lap akhir pkmm
DESCRIPTION
laporanTRANSCRIPT
i
LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
PELATIHAN KETERAMPILAN MERAWAT DIRI PADA PENDERITA
KUSTA DAN KELUARGANYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KECAMATAN PADAS KABUPATEN NGAWI JAWA TIMUR
BIDANG KEGIATAN :
PKM-M
oleh :
Qori Pratiwi J410080008/2008
Nasrudin Purwonugroho J410090041/2009
Bherta Eka Andryani J410090044/2009
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2011
i
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PKM-M
1. Judul Kegiatan : Pelatihan Merawat Diri pada Penderita Kusta
dan Keluarganya di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi Jawa
Timur
2. Bidang Kegiatan : PKMM
3. Bidang Ilmu : Kesehatan
4. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Qori Pratiwi
b. NIM : J 410 080 008
c. Program Studi : Kesehatan Masyarakat S1
d. Universitas : Universitas Muhammadiyah Surakarta
e. Alamat Rumah / No. HP : Sendang RT 01, RW 02, Kepuhsari, Manyaran,
Wonogiri / 087836247940
f. Alamat email : [email protected]
5. Anggota Pelaksana Kegiatan : 2 orang.
6. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dwi Linna Suswardany, SKM, MPH
b. NIK : 862
7. Alamat Rumah dan No.Telp : Jiwan RT 02, RW 06, Ngemplak,
Kartasura, Sukoharjo / 081804539132
8. Biaya Kegiatan Total : Rp 7.491.750,00
Dikti : 6 bulan
Surakarta, Juni 2011
Menyetujui
Ketua Program Studi
( Yuli kusumawati, SKM, M.Kes (Epid))
NIK. 863
Ketua Pelaksana Kegiatan
(Qori Pratiwi )
NIM. J 410 080 008
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan
(Prof. Dr. H. Absori, SH, M.Hum)
NIK. 535
Dosen Pendamping
(Dwi Linna Suswardany, SKM, MPH)
NIK. 862
ii
ABSTRAK
Pelatihan Keterampilan Merawat Diri pada Penderita Kusta dan
Keluarganya di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Padas
Kabupaten Ngawi Jawa Timur
Tingkat kecacatan penderita kusta di Puskesmas Padas lebih tinggi dari tingkat
kecacatan penderita kusta di Kabupaten Ngawi. Kecacatan dapat dicegah,
diantaranya dengan melakukan perawatan diri secara tepat dan teratur, serta
disertai dukungan keluarga yang kuat. Tujuan PKMM ini adalah untuk melatih
penderita kusta agar mampu merawat diri dengan tepat dan meningkatkan
dukungan keluarga penderita dalam upaya perawatan diri penderita kusta. Metode
yang digunakan dalam kegiatan adalah pelatihan dengan praktik yang terbagi
menjadi tiga tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan follow up. Dari 110
undangan yang disebarkan, sebanyak 76 (69%) penderita kusta dan 47 (42,17%)
keluarga penderita kusta mendapat manfaat pelatihan. Setelah penyuluhan,
keluarga kusta mulai mengenal penyakit kusta dan mengetahui cara perawatan diri
dengan rata-rata skor pengetahuan lebih dari 50% benar sebanyak 72%,
sedangkan pada penderita kusta, skor benar meningkat dari rata-rata 50% benar
menjadi rata-rata di atas 60% benar. Keterampilan penderita kusta diuji saat post-
test dan hanya 16,7% yang tidak menjawab dengan lengkap dan tepat. Setelah
satu bulan pelatihan, hasil follow up menunjukkan bahwa dari 35 penderita kusta
yang diwawancarai, 74,3% memiliki pengetahuan yang baik. Penderita yang telah
melakukan perawatan diri dengan tepat untuk cacat pada tangan sebanyak 60%,
cacat pada kaki sebanyak 58%, dan cacat pada mata sebanyak 60%. Dari 25
keluarga penderita kusta yang diwawancarai saat follow up, sebanyak 72%
memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang kusta dan 56% menyatakan telah
mendukung dan mengingatkan penderita kusta untuk merawat diri dengan benar
dan teratur.
Kata Kunci : Kusta, Cacat Kusta, Keterampilan merawat diri.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah
SWT atas rahmat serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan
Akhir Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Pengabdian Masyarakat ini.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Orang Tua yang selalu mendoakan dan mendukung kami dalam
menyelesaikan kegiatan pengabdian masyarakat ini.
2. Masyarakat anggota Paguyuban Harapan Kita yang dengan sabar mengikuti
pelatihan serta menerima kedatangan kami dengan baik.
3. Dwi Linna Suswardany, SKM, MPH, selaku dosen pembimbing PKM-M
yang selalu mengarahkan, mendukung dan memotivasi kami dalam
melaksanakan pengabdian masyarakat ini .
