lap akhir - isi

Upload: agus-taruna

Post on 02-Mar-2016

278 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    1

    BAB I.

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Kabupaten Poso memiliki dua musim, yaitu musim panas dan musim hujan.Musim panas terjadi pada bulan April September, sedangkan musim hujan terjadi pada bulan Oktober Maret.Kondisi topografi Kabupaten Poso terdiri dari pegunungan, dataran rendah dan Laut. Berdasarkan kondisi topografi tersebut, Kabupaten Poso mempunyai potensi yang besar untuk penyediaan air baku

    Dengan kondisi tersebut, Tahun Anggaran 2013 Balai Wilayah Sungai Sulawesi III merencanakan pekerjaan Studi Potensi Air Baku Kabupaten Poso, sebagai dasar rencana pengembangan penyediaan air bersih di ibukota-ibukota kecamatan dan kawasan pemukiman disekitarnya di seluruh wilayah Kabupaten Poso.

    Mengingat pertumbuhan dan perkembangan penduduk ( jumlah penduduk Kabupaten Poso pada tahun 2011 adalah 213.906 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk adalah 1,85 % ) di masa mendatang, IPTEK, kegiatan ekonomi, pembangunan infrastruktur dan kegiatan lainnya yang terjadi pada wilayah Kabupaten Poso, hal ini akan mengakibatkan perubahan pemanfaatan lahan/perubahan ruang secara signifikan sehubungan dengan pesatnya pertumbuhan dan perkembangan aktifitas manusia tersebut, yang akhirnya akan mengakibatkan adanya perubahan Tata Ruang dan implikasi dari perubahan tersebut berpengaruh pada perubahan kebutuhan air baku termasuk pola sebarannya. Perubahan pemanfaatan lahan/ruang yang dimaksud sebagai contohnya antara lain digunakan untuk permukiman, kawasan industri dan perdagangan, pembangunan infrastruktur (jalan, saluran irigasi, saluran air baku /air minum dan sebagainya, pembukaan areal hutan untuk pertanian dll.

    Dampak dari perubahan pemanfaatan lahan/ruang semacam itu apabila tidak diikuti dengan upaya-upaya untuk konservasi lahan dan air, maka akan mengakibatkan fluktuasi suplai/ketersediaan air akan berubah. Sedang meningkatnya penduduk serta usaha-usaha lain akan makin meningkatkan demand atau kebutuhan air baku Kabupaten Poso.

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    2

    1.2. Maksud dan Tujuan Maksud dari kegiatan pekerjaan ini adalah melakukan survey detail lokasi potensi-potensi air permukaan sebagai sumber air baku, melakukan studi kuantitas dan kualitas sumber air baku, survey dan estimasi pemanfaat air baku sesuai dengan peruntukkannya dalam rangka memenuhi kebutuhan air baku di wilayah Kabupaten Poso.

    Adapun tujuan dari kegiatan Studi Potensi Air Baku Kabupaten Poso adalah untuk:

    a) Mendapatkan data dasar tentang potensi-potensi air baku yang dapat dikembangkan untuk penyediaan air baku disetiap ibukota kecamatan dan pemukiman disekitarnya,

    b) Menentukan lokasilokasi definitif potensi air baku, merencanakan jenis/ tipe bangunan utama yang diperlukan dilengkapi dengan Draft (Pra) Desain bangunan utama,

    c) Menentukan rencana daerah layanan mencakup jumlah desa/ kelurahan, jumlah penduduk terlayani dan alternatif trase jaringan pipa, sehingga dapat digunakan sebagai dasar pelaksanaan desain rinci penyediaan air baku.

    Laporan Kemajuan I ini dimaksudkan untuk menyajikan informasi tentang perkembangan pelaksanaan pekerjaan Studi dari mulai awal sampai sekitar tiga-puluh persen waktu.

    1.3. Sasaran Sasaran studi yang ingin dicapai adalah:

    a) Diperolehnya data dasar tentang potensi air baku dan rencana pemanfaatannya di Kabupaten Poso, yang akan direkomendasikan untuk pelaksanaan desain rinci lengkap dari hasil pemilihan lokasi defenitif dari beberapa lokasi alternatif dalam studi ini.

    b) Terpenuhinya kebutuhan air baku di Ibukota Kecamatan dan sekitarnya dalam wilayah Kabupaten Poso, terutama untuk kebutuhan air bersih serta keperluan lainnya sesuai ketersediaan air

    c) Terpenuhinya kesejahteraan masyarakat akan kebutuhan primer dari prasarana air baku ini dalam rangka pemenuhan program Pemerintah Daerah Kabupaten Poso

    1.4. Lokasi Pekerjaan Lokasi kegiatan adalah di Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah dalam wilayah kerja Balai Wilayah Sungai Sulawesi III (Periksa Gambar 1.1).

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    3

    Gambar 1.1. Lokasi Studi (Kab. Poso)

    1.5. Lingkup Kegiatan 1) Melakukan pengumpulan data dan studi literatur berdasarkan studi terdahulu dan identifikasi

    sumber air yang selanjutnya dipilih untuk ditetapkan sebagai lokasi definitif.

    Pengumpulan data yang dimaksud dalam pekerjaan ini adalah menghimpun data data sekunder yang berkaitan dengan lingkup pekerjaan yang dilaksanakan yang meliputi data dan informasi sbb:

    a) Peta topografi dengan skala besar yang telah di publikasikan oleh BAKOSURTANAL (skala 1:25.000), peta ini dipergunakan dalam identifikasi awal lokasi lokasi sumber air;

    b) Laporan hasil studi terdahulu atau data dan informasi lainnya yang ada di lingkungan Balai Wilayah Sungai dan Instansi terkait lainnya;

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    4

    c) Hasil survey identifikasi dan analisa awal dari studi terdahulu yang terkait di daerah studi;

    d) Data lahan yang berhubungan dengan DAS dan potensi sumber air:

    e) Identifikasi tutupan lahan dan penggunaannya;

    f) Penentuan posisi, batas administrasi dan batas-batas DAS, lokasi seluruh stasiun Hidrometeorologi (hujan, klimatologi, sungai, danau, dan air tanah) dan lain sebagainya;

    2) Survey dan Identifikasi Lokasi Sumber Air Definitif

    Kegiatan survey dan identifikasi dalam pekerjaan ini adalah melakukan pengamatan, penyelidikan dan penelitian di lapangan pada sumber sumber air yang lokasinya telah ditetapkan berdasarkan hasil identifikasi terdahulu dan pengecekan peta topografi yang ada sebelumnya meliputi:

    a) Survey dan identifikasi potensi sumber daya air untuk setiap kecamatan berupa potensi intake atau embung;

    b) Pemantauan kuantitas air sungai atau mata air;

    c) Identifikasi pemanfaatan air untuk berbagai keperluan;

    d) Menyusun skala prioritas dari alternatif potensi yang ada dan kebutuhan untuk pengembangan air baku;

    e) Berdasarkan skala prioritas, ditentukan 5 (lima) lokasi yang akan dikaji lebih lanjut.

    3) Penyelidikan Mekanika Tanah

    Pada tahap ini pekerjaan penyelidikan mekanika di daerah kajian bertujuan untuk memperoleh data dasar sifat teknis tanah lokasi rencana pemanfaatan sumber air. Penyelidikan tanah masing-masing sebanyak 2 sampai 3 titik untuk masing-masing lokasi.

    4) Pelaksanaan Survey Topografi Detail pada Lokasi Definitif sebagai Sumber Air untuk Bangunan Utama dan Penelusuran Trase Jaringan Transmisi menggunakan tracking GPS. Pekerjaan pengukuran dan pemetaan ini adalah untuk mendapatkan gambar/ peta situasi lokasi sumber air (sungai atau mata air) potensial, serta penelusuran rencana jalur/ trase jaringan air baku dengan menetapkan kordinat-kordinat sepanjang rencana jalur/ trase transmisi penyaluran air baku.

    5) Pengukuran Kualitas Air Dan Sedimentasi

    Pengambilan sampel air disesuaikan dengan Prosedur dan Instruksi Kerja Pengambilan Contoh Uji Dalam Rangka Pemantauan Kualitas Air (Kementerian PU). Lokasi pengujian sampel air dilakukan di titik rencana bangunan intake.

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    5

    6) Studi Sosial Ekonomi

    Survey kondisi sosial ekonomi dilakukan mengingat bahwa konsumsi air baku terkait erat dengan kebiasaan masyarakat ditempat tersebut Diteliti berapa jumlah penduduk yang tinggal di daerah sekitar sungai tersebut, dan bagaimana kebiasaan masyarakat memenuhi kebutuhan air baku yang diperlukan. Juga dipikirkan bagaimana bentuk dan tipe prasana/prasarana air baku yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

    7) Kajian / Analisis Hidrologi dan Potensi Lokasi Sumber Air Definitif Terpilih.

    Secara garis besar yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan analisis hidrologi dan identifikasi potensi sumber daya air pada setiap sumber air (sungai atau mata air) sasaran studi adalah meliputi studi dan analisis hidrologi secara umum, analisis debit aliran rendah (low flow), analisis debit banjir rencana (high flow), analisis debit andalan (dependable flow), analisis potensi ketersediaan air dan analisis kebutuhan /pemanfaatan air, sampai jangka panjang dengan prinsip keberlanjutan sumber daya air.

    8) Pelaksanaan Sosialisasi dan Koordinasi Kegiatan

    Melakukan rancangan kegiatan berdasarkan pendekatan top down dan bottom up planning dalam bentuk diskusi atau pertemuan yang mengikut sertakan seluruh stakeholder dari beberapa elemen masyarakat seperti tokoh masyarakat, LSM dan Instansi Pemerintah terkait.

    Sosialisasi dan kordinasi kegiatan ini memberikan informasi rencana pembangunan jaringan air baku terkait maksud pembangunan, manfaat dan informasi serta menampung aspirasi stakeholder yang akan ditindaklanjuti oleh Pemerintah Daerah.

    9) Pra Desain Bangunan Utama dan Jaringan Air Baku.

    Membuat pra-desain bangunan utama dan pra-desain/ analisa hidrolis jaringan air baku serta sarana dan prasarana penyediaan air baku berdasarkan hasil studi identifikasi yang telah definitif dan sesuai dengan kondisi daerah dimana bangunan tersebut akan dibangun.

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    6

    BAB II. GAMBARAN WILAYAH STUDI

    2.1. Umum Kabupaten Poso dalam Provinsi Sulawesi Tengah memiliki batas batas wilayah sebelah Utara Teluk Tomini dan Provinsi Sulawesi Utara, sebelah Timur Kabupaten Tojo Una-Una dan Kabupaten Morowali, sebelah Selatan Provinsi Sulawesi Selatan dan sebelah Barat Kabupaten Donggala dan Parigi Moutong.Luas daratan Kabupaten Poso setelah terpisah dengan Kabupaten Tojo Una-una diperkirakan sekitar 8.712,25 Km2.

    Gambar 2.1. Kecamatan di Kabupaten Poso

    Kabupaten Poso terdiri dari 19 kecamatan yang secara garis besar terbagi alam 3 Blok kecamatan-

    kecamatan yaitu (Periksa Gambar 2.1):

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    7

    Blok Kecamatan-kecamatan Pamona yang terletak di bagian tenggara Kabupaten Poso, yang terdiri dari (1) Kec. Pamona Selatan, (2) Kec. Pamona Barat, (3) Kec. Pamona Tenggara, (4) Kec. Pamona Pusalemba, (5) Kec. Pamona Utara, dan (6) Kec. Pamona Timur,

    Blok Blok Kecamatan-kecamatan Lore yang terletak di bagian barat Kabupaten Poso (dari utara ke selatan), yang meliputi (7) Kec. Lore Selatan, (8) Kec. Lore Selatan, (9) Kec. Lore Barat, Lore Utara, (10) Kec. Lore Timur, (11) Kec. Lore Tengah, dan (12) Kec. Lore Peore,

    Blok Kecamatan-kecamatan Poso Lage yang terletak di bagian utara Kabupaten Poso, yang meliputi: (13) Kec. Poso Pesisir, (14) Kec. Poso Pesisir Selatan, (15) Kec. Poso Pesisir Utara, (16) Kec. Poso Kota, (17) Kec. Poso Kota Selatan, (18) kec. Poso Kota Utara dan (19) Kec. Lage.

    Ibukota kecamatan dan jumlah desa / kelurahan di tiap kecamatan dapat diperiksa pada Tabel 2.1 berikut.

    Tabel 2.1. Nama Ibukota Kecamatan dan Jumlah Desa / Kelurahan di Kabupaten Poso

    No Kecamatan Nama Ibukota

    Kecamatan Jumlah Desa /Kelurahan Desa Kelurahan

    1 Pamona Selatan Pendolo 12 - 2 Pamona Barat Meko 5 - 3 Pamona Tenggara Korobono 9 - 4 Pamona Utara Sulewama 7 3 5 Pamona Pusalemba Sangele 7 3 6 Pamona Timur Taripa 12 - 7 Lore Selatan Gintu 8 - 8 Lore Barat Lengkeka 6 - 9 Lore Utara Wuasa 7 -

    10 Lore Tengah Doda 8 - 11 Lore Timur Mahoko 4 - 12 Lore Peore Watutau 5 - 13 Poso Pesisir Mapane 12 2 14 Poso Pesisir Selatan Tangkura 8 - 15 Poso Pesisir Utara Tambarana 9 - 16 Poso Kota Poso - 4 17 Poso Kota Selatan Kawua - 5 18 Poso Kota Utara Lawanga - 6 19 Lage Tagolu 14 -

    Kabupaten Poso 133 23

    Sumber: Kabupaten Poso dalam angka, 2011

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    8

    2.2. Kondisi Geografi Kabupaten Poso wilayahnya membentang dari arah Tenggara ke Barat Daya dan melebar dari arah Barat ke Timur, dan sebagian besar berada di daratan pulau Sulawesi. Dan lihat dari posisinya kabupaten Poso terletak ditengah Sulawesi yang merupakan jalur strategis yang menghubungkan Sulawesi Utara dengan Sulawesi Tengah.

