landasan pendidikan

39
Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani Kuno yang diadopsi oleh orang Arab dengan mengalami sedikit perubahan bunyi, yaitu falsafat dan oleh orang Indonesia disebut dengan filsafat. Dalam bahasa Yunani istilah filsafatdikenal dengan philosopia yang berasal dari dua unsur kata, yaitu philo yang berarti cinta dan kata Sophia yang berarti kearifan, hikmah, kebijaksanaan, keputusan ataupun pengetahuan yang benar. Dengan itu filsafat secara harfiah berarti cinta akan kebenaran dan atau kebijaksanaan. Sulit ditemukan kesepakatan para ahli mengenai makna dan hakikat filsafat, namun paling tidak dapat ditemukan pemahaman umum, bahwa aktivitas filsafat selalu selalu ditandai dengan adanya upaya berpikir kritis, sungguh-sungguh dan berhati-hati melalui sistem dan tata cara tersendiri dalam mencari dan memahami berbagai realitas dengan sedalam-dalamnya dan menyeluruh menuju suatu kesimpulan yang baik dan komprehensif. Dapat disimpulkan, bahwa filsafat bukanlah pemikiran dan bukan pula ajaran, tetapi lebih pada aktivitas berpikir sistematis menurut alur berpikir filsafat menuju terbangunnya suatu pemikiran atau pemahaman yang tegas dan murni tentang realitas. Dan karenanya pula, maka aktivitas filsafat banyak bergerak pada wilayah proses tempuh seseorang dalam memperoleh kebenaran dan bukan pada penekanan ajaran, dogma ataupun pemikiran. Di sinilah kemudian filasafat lebih terkonsentrasi pada wilayah metodologi atau proses pelahiran suatu kebenaran. Nilai Kebenaran suatu pemikiran filsafat selalu dilihat dari aspek bagaimana ia memperoleh kebenaran tersebut. Artinya, bahwa filsafat mengajarkan bagaimana subjeknya dapat meraih nilai kebenaran dari keseluruhan realitas menurut tata cara yang benar-benar dapat dipertanggungjawabkan secara menyeluruh, baik dari segi isi maupun dari cara memperolehnya.

Upload: eko-wahyudi

Post on 14-Apr-2017

13 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Landasan pendidikan

Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani Kuno yang diadopsi oleh orang Arab dengan mengalami sedikit perubahan bunyi, yaitu falsafat dan oleh orang Indonesia disebut dengan filsafat.

Dalam bahasa Yunani istilah filsafatdikenal dengan philosopia yang berasal dari dua unsur kata, yaitu philo yang berarti cinta dan kata Sophia yang berarti kearifan, hikmah, kebijaksanaan, keputusan ataupun pengetahuan yang benar. Dengan itu filsafat secara harfiah berarti cinta akan kebenaran dan atau kebijaksanaan.

Sulit ditemukan kesepakatan para ahli mengenai makna dan hakikat filsafat, namun paling tidak dapat ditemukan pemahaman umum, bahwa aktivitas filsafat selalu selalu ditandai dengan adanya upaya berpikir kritis, sungguh-sungguh dan berhati-hati melalui sistem dan tata cara tersendiri dalam mencari dan memahami berbagai realitas dengan sedalam-dalamnya dan menyeluruh menuju suatu kesimpulan yang baik dan komprehensif.

Dapat disimpulkan, bahwa filsafat bukanlah pemikiran dan bukan pula ajaran, tetapi lebih pada aktivitas berpikir sistematis menurut alur berpikir filsafat menuju terbangunnya suatu pemikiran atau pemahaman yang tegas dan murni tentang realitas. Dan karenanya pula, maka aktivitas filsafat banyak bergerak pada wilayah proses tempuh seseorang dalam memperoleh kebenaran dan bukan pada penekanan ajaran, dogma ataupun pemikiran. Di sinilah kemudian filasafat lebih terkonsentrasi pada wilayah metodologi atau proses pelahiran suatu kebenaran.

Nilai Kebenaran suatu pemikiran filsafat selalu dilihat dari aspek bagaimana ia memperoleh kebenaran tersebut. Artinya, bahwa filsafat mengajarkan bagaimana subjeknya dapat meraih nilai kebenaran dari keseluruhan realitas menurut tata cara yang benar-benar dapat dipertanggungjawabkan secara menyeluruh, baik dari segi isi maupun dari cara memperolehnya.

Ruang Lingkup

Berdasarkan objek kajiannya, kajian filsafat biasanya dibagi kedalam tiga bidang permasalahan, yaitu :

Metafisika

Epistemologi

Aksiologi

Page 2: Landasan pendidikan

Filsafat dan Ilmu Pengetahuan

Filsafat dengan karakteristiknya seperti telah dibahas di atas, menjadikan dirinya sebagai ilmu pengetahuan, kendatipun keduanya adalah dua tata cara manusia untuk memperoleh kebenaran. Bahan filsafat tidaklah sama seperti bahan-bahan yang ada pada ilmu pengetahuan. Bahan pada filsafat bersifat universal, sedangkan ilmu terbatas hanya pada bidang-bidang tertentu, sifatnya parsial. Filsafat diarahkan pada keseluruhan capaian hakikat-hakikat dalam keseluruhan kemungkinan-kemungkinan yang menunjukkan pada sesuatu yang menjadi focus kajian, sedangkan ilmu pengetahuan pun akan berbeda.

Hal lain membedakan dunia filasafat dari ilmu pengetahuan adalah aktivitasnya. Filsafat memulai kerjanya dengan langkah yang tidak memberikan kepemihakan. Seorang filsuf mestilah membebaskan diri dari berbagai penerimaan pendirian tertentu sebagai suatu yang benar. Dan di sinilah makna universalitasnya. Lain halnya dengan pengetahuan yang memiliki nilai kebenaran yang bersifat parsial, maka dalam aktivitas pencariannya, ia mesti mengabaikan aspek-aspek yang lain, kendatipun ilmuwan menyadari bahwa hubungan interdependensi antar-realitas itu tidak dapat dielakkan.

Pengetahuan dan Kebenaran

John Locke (1632-1704 M), seorang filsuf Inggris, menyebutkan bahwa pengetahuan adalah bukti nyata realitas manusia dalam mengisi kehidupannya, dan karenanya mestilah pula mendapat tempat teratas dalam keseluruhannya problematika dunia filsafat. Pengetahuan pada hakikatnyaakan selalu bersifat relasional, yaitu adanya hubungan interpendensi antara subjek dan objek. Dengan mengetahui, subjek akan menjadi manunggal dengan objek. Kemanunggalan bukanlah dalam bentuk yang ekstrinsik di mana ada jarak yang membatasi hubungan keduanya. Hubungan sungguh-sungguh mendalam, sifatnya instrinsik di mana hubungannya tidak sekadar pertemuan antara subjek dan objek, tetapi benar-benar menyatu dalam suatu kesatuan yang tidak terlepaskan.

Sedangkan kebenaran secara bahasa sehari-hari selalu dipertentangkan dengan kebohongan atau dusta; Sesuatu yang memiliki celah salah, keliru dan ketidakvalidan. Dalam konteks filsafat, istilah kebenaran lebih lazim dipertentangkan dengan kekeliruan atau kekhilafan. Di antara keduanya adalah asumsi-asumsi dan atau praduga-praduga yang kendatipun berada antara benar dan keliru, namun eksistensinya selalu diperlukan untuk menghantarkan seseorang pemikir atau filsuf menuju pada titik terang yang bernilai benar dan oleh karenanya bermakna bagi terwujudnya kebenaran.

Dalam konteks kajian filsafat pengetahuan, paling tidak ada enam teori kebenaran, yaitu :

Page 3: Landasan pendidikan

Teori korespondensi;

Teori konsistensi;

Teori pragmatism;

Teori relativisme;

Teori Empirisme;

Teori relijius;

Sistematika Berpikir Filsafat

Berpikir secara sederhana adalah upaya yang dilakukan seseorang dalam menghubungkan berbagai fakta dalam keseluruhan realitas, baik dalam bentuk ide, konsep, ataupun berbagai pengalaman indrawi kita, sehingga muncul gagasan, pikiran dan atau idea yang jelas tentang sesuatu persoalan. Bagaimana berpikir dapat menghantarkan kita pada suatu titik yang akan menjadi pengetahuan kita? Bagaimana kita dapat meyakini bahwa apa yang telah menjadi kesimpulan dan keputusan kita tempuh agar kita dapat membangun pemikiran yang benar-benar dapat meyakini kita?

