ringakasan lap akhir kps

43
Kajian Kerjasama Pemerintah Swasta Dalam Pengelolaan Sampah Di Kota Cilegon PENDAHULUAN Sebagai tindak lanjut pertemuan yang telah membahas laporan pendahuluan dan survey yang telah dilakukan, maka draft laporan akhir dibuat. Dalam draft laporan akhir ini akan dijabarkan lebih lanjut mengenai bentuk-bentuk kerjasama pemerintah-swasta beserta kelebihan dan kekurangannya, analisis dari kondisi persampahan kota Cilegon, serta beberapa potensi pengelolaan sampah yang dapat dikerjasamakan. Pada dasarnya kerjasama pemerintah-swasta harus menguntungkan semua pihak, maka pembahasan pada laporan antara ini diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas pada kedua belah pihak hingga tidak pihak yang dirugikan. Untuk memudahkan, maka dibuat ringkasan laporan akhir yang menjabarkan pokok dari draft laporan akhir yang telah dibuat. Penjabaran difokuskan pada analisis kondisi persampahan di Kota Cilegon dan pada analisis Kerjasama Pemerintah Swasta di Kota Cilegon. GAMBARAN UMUM KOTA CILEGON Cilegon termasuk kota sedang yang berpenduduk kurang dari 500.000 jiwa. Pada tahun 2010, penduduk Cilegon berjumlah 373.440. Terdiri dari 191. 229 laki-laki dan 182.211 perempuan. Penduduk kota Cilegon tersebar dalam delapan kecamatan yang ada yakni, Ciwandan, Citangkil, Pulomerak, Purwakarta, Grogol, Cilegon, Jombang dan Cibeber. Tabel 1 di bawah data penduduk per kecematan di Kota Cilegon. Ringkasan Laporan Akhir Hal 1

Upload: teguh-yudana

Post on 04-Aug-2015

125 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ringakasan Lap Akhir KPS

Kajian Kerjasama Pemerintah Swasta Dalam Pengelolaan Sampah Di Kota Cilegon

PENDAHULUAN

Sebagai tindak lanjut pertemuan yang telah membahas laporan pendahuluan dan

survey yang telah dilakukan, maka draft laporan akhir dibuat. Dalam draft laporan akhir ini

akan dijabarkan lebih lanjut mengenai bentuk-bentuk kerjasama pemerintah-swasta beserta

kelebihan dan kekurangannya, analisis dari kondisi persampahan kota Cilegon, serta

beberapa potensi pengelolaan sampah yang dapat dikerjasamakan. Pada dasarnya

kerjasama pemerintah-swasta harus menguntungkan semua pihak, maka pembahasan pada

laporan antara ini diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas pada kedua belah

pihak hingga tidak pihak yang dirugikan.

Untuk memudahkan, maka dibuat ringkasan laporan akhir yang menjabarkan pokok

dari draft laporan akhir yang telah dibuat. Penjabaran difokuskan pada analisis kondisi

persampahan di Kota Cilegon dan pada analisis Kerjasama Pemerintah Swasta di Kota

Cilegon.

GAMBARAN UMUM KOTA CILEGON

Cilegon termasuk kota sedang yang berpenduduk kurang dari 500.000 jiwa. Pada

tahun 2010, penduduk Cilegon berjumlah 373.440. Terdiri dari 191. 229 laki-laki dan

182.211 perempuan. Penduduk kota Cilegon tersebar dalam delapan kecamatan yang ada

yakni, Ciwandan, Citangkil, Pulomerak, Purwakarta, Grogol, Cilegon, Jombang dan

Cibeber. Tabel 1 di bawah data penduduk per kecematan di Kota Cilegon.

Tabel 1. Data penduduk Kota Cilegon tahun 2010

No Kecamatan Luas Wilayah (km2) Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan (jiwa/km2)

1 Ciwandan 51,81 42.397 818

2 Citangkil 22,98 64.948 2.826

3 Pulomerak 19,86 42.899 2.160

4 Purwakarta 15,29 38.238 2.501

5 Grogol 23,38 38.538 1.648

6 Cilegon 9,15 39.465 4.313

7 Jombang 11,55 60.347 5.225

8 Cibeber 21,49 46.608 2.169

Kota Cilegon 176 373.440 2.128

Sumber: Cilegon Dalam Angka 2011

Ringkasan Laporan Akhir Hal 1

Page 2: Ringakasan Lap Akhir KPS

Kajian Kerjasama Pemerintah Swasta Dalam Pengelolaan Sampah Di Kota Cilegon

Kota Cilegon berada pada posisi 5o52’24” – 6o04’07” Lintang Selatan dan

105o54’05” – 106o05’11” Bujur Timur. Secara administratif luas Kota Cilegon adalah

17.550 Ha. Kota Cilegon memiliki batas-batas sebagai berikut:

– Utara: Kecamatan Pulomerak dan Bojonegara (Kabupaten Serang)

– Barat: Selat Sunda

– Selatan: Kecamatan Anyer dan Mancak (Kabupaten Serang)

– Timur: Kecamatan Kramatwatu dan Waringin Kurung (Kabupaten Serang)

ANALISIS PENGELOLAAN SAMPAH KOTA CILEGON

Timbulan sampah suatu kota setiap tahunnya meningkat sesuai dengan

pertambahannya jumlah penduduknya. Timbulan sampah Kota Cilegon pada tahun 2010

mencapai 867 m3/hari dengan jumlah total yang terangkut baru sebesar 390 m3/hari (45%).

Dengan jumlah penduduk pada tahun 2010 mencapai 373.440 jiwa, maka timbulan sampah

per kapita sebesar 2,3 liter / orang / hari. Untuk mengantisipasi kebutuhan akan sarana-

prasarana serta biaya yang harus dikeluarkan, maka perlu dilakukan prediksi timbulan

sampah. Untuk melakukan prediksi timbulan sampah di Kota Cilegon, pertama akan

dilakukan prediksi jumlah penduduk. Prediksi jumlah penduduk akan dilakukan untuk

tahun 2011 sampai tahun 2015 sesuai dengan rencana peningkatan pelayanan persampahan

pada tahun 2015. Hasil prediksi ini lalu dikalikan dengan timbulan sampah perkapita, yang

diasumsikan sama dengan tahun 2010. Maka didapatkan prediksi timbulan sampah total

untuk setiap tahunnya. Data penduduk terbaru yang dimiliki adalah tahun 2008, 2009 dan

2010 yang didapat dari Cilegon Dalam Angka tahun 2009, 2010 dan 2011. Prediksi jumlah

penduduk dengan perhitungan rata-rata pertumbuhan penduduk. Hasilnya dapat dilihat

pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Prediksi penduduk hingga tahun 2015

N

o Tahun Jumlah Penduduk

1 2008 343.599

2 2009 349.162

3 2010 373.440

4 2011 388.360

5 2012 403.280

6 2013 418.200

Ringkasan Laporan Akhir Hal 2

Page 3: Ringakasan Lap Akhir KPS

Kajian Kerjasama Pemerintah Swasta Dalam Pengelolaan Sampah Di Kota Cilegon

N

o Tahun Jumlah Penduduk

7 2014 433.120

9 2015 448.040

Hasil prediksi pada Tabel 2 dikalikan dengan timbulan per orang per hari yakni sebesar

2,3 l / orang / hari. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Prediksi timbulan sampah Kota Cilegon hingga tahun 2015

No Tahun Prediksi Jumlah Penduduk Prediksi Timbulan

1 2011 388.360 893

2 2012 403.280 928

3 2013 418.200 962

4 2014 433.120 996

5 2015 448.040 1.030

Sesuai dengan peningkatan timbulan, maka perlu juga dilakukan peningkatan

pelayanan pengelolaan sampah. Tingkat pelayanan pada tahun 2010 mencapai 45 % dari

total timbulan sampah sampah. Sesuai dengan rencana peningkatan pelayanan pengelolaan

sampah Kota Cilegon yang terdapat dalam RTRW Kota Cilegon 2010 – 2030, pada tahun

2015 tingkat pelayanan direncanakan akan mencapai 60%. Sesuai dengan prediksi

timbulan di atas, maka timbulan sampah yang harus terlayani adalah sekitar 618 m3/hari.

Peta rencana peningkatan pelayanan sampah di Kota Cilegon dapat dilihat pada Gambar 1

pada halaman berikut.

Ringkasan Laporan Akhir Hal 3

Page 4: Ringakasan Lap Akhir KPS

Kajian Kerjasama Pemerintah Swasta Dalam Pengelolaan Sampah Di Kota Cilegon

Gambar 1. Peta rencana layanan persampahan Kota Cilegon

Pengamatan telah dilakukan pada daerah rencana peningkatan pelayanan persampahan.

Daerah ini didominasi oleh pemukiman/perkampungan padat dan perusahaan/industri. Ada

beberapa komplek perumahan, tetapi jumlah rumahnya masih sedikit dan kebanyakan

dalam tahap konstruksi. Pemukiman padat yang ada, tidak ekonomis apabila akan

dikerjasamakan dengan swasta. Hal ini karena kebanyakan dari pernghuni padat ini

termasuk penduduk dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah, terlihat dari rumah yang

mereka tempati. Selain itu mereka memiliki kebiasaan membuang dan membakar sampah

di halaman rumah mereka sendiri atau di lahan kosong yang berada dekat dengan rumah.

