laporan akhir program p2m penerapan...
TRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR
PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK
PELATIHAN PERHITUNGAN PAJAK BERDASARKAN
PP NOMOR 46 TAHUN 2013 KEPADA KOPERASI
ANGGOTA GERAKAN KOPERASI
DI KABUPATEN BULELENG
Oleh:
Lucy Sri Musmini, SE, M.Si, Ak./0010057103
Drs. I Gusti MadeAryana, M.Hum/0018126404
Ni Luh Gede Erni Sulindawati, SE, M.Pd, Ak./0004096906
Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
Universitas Pendidikan Ganesha
SPK No. 105/UN48.15/LPM/2014 Tanggal 13 Pebruari 2014
JURUSAN AKUNTANSI PROGRAM DIPLOMA III
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2014
KOPERASI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Ida Sanghyang Widi Wasa (Tuhan Yang
Maha Esa), sebab berkat karunia-Nya-lah laporan ini dapat diselesaikan.
Laporan pengabdian kepada masyarakat ini merupakan laporan tentang kegiatan
pelatihan perhitungan pajak berdasarkan PP nomor 46 tahun 2013 kepada koperasi anggota
gerakan koperasi di Kabupaten Buleleng. Kegitan tersebut telah dilaksanakan pada tanggal
15 Agustus 2014 bekerjasama dengan Dekopinda Kabupaten Buleleng.
Akhir kata, tak ada gading yang tak retak, penulis mengharapkan masukan dan
saran dari berbagai kalangan untuk menyempurnakan laporan ini. Jika ada, akan penulis
terima dengan senang hati dan tangan terbuka. Kepada semua pihak yang telah membantu
baik langsung maupun tidak langsung penulis ucapkan banyak terima kasih.
Singaraja, 10 September 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan ………………..……………………………………………… i
Kata Pengantar………………….. ………………………………………………… ii
Daftar Isi …………………………………………………………………................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 PENDAHULUAN ………….……………………………………………. 1
1.2 ANALISIS SITUASI ……………………………………………...…….. 2
1.3 IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH…………................. 5
1.4 TUJUAN KEGIATAN…………………………………………………… 6
1.5 MANFAAT KEGIATAN……………………………………………….. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PERKOPERASIAN……………………………………………………… 8
2.2 PAJAK PENGHASILAN……………………………….….…………..... 11
2.3 PAJAK PENGHASILAN FINAL BERDASARKAN PP NO. 46
TAHUN 2013 …………………………………………………….............. 10
2.4 KERANGKA PEMECAHAN MASALAH… …………………………… 13
BAB III METODA PELAKSANAAN…….……………………………………. 15
3.1 KHALAYAK SASARAN STRATEGIS………………………………… 16
3.2 KETERKAITAN………………….. ……………..……………………… 16
3.3 METODE PELAKSANAAN……………………………………………... 16
3.4. RANCANGAN EVALUASI……………………………………………... 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENGABDIAN……………..…………………………………… 18
4.2 PEMBAHASAN ………………………………………………………….. 20
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN..………………………………………………………….. 21
5.2 SARAN…………………………………………………………………….. 21
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN- LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. PENDAHULUAN
Perekonomian sangat mempengaruhi perkembangan suatu negara. Pelaku ekonomi
mempunyai peran penting untuk meningkatkan perekonomian tersebut. Salah satu pelaku
ekonomi adalah koperasi, yang sering disebut sebagai bagian dari ekonomi kerakyatan.
Sejak dahulu koperasi mempunyai misi sosial untuk mensejahterakan anggotanya dengan
cara menjalankan bisnis perekonomian. Koperasi terkenal dengan sifat kekeluargaannya
dan gotong royongnya. Koperasi terkadang terkesan didaulat untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, terutama yang termasuk golongan menengah ke bawah.
Pemerintah dengan program ekonomi kerakyatannya, melalui Kementrian Koperasi dan
UKM senantiasa mengusahakan berbagai cara untuk mendukung perkembangan koperasi
di Indonesia. Koperasi saat ini dituntut lebih mandiri dan profesional dalam menjalankan
fungsinya di dalam masyarakat.
Koperasi juga dikenal sebagai soko guru dalam perekonomian nasional yang dapat
menjadi tempat usaha bersama untuk memenuhi aspirasi dan kebutuhan ekonomi anggota,
tumbuh menjadi kuat, sehat, dan mandiri. Koperasi harus siap menghadapi tantangan
perkembangan ekonomi nasional maupun global yang sangat pesat saat ini. Pada
kenyataannya, beberapa pihak berpendapat bahwa koperasi belum dapat bergerak cepat
untuk menyikapi tantangan ekonomi yang sangat dinamis, bahkan ada juga koperasi yang
masih sulit melakukan gerakan.
Dalam pembangunan suatu negara tentu diperlukan biaya yang tidak sedikit.
Sumber dari pembiayaan negara antara lain dapat diperoleh dari menjual sumber daya
alam, pinjaman luar negeri, pinjaman dalam negeri, serta pajak. Pajak merupakan sumber
pembiayaan yang bersifat mandiri bagi pembangunan Indonesia. Pada tahun 2014 pajak
memberikan kontribusi sebesar 65,59% dari seluruh penerimaan negaradalam APBN 2014
(Ibrahim, 2014). Jadi dapat dikatakan bahwa pajak mempunyai peranan penting untuk
pembiayaan segala bentuk dari pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah.
Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), termasuk koperasi, merupakan sektor
perekonomian yang mempunyai peranan sangat penting dalam pembangunan. Sektor
tersebut, jelas menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, sehingga menjadi komponen
utama penciptaaan lapangan kerja baru untuk mengurangi pengangguran, selanjutnya dapat
berdampak pada turunnya tingkat kemiskinan. Peran UMKM sangat penting untuk
memperkuat kelompok masyarakat kelas menengah yang tangguh, kuat, rasional, tidak
mudah dibeli, menuntut aturan main dan kepastian hukum.
