landasan kurikulum pendidikan

33
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kurikulum merupakan salah satu komponen dalam pendidikan. Komponen ini merupakan inti dari bidang pendidikan tersebut dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatannya. Secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa kualitas pendidikan itu bergantung pada kualitas dari kurikulum yang diterapkan di dalamnya. Kurikulum merupakan salah satu komponen dalam pendidikan yang dinamis, fleksibel, dan senantiasa berkembang. Dalam setiap pergantian kepemimpinan di pemerintahan, dapat kita amati bahwa pergantian kurikulum pun tidak luput akan terjadi dalam pendidikan. Hal ini sangat dimaklumi karena memang setiap kepemimpinan akan memiliki kebijakan yang berbeda. Masih hangat dalam pikiran kita bagaimana kurikulum satu berganti dengan kurikulum yang lain. Banyak komentar dan peristiwa menyeruak sehubungan dengan hal ini. Misalnya saja bagaimana para pelaku kebijakan tersebut terseok-seok (karena saking cepat bergantinya) mengikuti setiap perubahan yang terjadi. Mengingat hal tersebut serta pentingnya peran kurikulum dalam pendidikan pada khususnya dan kehidupan manusia pada umumnya, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan- landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal 1

Upload: imas-walijah

Post on 20-Jun-2015

4.592 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Landasan Kurikulum Pendidikan

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kurikulum merupakan salah satu komponen dalam pendidikan. Komponen ini

merupakan inti dari bidang pendidikan tersebut dan memiliki pengaruh terhadap seluruh

kegiatannya. Secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa kualitas pendidikan itu

bergantung pada kualitas dari kurikulum yang diterapkan di dalamnya.

Kurikulum merupakan salah satu komponen dalam pendidikan yang dinamis, fleksibel,

dan senantiasa berkembang. Dalam setiap pergantian kepemimpinan di pemerintahan, dapat

kita amati bahwa pergantian kurikulum pun tidak luput akan terjadi dalam pendidikan. Hal ini

sangat dimaklumi karena memang setiap kepemimpinan akan memiliki kebijakan yang

berbeda.

Masih hangat dalam pikiran kita bagaimana kurikulum satu berganti dengan kurikulum

yang lain. Banyak komentar dan peristiwa menyeruak sehubungan dengan hal ini. Misalnya

saja bagaimana para pelaku kebijakan tersebut terseok-seok (karena saking cepat

bergantinya) mengikuti setiap perubahan yang terjadi. 

Mengingat hal tersebut serta pentingnya peran kurikulum dalam pendidikan pada

khususnya dan kehidupan manusia pada umumnya, maka penyusunan kurikulum tidak dapat

dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan

yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang

mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat

berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dan dengan sendirinya, akan

berkibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan manusia.

Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan empat landasan

utama dalam pengembangan kurikulum, yaitu: (1) filosofis; (2) psikologis; (3) sosial-budaya;

dan (4) ilmu pengetahuan dan teknologi. Keempat landasan tersebut memiliki peran

spesifiknya sesuai fokus dari bidang-bidang tersebut. Untuk lebih jelasnya, dalam makalah

ini akan diungkapkan uraian mengenai keempat landasan tersebut.

1

Page 2: Landasan Kurikulum Pendidikan

B. TUJUAN

Tujuan dari penulisan makalah tentang landasan (pengembangan) kurikulum ini adalah

sebagai berikut:

1. Agar penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya bisa lebih memahami

landasan-landasan atau patokan yang mutlak harus diperhatikan dalam penyusunan

atau pun perevisian kurikulum.

2. Untuk menanamkan pengertian agar penulis dan pembaca lebih bijak dalam

menanggapi segala dinamika yang terjadi di dunia pendidikan terutama terkait

pergantian kurikulum.

