laporan program p2m penerapan iptekslppm.undiksha.ac.id/p2m/document/laporan_akhir... · film...
TRANSCRIPT
LAPORAN
PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS
WORKSHOP PEMBUATAN FILM PENDEK BERBAHASA INDONESIA
TINGKAT SMA/SMK/MA SE-KABUPATEN BULELENG
Oleh:
Kadek Wirahyuni, S.Pd.,M.Pd
NIP 198705272015042001
Ida Ayu Made Darmayanti, S.Pd.,M.Pd.
NIP 198402072008122004
I Putu Mas Dewantara, S.Pd.,M.Pd.
NIP 198702072015041001
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2017
LAPORAN
PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS
WORKSHOP PEMBUATAN FILM PENDEK BERBAHASA INDONESIA
TINGKAT SMA/SMK/MA SE-KABUPATEN BULELENG
Oleh:
Kadek Wirahyuni, S.Pd.,M.Pd
NIP 198705272015042001
Ida Ayu Made Darmayanti, S.Pd.,M.Pd.
NIP 198402072008122004
I Putu Mas Dewantara, S.Pd.,M.Pd.
NIP 198702072015041001
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2017
i
P
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
RINGKASAN ............................................................................................................. iii
BAB I
Latar Belakang ............................................................................................................ 1
Analisis Situasi............................................................................................................ 2
Identifikasi dan Perumusan Masalah .......................................................................... 3
Tujuan Kegiatan .......................................................................................................... 4
Manfaat Kegiatan ........................................................................................................ 5
BAB II
Target dan Luaran ....................................................................................................... 6
BAB III
Metode Pelaksanaan .................................................................................................... 7
BAB IV
Hasil yang Dicapai ...................................................................................................... 9
BAB V
Kesimpulan dan Saran ................................................................................................ 22
Daftar Pustaka ............................................................................................................. 23
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lampiran a. Biodata Ketua dan Anggota
Lampiran b. Gambar-gambar Kegiatan
Lampiran c. Daftar Hadir
iii
RINGKASAN
WORKSHOP PEMBUATAN FILM PENDEK BERBAHASA INDONESIA
TINGKAT SMA/SMK/MA SE-KABUPATEN BULELENG
OLEH
KADEK WIRAHYUNI
IDA AYU DARMAYANTI
I PUTU MAS DEWANTARA
Film pendek ialah salah satu bentuk film yang paling sederhana sebagai wahana
latihan bagi yang baru masuk ke dunia perfilman. Film ini berdurasi kurang dari
satu jam dan menceritakan berbagai kisah kehidupan yang sering dialami
seseorang. Film bukan lagi merupakan hal baru dalam kehidupan masyarakat, dan
juga tidak hanya sebagai media hiburan saja, melainkan sebagai media
komunikasi antara pembuat film dengan penontonnya. Film pendek merupakan
salah satu media yang sering digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Guru biasanya menggunakan film pendek untuk dianalisis dan dicari struktur
intrinsik dan ekstrinsiknya. Hal tersebut tercantum dalam pembelajaran bahasa
Indonesia kelas XI pada kompetensi dasar 1.2 dan kompetensi inti pada KD 3.1-
3.4 yakni terdapat tujuan menganalisis informasi dalam film/drama, memahami
struktur film/drama, membandingkan film/drama, serta mengevaluasi film/drama.
Selain itu pula, banyak lembaga dan kegiatan yang melombakan film pendek
untuk kategori SMA/SMK/MA. Seperti halnya yang setiap tahun diadakan oleh
Fakultas Bahasa dan Seni, Undiksha, Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional
(FLS2N) dan dalam ajang Pesta Kesenian Bali. Pengabdian ini bertujuan untuk
memberikan pemahaman kepada siswa tingkat SMA/SMK/MA Se-Kabupaten
Buleleng terhadap teknik pembuatan film pendek yang berkualitas dengan alat
yang sederhana dan selanjutnya juga diberikan serta dijelaskan kriteria penilaian
film pendek di berbagai ajang lomba. Workshop ini juga didampingi oleh seorang
guru. Luaran kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah laporan akhir dan
artikel. Khalayak sasaran strategis yang menjadi target dalam pelaksanaan
kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah siswa SMA/SMK/MA yang ada
di Kabupaten Buleleng. Total peserta dalam pelaksaanaan pengabdian pada
masyarakat ini adalah 50 orang peserta. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat
ini dilaksanakan pada Sabtu – Minggu (27- 28 Mei 2017) mulai pukul 08.00-
16.00 WITA, bertempat di Gedung Seminar Umum Undiksha. Secara garis besar,
pelaksanaan kegiatan ini mendatangkan dua narasumber, yakni I Putu Satriya
Koesuma dan Putu Kusuma Wijaya. Pada hari pertama, beliau memaparkan
materi tentang film pendek. Selanjutnya pada hari kedua, peserta dikelompokkan
menjadi beberapa kelompok, dan membuat skenario sederhana untuk pembuatan
film pendek. Siswa yang hadir didampingi oleh seorang guru. Kedua narasumber
menampilkan beberapa film pendek saat pelaksanaan kegiatan. Terakhir, kegiatan
ini menghasilkan satu film pendek berjudul “Salah Sangka”.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan dunia perfilman tidak hanya sebagai media hiburan semata,
tetapi telah berfungsi sebagai sarana pembelajaran. Kemajuan teknologi yang
terjadi saat ini, berdampak kepada generasi muda yang tidak hanya berperan
sebagai penikmat film itu sendiri, tetapi juga sebagai pembuat film. Kondisi
semacam itu dengan sigap diapresiasi oleh pemerintah dan instansi lainnya untuk
menggali bakat-bakat mereka dengan mengadakan ajang perlombaan film pendek.
Film pendek merupakan primadona bagi para pembuat film indepeden. Selain
dapat diraih dengan biaya yang relatif lebih murah dari film cerita panjang, film
pendek juga memberikan ruang gerak ekspresi yang lebih leluasa. Meski tidak
sedikit juga pembuat film yang hanya menganggapnya sebagai sebuah batu
loncatan menuju film cerita panjang (Cahyono, 2009). Sebagai sebuah media
ekspresi, film pendek selalu termarjinalisasi karena tidak mendapatkan media
distribusi dan eksibisi yang pantas seperti yang didapatkan cerpen di dunia sastra.
Secara teknis, film pendek merupakan film-film yang memiliki durasi dibawah 50
menit (Derek Hill dalam Gotot Prakosa, 1997) . Meskipun banyak batasan lain
yang muncul dari berbagai pihak lain di dunia, akan tetapi batasan teknis ini lebih
banyak dipegang secara konvensi. Mengenai cara bertuturnya, film pendek
memberikan kebebasan bagi para pembuat dan pemirsanya, sehingga bentuknya
menjadi sangat bervariasi. Film pendek dapat saja hanya berdurasi 60 detik, yang
penting ide dan pemanfaatan media komunikasinya dapat berlangsung efektif.
Yang menjadi menarik justru ketika variasi-variasi tersebut menciptakan cara
pandang-cara pandang baru tentang bentuk film secara umum, dan kemudian
berhasil memberikan banyak sekali kontribusi bagi perkembangan sinema.
Banyaknya antusias generasi muda terhadap pembuatan film pendek tidak
hanya terfokus pada hasil film itu sendiri, tetapi juga terhadap proses
pembuatannya. Banyak siswa yang kecewa karena film pendek yang dibuatnya
2
tidak masuk nominasi. Hal tersebut tentunya disebabkan oleh beberapa faktor,
seperti kualitas film, isi, amanat, penghayatan tokoh, ending, dan sebagainya.
