lap akhir b1

13
L A P O R A N A K H I R Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Unit Pengembangan Kertajaya BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN KOTA SURABAYA I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dinamika perkembangan Kota Surabaya yang sangat cepat, baik secara sosial ekonomi maupun perwujudannya dalam bentuk fisik menuntut adanya aturan tata ruang yang merupakan pedoman dalam mengawasi dan mengendalikan pertumbuhan kota. Dalam hal ini produk rencana tata ruang tersebut harus bersifat operasional dan sekaligus juga berfungsi sebagai pendorong pertumbuhan kota secara keseluruhan. Rencana tata ruang juga diharapkan dapat mengakomodasi dan menyalurkan aspirasi masyarakat, baik di wilayah perencanaan maupun masyarakat kota, sehingga pertumbuhan dan perkembangan kota merupakan cerminan dari aspirasi masyarakat Kota Surabaya secara keseluruhan. Kota Surabaya merupakan pusat pelayanan bagi wilayah Surabaya pada umumnya dan merupakan pusat pertumbuhan bagi wilayah sekitarnya sehingga mempunyai perkembangan yang sangat cepat baik secara sosial, ekonomi maupun dalam perwujudan bentuk fisik. Perkembangan tersebut membawa banyak perubahan pada kondisi internal kota. Salah satu kawasan yang terpengaruh oleh perkembangan tersebut adalah wilayah Unit Pengembangan (UP) Kertajaya. UP. Kertajaya merupakan wilayah yang potensial tumbuh dan berkembang akibat pengaruh akses yang baik dan pusat-pusat kegiatan yang berskala kota, regional & nasional. Beberapa kawasan terutama di jalan-jalan utama mengalami pertumbuhan yang cukup cepat khususnya di sektor perdagangan dan jasa (komersial). Dalam Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Surabaya, wilayah UP. Kertajaya mempunyai fungsi utama sebagai kawasan permukiman, perdagangan, pendidikan, konservasi – ruang terbuka

Upload: yudha-agung-saputra

Post on 06-Aug-2015

182 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lap Akhir b1

L A P O R A N A K H I R

Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK)U n i t P e n g e m b a n g a n K e r t a j a y a

B A D A N P E R E N C A N A A N P E M B A N G U N A N K O T A S U R A B A Y A I - 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Dinamika perkembangan Kota Surabaya yang sangat cepat, baik secara sosial

ekonomi maupun perwujudannya dalam bentuk fisik menuntut adanya aturan tata

ruang yang merupakan pedoman dalam mengawasi dan mengendalikan pertumbuhan

kota. Dalam hal ini produk rencana tata ruang tersebut harus bersifat operasional dan

sekaligus juga berfungsi sebagai pendorong pertumbuhan kota secara keseluruhan.

Rencana tata ruang juga diharapkan dapat mengakomodasi dan menyalurkan aspirasi

masyarakat, baik di wilayah perencanaan maupun masyarakat kota, sehingga

pertumbuhan dan perkembangan kota merupakan cerminan dari aspirasi masyarakat

Kota Surabaya secara keseluruhan.

Kota Surabaya merupakan pusat pelayanan bagi wilayah Surabaya pada

umumnya dan merupakan pusat pertumbuhan bagi wilayah sekitarnya sehingga

mempunyai perkembangan yang sangat cepat baik secara sosial, ekonomi maupun

dalam perwujudan bentuk fisik. Perkembangan tersebut membawa banyak perubahan

pada kondisi internal kota. Salah satu kawasan yang terpengaruh oleh perkembangan

tersebut adalah wilayah Unit Pengembangan (UP) Kertajaya. UP. Kertajaya

merupakan wilayah yang potensial tumbuh dan berkembang akibat pengaruh akses

yang baik dan pusat-pusat kegiatan yang berskala kota, regional & nasional. Beberapa

kawasan terutama di jalan-jalan utama mengalami pertumbuhan yang cukup cepat

khususnya di sektor perdagangan dan jasa (komersial).

Dalam Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW) Kota Surabaya, wilayah UP. Kertajaya mempunyai fungsi utama

sebagai kawasan permukiman, perdagangan, pendidikan, konservasi – ruang terbuka

Page 2: Lap Akhir b1

L A P O R A N A K H I R

Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK)U n i t P e n g e m b a n g a n K e r t a j a y a

B A D A N P E R E N C A N A A N P E M B A N G U N A N K O T A S U R A B A Y A I - 2

hijau dengan pusat pertumbuhan berada di kawasan Kertajaya Indah dan

Dharmahusada Indah. Pada saat ini, beberapa pemanfaatan lahan di UP Kertajaya

antara lain adalah pembangunan perumahan real estate baru, pembangunan dan

pengembangan fasilitas pendidikan tingkat perguruan tinggi dan pembangunan tempat

pemakaman umum skala kota untuk wilayah Surabaya bagian Timur yang berada di

Keputih, serta pengembangan dan peningkatan fasilitas olah raga baik berupa ruang

terbuka/lapangan olah raga maupun gedung tertutup.

Sementara itu pengembangan pertanian perkotaan dan budidaya pertanian

juga terdapat pada wilayah UP. II Kertajaya yaitu di Kawasan Pantai Timur Kota.

Kawasan Pantai Timur Kota Surabaya ini termasuk dalam kawasan lindung wilayah

laut yang terdiri dari kawasan lindung/konservasi laut dan kawasan lindung mangrove

yang melindungi lingkungan, potensi dan sumber daya yang berada di wilayah pesisir

dan perairan laut dari usaha atau kegiatan yang dapat mengakibatkan terjadinya

kerusakan atau pencemaran laut. Oleh karena itu pada kawasan ini dilarang untuk

melaksanakan kegiatan pembangunan dan pemanfaatan lahan yang dapat

mengakibatkan kerusakan lingkungan wilayah laut.

