laporan akhir program p2m penerapan...

37
1 LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN TEKNIS PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DALAM UPAYA MEWUJUDKAN GOOD VILLAGE GOVERNANCE AND CLEAN GOVERNMENT DI KECAMATAN SAWAN KABUPATEN BULELENG Oleh I Gusti Ayu Purnamawati, SE, M.Si, Ak (Ketua) NIP. 197911042008122003 Ni Ketut Sari Adnyani, S.Pd, M.Hum (Anggota) NIP. 198202042009122004 Nyoman Dini Andiani, S.St.Par., M.Par. (Anggota) NIP. 198304052008122001 Ni Putu Rai Yuliartini, S.H, M.H. (Anggota) NIP. 198307162008122003 Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha dengan SPK Nomor: /UN48.15/PM/2016 Tanggal 25 Februari 2016 JURUSAN AKUNTANSI PROGRAM DIPLOMA III FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2016

Upload: phamminh

Post on 06-Feb-2018

229 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKSlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_197911042008122… · LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN ... dilaksanakan “setengah hati”

1

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS

PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN TEKNIS

PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DALAM UPAYA

MEWUJUDKAN GOOD VILLAGE GOVERNANCE AND

CLEAN GOVERNMENT DI KECAMATAN SAWAN

KABUPATEN BULELENG

Oleh

I Gusti Ayu Purnamawati, SE, M.Si, Ak (Ketua)

NIP. 197911042008122003

Ni Ketut Sari Adnyani, S.Pd, M.Hum (Anggota)

NIP. 198202042009122004

Nyoman Dini Andiani, S.St.Par., M.Par. (Anggota)

NIP. 198304052008122001 Ni Putu Rai Yuliartini, S.H, M.H. (Anggota)

NIP. 198307162008122003

Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)

Universitas Pendidikan Ganesha dengan SPK Nomor:

/UN48.15/PM/2016

Tanggal 25 Februari 2016

JURUSAN AKUNTANSI PROGRAM DIPLOMA III

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2016

Page 2: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKSlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_197911042008122… · LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN ... dilaksanakan “setengah hati”

2

Page 3: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKSlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_197911042008122… · LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN ... dilaksanakan “setengah hati”

3

DAFTAR ISI

Cover

Halaman Pengesahan……………………………………………………… i

Daftar Isi………………………………………………………………….. ii

Abstrak……………………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ....……………………………………….................. 5

1.2. Analisis Situasi.……………………………………………………. 9

1.3. Identifikasi dan Perumusan Masalah……………………………….14

1.4. Tinjauan Pustaka…………….……………………………………...15

1.5. Tujuan Kegiatan………….…………………………………………19

1.6. Manfaat Kegiatan………….………………………………………..19

1.7. Kerangka Pemecahan Masalah …………………………………….20

1.8. Khalayak Sasaran………….………………………………………. 21

1.9. Keterkaitan ……………….………………………………………. 21

BAB II METODE PELAKSANAAN

2.1. Kerangka Pemecahan Masalah...…………………………………...21

2.2. Metode Pelaksanaan Program.……………………………………..22

2.3. Rancangan Evaluasi...................…………………………………...21

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil..................................................................................................27

3.2. Pembahasan......................................................................................29

BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan.......................................................................................27

4.2. Saran.................................................................................................29

Page 4: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKSlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_197911042008122… · LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN ... dilaksanakan “setengah hati”

4

ABSTRAK

Latar belakang Program Pengabdian Masyarakat ini adalah dalam era

reformasi pengelolaan keuangan daerah sudah mengalami berbagai perubahan

regulasi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut merupakan rakaian bagaimana

suatu Pemerintah Daerah dapat menciptakan good governance dan clean

goverment dengan melakukan tata kelola pemerintahan dengan baik. Pengelolaan

keuangan daerah harus dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-

undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab. Selama

ini pembangunan di Desa dapat dikatakan “dipandang sebelah mata” atau

dilaksanakan “setengah hati” oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.

Ini terlihat dengan minimnya keahlian dan kompetensi Sumber Daya Manusia

(SDM), kurang optimalnya pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan

sedikitnya nilai tambah Sumber Daya Ekonomi (SDE) serta akses infrastruktur

yang sekedarnya. Adanya hal tersebut membawa masalah tidak hanya pada Desa,

tetapi juga pada kota.

Secara umum program pengabdian masyarakat ini bertujuan memberikan

pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan profesionalisme para aparatur

pemerintah Desa di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng dalam mempelajari

secara teknis ketentuan dan tata cara penatausahaan administrasi keuangan desa

karena anggaran yang turun ke desa sangat besar yang harus di kelola desa

sehingga diperlukan penguatan SDM terutama kepada bendahara Desa yang

memang ranahnya pembuatan pelaporan sesuai aturan undang-undang yang

berlaku agar menghindari kesalahan serta kerugian anggaran negara. Kegiatan ini

memiliki keterkaitan yang sangat mutualis dengan pihak Badan Pemberdayaan

dan Pemerintahan Desa (BPMPD) Kabupaten Buleleng. Metode yang digunakan

dalam kegiatan ini adalah metode praktik langsung dimana materi atau soal-soal

telah disesuikan dengan kondisi kegiatan desa sehari-hari. Hal ini bertujuan untuk

memberikan pemahaman bagi para Bendahara dan Sekretaris Desa di Kecamatan

Sawan Kabupaten Buleleng sehingga mampu untuk menerapkan dalam

pelaksanaannya. Luaran kegiatan ini adalah: panduan penatausahaan

(pengelolaan) keuangan Desa serta artikel ilmiah.

Adapun materi yang diberikan selama pelatihan dan pendampingan

meliputi : (1) penatausahaan administrasi keuangan Desa dengan pokok

pembahasan pelaksanaan pencatatan pada buku kas umum (BKU) dan buku-buku

pembantunya, (2) penyusunan kelengkapan bukti pembayaran (pengeluaran) yang

akan dijadikan sebagai Surat Pertanggung Jawaban (SPJ). Untuk mengukur

tingkat keberhasilan kegiatan yang telah dilakukan, maka akan dilakukan evaluasi

minimal 3 (tiga) kali, yaitu evaluasi proses, evaluasi akhir, dan evaluasi tindak

lanjut. Pada kegiatan pelatihan ini, Bendahara dan Sekretaris Desa di Kecamatan

Sawan Kabupaten Buleleng dilibatkan secara kolaboratif dari awal sampai akhir

kegiatan serta akan dilibatkan dalam merencanakan program, penjadwalan

kegiatan, ikut serta dalam pelatihan sampai pada tahap uji coba produk pelatihan.

Kata Kunci: Good Village Governance, Pengelolaan Keuangan Desa

Page 5: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKSlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_197911042008122… · LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN ... dilaksanakan “setengah hati”

5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sistem pemerintahan Indonesia terus mengalami perkembangan dari masa

ke masa. Indonesia pada awalnya menganut sistem sentralisasi lalu mulai beralih

ke sistem desentralisasi. Salah satu bentuk penyerahan wewenang dari pemerintah

pusat ke pemerintah daerah adalah penyerahan wewenang untuk mengatur

keuangan pemerintah daerah berdasarkan atas prakarsanya sendiri atau yang

dikenal dengan istilah desentralisasi fiskal. Daerah berhak untuk mengoptimalkan

potensi daerahnya guna meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Seiring

dengan perkembangan sistem pemerintahan yang berlaku, desentralisasi fiskal

juga mulai diberikan kepada pemerintah desa. Desa dapat melaksanakan

pembangunan desa berdasarkan atas prakarsa dan potensi desanya.

Selama ini pembangunan di Desa dapat dikatakan “dipandang sebelah

mata” atau dilaksanakan “setengah hati” oleh Pemerintah Pusat maupun

Pemerintah Daerah. Ini terlihat dengan minimnya keahlian dan kompetensi

Sumber Daya Manusia (SDM), kurang optimalnya pengelolaan Sumber Daya

Alam (SDA) dan sedikitnya nilai tambah Sumber Daya Ekonomi (SDE) serta

akses infrastruktur yang sekedarnya. Adanya hal tersebut membawa masalah tidak

hanya pada Desa, tetapi juga pada kota. Masalah tersebut berupa adanya

urbanisasi orang Desa ke Kota, Desa bukan lagi sebagai penopang dan penunjang

Kota, ketimpangan antara Desa dan Kota serta berbagai masalah lainnya. Adanya

alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang diperuntukkan

kepada Desa dengan anggaran yang cukup besar mau tidak mau dilirik oleh semua

pihak. Berbagai pihak tersebut, baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan

Pemerintah Kabupaten serta berbagai lembaga negara lainnya dan lembaga swasta

harus menjalin kerjasama yang sinergis, selaras dan berkelanjutan (Yabbar dan

Hamzah, 2015: 4).

Di era reformasi pengelolaan keuangan daerah sudah mengalami berbagai

perubahan regulasi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut merupakan rakaian

bagaimana suatu Pemerintah Daerah dapat menciptakan good governance dan

Page 6: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKSlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_197911042008122… · LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN ... dilaksanakan “setengah hati”

6

clean goverment dengan melakukan tata kelola pemerintahan dengan baik.