4. Yuli Kusumawati, SKM,M.Kes(Epid), selaku Kepala Program Studi
Kesehatan Masyarakat FIK UMS.
5. Arif Widodo,A.Kep., M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
6. dr. Heri Nurfahrudin, Selaku Kepala Puskesmas Kecamatan Padas Kabupaten
Ngawi yang telah memberikan izin untuk melaksanakan Pengabdian
Masyarakat.
7. Katon Prasetya, S.Kep,Ners, selaku pembimbing di Paguyuban Harapan Kita
di Puskesmas Padas dan pembimbing kami selama di Puskesmas Padas.
8. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi yang telah memberikan izin untuk
melaksanakan Pengabdian Masyarakat dan pembekalan.
9. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI), LPPM UMS, dan Prodi
Kesehatan Masyarakat FIK UMS yang telah mendukung dan mendanai
kegiatan pengabdian masyarakat.
10. Dan semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung turut
membantu dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini.
Surakarta, Juni 2011
Penulis
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN ................................... i
ABSTRAK .............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ............................................................................ iv
I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
Perumusan Masalah ............................................................................. 2
Tujuan Program ................................................................................... 3
Luaran yang Diharapkan ..................................................................... 3
Kegunaan Program ............................................................................... 4
II. GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN .................... 4
III. METODE PENDEKATAN ............................................................. 4
IV. PELAKSANAAN PROGRAM ........................................................ 7
Waktu dan Tempat Pelaksanaan .......................................................... 7
Tahapan Pelaksanaan/Jadwal Faktual Pelaksanaan ............................ 7
Instrumen Pelaksanaan ....................................................................... 8
Rancangan dan Realisasi Biaya ........................................................... 8
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 11
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 13
LAMPIRAN
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyakit kusta pada saat ini masih menjadi salah satu masalah
kesehatan di dunia. Kecacatan yang sering timbul akibat penyakit Kusta
merupakan ancaman terhadap sumber daya manusia baik dari segi
kesehatan maupun sosial dan ekonomi (Amiruddin, 2005). Penyakit ini
umumnya masih terdapat di negara-negara sedang berkembang (Siregar,
2004), beriklim tropis atau subtropsis (Brown, 2005) serta hidup dengan
tingkat sosial ekonomi rendah (Kosasih et al., 2007). Prevalensi kusta di
seluruh dunia pada awal tahun 2009 mengalami peningkatan 0,11%
(213.036 kasus) (WHO, 2009), dibandingkan pada awal tahun 2008
(212.802 kasus) (WHO, 2008). Mayoritas penderita kusta berasal dari
negara India sebesar 134.184 kasus, Brazil 38.914 kasus (WHO, 2009),
dan Indonesia (17.441 kasus) (Depkes RI, 2009).
Indonesia telah mencapai indikator eliminasi kusta yang ditetapkan
World Health Organization (WHO) yaitu kurang dari 1 per 10.000
penduduk pada 2008 (Kosasih et al., 2007), namun belum berhasil
menurunkan tingginya angka kecacatan akibat kusta. Cacat tingkat dua
merupakan salah satu indikator lanjutan untuk melihat keberhasilan
eleminasi kusta (Rachmat, 2006; Depkes, 2007). Proporsi kecacatan
tingkat dua di Indonesia tahun 2008 adalah 9,56% (Depkes RI, 2009).
Tingginya proporsi kecacatan tingkat 2 yang ditandai terjadinya
kerusakan fisik pada tubuh yang terlihat oleh mata ini menunjukkan
kinerja petugas dalam upaya penemuan kasus masih kurang efektif
(Depkes RI, 2007) serta tindak lanjut hasil penemuan kasus yang kurang
diperhatikan.
Propinsi Jawa Timur pada tahun 2009 memiliki proporsi cacat
tingkat dua tertinggi di Indonesia, yaitu sebesar 572 kasus (11,64%)
dengan Prevalensi Rate (PR) 1,62 per 10.000 penduduk (Depkes RI,
2009). Meskipun di Kabupaten Ngawi memiliki jumlah penderita kusta
dengan tingkat kecacatan yang lebih rendah dari standard nasional,
namun tidak demikian dengan kejadian cacat kusta tingkat dua di wilayah
2
kerja Puskesmas Padas. PR di Puskesmas Padas sebesar 0,9 per 10.000
penduduk (Dinkes, 2009), dengan proporsi penderita cacat tingkat dua
yang tergolong tinggi sebanyak 35 orang (30,43%) (Puskesmas Padas,
2009).
Kecacatan kusta dapat dicegah bila penderita kusta lebih cepat
ditemukan oleh petugas atau penemuan kasus secara aktif ditingkatkan,
karena metode penemuan penderita berhubungan secara signifikan
dengan tingkat kecacatan penderita kusta (Firnawati, 2010). Jika sudah
diketahui menderita kusta, pencegahan kecacatan dapat dilakukan oleh
penderita kusta dengan melakukan perawatan diri. Perawatan ini meliputi
pemeriksaan tubuh sampai merawat luka pada bagian-bagian yang terjadi
kerusakan fisik agar tidak terjadi kerusakan lebih lanjut.