Oleh karena itu, penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota pada UP.

Kertajaya sebagai tindak lanjut dari penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah

Surabaya merupakan kebutuhan penting bagi wilayah perencanaan, sehingga

diharapkan dengan adanya prioritas penyusunan rencana tata ruang ini dapat

dilakukan antisipasi perkembangan kota yang cenderung merambah ke kawasan-

kawasan konservasi beberapa bagian di wilayah UP. Kertajaya. Selain mengacu pada

Rencana Tata Ruang Wilayah Surabaya, dalam penyusunan Rencana Detail Tata

Ruang Kota ini juga harus menyesuaikan dengan produk-produk rencana tata ruang

lain yang telah ada yang berada dalam ruang lingkup wilayah perencanaan. Dalam hal

ini produk rencana tata ruang yang telah ada pada wilayah UP. Kertajaya adalah

Rencana Teknik Ruang Kota di wilayah sekitar UP. Kertajaya.

1.2. TUJUAN DAN SASARAN

1.2.1. Tujuan

Tujuan dari penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) UP.

Kertajaya adalah :

Menjaga konsistensi pelaksanaan pembangunan dan keserasian

perkembangan UP. Kertajaya sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah

Kota Surabaya.

Mewujudkan perkembangan UP. Kertajaya secara terpadu yang dapat

menjamin keterpaduan antar kegiatan dan antar kawasan di wilayah UP.

Kertajaya secara selaras, serasi dan efisien.

Menciptakan lingkungan yang sehat, teratur, aman serta efisien dengan

memberikan fasilitas pelayanan yang lengkap, tepat sesuai dengan rencana

tata ruang dengan memperhatikan kondisi dan potensi yang ada.

1.2.2. Sasaran

Untuk mencapai tujuan di atas, sasaran penyusunan RDTRK UP. Kertajaya ini

adalah :

Tersusunnya rencana tata ruang yang lebih terperinci sebagai pedoman bagi

Pemerintah Kota Surabaya dalam mengatur, mengawasi, mengarahkan dan

mengendalikan pembangunan di UP. Kertajaya, sehingga dapat mewujudkan

tertib penataan ruang serta tertib pemanfaatan lahan dan pelaksanaan

pembangunan.

Tersusunnya Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) sebagai pedoman

bagi Pemerintah Kota Surabaya dalam pemanfaatan lahan, pelaksanaan

pembangunan dan pengendalian pembangunan di wilayah UP. Kertajaya.

Terwujudnya pengembangan wilayah UP. Kertajaya sebagai salah satu pusat

perkembangan wilayah Kota Surabaya dengan fungsi utama sebagai

kawasan permukiman, perdagangan, pendidikan kesehatan, dan konservasi –

ruang terbuka hijau permukiman secara terpadu dan berkelanjutan.

Page 3: Lap Akhir b1

L A P O R A N A K H I R

Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK)U n i t P e n g e m b a n g a n K e r t a j a y a

B A D A N P E R E N C A N A A N P E M B A N G U N A N K O T A S U R A B A Y A I - 3

1.3. RUANG LINGKUP PERENCANAAN

1.3.1. Lingkup Wilayah

Lingkup fisik (teritorial) Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) UP.

Kertajaya dengan luas ± 4.579,65 Ha, meliputi wilayah administrasi antara lain :

1. Kecamatan Mulyorejo (luas ± 1.566,69 Ha), terdiri dari 6 (enam) kelurahan :

a. Kelurahan Kalijudan

b. Kelurahan Mulyorejo

c. Kelurahan Manyar Sabrangan

d. Kelurahan Dukuh Sutorejo

e. Kelurahan Kejawan Putih Tambak

f. Kelurahan Kalisari

2. Kecamatan Sukolilo (luas ± 3.012,96 Ha), terdiri dari 7 (tujuh) kelurahan :

a. Kelurahan Keputih

b. Kelurahan Gebang Putih

c. Kelurahan Klampis Ngasem

d. Kelurahan Menur Pumpungan

e. Kelurahan Nginden Jangkungan

f. Kelurahan Semolowaru

g. Kelurahan Medokan Semampir

Batas Wilayah UP. Kertajaya adalah :

Sebelah Utara : UP. III Tambak Wedi batas Kelurahan Kalijudan, Kelurahan Dukuh

Sutorejo (Kecamatan Mulyorejo)

Sebelah Selatan : UP. I Rungkut / Kali Surabaya yaitu : batas Kelurahan Nginden Jangkungan,

Kelurahan Semampir, Kelurahan Keputih

(Kecamatan Sukolilo)

Sebelah Barat : UP. I Dharmahusada yaitu : batas Kelurahan Kalijudan, Kelurahan

Mulyorejo, Kelurahan Manyar Sabrangan

(Kecamatan Mulyorejo) – Kelurahan Menur

Pumpungan, Kelurahan Nginden Jangkungan

(Kecamatan Sukolilo)

Sebelah Timur : UP. Pantai Timur Surabaya yaitu : Berdasarkan UU No. 32 tahun 2005

tentang Otonomi Daerah dan Perda Kota

Surabaya No. 3 tahun 2007 tentang RTRW,

dalam penjelasan pasal 19, dijelaskan rencana struktur wilayah laut adalah rencana struktur

dan pola pemanfaatan ruang yang terletak di

atas dan bawah permukaan laut dimulai dari

sisi laut garis laut terendah termasuk dasar laut

dan bagian bumi di bawahnya, sejauh 1/3 (sepertiga) dari wilayah kewenangan propinsi atau sejauh 4 mil.