    Berdasarkan garis lintang dan garis bujur wilayah Kabupaten Poso terletak pada koordinat:

    Garis lintang: 1o06' 44,892" LS sampai 2o 12' 53,172" LS dan Garis bujur: 120o 05' 96" BT sampai 120o52' 4,8"BT.

    Panjang wilayah Kabupaten Poso dari ujung barat sampai ujung timur diperkirakan jaraknya kurang lebih 86,2 Km. Lebarnya dari utara ke selatan dengan jarak kurang lebih 130 Km.

    Luas daratan Kabupaten Poso setelah terpisah dengan Kabupaten Tojo Una-una diperkirakan sekitar 8.712,25 Km2 atau 12,81 persen dari luas daratan Propinsi Sulawesi Tengah. Bila dibandingkan dengan luas daratan kabupaten yang ada di Propinsi Sulawesi Tengah, Kabupaten Poso menempati urutan keempat.

    Secara geografis letak wilayah Kabupaten Poso secara umum terletak di kawasan hutan dan lembah pegunungan. Dan kawasan lainnya terletak pada pesisir pantaiyang sebagian terletak di perairan Teluk Tomini dan Teluk Tolo.

    Wilayah Kabupaten Poso terletak pada deretan pegunungan lipatan, yakni Pegunungan Fennema dan Tineba di bagian barat, Pegunungan Takolekaju di bagian barat daya, Pegunungan Verbeek di bagian tenggara,

    Pada tahun 2010 Kabupaten Poso mengalami pemekaran kecamatan, yaitu Kecamatan Pamona Puselemba; Kecamatan ini merupakan pemekaran dari Kecamatan Pamona Utara dengan luas wilayah kira-kira 560,05 Km2 yang terdiri dari 10 wilayah pedesaan, dengan ibukota kecamatan yaitu Desa Sangele.

    Jika dilihat berdasarkan luas kecamatan, Kecamatan Lore Tengah memiliki luas terbesar yaitu kira-kira 976,37 Km2 atau 11,21 persen dari luas Kabupaten Poso. Luas masing-masing kecamatan di Kabupaten Poso disajikan pada Tabel 2.2.

    Jenis tanah didaerah ini terbentuk dari lapisan kelompok jenis batuan dengan ciri-ciri dan penyebarannya sebagai berikut:

    Batuan Kapur: jenis batuan ini terdapat di wilayah Kecamatan Pamona Selatan dan Pamona Utara;

    Batuan Skiss: terdapat diwilayah Kecamatan Pamona Utara, Poso Pesisir, Lage, Pamona Selatan, Lore Utara, Lore Selatan dan Poso Kota;

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    9

    Batuan Metamorfik: hanya terdapat diwilayah Kecamatan Lore Utara, Lore Selatan dan sebagian kecil di Kecamatan Poso Pesisir.

    Tabel 2.2. Luas Wilayah Tiap Kecamatan di Kabupaten Poso

    No Kecamatan Luas (Km2) Persentase 1 Pamona Selatan 399,86 4,59 % 2 Pamona Barat 272,16 3,12 % 3 Pamona Tenggara 487,40 5,59 % 4 Pamona Utara 560,05 6,42 % 5 Pamona Pusalemba 614,61 7,05 % 6 Pamona Timur 701,95 8,06 % 7 Lore Selatan 569,49 6,54 % 8 Lore Barat 426,20 4,91 % 9 Lore Utara 864,61 9,92 % 10 Lore Tengah 976,37 11,21 % 11 Lore Timur 423,87 4,87 % 12 Lore Peore 327,87 3,76 % 13 Poso Pesisir 437,39 5,02 % 14 Poso Pesisir Selatan 563,06 6,46 % 15 Poso Pesisir Utara 623,47 7,16 % 16 Poso Kota 12,80 0,15 % 17 Poso Kota Selatan 27,62 0,32 % 18 Poso Kota Utara 20,04 0,23 % 19 Lage 401,43 4,61 % Kabupaten Poso 8712,25 100 %

    Sumber: Kabupaten Poso Dalam Angka 2011

    2.3. Klimatologi dan Hidrologi Kabupaten Poso mempunyai iklim hujan tropis dimana wilayah ini dilintasi oleh garis katulistiwa. Berdasarkan pengamatan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kasiguncu, secara umum suhu udara maksimum pada 31-31,3oC, dan suhu udara minimum pada 22,5oC. Kelembaban udara antara 72-85%, sedangkan penyinaran matahari berkisar antara 47-81 persen.

    Curah hujan rata-rata di Kab. Poso jika dihitung menggunakan data dari tiga stasiun yaitu Kilo, Mayoa dan Pandayora untuk 10 tahun (2002-2011), adalah sebesar 2900 mm/tahun. Periksa Tabel 2.3.

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    10

    Sumber: Dinas PU Provinsi Sulawesi Tengah

    Gambar 2.2. Penyebaran Curah Hujan Rata-rata Tahunan Poso

    Musim hujan terjadi selama 8 bulan, yaitu dari bulan November sampai dengan bulan Juni. Musim kemarau terjadi hanya selama 4 bulan yaitu bulan Juli sampai dengan Oktober. Menurut Schmidt & Ferguson, curah hujan di Kabupaten Poso termasuk klasifikasi iklim Tipe A (Hutan Tropis, sangat basah). Dengan Bulan Basah BB (>100 mm/bln) selama 8 bulan, Bulan Lembab BL (60-100 mm/bln) selama 4 bulan, dan tidak ada bulan Bulan Kering BK (

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    11

    Tabel 2.3. Curah Hujan Bulanan Kab. Poso

    Sumber data: Seksi Hidrologi, BWS Sulawesi III

    2.4. Topografi Wilayah Kabupaten Poso sebagian besar merupakan kawasan pegunungan dan perbukitan, dengan ketinggian sebagian besar wilayah berada diatas 500 meter dari permukaan laut. Hanya sebagian kecil daerah ini yang mempunyai elevasi di bawah 500 m, tersebar di daerah sepanjang pantai utara.

    Kemiringan tanah/lereng yang terdiri dari (Periksa Gambar 2.3):

    Kemiringan 0-2 % (datar agak landai),tersebar diseluruh kecamatan khususnya kecamatan Pamona Selatan;

    Kemiringan 3-15 % (landai agak miring) tersebar hampir diseluruh kecamatan kecuali Kecamatan Lage Kemiringan 16-40 % (miring agak curam), terdapat dihampir seluruh kecamatan kecuali di wilayah Kecamatan Lore Selatan. Sedangkan kemiringan yang terluas terdapat di Kecamatan Lore Utara.

    Kemiringan lebih dari 40 % (sangat curam), merupakan bagian terluas dari seluruh luas kemiringan tanah di wilayah Kabupaten Poso.

    Secara fisiografis morphologi daerah Poso dibagi menjadi 5 satuan: (i) dataran rendah, (ii) perbukitan, (iii) dataran tinggi, (iv) pegunungan, dan (v) perbukitan karst.

    Dataran Rendah menempati daerah sekitar sungai-sungai yang ada yaitu Sungai Puna, Sungai Poso, Sungai Sumara, Sungai Morowadi, Sula di Utara Teluk Tomori, daerah sekitar Taripa dan sekitar Tomata. Satuan ini mempunyai ketinggian antara nol sampai puluhan meter di atas muka air laut. Satuan ini merupakan daerah permukiman dan pertanian.

    Perbukitan terletak di bagian utara dan tengah selatan lembar Poso. Bagian utara

    2002 462 167 922 404 475 407 62 25 30 11 317 414 3,6952003 90 230 595 385 140 49 79 187 113 56 345 167 2,4362004 267 315 433 234 275 163 139 6 64 24 217 280 2,4182005 357 419 340 454 246 144 254 198 121 296 381 436 3,6462006 242 306 323 436 391 334 55 102 61 32 244 360 2,8852007 167 366 438 431 238 310 142 125 92 146 131 157 2,7412008 158 186 321 419 279 165 142 343 186 295 282 190 2,9652009 208 259 449 355 234 157 116 72 74 133 232 171 2,4612010 298 236 497 390 373 231 244 325 208 238 175 329 3,5432011 177 195 138 314 316 174 165 89 161 252 200 244 2,426

    Rt-Rt 243 268 446 382 297 213 140 147 111 148 252 275 2,922

    Sept Okt Nop DesTahun

    CURAH HUJAN (mm)

    Jan Feb Maret April Mei Juni Jumlah SetahunJuli Agust

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    12

    membentang dari Taripa kea rah timur sampai Peura. Ketinggian dari + 200 sampai + 600 m DPL.

    Sumber: Dinas PU Provinsi Sulawesi Tengah

    Gambar 2.3. Peta Kemiringan Tanah Kab Poso

    Dataran Tinggi yang terpisah-pisah terdapat di bagian barat, tengah dan timur Lembar Poso. Bagian barat antara lain di Gintu, Doda, Wuasa, Sadoa, Palopo, Rulani, Toro, Labua, Hulu Sungai Sopa dan sekitar Danau Lindu. Bagian tengah merupakan daerah pada jalur tepi barat dan utara Danau Poso, Timur di daerah Bau. Satuan ini mempunyai ketinggian lebih dan +600 m DPL. Umumnya merupakan daerah pertanian dan pemukiman.

    Satuan Pegunungan menempati daerah terbesar dari Lembar Poso, terdapat pada Pegunungan Tokolekaju, Timeba dan Tokodoro. Satuan ini rata-rata mempunyai ketinggian antara +700 m sampai dengan +2.835 m DPL.

    Satuan Perbukitan Karst ini menempati bagian tengah dan timer Lembar Poso. Bagian tengah memanjang dari Poso sampai Kota Dana dan dari Malino ke Selatan sampai

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    13

    Beteleme. Di bagian Timur Satuan Karst berkembang setempatsetempat seperti di Gunung Tamisari, Betawa, Tongku, serta di Hulu Sungai Tongku. Daerah Karst ini dicirikan oleh permukaan yang kasar, dan lereng tajam.

    Sumber: Peta Rupabumi Bakosurtanal

    Gambar 2.4. Peta Rupabumi Sulawesi Tengah

    Dipandang dari topografinya, wilayah Kabupaten Poso mempunyai bentuk permukaan tanah yang berbukit-bukit dan pegunungan, dengan elevasi muka tanah antara 0 s/d + 2800 m DPL; sebagian besar pada elevasi di atas + 500 m DPL. Karena bentuknya yang berbukit-bukit itu maka terbentuklah sejumlah alur sungai yang cukup panjang disbanding dengan daerah lain.

    Di bagian timur dan utara wilayah Poso aliran sungai utamanya mengarah ke utara menuju laut (Teluk Tomini). Di bagian di bagian barat wilayah ini aliran sungainya ke arah selatan mencapai hulu S. Lariang; dari titik itu kemudian alur utama menuju ke arah barat laut mencapai Teluk Donggala. Peta Rupabumi Kab. Poso dan sekitarnya disajikan pada Gambar 2.4.

    Sebagai catatan, dalam asesmen potensi prasarana air baku Kab Poso, Konsultan juga menggunakan Peta Rupabumi Indonesia (RBI) Skala 1:50.000 yang bersumber dari Bakosurtanal.

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    14

    2.5. Tata Guna Lahan

    Bersumber dari Kabupaten Dalam Angka th. 2012, luas total Kabupaten Poso yang 8712,25 km2 saat ini dimanfaatkan berbagai penggunaan sebagai berikut dalam Tabel 2.4.

    Hutan di Kabupaten Poso Sawah di Kabupaten Poso

    Sebagian besar berupa hutan (58,2%), permukiman, lahan rawa bakau /lahan terbuka /semak belukar serta badan air (10,9%). Sisanya berupa lahan budidaya kebun (5,5%), sawah (2,5%), ladang dan lahan bera (22,9%).

    Tabel 2.4. Penggunaan Lahan di kabupaten Poso

    No Penggunaan lahan Luas (km2) Persentase Keterangan 1 Hutan 5.069,6 58,19% Hutan lindung 1.537,1 Hutan produksi 1.888,8 Hutan konversi 256,3 Hutan konservasi 1.387,4

    2 Perkebunan 477,4 5,48% Kelapa 45,9 Cengkeh 16,0 Kopi 14,7 Coklat 394,6 Vanilli 4,7 Lada 0,3 Kemiri 1,2

    3 Sawah 215,5 2,47% 4 Ladang 1.293,3 14,84% 5 Lahan bera 705,6 8,10% Perkiraan 6 Permukiman, badan air dll 950,8 10,91% Perkiraan

    Total 8.712,2 100%

    Sumber data: Kabupaten Poso Dalam Angka 2011

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    15

    2.6. Geologi Informasi ini berdasarkan Peta Geologi Lembar Poso, skala 1 : 250.000. Kondisi stratigrafi regional daerah penelitian dan sekitarnya secara umum dapat dipisahkan menjadi 6 satuan. Berikut ini susunan stratigrafi regional berurutan dari yang berumur tua:

    Satuan Komplek Pompangeo `

    Satuan ini tersusun atas sekis ganit, filit, sabak, genis, serpentinit dan kwarsit, batu gamping malih dan breksi setempat. Batuan ini banyak dijumpai dan tersingkap di sekitar daerah Perbukitan Bagian Barat dan Timur Danau Poso. Satuan batuan ini diperkirakan berumur Kapur Pliosen.

