laporan akhir hplc

34
Tgl Percobaan HPLC PENGAWAS PRAKTIKUM 06 Oktober 2009 KUSYANTO. S.ST NIP. ACC, Tgl 2010 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan - Memahami prinsip analisa dengan menggunakan HPLC - Mampu mengoperasikan alat HPLC - Membuat kurva standar - Menentukan konsentrasi sampel 1.2 Dasar Teori Dalam kromatografi partisi, fase stasioner yang digunakan berupa cairan. Fase mobilnya dapat berupa cairan seperti pada High Performance Liquid Chromatography (HPLC) atau berupa gas, yaitu pada Gas Liquid Chromatography (GLC). Keuntungan pemakaian kromatografi partisi dibanding kromatografi adsorbsi ialah karena daya ulangnya lebih baik, dan dari data kelarutan hasilnya telah dapat diramalkan. Koefisien distribusinya konstan dalam jangka konsentrasi yang agak luas, sehingga dapat menghasilkan puncak yang simetris dan lebih tajam.

Upload: era-devi-istihaji

Post on 19-Nov-2015

98 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

praktikum kimia analisa instrument

TRANSCRIPT

BAB 1

Tgl PercobaanHPLCPENGAWAS PRAKTIKUM

06 Oktober 2009KUSYANTO. S.STNIP.

ACC, Tgl

2010

BAB 1

PENDAHULUAN1.1Tujuan Percobaan

Memahami prinsip analisa dengan menggunakan HPLC

Mampu mengoperasikan alat HPLC

Membuat kurva standar

Menentukan konsentrasi sampel1.2Dasar Teori

Dalam kromatografi partisi, fase stasioner yang digunakan berupa cairan. Fase mobilnya dapat berupa cairan seperti pada High Performance Liquid Chromatography (HPLC) atau berupa gas, yaitu pada Gas Liquid Chromatography (GLC). Keuntungan pemakaian kromatografi partisi dibanding kromatografi adsorbsi ialah karena daya ulangnya lebih baik, dan dari data kelarutan hasilnya telah dapat diramalkan. Koefisien distribusinya konstan dalam jangka konsentrasi yang agak luas, sehingga dapat menghasilkan puncak yang simetris dan lebih tajam.Alat HPLC dapat melakukan analisa secara kualitatif (identifikasi senyawa-senyawa) dan analisa kuantitatif (penentuan konsentrasi senyawa tertentu). Untuk jenis senyawa yang berbeda akan memberikan kromatogram yang berbeda. Waktu munculnya puncak dari saat penyuntikan cuplikan A, B, C atau sering disebut dengan waktu retensi A, B, C menunjukkan jenis senyawa yang berbeda. Sedangkan luas puncak atau tinggi puncak A, B, C sebanding dengan massa komponen masing-masing senyawa dalam cuplikan.

Respon (mv)Peak (puncak)

A B Kromatogram

C

A

B C

Waktu Retensi (menit)

Berdasarkan kromatogram diatas, maka senyawa dapat diidentifikasi. Dua senyawa yang berbeda akan mempunyai karakteristik kromatrogram yang berbeda. Sehingga jika senyawa yang belum diketahui diduga senyawa tertentu, misal senyawa A, kromatrogram hasil injeksi dengan HPLC dibandingkan dengan injeksi senyawa murni A sebagai senyawa standar/ referensi.Selain identifikasi senyawa, HPLC dapat digunakan untuk analisa kuantitatif, yaitu menentukan konsentrasi dari komponen yang telah diketahui senyawanya dalam suatu sample. Luas puncak atau tinggi kromatogram berbanding lurus dengan massa komponen tersebut dalam campuran. Bila HPLC digunakan untuk analisa secara kualitatif dari suatu senyawa, maka diperlukan adanya kurva standar yang menyatakan hubungan antara konsentrasi komponen (ppm) dengan luas puncak kromatogram yang terbentuk. Pembuatan larutan standar dilakukan dengan cara menginjeksikan senyawa murni dalam berbagai nilai konsentrasi yang sudah diketahui kemudian akan diperoleh luas puncak masing-masing konsentrasi standar melalui alat HPLC. Dengan cara ini bisa dibuat kurva standar yaitu konsentrasi (ppm) versus luas puncak seperti pada gambar berikut :

