laporan dk blok 9 skenario 2

24
Laporan Tutorial Skenario II Blok 9 OLEH KELOMPOK A Fasilitator : drg. Arya drg. Sulistiawati Ketua : Rozalia (04111004031) Sekertaris : Khairunnisa (04111004063) Anggota : Sischa Ramadhani (041110040) Miftah Wiryani (041110040) Leo Saputra (04111004050) Sanny S Manurung(04111004043) Maria Sandika Putri (0411100406) Atika Samy Kencana (04111004061) Sherly Septhimoranie (041110040) Putri Ajri Mawaddara (0411100406) Adi Nugroho (041110040) Rizka Adianti Hutami (04111004032) M. Abdurrahman (041110040)

Upload: khairunnisazonn

Post on 28-Dec-2015

39 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Dk Blok 9 Skenario 2

Laporan TutorialSkenario II Blok 9

OLEH KELOMPOK A

Fasilitator : drg. Arya

drg. Sulistiawati

Ketua : Rozalia (04111004031)

Sekertaris : Khairunnisa (04111004063) Anggota : Sischa Ramadhani (041110040)

Miftah Wiryani (041110040)

Leo Saputra (04111004050)

Sanny S Manurung(04111004043)

Maria Sandika Putri (0411100406)

Atika Samy Kencana (04111004061)

Sherly Septhimoranie (041110040)

Putri Ajri Mawaddara (0411100406)

Adi Nugroho (041110040)

Rizka Adianti Hutami (04111004032)

M. Abdurrahman (041110040)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2012

Page 2: Laporan Dk Blok 9 Skenario 2

Skenario 2

Judul : Mulut Sandy yang tertutup lapisan

T.I.U : 1. Mahasiswa mengetahui tentang proses penegakan diagnosa

2. Mahasiswa mengetahui manifestasi oral dari penyakit sistemik

Sandy, 49 tahun datang ke dokter gigi dengan keluhan langit-langit mulutnya ditutupi

lapisan berwarna putih kekuningan. Sejak 10 hari yang lalu ia merasa sakit saat menelan

dehingga nafsu makan berkurang. Lapisan putih tersebut kadang hilang kadang timbul.

Pemeriksaan klinis menunjukkan adanya lapisan putih kekuningan yang menutupi seluruh

palatum, bila dikerok akan meninggalkan dasar yang berwarna kemerahan dan terasa

sakit. Dari hasil pemeriksaan lab didapatkan nilai CD4 < 200, HSBAg (-), dan VCT (+).

Sandy mengaku, sekitar 10-15 tahun yang lalu ia memakai narkoba dengan jarum suntik.

Dokter gigi memberikan terapi suportif untuk penanganan lesi tersebut, kemudian

merujuk Sandy ke bagian penyakit dalam untuk dilakukan penanganan lebih lanjut.

I. Klasifikasi Istilah

CD4 : diferensiasi pada limfosit T untuk mengenali antigen

HSBAg : salah satu biomarker adanya virus hepatitis B

VCT : Voluntary Counseling and Testing

Terapi suportif : terapi penunjang

II. Identifikasi Masalah

- Sandy 49 tahun mengeluhkan :

Langit-langit mulutnya ditutupi lapisan berwarna putih kekuningan

Sejak 10 hari yang lalu merasa sakit saat menelan

- Adanya lapisan putih kekuningan yang menutupi palatum, bila dikerok meninggalkan

dasar berwarna merah dan terasa sakit.

- Pemeriksan lab didapat CD4<200, HSBAg (-), VCT (+)

- Sandy mengaku pernah memakai narkoba dengan jarum suntik sekitar 10-15 tahun

yang lalu

- Doketr memberi terapi suportif dan merujuk ke bagian penyakit dalam

Page 3: Laporan Dk Blok 9 Skenario 2

III. Analisis Masalah

- Apa etiologi dari lapisan putih kekuningan pada palatum tersebut?

- Apa patogenesis dari lapisan putih kekuningan pada palatum tersebut?

- apa diagnosis dari lesi tersebut?

