evrog p2m kusta

68
Universitas Kristen Krida Wacana Evaluasi Program Pengendalian Penyakit Kusta di Puskesmas Telaga Sari Periode Oktober 2011 sampai dengan September 2012 Oleh: Ritazara bte Md. Kosnin @ Md. Seropil Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas 1

Upload: rita-zara

Post on 05-Aug-2015

200 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: evrog p2m kusta

Universitas Kristen Krida Wacana

Evaluasi Program Pengendalian Penyakit Kusta

di Puskesmas Telaga Sari

Periode Oktober 2011 sampai dengan September 2012

Oleh:

Ritazara bte Md. Kosnin @ Md. Seropil

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jakarta, November 2012Evaluasi Program Pengendalian Penyakit Kusta di

1

Page 2: evrog p2m kusta

Puskesmas Telaga Sari

Periode Oktober 2011 sampai dengan September 2012

Oleh:

Ritazara bte Md. Kosnin @ Md.Seropil

11-2010-194

Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jakarta, Oktober 2012

Evaluasi Program Pengendalian Penyakit Kusta

di Puskesmas Telaga Sari

Periode Oktober 2011 sampai dengan September 2012

2

Page 3: evrog p2m kusta

Lembar Persetujuan

Disetujui, Desember 2012

Pembimbing :

(dr. Diana L. Tumilisar)

Penguji I Penguji II

(dr.E. Irwandy Tirtawidjaja) (Dr.dr.Aris Susanto, MS, Sp.OK)

Evaluasi Program Pengendalian Penyakit Kusta

di Puskesmas Telaga Sari

Periode Oktober 2011 sampai dengan September 2012

Abstrak

Penyakit kusta dapat ditemui di seluruh dunia dan berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa pada tahun 2002, 763.917 kasus kusta telah ditemukan. Pada tahun 2006, Indonesia menempati urutan ketiga di dunia setelah India dan Brazil. Pada tahun 2009 didapatkan sebanyak16.901 penderita kusta dan sebanyak 1.559 darinya berada di Proponsi Jawa Barat. Evaluasi program pengendalian

3

Page 4: evrog p2m kusta

penyakit kusta dilakukan dengan pendekatan sistem manajemen kesehatan Puskesmas. Penilaian difokuskan pada keluaran program penanggulangan penyakit kusta dibandingkan dengan tolok ukur. Keluaran tersebut meliputi penemuan penderita baru kusta, kesembuhan, prevalensi, proporsi cacat tingkat dua, proporsi penderita anak, proporsi MB, penyuluhan, serta pencatatan dan pelaporan. Dari hasil evaluasi menunjukkan adanya masalah pada angka penemuan penderita baru kusta sebesar 24,05 per 100.000 penduduk; prevalensi penderita kusta sebesar 2,4 per 10.000 penduduk; proporsi MB sebesar 93,33%, proporsi cacat tingkat dua sebesar 6,67% dan cakupan penyuluhan kelompok sebesar 0%. Untuk mencapai keberhasilan program ini, perlunya perencanaan dan pelaksanaan penyuluhan kelompok tentang kusta dan perilaku hidup bersih dan sehat, mengevaluasi pencatatan dan pelaporan program serta dilakukan peningkatan taraf pendidikan, sosial-ekonomi oleh pemerintah.

Kata Kunci :penyakit kusta, evaluasi program, pendekatan sisitem, , keluaran, tolok ukur.

Evaluation of Leprosy Restraint Program at Puskesmas Telaga Sari

Period of October 2011 to September 2012

AbstractLeprosy can be found all over the world and based on World Health Organizination (WHO), 763917 cases have been founded in 2002. In 2006, Indonesia ranks third after India and Brazil. In 2009, a total of 16901 new cases diagnosed and 1559 of them located in Province of West Java. Evaluation of this program is using system approached, which focused on the program’s output compared to the standard. Output including case detection rate (CDR), release from treatment (RFT), prevalence rate, second degree disability proportion, children cases proportion, multibaciler proportion, percentage of group counseling and program report. From the evaluation, problem seen on case detection rate (CDR) which results 24.05:100000e, case prevalence scores 2.4:10000, multibaciler proportion 93.33%, second degree disability proportion 6.67% and group

4

Page 5: evrog p2m kusta

counseling scores 0%. To achieve the goal of the program, each program should be planned well, and done perfectly especially on group counseling. Group counseling should tell what community needs to know about leprosy and healthy lifestyle. Other than that, the program report should be evaluated; education and social-economy level need to be upgraded by the government.

Keyword: leprosy, evalution, program, system approached, output, standard

Daftar Isi

Lembar Persetujuan........................................................................................................ i

Abstrak........................................................................................................................... ii

Daftar Isi........................................................................................................................

iv

Bab I. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang......................................................................................................... 1

1.2. permasalahan…...................................................................................................... 3

1.3.Tujuan

1.3.1.Umum............................................................................................................. 3

1.3.2.Khusus............................................................................................................. 3

1.4.Manfaat...................................................................................................................... 4

5

Page 6: evrog p2m kusta

1.4.1.Bagi Evaluator................................................................................................. 4

1.4.2.Bagi Perguruan Tinggi……………………………………………………… 4

1.4.3. Bagi Puskesmas yang Dievaluasi.................................................................. 5

1.4.3.Bagi Masyarakat.............................................................................................. 5

1.5. Sasaran……………………………………………………………………………. 5

Bab II. Materi dan Metode

2.1. Materi....................................................................................................................... 6

2.2. Metode...................................................................................................................... 6

Bab III. Kerangka Teoritis

3.1. Bagan Sistem………................................................................................................ 7

3.2. Tolok Ukur Keberhasilan.......................................................................................... 8

Bab IV. Penyajian Data

4.1. Sumber Data............................................................................................................. 9

4.2. Jenis Data.................................................................................................................. 9

4.2.1. Data Umum..................................................................................................... 9

4.2.2. Data Khusus....................................................................................................

11

Bab V. Pembahasan.........................................................................................................

33

Bab VI. Perumusan Masalah............................................................................................

35

6.1. Masalah menurut keluaran…………………………………………………………

35

6.2. Masalah menurut system lainnya…………………………………………………

35

Bab VII. Prioritas Masalah……………………………………………………………

37

Bab VIII. Penyelesaian Masalah......................................................................................

38

6

Page 7: evrog p2m kusta

Bab IX. Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan...............................................................................................................

40

9.2. Saran.........................................................................................................................

41

Daftar Pustaka..................................................................................................................

42

Daftar Lampiran

Lampiran I. Tolok Ukur Keberhasilan

Lampiran II. Data Monografi Kecamatan Telaga Sari tahun 2011

Lampiran III. Tabel Pembahasan

7

Page 8: evrog p2m kusta

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Penyakit kusta adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh bakteri Mycobac-

terium leprae yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuih lainnya kecuali

susunan saraf pusat.

Kelompok yang berisiko tinggi terkena kusta adalah yang tinggal di daerah

endemik dengan kondisi yang buruk seperti tempat tidur yang tidak memadai, air yang

tidak bersih, asupan gizi yang buruk, dan adanya penyertaan penyakit lain seperti HIV

yang dapat menekan sistem imun. 1,2

Penyakit kusta tersebar di seluruh dunia dengan endemisitas yang berbeda-beda.

Diantara 122 negara yang endemis pada tahun 1985, 98 negara telah mencapai eliminasi

kusta yaitu angka prevalensi < 1/10.000 penduduk. Lebih dari 10.000.000 penderita telah

disembuhkan dengan Multidrug Therapy (MDT) pada akhir tahun 1999 dan 641.091 ka-

sus masih dalam pengobatan pada tahun 2000.

