evrog p2m kusta
TRANSCRIPT
Universitas Kristen Krida Wacana
Evaluasi Program Pengendalian Penyakit Kusta
di Puskesmas Telaga Sari
Periode Oktober 2011 sampai dengan September 2012
Oleh:
Ritazara bte Md. Kosnin @ Md. Seropil
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta, November 2012Evaluasi Program Pengendalian Penyakit Kusta di
1
Puskesmas Telaga Sari
Periode Oktober 2011 sampai dengan September 2012
Oleh:
Ritazara bte Md. Kosnin @ Md.Seropil
11-2010-194
Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta, Oktober 2012
Evaluasi Program Pengendalian Penyakit Kusta
di Puskesmas Telaga Sari
Periode Oktober 2011 sampai dengan September 2012
2
Lembar Persetujuan
Disetujui, Desember 2012
Pembimbing :
(dr. Diana L. Tumilisar)
Penguji I Penguji II
(dr.E. Irwandy Tirtawidjaja) (Dr.dr.Aris Susanto, MS, Sp.OK)
Evaluasi Program Pengendalian Penyakit Kusta
di Puskesmas Telaga Sari
Periode Oktober 2011 sampai dengan September 2012
Abstrak
Penyakit kusta dapat ditemui di seluruh dunia dan berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa pada tahun 2002, 763.917 kasus kusta telah ditemukan. Pada tahun 2006, Indonesia menempati urutan ketiga di dunia setelah India dan Brazil. Pada tahun 2009 didapatkan sebanyak16.901 penderita kusta dan sebanyak 1.559 darinya berada di Proponsi Jawa Barat. Evaluasi program pengendalian
3
penyakit kusta dilakukan dengan pendekatan sistem manajemen kesehatan Puskesmas. Penilaian difokuskan pada keluaran program penanggulangan penyakit kusta dibandingkan dengan tolok ukur. Keluaran tersebut meliputi penemuan penderita baru kusta, kesembuhan, prevalensi, proporsi cacat tingkat dua, proporsi penderita anak, proporsi MB, penyuluhan, serta pencatatan dan pelaporan. Dari hasil evaluasi menunjukkan adanya masalah pada angka penemuan penderita baru kusta sebesar 24,05 per 100.000 penduduk; prevalensi penderita kusta sebesar 2,4 per 10.000 penduduk; proporsi MB sebesar 93,33%, proporsi cacat tingkat dua sebesar 6,67% dan cakupan penyuluhan kelompok sebesar 0%. Untuk mencapai keberhasilan program ini, perlunya perencanaan dan pelaksanaan penyuluhan kelompok tentang kusta dan perilaku hidup bersih dan sehat, mengevaluasi pencatatan dan pelaporan program serta dilakukan peningkatan taraf pendidikan, sosial-ekonomi oleh pemerintah.
Kata Kunci :penyakit kusta, evaluasi program, pendekatan sisitem, , keluaran, tolok ukur.
Evaluation of Leprosy Restraint Program at Puskesmas Telaga Sari
Period of October 2011 to September 2012
AbstractLeprosy can be found all over the world and based on World Health Organizination (WHO), 763917 cases have been founded in 2002. In 2006, Indonesia ranks third after India and Brazil. In 2009, a total of 16901 new cases diagnosed and 1559 of them located in Province of West Java. Evaluation of this program is using system approached, which focused on the program’s output compared to the standard. Output including case detection rate (CDR), release from treatment (RFT), prevalence rate, second degree disability proportion, children cases proportion, multibaciler proportion, percentage of group counseling and program report. From the evaluation, problem seen on case detection rate (CDR) which results 24.05:100000e, case prevalence scores 2.4:10000, multibaciler proportion 93.33%, second degree disability proportion 6.67% and group
4
counseling scores 0%. To achieve the goal of the program, each program should be planned well, and done perfectly especially on group counseling. Group counseling should tell what community needs to know about leprosy and healthy lifestyle. Other than that, the program report should be evaluated; education and social-economy level need to be upgraded by the government.
Keyword: leprosy, evalution, program, system approached, output, standard
Daftar Isi
Lembar Persetujuan........................................................................................................ i
Abstrak........................................................................................................................... ii
Daftar Isi........................................................................................................................
iv
Bab I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang......................................................................................................... 1
1.2. permasalahan…...................................................................................................... 3
1.3.Tujuan
1.3.1.Umum............................................................................................................. 3
1.3.2.Khusus............................................................................................................. 3
1.4.Manfaat...................................................................................................................... 4
5
1.4.1.Bagi Evaluator................................................................................................. 4
1.4.2.Bagi Perguruan Tinggi……………………………………………………… 4
1.4.3. Bagi Puskesmas yang Dievaluasi.................................................................. 5
1.4.3.Bagi Masyarakat.............................................................................................. 5
1.5. Sasaran……………………………………………………………………………. 5
Bab II. Materi dan Metode
2.1. Materi....................................................................................................................... 6
2.2. Metode...................................................................................................................... 6
Bab III. Kerangka Teoritis
3.1. Bagan Sistem………................................................................................................ 7
3.2. Tolok Ukur Keberhasilan.......................................................................................... 8
Bab IV. Penyajian Data
4.1. Sumber Data............................................................................................................. 9
4.2. Jenis Data.................................................................................................................. 9
4.2.1. Data Umum..................................................................................................... 9
4.2.2. Data Khusus....................................................................................................
11
Bab V. Pembahasan.........................................................................................................
33
Bab VI. Perumusan Masalah............................................................................................
35
6.1. Masalah menurut keluaran…………………………………………………………
35
6.2. Masalah menurut system lainnya…………………………………………………
35
Bab VII. Prioritas Masalah……………………………………………………………
37
Bab VIII. Penyelesaian Masalah......................................................................................
38
6
Bab IX. Kesimpulan dan Saran
9.1. Kesimpulan...............................................................................................................
40
9.2. Saran.........................................................................................................................
41
Daftar Pustaka..................................................................................................................
42
Daftar Lampiran
Lampiran I. Tolok Ukur Keberhasilan
Lampiran II. Data Monografi Kecamatan Telaga Sari tahun 2011
Lampiran III. Tabel Pembahasan
7
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Penyakit kusta adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh bakteri Mycobac-
terium leprae yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuih lainnya kecuali
susunan saraf pusat.
Kelompok yang berisiko tinggi terkena kusta adalah yang tinggal di daerah
endemik dengan kondisi yang buruk seperti tempat tidur yang tidak memadai, air yang
tidak bersih, asupan gizi yang buruk, dan adanya penyertaan penyakit lain seperti HIV
yang dapat menekan sistem imun. 1,2
Penyakit kusta tersebar di seluruh dunia dengan endemisitas yang berbeda-beda.
Diantara 122 negara yang endemis pada tahun 1985, 98 negara telah mencapai eliminasi
kusta yaitu angka prevalensi < 1/10.000 penduduk. Lebih dari 10.000.000 penderita telah
disembuhkan dengan Multidrug Therapy (MDT) pada akhir tahun 1999 dan 641.091 ka-
sus masih dalam pengobatan pada tahun 2000.
Di seluruh dunia, dua hingga tiga juta orang diperkirakan menderita kusta. India
adalah negara dengan jumlah penderita terbesar, diikuti oleh Brasil dan Myanmar. Pada
1999, insidensi penyakit kusta di dunia diperkirakan 640.000. Pada tahun 2000, 738.284
kasus ditemukan. Pada tahun 2000, WHO membuat daftar 91 negara yang endemik
kusta. 70% kasus dunia terdapat di India, Myanmar, dan Nepal. Pada 2002, 763.917
kasus ditemukan di seluruh dunia, dan menurut WHO pada tahun itu, 90% kasus kusta
dunia terdapat di Brasil, Madagaskar, Mozambik, Tanzania dan Nepal. Walaupun suatu
negara telah mencapai eliminasi, tidak berarti bahwa kusta tidak lagi menjadi masalah.