    Satuan Batugamping Malih

    Satuan ini tersusun atas pualam, batugamping terdaunkan/foliated limestone. Satuan batuan ini saling menjemari dengan Satuan Komplek Pompangeo, tersingkap di sekitar daerah Perbukitan Bagian Barat dan Timur keluaran Danau Poso serta di sekitar daerah Batononcu. Satuan ini diperkirakan berumur Kapur - Pliosen.

    Satuan Formasi Poso

    Satuan ini tersusun atas batugamping terumbu, konglomerat batupasir dengan sisipan napal. Sebagian satuan batuan ini umumnya terdapat di Sepanjang Aliran Sungai Sadang dan menumpang secara tidak selaras di atas Batugamping Malih dan Komplek Pompangeo. Batuan ini berumur Pliosen sampai Pleitosen.

    Satuan Formasi Puna

    Satuan ini tersusun atas batupasir, konglomerat, batulanau dengan sisipan lempung. Satuan batuan ini saling menjemari dengan batuan Formasi Poso dan terdapat di Sepanjang Aliran Sungai Sadang sampai ke sebelah Barat Teluk Tomini. Satuan ini diperkirakan berumur Pliosen.

    Satuan Endapan Danau

    Satuan ini tersusun atas lempung, pasir dan kerikil. Satuan ini umumnya terdapat di sekitar Danau Poso terutama di sekitar keluaran Danau Poso yaitu pada Tentena.

    Aluvial: Satuan ini tersusun atas Lumpur, lempur pasir, kerikil dan kerakal. Batuan ini umumnya terdapat di sepanjang sungai.

    2.7. Demografi Berdasarkan Kabupaten Poso Dalam Angka tahun 2011, penduduk Kabupaten Poso berjumlah 213.096 jiwa dengan penduduk laki-laki berjumlah 110.757 jiwa dan penduduk perempuan

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    16

    berjumlah 102.339 jiwa. Jumlah ini merupakan proyeksi dari hasil sensus tahun 2010. Jumlah ini adalah gambaran jumlah penduduk pertengahan tahun. Jika di bandingkan tahun sebelumnya jumlah penduduk kabupaten Poso bertambah cukup besar yaitu sebesar lebih kurang 3868 jiwa, atau sekitar 1,85%. Hal ini menunjukan masa pemulihan berjalan dengan baik karena banyaknya penduduk pendatang. Periksa Tabel 2.5.

    Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka tingkat kepadatan penduduk juga mengalami peningkatan. Kepadatan penduduk tercatat 24 jiwa/km, dengan luas wilayah Kabupaten Poso 8.712,25 km. Kecamatan Poso Kota merupakan daerah yang memiliki penduduk terpadat yaitu 1.420 jiwa/Km2 dengan luas area 12,8 Km2, sementara Kecamatan Lore Tengah memilki penduduk terjarang sekitar 4 jiwa/Km2 dengan luas area 976,37 Km2.

    Tabel 2.5. Jumlah Penduduk di Kabupaten Poso 2011

    No Kecamatan Jumlah Penduduk Persentase Thd Penduduk kab

    1 Pamona Selatan 18.712 8,78 % 2 Pamona Barat 9.516 4,47 % 3 Pamona Tenggara 6.607 3,10 % 4 Pamona Utara 12.444 5,84 % 5 Pamona Pusalemba 18.306 8,59 % 6 Pamona Timur 9.707 4,56 % 7 Lore Selatan 5.735 2,69 % 8 Lore Barat 2.874 1,35 % 9 Lore Utara 12.121 5,69 % 10 Lore Tengah 4.108 1,93 % 11 Lore Timur 4.966 2,33 % 12 Lore Peore 2.998 1,41 % 13 Poso Pesisir 20.470 9,61 % 14 Poso Pesisir Selatan 9.006 4,23 % 15 Poso Pesisir Utara 15.971 7,49 % 16 Poso Kota 20.623 9,68 % 17 Poso Kota Selatan 9.158 5,29 % 18 Poso Kota Utara 11.263 4,30 % 19 Lage 18.511 8,69 % Kabupaten Poso 213.906 100 %

    Tabel 2.6. Kepadatan Penduduk Kabupaten Poso 2011

    No Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Kepadatan

    (Penduduk/km2) 1 Pamona Selatan 399,86 47 2 Pamona Barat 272,16 35 3 Pamona Tenggara 487,40 14 4 Pamona Utara 560,05 20 5 Pamona Pusalemba 614,61 34 6 Pamona Timur 701,95 14

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    17

    7 Lore Selatan 569,49 10 8 Lore Barat 426,20 7 9 Lore Utara 864,61 14 10 Lore Tengah 976,37 4 11 Lore Timur 423,87 12 12 Lore Peore 327,87 9 13 Poso Pesisir 437,39 47 14 Poso Pesisir Selatan 563,06 16 15 Poso Pesisir Utara 623,47 26 16 Poso Kota 12,80 1611 17 Poso Kota Selatan 27,62 332 18 Poso Kota Utara 20,04 562 19 Lage 401,43 46 Kabupaten Poso 8712,25 24

    Sumber: Kabupaten Poso Dalam Angka 2011

    Berdasarkan kepadatan penduduk pada tingkat kecamatan dapat dilihat sebagian besar penduduk terpusat di ibukota kabupaten yaitu sebesar 9,67 persen dengan 20.623 jiwa, diikuti Kecamatan Poso Pesisir sebesar 9,61 persen dengan jumlah penduduk 20.470 jiwa dan Kecamatan Pamona Selatan sebesar 8,78 persen dengan jumlah penduduk 18.712 jiwa. Periksa Tabel 2.5.

    Sementara jumlah rumah tangga di Kabupaten Poso sekitar 51.863 rumah tangga, dengan rata-rata jumlah penduduk tiap rumah tangga sebanyak 4 jiwa. Jumlah rumah tangga terbanyak terdapat di Kecamatan Poso Kota, sekitar 4.742 rumah tangga.

    2.8. Sosial Ekonomi Sektor pertanian masih merupakan sektor yang sangat dominan dalam perekonomian Kabupaten Poso, karena sektor pertanian selain sebagai penyumbang terbesar terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Poso yaitu sebesar 43,88 persen dan merupakan sumber utama mata pencaharian penduduk dengan menyerap tenaga kerja terbesar yaitu 59 persen dari jumlah penduduk berumur 15 tahun keatas.

    Disamping sektor pertanian, Kabupaten Poso juga memiliki potensi perkebunan yang cukup signifikan seperti kakao, kelapa, kopi, cengkeh dan vanili sebagai produk utama. Pada tahun 2011 jumlah produksi kakao mencapai 1034 ton dengan luas areal tanam 39.462 Ha. Produksi kelapa mencapai 1075 ton dengan luas areal tanam 4589 Ha, produksi kopi mencapai 1862 ton dengan luas areal tanam 1471 Ha, produksi cengkeh mencapai 661 ton dengan luas areal tanam 1596 Ha dan produksi vanili sebesar 421 ton dengan luas areal tanam 472 Ha.

    Hutan yang sangat luas dengan kekayaan didalamnya, dengan pengelolaan yang tepat tanpa merusak ekosistem yang ada merupakan suatu sumber ekonomi yang besar. Produksi yang

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    18

    dihasilkan meliputi kayu belahan/potongan (kayu pertukangan), kayu bakar, bambu, rotan, damar dan sebagainya. Kabupaten Poso memiliki Hutan Lindung seluas 153.714 Ha, Hutan Produksi Biasa Tetap seluas 39.168 Ha, Hutan Produksi Terbatas seluas 149.711 Ha, Hutan yang dapat Dikonversi seluas 25.632 Ha dan Hutan Suaka Alam serta Hutan Wisata seluas 145.452 Ha.

    Ternak babi merupakan potensi yang cukup besar di Kabupaten Poso disamping ternak lainnya. Pada tahun 2009 Populasi ternak babi di Kabupaten Poso berjumlah 66.708 ekor, 11.155 ekor, populasi kerbau berjumlah 2.902 ekor, populasi kambing berjumlah 1.040 ekor, populasi kuda mencapai 550 ekor. Sementara itu ternak ayam kampung di Kabupaten Poso tahun 2009 populasinya mencapai 235.359 ekor, ayam pedaging sebanyak 41.975 ekor, populasi ayam ras petelur mencapai 11.262 ekor dan populasi ternak itik sebanyak 16.756 ekor.

    Selain sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan, Kabupaten Poso juga memiliki komoditas unggulan di sektor perikanan, baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Pada tahun 2009 produksi perikanan tangkap laut dan umum mencapai 4.942,91 ton dengan nilai produksi sebesar 69,828 miliar rupiah, produksi perikanan budidaya tambak mencapai 116,40 ton dengan nilai produksi 406 juta rupiah, produksi perikanan budidaya laut mencapai 103 ton dengan nilai produksi 453 juta rupiah, produksi perikanan budidaya kolam mencapai 96,10 ton dengan nilai produksi sebesar 1,025 miliar rupiah dan produksi perikanan budidaya karamba mencapai 41 ton dengan nilai produksi sebesar 790 juta rupiah.

    Selama tahun 2006-2010, Capaian ekonomi makro Sulawesi Tengah menunjukan trend yang terus membaik, hal ini ditunjukan dengan indikasi sebagai berikut:

    PDRB Sulawesi Tengah berdasarkan harga konstan tiap tahunnya mengalami peningkatan yakni dari 12,6 triliun rupiah tahun 2006, menjadi 13,69 triliun rupiah tahun 2007, tahun 2008 meningkat menjadi 14,74 triliun rupiah, tahun 2009 menjadi 15,87 triliun rupiah serta meningkat menjadi 17,44 triliun rupiah tahun 2010, atau terjadi peningkatan PDRB sebesar 4,7 persen selama empat tahun terakhir (2006-2010).

    Laju pertumbuhan ekonomi Propinsi Sulawesi Tengah tahun 2005 sebesar 7,57 persen meningkat menjadi 7,82 persen pada tahun 2006, pada tahun 2007 naik menjadi 7,99 persen, dan tahun 2008 turun menjadi 7,76 persen, tahun 2009 sedikit mengalami perlambatan menjadi 7,66 persen dan meningkat cukup signifikan pada tahun 2010 yaitu sebesar 7,79 persen, atau terjadi peningkatan sebesar 0,22 persen point selama lima tahun terakhir (2005-2010).

    PDRB Perkapita berdasarkan harga berlaku tahun 2006 sebesar 8,22 juta rupiah, meningkat pada tahun 2007 menjadi 9,07 juta rupiah, dan tahun 2008 mencapai 11,34 juta rupiah, tahun 2009 mencapai 12,92 juta rupiah meningkat menjadi 14,86 juta rupiah pada tahun 2010, atau terjadi peningkatan sebesar 6,64 juta rupiah selama empat tahun terakhir (2006-2010).

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    19

    Selama 5 (lima) tahun terakhir (2006-2010) sekitar 85 persen output perekonomian Provinsi Sulawesi Tengah berasal dari sektor Primer dan Tersier.

    Perkembangan harga berbagai komoditas pada bulan Januari 2011 secara umum menunjukkan adanya kenaikan. Berdasarkan hasil pemantauan BPS pada bulan Januari 2011 terjadi inflasi sebesar 1,13 %, dengan indeks dari 128,70 pada Desember 2010 menjadi 130,16 pada Januari 2011. Laju inflasi tahun kalender (Januari 2011) sebesar 1,13%, sementara laju inflasi year on year (Januari 2011 terhadap Januari 2010) sebesar 7,48 %.

    Kelompok Sandang, Kelompok Kesehatan, dan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga mengalami penurunan indeks masing-masing sebesar -0,18 %; -0,88 %; dan -0,06 %.

    2.9. Prasarana Air Baku Yang Ada Dari peninjauan pendahuluan di lapangan, diperoleh sejumlah informasi tentang prasarana air baku yang saat ini sudah ada, atau sedang dalam tahapan konstruksi. Prasarana air baku /instalasi pengolahan air yang tersedia saat ini adalah (i) PDAM Kota Poso, (ii) PDAM Cabang Tentena, (iii) PDAM Cabang Wuasa, dan (iv) PDAM Cabang Pendolo.

    a) PDAM Poso Saat ini

    PDAM Poso mempunyai 5 buah IPA, yang dengan kapasitas 30 l/dt sebanyak 3 buah, dan 20 l/dt sebanyak 2 buah. Dengan demikian kapasitas terpasangnya sebesar 130 l/dt. Kapasitas terpasang ini masih jauh di bawah debit andalan S. Poso di bagian ini yaitu sebesar 18,7 m3/dt.

    Pada saat ini yang berfungsi dengan baik adalah 2 buah system @ 30 l/dt, dan 2 buah @ 20 l/dt sehingga yang dapat beroperasi adalah 100 l/dt. Satu buah IPA dengan kapasitas 30 l/dt yang dibangun pada tahun 1981 sudah dalam kondisi rusak total.