Di seluruh dunia, dua hingga tiga juta orang diperkirakan menderita kusta. India

adalah negara dengan jumlah penderita terbesar, diikuti oleh Brasil dan Myanmar. Pada

1999, insidensi penyakit kusta di dunia diperkirakan 640.000. Pada tahun 2000, 738.284

kasus ditemukan. Pada tahun 2000, WHO membuat daftar 91 negara yang endemik

kusta. 70% kasus dunia terdapat di India, Myanmar, dan Nepal. Pada 2002, 763.917

kasus ditemukan di seluruh dunia, dan menurut WHO pada tahun itu, 90% kasus kusta

dunia terdapat di Brasil, Madagaskar, Mozambik, Tanzania dan Nepal. Walaupun suatu

negara telah mencapai eliminasi, tidak berarti bahwa kusta tidak lagi menjadi masalah.

Nampaknya kasus kusta akan terus ada, setidaknya hingga beberapa tahun ke depan.

Menurut WHO, pada tahun 1985 terdapat 5,2 juta penderita kusta di seluruh dunia.

Angka ini terus menurun pada tahun 1995 menjadi 805.000 penderita kusta, pada akhir

tahun 1999 menjadi 753.000 penderita kusta, dan akhirnya pada akhir tahun 2008

menjadi 213.036 penderita kusta.

8

Page 9: evrog p2m kusta

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2006 menyatakan, penderita

kusta atau leprosis di Indonesia menduduki tangga ketiga di dunia setelah India dan

Brazil. Pada akhir 2004, jumlah penderita baru penyakit kusta di Indonesia mencapai

16.572 orang dan penderita yang telah disembuhkan mencapai 287.274 orang. Pada

tahun 2003, penderita terdaftar di Indonesia pada akhir Desember 2003 sebanyak 18.312

penderita yang terdiri dari 2.814 penderita kusta tipe PB (proporsi 15,36%) dan 15.498

penderita kusta tipe MB (proporsi 84,64%) dengan angka prevalensi 86 per 1.000.000

penduduk yang terdapat di 10 propinsi, yaitu : Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Su-

lawesi Selatan, Papua, NAD, DKI Jakarta, Sulawesi Utara, Maluku Utara, dan Nusa

Tenggara Timur. Indonesia berhasil menekan jumlah penderita kusta dari 60.000 menjadi

19.666 orang dalam kurun 1994-2004. Secara nasional, Indonesia telah mencapai angka

prevalensi 1 orang per 10 ribu penduduk sejak tahun 2000. Meski demikian, masih ada 12

provinsi yang angka prevelensinya cukup tinggi. Provinsi dengan angka prevalensi

penderita kusta tertinggi adalah Maluku Utara dengan 9,51 jiwa per 10 ribu penduduk.

Pada pertengahan tahun 2000 jumlah penderita kusta terdaftar di Indonesia se-

banyak 20.742 orang. Jumlah penderita kusta terdaftar ini membuat Indonesia menjadi

salah satu negara di dunia yang dapat mencapai eliminasi kusta sesuai target yang dite-

tapkan oleh World Health Organisation yaitu tahun 2000. Pada tahun 2009, Indonesia

memiliki 16.901 penderita kusta. Pada pertengahan tahun 2000 jumlah penderita kusta

terdaftar di Indonesia sebanyak 20.742 orang. Jumlah penderita kusta terdaftar ini mem-

buat Indonesia menjadi salah satu Negara di dunia yang dapat mencapai eliminasi kusta

sesuai target yang ditetapkan oleh World Health Organisation yaitu tahun 2000. 1,3,4

Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki

angka kejadian kusta yang masih tinggi. Pada tahun 2009 didapatkan sebanyak 1.559

penderita kusta di Propinsi Jawa Barat.

Sementara itu, prevalensi penyakit kusta di Kecamatan Telaga Sari pada tahun

2011 mencapai 2,4:10.000 penduduk (target <1:10.000). Hal ini merupakan masalah yang

disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit kusta dan

kurangnya sosialisasi tentang penyakit kusta kepada masyarakat.

9

Page 10: evrog p2m kusta

Sampai saat ini belum diketahui cakupan keberhasilan Program Pengendalian

Penyakit Kusta di Puskesmas Telaga Sari periode Oktober 2011 sampai dengan

September 2012.

1.2 Permasalahan

1. Menurut laporan World Health Organization (WHO) tahun 2006 Indonesia

menempati urutan ketiga terbesar jumlah penemuan penderita kusta baru lebih

dari seribu kasus dalam setahun sebesar 17.682.

2. Jawa barat merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki angka keja-

dian Kusta yang cukup tinggi.

3. Menurut data tahun 2009 Kabupaten Karawang merupakan salah satu kabupaten

di Jawa Barat yang memiliki jumlah kasus kusta yang cukup tinggi yaitu sebesar

43 kasus.

4. Belum diketahuinya cakupan keberhasilan Program Pengendalian Penyakit Kusta

di Puskesmas Telaga Sari periode Oktober 2011 sampai dengan September 2012.

1.3 Tujuan

Tujuan Umum :

Mengetahui tingkat keberhasilan Program Pengendalian Penyakit Kusta di

Puskesmas Telaga Sari periode Oktober 2011 sampai dengan September 2012.

Tujuan Khusus :

1. Diketahuinya angka penemuan penderita baru Kusta di Puskesmas Telaga Sari

periode Oktober 2011 sampai dengan September 2012.

2. Diketahuinya angka kesembuhan (RFT = Release from Treatment) di Puskesmas

Telaga Sari periode Oktober 2011 sampai dengan September 2012.

3. Diketahuinya prevalensi (PR = Prevalence Rate) di Puskesmas Telaga Sari

periode Oktober 2011 sampai dengan September 2012.

10

Page 11: evrog p2m kusta

4. Diketahuinya proporsi cacat tingkat 2 di Puskesmas Telaga Sari periode Oktober

2011 sampai dengan September 2012.

5. Diketahuinya proporsi penderita anak (0-14 tahun) di Puskesmas Telaga Sari

periode Oktober 2011 sampai dengan September 2012.

6. Diketahuinya proporsi MB di Puskesmas Telaga Sari periode Oktober 2011

sampai dengan September 2012.

7. Diketahuinya cakupan penyuluhan di Puskesmas Telaga Sari periode Oktober

2011 sampai dengan September 2012.

8. Diketahuinya cakupan pencatatan dan pelaporan di Puskesmas Telaga Sari

periode Oktober 2011 sampai dengan September 2012.

1.4 Manfaat

Bagi evaluator :

1. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat di bangku kuliah.

2. Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu program khususnya

program P2Kusta.

3. Mengetahui sedikit banyaknya kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah

yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, antara lain

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.

Bagi Perguruan Tinggi :

1. Mengamalkan Tridarma Perguruan Tinggi.

2. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang

kesehatan.

3. Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana ( Ukrida ) sebagai universitas

yang menghasilkan dokter yang berkualitas.

11

Page 12: evrog p2m kusta

Bagi Puskesmas yang dievaluasi :

1. Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam Program Pengendalian Penyakit

Kusta di wilayah kerjanya Puskesmas Telaga Sari.

2. Memperoleh masukan dari saran-saran yang diberikan, sebagai umpan balik agar

keberhasilan program dimasa mendatang dapat tercapai secara optimal.

Bagi masyarakat :

1. Terciptanya pelayanan kesehatan yang bermutu, khususnya bagi penderita Kusta

diwilayah kerja Puskesmas Telaga Sari.

2. Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat memutuskan rantai

penularan Kusta diwilayah kerja Puskesmas Telaga Sari.

3. Diharapkan Kusta tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat di wilayah

kerja Puskesmas Telaga Sari.

1.5 Sasaran

Semua penduduk yang datang berobat di Puskesmas Telaga Sari dengan keluhan penyakit

kusta, pasien yang dilaporkan menderita kusta oleh masyarakat dan juga semua penduduk

yang ditemui menderita kusta dari active case finding.