Pembuatan film pendek tentu tidak ada dalam kurikulum pembelajaran di
sekolah. Namun, pada beberapa sekolah kejuruan, pembuatan film pendek ini bisa
jadi masuk dalam kegiatan ekstrakurikuler siswa. Oleh karena itu, adanya
pelatihan ataupun workshop sangat diperlukan untuk mengenalkan siswa sejak
dini tentang cara pembuatan film pendek yang baik dan benar. Film pendek yang
dibuat pada umunya menggunakan beragam bahasa, namun dalam program P2M
ini, pengusul mengkhususkan penggunaan bahasa Indonesia dalam film pendek
tersebut. Alasannya, selain menjunjung tinggi bahasa persatuan, film pendek yang
dihasilkan nanti juga dapat dtonton oleh berbagai kalangan, suku, dan daerah.
Selain itu, film pendek berbahasa Indonesia ini dapat dijadikan media
pembelajaran bahasa Indonesia di berbagai jenjang pendidikan.
1.2 Analisis Situasi
Film pendek kini menjadi tren di kalangan pelajar. Saat ini, film pendek tidak
hanya menjadi tontonan khalayak umum, tetapi sudah pada tahapan
memproduksi. Banyak ajang perlombaan yang memayungi kecintaan remaja
terhadap film pendek tersebut. Tidak hanya pada tingkat lokal, bahkan sampai ke
tingkat nasional, lomba film pendek ini diselenggarakan. Sayangnya, niat yang
besar dari pelajar tersebut tidak dibarengi dengan pelatihan atau sosialisasi
mengenai cara pembuatan film pendek serta teknik penyajiannya yang baik. Film
pendek tidak sekadar menampilkan jalan cerita yang menarik, penghayatan tiap
tokohnya, ataupun kualitas gambar semata. Lebih dari itu, film pendek yang
dilombakan harus memiliki kriteria tertentu, termasuk dalam membuka dan
menutup adegan. Selama ini siswa hanya diberikan kebebasan dalam membuat
film, tanpa diberikan pengetahuan mengenai tujuan dari pembuatan film pendek
tersebut. Kabupaten Buleleng pada khususnya, sangat jarang lolos di ajang lomba
film pendek tingkat provinsi bahkan nasional.
Kondisi di atas perlu mendapat perhatian berbagai pihak terutam
akademisi yang acuh terhadap perkembangan film pendek di Kabupaten Buleleng.
Universitas Pendidikan Ganesha sebagai perguruan yang memiliki Tri Darma
3
Perguruan Tinggi yaitu: 1) pendidikan dan pengajaran, 2). Penelitian., 3).
Pengabdian pada masyarakat, mempunyai tanggung jawab moral untuk membantu
memecahkan beberapa permasalahan di masyarakat melalui tri darma perguruan
tinggi. Melalui program pengabdian pada masyarakat tahun 2017 ini, kami
bermaksud menyelenggarakan “Workshop Pembuatan Film Pendek Berbahasa
Indonesia Tingkat SMA/SMK/MA Se-Kabupaten Buleleng”.
1.3 Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan analisis di atas, permasalahan yang dihadapi mitra (dalam hal
ini adalah Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng) dapat digambarkan sebagai
berikut.
Permasalahan mitra Solusi yang ditawarkan
1. Terbatasnya pengetahuan terkait
film pendek oleh siswa
SMA/SMK/MA
1. Memberikan pengetahuan
tentang pembuatan film pendek
dan karakteristiknya.
2. Terbatasnya pemahaman dan
pengalaman siswa terkait
pembuatan film pendek sehingga
tidak adanya kemampuan dalam
mengolah dan memproduksi
film pendek yang berkualitas.
1. Memberikan pemahaman dan
pengalaman kepada siswa
SMA/SMK/MA terkait
pembuatan film pendek.
Pemahaman yang dimaksud
adalah pemahaman teknik dasar
pembuatan film pendek melalui
pelatihan.
2. Memproduksi film pendek
dengan tema pendidikan
sehingga siswa secara langsung
dapat mempraktikkannya di
sekolah.
3. Memberikan pengetahuan
mengenai penilaian yang
menjadi standard juri dalam
4
Permasalahan mitra Solusi yang ditawarkan
menentukan pemenang.
Oleh karena itu, permasalahan yang hendak dijawab melalui program
pengabdian masyarakat khususnya bagi siswa SMA/SMK/MA di Kabupaten
Buleleng ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah proses pelatihan pembuatan film pendek berbahasa
Indonesia bagi siswa SMA/SMK/MA di Kabupaten Buleleng?
2. Apa sajakah kendala yang dihadapi dalam proses pelatihan pembuatan
film pendek berbahasa Indonesia bagi siswa SMA/SMK/MA di Kabupaten
Buleleng?
1.4 Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan dalam pelaksanaan pengabdian pada masyarakat ini adalah
sebagai berikut.
1. Memberikan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan kepada siswa
SMA/SMK/MA di Kabupaten Buleleng terkait dengan pembuatan film
pendek berbahasa Indonesia.
2. Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada siswa SMA/SMK/MA
di Kabupaten Buleleng terkait kriteria penilaian film pendek.
3. Memberikan pengalaman kepada siswa SMA/SMK/MA di Kabupaten
Buleleng dalam membuat film pendek berbahasa Indonesia yang
berkualitas.
4. Meningkatkan prestasi di berbagai ajang lomba film pendek tingkat lokal
maupun nasional sehingga diharapkan berimplikasi pada banyaknya
peminat film pendek di Kabupaten Buleleng.
5
1.5 Manfaat Kegiatan
Manfaat yang bisa didapatkan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah
sebagai berikut.
1. Siswa SMA/SMK/MA di Kabupaten Buleleng memiliki permahaman,
pengetahuan, dan keterampilan terkait pembuatan film pendek berbahasa
Indonesia.
2. Siswa SMA/SMK/MA di Kabupaten Buleleng memiliki permahaman dan
pengetahuan terkait kriteria penilaian film pendek.
3. Siswa SMA/SMK/MA di Kabupaten Buleleng memiliki pengalaman
membuat film pendek berbahasa Indonesia yang berkualitas.
4. Meningkatnya jumlah peminat film pendek di tingkat pelajar se-
Kabupaten Buleleng sehingga meningkatkan prestasi film pendek di
berbagai ajang lomba di tingkat lokal sampai nasional.
6
BAB II
TARGET DAN LUARAN
Khalayak sasaran strategis yang menjadi target dalam pelaksanaan kegiatan
pengabdian pada masyarakat ini adalah siswa SMA/SMK/MA yang ada di
Kabupaten Buleleng. Target awal yakni sebanyak 70 orang, namun karena
keterbatasan waktu dan perbedaan kurikulum, peserta yang mengikuti pengabdian
kepada masyarakat ini sebanyak 50 orang. Kendala selanjutnya yakni tidak
adanya peserta MA yang mengikuti kegiatan ini. Jemput nola telah dilakukan,
tetapi saat itu sekolah sedang mengadakan remidial ulangan semester. Perbedaan
waktu ulangan semester dan waktu remidial ini menyebabkan terhambatnya
pelaksanaan dan tidak seuai target. Total peserta dalam pelaksaanaan pengabdian
pada masyarakat ini adalah 50 orang peserta.
Target yang terpenuhi dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah:
1. Memberikan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan kepada siswa
SMA/SMK di Kabupaten Buleleng terkait dengan pembuatan film pendek
berbahasa Indonesia.
2. Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada siswa SMA/SMK di
Kabupaten Buleleng terkait kriteria penilaian film pendek.
3. Memberikan pengalaman kepada siswa SMA/SMK di Kabupaten
Buleleng dalam membuat film pendek berbahasa Indonesia yang
berkualitas.
