan ikat masuk kedalam parenkim dan membagi organ menjadi beberapa

lobus dan lobulus. Secara morfologis kelenjar parotis merupakan kelenjar tubuloasinus (tubulo-

alveolar) bercbang-cabang (compound tubulo alveolar gland).  Asinus-asinus murni serus

kebanyakan mempunyai bentuk agak memanjang dan kadang-kadang memperlihatkan

percabangan-percabangan. Antara sel-sel asinus membran basal terdapat sel-sel basket. Saluran

keluar utama ( duktus interlobaris) disebut duktus stenon (stenson) terdiri dari epitel berlapis

semu. Kearah dalam organ duktus ini bercabang-cabang menjadi duktus interlobularis dengan

sel-sel epitel berlapis silindris. Duktus interlobularis tadi kemudian bercabang-cabang menjadi

duktus intralobularis. Kebanyakan duktus intralobularis merupakan duktus Pfluger yang

mempunyai epitel selapis silindris yang bersifat acidophil dan menunjukkan garis-garis basal.

Duktus Boll pada umumnya panjang-panjang dan menunjukkan percabangan.  Duktus Pfluger

agak pendek. Sel-selnya pipih dan memanjang. Pada jaringan ikat interlobaris dan interlobularis

terlihat banyak lemak yang berhubungan dengan “kumpulan lemak bichat” (Fat depat of bichat).

Juga pada jaringan tersebut terlihat cabang-cabang dari Nervus Facialis dan pembuluh darah

b. Kelenjar submandibularis (submaksilaris)

Kelenjar ini terletak disebelah dalam korpus mandibula dan mempunyai duktus ekskretoris

(Duktus Wharton) yang bermuara pada dasar rongga mulut pada frenulum lidah , dibelakang gigi

seri bawah. Merupakan kelenjar yang memproduksi air liur terbanyak. Seperti juga kelenjar

parotis, kelenjar ini diliputi kapsel yang terdiri  dari jaringan ikat padat yang juga masuk ke

dalam organ dan membagi organ tersebut menjadi beberapa lobulus. Secara morfologis kelenjar

ini merupakan kelenjar tubuloalveolar / tubuloacinus bercabang-cabang (compound tubulo

Page 45: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

alveolar gland). Percabangan duktusnya sama dengan glandula parotis demikian pula sel-selnya.

Bentuk sinus kebanyakan memanjang. Antara sel-sel asinus membran basal terdapat sel-sel

basket. Duktus Boll : pendek, sempit sehingga sukar dicari dalam preparat bila dibandingkan

glandula parotis. Selnya pipih dan memanjang. Duktus Pfluger : lebih panjang daripada duktus

pfluger kelenjar parotis dan menunjukkan banyak percabangan sehingga dalam preparat lebih

mudah dicari

c. Kelenjar sublingualis

Merupakan kelenjar terkecil dari kelenjar-kelenjar ludah besar. Terletak pada dasar rongga

mulut, dibawah mukosa dan mempunyai saluran keluar (duktus ekskretorius) yang disebut

Duktus Rivinus. Bermuara pada dasar rongga mulut dibelakang muara duktus Wharton pada

frenulum lidah. Glandula sublingualis tidak memiliki kapsel yang jelas tetapi memiliki septa-

septa jaringan ikat yang jelas/tebal. Secara morfologis kelenjar ini merupakan kelenjar

tubuloalvioler bercabang-cabang  (compound tubuloalveolar gland). Merupakan kelenjar

tercampur dimana bagian besar asinusnya adalah mukus murni. Duktus ekskretoris sama dengan

glandula parotis. Duktus Pfluger sangat pendek. Duktus Boll sangat pendek dan bentuknya sudah

tidak khas sehingga dalam preparat sukar ditemukan. Pada jaringan ikat interlobularis tidak

terdapat lemak sebagai glandula parotis

2. Kelenjar ludah tambahan /  minor / kecil-kecil

Kebanyakan kelenjar ludah merupakan kelenjar kecil-kecil yang terletak di dalam mukosa atau

submukosa (hanya menyumbangkan 5% dari pengeluaran ludah dalam 24 jam) yang diberi nama

lokasinya atau nama pakar yang menemukannya. Semua kelenjar ludah mengeluarkan sekretnya

kedalam rongga mulut.