- Mengapa terjadi rekurensi lesi pada Sandy?

- Apa interpretasi pemeriksaan lab CD4<200, HSBAg (-), dan VCT (+)?

- Apa hubungan hasil pemeriksaan lab dengan lesi pada palatum?

- Adakah hubungan dari history sosial dengan keadaan Sandy sekarang?

- Apa diagnosis penyakit sistemik pada Sandy berdasarkan pemeriksaan tersebut?

- Apa saja manifestasi oral dari penyakit sistemik?

- Bagaimana penatalaksanaan dari hasil diagnosis?

IV. Hipotesis

Sandy (49 tahun ) mengalami pseudomembran candidiasis yang sering berulang

sebagai manifestasi oral dari HIV/ AIDS . Dokter memberikasn terapi suportif berupa

obat antifungal, analgesik, diet cair , serta merujuk Sandy ke bagian penyakit dalam.

V. LEARNING ISSUE

1. Proses penegakkan diagnosa

- Penegakan intra oral lesi putih

- Pemeriksaan lab CD4, HSBAg, VCT (tujuan , interpretasi)

2. HIV / AIDS

- Definisi

- Etiologi

- Patogenesis

- Stadium

- Manifestasi oral (jenis, gambaran klinis, penatalaksaan)

- Rujukan

Page 4: Laporan Dk Blok 9 Skenario 2

VI. BELAJAR MANDIRI

1. PROSES PENEGAKAN DIAGNOSA

Pemeriksaan Lesi Putih

Pemeriksaan laboratorium

a. CD4

Sel CD4 adalah semacam sel darah putih atau limfosit. Disebut juga sel T-4, sel

pembantu atau kadang sel CD4+. Target utama HIV adalah CD4 selain makrofag. Ketika sel

CD4 menggandakan diri untuk melawan infeksi apa pun, sel tersebut juga membuat banyak

duplikasi HIV. Semakin menurunnya sel CD4 berarti sistem kekebalan tubuh kita semakin

rusak dan semakin tinggi kemungkinan mengalami infeksi oportunistik (Burban SD, 2007)

Karena jumlah CD4 sering berubah-ubah biasanya dokter lebih menggunakan presentase sel

CD4 yaitu perbandingan dengan limfosit total. Jika hasil tes CD4 = 34% berarti 34% dari

limfosit kita adalah CD4. Angka normal berkisar 30 - 60%. Di bawah 14% menunjukan

kerusakan parah pada sistem kekebalan tubuh. Hal ini adalah tanda AIDS pada orang yang

terinfeksi HIV. Jumlah CD4 normal adalah 410 sel/mm3 – 1590 sel/mm3, bila jumlah CD4

dibawah 350/mm3, atau dibawah 14%, kita dianggap AIDS, (Definisi Depkes). Jumlah CD4

dipakai bersama untuk meramalkan berapa lama kita akan tetap sehat.

Tes CD4.

Tes ini adalah tes baku untuk menilai prognosis berlanjut ke AIDS atau kematian,

untuk membentuk diagnosis diferensial pada pasien bergejala, dan untuk mengambil

keputusan terapeutik mengenai terapi antiretroviral (ART) dan profilaksis untuk patogen

oportunistik. Jumlah CD4 adalah indikator yang paling diandalkan untuk prognosis (Chen R

Y et al, 2007).

Teknik Pemeriksaan CD4

Cara baku untuk menentukan jumlah CD4 memakai flow cytometer

Flow cytometri

Page 5: Laporan Dk Blok 9 Skenario 2

Flow cytometri adalah suatu metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi

karakteristik permukaan setiap sel dengan kemampuan memisahkan sel-sel yang berada

dalam suatu suspensi menurut karakteristik masing-masing secara automatis melalui suatu

celah yang ditembus oleh seberkas sinar laser.

Metode flow cytometry terus berkembang sejalan dengan perkembangan elektrik

komputer dan reagen, termasuk digunakannya monoklonal antibodi. Sampai saat ini,

pengukuran dengan flow cytometry menggunakan label flouresensi, selain mengukur jumlah,

ukuran sel, juga dapat mendeteksi petanda dinding sel, granula intraseluler, struktur intra

sitoplasmik, dan inti sel.

