laporan akhir program p2m skim penerapan …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/laporan_akhir... ·...

18
LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M SKIM PENERAPAN IPTEKS PELATIHAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) PERTANIAN DI DESA ANTAPAN KECAMATAN BATURITI Oleh: dr. Made Kurnia Widiastuti Giri, S.Ked.,M.Kes/198202172008122001 dr. Ni Putu Dewi Sri Wahyuni, S.Ked.,M.Kes/197906212008122002 dr. Adnyana Putra, S.Ked.,M.Kes/198308202009121006 Dr. Ni Komang Arie Suwastini, S.Pd., M.Hum./198004042003122001 UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2015

Upload: donhi

Post on 22-Feb-2018

244 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M SKIM PENERAPAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · laporan akhir program p2m skim penerapan ipteks pelatihan kesehatan dan keselamatan

LAPORAN AKHIR

PROGRAM P2M SKIM PENERAPAN IPTEKS

PELATIHAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

PERTANIAN DI DESA ANTAPAN KECAMATAN BATURITI

Oleh:

dr. Made Kurnia Widiastuti Giri, S.Ked.,M.Kes/198202172008122001

dr. Ni Putu Dewi Sri Wahyuni, S.Ked.,M.Kes/197906212008122002

dr. Adnyana Putra, S.Ked.,M.Kes/198308202009121006

Dr. Ni Komang Arie Suwastini, S.Pd., M.Hum./198004042003122001

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2015

Page 2: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M SKIM PENERAPAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · laporan akhir program p2m skim penerapan ipteks pelatihan kesehatan dan keselamatan

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

a.Judul : “PELATIHAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

PERTANIAN DI DESA ANTAPAN KECAMATAN BATURITI”

b. Jenis Program : Usulan P2M Dana DIPA

c. Bidang Kegiatan : Kesehatan Masyarakat

d. Identitas Pelaksana

1. Ketua

- Nama : dr. Made Kurnia Widiastuti Giri, S.Ked., M.Kes.

- NIP : 198202172008122001

- NIDN : 0017028202

- Pangkat/Golongan : Penata Muda Tk.I/IIIb

- Alamat Kantor : Kampus Tengah UNDIKSHA, Jl.Udayana Singaraja

- Alamat Rumah :Jl. Srikandi, Gg.Durian, Perum Bale Nuansa Indah

C18, Sambangan, Singaraja

2. Anggota I

- Nama : dr. Ni Putu Dewi Sri Wahyuni,S.Ked., M.Kes

- NIP/Pangkat/Gol. : 197906212008122002/Penata Muda Tk.I/IIIb

- Alamat Kantor : Kampus Tengah UNDIKSHA, Jl.Udayana Singaraja

- Alamat Rumah :Jl.Srikandi Gg.Durian E62, Singaraja

3. Anggota II

- Nama : dr. Adnyana Putra,S.Ked., M.Kes

- NIP/Pangkat/Gol. : 198308202009121006/Penata Muda Tk.I/IIIb

- Alamat Kantor : Kampus Tengah UNDIKSHA, Jl.Udayana Singaraja

- Alamat Rumah : Jl. Arjuna No.9L,Singaraja

4. Anggota III

- Nama : Dr. Ni Komang Arie Suwastini, S.Pd., M.Hum

- NIP/Pangkat/Gol. : 198004042003122001/ Penata Muda Tk.I/IIIb

- Alamat Kantor : Kampus FBS UNDIKSHA, Jl.A. Yani Singaraja

- Alamat Rumah :, Singaraja

e. Biaya Yang Diperlukan : Rp. 10.000.000,-

f. Lama Kegiatan : 7-10 bulan

Mengetahui Singaraja, 6 Oktober 2015

Dekan FOK Ketua Pelaksana

I Ketut Budaya Astra, S.Pd., M.Or. dr. Made Kurnia Widiastuti Giri, S.Ked., M.Kes.

NIP. 196804081977031001 NIP.198202172008122001

Menyetujui

Ketua LPM Undiksha

Prof. Dr. Ketut Suma, MS.