    Kapasitas 100 l/dt ini digunakan untuk melayani 4.212 SR. Dengan menggunakan 4 IPA maka kapasitas harian actual saat ini yang sebesar 8,6 juta liter/hari.

    Kesemua system pengambilan air baku PDAM Poso dari sumbernya (S. Poso) dan pengolahannya menggunakan pompa air. Demikian pula untuk distribusinya juga menggunakan system pompa. Intake terletak beberapa belas meter dari IPA sehingga kegiatan operasi dan pemeliharaan keseluruhan system mudah dilakukan serta lebih efisien.

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    20

    Intake Pompa IPA Perancis (1984) 20 l/dt IPA Kadasi (1992) 30 l/dt

    IPA WKE (2002) 30l/dt IPA Firpec (2007) 20 l/dt Rumah Pompa Distribusi

    Pompa Intake Pompa Distribusi I

    Gambar 2.5. Foto Dokumentasi Sarana IPA PDAM Poso

    b) PDAM Poso Rencana Pengembangan

    Rencana pengembangan ini dimaksudkan untuk memanfaatkan air dari sumber lain guna memenuhi kebutuhan sampai dengan tahun 2025 dimana pengalirannya adalah secara gravitasi.Untuk memenuhi kebutuhan air bersih sampai tahun 2025 bagi Poso dan sekitarnya, telah disusun rencana pengembangan SPAM-nya. Sumber air direncanakan pada S. Tokarana dengan panjang pipa transmisi 17 Km dan distribusi 52 Km.

    Kapasitas IPA yang direncanakan sebesar 150 l/dt, diletakkan tidak jauh dari intake (sekitar 5 km). Intake pada elevasi + 234,81 m DPL, dan IPA pada + 211,42 m DPL. Direncanakan 5 buah reservoir dengan 2 buah @ 400 m3 pada elevasi +205,14 m, dan 3 buah @ 400 m3 juga pada elevasi + 205,14 m DPL. 2 buah reservoir yang pertama sudah tersedia di lapangan.

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    21

    Sumber: PDAM Poso

    Gambar 2.6. Rencana Jaringan SPAM Kota Poso dan Sekitarnya

    Sumber Air Pintu Air Bang Intake Alur Suplai di Intake

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    22

    Inlet Pipa Transmisi Pipa Transmisi Reservoir

    Reservoir Pipa Distribusi Pipa Distribusi

    Gambar 2.7. Foto Dokumentasi Sarana IPA PDAM Poso Pengembangan di Tokarana

    Direncanakan tapping pada 7 lokasi, dengan layanannya meliputi:

    Kec. Poso Selatan: Tapping I (3 Desa: Tangkura, Patiwunga, Basalema) Kec.Poso Pesisir Selatan: Tapping II (2 Desa: Padalembara, Patangolemba) dan

    Tapping III (4 Desa: Kasiguncu, Mapane, Toini, Lantojaya) Kec. Poso Kota: Tapping IV (3 Kel: Moengko Lama, Moengko Baru, Kayamanya), dan

    Tapping VI (2 Kel: Gebangrejo, Kayamanya) Kec. Poso Kota Utara: Tapping V (6 Kel: Bosetome, Kasintuwu, Lambogia, Lawanga,

    Tegalrejo, Mandale ) Kec. Poso Kota Selatan: Tapping V (3 Kel: Kawua, Sayo, Ranonuncu), dan Tapping VI

    (1 Desa: Lembonawo), dan Tapping VII (1 Kel: Bukit Bambu) Kec. Lage: Tapping V (2 Desa: Maliwuko, Tagalu)

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    23

    Tabel 2.7. Rencana Layanan SPAM Poso dan Sekitarnya

    Tapping &Daerah Layanan SR HU ND SR HU ND

    1 Tapping I - - - 781 10 82Kec. Poso Selatan> Ds. Tengkura> Ds. Patiwunga> Ds. Batalemba

    2 Tapping II - - - 397 5 42Kec. Poso Pesisir Selatan> Ds. Padalembara> Ds. Patangolemba

    3 Tapping III - - - 1306 16 137Kec. Poso Pesisir Selatan> Ds. Kasiguncu> Ds. Mapane> Ds. Toini> Ds. Lantojaya

    4 Tapping IV - - - 1742 18 155Kec. Poso Kota> Kel. Moengko Lama> Kel. Moengko Baru> Kel. Kayamanya

    5 Tapping V 2368 10 305 3366 42 353Kec. Poso Kota Utara> Kel. Bonesompe > Kel. Kasintuwu> Kel. Lambogia> Kel. Lawanga> Kel. Tegal rejo> Kel. MandaleKec. Poso Kota Selatan> Kel. Kawua> Kel. Sayo> Kel. RanonuncuKec. Lage> Ds. Maliwuko> Ds. Tagalu

    6 Tapping VI 1578 6 204 2112 26 222Kec. Poso Kota> Kel. Gebang Rejo> Kel. KayamanyaKec. Poso Kota Selatan> Kel. Lembonawo

    7 Tapping VII - - - 45 1 50Kec. Poso Kota Selatan> Kel. Bukit BambuTotal 3946 16 509 9749 118 1041

    No. Sambungan Eksist. Sambungan Renc. 2025

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    24

    c) PDAM Cabang Tentena

    Terdiri dari 3 sistem, yaitu system Langgadopi kapasitas 10 l/dt, system Latea berkapasitas 15 l/dt, dan system Dongkala kapasitas 10 l/dt. Untuk system Langgadopi menggunakan sumber air S. Tentena yang debit andalannya sangat bagus, lebih dari 50 l/dt. Pengaliran yang digunakan adalah secara gravitasi. Sistem ini ada di Kecamatan Pamona Pusalemba, mempunyai Sambungan Rumah SR sebanyak 1.569 buah.

    System Latea menggunakan sumber air dari S. Latea, terdiri dari 2 buah IPA berkapasitas 5 l/dt dan 10 l/dt. Saat ini IPA yang lama dengan kapasitas 5 lt/dt tidak lagi effektif fungsinya.

    System Dongkala mempunyai kapasitas 10 l/dt, mengambil air dari S. Dongkala. Sistem ini berjalan dengan baik sampai saat ini. Sumber air S. Dongkala juga mempunyai debit andalan yang sangat bagus, lebih dari 50 l/dt.

    Intake Langgadopi, 10 l/dt Intake Dongkala, 10 l/dt IPA Latea, 10 l/dt

    IPA Langgadopi, 10 l/dt IPA Dongkala, 10 l/dt IPA Latea, 5 l/dt

    Gambar 2.8. Foto Dokumentasi Sarana IPA PDAM Cabang Tentena

    Secara umum dapat dikatakan bahwa Kapasitar produksi PDAM Tentena masih dapat memenuhi kebutuhan air bersih di Tentena dan sekitarnya. Desa yang terlayani dengan system ini adalah yang berada di Kec. Pamona Pusalemba (Ds. Tentena, Ds. Sangele, Ds. Pamona dan Ds. Buyumpondoli), serta Kecamatan Pamona Utara (Ds. Petirodongi, Ds. Tandea Dongi, dan Ds. Sawidongi). Dengan jumlah penduduk setiap desanya antara 1800 5100 jiwa, maka PDAM Cabang Tentena dapat melayani kebutuhan air bersih untuk lebih dari 20.000 jiwa (atau sekitar 5.000 KK).

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    25

    d) PDAM Cabang Wuasa

    PDAM Cabang Wuasa (Kec. Lore Utara) saat ini menggunakan sumber air S. Pembalaa dengan kapasitas system 5 l/dt (dibangun pada th. 1987), menggunakan system gravitasi. Kondisinya relative tidak terlalu menggembirakan. Jumlah Sambungan Rumah SR sebanyak 194 buah.

    Selain daripada itu, saat ini juga sedang disusun program konstruksi untuk menambah intake baru yang diletakkan di sebelah barat Kota Wuasa kapasitas 40 l/dt. Air baku dialirkan menggunakan pipa HDPE diameter 6 inci (sekitar 15 cm) sepanjang 410 m untuk mencapai lokasi IPA rencana. Sebelum didistribusikan, air bersih ditampung dengan menggunakan reservoir 300 m3. Pada saat ini intake dalam proses pembangunan.

    Kapasitas system air bersih sebesar 40 l/dt ini akan melayani 25 ribu jiwa; melalui Sambungan Rumah SR sebanyak 4500 buah, Hidran Umum HU sebanyak 77 buah. Total kebutuhan rata-rata 35,26 l/dt, kebutuhan hari maksimum 40,55 l/dt, dan kebutuhan jam maksimum 52,9 l/dt.

    Intake Wuasa, 5 l/dt IPA Wuasa, 5 l/dt

    Gambar 2.9. Foto Dokumentasi Sarana IPA PDAM Cabang Wuasa saat ini

    e) PDAM Cabang Pendolo

    PDAM Cabang Pendolo (Kec. Pamona Selatan) saat ini menggunakan sumber mata air Pembalaleoka dengan kapasitas system 10 l/dt , dibangunan pada thun 1995; namun baru 2,5 l/dt yang dapat terpakai saat ini. Jumlah Sambungan Rumah SR sebanyak 672 buah namun tidak semua effektif terlayani.

    Gambar 2.10. Foto Dokumentasi Sarana IPA PDAM Cabang Pendolo

    IPA Pendolo, 10 l/dt

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    26

    Dengan adanya kebutuhan yang meningkat saat ini, dibutuhkan upaya untuk meningkatkan pemanfaatan kapasitas system yang ada. Selain itu perlu dipikirkan pemanfaatan sumber air lain yang dapat memberikan kemanfaatan lebih baik.

    f) PDAM Cabang Tambarana

    PDAM Cabang Tambarana saat ini menggunakan sumber air S. Koroncopu dengan kapasitas 5 l/dt , dibangunan pada tahun 2007. Kapasitas sumbernya sekitar 20 l/dt. namun baru 1,6 l/dt yang terpakai terpakai saat ini, dengan Sambungan Rumah SR sebanyak 127 buah yang tidak semuanya effektif terlayani.

    Intake Tambarana, 5 l/dt IPA Tambarana, 5 l/dt

    Gambar 2.11. Foto Dokumentasi Sarana IPA PDAM Cabang Tambarana

    g) PAMSIMAS (Penyediaan Sistem Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat)

    Terdapat sejumlah prasarana PAMSIMAS untuk memberikan layanan air bersih kepada masyarakat perdesaan yang saat ini belum terlayani oleh PDAM. Sistem PAMSIMAS dibangun oleh Pemerintah (Kerjasama antara Cipta Karya dan Kesehatan) dan pengelolaannya oleh Pemerintah Desa.

    Sumber: Puskom PU, Desa Labuhan, Kec. Lage

    Gambar 2.12. Foto Dokumentasi Sarana PAMSIMAS di Kec. Lage

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    27

    Dalam Tabel 2.8 berikut disajikan 26 desa di Kabupaten Poso yang telah menerima prasarana /sarana PAMSIMAS sejak tahun 2008 sampai dengan 2012.

    Tabel 2.8. Desa yang Telah Menerima Pamsimas

    No Kecamatan Desa Tahun 1 Kec. Pamona Selatan Ds. Maya Jaya 2010 Ds. Uwelene 2010

    2 Kec. Pamona Barat Ds. Toinasa 2010 Ds. Uranosari 2009

    3 Kec. Pamona Tenggara Ds. Tulambo 2012 4 Kec. Pamona Utara Ds. Sulewana 2010 Ds. Kuku 2009 Ds. Petirodongi 2009

    5 Kec. Pamona Pusalemba Ds. Mayakeli 2012 Ds. Tonusu 2011

    6 Kec. Pamona Timur Ds. Kamba 2010 Ds. Petiro 2010

    7 Kec. Lore Selatan Ds. Bewa 2008 8 Kec. Lore Barat Ds. Lelio 2009 9 Kec. Lore Utara - 10 Kec. Lore Tengah Ds. Hanggira 2012

    Ds. Rompo 2012 Ds. Bariri 2009

    11 Kec. Lore Timur - 12 Kec. Lore Peore Ds. Talabosa 2009 13 Kec. Poso Persisir Ds. Dewua 2011

    Ds. Malitu 2011 Ds. Sangginora 2011 Ds. Pantangolemba 2011

    14 Kec. Poso Pesisir Selatan - 15 Kec. Poso Pesisir Utara - 16 Kec. Poso Kota - 17 Kec. Poso Kota Selatan - 18 Kec. Poso Kota Utara - 19 Kec. Lage Ds. Pandiri 2010

    Ds. Malei 2009

    2.10. Identifikasi Permasalahan

    Permasalahan yang umum dihadapi pada sarana/prasarana air baku adalah:

    Dipandang dari lingkungannya terdapat sejumlah masalah:

    1) Kuantitas air baku tidak mencukupi, dimana sumber air terbatas / tidak memadai, baik dari jumlah maupun potensi elevasinya.

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    28

    2) Kualitas air baku menurun oleh karena adanya peningkatan sedimentasi aliran di sumber air.

    3) Terjadi gangguan pada catchment area sumber air, sehingga terjadi penurunan kuantitas dan kualitas. Gangguan itu dapat terjadi oleh karena berkurangnya resapan air, atau karena terjadinya kegiatan pembangunan dan industri di bagian hulu.

    4) Pencemaran pada sumber air terjadi oleh karena masuknya bahan limbah rumah tangga maupun industri ke sumber air.