Firnawati (2010) menyatakan bahwa perawatan diri merupakan
salah satu variabel penentu risiko terjadinya kecacatan pada penderita
kusta di Puskesmas Padas. Afandi (2010) menguatkan hasil penelitian
tersebut dengan mencari beberapa faktor yang berhubungan dengan
perawatan diri dan menemukan fakta rendahnya keterampilan perawatan
diri dengan benar pada penderita kusta. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat
kecacatan kusta dengan upaya pencegahan kecacatan kusta di Kabupaten
Ngawi. Pada penelitian tersebut peran keluarga turut menentukan
keberhasilan pelaksanaan upaya perawatan diri pada penderita kusta.
Berlandaskan pada pentingnya upaya perawatan diri untuk
mencegah kecacatan pada penderita kusta dan pentingnya peran keluarga
guna kesuksesan upaya perawatan diri, maka penulis mengadakan
pengabdian masyarakat yang berjudul “Pelatihan Keterampilan Merawat
Diri pada Penderita Kusta dan Keluarganya di Wilayah Kerja Kecamatan
Padas Kabupaten Ngawi Jawa Timur.”
B. Rumusan Masalah
Uraian ringkas dalam latar belakang masalah memberi dasar
untuk melakukan Pengabdian Masyarakat pada penderita kusta di wilayah
kerja Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Pengabdian
3
Masyarakat dalam program kegiatan ini memberikan keterampilan dalam
perawatan diri penyakit kusta. Hal ini mengingat masih banyaknya
penderita kusta dan keluarganya yang belum mengetahui perawatan diri
dengan benar untuk mencegah terjadinya kecacatan dan agar tidak menjadi
sumber penularan penyakit kusta pada orang lain. Pentingnya peran aktif
keluarga dalam perawatan diri menyebabkan pelatihan terhadap mereka
pun merupakan kebutuhan yang cukup mendesak.
C. Tujuan
Adapun tujuan dari program ini adalah :
1. Penderita kusta dan keluarganya mengetahui cara perawatan diri
penyakit kusta dengan benar.
2. Penderita kusta dapat menerapkan perawatan diri dengan benar.
3. Keluarga penderita kusta dapat memberikan dukungan pada penderita
untuk melakukan perawatan diri dengan benar.
D. Luaran yang Diharapkan
Luaran langsung yang telah didapatkan dari program ini adalah:
1. Penderita kusta dan keluarganya mempunyai kemampuan dalam
merawat diri dengan baik dan benar.
2. Keluarga penderita kusta mendukung pelaksanaan perawatan diri
pada penderita kusta.
Luaran jangka panjang yang diharapkan dari program ini adalah:
1. Mengurangi risiko penularan penyakit kusta pada orang lain.
2. Mencegah terjadinya kecacatan pada penderita kusta.
3. Menurunkan angka kecacatan kusta tingkat dua di wilayah kerja
Puskesmas Padas.
E. Kegunaan Program
Adapun kegunaan program kegiatan ini adalah :
1. Bagi Penderita Kusta
Memberikan keterampilan bagi penderita kusta dalam merawat diri
dengan baik, benar, dan teratur.
4
2. Bagi Keluarga Penderita Kusta
Menambah pengetahuan keluarga tentang cara merawat penderita
kusta serta menumbuhkan perhatian keluarga dalam membantu proses
perawatan diri pada keluarganya yang menderita kusta.
II. GAMBARAN MASYARAKAT SASARAN
Sebagian besar penderita kusta di Puskesmas Padas berjenis kelamin
laki-laki dengan tingkat pendidikan SD, serta bekerja sebagai petani.
Penderita kusta pada puskesmas ini tersebar di seluruh desa dengan jumlah
terbanyak pada Desa Tambakromo. Sebagian besar penderita kusta
tersebut berumur lebih dari 17 tahun dan sudah kawin. Para penderita kusta
memiliki wadah yang difasilitasi oleh Puskesmas Padas dan dinamai
Paguyuban Harapan Kita.
Paguyuban Harapan Kita merupakan paguyuban yang diperuntukkan
bagi para penderita kusta di wilayah kerja Puskesmas Padas dan sekitarnya.
Paguyuban ini mengadakan pertemuan bulanan setiap Selasa Pon di
Puskesmas Padas. Pada pertemuan ini diadakan silaturahim dan ceramah
pembinaan dari petugas kusta Puskesmas Padas. Materi yang diberikan
berkisar tentang penyakit kusta dan perawatan diri terhadap penyakit kusta.