C. SISTEMATIKA

Sistematika penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan

C. Sistematika

BAB II ISI

A. Landasan Filosofis

B. Landasan Psikologis

C. Landasan Sosiologis

D. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

BAB III KESIMPULAN

2

Page 3: Landasan Kurikulum Pendidikan

BAB II

ISI

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan

bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai pendidikan tertentu. Kurikulum merupakan inti dari bidang

pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat

pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan

kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan

landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang

mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat

berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat

pula terhadap kegagalan proses pengembangan manusia.

Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan empat landasan

utama dalam pengembangan kurikulum, yaitu: (1) filosofis; (2) psikologis; (3) sosial-budaya;

dan (4) ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan

secara ringkas keempat landasan tersebut.

A. LANDASAN FILOSOFIS

Pendidikan senantiasa berhubungan dengan manusia apakah sebagai subjek, sebagai

objek maupun sebagai pengelola. Berarti dalam pendidikan selalu ada interaksi antar

manusia, dalam interaksinya tentu saja ada tujuan-tujuan atau sasaran yang harus dicapai, ada

materi atau bahan yang diinteraksikan, serta ada proses yang ditempuh dalam

menginteraksikannya dan ada kegiatan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana proses dan

hasil telah tercapai. Untuk merumuskan dan mengembangkan setiap aspek dimensi

kurikulum tersebut diperlukan jawaban-jawaban atau pemikiran yang mendalam, mendasar,

serta menyeluruh, dengan kata lain menggunakan pemikiran filosofis. Karena secara harfiah

filsafat berarti “cinta akan kebijakan”, untuk mencintainya secara bijak tentunya harus

memiliki pengetahuan yang mana pengetahuan itu diperoleh melalui proses berpikir yang

mendalam, logis dan sistematis.

Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum ialah rumusan yang didapatkan

dari hasil berfikir secara mendalam, analitis, logis dan sistematis dalam merencanakan,

3

Page 4: Landasan Kurikulum Pendidikan

melaksanakan, membina, dan mengembangkan kurikulum baik dalam bentuk kurikulum

sebagai rencana, terlebih kurikulum dalam bentuk pelaksanaan di sekolah.

a. Filsafat pendidikan

Filsafat pendidikan adalah suatu pemikiran-pemikiran filsafat untuk diterapkan untuk

memecahkan masalah dalam sistem pendidikan. Radja Mudyahardjo (1989)

mengemukakan bahwa pendidikan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh tiga sistem

pemikiran filsafat, yaitu:

- Filsafat idealisme

Para filosof idealisme mengemukakan bahwa realitas hakikatnya bersifat spiritual.

Tujuan pendidikan berdasarkan aliran idealisme ini adalah pengembangan karakter,

pengembangan bakat insani, dan kebajikan sosial. Sedangkan kurikulumnya diorganisasi

menurut mata pelajaran (subject matter) dan berpusar pada materi pelajaran (subject

centered). Metode pendidikan yang digunakan adalah metode dialektik, namun demikian

tiap metode yang mendorong belajar dapat diterima, dan cenderung mengabaikan dasar-

dasar fisiologis untuk belajar. Adapun orientasi pendidikan Idealisme adalah

esensialisme.

- Filsafat realisme

Para filosof realisme umumnya memandang dunia dalam pengertian materi yang hadir

dengan sendirinya dan tertata dalam hubungan-hubungan yang teratur di luar campur

tangan manusia. Tujuan pendidikan berdasarkan aliran realisme ini adalah untuk

penyesuaian diri dalam hidup dan mampu melaksanakan tanggung jawab sosial.

Kurikulum berdasarkan realisme, harus bersifat komperhensif yang berisi sains

matematika, ilmu-ilmu kemanusiaan dan ilmu sosial, serta nilai-nilai. Sedangkan metode

yang digunakan hendaknya bersifat logis dan psikologis. Pembiasaan merupakan metode

utama bagi penganut realisme. Adapun orientasi pendidikan realisme adalah

essensialisme.