NIP.195901011984031003

Page 3: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M SKIM PENERAPAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · laporan akhir program p2m skim penerapan ipteks pelatihan kesehatan dan keselamatan

BAB I

PENDAHULUAN

A. ANALISIS SITUASI

Petani merupakan kelompok kerja terbesar di Indonesia. Meski ada

kecenderungan semakin menurun, angkatan kerja yang bekerja di sektor pertanian

masih berjumlah 42 juta orang atau sekitar 40% dari angkatan kerja. Banyak

wilayah kabupaten di Indonesia yang mengandalkan pertanian, termasuk

perkebunan sebagai sumber penghasilan daerah. Utamanya di Provinsi

Bali,pariwisata dan pertanian menjadi dua lumbung penghasil pendapatan daerah.

Dalam perspektif kesehatan dan keselamatan kerja penerapan teknologi

pertanian adalah memiliki sisi dependent health risk. Oleh karena itu ketika terjadi

sebuah pemilihan sebuah teknologi, secara implisit akan terjadi perubahan faktor

resiko kesehatan. Penerapan teknologi baru di pertanian memerlukan adaptasi

sekaligus keterampilan.Adaptasi yang dialami tentunya adalah adaptasi terhadap

interaksi petani dan lingkungan serta kondisi kesehatannya.Sebagai contohnya

teknologi mencangkul kini digantikan dengan traktor, hal ini jelas mengubah faktor

resiko kesehatan dan keselamatan kerja yang dihadapi oleh petani.Demikian pula

dengan penggunaan pestisida , seperti indikasi penggunaan dalam upaya

pemberantasan hama, takaran penggunaan , teknik penyemprotan, dan lain-lain.

Ironisnya teknologi baru ini memiliki potensi bahaya kesehatan akut dan kronik.

Pestisida merupakan bahan kimia untuk membunuh hama tanaman. Apabila tidak

tepat dalam penggunaannya, bisa menyebabkan keracunan.Perilaku K3 yang tepat

dalam penggunaan pestisida sangat penting sebagai upaya pencegahan keracunan,

sehingga perilaku K3 petani pengguna pestisida perlu disosialisasikan secara

terintegrasi.

Pertanian dan perkebunan dapat dianggap sebagai satu masyarakat tertutup,

sehingga usaha-usaha kesehatanpun harus disesuaikan dengan sifat-sifat masyarakat

demikian, dalam arti menyelenggarakan sendiri dan untuk kebutuhan sendiri.Dalam

hal ini sesuai pula dengan luas lahan pertanian atau perkebunan yang sudah

sepatutnya ada usaha-usaha meliputi bidang preventif dan kuratif, baik mengenai

penyakit umum, kecelakaan kerja, dan penyakit akibat kerja.

Page 4: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M SKIM PENERAPAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · laporan akhir program p2m skim penerapan ipteks pelatihan kesehatan dan keselamatan

Puskesmas Pembantu Desa Antapan sebagai fasilitas kesehatan primer yang

sedianya memberikan layanan kesehatan promotif, preventif dan kuratif sederhana.

Program Kegiatan Puskesmas Pembantu Desa Antapan yang telah dilaksanakan

selama ini berupa tindakan preventif dan kuratif sederhana yang rutin setiap satu

bulan sekali melalui kegiatan posyandu. Upaya promotif diakui belum dapat

dilaksanakan oleh petugas dikarenakan keterbatasan jumlah petugas serta

ketersediaan waktu. Melalui wawancara awal tentang K3 dengan petugas kesehatan

yang berprofesi sebagai bidan desa, diperoleh beberapa fakta yang menggambarkan

kebutuhan akan penyelenggaraan pelatihan K3 dimana 1) adanya faktor penyebab

lainnya yang juga mempengaruhi tertundanya usaha promotif Puskesmas yaitu masih

rendahnya pengetahuan tentang prinsip K3 pertanian yang dimiliki oleh petugas

kesehatan yang wilayah kerjanya di Desa Antapan, 2) Adanya prevalensi Infeksi

Saluran Pernafasan Atas pada pasien yang bekerja sebagai petani, dan 3) Kejadian

kasus keracunan pestisida akut pernah ditangani yang dialami oleh pasien yang

merupakan petani di Desa Antapan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara

lainnya dengan masyarakat desa Antapan yang mayoritas bekerja sebagai petani

maka ditemukan beberapa hal berikut ini yaitu 1) Petani mengalami keluhan tentang

kondisi kesehatan utamanya gangguan saluran pernafasan dengan beberapa

diantaranya mengalami gangguan pencernaan, 2) Petani kurang memahami tentang

K3 dikarenakan rendahnya pengetahuan mereka serta belum adanya pembinaan K3

bagi mereka yang mereka jadikan sebuah kebutuhan karena adanya kasus keracunan

yang pernah terjadi pada petani di wilayah desa Antapan tersebut.

B. Identifikasi Dan Perumusan Masalah

Desa Antapan di Kecamatan Baturiti memiliki penduduk 1.065 Kepala

Keluarga (KK) yang mayoritas pekerjaan sebagai petani (745 KK) yang tersebar di 6

(enam) banjar (dusun) yaitu Banjar Anatapan, Banjar Talampati, Banjar Tohjiwa,

Banjar Mayungan Anyar, Banjar Mayungan Let, dan Banjar Gelogor. Lahan pertanian

didominasi dengan penanaman tanaman sayur dan buah sepertistrawberry,

tomat,kubis, sawi putih, wortel dan paprika. Data awal yang kami peroleh dari

pencatatan prevalensi kasus di poliklinik Puskesmas Pembantu Desa Antapan,

masyarakat usia produktif menyumbangkan 35-50 kasus Infeksi Saluran Pernafasan

Bagian Atas (ISPA) setiap bulannya. Dari jumlah kasus tersebut, sekitar 80 % pasien

Page 5: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M SKIM PENERAPAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · laporan akhir program p2m skim penerapan ipteks pelatihan kesehatan dan keselamatan

bekerja sebagai petani. Kasus keracunan (intoksikasi) akut pernah dirujuk oleh

puskesmas pembantu di desa Antapan ini yang dialami oleh seorang petani sehabis

melakukan pembasmian hama dengan penyemprotan pestisida. Jumlah kasus

intoksikasi pestisida setiap tahun yang tercatat di puskesmas sebanyak 3-5

kasus.Catatan kasus ISPA dan intoksikasi ini tentunya memerlukan perhatian khusus

berkaitan dengan penyebabnya.Faktor predisposisi timbulnya kasus ISPA pada

penduduk desa Antapan adalah tindakan berisiko tinggi mereka yang akrab dengan

pestisida dalam melakukan pekerjaan mereka dalam bercocok tanam.Pestisida sebagai

bahan kimia yang telah diketahui memiliki efek terhadap kesehatan baik akut maupun

kronis bagi seseorang yang seringkali menerima paparan pestisida.

Pengorganisasian petani sayur di desa Antapan yang belum terangkum dalam

sebuah wadah kelompok tani menjadi salah satu fenomena yang dirasakan pentani di

desa Antapan sebagai faktor penyulit capaian Dinas Pertanian maupun Dinas

Kesehatan dalam upaya promotif dan preventif Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3) bagi petani.

Petani desa Antapan selama ini berkembang sebagai petani yang mandiri

dengan bekal pengetahuan sangat minimal tentang K3. Penuturan dari pihak aparat

desa dan petugas Puskesmas setempat menggambarkan penerapan teknologi pertanian

sederhana seperti penggunaan traktor dan pemanfaatan pestisida belum dibarengi

dengan pengetahuan tentang K3 yang bermuara pada tindakan beresiko tinggi yang

berdampak pada kondisi kesehatan petani di desa Antapan. Berdasarkan observasi

awal setelah mengkaji hasil wawancara dengan aparat desa, petugas kesehatan dan

juga petani di desa Antapan, maka didapatkan perilaku yang tergolong tindakan

beresiko tinggi yang terkait dengan lonjakan kasus ISPA dalam catatan kunjungan

Puskesmas Pembantu di setiap bulannya. Perilaku yang kurang memperhatikan

prinsip K3 dalam pemanfaatan pestisida salah satunya adalah minimalnya

penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Berdasarkan observasi awal di lapangan,

petani yang menggunakan APD hanya sebanyak 10 % dari total petani yang bekerja.