4. Meningkatnya peminat pembuatan film pendek di kalangan siswa
SMA/SMK di Kabupaten Buleleng.
Luaran dari kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah laporan akhir dan
artikel.
7
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 KERANGKA PEMECAHAN MASALAH
Adapun langkah pemecahan pengabdian pada masyarakat adalah sebagai
berikut.
1. Mengadakan kerja sama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng
dan seniman terkait sebagai mitra untuk memberikan pengarahan dan
pelatihan pembuatan film pendek berbahasa Indonesia tingkat
SMA/SMK/MA di Kabupaten Buleleng.
2. Menyampaikan surat undangan sebagai peserta pelatihan kepada sekolah-
sekolah di SMA/SMK/MA se-Kabupaten Buleleng.
3. Mengadakan kegiatan pengabdian pada masyarakat workshop pembuatan
film pendek berbahasa Indonesia tingkat SMA/SMK/MA di Kabupaten
Buleleng.
4. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan pengabdian pada
masyarakat.
5. Menyusun laporan penyelenggaraan kegiatan pengabdian pada
masyarakat.
3.2 METODE KEGIATAN
Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah
sebagai berikut.
1. Metode ceramah saat memaparkan cara pembuatan film pendek.
2. Metode pelatihan yaitu siswa SMA/SMK/MA se-Kabupaten Buleleng
diberikan pelatihan teknik membuat film pendek berbahasa Indonesia yang
baik.
3. Metode diskusi yaitu melaksanakan diskusi pada penyampaian evaluasi
maupun praktik lapangan mengenai pembuatan film pendek.
8
3.3 KETERKAITAN
Penyelenggaraan kegiatan pengabdian pada masyarakat dalam bentuk
workshop pembuatan film pendek berbahasa Indonesia bagi siswa
SMA/SMK/MA Se-Kabupaten Buleleng tahun 2017 memiliki keterkaitan dengan
pencarian dan penyaluran bakat-bakat perfilman sejak dini. Selain itu pula,
workshop ini akan menggali potensi pembuat film pendek yang berkualitas yang
kelak bisa diikutsertakan dalam ajang lomba film pendek di lokal maupun
nasional. Keterkaitan lainnya yakni film pendek dapat dijadikan media
pembelajaran bahasa Indonesia, sehingga membantu guru-guru bahasa Indonesia
dalam pemilihan film yang nantinya dianalisis oleh siswa saat terdapat materi
pembelajaran terkait.
3.4 RENCANA EVALUASI
Keberhasilan penyelenggaran kegiatan pengabdian ini dapat dilihat dari
evaluasi yang dilaksanakan selama kegiatan berlangsung yaitu sebagai
berikut.
1. Keberhasilan membuat film pendek saat pelatihan berlangsung.
2. Terjadi peningkatan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan peserta
tentang pembuatan film pendek berbahasa Indonesia dalam diskusi tanya
jawab yang berlangsung.
3. Keikutsertaan peserta pelatihan dalam ajang lomba film pendek yang
diselenggarakan oleh Fakultas Bahasa dan Seni Undiksha.
9
BAB IV
HASIL YANG DICAPAI
4.1 HASIL PELAKSANAAN
Dalam bab ini dijelaskan teknis pelaksanaan “Workshop Pembuatan Film
Pendek Berbahasa Indonesia Tingkat SMA/SMK/MA Se-Kabupaten Buleleng.
Kegiatan P2M ini dibagi menjadi beberapa tahap (1) penyepakatan waktu
kegiatan oleh narasumber (2) pengiriman surat ke sekolah SMA/SMK/MA di
Kabupaten Buleleng, (3) pelaksanaan kegiatan, (4) monitoring dan evaluasi
(monev) oleh lembaga monev Undiksha (5) penyusunan laporan kegiatan.
Secara garis besar, pelaksanaan kegiatan ini mendatangkan dua narasumber,
yakni I Putu Satriya Koesuma dan Putu Kusuma Wijaya. Pada hari pertama,
beliau memaparkan materi tentang film pendek. Selanjutnya pada hari kedua,
peserta dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, dan membuat skenario
sederhana untuk pembuatan film pendek. Siswa yang hadir didampingi oleh
seorang guru. Peserta sangat antusias mengikuti kegiatan ini, terlebih lagi kedua
narasumber yang sangat menguasai materi dan menampilkan beberapa film
pendek saat pelaksanaan kegiatan. Jumlah peserta kurang lebih 50 orang ini
akhirnya diberikan pengetahuan mengenai pembuatan film pendek dengan alat
yang sederhana yakni kamera. Terakhir, kegiatan ini menghasilkan satu film
pendek berjudul “Salah Sangka”.
4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 Penyepakatan waktu
Sebelum melaksanakan kegiatan, tim pelaksana pengabdian ini
berkonsultasi dengan salah seorang nara sumber yakni Bp.Putu Satriya Koesuma
untuk menentukan tanggal yang tepat melaksanakan kegiatan. Tanggal yang
dipilih juga memiliki banyak pertimbangan, yakni saat siswa selesai ulangan
umum dan waktu luang yang dimiliki oleh kedua nara sumber. Penjajagan
dilakukan 2 April 2017 di kantor narasumber.
10
4.2.2 Permohonan tempat
Setelah mendapatkan kesepakatan waktu dari nara sumber, selanjutnya tim
pengabdi membuat surat permohonan peminjaman tempat, yakni di Gedung
Seminar Undiksha. Gedung Seminar Undiksha ini dipilih karena tempatnya yang
luas dan lingkungan sekitar cocok dijadikan tempat syuting film pendek yang
akan diuji coba di akhir kegiatan. Setelah disetujui tanggal dan tempat, barulah
tim pengabdi membuat surat undangan ke sekolah-sekolah.
4.2.3 Penyebaran surat
Penyebaran surat dibantu oleh beberapa mahasiswa. Sekolah yang
diundang juga terbatas, mengingat dana yang terbatas. Sekolah dibagi ke dalam
beberapa wilayah, yakni Buleleng, Banjar, Seririt, Kubutambahan. Tiap sekolah
diminta mengirim siswa sebanyak 5-10 orang dengan satu orang guru
pendamping. Dalam surat juga diharapkan agar siswa menyiapkan satu kamera
untuk praktik pembuatan film pendek.
4.2.4 Pelaksanaan kegiatan
Kegiatan dilaksanakan dua hari yakni tanggal 27 Mei dan 28 Mei 2017
bertempat di Gedung Seminar Undiksha. Presensi dilakukan pukul 07.30 WITA
sampai pukul 08.00 WITA. Selanjutnya, acara dibuka dengan pembukaan oleh
MC, Menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan Doa.
Gambar 01. Pembukaan Workshop Film Pendek Berbahasa Indonesia Tingkat
SMA/SMK/MA Se-Kabupaten Buleleng
11
Selanjutnya, yakni Sambutan oleh ketua pelaksana, Kadek Wirahyuni, S.Pd.,
M.Pd.
Gambar 02. Sambutan Ketua P2M, Kadek Wirahyuni, S.Pd., M.Pd.
Acara dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh nara sumber. Pada hari
pertama ini, pemateri menyampaikan beberapa hal tentang dunia perfilman.
Namun, sebelum pemateri memulai dengan pemaparannya, beliau menayangkan
satu buah film pendek dan satu buah film dokumenter yang pernah beliau buat
dan beliau ikutkan dalam ajang lomba film tingkat nasional. Peserta terpukau
menontonnya. Film tersebut mengisahkan tentang Bapak, dan satu lagi tentang
kesenian daerah yang hampir punah.
12
Gambar 03. Narasumber dan tim pengabdian
Pemaparan materi yang diberikan adalah sebagai berikut.