Batas wilayah UP. Kertajaya lebih jelasnya dapat di lihat Gambar 1.3.1 tentang

batas administrasi wilayah UP. Kertajaya pada Halaman I - 4.

1.3.2. Lingkup Perencanaan

Lingkup substantif RDTRK meliputi :

1. Pendataan dan Identifikasi yang diantaranya adalah melakukan survei dan

observasi dalam rangka mengumpulkan data-data :

Kondisi eksisting pemanfaatan lahan dengan menggunakan pemetaan citra

satelit.

Karakteristik fisik, lingkungan, sosial dan ekonomi masyarakat pada

kawasan UP. Kertajaya

Potensi dan permasalahan wilayah perencanaan

2. Kompilasi dan Analisa terhadap hasil-hasil pendataan dan identifikasi, meliputi

antara lain :

Struktur ruang, yang meliputi distribusi penduduk, struktur pelayanan

kegiatan kawasan, sistem jaringan transportasi, sistem jaringan utilitas,

dan sistem prasarana pengelolaan lingkungan.

Page 4: Lap Akhir b1

L A P O R A N A K H I R

Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK)U n i t P e n g e m b a n g a n K e r t a j a y a

B A D A N P E R E N C A N A A N P E M B A N G U N A N K O T A S U R A B A Y A I - 4

GAMBAR 1.3.1. BATAS ADMINISTRASI KECAMATAN DAN KELURAHAN

PADA WILAYAH PERENCANAAN (UP. KERTAJAYA)

Page 5: Lap Akhir b1

L A P O R A N A K H I R

Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK)U n i t P e n g e m b a n g a n K e r t a j a y a

B A D A N P E R E N C A N A A N P E M B A N G U N A N K O T A S U R A B A Y A I - 5

Pola Ruang, yang meliputi pengembangan kawasan fungsional (kawasan

permukiman, perdagangan, jasa, pemerintahan, pariwisata, dan lain-lain)

dalam blok-blok peruntukan.

Pelaksanaan pembangunan kawasan fungsional meliputi : kepadatan

bangunan, ketinggian bangunan, garis sempadan bangunan, penanganan

lingkungan dan penanganan jaringan prasarana dan sarana.

Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan fungsional.

Perkembangan sosial kemasyarakatan dan pertumbuhan ekonomi, baik

lokal maupun regional.

3. Perencanaan secara terperinci dalam bentuk Rencana Detail Tata Ruang Kota

(RDTRK) UP. Kertajaya, meliputi antara lain :

Rencana struktur ruang, yang meliputi distribusi penduduk, struktur

pelayanan kegiatan kawasan, sistem jaringan transportasi, sistem jaringan

utlitas, dan sistem prasarana pengelolaan lingkungan.

Rencana pola ruang, yang meliputi pengembangan kawasan fungsional

(kawasan permukiman, perdagangan, jasa, pemerintahan, pariwisata, dan

lain-lain) dalam blok-blok peruntukan.

Pedoman pelaksanaan pembangunan kawasan fungsional meliputi :

arahan kepadatan bangunan, arahan ketinggian bangunan, arahan garis

sempadan bangunan, rencana penanganan lingkungan dan rencana

penanganan jaringan prasarana dan sarana.

Pedoman pengendalian pemanfaatan ruang dan pelaksanaan

pembangunan.

Penyusunan Konsep Peraturan Walikota sebagai unsur kelengkapan

legalitas RDTRK UP. Kertajaya.

1.3.2. Dimensi Waktu Perencanaan

Rencana Detail Tata Ruang Kota UP. Kertajaya mempunyai dimensi waktu

perencanaan 10 (sepuluh) tahun kedepan.

1.4. METODOLOGI ANALISA

Dengan didasari konsep-konsep perencanaan kota, penyusunan RDTRK UP.

Kertajaya sebagai sebuah pedoman teknik pengembangan kawasan bagian wilayah

kota ke masa depan, dilakukan dengan :

Metoda pendekatan melaras (standard – ketentuan lokal / adat).

Metoda menurut unit dalam sebuah struktur yang terhirarkis (standard –

ketentuan internasional dan nasional/regional).

Untuk dapat mewujudkan serta menatanya sebagai sebuah kota ideal yang

adalah merupakan cerminan dari sinergi ; arsitektur kota, sejarah kota serta ekologi

kota. Dimana elemen-elemen eksisting dan yang baru, sebagai pembentuk struktur

massa (ruang) perkotaan, dirancang dalam visi :

Memperkuat. Elemen-elemen perkotaan yang sudah ada di dalam suatu

kawasan perlu diperkuat supaya kawasan itu lebih jelas realitanya.

Mentransformasikan. Elemen-elemen perkotaan yang masih berbenturan di

dalam suatu kawasan perlu ditransformasikan supaya kawasan itu lebih

mendukung realitanya.

Memperkenalkan. Elemen-elemen perkotaan yang belum ada di dalam suatu

kawasan perlu diperkenalkan supaya kawasan itu lebih berarti dalam

realitanya.

Elemen-elemen di UP. Kertajaya, dalam konteks mengorganisasikan,

menstrukturkan serta menghirarkikan ruang (wilayah) perencanaan yang mempunyai

sifat dinamis karena perkembangan ruang dan waktu. Dalam prinsip harmonisasi masa

lalu, masa kini dan masa yang akan datang.