Luas Puncak

Konsentrasi (ppm)1.2.1 Fase stasioner

Dalam kromatografi cair-cair seperti HPLC, fase stasioner merupakan cairan yang dilapiskan pada permukaan zat padat penyangga dan dipakai sebagai bahan isian (packing material) untuk kolom. Ikatan antara zat padat penyangga dan fase stasioner dapat berupa ikatan fisik maupun kimiawi. Karena dalam kromatografi partisi cair-cair baik fase stasioner maupun fase mobil berupa cairan/ pelarut yang digunakan tersebut harus tidak dapat bercampur. Kolom diisi dengan partikel silica yang sangat kecil dan digunakan pelarut non polar misalnya heksan. Sebuah kolom sederhana memiliki diameter 4,6 mm dengan panjang 150 sampai 250 mm. Saat sampel dalam bentuk larutan, diinjeksikan kedalam kolom, maka senyawa-senyawa non polar dalam campuran melalui kolom akan melekat lebih lama pada silica yang polar dibandingkan dengan senyawa-senyawa non polar. Oleh karena itu system ini dinamakan kromatografi fase normal (normal phase chromatography). Sebagai contoh misalnya air dapat dipakai untuk fase stasioner, yang merupakan lapisan tipis pada silika gel. Air dapat teradsorpsi sampai 50% dari berat silika gel. Bila fase stasioner yang dipakai senyawa nonpolar, sedangkan fase mobilnya polar, atau terbalik dengan system fase normal, maka sistemnya disebut kromatografi fase terbalik (reverse phase cromatrography). Untuk ini, penyangga padat yang bersifat nonpolar dapat dipakai misalnya bubuk karet dengan lapisan benzene sebagai fase mobil. Dalam kasus ini ukuran kolom sama, tetapi silica dimodifiksi melalui pelekatan rantai-rantai hidrokarbon panjang pada permukaannya secara sederhana baik berupa atom karbon 8 maupun 18.Senyawa-senyawa polar pada larutan akan cenderung membentuk atraksi dengan gugus hidrokarbon karena adanya disperse gaya Van Der Walls. Senyawa-senyawa ini juga akan kurang larut dalam pelarut karena membutuhkan pemutusan ikatan hydrogen sebagaimana halnya senyawa-senyawa tersebut berada dalam molekul-molekul cair. Oleh karenanya senyawa-senyawa ini akan menghabiskan waktu dalam larutan dan akan bergerak lambat dalam kolom. Sedangkan molekul polar akan bergerak lebih cepat melalui kolom. Fase terbalik HPLC adalah bentuk yang sering digunakan dalam percobaan HPLC.1.2.2 Instrument HPLC

Sinyal ke

prossesor

PembuanganSusunan alat-alat yang dipakai untuk HPLC tidak banyak berbeda dengan kromatografi gas-cair, hanya disesuaikan dengan sifat khusus dari kromatografi cairan. Komponen utama alat yang dipakai adalah reservoir zat pelarut untuk fase mobil, pompa, injektor, kolom, detector dan rekorder (computer).a. Reservoir pelarut

Zat pelarut yang dipakai polaritasnya dapat bervariasi tergantung dari senyawa yang dianalisis, yang penting diperhatikan ialah, bahwa tempat pelarut tersebut harus memungkinkan untuk proses menghilangkan gas atau udara yangada dalam pelarut tersebut. Cara yang dilakukan bermacam-macam, misalnya dengan pemanasan, perlakuan vakum atau dengan mengalirkan gas inert seperti helium. Menghilangkan gas atau udara tersebut perlu dilakukan karena pada waktu dialirkan dengan memompa, dapat terbentuk gelembung gas dalam aliran pelarut tersebut, sehingga dapat menyebabkan aliran menjadi diskontinyu, yang seterusnya dapat mengganggu kromatogram yang dihasilkan.

b. Pompa

Pompa diperlukan untuk mengalirkan pelarut sebagai fase mobil dengan kecepatan dan tekanan tetap. Gangguan pada pompa biasanya karena perawatan yang kurang teratur, yang disebabkan karena gangguan pelarut yang tidak difiltrasi dengan baik, adanya elektrolit yang mengandung klorida yang tinggi dan pH rendah, dan terjadinya endapan dalam pompa. Tekanan yang diperlukan tergantung dari ukuran kolom dan viskositas pelarut.c. Injektor