Interpretasi

Penggunaan alat BD FACS Calibur dapat memberikan informasi yang penting pada

klinisi untuk membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit. Informasi yang dapat

diperoleh antara lain aplikasi diagnosa anemia, leukemia, serta beberapa keadaan lain seperti

Paroksismal, Nokturnal, Hemoglobin (PNH), memonitor penderita dengan infeksi virus HIV,

maupun membedakan tipe leukemia dan limpoma.

Nilai normal untuk CD4 adalah rata-rata 800 hingga 1050 (sel/mm3), dengan kisaran

mewakili dua standard deviation kurang lebih 500 hingga 1400. Nilai CD4 <200 sel/mm3

menunjukkan fase lanjut AIDS dan perlunya pemberian ART.

Frekuensi tes

Tes CD4 sebaiknya diulang setiap tiga sampai enam bulan untuk pasien yang belum

diobati dengan ART dan jangka waktu dua sampai empat bulan pada pasien yang memakai

ART. Tes tersebut sebaiknya diulangi bila hasil tidak konsisten dengan kecenderungan

sebelumnya. Frekuensi akan berbeda-beda tergantung keadaan individu. Kalau tidak diobati,

jumlah CD4 akan menurun rata-rata 4 persen per tahun untuk setiap log viral load. Dengan

terapi awal atau perubahan terapi, usulan adalah dilakukan tes CD4 (serta viral load) pada 4,

8 sampai 12, dan 16 sampai 24 minggu.

b. HBSAg ( Hepatitis B Surface Antigen)

Antigen permukaan virus hepatitis B (hepatitis B

surface antigen, HBsAg) merupakan material permukaan

Page 6: Laporan Dk Blok 9 Skenario 2

dari virus hepatitis B. Pada awalnya antigen ini dinamakan antigen Australia karena pertama

kalinya diisolasi oleh seorang dokter peneliti Amerika, Baruch S. Blumberg dari serum orang

Australia.

HBsAg merupakan petanda serologik infeksi virus hepatitis B pertama yang muncul

di dalam serum dan mulai terdeteksi antara 1 sampai 12 minggu pasca infeksi, mendahului

munculnya gejala klinik serta meningkatnya SGPT. Selanjutnya HBsAg merupakan satu-

satunya petanda serologik selama 3 – 5 minggu. Pada kasus yang sembuh, HBsAg akan

hilang antara 3 sampai 6 bulan pasca infeksi sedangkan pada kasus kronis, HBsAg akan tetap

terdeteksi sampai lebih dari 6 bulan. HBsAg positif yang persisten lebih dari 6 bulan

didefinisikan sebagai pembawa (carrier). Sekitar 10% penderita yang memiliki HBsAg

positif adalah carrier, dan hasil uji dapat tetap positif selam bertahun-tahun.

Pemeriksaan HBsAg berguna untuk diagnosa infeksi virus hepatitis B, baik untuk

keperluan klinis maupun epidemiologik, skrining darah di unit-unit transfusi darah, serta

digunakan pada evaluasi terapi hepatitis B kronis. Pemeriksaan ini juga bermanfaat untuk

menetapkan bahwa hepatitis akut yang diderita disebabkan oleh virus B atau superinfeksi

dengan virus lain.

HBsAg positif dengan IgM anti HBc dan HBeAg positif menunjukkan infeksi virus

hepatitis B akut. HBsAg positif dengan IgG anti HBc dan HBeAg positif menunjukkan

infeksi virus hepatitis B kronis dengan replikasi aktif. HBsAg positif dengan IgG anti HBc

dan anti-HBe positif menunjukkan infeksi virus hepatitis B kronis dengan replikasi rendah.