Meskipun telah dilakukan ceramah bulanan, namun hasil penelitian terbaru
menunjukkan perawatan diri yang dilakukan oleh 37,5% penderita kusta
belum benar (Afandi, 2010). Hasil penelitian yang dilakukan pada
penderita kusta di Kabupaten Ngawi, termasuk di Puskesmas Padas,
tersebut juga menunjukkan masih ada 27,1% penderita yang belum
mendapatkan dukungan dari keluarganya dalam upaya perawatan diri.
Padahal, dukungan keluarga merupakan variabel yang menentukan salah
suksesnya perawatan diri. Penderita kusta yang teratur dan benar dalam
melakukan perawatan diri, memiliki keluarga yang menunjukkan dukungan
terhadap upaya perawatan diri.
III. METODE PENDEKATAN
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah penyuluhan dan
pelatihan dengan praktik. Kegiatan PKMM ini dilaksanakan dalam tiga
tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan follow up untuk mengukur
5
keberhasilan pelatihan setelah satu bulan.
A. Tahap Persiapan dan Pre-Test
Persiapan kegiatan PKMM meliputi persiapan internal dan
eksternal. Persiapan internal berupa kegiatan peningkatan komitmen
terhadap pelaksanaan PKMM sampai akhir, pembagian tugas dan
tanggung jawab tim PKMM, pembekalan ulang materi perawatan diri
kusta, pembuatan kuesioner pre-test, post-test, materi penyuluhan dan
pelatihan, serta pembuatan form follow up. Tahap persiapan ini dilakukan
dengan terus berkonsultasi kepada pembimbing baik bertatap muka
langsung maupun melalui email. Adapun tahap persiapan eksternal
meliputi kegiatan pengurusan perizinan yang berlangsung sekitar 2
minggu, dan diselingi serta diikuti dengan kegiatan mengenal calon
peserta pelatihan. Tim PKMM berusaha mendekat dan mengenal lebih
jauh calon peserta pelatihan dengan mengunjungi calon peserta yang
sedang di rawat di rumah sakit bersama rombongan Paguyuban Harapan
Kita (1 Maret 2011). Pengenalan kedua (5 April 2011) dengan mengikuti
pertemuan rutin sekaligus menyebarkan kuesioner untuk mengetahui data
awal pengetahuan dan ketrampilan perawatan diri responden. Hasil
penyebaran kuesioner ini menunjukkan 91,67% responden memiliki
pengetahuan yang kurang tentang penyakit kusta, dan hanya 8,33% yang
melakukan perawatan diri dengan benar dan teratur.
B. Pelaksanaan
Kegiatan utama dilaksanakan selama 4 hari pada 7-10 April 2011.
Karena rangkaian kegiatan ini membutuhkan banyak orang dalam
pelaksanaannya, tim PKMM melibatkan 3 orang alumni Prodi Kesehatan
Masyarakat FIK UMS yang dulu mengambil skripsi dengan tema kusta
dan telah bergaul lebih lama dengan penderita kusta, serta 3 orang kakak
tingkat yang sedang mengerjakan skripsi dengan tema kusta dan
merupakan kelanjutan dari Program PKMM ini. Enam orang tersebut
bertugas menyiapkan snack dan uang pengganti transport peserta
pelatihan, resepsionis, serta seksi perlengkapan. Pelaksanaan kegiatan
6
PKMM dibagi dalam beberapa tahap agar pelatihan dapat berjalan
dengan lancar sekaligus terukur hasilnya. Tahapan pelaksanaan tersebut
meliputi:
C. Penyuluhan
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah metode
ceramah dan tanya jawab. Tim PKMM memberi materi tentang dasar-
dasar penyakit kusta, penyebabnya, bagaimana cara penularannya,
pengobatan kusta, pencegahan kecacatan kusta secara umum, dan
perawatan diri pada penderita sesuai dengan kondisi cacatnya.
Penyuluhan dilaksanakan di ruang pertemuan Puskesmas Padas dan
mendatangi rumah beberapa rumah penderita yang tidak memenuhi
undangan. Keseluruhan sebanyak 123 peserta yang mendapatkan
penyuluhan (76 penderita kusta dan 47 keluarga penderita kusta), namun
yang datang ke Puskesmas untuk mendapatkan penyuluhan dan pelatihan
hanya 66 penderita kusta dan 37 keluarganya. Sebanyak 10 penderita
kusta dan keluarganya didatangi ke rumah masing-masing (door to door)
untuk mendapatkan penyuluhan dan pelatihan ini.
D. Pelatihan perawatan diri
Pelatihan dilakukan di luar geduang pertemuan dengan memasang
tenda demi kenyamanan peserta dan kemudahan proses pelatihan karena
terdapat alat bantu seperti ember yang berisi air, minyak goreng, dan batu
apung, yang tidak memungkinkan bila dilaksanakan di ruang pertemuan
seperti saat penyuluhan. Peserta pelatihan dibagi menjadi tiga kelompok
cacat, yaitu cacat pada mata (10), cacat pada tangan (20), dan cacat pada
kaki (30), serta mantan penderita (6). Masing-masing tim PKMM
memberikan pelatihan pada setiap kelompok pelatihan tersebut. Para
peserta pelatihan bergiliran memasuki kelompok pelatihan karena setiap
kelompok hanya diisi maksimal 5 orang penderita beserta keluarganya.
