laporan akhir progr am p2m penerapan...
TRANSCRIPT
P
Pelatihan Oil (VCO
S
FAKUL
PROGRA
Paket PenO) dan Na
Ku
I
Made
Ni P
Dibiayai da
SPK No. 76/U
JLTAS MAT
UNIVER
LAPOAM P2M
ngolahan ata de Cocoukuh, Kec
Putu ParwaNIP. 197
e Vivi OvianNIP. 198
Putu Sri AyuNIP. 198
ari Daftar IsiUniversitas
UN.48.15/L
JURUSANTEMATIKARSITAS P
i
ORAN AKM PENER
Buah Kelo Bagi Ke
camatan N
ata, S.Si., M7806032002ntari, S.Si., 8008052006uni, S.Si., M8110292008
ian Pelaksans Pendidikan
LPM/2014 Ta
N ANALISA DAN ILMPENDIDIK
2014
KHIR RAPAN I
apa Menjlompok T
Nusa Penid
M.Si. (Ketua2121004 M.Si. (Angg
6042002 M.Sc. (Anggo8122002
naan Anggarn Ganesha anggal 13 Fe
S KIMIA MU PENGETKAN GAN
IPTEKS
adi VirginTani di Desda
a)
gota)
ota)
an (DIPA)
ebruari 2014
TAHUAN ANESHA
n Coconut sa Nyuh
4
ALAM
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
berkat lindungan dan limpahan karunia-Nya kegiatan P2M dengan judul “Pelatihan
Paket Pengolahan Buah Kelapa Menjadi Virgin Coconut Oil (VCO) dan Nata de Coco
Bagi Kelompok Tani di Desa Nyuh Kukuh, Kecamatan Nusa Penida” ini dapat
terlaksana dengan lancar dan memberikan hasil yang cukup baik.
Laporan ini memuat hasil kegiatan pelatihan yang telah dilakukan termasuk
hasil evaluasinya. Secara umum kegiatan pelatihan telah memberikan bekal
pengetahuan/wawasan kepada masyarakat tentang teknologi pengolahan buah kelapa
menjadi produk nata de coco dan virgin coconut oil (VCO). Peserta pelatihan telah
mampu membuat produk VCO dan nata de coco dengan kualitas yang cukup baik,
namun perlu diperbaiki secara berkesinambungan untuk memperoleh kualitas terbaik.
Keberhasilan program ini sangat ditentukan oleh tindak lanjut masyarakat menerapkan
teknologi yang telah dilatihkan dalam bentuk unit usaha.
Pelaksanaan program P2M ini didukung oleh beberapa pihak, untuk itu kami
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ketua LPM Undiksha yang telah mengkoordinasikan kegiatan P2M di
tingkat lembaga termasuk pendanaannya,
2. Bapak Kepala Desa Adat Nyuh Kukuh, atas sambutan yang baik terhadap program
P2M ini,
3. Tim pelaksana kegiatan yang telah merancang, melaksanakan, mengevaluasi dan
mengkoordinasikan kegiatan ini hingga terlaksana dengan baik, serta
4. Kelompok Tani “Mekar Sari”, khususnya dari kalangan ibu-ibu rumah tangga
yang dengan penuh semangat telah mengikuti kegiatan pelatihan ini.
Kami menyadari laporan ini masih belum sempurna, untuk itu kami terbuka
dengan segala saran dan masukan yang bersifat positif dan inovatif. Semoga laporan
ini memberikan manfaat optimal bagi pembaca.
Singaraja, Semptember 2014
Tim Pelaksana
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................... iii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Analisis Situasi ............................................................................................ 1
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah .......................................................... 4
1.3 Tujuan Kegiatan .......................................................................................... 5
1.4 Manfaat Kegiatan ........................................................................................ 6
BAB II METODE PELAKSANAAN ....................................................................... 7
2.1 Rancangan Kegiatan ................................................................................... 7
2.2 Khalayak Sasaran ........................................................................................ 8
2.3 Tahap Pelaksanaan Kegiatan ...................................................................... 8
2.4 Rancangan Evaluasi .................................................................................... 9
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 10
3.1 Hasil Kegiatan ............................................................................................. 10
3.2 Pembahasan ................................................................................................. 14
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 19
4.1 Kesimpulan ................................................................................................. 19
4.2 Saran ........................................................................................................... 19
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Keterkaitan Tujuan dan Metode Kegiatan....................................................7
Tabel 3.1 Semangat/Antusiasme Masyarakat Mengikuti Kegiatan.............................11
Tabel 3.2 Respon Masyarakat terhadap Pelaksanaan Kegiatan P2M..........................11
Tabel 3.3 Kemampuan/Keterampilan Masyarakat Menerapkan Teknologi yang
Dilatihkan....................................................................................................13
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Produk VCO Yang Dihasilkan Oleh Peserta Pelatihan…………………14
Gambar 3.2 Produk Nata de Coco Yang Dihasilkan Oleh Peserta Pelatihan………...14
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Desa Adat Nyuh Kukuh adalah salah satu desa di Kecamatan Nusa Penida
Kabupaten Klungkung, Bali. Desa ini terletak di daerah pesisir dengan luas wilayah
paling kecil dibandingkan desa-desa lainnya (+ 10 Ha). Sesuai dengan namanya, di
desa ini banyak ditemukan pohon kelapa (bahasa bali “nyuh”) yang tumbuh subur di
daerah yang relatif tandus ini. Namun, hingga saat ini buah kelapa yang dihasilkan
belum mampu diolah menjadi produk komersial.
Kemajuan teknologi telah mampu mengolah buah kelapa menjadi produk
komersial bernilai jual tinggi. Daging buah kelapa dapat diolah menjadi produk VCO
(virgin coconut oil) yang memiliki nilai jual lebih tinggi dibandingkan minyak kelapa
(“lengis tanusan”). Hal ini disebabkan kandungan nutrisi minyak VCO masih sama
dengan bahan bakunya yaitu buah kelapa, sedangkan pada minyak kelapa banyak
nutrisi yang sudah rusak akibat pemanasan pada suhu tinggi. Selain itu, air kelapa
yang umumnya menjadi limbah dapat diolah menjadi produk makanan nata de coco
yang bergizi dan bernilai jual tinggi. Teknologi pembuatan VCO dan nata de coco
cukup sederhana dan tidak memerlukan modal tinggi, sehingga dapat dilakukan dalam
skala rumah tangga.