12

Page 13: evrog p2m kusta

Bab II

Materi dan Metode

2.1 Materi

Materi yang dievaluasi dalam program ini didapat dari laporan bulanan Program

Pengendalian Penyakit Kusta di Puskesmas Telaga Sari periode Oktober 2011 sampai

dengan September 2012, yang berisi kegiatan :

1. Penemuan tersangka penderita Kusta

2. Diagnosis

3. Penentuan regimen dan mulai pengobatan

4. Pemantauan pengobatan

5. Pemeriksaan kontak

6. POD dan perawatan diri

7. Penyuluhan

8. Pencatatan dan pelaporan

2.2 Metode

Evaluasi program ini dilaksanakan dengan cara membandingkan cakupan program

P2Kusta di Puskesmas Telaga Sari periode Oktober 2011 sampai dengan September 2012

terhadap tolok ukur yang telah ditetapkan dengan menggunakan pendekatan sistem. Hasil

evaluasi program ini disajikan dalam bentuk tekstural dan tabular.

13

Page 14: evrog p2m kusta

Bab III

Kerangka Teori

3.1. Kerangka Teori

Menurut Ryans, sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling

dihubungkan oleh suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai salah satu kesatuan

organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan.

1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan

terdiri dari unsur tenaga (man), dana (money), sarana (material) dan metoda

(methode) yang merupakan variabel dalam melaksanakan evaluasi program

pemberantasan penyakit kusta.

2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan

terdiri dari unsur perencanaan (planning), organisasi (organization), pelaksanaan

(activities) dan pengawasan (controling) yang merupakan variabel dalam

melaksanakan evaluasi program pemberantasan penyakit kusta.

3. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari

berlangsungnya proses dalam sistem dari kegiatan pemberantasan penyakit kusta.

4. Lingkungan (environment) adalah dampak luar yang tidak dikelola oleh sistem tetapi

mempunyai pengaruh terhadap program pemberantasan penyakit kusta, terdiri dari

lingkungan fisik dan non fisik.

14

Page 15: evrog p2m kusta

5. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan

keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dalam program pemberantasan

penyakit kusta.

6. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dalam pemberantasan

penyakit kusta.

3.2. Tolok ukur keberhasilan

Tolok ukur keberhasilan terdiri dari variabel masukan, proses, keluaran,

lingkungan dan umpan balik yang digunakan sebagai pembanding atau target yang harus

dicapai dalam program Penanggulangan Penyakit Kusta.

Keterangan : Data tabel tolok ukur secara lengkap terlampir dalam Lampiran I.

15

Page 16: evrog p2m kusta

Bab IV

Penyajian Data

4.1. Sumber Data

Sumber data dalam evaluasi ini berupa data sekunder yang berasal dari data

kependudukan Kecamatan Telaga Sari dan laporan bulanan Puskesmas Telaga

Sari periode Oktober 2011 sampai dengan September 2012.

4.2. Jenis Data

4.2.1. Data Umum

a. Data Geografis

Lokasi

Lokasi Gedung UPTD Puskesmas Kecamatan Telaga Sari yang terletak di Jl.

Telaga Sari Kosambi, Desa Telaga Sari, Kecamatan Telaga Sari, Karawang,

Jawa Barat, Indonesia.

Wilayah Kerja

Luas wilayah kerja : 4.670,7 Ha, yang terdiri dari 14 desa dengan tanah darat

seluas 865,9 Ha dan tanah sawah seluas 3804,8 Ha dan merupakan daerah

dataran rendah yang hanya ± 15km di atas permukaan laut dan terdapat 71

buah Posyandu.

Batas wilayah kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Telaga Sari:

- Sebelah Utara : Wilayah Kecamatan Tempuran

- Sebelah Selatan : Wilayah Kecamatan Klari

- Sebelah Barat : Wilayah Kecamatan Rawamerta

- Sebelah Timur : Wilayah Kecamatan Lemahabang

Perumahan

Penduduk di Kecamatan Telaga Sari tinggal di kawasan yang sangat padat

melihat rata-rata kepadatan penduduk Kecamatan Telaga Sari adalah 1335

jiwa/Km². Dari hasil pemerhatian, kawasan rumah penduduk tidak mempunyai

16

Page 17: evrog p2m kusta

ventilasi dan sanitasi yang baik. Masyarakat hidup berdekatan dan turut

memelihara hewan peliharaan seperti ayam, itik dan kambing di sekitar rumah.

Terdapat fasilitas kesehatan lain seperti praktek dokter umum, bidan dan

apotek.

b. Data Demografi

Jumlah penduduk Kecamatan Telaga Sari berdasarkan Laporan Penduduk

Tahunan 2011 adalah sebanyak 62.371 jiwa yang terdiri dari 30.762 jiwa pen-

duduk laki-laki dan 31.609 jiwa penduduk perempuan meliputi 2313 Kepala

Keluarga dan 8757 buah rumah.

Dari jumlah penduduk 62.371 jiwa menempati luas wilayah 4670,7 Ha,

maka berarti rata-rata kepadatan penduduk Kecamatan Telaga Sari adalah 1335

jiwa / Km². Wilayah yang penduduknya paling besar adalah Desa Telaga Sari,

yaitu sebanyak 8162 jiwa.

Jumlah penduduk tersebut bervariasi berdasarkan sumber datanya, untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel dalam Lampiran II.

Tingkat Kepercayaan Agama

Puskesmas Telaga Sari merupakan Puskesmas perkotaan dengan penduduk

yang cukup padat dan urbanisasi yang cukup tinggi. Berdasarkan kepercayaan

agama:

a. Jumlah penduduk pemeluk Agama Islam : 99.0 %

b. Jumlah penduduk pemeluk Agama Kristen-Protestan : 0.7%

c. Jumlah penduduk pemeluk Agama Kristen –Katolik : 0.3 %

Mata Pencaharian

Berdasarkan mata pencaharian, sebagian besar penduduk kecamatan Telaga

Sari merupakan petani.

Tingkat Pendidikan

Berdasarkan pendidikan, sebagian besar penduduk kecamatan Telaga Sari

berpendidikan taman SD.

17

Page 18: evrog p2m kusta

4.2.2 Data Khusus

4.2.2.1 Masukan

A. Tenaga

1. Dokter umum : 3 orang

(1 ketua puskesmas, 2 di BPU)

2. Petugas P2Kusta : 1 orang

3. Petugas laboratorium terlatih : 1 orang

4. Petugas Pencatatan dan Pelaporan : 1 orang

B. Dana

1. APBD Tingkat II : ada

C. Sarana Medis

1. Object Glass : ada

2. Bambu/lidi : ada

3. Silet : ada

4. Persediaan obat Kusta : cukup

5. Spuit : ada

6. Mikroskop : ada

7. Lampu spritus : ada

8. Pewarnaan BTA Ziehl Nielseen : ada

Non Medis

1. Ruang tunggu pasien yang terbuka : ada

2. Ruang pemeriksaan pasien : ada

3. Ruang administrasi : ada

4. Ruang obat : ada

5. Ruang laboratorium : ada

6. Tempat tidur untuk memeriksa pasien : ada

7. Lemari penyimpanan obat : ada

18

Page 19: evrog p2m kusta

8. Rak obat : ada

Alat Administrasi

1. Buku register kunjungan pasien : ada

2. Alat tulis : ada

3. Komputer : ada

Alat Penyuluhan

1. Papan tulis : ada

2. Spidol : ada

3. Brosur : ada

4. Poster : ada

5. Projector : ada

Formulir Pencatatan

1. Kartu Penderita : ada

2. Register/Monitoring KOHORT Penderita : ada

3. Pencatatan Pencegahan Cacat : ada

4. Form Evaluasi Pengobatan Prednison : ada

Formulir Pelaporan

1. Gambaran Data Pokok Pencapaian

Program Pengendalian Penyakit Kusta : ada

2. Laporan Program P2Kusta : ada

D. Metode

1. Penemuan tersangka Kusta

Penemuan tersangka penderita Kusta melalui passive dan active case

finding. Penemuan penderita secara pasif di Unit Pelayanan Kesehatan

berdasarkan adanya orang yang datang mencari pengobatan atas ke-

mauan sendiri atau saran orang lain. Penemuan penderita secara aktif

19

Page 20: evrog p2m kusta

ditujukan pada semua anggota keluarga yang tinggal serumah dengan

penderita dan tetangga sekitar. Penemuan juga berdasarkan laporan

masyarakat karena kebanyakkan penderita kusta malu berobat. Selain

itu, penemuan juga berdasarkan Rapid Village Survey.