Pelatihan ini selain dilakukan dengan peragaan oleh tim PKMM, juga
dilakukan praktik oleh setiap peserta pelatihan disaksikan oleh
keluarganya yang duduk di sebelahnya. Setelah pelatihan selesai, tim
PKMM melakukan post-test dengan pertanyaan terbuka untuk mengkaji
7
kembali apakah materi pelatihan sudah diterima dengan baik oleh para
peserta atau belum.
E. Follow up
Follow up adalah kegiatan kunjungan ke pertemuan rutin Selasa
Pon (10 Mei 2011), satu bulan setelah pelatihan dilakukan. Follow up
dilakukan untuk mengukur keberhasilan pelatihan jangka pendek serta
untuk mempertegas besarnya manfaat yang diperoleh penderita kusta dan
keluarganya. Tim PKMM melakukan sampling dalam pengukuran
pengetahuan dan perilaku penderita dalam merawat diri serta pengukuran
pengetahuan dan dukungan keluarga terhadap pelaksanaan perawatan diri
penderita kusta. Sebanyak 35 penderita dan 25 keluarganya dipilih secara
acak untuk diwawancarai dan diukur pengetahuan serta ketepatan dan
keteraturannya dalam perawatan diri. Tidak semua keluarga yang
mengikuti pelatihan dulu ada di rumah, sehingga hanya 25 keluarga
penderita kusta saja yang berhasil diwawancarai.
IV. PELAKSANAAN PROGRAM
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Keseluruhan program dilaksanakan dari bulan Februari-Juni 2011
dan menggunakan aula Puskesmas Padas sebagai tempat utama kegiatan
serta rumah masing-masing warga sebagai tempat tambahan bagi
penderita kusta dan keluarganya yang tidak datang pada saat pelatihan
berlangsung.
B. Tahapan Pelaksanaan /Jadwal Faktual Pelaksanaan
NNo Kegiatan Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
a. Perizinan
b. Pendekatan dan
perkenalan dengan
anggota Paguyuban
Harapan Kita
N
o
Kegiatan Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
c. Penyebaran undangan
d. Pre test
8
C. Instrumen Pelaksanaan
Instrumen yang digunakan dalam pengabdian ini yaitu kuesioner
untuk Pre test, Post test dan Follow up kemudian intrumen yang
digunakan dalam pelaksanaan pengabdian antara lain peralatan pelatihan
perawatan diri misalnya batu apung, minyak goreng, kacamata, handuk
kecil, dll. Kemudian kami juga menyediakan tenda agar proses pelatihan
nyaman dan tidak terasa panas.
D. Rancangan dan Realisasi Biaya
1. Neraca Pemasukan dan Pengeluaran
e. Penyiapan alat dan
bahan pelatihan
2 Pelaksanaan pelatihan
3 Follow Up
4 Pembuatan laporan
kemajuan
5 Monev
6 Pembuatan laporan akhir
No Keterangan Total (Rp)
Pemasukan
1. 70 % dana dari dikti 3.291.750,00
2. Dana Pengabdian Kolaboratif Dosen-Mahasiswa 600.000,00
3. Dana dari Prodi Kesehatan Masyarakat 2.016.453,00
TOTAL 5.908.203,00
Pengeluaran
1. Konsumsi 1.327.600,00
2. Habis pakai 116.400,00
3. Peralatan penunjang PKM 3.002.900,00
4. Perjalanan 1.211.303,00
5. Lain – lain 250.000,00
TOTAL 5.908.203,00
Saldo Pemasukan-Pengeluaran 0
9
2. Rincian Pengeluaran
a. Konsumsi
No Pengeluaran Satuan Jumlah (Rp)
1. Makan pelatihan 165.500,00
2. Makan follow up 37.500,00
3. Minum pelatihan 22.500,00
4. Air mineral 17 x @ Rp
1.300,00
22.100,00
5. Snack peserta pelatihan 1.080.000,00
TOTAL Rp 1.327.600,00
b. Habis Pakai
No Pengeluaran Satuan Jumlah (Rp)
1. Fotocopy A4 138 18.000,00
2. Fotocopy buram 120 x @ Rp 80,00 9.600,00
3. Fotocopy A4 &
buram
48.900,00
4. Print, fotocopy, jilid 27.900,00
5. ATK 12.000,00
TOTAL Rp 116.400,00
b. Peralatan dan Administrasi Penunjang PKM
No Pengeluaran Satuan Jumlah (Rp)
1. Ember 100x @Rp 5.000,00 500.000,00
2. Minyak goreng &
dettol
33.200,00
3. Kacamata 1 x @ Rp 17.000,00 17.000,00
4. Batu apung 13.500,00