Kegiatan P2M ini secara khusus dilaksanakan bagi Kelompok Tani “Merta
Sari” di Desa Nyuh Kukuh Kecamatan Nusa Penida yang terletak sekitar 6 kilometer
ke arah barat dari Pelabuhan Mentigi Nusa Penida. Sampai saat ini kelompok tani ini
memiliki anggota sejumlah 30 kk (kepala keluarga). Secara umum, mata pencaharian
utama masyarakat dari kelompok tani ini adalah sebagai petani rumput laut. Hasil
pertanian lain seperti jagung dan dan singkong masih sangat minim dan hanya digeluti
oleh segelintir petani dengan lahan yang terbatas. Hanya sedikit hasil panen yang bisa
dijual karena sebagian juga harus digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah
tangga mereka sendiri. Tanah pertanian di daerah Nusa Penida memang tergolong
tandus, sehingga kurang mendukung untuk kegiatan pertanian. Selain tidak ada
sumber air permukaan seperti sungai atau bendungan, curah hujan yang menjadi satu-
satunya sumber air pertanian sangat minim. Budidaya rumput laut sebagai mata
pencaharian andalan sebagian besar masyarakat juga tidak terlalu menjanjikan. Akhir-
2
akhir ini produksi rumput laut merosot karena penurunan kualitas lahan budidaya,
bahkan pada musim-musim tertentu banyak masyarakat yang mengalami gagal panen.
Selain itu, harga rumput laut juga sering merosot dan berfluktuasi karena
dipermainkan oleh penadah.
Dalam bidang usaha, masyarakat Kelompok Tani “Merta Sari” dan masyarakat
Nusa Penida secara umum masih tergolong sangat langka. Salah satu usaha yang
hanya digeluti oleh segelintir orang dari kelompok masyarakat ini adalah usaha
dagang dengan hasil yang tidak terlalu menggembirakan. Hal ini disebabkan biaya
transportasi barang dagangan yang harus didatangkan dari luar pulau Nusa Penida
relatif mahal sehingga tidak sebanding dengan harga barang yang harus dijual. Dalam
bidang industri, hingga saat ini belum ada masyarakat dari kelompok tani ini yang
tergerak untuk mengembangkan industri rumah tangga. Padahal kalau dilihat dari
potensi daerah, banyak usaha/industri rumah tangga yang dapat dikembangkan oleh
penduduk setempat.
Komoditi utama masyarakat Nusa Penida termasuk Kelompok Tani “Merta
Sari” seperti rumput laut dan buah kelapa sebenarnya dapat dioalah menjadi berbagai
produk komersial yang bernilai jual tinggi. Rumput laut dapat diolah menjadi berbagai
produk makanan bergizi seperti dodol, kerupuk, manisan, dan bakso dengan citarasa
khas. Sedangkan buah kelapa dapat diolah menjadi produk seperti VCO dan nata de
coco. Permasalahannya adalah belum ada masyarakat yang tergerak untuk memulai
usaha yang menjanjikan ini. Hal ini disebabkan oleh kurangnya wawasan dan
pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat mengenai teknologi tepat guna.
Bila dilihat dari hasil perkebunan kelapanya, sangat menjanjikan untuk
mengembangkan usaha pengolahan buah kelapa menjadi VCO dan nata de coco di
Desa Nyuh Kukuh. Produksi buah kelapa masyarakat Desa Nyuh Kukuh dan Nusa
Penida secara umum tergolong cukup tinggi. Data Dinas Pertanian dan Perkebunan
Kabupaten Klungkung tahun 2011 menunjukkan bahwa hasil produksi kelapa di
Kecamatan Nusa Penida sebesar 360,73 ton, didominasi oleh perkebunan di daerah
pesisir termasuk di Desa Nyuh Kukuh. Hampir semua wilayah Desa Nyuh Kukuh
ditumbuhi oleh pohon-pohon kelapa yang tergolong daerah pesisir. Kebun kelapa di
wilayah Desa Nyuh Kukuh memang hanya dimiliki oleh segelintir orang, namun
masyarakat dapat memperoleh buah kelapa tersebut dengan mudah dan cukup murah
baik sekedar untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga ataupun untuk usaha produksi
3
minyak kelapa. Jadi dari aspek bahan baku, usaha produksi VCO dan nata de coco
sangat mendukung.
Buah kelapa yang dihasilkan oleh masyarakat di Desa Nyuh Kukuh sebagian
besar dijual langsung dengan harga sekitar Rp. 1.500,- per butir. Hanya sedikit dari
hasil panen dimanfaatkan oleh segelintir warga untuk membuat minyak kelapa yang
digunakan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga dan dijual dengan harga Rp.
20.000,- per liter. Namun, biaya produksi yang mahal akibat teknik produksi yang
kurang efisien menyebabkan warga enggan menggeluti usaha produksi minyak kelapa
ini. Sementara itu, sampai saat ini belum ada anggota kelompok tani “Merta Sari”
yang memanfaatkan air kelapa untuk kepentingan komersial. Padahal air kelapa yang
dibuang dari usaha pembuatan minyak kelapa sangat melimpah. Sebagian air kelapa
tersebut memang dimanfaatkan oleh sebagian petani sebagai bahan campuran untuk
pakan babi, namun sebagian besar masih dibuang secara percuma. Dapat dikatakan air
kelapa hanya menjadi limbah yang tidak memiliki nilai ekonomis. Dengan potensi
sebagai daerah penghasil buah kelapa, sangat cocok dikembangkan usaha pengolahan
kelapa menjadi produk-produk bernilai jual tinggi dengan memanfaatkan teknologi
sederhana dan tepat guna.