    5) Terjadinya konflik antar wilayah dimana sumber air terdapat pada satu wilayah, sedang pemanfaatnya pada wilayah lain di bagian hilirnya.

    6) Terjadinya konflik antar pengguna sumber daya air, misalnya antara kebutuhan air baku dan kebutuhan irigasi.

    Dari segi prasarana, terjadi kapasitas produksi yang rendah yang disebabkan:

    1) Kualitas prasarana yang rendah (karena biaya investasinya rendah), 2) Biaya O&P yang tidak memadai, 3) Kemampuan staff O&P yang kurang, 4) Terjadi penurunan kapasitas WTP yang terlalu cepat (karena system tidak cocok dengan

    kondisi air baku), serta jaringan pipa yang perletakannya tidak sesuai yang menyebabkan terjadinya kerusakan yang intensitasnya tinggi.

    5) Umur jaringan yang sudah tua mengakibatkan terjadi banyak kebocoran air serta pembacaan meter air yang tidak akurat,

    6) Bencana alam dapat mempercepat kerusakan jaringan;

    Dari segi layanan sehari-hari dan manajemen keuangan, permasalahan yang dihadapi adalah:

    1) Pada kondisi rawan air sering terjadi pengambilan air secara illegal; 2) Sejumlah anggota masyarakat melakukan pengambilan air secara illegal untuk memperoleh

    keuntungan atau mendapatkan air bersih tanpa membayar; 3) Sering terjadi pengenaan tariff daya listrik oleh PLN kepada PDAM dengan criteria

    industri, bukan sebagai layanan umum. Demikian pula Pertamina memberikan tariff BBM dengan harga untuk industri;

    4) Juga terjadinya diskriminasi pengenaan PPN barang strategis oleh kantor pajak setempat.

    Tidak semua permasalahan di atas diketemukan di Kabupaten Poso, namum hal-hal itu sejauh mungkin digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan pra-desain prasarana air baku.

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    29

    BAB III. HASIL SURVEY LAPANGAN SUMBER AIR BAKU

    3.1. Pendekatan dan Kerangka Pikir Dari Studi potensi sarana /prasarana air baku di Kabupaten Poso ini perlu dilakukan dengan melalui proses sebagai berikut:

    1) Identifikasi daerah layanan

    Yaitu melakukan identifikasi daerah yang mendesak untuk dilayani karena suatu sebab seperti kelangkaan sumber air bersih dan atau daerah rawan air bersih, yaitu daerah yang air tanah dangkalnya tidak laik minum karena payau/asin, atau langka dan selalu mengalami kekeringan pada musim kemarau, yang sampai saat ini belum memperoleh layanan air besih. Daerah sasaran lebih ditekankan kepada Ibukota Kecamatan, dan daerah permukiman yang luas.

    2) Identifikasi sumber air

    Melakukan identifikasi sumber air permukaan yang ada untuk melayani daerah-daerah yang dianggap perlu diberikanan layanan air bersih. Apabila ketersediaan air telah diketahui dengan tingkat keandalan 90% pada suatu sumber air berdasar kondisi saat ini, maka sasaran dapat ditetapkan berapa jumlah air baku yang dapat dipasok berdasar proyeksi beberapa tahun kedepan, melalui perhitungan neraca air.

    Hasilnya pada suatu sumber air akan terdapat surplus atau deficit yang bervariasi dalam dimensi ruang dan waktu, yang masing masing dicari upaya penyelesaiannya. Dalam hal terjadi surplus, sumber daya air dapat dimanfaatkan untuk mendukung pengembangan layanan air bersih lebih lanjut bagi daerah sekitar yang mengalami kekurangan air (trans basin). Dalam hal terjadi deficit, maka berbagai pilihan suplesi, misal membangun tampungan berupa embung, waduk atau suplesi trans basin dapat dipertimbangkan, dengan memperhatikan berbagai factor yang terkait.

    3) Penentuan Daerah Pelayanan

    Dari membandingkan sejumlah daerah yang perlu memperoleh layanan serta potensi sumber daya airnya (kuantitas dan kualitas), memperhatikan aspek kebijakan pembangunan, aspek teknis, aspek ekonomis dan aspek lingkungan, maka dapat disusun prioritas daerah layanan air baku di Kabupaten Poso. Juga ditetapkan bagian mana dari daerah layanan yang akan memperoleh prioritas air baku.

    Tentukan jumlah penduduk serta SR / HU yang akan terlayani, serta tingkat keandalan layanan yang dapat diberikan. Pada tahap ini juga dilakukan penetapan kriteria kebutuhan air bersih.

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    30

    4) Penentuan komponen air baku

    Khusus untuk penentuan sumber air baku dilakukan dengan pertimbangan dan urutan prioritas sebagai berikut: (i) Kecukupan kuantitas/debit airnya terutama dimusim kering, (ii) Kualitasnya tidak memerlukan pengolahan untuk menjadi air bersih atau hanya memerlukan pengolahan minimal, (iii) Pengaliran dengan sistem gravitasi lebih diprioritaskan daripada perpompaan karena elevasi sumber lebih tinggi daripada daerah pelayanan, (iv) Tidak ada kompetisi dengan penggunaan yang lain misal untuk irigasi sawah, kecuali tidak ada sumber lain dan harus ada kesepakatan dengan pihak terkait, (v) Jarak sumber terhadap daerah pelayanan diambil dari yang paling dekat, dan (vi) tersedia jalan akses yang dapat dilalui kendaraan roda 4 pickup.

    5) Pemilihan system penyediaan air baku

    Melakukan pemilihan sistem penyediaan air baku didasarkan pada:

    Sumber air baku yang berupa mata air, air tanah, dan air permukaan / sungai;

    Penyaluran air baku dari intake ke IPA dengan cara gravitasi atau pompa;

    Pengolahan air, yaitu pengolahan yang cocok dengan kualitas air baku, secara lengkap (koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi dan chlorinasi) atau tidak lengkap (bak pengendap, atau filtrasi lambat);

    Gambar 3.1. Konsep Proses Pengolahan Air Baku

    Sistem pendistribusian dengan pengaliran gravitasi atau pemompaan melalui jaringan pipa distribusi;

    Sistem pelayanan yang berupa sambungan rumah SR, hidran umum HU, dan kran umum KU;

    SUMBER AIR: MATA AIR

    BANG. PE-NANGKAP AIR

    GravitasiRESERVOIR

    GravitasiKONSUMEN

    SUMBER AIR: AIR TANAH

    SUMUR GALI /SUMUR BOR

    Pemom-paan

    RESERVOIRGravitasi

    KONSUMEN

    Pemompaan

    SUMBER AIR: AIR PERMUKAAN

    BANG SADAPGravitasi /Pemom-

    paan

    UNIT PENGOLAH

    Gravitasi /Pemom-

    paanRESERVOIR

    Gravitasi /Pemom-

    paanKONSUMEN

    SUMBER AIR: AIR HUJAN

    BAK PENAMPUNG

    Gravitasi

    PENAMPUNG DGN

    SARINGAN Gravitasi

    KONSUMEN: HIDRAN UMUM

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    31

    Alternatif sistem penyediaan air minum secara garis besar ditunjukkan pada Gambar 3.1.

    6) Rancangan masing-masing Komponen Sistem

    Menentukan jenis konstruksi, besarannya dan hal-hal detail lainnya dari komponen sistem yang telah terseleksi sebagai berikut:

    a) Bangunan Pengambilan Air Baku: Bangunan ini dimaksudkan untuk penyadapan air baku dengan kapasitas yang diperlukan dan melakukan pengamanan dari potensi pencemaran.

    Pengambilan Air Baku dari Mata Air/ Penangkap Mata Air (PMA): Perlu kehati-hatian dalam merencanakan bangunan penangkap mata air agar tidak menimbulkan tekanan yang berlebihan sehingga mata air hilang atau bergeser dan muncul di lain tempat karena mendapatkan celah atau retakan tanah yang lebih mudah diterobos. Mempertahankan ketinggian muka air mata air yang ada, adalah cara paling aman dalam membangun bangunan penangkap mata air.

    Pengambilan Air Baku dari Air Permukaan (Sungai, Danau, Embung atau Rawa-Rawa): dapat dilakukan dengan cara: Sistem infiltrasi, Pengambilan langsung dari sungai, atau Pengambilan langsung dengan intake terapung (untuk danau, embung atau rawa)

    b) Penentuan dimensi bak pengumpul dan kebutuhan perpompaan (untuk sistem yang menggunakan pompa):

    Tentukan bentuk dan hitung dimensi bak pengumpul disesuaikan dengan debit mata air, kebutuhan pemompaan dan pola distribusi air (jam pemompaan).

    Rancang perpompaan terkait dengan elevasi pompa dan elevasi dimana air akan dipompakan (HU/KU), perpipaan, ketersediaan air (debit) sumber air, kebutuhan air, jenis sumber energi listrik yang digunakan, berbiaya rendah dan mudah dalam pengoperasian & pemeliharaan serta ketersediaan suku cadang,

    Hitung besarnya kebutuhan enerji listrik dan tentukan jenis sumber energi listrik yang akan digunakan dengan mempertimbangkan : ketersediaannya, kemudahan pengoperasian dan pemeliharaan, biaya operasi dan pemeliharaannya, serta biaya pengadaannya, jenis sumber energi listrik yang perlu dikaji selain sumber PLN adalah penggunaan Genset dan sel surya.

    c) Penentuan kebutuhan air baku

    Pada situasi tertentu, pengolahan air baku diperlukan untuk mengolah air baku menjadi memenuhi persyaratan untuk digunakan sebagai air bersih.Secara umum rancang bangun pengolahan air baku menjadi air bersih harus menggunakan teknologi yang sesuai, dengan

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    32

    mempertimbangkan keberlangsungannya dalam jangka panjang.

    Sebagai pedoman pemilihan komponen pengolahan air baku menjadi air bersih lihat Tabel 3.1. dibawah ini.

    Tabel 3.1. Pengaruh Proses Pengolahan pada Kontaminan

    Pengolahan sumber air baku dari mata air biasanya hanya memerlukan pengolahan sederhana, dengan melakukan penyaringan sederhana (saringan pasir lambat).

    Sumber air baku dari air permukaan (air sungai, danau, dan embung) umumnya memerlukan pengolahan sederhana, dengan menggunakan Instalasi Pengolahan Sederhana (saringan pasir lambat).

    Melakukan pengukuran untuk kecukupan debit dengan menggunakan alat ukur V-Notch atau Cipoletti, untuk debit besar menggunakan Current meter.

    Menentukan IPAS (Instalasi Pengolahan Air Sederhana) yang dapat berupa saringan pasir lambat atau saringan pasir cepat atau kombinasi diantaranya.

    d) Penentuan jenis, dimensi pipa dan penempatan pipa:

    Mencakup jenis pipa dengan memperhatikan jenis tanah dimana pipa akan diletakkan, kemudahan pemasangan dan pemeliharaan. Juga memperhatikan tekanan yang akan terjadi, ketersediaan di pasaran, serta biaya konstruksinya.

    Juga melakukan perhitungan hidrolika untuk menentukan dimensi pipa, kehilangan tekanan dan kecepatan aliran dalam pipa. Pada saat ini juga dilakukan penentuan jalur pipa, dengan memperhatikan aspek keamanan pipa (akibat tekanan di atasnya, atau kegiatan manusia di atasnya, misalnya oleh cangkul, bajak, kebakaran dsb).

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    33

    e) Penentuan jumlah kebutuhan dan dimensi HU:

    Hitung jumlah kebutuhan dan dimensi HU dengan asumsi sebagai berikut:

    Gunakan HU dengan volume 3000 liter 5000 liter tergantung kepadatan penduduk, jangkauan pengambilan dan kebutuhan air.

    Satu HU melayani penduduk dalam radius 200 m

    HU ditempatkan pada tanah milik umum atau milik desa atau milik pribadi yang dihibahkan. Proses pemilihan lokasi dengan melibatkan musyawarah warga

    Satu kran umum KU melayani 25 penduduk

    f) Pembuatan gambar-gambar teknis sebagai pedoman pelaksanaan:

    Membuat gambar detail secukupnya untuk petunjuk terinci pelaksanaan pekerjaan. yang meliputi:

    Gambar situasi atau lay-out termasuk pipa transmisi dan distribusi, bangunan intake, penangkap mata air, pengolah air, reservoir, bak pengumpul dll.

    Juga perlu dibuat gambar gambar potongan melintang maupun memanjang bangunan, serta gambar detail yang dianggap perlu dan secukupnya sebagai petunjuk yang jelas.

    g) Penentuan kebutuhan biaya pembangunan sistim air bersih yang mencakup perhitungan kuantitas pekerjaan dan biaya dengan komponen pembiayaan sebagai berikut:

    Pengadaan barang seperti pipa dan asesorisnya, tangki HU yang selain dari beton atau pasangan batu bata yaitu terbuat dari fiber atau plastic,

    Pompa termasuk instalasi listriknya (jika ada)

    Pekerjaan pemasangan pipa dan asesorisnya

    Pekerjaan pemasangan HU

    Pekerjaan konstruksi/ pembangunan atau pengadaan bangunan penyadap air permukaan atau bangunan pelindung mata air

    Pekerjaan konstruksi/ pembangunan atau pengadaan pengolahan sederhana jika ada.