Dengan kebiasaan seperti ini, akan sulit apabila mereka diminta untuk membayar retribusi

pelayanan persampahan. Maka pilihan lain adalah melayani sampah sejenis domestik yang

Ringkasan Laporan Akhir Hal 4

Page 5: Ringakasan Lap Akhir KPS

Kajian Kerjasama Pemerintah Swasta Dalam Pengelolaan Sampah Di Kota Cilegon

dihasilkan oleh perusahaan/industri. Selama industri yang dilayani baru sekitar 10% dari

total industri yang ada, maka masih terbuka peluang pengelolaan persampahan yang bisa

dikerjasamakan. Kerjasama yang dilakukan pada akhirnya bisa mendatangkan keuntungan

pada kedua pihak. Untuk lebih jelas mengenai keadaaan pada daerah yang termasuk pada

rencana peningkatan pelayanan, dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2. Kondisi daerah pengamatan

Dari pemaparan kondisi eksisting di atas serta dari prediksi timbulan dan rencana

peningkatan pelayanan persampahan di Kota Cilegon, maka didapatkan beberapa masalah

yang dapat menghambat. Maka ada hal-hal yang sebaiknya dilakukan untuk meningkatkan

kinerja pengelolaan sampah di Kota Cilegon. Hal-hal ini akan dituangkan dalam bentuk

usulan yang diharapkan bisa meningkatkan kinerja pengelolaan sampah sesuai dengan

yang diharapkan. Usulan dari masalah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja

pengelolaan sampah diantaranya adalah:

1. Aspek Kelembagaan

Aspek kelembagaan telah diatur dalam Peraturan Daerah Kota Cilegon. Di dalamnya

telah jelas kelembagaan dalam Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Cilegon serta

tugas pokok masing-masing bagian yang menjamin pengelolaan dan pelayanan

persampahan berjalan dengan baik. Maka tidak perlu ada perbaikan di bidang ini.

2. Aspek Peraturan

Diperlukan peraturan daerah yang secara khusus mengatur pengelolaan sampah, tidak

cukup hanya berdasarkan peraturan mengenai K3 saja. Lagipula hal ini telah diatur

dalam undang-undang tentang persampahan. Peraturan daerah mengenai retribusi yang

paling baru diterbitkan pada tahun 2006, sehingga mungkin saja tarif yang berlaku di

Ringkasan Laporan Akhir Hal 5

Page 6: Ringakasan Lap Akhir KPS

Kajian Kerjasama Pemerintah Swasta Dalam Pengelolaan Sampah Di Kota Cilegon

dalamnya tidak tepat lagi diterapkan untuk kondisi sekarang. Peraturan daerah yang

mengatur retribusi juga baiknya diperbarui setiap lima tahun sekali.

3. Aspek peran serta masyarakat

Mengedukasi masyarakat untuk tidak mengolah sampah dengan cara membakarnya

ataupun sekedar membuangnya ke lahan kosong. Masyarakat harus mengetahui bahwa

kebiasaan mereka membakar sampah bukanlah sesuatu yang baik dan dapat

membahayakan kesehatan orang lain. Sekedar membuang sampah ke lahan kosongpun

bukan sebuah pilihan yang tepat karena dapat menyebabkan pencemaran pada tanah,

air dan udara serta menyebabkan penurunan estetika. Maka edukasi harus dilakukan

terus menerus dan menyentuh semua elemen masyarakat, tidak bisa hanya melakukan

edukasi pada ketua RT, ketua RW atau pemimpin kecamatan saja. Perlu juga diberikan

bantuan alat serta insentif agar masyarakat makin termotivasi untuk melakukan

pengolahan sampah yang baik.

4. Aspek pembiayaan

Penarikan retribusi harus dikaji apakah sudah semua penghasil sampah yang menerima

pelayanan telah membayar sesuai dengan besaran tarif yang telah ditetapkan. Untuk

industri yang menolak membayar retribusi karena terlalu mahal, sebaiknya tidak

disiasati dengan menetapkan tarif maksimal karena akan membuat industri membuang

sampah sebanyak-banyaknya. Industri seperti itu harus tetap membayar sesuai dengan

jumlah sampah yang dibuangnya. Sebaiknya disiasati dengan memberikan sanksi yang

bisa ditetapkan dalam peraturan mengenai pengelolaan sampah.

5. Aspek teknis

Memperbaiki dan memperbanyak tong sampah di sepanjang jalan, baik pada jalan

protokol maupun pada jalan-jalan daerah perumahan. Dari pengamatan banyak tong

sampah dalam keadaan rusak serta tidak di semua kawasan terdapat tong sampah. Hal

ini dapat menyebabkan masyarakat membuang sampah sembarang. Untuk

menghindari hal itu perbaikan dan penambahan jumlah tong sampah perlu dilakukan.

Masih banyaknya perumahan/pemukiman atau industri yang dilayani penanganan

sampahnya oleh pihak lain seperti LSM dan bukan oleh DKP Kota Cilegon. Apabila

semua LSM melakukan penanganan sampahnya dengan baik, hal ini tidak terlalu

menjadi masalah. Namun, diketahui tidak semua LSM melakukan penanganan

dengan baik. Maka diperlukan edukasi pada LSM untuk melakukan penanganan

Ringkasan Laporan Akhir Hal 6

Page 7: Ringakasan Lap Akhir KPS

Kajian Kerjasama Pemerintah Swasta Dalam Pengelolaan Sampah Di Kota Cilegon

sampah dengan baik. Hal ini harus didukung dengan tekanan ataupun sanksi apabila

LSM tersebut masih tidak penanganan dengan baik. Selain itu DKP Kota Cilegon

perlu menambah jumlah armada yang melakukan pengumpulan serta pengangkutan

ke TPA. Dengan kondisi angkutan yang dimiliki sekarang, DKP Kota Cilegon hanya

mampu mengangkut sampah sejumlah 390 m3/hari. Ini menjadi salah satu penyebab

masih banyaknya daerah yang dilayani oleh LSM.

Melakukan peningkatan pada TPA Bagendung, sarana prasara, maupun akses untuk

menuju TPA. Dari pengamatan yang dilakukan akses jalan menuju TPA Bagendung

tidak seluruhnya berada dalam kondisi yang baik, masih banyak jalan yang berlubang

dengan lebar jalan kurang dari 4 meter. Hal ini dapat menghambat pengangkutan

yang dilakukan oleh dump truck maupun arm roll mengingat kedua kendaraan ini

memiliki dimensi yang besar. Dalam pengamatan yang dilakukan juga, tidak terlihat

adanya petugas yang berjaga di TPA. Mungkin saja petugas yang ada sedang istirahat

ataupun berada di tempat lain. Namun, hal seperti ini semestinya tidak terjadi

mengingat TPA seharusnya selalu dijaga oleh petugas untuk mengontrol kendaraan

yang masuk TPA serta sampah yang dibawa ke dalamnya. Sebaiknya sampah-

sampah yang dibawa ke TPA langsung dilapisi oleh tanah penutup ketika dibuang,

untuk menghindari datangnya lalat dan binatang lainnya dan juga untuk mengurangi

bau yang keluar dari sampah yang membusuk. Melakukan perbaikan pada saluran

dan kolam pengolah air lindi agar bisa mengolah air lindi sehingga ketika dibuang ke

lingkungan kondisinya sudah memenuhi baku mutu. Terakhir, sebaiknya sampah

yang dibawa ke TPA bener-benar yang sudah tidak bisa diolah lagi. Hal ini untuk

memperpanjang umur TPA dan mengurangi dampak negatif yang mungkin timbul

dari penggunaan TPA di kemudian hari.

POTENSI KPS DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA CILEGON

Ada lima pola kerjasama, yaitu Kontrak Pelayanan, Operasi dan Perawatan, BOT,

Konsensi, Joint Venture dan CBP. Semuanya akan dijabarkan di bawah untuk cakupan

kerjasama pelayanan persampahan di Kota Cilegon.

Kontrak Pelayanan, Operasi dan Perawatan

Pelaksanaan pekerjaan pengelolaan sampah mencakup:

a. Pengumpulan sampah

Ringkasan Laporan Akhir Hal 7

Page 8: Ringakasan Lap Akhir KPS

Kajian Kerjasama Pemerintah Swasta Dalam Pengelolaan Sampah Di Kota Cilegon

b. Produksi dan distribusi kontainer sampah

c. Pelayanan pembersihan di jalan

d. Perawatan kendaraan (truk-truk)

e. Pelaksanaan landfill / pengolahan di TPA

Implementasi di Kota Cilegon

a. Pengumpulan sampah masih menjadi salah satu hal yang harus ditangani dengan

lebih baik dalam pengelolaan sampah Kota Cilegon. Masih banyak daerah yang

belum terlayani dalam hal pengangkutan oleh DKP (Dinas Kebersihan dan

Pertamanan) Kota Ciegon. Pada daerah survey yang termasuk di dalamnya daerah

yang menjadi rencana pelayanan sampai tahun 2015, masih dijumpai pengangkutan

sampah yang dilayani oleh LSM dengan menggunakan gerobak atau masyarakat

penghasil sampah sendiri yang mengumpulkan sampah menuju TPS. Peningkatan

dalam hal pengumpulan memerlukan penambahan kendaraan pengumpul baru.