Bila dilihat dari aspek pemasaran, usaha produksi VCO dan nata de coco ini
memiliki prospek pemasaran yang sangat menjanjikan. Hal ini didukung oleh
pengembangan Nusa Penida sebagai salah satu tujuan wisata di Bali. Kegiatan
pariwisata sudah sangat ramai di kawasan Desa Lembongan Kecamatan Nusa Penida
yang terkenal dengan pesona alam bawah lautnya. Selain itu, keberadaan tiga buah
Pura di Nusa Penida, yaitu: Pura Ped, Pura Gua Giri Putri dan Pura Puncak Mundi
telah menjadi tujuan wisata religi bagi Umat Hindu dari berbagai daerah di Bali
maupun dari luar Bali. Menurut keterangan masyarakat setempat, ketiga Pura di Nusa
Penida ini tidak pernah sepi dari kunjungan umat yang ingin melakukan
persembahyangan. Kunjungan umat terutama membludak pada saat upacara “odalan”
yang dilaksanakan setiap enam bulan sekali. Hal ini tentu saja menjadi peluang besar
untuk mempromosikan sekaligus memasarkan produk VCO dan nata de coco yang
akan diproduksi oleh mitra. Apalagi, sampai saat ini belum ada produk lokal yang
dapat dijadikan sebagai oleh-oleh khas dari Nusa Penida. Berdasarkan hasil survei
yang dilakukan oleh pengusul, toko-toko atau warung-warung yang ada di sekitar
areal Pura-Pura tersebut belum ada yang menawarkan produk oleh-oleh khas dari
4
Nusa Penida yang bisa dibawa pulang oleh para pengunjung. Toko-toko dan warung-
warung tersebut dapat dijadikan tempat promosi dan pemasaran produk yang akan
dihasilkan oleh mitra. Hal inilah yang mendasari keyakinan pihak mitra maupun
pelaksana terhadap prospek usaha ini.
Selain itu, di Nusa Penida terdapat dua pasar tradisional, satu terletak di Desa
Sampalan (+ 5 KM sebelah timur lokasi mitra) dan yang lain terletak di Desa Toya
Pakeh (+ 1 KM sebelah barat lokasi mitra). Lokasi mitra sangat dekat dengan Pasar
Toya Pakeh (+ 400 meter) dan cukup dekat dengan Pasar Sampalan (+ 7 kilometer)
Kedua pasar tersebut cukup penting artinya bagi aktivitas jual beli masyarakat. Kedua
pasar tersebut dapat dijadikan salah satu target tempat penjualan produk olahan buah
kelapa yang akan dihasilkan oleh mitra. Lebih lanjut, tidak menutup kemungkinan
untuk mempromosikan dan memasarkan produk pada pasar-pasar tradisional maupun
pasar swalayan yang ada di luar pulau Nusa Penida sebagai produk khas dari Nusa
Penida. Hal ini didukung oleh sistem transportasi yang sudah mulai lancar sehingga
akses dari Nusa Penida ke berbagai daerah lainnya menjadi lebih mudah.
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah
Secara umum taraf hidup masyarakat Nusa Penida termasuk Kelompok Tani
“Merta Sari” sebagai mitra kegiatan P2M ini tergolong rendah. Hal ini disebabkan
masyarakat hanya menggantungkan kehidupannya dari hasil budidaya rumput laut
yang tidak menentu hasilnya karena kondisi lahan budidaya yang sulit dikontrol dan
adanya permainan harga dari pihak pengepul. Di lain pihak, hasil perkebunan darat
jumlah dan hasilnya sangat minim, sehingga hanya sedikit orang yang mau
menekuninya sebagai pekerjaan sampingan. Keadaan ini memang tidak lepas dari
karakteristik tanah di Nusa Penida yang tergolong tandus dan tidak ada sumber air
permukaan seperti sungai atau danau. Satu satunya komoditi dari hasil perkebunan
yang baik produksinya di daerah ini adalah tanaman kelapa. Kebun kelapa juga hanya
dimiliki oleh beberapa orang yang memang tergolong tingkat ekonomi atas,
sedangkan sebagian masyarakat lainnya hanya bisa menjadi buruh pada saat musim
panen dengan imbalan yang tidak begitu besar.
Permasalahan ini berakar dari kurangnya wawasan dan pengetahuan
masyarakat tentang teknologi pengolahan hasil kebun baik rumput laut maupun buah
kelapa yang merupakan komoditi andalan di daerah Nusa Penida. Masyarakat belum
5
mengetahui dan belum mampu mengolah hasil kebun mereka menjadi produk
komersial yang bernilai jual lebih tinggi. Mereka selama ini hanya menjual hasil
panen dalam bentuk mentah kepada para pengepul yang ada di daerah mereka masing-
masing. Para pengepul ini sering mempermainkan harga sehingga nilai jual hasil
panen cenderung berfluktuatif dan anjlok. Hingga saat ini masyarakat belum bisa
keluar dari permasalahan ini karena tidak bisa berbuat banyak akibat kurangnya
wawasan dan pengetahuan yang dimiliki.
Khusus mengenai produk VCO dan nata de coco, masyarakat setempat
sebagaian besar memang sudah mengenal kedua produk komersial tersebut. Namun,
mereka belum mengetahui teknik pembuatannya yang ternyata dapat diproduksi
secara sederhana dari daging dan air buah kelapa yang berlimpah di daerah mereka.
Hal ini disebabkan kurangnya informasi dan pelatihan yang mereka dapat mengenai
teknologi tersebut. Permasalahan inilah yang akan dipecahkan melalui kegiatan P2M
ini dengan solusi memberikan pelatihan teknologi pengolahan buah kelapa menjadi
produk VCO dan nata de coco. Kegiatan ini diharapkan memberikan perubahan dalam
kehidupan masyarakat setempat sehingga menjadi masyarakat yang lebih produktif.
Hasil akhir kegiatan ini diharapkan terbentuknya unit usaha atau industri kecil yang
mengolah hasil panen kelapa menjadi produk komersial bernilai jual tinggi.
1.3 Tujuan Kegiatan
Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, tujuan kegiatan pengabdian
kepada masyarakat ini adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan kelompok tani “Merta Sari” Desa Nyuh
Kukuh tentang teknologi pengolahan buah kelapa menjadi produk virgin coconut
oil (VCO) dan nata de coco
2. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan kelompok tani “Merta Sari” Desa
Nyuh Kukuh dalam mengolah buah kelapa menjadi produk virgin coconut oil
(VCO) dan nata de coco
6
1.4 Manfaat Kegiatan
Kegiatan ini dapat memberikan manfaat kepada mitra sebagai berikut.
1) Masyarakat memperoleh wawasan serta pengetahuan tentang teknologi
pengolahan buah kelapa menjadi produk virgin coconut oil (VCO) dan nata de
coco
2) Masyarakat memperoleh informasi tentang bahan-bahan yang diperlukan untuk
membuat virgin coconut oil (VCO) dan nata de coco, serta cara memperoleh
bahan-bahan tersebut.