1. Pengertian Film
Berbagai definisi tentang film antara lain dikemukakan sebagai berikut.
1. Film adalah alat untuk menyampaikan berbagai pesan kepada khalayak melalui
sebuah media cerita. Film juga merupakan medium ekspresi artistik sebagai suatu
alat para seniman dan insan perfilman dalam rangkan mengutarakan gagasan-
gagasan dan ide cerita. Secara esensial dan substansial film memiliki power yang
akan berimplikasi terhadap komunikan masyarakat (Wibowo, 2006)
2. Menurut Effendy (2000) juga berpendapat bahwa film adalah gambaran
teatrikal yang diproduksi secara khusus untuk dipertunjukan di gedung– gedung
bioskop khusus untuk siaran televisi.
4. Menurut pasal 1 ayat (1) UU Nomor 8 Tahun 1992 tentang Perfilman dimana
disebutkan bahwa yang dimaksud dengan “ film adalah karya cipta seni dan
budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang dengar yang dibuat
berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video,
piringan video dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala
13
bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronika, atau proses
lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan
dengan sistem mekanik, elektronik dan/atau lainnya.”
5. Menuruut pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33
Tahun 2009 Tentang Perfilman (UU baru tentang perfilman) “Film adalah karya
seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang
dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat
dipertunjukkan”.
Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, film adalah hasil kaya
yang dibuat untuk menyampaikan informasi, media massa, media komunikasi,
media hiburan, pendidikan dan pemasaran suatu produk kepada halayak umum
melalui sebuah cerita menggunakan sebuah media. Istilah perfilman merujuk
kepada pemahaman keseluruhan proses yang meliputi persiapan, perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan penyampaian pesan.
Film adalah gambar-hidup, juga sering disebut movie. Film, secara kolektif,
sering disebut sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata kinematik atau
gerak. Film juga sebenarnya merupakan lapisan-lapisan cairan selulosa, biasa di
kenal di dunia para sineas sebagai seluloid. Pengertian secara harafiah film
(sinema) adalah Cinemathographie yang berasal dari Cinema + tho = phytos
(cahaya) + graphie = grhap (tulisan = gambar = citra), jadi pengertiannya adalah
melukis gerak dengan cahaya. Agar kita dapat melukis gerak dengan cahaya, kita
harus menggunakan alat khusus, yang biasa kita sebut dengan kamera.
2. Fungsi Film
Arsyad (2009) Fungsi film dalam terkait dengan tiga hal, yaitu untuk tujuan
kognitif, untuk tujuan psikomotor, dan untuk tujuan afektif. Dalam hubungannya
dengan tujuan kognitif, film dapat digunakan sebagai berikut.
1. Mengajarkan pengenalan kembali atau pembedaan stimulasi gerak yang
relevan, seperti kecepatan objek yang bergerak, dan sebagainya.
2. Mengajarkan aturan dan prinsip. Film dapat juga menunjukkan deretan
ungkapan verbal, seperti pada gambar diam dan media cetak. Misalnya
untuk mengajarkan arti ikhlas, ketabahan, dan sebagainya.
14
3. Memperlihatkan contoh model penampilan, terutama pada situasi yang
menunjukkan interaksi manusia.
Para khalayak atau penonton film menggunakan film menggunakan lebih dari satu
indera karena karakter film yang audio-visual. Para penonton jadi lebih terbawa
dalam dimensi parasosial yang dihadirkan lewat film. Pola penggunaan yang
seperti ini menjadikan penonton dapat menyamarkan bahkan menghapus batas-
batas kultural dan sosial (misalnya bahasa) sehingga pesan yang disampaikan
lewat film tetap akan dapat dimengerti oleh penonton. Lewat film, informasi dapat
dikonsumsi dengan lebih mendalam karena film adalah media audio visual. Media
ini banyak digemari banyak orang karena dapat dijadikan sebagai hiburan dan
penyalur hobi bagi orang-orang tertentu. (Husnun, 2011).
Pertunjukan film disamping sebagai komoditas ekonomi juga berfungsi sebagai
sarana penerangan (entertainment), pendidikan (edukasi), dan hiburan (rekreasi).
Oleh karena itu film dapat dimanfaatkan sebagai media publikasi atau penyuluhan
untuk menyampaikan pesan-pesan tentang program pembangunan di segala
bidang. (Permadi dalam Janiarti 2015).
3. Jenis Film
Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia (1990) yang dikutip oleh Amin, Jaenuri
(2011) menguraikan secara detail bebagai jenis film, yakni sebagai berikut.
1. Film Instruktif Film
Instruktif dibuat dengan isi berupa pengarahan yang berkaitan dengan
sebuah pekerjaan atau tugas. Bentuk film bias berupa animasi, boneka atau
film yang diperankan oleh aktor atau aktris.
2. Film Penerangan
Penerangan merupakan film yang memberi kejelasan suatu hal, misalnya
film yang mengisahkan pentingnya program keluarga berencana atau film
pembangunan lainnya. Biasanya film ini diperankan oleh para pemain
dengan imbuhan dialog yang berisi penjelasan. Atau dapat juga filmnya
ditampilkan dalam bentuk gambar-gambar dengan tambahan keterangan
berupa narasi (cerita) yang dibacakan.
3. Film Gambar (Animasi)
15
Film gambar atau animasi dibuat dari gambar-gambar tangan (ilustrasi).
Gambar ini dibuat satu-persatu dengan memperhatikan kesinambungan
gerak sehingga ketika diputar rangkaian gerak dalam gambar itu muncul
sebagai satu gerakan dalam film.
4. Film Boneka
Film boneka biasanya ditampilkan dengan pemain berupa boneka.
Kadang-kadang beberapa boneka dimainkan oleh seorang “dalang”
sekaligus di atas panggung. Panggung dapat bercita realistis (suatu
kenyataan) bisa pula fantasi (khayalan).
5. Film Iklan (TV Commersial)
Film iklan merupakan film yang mempropagandakan produk-produk
tertentu yang ditawarkan produk benda atau jasa. Film iklan semua
dimainkan oleh bintang-bintang ternama untuk menarik minat
penontonnya sehingga diharapkan dapat menaikkan omset produk itu.
6. Program Televisi (TV Program)
Program ini diproduksi untuk komsumsi masyarakat televisi. Secara
umum, program televisi dibagi menjadi dua jenis yakni cerita dan non
cerita. Jenis cerita terbagi menjadi dua kelompok yakni kelompok fiksi
dan kelompok non fiksi. Kelompok fiksi memproduksi film serial (TV
series), film televisi dan film cerita pendek. Kelompok non fiksi
menggarap aneka program pendidikan, film dokumenter atau profil tokoh
dari daerah tertentu.
7. Video Klip (Music Video)
Sejatinya video klip adalah sarana bagi produser musik untuk memasarkan
produknya lewat medium Televisi.
8. Film Cerita Panjang (Feature-Length Films)
Film cerita panjang adalah film yang berisi kisah manusia (roman) yang
dari awal sampai akhir merupakan suatu keutuhan cerita dan dapat
memberikan kepuasan emosi kepada penontonnya. Film cerita dapat
diputar di gedung bioskop atau dibuat untuk acara televisi. Sebuah film
cerita biasanya dimainkan oleh sejumlah pemeran (aktor atau aktris)
16
dengan dukungan pemain lain. Film cerita dapat berupa satu film dengan
satu masa putar.
9. Film Cerita Pendek (Short Films)
Durasi film cerita pendek biasanya dibawah 60 menit. Jenis film ini
banyak dihasilkan oleh para mahasiswa jurusan film atau orang/kelompok
yang menyukai dunia film dan juga yang memang mengkhususkan
diriuntuk memproduksi film pendek, umumnya hasil produksi ini dipasok
ke rumah-rumah produksi atau saluran Televisi.