Pada tahun 2011 UMKM memberikan kontribusi kira-kira 57% dari Produk
Domistik Bruto Indonesia (Ibrahim, 2014). Angka yang cukup besar untuk mendukung
pembangunan Indonesia. Akan tetapi, kontribusi yang besar tersebut ternyata belum
dibarengi dengan penerimaan pajak yang dibayar olehh UMKM. Menurut data yang ada,
kontibusi UMKM terhadap penerimaan pajak kira-kira hanya mencapai 0,5%. Berkaitan
dengan hal tersebut pemerintah ingin mendorong peningkatan penerimaan pajak dari sektor
UMKM dengan menerbitkan PP No. 46 tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas
Penghasilan dari Usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang Memiliki Peredaran
Bruto Tertentu. Berdasarkan latar belakang tersebut maka kami menyelenggarakan
pelatihan ini dengan tujuan untuk lebih memahami tentang perhitungan pajak penghasilan
final berdasarkan PP no 46 tahun 2013.
1.2. ANALISIS SITUASI
Perkembangan jumlah koperasi di Provinsi Bali saat ini telah mencapai 4.575
koperasi. Namun menurut Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi
Bali Dewa Nyoman Parta (2013), dari jumlah tersebut sampai Desember 2012, masih
terdapat koperasi yang mengalami masalah sebanyak 411 koperasi atau sembilan persen,
yang tersebar di sembilan kabupaten/kota. Koperasi yang memiliki kinerja sehat dan
berkualitas ada sebanyak 3.111 koperasi atau sebesar enam puluh delapan persen (68%)
dengan jumlah aset mencapai lima triliun rupiah per Juni 2013. Jumlah koperasi yang
cukup banyak tersebut sebenarnya dapat berpotensi untuk memberdayakan ekonomi
kerakyatan, khususnya di Provinsi Bali. Adapun permasalahan koperasi yang muncul
setelah ditelusuri diantaranya adalah selain masalah klasik pemasaran dan permodalan,
masalah lain yang diidentifikasi adalah masalah sumber daya manusia yang perlu dibina
dan masih banyak koperasi yang belum menggelar rapat anggota tahunan (RAT), sehingga
masih perlu diadakan pelatihan dan pembinaan.
Pembangunan bidang ekonomi di Kabupaten Buleleng sangat terkait dengan
keberadaan koperasi. Menurut Ketut Suparto, selaku ketua Harkop ke 66 tahun 2013,
koperasi merupakan salah satu implementasi nyata dalam pembangunan ekonomi
kemasyarakatan di Buleleng, sehingga diharapkan dapat meningkatkan perekonomian
daerah yang bermuara pada kesejahteraan masyarakat Buleleng (Ari Humas, 2013).
Adapun kendala yang dihadapi koperasi di Kabupaten Buleleng menurut Suparto, selaku
Sekretaris Dinas Koperasi, Perdagangan, dan Perindustrian (Kopdagprin) Kabupaten
Buleleng, beberapa koperasi yang dalam kondisi melemah akan direvitalisasi untuk
menghidupkan kembali eksistensinya, selanjutnya akan dilakukan penggabungan antar
koperasi sejenis agar aset-asetnya dapat diselamatkan dan aktif kembali di bidang
perekonomian.
Adapun jumlah koperasi di Kabupaten Buleleng berjumlah 377 koperasi tersebar di
9 kecamatan sesuai tabel 1.1.
Tabel 1.1. Jumlah Koperasi per Kecamatan di Kabupaten Buleleng 2012
Kecamatan Jumlah
Gerokgak 34
Seririt 31
Busungbiu 13
Banjar 21
Sukasada 32
Buleleng 194
Sawan 31
Kubutambahan 11
Tejakula 18
Keberadaan koperasi di Kabupaten Buleleng cukup banyak, namun jika diperhatikan
paling banyak ada di Kecamatan Buleleng, sedangkan di kecamatan lain perkembangan
jumlah koperasi masih sangat sedikit, seperti yang terlihat pada gambar 1.1. di bawah ini.
Gambar 1.1. Koperasi di Kabupaten Buleleng awal tahun 2013
Sumber: Dinas Kopdagprin
0
50
100
150
200
Gerokgak Busungbiu Sukasada Sawan Tejakula
Koperasi di Kab Bll
Berdasarkan data keadaan koperasi di Kabupaten Buleleng pada awal tahun 2013 dapat
diketahui bahwa jumlah koperasi yang aktif ada 290 (77%), koperasi yang beku 40 (11%),
dan koperasi yang baru 47 (12%). Masalah yang muncul adalah masih banyak koperasi
yang beku, yang harus dicarikan solusi oleh Dinas Kopdagprin Kabupaten Buleleng,
seperti terlihat pada gambar 1.2.
Gambar 1.2. Kondisi koperasi di Kabupaten Buleleng awal tahun 2013
Sumber : Dinas Kopdagprin
Koperasi di Kabupaten Buleleng mempunyai sebuah gerakan koperasi yang
mewadahi seluruh koperasi di Kabupaten Buleleng, yaitu Dewan Koperasi Indonesia
Daerah (Dekopinda) Kabupaten Buleleng. Dekopinda berperan dalam menjembatani
koperasi yang menjadi anggotanya dengan pemerintah, dalam hal ini Dinas Kopdagprin
Kabupaten Buleleng. Selain itu, Dekopinda juga berperan membina dan mengawasi
koperasi-koperasi yang menjadi anggotanya agar dapat lebih berkembang. Adapun jumlah
koperasi saat ini adalah 377 koperasi, sedangkan yang tergabung dibawah naungan
Dekopinda sebangak 257 koperasi, sudah cukup banyak (68%) seperti dapat dilihat pada
gambar 1.3. berikut:
Gambar 1.3. Jumlah Koperasi yang menjadi anggota Dekopinda
Sumber: Dekopinda Kabupaten Buleleng
Bukan Anggota Dekopinda
32%Anggota Dekopinda
68%
DATA KOPERASI ANGGOTA DEKOPINDA
BEKU11%
BARU12%
AKTIF77%
DATA KOPERASI KABUPATEN BULELENG THN 2013
Berdasarkan informasi dari sekretaris Dekopinda, kondisi koperasi anggota Dekopinda
pada akhir tahun 2012 sejumlah 257 koperasi yang dapat dikelompokkan berdasarkan
aktivitasnya adalah sebagai berikut: koperasi aktif operasional 143, tidak operasional 62,
belum RAT 21, operasional tetapi rugi 5, dan anggota baru 26. Gambaran proporsi dari
kondisi tersebut dapat dilihat pada gambar1.4. berikut ini.