    Perhitungan biaya dilakukan dengan menggunakan dasar harga dari survey harga di pasaran setempat.

    h) Pelestarian Sumber Air Baku:

    Dapat dilakukan melalui (i) penanaman pemahaman mengenai pentingnya pelestarian sumber air baku, dengan program pelatihan masyarakat dan penyuluhan, (ii) penghijauan daerah tangkapan, (iii) upaya menjaga agar tidak terjadi pencemaran sumber air.

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    34

    3.2. Persiapan Kegiatan persiapan mencakup persiapan personil, persiapan metodologi, persiapan peralatan, dan pengumpulan data sekunder. Persiapan personil dan persiapan peralatan sudah disajikan pada Laporan Pendahuluan. Demikian pula persiapan metodologi pelaksanaan pekerjaan.

    Identifikasi dilakukan dengan pengumpulan data sekunder dari berbagai instansi yang berkaitan dengan rencana penyediaan air baku Kabupaten Poso:

    Data hidrologi: diperoleh data curah hujan dari Seksi Hidrologi BWS Sulawesi III dan dari BMKG;

    Data rupabumi dan topografi: diperoleh dari Bakosurtanal dalam bentuk peta RBI skala 1:250.000 dan skala 1:50.000, serta peta kontur interval 5 m;

    Data peta-peta tematik Kabupaten Poso dari Dinas PU Provinsi Sulawesi Tengah;

    RTRW Kab Poso dari Pemerintah Daerah Kabupaten Poso;

    Rencana dan Pola Pengelolaan SDA yang disusun oleh BWS Sulawesi III;

    Kabupaten Dalam Angka tahun. 2010 dan 2011, dan sebagian data kependudukan tahun 2012 dari Pusat Statistik Kab. Poso;

    Hasil studi terdahulu terkait dengan layanan air bersih/baku untuk wilayah dalam Kab Poso;

    Informasi awal dari PDAM Poso;

    Dengan menggunakan data itu rencana detail kegiatan lapangan juga dapat disusun.

    3.3. Survey Observasi Awal Lapangan Kegiatan survey observasi lapnagn dilakukan mengidentifikasi daerah yang mendesak untuk dilayani kebutuhan air bersihnya. Mendesaknya kebutuhan air bersih itu dapat disebabkan oleh kelangkaan ketersediaan sumber air secara kuantitas atau kualitasnya, atau dapat juga disebabkan oleh tidak tersedianya prasarana layanan air besih.

    Daerah sasaran lebih ditekankan kepada Ibukota Kabupaten, Ibukota Kecamatan, dan daerah permukiman yang luas. Identifikasi daerah layanan dilakukan melalui wawancara dengan Camat atau Staff Kecamatan serta Staff PDAM yang mengetahui tentang layanan air bersih.

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    35

    Diskusi dengan Camat Pamona Pusalemba dan Staf

    PDAM Cab Tentena

    Diskusi dengan staf PDAM Cab Tentena

    Peninjauan ke IPA Langgadopi

    Peninjauan IPA Latea Diskusi dengan Camat Pamona Utara

    Diskusi dengan Kepala PDAM Poso

    Diskusi dengan Camat Poso Pesisir

    Diskusi dengan Pengelola Bandara Kasiguncu

    Diskusi dengan Sek Cam Poso Pesisir Utara

    Gambar 3.2. Foto Identifikasi Awal Data Daerah Layanan

    Tujuan keduan adalah untuk melakukan identifikasi ketersediaan sumber air permukaan yang ada untuk layanan air bersih. Apabila ketersediaan air telah diketahui dengan tingkat keandalan 90% pada suatu sumber air berdasar kondisi saat ini, maka sasaran dapat ditetapkan berapa jumlah air baku yang dapat dipasok berdasar proyeksi beberapa tahun kedepan, melalui perhitungan neraca air. Untuk itu dilakukan identifikasi kondisi sumber air yang ditetapkan sebagai lokasi pembangunan bangunan sadapan utama dilakukan dengan peninjauan observasi lapangan.

    Identifikasi lapangan itu dilakukan guna (a) mendapatkan gambaran secara umum DAS lokasi bangunan utama, (b) mendapatkan dimensi berupa lebar dan kedalaman sungai melalui pengukuran langsung; dan (c) mendapatkan gambaran kondisi penampang lintang sungai di lokasi bangunan utama; (d) inventarisasi prasarana SDA yang sudah dibangun serta kondisi bangunan; (e)

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    36

    mendapatkan dokumentasi berupa foto penampang sungai dan bangunan lain yang terdekat di lokasi rencana bangunan utama; (f) mengetahui kondisi lingkungan yang berpengaruh pada pengembangan air baku;

    Aliran S.Poso bag Hilir Aliran S. Tokarana Aliran S.Pandiri, bag Hilir di Lage

    Aliran S. Puna Hilir Kali Tiwaa Kuala Kilo

    S. Samalera S. Tambarana Hilir S.Pembalaa

    Gambar 3.3. Foto Identifikasi Awal Data Sumber Air

    Kegiatan observasi lapangan memberikan masukan bagi analisis neraca air berupa kebutuhan air baku dan ketersediaan air baku pada sumbernya. Hasil neraca air pada suatu sumber air memberikan gambaran surplus air atau deficit dalam dimensi ruang dan waktu. Dalam hal terjadi surplus, sumber daya air dapat dimanfaatkan untuk mendukung pengembangan layanan air bersih lebih lanjut bagi daerah sekitar yang mengalami kekurangan air (trans basin). Dalam hal terjadi deficit, maka berbagai pilihan suplesi, misal membangun tampungan berupa embung, waduk atau suplesi transbasin dapat dipertimbangkan, dengan memperhatikan berbagai factor yang terkait.

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    37

    3.4. Survey Identifikasi Rinci Sumber Air Baku Tujuan

    Seperti sudah dijelaskan di lingkup pekerjaan, kegiatan survey dan identifikasi dalam pekerjaan ini adalah melakukan pengamatan, penyelidikan dan penelitian di lapangan pada sumber sumber air yang lokasinya telah ditetapkan berdasarkan hasil identifikasi terdahulu dan pengecekan peta topografi yang ada sebelumnya.

    Data input

    Input yang digunakan sebagai masukan identifikasi potensi prasarana air baku adalah:

    a) Peta topografi yang memuat gambaran daerah studi, mencakup bentuk permukaan lahan, penggunaan lahan, jaringan sungai, prasarana yang ada (jalan, permukiman, dll), elevasi lahan, dll;

    b) Informasi awal analisis hidrologi dan perkiraan debit andalan sungai; c) Data layanan air baku / bersih termasuk prasarananya dari PDAM dan kecamatan terkait; d) Data statistic kependudukan (jumlah penduduk, kepadatan, perkembangan penduduk); e) Data sosial ekonomi daerah studi.

    Kegiatan lapangan

    Survey dilakukan sebagai kelanjutan dari asistensi dengan Direksi pekerjaan pada awal Juli 2013; dimana pada saat itu disajikan mengenai hasil Survey Pendahuluan / Identifikasi Awal pada sejumlah kecamatan dan sumber air.

    Survey identifikasi potensi prasarana air baku dilakukan pada bulan Agustus 2013 selama 2 minggu oleh tiga Team di lapangan.

    Kegiatan lapangan survey identifikasi potensi prasarana air baku mencakup: a) Diskusi /wawancara dengan aparat Kecamatan dan Desa /Kelurahan serta masyarakat tentang

    potensi air baku di daerahnya, layanan air baku yang ada, sebaran pemukiman dan jumlah pendudukan yang ada, pendapat masyarakat, dll

    b) Pencatatan lokasi sumber air baku, mencakup nama sungai / sumber air, nama desa, koordinat lokasi (dengan GPS), perkiraan elevasi GPS; Lokasi setiap sumber air yang di-inventarisasi digambarkan dalam bentuk foto, sketsa, agar di kemudian hari bisa dicari lagi pada survey pengukuran situasi dan mekanika tanah;

    c) Kondisi air baku yang ada: jenis sumber air, kapasitas debit saat ini, perkiraan keandalan sepanjang tahun, pengamatan kualitas air secara visual,

    d) Akses sumber air ke jaringan jalan yang ada; serta akses dari sumber air ke rencana instalasi pengolahan;

    e) Pengamatan pemanfaatan sumber air yang ada untuk berbagai kebutuhan;

    Hasil identifikasi diuraikan dalam tabel-tabel penjelasan, dan di-resume-kan dalam Tabel 3.2.

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    38

    Tabel 3.2. Resume Hasil Kegiatan Identifikasi Potensi Sumber Air

    No Kec /Desa Sungai Koordinat

    UTM (51 M)

    Elev (m)

    Debit (l/dt)

    Kuali-tas Pemanfaat Akses

    1 Pamona Selatan /Mayoa

    Mayoa 0246260E 9760463S

    713 424 Sedikit keruh

    Mandajaya, Pandayora, Bangun Jaya, Pendolo, Pasir Putih

    Jl batu 3 km; setapak 0,8 km

    2 Pamona Barat /Salukala

    Kuala Putih

    0219636E 9792587S

    612 2900 Jernih Belum ada Jl batu 6 km; jl tanah 1 km

    3 Pamona Tenggara /Wayura

    Saojo 0251955E 9768628S

    662 119 Jernih Wayura Jl tanah 1,8km; setapak 0,7km

    4 Pamona Utara /Lena

    Tinanipia 0244633E 9812314S

    750 35 Jernih Lena Jl batu 3 km; jl aspal 2 km; setapak 1 km

    5 Pamona Pusalemba/ Tonusu

    Tumonda 0225294E 9803055S

    672 180 Jernih Tonusu Jl setapak 0,2 km

    Saluopa 0224931E 9804339S

    762 153 Jernih Tonusu Jl setapak 3 km

    6 Pamona Timur /Taripa

    Tewaenggo 0258172E 9792053S

    515 124 Jernih Taripa, Tiu Jl berbatu 0,1km, jl tanah 0,2km, setapak 1 km

    7 Lore Selatan & Barat /Lengkeka

    Molalawa 0192287E 9795158S

    949 5400 Keruh pd Qbesar

    Gintu, Runde, Biwa

    Jl setapak 1,5 km

    9 Lore Utara /Wuasa Pembala 0198226E 9843125S

    234 3700 Jernih Lore Utara Jl berbatu 3 km; setapak 2,2km

    10 Lore Tengah /Doda Halubaru 0196805E 9808316S

    1284 113 Keruh pd Qbesar

    Doda, Banri, Lempe, Hanggira, Baleyra

    Jl berbatu 1,3km; Setapak 1 km

    11 Lore Timur /Tomadue

    Tombua 0214580E 9838203S

    1995 1219 Jernih Tomadue, Maholo, Mekarsari

    Aspal 2 km, jl tanah 1 km, setapak 0,2 km

    12 Lore Peore /Watutau

    Watumaeta 0210747E 9822842S

    1257 48 Keruh pd Qbesar

    Watutau Jl berbatu 6 km; setapak 5 km

    13 Poso Pesisir Daerah pengawasan aparat keamanan 14 Poso Pesisir

    Selatan /Tangkura Tokararu 0231952E

    9834559S 280 3000 Jernih Blm berfungsi Jl berbatu 5 km

    15 Poso Pesisir Utara /Kawende

    Salumalino 0225265E 9865336S

    234 51 Jernih; keruh pd Qbesar

    Kaura, Kawende Jl berbatu 3 km; jl setapak 2,2 km

    16 Poso Kota Poso 0249572E 9844718S

    10 10800 Agak keruh

    Kota Poso dan sekitarnya

    Jl berbatu 0,1 km 17 Poso Kota Selatan Poso

    18 Poso Kota Utara Poso 19 Lage /Pandiri Mboko 0251231E

    9831853S 84 2200 Sedikit

    keruh Pandiri Jl berbatu

    0,2km; setapak 3 km

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    39

    Hasil kegiatan identifikasi lapangan di Kecamatan Poso Pesisir Utara

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    40

    Hasil Survey Identifikasi Potensi Prasarana Air baku di Kec. Poso Pesisir Selatan

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    41

    Hasil Survey Identifikasi Potensi Prasarana Air Baku di Kec. Lage

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    42

    Hasil Survey Identifikasi Potensi Prasarana Air Baku di Kec. Pamona Utara

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    43

    Hasil Survey Identifikasi Potensi Prasarana Air Baku di Kec. Pamona Timur

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    44

    Hasil Survey Identifikasi Potensi Prasarana Air Baku di Kec. Pamona Tenggara

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    45

    Hasil Survey Identifikasi Potensi Prasarana Air Baku di Kec. Pamona Selatan

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    46

    Hasil Survey Identifikasi Potensi Prasarana Air Baku di Kec. Pamona Barat

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    47

    Hasil Survey Identifikasi Potensi Prasarana Air Baku di Kec. Pamona Pusalemba (Sumber Air: Tumonda)

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    48

    Hasil Survey Identifikasi Potensi Prasarana Air Baku di Kec. PamonaPusalemba (Sumber: Saluopa)

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    49

    Hasil Survey Identifikasi Potensi Prasarana Air Baku di Kec. Lore Barat-Selatan

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    50

    Hasil Survey Identifikasi Potensi Prasarana Air Baku di Kec. Lore Utara

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    51

    Hasil Survey Identifikasi Potensi Prasarana Air Baku di Kec. Lore Peore

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    52

    Hasil Survey Identifikasi Potensi Prasarana Air Baku di Kec. Lore Timur

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    53

    Hasil Survey Identifikasi Potensi Prasarana Air Baku di Kec. Lore Tengah

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    54

    3.5. Survey Lapangan Topografi Pengukuran topografi dilakukan pada 5 lokasi sumber air terpilih, dimana penjelasan pemilihan sumber air tersebut disajikan pada Bab IV. Lokasi-lokasi sumber air terpilih itu adalah:

    (1) Kec. Pamona Utara, Desa Lena, pada sumber air S. Kinanipia

    (2) Kec. Lage, Desa Pandiri, pada sumber air S. Mboko

    (3) Kec. Pamona Timur, Desa Taripa, pada sumber air S.Tewaenggo

    (4) Kec. Pamona Pusalemba, Desa Tonusu, pada sumber air S. Tumonda

    (5) Kec. Pamona Barat, Desa Salukaya, pada sumber air S. Kuala Putih.