Keberhasilan dari suatu pembangunan di daerah tidak terlepas dari aspek

pengelolaan keuangan daerah yang di kelola dengan manajemen yang baik pula.

Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi

perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan

pengawasan keuangan daerah.

Pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 13 Tahun 20013 pasal 3 meliputi kekuasaan pengelolaan keuangan

daerah, azas umum dan struktur APBD, penyusunan rancangan APBD, penetapan

APBD, penyusunan dan penetapan APBD bagi daerah yang belum memiliki

DPRD, pelaksanaan APBD, perubahan APBD, pengelolaan kas, penatausahaan

keuangan daerah, akuntansi keuangan daerah, pertanggungjawaban pelaksanaan

APBD, pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah, kerugian

daerah, dan pengelolaan keuangan BLUD. Pengelolaan keuangan daerah harus

dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien,

ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas

keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.

UU No.32/2004 tentang pemerintahan daerah menyebutkan Desa (atau

dengan nama lain) sebagai sebuah pemeintahan yang otonom. Untuk

melaksanakan fungsinya, Desa diberikan dana oleh Pemerintah melalui

pemerintahan atasan Desa. Good governance dalam pengelolaan keuangan desa

meliputi: (1) Penyusunan APBDes dilakukan dengan melibatkan partisipasi

masyarakat; (2) Informasi tentang keuangan desa secara transparan dapat

diperoleh oleh masyarakat; (3) APBDes disesuaikan dengan kebutuhan desa; (4)

Pemerintah Desa bertanggungjawab penuh atas pengelolaan keuangan; (5)

Masyarakat baik secara langsung maupun lewat lembaga perwakilan melakukan

pengawasan atas pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh pemerintah desa.

Diterbitkannya Permendagri No.37/2007 tentang pengelolaan keuangan desa

memberikan landasan bagi semakin otonomnya desa secara praktik, bukan hanya

sekedar normatif. Rilis aturan ini kemudian diikuti dengan rilis Permendagri

No.66/2007 tentang perencanaan pembangunan desa, sehingga terdapat

kesinambungan antara aturan mengenai perencanaan dengan pengelolaan

Page 7: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKSlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_197911042008122… · LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN ... dilaksanakan “setengah hati”

7

keuangan desa. Beberapa pertanya kemudian muncul berkaitan dengan substansi,

urgensi, dan relevansi kedua aturan tersebut yaitu apakah aparatur Desa, terutama

Sekretaris Desa dan Bendahara, akan mampu melaksanakan fungsi perencanaan,

pelaksanaan, penatausahaan, dan pertanggungjawaban sesuai dengan yang diatur

dalam Permendagri No.37/2007 tsb? Keterbatasan SDM dan kebiasaan yang

berjalan selama ini harus dirubah dan diperbaikan sehingga kultur good village

governance (3G) dapat merasuk ke dalam administrasi dan birokrasi desa (Syukri,

2008). Dalam kaitan ini maka responsibilitas, transparansi dan akuntabilitas

pengelolaan keuangan desa diartikan sebagai bagian dari suatu sistem pengelolaan

keuangan daerah yang menyediakan informasi keuangan yang terbuka bagi

masyarakat dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik

dan mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan

kebijakan yang dipercayakan kepada unit organisasi pemerintah dalam rangka

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui laporan keuangan pemerintah

secara periodik (Surya, 2013:3).

Beberapa persoalan lain akan muncul mengingat sangat beragamnya

karakteristik Desa di Daerah. Dalam hal penentuan besaran ADD, misalnya.

Apabila Pemerintah Kabupaten tidak bijak, dapat menimbulkan konflik antara

Pemerintah Desa-Pemkab atau antar-Desa sendiri. Beberapa Pemerintah Daerah

telah menyusun peraturan daerah (Perda) tentang pengelolaan keuangan desa.

Untuk mewujudkan Desa yang mandiri, sejahtera dan partisipatoris maka

diperlukan keterlibatan semua pihak dalam menyelenggarakan tata kelola

Pemerintahan Desa yang baik. Sebagai langkah awalnya yaitu dengan

meningkatkan keahlian dan kompetensi SDM di Desa, membenahi sistem

administrasi dan regulasi di Desa serta penataan kelembagaan Desa. Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang telah diterjemahkan kembali

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 sebagai perubahan atas

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber

Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara sebagai petunjuk pelaksanaannya

telah menjadi payung hukum buat perangkat desa dalam melakukan pengelolaan

dana desa. Untuk pengelolaan dana desa bukanlah hal yang mudah, namun

memerlukan sistem yang juga harus dibuat secara profesional. Mulai dari segi

Page 8: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKSlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_197911042008122… · LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN ... dilaksanakan “setengah hati”

8

perencanaan, desa harus membentuk musyawarah desa untuk menentukan belanja

bagi dana desa pada periode ke depan. Penatausahaannya pun harus menggunakan

sistem yang telah memanfaatkan teknologi informasi. BPKP telah

mengembangkan aplikasi SIMDA DESA dalam membantu perangkat desa

melakukan penatausahaan keuangan desa yang tidak hanya bersumber dari APBN

(dana desa), tetapi juga yang berasal dari APBD Provinsi/Kabupaten/Kota. Tidak

hanya sistem, Sumber Daya Manusia atau perangkat penyelenggara desa pun

harus memiliki kapabilitas dalam mengelola dana tersebut. Bukan pekerjaan yang

mudah dan cepat, mempersiapkan SDM desa agar kapabel dan profesional. Hal itu

memerlukan waktu, dana, tenaga, dan komitmen semua pihak terkait. BPKP

sebagai Auditor Presiden, siap membantu meningkatkan kapabilitas Aparat

Pengawasan Instansi Pemerintah (APIP) dalam mengawal keuangan desa. APIP

menjadi sangat berperan penting untuk memberikan asurrance dan konsultansi

bagi akuntabilitas dan pengelolaan keuangan desa. APIP harus dapat melihat

dimana titik kritis yang mungkin timbul dalam pengelolaan dana desa.

Dengan adanya dana desa yang tepat sasaran, tepat jumlah, dan tepat

waktu, serta dikelola dengan efisien, efektif, dan ekonomis, diharapkan

kesejahteraan masyarakat dapat meningkat dengan cepat terutama bagi

masyarakat desa dalam peningkatan kesejahteraannya. Untuk menunjang

pelayanan prima kepada masyarakat di tingkat desa, dibutuhkan Kepala Desa serta

perangkatnya yang mampu dalam melayani kebutuhan masyarakat khususnya di

bidang administrasi. Pengetahuan administrasi di tingkat desa memang sangat

minim, terutama masalah administrasi anggaran bantuan sosial dan pembangunan

desa.

Arti penting dari program pengabdian pada masyarakat ini diharapkan

dapat memberikan manfaat terutama kepada Bendahara dan Aparatur Desa yang

terkait di Desa Kerobokan Kabupaten Buleleng untuk memahami peran

strategisnya sebagai hak pengguna anggaran dalam pengelolaan keuangan Desa

serta pembuatan pelaporan sesuai aturan undang-undang yang berlaku dalam

rangka mewujudkan Good Village Governance (Tata Kelola Pemerintahan Desa

yang baik) dan Clean Government.

Page 9: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKSlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_197911042008122… · LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN ... dilaksanakan “setengah hati”

9

1.2. Analisis Situasi

Kabupaten Buleleng terletak di belahan utara pulau Bali memanjang dari

barat ke timur dan mempunyai pantai sepanjang 144 km, secara geografis terletak

pada posisi 8° 03’ 40” – 8° 23’ 00” lintang selatan dan 114° 25’ 55” – 115° 27’

28” bujur timur, terdiri dari 9 kecamatan dengan 129 desa definitif dan 19

kelurahan (https://wordpress.com/gambaran-umum-wilayah-kabupaten-buleleng/).

Sawan adalah sebuah Kecamatan yang ada di Kabupaten Buleleng. Secara

Topografi Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng merupakan daerah landai

dengan ketinggian 0 s/d 50 meter diatas permukaan laut, curah hujan relatif

sedang. Secara umum, kecamatan Sawan memiliki wilayah yang mencakup 13

Desa. Dua diantaranya yaitu Desa Kerobokan dan Desa Sinabun.

Desa Kerobokan mempunyai luas Desa : 248 Ha. Batas wilayah administratif

yaitu: sebelah utara: laut Bali, sebelah selatan: Desa Sinabun, sebelah Barat

Kelurahan Penarukan, sebelah Timur: Desa Sangsit. Kepala Desa Kerobokan

adalah Putu Wisnu Wardana. Desa Kerobokan terdiri dari 3 (tiga) Banjar Dinas

yakni: Banjar Dinas Dalem: Kelian Banjar Dinasnya: Made Sudarma; Banjar

Dinas Baleagung: Kelian Banjar Dinasnya: Ketut Ardika, Banjar Dinas Kloncing:

Kelian Banjar Dinasnya: Gusti Nyoman Wijana. Kepala Desa Sinabun adalah

Nyoman Somenada.