Ada tiga hal yang berhubungan langsung dengan sistematika berpikir filsafat, yaitu bagaimana seseorang itu berupaya membentuk dan membangun suatu ide, pengertian dan atau konsep; bagaimana prosedur yang dapat ditempuh seseorang dalam membuat keputusan; dan bagaimana pula system yang dapat dipedomani dalam upaya penuturan dan atau pengungkapan apa yang tengah subjek pikirkan. Ketiga aktivitas ini dapat dipisahkan satu sama lainnya dalam kegiatan filsafat. Ketiga dimensi ini berkenaan langsung dengan logika. Sedemikian rupa sehingga aktivitas selalu diidentikkan secara nyata dengan bahasa.

BAB 2

PENGERTIAN, KEGUNAAN, DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT PENDIDIKAN

Pengertian

Filsafat pendidikan adalah pelaksanaan pandangan filsafat dan kaidah-kaidah filsafat dalam bidang pengalaman kemanusiaan yang disebut dengan pendidikan (Menurut Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany), Sedangkan menurut M. Arifin M.Ed. mengemukan, bahwa filsafat pendidikan adalah upaya memikirkan permasalahan pendidikan. Serta menurut Ali Khalil Abu al-Ainain, filsafat pendidikan adalah

Page 4: Landasan pendidikan

upaya berpikir filosofis tentang realitas kependidikan dalam segala lini, sehingga melahirkan teori-teori pendidikan yang berguna bagi kemajuan aktivitas pendidikan itu sendiri.

Dari ketiga pengertian diatas menitik beratkan filsafat dalam upaya menerapkan kaidah-kaidah berpikir filsafat dalam ragam pencarian solusi berbagai ragam problem kependidikan yang akan melahirkan pemikiran utuh tentang pendidikan yang tentunya merupakan langkah penting dalam menemukan teori-teori tentang pendidikan. Hal ini sangat penting untuk menentukan arah gerak semua aktivitas pendidikan.

Kegunaan Filsafat Pendidikan

Kecenderungan pola pendidikan yang ditempuh oleh suatu lembaga ataupun suatu kelompok masyarakat sangat tergantung pada cara pandangnya dalam memandang manusia ideal, cara berada manusia dalam melakukan proses humanitas dan yang terpenting lagi cara pandangnya dalam memandang eksistensi pendidikan dalam system dan polanya memberikan pelayanan kepada seluruh masyarakat untuk mengembangkan diri dan kemampuan berpikir filosofis yang diarahkan untuk menjawab berbagai persoalan kependidikan.

Jadi, filsafat pendidikan sebagai suatu upaya berpikir logis, kritis, radikal, sistematis, metodis, utuh, dan menyeluruh tentang persoalan-persoalan yang berkenaan dengan permasalahan pendidikan dan aspek-aspek penting yang terkait dengannya. Sedemikian rupa sehingga berbagai upaya edukasi yang dilakukan dalam gerak langkah proses pendidikan benar-benar berdaya guna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan dan atau sasaran-sasaran yang telah dirumuskan. Upaya filsafat pendidikan merupakan sesuatu yang tidak dapat dilepaskan dari keseluruhan proses kependidikan, baik dalam pencarian orientasi, aplikasi maupun evaluasi dan pengembangan. Pendidikan dan filsafat merupakan dua mata uang yang menyatu dalam satu unit yang mengikat.

Objek dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan

Realitas-realitas kependidikan yang menjadi objek kajian filsafat pendidikan antara lain menyangkut hal-hal yang berkenaan dengan :

Hakikat manusia ideal sebagai acuan pokok bagi pengembangan dan penyempurnaan.

Pendidikan dan nilai-nilai yang dianut sebagai suatu landasan berpikir dan berbuat dalam tatanan hidup suatu masyarakat.

Hakikat tujuan kependidikan sebagai arah bangun pengembangan pola dunia pendidikan.

Page 5: Landasan pendidikan

Hakikat pendidikan dan anak didik sebagai subjek-subjek yang terlihat langsung dalam pelaksanaan proses edukasi.

Hakikat pengetahuan dan nilai sebagai aspek penting yang dikembangkan dalam aktivitas pendidikan.

Hakikat kurikulum sebagai tahapan-tahapan yang akan dilalui dalam proses kependidikan menuju peraihan tujuan-tujuan.

Hakikat metode dan strategi pembelajaran yang memungkinkan penumbuhkembangan potensi subjek didik.

Alternatif-alternatif yang mungkin dilalui dalam pengembangan sumber daya manusia baik menyangkut prinsip-prinsip, metode maupun alat-alat pendukung peraihan tujuan.

Keterkaitan dunia pendidikan dengan lembaga-lembaga lain dalam lingkup masyarakat, seperti pendidikan dan dunia politik, pendidikan dan sistem pemerintahan, pendidikan, tata hukum dan adat dalam masyarakat.

Keterkaitan dunia kependidikan dengan perubahan-perubahan taraf hidup dalam masyarakat.

Aliran-aliran filsafat yang tumbuh dan berkembang dalam memecahkan berbagai ragam problem kependidikan.

Keterkaitan pendidikan sebagai suatu lembaga dengan ideologi yang dianut dan yang berkembang dalam suatu masyarakat.

dan Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Page 6: Landasan pendidikan

Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar[1]. Dari batasan di atas terlihat adanya kaitan yang sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan tindakan belajar. Karena itu, tidak mengherankan apabila beberapa ahli psikologi pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama studi psikologi pendidikan adalah soal belajar. Dengan kata lain, psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan yang berkenaan dengan proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan belajar.

Karena konsentrasinya pada persoalan belajar, yakni persoalan-persoalan yang senantiasa melekat pada subjek didik, maka konsumen utama psikologi pendidikan ini pada umumnya adalah pada pendidik. Mereka memang dituntut untuk menguasai bidang ilmu ini agar mereka, dalam menjalankan fungsinya, dapat menciptakan kondisi-kondisi yang memiliki daya dorong yang besar terhadap berlangsungnya tindakan-tindakan belajar secara efektif.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian psikologi dan pendidikan?

2. Apa objek kajian psikologi dan psikologi pendidikan?

3. Apa ruang lingkup psikologi pendidikan?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Psikologi dan Psikologi Pendidikan

Psikologi yang dalam istilah lama disebut ilmu jiwa itu berasal dari kata bahasa inggris psycology. kata psycology merupakan dua akar kata yang bersumber dari kata greek (yunani), yaitu satu) psyche yang berarti jiwa; dua) logos yang berarti ilmu. jadi, secara harfiah psikologi memang berarti ilmu jiwa.

Page 7: Landasan pendidikan

Psikologi lebih banyak dikaitkan dengan kehidupan organisme manusia. alam hubungan ini, psikologi didefenisikan sebagai ilmu pengetahuan yang berusaha memahami perilaku manusia, alasan dan cara mereka melakukan sesuatu, dan juga memahami bagaimana makhluk tersebut berfikir dan berperasaan[2]

Bruno (1987) membagi pengertian psikologi dalam tiga bagian yang pada prinsipnya saling berhubungan. Pertama, psikologi adalah studi (pendidikan) mengenai “ruh”. Kedua, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “kehidupan mental”. ketiga, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “tingkah laku” organisme.

Chaplin (1972) dalam dictionary of Psychology mendefinisikan psikologi sebagai ilmu pengetahuan mengenai perilaku manusia dan hewan, juga penyelidikan terhadap organisme dalam segala ragam dan kerumitannya ketika mereaksi arus dan perubahan dalam sekitar dan peristiwa-peristiwa kemasyarakatan yang mengubah lingkungan.[3]

“Psikologi” berasal dari perkataan Yunani “psyche” yang artinya jiwa, dan “logos” yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi (menurut arti kata) psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya, atau disebut dengan ilmu jiwa.

Berbicara tentang jiwa, terlebih dahulu kita harus dapat membedakan antara nyawa dengan jiwa. Nyawa adalah daya jasmaniah yang adanya tergantung pada hidup jasmani dan menimbulkan perbuatan badaniah, yaitu perbuatan yang di timbulkan oleh proses belajar. Misalnya : insting, refleks, nafsu dan sebagainya. Jika jasmani mati, maka mati pulalah nyawanya.