Disamping itu, mengingat wilayah perencanaan, dalam hal ini UP. Kertajaya

adalah bagian dari wilayah Kota Surabaya dimana yang satu dengan yang lainnya

"saling-terkait dan bergantungan". Pendekatan yang akan dipergunakan adalah

"Pendekatan Terpilah Berdasarkan Pertimbangan Menyeluruh" (dengan

pertimbangan menyeluruh disini dapat diartikan telah disesuaikan dengan landasan

hukum yang ada serta ketentuan yang ada didalam kerangka-acuan dengan urutan

dan kerangka pikir sebagaimana tercantum pada bagan alir kerangka pikir

Gambar 1.4.1. pada Halaman I - 6.

Page 6: Lap Akhir b1

L A P O R A N A K H I R

Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK)U n i t P e n g e m b a n g a n K e r t a j a y a

B A D A N P E R E N C A N A A N P E M B A N G U N A N K O T A S U R A B A Y A I - 6

1.4.1. Pendekatan Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu analisa terhadap hasil

pendataan dan indentifikasi yang diperoleh pada tahap sebelumnya dan

penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota UP. Kertajaya berdasarkan pada

teori dan standar-standar perencanaan yang ada.

Tahapan penyusunan laporan akhir ini meliputi kegiatan-kegiatan antara

lain :

a. Analisa dan Penyusunan Laporan Akhir

Analisa Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu analisa terhadap hasil

pendataan dan identifikasi yang diperoleh pada tahap sebelumnya

berdasarkan pada teori dan standar-standar perencanaan (instrumen

analisa). Hasil analisa setidaknya meliputi :

Analisa pola pertumbuhan, kepadatan dan distribusi penduduk.

Analisa kondisi sosial masyarakat (karakter, jenis pekerjaan, tingkat

pendidikan, dan lain-lain) dan ekonomi penduduk (kesejahteraan,

tingkat pendapatan, dan lain-lain).

Analisa sistem jaringan dan prasarana sarana transportasi.

Analisa sistem jaringan pergerakan dan aksesibilitas antar kawasan.

Analisa sistem jaringan utilitas.

Analisa blok plan (pemanfaatan ruang).

Analisa kepadatan bangunan.

Analisa ketinggian bangunan.

Analisa perpetakan bangunan.

Analisa garis sempadan.

Analisa penanganan blok peruntukan.

Analisa penanganan prasarana dan sarana.

Analisa pengendalian pemanfaatan ruang.

Penyusunan Laporan Akhir Sebelum penyelesaian tahap penyusunan laporan akhir, dibuat konsep

laporan akhir. Konsep laporan akhir ini akan dibahas dalam seminar

(diskusi terbatas/lokakarya) yang melibatkan kalangan Pemerintah Kota,

Page 7: Lap Akhir b1

L A P O R A N A K H I R

Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK)U n i t P e n g e m b a n g a n K e r t a j a y a

B A D A N P E R E N C A N A A N P E M B A N G U N A N K O T A S U R A B A Y A I - 7

perwakilan masyarakat, unsur pakar dan kelompok-kelompok organisasi

kemasyarakatan dan profesi yang terkait. Berdasarkan hasil masukan yang

diperoleh pada saat lokakarya/diskusi selanjutnya akan dilakukan

penyempurnaan terhadap draft laporan akhir untuk dijadikan Laporan Akhir.

Dalam Laporan Akhir ini akan diuraikan hasil analisa data dan rencana detai

tata ruang. Hasil rencana, meliputi :

Rencana pemanfaatan tapak.

Rencana penataan bangunan dan lingkungan.

Rencana sistem transportasi.

Rencana distribusi sarana perkotaan.

Rencana jaringan utilitas (prasarana perkotaan).

Rencana pengelolaan lingkungan.

Yang mana didalamnya memuat :

Proyeksi / rencana pertumbuhan penduduk.

Rencana distribusi penduduk.

Proyeksi/rencana pertumbuhan ekonomi.

Rencana struktur pelayanan kegiatan kawasan.

Rencana sistem jaringan transportasi.

Rencana sistem jaringan pergerakan dan aksesibilitas antar kawasan.

Rencana sistem jaringan utilitas.

Rencana blok plan (pemanfaatan ruang).

Rencana kepadatan bangunan.

Rencana ketinggian bangunan.

Rencana perpetakan bangunan.

Rencana garis sempadan.

Rencana penanganan blok peruntukan.

Rencana penanganan prasarana dan sarana.

Rencana pengendalian pemanfaatan ruang.

Gambar perspektif/ilustrasi (gambar 3 Dimensi) pada beberapa

kawasan potensial.

Hasil analisa dan rencana ini secara lengkap dituangkan dalam Laporan

Analisa dan Rencana dengan jelas dan sistematis dilengkapi dengan uraian

deskripsi, gambar skema, tabel-tabel dan lain-lain. Hasil analisa dan

rencana tersebut juga dituangkan dalam Album Peta yang berisi gambar

peta dengan skala 1 : 5.000 yang mudah terbaca, sehingga dapat dijadikan

pedoman pemanfaatan lahan, pelaksanaan dan pengendalian

pembangunan. Selain itu hasil analisa dan rencana juga dilengkapi dengan

papan informasi rencana struktur RDTRK UP. Kertajaya.

b. Album Peta Hasil analisa dan rencana tersebut juga dituangkan dalam Album Peta dimana

penggambaran album peta dilakukan dalam skala 1 : 5000 dengan

menggunakan CAD System, sehingga dapat memberikan informasi yang jelas,

akurat dan dapat dicetak pada saat dibutuhkan.

3. Legalitas Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1998

tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah, pengesahan RDTRK UP.