Jarak Pemerintahan Desa Kerobokan ke Pusat kegiatan Pemerintahan adal

ah sebagai berikut : jarak Desa Kerobokan ke Kecamatan: 1 Km, jarak Desa

kerobokan ke Kabupaten: 7 Km, Jarak Desa Kerobokan ke Ibu Kota Provinsi: 89

Km. Luas Wilayah Desa Kerobokan 2,48 Km (http://sawan.bulelengkab.go.id).

Jarak Pemerintahan Desa Sinabun ke Pusat kegiatan Pemerintahan adalah sebagai

berikut: jarak Desa Sinabun ke Kecamatan: 2 Km, jarak Desa Sinabun ke

Kabupaten: 8 Km, Jarak Desa Sinabun ke Ibu Kota Provinsi: 90 Km. Luas

Wilayah Desa Sinabun 333.000 m2 Km dengan jumlah penduduk 5.334 Jiwa.

(http://sawan.bulelengkab.go.id).

Menurut observasi awal dan wawancara yang dilakukan ke Desa

Kerobokan Kabupaten Buleleng melalui Sekretaris Desa yaitu I Gusti Ketut

Arnawa mengatakan bahwa Desa Kerobokan Kabupaten Buleleng memiliki

sistem pengelolaan dan penataausahaan administrasi yang belum disertai dengan

Page 10: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKSlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_197911042008122… · LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN ... dilaksanakan “setengah hati”

10

penerapan teknologi yang memadai. Dimana masih terdapat kekurangan dan

sistem pengelolaan keuangan dan administrasi Desa terutama dalam kaitannya

dengan penerapan Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang telah

diterjemahkan kembali dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015

sebagai perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana

Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara. Sehingga

selama ini masih ada saja terdapat kendala dan kekurangan dalam hal penyusunan

laporan pertanggung jawaban yang diakibatkan kurangnya penerapan teknologi

dan pemahaman mengenai pengelolaan atau penatausahaan keuangan Desa.

Padahal keuangan desa itu sendiri merupakan segala sesuatu berupa uang dan

barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa. Seluruh

pendapatan desa diterima dan disalurkan melalui rekening kas desa dan

penggunaannya ditetapkan dalam APB Desa. Sebagai wujud akuntabilitas atas

pengelolaan keuangan, kepala desa diwajibkan menyampaikan laporan realisasi

pelaksanaan APB Desa kepada kepala daerah Tk.II. Pengelolaan kekayaan desa

merupakan rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pengadaan, penggunaan,

pemanfaatan, pengamanan, pemeliharaan, penghapusan, pemindahtanganan,

penatausahaan, pelaporan, penilaian, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian

kekayaan milik Desa.

Dengan model pengelolaan keuangan desa yang ada saat ini, pemeriksaan/

evaluasi dan pengawasan hasil penggunaan keuangan desa masih ditemukan

berbagai permasalahan, seperti sulitnya dalam melakukan pemeriksaan keuangan

desa karena hilangnya bukti fisik administrasi (kwitansi, nota, dan lain-lain).

Kehilangan ini disebabkan oleh bukti tersebut masih diarsipkan secara manual

oleh pihak desa.

Berdasarkan latar belakang, dasar hukum dan karateristik pengelolaan

keuangan di Pemerintah maka diperlukan akuntabilitas melalui pencatatan

akuntansi dan pelaporan keuangan di tingkat Desa, terutama di Desa Kerobokan

Kabupaten Buleleng. Pemberian dana ke desa yang begitu besar, jumlah

pelaporan yang beragam serta adanya titik kritis dalam pengelolaan keuangan

desa tentunya menuntut tanggung jawab yang besar pula oleh Aparat Pemerintah

Desa di Desa Kerobokan Kabupaten Buleleng. Oleh karena itu, Pemerintah Desa

Page 11: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKSlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_197911042008122… · LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN ... dilaksanakan “setengah hati”

11

harus bisa menerapkan prinsip akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan desa,

dimana semua akhir kegiatan penyelenggaraan Pemerintah Desa Kerobokan harus

dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa sesuai ketentuan sehingga

terwujud Tata Kelola Pemerintahan Desa yang Baik (Good Village Governance).

Pemerintah desa yang telah mewujudkan Good Village Governance,

memiliki indikator, antara lain: pertama, tata kelola keuangan desa yang baik.

Kedua, perencanaan desa yang partisipatif, terintegrasi dan selaras dengan

perencanaan daerah dan nasional. Ketiga, berkurangnya penyalahgunaan

kekuasaan/kewenangan yang mengakibatkan permasalahan hukum. Keempat,

mutu pelayanan kepada masyarakat meningkat. Untuk dapat menerapkan prinsip

akuntabilitas tersebut diperlukan berbagai sumber daya dan sarana pendukung,

diantaranya SDM yang kompeten serta dukungan sarana teknologi informasi yang

memadai dan dapat diandalkan (Kurnia, 2015: 17).

Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) memiliki peran penting

dalam pengawalan akuntabilitas pengelolaan keuangan desa baik dari sisi

Assurance maupun Konsultansi dengan melakukan identifikasi titik kritis dalam

pengelolaan keuangan desa dalam rangka menentukan langkah pengawalan sesuai

peran masing-masing.

Hingga 25 September 2015, secara nasional pemerintah telah menyalurkan

Dana Desa ke kabupaten/kota sebesar Rp16,69 triliun, atau sekitar 80 persen.

Namun demikian, baru sekitar 29 persen atau Rp2,45 triliun Dana Desa yang telah

disalurkan ke desa. Dari 189 kabupaten/kota, baru Rp2,45 triliun Dana Desa yang

telah disalurkan ke desa, atau 29 persen dari jumlah Dana Desa yang telah

diterima di rekening kas kabupaten/kota (Menteri Keuangan, Sosialisasi

Kebijakan Dana Desa di Kabupaten Buleleng, Bali, Jumat (25/9)). Ada beberapa

faktor yang menyebabkan lambatnya penyaluran Dana Desa dari kabupaten/kota

ke Desa, antara lain karena belum disampaikannya Peraturan Desa mengenai

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) oleh desa kepada

kabupaten/kota. Mengingat pelaksanaan tahun anggaran 2015 tinggal beberapa

bulan, maka untuk mempercepat penyaluran dan penggunaan Dana Desa tahun

2015, Pemerintah telah menerbitkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri

Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri Desa, Pembangunan Daerah

Page 12: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKSlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_197911042008122… · LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN ... dilaksanakan “setengah hati”

12

Tertinggal dan Transmigrasi. Sesuai dengan SKB yang ditetapkan pada 15

September 2015 tersebut, bupati/walikota, diminta untuk paling tidak

melaksanakan tiga hal. Pertama, membantu/membimbing desa dalam menyusun

APBDes, RPJMDes (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa) dan

RKPDes (Rencana Kerja Pembangunan Desa). Kedua, segera menetapkan

peraturan bupati/peraturan walikota mengenai pengelolaan keuangan desa.

Terakhir, segera menyalurkan Dana Desa ke rekening kas Desa apabila Desa

sudah mempunyai Perdes APBDes. Sementara, kepala desa diminta untuk segera

menyusun dan menetapkan APBDes dan membuat laporan realisasi penggunaan

Dana Desa semester I dengan menggunakan contoh format sederhana yang telah

diberikan (http://www.kemenkeu.go.id).

Pagu anggaran Dana Desa yang telah mendapat persetujuan Dewan

Perwakilan Rakyat merupakan bagian dari anggaran Transfer ke Daerah dan

Desa: (1) Dana Desa setiap kabupaten/kota dihitung berdasarkan jumlah Desa; (2)

Dana Desa dialokasikan berdasarkan: a. alokasi dasar; dan b. alokasi yang

dihitung dengan memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas

wilayah, dan tingkat kesulitan greogafis desa setiap kabupaten/kota; (3) Tingkat

kesulitan ditunjukkan oleh indeks kemahalan konstruksi; (4) Data jumlah

penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan indeks kemahalan konstruksi

bersumber dari kementerian yang berwenang, dan/atau lembaga yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang statistik; (5) Dana Desa setiap

kabupaten/kota ditetapkan dalam peraturan presiden mengenai rincian APBN.

Penyaluran Dana Desa dilakukan secara bertahap pada tahun berjalan dengan

ketentuan: a. Tahap I bulan April sebesar 40% (empat puluh persen); b. tahap II

pada bulan Agustus sebesar 40% (empat puluh persen); dan tahap III pada bulan

Oktober (sebelumnya November) sebesar 20% (dua puluh persen). Bagi

Bupati/Wali Kota dapat memberikan sanksi administratif jika SiLPA (Sisa Lebih

Penggunaan Anggaran) sebesar 30 persen berupa pemotongan Dana Desa pada

tahun berikutnya. Hal itu sesuai dengan Pasal 27 ayat (3) PP Nomor 22/2015.

Dana Desa dalam APBN diberikan secara bertahap dengan mekanisme sbagai

berikut: a. Tahun Anggaran 2015 paling sedikit sebesar 3% (tiga per seratus); b.