10. Film Dokumenter (Film Jurnal)
Film jurnal biasanya dibuat untuk mendukung sebuah cerita. Film ini juga
bisa diartikan sebagai film dokumenter.
4. Efektivitas Film
Film merupakan suatu media yang mempunyai beberapa keuntungan-keuntungan
menurut Sudiman (dalam Janiarti 2015), antara lain sebagai berikut.
1. Film sangat baik menjelaskan suatu proses, bila perlu menggunakan “Slow
Motion”
2. Setiap orang dapat belajar sesuatu dari film, baik yang pandai maupun
yang kurang pandai.
3. Film dapat menampilkan kembali masa lalu dan menyajikan kembali
kejadian-kejadian yang telah lalu.
4. Film dapat mengembara dengan lincahnya dari satu negara ke negara yang
lain, horizon menjadi amat lebar, dan dunia luas.
5. Film dapat menyajikan teori ataupun praktek dari yang bersifat umum ke
khusus atau sebaliknya.
6. Film dapat mendatangkan seorang ahli dan memperdengarkan suaranya.
7. Film dapat menggunakan teknik-teknik seperti warna, gerak lambat, dan
sebagainya untuk menampilkan butir-butir tertentu.
8. Film dapat memikat perhatian masyarakat.
17
9. Film lebih realistis, dapat diulang-ulang, dihentikan, dan sebagainya sesuai
dengan kebutuhan, hal-hal yang abstrak menjadi jelas.
10. Film dapat mengatasi keterbatasan daya indra kita.
11. Film dapat merangsang atau memotivasi kegiatan anak didik.
Sebuah film sebaiknya harus dipilih terlebih dahulu agar sesuai dengan maksut
yang akan disampaikan. Oleh karena itu, harus diadakanya penyeleksi film untuk
mengetahui manfaatnya bagi masyarakat.
5. Mekanisme Produksi Film
Mekanisme produksi film adalah sebuah proses yang lazim diterapkan da-lam
proses pengerjaan film pada umumnya (Mabruri, 2010). Mekanisme tersebut 15
meliputi pra produksi, produksi dan pasca produksi. Persentase pembagian pen-
gerjaan karya film adalah 70% di bagian pra produksi, 20% dalam tahap produksi
sedangkan 10% tahap pasca produksi.
Pengerjaan sebuah film tidak lepas dari kerja sama 3 pihak yaitu penulis scenario,
sutradara dan produser. Penulis skenario adalah orang yang menuangkan ide atau
gagasan ke dalam bentuk tulisan yng sesuai dengan kaidah penulisan naskah.
Sutradara adalah orang yang mewujudkan gagasan yang tertuang dalam sebuah
skenario menjadi rekaman audio visual. Sedangkan produser adalah orang yang
membantu sutradara dalam mengelola proses pembuatan film (Saroenggalo, 2008)
Pada umumnya tim kerja produksi film terdiri dari beberapa bagian yaitu manajer
produksi, asisten sutradara, sinematografer, perekan suara, pengarah artistik, pe-
nyunting gambar.
6. Sepuluh Tips Membuat Film Pendek
Menurut Underdogfilm (2013), ada 10 tips membuat film pendek. Berikut ini
adalah beberapa hal penting yang harus kita perhatikan dalam membuat film
pendek. Dengan mengikuti langkah-langkah yang akan diuraikan ini, maka kita
dapat mengurangi beberapa hal yang tidak seharusnya kita lakukan. Meskipun
18
begitu, ini merupakan saran-saran saja, dan dapat dikembangkan berdasarkan
keahlian dan pengalaman. Take a look..
1. Apakah film Anda layak ditonton
Sebelum semuanya dimulai, maka selayaknya kita bertanya: apakah semua
orang pasti menonton film yang akan kita buat ?. Jawabnya, No!. Artinya
tidak semua orang pasti akan menonton film kita. Sebelum menulis
skenarionya, mari tanyakan kepada diri sendiri terlebih dahulu; mengapa
orang harus menonton film yang akan kita buat.
2. Jangan mulai produksi tanpa adanya budget
Film, meskipun sederhana sangat membutuhkan biaya!. Besar biaya
memang tidak terbatas, bisa besar bisa kecil. Dengan membuat prakiraan
biaya (budget), maka kita akan lebih tahu apa yang harus kita lakukan
dengan uang yang dimiliki. Produksi tanpa budget menyebabkan rencana-
rencana tidak bisa diprediksi. Apalagi jika uang yang tersedia tidak
mencukupi, bisa-bisa film yang sedang dikerjakan tidak selesai-selesai.
3. Minta persetujuan pihak-pihak yang terlibat
Sebelum shooting dilakukan, ada baiknya meminta persetujuan tertulis
dari pihak-pihak yang terlibat didalam film, seperti aktor/aktris, music
director, artwork, sponsor, atau siapa saja yang ingin berkontribusi.
Bereskan dulu semua ini!. Karena kalau memintanya saat shooting
dimulai, maka kemangkiran-kemangkiran dari pihak-pihak tersebut akan
terasa sulit dimintakan pertanggung jawabannya. Maka, do it Now!
4. Buatlah film pendek memang pendek!
Penulis naskah dan/atau sutradara harus bisa memenuhi standar yang
menyatakan bahwa sebuah film adalah film pendek. Bertele-tele dalam
penyajiannya akan membuat penonton bosan. Jika itu film pendek..maka
harus pendek. Meskipun sulit, tapi memang harus begitu. Standar film
pendek adalah maksimal berdurasi 30 menit!.
5. Jika memakai aktor yang tidak professional, maka lakukan casting.
Tidak lepas kemungkinan film pendek dibintangi oleh aktor/aktris yang
tidak professional (amatir). Ini sih wajar-wajar saja. Apalagi mereka
(mungkin) tidak dibayar. Tapi untuk memilih karakter-karakter pemain
19
yang sesuai, wajib melakukan pemilihan peran (casting). Jangan memilih
orang sembarangan apalagi casting baru akan lakukan beberapa saat
menjelang shooting. Berbahaya!.
6. Tata suara sebaik-baiknya
Tata suara yang buruk pada kebanyakan film pendek (meskipun memiliki
konsep cerita menarik) menyebabkan tidak nyaman ditonton. Gunakan
perangkat pendukung tata suara seperti boom mike untuk mendapatkan
hasil yang baik.
7. Yakin OK saat shooting, jangan mengandalkan post-production
Saat ini semua film kebanyakan dikerjakan dengan kamera digital. Maka
tidak sulit untuk memeriksa apakah semua hasil shooting sudah memenuhi
sarat atau belum dengan melakukanplayback. Periksa semua! frame
dialog, tata suara, pencahayaan atau apa saja. Apakah sudah sesuai dengan
kualitas yang diinginkan? Sangat penting; periksa setelah shooting, bukan
pada saat paska produksi.
8. Hindari pemakaian zoom saat shooting
Kameraman yang baik adalah yang bisa mengurangi zooming. Kecuali
bisa dilakukan dengan sebaik mungkin. Mendapatkan gambar lebih dekat
ke objek sangat baik menggunakan dolly,camera glider, atau lakukan cut
and shoot!
9. Hindari pemakaian efek yang tidak perlu
Sebuah film pendek banyak mengandalkan efek-efek seperti; memulai
film dengan alarm hitungan mundur (ringing alarm clock), transisi yang
berlebihan seperti dissolves/wipe, dan credit titles yang panjang. Pikirkan
dengan baik, apakah hal-hal ini perlu ditampilkan atau tidak. Pilihan yang
sangat bijak jika semua itu tidak terlalu berlebihan.