Sedang jiwa adalah daya hidup rohaniah yang bersifat abstrak, yang menjadi penggerak dan pengatur bagi sekalian perbuatan-perbuatan pribadi (personal behavior) dari hewan tingkat tinggi dan manusia. Perbutan pribadi ialah perbuatan sebagai hasil proses belajar yang di mungkinkan oleh keadaan jasmani, rohaniah, sosial dan lingkungan. Proses belajar ialah proses untuk meningkatkan kepribadian (personality ) dengan jalan berusaha mendapatkan pengertian baru, nilai-nilai baru, dan kecakapan baru, sehingga ia dapat berbuat yang lebih sukses, dalam menghadapi kontradiksi-kontradiksi dalam hidup. Jadi jiwa mengandung pengertian-pengertian, nilai-nilai kebudayaan dan kecakapan-kecakapan.[4]

Page 8: Landasan pendidikan

Pengertian psikologi diatas menunjukkan beragamnya pendapat para ahli psikologi. Perbedaan tersebut bermuasal pada adanya perbedaan titik berangkat para ahli dalam mempelajari dan membahas kehidupan jiwa yang kompleks ini. Dan dari pengertian tersebut paling tidak dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku dan perbuatan individu, dimana individu tersebut tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya.[5]

Pendidikan dari kata “didik”, lalu kata ini mendapat awalan me sehingga menjadi “mendidik”, artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi akhlak dan kecerdasan pikiran[6]. Selanjutnya, “pendidikan” menurut KBBI adalah peroses pengubahan sikap dan tata laku sesorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.[7]

Psikologi Pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi yang menyelidiki masalah psikologis yang terjadi dalam dunia pendidikan. Sedangkan menurut ensiklopedia amerika, Pengertian psikologi pendidikan adalah ilmu yang lebih berprinsip dalam proses pengajaran yang terlibat dengan penemuan – penemuan dan menerapkan prinsip – prinsip dan cara untuk meningkatkan keefisien di dalam pendidikan.[8]

Dari uarian di atas, kita dapat mengetahu pengertian dari psikologi dan pengertian pendidikan itu sendiri.Sepanjang atau selagi kita masih berpendapat bahwa psikologi adalah suatu ilmu yang berusaha menyelidiki semua aspek keperibadian dasar tingkah laku manusia, baik yang bersifat jasmaniah maupun rohaniah, baik secara teoritis maupun dengan melihat kegunaannya di dalam praktek, baik secara individual maupun dalam hubungannya dengan manusia lain atau lingkungannya, mungkin kita akan mengatakan bahwa ‘psikologi pendidikan’ itu sebenarnya sudah termasuk di dalam psikologi, dan tidak perlu dipersoalkan atau dipisahkan menjadi sesuatu disiplin ilmu tersendiri.[9] Psikologi pendidikan dapat disimpulkan bahwa psikologi pendidikan adalah cabang dari psikologi yang dalam penguraian dan penelitiannya lebih menekankan pada maslah pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik maupun mental, yang sangat erat hubungannya dalam masalah pendidikan terutama yang mempengaruhi proses dan keberhasilan belajar.[10]

B. Objek Kajian Psikologi dan Psikologi Pendidikan

1. Objek Kajian Psikologi

Objek Psikologi dibagi menjadi 2, yaitu :

Page 9: Landasan pendidikan

Objek Material adalah sesuatu yang dibahas, dipelajari atau diselidiki, atau suatu unsure yang ditentukan atau sesuatu yang dijadikan sasaran pemikiran, objek material mencakup apa saja, baik hal-hal konkret (kerohanian, nilai-nilai, ide-ide). Objeknya yaitu manusia.[11]

2. Objek formal adalah cara memandang, cara meninjau yang dilakukan oleh seorang peneliti terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip yang digunakannya. Objek formal juga digunakan sebagai pembeda ilmu yang satu dengan ilmu yang lain ( psikologi, antropologi, sosiologi, dan lain-lain). Objeknya yaitu dari segi tingkah laku manusia, objek tersebut bersifat empiris atau nyata, yang dapat diobservasi untuk memorediksi, menggambarkan sesuatu yang dilihat. Caranya melihat gerak gerik seseorang bagaimana ia melakukan sesuatu dan melihat dari matanya.

Dalam makalah ini tidak akan dibicarakan psikologi yang membicarakan hewan atau psikologi hewan, melainkan membicarakan tentang psikologi yang berobyekkan manusia. Yang sampai saat ini dibedakan menjadi dua, yaitu :

1) Psikologi Umum

Psikologi umum adalah psikologi yang menyelidiki dan mempelajari kegiatan-kegiatan atau aktifitas-aktifitas psikis manusia pada umumnya yang dewasa, yang normal, dan yang beradab (berkultur)[12]

Macam-macam psikologi umum :

a. Psikologi perkembangan

Psikolgi yang membicarakan perkembangan psikis manusia dari masa bayi sampai tua yang mencakuo psikologi anak, psikologi puber atau adolesensi ( psikologi pemuda ), psikologi orang dewasa, psikologi orang tua.

b. Psikologi sosial

Page 10: Landasan pendidikan

Psikologi yang khusus membicarakan tentang tingkah laku atau aktivitas-aktivitas manusia dalam hubungannya dengan situasi sosial.

c. Psikologi pendidikan

Psikologi yang khusus menguraikan kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas manusia dalam hubungannya dengan situasi pendidikan, misalnya bagaimana cara menarik perhatian agar pelajaran dapat dengan mudah diterima, bagaimana cara belajar dan sebagainya.

d. Psikologi kepribadian dan tipologi

Psikologi yang khusus menguraikan tentang struktur pribadi manusia, mengenai tipe-tipe kepribadian manusia.

f. Psikologi Kriminil

Psikologi yang khusus berhubungan dengan soal-soal kejahatan atau kriminalitas.

g. Psikologi perusahaan

Psikologi yang khusus berhubungan dengan soal-soal perusahaan

2) Psikologi Khusus

Psikologi yang menyelidiki dan mempelajari segi-segi kekhususan dari aktivitas-aktivitas psikis manusia. Hal-hal yang khusus yang menyimpang dari hal-hal yang umum dibicarakan dalam psikologi khusus.

2. Objek Kajian Psikologi Pendidikan

Page 11: Landasan pendidikan

Objek kajian psikologi pendidikan tanpa mengabaikan persoalan psikologi guru terletak pada peserta didik. Karena hakikat pendidikan adalah pelayanan khusus diperuntukkan bagi peserta didik. Oleh karena itu objek kajian psikologi pendidikan, selain teori-teori psikologi pendidikan sebagai ilmu, tetapi lebih condong pada aspek psikologis peserta didik, khususnya ketika mereka terlibat dalam proses pembelajaran.

Menurut Glover dan Ronning bahwa objek kajian psikologi pendidikan mencakup topik-topik tentang pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, hereditas dan lingkungan, perbedaan individual peserta didik, potensi dan karakteristik tingkah laku peserta didik, pengukuran proses dan hasil pendidikan dan pembelajaran, kesehatan mental, motivasi dan minat, serta disiplin lain yang relean.[13]

Sedangkan menurut Syaodih Sukmadinata dalam Syaiful Sagala mengatakan bahwa objek kajian psikologi pendidikan adalah interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk meningkatkan kemampuan peserta didik, dengan dukungan sarana dan fasilitas tertentu yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.[14]

Psikologi pendidikan berusaha untuk mewujudkan tindakan psikologis yang tepat dalam interaksi antar setiap faktor pendidikan. Pengetahuan psikologis tentang peserta didik menjadi hal yang sangat penting dalam pendidikan. Karena itu, pengetahuan tentang psikologi pendidikan seharusnya menjadi kebutuhan bagi para guru, bahkan bagi tiap orang yang menyadari dirinya sebagai pendidik.

Secara garis besar banyak ahli membatasi objek kajian psikologi pendidikan menjadi tiga macam:

Mengenai “belajar”, yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip, dan ciri-ciri khas perilaku belajar peserta didik, dan sebagainya;

Mengenai “proses belajar”, yakni tahapan perbuatan dan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar peserta didik;

Mengenai “situasi belajar”, yakni suasana dan keadaan lingkungan, baik bersifat fisik maupun nonfisik yang berhubungan dengan kegiatan belajar peserta didik.

C. Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan

Page 12: Landasan pendidikan

Jika kita bertanya mengenai lingkup (scope) psikologi pendidikan, maksudnya bertanya tentang apa saja yang dibicarakn oleh psikologi pendidikan, maka berdasarkan berbagai buku psikologi pendidikan akan diperoleh jawaban yang berbeda-beda. Sebagian buku menunjukan lingkup yang luas, sedangkan buku-buku yang lain menunjukkan ingkup yang lebih sempit atau terbatas.