Pemeriksaan HbsAg secara rutin dilakukan pada pendonor darah untuk

mengidentifikasi antigen hepatitis B. Transmisi hepatitis B melalui transfusi sudah hampir

tidak terdapat lagi berkat screening HbsAg pada darah pendonor. Namun, meskipun insiden

hepatitis B terkait transfusi sudah menurun, angka kejadian hepatitis B tetap tinggi. Hal ini

terkait dengan transmisi virus hepatitis B melalui beberapa jalur, yaitu parenteral, perinatal,

atau kontak seksual. Orang yang berisiko tinggi terkena infeksi hepatitis B adalah orang yang

bekerja di sarana kesehatan, ketergatungan obat, suka berganti-ganti pasangan seksual, sering

mendapat transfusi, hemodialisa, bayi baru lahir yang tertular dari ibunya yang menderita

hepatitis B.

PROSEDUR

Metode

HBsAg dalam darah dapat dideteksi dengan teknik enzyme immunoassay (EIA), enzyme

Page 7: Laporan Dk Blok 9 Skenario 2

linked immunoassay (ELISA), enzyme linked fluorescent assay (ELFA), atau

immunochromatography test (ICT).

Spesimen

Spesimen yang digunakan untuk deteksi HBsAg adalah serum atau plasma heparin.

Kumpulkan darah vena 3-5 ml dalam tabung tutup merah atau tutup kuning dengan gel

separator, atau dalam tabung tutup hijau (lithium heparin). Pusingkan sampel darah, lalu

pisahkan serum atau plasma untuk diperiksa laboratorium.

Spesimen yang ikterik (hiperbilirubin sampai dengan 500 µmol/l), hemolisis (kadar

hemoglobin sampai dengan 270 µmol/l), dan lipemik (sampai dengan 30 mg/dl) dapat

mempengaruhi hasil pembacaan. Sampel dapat disimpan pada suhu 2-8oC selama 5 hari, atau

-25 ±6oC sampai dengan 2 bulan.

NILAI RUJUKAN

Dewasa dan Anak-anak : Negatif

MASALAH KLINIS

HBsAg positif dijumpai pada : Hepatitis B, Hepatitis B kronis. Kurang Umum :

Hemofilia, sindrom Down, penyakit Hodgkin, leukemia. Pengaruh obat : ketergantungan

obat.

Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil Laboratorium

Serum atau plasma ikterik, hemolisis, atau lipemik dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.

c. VCT

VCT atau Voluntary Counseling and Testing atau konseling dan test sukarelaadalah

kegiatan konseling bersifat sukarela dan rahasia, yang dilakukan oleh seorang konselor VCT

yang terlatih, yang dilakukan sebelum dan sesudah test darah untuk HIV di laboratorium. Tes

HIV dilakukan setelah klien terlebih dulu menandatangani inform consent (surat persetujuan

tindakan). Jadi, VCT atau Voluntary Counseling and Testing adalah tes HIV yang dilakukan

Page 8: Laporan Dk Blok 9 Skenario 2

secara sukarela. Karena pada prinsipnya tes HIV tidak boleh dilakukan dengan paksaan atau

tanpa sepengetahuan orang yang bersangkutan.

INDIKASI VCT

VCT penting untuk dilakukan karena untuk dapat mengakses ke semua layanan yang

dibutuhkan terkait pencegahan dan pengobatan HIV, AIDS dan untuk memberikan dukungan

demi kebutuhan klien seperti perubahan perilaku, dukungan mental, dukungan terapi ARV,

dan pemahaman yang benar dan faktual tentang HIV, AIDS.

VCT tidak hanya diperuntukkan bagi penderita HIV saja tapi semua manusia bisa

mendapatkanlayanan VCT. Jadi VCT diperuntukkan untuk :

1.Mereka yang mau melakukan test HIV

2. Mereka yang pernah berperilaku berisiko terhadap penularan HIV di masa lalu dan ingin

merencanakan masa depannya

3. Para homo atau orang yang melakukan hubungan seksual berisiko. Hubungan berisiko ini

bukan hanya hubungan dengan pekerja seks, gigolo ataupun waria. Hubungan seksual dengan

orang yang tidak diketahui status HIV nya bisa juga dianggap hubungan berisiko.