Ini untuk mengetahui adanya penderita baru yang mungkin sudah lama

ada dan belum ditemukan dan diobati, dan mengetahui penderita baru

yang mungkin ada di antara penderita kusta yang sudah RFT.

Tersangka dari penderita Kusta adalah yang mempunyai gejala:

a. Tanda-tanda kulit

Bercak/kelainan kulit yang merah atau putih di bagian tubuh

Kulit mengkilap

Bercak yang tidak gatal

Adanya bagian-bagian tubuh yang tidak berkeringat atau

tidak berambut

Lepuh tidak nyeri

b. Tanda-tanda pada saraf

Rasa kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota badan

atau muka

Gangguan gerak anggota badan atau bagian muka

Adanya cacat (deformitas)

Luka (ulkus) yang tidak mau sembuh

2. Diagnosis dan Klasifikasi Kusta

a. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan Cardinal Sign :

Lesi (kelainan) kulit yang mati rasa

Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf :

gangguan fungsi sensoris (mati rasa), gangguan fungsi

motoris (parese atau paralisis), gangguan fungsi otonom

(kulit kering dan retak-retak)

20

Page 21: evrog p2m kusta

Adanya bakteri tahan asam (BTA) di dalam kerokan

jaringan kulit.

Seseorang dinyatakan sebagai penderita kusta jika terdapat satu

dari tanda-tanda utama di atas. Jika diagnosis kusta masih belum

dapat ditegakkan dan tidak ada petugas terlatih dan sarana

pemeriksaan apusan, tunggu 3-6 bulan dan periksa kembali adanya

cardinal sign. Jika ada cardinal sign, berikan MDT. Jika masih

meragukan, suspek perlu dirujuk.

Pemeriksaan klinis dilakukan dengan pemeriksaan pandang,

pemeriksaan rasa raba pada kelainan kulit, dan pemeriksaan saraf

(saraf auriklaris magnus, saraf ulnaris, saraf radialis, saraf

medianus, saraf peroneus, dan saraf tibialis posterior).

Klasifikasi

Pedoman utama untuk menentukan klasifikasi/tipe penyakit kusta menurut WHO adalah:

Tanda Utama PB MB

Bercak Kusta Jumlah 1 s/d 5 Jumlah >5

Penebalan saraf tepi yang disertai dengan

gangguan fungsi (gangguan fungsi bias berupa

kurang/mati rasa atau kelemahan otot yang

dipersarafi oleh saraf yang bersangkutan)

Hanya satu saraf Lebih dari satu saraf

Sediaan apusan BTA negatif BTA positif

Tanda lain yang dapat dipertimbangkan dalam penentuan klasifikasi penyakit kusta

adalah sebagai berikut:

21

Page 22: evrog p2m kusta

Kelainan kulit & hasil pemeriksaan PB MB

1. Bercak (makula) mati rasa

Ukuran Kecil dan besar Kecil-kecil

Distribusi Unilateral atau bilateral

asimetris

Bilateral simetris

Konsistensi Kering dan kasar Halus, berkilat

Batas Tegas Kurang tegas

Kehilangan rasa pada bercak Selalu ada dan jelas Biasanya tidak jelas, jika

ada, terjadi pada yang sudah

lanjut

Kehilangan kemampuan

berkeringat, rambut, rontok pada

bercak

Selalu ada dan jelas Biasanya tidak jelas, jika

ada, terjadi pada yang sudah

lanjut

2. Infiltrat

Kulit Tidak ada Ada, kadang-kadanng tidak

ada

Membrane mukosa (hidung

tersumbat, perdarahan di hidung)

Tidak pernah ada Ada,, kadang-kadang tidak

ada

3. Ciri-ciri Central healing

(penyembuhan di tengah)

- Punched out lesion (lesi

bentuk seperti donat)

- Madarosis

- Ginekomastia

- Hidung pelana

- Suara sengau

4. Nodulus Tidak ada Kadang-kadang ada

5. Deformitas Terjadi dini Biasanya simetris, terjadi

lambat

Klasifikasi Internasional menurut Madrid (1953):

a. Indeterminate (I)

22

Page 23: evrog p2m kusta

Terdapat kelainan kulit berupa makula berbentuk bulat yang berjumlah 1 atau 2.

Batas lokasi dipantat, kaki, lengan, punggung, pipi. Permukaan halus dan licin.

b. Tuberkuloid (T)

Terdapat makula atau bercak tipis bulat yang tidak teratur dengan jumlah lesi 1

atau beberapa. Batas lokasi terdapat di pantat ,punggung, lengan, kaki, pipi. Per-

mukaan kering, kasar sering dengan penyembuhan di tengah.

c. Borderline (B)

Kelainan kulit bercak agak menebal yang tidak teratur dan tersebar. Batas lokasi

sama dengan Tuberkuloid.

d. Lepromatosa (L)

Kelainan kulit berupa bercak-bercak menebal yang difus, bentuk tidak jelas.

3. Penentuan regimen dan mulai pengobatan

Regimen Pengobatan MDT

Sesuai dengan regimen pengobatan yang direkomendasikan oleh WHO:

a. Pausi basiler (PB)

Dewasa dan anak (10-14 tahun)

Hari pertama :

2 kapsul Rifampisin @300 mg (600 mg)

1 tablet Dapsone/DDS 100 mg

Hari ke 2-28 :

1 tablet Dapsone/DDS 100 mg

1 blister untuk 1 bulan. Lama pengobatan 6-9 bulan

b. Multi basiler (MB)

Dewasa dan anak (10-14 tahun)

23

Page 24: evrog p2m kusta

Hari pertama :

2 tablet Rifampisin @300 mg (600 mg)

3 tablet Lampren @100 mg (300 mg)

1 tablet Dapsone/DDS 100 mg

Hari ke 2-28 :

1 tablet Lampren 50 mg

1 tablet Dapsone/DDS 100 mg

1 blister untuk 1 bulan. Lama pengobatan 12-18 bulan

c. Dosis MDT menurut umur

Rifampisin : 10-15mg/kgBB

DDS : 1-2 mg/kgBB

Clofazimine : 1 mg/kgBB

d. Obat-obatan penunjang

Sulfas Ferosus

Vitamin A

Neurotropik

4. Pemantauan pengobatan

a. Setiap petugas harus memonitor tanggal pengambilan obat

b. Apabila penderita terlambat mengambil obat, paling lama dalam 1

bulan harus dilakukan pelacakan

c. RFT dinyatakan setelah dosis dipenuhi tanpa diperlukan pemerik-

saan laboratorium

d. Masa pengamatan: pengamatan dilakukan secara pasif

i. Tipe PB selama 2 tahun

ii. Tipe MB selama 5 tahun tanpa pemeriksaan laboratorium

e. Penderita PB yang telah mendapatkan pengobatan 6 dosis (blister)

dalam waktu 6-9 bulan dinyatakan RFT, tanpa harus pemeriksaan

laboratorium

24

Page 25: evrog p2m kusta

f. Penderita MB yang telah mendapat pengobatan MDT 12 dosis

(blister) Dalam waktu 12-18 bulan dinyatak RFT, tanpa harus pe-

meriksaan laboratorium

g. Defaulter

i. PB tidak ambil obat >3 bulan

ii. MB tidak ambil obat >6 bulan

iii. Tindakan bagi Defaulter

Dikeluarkan dari monitoring dan register

Bila kemudian datang lagi, maka harus dilakukan pe-

meriksaan klinis ulang dengan teliti, bila:

o Ditemukan tanda-tanda klinis yang aktif

o Tidak ada tanda-tanda aktif maka penderita tidak

perlu diobati lagi

h. Relaps/Kambuh

Penderita dinyatakan relaps. Bila setelah dinyatakan RFT timbul

lesi baru pada kulit maka untuk menyatakan relaps harus dikonfir-

masi ke dokter yang memiliki kemampuan klinis mendiagnosis re-

laps.

i. Indikasi pengeluaran penderita dari register adalah: RFT, mening-

gal, pindah, salah diagnosis, ganti klasifikasi, default.

j. Pada keadaan-keadaan khusus (misalnya akses yang sulit ke

pelayanan kesehatan) dapat diberikan sekaligus beberapa blister

disertai dengan pesan penyuluhan lengkap mengenai efek samping

dan indikasi untuk kembali ke pelayanan kesehatan.