Buku yang lingkupnya lebih luas biasanya membahas selain proses belajar juga membahas tentang perkembangan, hereditas dan lingkungan, kesehatan mental, evaluasi belajar dan sebagainya. Sedangkan buku yang lingkupnya lebih sempit biasanya berkisar pada soal proses belajar mengajar saja. Perbedaan ini sangat dipengaruhi oleh maksud penulis dalam menulis buku itu. Ada yang bermaksud hanya memberikan pengantar saja, sehingga pembahasanya mengenai lingkup itu cukup luas, akan tetapi kurang mendalam. Sebaliknya ada yang lingkup pembahasannya tidak luas, yaitu berkisar pada proses beljar, akan tetapi pembahasannya cukup mendalam. Jadi, beleh dikatakan bahwa tidak ada dua buku psikologi pendidikan yang menunjukkan ruang lingkup materi yang sama benar. Walaupun demikian, pada dasarnya psikologi pendidikan membahas hal-hal sebagai berikut

a) Hereditas dan Lingkungan

b) Pertumbuhan dan Perkembangan

c) Potensial dan Karakteristik Tingkah laku

d) Hasil Proses Pendidikan dan Pengaruhnya Terhadap Individu yang Bersifat Personal dan Sosial

e) Higiene Mental dan Pendidikan dan

f) Evaluasi hasil pendidikan

Disamping itu perlu diketahui bahwa banyak buku psikologi pendidikan yang tidak member judul buku dengan kata-kata psikologi pendidikan, padahal buku itu benar-benar buku psikologi pendidikan, dalam arti buku itu membahas serta mendalami pokok-pokok bahasan tertentu dari psikologi pendidikan.

Page 13: Landasan pendidikan

Maka untuk mendalami psikologi pendidikan tidak senantisa harus mempelajari buku yang berjudul psikologi pendidikan.

Namun menurut Sumadi Suryobroto ( 1987 ) Ruang Lingkup psikologi pendidikan meliputi :

• Pengetahuan tentang psikologi pendidikan : pengertian ruang lingkup, tujuan mempelajari dan sejarah munculnya psikologi pendidikan

• Pembawaaan

• Lingkungan fisik dan psikologis

• Perkembangan siswa

• Proses – proses tingkah laku

• Hakekat dan ruang lingkup belajar

• Faktor yang mempengaruhi belajar

• Hukum dan teori belajar

• Pengukuran pendidikan

• Aspek praktis pengukuran pendidikan

• Transfer belajar

Page 14: Landasan pendidikan

• Ilmu statistik dasar

• Kesehatan mental

• Pendidikan membentuk watak / kepribadian

• Kurikulum pendidikan sekolah dasar

• Kurikulum pendidikan sekolah menengah

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Objek kajian psikologi pendidikan tanpa mengabaikan persoalan psikologi guru terletak pada peserta didik. Karena hakikat pendidikan adalah pelayanan khusus diperuntukkan bagi peserta didik. Oleh karena itu objek kajian psikologi pendidikan, selain teori-teori psikologi pendidikan sebagai ilmu, tetapi lebih condong pada aspek psikologis peserta didik, khususnya ketika mereka terlibat dalam proses pembelajaran.

Secara garis besar banyak ahli membatasi objek kajian psikologi pendidikan menjadi tiga macam:

Page 15: Landasan pendidikan

Mengenai “belajar”, yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip, dan ciri-ciri khas perilaku belajar peserta didik, dan sebagainya;

Mengenai “proses belajar”, yakni tahapan perbuatan dan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar peserta didik;

Mengenai “situasi belajar”, yakni suasana dan keadaan lingkungan, baik bersifat fisik maupun nonfisik yang berhubungan dengan kegiatan belajar peserta didik.

[1]Whiterington, 1982, h. 10.

[2] Gleitmen, 1986.

[3] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2003), h. 7.

[4] Agus Sujanto, Psikologi Umum, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2001), hal.1

[5] Abu Ahmadi, Psikologi Umum, ( Semarang : Rineka Cipta, 1991), hal.5

Page 16: Landasan pendidikan

[6] Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991. H. 232.

[7] Muhibbin Syah, Op. Cit.

[8] Muhibbin Syah, Psikologi Psikologi Pendidikan Dengen Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 7

[9] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 7

[10] Ibid, h. 9.

[11] Alex Sobur, Psikologi Umum, ( Bandung : Pustaka Setia, 2003), hal.41

[12] Agus Sujanto, Psikologi Umum, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hal.41

[13] Danim dan Khairil, Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Baru (Bandung Alfabeta, 2010).

Page 17: Landasan pendidikan

[14] Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2010).

Pengertian kultural budaya adalah segala cakupan budaya yang sudah ada secara turun temurun yang meliputi bidang seni, pengetahuan, hukum, kepercayaan, adat istiadat, pola kebiasaan masyarakat dan hal terkait lainnya yang ada di suatu wilayah masyarakat tertentu.

Pengertian landasan kultural adalah landasan yang lebih menekankan kepada nilai-nilai kebudayaan bangsa yaitu suatu kultur budaya yang menjadi jati diri bangsa yang telah ada sejak jaman dahulu dan tidak terpengaruh oleh unsur budaya bangsa lain.

Pengertian kultural adalah sesuatu yang berhubungan dengan kebudayaan. Jadi, segala sesuatu yang ada kaitan dengan unsur budaya disebut kultural. Banyak hal yang berkaitan dengan kultural. Dalam berbagai segi kehidupan manusia, makna kultural melekat erat, misal dalam bidang pendidikan, sosiologi dan sebagainya.

Kebutuhan sehari-hari manusia ada tiga jenis, yaitu kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Primer berhubungan dengan kebutuhan pokok seperti makanan, pakaian dan sebagainya. Tersier kebutuhan

Page 18: Landasan pendidikan

akan barang mewah. Sedangkan sekunder atau kebutuhan kultural, berhubungan dengan kondisi dimana seseorang tersebut berada. Misal orang yang berada di Surabaya akan berbeda kebutuhannya dengan orang di daerah pedalaman Papua.

Dalam bidang pendidikan, kultural berperan penting. Karena unsur kultural memiliki tujuan untuk melestarikan budaya dari sebuah daerah kepada para generasi penerus, dan cara satu-satunya yang dapat dilakukan adalah dengan jalur pendidikan. Masyarakat berusaha unuk melakukan perubahan yang sesuai dengan perkembangan zama sehingga akan lahir norma, aturan, dan tata tertib baru di masyarakat.

Contoh lain dari segi kultural yang sering kita lihat dan alami adalah fenomena mudik lebaran. Mudik pada saat hari raya Idul Fitri bukanlah kebudayaan Islam di seluruh belahan dunia, tetapi hanya terjadi di Indonesia. Masyarakat yang merantau memanfaatkan momen ini untuk pulang ke kampung halaman supaya bisa bertemu keluarga tercinta. Hal ini sudah berlangsung turun temurun selama entah berapa lamanya. Yang pasti mudik sudah menjadi momen kultural atau kebudayaan bagi bangsa kita.

Ada juga istilah cultural lag atau ketinggalan budaya. Contohnya teknologi komputer tidak menjangkau ke seluruh pelosok Indonesia, oleh sebab itu anak-anak di daerah pedalaman masih kurang informasi tentang komputer dan bahkan belum bisa mengoperasikannya. Faktor penyebab cultural lag bermacam-macam.

Selain faktor penghambat seperti kurangnya informasi karena keterbatasan transportasi, faktor penyebab lain ialah masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai jenis (heterogenitas). Sebagian orang ada yang siap mental menghadapi teknologi baru dari negara lain, namun sebagian yang lain masih belum siap menerima datangnya teknologi baru tersebut.

Itulah penjelasan singkat tentang arti kultural dan contoh kultural.

Landasan Kultural Pendidikan

Pendidikan selalu terkait dengan manusia, sedang setiap manusia selalu menjadi anggota masyarakat dan pendukung kebudayaan tertentu. Oleh karena itu, dalam UU-RI No. 2 Tahun 1989 Pasal 1 Ayat 2 ditegaskan bahwa yang dimaksudkan dengan Sistem Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaanbangsa Indonesia dan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Kebudayaan

Page 19: Landasan pendidikan

dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat dilestarikan/dikembangkan dengan jalan mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik secara informal maupun secara formal. Sebaliknya bentuk, ciri-ciri dan pelaksanaan pendidikan itu ikut ditentukan oleh kebudayaan masyarakat di mana proses pendidikan itu berlangsung. Dimaksudkan dengan kebudayaan adalah hasil cipta dan karya manusia berupa norma-norma, nilai-nilai, kepercayaan, tingkah laku, dan teknologi yang dipelajarin dan dimiliki oleh semua anggota masyarakat tertentu.

a.