Gambar 1.4. Data Koperasi Anggota Dekopinda Kabupaten Buleleng 2012
Sumber: Dekopinda Kabupaten Buleleng
Tdk Operasional24%
Belum RAT8%
Operasional (rugi)
2%
Anggota baru10%
Operasional 56%
DATA ANGGOTA DEKOPINDA KAB BLL 2012
Pajak penghasilan menurut Peraturan Pemerintah nomor 46 tahun 2013 merupakan
pengganti Undang-Undang nomor 36 tahun 2008, yang mengenakan tarif berjenjang
dengan tarif terendah 12,5% dari laba bersih, atau pada koperasi 12,5% dari sisa hasil
usaha (SHU). Tujuan adanya Peraturan Pemerintah No.46 tahun 2013 adalah untuk
mempermudah wajib pajak yang menerima penghasilan dari usaha dengan peredaran bruto
tertentu umtuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajaknya. Selain itu, bagi
pemerintah, adanya Peraturan Pemerintah No.46 tahun 2013 diharapkan dapat mendorong
pemenuhan kewajiban pajak secara sukarela (voluntary tax complience) serta mendorong
kontribusi penerimaan negara dari UMKM.
Pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013 tentang PPh atas
penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran
bruto tertentu, wajib pajak orang pribadi dan badan yang menerima penghasilan dari usaha
dengan peredaran bruto (omzet) tidak melebihi Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan
ratus juta rupiah) dalam 1 (satu) Tahun Pajak, akan dikenai pajak dengan tarif Pajak
Penghasilan (PPh) yang bersifat final sebesar 1% (satu persen) dari peredaran brutonya.
Ketentuan ini terbit tanggal 12 Juni 2013 dan mulai berlaku sejak 1 Juli 2013. Adapun
pembayaran harus sudah dilakukan peling lambat tanggal 15 Agustus tahun yang sama.
1.3. IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada analisis situasi di atas dapat diketahui bahwa di
Kabupaten Buleleng terdapat potensi yang cukup besar jika dilihat dari jumlah koperasi
yang tersebar di seluruh Kabupaten Buleleng yaitu sebanyak 377 koperasi. Permasalahan
pada bidang perpajakan yang sering terjadi adalah kesulitan menerapkan perhitungan pajak
yang harus dilaporkan dan akhirnya disetor pembayarannya ke kas negara. Masalah
tersebut muncul karena sistem pemungutan pajak penghasilan mnggunakan self assessment
system, yaitu sistem yang memberikan wewenang penuh kepada wajib pajak untuk
menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri besar besaran pajaknya. Masalah tersebut
merupakan masalah perpajakan selain masalah kontribusi pajak oleh UMKM termasuk
koperasi, yang masih sangat kecil bagi negara Adapun PP No. 46 ini adalah peraturan
pajak yang baru berlaku pada tahun 2013 ini, jadi masalah perhitungan pembayaran dan
penyetoran pajaknya berbeda dengan cara sebelumnya, sehingga perlu diadakan pelatihan
tentang perhitungan pajak tersebut.
Dalam hal ini Dekopinda selaku wadah gerakan koperasi di Kabupaten Buleleng
mempunyai peran membina dan mengawasi koperasi yang menjadi anggotanya. Terkait
masalah sosialisasi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013 tentang PPh atas
penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran
bruto tertentu Dekopinda juga berkepentingan melakukan sosialisasi bagi para anggotanya,
maka perlu dilaksanakan pelatihan perhitungan pajak berdasarkan PP nomor 46 tahun 2013
kepada koperasi anggota gerakan koperasi di Kabupaten Buleleng.
1.4. TUJUAN KEGIATAN
Secara umum tujuan kegiatan ini adalah memberikan pelatihan perhitungan pajak
berdasarkan PP nomor 46 tahun 2013 kepada koperasi anggota gerakan koperasi di
Kabupaten Buleleng. Bila dirinci lagi maka tujuan dari kegiatan ini adalah untuk :
1. Memberikan pemahaman tentang perhitungan pajak berdasarkan PP nomor 46 tahun
2013 kepada koperasi anggota gerakan koperasi di Kabupaten Buleleng.
2. Memberikan pelatihan cara membuat surat setoran pajak (SSP), sehingga para
pengelola koperasi bisa membuat SSP masing-masing koperasi.
3. Memberikan pendampingan perhitungan pajak berdasarkan PP nomor 46 tahun 2013
kepada koperasi anggota gerakan koperasi di Kabupaten Buleleng.
1.5. MANFAAT KEGIATAN
Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan ini adalah dengan adanya hasil
pelatihan penyusunan laporan keuangan bagi anggota PHRI Kabupaten Buleleng maka:
1. Bagi masyarakat terutama koperasi anggota gerakan koperasi Kabupaten Buleleng,
kegiatan ini dapat digunakan sebagai masukan tentang cara perhitungan pajak
berdasarkan PP nomor 46 tahun 2013, sehingga nantinya dapat digunakan untuk
menghitung, melaporkan dan membayar pajak koperasi sesuai self assessment system.
2. Bagi Dekopinda kegiatan ini dapat digunakan sebagai bahan pembinaan bagi para
anggotanya dan meningkatkan kerjasama dengan lembaga lain, dalam hal, ini
Undiksha
3. Bagi Undiksha sebagai penerapan tri dharma perguruan tinggi yaitu melaksanakan
pengabdian pada masyarakat, yang nantinya dapat bermanfaat bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat luas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. PERKOPERASIAN
Koperasi berasal dari kata co dan operation yang mengandung arti kerja sama
untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, secara umum Arifin Chaniago (1984 : 2)
menyatakan bahwa koperasi adalah ”suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang
atau badan – badan yang memberikan kebebasan masuk dan keluar menjadi anggota,
dengan kerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha, untuk mempertinggi
kesejahteraan anggotanya.” Menurut Kasmir (2005 : 270) Koperasi merupakan bentukan
dari sekelompok orang yang mempunyai tujuan bersama. Sedangkan menurut Richard
Burton Simatupang (2003 : 14) Koperasi mempunyai arti bekerja sama. Adanya kerja sama
dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan yang semula sukar dicapai oleh orang
perseorangan, tetapi akan mudah dicapai bila dilakukan kerja sama antara beberapa orang.