Penggunaan APD yang digunakan ternyata belum memenuhi syarat dalam prinsip

K3. Petani di desa Antapan menyadari pengetahuan mereka tentang K3 dalam

pekerjaan mereka bertani masih rendah sehingga petani di desa Antapan memerlukan

adanya pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang K3 serta

Page 6: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M SKIM PENERAPAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · laporan akhir program p2m skim penerapan ipteks pelatihan kesehatan dan keselamatan

keterampilan mengaplikasiskan pengethuan tersebut yang pada akhirnya nanti

bermuara pada peningkatan status kesehatan mereka.

Berdasarkan analisis permasalahan dan kebutuhan akan pemecahan dari

masalah yang dihadapi oleh petani di desa Antapan tersebut maka diperlukan sebuah

usaha untuk memenuhi permintaan petani di desa tersebut untuk diadakannya sebuah

usaha peningkatan pengetahuan dan keterampilan tentang K3. Upaya K3 yang

diberikan nantinya dalam pelatihan seperti bagaimana menggunakan pestisida secara

aman, bagaimana menggunakan bahan kimia berbahaya secara benar agar tidak

membahayakan diri petani dan lingkungannya serta upaya pencegahan dan

pengobatan penyakit yang berkaitan dengan pekerjaannya.

Gambar 01. Penggunaan APD Sesuai Prinsip K3 dalam Aktivitas Penyemprotan

Pestisida(Sumber :Balai Hiperkes, 2010)

Page 7: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M SKIM PENERAPAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · laporan akhir program p2m skim penerapan ipteks pelatihan kesehatan dan keselamatan

Gambar 02. Aktivitas Penyemprotan Pestisida di Lahan Pertanian di Desa Antapan

(Sumber: dokumentasi tim pengusul tanggal 14 September 2014)

Gambar 02. Gambar petani di desa antapan yang sedang melaksanakan kegiatan

penyemprotan dengan pestisida( Dokumentasi tim pengusul tanggal 14 September

2014 ) C. Tujuan Kegiatan

Tujuan program P2M ini adalah:

1. Untuk meningkatkan pengetahuan petani tentang peran penting penerapan

prinsip K3 bagi kesehatan petani di desa Antapan , Kecamatan Baturiti.

2. Menekankan pentingnya nilai status kesehatan manusia yang tidak dapat

digantikan oleh harta benda maupun uang. Melalui pelatihan dengan

mengusung slogan “ Sehat sayurku, sehat petaniku” dalam tehnik demonstrasi

tentang pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)yang lengkap dan benar maka

faktor enabling yaitu ketersediaan dan kemudahan pemakaian APD akan dapat

diterima dengan baik oleh petani di desa Antapan , Kecamatan Baturiti.

3. Meningkatkan kesadaran praktisi kesehatan dan petugas dari dinas terkait

untuk menggalakkan program K3 sebagai upaya promotif dan preventif

kesehatan masyarakat di desa Antapan , Kecamatan Baturiti.

Page 8: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M SKIM PENERAPAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · laporan akhir program p2m skim penerapan ipteks pelatihan kesehatan dan keselamatan

D. Manfaat Kegiatan

Hasil pelaksanaan program P2M ini diharapkan nantinya dapat digunakan sebagai

masukan kepada Dinas Kesehatan dan Puskesmas Kecamatan Baturiti yang dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan program perbaikan status

kesehatan masyarakat di desa Antapan khususnya serta di wilayah lainnya di

Kabupaten Tabanan yang mayoritas bekerja di bidang pertanian dan perkebunan

sehingga dapat dilaksanakan pemantapan program melalui usaha peningkatan

pengetahuan petugas kesehatan dan kader tentang prinsip K3 sebagai upaya

peningkatan status kesehatan masyarakat. Dengan kemampuan dalam memberikan

Komunikasi, Informasi serta Edukasi yang prima maka petugas kesehatan dan kader

nantinya akan dapat memberikan kegiatan promosi dan penyuluhan kesehatan yang

tepat guna mendukung program promotif dan preventif terkait K3. Melalui promosi

dan penyuluhan kesehatan yang baik diharapkan pengetahuan masyarakat petani

khususnya tentang K3 menjadi lebih baik yang tentunya akan meningkatkan

statuskesehatannya.