Pengertian tentang Landasan Kultural

Kebudayaan sebagai gagasan dan karya manusia beserta hasil budi dan karya itu akan selalu terkait dengan pendidikan, utamanya belajar. Kebudayaan dalam arti luas tersebut dapat berwujud :

1) Ideal seperti ide, gagasan, nilai, dan sebagainya.

2) Kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan

3) Fisik yakni benda hasil karya manusia.

Kebudayaan dapat dibentuk, dilestarikan, atau dikembangkan melalui pendidikan. Baik kebudayaan yang berwujud ideal, atau kelakuan dan teknologi, dapat diwujudkan melalui proses pendidikan.

Sebagai contoh dalam penggunaan bahasa, setiap masyarakat dapat dikatakan mengajarkan kepada anak-anak untuk mengatakan sesuatu, kapan hal itu dapat dikatakan, bagaimana mengatakannya, dan kepada siapa mengatakannya. Contoh lain, setiapa masyaratkat mempunyai persamaan dan perbedaan dalam berpakaian. Dalam kaitan dengan pakaian, anak harus mempelajari dari anggota masyarakat yang lain tentang cara menggunakan pakaian tertentu dari dalam peristiwa apa pakaian tertentu dapat dipakai. Dengan mempelajari tingkah laku yang dapat diterima dan kemudian menerapkan sebagai tingkah lakunya sendiri menjadikan anak sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, anak-anak harus diajarkan polapola tingkah laku yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat. Dengan kata lain, fungsi pokok setiap sisitem pendidikan adalah untuk mengajarkan anak-anak pola-pola tingkah laku yang essensial tersebut.

Cara-cara untuk mewariskan kebudayaan, khususnya mengajarkan tingkah laku kepada generasi baru, berbeda dari masyarakat ke masyarakat. Pada dasarnya ada tiga cara umum yang dapat diidentifikasikan, yaitu informal, nonformal, dan formal. Cara informal terjadi di dalam keluarga, dan nonformal dalam masyarakat yang berkelanjutan dan berlangsung dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan cara formal melibatkan lembaga khusus yang dibentuk untuk tujuan pendidikan. Pendidikan formal tersebut dirancang untuk mengarahkan perkembangan tingkah laku anak didik. Kalua masyarakat hanya mentransmisi kebudayaan yang mereka miliki kepada generasi penerus maka tidak akan diperoleh kemajuan.

Page 20: Landasan pendidikan

Oleh sebab itu, anggota masyarakat tersebut berusaha melakukan perubahan-perubahan yang disesuaikan dengan kondisi baru sehingga terbentuklah pola tinkah laku, nilai-nilai, dan norma-norma baru yang sesuai dengan tuntutan perkembangan masyarakat. Usaha-usaha menuju pola tingkah laku, norma-norma dan nilai-nilai baru ini disebut transformasi kebudayaan. Lembaga social yang lazim digunakan sebagai alat transmisi dan transformasi kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga.

Pada masyarakat primitive, transmisi kebubayaan dilakukan secar informal dan nonformal, sedangkan pada masyarakat yanf telah maju transmisi kebudayaan dilakukan secara informal, nonformal dan formal. Pemindahan kebudayaan secar formal ini melalui lembaga-lembaga social, utamanya sekolah. Pada masyarakat yang sudah maju, sekolah sebagai lembaga social mempunyai peranan penting sebab pendidikan tidak hanya berfungsi untuk mentransmisi kebudayaan kepada generasi penerus, tetapi pendidikan juga berfungsi untuk mentransformasikan kebudayaan agar sesuai dengan perkembangan dan tujuan zaman. Dengan kata lain, sekolah secara seimbang melaksanakan fungsi ganda pendidikan, yakni sebgai proses sosialisasi dan sebgai agen pembaruan. Perlu dikemukakan bahwa dalam bidang pendidikan, kedua fungsi tersebut kadang-kadang dipertentangkan, antara penganut pendidikan sebagai pelestarian (teaching a conserving activity) dan penganut pendidikan sebagai pembaruan (teaching as a subversive activity). Yang pertama mengutamakan sosialisasi, bahkan kalau perlu domestikasi, sedangkan yang kedua mengutamakan pengembangan atau agen pembaruan.

Seperti diketahui, pendidikan di Indonesia tidak memihak salah satu kutub pendapat tersebut, akan tetapai mengutamakan keseimbangan, keserasian, dan keselarasan antara aspek pelestarian nilai-nilai luhur social-kebudayaan dab aspek pengenbangan agar tetap jaya. Hal itu semakin penting apabila diingat bahwa kemajuan teknologi komunikasi telah menyebabkan datangnya pengaruh kebudayaan dari luar semakin deras.

Pendidikan sebagai proses upaya pemeliharaan dan peran dalam membangun peradaban dan pendidikan tidak terbatas pada benda-benda yang tampak Seperti bangunan fisik, melainkan meliputi: gagasan, perasaan dan kebiasaan, peran dan alam kehidupan sekarang juga tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masa yang akan datang, karena pemeliharaan peradaban manusia merupakan tugas tanpa akhir.

Analisis antropologi budaya dapat membantu mengatasi problema-problema pendidikan yang dimunculkan oleh kelompok-kelompak minoritas dan budaya yang lain. Sudut tujuan antropologi sosial, menjelaskan pendidikan dapat merupakan bentuk bimbingan formal terhadap perilaku anggota masyarakat yang relatif baru ke dalam tradisi nenek moyang mereka melalui berbagai model indoktrinasi yang berbeda antara masyarakat satu dengan yang lainnya. Melalui proses indoktrinasi yang berlangsung terus-menerus timbul kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki budaya tertentuyang pada gilirannya pula menampilkan bentuk pendidikan yang berbeda- beda. Pada hakikatnya manusia sebagai makhluk budaya dapat menyesuaikan diri dengan kebudayaan setempat. Salah satu cara untuk memelihara kebudayaan adalah melalui pengajaran. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan dapat berfungsi sebagai penyampaian,pelestarian dan sekaligus pengembangan kebudayaan.

Page 21: Landasan pendidikan

A. Kebudayaan dan sekolah

Tradisi kebudayan menghambat perkembangan dalam berkompetisi dengan kelompok lain. Sejalan dengan penelitian Otto Klinerberg (1954) bahwa kegagalan kelompok minoritas umumnya bukan disebabkan semata-mata oleh ras, atau suku namun disebabkan oleh budaya tradisi mereka.

B. Prasangka dan pertenfangan di berbagai kelompok budaya

Pertentangan yang disebabkan adanya berbagai kelompok budaya dari ras dapat berupa prasangka negatif di antara sesama kelompok dan hal ini berpengaruh terhadap pendidikan.

C. Stereotipe

Keefektifan dalam pengajaran timbul dan siswa akan lebih terbimbing, serta kesegaran dan rasa takut berkurang jika guru menunjukkan stereotipe yang menyenangkan.

D. Faktor budaya dalam proses pengajaran (culture factors in teaching)

Mengajar merupakan upaya mengkomunikasikan secara jelas tentang nilai-nilai pengajaran. Dalam hal ini banyak hal yang mempengaruhi, sperti: niiai-nilai budaya orang tua, penggunaan bahasa, keadaan sosial yang dibawa anak dari lingkungan (tradisi) dan pengaruh kelompok dominan. Keadaan ini mensyaratkan perhauaii, pemahaman dan penyesuaian guru agar peran serta orang tua dalam kegiatan sekolah dapat tercipta.

E. Pelatihan budaya untuk pendidikan

Perlu dikembangkan kondisi sekolah yang didalamnya terdapat pertentangan antara kelompok mayoritas dan minoritas yang sering menghadapi konfhk budaya antara guru, siswa dan orang tua. Kenyataan ini menuntut adanya kepelatihan budaya bagi pendidik agar ia mampu menghubungkan nilai-nilai budaya dengan pengajaran dan proses pengajaran.

Page 22: Landasan pendidikan

F. Masalah kewibawaan merupakan ubahan (variabel) yang tidak dapat diabaikan

Penguasaan terbadap kewibawaan guru lebih membantu siswa dalam penguasaan bahan-bahan pengajaran.