Kelenjar labial (glandula labialis) terdapat pada bibir atas dan bibir bawah dengan asinus-

asinus seromukus

Kelenjar bukal (glandula bukalis) terdapat pada mukosa pipi, dengan asinus-asinus

seromukus

Kelenjar Bladin-Nuhn ( Glandula lingualis anterior) terletak pada bagian bawah ujung

lidah disebelah menyebelah garis, median, dengan asinus-asinus seromukus

Page 46: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

Kelenjar Von Ebner (Gustatory Gland = albuminous gland) terletak pada pangkal lidah,

dnegan asinus-asinus murni serus

Kelenjar Weber yang juga terdapat pada pangkal lidah dengan asinus-asinus mukus .

Kelenjar Von Ebner dan Weber disebut juga glandula lingualis posterior

Kelenjar-kelenjar pada pallatum dengan asinus mukus .

Sekresi kelenjar ludah

Saliva atau ludah merupakan campuran dari beberapa sekresi kelenjar ludah. Sekresi normal

saliva sehari berkisar antara 800 – 1500 ml. Pada umumnya saliva merupakan cairan viskus,

tidak berwarna yang mengandung air, mukoprotein, immunoglobulis, karbohidrat komponen-

komponen organis seperti, Ca, P, Na, Mg, Cl, Fe, dan J. Kecuali itu saliva mengandung pula

enzim amilase yaitu ptialin Selanjutnya saliva juga mengandung sel-sel desquamasi yang lazim

disebut korpuskulus salivatorius. Komposisi saliva tadi sangat tergantung pada keaktivan

kelenjar-kelenajar ludah. Sekresi kelenjar ludah dapat terjadi oleh beberapa faktor, yaitu : reflek

saraf, rangsangan mekanis, rangsangan kimaiwi. Bahan makanan dan zat kimia dapat memberi

rangsangan langsung pada mukosa mulut. Bahan makanan juga dapat merangsang serat saraf

eferens yang berasal dari bagian thorakal. Sekresi air ludah dapat pula timbul secara reflektoris

hanya dengan jalan mencium bau makanan, melihat makanan, atau dengan memikirkan dan

membayangkan makanan saja.

Page 47: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

Masing-masing kelenjar menghasilkan tipe sekresi yang berbeda.

a. Kelenjar parotis :

Tipe sekresi : serosa

Sifat sekresi : berair

Persentase :20%

b. Kelenjar submandibularis:

Tipe sekresi : serosa dan mukosa

Sifat sekresi : agak kental

Persentase :70%

c. Kelenjar sublingualis:

Tipe sekresi : mukosa

Sifat sekresi : kental

Persentase :5 %

*5% volume saliva total dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar minor di rongga mulut.

Kelenjar submaksilaris mengandung asinus mukosa maupun asinus serosa. Sekresi primer

dihasilkan oleh kedua asinus ini yang berupa ptialin dan/atau musin. Sewaktu sekres primer

mengalir melalui duktus, terjadi dua proses transpor aktif utama yang memodifikasi komposisi

ionsaliva:

1. ion-ion natrium secara aktif direabsorbsi dari semua duktus salivarius (interkalatus), dan ion-

ion natrium disekresi secara aktif sebagai pengganti natrium. Oleh karena itu, konsentrasi

natrium dari saliva sangat berkurang, sedangkan konsentrasi ion kalium meningkat. Karena

reabsorbsi ion natrium melebihi sekresi ion kalium, menyebabkan konsentrasi ion klorida turun

menjadi sangat rendah, menyesuaikan penurunan pada konsentrasi ion natrium.

2. ion-ion bikarbonat disekresi oleh epitel duktus ke dalam lumen duktus. Hal ini sedikitnya

sebagian disebabkan oleh pertukaran ion bikarbonat dengan ion klorida.

Hasil akhir dari transpor aktif adalah pada kondisi istirahat, konsentrasi masing-masing ion

natrium dan klorida dalam saliva hanya sekitar 15 mEq/liter, ion kalium 30 mEq/liter, ion

bikarbonat 50-70 mEq/liter. Selama salivasi maksimal, konsentrasi ionik saliva berubah.

Kenapa? Karena sekresi primer oleh sel-sel asini meningkat 20 kali lipat [misal saat

Page 48: Laporan Dk Blok 3 Skenario 1

mengkonsumsi asam]. Oleh karena sekresi saliva bertambah, konsentrasi natrium klorida akan

meningkat sekitar setengah sampai dua pertiga konsentrasi dalam plasma, sedangkan konsentrasi

kalium turun hanya empat kali konsentrasi dalam plasma.