3) Masyarakat memperoleh bekal keterampilan membuat virgin coconut oil (VCO)
dan nata de coco sampai menjadi produk yang siap dipasarkan.
4) Masyarakat memperoleh motivasi, dorongan, serta bimbingan untuk memulai
usaha/industri kecil dari bahan baku buah kelapa.
7
BAB II
METODE PELAKSANAAN
2.1 Rancangan Kegiatan
Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan kegiatan P2M ini adalah
ceramah, diskusi, demonstrasi dan praktik secara langsung. Gabungan metode-metode
tersebut diharapkan mampu meningkatkan wawasan, pemahaman dan keterampilan
masyarakat tentang pengolahan buah kelapa menjadi produk bernilai jual tinggi,
dalam hal ini produk VCO dari daging buah kelapa dan produk nata de coco dari air
kelapa. Keterkaitan antara tujuan dan metode yang digunakan dalam kegiatan P2M ini
dapat dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Keterkaitan Tujuan dan Metode Kegiatan
No Tujuan Metode Bentuk Kegiatan
1 Meningkatkan wawasan dan pengetahuan kelompok tani “Merta Sari” Desa Nyuh Kukuh tentang teknologi pengolahan buah kelapa menjadi produk virgin coconut oil (VCO) dan nata de coco
Ceramah dan Diskusi
Sosialisasi dan dialog interaktif tentang potensi pengolahan buah kelapa menjadi produk komersial Penyebaran Brosur tentang teknik pengolahan buah kelapa menjadi VCO dan nata de coco
2 Meningkatkan kemampuan dan keterampilan kelompok tani “Merta Sari” Desa Nyuh Kukuh dalam mengolah buah kelapa menjadi produk virgin coconut oil (VCO) dan nata de coco
Demonstrasi dan Praktik secara langsung, Diskusi, Pendampingan
Demonstrasi teknik pembuatan VCO dan nata de coco dari bahan baku buah kelapa Pelatihan (praktik langsung) pembuatan VCO dan nata de coco oleh masyarakat Diskusi tentang teknik produksi dan pemasaran produk yang akan dihasilkan. Pembimbingan/ Pendampingan secara berkelanjutan
8
2.2 Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran yang dilibatkan dalam kegiatan ini adalah masyarakat
kelompok tani “Merta Sari” yang berlokasi di Desa Nyuh Kukuh Kecamatan Nusa
Penida. Peserta yang dilibatkan dalam kegiatan P2M ini secara khusus adalah dari
kalangan ibu-ibu rumah tangga dan remaja putri. Hal ini berdasarkan pertimbangan
bahwa usaha produksi VCO dan nata de coco identik dengan kegiatan yang biasanya
dilakukan oleh kaum wanita, sehingga diharapkan khalayak secara cepat dapat
mengadopsi pengetahuan dan keterampilan yang dilatihkan kepada mereka. Jumlah
peserta yang dilibatkan maksimal sebanyak 15 orang, dengan pertimbangan efisiensi
kegiatan pelatihan.
2.3 Tahap Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan melalui tiga tahap utama sebagai berikut.
Tahap I (Sosialisasi)
Pada tahap ini dilakukan sosialisasi mengenai prospek dan teknologi
pengolahan buah kelapa menjadi nata de coco dan VCO. Sosialisasi dilaksanakan
dengan metode ceramah dan diskusi serta penyebaran brosur. Melalui sosialisasi ini
mitra diharapkan mulai tertarik dan tergerak untuk menekuni usaha pengolahan buah
kelapa ini serta memahami prospek, seluk-beluk, teknologi, serta pemasaran produk
yang akan dihasilkan.
Tahap II (Pelatihan)
Pada tahap ini dilakukan pelatihan membuat VCO dari daging buah kelapa dan
membuat nata de coco dari air kelapa. Pelatihan dilakukan dengan cara demonstrasi
proses produksi oleh tim pelaksana program yang diikuti dengan pelatihan produksi
secara langsung oleh semua peserta kegiatan. Selama pelatihan juga dilakukan
kegiatan pembimbingan dan konsultasi sehingga peserta benar-benar menguasai dan
memahami teknologi yang dilatihkan.
Tahap III (Monitoring dan Evaluasi)
Pada tahap ini dilakukan kegiatan monitoring dan konsultasi bagi mitra terkait
teknologi yang telah mereka peroleh termasuk aspek pemasaran sehingga diharapkan
mitra menjadi kelompok pengusaha yang mandiri dan mampu mengembangkan
9
usahanya secara berkelanjutan. Pada tahap ini juga dilakukan evaluasi terhadap
kemampuan dan keterampilan peserta mempraktikkan teknologi yang dilatihkan
termasuk kualitas produk nata de coco dan VCO yang dihasilkan
2.4 Rancangan Evaluasi
Evaluasi kegiatan P2M ini dilakukan terhadap proses dan produk kegiatan.
Evaluasi proses dilakukan terhadap variabel-variabel berikut : kehadiran peserta
mengikuti kegiatan, semangat/antusiasme masyarakat mengikuti kegiatan, dan
tanggapan/respon masyarakat terhadap pelaksanaan kegiatan. Kehadiran peserta
diukur dengan absensi kegiatan, kemudian dinyatakan dalam bentuk persentase
kehadiran peserta. Semangat/antusiasme peserta mengikuti kegiatan diukur selama
kegiatan berlangsung dengan skala likert, selanjutnya dinyatakan dalam bentuk
frekuensi dan dipersentasekan. Berdasarkan frekuensi (persentase) tersebut dilakukan
interpretasi sehingga diperoleh kesimpulan tentang semangat/antusiame peserta
mengikuti kegiatan. Tanggapan/respon peserta terhadap pelaksanaan kegiatan diukur
di akhir kegiatan dengan angket tertutup menggunakan skala Likert (SS = sangat
setuju, S = setuju, TT = tidak tentu, TS = tidak setuju, STS = sangat tidak setuju).