10. Hindari shooting malam di luar ruang
Suasana gelap adalah musuh utama kamera (camcorder). Pengambilan
gambar diluar ruang pada malam hari sangat membutuhkan cahaya.
Apabila tidak menggunakan lighting yang cukup maka hasilnya akan jelek
sekali. Meskipun dapat melakukan color correction pada saat editing, tapi
sudah pasti dapat menyebabkan noise dan kualitas gambar menjadi drop.
20
Selanjutnya, pada hari kedua yakni tanggal 28 Mei 2017. Acara diawali
dengan presensi dan langsung kepada pelatihan pembuatan film pendek. Peserta
dibagi ke dalam beberapa kelompok. Masing-masing kelompok melakukan
rembug dan menyebutkan ide cerita. Ide cerita beraneka ragam, ada tentang
sampah, tentang mimpi, tentang persahabatan, organisasi, dan tentang
kesalahpahaman. Dari beberapa ide cerita tersebut, kedua nara sumber memilih
satu ide cerita yang dianggap menarik.
Gambar 04. Diskusi salah satu kelompok
Akhirnya, disepakatilah unyuk pembuatan film pendek yang berjudul
“Salah Sangka” dilakukan di sekitar kampus tengah Undiksha. Peserta diberikan
gambaran mengenai ide cerita. Selanjutnya dipilihlah dua peserta sebagai pemeran
utama, yakni Agung dari SMK N 1 Singaraja dan Devi dari SMA N 4 Singaraja.
Selanjtnya Adi Prayoga dan Mahendra dari SMK N 1 Singaraja yang menjadi
sutradara sekaligus sebagai editor. Ide cerita ini mengisahkan tentang seseorang
yang mengikuti sosialisasi di suatu tempat. Selanjutnya, salah seorang peserta
meninggalkan handphonenya di ruangan tersebut. Salah seorang peserta yang
masih berada di ruangan tersebut terkejut karena terdengar bunyi handphone
berdering, namun tidak ada pemiliknya. Pria itu pun mencari cari si pemilik
handphone lalu mengejarnya sampai ke luar ruangan. Wanita yang dikejar ini pun
merasa ketakutan, karena mengira lelaki tersebut akan berbuat jahat kepadanya.
Lelaki ini terus memanggil manggil si wanita dengan maksud mengembalikan
hanphonenya yang tertinggal. Wanita ini pun terus berlari karena merasa
21
ketakutan akan diganggu. Akhirnya pria ini berhasil menyusulnya, kemudian
mengembalikan hanphone tersebut. Dengan napas terengah-engah ia
mengutarakan maksudnya untuk mengembalikan handphone si wanita yang
tertinggal di ruangan. Selanjutnya, mereka berkenalan. Wanita ini merasa malu
karena ternyata ia salah sangka. Demikian cerita yang ditampilkan dalam
pembuatan film pendek tersebut. Durasi yang dimainkan yakni sekitar 3 menit.
Namun dalam proses pembuatannya memerlukan waktu 2 jam.
Setelah membuat film pendek tersebut, di akhir pertemuan, kedua nara
sumber melakukan evaluasi. Mereka menanyakan hambatan yang ditemukan
dalam pembuatan film. Hambatan tersebut di antaranya: ide cerita, kreativitas,
alat, dan pemain. Namun hambatan tersebut diberikan jalan keluar oleh kedua
narasumber untuk mengeluarkan ide cerita semenarik dan sebanyak mungkin,
sehingga nantinya bisa dipilih yang terbaik. Kreativitas yang dijawab yakni
mengenai cara pengambilan gambar, tempat, situasi, dan konflik yang diambil
haruslah sesuai, bermanfaat, dan menarik. Sedangkan alat yang digunakan,
haruslah menggunakan kamera yang memorinya besar dan mikrofon besar yang
dapat dibawa ke mana saja. Selanjtnya, salam pemilihan pemain, harus dilakukan
casting terlebih dahulu. Pemeranan tokoh harus sesuai dengan tipe dan karakter
pemainnya. Jika semua sudah terlaksana, maka akan menghasilkan film pendek
yang berkualitas dengan alat yang terbatas.
Selanjutnya, kegiatan ditutup dengan pemberian motivasi oleh nara
sumber dan ketua tim pengabdian. Setelah ini, pada bulan Oktober, Fakultas
Bahasa dan Seni mengadakan lomba film pendek tingkat SMA/SMK/MA Se-
Kabupaten Buleleng. Peserta diharapkan mengikuti ajang lomba tersebut.
22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di bab sebelumnya, beberapa hal yang dapat disimpulkan
adalah sebagai berikut.
1. Kegiatan P2M dalam bentuk Workshop Pembuatan Film Pendek
Berbahasa Indonesia Tingkat SMA/SMK/MA Se-Kabupaten Buleleng
telah berlangsung dengan baik. Peserta siswa dan guru sangat antusias
mengikuti kegiatan workshop selama dua hari tersebut.
2. Peserta menginginkan kegiatan serupa dilakukan lagi pada masa yang
akan datang dengan melibatkan komunitas sastra yang ada di Buleleng.
3. Kegiatan P2M telah berkontribusi dalam penambahan pengetahuaan
mengenai cara pembuatan film pendek yang baik dan benar, dengan alat
yang terbatas, dan mengetahui hal-hal yang menjadi acuan penting dalam
penilaian film pendek di ajang lomba tersebut nantinya.
4. Kegiatan P2M telah membantu siswa mencari jawaban atas hambatan-
hambatan yang selama ini mereka temukan selama membuat film pendek.
5.2 SARAN
Berdasarkan atas temuan-temuan yang ada selama workshop berlangsung,
perlu diupayakan adanya workshop secara berkelanjutan bagi siswa dan guru
dengan melibatkan lebih banyak lagi peserta. Agar pemahaman tentang
pembuatan film pendek yang berkualitas dapat diketahui oleh seluruh masyarakat.
23
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Jaenuri. 2011. Pengelolaan Kelas dalam Film The Ron Clark Story dan
Implikasinya terhadap Penanaman Kedisiplinan Siswa. Skripsi.
Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Cahyono, Edi. 2009. Sekilas tentang Film Pendek.
http://www.filmpelajar.com/tutorial/sekilas-tentang-film-pendek.
Diunduh tanggal 6 November 2016.
Effendy, Heru. 2004. Mari Membuat Film (Panduan Untuk Menjadi Produser),
Cet. II, Yogyakarta : Gajah Mada University Press, Hal. 11-12.
Effendy, Onong Uchjana.. 2000. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung :
PT. Citra Aditya Bakti.
Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1990. Jld. V, Jakarta : PT. Cipta Adi Pustaka.
Hal 305.
Husnun. 2011. Film Sebagai Bagian dari Media Masa.
http://husnun.wordpress.com/2011/04/27/film-sebagai-bagian-dari-
media-massa/. Diakses tanggal 6 November 2016.
Janiarti, Effi. 2015. Pengaruh Pemutaran Film Kb Terhadap Perilaku Partisipasi
Masyarakat Ber-Kb Di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2014.
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/51205. Diunduh
tanggal 7 November 2016.
Mabruri, Anton, 2010. Manajemen Produksi Program Acara Televisi. Depok:
Mind 8 Publising House.
Prakosa, Gotot 1997. Film Pinggiran. Jakarta: Institute Kesenian Jakarta
Wibowo, Fred. 2006. Teknik Program Televisi. Yogyakarta: Pinus Book
Publisher.
Saroenggalo, Tino. 2008. Dongeng Sebuah Produksi Film. Jakarta: PT. Grasindo.