Tahun Anggaran 2016 paling sedikit 6% (enam per seratus); dan Tahun Anggaran

Page 13: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKSlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_197911042008122… · LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN ... dilaksanakan “setengah hati”

13

2017 dan seterusnya sebesar 10% (sepuluh per seratus) dari anggaran Transfer ke

Daerah. Dalam hal APBN belum dapat memenuhi alokasi anggaran Dana Desa

sebagaimana dimaksud, alokasi anggaran Dana Desa ditentukan berdasarkan

alokasi anggaran Dana Desa tahun anggaran sebelumnya atau kemampuan

keuangan negara (Warta Pengawasan, 2015: 11).

Penelitian Surya (2013) mengenai Evaluasi Penerapan Kebijakan Kepala

Desa Dalam Pengelolaan Administrasi Keuangan Desa Empunak Tapang Keladan

Kecamatan Ketungau Hulu Kabupaten Sintang melalui kegiatan yang meliputi:

Tahap Perencanaan Penganggaran, Tahap Pelaksanaan APBDes, Tahap Pelaporan

APBDes, dan Tahap Pertanggungjawaban APBDes dilihat dari Azas Umum

Pengelolaan Keuangan Desa (Azas Transparan, Azas Akuntabel dan Azas

Partisipatif). Metode Penelitian yang digunakan adalah Kualitatif. Hasil penelitian

menunjukan bahwa Pengelolaan APBDes dalam Perencanaan Penganggaran

belum dilibatkan masyarakat melalui kegiatan Musyawarah Desa untuk

menentukan Program kerja yang akan dilaksanakan dari dana APBDes.

Pelaksanaannya pada Pembangunan infrastruktur Desa sudah ada, hasilnya belum

memuaskan. Pelaporan secara Akuntabel sudah dilaksanakan walaupun masih

terdapat beberapa kekeliruan pada Pembukuannya, Transparan Belum adanya

pemberitahuan yang dilakukan secara Fisik melalui papan Pengumuman pada

Kantor Desa kepada Masyarakat. Pertanggungjawaban Hanya di laporkan ke

Pemerintah Sedangkan ke Masyarakat Belum terlaksana buktinya tidak ada

penyampaian Penggunaan Dana APBDes Melalui Musyawarah Kepada

Masyarakat.

Penelitian Lestari, dkk (2014) mengenai Membedah Akuntabilitas Praktik

Pengelolaan Keuangan Desa Pakraman Kubutambahan, Kecamatan

Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali (Sebuah Studi Interpretif Pada

Organisasi Publik Non Pemerintahan) menunjukkan bahwa 1) Proses pengelolaan

dan pertanggungjawaban keuangan di Desa Pakraman Kubutambahan tidak

melibatkan seluruh Krama Desa Pakramannya melainkan hanya melalui

perwakilan. 2) Akuntabilitas pengelolaan keuangan berlangsung secara konsisten

setiap bulan dengan menggunakan sistem akuntansi sederhana (sistem tiga kolom,

yaitu debet, kredit dan saldo). 3) Dengan adanya modal sosial khususnya

Page 14: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKSlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_197911042008122… · LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN ... dilaksanakan “setengah hati”

14

kepercayaan, Pengurus Desa Pakraman Kubutambahan menyadari bahwa

akuntansi merupakan instrumen akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan

keuangan di Desa Pakraman.

Penelitian Manopo (2014) mengenai Pelaksanaan Akuntabilitas Dalam

Penyelenggaraan Pemerintah Desa (Studi Di Desa Warisa, Kecamatan Talawaan,

Kabupaten Minahasa Utara) menunjukkan bahwa Akuntabilitas sebagai salah satu

bentuk tanggung jawab pemerintah kepada masyarakat atas berbagai pengelolaan

dan pelaksanaan pemerintahan di desa dirasakan masih lemah, hal ini salah

satunya terlihat pada tingkat informasi yang diterima oleh masyarakat tentang

berbagai penyelenggaraan pemerintahan di Desa Warisa masih rendah. Hambatan

atau kendala dalam mewujudkan akuntabilitas pemerintahan desa yang sempurna

juga menjdai faktor penyebab lemahnya akuntabilitas pemerintahan di Desa

Warisa. Atasnya penelitian akan menggali lebih jauh mengenai prinsip

akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan Desa, di Desa Warisa Kecamatan

Talawaan, Kabupaten Minahasa Utara. Pelaksanaan atau pengelolaan anggaran

dan pembangunan telah menerapkan prinsip akuntabilitas, permasalahannya

masih sebatas pertanggungjawaban fisik, sedangkan sisi administrasi masih belum

sepenuhnya dilakukan dengan sempurna. Kompetensi sumber daya manusia

pengelola merupakan kendala utama.

1.3. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan analisis situasi dan kondisi empirik di atas, maka

permasalahan yang dialami oleh Aparatur Pemerintah Desa di Kecamatan Sawan

Kabupaten Buleleng adalah: minimnya pengetahuan administrasi di tingkat Desa,

padahal hal ini sangat penting bagi Kepala Desa dan aparaturnya dalam

memahami peran strategisnya sebagai hak pengguna anggaran dalam pengelolaan

keuangan Desa serta pembuatan pelaporan sesuai aturan undang-undang yang

berlaku dalam rangka mewujudkan Good Village Governance (Tata Kelola

Pemerintahan Desa yang baik) dan Clean Government. Berdasarkan identifikasi

permasalahan tersebut, maka permasalahan pokok yang hendak dicarikan solusi

dalam pengabdian masyarakat ini adalah: “bagaimanakah caranya meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan para Aparatur Pemerintah Desa di Kecamatan

Page 15: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKSlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_197911042008122… · LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN ... dilaksanakan “setengah hati”

15

Sawan Kabupaten Buleleng dalam pengelolaan keuangan Desa sebagai upaya

mewujudkan Good Village Governance (Tata Kelola Pemerintahan Desa yang

baik) dan Clean Government?”. Melalui pelatihan dan pendampingan ini

diharapkan para Aparatur Pemerintah Desa di Kecamatan Sawan Kabupaten

Buleleng dapat membuat (1) penatausahaan administrasi keuangan Desa berupa

pencatatan pada buku kas umum (BKU) dan buku-buku pembantunya, (2)

penyusunan kelengkapan bukti pembayaran (pengeluaran) yang akan dijadikan

sebagai Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) sehingga nantinya dapat meminimalisir

resiko Fraud seperti: (1) Program dan Kegiatan pada RPJMDes, RKPDes, dan

APB Des tidak sesuai aspirasi/kebutuhan masyarakat desa; (2) Kegagalan

menyelenggarakan Siklus Pengelolaan Keuangan Desa yang sehat. (3) Kegagalan

atau keterlambatan penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Desa,

termasuk Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDes. (4)

Pengelolaan Aset Desa yang tidak efisien dan efektif. (5) Penggunaan Kas Desa

secara tidak sah (Theft of Cash on Hand). (6) Mark up dan atau Kick Back pada

Pengadaan Barang/Jasa. (7) Penggunaan Aset Desa untuk kepentingan pribadi

Aparat Desa secara tidak Sah (misuse atau larceny)

Page 16: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKSlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_197911042008122… · LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN ... dilaksanakan “setengah hati”

16

BAB II

METODE PELAKSANAAN

2.1. Tujuan Kegiatan

Berdasarkan analisis siatuasi dan rumusan masalah di atas, maka yang

menjadi tujuan utama dalam program pegabdian pada masyarakat ini adalah untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para Aparatur Pemerintah Desa di

Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng dalam pengelolaan keuangan Desa

sebagai upaya mewujudkan Good Village Governance (Tata Kelola Pemerintahan

Desa yang baik) dan Clean Government. Secara rinci tujuan program pengabdian

masyarakat ini adalah untuk:

4.2.1.1. Memberikan pelatihan dan pendampingan kepada para Aparatur

Pemerintah Desa di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng dalam

membuat penatausahaan administrasi keuangan Desa berupa pencatatan

pada buku kas umum (BKU) dan buku-buku pembantunya,

4.2.1.2. Memberikan pelatihan dan pendampingan kepada para Aparatur

Pemerintah Desa di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng dalam

penyusunan kelengkapan bukti pembayaran (pengeluaran) yang akan

dijadikan sebagai Surat Pertanggung Jawaban (SPJ)

4.2.1.3. Melalui pelatihan dan pendampingan pengelolaan keuangan Desa

diharapkan nantinya dapat meminimalisir resiko Fraud dan resiko Bisnis

dalam pengelolaan keuangan Desa di Kecamatan Sawan Kabupaten

Buleleng.

2.2. Manfaat Kegiatan

Berdasarkan tujuan program pengabdian masyarakat di atas, maka secara

realistik implementasi pelatihan dan pendampingan pengelolaan Keuangan Desa

di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Bendahara dan Aparatur Desa yang terkait di Kecamatan Sawan Kabupaten

Buleleng dapat memahami peran strategisnya sebagai hak pengguna anggaran

dalam pengelolaan keuangan Desa serta pembuatan pelaporan sesuai aturan

undang-undang yang berlaku dalam rangka mewujudkan Good Village

Page 17: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKSlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_197911042008122… · LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN ... dilaksanakan “setengah hati”

17

Governance (Tata Kelola Pemerintahan Desa yang baik) dan Clean

Government.