Kendaraan pengumpul yang digunakan oleh DKP Kota Cilegon adalah mobil pick-

up, motor roda tiga dan gerobak sampah, tetapi mobil pick-up belum banyak

digunakan dan hanya ada 3 unit. Untuk perumahan yang berada di tepi jalan (tetapi

bukan jalan utama), pengumpulan dapat dilakukan dengan menggunakan motor

roda tiga sedangkan untuk pengumpulan yang berada dalam gang atau jalan yang

sangat kecil dapat digunakan gerobak karena kemampuan gerobak untuk bergerak

di jalan-jalan kecil lebih tinggi. Mobil pick-up dapat digunakan untuk pengumpulan

antar TPS atau menuju TPS terpadu tetapi untuk sementara hanya akan digunakan

gerobak dan motor roda tiga. Satu gerobak atau sejenisnya (motor) dengan ukuran

1 m3 dapat melayani pengumpulan sampah untuk 128 KK atau 640 jiwa. Namun,

pada pola ini pemerintah harus mengeluarkan biaya untuk penyediaan fasilitas

pengumpulan ini, karena pola ini hanya melimpahkan pelayanan pada swasta bukan

sekaligus melakukan pembangunan dan penyediaan infrastruktur.

b. Kontainer sampah jelas diperlukan dalam pengelolaan sampah di Kota Cilegon

karena masih banyak daerah yang belum terlayani kontainer atau belum memiliki

TPS di daerahnya. Terlihat dari banyaknya lokasi yang menjadi tempat

pembuangan sampah oleh masyarakat. Satu TPS yang bertipe container ataupun

yang berjenis tembok dengan ukuran 6 m3 dapat melayani 640 KK atau 3200 jiwa.

Ringkasan Laporan Akhir Hal 8

Page 9: Ringakasan Lap Akhir KPS

Kajian Kerjasama Pemerintah Swasta Dalam Pengelolaan Sampah Di Kota Cilegon

Pada pola kerjasama ini juga pemerintah perlu untuk menyediakan infrastruktur

terlebih dahulu, maka diperlukan dana yang cukup besar untuk investasi.

c. Kota Cilegon tidak memerlukan tambahan pembersihan jalan, karena dari survey

terlihat jalan utama di Kota Cilegon selalu terjaga kebersihannya.

d. Perawatan kendaraan merupakan hal yang cukup vital dalam pelayanan

persampahan. Kendaraan pengangkut ataupun pengumpul harus terus menerus

beroperasi dan memastikan semua sampah yang dihasilkan dapat diangkut dengan

baik. Perawatan kendaraan memerlukan banyak sumber daya dalam

pelaksanaannya, mulai dari dana, peralatan hingga sumber daya manusianya. Hal

ini dapat diserahkan kepada swasta dengan memberikan insentif kepada pengelola

pelayanan persampahan.

e. Pemrosesan akhir dapat dilakukan dengan beberapa sistem, di Kota Cilegon

pemrosesan akhir yang direncanakan akan digunakan adalah sistem landfill. Pada

saat ini pengolahan sampah di TPA Kota Cilegon adalah open dumping. Hal ini

setidaknya harus ditingkatkan menjadi sanitary landfill.

Kesimpulan, apabila pola ini akan diterapkan di Kota Cilegon diperlukan

penambahan infrastruktur dalam pengumpulan maupun pengangkutan. Karena pada pola

ini infrastruktur harus disediakan oleh pemerintah dan swasta hanya melakukan

operasional saja. Pihak swasta juga dapat melakukan perawatan kendaraan, tetapi tetap

penyediaan kendaraan, TPS dan fasilitas pengolahan di TPA harus disediakan oleh pihak

pemerintah sebagai pemberi pekerjaan. Maka, apabila pola ini dipilih konsekuensinya

Pemerintah Kota Cilegon harus menyediakan dana yang cukup besar untuk

pelaksanaannya.

Build, Operation and Transfer / Bangun, Operasi dan Transfer

Pelaksanaan pekerjaan pengelolaan sampah mencakup:

a. Pengumpulan dan pengangkutan sampah

b. Tempat Penampungan Sementara (TPS)

c. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)

d. Fasilitas Pengolahan Sampah

Ringkasan Laporan Akhir Hal 9

Page 10: Ringakasan Lap Akhir KPS

Kajian Kerjasama Pemerintah Swasta Dalam Pengelolaan Sampah Di Kota Cilegon

Implementasi di Kota Cilegon

a. Dengan pola pembangunan dan operasional TPS dapat dikerjasamakan dengan

pihak swasta, baik dalam hal sumber dana, pembangunan, hingga pelaksanaan

pengumpulan dan pemindahan di TPS yang dilanjutkan dengan pengangkutan

menuju TPA. Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa masih banyak daerah

yang belum mendapatkan pelayanan persampahan dari DKP Kota Cilegon, maka

diperlukan peningkatan di bidang ini. Kendaraan pengumpul yang digunakan oleh

DKP Kota Cilegon adalah mobil pick-up, motor roda tiga dan gerobak sampah,

tetapi mobil pick-up belum banyak digunakan dan hanya ada 3 unit. Untuk

perumahan yang berada di tepi jalan (tetapi bukan jalan utama), pengumpulan dapat

dilakukan dengan menggunakan motor roda tiga sedangkan untuk pengumpulan

yang berada dalam gang atau jalan yang sangat kecil dapat digunakan gerobak

karena kemampuan gerobak untuk bergerak di jalan-jalan kecil lebih tinggi. Mobil

pick-up dapat digunakan untuk pengumpulan antar TPS atau menuju TPS terpadu

tetapi untuk sementara hanya akan digunakan gerobak dan motor roda tiga. Satu

gerobak atau sejenisnya (motor) dengan ukuran 1 m3 dapat melayani pengumpulan

sampah untuk 128 KK atau 640 jiwa. Pada pola ini pembiayaan untuk investasi

penyediaan alat pengumpul dan infrastruktur lainnya dapat dikerjasamakan dengan

swasta maka pola ini tepat apabila akan diterapkan di Kota Cilegon.

b. TPS di Kota Cilegon masih sangat kurang dalam hal jumlahnya karena memang

masih banyak daerah yang belum masuk dalam pelayanan DKP Kota Cilegon.

Terlihat dari banyaknya “TPS” liar yang masih tersebar di beberapa kecamatan di

Kota Cilegon. Satu TPS yang bertipe container ataupun yang berjenis tembok

dengan ukuran 6 m3 dapat melayani 640 KK atau 3200 jiwa. Pada pola ini

pembiayaan untuk investasi penyediaan alat-alat dan infrastruktur lainnya dapat

dikerjasamakan dengan swasta maka pola ini tepat apabila akan diterapkan di Kota

Cilegon.

c. Kota Cilegon telah memiliki Tempat Pemrosesan Akhir, tetapi proses yang berjalan

baru sekedar open dumping. Perlu peningkatan dan rehabilitasi beberapa fasilitas

yang dimiliki oleh DKP Kota Cilegon pada TPA Bagendung. Yang perlu

ditingkatkan adalah pengolahan yang masih berupa open dumping menjadi sanitary

landfill. Perlu juga dilakukan rehabilitasi pada fasilitas pengolahan lindi yang

sekarang berada dalam kondisi rusak dan tidak dapat dimanfaatkan. Pada pola ini

Ringkasan Laporan Akhir Hal 10

Page 11: Ringakasan Lap Akhir KPS

Kajian Kerjasama Pemerintah Swasta Dalam Pengelolaan Sampah Di Kota Cilegon

pembiayaan untuk investasi penyediaan alat-alat dan infrastruktur lainnya dapat

dikerjasamakan dengan swasta maka pola ini tepat apabila akan diterapkan di Kota

Cilegon.

d. Fasilitas pengelohan sampah yang cocok diterapkan pada kebanyakan kota di

Indonesia adalah komposting. Karena sampah kota di Indonesia masih didominasi

oleh sampah organik yang mudah membusuk. Walaupun sebetulnya apabila ada

pemilihan dari sumbernya sampah yang dihasilkan dapat dimanfaatkan dengan

bentuk pengolahan lain seperti daur ulang. Sampah di Kota Cilegon masih

didominasi oleh sampah organik dan seringkali sampah anorganik telah dijual

ataupun dimanfaatkan sendiri oleh masyarakat ataupun pihak lain, maka fasilitas

pengolahan yang tepat diterapkan di Kota Cilegon adalah komposting. Pada pola

ini pembiayaan untuk investasi penyediaan alat-alat dan infrastruktur lainnya dapat

dikerjasamakan dengan swasta maka pola ini tepat apabila akan diterapkan di Kota

Cilegon.

Kesimpulan, apabila pola BOT diterapkan di Kota Cilegon pemerintah tidak perlu

melakukan penyediaan fasilitas, alat maupun infrastruktur lain terkait persampahan terlebih

dahulu. Karena pada pola ini, pemerintah dapat menarik dana untuk investasi dari pihak

swasta untuk penyediaan infrastruktur dan fasilitas lainnya. Operasional juga dapat

dilimpahkan pada pihak swasta untuk biaya, pelaksanaan maupun manajemennya.

Pemerintah cukup memastikan bahwa pengelolaan sampah dapat mendatangkan

keuntungan bagi pihak swasta. Maka, pemerintah Kota Cilegon perlu untuk meyakinkan

pihak swasta bahwa pengelolaan sampah di Kota Cilegon dapat menghasilkan keuntungan.

Keuntungan lain untuk pemerintah, semua infrastruktur, armada dan fasilitas lainnya

terkait pengelolaan sampah yang dibangun swasta dapat menjadi milik pemerintah setelah

periode pekerjaan berakhir.