5. Sarung 29.900,00
6. Gunting kuku, dll 39.800,00
7. Tenda 500.000,00
10
8. Vendel 50.000,00
9. Obat-obatan 39.500,00
10. Bantuan transport
penderita & keluarga
[email protected],00 1.230.000,00
11. Sumbangan untuk Kas paguyuban 100.000,00
12. Biaya administrasi pembimbing Lapangan 1
& 2 (Puskesmas), serta 3 (DKK)
450.000,00
TOTAL Rp 3.002,900,00
c. Perjalanan
No Pengeluaran Satuan Jumlah (Rp)
Kegiatan Persiapan
1. Bis PP 7 x 2 x @9.000 126.000,00
2. Bis P 1 x 1 x @9.000 9.000,00
3. Tiket peron terminal 8 x @200 1.600,00
4. Bensin 44.736,00
Kegiatan Pelaksanaan Penyuluhan dan Pelatihan
5. Bensin 70.672,00
6. Biaya sopir sewa mobil untuk dosen
pembimbing
300.000,00
Kegiatan Follow Up
7. Bensin 74.295,00
8. Bantuan transport Support Group 35.000,00
9. Bantuan transport Alumni 550.000,00
TOTAL Rp1.211.303,00
d. Lain-lain
No Pengeluaran Satuan Jumlah (Rp)
1.
2.
Sewa kos
Komunikasi
150.000,00
100.000,00
TOTAL 250.000,00
11
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Jumlah peserta yang diundang dan yang datang
Setelah melakukan penghitungan ulang, banyaknya jumlah
penderita kusta di Paguyuban harapan kita saat pelatihan kusta dilakukan
adalah 110 orang. Tim PKMM menyebarkan undangan untuk penderita
dan keluarganya, masing-masing sebanyak 110. Yang hadir dalam
penyuluhan 66 penderita (60%) penderita kusta dan 37 (33,6%) keluarga
penderita kusta. Hal ini dinyatakan oleh pembimbing lapangan, yang juga
petugas penyuluh kusta, sebagai hal yang sangat baik karena baik
penderita dan keluarganya mau berkomitmen untuk datang dan mengikuti
acara ini. Biasanya, penderita kusta yang datang ke pertemuan rutin Selasa
Pon hanya berkisar antara 30-40 orang setiap bulannya. Apalagi penderita
juga berhasil mengajak keluarganya untuk datang, ini menunjukkan
antusias penderita untuk berhasil merawat diri dan mencegah dirinya
mengalami kecacatan yang lebih buruk. Namun, tim PKMM ingin
meningkatkan jumlah penderita dan keluarganya yang mendapatkan
manfaat pelatihan ini, oleh karena itu tim PKKM kemudian mendatangi
penderita (door to door) yang tidak hadir ke Puskesmas untuk diberi
penyuluhan dan pelatihan di rumah masing-masing. Karena letak rumah
penderita kusta yang terpencar dan jarak yang jauh antar rumah tersebut,
tim PKMM hanya mampu mendatangi 10 rumah, yang berarti
mendapatkan 20 tambahan peserta yang diberi penyuluhan dan pelatihan.
Dengan demikian, dari 110 undangan yang disebarkan, tercapai 76 (69%)
penderita kusta dan 47 (42,17%) keluarga penderita kusta yang mendapat
manfaat pelatihan. Meskipun ada sebanyak 63 (57,27%) keluarga tidak
hadir dalam pertemuan, ini menunjukkan masih adanya kesenjangan
dukungan keluarga antara penderita kusta satu dengan lainnya yang
membutuhkan tindak lanjut agar peran keluarga dalam mendukung
perawatan diri penderita kusta dapat meningkat.
12
2. Peningkatan pengetahuan penderita kusta dan keluarganya tentang
perawatan diri
Sebelum dilakukan penyuluhan 100% keluarga penderita sama
sekali tidak tahu cara merawat diri dengan benar pada penderita kusta.
Setelah penyuluhan, keluarga kusta mulai mengenal penyakit kusta dan
mengetahui cara perawatan diri dengan rata-rata skor pengetahuan lebih
dari 50% benar sebanyak 72%. Sementara itu, pada penderita kusta,
setelah dilakukan penyuluhan, skor benar meningkat dari rata-rata 50%
benar menjadi rata-rata di atas 60% benar. Peningkatan pengetahuan
peserta pelatihan ini menunjukkan keberhasilan tim PKMM dalam transfer
materi tentang penyakit kusta dan cara merawat diri penderita kusta.