Nampaknya kasus kusta akan terus ada, setidaknya hingga beberapa tahun ke depan.
Menurut WHO, pada tahun 1985 terdapat 5,2 juta penderita kusta di seluruh dunia.
Angka ini terus menurun pada tahun 1995 menjadi 805.000 penderita kusta, pada akhir
tahun 1999 menjadi 753.000 penderita kusta, dan akhirnya pada akhir tahun 2008
menjadi 213.036 penderita kusta.
8
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2006 menyatakan, penderita
kusta atau leprosis di Indonesia menduduki tangga ketiga di dunia setelah India dan
Brazil. Pada akhir 2004, jumlah penderita baru penyakit kusta di Indonesia mencapai
16.572 orang dan penderita yang telah disembuhkan mencapai 287.274 orang. Pada
tahun 2003, penderita terdaftar di Indonesia pada akhir Desember 2003 sebanyak 18.312
penderita yang terdiri dari 2.814 penderita kusta tipe PB (proporsi 15,36%) dan 15.498
penderita kusta tipe MB (proporsi 84,64%) dengan angka prevalensi 86 per 1.000.000
penduduk yang terdapat di 10 propinsi, yaitu : Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Su-
lawesi Selatan, Papua, NAD, DKI Jakarta, Sulawesi Utara, Maluku Utara, dan Nusa
Tenggara Timur. Indonesia berhasil menekan jumlah penderita kusta dari 60.000 menjadi
19.666 orang dalam kurun 1994-2004. Secara nasional, Indonesia telah mencapai angka
prevalensi 1 orang per 10 ribu penduduk sejak tahun 2000. Meski demikian, masih ada 12
provinsi yang angka prevelensinya cukup tinggi. Provinsi dengan angka prevalensi
penderita kusta tertinggi adalah Maluku Utara dengan 9,51 jiwa per 10 ribu penduduk.
Pada pertengahan tahun 2000 jumlah penderita kusta terdaftar di Indonesia se-
banyak 20.742 orang. Jumlah penderita kusta terdaftar ini membuat Indonesia menjadi
salah satu negara di dunia yang dapat mencapai eliminasi kusta sesuai target yang dite-
tapkan oleh World Health Organisation yaitu tahun 2000. Pada tahun 2009, Indonesia
memiliki 16.901 penderita kusta. Pada pertengahan tahun 2000 jumlah penderita kusta
terdaftar di Indonesia sebanyak 20.742 orang. Jumlah penderita kusta terdaftar ini mem-
buat Indonesia menjadi salah satu Negara di dunia yang dapat mencapai eliminasi kusta
sesuai target yang ditetapkan oleh World Health Organisation yaitu tahun 2000. 1,3,4
Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki
angka kejadian kusta yang masih tinggi. Pada tahun 2009 didapatkan sebanyak 1.559
penderita kusta di Propinsi Jawa Barat.
Sementara itu, prevalensi penyakit kusta di Kecamatan Telaga Sari pada tahun
2011 mencapai 2,4:10.000 penduduk (target <1:10.000). Hal ini merupakan masalah yang
disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit kusta dan
kurangnya sosialisasi tentang penyakit kusta kepada masyarakat.
9
Sampai saat ini belum diketahui cakupan keberhasilan Program Pengendalian
Penyakit Kusta di Puskesmas Telaga Sari periode Oktober 2011 sampai dengan
September 2012.
1.2 Permasalahan
1. Menurut laporan World Health Organization (WHO) tahun 2006 Indonesia
menempati urutan ketiga terbesar jumlah penemuan penderita kusta baru lebih
dari seribu kasus dalam setahun sebesar 17.682.
2. Jawa barat merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki angka keja-
dian Kusta yang cukup tinggi.
3. Menurut data tahun 2009 Kabupaten Karawang merupakan salah satu kabupaten
di Jawa Barat yang memiliki jumlah kasus kusta yang cukup tinggi yaitu sebesar
43 kasus.
4. Belum diketahuinya cakupan keberhasilan Program Pengendalian Penyakit Kusta
di Puskesmas Telaga Sari periode Oktober 2011 sampai dengan September 2012.
1.3 Tujuan
Tujuan Umum :
Mengetahui tingkat keberhasilan Program Pengendalian Penyakit Kusta di
Puskesmas Telaga Sari periode Oktober 2011 sampai dengan September 2012.
Tujuan Khusus :
1. Diketahuinya angka penemuan penderita baru Kusta di Puskesmas Telaga Sari
periode Oktober 2011 sampai dengan September 2012.
2. Diketahuinya angka kesembuhan (RFT = Release from Treatment) di Puskesmas
Telaga Sari periode Oktober 2011 sampai dengan September 2012.
3. Diketahuinya prevalensi (PR = Prevalence Rate) di Puskesmas Telaga Sari
periode Oktober 2011 sampai dengan September 2012.
10
4. Diketahuinya proporsi cacat tingkat 2 di Puskesmas Telaga Sari periode Oktober
2011 sampai dengan September 2012.
5. Diketahuinya proporsi penderita anak (0-14 tahun) di Puskesmas Telaga Sari
periode Oktober 2011 sampai dengan September 2012.
6. Diketahuinya proporsi MB di Puskesmas Telaga Sari periode Oktober 2011
sampai dengan September 2012.
7. Diketahuinya cakupan penyuluhan di Puskesmas Telaga Sari periode Oktober
2011 sampai dengan September 2012.
8. Diketahuinya cakupan pencatatan dan pelaporan di Puskesmas Telaga Sari
periode Oktober 2011 sampai dengan September 2012.
1.4 Manfaat
Bagi evaluator :
1. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat di bangku kuliah.
2. Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu program khususnya
program P2Kusta.
3. Mengetahui sedikit banyaknya kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah
yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, antara lain
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.
Bagi Perguruan Tinggi :
1. Mengamalkan Tridarma Perguruan Tinggi.
2. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang
kesehatan.
3. Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana ( Ukrida ) sebagai universitas
yang menghasilkan dokter yang berkualitas.
11
Bagi Puskesmas yang dievaluasi :
1. Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam Program Pengendalian Penyakit
Kusta di wilayah kerjanya Puskesmas Telaga Sari.
2. Memperoleh masukan dari saran-saran yang diberikan, sebagai umpan balik agar
keberhasilan program dimasa mendatang dapat tercapai secara optimal.
Bagi masyarakat :
1. Terciptanya pelayanan kesehatan yang bermutu, khususnya bagi penderita Kusta
diwilayah kerja Puskesmas Telaga Sari.
2. Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat memutuskan rantai
penularan Kusta diwilayah kerja Puskesmas Telaga Sari.
3. Diharapkan Kusta tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas Telaga Sari.
1.5 Sasaran
Semua penduduk yang datang berobat di Puskesmas Telaga Sari dengan keluhan penyakit
kusta, pasien yang dilaporkan menderita kusta oleh masyarakat dan juga semua penduduk
yang ditemui menderita kusta dari active case finding.
12
Bab II
Materi dan Metode
2.1 Materi
Materi yang dievaluasi dalam program ini didapat dari laporan bulanan Program
Pengendalian Penyakit Kusta di Puskesmas Telaga Sari periode Oktober 2011 sampai
dengan September 2012, yang berisi kegiatan :
1. Penemuan tersangka penderita Kusta
2. Diagnosis
3. Penentuan regimen dan mulai pengobatan
4. Pemantauan pengobatan
5. Pemeriksaan kontak
6. POD dan perawatan diri
7. Penyuluhan
8. Pencatatan dan pelaporan
2.2 Metode
Evaluasi program ini dilaksanakan dengan cara membandingkan cakupan program
P2Kusta di Puskesmas Telaga Sari periode Oktober 2011 sampai dengan September 2012
terhadap tolok ukur yang telah ditetapkan dengan menggunakan pendekatan sistem. Hasil
evaluasi program ini disajikan dalam bentuk tekstural dan tabular.