Page 9: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M SKIM PENERAPAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · laporan akhir program p2m skim penerapan ipteks pelatihan kesehatan dan keselamatan

BAB II

Metode Pelaksanaan

a. Kerangka Pemecahan Masalah

B. Metode Pelaksanaan Kegiatan

Metode yang digunakan dalam program P2M ini adalah pelatihan yang ditujukan

kepada petugas kesehatan dan petani di desa Antapan. Dalam hal

meningkatkan,pengetahuan petugas kesehatan dan petani maka metode pelatihan

dipilih dibandingkan metode seminar. Hal ini dikarenakan informasi lebih mudah

diserap dan diingat apabila materi diberikan ke dalam bentuk yang lebih nyata atau

bentuk pengalaman dibandingkan hanya dalam bentuk lisan atau tulisan.

Penggunaan

Prinsip K3

Status

Kesehatan

Petani

Pelatihan K3

Pengetahuan dan

Keterampilan Petani

1. Sarana

Prasarana

Pendukung

Pemeliharaan

K3

2. Dukungan

petugas

kesehatan

terkait tentang

pelaksanaan

Prinsip K3

Karakteristik

Petani:

• Pendidikan

• Pekerjaan

• Pengalaman

bercocok

tanam

sebelumnya

Pelatih

an K

3

Page 10: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M SKIM PENERAPAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · laporan akhir program p2m skim penerapan ipteks pelatihan kesehatan dan keselamatan

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sasaran dari pelatihan ini adalah petugas kesehatan dan petani di wilayah desa

Antapan yang seluruhnya berjumlah 50 orang. Petugas kesehatan di Puskesmas

Pembantu merupakan petugas yang lebih sering kontak dan lebih dekat dengan petani

dibandingkan dengan petugas kesehatan lainnya. Dengan kemantapan pengetahuan

yang nantinya dimiliki diharapkan petugas kesehatan tidak hanya semata melakukan

rutinitas kegiatan pelayanan kesehatan bagi pasien yang datang ke Puskesmas saja

tetapi nantinya dalam program pendampingan dapat melaksanakan promosi dan

pemyuluhan kesehatan tentang K3 kepada petani di wilayah desa Antapan.

Meningkatnya pengetahuan petani melalui pelatihan ini sebagai peserta nantinya

diharapkan dapat memberikan pengaruh besar bagi peningkatan kesadaran aplikasi

prinsip K3 di wilayah Desa Antapan demi peningkatan status kesehatannya.

Pekerjaan di sektor pertanian termasuk beresiko karena banyak menggunakan

produk-produk bahan kimia serta peralatan dengan mesin dan peralatan tajam.

Sebagai contohnya ketika menggunakan pestisida pada tanaman, secara tidak sengaja

dapat tertelan maupun masuk melalui saluran pernapasan (Jung,2011).Penggunaan

pupuk berlebihan juga beresiko untuk kesehatan manusia.Lokasi perkebunan dan

pertanian pun menentukan tingkat resiko. Perkebunan yang ada di lereng yg curam

dapat menyebabkan tanah longsor dan menurunkan daya resap air. Maka dari itu

pekerjaan pada sektor ini perlu menerapkan manajemen resiko kesehatan dan

keselamatan sehingga dapat mencegah dampak yang tidak diinginkan

(Darmanto,1999).

1. Kesehatan Kerja Petani

Bekerja sebagai petani memerlukan modal awal.Selain stamina, kondisi fisik

harus mendukung pekerjaan tersebut.Seorang petani jangan sampai sakit-

sakitan.Kemudian tingkat pendidikan dan kesehatan awal.Kesehatan petani

diperlukan utnuk mendukung produktivitasnya (Chae, 2014).