Evaluasi produk dilakukan terhadap kualitas produk VCO dan nata de coco
yang dihasilkan oleh mitra. Evaluasi produk diukur dengan skala Likert, selanjutnya
dinyatakan dalam bentuk frekuensi (dipersentasekan), dan hasilnya diinterpretasikan
untuk memperoleh kesimpulan. Parameter-parameter yang dievaluasi untuk produk
VCO meliputi bau, rasa dan warna. Produk VCO yang berkualitas memiliki
karakteristik: bau khas kelapa segar dan tidak tengik, rasa normal khas minyak kelapa,
dan warna tidak berwarna hingga kuning pucat. Sedangkan untuk produk nata de
coco, parameter-parameter yang diuji meliputi tekstur, bau, rasa, dan warna. Produk
nata de coco yang baik memiliki tekstur kenyal, tidak berbau, rasa khas kelapa, dan
berwarna putih seperti daging kelapa.
Indikator yang digunakan sebagai ukuran keberhasilan kegiatan yang
dilakukan sebagai berikut.
1. Kehadiran peserta mengikuti kegiatan lebih dari 85 %
2. Semangat/antusiasme peserta mengikuti kegiatan baik
3. Kualitas produk VCO dan nata de coco yang dihasilkan oleh mitra baik
4. Tanggapan/respon peserta terhadap pelaksanaan kegiatan positif
10
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Kegiatan
Kegiatan pelatihan paket teknologi pengolahan buah kelapa menjadi virgin
coconut oil (VCO) dan nata de coco bagi kelompok tani “Merta Sari” Desa Nyuh
Kukuh Kecamatan Nusa Penida secara umum telah terlaksana dengan baik dan
memberikan hasil yang cukup memuaskan bagi mitra. Masyarakat mampu mengikuti
serta mempraktikkan secara langsung teknologi yang dilatihkan dan mampu
menghasilkan produk VCO dan nata de coco dengan kualitas yang cukup baik.
Namun, untuk memperoleh hasil yang lebih baik, perlu usaha dan kreativitas
masyarakat sendiri untuk melakukan percobaan secara terus menerus untuk
memperbaiki kualitas produk mereka. Keberhasilan program pelatihan ini diukur
melalui evaluasi yang dilakukan baik terhadap proses maupun produk kegiatan. Hasil
evaluasi proses yang meliputi: kehadiran peserta mengikuti kegiatan,
semangat/antusiasme masyarakat mengikuti kegiatan, dan tanggapan/respon
masyarakat terhadap pelaksanaan kegiatan menunjukkan hasil baik. Hasil evaluasi
produk nata de coco dan VCO yang dihasilkan peserta cukup baik, namun kualitasnya
perlu ditingkatkan oleh mitra. Hasil penilaian terhadap parameter-parameter evaluasi
adalah sebagai berikut.
3.1.1 Kehadiran Peserta Mengikuti Kegiatan
Kehadiran peserta mengikuti kegiatan pelatihan sangat baik (daftar hadir
ditunjukkan pada Lampiran 1). Peserta kegiatan pelatihan ini berasal dari satu
keluarga besar (“Paibon”) dengan jumlah peserta dibatasi maksimal 15 orang. Hal ini
bertujuan agar pelatihan berlangsung lebih efisien dan efektif, sehingga mitra
diharapkan benar-benar mampu mengadopsi teknologi yang dilatihkan dan mampu
membuat unit usaha secara mandiri. Peserta kegiatan terutama dari kalangan ibu-ibu
rumah tangga, dan beberapa dari kalangan bapak-bapak juga ikut.
11
3.1.2 Semangat/Antusiasme Peserta Mengikuti Kegiatan
Berdasarkan hasil pengamatan, peserta cukup semangat dan antusias
mengikuti seluruh kegiatan pelatihan. Data hasil penilaian terhadap
semangat/antusiasme peserta dalam mengikuti kegiatan pelatihan ditunjukkan pada
Tabel 3.1 di bawah.
Tabel 3.1 Semangat/Antusiasme Masyarakat Mengikuti Kegiatan
No Aspek yang diamati Nilai Sangat Baik
Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
1 Perhatian peserta selama kegiatan berlangsung √
2 Keterlibatan peserta dalam kegiatan diskusi/penyuluhan √
3 Keterlibatan peserta dalam kegiatan praktek/pelatihan √
4 Semangat peserta mengajukan pertanyaan terkait materi yang dilatihkan
√
5 Kerjasama peserta selama kegiatan √
6 Penerimaan masyarakat terhadap kegiatan √
3.1.3 Respon Masyarakat terhadap Pelaksanaan Kegiatan
Data respon/tanggapan masyarakat terhadap pelaksanaan kegiatan pelatihan
diperoleh melalui penyebaran angket tertutup menggunakan skala Likert. Data respon
masyarakat ditunjukkan pada Tabel 3.2 di bawah. Berdasarkan hasil tersebut,
tanggapan masyarakat terhadap pelaksanaan kegiatan pelatihan ini tergolong positif.
Tabel 3.2 Respon Masyarakat terhadap Pelaksanaan Kegiatan P2M
No Pernyataan Pendapat
SS S TT TS STS N % N % N % N % N %
1 Masyarakat menyambut dengan baik kegiatan pengabdian dalam bentuk penyuluhan dan pelatihan tentang teknologi tepat guna
18 86 2 9 1 5
12
2 Kegiatan penyuluhan dan pelatihan yang diberikan memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan bagi masyarakat tentang teknologi tepat guna
16 76 5 24
3 Kegiatan pelatihan yang diberikan meningkatkan kemampuan dan keterampilan masyarakat dalam mengolah buah kelapa menjadi nata de coco dan VCO
14 67 5 24 2 9
4 Pelatihan dan penyuluhan yang diberikan dapat dengan mudah dipahami dan diikuti
18 86 3 14
5 Teknologi yang diperkenalkan dan dilatihkan kepada masyarakat sederhana dan tepat guna
15 71 4 19 2 10
6 Kegiatan pelatihan mendorong masyarakat untuk memulai menggunakan teknologi yang diperkenalkan.
4 19 9 43 8 38
7 Kegiatan penyuluhan dan pelatihan seperti ini sebaiknya terus dilakukan secara berkelanjutan
16 76 5 24
8 Kegiatan penyuluhan dan pelatihan menyita waktu dan tenaga masyarakat dengan hasil yang tidak pasti
6 29 15 71
9 Kegiatan pelatihan ini kurang bermanfaat bagi masyarakat
7 33 14 67
3.1.4 Kemampuan/Keterampilan Masyarakat Menerapkan Teknik yang
Dilatihkan
Kemampuan dan keterampilan peserta dalam mengolah daging buah kelapa
menjadi produk VCO dan mengolah air kelapa menjadi nata de coco dinilai dengan
pedoman observasi, hasilnya ditunjukkan pada Tabel 3.3 berikut. Berdasarkan hasil
13
tersebut, secara umum masyarakat peserta kegiatan sudah mampu membuat produk
VCO dan nata de coco dengan kualitas yang cukup, namun perlu dilkukan latihan dan
percobaan kembali secara mandiri oleh masyarakat di bawah bimbingan tim pelatih.