Kertajaya harus disahkan dengan Surat Keputusan Walikota Surabaya (Peraturan

Walikota) dengan persetujuan DPRD Kota Surabaya, untuk itu juga harus

dilengkapi dengan rancangan Peraturan Walikota tentang RDTRK UP. Kertajaya.

Produk RDTRK yang telah berkekuatan hukum merupakan hasil

kesepakatan seluruh pelaku pembangunan (stakeholders), termasuk masyarakat.

Masyarakat berhak memperoleh dan berkewajiban berperan serta dalam

memelihara kualitas ruang dan mentaati rencana tata ruang yang telah disepakati.

Untuk lebih jelasnya mengenai metode dan proses penyusunan RDTRK UP. Kertajaya dapat dilihat pada Gambar 1.4.1. tentang kerangka pikir penyusunan

RDTRK UP. Kertajaya pada Halaman I - 6.

1.4.2. Analisa Kesesuaian Lahan

Kemampuan lahan merupakan salah satu faktor fisik alam yang mempengaruhi

perkembangan ruang kota. Penilaian kemampuan lahan meliputi pengklasifikasian

tanah, yang didasarkan pada faktor-faktor penghambat kerusakan tanah. Penilaian

terhadap faktor-faktor fisik tanah akan menentukan kelas kemampuan lahan yang

menunjukan intensitas dan macam penggunaan di atasnya. Besarnya kemampuan

lahan dapat menentukan sebaran dan ketersediaan ruang beserta sumberdaya

Page 8: Lap Akhir b1

L A P O R A N A K H I R

Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK)U n i t P e n g e m b a n g a n K e r t a j a y a

B A D A N P E R E N C A N A A N P E M B A N G U N A N K O T A S U R A B A Y A I - 8

penunjang, sehingga dapat direncanakan pemanfaatannya sesuai dengan daya

dukung ruang tersebut.

Kemampuan lahan merupakan kapasitas tanah untuk bereproduksi secara

optimal tanpa menimbulkan kerusakan. Selain itu, kemampuan lahan merupakan hasil

pengklasifikasian tanah yang didasarkan pada faktor-faktor penghambat kerusakan

tanah yang bersifat permanen. Faktor-faktor fisik tanah yang mempengaruhi

kemampuan lahan adalah:

1. Topografi

2. Kedalaman efektif tanah

3. Tekstur tanah

4. Drainase

5. Tingkat erosi

6. Faktor pembatas fisik tanah

7. Bahaya banjir

Setelah mengetahui kelas klasifikasi kemampuan lahan, kemudian dilakukan

scoring atau pembobotan. Langkah ini dilakukan untuk mengidentifikasi pemanfaatan

lahan wilayah budidaya atau wilayah lindung. Wilayah lindung adalah wilayah yang

ditetapkan dengan fungsi utama menjaga kelestarian lingkungan yang mencakup

sumberdaya alam, sumberdaya hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya

buatan, dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna buatan, dan nilai sejarah serta

budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Wilayah budidaya

merupakan wilayah yang ditetapkan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar

kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan sumberdaya buatan

(yang meliputi wilayah hutan produksi, permukiman, industri, pendidikan, perkantoran,

perdagangan, serta pertahanan dan keamanan).

Dalam analisa scoring ini digunakan 3 variabel yaitu kemiringan lahan,

kepekaan tanah dan curah hujan. Masing-masing variabel tersebut memiliki kriteria

pembobotan. Kemudian dilakukan penjumlahan skor dari masing-masing variabel.

Jumlah tersebut menentukan pemanfaatan wilayah lindung atau wilayah budidaya.

Kriteria wilayah lindung dan wilayah budidaya dijelaskan dalam Tabel I.4.1.

Tabel 1.4.1 KRITERIA WILAYAH LINDUNG DAN WILAYAH BUDIDAYA

NO. FUNGSI KAWASAN TOTAL NILAI SKOR1. Hutan Lindung >175 2. Kawasan resapan air (kawasan lindung) 125-175 3. Kawasan budidaya tanaman tahunan <125 4. Kawasan budidaya tanaman semusim <125 5. Kawasan permukiman <125

Sumber: SK Mentan No. 837/KPTS/UM/11/1980 dan No. 683/KPTS/UM/8/1981, serta Keppres

No. 32/1990

Untuk lebih jelasnya diagram analisa scoring penentuan wilayah lindung dan

wilayah budidaya, dapat dilihat pada Gambar 1.4.2.

Page 9: Lap Akhir b1

L A P O R A N A K H I R

Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK)U n i t P e n g e m b a n g a n K e r t a j a y a

B A D A N P E R E N C A N A A N P E M B A N G U N A N K O T A S U R A B A Y A I - 9

Gambar 1.4.2. ELEMEN-ELEMEN YANG TERKAIT DALAM ANALISA KESESUAIAN LAHAN

BERDASARKAN SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NO. 837/KPTS/UM/1980

Dalam menganalisa kesesuaian fisik wilayah dengan kemungkinan

pengembangan fungsi kegiatan atau bangunan. Adapun metode yang digunakan

dalam melakukan analisa kesesuaian fisik wilayah adalah sebagai berikut :

1. Super Impose

Penggabungan pada beberapa peta yang menjadi variabel untuk dijadikan

unsur dalam menentukan Studi Kelayakan Lahan Kota (SKLK) yang direncanakan.

Adapun variabel-variabel tersebut antara lain adalah :

a. Topografi

b. Hidrologi

c. Geologi

d. Klimatologi

e. Jenis Tanah

Metode Super Impose :

2. Studi Kelayakan Lahan Kota

Merupakan usaha seleksi terhadap suatu kawasan dalam upaya

merencanakan suatu kawasan tersebut, dimana hasilnya nanti adalah adanya

suatu tanah yang layak untuk direncanakan, layak terbatas serta tidak layak untuk

dikembangkan.