Pada waktu sample diinjeksikan kedalam kolom, diharapkan agar aliran pelarut tidak mengganggu masuknya keseluruhan sample kedalam kolom. Sampel dapat langsung diinjeksikan kedalam kolom (On Column Injection) atau digunakan katup injeksi, dimana sampel diinjeksikan ke dalam holding loop. Aliran pelarut dan pompa kemudian dialirkan melalui loop yang seterusnya akan mendesak sampel masuk ke ujung kolom.

d. Kolom

Ukuran kolom yang umum dipakai ialah dengan panjang 10-25cm dan berdiameter 4,5-5,0 mm, yang diisi dengan fase stasioner berukuran rata-rata 5-10(m, dan dibuat dari logam stainless steel. Efisiensi kolom salah satunya sangat tergantung dari besarnya partikel fase stasioner. Oleh karena itu bila ukuran fase stasioner lebih kecil, maka tinggi plat teoritik akan berkurang sehingga jumlah plat teoritik akan bertambah, yang meningkatkan efisiensi kolom. Dengan kolom yang pendek dan efisien, pemisahan akan berjalan dengan cepat. Terdapat banyak analisis yang dikerjakan pada suhu kamar, suhu kolom sering dapat diatur dengan konstant dengan memakai cara pemanasan. Sering dibutuhkan suhu kolom yang lebih tinggi dari suhu kamar untuk mengatasi masalah daya larut solute yang dianalisis dan viskositas fase mobil yang agak tinggi.Pada saat senyawa melewati kolom, maka selang waktu yang diperlukan agar senyawa dapat melewati kolom menuju dotektor disebut waktu retensi. Lamanya selang waktu di pengaruhi oleh tingkat kepolaran dari senyawa tersebut. Waktu retensi diukur berdasarkan waktu di mana sampel diinjeksikan sampai sampel menunjukkan ketinggian puncak yang maksimum dari senyawa itu. Senyawa-senyawa yang berbeda memiliki waktu retensi yang berbeda. Untuk beberapa senyawa , waktu retensi akan sangat bervariasi dan bergantung pada: Tekanan yang digunakan ( karena itu akan berpengaruh pada laju alir dari pelarut)

Kondisi dari fase diam

Komposisi yang tepat dari pelarut

Temperature pada kolom

e. Detektor

Untuk memenuhi semua persyaratan dalam mendeteksi suatu zat memang sukar, namun sifat-sifat detektor yang diperlukan ialah mempunyai sensitivitas yang tinggi, bersifat linear untuk jangka konsentrasi tertentu, dan dapat mendeteksi eluen tanpa mempengaruhi resolusi kromatogram. Detektor harus tidak terlalu peka terhadap perubahan berbagai parameter terutama suhu dan tekanan. Beberapa detektor untuk HPLC diantaranya detektor ultraviolet, detektor flouresensi, detektor konduktivitas, detektor indeks refraksi, detektor FID.1.2.3 Prinsip Dasar Kromatografi Adsorbsi

Kromatografi Adsorbsi didasarkan pada retensi zat terlarut oleh adsorbs permukaan. Teknik ini bergune dalam pemisahan senyawa-senyawa non polar dan konstituen-konstituen yang sulit menguap. Pada kromtografi cair padat suatu substrat padat bertindak sebagai fase diam. Pemisahan tergantung pada kesetimbangan yang terbentuk pada bidang antar muka diantara butiran-butiran fase diam dan fase bergerak serta pada kelarutan relatif. Zat terlarut pada fase bergeraknya. Kompetisi antara molekul-molekul zat terlarut dan molekul-molekul pelarut untuk teradsorbsi menimbulkan suatu proses dinamika dimana molekul-molekul zat terlarut dan molekul-molekul pelarut secara kontinyu memgadakan kontak dengan permukaan adsorbe, bertahan beberapa saat di permukaan dan kemudian masuk kembali pada fase bergerak. Pada saat teradsorbsi, zat terlarut dipaksa untuk berpindah oleh aliran maju fase bergerak, akibatnya hanya molekul-molekul dengan afinitas yang lebih besarterhadap adsorben akan secara selektif tertahan. Gaya-gaya intra molekul terjadi karena sifat alamiah permukaan memasukkan suatu diskontinyuitas kedalam system pada suatu bidang antar muka terhadap efek energy pada permukaan pada gaya London yang relatif lemah terbentuk antara semua permukaan dengan setiap molekul teradsorbsi ataupun antara permukaan yang bersifat non polardan molekul polar yang teradsorbsi. Ini mengindikasikan suatu dwi kutub pada molekul nonpolar yang lebih besar dan menambah momen dwi kutub yang sudah ada pada senyawa polar. Gaya-gaya akibat transfer muatan terjadi antara donor electron dan aseptor electron, yang puncaknya mengambil bentuk seperti ikatan hidrogen. Gaya-gaya yang kuat muncul antara atom-atom yang terikat secara ionic dan kovalen, adsorbs ini adalah fenomena fisis.