13
Bab III
Kerangka Teori
3.1. Kerangka Teori
Menurut Ryans, sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling
dihubungkan oleh suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai salah satu kesatuan
organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan.
1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
terdiri dari unsur tenaga (man), dana (money), sarana (material) dan metoda
(methode) yang merupakan variabel dalam melaksanakan evaluasi program
pemberantasan penyakit kusta.
2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
terdiri dari unsur perencanaan (planning), organisasi (organization), pelaksanaan
(activities) dan pengawasan (controling) yang merupakan variabel dalam
melaksanakan evaluasi program pemberantasan penyakit kusta.
3. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem dari kegiatan pemberantasan penyakit kusta.
4. Lingkungan (environment) adalah dampak luar yang tidak dikelola oleh sistem tetapi
mempunyai pengaruh terhadap program pemberantasan penyakit kusta, terdiri dari
lingkungan fisik dan non fisik.
14
5. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan
keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dalam program pemberantasan
penyakit kusta.
6. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dalam pemberantasan
penyakit kusta.
3.2. Tolok ukur keberhasilan
Tolok ukur keberhasilan terdiri dari variabel masukan, proses, keluaran,
lingkungan dan umpan balik yang digunakan sebagai pembanding atau target yang harus
dicapai dalam program Penanggulangan Penyakit Kusta.
Keterangan : Data tabel tolok ukur secara lengkap terlampir dalam Lampiran I.
15
Bab IV
Penyajian Data
4.1. Sumber Data
Sumber data dalam evaluasi ini berupa data sekunder yang berasal dari data
kependudukan Kecamatan Telaga Sari dan laporan bulanan Puskesmas Telaga
Sari periode Oktober 2011 sampai dengan September 2012.
4.2. Jenis Data
4.2.1. Data Umum
a. Data Geografis
Lokasi
Lokasi Gedung UPTD Puskesmas Kecamatan Telaga Sari yang terletak di Jl.
Telaga Sari Kosambi, Desa Telaga Sari, Kecamatan Telaga Sari, Karawang,
Jawa Barat, Indonesia.
Wilayah Kerja
Luas wilayah kerja : 4.670,7 Ha, yang terdiri dari 14 desa dengan tanah darat
seluas 865,9 Ha dan tanah sawah seluas 3804,8 Ha dan merupakan daerah
dataran rendah yang hanya ± 15km di atas permukaan laut dan terdapat 71
buah Posyandu.
Batas wilayah kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Telaga Sari:
- Sebelah Utara : Wilayah Kecamatan Tempuran
- Sebelah Selatan : Wilayah Kecamatan Klari
- Sebelah Barat : Wilayah Kecamatan Rawamerta
- Sebelah Timur : Wilayah Kecamatan Lemahabang
Perumahan
Penduduk di Kecamatan Telaga Sari tinggal di kawasan yang sangat padat
melihat rata-rata kepadatan penduduk Kecamatan Telaga Sari adalah 1335
jiwa/Km². Dari hasil pemerhatian, kawasan rumah penduduk tidak mempunyai
16
ventilasi dan sanitasi yang baik. Masyarakat hidup berdekatan dan turut
memelihara hewan peliharaan seperti ayam, itik dan kambing di sekitar rumah.
Terdapat fasilitas kesehatan lain seperti praktek dokter umum, bidan dan
apotek.
b. Data Demografi
Jumlah penduduk Kecamatan Telaga Sari berdasarkan Laporan Penduduk
Tahunan 2011 adalah sebanyak 62.371 jiwa yang terdiri dari 30.762 jiwa pen-
duduk laki-laki dan 31.609 jiwa penduduk perempuan meliputi 2313 Kepala
Keluarga dan 8757 buah rumah.
Dari jumlah penduduk 62.371 jiwa menempati luas wilayah 4670,7 Ha,
maka berarti rata-rata kepadatan penduduk Kecamatan Telaga Sari adalah 1335
jiwa / Km². Wilayah yang penduduknya paling besar adalah Desa Telaga Sari,
yaitu sebanyak 8162 jiwa.
Jumlah penduduk tersebut bervariasi berdasarkan sumber datanya, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel dalam Lampiran II.
Tingkat Kepercayaan Agama
Puskesmas Telaga Sari merupakan Puskesmas perkotaan dengan penduduk
yang cukup padat dan urbanisasi yang cukup tinggi. Berdasarkan kepercayaan
agama:
a. Jumlah penduduk pemeluk Agama Islam : 99.0 %
b. Jumlah penduduk pemeluk Agama Kristen-Protestan : 0.7%
c. Jumlah penduduk pemeluk Agama Kristen –Katolik : 0.3 %
Mata Pencaharian
Berdasarkan mata pencaharian, sebagian besar penduduk kecamatan Telaga
Sari merupakan petani.
Tingkat Pendidikan
Berdasarkan pendidikan, sebagian besar penduduk kecamatan Telaga Sari
berpendidikan taman SD.
17
4.2.2 Data Khusus
4.2.2.1 Masukan
A. Tenaga
1. Dokter umum : 3 orang
(1 ketua puskesmas, 2 di BPU)
2. Petugas P2Kusta : 1 orang
3. Petugas laboratorium terlatih : 1 orang
4. Petugas Pencatatan dan Pelaporan : 1 orang
B. Dana
1. APBD Tingkat II : ada
C. Sarana Medis
1. Object Glass : ada
2. Bambu/lidi : ada
3. Silet : ada
4. Persediaan obat Kusta : cukup
5. Spuit : ada
6. Mikroskop : ada
7. Lampu spritus : ada
8. Pewarnaan BTA Ziehl Nielseen : ada
Non Medis
1. Ruang tunggu pasien yang terbuka : ada
2. Ruang pemeriksaan pasien : ada
3. Ruang administrasi : ada
4. Ruang obat : ada
5. Ruang laboratorium : ada
6. Tempat tidur untuk memeriksa pasien : ada
7. Lemari penyimpanan obat : ada
18
8. Rak obat : ada
Alat Administrasi
1. Buku register kunjungan pasien : ada
2. Alat tulis : ada
3. Komputer : ada
Alat Penyuluhan
1. Papan tulis : ada
2. Spidol : ada
3. Brosur : ada
4. Poster : ada
5. Projector : ada
Formulir Pencatatan
1. Kartu Penderita : ada
2. Register/Monitoring KOHORT Penderita : ada
3. Pencatatan Pencegahan Cacat : ada
4. Form Evaluasi Pengobatan Prednison : ada
Formulir Pelaporan
1. Gambaran Data Pokok Pencapaian
Program Pengendalian Penyakit Kusta : ada
2. Laporan Program P2Kusta : ada
D. Metode
1. Penemuan tersangka Kusta
Penemuan tersangka penderita Kusta melalui passive dan active case
finding. Penemuan penderita secara pasif di Unit Pelayanan Kesehatan
berdasarkan adanya orang yang datang mencari pengobatan atas ke-
mauan sendiri atau saran orang lain. Penemuan penderita secara aktif
19
ditujukan pada semua anggota keluarga yang tinggal serumah dengan
penderita dan tetangga sekitar. Penemuan juga berdasarkan laporan
masyarakat karena kebanyakkan penderita kusta malu berobat. Selain
itu, penemuan juga berdasarkan Rapid Village Survey.