2. Dengan model pengelolaan keuangan desa berdasarkan prinsip-prinsip good

village governance maka nantinya pemeriksaan/ evaluasi dan pengawasan

hasil penggunaan keuangan desa dapat memudahkan Inspektorat Kabupaten

Buleleng, sehingga berbagai permasalahan yang ada dapat diminimalisir,

seperti sulitnya dalam melakukan pemeriksaan keuangan desa karena

hilangnya bukti fisik administrasi (kwitansi, nota, dan lain-lain). Kehilangan

ini disebabkan oleh bukti tersebut masih diarsipkan secara manual oleh pihak

desa.

3. Masyarakat Desa

Melalui pengelolaan keuangan Desa yang baik, maka diharapkan masyarakat

Desa khususnya di Desa yang ada di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng

dapat merasakan peningkatan dalam hal pelayanan publik dari aparatur

pemerintah Desa, sehingga nantinya dapat pula meningkatkan kesejahteraan

dan keadilan bagi seluruh masyarakat.

2.3. Kerangka Pemecahan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan di lokasi rencana

program ini akan dilaksanakan, diperoleh kesimpulan bahwa ada seperangkat

permasalahan yang saat ini dihadapi yaitu minimnya pengetahuan administrasi di

tingkat Desa, padahal hal ini sangat penting bagi Kepala Desa dan Aparaturnya

dalam memahami peran strategisnya sebagai hak pengguna anggaran dalam

pengelolaan keuangan Desa serta pembuatan pelaporan sesuai aturan undang-

undang yang berlaku dalam rangka mewujudkan Good Village Governance (Tata

Kelola Pemerintahan Desa yang baik) dan Clean Government. Melalui pelatihan

dan pendampingan ini diharapkan para aparatur Desa di Desa Kerobokan

Kabupaten Buleleng dapat membuat (1) penatausahaan administrasi keuangan

Desa berupa pencatatan pada buku kas umum (BKU) dan buku-buku

pembantunya, (2) penyusunan kelengkapan bukti pembayaran (pengeluaran) yang

Page 18: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKSlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_197911042008122… · LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN ... dilaksanakan “setengah hati”

18

akan dijadikan sebagai Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) sehingga nantinya dapat

meminimalisir resiko Fraud

Pengelolaan keuangan Desa serta pembuatan pelaporan dalam rangka

mewujudkan Good Village Governance (Tata Kelola Pemerintahan Desa yang

baik) dan Clean Government, akan diawali dengan orientasi lapangan, dilanjutkan

dengan identifikasi masalah, studi literatur, dan oprasionalisasi kegiatan. Orintasi

lapangan dan identifikasi masalah adalah cara untuk lebih mengenali masalah

yang dihadapi oleh para Aparatur Pemerintah Desa di Kecamatan Sawan

Kabupaten Buleleng, sehingga dari sana bisa dicarikan alternatif pemecahan

masalahnya. Kegiatan selanjutnya adalah mencari solusi terhadap permasalahan

yang dialami oleh para Aparatur Pemerintah Desa melalui studi literatur. Terakhir

adalah pelaksanaan program sebagaimana telah disepakati bersama. Untuk

memperlancar pelatihan dan Pendampingan, maka para Aparatur Pemerintah Desa

di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng yang terdiri dari Bendahara dan

Sekretaris Desa akan mendapatkan paket pelatihan dengan materi yang disertai

dengan soft copy Dokumen-dokumen pendukungnya.

2.4. Khalayak Sasaran

Khalayak sasaran strategis dalam kegiatan ini adalah para Aparatur

Pemerintah Desa di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng yang terdiri atas

Bendahara Desa dan Sekretaris Desa. Bendahara Desa yang ditunjuk oleh Kepala

Desa untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan,

membayarkan, dan mempertanggungjawabkan keuangan Desa dalam rangka

pelaksanaan APB Desa. Bendahara wajib melakukan pencatatan setiap

penerimaan dan pengeluaran serta melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara

tertib. Sedangkan Sekretaris Desa menyusun Rancangan Peraturan Desa

(Raperdes) tentang pertanggungjawaban Pelaksanaan APB Desa dan Rancangan

Keputusan Kepala Desa tentang Pertanggungjawaban Kepala Desa. Sekretaris

Desa menyampaikan kepada Kepala Desa untuk dibahas bersama BPD.

Page 19: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKSlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_197911042008122… · LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN ... dilaksanakan “setengah hati”

19

2.5. Keterkaitan

Kegiatan ini memiliki keterkaitan yang sangat mutualis dengan pihak

Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD) Kabupaten

Buleleng.

2.6. Metode Kegiatan

Sesuai dengan fokus masalah dan tujuan dari kegiatan ini, maka metode

yang digunakan adalah Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode

praktik langsung dimana materi atau soal-soal telah disesuikan dengan kondisi

kegiatan desa sehari-hari. Hal ini bertujuan untuk memberikan pemahaman bagi

para Bendahara dan Sekretaris Desa di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng

sehingga mampu untuk menerapkan dalam pelaksanaannya.

Adapun materi yang diberikan selama pelatihan dan pendampingan

meliputi : (1) penatausahaan administrasi keuangan Desa dengan pokok

pembahasan pelaksanaan pencatatan pada buku kas umum (BKU) dan buku-buku

pembantunya, (2) penyusunan kelengkapan bukti pembayaran (pengeluaran) yang

akan dijadikan sebagai Surat Pertanggung Jawaban (SPJ). Untuk mengukur

tingkat keberhasilan kegiatan yang telah dilakukan, maka akan dilakukan evaluasi

minimal 3 (tiga) kali, yaitu evaluasi proses, evaluasi akhir, dan evaluasi tindak

lanjut. Pada kegiatan pelatihan ini, Bendahara dan Sekretaris Desa di Kecamatan

Sawan Kabupaten Buleleng akan dilibatkan secara kolaboratif dari awal sampai

akhir kegiatan serta akan dilibatkan dalam merencanakan program, penjadwalan

kegiatan, ikut serta dalam pelatihan sampai pada tahap uji coba produk pelatihan.

Program pelatihan dan pendampingan yang dilakukan secara demokratis, yang

diawali dengan pengenalan pengetahuan dan keterampilan tentang pengeloaan

keuangan Desa, kemudian dilanjutkan dengan praktek langsung membuat

dokumen pendukungnya dengan tutor dari Undiksha Singaraja (Ahli Akuntansi),

kemudian kepada mereka akan dikondisikan untuk bisa membuat penatausahaan

keuangan Desa secara mandiri dengan tetap didampingi oleh tim pelaksana/tutor.

Lama pelaksanaan kegiatan adalah 6 (enam) bulan yang dimulai dari tahap

pengajuan proposal, perencanaan, pelaksanaan sampai pada evaluasi dengan

melibatkan Bendahara dan Sekretaris Desa di Kecamatan Sawan Kabupaten

Page 20: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKSlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_197911042008122… · LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN ... dilaksanakan “setengah hati”

20

Buleleng. Pada akhir program setiap peserta akan diberikan sertifikat sebagai

tanda bukti partisipasi mereka dalam kegiatan ini.

Page 21: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKSlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_197911042008122… · LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN ... dilaksanakan “setengah hati”

21

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sesuai dengan permasalahan yang dialami oleh Aparatur Pemerintah Desa

di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng adalah: minimnya pengetahuan

administrasi di tingkat Desa, padahal hal ini sangat penting bagi Kepala Desa dan

aparaturnya dalam memahami peran strategisnya sebagai hak pengguna anggaran

dalam pengelolaan keuangan Desa serta pembuatan pelaporan sesuai aturan

undang-undang yang berlaku dalam rangka mewujudkan Good Village

Governance (Tata Kelola Pemerintahan Desa yang baik) dan Clean Government.