Underdogfilm. 2013. Film Pendek. http://underdogfilm.blogspot.co.id/. Diunduh
tanggal 7 November 2016.
UU Nomor 8 tahun 1992 tentang Perfilman
UU Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman.
24
Lampiran (a)
BIODATA KETUA
KETUA
1. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Kadek Wirahyuni, S.Pd.,M.Pd.
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Jabatan Fungsional Penata Muda Tk.I
4 NIP 198705272015042001
5 Tempat dan Tanggal Lahir Singaraja, 27 Mei 1987
6 Alamat Rumah Br. Dinas Celuk Buluh, Kalibukbuk, Buleleng
7 Nomor Telepon/ Fax -
8 Nomor HP +6287863007767
9 Alamat Kantor Kampus Bawah Undiksha, Jalan A.Yani no.67,
Singaraja- Bali
10 Nomor Telepon/Fax (0362) 22570
11 Alamat e-mail [email protected]
12 Mata Kuliah Yang
Diampu
1. Bahasa Indonesia
2. Sastra Bandingan
2. Riwayat Pendidikan
1. Program : S1 S2 S3
2. Nama PT Universitas Pendidikan Ganesha Universitas
Pendidikan Ganesha
-
3. Bidang Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Pendidikan Bahasa -
25
Indonesia
4. Tahun Masuk 2005 2009 -
5. Tahun Lulus 2009 2011 -
6. Judul Skripsi/ Tesis/Disertasi Aplikasi Metode IMDI untuk
Meningkatkan Keterampilan
Bermain Drama Siswa Kelas
XI.IA.6 SMA N 1 Singaraja
Tindak Tutur dan
Perilaku Nonverbal
dalam Berpidato
Siswa Kelas XII
Bahasa SMA N 4
Singaraja
-
7. Nama Pembimbing/ Promotor Pembimbing I
(Drs. Ida Bagus Sutresna,M.Si.)
Pembimbing II
(I Wayan Artika, S.Pd.,M.Hum)
Pembimbing I
(Prof. Dr. Ida Bagus
Putrayasa, M.Pd.)
Pembimbing II
(Dr. Drs. I Wayan
Rasna, M.Pd.)
-
3. Pengalaman Penelitian
No. Tahun Judul Penelitian
1 2015 Hasil Belajar Bahasa Bali dan Bahasa Indonesia Tingkat Sekolah
Dasar (SD) Ditinjau dari Segi Pilihan Bahasa Ibu di SD N 3 Banjar
Jawa
4. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir
No Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat
1 2015
26
27
Biodata anggota 1
BIODATA
I. Data Pribadi
1. Nama : I Putu Mas Dewantara, S.Pd.,M.Pd
2. Pangkat/Golongan : Penata Muda TK I/IIIb
3. Jabatan : Dosen
4. Tempat/Tgl. Lahir : Yehkuning, 7 Februari 1987
5. Jenis Kelamin : Pria
6. Pendidikan : S2
7. Bidang Keahlian Utama : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
8. Fak.Jurusan : Bahasa dan Seni/Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia
9. Alamat
a. Alamat Rumah : Jln. Srikandi, Gang Durian, Perum PSI, A4
b. No.Telp./HP : 081805381503
c. Alamat Kantor : Jalan A. Yani Singaraja
II. Riwayat Pendidikan
Program S1 S2
Nama PT Universitas Pendidikan Ganesha Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha
Bidang ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia
Program Studi Pendidikan Bahasa
Indonesia
Tahun masuk 2006 2010
Tahun lulus 2009 2012
Judul skripsi,
tesis, disertasi
Penerapan Pendekatan
Pragmatik (Prinsip-Prinsip
Penggunaan Bahasa) Disertai
Teknik Koreksi Sesama Teman
dan Koreksi oleh Guru untuk
Meningkatkan Keterampilan
Menceritakan Pengalaman pada
Identifikasi Faktor Penyebab
Kesulitan Belajar Keterampilan
Berbicara Siswa Kelas VIIE SMPN
5 Negara dan Strategi Guru untuk
Mengatasinya
28
Siswa Kelas VIIE SMP Negeri
5 Negara
Nama
pembimbing/
Promotor
1. Prof. Dr. I Nengah Martha,
M.Pd.
2. Prof. Dr. I Made Gosong,
M.Pd.
1. Prof. Dr. Ida Bagus Putrayasa,
M.Pd.
2. Prof. Dr. I Made Gosong, M.Pd.
III. Artikel Ilmiah/Buku
No. Judul Publikasi Tahun Keterangan
1. Membangun Ideologi:
Upaya
Merekonstruksi
Karakter melalui
Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Prosiding Seminar
Nasional Bahasa, Sastra,
dan Pengajarannya yang
diselenggarakan Jurusan
Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia,
Fakultas Bahasa dan
Seni, UNDIKSHA
2014 Penyaji
2. Meningkatkan
keterampilan
menceritakan
pengalaman pada
siswa kelas VIIE
SMP Negeri 5 Negara
Jurnal Santiaji
Pendidikan, Fakultas
Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas
Mahasaraswati Vol. 3
No. 2 Januari 2013
(ISSN: 2087 9016)
2013 Penulis
3. Penelitian Tindakan
Kelas
Pelatihan Penulisan
Karya Ilmiah bagi Guru-
Guru Sekolah Dasar di
Kecamatan Busungbiu
Kabupaten Buleleng
(P2M UNDIKSHA)
2014 Narasumber
4. Artikel Kajian
Pustaka
Pelatihan Penulisan
Artikel Ilmiah bagi Guru-
Guru Bahasa Indonesia
SMP dan SMA
Sekecamatan Banjar
(P2M Pascasarjana
UNDIKSHA)
2015 Narasumber
29
5. Bahasa Indonesia
Keilmuan (Buku Ajar,
ISBN: 978-602-1213-
73-5)
UNDIKSHA PRESS 2015 Penulis
bersama Drs. I
Ketut Dibia,
S.Pd., M.Pd.
6. Tradisi Lisan dalam
Konteks Kekinian:
Revitalisasi dan
Modifikasi dalam
Upaya Pewarisan
Nilai Karakter Bangsa
Seminar Nasional
Asosiasi Tradisi Lisan
yang diselenggarakan
atas kerjasama Asosiasi
Tradisi Lisan, Universitas
Dwijendra, dan
Universitas Udayana
2016 Penyaji
7. Pemartabatan Bahasa
Indonesia di Era
Globalisasi:
Problematika di
Tengah Menipisnya
Sikap Positif Penutur
Bahasa
Seminar Nasional
Bahasa, Sastra,
Pengajarannya yang
diselenggarakan oleh
Prodi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia
Undiksha
2016 Penyaji
IV. Riwayat Penelitian
No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Keterangan Sumber Jumlah (Rp)
1. 2015 Evaluasi Pelaksanaan
Pembelajaran Bahasa
Indonesia MPK
Undiksha
DIPA 10.000.000 Anggota
2. 2016 Analisis Penggunaan
Bahasa Lisan
Mahasiswa
UNDIKSHA: Tinjauan
Aspek Kata dan
Kalimat pada
Matakuliah
Pengembangan
Kepribadian (MPK)