Ini untuk mengetahui adanya penderita baru yang mungkin sudah lama
ada dan belum ditemukan dan diobati, dan mengetahui penderita baru
yang mungkin ada di antara penderita kusta yang sudah RFT.
Tersangka dari penderita Kusta adalah yang mempunyai gejala:
a. Tanda-tanda kulit
Bercak/kelainan kulit yang merah atau putih di bagian tubuh
Kulit mengkilap
Bercak yang tidak gatal
Adanya bagian-bagian tubuh yang tidak berkeringat atau
tidak berambut
Lepuh tidak nyeri
b. Tanda-tanda pada saraf
Rasa kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota badan
atau muka
Gangguan gerak anggota badan atau bagian muka
Adanya cacat (deformitas)
Luka (ulkus) yang tidak mau sembuh
2. Diagnosis dan Klasifikasi Kusta
a. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan Cardinal Sign :
Lesi (kelainan) kulit yang mati rasa
Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf :
gangguan fungsi sensoris (mati rasa), gangguan fungsi
motoris (parese atau paralisis), gangguan fungsi otonom
(kulit kering dan retak-retak)
20
Adanya bakteri tahan asam (BTA) di dalam kerokan
jaringan kulit.
Seseorang dinyatakan sebagai penderita kusta jika terdapat satu
dari tanda-tanda utama di atas. Jika diagnosis kusta masih belum
dapat ditegakkan dan tidak ada petugas terlatih dan sarana
pemeriksaan apusan, tunggu 3-6 bulan dan periksa kembali adanya
cardinal sign. Jika ada cardinal sign, berikan MDT. Jika masih
meragukan, suspek perlu dirujuk.
Pemeriksaan klinis dilakukan dengan pemeriksaan pandang,
pemeriksaan rasa raba pada kelainan kulit, dan pemeriksaan saraf
(saraf auriklaris magnus, saraf ulnaris, saraf radialis, saraf
medianus, saraf peroneus, dan saraf tibialis posterior).
Klasifikasi
Pedoman utama untuk menentukan klasifikasi/tipe penyakit kusta menurut WHO adalah:
Tanda Utama PB MB
Bercak Kusta Jumlah 1 s/d 5 Jumlah >5
Penebalan saraf tepi yang disertai dengan
gangguan fungsi (gangguan fungsi bias berupa
kurang/mati rasa atau kelemahan otot yang
dipersarafi oleh saraf yang bersangkutan)
Hanya satu saraf Lebih dari satu saraf
Sediaan apusan BTA negatif BTA positif
Tanda lain yang dapat dipertimbangkan dalam penentuan klasifikasi penyakit kusta
adalah sebagai berikut:
21
Kelainan kulit & hasil pemeriksaan PB MB
1. Bercak (makula) mati rasa
Ukuran Kecil dan besar Kecil-kecil
Distribusi Unilateral atau bilateral
asimetris
Bilateral simetris
Konsistensi Kering dan kasar Halus, berkilat
Batas Tegas Kurang tegas
Kehilangan rasa pada bercak Selalu ada dan jelas Biasanya tidak jelas, jika
ada, terjadi pada yang sudah
lanjut
Kehilangan kemampuan
berkeringat, rambut, rontok pada
bercak
Selalu ada dan jelas Biasanya tidak jelas, jika
ada, terjadi pada yang sudah
lanjut
2. Infiltrat
Kulit Tidak ada Ada, kadang-kadanng tidak
ada
Membrane mukosa (hidung
tersumbat, perdarahan di hidung)
Tidak pernah ada Ada,, kadang-kadang tidak
ada
3. Ciri-ciri Central healing
(penyembuhan di tengah)
- Punched out lesion (lesi
bentuk seperti donat)
- Madarosis
- Ginekomastia
- Hidung pelana
- Suara sengau
4. Nodulus Tidak ada Kadang-kadang ada
5. Deformitas Terjadi dini Biasanya simetris, terjadi
lambat
Klasifikasi Internasional menurut Madrid (1953):
a. Indeterminate (I)
22
Terdapat kelainan kulit berupa makula berbentuk bulat yang berjumlah 1 atau 2.
Batas lokasi dipantat, kaki, lengan, punggung, pipi. Permukaan halus dan licin.
b. Tuberkuloid (T)
Terdapat makula atau bercak tipis bulat yang tidak teratur dengan jumlah lesi 1
atau beberapa. Batas lokasi terdapat di pantat ,punggung, lengan, kaki, pipi. Per-
mukaan kering, kasar sering dengan penyembuhan di tengah.
c. Borderline (B)
Kelainan kulit bercak agak menebal yang tidak teratur dan tersebar. Batas lokasi
sama dengan Tuberkuloid.
d. Lepromatosa (L)
Kelainan kulit berupa bercak-bercak menebal yang difus, bentuk tidak jelas.
3. Penentuan regimen dan mulai pengobatan
Regimen Pengobatan MDT
Sesuai dengan regimen pengobatan yang direkomendasikan oleh WHO:
a. Pausi basiler (PB)
Dewasa dan anak (10-14 tahun)
Hari pertama :
2 kapsul Rifampisin @300 mg (600 mg)
1 tablet Dapsone/DDS 100 mg
Hari ke 2-28 :
1 tablet Dapsone/DDS 100 mg
1 blister untuk 1 bulan. Lama pengobatan 6-9 bulan
b. Multi basiler (MB)
Dewasa dan anak (10-14 tahun)
23
Hari pertama :
2 tablet Rifampisin @300 mg (600 mg)
3 tablet Lampren @100 mg (300 mg)
1 tablet Dapsone/DDS 100 mg
Hari ke 2-28 :
1 tablet Lampren 50 mg
1 tablet Dapsone/DDS 100 mg
1 blister untuk 1 bulan. Lama pengobatan 12-18 bulan
c. Dosis MDT menurut umur
Rifampisin : 10-15mg/kgBB
DDS : 1-2 mg/kgBB
Clofazimine : 1 mg/kgBB
d. Obat-obatan penunjang
Sulfas Ferosus
Vitamin A
Neurotropik
4. Pemantauan pengobatan
a. Setiap petugas harus memonitor tanggal pengambilan obat
b. Apabila penderita terlambat mengambil obat, paling lama dalam 1
bulan harus dilakukan pelacakan
c. RFT dinyatakan setelah dosis dipenuhi tanpa diperlukan pemerik-
saan laboratorium
d. Masa pengamatan: pengamatan dilakukan secara pasif
i. Tipe PB selama 2 tahun
ii. Tipe MB selama 5 tahun tanpa pemeriksaan laboratorium
e. Penderita PB yang telah mendapatkan pengobatan 6 dosis (blister)
dalam waktu 6-9 bulan dinyatakan RFT, tanpa harus pemeriksaan
laboratorium
24
f. Penderita MB yang telah mendapat pengobatan MDT 12 dosis
(blister) Dalam waktu 12-18 bulan dinyatak RFT, tanpa harus pe-
meriksaan laboratorium
g. Defaulter
i. PB tidak ambil obat >3 bulan
ii. MB tidak ambil obat >6 bulan
iii. Tindakan bagi Defaulter
Dikeluarkan dari monitoring dan register
Bila kemudian datang lagi, maka harus dilakukan pe-
meriksaan klinis ulang dengan teliti, bila:
o Ditemukan tanda-tanda klinis yang aktif
o Tidak ada tanda-tanda aktif maka penderita tidak
perlu diobati lagi
h. Relaps/Kambuh
Penderita dinyatakan relaps. Bila setelah dinyatakan RFT timbul
lesi baru pada kulit maka untuk menyatakan relaps harus dikonfir-
masi ke dokter yang memiliki kemampuan klinis mendiagnosis re-
laps.
i. Indikasi pengeluaran penderita dari register adalah: RFT, mening-
gal, pindah, salah diagnosis, ganti klasifikasi, default.
j. Pada keadaan-keadaan khusus (misalnya akses yang sulit ke
pelayanan kesehatan) dapat diberikan sekaligus beberapa blister
disertai dengan pesan penyuluhan lengkap mengenai efek samping
dan indikasi untuk kembali ke pelayanan kesehatan.