Tabel 3.3 Kemampuan/Keterampilan Masyarakat Menerapkan Teknologi yang
Dilatihkan
No Aspek yang diamati Nilai Sangat Baik
Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
1 Kemampuan dan keterampilan membuat nata de coco
√
2 Kualitas nata de coco yang dihasilkan :
a. Tekstur √ b. Warna √ c. Rasa √ d. Bau/aroma √
3 Kemampuan dan keterampilan membuat VCO
√
4 Kualitas VCO yang dihasilkan :
a. Warna √ b. Rasa √ c. bau √
Produk VCO dan nata de coco yang dihasilkan oleh peserta kegiatan pelatihan
ditunjukkan pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.2 di bawah. Produk VCO (Gambar 3.1)
yang dihasilkan memiliki warna yang jernih dengan bau khas kelapa segar dan rasa
seperti minyak kelapa. Produk nata de coco (Gambar 3.2) yang dihasilkan sudah baik
dalam hal tekstur dan warnanya, namun aroma dan rasanya masih perlu diperbaiki.
14
Gambar 3.1 Produk VCO Yang Dihasilkan Oleh Peserta Pelatihan
Gambar 3.2 Produk Nata de coco Yang Dihasilkan Oleh Peserta Pelatihan
3.2 Pembahasan
Secara umum kegiatan pelatihan teknologi pengolahan buah kelapa menjadi
produk VCO dan nata de coco memberikan manfaat bagi kelompok tani “Merta Sari”.
Pertama, masyarakat memperoleh wawasan mengenai prospek produk VCO dan nata
de coco. Kedua, masyarakat memperoleh bekal keterampilan mengolah buah kelapa
menjadi produk VCO dan nata de coco yang memiliki nilai komersial tinggi. Ketiga,
masyarakat memperoleh motivasi dan pendampingan secara berkelanjutan dari tim
pelaksana kegiatan sehingga diharapkan peserta mampu membentuk unit usaha secara
mandiri.
15
Kegiatan pelatihan yang telah dilaksanakan berlangsung lancar dan penuh
dengan semangat dan antusiasme masyarakat. Kegiatan pelatihan dilakukan melalui
tiga tahap, yaitu sosialisasi, pelatihan, dan monitoring dan evaluasi. Pada tahap
sosialisasi, peserta diberikan wawasan mengenai teknologi dan prospek pengolahan
buah kelapa menjadi produk VCO dan nata de coco, dilakukan melalui ceramah dan
diskusi. Peserta cukup antusias mengikuti kegiatan ceramah yang dipadukan dengan
diskusi. Selama sosialisasi, perhatian masyarakat sangat baik, namun hanya sedikit
yang mengajukan pertanyaan mengenai teknologi yang diperkenalkan. Hal ini
kemungkinan disebabkan masyarakat masih merasa canggung untuk bertanya, karena
kegiatan sosialisasi seperti ini memang masih awam bagi mereka yang kesehariannya
sebagai petani. Namun, secara umum masyarakat mampu memahami teknologi yang
diperkenalkan karena teknik produksi VCO dan nata de coco cukup sederhana.
Pada sosialisasi mengenai teknik pembuatan nata de coco dari bahan baku air
kelapa, peserta banyak menanyakan bahan-bahan yang masih asing bagi mereka,
seperti: starter, DAP dan ZA. Banyak peserta yang masih awam dengan istilah starter
serta bagaimana cara memperolehnya. Starter merupakan biakan bakteri yang
dimanfaatkan untuk memfermentasi air kelapa menjadi produk nata de coco. Untuk
awalnya, starter dapat diperoleh dari industri kecil yang memproduksi nata de coco,
selanjutnya starter dapat terus diperbaharui dengan teknik yang sangat mudah sejalan
dengan teknik produksi nata de coco. Sedangkan bahan-bahan tambahan seperti DAP
(diammonium phosphate) dan ZA (Zwavlein Ammonium) adalah nutrisi bagi bakteri
yang akan memfermentasi air kelapa menjadi nata de coco dan dapat diperoleh
dengan mudah. Kedua bahan tersebut dapat diganti menggunakan bahan lain seperti
air rebusan kecambah dan pupuk urea, atau tanpa penambahan kedua bahan tersebut.
Namun, biasanya fermentasi akan memerlukan waktu yang lebih lama (13-20 hari)
dibandingkan jika ditambahkan bahan DAP dan ZA (7-8 hari). Setelah memperoleh
penjelasan dari tim pelatih, akhirnya peserta mengetahui bahan-bahan tersebut serta
cara memperolehnya.
Satu permasalahan terkait produksi nata de coco yang membuat masyarakat
sedikit kurang semangat untuk memulai usaha ini adalah lamanya waktu yang
diperlukan mulai dari fermentasi hingga pengolahan menjadi nata manis yang siap
dikonsumsi. Waktu yang diperlukan untuk fermentasi air kelapa menjadi nata mentah
sekitar 7-8 hari. Selanjutnya, pengolahan nata hasil fermentasi menjadi nata yang siap
16
dikonsumsi atau dipasarkan memerlukan waktu yang cukup lama, dimana sebagian
besar waktu tersita untuk perendaman nata yang memerlukan waktu kurang lebih 3 x
5 hari hingga dihasilkan nata yang bersih. Setelah bersih nata siap dimasak menjadi
nata manis dengan penambahan gula dan perasa, dan siap dikemas untuk dikonsumsi
atau dipasarkan. Jadi waktu total waktu yang diperlukan kurang lebih tiga minggu
hingga satu bulan. Namun, untuk keperluan produksi secara kontinyu, hal ini
sebenarnya bukan menjadi masalah karena masing-masing tahap bisa dikerjakan
sementara menunggu tahap yang lain. Masyarakat masih belum mampu memahami
proses produksi secara berkelanjutan ini karena dalam pikiran mereka produk harus
bisa dihasilkan dalam waktu singkat (1-2 hari). Hal ini memang tidak lepas dari
pengalaman yang mereka miliki dalam membuat produk seperti kue yang memerlukan
waktu sangat singkat.