Pada kromatografi adsorbs, koefisien partisi (Kd) sama dengan konsentrasi zat terlarut pada fase teradsorbsi dibagi konsentrasinya pada fase larutan. Isotherm adsorbsi memberikan pengetahuan tentang jumlah zat teradsobsi per satuan berat adsorben (x/w) dari suatu larutan dengan konsentrasi C pada kesetimbangan.

Kurva adsobsi isotherm berbentuk lengkung dan tidak pernah linier. Kapasitas adsorbs linier didiefinisikan sebagai muatan maksimum kolom yang mungkin tanpa kehilangan kelinieran adsorbsinya. Dia mempunyai harga tinggi bila luas permukaannya tinggin dan ukuran partikelnya seragam. Temperature tinggi dan eluen yang kuat cenderung menghasilkan isotherm yang linier. Suatu faktor dari kemampuan terpisahkan dari sepasang senyawa ditentukan oleh volume retensi masing-masing komponenya. Masalah teoritis umumnya adalah ketergantungan volume retensi zat pada struktur molekul zat terlarut dan kondisi eksperimental. Tinggi piringan minimum diperoleh pada kecepatan yang rendah. Ini sebagai akibat koefisien difusi yang rendah pada fase cairannya. Tingkat adsorbs untuk suatu volume retensi yang spesifik adalah volume zat cair yang lewat pada kolom tiap gram adsorben.1.2.4 Polaritas

Dalam ilmu kromatografi, istialah polaritas mempunyai arti yang penting dan sering digunakan. Polaritas sering diartikan sebagai adanya pemisahan kutub muatan positif dan negative dari suatu molekul sebagai akibat terbentuknya konfigurasi tertentu dari atom-atom yang menyusunnya. Dengan demikian molekul tersebut dapat tertarik oleh molekul-molekul lain yang juga mempunyai polaritas. Tingkat pemisahan dari muatan-muatan tersebut menentukan derajat polaritasnya, begitu juga daya tariknya.

Dalam ilmu kromatografi sifat polaritas khususnya digunakan sebagai petunjuk. Sifat zat pelarut, adsorben, dan senyawa-senyawa yang dipisahkan (solute). Air yang termasuk yang pelarut, konfigurasi elektronnya dan geometri molekulnya dapat menghasilkan dipole permanen yang sangat kuat.

Besarnya polaritas dari zat pelarut proporsional dengan besarnya konstanta dielektriknya.K-DielektrikNama Zat Pelarut

1,890Petroleum ringan ( eter, heksan, heptan)

2,023Sikloheksan

2,238Karbon tetra klorida, trikloro etilen

4,284Benzen

4,806Kloroform

4,340Etil eter

6,020Etil Asetat

20,700Aseton, n-propanol

24,300Etanol

33,620Metanol

80,370Air

1.2.5. Kromatografi Padat Cair

Teknik ini bergantung pada teradsorbsinya zat padat pada adsorben yang polar seperti silica gel atau alumina. Kromatografi lapisan tipis (TLC) adalah salah satu bentuk dari LSC. Dalam KCKT kolom dipadati atau dipak dengan partikel-partikel mikro atau makro particulate or palicular ( berkulit tipis 37-44) sebagian mikro particulate lebih kecil dari 2. Teknik ini biasanya digunakan untuk zat padat yang mudah larut dalam pelarut organic dan tidak terionosasi. Teknik ini terutama sangat kuat untuk pemisahan isomer-isomer.BAB 2METODOLOGI