1.4.3. Analisa Kependudukan

Pertumbuhan penduduk dalam wilayah perencanaan pada umumnya

dipengaruhi oleh dua faktor yaitu perpindahan penduduk dan pertambahan

penduduk alami (kelahiran dan kematian). Dalam menentukan prakiraan jumlah

penduduk dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu : TREND ORIENTED (prakiraan

pertumbuhan penduduk dihitung dengan mengikuti kecenderungan pertumbuhan

penduduk dalam wilayah perencanaan) dan TARGET ORIENTED (prakiraan

pertumbuhan penduduk ditentukan dengan mengarahkan tingkat kepadatan

penduduk wilayah perencanaan mengikuti ketetapan yang telah digariskan

kebijakan sebelumnya (hirakhi yang lebih tinggi).

Page 10: Lap Akhir b1

L A P O R A N A K H I R

Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK)U n i t P e n g e m b a n g a n K e r t a j a y a

B A D A N P E R E N C A N A A N P E M B A N G U N A N K O T A S U R A B A Y A I - 10

Dalam Metode Trend Oriented terdapat beberapa model kependudukan

yang akan dipergunakan untuk memprakirakan jumlah penduduk wilayah

perencanaan, yaitu model linier, bunga berganda dan regresi linier.

Model Linier Model Linier digunakan dengan asumsi, tingkat pertumbuhan penduduk

jumlahnya selalu konstan dari tahun ke tahun.

Bentuk matematis model linier adalah :

Pn = Po + n . a

Dimana :

Pn = jumlah penduduk pada tahun ke n

Po = jumlah penduduk pada tahun dasar

n = periode waktu

a = jumlah pertambahan penduduk pertahun

Model Bunga Berganda Penggunaan model bunga berganda didasarkan pada asumsi, tingkat

pertumbuhan penduduk tiap tahun selalu proporsional dengan jumlah

penduduk pada tahun sebelumnya.

Bentuk matematis model bunga berganda adalah :

Pt = Po (1 + r) t

Dimana :

Pt = jumlah penduduk pada tahun ke t

Po = jumlah penduduk

r = p / 100 (p = prosentase pertumbuhan penduduk

pertahun)

t = periode waktu

Model Regresi Linier Model regresi Linier digunakan dengan asumsi, terdapat hubungan linier antara

tahun pengamatan dengan jumlah penduduk pada tahun pengamatan yang

bersangkutan.

Bentuk matematis model regresi linier adalah :

Px = a + b . x

Dimana :

Px = jumlah penduduk pada tahun ke x

a dan b = konstanta yang diperoleh dari rumus

sebagai berikut :

22X

2

x)( - xN.Px. - xP. = a

∑∑∑∑∑∑

2x)( - xN.

Px. - XP N. = b

∑∑

∑∑∑

1.4.4. Analisa Struktur Ruang

1. Sistem Perwilayahan dan Pusat Pelayanan

Kota mengalami pertumbuhan dan perkembangan seiring berjalannya

waktu. Oleh karena itu struktur pelayanan kegiatan kawasan perkotaan, termasuk

di wilayah perencanaan tidak statis dan mengalami perubahan. Sebagai implikasi

dari pertumbuhan, kepadatan, distribusi, kondisi, sosial ekonomi dan budaya

masyarakat.

Dalam penataan ruang kota Surabaya, Struktur Pelayanan Kegiatan

Kawasan Perkotaan terorganiasi dan terhirarki dalam urutan ; Unit Pengembangan

(UP), Unit Distrik (UD), Unit Lingkungan (UL) dan Unit Masyarakat. Dalam lingkup RDTRK terhirarki menjadi Unit Distrik (UD) dan Unit Lingkungan (UL).

Pembagian struktur pelayanan kegiatan kawasan perkotaan dapat

dilakukan dengan mempertimbangkan :

1. Jumlah penduduk.

2. Kesamaan luas antar unit distrik dan unit lingkungan.

3. Batas wilayah administrasi (Kecamatan maupun Kelurahan).

4. Batas fisik. Batas fisik yang biasanya digunakan sebagai batas pembagian

struktur pelayanan merupakan batas fisik yang kuat seperti : jalan (tol –

arteri primer), rel kereta api, jalur tegangan tinggi, dan sungai.

Page 11: Lap Akhir b1

L A P O R A N A K H I R

Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK)U n i t P e n g e m b a n g a n K e r t a j a y a

B A D A N P E R E N C A N A A N P E M B A N G U N A N K O T A S U R A B A Y A I - 11

5. Homogenitas penggunaan lahan. Struktur pelayanan kegiatan perencanaan

diusahakan mempunyai penggunaan lahan yang homogen.

Dari masing-masing pertimbangan di atas mempunyai kelebihan dan

kekurangan. Namun demikian untuk meminimalkan kekurangan yang ada

pembagian struktur pelayanan kegiatan kawasan perkotaan dipilih dengan

menggunakan pendekatan batas wilayah administratif dengan tidak menutup

kemungkinan penggabungan lebih dari satu wilayah adminstratif. Hal ini terjadi

karena adanya kendala dalam pengendalian pemanfaatan ruang. Dimana jika

pembagian tersebut didasarkan pada batasan administratif diharapkan

pengendalian dan pengawasan dapat mengikutsertakan masyarakat.