Sosialisasi juga diberikan mengenai pengemasan produk nata yang bisa
dilakukan secara sederhana menggunakan plastik atau menggunakan kemasan lainnya
yang lebih menarik seperti gelas plastik. Hanya saja perlu diperhatikan bahwa
kemasan yang lebih menarik tentu memerlukan biaya lebih banyak, hal ini harus
disesuaikan dengan harga produk yang akan di tawarkan dan daya beli masyarakat.
Pemasaran produk nata de coco ini bisa dilakukan melalui warung-warung kecil atau
sekolah-sekolah.
Pada pengenalan prospek dan teknik pembuatan VCO, peserta banyak
menanyakan mengenai kegunaan VCO dan perbedaannya dengan minyak kelapa yang
sudah mereka buat secara turun-temurun. Setelah diberikan penjelasan, peserta dapat
memahami bahwa VCO memiliki manfaat yang jauh lebih banyak dibandingkan
minyak kelapa yang hanya dapat digunakan untuk menggoreng bahan makanan. VCO
dapat dimanfaatkan untuk kesehatan, kecantikan, aroma terapi, pengobatan, dan
harganya jauh lebih mahal dibandingkan minyak kelapa biasa. Teknik pembuatan
VCO sangat sederhana dan tidak memerlukan energi yang banyak karena tidak perlu
pemanasan seperti halnya dalam membuat minyak kelapa. Hanya saja proses
pembuatan VCO harus dilakukan menggunakan peralatan-peralatan yang bersih dan
steril karena keberadaan mikroba pada bahan-bahan atau peralatan dapat mengganggu
proses pembentukan VCO dari santan kelapa. Peserta sempat menanyakan mengenai
istilah steril dan bagaimana caranya mensterilkan alat-alat. Tim pelatih memberikan
penjelasan mengenai teknik mensterilkan peralatan secara sederhana yaitu dengan
17
membilas peralatan menggunakan air panas, sedangkan untuk peralatan yang tidak
tahan panas dan tangan pengolah dapat disterilkan menggunakan alkohol 70% yang
dapat dibeli di apotek atau toko-toko obat. Tim pelatih juga memberikan teknik
pengemasan VCO dapat dilakukan dalam botol-botol kecil yang sudah disterilkan
sebelumnya menggunakan air panas. Pemasaran dapat dilakukan di warung-warung
atau toko-toko terutama yang ada di sekitar Pura Penataran Ped dan Pura Goa Giri
Putri. Produk VCO dapat dipasarkan dengan label Produk Khas Nusa Penida sebagai
oleh-oleh bagi para umat Hindu dari luar pulau Nusa Penida yang melakukan
persembahyangan.
Evaluasi kegiatan pelatihan dilakukan terhadap proses dan produk hasil
kegiatan. Dari data hasil evaluasi, secara umum kegiatan pelatihan telah memberikan
hasil yang cukup memuaskan dan bermanfaat bagi masyarakat. Keempat indikator
keberhasilan yang dievaluasi, meliputi: kehadiran peserta, semangat/antusiasme
peserta, kemampuan/keterampilan peserta menerapkan teknologi yang dilatihkan, dan
respon peserta terhadap pelaksanaan kegiatan menunjukkan nilai cukup sampai sangat
baik. Kehadiran peserta mengikuti kegiatan lebih dari 100%, dari 15 peserta yang
diundang, kegiatan dihadiri oleh 21 peserta. Hal ini disebabkan rasa ingin tahu
masyarakat sangat tinggi terhadap kegiatan-kegiatan pelatihan sehingga banyak yang
mau ikut dan hanya sekedar melihat.
Semangat/antusiasme peserta mengikuti kegiatan seperti ditunjukkan pada
Tabel 3.1, dari enam aspek yang diamati rata-rata menunjukkan hasil baik. Dari
keenam aspek yang diamati, keterlibatan peserta dalam kegiatan diskusi dan
mengajukan pertanyaan masuk kategori cukup. Tidak banyak peserta yang mau
bertanya kemungkinan karena masih malu. Namun ada peserta yang memang sangat
aktif dalam diskusi maupun praktik. Uktuk kegiatan praktik, keterlibatan peserta
tergolong sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat memang lebih senang
praktik secara langsung dibandingkan berdiskusi. Respon/tanggapan peserta terhadap
kegiatan yang dilaksanakan secara umum positif. Berdasarkan Tabel 3.2, dari tujuh
pernyataan positif yang diberikan menggunakan skala Likert, sebagian besar
mendapatkan tanggapan setuju sampai sangat setuju dari peserta, sedangkan dua
pernyataan negatif mendapatkan tanggapan tidak setuju.
18
Kemampuan/keterampilan peserta membuat produk nata de coco dan VCO
dengan teknik yang dilatihkan secara umum baik. Untuk produk nata yang dibuat oleh
peserta memiliki tekstur dan warna yang baik, namun rasa dan aromanya masih perlu
diperbaiki (lihat Gambar 3.2). Rasa dan aroma nata dapat diperbaiki dengan
menambahkan essence pada produk nata manis yang dibuat. Sedangkan untuk produk
VCO yang dihasilkan oleh masyarakat sudah baik dilihat dari warna, rasa dan baunya
(lihat Gambar 3.1). Menurut keterangan peserta, mereka dapat menghasilkan produk
VCO dengan kualitas baik setelah tiga kali percobaan. Keberhasilan produksi VCO
sangat tergantung pada kebersihan peralatan-peralatan dan bahan yang digunakan,
serta pada proses pembuatan santan dari daging kelapa. Teknik peremasan daging
kelapa yang telah diparut dapat menentukan jumlah santan yang diperoleh. Sebelum
dibuat menjadi santan, daging kelapa yang telah diparut terlebih dahulu ditambahkan
air hangat, hal ini bertujuan agar mempermudah pengeluaran santan dari daging
kelapa.