5. Pemeriksaan Kontak

a. Membawa kartu penderita yang sudah tercatat dan kartu penderita

kosong. Alat-alat untuk pemeriksaan serta obat MDT.

25

Page 26: evrog p2m kusta

b. Mendatangi rumah penderita dan memeriksa semua anggota kelu-

arga penderita yang tercatat dalam kolom yang tersedia pada kartu

penderita

c. Mendatangi rumah tetangga dan memeriksa tetangga yang sering

kontak dengan penderita

d. Dengan melakukan pemeriksaan fisik pada semua anggota kelu-

arga atau tetangga yang sering kontak dengan penderita

e. Bila ditemukan penderita baru dari pemeriksaan itu, maka dibu-

atkan kartu baru dan dicatat sebagai penderita baru, kemudian

diberikan obat MDT dosis pertama.

6. Prevention of disability (POD) dan perawatan diri

Komponen pencegahan cacat :

a. Penemuan dini penderita sebelum cacat

b. Pengobatan penderita dengan MDT sampai RFT

c. Deteksi dini adanya reaksi kusta dengan pemeriksaan fungsi

saraf secara rutin

d. Penanganan reaksi

e. Penyuluhan perawatan diri

f. Penggunaan alat bantu

g. Rehabilitasi medis

Tingkat cacat menurut WHO :

a. Cacat Tingkat 0 : tidak ada cacat

26

Page 27: evrog p2m kusta

b. Cacat Tingkat 1 : cacat yang disebabkan oleh kerusakan saraf

sensoris yang tidak terlihat seperti hilangnya rasa raba pada ko-

rnea mata, telapak tangan, dan telapak kaki. Gangguan fungsi

sensoris pada mata tidak diperiksa di lapangan, oleh karena itu

tidak ada cacat tingkat 1 pada mata.

c. Cacat Tingkat 2 : tidak mampu menutup mata dengan rapat

(lagophtalmos), kemerahan yang jelas pada mata (ulserasi ko-

rnea atau uveitis), gangguan penglihatan berat atau kebutaan;

luka dan ulkus di telapak tangan dan kaki, deformitas yang dise-

babkan oleh kelumpuhan otot kaki atau hilangnya jaringan (at-

ropi) atau reabsorbsi parsial dari jari-jari.

Perawatan diri penderita dapat diupayakan dengan penyuluhan

tentang perawatan diri yang diberikan kepada penderita dan

keluarga tentang cara-cara memeriksa, melindungi mata, tangan

yang mati rasa, kulit yang kering, jari tangan yang bengkok,

kaki yang simper, kulit kaki tebal dan kering, kaki yang mati

rasa, dan merawat luka agar dapat melakukan pencegahan cacat

di rumah. Selain itu, petugas dapat melakukan kegiatan pence-

gahan cacat di Puskesmas pada penderita dengan masalah

khusus kecacatan seperti memberikan tetes mata yang mengan-

dung saline jika mata sangat kering, antibiotik dan bebat mata

bila terjadi konjungtivitis, atau merujuk jika perlu.

7. Penyuluhan

a. Perorangan : penyuluhan langsung berupa tanya jawab atau

konsultasi di Puskesmas. Materi yang dijelaskan adalah

semua informasi mengenai Kusta. Penyuluhan diberikan

pada awal pengobatan dan setiap pasien datang kembali

untuk mengambil obat ke Puskesmas.

27

Page 28: evrog p2m kusta

b. Kelompok : penyuluhan langsung melalui ceramah, seminar,

dll. Materi yang diberikan adalah semua informasi tentang

Kusta.

8. Pencatatan dan Pelaporan

a) Pencatatan :

Kartu penderita : diisi saat ada penderita baru

Register/Monitoring Penderita PB/MB : diisi tiap bulan saat

pasien datang mengambil obat

Formulir Pencatatan Pencegahan Cacat : diisi saat ada

penderita baru. Diulangi setiap bulan untuk mendeteksi

reaksi kusta secara dini. Diulangi setiap 2 minggu jika

penderita mengalami reaksi. Juga diisi saat penderita

dinyatakan RFT

Formulir Evaluasi Pengobatan Reaksi Berat

Data Pokok Program Eliminasi : diisi setiap tahun,

merupakan rekapitulasi data tribulan hasil kegiatan

Puskesmas

Formulir Register Stok Obat MDT

Formulir Permintaan MDT-3, MDT-4

b) Pelaporan

Formulir Laporan

Untuk puskesmas copy register monitoring pengobatan

PB/MB selanjutnya dikirim ke Kabupaten setiap tribulan.

4.2.2.2 Proses

Perencanaan

28

Page 29: evrog p2m kusta

1. Penemuan penderita kusta

Penemuan penderita secara pasif yang memiliki gejala tersangka pen-

derita kusta oleh dokter umum dan perawat setiap hari Senin sampai

dengan Sabtu, pukul 08.00-14.00 WIB di Puskesmas Kecamatan Telaga

Sari berdasarkan gejala tersangka penderita kusta. Penemuan tersangka

penderita secara aktif dilakukan di tempat tinggal penderita kusta di-

mana dilakukan pemeriksaan semua anggota keluarga yang tinggal

serumah dengan penderita dan tetangga sekitarnya. Penemuan juga

berdasarkan laporan masyarakat karena kebanyakkan penderita kusta

malu berobat. Selain itu, penemuan juga berdasarkan Rapid Village

Survey.

2. Penentuan diagnosis dan kalsifikasi penderita Kusta

Setiap hari Senin sampai dengan Sabtu, pukul 08.00-14.00 WIB di

Puskesmas Telaga Sari yang dilakukan oleh dokter, perawat dan petu-

gas laboratorium berdasarkan gejala yang ada pada penderita, pemerik-

saan fisik dan pemeriksaan laboratorium kerokan kulit mikroskopis

langsung dengan pewarnaan Ziehl Nielsen yang dilakukan di

Puskesmas Kecamatan Telaga Sari.

3. Penentuan regimen dan mulai pengobatan

Setiap hari Senin sampai dengan Sabtu jam 08.00-14.00 di Puskesmas

Kecamatan Telaga Sari yang dilakukan oleh P2Kusta dengan menggu-

nakan strategi MDT sesuai dengan klasifikasi/tipe kusta.

4. Pemantauan keberhasilan pengobatan penderita Kusta

Pemantauan pengobatan di Puskesmas Telaga Sari dilakukan setiap hari

Senin dan Kamis pukul 08.00-14.00 WIB yang dilakukan oleh petugas

P2Kusta dengan menggunakan strategi MDT sesuai dengan klasifikasi/

tipe Kusta.

5. Pemeriksaaan kontak

Dilakukan secepatnya saat ada penderita baru oleh petugas P2Kusta

29

Page 30: evrog p2m kusta

dengan mendatangi rumah penderita dan memeriksa anggota keluarga

atau tetangga yangs sering kontak dengan penderita. Jika ditemukan

penderita baru, maka dibuatkan kartu penderita baru dan diberikan

MDT dosis pertama

6. Pemantauan pencegahan cacat dan perawatan diri

Pemeriksaan pencegahan cacat dan perawatan diri dilakukan oleh

petugas P2Kusta di Puskesmas Telaga Sari setiap hari Senin dan

Kamis pukul 08.00-14.00 WIB meliputi penemuan dini penderita

sebelum cacat, pengobatan penderita dengan MDT sampai RFT,

deteksi dini adanya reaksi kusta dengan pemeriksaan fungsi saraf

secara rutin, penanganan reaksi, penyuluhan perawatan diri,

penggunaan alat bantu, dan rehabilitasi medis.