2.1Alat dan bahan

2.1.1 Alat yang digunakan : Neraca analitik

- Corong Spatula

- Buret Lumpang

- Kaca arloji Labu ukur

- Klem dan statif Pipet ukur

- Botol semprot Bulp

- Botol Sampel Gelas kimia

- Shearing holder Ultrasonic

- Satu set alat HPLC Kertas saring

2.1.2 Bahan yang digunakan : Larutan induk paracetamol Sampel biogesic Aquabidest- Metanol2.2Prosedur percobaan

Pembuatan larutan standar

Menghaluskan sampel obat paracetamol dan menimbang sebanyak 30mg Melarutkannya dalam labu ukur 50 ml dengan methanol hingga tanda batas Membuat variasi konsentrasi (500.,400,300, 200, dan 100 ppm) dengan mengencerkannya. Memasukkannya kedalam ultrasonic selama 10 menit agar larutan menjadi homogen Menyaringnya dengan shearing holder dan memasukkannya kedalam vial

Memasukkan vial pada rak dan mencatat nomor rak

Pembuatan Larutan Sampel Menggerus tablet biogesic hingga hablur Menumbang hablur biogesic sebesar 15 mg Melarutkan sampel dalam labu ukur 50 ml dengan methanol sampai tanda batas Memasukkan larutan sampel kedalam ultrasonic selama 10 menit agar larutan menjadi homogen Menyaring larutan dengan menggunakan shearing holder Memasukkan larutan yang tela di saring kedalam vial sampai penuh Memasukkan vial kedalam rak HPLC pada instrument injector dan menulis nomer rak. Kondisi operasi HPLC

- Eluen

: methanol : aquabidest= 9 : 1- Laju alir

: 0,9 ml/ menit

- Panjang gelombang: 254 nm

- Tekanan max

: 250 kgf/ cm2- Runtime

: 7 min Persiapan

Menyiapkan eluen yang digunakan.

Menghubungkan kabel power ke sumber listrik.

Menghidupkan DGU, LC, SIL, SPD dan SCL. Kemudian menghidupkan PC dan printer. Instrumentasi

Pada menu windows, mengklik dua kali icon Class VP, lalu mengklik dua kali icon Instrument 1, menunggu hingga terdengar bunyi akan muncul Class VP.

Mengklik File, Method, New.

Mengklik Method, Instrument Setup (low pressure gradient).

Mengklik Pump, mengisi parameter pompa T. Flow: 0,9 ml/min Aquabidest: 10 % Metanol: 90% P maksimal: 250 kgf/cm2 Mengklik SPD-10Avp (Det.A), mengisi parameter detektor wavelength Chl

:254 cm Acquisition Channel On: 1 min Run Time

: 7 min Start wavelength

: 190 nm Stop wavelength

: 370 nm Mengklik File, Method, Saveas, memilih folder Method, mengisi nama file, mengklik save.

Mengklik Download, mengklik OK.

Mengklik tombol Instrumen On.

Menunggu minimal 15 menit.

Mengklik Control, Preview Run. Bila ada pertanyaan mengklik Yes. Memperhatikan BaseLine, bila masih belum lurus menunggu hingga lurus. Untuk mengganti skala Scale To, mengganti dengan User Defined, mengisi Y Min dengan -0,1, Y Max dengan 0,4. Mengklik Apply OK. Mengklik tombol Xeros SPD.

Untuk mengetahui derajad BaseLine, mengklik iconThreshold, mengklik batas waktu yang diinginkan dan nilai slope akan muncul, mengklik Cancel, mengklik Control, Stop Run.

Memulai analisis injeksi tunggal Mengklik Control, Single Run, mengisi parameter sampel ID, Data path (harus diisi C:\Class vp\Data), Data File, Vial (sesuai dengan posisi vial dalam autosampler) dan volume (isi 20). Mengklik Start, bila ada pertanyaan mengklik Yes. Analisis akan mulai berlangsung membiarkan hingga selesai (selesai Run Time yang diatur) atau mengklik Control, Stop Run untuk mengakhiri analisis.

Melakukan analisis selanjutnya untuk standar maupun sampel yaitu:LarutanNo. Rak

100 ppm0

200 ppm1

300 ppm2

400 ppm3

500 ppm4

600 ppm5

Sampel6

Kalibrasi standar

Mengklik File, Data, Open, memilih data yang akan dijadikan standar.