    Pengukuran/ pemetaan lapangan yang meliputi pengukuran topografi adalah untuk mendapatkan data lapangan yang sebenarnya (existing) yang akan disajikan dalam bentuk peta topografi (peta situasi, potongan memanjang dan potongan melintang) dengan skala yang cukup informatif pada daerah yang akan distudi dengan menentukan dan memasang patok as checkdam, dan posisi referensi awal ditentukan dengan GPS Geodetic.

    Pengukuran topografi setiap lokasi sumber air yang potensiil untuk dikembangkan mencakup luasan selebar 2 km yaitu 1 km ke kiri, dan 1 km ke kanan alur sungai lokasi sumber air, sepanjang 2 km. Kerangka pengukuran situasi daerah rencana intake berupa poligon tertutup, yang diikat dengan BM referensi yang disepakati.

    Pengukuran sepanjang trase rencana transmisi dari intake ke rencana bangunan pengolahan air IPAL dilakukan dengan menggunakan tracking GPS.

    Pengukuran situasi daerah intake dan tracking sepanjang rencana trase transmisi dilakukan setelah lokasi-lokasi intake terpilih ditetapkan. Direncanakan pengukuran situasi lokasi intake dan tracking trase selama 3 minggu.

    Laporan secara rinci tentang kegiatan survey topografi disajikan pada Laporan Penunjang Topografi. Gambar hasil pengukuran pada 5 sumber air terpilih disajikan pada lampiran.

    3.6. Survey Lapangan Penyelidikan Mekanika Tanah Survey penyelidikan mekanika tanah dilakukan pada 5 lokasi sumber air terpilih, dimana penjelasan pemilihan sumber air tersebut disajikan pada Bab IV.

    Penyelidikan mekanika tanah /geologi teknik dilakukan dengan pemeriksaan lapangan, untuk mengetahui formasi tanah pada tampang sungai, meliputi dasar dan tebing sungai dan juga pekerjaan hand-boring pada 4 titik serta sondir di lokasi rencana bangunan utama yang dipilih. Hand boring dan sondir dilaksanakan untuk mengetahui deskripsi lapisan dan sifat teknik tanah

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    55

    dilanjutkan dengan penyelidikan laboratorium yang meliputi index properties tanah dan test konsolidasi.

    Pada tahap ini pekerjaan penyelidikan keadaan geologi teknik dan mekanika tanah merupakan pekerjaan tahap awal bertujuan untuk memperoleh data dasar sifat teknis tanah dan geologi teknik dilokasi pekerjaan konstruksi. Semua kegiatan untuk penyelidikan geologi ini dilaksanakan berdasarkan standar/ketetapan yang berlaku diantaranya adalah :

    Standar Nasional Indonesia (SNI) yang sesuai dengan Instruksi Menteri Pekerjaan Umum No. 04/IN/m/1991, tertanggal 24 Januari 1991

    Metoda atau standar pengujian laboratorium dengan mengacu pada ASTM (American Society for Testing and Materials). Pengujian mekanika tanah (soil mechanic) untuk kekerasan lapisan tanah tanah ditentukan dari analisa Sondir / Dutch Cone Penetration Test, sedangkan pengujian mekanika tanah untuk menentukan parameter pondasi struktur bangunan diambil dari undisturbed sampel hasil pemboran inti.

    Penyelidikan mekanika tanah dilakukan bersamaan dengan kegiatan pengukuran topografi pada lokasi bangunan utama rencana. Pelaksanaan pekerjaan selama 2 minggu, diikuti dengan kegiatan uji lab atas contoh tanah.

    Kondisi tanah diketahui dari hasil pemboran; dan tahanan konus dari pengujian sondir. Tanah di lokasi sumber air Lena berupa medium clay di bagian permukaan (0-3 m), dan di lapis berikutnya adalah medium clay berbatu yang berwarna coklat. Lapis bawah ini mempunyai ketanahan konus yang besar.

    Tanah di lokasi sumber air Pandiri berupa batu gamping yang porous; tahanan konusnya besar. Adapun di Taripa tanahnya adalah clay berbatu yang strukturnya padat.

    Kondisi tanah di lokasi sumber air Tonusu di permukaan (0-1 m) adalah sandy clay, dan di lapis bawah juga sandy clay tercampur batu dengan struktur kuat.

    Di Salukaya tanahnya berupa pasir berbatu, berwarna abu-abu dengan tahanan konus tinggi.

    Hasil test sondir di lapangan menunjukkan nilai tahanan konus melampaui 250 kg/cm2 pada kedalaman setelah 1,5 m kecuali di Lena yang menunjukkan tahanan konus lebih dari 250 kg/cm2 pada kedalaman 3 m. Dari kondisi tanah yang dijumpai di lapangan Pandiri dan Salukaya, menunjukkan indikasi permeabilitas yang sedang sampai agak tinggi. Permeabilitas tanah di Lena, Taripa dan Tonusu dapat diperkirakan rendah.

    3.7. Survey Lapangan Hidrometri dan Kualitas Air Kegiatan survey hidrometri dilakukan untuk memperoleh gambaran aliran pada lokasi rencana intake di 5 lokasi sumber air terpilih, dalam bentuk pengumpulan informasi tentang bentuk profil aliran, morphologi sungai, karakteristik aliran pada kondisi normal maupun pada kondisi ekstrim.

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    56

    Kegiatan hidrometri meliputi pengukuran tampang melintang sungai, pengukuran kecepatan aliran, serta perkiraan elevasi muka air pada kondisi ekstrim.

    Pada saat survey identifikasi awal potensi prasarana sumber daya air, telah dilakukan pengukuran debit aliran sesaat (Periksa Sub-bab 3.4). Pengukuran debit aliran dilakukan dengan pendekatan Q = A.V, dimana Q adalah debit aliran, yang merupakan perkalian antara luas tampang basah A dan kecepatan aliran rata-rata V. Kecepatan aliran V diukur dengan menggunakan alat current meter.

    Kegiatan pengukuran sedimentasi dilakukan untuk mengetahui tingkat transport sedimen pada saat survey. Metode yang digunakan adalah dengan mengambil sampel sedimen pada tiap lapis aliran, dan mengamati tingkat kekeruhannya.

    Pengukuran kualitas air dilakukan untuk mengetahui sifat fisik (suhu, warna, bau, kandungan minyak), sifat kimiawi (pH, kandungan logam, sufat, khlor, BOD, COD, DO) serta sifat biologis (kandungan bahan organic).

    Dari hasil pengujian kualitas air, diperoleh data sebagai berikut.

    Data hasil pengujian kualitas air yang dilakukan di Universitas Tadulako ini menunjukkan bahwa kualitas air pada sumber air sangat bagus untuk sebagai pasokan air baku.

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    57

    3.8. Survey Sosial Ekonomi Survey sosial ekonomi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kondisi kependudukan, kondisi kegiatan social ekonomi masyarakat yang terkait dengan keberadaan air bersih, termasuk kesehatan masyarakat, kemampuan ekonomi masyarakat, willingness to pay untuk layanan air, tingkat kepatuhan dalam menggunakan prasarana.

    Survey dilakukan dengan menggunakan wawancara secara langsung dan kuesioner sederhana, untuk populasi sample yang direncanakan. Hasil wawancara dan analisis kuesioner disajikan pada Lampiran.

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    58

    BAB IV. PEMILIHAN LOKASI POTENSI PRASARANA AIR BAKU

    4.1. Umum Analisis yang telah dilakukan sampai dengan tahap ini adalah analisis hidrologi, untuk memperoleh debit andalan dan untuk memperoleh debit banjir. Data debit andalan digunakan untuk estimasi intake serta estimasi besarnya layanan. Data debit banjir digunakan untuk masukan dalam perencanaan bangunan pengelak serta tanggul pengaman.

    4.2. Analisis Hidrologi Curah hujan untuk Kabupaten Poso diperkirakan dengan menggunakan data hujan bulanan dari Stasiun Mayoa, Stasiun Kilo dan Stasiun Pandayora tahun 2002 sampai dengan tahun 2011. Curah hujan setiap Stasiun termaksud disajikan pada Lampiran. Pada Tabel 4.1. disajikan perkiraan curah hujan untuk Kabupaten Poso. Tabel 4.2. menyajikan ranking probabilitas curah hujan bulanan

    Tabel 4.1. Curah Hujan Bulanan Rata-rata Kabupaten Poso

    Tabel 4.2. Ranking Probabilitas Curah Hujan Bulanan Rata-rata

    satuan: (mm)Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Dec Tahunan2002 462 167 922 404 475 407 62 25 30 11 317 414 36952003 90 230 595 385 140 49 79 187 113 56 345 167 24362004 267 315 433 234 275 163 139 6 64 24 217 280 24182005 357 419 340 454 246 144 254 198 121 296 381 436 36462006 242 306 323 436 391 334 55 102 61 32 244 360 28852007 167 366 438 431 238 310 142 125 92 146 131 157 27412008 158 186 321 419 279 165 142 343 186 295 282 190 29652009 208 259 449 355 234 157 116 72 74 133 232 171 24612010 298 236 497 390 373 231 244 325 208 238 175 329 35432011 177 195 138 314 316 174 165 89 161 252 200 244 2426

    Rank (%) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Dec Tahunan10.0% 462 419 922 454 475 407 254 343 208 296 381 436 199320.0% 357 366 595 436 391 334 244 325 186 295 345 414 188330.0% 298 315 497 431 373 310 165 198 161 252 317 360 185040.0% 267 306 449 419 316 231 142 187 121 238 282 329 178650.0% 242 259 438 404 279 174 142 125 113 146 244 280 177760.0% 208 236 433 390 275 165 139 102 92 133 232 244 168870.0% 177 230 340 385 246 163 116 89 74 56 217 190 160980.0% 167 195 323 355 238 157 79 72 64 32 200 171 147190.0% 158 186 321 314 234 144 62 25 61 24 175 167 1433

    100.0% 90 167 138 234 140 49 55 6 30 11 131 157 1338

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    59

    Dari data di atas, dapat dilakukan analisis statistic untuk memperoleh nilai curah hujan tiap tingkat probabilitas (20% sampai dengan 90%); hasil bisa diperiksa pada Tabel 4.3.

    Tabel 4.3. Probabilitas Curah Hujan Bulanan Kab. Poso

    Catatan: Musim hujan terjadi pada bulan Nov s/d bulan Mei; sedangkan musim kemarau dari Juni sampai Oktober.

    Curah hujan effektif yaitu adalah curah hujan dengan probabilitas 90% memberikan nilai sekitar 1480 mm per tahun. Untuk tiap probabilitas, curah hujan dalam setahun dapat diperiksa pada Tabel 4.4.

    Tabel 4.4. Curah Hujan per Musim untuk Tiap Probabilitas

    Dari analisis korelasi antara daerah tangkapan dan debit aliran yang ada, diperoleh nilai angka pengaliran jangka panjang c sebesar 0,61. Debit aliran tiap daerah tangkapan adalah perkalian antara luas daerah tangkapan A dengan curah hujan yang ada R, dan dengan nilai angka pengaliran. Detail perhitungan disajikan pada Lampiran.

    Dari analisis perhitungan debit andalan, diperoleh nilai-nilai debit untuk tiap titik pada setiap sungai utama sebagai disajikan pada Gambar-gambar berikut memberikan illustrasi debit andalan untuk S. Tambarana, S. Kilo, S. Pinedapa, S. Puna, S. Poso dan S.Pandiri.

    Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Dec Tahunan243 268 446 382 297 213 140 147 111 148 252 275 2,922109 82 208 66 96 107 68 116 58 115 79 105 215362 357 656 454 401 335 216 321 181 320 342 391 4335221 257 403 375 282 186 124 94 96 93 241 256 2628187 230 342 352 251 153 103 62 78 61 214 223 2258159 207 291 331 223 126 86 41 63 41 191 194 1951135 185 247 310 199 104 71 27 51 27 170 168 1695114 166 210 291 177 85 59 18 42 18 151 146 1478462 419 922 454 475 407 254 343 208 296 381 43690 167 138 234 140 49 55 6 30 11 131 15752% 65% 52% 78% 63% 46% 48% 19% 43% 19% 63% 57% 56%

    Uraian

    Minimum

    AverageStd. DevR20%R50%R60%R70%R80%R90%

    Maximum

    Ratio (R90/R50)

    Tahunan2,962 1,373 4,3352,035 593 2,6281,800 458 2,2581,595 357 1,9511,414 280 1,6951,256 222 1,478

    M.Hujan

    R90%

    R20%R50%R60%R70%R80%

    M HujanM.KemarauMusim

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    60

    Tabel 4.5. Debit Andalan S. Tambarana

    Tabel 4.6. Debit Andalan S. Kilo s/d Pinedapa

    DAS Tambarana 150.3050% 187 MCM 54 MCM 241 MCM 10.2 m3/dt 4.1 m3/dt 7.6 m3/dt60% 165 MCM 42 MCM 207 MCM 9.0 m3/dt 3.2 m3/dt 6.6 m3/dt70% 146 MCM 33 MCM 179 MCM 8.0 m3/dt 2.5 m3/dt 5.7 m3/dt80% 130 MCM 26 MCM 155 MCM 7.1 m3/dt 1.9 m3/dt 4.9 m3/dt90% 115 MCM 20 MCM 135 MCM 6.3 m3/dt 1.5 m3/dt 4.3 m3/dt

    Ketersediaan (m3/dt)M.Hjn M.Kmr Tahunan M.Hjn M.Kmr Tahunan

    Sub DAS Luas (km2)Probabilita

    s (%)Ketersediaan (MCM)

    Sub-DAS Kilo 73.0650% 91 MCM 26 MCM 117 MCM 5.0 m3/dt 2.0 m3/dt 3.7 m3/dt60% 80 MCM 20 MCM 101 MCM 4.4 m3/dt 1.5 m3/dt 3.2 m3/dt70% 71 MCM 16 MCM 87 MCM 3.9 m3/dt 1.2 m3/dt 2.8 m3/dt80% 63 MCM 12 MCM 76 MCM 3.4 m3/dt 0.9 m3/dt 2.4 m3/dt90% 56 MCM 10 MCM 66 MCM 3.1 m3/dt 0.7 m3/dt 2.1 m3/dt

    Sub-DAS Kuala Tengah 56.8850% 71 MCM 21 MCM 91 MCM 3.9 m3/dt 1.6 m3/dt 2.9 m3/dt60% 62 MCM 16 MCM 78 MCM 3.4 m3/dt 1.2 m3/dt 2.5 m3/dt70% 55 MCM 12 MCM 68 MCM 3.0 m3/dt 0.9 m3/dt 2.1 m3/dt80% 49 MCM 10 MCM 59 MCM 2.7 m3/dt 0.7 m3/dt 1.9 m3/dt90% 44 MCM 8 MCM 51 MCM 2.4 m3/dt 0.6 m3/dt 1.6 m3/dt

    Sub-DAS Kuala Kameasi 31.9450% 40 MCM 12 MCM 51 MCM 2.2 m3/dt 0.9 m3/dt 1.6 m3/dt60% 35 MCM 9 MCM 44 MCM 1.9 m3/dt 0.7 m3/dt 1.4 m3/dt70% 31 MCM 7 MCM 38 MCM 1.7 m3/dt 0.5 m3/dt 1.2 m3/dt80% 28 MCM 5 MCM 33 MCM 1.5 m3/dt 0.4 m3/dt 1.0 m3/dt90% 24 MCM 4 MCM 29 MCM 1.3 m3/dt 0.3 m3/dt 0.9 m3/dt

    Sub-DAS Kuala Tiwaa 26.8250% 33 MCM 10 MCM 43 MCM 1.8 m3/dt 0.7 m3/dt 1.4 m3/dt60% 29 MCM 7 MCM 37 MCM 1.6 m3/dt 0.6 m3/dt 1.2 m3/dt70% 26 MCM 6 MCM 32 MCM 1.4 m3/dt 0.4 m3/dt 1.0 m3/dt80% 23 MCM 5 MCM 28 MCM 1.3 m3/dt 0.3 m3/dt 0.9 m3/dt90% 21 MCM 4 MCM 24 MCM 1.1 m3/dt 0.3 m3/dt 0.8 m3/dt

    Sub-DAS Kuala Masami 27.6250% 34 MCM 10 MCM 44 MCM 1.9 m3/dt 0.8 m3/dt 1.4 m3/dt60% 30 MCM 8 MCM 38 MCM 1.7 m3/dt 0.6 m3/dt 1.2 m3/dt70% 27 MCM 6 MCM 33 MCM 1.5 m3/dt 0.5 m3/dt 1.0 m3/dt80% 24 MCM 5 MCM 29 MCM 1.3 m3/dt 0.4 m3/dt 0.9 m3/dt90% 21 MCM 4 MCM 25 MCM 1.2 m3/dt 0.3 m3/dt 0.8 m3/dt

    Sub-DAS Kuala Pinedapa 72.5650% 90 MCM 26 MCM 116 MCM 4.9 m3/dt 2.0 m3/dt 3.7 m3/dt60% 80 MCM 20 MCM 100 MCM 4.4 m3/dt 1.5 m3/dt 3.2 m3/dt70% 71 MCM 16 MCM 86 MCM 3.9 m3/dt 1.2 m3/dt 2.7 m3/dt80% 63 MCM 12 MCM 75 MCM 3.4 m3/dt 0.9 m3/dt 2.4 m3/dt90% 56 MCM 10 MCM 65 MCM 3.0 m3/dt 0.7 m3/dt 2.1 m3/dt

    Ketersediaan (m3/dt)M.Hjn M.Kmr Tahunan M.Hjn M.Kmr Tahunan

    Sub DAS Luas (km2)Probabilita

    s (%)Ketersediaan (MCM)

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    61

    Tabel 4.7. Debit Andalan S. Puna

    Puna 1 168.150% 209 MCM 61 MCM 270 MCM 11.4 m3/dt 4.6 m3/dt 8.5 m3/dt60% 185 MCM 47 MCM 232 MCM 10.1 m3/dt 3.6 m3/dt 7.3 m3/dt70% 164 MCM 37 MCM 200 MCM 8.9 m3/dt 2.8 m3/dt 6.3 m3/dt80% 145 MCM 29 MCM 174 MCM 7.9 m3/dt 2.2 m3/dt 5.5 m3/dt90% 129 MCM 23 MCM 152 MCM 7.0 m3/dt 1.7 m3/dt 4.8 m3/dt

    Sub-DAS Maluhena 65.550% 81 MCM 24 MCM 105 MCM 4.4 m3/dt 1.8 m3/dt 3.3 m3/dt60% 72 MCM 18 MCM 90 MCM 3.9 m3/dt 1.4 m3/dt 2.9 m3/dt70% 64 MCM 14 MCM 78 MCM 3.5 m3/dt 1.1 m3/dt 2.5 m3/dt80% 57 MCM 11 MCM 68 MCM 3.1 m3/dt 0.8 m3/dt 2.1 m3/dt90% 50 MCM 9 MCM 59 MCM 2.7 m3/dt 0.7 m3/dt 1.9 m3/dt

    Puna 2 296.550% 368 MCM 107 MCM 475 MCM 20.1 m3/dt 8.1 m3/dt 15.1 m3/dt60% 326 MCM 83 MCM 408 MCM 17.8 m3/dt 6.3 m3/dt 13.0 m3/dt70% 288 MCM 65 MCM 353 MCM 15.7 m3/dt 4.9 m3/dt 11.2 m3/dt80% 256 MCM 51 MCM 306 MCM 14.0 m3/dt 3.8 m3/dt 9.7 m3/dt90% 227 MCM 40 MCM 267 MCM 12.4 m3/dt 3.0 m3/dt 8.5 m3/dt

    Sub-DAS Kuala Masampu 125.950% 156 MCM 46 MCM 202 MCM 8.5 m3/dt 3.4 m3/dt 6.4 m3/dt60% 138 MCM 35 MCM 173 MCM 7.5 m3/dt 2.7 m3/dt 5.5 m3/dt70% 122 MCM 27 MCM 150 MCM 6.7 m3/dt 2.1 m3/dt 4.8 m3/dt80% 109 MCM 22 MCM 130 MCM 5.9 m3/dt 1.6 m3/dt 4.1 m3/dt90% 96 MCM 17 MCM 113 MCM 5.3 m3/dt 1.3 m3/dt 3.6 m3/dt

    Sub-DAS Kuala Tokarana 65.150% 81 MCM 24 MCM 104 MCM 4.4 m3/dt 1.8 m3/dt 3.3 m3/dt60% 71 MCM 18 MCM 90 MCM 3.9 m3/dt 1.4 m3/dt 2.8 m3/dt70% 63 MCM 14 MCM 77 MCM 3.5 m3/dt 1.1 m3/dt 2.5 m3/dt80% 56 MCM 11 MCM 67 MCM 3.1 m3/dt 0.8 m3/dt 2.1 m3/dt90% 50 MCM 9 MCM 59 MCM 2.7 m3/dt 0.7 m3/dt 1.9 m3/dt

    Puna 3 572.050% 710 MCM 207 MCM 917 MCM 38.8 m3/dt 15.7 m3/dt 29.1 m3/dt60% 628 MCM 160 MCM 788 MCM 34.3 m3/dt 12.1 m3/dt 25.0 m3/dt70% 556 MCM 125 MCM 681 MCM 30.4 m3/dt 9.4 m3/dt 21.6 m3/dt80% 493 MCM 98 MCM 591 MCM 26.9 m3/dt 7.4 m3/dt 18.7 m3/dt90% 438 MCM 77 MCM 516 MCM 23.9 m3/dt 5.9 m3/dt 16.3 m3/dt

    Sub-DAS Taunca 46.250% 57 MCM 17 MCM 74 MCM 3.1 m3/dt 1.3 m3/dt 2.3 m3/dt60% 51 MCM 13 MCM 64 MCM 2.8 m3/dt 1.0 m3/dt 2.0 m3/dt70% 45 MCM 10 MCM 55 MCM 2.5 m3/dt 0.8 m3/dt 1.7 m3/dt80% 40 MCM 8 MCM 48 MCM 2.2 m3/dt 0.6 m3/dt 1.5 m3/dt90% 35 MCM 6 MCM 42 MCM 1.9 m3/dt 0.5 m3/dt 1.3 m3/dt

    Puna 4 788.950% 979 MCM 285 MCM 1,265 MCM 53.5 m3/dt 21.6 m3/dt 40.1 m3/dt60% 866 MCM 220 MCM 1,087 MCM 47.3 m3/dt 16.7 m3/dt 34.5 m3/dt70% 767 MCM 172 MCM 939 MCM 41.9 m3/dt 13.0 m3/dt 29.8 m3/dt80% 681 MCM 135 MCM 815 MCM 37.2 m3/dt 10.2 m3/dt 25.9 m3/dt90% 604 MCM 107 MCM 711 MCM 33.0 m3/dt 8.1 m3/dt 22.5 m3/dt

    Sub-DAS Kuala Maitu 39.450% 49 MCM 14 MCM 63 MCM 2.7 m3/dt 1.1 m3/dt 2.0 m3/dt60% 43 MCM 11 MCM 54 MCM 2.4 m3/dt 0.8 m3/dt 1.7 m3/dt70% 38 MCM 9 MCM 47 MCM 2.1 m3/dt 0.6 m3/dt 1.5 m3/dt80% 34 MCM 7 MCM 41 MCM 1.9 m3/dt 0.5 m3/dt 1.3 m3/dt90% 30 MCM 5 MCM 36 MCM 1.6 m3/dt 0.4 m3/dt 1.1 m3/dt

    Ketersediaan (m3/dt)Tahunan

    Sub DAS Luas (km2)Probabilita

    s (%)Ketersediaan (MCM)

    M.Hjn M.Kmr Tahunan M.Hjn M.Kmr

  • LAPORAN AKHIR Studi Potensi Sarana dan Prasarana Air Baku

    Kabupaten Poso

    62

    Tabel 4.8. Debit Andalan Sistem S. Poso

    Poso 1 330.050% 410 MCM 119 MCM 529 MCM 22.4 m3/dt 9.0 m3/dt 16.8 m3/dt60% 362 MCM 92 MCM 455 MCM 19.8 m3/dt 7.0 m3/dt 14.4 m3/dt70% 321 MCM 72 MCM 393 MCM 17.5 m3/dt 5.4 m3/dt 12.5 m3/dt80% 285 MCM 56 MCM 341 MCM 15.5 m3/dt 4.3 m3/dt 10.8 m3/dt90% 253 MCM 45 MCM 297 MCM 13.8 m3/dt 3.4 m3/dt 9.4 m3/dt

    Sub-DAS Koro Njongi & 127.7Sub-DAS Koro Wimbi 50% 159 MCM 46 MCM 205 MCM 8.7 m3/dt 3.5 m3/dt 6.5 m3/dt

    60% 140 MCM 36 MCM 176 MCM 7.7 m3/dt 2.7 m3/dt 5.6 m3/dt70% 124 MCM 28 MCM 152 MCM 6.8 m3/dt 2.1 m3/dt 4.8 m3/dt80% 110 MCM 22 MCM 132 MCM 6.0 m3/dt 1.7 m3/dt 4.2 m3/dt90% 98 MCM 17 MCM 115 MCM 5.3 m3/dt 1.3 m3/dt 3.6 m3/dt

    Poso 2 132450% 1,644 MCM 479 MCM 2,123 MCM 89.7 m3/dt 36.2 m3/dt 67.3 m3/dt60% 1,454 MCM 370 MCM 1,824 MCM 79.4 m3/dt 28.0 m3/dt 57.8 m3/dt70% 1,288 MCM 288 MCM 1,576 MCM 70.3 m3/dt 21.8 m3/dt 50.0 m3/dt80% 1,142 MCM 227 MCM 1,369 MCM 62.3 m3/dt 17.1 m3/dt 43.4 m3/dt90% 1,014 MCM 179 MCM 1,193 MCM 55.4 m3/dt 13.6 m3/dt 37.8 m3/dt