5. Pemeriksaan Kontak
a. Membawa kartu penderita yang sudah tercatat dan kartu penderita
kosong. Alat-alat untuk pemeriksaan serta obat MDT.
25
b. Mendatangi rumah penderita dan memeriksa semua anggota kelu-
arga penderita yang tercatat dalam kolom yang tersedia pada kartu
penderita
c. Mendatangi rumah tetangga dan memeriksa tetangga yang sering
kontak dengan penderita
d. Dengan melakukan pemeriksaan fisik pada semua anggota kelu-
arga atau tetangga yang sering kontak dengan penderita
e. Bila ditemukan penderita baru dari pemeriksaan itu, maka dibu-
atkan kartu baru dan dicatat sebagai penderita baru, kemudian
diberikan obat MDT dosis pertama.
6. Prevention of disability (POD) dan perawatan diri
Komponen pencegahan cacat :
a. Penemuan dini penderita sebelum cacat
b. Pengobatan penderita dengan MDT sampai RFT
c. Deteksi dini adanya reaksi kusta dengan pemeriksaan fungsi
saraf secara rutin
d. Penanganan reaksi
e. Penyuluhan perawatan diri
f. Penggunaan alat bantu
g. Rehabilitasi medis
Tingkat cacat menurut WHO :
a. Cacat Tingkat 0 : tidak ada cacat
26
b. Cacat Tingkat 1 : cacat yang disebabkan oleh kerusakan saraf
sensoris yang tidak terlihat seperti hilangnya rasa raba pada ko-
rnea mata, telapak tangan, dan telapak kaki. Gangguan fungsi
sensoris pada mata tidak diperiksa di lapangan, oleh karena itu
tidak ada cacat tingkat 1 pada mata.
c. Cacat Tingkat 2 : tidak mampu menutup mata dengan rapat
(lagophtalmos), kemerahan yang jelas pada mata (ulserasi ko-
rnea atau uveitis), gangguan penglihatan berat atau kebutaan;
luka dan ulkus di telapak tangan dan kaki, deformitas yang dise-
babkan oleh kelumpuhan otot kaki atau hilangnya jaringan (at-
ropi) atau reabsorbsi parsial dari jari-jari.
Perawatan diri penderita dapat diupayakan dengan penyuluhan
tentang perawatan diri yang diberikan kepada penderita dan
keluarga tentang cara-cara memeriksa, melindungi mata, tangan
yang mati rasa, kulit yang kering, jari tangan yang bengkok,
kaki yang simper, kulit kaki tebal dan kering, kaki yang mati
rasa, dan merawat luka agar dapat melakukan pencegahan cacat
di rumah. Selain itu, petugas dapat melakukan kegiatan pence-
gahan cacat di Puskesmas pada penderita dengan masalah
khusus kecacatan seperti memberikan tetes mata yang mengan-
dung saline jika mata sangat kering, antibiotik dan bebat mata
bila terjadi konjungtivitis, atau merujuk jika perlu.
7. Penyuluhan
a. Perorangan : penyuluhan langsung berupa tanya jawab atau
konsultasi di Puskesmas. Materi yang dijelaskan adalah
semua informasi mengenai Kusta. Penyuluhan diberikan
pada awal pengobatan dan setiap pasien datang kembali
untuk mengambil obat ke Puskesmas.
27
b. Kelompok : penyuluhan langsung melalui ceramah, seminar,
dll. Materi yang diberikan adalah semua informasi tentang
Kusta.
8. Pencatatan dan Pelaporan
a) Pencatatan :
Kartu penderita : diisi saat ada penderita baru
Register/Monitoring Penderita PB/MB : diisi tiap bulan saat
pasien datang mengambil obat
Formulir Pencatatan Pencegahan Cacat : diisi saat ada
penderita baru. Diulangi setiap bulan untuk mendeteksi
reaksi kusta secara dini. Diulangi setiap 2 minggu jika
penderita mengalami reaksi. Juga diisi saat penderita
dinyatakan RFT
Formulir Evaluasi Pengobatan Reaksi Berat
Data Pokok Program Eliminasi : diisi setiap tahun,
merupakan rekapitulasi data tribulan hasil kegiatan
Puskesmas
Formulir Register Stok Obat MDT
Formulir Permintaan MDT-3, MDT-4
b) Pelaporan
Formulir Laporan
Untuk puskesmas copy register monitoring pengobatan
PB/MB selanjutnya dikirim ke Kabupaten setiap tribulan.
4.2.2.2 Proses
Perencanaan
28
1. Penemuan penderita kusta
Penemuan penderita secara pasif yang memiliki gejala tersangka pen-
derita kusta oleh dokter umum dan perawat setiap hari Senin sampai
dengan Sabtu, pukul 08.00-14.00 WIB di Puskesmas Kecamatan Telaga
Sari berdasarkan gejala tersangka penderita kusta. Penemuan tersangka
penderita secara aktif dilakukan di tempat tinggal penderita kusta di-
mana dilakukan pemeriksaan semua anggota keluarga yang tinggal
serumah dengan penderita dan tetangga sekitarnya. Penemuan juga
berdasarkan laporan masyarakat karena kebanyakkan penderita kusta
malu berobat. Selain itu, penemuan juga berdasarkan Rapid Village
Survey.
2. Penentuan diagnosis dan kalsifikasi penderita Kusta
Setiap hari Senin sampai dengan Sabtu, pukul 08.00-14.00 WIB di
Puskesmas Telaga Sari yang dilakukan oleh dokter, perawat dan petu-
gas laboratorium berdasarkan gejala yang ada pada penderita, pemerik-
saan fisik dan pemeriksaan laboratorium kerokan kulit mikroskopis
langsung dengan pewarnaan Ziehl Nielsen yang dilakukan di
Puskesmas Kecamatan Telaga Sari.
3. Penentuan regimen dan mulai pengobatan
Setiap hari Senin sampai dengan Sabtu jam 08.00-14.00 di Puskesmas
Kecamatan Telaga Sari yang dilakukan oleh P2Kusta dengan menggu-
nakan strategi MDT sesuai dengan klasifikasi/tipe kusta.
4. Pemantauan keberhasilan pengobatan penderita Kusta
Pemantauan pengobatan di Puskesmas Telaga Sari dilakukan setiap hari
Senin dan Kamis pukul 08.00-14.00 WIB yang dilakukan oleh petugas
P2Kusta dengan menggunakan strategi MDT sesuai dengan klasifikasi/
tipe Kusta.
5. Pemeriksaaan kontak
Dilakukan secepatnya saat ada penderita baru oleh petugas P2Kusta
29
dengan mendatangi rumah penderita dan memeriksa anggota keluarga
atau tetangga yangs sering kontak dengan penderita. Jika ditemukan
penderita baru, maka dibuatkan kartu penderita baru dan diberikan
MDT dosis pertama
6. Pemantauan pencegahan cacat dan perawatan diri
Pemeriksaan pencegahan cacat dan perawatan diri dilakukan oleh
petugas P2Kusta di Puskesmas Telaga Sari setiap hari Senin dan
Kamis pukul 08.00-14.00 WIB meliputi penemuan dini penderita
sebelum cacat, pengobatan penderita dengan MDT sampai RFT,
deteksi dini adanya reaksi kusta dengan pemeriksaan fungsi saraf
secara rutin, penanganan reaksi, penyuluhan perawatan diri,
penggunaan alat bantu, dan rehabilitasi medis.