Konsensi

Pelaksanaan pekerjaan pengelolaan sampah mencakup:

Melimpahkan seluruh pengelolaan sampah kepada pihak swasta dengan tarif dan

layanan minimal yang ditentukan pemerintah

Ringkasan Laporan Akhir Hal 11

Page 12: Ringakasan Lap Akhir KPS

Kajian Kerjasama Pemerintah Swasta Dalam Pengelolaan Sampah Di Kota Cilegon

Implementasi di Kota Cilegon

Apabila ingin diterapkan di Kota Cilegon, maka harus ada terlebih dahulu

perusahaan penyedia jasa pelayanan persampahan swasta yang berminat secara serius ingin

bergerak di bidang ini. Apabila ada perusahaan ini, maka konsensi dapat dilakukan karena

konsensi merupakan pelimpahan 100 % tanggung jawab pelayanan dengan standar dan

tarif yang ditentukan bersama pemerintah seperti halnya pelaksanaan pelayanan

penyediaan air bersih di DKI Jakarta. Selama ini belum ada pengalaman di kota lain yang

menyelenggarakan kerjasama pelayanan persampahan dengan prinsip konsensi. Beberapa

masalah sering menjadi penghambat, seperti contohnya dalam pelayanan penyediaan air

bersih di DKI Jakarta, sering ada ketidakcocokan mengenai tarif yang dikenakan pada

masyarakat, antara tarif yang ditentukan pemerintah dengan tarif yang diinginkan oleh

penyedia layanan. Karena pada prinsip konsensi, tarif yang dibayarkan masyarakat adalah

sumber pengembalian investasi yang telah dikeluarkan swasta. Terkadang pemerintah

menetapkan standar yang tinggi sedangkan tarif yang diperbolehkan terlalu rendah bagi

penyedia layanan. Maka sebaiknya pelaksanaan pelayanan persampahan di Kota Cilegon

tidak dilaksanakan dengan prinsip kerjasama ini.

Kesimpulan, apabila pola ini diterapkan di Kota Cilegon, pihak pemerintah kota

perlu mengusahakan agar retribusi yang dapat ditarik oleh pihak swasta dapat memberikan

keuntungan di saat masa konsensi berakhir. Pada pola kerjasama ini, Pemerintah Kota

Cilegon tidak perlu menyediakan infrastruktur dan menyediakan sarana-prasana terkait

pelayanan sampah. Sama seperti pola BOT, pada akhir masa konsensi semua infrastruktur

dan sarana-prasarana akan menjadi milik PemKot Cilegon.

Joint Venture

Pelaksanaan pekerjaan pengelolaan sampah mencakup:

a. Membentuk badan pelaksana atau perusahaan baru untuk pengelolaan sampah

dengan modal bersama

b. Melimpahkan pekerjaan pada perusahaan penyedia jasa pengelolaan sampah yang

ada dan pemerintah ikut sebagai penyedia modal atau infrastruktur

c. Pekerjaan mencakup keseluruhan aspek pengelolaan sampah

Implementasi di Kota Cilegon

Ringkasan Laporan Akhir Hal 12

Page 13: Ringakasan Lap Akhir KPS

Kajian Kerjasama Pemerintah Swasta Dalam Pengelolaan Sampah Di Kota Cilegon

a. Pelaksanaan kerjasama pengelolaan sampah dengan prinsip joint venture

memerlukan pembentukan badan pelaksana atau perusahaan baru. Pembentukan

badan baru diperlukan karena badan pelaksana ini akan melaksanakan tugasnya

secara mandiri walaupun modalnya berasal dari kedua belah pihak. Dari sisi ini,

pola kerjasama ini tidak tepat apabila diterapkan dalam kerjasama pengelolaan

sampah di Kota Cilegon karena Pemerintah Kota Cilegon tidak menginginkan

dibentuknya badan pelaksana baru dan pelayanan tetap diatur oleh DKP Kota

Cilegon. Maka, pembentukan badan baru tidak akan dilakukan dalam kerjasama

pengelolaan sampah di Kota Cilegon.

b. Pelimpahan pengelolaan sampah kepada perusahaan yang bergerak pada bidang

jasa pengelolaan sampah dan pemerintah bertindak sebagai penyedia modal atau

infrastruktur merupakan bentuk kerjasama lain dalam pola ini. Hal ini bisa saja

diterapkan dan pemerintah perlu menyediakan modal dan infrastruktur terlebih

dahulu. Hal ini tidak tepat apabila diterapkan di Kota Cilegon karena tujuan

kerjasama ini adalah mengambil modal dari swasta dan pelaksanaan pembangunan

infrastruktur juga sebisa mungkin dilimpahkan kepada swasta. Apabila pemerintah

perlu menyertakan modal dan menyediakan infrastruktur, maka tidak sesuai dengan

tujuan kerjasama pengelolaan sampah yang akan dilakukan. Sehingga dari sisi ini

pola kerjasama Joint Venture tidak tepat diterapkan di Kota Cilegon.

c. Pola Joint Venture bisa diterapkan untuk semua aspek pengelolaan sampah. Maka

apabila dari sisi ini pola Joint Venture bisa diterapkan di Kota Cilegon, karena dari

kerjasama yang dilakukan DKP Kota Cilegon ingin meningkatkan pelayanan pada

pengumpulan dan pengangkutan, serta tempat pemrosesan akhir yang ditingkatkan

pengolahannya.

Kesimpulan, pola kerjasama Joint Venture apabila akan diterapkan pada pelayanan

sampah Kota Cilegon, pemerintah kota dan pihak swasta perlu membentuk badan

pelaksana baru. Pada pola ini Pemerintah Kota Cilegon dan pihak swasta membentuk

manajemen baru yang diwakili oleh masing-masing pihak sesuai tingkat saham yang

dimiliki. Karena pada pola ini pengambilan keputusan dipengaruhi oleh tingkat

kepemilikan saham, maka sebaiknya pemerintah memiliki saham yang lebih besar agar

dapat menguasai pengambilan keputusan penting.

Ringkasan Laporan Akhir Hal 13

Page 14: Ringakasan Lap Akhir KPS

Kajian Kerjasama Pemerintah Swasta Dalam Pengelolaan Sampah Di Kota Cilegon

Community-Based Provision

Pelaksanaan pekerjaan pengelolaan sampah mencakup:

Pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang melibatkan lembaga swadaya

masyarakat. Mencakup pengurangan sampah di sumber, pengumpulan, hingga

pengangkutan, tidak sampai melakukan pemrosesan akhir. Bisa berupa pembentukan bank

sampah, melakukan pengelolaan sampah bersama masyarakat berupa pembuatan kompos,

atau melakukan pengangkutan sampah dari sumber menuju TPS atau dari sumber langsung

ke TPA

Implementasi di Kota Cilegon

Pola ini termasuk tepat apabila diterapkan di Kota Cilegon, karena masih banyak

daerah yang belum mendapatkan pelayanan persampahan dari DKP Kota Cilegon. Daerah

yang belum mendapatkan pelayanan kebanyakan berupa perumahan padat yang

kebanyakan penduduknya memiliki kebiasaan membakar sampah yang dihasilkan atau

membuangnya ke tanah lapang yang tidak jelas status kepemilikannya. Selain perumahan

padat, perusahaan/pabrik di daerah industri juga masih banyak yang belum dilayani oleh

DKP Kota Cilegon. Untuk kerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang

diterapkan pada perumahan padat, bisa dilakukan pengelolaan sampah berupa gerakan 3R

yang dapat mengurangi timbulan sampah dari sumbernya. LSM dapat bertindak sebagai

penggerak masyarakat dan juga bertindak sebagai penyuluh yang memberikan informasi

pada masyarakat perumahan padat tersebut. LSM yang ada harus melakukan kerjasama

dengan pemerintah melalui DKP Kota Cilegon. DKP Kota Cilegon bertindak sebagai

pemberi informasi dan melakukan koordinasi terhadapa LSM yang ada. Selain itu DKP

Kota Cilegon juga dapat memberikan insentif pada LSM dan juga masyarakat agar lebih

termotivasi untuk melakukan pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Pengurangan

sampah yang dihasilkan oleh masyarakat dapat dilakukan dengan melakukan gerakan 3R.

Masyarakat juga dapat diarahkan membentuk bank sampah dan juga pembuatan kompos.

Bank sampah dibentuk dengan menggerakkan masyarakat yang dikoordinasikan dengan

RT/RW yang bekerjasama dengan LSM. LSM bersama pemerintah memberikan

pengerahan dan juga insentif yang dapat memacu masyarakat. Pemberian fasilitas untuk

melakukan komposting juga dapat memacu masyarakat untuk membuat kompos yang pada

akhirnya mengurangi sampah yang dibuang oleh penghasil sampah. Kerjasama dengan

LSM juga dapat dilakukan pada pengumpulan sampah dan pengangkutan. LSM

Ringkasan Laporan Akhir Hal 14

Page 15: Ringakasan Lap Akhir KPS

Kajian Kerjasama Pemerintah Swasta Dalam Pengelolaan Sampah Di Kota Cilegon

mengadakan pengumpulan sampah dan pengangkutan pada daerah yang belum

mendapatkan pelayanan dari DKP Kota Cilegon. Walaupun pada akhirnya bentuk

pelayanan oleh LSM ini harus diakhiri karena pada akhirnya DKP harus bisa melayani

hingga 90% bahkan 100% pada Kota Cilegon. Perlu dipikirkan solusi agar hal ini tidak

menjadi masalah di kemudian hari.