4. Orang yang pernah menerima transfusi darah.

5. Pengguna narkoba suntik.

6. Orang yang mengalami Infeksi Menular Seksual berulang.

Jika tahapan pertama (pre konseling) sudah selesai, selanjutnya konselor akan menawarkan

kepada klien apakah bersedia untuk melakukan tes HIV. Jangan khawatir, kalau misalnya

ragu untuk melakukan tes dan tidak mau, juga tidak masalah. Konselor tidak akan memaksa

klien untuk melakukan tes HIV. Bisa kembali lagi kapan saja. Sekali lagi, jika anda konseling

yang melakukan pemaksaan, laporkan saja ke kepolisian dengan tuduhan perbuatan tidak

menyenangkan dan pemaksaan, biar kapok.

Dan jika klien mau melakukan tes HIV, konselor akan memberikan informed consent atau

izin/persetujuan/pernyataan dari klien untuk melakukan tes HIV, di surat pernyataan ini klien

menyatakan bahwa klien yang bersangkutan telah menerima informasi yang berhubungan

dengantes VCT ini dan telah menjalani penilaian risiko klinis (seperti yang telah dijelaskan

diatas).Klien juga menyatakan kalau dirinya bersedia untuk dilakuan tes HIV.

Page 9: Laporan Dk Blok 9 Skenario 2

Pada saat melakukan tes HIV, darah kita akan diambil secukupnya. Dan pemeriksaan darah

ini bisa memakan waktu antara setengah jam sampai satu minggu – tergantung jenis tes HIV

yang dipakai – Biasanya klien disuruh pulang dan kembali lagi mengambil hasil tes beberapa

hari setelahnya.

Kalau klien berubah pikiran dan tidak mau ngambil hasil tes terserah dan tidak masalah yang

penting sebagai konselor, telah melakukan sesuai standart kerja. Tapi kalau klien

memutuskanuntuk mengambil hasil tes, klien akan menjalani tahapan post konseling. 

Pada tahapan ini (post konseling), konselor akan memberitahukan hasil tes. Kalau hasil

tesnya negatif, balik lagi ke penilaian risiko klinis -inilah pentingnya bagi kita untuk

menjawab dengan jujur- Kalau dari penilaian risiko klinis, klien masih dalam masa periode

jendela – periode jendela adalah periode di mana orang yang bersangkutan sudah tertular

HIV tapi antibodinya belum membentuk sistem kekebalan terhadap HIV dan hasil tes HIV

nya masih negatif, meski belum terdeteksi tapi sudah bisa menularkan – klien akan

dianjurkan untuk melakukan tes kembali tiga bulan setelahnya. Selain itu, bersama-sama

dengan klien konselor akan membantu klien untuk merencanakan program perubahan

perilaku. Pada tahapan terakhir ini diharap klien sudah mengerti tentang semua yang

berhubungan denga HIV AIDS, jika disuatu saat klien tidak berubah, sebagai konselor yang

baik, maka harus tetap membimbing klien, menuju jalan yang benar.

Hasil Tes Positif

Kalau hasil tes positif, klien bebas untuk mendiskusikan perasaannya dengan konselor.

Konselor juga akan menginformasikan fasilitas untuk tindak lanjut dan dukungan. Misalnya,

jika klien membutuhkan terapi ARV ataupun dukungan dari kelompok orang-orang senasib

sebaya. Selain itu, konselor juga akan memberikan informasi tentang cara hidup sehat dan

bagaimana cara agar tidak menularkan ke orang lain.

Catatan Penting

Hasil tes HIV adalah rahasia yang seharusnya hanya diketahui oleh konselor dan klien saja.

Klien dapat menuntut apabila ternyata hasil HIV bocor ke orang lain yang tidak berwenang.

Page 10: Laporan Dk Blok 9 Skenario 2

Kalaupun klien dirujuk dan artinya informasi tentang status HIV klien harus diberitahukan ke

orang lain, harus dengan persetujuan klien

Proses VCT yang benar memegang teguh privacy dan juga memastikan kalau klien

melakukan VCT dengan sukarela. Kalau anda dipaksa untuk melakukan tes HIV tanpa

konseling, jangan mau. Anda dapat menuntut pihak yang memaksa anda untuk melakukan tes

VCT.