7. Penyuluhan

Penyuluhan perorangan dilaksanakan setiap hari Senin dan Kamis

pukul 08.00-14.00 WIB Puskesmas Telaga Sari, dilakukan oleh

petugas P2Kusta. Penyuluhan Kelompok dilaksanakan minimal 1 kali

dalam 3 bulan oleh petugas P2Kusta di puskesmas mengenai informasi

penyakit kusta.

8. Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan

Setiap hari Senin dan Kamis jam 08.00-14.00 WIB, di Puskesmas

Telaga Sari, dengan menggunakan formulir pengendalian penyakit

kusta yang ada di puskesmas, dilakukan oleh petugas P2M.

Pelaporan

Dilaporkan tribulan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang yang

dilakukan oleh petugas P2M.

B. Pengorganisasian

Pengorganisasian tertulis dan pemberian tugas yang teratur dalam melaksanakan

30

Page 31: evrog p2m kusta

program Pengendalian P2Kusta dibawah ini berasal dari wawancara dengan kepala

Puskesmas.

Pengorganisasian Program Pengendalian Penyakit Kusta di UPTD

Puskesmas Kecamatan Telaga Sari

C. Pelaksanaan

1. Penemuan penderita kusta

Penemuan tersangka penderita kusta secara pasif setiap hari Senin – Sabtu jam

08.00-14.00 di Puskesmas Kecamatan Telaga Sari oleh dokter umum atau perawat

berdasarkan gejala suspek penderita kusta. Penemuan penderita secara aktif

dilaksanakan oleh petugas P2Kusta, yang dalam 3 bulan seluruh anggota keluarga

harus diperiksa dan pemeriksaan ini diulang setiap 1 tahun sekali. Petugas

membawa kartu penderita kusta, kartu penderita kosong dan alat-alat

pemeriksaan, dan dilakukan pemeriksaan pada semua anggota keluarga yang

tercatat dan tetangga yang sering kontak dengan penderita. Bila ditemukan

penderita baru dibuatkan kartu penderita baru dan diberikan obat MDT dosis

pertama serta memberikan penyuluhan kepada penderita dan semua anggota

31

Penanggung jawab program

Dr. Ocid SuryanaPetugas pencatatan dan

pelaporan programIbu Rini Amk

P2MIbu Rini Amk

Petugas P2KustaIbu Rini Amk

Page 32: evrog p2m kusta

keluarga. Penemuan juga berdasarkan laporan masyarakat karena kebanyakkan

penderita kusta malu berobat. Selain itu, penemuan juga berdasarkan Rapid

Village Survey.

2. Penentuan diagnosis dan kalsifikasi penderita kusta

Setiap hari Senin – Sabtu jam 08.00-14.00 di Puskesmas Telaga Sari oleh dokter,

perawat dan petugas laboratorium berdasarkan gejala yang ada pada penderita,

dengan melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium ditentukan

tipe kusta : Paucibacillary (PB) : bercak kusta berjumlah 1-5, penebalan saraf tepi

yang disertai gangguan fungsi hanya pada satu saraf, BTA negatif. Multibacillary

(MB) : bercak kusta berjumlah >5, penebalan saraf tepi yang disertai gangguan

fungsi pada lebih dari satu saraf dan BTA positif.

3. Penentuan regimen dan mulai pengobatan

Setiap hari Senin - Sabtu jam 08.00-14.00 di Puskesmas Telaga Sari yang

dilakukan oleh P2Kusta dengan menggunakan strategi MDT sesuai dengan

klasifikasi/tipe kusta.

4. Pemantauan keberhasilan pengobatan penderita kusta

Setiap hari Senin dan Kamis jam 08.00-14.00 di Puskesmas Telaga Sari yang

dilakukan oleh P2Kusta dengan menggunakan strategi MDT sesuai dengan

klasifikasi/tipe kusta dengan memonitor tanggal pengambilan obat, melakukan

pelacakan jika penderita terlambat mengambil obat minimal 1 bulan, menyatakan

RFT, default atau relaps.

5. Pemeriksaaan kontak

Dilakukan secepatnya saat ada penderita baru oleh petugas P2Kusta dengan

mendatangi rumah penderita dan memeriksa anggota keluarga atau tetangga

yangs sering kontak dengan penderita. Jika ditemukan penderita baru, maka

dibuatkan kartu penderita baru dan diberikan MDT dosis pertama.

6. Pemantauan pencegahan cacat dan perawatan diri

32

Page 33: evrog p2m kusta

Dilakukan oleh petugas P2Kusta setiap hari Senin dan Kamis jam 08.00-14.00 di

Puskesmas Telaga Sari dengan penemuan dini penderita sebelum cacat,

pengobatan penderita dengan MDT sampai RFT, deteksi dini adanya reaksi kusta

dengan pemeriksaan fungsi saraf secara rutin, penanganan reaksi, penyuluhan

perawatan diri, penggunaan alat bantu, dan rehabilitasi medis.

a. Penyuluhan

Perorangan : dilakukan oleh petugas P2Kusta setiap hari Senin dan Kamis

jam 08.00-14.00 di Puskesmas Telaga Sari dengan cara tanya jawab yang

berisi semua informasi tentang kusta.

Kelompok : tidak dilaksanakan penyuluhan kelompok.

b. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan : setiap hari Senin dan Kamis jam 08.00-14.00 di Puskesmas

Telaga Sari dengan menggunakan formulir yang ada di puskesmas.

Dilakukan oleh petugas P2Kusta.

Pelaporan : dilaporkan bulanan dan tribulanan Dinas Kesehatan Karawang.

Dilakukan oleh petugas P2Kusta.

D. Pengawasan

a) Dari Kabupaten Karawang : 4x/tahun

b) Dari Propinsi Jawa Barat : 2x/tahun

c) Dari Kepala Puskesmas : 1x/bulan

4.2.2.3 Keluaran

33

Page 34: evrog p2m kusta

1. Angka Penemuan Penderita Kusta (CDR = Case Detection Rate)

Merupakan penderita yang baru ditemukan pada periode satu tahun per 100.000 pen-

duduk

Rumus:

Jumlah penderita yang baru ditemukan pada periode satu tahun X 100.000

Jumlah penduduk pada tahun yang sama

= 15 X 100.000

62.371

= 24,05:100.000 (target <5:100.000)

2. Angka Kesembuhan (RFT = Release from Treatment)

a. RFT Rate MB

Jumlah penderita baru MB dari periode 1 tahun yang sama yang menyelesaikan

pengobatan tepat waktu (12 dosis dalam 12-18 bulan) dinyatakan dalam

persentase

Rumus:

Jum. penderita baru MB yg menyelesaikan 12 dosis dlm 12-18 bulan X 100%

Jumlah seluruh penderita baru MB yang mulai MDT

pada periode tahun yang sama

belum dapat dinilai , target >90%

b. RFT Rate PB

Jumlah penderita baru PB dari periode 1 tahun yang sama yang menyelesaikan

pengobatan tepat waktu (6 dosis dalam 6-9 bulan) dinyatakan dalam persentase

Rumus:

34

Page 35: evrog p2m kusta

Jum penderita baru PB yg menyelesaikan 6 dosis dlm 6-9 bulan X 100%

Jumlah seluruh penderita baru PB yang mulai MDT

Pada periode tahun yang sama

belum dapat dinilai , target >90%

3. Prevalensi dan angka prevalensi (PR = Prevalence Rate)

Prevalensi adalah jumlah penderita terdaftar pada suatu saat tertentu.