Kesimpulan, apabila pola ini diterapkan pada Kota Cilegon, dapat dilakukan suntuk

pengurangan sampah di sumber dengan 3R ataupun pembentukan bank sampah dan juga

pembuatan kompos secara mandiri. Karena pola ini melibatkan masyarakat secara aktif,

maka diperlukan pendampingan terus menerus untuk memastikan kerjasama ini terus

berjalan. Kerjasama dapat dimulai pada satu daerah dan dilanjutkan pada daerah lainnya

sehingga seluruh Kota Cilegon dapat melakukan kerjasama ini.

Untuk lebih jelas mengenai apa saja yang harus dipersiapkan apabila masing-masing pola

dipilih, dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Hal yang perlu disiapkan sesuai pemilihan pola

No Pola Terpilih Hal yang Perlu Disiapkan

1

Kontrak Kerjasama, Operasi dan Pelayanan

Perda yang mengatur pelaksanaan kerjasama TPS

Perda mengenai persampah Kota Cilegon TPA

Armada pengumpulan dan pengankutanAnalisis Ekonomi yang menunjukkan keuntungan dari

pengelolaan sampah

2 BOT Perda yang mengatur pelaksanaan kerjasamaAnalisis Ekonomi yang menunjukkan keuntungan dari

pengelolaan sampah

Perda mengenai persampah Kota Cilegon -

3 KonsensiPerda yang mengatur pelaksanaan kerjasama Perda mengenai retribusi yang selalu disesuaikan

Perda mengenai persampah Kota CilegonAnalisis Ekonomi yang menunjukkan keuntungan dari

pengelolaan sampah

4 Joint Venture Perda yang mengatur pelaksanaan kerjasamaAnalisis Ekonomi yang menunjukkan keuntungan dari

pengelolaan sampah

Perda mengenai persampah Kota Cilegon Badan pelaksana baru

5 CBP Perda yang mengatur pelaksanaan kerjasamaLSM yang bertanggung jawab untuk pendampingan

masyarakat

Perda mengenai persampah Kota Cilegon -

Pemilihan Pola Kerjasama dan Perhitungan Ekonomi

Dengan mempertimbangkan analisis implementasi berdasarkan masing-masing

pola di atas maka akan dipilih pola kerjasama Build, Operate and Transfer (BOT) dalam

kerjasama pengelolaan sampah di Kota Cilegon. Pelayanan yang akan dikerjasamakan

Ringkasan Laporan Akhir Hal 15

Page 16: Ringakasan Lap Akhir KPS

Kajian Kerjasama Pemerintah Swasta Dalam Pengelolaan Sampah Di Kota Cilegon

menyangkut aspek pengumpulan dan pengangkutan sampah di Kota Cilegon pada daerah-

daerah yang belum mendapatkan pelayanan persamapahan. Pada rencana peningkatan

pelayanan persampahan Kota Cilegon hingga tahun 2015 ada beberapa kecamatan yang

akan ditingkatkan pelayanannya. Pada tahun 2015 pelayanan yang ingin dicapai adalah

60% dari 448.040 jiwa atau sekitar 268.824 jiwa. Pada tahun 2010 tingkat pelayanan sudah

mencapai 45% dari 373.440 jiwa atau sekitar 168.048 jiwa. Sehingga dari tahun 2010

hingga 2015 ada penambahan pelayanan untuk 100.776 jiwa. Diasumsikan penduduk

dengan ekonomi menengah ke atas sebesar 20% dari total penduduk, penduduk

berekonomi menengah sebesar 50% dari total penduduk dan ekonomi menengah ke bawah

sebesar 30% dari total penduduk.

Apabila dengan prinsip BOT maka pemerintah perlu memberikan masa

pelaksanaan pekerjaan pada pihak swasta. Biasanya waktu yang diberikan adalah

sepanjang 15 sampai 25 tahun. Untuk pelaksanaan kerjasama di Kota Cilegon ini periode

pekerjaan akan dicoba diterapkan sepanjang 20 tahun sejak pelaksanaan kerjasama yakni

2011, maka kerjasama akan berlangsung hingga tahun tahun 2030. Untuk itu diperlukan

prediksi lebih lanjut untuk timbulan sampah hingga tahun tersebut. Menggunakan cara

yang sama untuk prediksi hingga tahun 2011, maka didapat jumlah penduduk sampai tahun

2030 adalah sebesar 671.840 jiwa, hampir dua kali lipat dari jumlah penduduk pada tahun

2010. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5 di halaman selanjutnya.

Tabel 5. Prediksi jumlah penduduk hingga tahun 2031

N

o Tahun Jumlah Penduduk

1 2008 343.599

2 2009 349.162

3 2010 373.440

4 2011 388.360

5 2012 403.280

6 2013 418.200

7 2014 433.120

8 2015 448.040

9 2016 462.960

10 2017 477.880

11 2018 492.800

Ringkasan Laporan Akhir Hal 16

Page 17: Ringakasan Lap Akhir KPS

Kajian Kerjasama Pemerintah Swasta Dalam Pengelolaan Sampah Di Kota Cilegon

N

o Tahun Jumlah Penduduk

12 2019 507.720

13 2020 522.640

14 2021 537.560

15 2022 552.480

16 2023 567.400

17 2024 582.320

18 2025 597.240

19 2026 612.160

20 2027 627.080

21 2028 642.000

22 2029 656.920

23 2030 671.840

Dengan asumsi tidak ada peningkatan produksi sampah perkapita hingga tahun 2031, yang berarti

timbulan sampah per orang per hari tetap 2,3 liter maka akan didapatkan prediksi timbulan sampah

pada hingga tahun 2030. Tingkat pelayananpun terus ditingkatkan setiap tahun, apabila pada tahun

2011 target pelayanan mencapai 60%, maka pada tahun 2030 tingkat pelayanan ditargetkan

mencapai 95%. Dengan asumsi bahwa satu rumah tangga dihuni oleh 4 orang, maka akan didapat

pula jumlah rumah tangga terlayani. Lebih jelasnya dapat dilihat Tabel 6 di bawah ini.

Tabel 6. Prediksi jumlah penduduk dan timbulan sampah hingga tahun 2030

No TahunJumlah

Penduduk

Prediksi Timbulan

(m3/hari)

Tingkat

Pelayanan (%)

Jumlah Penduduk

Terlayani

Jumlah Sampah

Terangkut (m3/hari)

1 2011 388.360 893 48 186.413 429

2 2012 403.280 928 51 205.673 473

3 2013 418.200 962 54 225.828 519

4 2014 433.120 996 57 246.878 568

5 2015 448.040 1.030 60 268.824 618

6 2016 462.960 1.065 62 288.578 664

7 2017 477.880 1.099 65 309.029 711

8 2018 492.800 1.133 67 330.176 759

9 2019 507.720 1.168 69 352.019 810

10 2020 522.640 1.202 72 374.559 861

11 2021 537.560 1.236 74 397.794 915

12 2022 552.480 1.271 76 421.726 970

13 2023 567.400 1.305 79 446.355 1.027

14 2024 582.320 1.339 81 471.679 1.085

15 2025 597.240 1.374 83 497.700 1.145

Ringkasan Laporan Akhir Hal 17

Page 18: Ringakasan Lap Akhir KPS

Kajian Kerjasama Pemerintah Swasta Dalam Pengelolaan Sampah Di Kota Cilegon

No TahunJumlah

Penduduk

Prediksi Timbulan

(m3/hari)

Tingkat

Pelayanan (%)

Jumlah Penduduk

Terlayani

Jumlah Sampah

Terangkut (m3/hari)

16 2026 612.160 1.408 86 524.417 1.206

17 2027 627.080 1.442 88 551.830 1.269

18 2028 642.000 1.477 90 579.940 1.334

19 2029 656.920 1.511 93 608.746 1.400

20 2030 671.840 1.545 95 638.248 1.468

Pelaksanaan pekerjaan dengan pola BOT direncanakan akan dibagi menjadi beberapa tahap

dengan tahap pertama adalah tahun 2011 hingga tahun 2015. Berapa banyak fasilitas dan

infrastruktur yang diperlukan serta biaya yang perlu dikeluarkan? Serta seberapa besar potensi

pendapatan yang bisa diraih? Dapat dilihat dibawah ini.

- Jumlah armada yang dimiliki: 21 unit

- Kapasitas masing-masing angkutan: 6 m3/unit

- Asumsi ritase per unit: 3 ritase/hari

- Maka didapat kapasitas angkut maksimal per hari sebesar:

21 x 6 x 3 = 378 m3/hari

- Mempertimbangkan target pelayanan 60% pada tahun 2015 yang memerlukan

pengangkutan sampah mencapai 618 m3/hari, maka diperlukan armada yang cukup

untuk mengangkut tambahan 240 m3/hari.