Secara teoritis apabila seseorang bekerja, ada tiga variable pokok yang saling

berinteraksi.Yaitu, kualitas tenaga kerja, jenis atau beban pekerjaan dan lingkungan

pekerjaannya.Akibat hubungan interaktif berbagai faktor risiko kesehatan tersebut,

Page 11: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M SKIM PENERAPAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · laporan akhir program p2m skim penerapan ipteks pelatihan kesehatan dan keselamatan

apabila tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan gangguan kesehatan yang

berhubungan dengan pekerjaan. Gangguan kesehatan akibat atau berhubungan dengan

pekerjaan dapat bersifat akut dan mendadak, kita kenal sebagai kecelakaan, dapat pula

bersifat menahunberbagai gangguan kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaan

misalnya para petani mengalami keracunan pestisida dari dari tingkat sedang hingga

tingkat tinggi (Cascio,1998)

Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan petani yang diderita oleh petani

seperti sakit pinggang (karena alat cangkul yang tidak ergonomis), gangguan kulit

akibat sinar ultraviolet dan gangguan agrokimia.Penggunaan agrokimia khususnya

pestisida merupaka factor risiko penyakit yang paling sering dibicarakan.Kondisi

kesehatan awal petani berpengaruh terhadap penyakit-penyakit yang berhubungan

dengan pekerjaan.Seperti, penderita anemia karena kekurangan gizi disebabkan

kecacingan di sawah atau perkebunan maupun kurang pasokan makanan, kemudian

dapat diperburuk dengan keracunan organofospat.

Beberapa penyakit yang dihubungkan dengan pekerjaan, termasuk penyakit

infeksi yang diakibatkan bakteri, virus, maupun parasit. Misalnya penyakit malaria,

selain dianggap sebagai penyakit yang merupakan bagian dari kapasitas kerja atau

modal awal untuk bekerja, juga dapat dianggap sebagai penyakit yang berhubungan

dengan pekerjaan

Beberapa Penyakit Endemik sebagai Faktor Resikoadalah :

1. Malaria

Petani Indonesia umumnya bekerja di daerah endemic malaria , habitat utama

di persawahan dan perkebunan. Parasit malaria akan menyerang dan berkembang biak

dalam butir darah merah sehingga seseorang yang terkena malaria akan menderita

demam dan anemia sedang hingga berat. Anemia dan kekurangan hemoglobin dapat

mengganggu kesehatan tubuh serta stamina petani. Seseorang yang menderita anemia

akan memiliki stamina yang rendah, loyo, cepat lelah, dan tentu saja tidak produktif.

2. Tuberkulosis

Penyakit yang sering diderita oleh angkatan kerja Indonesia termasuk petani

adalah tuberculosis (TBC).Kelompok yang terkena resiko penyakit TBC adalah

Page 12: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M SKIM PENERAPAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · laporan akhir program p2m skim penerapan ipteks pelatihan kesehatan dan keselamatan

golongan ekonomi lemah khususnya petani dengan kondisi ekonomi lemah tersebut.

TBC diperburuk dengan kondisi perumahan yang buruk, rumah tanpa ventilasi

dengan lantai tanah akan menyebabkan kondisi lembab, pengap, yang akan

memperpanjang masa viabilitas atau daya tahan kuman TBC dalam

lingkungan.Penderita TBC akan mengalami penurunan penghasilan 20-30%, kinerja

dan produktivitas rendah, dan akan membebani keluarga.

3. Kecacingan dan Gizi Kerja

Untuk melakukan aktivitas kerja membutuhkan tenaga yang diperoleh dari pasokan

makanan. Namun makanan yang diperoleh dengan susah payah dan seringkali tidak

mencukupi masih digerogoti oleh berbagai penyakit menular dan kecacingan.

Masalah lain yang dihadapi ankgatan kerja petani adalah kekurangan gizi.

Kekurangan gizi dapat berupa kekurangan kalori untuk tenaga maupun zat

mikronutrien lainnya, akibat dari tingkat pengetahuan yang rendah dan kemiskinan.