Angka prevalensi adalah jumlah penderita kusta terdaftar PB dan MB pada suatu saat

tertentu per 10.000 penduduk

Rumus:

Jumlah penderita kusta terdaftar pada suatu saat tertentu X 10.000

Jumlah penduduk pada tahun yang sama

= 15 X 10.000

62.371

= 2,40:10.000 (target <1:10.000)

4. Proporsi cacat tingkat 2

Jumlah penderita yang ditemukan telah mengalami cacat tingkat 2 diantara penderita

yang baru ditemukan pada periode satu tahun

Rumus:

Jumlah penderita dengan cacat tingkat 2 yang baru ditemukan

Pada periode satu tahun X 100%

Jumlah penderita yang baru ditemukan dalam

Periode satu tahun yang sama

= 1 X 100%

35

Page 36: evrog p2m kusta

15

= 6,67 % (target <5%)

5. Proporsi penderita anak (0-14 tahun)

Jumlah penderita anak (0-14 tahun) diantara penderita yang baru ditemukan pada pe-

riode satu tahun

Rumus:

Jumlah penderita anak (0-14 tahun) yang baru

Ditemukan pada periode satu tahun X 100%

Jumlah penderita yang baru ditemukan dalam

Periode satu tahun yang sama

= 0 % (target <5%)

6. Proporsi MB

Jumlah penderita MB yang ditemukan diantara penderita yang baru ditemukan pada

periode satu tahun

Rumus:

Jumlah penderita MB yang baru ditemukan

Pada periode satu tahun X 100%

Jumlah penderita yang baru ditemukan dalam

Periode satu tahun yang sama

= 14 X 100%

15

= 93,33% (target <65%)

7. Penyuluhan

36

Page 37: evrog p2m kusta

a. Penyuluhan perorangan = 100% (target 100%).

b. Penyuluhan kelompok = 0% (target 100%).

8. Pencatatan dan pelaporan

a. 100 % dilakukan pencatatan kegiatan program.

b. 100 % dilakukan pelaporan kegiatan program.

4.2.2.4 Umpan Balik

Kegiatan umpan balik merupakan pengevaluasian program dalam rapat kerja

bulanan dan hasilnya dijadikan masukan untuk pelaksanaan program di bulan

selanjutnya.

4.2.2.5 Dampak

A. Langsung

a. Menurunnya angka morbiditas dan mortalitas Kusta : belum dapat

dinilai

b. Terputusnya rantai penularan penyakit Kusta : belum dapat dinilai

B. Tidak langsung

a. Kusta tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat : belum

dapat dinilai

b. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat secara optimal :

belum dapat dinilai

4.2.2.6 Lingkungan

a. Fisik

Lokasi Puskesmas : Mudah dijangkau oleh masyarakat di wilayah

kerja Puskesmas Telaga Sari.

Transportasi: terdapat angkot yang melewati wilayah kerja

37

Page 38: evrog p2m kusta

Puskesmas Telaga Sari.

Perumahan: sebagian besar lingkungan tempat tinggal warga

terlalu padat serta jarak antar rumah terlalu dekat, tidak memiliki

ventilasi yang baik, dan sanitasi rumah yang baik.

Fasilitas kesehatan lain : terdapat fasilitas kesehatan lain dan dapat

bekerjasama dengan baik

b. Non fisik

Pendidikan : mayoritas penduduk di Kecamatan Telaga Sari

berpendidikan rendah (hanya tamat SD)

Higiene: mayoritas penduduk di Kecamatan Telaga Sari mempun-

yai kebersihan sedang.

Sosial ekonomi: Mayoritas penduduk tingkat sosial ekonomi ren-

dah dengan pekerjaan sebagai petani

Peran serta: tidak semua masyarakat berperan aktif

Bab V

38

Page 39: evrog p2m kusta

Pembahasan

Tabel 5.1 Variabel, Tolok Ukur, Pencapaian, Masalah

Variabel Tolok Ukur Pencapaian MasalahKeluaran1. Angka penemuan pen-

derita baru Kusta (CDR)

2. Angka kesembuhan (RFT=Release from Treatment)a. Angka kesembuhan

(RFT) MBb. Angka kesembuhan

(RFT) PB3. Prevalence Rate4. Proporsi cacat tingkat 25. Proporsi penderita anak

(0-14 tahun)6. Proporsi penderita MB7. Penyuluhan

a. Peroranganb. Kelompok

8. Pencatatan dan pelapo-ran

MasukanTenaga- Dokter

- Petugas P2Kusta - Petugas laboratorium

terlatih

Proses

<5:100.000

>90%

>90%

<1:10.000<5%<5%

<65%

100% 100%

100%

1 orang1 orang1 orang

24,05:100.000

Belum dapat dinilai

Belum dapat dinilai

2,4:10.0006,67 %

0 %

93,33%

100%0%

100%

3 orang AdaAda

+ (381%)

Belum dapat dinilai

+(140%)+ (33,4%)

-

+ (43,58%)

-+ (100%)

-

--

-

+

39

Page 40: evrog p2m kusta

Perencanaan penyuluhan

Pelaksanaan penyuluhan

LingkunganFisik

Non Fisik

Kelompok: 1x/ 3 bulan

Kelompok: 1x/ 3 bulan

a. Perumahan : Daerah

pemukiman tidak padat dan kumuh

Ventilasi rumah baik

Sanitasi rumah yang baik

b. Fasilitas kesehatan lainnya

Ada dan dapat dijalin kerjasama

a. Pendidikan Mendukung

b. Higiene Mendukung

c. Sosial ekonomi Mendukung

d. Peran serta Mendukung

Kelompok : -

Kelompok : -

a. Perumahan : Daerah

pemukiman padat dan kumuh

Ventilasi rumah tidak baik

Sanitasi rumah kurang

b. Fasilitas kesehatan lainnya

Ada dan dapat dijalin kerjasama

a. Pendidikan Rendah

b. Higiene Kurang baik

c. Sosial ekonomi Rendah

d. Peran serta Kurang

+

+

-

+

Bab VI

40

Page 41: evrog p2m kusta

Perumusan Masalah

Dari pembahasan hasil evaluasi program kerja di Puskesmas Kecamatan Telaga Sari

terlihat beberapa masalah :

6.1 Masalah (keluaran)

1. Proporsi CDR (Case Detection Rate) yang tercatat 24,05 : 100.000, besar masalah

381%.

2. Prevalence Rate yang tercatat 2,4:10.000, besar masalah 140%

3. Proporsi cacat tingkat 2 yang tercatat sebesar 6,67%, besar masalah 33,4%

4. Proporsi Kusta tipe MB yang tercatat 93,33%, besar masalah 43,58%

5. Tidak dilakukan penyuluhan kelompok, besar masalah 100%

6.2 Masalah menurut sistem lainnya

1. Masukan

Tidak ada masalah di bagian masukan.

2. Proses

a. Perencanaan

Tidak adanya perencanaan penyuluhan kelompok satu kali per tiga bulan

di Puskesmas Telaga Sari.

b. Pelaksanaan

Tidak dilaksanakannya penyuluhan kelompok satu kali per tiga bulan di

Puskesmas Telaga Sari.

3. Lingkungan

Fisik : sebagian besar lingkungan tempat tinggal warga terlalu padat, ku-

muh dan tidak memiliki ventilasi yang baik, dan sanitasi rumah kurang.

Non fisik : Mayoritas penduduk berpendidikan rendah dan memiliki taraf

sosial ekonomi rendah sehingga kurang memahami apakah penyakit kusta

itu sendiri, tanda awal dan komplikasinya. Mereka juga tidak mengerti

pentingnya pengendalian kusta dan ini menjadi hambatan dalam program

penaggulangan penyakit kusta. Higiene perorangan juga dilihat kurang.

41

Page 42: evrog p2m kusta

Selain itu, tidak semua masyarakat berperan aktif dan tidak semua

masyarakat mendukung sehingga menghambat pengendalian kusta dan

program penaggulangan penyakit kusta.