7. Penyuluhan
Penyuluhan perorangan dilaksanakan setiap hari Senin dan Kamis
pukul 08.00-14.00 WIB Puskesmas Telaga Sari, dilakukan oleh
petugas P2Kusta. Penyuluhan Kelompok dilaksanakan minimal 1 kali
dalam 3 bulan oleh petugas P2Kusta di puskesmas mengenai informasi
penyakit kusta.
8. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan
Setiap hari Senin dan Kamis jam 08.00-14.00 WIB, di Puskesmas
Telaga Sari, dengan menggunakan formulir pengendalian penyakit
kusta yang ada di puskesmas, dilakukan oleh petugas P2M.
Pelaporan
Dilaporkan tribulan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang yang
dilakukan oleh petugas P2M.
B. Pengorganisasian
Pengorganisasian tertulis dan pemberian tugas yang teratur dalam melaksanakan
30
program Pengendalian P2Kusta dibawah ini berasal dari wawancara dengan kepala
Puskesmas.
Pengorganisasian Program Pengendalian Penyakit Kusta di UPTD
Puskesmas Kecamatan Telaga Sari
C. Pelaksanaan
1. Penemuan penderita kusta
Penemuan tersangka penderita kusta secara pasif setiap hari Senin – Sabtu jam
08.00-14.00 di Puskesmas Kecamatan Telaga Sari oleh dokter umum atau perawat
berdasarkan gejala suspek penderita kusta. Penemuan penderita secara aktif
dilaksanakan oleh petugas P2Kusta, yang dalam 3 bulan seluruh anggota keluarga
harus diperiksa dan pemeriksaan ini diulang setiap 1 tahun sekali. Petugas
membawa kartu penderita kusta, kartu penderita kosong dan alat-alat
pemeriksaan, dan dilakukan pemeriksaan pada semua anggota keluarga yang
tercatat dan tetangga yang sering kontak dengan penderita. Bila ditemukan
penderita baru dibuatkan kartu penderita baru dan diberikan obat MDT dosis
pertama serta memberikan penyuluhan kepada penderita dan semua anggota
31
Penanggung jawab program
Dr. Ocid SuryanaPetugas pencatatan dan
pelaporan programIbu Rini Amk
P2MIbu Rini Amk
Petugas P2KustaIbu Rini Amk
keluarga. Penemuan juga berdasarkan laporan masyarakat karena kebanyakkan
penderita kusta malu berobat. Selain itu, penemuan juga berdasarkan Rapid
Village Survey.
2. Penentuan diagnosis dan kalsifikasi penderita kusta
Setiap hari Senin – Sabtu jam 08.00-14.00 di Puskesmas Telaga Sari oleh dokter,
perawat dan petugas laboratorium berdasarkan gejala yang ada pada penderita,
dengan melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium ditentukan
tipe kusta : Paucibacillary (PB) : bercak kusta berjumlah 1-5, penebalan saraf tepi
yang disertai gangguan fungsi hanya pada satu saraf, BTA negatif. Multibacillary
(MB) : bercak kusta berjumlah >5, penebalan saraf tepi yang disertai gangguan
fungsi pada lebih dari satu saraf dan BTA positif.
3. Penentuan regimen dan mulai pengobatan
Setiap hari Senin - Sabtu jam 08.00-14.00 di Puskesmas Telaga Sari yang
dilakukan oleh P2Kusta dengan menggunakan strategi MDT sesuai dengan
klasifikasi/tipe kusta.
4. Pemantauan keberhasilan pengobatan penderita kusta
Setiap hari Senin dan Kamis jam 08.00-14.00 di Puskesmas Telaga Sari yang
dilakukan oleh P2Kusta dengan menggunakan strategi MDT sesuai dengan
klasifikasi/tipe kusta dengan memonitor tanggal pengambilan obat, melakukan
pelacakan jika penderita terlambat mengambil obat minimal 1 bulan, menyatakan
RFT, default atau relaps.
5. Pemeriksaaan kontak
Dilakukan secepatnya saat ada penderita baru oleh petugas P2Kusta dengan
mendatangi rumah penderita dan memeriksa anggota keluarga atau tetangga
yangs sering kontak dengan penderita. Jika ditemukan penderita baru, maka
dibuatkan kartu penderita baru dan diberikan MDT dosis pertama.
6. Pemantauan pencegahan cacat dan perawatan diri
32
Dilakukan oleh petugas P2Kusta setiap hari Senin dan Kamis jam 08.00-14.00 di
Puskesmas Telaga Sari dengan penemuan dini penderita sebelum cacat,
pengobatan penderita dengan MDT sampai RFT, deteksi dini adanya reaksi kusta
dengan pemeriksaan fungsi saraf secara rutin, penanganan reaksi, penyuluhan
perawatan diri, penggunaan alat bantu, dan rehabilitasi medis.
a. Penyuluhan
Perorangan : dilakukan oleh petugas P2Kusta setiap hari Senin dan Kamis
jam 08.00-14.00 di Puskesmas Telaga Sari dengan cara tanya jawab yang
berisi semua informasi tentang kusta.
Kelompok : tidak dilaksanakan penyuluhan kelompok.
b. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan : setiap hari Senin dan Kamis jam 08.00-14.00 di Puskesmas
Telaga Sari dengan menggunakan formulir yang ada di puskesmas.
Dilakukan oleh petugas P2Kusta.
Pelaporan : dilaporkan bulanan dan tribulanan Dinas Kesehatan Karawang.
Dilakukan oleh petugas P2Kusta.
D. Pengawasan
a) Dari Kabupaten Karawang : 4x/tahun
b) Dari Propinsi Jawa Barat : 2x/tahun
c) Dari Kepala Puskesmas : 1x/bulan
4.2.2.3 Keluaran
33
1. Angka Penemuan Penderita Kusta (CDR = Case Detection Rate)
Merupakan penderita yang baru ditemukan pada periode satu tahun per 100.000 pen-
duduk
Rumus:
Jumlah penderita yang baru ditemukan pada periode satu tahun X 100.000
Jumlah penduduk pada tahun yang sama
= 15 X 100.000
62.371
= 24,05:100.000 (target <5:100.000)
2. Angka Kesembuhan (RFT = Release from Treatment)
a. RFT Rate MB
Jumlah penderita baru MB dari periode 1 tahun yang sama yang menyelesaikan
pengobatan tepat waktu (12 dosis dalam 12-18 bulan) dinyatakan dalam
persentase
Rumus:
Jum. penderita baru MB yg menyelesaikan 12 dosis dlm 12-18 bulan X 100%
Jumlah seluruh penderita baru MB yang mulai MDT
pada periode tahun yang sama
belum dapat dinilai , target >90%
b. RFT Rate PB
Jumlah penderita baru PB dari periode 1 tahun yang sama yang menyelesaikan
pengobatan tepat waktu (6 dosis dalam 6-9 bulan) dinyatakan dalam persentase
Rumus:
34
Jum penderita baru PB yg menyelesaikan 6 dosis dlm 6-9 bulan X 100%
Jumlah seluruh penderita baru PB yang mulai MDT
Pada periode tahun yang sama
belum dapat dinilai , target >90%
3. Prevalensi dan angka prevalensi (PR = Prevalence Rate)
Prevalensi adalah jumlah penderita terdaftar pada suatu saat tertentu.