G. Sub-kebudayaan (sub-culture)

Perbedaan warna kulit dan kemiskinan menjadi penghambat dalam pelaksanaan pendidikan. Karena kelompok-kelompok tersebut saling menolak terhadap pelayanan sekolah. Hambatan ini dapat diatasi melalui pendidikan orang tua, memadukan sub-culture di sekolah, mengadakan penyesuaian tingkah laku di sekolah dan kurikulum sekolah wajib memperhatikan latar belakang budaya siswa.

H. Dinamika kelompok sosialisasi

Sekolah harus mampu menghilangkan adanya kelompok-kslompok minoritas dan membawanya ke arah perubahan melalui proses sosialisasi.

Pendidikan selalu terkait dengan manusia, sedang setiap manusia selalu menjadi anggota masyarakat dan pendukung kebudayaan tertentu. Oleh karena itu, dalam UU-RI No. 2 Tahun 1989 Pasal 1 Ayat 2 ditegaskan bahwa yang dimaksudkan dengan Sistem Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaanbangsa Indonesia dan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat dilestarikan/dikembangkan dengan jalan mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik secara informal maupun secara formal. Sebaliknya bentuk, ciri-ciri dan pelaksanaan pendidikan itu ikut ditentukan oleh kebudayaan masyarakat di mana proses pendidikan itu berlangsung. Dimaksudkan dengan kebudayaan adalah hasil cipta dan karya manusia berupa norma-norma, nilai-nilai, kepercayaan, tingkah laku, dan teknologi yang dipelajarin dan dimiliki oleh semua anggota masyarakat tertentu.

Beberapa tahun terakhir ini, makin kuat pendapat bahwa pendidikan seharusnya lebih diupayakan agar lebih menjamin adanya rasa keterikatan antara peserta didik dengan lingkungannya. Peserta didik diharapkan tidak hanya mengenal lingkungannya (alam, social, dan budaya) akan tetapi juga mau dan mampu mengembangkannya. Oleh Karen aitu, sebagai contoh, muatan local dalam kurikulum tidak

Page 23: Landasan pendidikan

hanya sekedar meneruskan minat akan kemahiran yang ada di daerah tertentu, tetapi juga serentak memperbaiki/meningkatkannya sesuai dengan perkembangan iptek/seni dan atau kebutuhan masyarakat. Dengan demikian, kurikulum ikut memutakhirkan kemahiran local (mengukir, melukis, menenun, menganyam, dan sebagainya) sehingga sesuai dengan kemajuan zaman, dan serentak dengan itu, membuka peluang tersedianya lapangan kerja bagi peserta didik yang bersangkutan (umpama bidang kerajinan) dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia di lingkungannya.

Sebagai salah satu faktor yang ikut menentukan kelangsungan hidup suatu masyarakat adalah kesanggupan dan kemampuan anggotanya untuk mendukung nilai-nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Pendidikan sebagai sub-sistem masyarakat mempunyai peranan mewaris-kan, memelihara dan sekaligus sebagai agen pembaharuan kebudayaan. Pendidikan dapat dikonsepkan sebagai proses budaya manusia. Kegiatanya dapat berwujad sebagai upaya yang dipikirkan, dirasakan dan dikehendaki manusia. Pada dasarnya pendidikan merupakan unsur dan peristiwa budaya. Pendidikan melibatkan sekaligus kiat dan disiplin pengetahuan mempengaruhi manusia belajar. Pendidikan merupakan proses budaya, yakni generasi manusia berturut-turut mengambil peran sehingga menghasilkan peradaban masa lampau dan mengambil peranan di masa kini dan mampu menciptakan peradaban di masa depan.

PENGARUH IPTEK PADA PERKEMBANGAN MEDIA PENDIDIKAN

Kemajuan Ilmu dan Teknologi yang semula bertujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia, tetapi kenyataannya teknologi telah menimbulkan keresahan dan ketakutan baru bagi kehidupan manusia. Ketakutan yang dirasakan oleh manusia akibat perkembangan Teknologi ini disebabkan adanya kekhawatiran akan adanya penyalah gunaannya oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab.

Berbicara tentang dampak dan perkembangan IPTEK, maka kita akan dihadapkan pada berbagai bidang, bahkan hampir semua aspek dalam kehidupan di dunia ini yang dapat dipengaruhi oleh adanya perkembangan IPTEK, seperti yang kita lihat sekarang ini, semua orang dalam kehidupannya sehari-hari hampir tidak bisa lepas dari teknologi, seorang dosen kalau pergi kekampus tidak lupa membawa Laptop dan LCD, setiap orang selalu berdampingan dengan HP (Hand Pone), saat jam istirahat di rumah, selalu ditemani dengan tayangan televisi, dan lain sebagainya, kesemuanya itu hanya sebagian kecil dari pengaruh perkembangan yang ditimbulkan oleh IPTEK.

Dengan adanya perkembangan IPTEK menusia mendapatkan berbagai kemudahan dalam melaksanakan kegiatannya sehari-hari. Bahkan saat sekarang ini hampir setiap orang itu tidak bisa terpisah dari adanya teknologi, setiap orang memanfaatkan alat kounikasi langsung jarak jauh seperti penggunaan HP untuk berhubungan dengan orang lain yang berjauhan. Orang kalau ingin bepergian keluar negeri tidak lagi memerlukan waktu yang lama, karena mereka tinggal naik pesawat dengan beberapa menit

Page 24: Landasan pendidikan

saya mereka sudah sampai di tempat tujuan, selain itu berbagai kegiatan yang pada awalnya dilakukan dengan menggunakan banyak tenaga manusia untuk mengerjakannya, kini dengan adanya perkembangan IPTEK semua itu dapat teratasi dengan penggunaan tenaga mesin untuk melakukan pekerjaan tersebut dengan waktu yang relative lebih cepat dari pada menggunakan tenaga manusia secara manual.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa adanya perkembangan IPTEK manusia sangat banyak terbantu untuk memenuhi berbagai kebutuhan dan menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, tetapi disisi lain manusia juga harus sadar dengan adanya berbagai macam ancaman yang dapat ditimbulkan dengan adanya perkembangan IPTEK tersebut, yang akan dapat membahayakan manusia itu sendiri.

Pengaruh Positif Perkembangan IPTEK

Munculnya Media Massa, khususnya Media elektronik sebagai sumber ilmu dan pusat Pendidikan. Seperti jaringan Internet, Lab. Komputer Sekolah dan lain-lain. Dampak dari hal ini yaitu guru bukanlah satu-satunya sumber ilmu pengetahuan, sehingga siswa dalam belajar tidak perlu terlalu terpaku terhadap Informasi yang diajarkan oleh guru, tetapi juga bisa mengakses materi pelajaran langsung dari Internet, olehnya itu guru disini bukan hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pembimbing siswa untuk mengarahkan dan memantau jalannya pendidikan, agar siswa tidak salah arah dalam menggunakan Media Informasi dan Komunikasi dalam pembelajaran.

Munculnya metode-metode pembelajaran yang baru, yang memudahkan siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Dengan kemajuan Teknologi terciptalah metode-metode baru yang membuat siswa mampu memahami materi-materi yang abstrak, karena materi tersebut dengan bantuan Teknologi bisa dibuat abstrak, dan dapat dipahami secara mudah oleh siswa.

Sistem pembelajaran tidak harus melalui tatap muka. Selama ini, proses pembelajaran yang kita kenal yaitu adanya pembelajaran yang disampaikan hanya dengan tatap muka langsung, namun dengan adanya kemajuan teknologi, proses pembelajaran tidak harus mempertemukan siswa dengan guru, tetapi bisa juga menggunakan jasa pos Internet dan lain-lain.

Adanya sistem pengolahan data hasil penilaian yang menggunakan pemamfaatan Teknologi. Dulu, ketika orang melakukan sebuah penelitian, maka untuk melakukan analisis terhadap data yang sudah diperoleh harus dianalisis dan dihitung secara manual. Namun setelah adanya perkembangan IPTEK, semua tugasnya yang dulunya dikerjakan dengan manual dan membutuhkan waktu yang cukup lama, menjadi sesuatu yang mudah untuk dikerjakan, yaitu dengan menggunakan media teknologi, seperti Komputer, yang dapat mengolah data dengan memamfaatkan berbagai program yang telah di installkan.

Pemenuhan kebutuhan akan fasilitas pendidikan dapat dipenuhi dengan cepat. Dalam bidang pendidikan tentu banyak hal dan bahan yang harus dipersiapkan, salah satu contoh, yaitu ; Penggandaan soal Ujian, dengan adanya mesin foto copy, untuk memenuhi kebutuhan akan jumlah soal yang banyak

Page 25: Landasan pendidikan

tentu membutuhkan waktu yang lama untuk mengerjakannya kalau dilakukan secara manual. Tapi dengan perkembangan teknologi semuanya itu dapat dilakukan hanya dalam waktu yang singkat.