Bab VII

42

Page 43: evrog p2m kusta

Prioritas Masalah

A. Case Detection Rate adalah 24,05: 100.000 dari target <5:100.000.

B. Prevalensi dan Angka Prevalensi adalah 2,4:10.000 dari target <1:10.000.

C. Proporsi cacat tingkat 2 adalah 6,67% dari target <5%

D. Proporsi Kusta tipe MB adalah 93,33% dari target <65%.

E. Penyuluhan kelompok adalah (-) dari target 1x/3 bulan.

No Parameter A B C D E

1 Besarnya masalah 5 5 3 2 5

2 Akibat yang ditimbulkan 4 4 4 4 4

3 Sumber daya yang tersedia untuk menyelesaikan masalah

4 3 3 3 5

4 Teknologi yang tersedia 3 3 3 3 4

5 Keuntungan sosial karena selesainya

masalah

5 5 3 4 4

Total 21 20 16 16 22

Keterangan: dari dilakukannya teknik prioritas masalah ini didapatkan 2 masalah yang ingin diselesaikan yaitu masalah A dan masalah E

Bab VIII

43

Page 44: evrog p2m kusta

Penyelesaian Masalah

Masalah I

Tidak adanya penyuluhan kelompok

Penyebab:

a. Tidak direncanakan dan dialaksanakan penyuluhan kelompok yang dapat

menjelaskan tentang penyakit kusta ditambah dengan tingkat pendidikan

masyarakat yang tidak mendukung untuk diadakannya penyuluhan tentang

kusta.

Penyelesaian masalah

a. Membuat perencanaan tertulis tentang penjadwalan penyuluhan

kelompok. Pelaksanaan penyuluhan haruslah dilakukan satu kali per tiga

bulan dan harus memuat materi yang mudah dimengerti dan dicernakan

oleh masyarakat walaupun berpendidikan rendah dan akan menambah

pengetahuan masyarakat mengenai penyakit kusta.

Masalah II

Angka penemuan penderita baru (CDR) kusta masih tinggi

Penyebab:

Masih tingginya angka penderita baru kusta karena:

a. Tidak dilakukan penyuluhan kelompok tentang penyakit kusta.

Masyarakat masih kurang tau tentang penyakit kusta bermula dari

penyebab, cara penularan, tanda dan gejala, pengobatan, pencegahan dan

komplikasi penyakit kusta. Jika dilihat dari lingkungan fisik, kebanyakan

masyarakat mempunyai kawasan rumah yang padat, kumuh dan sanitasi

rumah yang kurang baik.

44

Page 45: evrog p2m kusta

b. Dilihat dari lingkungan fisik, sebagian besar masyarakat tinggal di

kawasan perumahan yang kumuh, padat, ventilasi kurang san sanitasi

kurang.

c. Dilihat dari lingkungan non-fisik, masyarakat juga mempunyai tahap

pendidikan, sosial-ekonomi yang rendah, higiene perorangan kurang dan

peran serta masyarakat juga kurang.

Penyelesaian masalah :

a. Merencanakan dan melakukan penyuluhan kepada masyarakat satu kali per

tiga bulan mengenai penyakit kusta bermula dari penyebab, cara penularan,

tanda dan gejala, pengobatan, pencegahan dan komplikasi penyakit kusta

b. Menggalakkan masyarakat aktif untuk menjalankan perilaku hidup bersih

dan sehat dengan memberi penyuluhan perorangan atau kelompok.

Walaupun mereka kurang berkemampuan, tetapi mereka haruslah sadar

tentang kebersihan. Rumah haruslah bersih, mempunyai ventilasi yang baik

dan sanitasi rumah yang baik.

c. Usaha pemerintah untuk mengatasi masalah dari akarnya yaitu

memperbaiki tahap pendidikan dan sosial-ekonomi supaya masyarakat

sendiri pada suatu saat kelak mempunyai inisiatif sendiri untuk hidup sehat

dan bebas dari sebarang penyakit.

45

Page 46: evrog p2m kusta

Bab IX

Kesimpulan dan Saran

9.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil evaluasi program Pengendalian Penyakit Kusta di Puskesmas

Kecamatan Telaga Sari periode Oktober 2011 sampai dengan September 2012 yang

belum berhasil, hal ini dapat dilihat dari unsur keluaran yang belum seluruhnya mencapai

target yang ditentukan.

1. Angka penemuan penderita baru Kusta di Puskesmas Kecamatan Telaga Sari peri-

ode Oktober 2011 sampai dengan September 2012 adalah 24,05:100.000, belum

mencapai <5:100.000 sesuai dengan tolok ukur.

2. Proporsi angka kesembuhan (RFT = Release from Treatment) di Puskesmas Ke-

camatan Telaga Sari periode Oktober 2011 sampai dengan September 2012 belum

dapat dinilai karena kebanyakan kasus yang dihitung belum genap satu tahun.

3. Proporsi prevalensi (PR = Prevalence Rate) di Puskesmas Kecamatan Telaga Sari

periode Oktober 2011 sampai dengan September 2012 adalah 2,4:10.000, belum

mencapai <1:10.000 sesuai dengan tolok ukur.

4. Proporsi cacat tingkat 2 di Puskesmas Kecamatan Telaga Sari periode Oktober

2011 sampai dengan September 2012 adalah 6,67%, belum mencapai <5% sesuai

dengan tolok ukur.

5. Proporsi penderita anak (0-14 tahun) di Puskesmas Kecamatan Telaga Sari peri-

ode Oktober 2011 sampai dengan September 2012 adalah 0%, mencapai <5%

sesuai dengan tolok ukur.

6. Proporsi MB di Puskesmas Kecamatan Telaga Sari periode Oktober 2011 sampai

dengan September 2012 adalah 93,33%, belum mencapai <65% sesuai dengan

tolok ukur.

7. Cakupan penyuluhan (penyuluhan kelompok) di Puskesmas Kecamatan Telaga

Sari periode Oktober 2011 sampai dengan September 2012 adalah tidak di-

lakukan, belum sesuai dengan tolok ukur.

46

Page 47: evrog p2m kusta

8. Cakupan pencatatan dan pelaporan di Puskesmas Kecamatan Telaga Sari periode

Oktober 2011 sampai dengan September 2012 dilakukan 100%, sesuai dengan

tolok ukur.

9.2 Saran

Untuk mengatasi kendala pada tingkat keberhasilan program P2Kusta di

Puskesmas Telaga Sari, saran seperti dibawah ini diharap dapat diterima dan

dijalankan secara benar.

a. Melakukan perencanaan dan dilakukannya penyuluhan kelompok tentang

penyakit kusta ke masyarakat. Perencanaan harus dibuat secara tertulis dan

lengkap tentang penjadwalan pelaksanaan penyuluhan kelompok, yang dilakukan

oleh petugas P2Kusta satu kali per tiga bulan bertujuan supaya masyarakat

mengetahui tentang penyakit kusta dan penderita yang didiagnosis penyakit kusta

terdorong untuk berobat dan merawat diri. Penyuluhan haruslah mudah di-

mengerti dan dicerna oleh masyarakat walaupun berpendidikan rendah.

b. Memberdayakan perilaku hidup bersih dan sehat kepada masyarakat baik melalui

penyuluhan perorangan ataupun penyuluhan kelompok.

c. Pemerintah haruslah memperbaiki tahap pendidikan dan sosial-ekonomi supaya

masyarakat sendiri pada suatu saat kelak mempunyai inisiatif sendiri untuk hidup

sehat dan bebas dari sebarang penyakit.

Daftar Pustaka

47

Page 48: evrog p2m kusta

1. Penyakit Hansen. Diunduh dari www.wikipedia.com. Oktober 2012.

2. Depkes RI. Pedoman Nasional Pengendalian Penyalit Kusta. Depkes RI. 2007

3. Penyakit Kusta. Diunduh dari www.repository.usu.ac.id. Oktober 2012.

4. Said AA, dkk. Epidemiologi Penyakit Kusta. Diunduh dari www.scribd.com. Ok-

tober 2012.

5. WHO. Leprosy: Global Situation. Diunduh dari www.who.int. Oktober 2012

6. Depkes RI. Database Kesehatan Per Provinsi. Diunduh dari

www.bankdata.depkes.go.id. 2012.

7. Penyakit Kusta di Indonesia Tahun 2006. Diunduh dari www.med.unhas.ac.id.

Oktober 2012.

48