4. Sanitasi Dasar

Sanitasi dasar merupakan salah satu faktor risiko utama timbulnya penyakit-penyakit

infeksi baik yang akut seperti kolera, hepatitis A, disentri, Infeksi Bakteri Coli

maupun penyakit kronik lainnya.

Tidak mungkin petani bekerja dengan baik kalau sedang menderita malaria

kronik atau diare kronik.apalagi TBC. Untuk meningkatkan produktivitas, seorang

petani harus senantiasa mengikuti pengembangan diri. Lalu tidak mungkin mengikuti

pelatihan dengan baik kalau tidak sehat. Untuk itu diperlukan khusus kesehatan dan

keselamatan kerja petani sebagai modal awal seseorang atau kelompok tani agar bisa

bekerja dengan baik dan lebih produktif.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat

pekerja maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan dan

penyakit akibatkerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan

kecelakaan danpenyakit akibat kerja serta tindakan antisipatif apabila terjadi

kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Tujuan dari dibuatnya program K3 adalah

Page 13: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M SKIM PENERAPAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · laporan akhir program p2m skim penerapan ipteks pelatihan kesehatan dan keselamatan

untuk mengurangi biaya perusahaanapabila timbul kecelakaan dan penyakit akibat

kerja (Sugeng,2005).

2. Faktor Risiko Kesehatan Kerja Petani

Gabungan konsep kualitas kesehatan tenaga kerja sebagai modal awal untuk

bekerja dengan resiko bahaya lingkungan pekerjaannya.

Petani Indonesia pada umumnya tidak memerlukan transportasi menuju tempat

pekerjaannya, namun bagi petani perkebunan apalagi yang tinggal diperkotaan yang

memerlukan waktu lama menuju tempat kerjanya maka kualitas dan kapasitas

kerjanya akan berkurang. Terlebih lagi bagi petani yang menggunakan sepeda motor

yang harus exposed terhadap pencemaran udara dan kebisingan jalan raya. Tentu akan

menimbulkan beban yang lebih berat.

Mengacu pada teori kesehatan kerja maka resiko kesehatan petani yang ditemui

di tempat kerjanya dikemukakan oleh Suardi dalam Suardi,dkk 2005 adalah sebagai

berikut ini :

1. Mikroba : faktor resiko yang memberikan konstribusi terhadap kejadian

penyakit infeksi, parasit, kecacingan, maupun malaria. Penyakit kecacingan dan

malaria selain merupakan ancaman kesehatan juga merupakan faktor risiko

pekerjaan petani karet, perkebunan lada, dan lain-lain.Berbagai faktor risiko yang

menyertai leptospirosis, gigitan serangga, dan binatang berbisa.

2. Faktor lingkungan kerja fisik : sinar ultraviolet, suhu panas, suhu dingin,

cuaca, hujan, angin, dan lain-lain.

3. Ergonomi : kesesuaian alat dengan kondisi fisik petani seperti cangkul,

traktor, dan alat-alat pertanian lainnya.

4. Bahan kimia toksik : agrokimia seperti pupuk, herbisida, akarisida, dan

pestisida.

3. Aspek Kesehatan Kerja Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Agrokimia

Agrokimia merupakan salah satu masalah utama kesehatan petani berkenaan

dengan pekerjaannya.Agrokimia meliputi semua bahan kimia sintetik yang digunakan

untuk kepentingan dan keperluan luas produksi pertanian.Bahan tersebut meliputi

hormone pemacu pertumbuhan, pupuk, pestisida, antibiotika, dan lain-lain.

Pengaruh atau dampak penggunaan agrokimia terhadap kesehatan kerja adalah

sebagai berikut :

1. Tergantung bahan kimia

2. Tergantung besar kecilnya dosis

Page 14: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M SKIM PENERAPAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · laporan akhir program p2m skim penerapan ipteks pelatihan kesehatan dan keselamatan

3. Cara aplikasi, bagaimana agrokimia tersebut digunakan di lapangan.

Pestisida digunakan karena daya racunnya (toksisitas) untik membunuh hama.

Oleh sebab itu penggunaan pestisida dilapangan memeiliki potensi bahaya kesehatan

kerja.Dalam melakukan penilaian terhadap aspek kesehatan kerja dengan pestisida,

ada dua hal yang harus diperhatikan adalah toksisitas, sifat dan karakteristik

pestisida.