2. Fungsi Kegiatan

Penentuan fungsi pada masing-masing unit distrik (UD) dan unit lingkungan (UL) pada wilayah perencanaan (UP. Kertajaya) dilakukan dengan

mempertimbangkan :

a. Arahan RTRW Kota Surabaya.

b. Arahan RDTRK terkait yang pernah disusun.

c. Arahan RTRK terkait yang pernah disusun.

d. Studi-studi lain yang terkait.

e. Kecenderungan perkembangan wilayah perencanaan.

f. Aspirasi masyarakat.

Fungsi kegiatan eksisting pada masing-masing unit menunjukkan adanya

perkembangan yang mengarah kepada kegiatan yang berskala primer maupun

sekunder. Fungsi primer dan fungsi sekunder adalah faktor-faktor penyebab utama

tumbuhnya suatu kota/wilayah/kawasan yang memungkinan kota/wilayah/kawasan

tersebut bisa berperan menurut hirarkhinya.

Fungsi yang berskala primer adalah kegiatan perkotaan/wilayah/kawasan

yang dapat merangsang pertumbuhan aktivitas sosial-ekonomi-budaya-hankam

yang mengakibatkan mekarnya suatu kota/wilayah/kawasan. Suatu

wilayah/kawasan dikatakan mempunyai fungsi primer jika mempunyai kegiatan

seperti : industri – pergudangan, terminal, pelabuhan, pusat-pusat perdagangan

(grosir-retail), pasar induk dan sebagainya.

Sedangkan yang dimaksud dengan fungsi kegiatan yang berskala sekunder

adalah jika kegitan wilayah tersebut dilengkapi sarana (fasilitas wilayah/kawasan)

bagi kegiatan jasa, minimal untuk pelayanan internal, misalnya : fasilitas

perkantoran, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas peribadatan dan

sebagainya.

Sementara untuk penetapan pusat-pusat dari unit-unit struktur pelayanan kegiatan, direkomendasikan dengan mempertimbangkan :

a. Arahan Perda No. 3 tahun 2007 mengenai RTRW Kota Surabaya.

b. Sentralisasi perdagangan dan jasa.

c. Kecenderungan aglomerasi fasilitas pelayanan masyarakat yang telah

terbangun, hidup dan berkembang.

e. Potensi pusat orientasi kegiatan ekonomi masyarakat, terkait dengan

klasifikasi jalan (primer atau sekunder) dimana pusat itu berada, sebagai

penunjang aksesibilitas.

f. Skala pelayanan (primer atau sekunder).

g. Batas wilayah administrasi.

Beberapa model analisa yang terkait, yang dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan penentuan sistem perwilayahan dan fungsi kegiatan, antara lain :

Model Aksessibilitas Model aksessibilitas dapat digunakan untuk menganalisa tingkat keterpusatan

lokasi suatu fasilitas pelayanan. Menurut model ini aksessibilitas suatu lokasi

dipengaruhi oleh 4 variabel, yaitu kondisi perkerasan jalan, fungsi jaringan

jalan, ketersediaan angkutan umum dan jarak. Model aksessibilitas mempunyai

bentuk sebagai berikut :

∑d

T . F . K =A

Dimana :

A = tingkat aksessibilitas

K = kondisi perkerasan jalan

F = fungsi jaringan jalan

d = jarak

Page 12: Lap Akhir b1

L A P O R A N A K H I R

Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK)U n i t P e n g e m b a n g a n K e r t a j a y a

B A D A N P E R E N C A N A A N P E M B A N G U N A N K O T A S U R A B A Y A I - 12

Skalogram Fasilitas Skalogram fasilitas digunakan untuk menganalisa tingkat pelayanan (hirarki)

fasilitas dari suatu kawasan permukiman. Variabelnya terdiri dari berbagai

fasilitas, seperti fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan, perdagangan,

pemerintahan, olah raga dan rekreasi. Asumsi penggunaannya didasarkan

pada kelengkapan fasilitas yang ada. Semakin lengkap fasilitas yang terdapat

pada kawasan permukiman, maka hirarkinya semakin tinggi; dan kawasan

tersebut mempunyai kecenderungan kuat menjadi pusat pelayanan bagi

kawasan di sekitarnya.

1.4.5. Analisa Pola Ruang

Dalam analisa pola pemanfaatan ruang ini secara umum kawasan dibedakan

menjadi tiga jenis, yaitu :

a. Kawasan Lindung, yaitu kawasan yang fungsi utamanya melindungi kelestarian

sumber daya alam, sumber daya buatan serta nilai budaya dan sejarah bangsa dan

harus dilindungi dari setiap kegiatan budidaya atau kegiatan produksi lainnya yang

dapat mengurangi atau merusak fungsi lindungnya,

b. Kawasan Budidaya, yaitu kawasan yang kondisi fisik dan sumber daya alamnya

dapat dan perlu dimanfaatkan untuk kepentingan produksi guna memenuhi

kebutuhan manusia dan pembangunan, dan

c. Kawasan Penyangga, yaitu kawasan yang terletak diantara kedua jenis kawasan

yang disebutkan terdahulu dan berfungsi sebagai penyangga agar pengembangan

kawasan budidaya tidak memasuki kawasan lindung. Pada kawasan ini, kegiatan

budidaya secara terbatas masih diperkenankan.

1. Kawasan Lindung

Menurut fungsinya, kawasan dengan fungsi sebagai kawasan lindung dapat

dibedakan menjadi empat, yaitu:

a. Kawasan yang memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya,

misalnya kawasan hutan lindung, kawasan bergambut, dan kawasan resapan

air,

b. Kawasan perlindungan setempat, misalnya daerah sempadan pantai,

sempadan sungai, kawasan sekitar waduk/danau, dan kawasan sekitar mata

air,

c. Kawasan suaka alam dan cagar budaya misalnya kawasan suaka alam pantai

berhutan bakau, dan kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, dan

d. Kawasan rawan bencana.