Jadi, VCT atau Voluntary Counseling and Testing atau konseling dan test sukarela sangat

bermanfaat untuk kita semua, tidak perlu malu untuk memeriksakan kesehatan kita karena

mencegah lebih baik dari pada mengobati.

2. HIV/ AIDS

a. Definisi

AIDS (Acquired Immunodeficiency Sindrom/ Sindrom imunodefisiensi didapat),

adalah stadium akhir pada serangkaian abnormalitas imunologis dan klinis yang yang dikenal

sebagai spektrum infeksi HIV. HIV yang dulu disebut sebagai HTLV-III (Human T cell

Lymphotropic Virus III) atau LAV (Lymphadenophaty Virus) adalah virus sitopatik dari

famili retrovirus.

Struktur HIV

Virion HIV berbentuk sferis dan memiliki inti berbentuk kerucut, dikelilingi oleh

selubung lipid yang berasal dari membran sel hospes. Inti virus mengandung protein kapsid

terbesar yaitu p24, protein nukleokapsid p7/p9, dua kopi RNA genom, dan tiga enzim virus

yaitu protease, reverse transcriptase dan integrase .

Protein p24 adalah antigen virus yang cepat terdeteksi dan merupakan target antibodi dalam

tes screening HIV. Inti virus dikelilingi oleh matriks protein dinamakan p17, yang merupakan

lapisan di bawah selubung lipid. Sedangkan selubung lipid virus mengandung dua

glikoprotein yang sangat penting dalam proses infeksi HIV dalam sel yaitu gp120 dan gp41.

Genom virus yang berisi gen gag, pol, dan env yang akan mengkode protein virus. Hasil

translasi berupa protein prekursor yang besar dan harus dipotong oleh protease menjadi

protein mature.

Klasifikasi

Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan kelompok virus RNA :

Famili : Retroviridae

Page 11: Laporan Dk Blok 9 Skenario 2

Sub famili : Lentivirinae

Genus : Lentivirus

Spesies : Human Immunodeficiency Virus 1 (HIV-1)

Human Immunodeficiency Virus 2 (HIV-2)

HIV menunjukkan banyak gambaran khas fisikokimia dari familinya.

Terdapat dua tipe yang berbeda dari virus AIDS manusia, yaitu HIV-1 dan HIV-2.

Kedua tipe dibedakan berdasarkan susunan genom dan hubungan filogenetik (evolusioner)

dengan lentivirus primata lainnya.

b. etiologi

Human Immunodeficiency Virus merupakan Virus yang menyebabkan rusaknya /

melemahnya sistem kekebalan tubuh manusia. HIV membutuhkan sel-sel kekebalan kita

untuk berkembang biak. Dua spesies HIV yang diketahui menginfeksi manusia adalah HIV -

1 dan HIV-2. HIV 1 adalah virus HIV yang pertama diidentifikasi oleh Luc Moontainer di

Institut Pasteur Paris, tahun 1983. HIV-2 berhasil di isolasi dari pasien Afrika Barat tahun

1986 ( Levinson W, Jawetz E, 2003). HIV-1 lebih mematikan dan lebih mudah masuk

kedalam tubuh. HIV-1 adalah sumber dari mayoritas infeksi HIV di dunia, sementara HIV-2

kebanyakan berada di Afrika Barat. Baik HIV-1 dan HIV-2 berasal dari primata. Asal HIV-1

berasal dari simpanse Pan troglodytes yang ditemukan di Kamerun selatan. HIV-2 berasal

dari Sooty Mangabey (Cercocebus atys), monyet dari Guinea Bissau, Gabon, dan Kamerun

( Price SA, Wilson LM, 2006).

HIV-1 adalah yang lebih "virulent" dan lebih mudah menular, dan merupakan sumber dari

kebanyakan infeksi HIV di seluruh dunia. HIV-2 kebanyakan masih terkurung di Afrika

Barat. Kedua spesies berawal di Afrika Barat dan tengah, menular dari primata ke manusia

dalam sebuah proses yang dikenal sebagai zoonosis. HIV-1 telah berevolusi dari sebuah

simian immunodeficiency virus (SIVcpz) yang ditemukan dalam subspesies simpanse, Pan

troglodyte troglodyte .