Melalui pelatihan dan pendampingan ini diharapkan para Aparatur

Pemerintah Desa di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng dapat membuat (1)

penatausahaan administrasi keuangan Desa berupa pencatatan pada buku kas

umum (BKU) dan buku-buku pembantunya, (2) penyusunan kelengkapan bukti

pembayaran (pengeluaran) yang akan dijadikan sebagai Surat Pertanggung

Jawaban (SPJ) sehingga nantinya dapat meminimalisir resiko Fraud seperti: (1)

Program dan Kegiatan pada RPJMDes, RKPDes, dan APB Des tidak sesuai

aspirasi/kebutuhan masyarakat desa; (2) Kegagalan menyelenggarakan Siklus

Pengelolaan Keuangan Desa yang sehat. (3) Kegagalan atau keterlambatan

penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Desa, termasuk Laporan

Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDes. (4) Pengelolaan Aset Desa

yang tidak efisien dan efektif. (5) Penggunaan Kas Desa secara tidak sah (Theft of

Cash on Hand). (6) Mark up dan atau Kick Back pada Pengadaan Barang/Jasa. (7)

Penggunaan Aset Desa untuk kepentingan pribadi Aparat Desa secara tidak Sah

(misuse atau larceny)

Pelatihan dan Pendampingan kegiatan P2M tersebut dilakukan pada bulan

Juni di Desa Kerobokan Kecamatan Sawan dengan mendatangkan tim pakar dari

Universitas Pendidikan Ganesha, khususnya pakar pembukuan dari jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi. Adapun alur pelatihan Pengelolaan Keuangan Desa

dimulai dari,

Page 22: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKSlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_197911042008122… · LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN ... dilaksanakan “setengah hati”

22

1) Tahap persiapan, yang terdiri dari tahap : (a) penyiapan bahan

administrasi sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan pelatihan, (b) melakukan

koordinasi dengan para aparatur pemerintah desa di Kecamatan Sawan Kabupaten

Buleleng, (c) menyiapkan materi pelatihan, (d) menyiapkan narasumber yang

memiliki kompetensi sesuai dengan target dan tujuan pelatihan (pakar Akuntansi),

dan (e) menyiapkan jadwal pelatihan selama 1 hari efektif, 2) tahap pelaksanaan,

yang terdiri dari : (1) penatausahaan administrasi keuangan Desa berupa

pencatatan pada buku kas umum (BKU) dan buku-buku pembantunya, (2)

penyusunan kelengkapan bukti pembayaran (pengeluaran) yang akan dijadikan

sebagai Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) sehingga nantinya dapat meminimalisir

resiko Fraud, 3) tahap evaluasi, yang terdiri dari (a) persentasi hasil pelatihan, (b)

koreksi dari pakar, dan (c) memberikan hasil membuat pembukuan serta laporan

keuangan.

Pada pelatihan pengelolaan Keuangan Desa terlebih dahulu diberikan

pemahaman mengenai pentingnya penggunaan pembukuan sebagai bentuk

pertanggungjawaban pengelolaan keuangan desa. Jika dilihat dari fenomena yang

ada maka sebagian besar aparatur pengelola keuangan desa belum memiliki

kualitas Sumber daya Manusia yang memadai dalam pengelolaan keuangan. Jika

dilihat secara teoritis, pembukuan merupakan proses pencatatan yang dilakukan

secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan suatu

perusahaan atau organisasi. Pencatatan itu meliputi harta, kewajiban, modal,

penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau

jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca , dan

laporan laba rugi untuk periode tahun fiskal tersebut. Pembukuan dapat digunakan

sebagai alat kontrol keuangan usaha. Kita dapat mengetahui biaya-biaya mana

yang tidak perlu, biaya mana yang merupakan pemborosan (inefisiensi). Sehingga

biaya tersebut dipotong dan akan mengefisienkan usaha dengan lebih baik. Tanpa

adanya pembukuan, hal tersebut tidak akan mungkin bisa dilakukan, karena secara

nyata angka itu tidak pernah tercatat. Pembukuan dapat dijadikan alat

pengambilan keputusan. Mengapa demikian? Karena dengan melihat

perkembangan keuangan dari tahun ke tahun, kita dapat melihat, haruskah

perusahaan berinvestasi kembali ke alat-alat produksi misalnya (jika memiliki

Page 23: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKSlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_197911042008122… · LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN ... dilaksanakan “setengah hati”

23

banyak uang kas), atau fokus pada pemasaran (jika angka penjualan turun) atau

keputusan-keputusan lainnya, yang didasarkan pada kondisi keuangan saat ini.

Dengan melakukan pembukuan berarti kita sudah berperan sebagai warga negara

yang baik, yaitu dengan melaporkan pajak hasil usaha yang dilakukan.

Perhitungan pajak didasarkan pada laporan keuangan usaha yaitu dari neraca dan

laporan laga rugi. Pembukuan usaha, yang nantinya berakhir ke dalam bentuk

laporan keuangan dapat digunakan sebagai dasar, layak tidaknya usaha tersebut

jika menerima tambahan modal dari pihak lain seperti investor, pihak perbankan,

dan perusahaan ventura. Dasar laporan keuangan ini merupakan ketentuan wajib

bagi lembaga keuangan untuk berinvestasi di perusahaan tersebut, karena laporan

keuangan ini menunjukkan baik tidaknya kondisi perusahaan, dilihat dari untung-

rugi, efisien-boros, dan pengelolaan aset usaha.

Kendala-kendala yang dihadapi oleh aparatur desa dalam pengelolaan

keuangan di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng yaitu (1) Kurangnya Sumber

Daya manusia yang ada dalam Pengelolaan Keuangan Desa, dimana rata-rata

memiliki pemahaman yang kurang mengenai penyusunan laporan keuangan dan

kurangnya pemahaman mengenai aturan-aturan yang ada, (2) Dana yang

dikucurkan ke Desa jumlahnya sangat besar, sedangkan Sumber Daya Manusia

yang menangani hanya satu orang saja dan belum memahami mengenai teknik

penghitungan pajaknya, (3) beberapa bukti transaksi yang diterima belum

seluruhnya dilengkapi seperti surat kerjasama dengan rekanan, dan lain-lain, (4)

kurangnya pemahaman pengelola keuangan desa mengenai cara penyusunan

Rancangan Anggaran Biaya (RAB).

Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan desa yang dapat dinilai dengan uang termasuk

didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban

desa tersebut. Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang

meliputi perencanaan, penganggaran, penatausahaan, pelaporan, pertanggung-

jawaban dan pengawasan keuangan Desa. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan

Keuangan Desa adalah Kepala Desa yang karena jabatannya mempunyai

kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan desa.

Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa yang selanjutnya disebut PTPKD

Page 24: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKSlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_197911042008122… · LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN ... dilaksanakan “setengah hati”

24

adalah perangkat desa yang ditunjuk oleh Kepala Desa untuk melaksanakan

pengelolaan keuangan desa. Bendahara adalah perangkat desa yang ditunjuk oleh

Kepala Desa untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan,

membayarkan dan mempertanggung-jawabkan keuangan desa dalam rangka

pelaksanaan APBDesa. Rencana Pembangunan Jangka Pendek (tahunan) yang

selanjutnya disebut Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDesa) adalah hasil

musyawarah masyarakat desa tentang program dan kegiatan yang akan

dilaksanakan untuk periode 1 (satu) tahun. Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Desa yang selanjutnya disingkat RPJMDes adalah dokumen

perencanaan desa untuk periode 5 (lima) tahun.

APBDesa adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang

dibahas dan disetujui bersama oleh Kepala Desa dan BPD, dan ditetapkan dengan

Peraturan Desa. Fungsi APBDesa adalah: (1) Fungsi otorisasi: APBDesa menjadi

target fiskal yang menggambarkan keseimbangan antara belanja, pendapatan, dan

pembiayaan yang diinginkan sebagai dasar untuk melaksanakan pendapatan dan

belanja desa pada tahun yang bersangkutan. (2) Fungsi perencanaan: APBDesa

merupakan pernyataan kebijakan publiksebagai pedoman bagi manajemen dalam

merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan. (3) Fungsi pengawasan:

APBDesa menjadi pedoman pengendalian yang memiliki konsekuensi hukum

untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa sesuai dengan

ketentuan yang telah ditetapkan.(4) Fungsi alokasi: APBDesa harus diarahkan

untuk menciptakan lapangan kerja/mengurangi pengangguran dan pemborosan

sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian desa. (5)

Fungsi distribusi: kebijakan APBDesa harus memperhatikan rasa keadilan dan

kepatutan masyarakat. (6) Fungsi akuntabilitas: APBDesa memberi landasan

penilaian kinerja pemerintah desa.

Pemberian dana ke desa yang begitu besar, jumlah pelaporan yang

beragam serta adanya titik kritis dalam pengelolaan keuangan desa tentunya

menuntut tanggung jawab yang besar pula oleh Aparat Pemerintah Desa. Oleh

karena itu, Pemerintah Desa harus bisa menerapkan prinsip akuntabilitas dalam

pengelolaan keuangan desa, dimana semua akhir kegiatan penyelenggaraan

Pemerintah Desa harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa

Page 25: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKSlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_197911042008122… · LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN ... dilaksanakan “setengah hati”

25

sesuai ketentuan sehingga terwujud Tata Kelola Pemerintahan Desa yang Baik

(Good Village Governance). Pemerintah desa yang telah mewujudkan Good

Village Governance, memiliki indikator, antara lain: pertama, tata kelola

keuangan desa yang baik. Kedua, perencanaan desa yang partisipatif, terintegrasi

dan selaras dengan perencanaan daerah dan nasional. Ketiga, berkurangnya

penyalahgunaan kekuasaan/ kewenangan yang mengakibatkan permasalahan

hukum. Keempat, mutu pelayanan kepada masyarakat meningkat. Untuk dapat

menerapkan prinsip akuntabilitas tersebut diperlukan berbagai sumber daya dan

sarana pendukung, diantaranya SDM yang kompeten serta dukungan sarana

teknologi informasi yang memadai dan dapat diandalkan.