Mengklik icon Defined single Peak, mengisi nama komponen, konsentrasi dan parameter sesuai dengan waktu retensi. Mengisi parameter peak komponen selanjutnya, lalu menekan Done.

Mengklik Analysis, mengklik Analysis/ Single Level Calibration, mengklik Calibrate. Mengklik Clear All Calibration, mengklik Start. Bila ada pertanyaan mengklik Yes.

Megklik Method, megklik Peak/ Groups, mengklik tombol minimize. Mengklik report, print, external standard report untuk mencetak laporan. Pengukuran sampel

Mengklik File, Data, Open, memilih data yang akan dijadikan sampel.

Mengklik Analysis, mengklik Analysis.

Untuk mencetak laporan mengklik Report, Print, External Standart Report. Mematikan HPLC

Mengklik icon Instrument On/ Off untuk mematikan system instrument. Mengklik File, Method, Open, memilih Open memilih file, mengklik OK.

Mengklik Control, Download Method, OK.

Memindahkan section filter (tubing A) larutan pencuci.

Mengklik icon Instrumen On/ Off untuk mengaktifkan system instrument.

Setelah selesai, menutup semua menu pada PC, kemudian Shut Down PC.

BAB 3PENGOLAHAN DATA3.1Data pengamatan

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, didapatkan data sebagai berikut :

NoKonsentrasi SPLNo. VialWaktu retensiLuas Area

1

2

3

4

5

6100 ppm

200 ppm

300 ppm

400 ppm500 ppm600 ppm0123452,4252,4172,4252,4332,4222,4255.148.581

7.593.504

15.355.731

20.388.19027.724.730

31.489.186

7Sampel62,4428.278.304

3.2Perhitungan

3.2.1Membuat Larutan Standar (Paracetamol)

a) Larutan standar 600 ppm volume 50 ml

mg Paracetamol = 600 ppm x 0,05

= 30 mg

b) Larutan standar 500 ppm

V1. M1 = V2. M250 ml. 500 ppm = V2. 600 ppm

V2 =

c) Larutan standar 400 ppm

V1. M1 = V2. M250 ml. 400 ppm = V2. 600 ppm

V2 = 33,33 mld) Larutan standar 300 ppm

V1. M1 = V2. M250 ml. 300 ppm = V2. 600 ppm

V2 =25 mle) Larutan standar 200 ppm

V1. M1 = V2. M250 ml. 200 ppm = V2. 600 ppm

V2 =16,67 ml

f) Larutan standar 100 ppm

V1. M1 = V2. M250 ml. 100 ppm = V2. 600 ppm

V2 =8,33 ml

3.2.2Menghitung konsentrasi sampela. Untuk sampel BiogesicRumus yang digunakan :

Menggunakan standar 1 :

Menggunaka standar 2:

Menggunakan standar 3 :

Menggunakan standar 4 :

Menggunakan standar 5 :

Menggunakan standar 6 :

Rata-rata Konsentrasi :

= 168,33 ppm x 0,05 L

= 8,4165 mg

= 56,11 %3.2.3. Perhitungan konsentrasi sampel Biogesic dengan menggunakan komputer.Dengan menggunakan program MS.EXCEL pada komputer didapatkan persaman linier antara Konsentrasi VS Luas Puncak yaitu: Y=56323x - 2x106. Jika Y= 8.278.304, maka konsentrasi sampel biogesik sebesar : Y = 56323X - 2x106

8.278.304= 56323X - 2x106

X = 182,488 ppm

Kadar Paracetamol dalam sampel Biogesic sebesar:

= 182,488 ppm x 0,05 L

= 9,1244 mg

= 60,83 %BAB 4PEMBAHASAN

Alat HPLC dapat digunakan untuk analisa secara kuantitatif yaitu menentukan konsentrasi dari komponen yang telah diketahui senyawanya dalam suatu sampel, dimana luas puncak kromatogram berbanding lurus dengan massa komponen tersebut dalam campuran. HPLC juga merupakan alat untuk mengidentifikasi suatu senyawa. Prinsip analisanya adalah pemisahan dalam kolom dan pemisahan berdasarkan karakter senyawanya. Pada fase normal pelarut yang lebih polar digunakan sebagai fase stasioner, sebaliknya bila fase stasioner yang digunakan bersifat non polar dan fase mobile nya polar disebut fase terbalik. Dalam kromatografi fase terbalik ini sampel yang bersifat polar akan keluar lebih dulu dari kolom, sedangkan bagian dari sampel yang tingkat kepolarannya lebih kecil akan lebih lama di dalam kolom. Bila HPLC digunakan untuk analisa kualitatif, maka diperlukan adanya data kurva standar yang menyatakan hubungan antara konsentrasi komponen (ppm) dengan luas puncak kromatogram yang terbentuk.

Pada prinsipnya alat HPLC digunakan untuk menentukan konsentrasi dari komponen yang telah diketahui senyawanya dalam suatu sampel. Untuk jenis senyawa yang berbeda akan memberikan kromatogram yang berbeda, sehingga jika suatu senyawa yang belum diketahui diduga sebagai suatu senyawa tertentu, kromatogram hasil injeksi dengan HPLC dibandingkan dengan kromatogram hasil injeksi dari senyawa murni, sebagai standar atau referensi.

Pada analisa HPLC semakin besar konsentrasi maka semakin besar pula luas puncak (area) yang diperoleh, dimana waktu yang di butuhkan dari awal terdeteksi sampai terbentuk peak (puncak) disebut waktu retensi. Dan waktu retensi ini merupakan dasar untuk mengidentifikasi suatu senyawa. Berdasarkan data yang telah diperoleh waktu retensi yang stabil berada pada kisaran angka 2,4 menit sehingga perbedaan konsentrasi sampel untuk masing-masing standar bukan karena waktu retensinya.Dari data yang telah diperoleh, konsentrasi sampel biogesic dapat dihitung menggunakan rumus :

Hasil perhitungan didapatkan : Konsentrasi biogesic dengan menggunakan :

Standar 1 : 160,79 ppm

Standar 2 : 218,04 ppm

Standar 3 : 161,73 ppm Standar 4 : 162,41 ppm Standar 5 : 149,29 ppm Standar 6 : 157,74 ppm Rata- Rata: 168,33 ppmDari data luas area dan konsentrasi standard dapat dibuat grafik sehingga didapatkan persamaan garis lurus. Persamaan yang diperoleh dari grafik (terlampir) adalah y = 56323X - 2x106 , dengan y adalah luas area dan x adalah konsentrasi. Jadi, konsentrasi biogesic dapat dihitung dengan :

Y = 56323X - 2x106

8.278.304= 56323X - 2x106

X = 182,488 ppm

Jadi, konsentrasi sampel diperoleh melalui persamaan garis yang didapatkan dari data enam standar yang digunakan dalam percobaan.BAB 5PENUTUP

5.1Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :

1) Prinsip HPLC adalah pemisahan yang terjadi di kolom berdasarkan perbedaan karakteristik senyawanya.2) Perhitungan dengan menggunakan standar tunggal. Konsentrasi rata-rata sampel biogesic adalah 168,33 ppm Kadar paracetamol dalam sampel biogesic adalah 56,11 %3) Perhitungan dengan menggunakan persamaan linier. Dengan persamaan Y = 56323X - 2x106 Konsentrasi sampel biogesic adaalah 182,488 ppm Kadar paracetamol dalam sampel biogesic adalah 60,83 %5.2Saran

1) Dalam membuat larutan standar harus benar- benar teliti, sehingga konsentrasinya tepat.

2) Melakukan percobaan sesuai prosedur percobaan yang telah dibuat.

DAFTAR PUSTAKASM. Khopkar. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press : Jakarta.

Tim Dosen. 2006. Penuntun Praktikum Analitik Instrument. Jurusan Teknik Kimia : Politeknik Negeri Samarinda.

LAMPIRAN

Reservoir pelarut

Pompa

Injektor

Kolom

Detektor

Rekorder

_1325249076.unknown

_1325250204.unknown

_1325313931.unknown

_1325314112.unknown

_1325314361.unknown

_1325250389.unknown

_1325250073.unknown

_1325249345.unknown

_1325249404.unknown

_1325249146.unknown

_1325248407.unknown

_1325248903.unknown

_1090481761.unknown

_1090484391.unknown