Pengaruh Negatif Perkembangan IPTEK

Disamping dampak positif yang ditimbulkan oleh perkembangan IPTEK, juga akan muncul dampak negatif yang akan ditimbulkan oleh perkembangan IPTEK dalam proses pendidikan, antara lain ;

Siswa Menjadi Malas Belajar

Dengan adanya peralatan yang seharusnya dapat memudahkan siswa dalam belajar, seperti Laptop dengan jaringan internet, ini malah sering membuat siswa menjadi malas belajar, terkadang banyak diantara mereka yang menghabiskan waktunya untuk internetan yang hanya mendatangkan kesenangan semata, seperti ; Facebook, Chating, Frienster dan lain-lain, yang semuanya itu tentu akan berpengaruh erhadap minat belajar siswa.

Terjadinya Pelanggaran Asusila.

Sering kita dengar di berita-berita, dimana terjadi pelaku pelanggaran asusila dilakukan oleh seorang pelajar terhadap pelajar lainnya, seperti terjadinya tawuran antar pelajar, terjadi priseks, pemerkosaan siswi dan lain-lain.

Munculnya media massa, khususnya media elektronik sebagai sumber ilmu dan pusat pengetahuan yang disalah gunakan oleh pelajar.

Dengan munculnya media massa yang dihasilkan oleh perkembangan IPTEK, ini dapat menimbulkan adanya berbagai prilaku yang menyimpang yang dapat terjadi, seperti adanya siswa yang sering menghabiskan waktunya untuk bermain Games, main PS, main Facebook, chating, sehingga waktu yang seharusnya digunakan untuk belajar malah digunakan untuk bermain, sehingga belajar menjadi habis dengan sia-sia. Akhirnya semuanya itu akan dapat berpengaruh negative terhadap hasil belajar siswa dan bahkan terjadi kemerosotan moral dari para siswa sampai ke Mahasiswa.

Munculnya metode-metode pembelajaran yang baru, yang memudahkan siswa dan guru dalam proses pembelajaran, sehingga membuat siswa menjadi malas.

Dengan adanya fasilitas yang dapat digunakan dengan mudah dalam proses pembelajaran, ini terkadang sering membuat siswa dan mahasiswa menjadi malas dan merasa lebih dimanjakan, misalnya ketika siswa diberi tugas untuk membuat makalah, maka mereka merasa tidak perlu pusing-pusing, karena cukup mencari bahan lewat Internet dan mengkopy paste karya orang lain, sehingga siswa menjadi malas berusaha dan belajar.

Kerahasiaan alat tes untuk pendidikan semakin terancam

Page 26: Landasan pendidikan

Selama ini sering kita melihat dan mendengar di siaran TV, tentang adanya kebocoran soal ujian, ini merupakan salah satu akibat dari penyalahgunaan teknologi, karena dengan adanya perkembangan teknologi yang semakin canggih, maka dengan mudah dapat mengakses informasi dari satu daerah ke daerah lain, inilah yang dilakukan oleh oknum untuk melakukan penyelewengan terkait dengan kebocoran soal ujian, sehingga kejadian ini sering meresahkan pemerintah dan masyarakat.

Penyalahgunaan pengetahuan bagi orang-orang tertentu untuk melakukan tindak kriminal.

Pada awalnya pendidikan itu ditujukan untuk mendapatkan perubahan yang bersifat positif, namun pada akhirnya sering kali tujuan itu diselewengkan dengan berbagai alasan. Contohnya ; seorang Heker dengan kemampuannya melakukan penerobosan system sebuah kantor atau perusahaan, mereka dapat melakukan perampokan dengan tidak perlu merampok langsung ke Bank atau kekantor-kantor, cukup dengan melakukan pembobolan system keuangan atau informasi penting, maka mereka akan dapat keuntungan, dan sulit untuk dilacak pelakunya

Adanya penyalahgunaan system pengolah data yang menggunakan Teknologi.

Dengan adanya pengolahan data dengan system Teknologi, sering kali kita temukan adanya terjadi kecurangan dalam melakukan analisis data hasil penelitian yang dilakukan oleh siswa dan bahkan mahasiswa, ini mereka lakukan untuk mempermudah kepentingan pribadi, dengan mengabaikan hasil penelitian yang dilakukan.

Pengaruh IPTEK Pada Perkembangan Media Pendidikan

Pada uraian di atas telah disebutkan mengenai pengaruh positif dan negatif perkembangan IPTEK, namun belum mengarah pada judul makalah ini. Untuk itu penulis akan mencoba menguraikan bagian selanjutnya agar makalah ini atau judul makalah ini dapat lebih dipahami dan mudah-mudahan dapat dijadikan bahan untuk dipelajari dan lebih dipahami berkaitan dengan media pendidikan maupun Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).

Setelah di ketahui pengaruh positif dan negatif mengenai perkembangan IPTEK secara global, kemudian bagaimana pengaruhnya terhadap media pendidikan? Untuk menjawab apa Pengaruh Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) pada Perkembangan Media Pendidikan tentu kita harus pahami dahulu perkembangan media untuk saat ini, dan media apa yang dimaksud. Pengaruh IPTEK pada media pendidikan tentu mengarah pada baik buruknya proses pembelajaran. Pendidik menggunakan media pembelajaran tujuannya tentu agar penyampaian materi yang diajarkan lebih mudah dipahami oleh peserta didik dan tentu agar penyampaian materi tersebut lebih mudah dilakukan dengan adanya media tersebut. Karena fungsi media salah satunya adalah sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran. Mengenai apa saja media pembelajaran, dalam makalah ini tidak penulis cantumkan secara detail, penulis hanya menguraikan secara umum saja agar pembahasan tema makalah ini dapat lebih fokus dan lebih mudah dipahami. Secara umum, media pembelajaran adalah segala benda, alat, bahan yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar. Untuk pendidik medianya misalnya Spidol, Kapur, LCD Proyektor, Laptop, dan lain-lain. Dan untuk peserta didik media yang dapat digunakan misalnya Buku tulis, Pena, Mistar, dan lain-lain.

Page 27: Landasan pendidikan

KESIMPULAN

Khususnya dalam kegiatan pembelajaran, ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari perkembangan IPTEK, yaitu :

Pembelajaran menjadi lebih efektif, simulatif dan menarik

Dapat menjelaskan sesuatu yang sulit / Kompleks

Mempercepat proses yang lama

Menghadirkan peristiwa yang jarang terjadi

Menunjukkan peristiwa yang berbahaya atau diluar jangkauan

Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Perkembangan teknologi memang sangat diperlukan.

Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktifitas manusia. Khusus dalam bidang teknologi masyarakat sudah menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi- inovasi yang telah dihasilkan dalam dekade terakhir ini. Namun manusia tiudak bisa menipu diri sendiri akan kenyataan bahwa teknologi mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia.

Oleh karena itu untuk mencegah atau mengurangi akibat negatif kemajuan teknologi, pemerintah di suatu negara harus membuat peraturan- peraturan atau melalui suatu konvensti internasional yang harus dipatuhi oleh pengguna teknologi.

Pengaruh Perkembangan IPTEK Dalam Pendidikan

Mendidik anak dengan baik hanya mungkin jika kita memahami masyarakat di tempat ia hidup. Karena itu, setiap pembina kurikulum harus senantiasa mempelajari keadaan, perkembangan, kegiatan, dan aspirasi masyarakat. Salah satu ciri masyarakat ialah perubahannya yang cepat akibat perkembangan ilmu pengetahuan yang diterapkan dalam teknologi, yang sering tidak dapat kita ramalkan akibatnya.[4]

Tidak setiap kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi membawa keuntungan dan kebahagiaan bagi umat manusia, bahkan sering justru membawa masalah-masalah yang lebih pelik lagi. Demikian pula, tidak setiap perubahan atau pembaharuan berarti kemajuan. Hanya saja, kita sering terlambat mengenal akibat-akibat perkembangan itu.[5]

Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi cukup luas, meliputi semua aspek kehidupan, politik, ekonomi, sosial, budaya, keagamaan, etika dan estetika, bahkan keamanan dan ilmu pengetahuan itu sendiri.[6]

Pendidikan, juga mendapat pengaruh yang cukup besar dari ilmu dan teknologi. Pendidikan sangat erat hubungannya dengan kehidupan sosial, sebab pendidikan merupakan salah satu aspek sosial.