Kepala Desa dalam melaksanakan penatausahaan keuangan Desa harus

menetapkan Bendahara Desa. Penetapan Bendahara Desa harus dilakukan

sebelum dimulainya tahun anggaran bersangkutan dan berdasarkan keputusan

Kepala Desa. Bendahara adalah perangkat Desa yang ditunjuk oleh Kepala Desa

untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, membayarkan, dan

mempertanggungjawabkan keuangan Desa dalam rangka pelaksanaan APB Desa.

Bendahara wajib melakukan pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran serta

melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib.

Penatausahaan penerimaan wajib dilakukan oleh bendahara Desa

dengan menggunakan: (a) Buku kas umum. (b) Buku kas pembantu kegiatan. (c)

Buku kas pembantu pajak. (d) Buku bank. Bendahara Desa wajib

mempertanggungjawabkan penerimaan uang yang menjadi tanggung jawabnya

melalui laporan pertanggung jawaban penerimaan kepada Kepala Desa setiap

bulan dan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Laporan

pertanggungjawaban penerimaan tersebut, dilampiri dengan: (a) Buku kas umum.

(b) Buku kas pembantu kegiatan. (c) Buku kas pembantu pajak. (d) Buku bank.

(e) Bukti penerimaan lainnya yang sah.

Penatausahaan pengeluaran wajib dilakukan oleh bendahara Desa

dengan menggunakan: (a) Buku kas umum. (b) Buku kas pembantu kegiatan. (c)

Buku pembantu pajak. (d) Buku bank. Bendahara Desa wajib

mempertanggungjawabkan pengeluaran uang yang menjadi tanggung jawabnya

Page 26: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKSlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_197911042008122… · LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN ... dilaksanakan “setengah hati”

26

melalui laporan pertanggung jawaban pengeluaran kepada Kepala Desa setiap

bulan dan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

Setelah diberikan pelatihan dan pendampingan para aparatur pemerintah

desa yang ada di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng mengakui mereka

memiliki kemampuan dan keterampilan yang memadai dalam membuat

pertanggungjawaban yang digunakan untuk menghitung aliran masuk dan

keluarnya dana. Adapun hasil dari kegiatan pelatihan pengelolaan keuangan desa

di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng, yaitu: sebagian besar para aparatur

pemerintah desa dapat membuat: (1) penatausahaan administrasi keuangan Desa

berupa pencatatan pada buku kas umum (BKU) dan buku-buku pembantunya, (2)

penyusunan kelengkapan bukti pembayaran (pengeluaran) yang akan dijadikan

sebagai Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) sehingga nantinya dapat meminimalisir

resiko Fraud seperti: (1) Program dan Kegiatan pada RPJMDes, RKPDes, dan

APB Des tidak sesuai aspirasi/kebutuhan masyarakat desa; (2) Kegagalan

menyelenggarakan Siklus Pengelolaan Keuangan Desa yang sehat. (3) Kegagalan

atau keterlambatan penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Desa,

termasuk Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDes. (4)

Pengelolaan Aset Desa yang tidak efisien dan efektif. (5) Penggunaan Kas Desa

secara tidak sah (Theft of Cash on Hand). (6) Mark up dan atau Kick Back pada

Pengadaan Barang/Jasa. (7) Penggunaan Aset Desa untuk kepentingan pribadi

Aparat Desa secara tidak Sah (misuse atau larceny).

Tabel 2. Indikator Keberhasilan Kegiatan

No Jumlah

Aparatur

Desa

Indikator Target

Keberhasilan

Instrumen Produk

1. 12 Orang Pengetahuan

dan

keterampilan

para Aparatur

Desa

Terjadi perubahan

yang positif

terhadap

pengetahuan dan

keterampilan para

Aparatur Desa

Pedoman

wawancara

Modul

tentang

pengelolaan

dana desa

2. 12 Orang Keterampilan

para Aparatur

Desa

Terjadinya

perubahan yang

positif terhadap

keterampilan para

Pedoman

wawancara

dan format

observasi

Buku Kas

Umum,

Buku

Pajak,

Page 27: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKSlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_197911042008122… · LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN ... dilaksanakan “setengah hati”

27

Aparatur Desa Buku Bank,

RAB, SPJ

3. 12 orang Pengetahuan

dan

keterampilan

para Aparatur

Desa

Terjadinya

perubahan

kemampuan dan

keterampilan para

aparatur desa

Pedoman

wawancara

dan format

observasi

Buku Kas

Umum,

Buku

Pajak,

Buku Bank,

RAB, SPJ

Table 3. Catatan Kegiatan P2M

No Tanggal Kegiatan

1 1 Maret 2016 Menandatangani Surat Perjanjian Kerja Pengabdian

Kepada Masyarakat

2 3 Juni 2016 Melakukan koordinasi (observasi) ke Desa

Kerobokan Kecamatan Sawan (tempat

dilaksanakannya kegiatan)

Transport Observasi 3 Orang @ Rp 110.000

= Rp 330.000

3 10 Juni 2016 Negosiasi ijin pelaksanaan pengabdian kepada

masyarakat pada Kepala Desa Kerobokan

Kecamatan Sawan (penjajakan tempat

dilaksanakannya kegiatan)

Transport Penjajakan 2 Orang @ Rp 110.000

= Rp 220.000

4 11 Juni 2016 Persiapan Koordinasi dengan tim pelaksana mengenai

jadwal serta sarana dan prasarana yang akan

digunakan untuk kegiatan P2M

Transport Persiapan 3 Orang @ Rp 110.000

= Rp 330.000

Pembelian ATK sejumlah: Rp 2.760.000,- yang terdiri

atas:

Kertas A4 70 gr 5 Rim @ Rp 38.000 = Rp 190.000

Kertas F4 70 gr 5 Rim @ Rp 40.000 = Rp 200.000

Chatridge Canon PG 811 (B) 2 Buah @ Rp 250.000 =

Rp 500.000

Chatridge Canon PG 811 (C) 2 Buah @ Rp 250.000

=Rp 500.000

Flashdisk 8 GB 3 Buah @ Rp 150.000 = Rp 450.000

CDRW Verbatim 8 Buah @ Rp15.000 = Rp 120.000

Ballpoint 20 Buah @ Rp 3.000 = Rp 60.000

Block Note 20 Buah @ Rp 8.000 = Rp 160.000

Pensil 20 Buah @ Rp 2.000 = Rp 40.000

Penghapus 20 Buah @ Rp 1.000 = Rp 20.000

Penggaris 20 Buah @ Rp 2.000 = Rp 40.000

Page 28: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKSlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_197911042008122… · LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN ... dilaksanakan “setengah hati”

28

Map Plastik 20 Buah @ Rp 5.000 = Rp 100.000

Stipo 10 Buah @ Rp 6.500 = Rp 65.000

Amplop 1 Box @ Rp 20.000 = Rp 20.000

Staples Kenko HD 50 1 Box @ Rp 85.000 = Rp

85.000

Isi Staples Max No. 3 3 Box @ Rp 70.000 = Rp

210.000

Spanduk 2 buah @ Rp 250.000 = Rp 500.000

5 17 Juni 2016 Melaksanakan pelatihan pertama: Pelatihan Teknis

Pengelolaan Keuangan Desa Dalam Upaya

Mewujudkan Good Village Governance And Clean

Government Di Kecamatan Sawan Kabupaten

Buleleng

Konsumsi Pelatihan:

Snack 30 Kotak @ Rp 10.000 = Rp 300.000,-

Nasi 15 Kotak @ Rp 25.000 = Rp 375.000,-

Air Mineral @ Rp 3.000 = Rp 45.000,-

Total Konsumsi Pelatihan = Rp 720.000,-

6 18 Juni 2016 Melaksanakan pelatihan kedua: Pelatihan Teknis

Pengelolaan Keuangan Desa Dalam Upaya

Mewujudkan Good Village Governance And Clean

Government Di Kecamatan Sawan Kabupaten

Buleleng

7 24 Juni 2016 Melakukan pendampingan pertama: Pendampingan

Teknis Pengelolaan Keuangan Desa Dalam Upaya

Mewujudkan Good Village Governance And Clean

Government Di Kecamatan Sawan Kabupaten

Buleleng

Konsumsi Pendampingan:

Snack 30 Kotak @ Rp 10.000 = Rp 300.000,-

Nasi 15 Kotak @ Rp 25.000 = Rp 375.000,-

Air Mineral @ Rp 3.000 = Rp 45.000,-

Total Konsumsi Pendampingan = Rp 720.000,-

8 1 Juli 2016 Melakukan pendampingan kedua: Pelatihan Teknis

Pengelolaan Keuangan Desa Dalam Upaya

Mewujudkan Good Village Governance And Clean

Government Di Kecamatan Sawan Kabupaten

Buleleng

9 15 Juli 2016 Melakukan evaluasi terhadap kemampuan dan

keterampilan para pengelola Keuangan Desa Dalam

Upaya Mewujudkan Good Village Governance And

Clean Government Di Kecamatan Sawan Kabupaten

Buleleng

Konsumsi Evaluasi:

Snack 30 Kotak @ Rp 10.000 = Rp 300.000,-

Page 29: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKSlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_197911042008122… · LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN ... dilaksanakan “setengah hati”

29

Nasi 15 Kotak @ Rp 25.000 = Rp 375.000,-

Air Mineral @ Rp 3.000 = Rp 45.000,-

Total Konsumsi Evaluasi = Rp 720.000,-

11 18 Juli 2016 Menyusun Laporan Kemajuan Kegiatan P2M beserta

penggunaan anggaran (70%)

12 9 Agustus 2016 Mengunggah Laporan Kemajuan Kegiatan P2M

beserta penggunaan anggaran (70%)

13 19 Agustus s/d

30 September

2016

Menyusun laporan pengabdian kepada masyarakat

tentang Pelatihan Teknis Pengelolaan Keuangan

Desa Dalam Upaya Mewujudkan Good Village

Governance And Clean Government di Kecamatan

Sawan Kabupaten Buleleng

14 1 Oktober s/d

9 Oktober 2016

Mengunggah laporan pengabdian kepada masyarakat

tentang Pelatihan Teknis Pengelolaan Keuangan Desa

Dalam Upaya Mewujudkan Good Village Governance

And Clean Government Di Kecamatan Sawan

Kabupaten Buleleng

Page 30: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKSlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_197911042008122… · LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN ... dilaksanakan “setengah hati”

30

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Pelatihan dan Pendampingan kegiatan P2M tersebut dilakukan pada bulan

Juni di Desa Kerobokan Kecamatan Sawan dengan mendatangkan tim pakar dari

Universitas Pendidikan Ganesha, khususnya pakar pembukuan dari jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi. Adapun alur pelatihan Pengelolaan Keuangan Desa

dimulai dari, 1) Tahap persiapan, yang terdiri dari tahap : (a) penyiapan bahan

administrasi sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan pelatihan, (b) melakukan

koordinasi dengan para aparatur pemerintah desa di Kecamatan Sawan Kabupaten

Buleleng, (c) menyiapkan materi pelatihan, (d) menyiapkan narasumber yang

memiliki kompetensi sesuai dengan target dan tujuan pelatihan (pakar Akuntansi),

dan (e) menyiapkan jadwal pelatihan selama 1 hari efektif, 2) tahap pelaksanaan,

yang terdiri dari : (1) penatausahaan administrasi keuangan Desa berupa

pencatatan pada buku kas umum (BKU) dan buku-buku pembantunya, (2)

penyusunan kelengkapan bukti pembayaran (pengeluaran) yang akan dijadikan

sebagai Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) sehingga nantinya dapat meminimalisir

resiko Fraud, 3) tahap evaluasi, yang terdiri dari (a) persentasi hasil pelatihan, (b)

koreksi dari pakar, dan (c) memberikan hasil membuat pembukuan serta laporan

keuangan.

Setelah diberikan pelatihan dan pendampingan para aparatur pemerintah

desa yang ada di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng mengakui mereka

memiliki kemampuan dan keterampilan yang memadai dalam membuat

pertanggungjawaban yang digunakan untuk menghitung aliran masuk dan

keluarnya dana. Adapun hasil dari kegiatan pelatihan pengelolaan keuangan desa

di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng, yaitu: sebagian besar para aparatur

pemerintah desa dapat membuat: (1) penatausahaan administrasi keuangan Desa

berupa pencatatan pada buku kas umum (BKU) dan buku-buku pembantunya, (2)

penyusunan kelengkapan bukti pembayaran (pengeluaran) yang akan dijadikan

sebagai Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) sehingga nantinya dapat meminimalisir

resiko Fraud seperti: (1) Program dan Kegiatan pada RPJMDes, RKPDes, dan

Page 31: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKSlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_197911042008122… · LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN ... dilaksanakan “setengah hati”

31

APB Des tidak sesuai aspirasi/kebutuhan masyarakat desa; (2) Kegagalan

menyelenggarakan Siklus Pengelolaan Keuangan Desa yang sehat. (3) Kegagalan

atau keterlambatan penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Desa,

termasuk Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDes. (4)

Pengelolaan Aset Desa yang tidak efisien dan efektif. (5) Penggunaan Kas Desa

secara tidak sah (Theft of Cash on Hand). (6) Mark up dan atau Kick Back pada

Pengadaan Barang/Jasa. (7) Penggunaan Aset Desa untuk kepentingan pribadi

Aparat Desa secara tidak Sah (misuse atau larceny).

4.2. Saran

Berdasarkan pada proses pelatihan dan pendampingan yang dilakukan

pada pengelolaan keuangan desa di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng, ada

beberapa hal yang bisa dijadikan rekomendasi dari pelaksanaan pengabdian

masyarakat ini yaitu:

1. Pemberian dana ke desa yang begitu besar, jumlah pelaporan yang

beragam serta adanya titik kritis dalam pengelolaan keuangan desa

tentunya menuntut tanggung jawab yang besar pula oleh Aparat

Pemerintah Desa. Pengelolaan keuangan tersebut hendaknya dilakukan

oleh Sumber Daya Manusia yang memiliki pemahaman dan pengetahuan

mengenai hal tersebut untuk menghindari terjadinya fraud. Oleh karena

itu, Pemerintah Desa harus bisa menerapkan prinsip akuntabilitas dalam

pengelolaan keuangan desa, dimana semua akhir kegiatan

penyelenggaraan Pemerintah Desa harus dapat dipertanggungjawabkan

kepada masyarakat desa sesuai ketentuan sehingga terwujud Tata Kelola

Pemerintahan Desa yang Baik (Good Village Governance).

2. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) memiliki peran penting

dalam pengawalan akuntabilitas pengelolaan keuangan desa baik dari sisi

Assurance maupun Konsultansi dengan melakukan identifikasi titik kritis

dalam pengelolaan keuangan desa dalam rangka menentukan langkah

pengawalan sesuai peran masing-masing.

Page 32: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKSlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_197911042008122… · LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN ... dilaksanakan “setengah hati”

32

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, T., dan Tuloli, M, S. 2014. Rancang Bangun Aplikasi Kontrol

Pengelolaan Keuangan Desa. Laporan Akhir Penelitian Hibah Bersaing.

Universitas Gorontalo.

Hamzah, A. 2013. Perspektif Kritis-Konsep dan Aplikasi Penyusunan Laporan

Keuangan Berbasis PP Nomor 71 Tahun 2010 beserta Analisis Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah, Pengukuran Kinerja Organisasi Sektor

Publik, pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba. Surabaya: CV

Pustaka.

Kurnia, B. 2015. Waspadai Titik Kritis, Wujudkan Good Village Governance.

Warta Pengawasan 14 VOL XXII/ Edisi HUT ke -70 RI/ 2015 hal 16-17.

Lestari, A, K, D., Atmadja, A, T., dan Adiputra, I, M, P. 2014. Membedah

Akuntabilitas Praktik Pengelolaan Keuangan Desa Pakraman

Kubutambahan, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng,

Provinsi Bali (Sebuah Studi Interpretif Pada Organisasi Publik Non

Pemerintahan). e-Journal Vol: 2 No:1 Tahun 2014. Universitas

Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1

Manopo, D, C. 2015. Pelaksanaan Akuntabilitas Dalam Penyelenggaraan

Pemerintah Desa (Studi Di Desa Warisa, Kecamatan Talawaan,

Kabupaten Minahasa Utara). Download: http//www.google.com.

Simanjuntak, B, H. 2015. Standar Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Dorong

Akuntabilitas Desa. Warta Pengawasan 14 VOL XXII/ Edisi HUT ke -70

RI/ 2015 hal 14-15.

Surya, K., Tomas, Y., dan Genjik, B. 2013. Evaluasi Penerapan Kebijakan Kepala

Desa Dalam Pengelolaan Administrasi Keuangan Desa Empunak

Tapang Keladan. Artikel Penelitian Universitas Tanjungpura Pontianak.

Yabbar, R., dan Hamzah, A. 2015. Tata Kelola Pemerintahan Desa-Dari

Peraturan di Desa Hingga Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa-

Dari Perencanaan Pembangunan Desa Hingga Pengelolaan

Keuangan Desa. Surabaya: Pustaka.

https://wordpress.com/gambaran-umum-wilayah-kabupaten-buleleng

http://sawan.bulelengkab.go.id

https://syukriy.wordpress.com/2008/06/16/pengelolaan-keuangan-desa-apa-yang-

baru/

Page 33: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKSlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_197911042008122… · LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN ... dilaksanakan “setengah hati”

33

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 34: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKSlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_197911042008122… · LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN ... dilaksanakan “setengah hati”

34

Page 35: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKSlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_197911042008122… · LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN ... dilaksanakan “setengah hati”

35

Page 36: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKSlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_197911042008122… · LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN ... dilaksanakan “setengah hati”

36

Page 37: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKSlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_197911042008122… · LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN ... dilaksanakan “setengah hati”

37