HIV-1 memiliki 3 kelompok atau grup yang telah berhasil diidentifikasi berdasarkan

perbedaan pada envelope-nya yaitu M, N, dan O . Kelompok M yang paling besar

prevalensinya dan dibagi kedalam 8 subtipe berdasarkan seluruh genomnya, yang masing-

masing berbeda secara geografis . Subtipe yang paling besar prevalensinya adalah subtipe B

(banyak ditemukan di Afrika dan Asia), subtipe A dan D (banyak ditemukan di Afrika), dan

C (banyak ditemukan di Afrika dan Asia); subtipe-subtipe ini merupakan bagian dari

Page 12: Laporan Dk Blok 9 Skenario 2

kelompok M dari HIV-1. Ko-infeksi dengan subtipe yang berrbeda meningkatkan sirkulasi

bentuk rekombinan (CRFs)

Human Immunodeficiency virus adalah virus sitopatik diklasifikasikan dalam Famili

Retroviridae, sub family Lentiviridae, genus Lentivirus. Berdasarkan strukturnya termasuk

Family retrovirus termasuk virus RNA yang biasanya menyerang organ vital sistem

kekebalan manusia seperti sel T CD4, makrofag, dan sel dendritik. Virus HIV secara

langsung dan tidak langsung merusak sel T CD4, padahal sel T CD4 di butuhkan agar sistem

kekebalan tubuh berfungsi dengan baik. Jika virus HIV membunuh sel T CD4 sampai

terdapat kurang dari 200 sel T CD4 permikro liter darah, maka kekebalan seluler akan hilang

(Highleyman, 2007)

Secara alamiah sel kekebalan kita akan dimanfaatkan, bisa diibaratkan seperti mesin

fotocopy. Namun virus ini akan merusak mesin fotocopynya setelah mendapatkan hasil copy

virus baru dalam jumlah yang cukup banyak. Sehingga lama-kelamaan sel kekebalan kita

habis dan jumlah virus menjadi sangat banyak (Kelly J et al, 1994; Ngowi BJ et al, 2008)

Virus HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang berpotensial

mengandung virus HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu.

Sedangkan cairan yang tidak berpotensi untuk menularkan virus HIV adalah cairan keringat,

air liur, air mata dan lain-lain.

c. patogenesis

d. stadium

Stadium 1 Asimtomatik

Tidak ada penurunan berat badan

Tidak ada gejala atau hanya Limfadenopati Generalisata Persisten

Stadium 2 Sakit ringan

Penurunan berat badan 5-10%

ISPA berulang, misalnya sinusitis atau otitis

Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir

Luka disekitar bibir (keilitis angularis)

Ulkus mulut berulang

Ruam kulit yang gatal (seboroik atau prurigo-PPE  (Pruritic papular

eruption))

Dermatitis seboroik

Page 13: Laporan Dk Blok 9 Skenario 2

Infeksi jamur kuku

Stadium 3 Sakit sedang

Penurunan berat badan > 10%

Diare, demam yang tidak diketahui penyebabnya, lebih dari 1 bulan

Kandidosis oral atau vaginal

Oral hairy leukoplakia

TB Paru dalam 1 tahun terakhir

Infeksi bakterial yang berat (pneumoni, piomiositis, dll)

TB limfadenopati

Gingivitis/ Periodontitis ulseratif nekrotikan akut

Anemia (HB < 8 g%), netropenia (< 5000/ml), trombositopeni kronis

(<50.000/ml)

Stadium 4 Sakit berat (AIDS)

Sindroma wasting HIV

Pneumonia pnemosistis, pnemoni bacterial yang berat berulang

Herpes simpleks ulseratif lebih dari satu bulan

Kandidosis esophageal

TB Extraparu

Sarcoma Kaposi

Retinitis CMV (Cytomegalovirus)