Angka prevalensi adalah jumlah penderita kusta terdaftar PB dan MB pada suatu saat
tertentu per 10.000 penduduk
Rumus:
Jumlah penderita kusta terdaftar pada suatu saat tertentu X 10.000
Jumlah penduduk pada tahun yang sama
= 15 X 10.000
62.371
= 2,40:10.000 (target <1:10.000)
4. Proporsi cacat tingkat 2
Jumlah penderita yang ditemukan telah mengalami cacat tingkat 2 diantara penderita
yang baru ditemukan pada periode satu tahun
Rumus:
Jumlah penderita dengan cacat tingkat 2 yang baru ditemukan
Pada periode satu tahun X 100%
Jumlah penderita yang baru ditemukan dalam
Periode satu tahun yang sama
= 1 X 100%
35
15
= 6,67 % (target <5%)
5. Proporsi penderita anak (0-14 tahun)
Jumlah penderita anak (0-14 tahun) diantara penderita yang baru ditemukan pada pe-
riode satu tahun
Rumus:
Jumlah penderita anak (0-14 tahun) yang baru
Ditemukan pada periode satu tahun X 100%
Jumlah penderita yang baru ditemukan dalam
Periode satu tahun yang sama
= 0 % (target <5%)
6. Proporsi MB
Jumlah penderita MB yang ditemukan diantara penderita yang baru ditemukan pada
periode satu tahun
Rumus:
Jumlah penderita MB yang baru ditemukan
Pada periode satu tahun X 100%
Jumlah penderita yang baru ditemukan dalam
Periode satu tahun yang sama
= 14 X 100%
15
= 93,33% (target <65%)
7. Penyuluhan
36
a. Penyuluhan perorangan = 100% (target 100%).
b. Penyuluhan kelompok = 0% (target 100%).
8. Pencatatan dan pelaporan
a. 100 % dilakukan pencatatan kegiatan program.
b. 100 % dilakukan pelaporan kegiatan program.
4.2.2.4 Umpan Balik
Kegiatan umpan balik merupakan pengevaluasian program dalam rapat kerja
bulanan dan hasilnya dijadikan masukan untuk pelaksanaan program di bulan
selanjutnya.
4.2.2.5 Dampak
A. Langsung
a. Menurunnya angka morbiditas dan mortalitas Kusta : belum dapat
dinilai
b. Terputusnya rantai penularan penyakit Kusta : belum dapat dinilai
B. Tidak langsung
a. Kusta tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat : belum
dapat dinilai
b. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat secara optimal :
belum dapat dinilai
4.2.2.6 Lingkungan
a. Fisik
Lokasi Puskesmas : Mudah dijangkau oleh masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas Telaga Sari.
Transportasi: terdapat angkot yang melewati wilayah kerja
37
Puskesmas Telaga Sari.
Perumahan: sebagian besar lingkungan tempat tinggal warga
terlalu padat serta jarak antar rumah terlalu dekat, tidak memiliki
ventilasi yang baik, dan sanitasi rumah yang baik.
Fasilitas kesehatan lain : terdapat fasilitas kesehatan lain dan dapat
bekerjasama dengan baik
b. Non fisik
Pendidikan : mayoritas penduduk di Kecamatan Telaga Sari
berpendidikan rendah (hanya tamat SD)
Higiene: mayoritas penduduk di Kecamatan Telaga Sari mempun-
yai kebersihan sedang.
Sosial ekonomi: Mayoritas penduduk tingkat sosial ekonomi ren-
dah dengan pekerjaan sebagai petani
Peran serta: tidak semua masyarakat berperan aktif
Bab V
38
Pembahasan
Tabel 5.1 Variabel, Tolok Ukur, Pencapaian, Masalah
Variabel Tolok Ukur Pencapaian MasalahKeluaran1. Angka penemuan pen-
derita baru Kusta (CDR)
2. Angka kesembuhan (RFT=Release from Treatment)a. Angka kesembuhan
(RFT) MBb. Angka kesembuhan
(RFT) PB3. Prevalence Rate4. Proporsi cacat tingkat 25. Proporsi penderita anak
(0-14 tahun)6. Proporsi penderita MB7. Penyuluhan
a. Peroranganb. Kelompok
8. Pencatatan dan pelapo-ran
MasukanTenaga- Dokter
- Petugas P2Kusta - Petugas laboratorium
terlatih
Proses
<5:100.000
>90%
>90%
<1:10.000<5%<5%
<65%
100% 100%
100%
1 orang1 orang1 orang
24,05:100.000
Belum dapat dinilai
Belum dapat dinilai
2,4:10.0006,67 %
0 %
93,33%
100%0%
100%
3 orang AdaAda
+ (381%)
Belum dapat dinilai
+(140%)+ (33,4%)
-
+ (43,58%)
-+ (100%)
-
--
-
+
39
Perencanaan penyuluhan
Pelaksanaan penyuluhan
LingkunganFisik
Non Fisik
Kelompok: 1x/ 3 bulan
Kelompok: 1x/ 3 bulan
a. Perumahan : Daerah
pemukiman tidak padat dan kumuh
Ventilasi rumah baik
Sanitasi rumah yang baik
b. Fasilitas kesehatan lainnya
Ada dan dapat dijalin kerjasama
a. Pendidikan Mendukung
b. Higiene Mendukung
c. Sosial ekonomi Mendukung
d. Peran serta Mendukung
Kelompok : -
Kelompok : -
a. Perumahan : Daerah
pemukiman padat dan kumuh
Ventilasi rumah tidak baik
Sanitasi rumah kurang
b. Fasilitas kesehatan lainnya
Ada dan dapat dijalin kerjasama
a. Pendidikan Rendah
b. Higiene Kurang baik
c. Sosial ekonomi Rendah
d. Peran serta Kurang
+
+
-
+
Bab VI
40
Perumusan Masalah
Dari pembahasan hasil evaluasi program kerja di Puskesmas Kecamatan Telaga Sari
terlihat beberapa masalah :
6.1 Masalah (keluaran)
1. Proporsi CDR (Case Detection Rate) yang tercatat 24,05 : 100.000, besar masalah
381%.
2. Prevalence Rate yang tercatat 2,4:10.000, besar masalah 140%
3. Proporsi cacat tingkat 2 yang tercatat sebesar 6,67%, besar masalah 33,4%
4. Proporsi Kusta tipe MB yang tercatat 93,33%, besar masalah 43,58%
5. Tidak dilakukan penyuluhan kelompok, besar masalah 100%
6.2 Masalah menurut sistem lainnya
1. Masukan
Tidak ada masalah di bagian masukan.
2. Proses
a. Perencanaan
Tidak adanya perencanaan penyuluhan kelompok satu kali per tiga bulan
di Puskesmas Telaga Sari.
b. Pelaksanaan
Tidak dilaksanakannya penyuluhan kelompok satu kali per tiga bulan di
Puskesmas Telaga Sari.
3. Lingkungan
Fisik : sebagian besar lingkungan tempat tinggal warga terlalu padat, ku-
muh dan tidak memiliki ventilasi yang baik, dan sanitasi rumah kurang.
Non fisik : Mayoritas penduduk berpendidikan rendah dan memiliki taraf
sosial ekonomi rendah sehingga kurang memahami apakah penyakit kusta
itu sendiri, tanda awal dan komplikasinya. Mereka juga tidak mengerti
pentingnya pengendalian kusta dan ini menjadi hambatan dalam program
penaggulangan penyakit kusta. Higiene perorangan juga dilihat kurang.
41
Selain itu, tidak semua masyarakat berperan aktif dan tidak semua
masyarakat mendukung sehingga menghambat pengendalian kusta dan
program penaggulangan penyakit kusta.