- Dengan asumsi angkutan yang ada masih berfungsi hingga tahun 2015, maka

angkutan yang diperlukan untuk mengangkut 240 m3/hari adalah:

240 : (6 x 3) = 13 unit

- Asumsi semua kendaraan pengangkut adalah armroll, maka diperlukan tambahan

kontainer. Semua kontainer yang digunakan berukuran 6 m3 yang mampu melayani

3.200 jiwa. Dengan tambahan jumlah penduduk yang harus dilayani pada tahun

2015 mencapai 100.776 jiwa, maka diperlukan tambahan kontainer 6 m3 sebanyak:

100.776 : 3.200 = 32 buah

- Diperlukan juga tambahan alat pengumpulan berupa gerobak dan motor roda tiga

yang masing-masing berkapasitas 1 m3 yang bisa melayani 640 jiwa. Dengan

tambahan jumlah penduduk yang harus dilayani pada tahun 2015 mencapai

100.776 jiwa, maka diperlukan tambahan alat pengumpulan 1 m3 sebanyak

100.776 : 640 = 158 unit

Asumsi bahwa jumlah gerobak mencapai 80% dari total alat pengumpulan dan

motor hanya 20%-nya, maka:

Gerobak = 80% x 158 = 126 unit

Ringkasan Laporan Akhir Hal 18

Page 19: Ringakasan Lap Akhir KPS

Kajian Kerjasama Pemerintah Swasta Dalam Pengelolaan Sampah Di Kota Cilegon

Motor = 158 – 126 = 32 unit

- Biaya investasi awal yang dibutuhkan dapat dilihat pada Tabel 7:

Tabel 7. Investasi awal yang diperlukan untuk tahun 2011-2015

N

o

Fasilitas / Infrastruktur Pengelolaan

SampahUnit yang Dibutuhkan

Harga per

UnitInvestasi yang Dibutuhkan

1 Truk Armroll 13 299.980.000 3.899.740.000

2 Container 32 22.674.600 725.587.200

3 Gerobak Sampah 126 16.759.643 2.111.715.018

4 Becak Motor (Cator) 32 30.851.250 987.240.000

Total 7.724.282.218

- Potensi pendapatan yang dimiliki dengan asumsi retribusi merupakan satu-satunya

sumber pendapatan yang dapat diperoleh dan perolehan retribusi sesuai dengan

jumlah rumah tangga yang dilayani, dan asumsi satu rumah tangga dihuni oleh 4

jiwa, maka dapat dengan jelas dilihat pada Tabel 8 di bawah ini:

Tabel 8. Perkiraan retribusi yang dapat ditarik hingga tahun 2015

No TahunJumlah

Penduduk

Tingkat

Pelayanan

(%)

Jumlah

Penduduk

Terlayani

Jumlah

Rumah

Tangga

Rumah Tangga

Pertingkat

Ekonomi

Besar

Retribusi

(Rp)

Retribusi yang

Bisa Diterima

1 2011 388.360 48 186.413 46.603

Atas 9.321 8.500 79.228.500

Tengah 23.301 3.000 69.903.000

Bawah 13.981 1.500 20.971.500

2 2012 403.280 51 205.673 51.418

Atas 10.284 8.500 87.414.000

Tengah 25.709 3.000 77.127.000

Bawah 15.425 1.500 23.137.500

3 2013 418.200 54 225.828 56.457

Atas 11.291 8.500 95.973.500

Tengah 28.229 3.000 84.687.000

Bawah 16.937 1.500 25.405.500

4 2014 433.120 57 246.878 61.720

Atas 12.344 8.500 104.924.000

Tengah 30.860 3.000 92.580.000

Bawah 18.516 1.500 27.774.000

Ringkasan Laporan Akhir Hal 19

Page 20: Ringakasan Lap Akhir KPS

Kajian Kerjasama Pemerintah Swasta Dalam Pengelolaan Sampah Di Kota Cilegon

No TahunJumlah

Penduduk

Tingkat

Pelayanan

(%)

Jumlah

Penduduk

Terlayani

Jumlah

Rumah

Tangga

Rumah Tangga

Pertingkat

Ekonomi

Besar

Retribusi

(Rp)

Retribusi yang

Bisa Diterima

5 2015 448.040 60 268.824 67.206

Atas 13.441 8.500 114.248.500

Tengah 33.603 3.000 100.809.000

Bawah 20.162 1.500 30.243.000

Total 1.034.426.000

- Dengan perhitungan NPV, akan dilihat kelayakan kerjasama ini secara ekonomi

untuk tahap pertama, dengan asumsi biaya modal setiap tahun adalah 10%, maka:

NPV = ((170.103.000/(1+0.1)1) + (187.678.500/(1+0.1)2) +

(206.066.000/(1+0.1)3) + (225.278.000/(1+0.1)4) + (245.300.500/(1+0.1)5) ) -

7.724.282.218) = - Rp. 6.720.251.911

Karena nilai NPV < 0, maka proyek ini tidak layak secara ekonomi untuk tahap

pertama.

- Karena retribusi yang dapat ditarik tidak mencukupi untuk menutupi kebutuhan

investasi awal, maka diasumsikan ada penyesuaian retribusi mengikuti inflasi yang

diasumsikan sebesar 25% selama 5 tahun. Apabila masih tidak mencukup akan

dihitung berapa peningkatan retribusi yang dibutuhkan untuk menutupi investasi

awal. Dari perhitungan yang telah dilakukan diperlukan peningkatan hingga 7,47

kali. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel V.9 pada halaman berikut ini.

Tabel 9. Perhitungan retribusi disesuaikan dengan kebutuhan investasi

N

o

Tahu

n

Tingkat

Pelayana

n (%)

Jumlah

Penduduk

Terlayani

Jumla

h

Ruma

h

Tangg

a

Rumah Tangga

Pertingkat

Ekonomi

Besar

Retribus

i sesuai

inflasi

Retribusi

yang bisa

ditarik

Besar

retribus

i untuk

BEP

Retribusi

yang bisa

ditarik

1 2011 48 186.413 46.603

Atas 9.321 10.625 99.035.625 63.471 591.616.311

Tenga

h

23.30

1 3.750 87.378.750 22.402 521.980.789

Bawah

13.98

1 1.875 26.214.375 11.201 156.598.717

2 2012 51 205.673 51.418

Atas

10.28

4 10.625 109.267.500 63.471 652.739.206

Tenga

h

25.70

9 3.750 96.408.750 22.402 575.923.957

Bawah

15.42

5 1.875 28.921.875 11.201 172.772.707

3 2013 54 225.828 56.457 Atas 11.29 10.625 119.966.875 63.471 716.654.840

Ringkasan Laporan Akhir Hal 20

Page 21: Ringakasan Lap Akhir KPS

Kajian Kerjasama Pemerintah Swasta Dalam Pengelolaan Sampah Di Kota Cilegon

1

Tenga

h

28.22

9 3.750 105.858.750 22.402 632.376.108

Bawah

16.93

7 1.875 31.756.875 11.201 189.708.352

4 2014 57 246.878 61.720

Atas

12.34

4 10.625 131.155.000 63.471 783.490.155

Tenga

h

30.86

0 3.750 115.725.000 22.402 691.314.843

Bawah

18.51

6 1.875 34.717.500 11.201 207.394.453

5 2015 60 268.824 67.206

Atas

13.44

1 10.625 142.810.625 63.471 853.118.210

Tenga

h

33.60

3 3.750 126.011.250 22.402 752.762.562

Bawah

20.16

2 1.875 37.803.750 11.201 225.831.009

Total

1.293.032.50

0 Total

7.724.282.21

8

- Apabila perhitungan retribusi dilakukan hingga tahun 2030, dengan asumsi tidak

ada perubahan nilai retribusi yang dibayarkan dan seluruh yang membayar adalah

rumah tangga, maka pada akhir kerjasama total retribusi yang terkumpul hanya

sekitar Rp 7 Miliar. Dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 10 di bawah ini.

Tabel 10. Perkiraan retribusi yang dapat ditarik hingga tahun 2030

N

o

Tahu

n

Jumlah

Pendudu

k

Tingkat

Pelayana

n (%)

Jumlah

Penduduk

Terlayani

Jumlah

Rumah

Tangga

Rumah Tangga

Pertingkat

Ekonomi

Besar

Retribus

i (Rp)

Retribusi

yang Bisa

Diterima

1 2011 388360 48 186.413 46.603

Atas 9.321 8.500 79.225.440

Tengah 23.302 3.000 69.904.800

Bawah 13.981 1.500 20.971.440

2 2012 403280 51 205.673 51.418

Atas 10.284 8.500 87.410.940

Tengah 25.709 3.000 77.127.300

Bawah 15.425 1.500 23.138.190

3 2013 418200 54 225.828 56.457

Atas 11.291 8.500 95.976.900

Tengah 28.229 3.000 84.685.500

Bawah 16.937 1.500 25.405.650

4 2014 433120 57 246.878 61.720

Atas 12.344 8.500 104.923.320

Tengah 30.860 3.000 92.579.400

Bawah 18.516 1.500 27.773.820

5 2015 448040 60 268.824 67.206 Atas 13.441 8.500 114.250.200

Tengah 33.603 3.000 100.809.000

Ringkasan Laporan Akhir Hal 21

Page 22: Ringakasan Lap Akhir KPS

Kajian Kerjasama Pemerintah Swasta Dalam Pengelolaan Sampah Di Kota Cilegon

N

o

Tahu

n

Jumlah

Pendudu

k

Tingkat

Pelayana

n (%)

Jumlah

Penduduk

Terlayani

Jumlah

Rumah

Tangga

Rumah Tangga

Pertingkat

Ekonomi

Besar

Retribus

i (Rp)