Tiap jenis pestisida memiliki sifat, karakteristik, dan toksisitas yang berbeda.Oleh

sebab iti harus dipelajari. Disamping itu, pestisida yang ada di pasaran dalam bentuk

kemasan ada tiga komponen bahan kimia yaitu :

1. Active Ingredient (a.i)

2. Stabilizer

3. Pewarna, pembau, pelarut, dan lain-lain.

Masing-masing bahan kimia tersebut memiliki potensi bahaya kesehatan.Namun,

toksisitasnya diperhitungkan terhadap active ingredient.Sedangkan ketiga bahan

kimia tersebut saling berpotensi membentuk toksisitas baru.

Dampak patofisiologi keracunan pestisida tergantung jenis dan sifat pestisida

tersebut.Misalnya golongan organochlorine dapa mengganggu fungsi susunan syaraf

pusat. Golongan karbamat dan organofospat menimbulkan gangguan susunan syaraf

pusat dan perifer melalui ikatan cholinesterase (Jung, 2011)

Page 15: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M SKIM PENERAPAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · laporan akhir program p2m skim penerapan ipteks pelatihan kesehatan dan keselamatan

BAB IV

PENUTUP

A. SIMPULAN

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat pekerja

maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan dan penyakit

akibatkerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan

kecelakaan danpenyakit akibat kerja serta tindakan antisipatif apabila terjadi

kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Pengetahuan petani di desa Antapan sebelum

pelatihan diadakan tergolong tidak mengenal istilah prinsip K3 dan setelah pelatihan

dalam waktu 2 minggu mereka sudah mulai memahami dan menerapkan prinsip K3

di dalam pekerjaan mereka sebagai petani.

B. SARAN

Keterkaitan program P2M yang seyogyanyadilakukan dengan berbagai pihak yaitu

Universitas Pendidikan Ganesha, Aparat Desa Antapan, Puskesmas Kecamatan

Baturiti serta Dinas Kesehatan dan Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan

sebagaimana memang dalam permasalahan di bidang kesehatan umumnya

diperlukan keterkaitan berbagai pihak.

Page 16: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M SKIM PENERAPAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · laporan akhir program p2m skim penerapan ipteks pelatihan kesehatan dan keselamatan

DAFTAR PUSTAKA

Cascio, W.F. 1998. Managing Human Resources – Productivity Quality of Work Life,

Profits. Edisi ke-5. McGraw Hill, Amerika Serikat.

Darmanto, R. 1999. Kesehatan Kerja di Perusahaan. PT Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta.

Santoso, G. 2004.Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Prestasi Pustaka,

Jakarta.

Suardi, R. 2005.Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Penerbit PPM,

Jakarta.

Sugeng, A.M., dkk. 2005. Bunga Rampai Hiperkes & KK Edisi Kedua. Badan

Penerbit Universitas Diponegoro,Semarang.

Jung DY, Kim HC, Leem JH, Park SG, Lee DH, Lee SJ dan Kim GW,

2011.Estimatedoccupational injury rate and work related factors based on data from

the fourth Korea National Health and Nutrition Examination Survey. Korean Journal

Occupational Environment Medicine , 23(2):149–163.

Chae H, Kyungdoo M, Youn K, Jinwoo P3, Kyungran K1, Hyocher K1 and

Kyungsuk L, 2014.Estimated rate of agricultural injury: the Korean Farmers’

Occupational Disease and Injury Survey Chae et al. Annals of Occupational and

Environmental Medicine , 26:8

.

Page 17: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M SKIM PENERAPAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · laporan akhir program p2m skim penerapan ipteks pelatihan kesehatan dan keselamatan

Lampiran 1. Foto foto kegiatan pelatihan

Lampiran 3. Peta Lokasi Wilayah P2M Peta Lokasi Desa

Page 18: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M SKIM PENERAPAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · laporan akhir program p2m skim penerapan ipteks pelatihan kesehatan dan keselamatan

Antapan , Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan

Desa Antapan, Kecamatan Baturiti