Koperasi menurut Undang-Undang nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian,
mempunyai definisi: koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau
badan hukum koperasi yang melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Perbedaan koperasi dengan badan usaha lainnya menurut Zaeni Asyhadie (2005 : 66)
adalah :
1. Dalam koperasi, orang – orang yang terlibat di dalamnya adalah orang yang tidak
bermodal sehingga untuk mendapatkan modal yang besar harus banyak anggotanya.
Sedangkan dalam badan usaha lain tidak perlu mempunyai banyak pihak sebagai
pemilik perusahaan karena karena masing-masing mempunyai modal besar.
2. Tujuan koperasi adalah kemakmuran bersama, sedangkan badan usaha lain tujuannya
untuk mencari keuntungan.
3. Modal koperasi dikumpulkan dari simpanan-simpanan, pinjaman-pinjaman, penyisihan
hasil usaha, termasuk dana cadangan, serta sumber lain yang sah. Sedangkan badan
usaha lain terdiri atas masukan dari sekutu yang dilakukan sekali saja dengan jumlah
yang besar.
4. Pembagian SHU koperasi sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-
masing anggota setelah dikurangi dengan dana cadangan. Sedangkan badan usaha lain
pembagian laba sibagi sesuai dengan jumlah pemasukan modal.
Makin pesatnya pertumbuhan koperasi di Indonesia merupakan fenomena
meningkatnya animo dan pengertian masyarakat akan peran koperasi di lingkungan
mereka. Ada beberapa sebab yang melatarbelakangi pesatnya pertumbuhan koperasi yang
pada akhirnya menyebabkan timbulnya beberapa jenis koperasi. Diantara sebab yang
terpenting misalnya, adanya ikatan pemersatu sebagai solidaritas bersama yang mampu
mengembangkan kesamaan pendapat dalam menumbuhkan sikap hemat, saling percaya,
pelayanan kebutuhan secara tepat oleh koperasi masing-masing sesuai dengan kebutuhan
lingkungan itu sendiri.
Jenis-jenis koperasi menurut Edilius dan Sudarsono ( 1996 : 180 ) adalah:
a. Koperasi kredit
Koperasi kredit dibentuk oleh sekelompok orang yang ingin memakai uang untuk
tujuan tertentu dengan jalan mengumpulkan uang terlebih dahulu pada koperasi
kemudian dapat dipinjam untuk keperluan tertentu. Koperasi jenis ini mulai
berkembang di Jerman kemudian dikenal pula di negara-negara lain. Koperasi kredit
dapat memberikan dasar yang kokoh tentang kemampuan koperasi untuk berdiri atas
kekuatan sendiri.
b. Koperasi konsumsi
Koperasi konsumsi adalah koperasi yang dibentuk oleh orang-orang yang memakai
barang atau memakai jasa.
c. Koperasi produksi
Koperasi produksi ialah koperasi yang menghasilkan suatu barang sebagai hasil
usaha seluruh anggotanya.
d. Koperasi serba usaha
Koperasi aneka usaha ialah koperasi yang bergerak di berbagai bidang usaha, baik
dari segi fungsi ekonomi yang dilakukan maupun dari komoditi yang diperdagangkan.
Contoh : Koperasi Unit Desa (KUD).
Adapun kaitan Pancasila dan UUD 1945 Landasan Koperasi Indonesia lebih lanjut
dapat diuraikan (Wandirah, Ayu, 2013) sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila pertama dari Pancasila ini mengandung arti bahwa bangsa Indonesia adalah
bangsa yang percaya dengan adanya Tuhan Yang Maha Esa. Penerapan Sila Ke-
Tuhanan Yang Maha Esa dalam Koperasi dapat diaplikasikan dalam bentuk :
a. Keunggulan koperasi terbuka untuk semua penganut agama / kepercayaan dan
semua golongan, serta tiap anggota koperasi wajib menghormati agama atau
kepercayaan yang dianut oleh masing – masing anggotanya.
b. Koperasi sangat mendambakan dan mementingkan kejujuran, baik Pengurus,
Badan Pemeriksa, Anggota Koperasi sebagai wujud dari pengamalan sila
Ketuhanan Yang Maha Esa harus melakukan kejujuran dalam koperasi. Kejujuran
adalah wujud dari perbuatan tidak berdusta, tidak menipu dan sebagainya.
c. Koperasi harus menentang semua tindakan atau praktek – praktek yang
bertentangan dengan ajaran cinta kasih atau perbuatan yang tidak manusiawi.
Koperasi dalam melakukan kegiatan usahannya tidak boleh mengeruk keuntungan
yang besar, melakukan praktek ijin, riba, pemerasan dan sebagainya yang
merupakan perbuatan yang tidak dibenarkan oleh ajaran cinta kasih tersebut.
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Rasa kemanusiaan adalah sangat penting bagi manusia dalam hidup bermasyarakat.
Mereka harus saling menghargai diantara sesamanya, sesuai dengan harkat dan
martabatnya. Suatu kriteria menghargai manusia berarti menjunjung tinggi nilai –
nilai kemanusiaan dan berani membela keadilan serta kebenaran.
Penerapan dan pengamalan sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab dalam
koperasi dapat diaplikasikan dalam bentuk :
a. Koperasi tidak membedakan kedudukan sosial, agama serta golongan dari
masing – masing anggotanya.
b. Semua anggota koperasi berhak mendapat perlakuan yang sama secara adil.