Retribusi

yang Bisa

DiterimaBawah 20.162 1.500 30.242.700

6 2016 462960 62 287.035 71.759

Atas 14.352 8.500 121.989.960

Tengah 35.879 3.000 107.638.200

Bawah 21.528 1.500 32.291.460

7 2017 477880 65 310.622 77.656

Atas 15.531 8.500 132.014.350

Tengah 38.828 3.000 116.483.250

Bawah 23.297 1.500 34.944.975

8 2018 492800 67 330.176 82.544

Atas 16.509 8.500 140.324.800

Tengah 41.272 3.000 123.816.000

Bawah 24.763 1.500 37.144.800

9 2019 507720 69 350.327 87.582

Atas 17.516 8.500 148.888.890

Tengah 43.791 3.000 131.372.550

Bawah 26.275 1.500 39.411.765

10 2020 522640 72 376.301 94.075

Atas 18.815 8.500 159.927.840

Tengah 47.038 3.000 141.112.800

Bawah 28.223 1.500 42.333.840

11 2021 537560 74 397.794 99.449

Atas 19.890 8.500 169.062.620

Tengah 49.724 3.000 149.172.900

Bawah 29.835 1.500 44.751.870

12 2022 552480 76 419.885 104.971

Atas 20.994 8.500 178.451.040

Tengah 52.486 3.000 157.456.800

Bawah 31.491 1.500 47.237.040

13 2023 567400 79 448.246 112.062

Atas 22.412 8.500 190.504.550

Tengah 56.031 3.000 168.092.250

Bawah 33.618 1.500 50.427.675

14 2024 582320 81 471.679 117.920

Atas 23.584 8.500 200.463.660

Tengah 58.960 3.000 176.879.700

Bawah 35.376 1.500 53.063.910

15 2025 597240 83 495.709 123.927

Atas 24.785 8.500 210.676.410

Tengah 61.964 3.000 185.890.950

Bawah 37.178 1.500 55.767.285

16 2026 612160 86 526.458 131.614

Atas 26.323 8.500 223.744.480

Tengah 65.807 3.000 197.421.600

Bawah 39.484 1.500 59.226.480

17 2027 627080 88 551.830 137.958

Atas 27.592 8.500 234.527.920

Tengah 68.979 3.000 206.936.400

Bawah 41.387 1.500 62.080.920

18 2028 642000 90 577.800 144.450

Atas 28.890 8.500 245.565.000

Tengah 72.225 3.000 216.675.000

Bawah 43.335 1.500 65.002.500

19 2029 656920 93 610.936 152.734 Atas 30.547 8.500 259.647.630

Ringkasan Laporan Akhir Hal 22

Page 23: Ringakasan Lap Akhir KPS

Kajian Kerjasama Pemerintah Swasta Dalam Pengelolaan Sampah Di Kota Cilegon

N

o

Tahu

n

Jumlah

Pendudu

Tingkat

Pelayana

Jumlah

Penduduk

Jumlah

Rumah

Rumah Tangga

Pertingkat

Besar

Retribus

Retribusi

yang Bisa Tengah 76.367 3.000 229.100.850

Bawah 45.820 1.500 68.730.255

20 2030 671840 95 638.248 159.562

Atas 31.912 8.500 271.255.400

Tengah 79.781 3.000 239.343.000

Bawah 47.869 1.500 71.802.900

Total

7.233.079.07

5

- Melihat Tabel 10 di atas, apabila tidak ada penyesuaian retribusi maka retribusi

yang bisa ditarik tidak mencukupi untuk menutupi investasi yang dikeluarkan.

Maka dapat dipertimbangkan penyesuaian retribusi setiap 5 tahun sekali.

- Akan dilakukan perhitungan investasi yang dibutuhkan pada tahap-tahap

selanjutnya yaitu tahun 2016-2020, 2021-2025 dan 2025-2030. Asumsi yang

digunakan sama seperti asumsi untuk menghitung investasi pada tahap 2011-2015

dan harga per unit tidak mengalami kenaikan. Dan semua armada yang digunakan

tidak memerlukan penggantian sehingga hanya dilakukan penambahan armada baru

untuk melayani tahap berikutnya. Dari perhitungan didapat investasi awal yang

dibutuhkan untuk semua tahap adalah Rp 22.859.055.518. Dapat dilihat lebih jelas

pada Tabel 11 di bawah ini.

Tabel 11. Kebutuhan investasi awal hingga 2030

N

o

Tahu

n

Jumlah

Penamb

ahan

Pendud

uk

Terlaya

ni

Kebut

uhan

Arm-

Roll

Invetasi

Kebut

uhan

Gerob

ak

Investas

i

Kebut

uhan

Cator

Investas

i

Kebut

uhan

Contai

ner

Investas

iTotal

12016-

202085.980 11

3.299.78

0.000108

1.810.04

1.44427

832.983.

75027

612.214.

200

6.555.019

.394

22021-

202599.906 13

3.899.74

0.000125

2.094.95

5.37532

987.240.

00032

725.587.

200

7.707.522

.575

32026-

2030113.831 15

4.499.70

0.000143

2.396.62

8.94936

1.110.64

5.00026

589.539.

600

8.596.513

.549

Total11.699.2

20.000Total

6.301.62

5.768Total

2.930.86

8.750Total

1.927.34

1.000

22.859.05

5.518

Ringkasan Laporan Akhir Hal 23

Page 24: Ringakasan Lap Akhir KPS

Kajian Kerjasama Pemerintah Swasta Dalam Pengelolaan Sampah Di Kota Cilegon

- Dengan asumsi akan dilakukan penyesuaian retribusi setiap 5 tahun sekali yang

disesuaikan dengan tingkat inflasi yang diasumsikan sebesar 25% selama 5 tahun,

maka didapat hasil retribusi yang bisa ditarik hingga tahun 2030 yang telah

disesuaikan terhitung dari tahun 2016. Dari perhitungan didapat hasil retribusi yang

ditarik tetap tidak cukup untuk menutupi investasi yang telah dikeluarkan. Dapat

dilihat pada Tabel 12 di bawah ini.

Tabel 12. Perhitungan retribusi hingga 2030 dengan penyesuaian

No TahunJumlah

Penduduk

Tingkat

Pelayanan

(%)

Jumlah

Penduduk

Terlayani

Jumlah

Rumah

Tangga

Rumah Tangga

Pertingkat

Ekonomi

Besar

Retribusi

(Rp)

Retribusi yang

Bisa Diterima

1 2016 462960 62 287,035 71,759

Atas 14,352 13,281 190,609,313

Tengah 35,879 4,688 168,184,688

Bawah 21,528 2,344 50,455,406

2 2017 477880 65 310,622 77,656

Atas 15,531 13,281 206,272,422

Tengah 38,828 4,688 182,005,078

Bawah 23,297 2,344 54,601,523

3 2018 492800 67 330,176 82,544

Atas 16,509 13,281 219,257,500

Tengah 41,272 4,688 193,462,500

Bawah 24,763 2,344 58,038,750

4 2019 507720 69 350,327 87,582

Atas 17,516 13,281 232,638,891

Tengah 43,791 4,688 205,269,609

Bawah 26,275 2,344 61,580,883

5 2020 522640 72 376,301 94,075

Atas 18,815 13,281 249,887,250

Tengah 47,038 4,688 220,488,750

Bawah 28,223 2,344 66,146,625

6 2021 537560 74 397,794 99,449

Atas 19,890 16,602 330,200,430

Tengah 49,724 5,859 291,353,320

Bawah 29,835 2,930 87,405,996

7 2022 552480 76 419,885 104,971

Atas 20,994 16,602 348,537,188

Tengah 52,486 5,859 307,532,813

Bawah 31,491 2,930 92,259,844

8 2023 567400 79 448,246 112,062

Atas 22,412 16,602 372,079,199

Tengah 56,031 5,859 328,305,176

Bawah 33,618 2,930 98,491,553

9 2024 582320 81 471,679 117,920

Atas 23,584 16,602 391,530,586

Tengah 58,960 5,859 345,468,164

Bawah 35,376 2,930 103,640,449

10 2025 597240 83 495,709 123,927

Atas 24,785 16,602 411,477,363

Tengah 61,964 5,859 363,068,262

Bawah 37,178 2,930 108,920,479

Ringkasan Laporan Akhir Hal 24

Page 25: Ringakasan Lap Akhir KPS

Kajian Kerjasama Pemerintah Swasta Dalam Pengelolaan Sampah Di Kota Cilegon

No TahunJumlah

Penduduk

Tingkat

Pelayanan

(%)

Jumlah

Penduduk

Terlayani

Jumlah

Rumah

Tangga

Rumah Tangga

Pertingkat

Ekonomi

Besar

Retribusi

(Rp)