Analisa ini ditekankan pada kajian berdasarkan rona awal fisik dasar

kawasan perencanaan. Analisa kesesuaian pemanfaatan ruang untuk kawasan

lindung terdiri dari beberapa kegiatan analisa meliputi :

a. Analisa untuk mengkaji kawasan lindung secara lebih mendetail yang ada di

kawasan perencanaan yang telah ditetapkan dalam RTRW Propinsi maupun

RTRW Kabupaten dan deliniasi atau pembatasan lingkup untuk masing-masing

kawasan lindung.

b. Analisa untuk mengkaji keberadaan fungsi lindung setempat, seperti sempadan

sungai, mata air, kawasan suci dan tempat suci.

c. Analisa pengembangan dan pengelolaan masing-masing jenis kawasan

lindung.

d. Analisa untuk mengkaji lahan-lahan yang dikembangkan untuk menjaga

keseimbangan pemanfaatan ruang.

2. Kawasan Budidaya Non Pertanian

Kawasan budidaya non pertanian meliputi permukiman, pariwisata,

perindustrian, penambangan golongan C, Pusat SKP/SP dan penggunaan lahan

lainnya. Analisa kawasan budidaya non pertanian lebih dititikberatkan kepada

analisa kawasan budidaya permukiman penduduk perkotaan beserta fasilitas

penunjangnya, untuk dapat menunjukkan struktur tata ruang yang ada di kawasan

perencanaan.

Analisa ini akan bersifat rinci, yang menyangkut kapasitas daya dukung

lahan, kemampuan lahan pengembangan, dan batasan atau deliniasi antara

kegiatan dominan dengan kegiatan penunjang. Berdasarkan metode analisa ini

akan diketahui kesesuaian pemanfaatan masing-masing penggunaan lahan sesuai

Page 13: Lap Akhir b1

L A P O R A N A K H I R

Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK)U n i t P e n g e m b a n g a n K e r t a j a y a

B A D A N P E R E N C A N A A N P E M B A N G U N A N K O T A S U R A B A Y A I - 13

dengan daya dukung sumber daya alam yang ada di kawasan perencanaan.

Analisa yang dilakukan pada kawasan budidaya non pertanian ini adalah:

a. Analisa Pola Permukiman

Tujuan analisa ini adalah:

Mengidentifikasi elemen-elemen yang berbeda dari sistem pemukiman

regional, yaitu jumlah dan lokasi satuan pemukiman dan interaksinya satu

sama lain dalam melakukan kegiatan ekonomi dan sosial.

Menentukan karakteristik fungsional masyarakat dan sejauh mana

pemukiman-pemukiman yang ada melayani penduduk yang tinggal di luar

batas pemukiman tersebut, yaitu sejauh mana pemukiman-pemukiman

tersebut berfungsi sebagai pusat pelayanan.

Memberikan gambaran mengenai pola pemukiman dalam wilayah, yaitu

tingkat hirarki dan penyebarannya dan sentralitas tempat-tempat yang ada

di dalamnya.

Menentukan distribusi dan pola asosiasi antara fungsi-fungsi sosial dan

ekonomi (jasa-jasa, infrastruktur, organisasi dan fasilitas) dalam pemukiman

yang merupakan hal penting untuk pembangunan lokal dan regional.

Analisa pola pemukiman dilakukan dengan menggunakan dua analisa dasar

yaitu :

Analisa pertumbuhan pemukiman

Analisa ini memberikan profil pendahuluan mengenai pola pemukiman

untuk dianalisa lebih lanjut. Selain itu, untuk mempermudah membedakan

antara pemukiman kota dan pemukiman desa, hasil analisa dapat pula

memberikan pengertian mengenai besarnya kelas-kelas pemukiman dan

perubahannya dari waktu ke waktu.

Analisa fungsi pemukiman. Analisa ini memberikan perhatian kepada fungsi-fungsi sosial dan ekonomi

yang dilakukan oleh masyarakat yang berlainan dan bagaimana masyarakat

tersebut secara bersama-sama membentuk pola atau sistem yang dapat

mempengaruhi pembangunan ekonomi atau sosial.

Kombinasi sejumlah peralatan analisa dapat digunakan untuk menentukan

karakteristik fungsional sistem pemukiman, antara lain:

Skala Guttman, digunakan untuk menganalisa karakteristik yang mendasari

fungsi-fungsi : pelayanan, fasilitas, infrastruktur, organisasi-organsisasi dan

kegiatan ekonomi yang membuat pemukiman menjadi sentralitas dalam

sistem spasial.

Threshold Analysis, digunakan untuk menganalisa jumlah penduduk yang

dibutuhkan untuk mendukung pelayanan, fasilitas dan infrastruktur yang

ada dalam suatu daerah.

Weighted Centrality Indexes, digunakan untuk mengukur kompleksitas

fungsional baik dalam jumlah fungsi-fungsi dalam satu daerah, maupun

frekuensi terjadinya.

Skalogram, digunakan untuk menyusun hirarki pemukiman berdasarkan

jumlah dan jenis fasilitas sosial ekonomi yang dimiliki.

b Analisa Intensitas Penggunaan Lahan

Model ini digunakan untuk menilai tingkat intensitas penggunaan lahan dari

setiap kegiatan pemukiman pada seluruh kawasan perencanaan. Model yang

digunakan adalah sebagai berikut:

0,381KLB Log 1,903 IPL +

=

Dimana : PL = Intensitas Penggunaan Lahan

KLB = Koefisien Lantai Bangunan