Abses otak Toksoplasmosis

Encefalopati HIV

Meningitis Kriptokokus

Infeksi mikobakteria non-TB meluas

Lekoensefalopati multifocal progresif (PML)

Peniciliosis, kriptosporidosis kronis, isosporiasis kronis, mikosis

meluas, histoplasmosis ekstra paru, cocidiodomikosis)

Limfoma serebral atau B-cell, non-Hodgkin (gangguan fungsi

neurologis dan tidak sebab lain seringkali membaik dengan terapi

ARV)

Page 14: Laporan Dk Blok 9 Skenario 2

Kanker serviks invasive

Leismaniasis atipik meluas

Gejala neuropati atau kardiomiopati terkait HIV

d. manifestasi oral

Nama Etiologi Gambaran Klinis Perawatan

Angular

chelitis

Candida

albicans

Fisur kemerahan pada

sudut mulut dapat terjadi

dengan atau tanpa

pseudomembran

candidiasis, dan bertahan

pada periode ekstensif

jika tidak dirawat.

Krim antifungal topikal

langsung pada area yang

terkena 4 kali sehari

selama 2 minggu

perawatan.

Erytematous

candidiasis

Candida

albicans

Lesi merah, datar, licin

pada permukaan dorsal

lidah atau palatum lunak

maupun keras. Clotrimazole troches,

nystatin oral suspension,

pastiles nystatin,

fluconazole,itraconazole,

dan voriconazole.

Pseudomemb

ran

candidiasis

Candida

albicans dan

keterlibatan

spesies non-

albicans

Seperti plak yang

berwarna putih pada

mukosa bukal, lidah, dan

permukaan mukosa

lainnya. Plak dapat

dilepas,meninggalkan

permukaan di bawahnya

yang kemerahan atau

berdarah.

Linear

gingiva

erytema

Candida

species

Pita merah di sepanjang

margin gingiva dengan

atau tanpa pendarahan.

Biasanya pada anterior

tapi meluas ke posterior.

Juga dapat terjadi pada

gingiva attached dan non

Debridement, kumur

suspensi klorheksidin

glukonase 0.12% dua

kali sehari selama 2

minggu. Meningkatkan

oral hygiene.

Page 15: Laporan Dk Blok 9 Skenario 2

attached.

Kaposi’s

Sarcoma

Kaposi’s

sarcoma

associated

herpes virus

(KSHV)

Macula, nodular, atau

raised dan ulserasi

dengan warna merah-

ungu. Lesi dini: datar,

merah, asimtomatik

dengan warna semakin

menggelap.

Injeksi agen

kemoterapetik lokal,

bedah pengangkatan,

kemoterapi sistemik.

Oral warts

HPV

Human

papillomavir

us (HPV)

Warts seperti bunga

cauli, spiked, atau raised

dengan permukaan datar.

Bedah, bedah laser atau

cryotherapy.

HSV Herpes

simplex virus

(HSV-1)

Rekuren: vesikel pecah

→ ulserasi kecil, nyeri,

yang dapat bersekutu.

Acyclovir.

e. rujukan

VII. SINTESIS

Sandy (49 tahun ) mengalami pseudomembran candidiasis yang sering berulang

sebagai manifestasi oral dari HIV/ AIDS . Dokter memberikasn terapi suportif berupa

obat antifungal, analgesik, diet cair , serta merujuk Sandy ke bagian penyakit dalam.

Page 16: Laporan Dk Blok 9 Skenario 2

REFERENSI

Burban SD, Estimates of opportunistic infection incidence or death within specific

CD4 strata in HiV infected patints in Abidjan,Cote d”lvoire: Impact of alternative methods of

CD4 count modeling,Eur J Epidemiol. 2007:22(10):737 – 744

Chen R Y et al, 2007, Complete Blood Cell Count as a Surrogate CD4 Cell Marker

for HIV Monitoring In Resource Limited Settings, J Acquir Immune Defic Syndr Volume 44,

Number 5.

Renzik. International AIDS society USA, prospective oral manifestation of HIV

disease. Vol. 13. 1330 5 december 2005/January 2006.