Page 28: Landasan pendidikan

Pendidikan tidak terbatas pada pendidikan formal saja, melainkan juga pendidikan nonformal, sebab pendidikan meliputi segala usaha sendiri atau usaha pihak luar untuk meningkatkan pengetahuan dan kecakapan, memperoleh keterampilan dan membentuk sikap-sikap tertentu. Kemajuan di bidang komunikasi massa juga sangat berpengaruh terhadap pendidikan. Sebab media massa juga merupakan media pendidikan. Dengan kata lain, melalui media massa, dapat berlangsung proses pendidikan. Baik tayangan-tayangan yang berbentuk informasi ataupun tayangan yang bersifat hiburan juga mempunyai nilai-nilai pendidikan.[7]

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menimbulkan banyak perubahan dalam nilai-nilai, baik nilai sosial, budaya, spiritual, intelektual, maupun material. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga menimbulkan kebutuhan baru, aspirasi baru, dan sikap hidup baru. Hal-hal tersebut menuntut perubahan pada sistem dan isi pendidikan pendidikan bukan hanya mewariskan nilai-nilai dan hasil kebudayaan lama, tetapi juga mempersiapkan generasi muda agar mampu hidup pada masa kini dan yang akan datang.

Dengan demikian, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan perkembangan pula pada dunia pendidikan. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bukan hanya dalam bentuk hardware tetapi juga software dan hubungan antar manusia. Sekolah atau lembaga-lembaga pendidikan lainnya, merupakan tempat pemindahan teknologi yang bersifat software dan hubungan antar manusia. Di sekolah, perguruan tinggi atau lembaga pendidikan lainnya, dipelajari konsep-konsep, prinsip-prinsip, kaidah-kaidah, cara-cara, dan pendekatan-pendekatan baru, untuk memahami dan memecahkan berbagai persoalan dalam kehidupan di rumah dan masyarakat, dalam pekerjaan serta dalam hubungan-hubungan yang lebih luas. Hal-hal tersebut juga menuntut selalu adanya perkembangan dari pendidikan.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung maupun tidak langsung menuntut perkembangan pendidikan. Pengaruh langsung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah memberikan isi, materi, atau bahan yang akan disampaikan dalam pendidikan. Pengaruh tak langsung adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, menyebabkan perkembangan masyarakat, dan perkembangan masyarakat menimbulkan problema-problema baru yang menuntut pemecahan masalah dengan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan baru yang dikembangkan dalam pendidikan.[8]

Implikasi IPTEK dalam Pengembangan Kurikulum

Pembangunan didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mempercepat terwujudnya ketangguhan dan keunggulan bangsa. Dukungan IPTEK terhadap pembangunan dimaksudkan untuk memacu pembangunan menuju terwujudnya masyarakat yang mandiri, maju, dan sejahtera. Di sisi lain, perkembangan IPTEK itu sendiri berlangsung semakin cepat, bersamaan dengan persaingan antar bangsa semakin meluas, sehingga diperlukan penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan IPTEK, yang pada gilirannya mengandung implikasi tertentu terhadap pengembangan sumber daya manusia (SDM), supaya memiliki kemampuan dalam penguasaan dan

Page 29: Landasan pendidikan

pemanfaatan serta pengembangan dalam bidang IPTEK.[9] Dalam hal ini, implikasi IPTEK dalam pengembangan kurikulum, antara lain:

1. Pengembangan kurikulum harus dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik untuk lebih banyak menghasilkan teknologi baru sesuai dengan perkembangan zaman dan karakteristik masyarakat Indonesia.

2. Pengembangan kurikulum harus difokuskan pada kemampuan peserta didik untuk mengenali dan merevitalisasi produk teknologi yang telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri.[10]

3. Perkembangan IPTEK berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum yang di dalamnya mencakup pengembangan isi atau materi pendidikan, penggunaan strategi dan media pembelajaran, serta penggunaan sistem evaluasi. Ini secara tidak langsung menuntut dunia pendidikan untuk dapat membekali peserta didik agar memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga dimanfaatkan untuk memecahkan masalah pendidikan.

Dampak IPTEK terhadap Pengembangan Kurikulum

Dalam setiap perkembangan atau kemajuan, pasti selalu ada dampak yang timbul, baik itu dampak positif maupun negatif. Begitu juga dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak terhadap pengembangan kurikulum.

Hamalik, Oemar. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarata: PT Bumi Aksara.

a. Dampak Positif

1. Pembelajaran Jarak Jauh

Masyarakat Indonesia sudah banyak memanfaatkan produk teknologi dalam pendidikan, seperti computer, internet, dan mesing hitung.[11] Internet merupakan salah satu bentuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat membantu kehidupan manusia, terutama dalam bidang pendidikan. Dengan kemajuan teknologi, proses pembelajaran tidak harus mempertemukan siswa dengan guru secara langsung, tapi lewat internet misalnya, maka siswa sudah bisa mendapatkan materi tanpa harus bertemu langsung dengan guru. Ini akan mempermudah penyampaian materi serta kurikulum menjadi mudah dilaksanakan.

2. Munculnya metode-metode pembelajaran yang baru, yang memudahkan siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Dengan kemajuan teknologi terciptalah metode-metode baru yang membuat siswa mampu memahami materi-materi. Misalnya saja seperti penggunaan LCD dalam pembelajaran. Sebelum teknologi berkembang, guru cenderung menggunakan metode ceramah yang terkadang membuat siswa merasa bosan. Namun seiring dengan berkembangnya teknologi, maka diciptakan

Page 30: Landasan pendidikan

media-media yang dapat membuat metode pembelajaran menjadi lebih menarik. Penyampaian materi dengan metode ceramah, yang kemudian dibantu juga dengan LCD, maka akan membuat siswa lebih memperhatikan materi pembelajaran dan tidak merasa bosan.

Kita akan lebih cepat mendapatkan informasi-informasi yang akurat dan terbaru di bumi bagian manapun melalui Internet. Internet dapat digunakan sebagai alat yang efektif untuk memperoleh pengetahuan. Semua pengguna web dapat mencari pengetahuan yang diinginkan di internet. Siswa dapat menggunakan internet untuk mendapatkan semua informasi tambahan yang mereka butuhkan untuk meningkatkan basis pengetahuan mereka.

4. Teknologi menawarkan media audio-visual yang interaktif pada proses pembelajaran. Presentasi PowerPoint dan perangkat lunak animasi dapat digunakan untuk memberikan informasi kepada siswa secara interaktif. Efek visual yang diberikan membuat siswa lebih tertarik untuk belajar. Selain itu, software ini berfungsi sebagai alat bantu visual untuk para guru dan memfasilitasi siswa untuk melihat informasi secara lebih jelas. Media Interaktif telah terbukti bermanfaat dalam meningkatkan tingkat konsentrasi siswa.

b. Dampak Negatif

1. Penyalahgunaan teknologi yang lainnya adalah pengetahuan untuk melakukan tindak kriminal dan tidak dibenarkan. Seperti yang diketahui bahwa kemajuan di bidang pendidikan juga mencetak generasi yang berpengetahuan tinggi tetapi mempunyai moral yang rendah. Contonya dengan ilmu komputer yang tinggi, maka orang akan berusaha menerobos sistem perbankan dan lain-lain.

2. Menurunnya motivasi dan prestasi belajar serta berkurangnya jumlah jam belajar para remaja rela membolos saat jam sekolah demi bermain game di warnet-warnet kesayangannya.

3. TV merupakan salah satu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menampilkan informasi, hiburan, serta banyak hal-hal menarik lainnya. Namun, segi negatif yang lain dari media TV untuk pendidikan anak adalah, kecenderungan anak untuk mengadakan peniruan dan identifikasi. Kita mengetahui bahwa anak suka meniru, dan pada masa tertentu, terutama pada awal masa pubertas ada masa anak untuk beridentifikasi dengan tokoh-tokoh pujaan tertentu. Sering terjadi jika anak sudah memuja seorang, apa saja yang dilakukan oleh tokoh tersebut selalu dianggap baik. Padahal mungkin saja, tidak semua tingkah laku tokoh tersebut baik, apalagi idolanya itu adalah tokoh dalam film-film Barat yang mungkin tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.[12]

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2011. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Hamalik, Oemar. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarata: PT Bumi Aksara.

Page 31: Landasan pendidikan

Nasution, S. 2008. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2012. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.