3. Persatuan Indonesia
Persatuan dan kesatuan dikembangkan atas dasar Bhenika Tunggal Ika dengan
menunjukan pergaulan antar sesama manusia Indonesia. Penerapan sila Persatuan
Indonesia didalam koperasi Indonesia adalah bahwa koperasi Indonesia adalah
tidak mengenal perbedaan agama, suku, ras, politik atau status sosial anggota
koperasi untuk bersatu dalam wadah koperasi. Koperasi harus mampu menerapkan
rasa solidaritas tanpa memandang asal – usul, kaya atau miskin bagi para
anggotanya.
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan /
Perwakilan
Penerapan sila keempat dari Pancasila di dalam koperasi adalah bahwa dalam
perkumpulan koperasi sistem musyawarah untuk mufakat, harus sepenuhnya
dilaksanakan dan menjadi landasan setiap tindakan atau kebijaksanaan dalam
koperasi Indonesia. Seandainya terdapat suatu perbedaan pendapat atau
perselisihan pendapat, maka hal tersebut harus dipecahkan atau diselesaikan
melalui musyarawah atau mufakat dalam suatu Rapat Anggota.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Keadilan sosial adalah keadilan yang berlaku dalam masyarakat. Jadi tolak ukurnya
adalah masyarakat. Masyarakat perlu dibangun oleh manusia sebagai bagian atau
anggota dari masyarakat itu sendiri. Pembangunan dan penikmatan hasil
pembangunan masyarakat perlu dibagi secara adil. Adil disini dilihat dari sudut
pandang masyarakat. Keadilan sosiallah keadilan yang memberikan kepada masing
– masing bagiannya dalam segala hasil kegiatan dalam masyarakat.
Adapun penerapan atau pelaksanaan sila keadilan sosial dalam koperasi tercermin
dalam bentuk :
a. Koperasi tidak hanya bekerja untuk kepentingan anggota, tetapi diharapkan
juga dapat berperan dalam menunjang kepentingan masyarakat sekitarnya.
b. Sisa hasil usaha koperasi harus dicadangkan bagi dana sosial dan dana
pembangunan bagi masyarakat sekitarnya.
c. Bagian sisa hasil usaha anggota tidak dibagikan secara sama rata, tetapi
didasarkan atau diukur atas besarnya jasa dan karya yang disumbangkannya
kepada koperasi.
d. Dengan dihayati dan diamalkannya nilai keadilan sosial dalam koperasi, maka
diharapkan jurang pemisah antara sikaya dengan simiskin dipersempit.
e. Koperasi sebagai badan usaha ekonomi mengutamakan perbuatan–perbuatan
luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan, yang merupakan ciri khas koperasi Indonesia.
2.2. PAJAK PENGHASILAN
Secara umum, kata pajak bagi sebagian masyarakat direspons dengan sikap
negative. Kenyataan itu banyak terjadi karena masyarakat masih belum banyak yang sadar
membayar pajak. Mereka menganggap pajak membebani usaha yang mereka lakukan, hal
ini tentu hanya dilihat dari sisi mereka saja, namun mereka tidak melihat dari pandangan
menyeluruh tentang bagaimana suatu negara bisa menjalankan pembangunannya untuk
masyarakatnya. Pengertian pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang
perubahan atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata
cara perpajakan pasal 1 ayat 1, adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sejalan dengan Undang-Undang tersebut, Prof. Dr.
H. Rochmat Soemitro, S.H. sebelumnya juga mendefinisikan pajak sebagai iuran rakyat
kepada Kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada
mendapat jasa timbale (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Selanjutnya definisi pajak tersebut
direvisi menjadi peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk
membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang
merupakan sumber utama untuk membiayai public inverstment. (Wirayanthi, 2014).
Salah satu pajak yang diterapkan di Indonesia adalah pajak penghasilan (PPh).
Pajak penghasilan (PPh) adalah pajak atas penghasilan (laba) yang diterima atau diperoleh
orang pribadi maupun badan. Adapun Undang-Undang Pajak Penghasilan (PPh) yang
diatur pada UU no. 36 tahun 2008, adalah Undang-Undang yang mengatur pengenaan
Pajak Penghasilan terhadap subjek pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau
diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek pajak tersebut dikenai pajak (disebut Wajib Pajak)
apabila menerima atau memperoleh penghasilan selama satu tahun pajak atau dalam
bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalamtahun
pajak. Adapun objek pajak penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak
dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Pada Undang-Undang no. 36 tahun 2008 diatur tentang pajak penghasilan (PPh)
badan dengan tariff tunggal sebesar 28% pada tahun 2009 atau 25% pada tahun 2010, serta
keringanan bagi wajib pajak yang memiliki penghasilan dibawah 4,8 miyar per tahun
dikenakan tariff 12,5%.
2.3. PAJAK PENGHASILAN FINAL BERDASARKAN PERATURAN
PEMERINTAH NO. 46 TAHUN 2013.
Keluhan tentang sulitnya perhitungan dan pelaporan pajak yang dialami wajib
pajak terkait pajak penghasilannya, saat ini telah dapat diatasi dengan terbitnya Peraturan
Pemerintah nomor 46 tahun 2013. Peraturan ini menawarkan perhitungan dan pelaporan
dengan ciri sederhana dan mudah bagi wajib pajak. Pajak penghasilan pada PP 46 adalah
bersifat final, mempunyai objek penghasilan yaitu penghasilan dari usaha yang diterima
atau diperoleh dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak dengan peredaran bruto
yang tidak melebihi Rp 4.800.000.000,- dalam satu tahun. Tidak termasuk penghasilan dari
jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas seperti dokter, pengacara, notari, dan lain-lain.
Begitu pula dengan penghasilan yang telah dikenakan pajak penghasilan final tidak
termasuk dalam penghasilan yang diatur pada PP 46, seperti jasa konstruksi, dan
persewaan atau penjualan aktiva berupa tanah dan bangunan.
Sementara yang menjadi Subjek Pajaknya adalah Orang Pribadi atau Badan tidak
termasuk Badan Usaha Tetap (BUT) yang memperoleh penghasilan yang menjadi objek
PPh Final. Kecuali subjek pajak pengusaha Orang Pribadi yang dalam usaha perdagangan
dan/atau jasa menggunakan sarana atau prasarana yang dapat dibongkar pasang dan
menggunakan tempat umum sebagai tempat usaha seperti pedagang kaki lima, pedagang
asongan dan sejenisnya.