Retribusi yang

Bisa Diterima

11 2026 612160 86 526,458 131,614

Atas 26,323 20,752 546,251,172

Tengah 65,807 7,324 481,986,328

Bawah 39,484 3,662 144,595,898

12 2027 627080 88 551,830 137,958

Atas 27,592 20,752 572,577,930

Tengah 68,979 7,324 505,215,820

Bawah 41,387 3,662 151,564,746

13 2028 642000 90 577,800 144,450

Atas 28,890 20,752 599,523,926

Tengah 72,225 7,324 528,991,699

Bawah 43,335 3,662 158,697,510

14 2029 656920 93 610,936 152,734

Atas 30,547 20,752 633,905,347

Tengah 76,367 7,324 559,328,247

Bawah 45,820 3,662 167,798,474

15 2030 671840 95 638,248 159,562

Atas 31,912 20,752 662,244,629

Tengah 79,781 7,324 584,333,496

Bawah 47,869 3,662 175,300,049

Total 12,811,485,279

Diperlukan cara lain agar proyek ini layak secara ekonomi, meneruskan kerjasama

hingga 25 tahun mungkin dapat memberikan keuntungan pada pihak swasta yang

melakukan pengelolaan sampah. Bisa juga dilakukan penyesuaian retribusi pada tahun-

tahun berikut sesuai dengan kenaikan yang dibutuhkan dan memastikan semua pihak

membayar. Dapat juga membuat industri / perusahaan besar untuk membayar retribusi

sesuai Perda retribusi yang ada. Perlu diingat pula selalu diperlukan investasi baru untuk

menambah fasilitas dan kendaraan untuk pengelolaan sampah seiring dengan peningkatan

pelayanan yang diinginkan. Juga adanya biaya yang diperlukan untuk pemeliharaan

kendaraan dan juga biaya untuk mengganti kendaraan yang sudah mencapai umur

teknisnya, walaupun penjualan armada yang sudah tidak layak digunakan dapat

memberikan keuntungan. Apabila hal ini tetap tidak menghasilakn keuntungan bagi pihak

swasta, maka kerjasama pemerintah-swasta untuk pengelolaan sampah bisa saja tidak

dilakukan untuk satu kawasan perkotaan tetapi hanya dilakukan untuk satu kawasan yang

diperkirakan dapat menghasilkan keuntungan seperti contohnya kawasan industri.

KONSEP PENGELOLAAN SAMPAH DI KAWASAN INDUSTRI

Kawasan industri di Kota Cilegon terdiri dari beberapa jenis perusahaan/industri

yang berbeda. Perusahaan/industri yang ada seluruhnya berjumlah 100 perusahaan dan

baru sekitar 10% yang telah terlayani oleh DKP Kota Cilegon. Selama ini perusahaan

Ringkasan Laporan Akhir Hal 25

Page 26: Ringakasan Lap Akhir KPS

Kajian Kerjasama Pemerintah Swasta Dalam Pengelolaan Sampah Di Kota Cilegon

mengandalkan LSM yang melakukan pengangkutan sampah ke luar dari kawasan industri

dan tidak banyak yang mengangkutnya ke TPA Bagendung dengan alasan biaya yang

harus dikeluarkan lebih besar dari yang mereka terima. LSM yang melakukan

pengangkutan dan pengumpulan dari kawasan industri banyak yang hanya membawa

sampah ke lahan milik mereka sendiri dan sering kali membakarnya. Hal ini tidak

dibenarkan karena setidak-tidaknya sampah sejenis domestik harus diolah dengan sanitary

landfill. Selain itu membakar sampah akan mencemari lingkungan dan juga menyebabkan

gangguan kesehatan pada masyarakat. Diperlukan sebuah konsep kerjasama yang dapat

“memaksa” perusahaan/industri yang ada untuk melakukan pengelolaan sampah secara

baik dan benar.

1. Pelaksanaan pengelolaan sampah, mulai dari pengumpulan, pengangkutan hingga

pemrosesan akhir harus dilaksanakan oleh DKP Kota Cilegon karena DKP Kota

Cilegon merupakan lembaga yang memiliki kewenangan untuk melakukan pengelolaan

sampah di Kota Cilegon. DKP Kota Cilegon juga merupakan pihak yang memiliki

fasilitas pengelolaan sampah yang paling lengkap dan paling baik.

2. Sekitar 90% perusahaan/industri yang ada di kawasan industri selama ini melakukan

pengelolaan sampah tidak sesuai prosedur yang benar. Maka hal in harus diperbaiki

untuk menjamin pengelolaan sampah yang ramah lingkungan.

3. Fasilitas seperti TPS baik yang bertipe pasangan bata maupun bertipe container belum

ditempatkan/dibangun di kawasan industri sehingga perusahaan/industri tidak memiliki

tempat untuk menampung sampah sejenis domestik yang mereka hasilkan.

4. Penempatan/pembangunan TPS disesuaikan dengan kebutuhan, maka diperlukan data

akurat mengenai jumlah timbulan sampah yang dihasilkan oleh masing-masing

industri/perusahaan dan jumlah timbulan yang dibawa ke TPA Bagendung.

5. Penempatan/pembangunan TPS dapat dilakukan oleh pihak DKP Kota Cilegon.

Pengumpulan menuju TPS sebaiknya dilakukan oleh perusahaan/industri sendiri

sedangkan pengangkutan menuju TPA Bagendung dilakukan oleh armada

pengangkutan milik DKP Kota Cilegon. Apabila dilakukan dengan pola seperti ini,

maka perusahaan/industri wajib memberikan kompensasi kepada DKP Kota Cilegon.

Kompensasi dapat berupa retribusi yang harus dibayarkan untuk setiap m3 atau

kilogram/ton sampah yang diangkut dan diproses di TPA Bagendung.

6. Penempatan/pembangunan TPS dapat dikerjasamakan dengan perusahaan/industri

sehingga dana untuk membangun/mengadakan TPS berasal dari swasta, tetapi

Ringkasan Laporan Akhir Hal 26

Page 27: Ringakasan Lap Akhir KPS

Kajian Kerjasama Pemerintah Swasta Dalam Pengelolaan Sampah Di Kota Cilegon

pengangkutan tetap dilakukan oleh DKP Kota Cilegon. TPS yang

dibangun/ditempatkan harus memiliki spesifikasi dan persyaratan yang sesuai dengan

standar DKP Kota Cilegon. Perusahaan tetap harus memberikan kompensasi kepada

DKP Kota Cilegon, karena pengangkutan dan pemrosesan masih dilakukan oleh DKP

Kota Cilegon. Walaupun bila dengan pola ini DKP dapat memberikan insentif berupa

pengurangan retribusi yang harus dibayarkan ataupun dalam bentuk lain.

7. Penempatan/pembangunan TPS dapat dikerjasamakan dengan perusahaan/industri dan

untuk pengangkutan menuju TPA Bagendung dapat dikerjasamakan juga dengan pihak

perusahaan/industri. Sehingga penyediaan TPS, armada pengangkutan dan biaya

operasional yang diperlukan semua berasal dari pihak perusahaan/industri. Pihak DKP

Kota Cilegon hanya menyediakan fasilitas pengolahan di TPA Bagendung. Pihak

perusahaan/industri tetap perlu memberikan kompensasi kepada DKP Kota Cilegon.

Walaupun dengan pola ini DKP dapat memberikan insentif berupa pengurangan

retribusi yang harus dibayarkan oleh perusahaan/industri.

8. Tergantung dari pola yang dipilih, DKP Kota Cilegon harus menyediakan armada

pengangkutan, TPS dan juga fasilitas yang mampu untuk melakukan pengelolaan

sampah dengan jumlah timbulan yang dihasilkan oleh perusahaan/industri. Diperlukan

penambahan TPS dan armada pengangkutan apabila DKP Kota Cilegon ingin melayani

semua perusahaan/industri yang berada pada kawasan industri. Perlu diperhatikan pula

kapasitas pengolahan di TPA Bagendung, karena apabila sampah sejenis domestik

yang dihasilkan oleh perusahaan/industri seluruhnya diolah di TPA dipastikan akan ada

peningkatan pengolahan sampah di TPA Bagendung. Harus dihitung berapa lama

pengolahan dengan cara lama dapat dilakukan di TPA Bagendung dengan adanya

peningkatan ini. Hal ini terkait dengan kapasitas TPA Bagendung.

9. Diperlukan sebuah atau beberapa peraturan yang dapat menjadi dasar dari kewajiban

pengelolaan sampah di kawasan industri oleh DKP Kota Cilegon. Seperti peraturan

daerah yang mengatur mengenai persampahan/pengelolaan sampah dan juga peraturan

terkait kerjasama pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah ataupun dalam

pemanfaatan potensi daerah.

10. Diperlukan sebuah atau beberapa aturan yang dapat dijadikan dasar untuk memberikan

sanksi kepada perusahaan apabila perusahaan/industri menolak untuk melaksanakan

pengelolaan sampah dengan baik dan benar ataupun menolak untuk pengelolaan

sampahnya ditangani oleh DKP Kota Cilegon.

Ringkasan Laporan Akhir Hal 27

Page 28: Ringakasan Lap Akhir KPS

Kajian Kerjasama Pemerintah Swasta Dalam Pengelolaan Sampah Di Kota Cilegon

11. Perlu dipikirkan lebih lanjut mengenai pengurangan sampah di kawasan industri.

Sesuai dengan tujuan pengelolaan sampah yang baik dan benar yaitu sesedikit mungkin

sampah yang dihasilkan ataupun sampah yang dibawa ke TPA. Sampah yang dibawa

ke TPA adalah benar-benar sampah yang sudah tidak bisa diolah lagi dengan cara

apapun.

12. Perlu juga dipikirkan mengenai nasib dari LSM yang sebelumnya melakukan

pengangkutan sampah di kawasan industri. Apabila seluruh pengelolaan sampah di

kawasan industri dilakukan oleh DKP dipastikan mereka akan kehilangan mata

pencaharian. Hal ini dapat menimbulkan gejolak di masyarakat yang pada akhirnya

dikhawatirkan dapat menciptakan suasana yang tidak kondusif di tengah masyarakat.

Ringkasan Laporan Akhir Hal 28