Bahasa Indonesia
DIPA 10.000.000 Ketua
30
V.Riwayat Publikasi pada Koran/Majalah/Buletin
No. Judul Jenis Identitas Publikasi
1. Meninggalkan Koloni Cerpen Tabloid Bali Bicara Edisi 16-
30 April 2010
2. Alih Fungsi Lahan Pertanian Perlu
Perhatian Serius
Opini Tabloid Bali Bicara Edisi 1-15
Mei 2010
3. Gelombang Sunyi Cerpen Tabloid Bali Bicara Edisi 16-
30 Juni 2010
4. Bertani Mulai Ditinggalkan Opini Tabloid Bali Bicara Edisi 1-15
Juli 2010
5. Mewujudkan Sekolah sebagai
Tempat yang Paling Menyenangkan
Esai Tabloid Bali Bicara Edisi 16-
31 Agustus 2010
6. Seharusnya Cerpen Tabloid Bali Bicara Edisi 1-15
September 2010
7. Mengikis Budaya Mengaku Miskin Esai Tabloid Bali Bicara Edisi 1-15
Oktober 2010
8. Aku Takut Pulang Puisi Tabloid Bali Bicara Edisi 1-15
Oktober 2010
9. Bisa Malu Puisi Tabloid Bali Bicara Edisi 1-15
Oktober 2010
10. Maling sunyi Puisi Tabloid Bali Bicara Edisi 1-15
Oktober 2010
11. Kuliah, Gantungan Harapan yang
Lebih Baik
Opini Majalah VISI Undiksha Edisi
Oktober 2011
12. Putri Malam Cerpen Bali Post, Minggu Wage, 24
Juni 2012
13. Membaca Sejarah Lewat Sastra Esai Bali Post, Minggu Paing, 15
September 2013
31
32
Biodata Anggota 2
I. IDENTITAS DIRI
1. Nama Lengkap (dengan gelar) Ida Ayu Made Darmayanti, S.Pd., M.Pd.
2. JabatanFungsional/Golongan/Ruang Lektor/IIIB/Penata Muda Tk I 3. NIP/NIK/NIM 198402072008122004 4. NIDN 0007028401 5. Pendidikan Terakhir S2 Pendidikan Dasar 6. Terhitung Mulai 01-07-2010 7. Tempat dan Tanggal Lahir/ Umur Singaraja, 7 Februari 1984
8. Alamat Rumah Jl. Pahlawan Gang 1 No. 18 Singaraja
9. Nomor Telepon/Fax - 10. Nomor HP 081805346236 11. Alamat Kantor Jalan Ahmad Yani 67 Singaraja 12. Nomor Telepon/Fax 0362-21541; Faks 0362-25735 13. Alamat e-mail -
II. PENGALAMAN JABATAN
No. Jabatan Institusi Tahun ...... s.d. .......
1. -
III. PENGALAMAN MENGAJAR
No. Mata Kuliah Jenjang Institusi/Jurusan/Program Tahun ...... s.d.
......
1. Aplikasi bahasa
Indonesia
S1
D3
Manajemen, BK, dan
PKn Manajemen
Perhotelan
2009
2. Telaah GBPP S1 Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia
Undiksha
2010
3. Aplikasi Bahasa
Indonesia
S1 Penjaskesrek, PG PAUD,
dan PKO
2010
4. Penyuntingan S1 Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia
Undiksha
2009, 2011-
2012
5. Membaca II S1 Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia
2011-2012
33
Undiksha
6. Aplikasi Bahasa
Indonesia
S1 Pendidikan Seni Rupa
Undiksha
2011
7. Membaca I S1 Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia
Undiksha
2011
8. Aplikasi Bahasa
Indonesia
S1
D3
Pendidikan Teknik
Elektro
Teknik ElektroUndiksha
2011
IV PENGALAMAN MEMBIMBING MAHASISWA
No. Pembimbingan/Pembinaan Jenjang Institusi/Jurusan/Program Tahun
1. Pembimbing Akademik S1 Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Undiksha
2010-
2012
2. Pembimbing
Kemahasiswaan (UKM)
Paduan Suara
UKM Paduan Suara
Undiksha
2010-
2012
3. Pembimbing
Kemahasiswaan Tingkat
Jurusan PBSI
S1 Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Undiksha
2012
4. Penguji skripsi mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Undiksha
2012
5. Pembimbing PPL Real
Mahasiswa Program
Kependidikan
S1 Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Undiksha
2012
V. PENGALAMAN PENELITIAN
No Tahun Judul Penelitian Jabatan Sumber
Dana
1. 2010 Dunia absurb dan perlawanan
kelas: Sebuah Kajian
Posmodernisme terhadap
Drama Dag-Dig-Dug karya
Putu Wijaya
Ketua DIPA
Undiksha
2. 2011 Penerapan Model PBM untuk
Meningkatkan Keterampilan
Menulis Paragraf Argumentasi
Ketua DIPA
Undiksha
34
Siswa Kelas XI di SMA Negeri
4 Singaraja
3. 2012 Campur Kode dalam
Komunikasi Lisan Pasangan
Perkawinan Beda Bangsa
Jepang-Indonesia (Kajian
Sosiolinguistik)
Anggota DIPA
Undiksha
VI. PENGALAMAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH DALAM JURNAL
No. Tahun Judul Artikel Ilmiah Volume/ Nomor
Nama Jurnal
1. - - - -
VII. PENGALAMAN PENULISAN BUKU
No. Tahun Judul Buku Jumlah Halaman
Penerb
it
1.
- - - - VIII. PENGALAMAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
No. Tahun Judul Pengabdian kepada
Masyarakat
Pendanaan •
Sumber Jml (Juta
Rp) 1. 2009 Peserta Bakti Sosial (penghijauan)
di desa Bulian, Kubutambahan
DIPA Undiksha -
2. 2009
Pengawas ujian nasional SMA/MA
tingkat Kabupaten/ kota dan tingkat
satuan pendidikan di Provinsi Bali
tahun pelajaran 2008/2009
- -
3. 2010 Pelatihan Penerapan Pendekatan
Tematik-Komunikatif pada guru
bahasa Bali di SD se-Kecamatan
Mengwi dan sekitarnya
DIPA Undiksha 3 juta
4. 2010 Pengawas ujian nasional SMA/MA
tahun pelajaran 2009/2010 pada
tingkat satuan pendidikan
kabupaten Karangasem
- -
35
5. 2010 Pengawas ujian seleksi nasional
masuk perguruan tinggi negeri
(SNMPTN) lokal Singaraja tahun
2010
- -
6. 2011 Panitia Penghijauan Undiksha DIPA Undiksha -
7. 2011 Panitia penyelenggaraan
keaksaraan fungsional program
keaksaraan, fungsional tingkat
dasar Undiksha 2011
DIPA Undiksha -
8. 2011 Panitia KKN Undiksha 2011 DIPA Undiksha -
9. 2012 Bakti sosial (Penanaman Pohon dan
Pembersihan) dalam rangka Dies
Natalis ke-VI Undiksha bertempat
di Pesisir Pantai Lovina,
Kalibukbuk, Singaraja
DIPA Undiksha -
IX. KEIKUTSERTAAN DALAM KONFERENSI, SEMINAR,
LOKAKARYA, ATAU SIMPOSIUM
No. Tahun Judul Kegiatan Penyelenggara
1. 2009 Workshop pengembangan instrumen
penilaian kinerja dosen dalam PBM
2009
LP3 Undiksha
2. 2009 Workshop pengembangan konten E-
Learning Undiksha tahun 2009 LP3 Undiksha
3. 2010 Peserta workshop penyusunan proposal
program DP2M Dikti (IbM, IbIKK, IbK,
IbW)
Undiksha
4. 2010 Peserta seminar nasional bertemakan
Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Kerjasama JPBSI dengan Balai
Bahasa Denpasar
Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra
Indonesia, Undiksha
5. 2010 Peserta workshop Pengembangan
Kurikulum Akademik dan Profesi
Undiksha
Undiksha
36
37
Lampiran (b)
Gambar 05. Peserta mengikuti Pembukaan Workshop
Gambar 06. Pemutaran Film pendek dan film dokumenter
38
Gambar 07. Diskusi Kelompok