Adapun kemudahan dari sifat sederhana pajak ini terlihat pada perhitungan pajak
adalah tariff 1% dari peredaran bruto usaha setiap bulan. Pencatatan peredaran usaha atau
omset usaha dapat dilakukan dengan mudah, selanjutnya dijumlahkan selama satu bulan
barulah dikali 1%, maka diperoleh angka yang merupakan pajak yang harus disetor.
2.4. KERANGKA PEMECAHAN MASALAH
Dari uraian dalam kajian pustaka maka dapat dijelaskan kerangka pemecahan masalah
yang menjadi acuan dalam pengabdian pada masyarakat ini adalah sebagai berikut :
Pengsahan Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 tentang pajak penghasilan atas
penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran
bruto tertentu telah dilakukan pada tanggal 1 Juli 2013. Pada dasarnya pemerintah
berkeinginan lebih meningkatkan pemberdayaan pajak, dalam hal ini yang ditujukan
kepada kontribusi pajak dari UMKM termasuk kebanyakan koperasi. Peraturan ini
dianggap lebih mudah dilakukan oleh wajib pajak yang menggunakan sellf assessment
system karena mempunyai satu jenis tarif, yaitu 1% dari peredaran bruto usaha. Kebijakan
perpajakan ini didasarkan pada karakteristik umum UMKM yang dianggap lemah dalam
melakukan pembukuan kegiatan usahanya. Selain itu, juga dianggap strategi yang tepat
untuk mendorong voluntary complience, yang selanjutnya diharapkan dapat
meningkatkanpenerimaan pajak. Saat ini sosialisasi tentang pajak penghasilan 1% ini telah
dilakukan dirjen pajak bersama jajarannya di seluruh Indonesia, termasuk di Kabupaten
Buleleng. Dekopinda Kabupaten Buleleng yang merupakan satu-satunya wadah gerakan
koperasi di Kabupaten Buleleng mempunyai koordinasi yang baik dengan Dinas
Kopdagprin, termasuk dalam hal sosialisasi Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013
tentang pajak penghasilan 1% tersebut. Permasalah lainnya adalah adanya keterbatasan
sosialisasi yang telah dilakukan oleh Dinas Kopdagprin. Berdasarkan uraian di atas maka
kegiatan yang sesuai untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan memberikan
pelatihan perhitungan pajak berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 46 tahun 2013
kepada koperasi anggota gerakan koperasi di Kabupaten Buleleng tersebut. Setelah
dilakukan pelatiahan maka tujuan yang ingin dicapai adalah para peserta mempunyai
persamaan pemahaman dan persepsi tentang perhitungan pajak berdasarkan Peraturan
Pemerintah nomor 46 tahun 2013, sehingga dapat mengadakan perubahan-perubahan
seperti yang dimaksud peraturan pemerintah tersebut. Adapun kerangka berpikir kegiatan
ini dapat dilihat pada Gambar 2.1. di bawah ini.
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
Pengamatan pada anggota Dekopinda
Kabupaten Buleleng
PP NO. 46 TAHUN 2013
Pelatihan Perhitungan Pajak
Berdasarkan PP Nomor 46
Tahun 2013 Kepada Koperasi
Anggota Gerakan Koperasi Di
Kabupaten Buleleng.
Sisi eksternal:
PP baru belum sepenuhnya
disosoalisasikan oleh
pemerintah
Sisi internal:
Ketidakpahaman isi PP baru,
sementara itu harus sudah
diterapkan
Pemahaman tentang perhitungan pajak
berdasarkan PP nomor 46 tahun 2013
oleh koperasi anggota gerakan koperasi
di Kabupaten Buleleng, sehingga dapat
diaplikasikan pada masing-masing
koperasinya.
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1. KHALAYAK SASARAN STRATEGIS
Khalayak sasaran strategis yang dilibatkan dalam kegiatan pengabdian pada
masyarakat ini adalah koperasi anggota Dekopinda Kabupaten Buleleng yang berjumlah 40
orang. Pemilihan sasaran tersebut adalah karena anggota Dekopinda Kabupaten Buleleng
kebanyakan belum memperoleh sosialisasi tentang Peraturan Pemerintah No 46 Tahun
2013.
3.2. KETERKAITAN
Program pengabdian pada masyarakat ini melibatkan Universitas Pendidikan
Ganesha dengan Dekopinda Kabupaten Buleleng, yang merupakan lembaga perhimpunan
gerakan koperasi yang ada di Kabupaten Buleleng. Anggota gerakan ini adalah berbagai
jenis koperasi yang berada di wilayah Kabupaten Buleleng. Semua kegiatan yang
dilakukan oleh anggota gerakan dikoordinasi oleh Dekopinda.
3.3. METODE KEGIATAN
Bentuk dari program pengabdian pada masyarakat ini adalah berupa pelatihan.
Pada awalnya peserta pelatihan diberikan penjelasan tentang isi Peraturan Pemerintah no
46 tahun 2013. Peserta selanjutnya diberikan pemahaman tentang Peraturan Pemerintah no
46 tahun 2013 dengan mengkaji bersama bagian – bagian dari Peraturan Pemerintah
tersebut disertai dengan diskusi, sehingga menghasilkan pemahaman yang sama tentang isi
yang dimaksud oleh Peratuen Pemerintah tersebut. Selanjutnya peserta dilatih menghitung
pajak penghasilan berdasarkan contoh yang diberikan pada saat itu.
Setelah pelatiihan perhitungan pajak penghasilan berdasarkan Peraturan Pemerintah
No 46 tahun 2013 selesai dilaksanakan, pelaksanaan pengabdian kepada masyarakan
dilanjutkan dengan melakukan pendampingan pada beberapa koperasi yang menjadi
peserta pelatihan agar dapat membuat perhitungan pajak penghasilan pada koperasi mereka
masing-masing berdasarkan Peraturan Pemerintah No 46 tahun 2013.
3.4. RANCANGAN EVALUASI
Rancangan evaluasi pada programpengabdian kepada masyarkat saat ini dapat
dilihat pada tabel 3.1. berikut:
Tabel 3.1.