3. Pelatihan perawatan diri dan Post-Test
Seluruh peserta yang mengikuti penyuluhan tetap sabar dan
bergiliran menunggu saatnya dilatih oleh tim PKMM. Tidak ada satu pun
penderita ataupun keluarganya yang pulang sebelum berakhirnya
rangkaian acara PKMM. Langsung setelah pelatihan, tim PKMM
menanyakan kembali (post-test) cara merawat diri pada penderita kusta,
hanya 16,7% yang tidak menjawab dengan lengkap dan tepat pertanyaan
tim PKMM. Hal ini menunjukkan terjadinya penyerapan pengetahuan dan
ketrampilan pada penderita dan keluarganya dan merupakan indikator
keberhasilan pelatihan yang dilakukan saat itu.
4. Follow Up
Pengetahuan dan perilaku perawatan diri hanya akan menjadi baik
dan bermanfaat untuk mencegah kecacatan bila dilakukan secara tepat dan
terus menerus. Oleh karena itu tim PKMM melakukan follow up dengan
menyebarkan kuesioner kepada sebagian penderita dan keluarganya
(sampling) untuk mengkaji hasil pelatihan setelah satu bulan. Hasil follow
up menunjukkan bahwa dari 35 penderita kusta yang diwawancarai, 74,3%
memiliki pengetahuan yang baik dengan skor benar lebih dari 60%,
penderita yang telah melakukan perawatan diri dengan tepat untuk cacat
pada tangan sebanyak 60%, cacat pada kaki sebanyak 58, dan cacat pada
13
mata sebanyak 60%. Sedangkan penderita yang teratur melakukan
perawatan diri sebanyak 70% pada penderita cacat mata, 75% pada
penderita cacat tangan, dan 80% pada penderita dengan cacat pada kaki.
Dari 25 keluarga penderita kusta yang diwawancarai, sebanyak 72%
memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang kusta dan 56%
menyatakan telah mendukung dan mengingatkan penderita kusta untuk
merawat diri dengan benar dan teratur.
Selain ketiga hal tersebut, terdapat hal lain yang juga menunjukkan
keberhasilan kegiatan PKMM ini, yaitu jalinan kerjasama yang bagus antar
anggota tim PKMM, antara tim PKMM dengan dosen pembimbing,
dengan alumni dan kakak tingkat, dengan penderita kusta dan keluarganya,
serta dengan pembimbing lapangan dan pegawai Puskesmas Padas yang
terkait dengan pelaksanaan kegiatan ini.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Kegiatan pelatihan perawatan diri pada penderita kusta ini telah
meningkatkan ketrampilan penderita dalam merawat diri sesuai
dengan jenis kecacatannya.
2. Sebanyak 100% keluarga penderita yang tidak mengetahui cara
perawatan diri sebelum pelatihan dilakukan. Hasil follow up
menunjukkan dari 25 keluarga penderita kusta yang
diwawancarai, sebanyak 72% memiliki pengetahuan yang cukup
baik tentang kusta dan perawatan diri pada penderita kusta.
3. Pelatihan ini telah meningkatkan pula dukungan keluarga pada
penderita kusta dalam bentuk peringatan keteraturan perawatan
diri maupun bantuan dalam proses perawatan diri.
B. Saran
1. Pada pertemuan bulanan penderita kusta di Paguyuban Harapan
Kita sebaiknya ditambahkan praktik atau setidaknya demo untuk
meningkatkan keterampilan penderita dalam merawat diri dan
bukan hanya ceramah. Upaya peningkatan motivasi penderita
dalam merawat diri dengan teratur dan tepat juga perlu diberikan
14
pada pertemuan rutin tersebut.
2. Puskesmas Padas sebaiknya mulai melakukan sosialisasi
pentingnya dukungan keluarga dalam perawatan diri bagi
penderita kusta beserta bentuk-bentuk dukungan yang dapat
diberikan oleh keluarga penderita kusta. Sosialisasi ini dapat
berupa spanduk, poster, ataupun leaflet sederhana.
3. Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi sebaiknya menyediakan buku
saku bagi penderita kusta sebagai rujukan dalam merawat diri
serta sebagai alat bantu untuk mengontrol ketepatan dan
keteraturan penderita dalam merawat diri.