Bab VII
42
Prioritas Masalah
A. Case Detection Rate adalah 24,05: 100.000 dari target <5:100.000.
B. Prevalensi dan Angka Prevalensi adalah 2,4:10.000 dari target <1:10.000.
C. Proporsi cacat tingkat 2 adalah 6,67% dari target <5%
D. Proporsi Kusta tipe MB adalah 93,33% dari target <65%.
E. Penyuluhan kelompok adalah (-) dari target 1x/3 bulan.
No Parameter A B C D E
1 Besarnya masalah 5 5 3 2 5
2 Akibat yang ditimbulkan 4 4 4 4 4
3 Sumber daya yang tersedia untuk menyelesaikan masalah
4 3 3 3 5
4 Teknologi yang tersedia 3 3 3 3 4
5 Keuntungan sosial karena selesainya
masalah
5 5 3 4 4
Total 21 20 16 16 22
Keterangan: dari dilakukannya teknik prioritas masalah ini didapatkan 2 masalah yang ingin diselesaikan yaitu masalah A dan masalah E
Bab VIII
43
Penyelesaian Masalah
Masalah I
Tidak adanya penyuluhan kelompok
Penyebab:
a. Tidak direncanakan dan dialaksanakan penyuluhan kelompok yang dapat
menjelaskan tentang penyakit kusta ditambah dengan tingkat pendidikan
masyarakat yang tidak mendukung untuk diadakannya penyuluhan tentang
kusta.
Penyelesaian masalah
a. Membuat perencanaan tertulis tentang penjadwalan penyuluhan
kelompok. Pelaksanaan penyuluhan haruslah dilakukan satu kali per tiga
bulan dan harus memuat materi yang mudah dimengerti dan dicernakan
oleh masyarakat walaupun berpendidikan rendah dan akan menambah
pengetahuan masyarakat mengenai penyakit kusta.
Masalah II
Angka penemuan penderita baru (CDR) kusta masih tinggi
Penyebab:
Masih tingginya angka penderita baru kusta karena:
a. Tidak dilakukan penyuluhan kelompok tentang penyakit kusta.
Masyarakat masih kurang tau tentang penyakit kusta bermula dari
penyebab, cara penularan, tanda dan gejala, pengobatan, pencegahan dan
komplikasi penyakit kusta. Jika dilihat dari lingkungan fisik, kebanyakan
masyarakat mempunyai kawasan rumah yang padat, kumuh dan sanitasi
rumah yang kurang baik.
44
b. Dilihat dari lingkungan fisik, sebagian besar masyarakat tinggal di
kawasan perumahan yang kumuh, padat, ventilasi kurang san sanitasi
kurang.
c. Dilihat dari lingkungan non-fisik, masyarakat juga mempunyai tahap
pendidikan, sosial-ekonomi yang rendah, higiene perorangan kurang dan
peran serta masyarakat juga kurang.
Penyelesaian masalah :
a. Merencanakan dan melakukan penyuluhan kepada masyarakat satu kali per
tiga bulan mengenai penyakit kusta bermula dari penyebab, cara penularan,
tanda dan gejala, pengobatan, pencegahan dan komplikasi penyakit kusta
b. Menggalakkan masyarakat aktif untuk menjalankan perilaku hidup bersih
dan sehat dengan memberi penyuluhan perorangan atau kelompok.
Walaupun mereka kurang berkemampuan, tetapi mereka haruslah sadar
tentang kebersihan. Rumah haruslah bersih, mempunyai ventilasi yang baik
dan sanitasi rumah yang baik.
c. Usaha pemerintah untuk mengatasi masalah dari akarnya yaitu
memperbaiki tahap pendidikan dan sosial-ekonomi supaya masyarakat
sendiri pada suatu saat kelak mempunyai inisiatif sendiri untuk hidup sehat
dan bebas dari sebarang penyakit.
45
Bab IX
Kesimpulan dan Saran
9.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi program Pengendalian Penyakit Kusta di Puskesmas
Kecamatan Telaga Sari periode Oktober 2011 sampai dengan September 2012 yang
belum berhasil, hal ini dapat dilihat dari unsur keluaran yang belum seluruhnya mencapai
target yang ditentukan.
1. Angka penemuan penderita baru Kusta di Puskesmas Kecamatan Telaga Sari peri-
ode Oktober 2011 sampai dengan September 2012 adalah 24,05:100.000, belum
mencapai <5:100.000 sesuai dengan tolok ukur.
2. Proporsi angka kesembuhan (RFT = Release from Treatment) di Puskesmas Ke-
camatan Telaga Sari periode Oktober 2011 sampai dengan September 2012 belum
dapat dinilai karena kebanyakan kasus yang dihitung belum genap satu tahun.
3. Proporsi prevalensi (PR = Prevalence Rate) di Puskesmas Kecamatan Telaga Sari
periode Oktober 2011 sampai dengan September 2012 adalah 2,4:10.000, belum
mencapai <1:10.000 sesuai dengan tolok ukur.
4. Proporsi cacat tingkat 2 di Puskesmas Kecamatan Telaga Sari periode Oktober
2011 sampai dengan September 2012 adalah 6,67%, belum mencapai <5% sesuai
dengan tolok ukur.
5. Proporsi penderita anak (0-14 tahun) di Puskesmas Kecamatan Telaga Sari peri-
ode Oktober 2011 sampai dengan September 2012 adalah 0%, mencapai <5%
sesuai dengan tolok ukur.
6. Proporsi MB di Puskesmas Kecamatan Telaga Sari periode Oktober 2011 sampai
dengan September 2012 adalah 93,33%, belum mencapai <65% sesuai dengan
tolok ukur.
7. Cakupan penyuluhan (penyuluhan kelompok) di Puskesmas Kecamatan Telaga
Sari periode Oktober 2011 sampai dengan September 2012 adalah tidak di-
lakukan, belum sesuai dengan tolok ukur.
46
8. Cakupan pencatatan dan pelaporan di Puskesmas Kecamatan Telaga Sari periode
Oktober 2011 sampai dengan September 2012 dilakukan 100%, sesuai dengan
tolok ukur.
9.2 Saran
Untuk mengatasi kendala pada tingkat keberhasilan program P2Kusta di
Puskesmas Telaga Sari, saran seperti dibawah ini diharap dapat diterima dan
dijalankan secara benar.
a. Melakukan perencanaan dan dilakukannya penyuluhan kelompok tentang
penyakit kusta ke masyarakat. Perencanaan harus dibuat secara tertulis dan
lengkap tentang penjadwalan pelaksanaan penyuluhan kelompok, yang dilakukan
oleh petugas P2Kusta satu kali per tiga bulan bertujuan supaya masyarakat
mengetahui tentang penyakit kusta dan penderita yang didiagnosis penyakit kusta
terdorong untuk berobat dan merawat diri. Penyuluhan haruslah mudah di-
mengerti dan dicerna oleh masyarakat walaupun berpendidikan rendah.
b. Memberdayakan perilaku hidup bersih dan sehat kepada masyarakat baik melalui
penyuluhan perorangan ataupun penyuluhan kelompok.
c. Pemerintah haruslah memperbaiki tahap pendidikan dan sosial-ekonomi supaya
masyarakat sendiri pada suatu saat kelak mempunyai inisiatif sendiri untuk hidup
sehat dan bebas dari sebarang penyakit.
Daftar Pustaka
47
1. Penyakit Hansen. Diunduh dari www.wikipedia.com. Oktober 2012.
2. Depkes RI. Pedoman Nasional Pengendalian Penyalit Kusta. Depkes RI. 2007
3. Penyakit Kusta. Diunduh dari www.repository.usu.ac.id. Oktober 2012.
4. Said AA, dkk. Epidemiologi Penyakit Kusta. Diunduh dari www.scribd.com. Ok-
tober 2012.
5. WHO. Leprosy: Global Situation. Diunduh dari www.who.int. Oktober 2012
6. Depkes RI. Database Kesehatan Per Provinsi. Diunduh dari
www.bankdata.depkes.go.id. 2012.
7. Penyakit Kusta di Indonesia Tahun 2006. Diunduh dari www.med.unhas.ac.id.
Oktober 2012.
48