No Tujuan Program Evaluasi program
1 Khalayak sasaran mempunyai
termotivasi mengikuti kegiatan
pelatihan
Kehadiran pada saat pelaksanaan P2M
mencapai 100% lebih dari yang
direncanakan yaitu 41 peserta.
2 Khalayak sasaran mampu
memahami dengan lebih baik
apa yang dimaksud pada
Undang-Undang Nomor 17
tahun 2012 tentang
Perkoperasian.
Khalayak sasaran ikut berpartisipasi dalam
diskusi tentang pemahaman isi Peraturan
Pemerintah Nomor 46 tahun 2013, dengan
tingkat pertisipasi 50% dari peserta yang
hadir saat kegiatan dilaksanakan dengan
menyampaikan pertanyaan sesuai dengan
permasalahan yang ditemui di lapangan
terkait pajak penghasilan.
Kegiatan ini merupakan program pengabdian kepada masyarakat Universitas
Pendidikak Ganesha bekerjasama dengan Dekopinda Kabupaten Buleleng. Adapun peserta
yang kami undang sebanyak 35 peserta yang berasal dari bebagai koperasi di Kabupaten
Buleleng yang merupakan anggota Gerakan Koperasi Kabupaten Buleleng. Kegiatan ini
dihadiri oleh 41 peserta. Pelatihan dilaksanakan selama satu hari yang diawali dengan
penyampaian materi terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan pelatihan perhitungan
pajak disertai dengan pengisian Surat Setoran Pajak, terakhir meminta kepada semua
peserta untuk memberi pendapat dan saran kepada pemerintah tentang pajak penghasilan
final Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 46 tahun 2013. Kegiatan selanjutnya adalah
melakukan pendampingan ke masing-masing koperasi peserta pelatihan dalam menghitung
pajaknya, membuat surat setoran pajaknya, dan membayar pajaknya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Program pelatihan ini dilaksanakan atas kerjasama Undiksha dengan Dewan
Koperasi Indonesia Daerah Kabupaten Buleleng (Dekopinda) di wilayah Kabupaten
Buleleng. Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan pada tanggal 15 Agustus 2014 yang
bertempat di Gedung Dekopinda Kabupaten Buleleng, Jalan Udayana Barat, Singaraja.
Peserta pelatihan adalah pengurus koperasi yang tergabung pada gerakan koperasi
Indonesia Kabupaten Buleleng, yang hadir pada kesempatan tersebut berjumlah 41 orang.
Kebanyakan peserta adalah pengurus koperasi masing-masing, sedangkan beberapa peserta
lainnya adalah karyawan koperasi. Secara keseluruhan para peserta yang hadir telah sesuai
dengan bidang yang menjadi topik pelatihan saat itu.
Pada pelatihan ini, yang menjadi nara sumber adalah Ibu Ni Luh Gede Erni
Sulindawati, S.E., M.Pd., Ak. Nara sumber adalah Dosen Akuntansi di Universitas
Pendidikan Ganesha di Jurusan Akuntansi Program Diploma III, selain itu juga telah
berpengalaman sebagai karyawan keuangan di beberapa perusahaan, yang salah satu
tugasnya adalah membuat setoran pajak dan dosen pengampu mata kuliah perpajakan
dengan selalu meng-update informasi tentang pajak, yang sampai saat ini ditekuni.
Penyiapan materi pelatihan dilakukan oleh nara sumber berdasarkan pada aturan-aturan
terbaru di bidang perpajakan di Indonesia, termasuk pajak penghasilan final yang
berdasarkan pada Peraturan Pemerintah nomor 46 tahun 2013. Materi pelatihan juga
termasuk bahan simulasi untuk membuat perhitungan pajak penghasilan yang benar sesuai
kasus yang disiapkan oleh nara sumber termasuk surat setoran pajak (SSP) yang digunakan
untuk pelatihan perhitungan pajak penghasilan berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor
46 tahun 2013.
Pelaksanaan kegiatan pengabdian ini diawali dengan koordinasi dengan pihak
Dekopinda Kabupaten Buleleng, yang disambut dengan baik dan didukung oleh para
pengurusnya. Selanjutnya panitia pelaksana menentukan jadwal dan tempat pelaksanaan
kegitan pelatihan. Langkah berikutnya yang dilakukan adalah menyebarkan surat undangan
kepada masing-masing koperasi anggota gerakan koperasi Indonesia Kabupaten Buleleng.
Setelah diberikan jangka waktu tertentu, para peserta pelatihan memberikan konfirmasi
kesediaan mengikuti kegiatan pelatihan ini disertai nama peserta masing-masing.
Sebelumnya panitia pelaksana telah berkoordinasi dengan nara sumber atas kesediaannya
sebagai nara sumber pada kegiatan pelatihan ini.
Pada hari pelaksanaan pelatihan Ketua Dekopnda Kabupaten Buleleng, Bapak
Made Sukayatna, berkesempatan hadir dan memberikan sambutan atas pelaksanaan
kegiatan pelatihan ini. Selanjutnya, Ketua Dekopinda membuka acara pelatihan ini secara
simbolis. Selanjutnya, kegiatan pengabdian ini dibagi menjadi dua sesi, yaitu : sesi pertama
adalah penyampaian materi dan diskusi, kemudian sesi kedua adalah pelatihan perhitungan
pajak penghasilan final dengan menggunakan bahan simulasi yang telah disiapkan.
Pemberian materi oleh nara sumber dengan moderator Ibu Lucy Sri Musmini, SE,
M.Si, Ak berjalan dengan lancar. Adapun materi yang diberikan antara lain tentang pajak
penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang
memiliki peredaran bruto tertentu berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 46 tahun 2013.
Selanjutnya, materi tentang penyetoran dan pelaporan pajak tersebut, surat setoran pajak,
disertai contoh ilustrasi perhitungan pajak 1 % sebuah koperasi. Pada sesi diskusi, para
peserta sangat antusias dengan meteri yang disajikan beberapa pertanyaan dikemukakan
oleh peserta.
Pertanyaan yang dikemukakan antara lain adalah tentang peredaran bruto tertentu.