15
LAMPIRAN
Alat dan Bahan Pelatihan Formasi Tempat Pelatihan
Suasana Penyuluhan di Aula Puskesmas Padas
Pelatihan Merawat Diri Penderita Kusta dengan Cacat pada Mata
16
Pelatihan Merawat Diri Penderita Kusta dengan Cacat pada Tangan
Pelatihan Merawat Diri Penderita Kusta dengan Cacat pada Kaki
Penderita dengan Cacat pada Kaki Ulkus pada Kaki
17
A. BIODATA PELAKSANA KEGIATAN
I. Ketua Pelaksana Kegiatan
1. Nama Lengkap : Qori Pratiwi
2. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 12 Mei 1990
3. Alamat : Sendang RT 01, RW 02, Kepuhsari,
Manyaran, Wonogiri
4. Fakultas/Program Studi : Ilmu Kesehatan / Kesehatan
Masyarakat S1
5. Semester : VI
6. Riwayat Pendidikan :
a. SD Negeri VI Kepuhsari Manyaran 1996 - 2002
b. SLTP Negeri II Kepuhsari Manyaran 2002 - 2005
c. SMA MTA Surakarta 2005 - 2008
d. Universitas Muhammadiyah Surakarta 2008 - Sekarang
7. No. HP / email : 085 725 516 635/
8. Pengalaman Organisasi :
a. DPM FIK 2010 - sekarang
b. UKM PKMD 2008 - sekarang
c. PAMI 2010 - sekarang
d. ISMKMI 2008 - sekarang
e. Ketua HMP Kesehatan Masyarakat 2008 - 2010
9. Karya Tulis yang pernah dibuat :
a. Upaya Pencegahan Penularan Penyakit HIV dan AIDS dengan
Peningkatan Keterampilan Personal pada Wanita Pekerja Seks
Komersial (WPS) di LSM SPEK HAM Surakarta
b. Nasi Sebagai Bahan Dasar Empek – Empek
Surakarta, Juni 2011
(Qori Pratiwi)
18
II. Anggota Pelaksana Kegiatan I
1. Nama Lengkap : Nasrudin Purwonugroho
2. Tempat/Tanggal Lahir : Muara Bungo, 20 November 1990
3. Alamat : Jl. Yogyakarta RT.15 RW.05,
Kuamang Kuning, Muara Bungo,
Jambi
3. Fakultas/Program Studi : Ilmu Kesehatan/ Kesehatan
Masyarakat S1
4. Semester : III
5. Riwayat Pendidikan :
a. SD 185 1997 - 2003
b. SMP Negeri 3 Pelepat Ilir 2003 - 2006
c. SMA Negeri 1 Pelepat Ilir 2006 - 2009
d. Universitas Muhammadiyah Surakarta 2009 - sekarang
6. No. HP / email : 081 274 108 366
7. Pengalaman Organisasi :
a. HMP Kesehatan Masyarakat 2009 - sekarang
b. ISMKMI 2009 - sekarang
c. PAMI 2010 - sekarang
d. UKM PKMD 2010 - sekarang
8. Karya Tulis yang pernah dibuat : -
Surakarta, Juni 2011
(Nasrudin Purwonugroho)
19
III. ANGGOTA PELAKSANA II
1. Nama Lengkap : Bherta Eka Andryani
2. Tempat/Tanggal Lahir : Pekanbaru, 01 Maret 1991
3. Alamat : Perumahan Persada Indah I Jl. Dua.
Blok. C2 No. 60 RT.03 RW. 07,
Perawang, Siak, Riau.
4. Fakultas/Program Studi : Ilmu Kesehatan/ Kesehatan
Masyarakat S1
5. Semester : III
6. Riwayat Pendidikan :
a. SD YPPI 1997 - 2003
b. SLTP YPPI 2003 - 2006
c. SMA Negeri 1 Tualang 2006 - 2009
d. Universitas Muhammadiyah Surakarta 2009 - sekarang
7. No. HP / email : 085 271 421 716
8. Pengalaman Organisasi
a.Muhammadiyah English Course 2009
b.HMP Kesehatan Masyarakat 2009 - sekarang
c.ISMKMI 2009 - sekarang
d.PAMI 2010 - sekarang
9. Karya Tulis yang pernah dibuat : -
Surakarta, Juni 2011
(Bherta Eka Andryani)
20
BIODATA
Nama : Dwi Linna Suswardany, SKM, MPH.
Alamat korespondensi : Prodi Kesehatan Masyarakat Fak. Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jl. A. Yani,
Tromol Pos I, Pabelan, Surakarta
Telp./Faks (kantor) : (0271) 717417/ Fax (0271) 715448
HP : 0818 045 39 132/ 081 328 540 543
E-mail : [email protected] atau [email protected]
Pengalaman Mendampingi Mahasiswa PKM:
1. Ani Setyaningsih, dkk. Pembuatan Briket Biomassa dari Sampah Organik,
Peserta Pameran Teknologi PIMNAS IX, Surakarta, 2004. Didanai UMS.
2. Ani Setyaningsih, dkk. PKM Penulisan Artikel Ilmiah. Hubungan antara Lama
Kerja dengan Penurunan Kapasitas Fungsi Paru pada Pekerja Perajin Tembaga
di Boyolali. Juara III. PIMNAS X, Bandung 2005. Didanai Dikti.
3. Novita dkk. PKMM. Penerapan Reduce, Reuse, dan Recycle pada sampah
organik di Kelurahan Gilingan, Surakarta. 2006. Didanai Dikti.
Surakarta, Juni 2011
Dosen Pendamping
Dwi Linna Suswardany, SKM, MPH.