19
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan dan evaluasi yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa kegiatan pelatihan ini telah berhasil meningkatkan wawasan dan
pengetahuan kelompok tani “Merta Sari” di Desa Nyuh Kukuh Kecamatan Nusa
Penida tentang prospek dan teknologi pengolahan buah kelapa menjadi nata de coco
dan VCO. Masyarakat juga telah menguasai teknik pembuatan nata de coco dan VCO
dari buah kelapa serta mampu menghasilkan kedua produk tersebut dengan kualitas
cukup baik.
4.2 Saran
Dari hasil diskusi dengan pihak mitra, kendala utama mereka membangun
sebuah industri rumah tangga adalah keterbatasan modal dan peralatan penunjang
yang dimiliki. Pihak mitra sangat mengharapkan adanya bantuan dalam bentuk modal
selain pelatihan. Untuk itu, diperlukan program pengabdian yang dapat memberikan
bantuan berupa peralatan penunjang serta modal awal produksi bagi masyarakat yang
memiliki potensi dan semangat untuk maju.
20
Lampiran 1. Absensi Peserta Kegiatan
21
Lampiran 2. Foto-foto Kegiatan
A. Foto-foto Pelatihan Pembuatan VCO
22
B. Foto-foto Pelatihan Pembuatan Nata de Coco
23
Lampiran 3. Peta Lokasi Wilayah Mitra
Lokasi Mitra
24
Lampiran 4. Brosur Resep Nata de Coco dan VCO
RESEP MEMBUAT NATA DE COCO
BAHAN
A. Bahan Utama : Air Kelapa yang sudah tua = 1 liter B. Bahan Tambahan :
Starter ZA (Zwavlein Ammonium) = 3 – 3,5 gram. DAP (DiAmmonium Posphat) = 0,5 – 1 gram. Cuka = 2 mililiter. Gula pasir = 5 – 6 gram. Kaporit : 3 mililiter/liter air tawar. Essence untuk penambah aroma seperti aroma sirsak, leci,
pisang.
CARA PEMBUATAN
A. Pembuatan Nata de coco
1) Saring air kelapa hingga bersih, kemudian masak dalam panci sampai mendidih.
2) Masukkan ZA, DAP, cuka dan gula pasir ke dalam sedikit air dan diaduk sampai larut, kemudian dimasukkan ke dalam air kelapa mendidih lalu diaduk-aduk hingga tercampur rata kemudian ditutup dan dibiarkan selama 5-10 menit.
3) Tutup panci dibuka sedikit lalu dibiarkan sampai dingin. Setelah dingin adonan dapat digunakan untuk membuat nata de coco dan sebagian untuk membuat starter
4) Setelah dingin, adonan dimasukkan ke dalam baki lalu ditutup dengan kertas koran dan diikat dengan karet atau tali raffia dan didiamkan selama 6 – 8 jam.
5) Adonan kemudian ditambahkan starter (satu botol starter untuk membuat 4 baki nata de coco), lalu ditutup kembali dengan kertas koran. dan didiamkan dalam ruangan selama + 8 hari sampai terbentuk lapisan nata yang kenyal.
25
B. Pembuatan Starter
1. Bilas botol kaca dengan air panas atau menggunakan sedikit adonan panas yang dibuat
2. Masukkan sebagian adonan nata de coco yang telah dingin kedalam botol lalu ditutup dengan kertas Koran kemudian didiamkan selama kurang lebih 6-8 jam
3. Tambahkan starter (satu botol starter untuk membuat 6 botol starter baru), kemudian ditutup kembali dan didiamkan dalam ruangan selama kurang lebih 5 hari
4. Setelah 5 hari, starter ini siap digunakan membuat nata de coco.
C. Pembuatan Nata de coco manis
1) Nata yang telah terbentuk dipotong berbentuk kubus dengan ukuran kecil, kemudian dicuci dan direndam dalam air tawar selama 5 hari.
2) Nata yang telah direndam dalam air tawar ini kemudian direndam dalam campuran air kaporit selama lima hari (tahap ini dilakukan sampai 3 kali).
3) Setelah melalui 3 kali pergantian air kaporit maka nata direndam kembali dalam air tawar selama 5 hari.
4) Setelah proses perendaman, nata de coco ditiriskan agar tidak ada sisa air rendaman.
5) Nata de coco tawar direbus sampai mendidih, kemudian ditambahkan gula dan dibiarkan mendidih sampai 15 menit, kemudian didinginkan.
6) Jika menginginkan nata de coco dengan rasa yang berbeda maka ditambahkan essence (perasa) buah seperti sirsak, leci, moka, pisang dan jeruk.
7) Nata siap dikemas dalam plastik dan siap dikonsumsi atau dipasarkan.
26
RESEP MEMBUAT VCO
BAHAN DAN ALAT
Bahan : Kelapa, VCO untuk pancingan, alcohol 70% atau food grade.
Peralatan :
- Sprayer alkohol, tisu / lap bersih untuk sterilisasi peralatan.
- Alat pemarut kelapa
- Toples
- Pengaduk / mixer, sendok panjang
- Selang untuk memisahkan santan kanil dan encerannya, dan untuk
memisahkan minyak, blondo dan VCO
- Botol pengemas
PROSES PEMBUATAN
a. Gunakan sprayer untuk menyemprotkan peralatan kerja dan tangan,
tunggu kira-kira 5 menit hingga kering.
b. Ambil kelapa yang masih segar dan tua di pohon (usia ± 12 bulan),
parut dan peras santannya.
c. Santan yang sudah diperas kemudian ditempatkan dalam wadah
(toples), biarkan sekitar 2 jam, sehingga terbentuk 2 lapisan (santan
kanil (atas) dan encerannya (bawah)), kemudian dipisahkan.
27
d. Campur santan kanil dengan VCO pancingan.
e. Aduk dengan mixer (bila tak ada, dapat memakai sendok panjang).
f. Setelah tercampur homogen antara santan kanil dan VCO pancingan,
letakkan di tempat bersih dan teduh, biarkan selama 10 jam. Setelah
10 jam, terjadi pemisahan campuran menjadi lapisan minyak paling
atas, blondo di tengah dan VCO di bagian bawah.
g. Pisahkan minyak, blondo dan airnya. VCO yang sudah disaring siap
dikemas.