Peredaran bruto tertentupada koperasi serba usaha adalah semua omset penjualan yang
dilakukan selama masa pajak oleh koperasi tersebut. Pada koperasi simpan pinjam
peredaran bruto adalah semua pendapatan jasa yang diperoleh koperasi selama masa pajak,
seperti pendapatan bunga pinjaman, pendapatan biaya administrasi pinjaman, dan lain-lain.
Semua peredaran bruto tersebut jumlahnya selama satu tahun pajak tidak melebihi dari Rp
48.000.000.000,- selanjutnya langsung dikalikan dengan 1%.
Diskusi lain adalah tentang keuntungan dan kerugian dari penetapan pajak baru ini
yaitu 1% dari peredaran bruto. Bagi koperasi simpan pinjam dirasakan tidak terlalu berat,
karena laba yang diperoleh setelah pembayaran pajak mungkin masih bisa diterima (masuk
akal). Namun, pada koperasi serba usaha, dalam hal ini yang melakukan usaha dagang,
merasa peraturan pajak 1% ini sangatlah memberatkan, karena setelah dihitung beban
pajaknya, mereka masih terbebani dengan harga pokok dari barang yang dijual. Harga
pokok merupakan komponen terbesar yang terkandung dalam pendapatan mereka,
sehingga laba yang mereka harapkan dari aktivitas usahanya menjadi sangat kecil.
Selanjutnya, setelah selesai pelatihan dan simulasi perhitungan pajak penghasilan
berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 46 tahun 2013 dilaksanakan, para peserta
pengabdian masyarakat membuat sendiri perhitungan pajak penghasilan koperasi masing-
masing dengan mendapat pendampingan dari pelaksana kegiatan pengabdian selama satu
minggu. Adapun hasil yang diperoleh dari kegiatan pendampingan tersebut, para peserta
pelatihan telah paham cara menghitung pajak penghasilan berdasarkan Peraturan
Pemerintah nomor 46 tahun 2013.
4.2. PEMBAHASAN
Pelatihan perhitungan pajak penghasilan berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor
46 tahun 2013 dengan bahan simulasi laporan rugi laba koperasi yang telah disiapkan,
berjalan dengan baik. Para peserta dapat menghitung pajak penghasilan berdasarkan
Peraturan Pemerintah nomor 46 tahun 2013 tersebut dengan baik. Pada akhir kegiatan,
hasil pelatihan yang dibuat oleh para peserta dibahas oleh nara sumber, dievaluasi
kesalahannya, dan dibahas tentang kekeliruan yang terjadi.
Pada pelaksanaan pengabdian tentang pelatihan ini dirasakan sangat bermanfaat
bagi peserta pelatihan. Koordinasi dan kerjasama yang dilakukan antara LPM Undiksha
dengan Dekopinda Kabupaten Buleleng dalam hal ini pelaksana kegiatan pengabdian
kepada masyarakat, sudah sangat baik. Pihak Dekopinda Kabupaten Buleleng sangat
menyambut kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan para anggotanya melalui kerja
sama dengan pihak Undiksha, terutama yang berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan.
Kegiatan ini dinilai sangat penting untuk meningkatkan profesionalisme bagi mereka yang
bergerak di bidang koperasi. Jika dilihat dari undangan yang disebarkan, sebenarnya
kehadiran peserta saat pelatihan sangat baik, yaitu telah melebihi 100%, hal ini
menunjukkan bahwa sasaran kegiatan ini sangat antusias mengikuti pelaksanaan kegiatan
yang dilakukan ini.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang
telah diuraikan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemahaman peserta tentang pembuatan laporan keuangan hotel semakin baik setelah
mengikuti pelatihan penyusunan laporan keuangan, terutama bagi pengurus koperaasi
yang menjadi anggota Dekopinda Kabupaten Buleleng.
2. Kemampuan peserta pelatihan membuat perhitungan pajak penghasilan final menurut
Peraturan Pemerintah no. 46 tahun 2013 pada simulasi dengan bahan yang disiapkan
panitia telah cukup baik.
3. Para peserta pelatihan telah dapat membuat perhitungan, pelaporan, serta melakukan
pembayaran pajak penghasilan final sesuai Peraturan Pemerintah no. 46 tahun 2013
dengan baik.
5.2. SARAN
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, pada kesempatan ini dapat
disarankan beberapa hal, yaitu:
1. Pelatihan tentang bidang ilmu akuntansi, khususnya pajak yang sangat sering
mengalami perubahan, terutama Peraturan Pemerintah No. 46 yang baru terbit tahun
2013, sangat diperlukan oleh pengurus koperasi, sehingga diharapkan kegiatan seperti
ini dapat berlanjut di kemudian hari.
2. Bagi para pengurus kopersai perlu melihat atau memperbaharui pengetahuan yang
dimiliki, sesuai dengan perkembangan atau perubahan yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin Sitio, Halomoan Tamba. 2001. Koperasi : Teori dan Praktik. Penerbit Erlangga.
Jakarta
Ibrahim, Syarif.2014. Pengenaan PPh Final untuk Wajib Pajak dengan Peredaran Bruto
Tertentu, Sebuah Konsep Kesederhanaan Pengenaan PPh Untuk
Meningkatkan Voluntary Tax Compliance. Pusat Kebijakan Pendapatan
Negara-Badan Kebijakan Fiskal.
Kasmir. 2005. Bank dan lembaga keuangan lainnya. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Kasmir. 2007. Dalam buku Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Mardiasmo. 2009. Perpajakan. Edisi revisi. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Wandirah, Ayu. 2013. Pengaruh Kredit Simpan Pinjam Terhadap Pendapatan Koperasi
Pada Koperasi Tani Satya Jaya Keloncing Periode 2006 – 2011. Tugas Akhir
Jurusan Akuntansi Program Diploma III Undiksha.
Wirayanthi, Devi. 2014. Sistem Perhitungan dan Pelaporan Pajak UKM mMenurut PP
No. 46 Tahun 2013 dan Dampaknya Bagi Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Bali
Nasional Akuntan (BNA) Sukasada. Tugas Akhir Jurusan Akuntansi Program
Diploma III Undiksha.