- Filsafat fragmatisme

Menurut aliran pragmatisme tujuan pendidikan adalah pertumbuhan sepanjang hayat,

proses rekonstruksi yang berlangsung terus menerus dari pengalaman yang terakumulasi

dan sebuah proses sosial. Tujuan pendidikan tidak ditentukan dari luar dan tidak ada

tujuan akhir pendidikan. Tujuan pendidikan adalah memperoleh pengalaman yang

4

Page 5: Landasan Kurikulum Pendidikan

berguna untuk mampu memecahkan masalah-masalah baru dalam kehidupan individual

maupun sosial. Kurikulum menurut pragmatisme berisi pengalaman-pengalaman yang

telah teruji, yang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, tidak memisahkan

pendidikan liberal dan pendidikan praktis. Kurikulum mungkin berubah, warisan-warisan

sosial dari masa lalu tidak menjadi fokus perhatian. Pendidikan terfokus pada kehidupan

yang baik pada saat ini dan masa datang bagi individu, dan secara bersamaan masyarakat

dikembangkan. Kurikulum bersifat demokratis. Metode yang digunakan mengutamakan

pemecahan masalah, penyelidikan, dan penemuan. Orientasi pendidikan pragmatisme

adalah progresivisme.

b. Filsafat dan tujuan pendidikan

Pandangan hidup manusia yang mendasar yaitu:

- Logika

- Etika

- Estetika

Filsafat menjadi landasan dalam membantu peserta didik dalam mencapai tujuan

pendidikan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, tujuan pendidikan yang hendak dicapai

oleh suatu bangsa atau individu dipengaruhi oleh filsafat yang dianutnya.

Lima sumber kajian dalam merumuskan tujuan pendidikan menurut Herbert

Spencer (Nasution 1982)

1) Self – Preservation

2) Securing the necessities of life

3) Rearing of family

4) Maintaining proper social and political relationship

5) Enjoying leisure time

The United State Office of Education (1918) telah menyusun tujuan pendidikan

melalui “Seven Cardinal Principles” yaitu:

1) Health

2) Command of fundamental processes

3) Worthy home membership

4) Vocational efficiency

5) Citizenship

5

Page 6: Landasan Kurikulum Pendidikan

6) Worthy use of leisure

7) Satisfaction of religious needs

Menurut UU No. 20 tahun 2003 pasal 2 dan 3 filsafat dari pendidikan nasional Indonesia

adalah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

1945. Selain itu menurut rumusan tersebut pendidikan nasional berfungsi untuk

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara

yang demokratis serta bertanggungjawab.

c. Manfaat Filsafat Pendidikan

1) Filsafat dapat menjadi petunjuk tenang tujuan pendidikan di sekolah.

2) Filsafat dapat menggambarkan individu yang akan terbentuk dari usaha-usaha

pendidikan.

3) Filsafat menjadikan usaha-usaha pendidikan memilik keterikatan satu sama lain.

4) Tujuan pendidikan memberikan gambaran tentang tingkat keberhasilan usaha

pendidikan.

5) Tujuan pendidikan memberi suatu motivasi dalam kegiatan-kegiatan pendidikan.

d. Kurikulum dan Filsafat Pendidikan

Pada hakikatnya kurikulum dibuat untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut Becher

dan Maclure dalam perkembangan kurikulum terdapat enam dimensi pendekatan

nasional, yaitu:

1) Kerangka tujuan yang jelas tentang hubungan antara tujuan pendidikan nasional dan

program pendidikan.

2) Hubungan antara pengembangan kurikulum pendidikan nasional dengan reformasi

social politik Negara.

3) Mekanisme pengawasan dari kebijakan kurikulum yang ditempuh.

4) Mekanisme pengawasan dari pengembangan dan aplikasi kurikulum di sekolah.

5) Metode menuju pembangunan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan.

6) Penelaahan derajat desentralisasi dari implikasi kurikulum sekolah.

6

Page 7: Landasan Kurikulum Pendidikan

Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Sama halnya

seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti:

perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam

pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran-aliran filsafat tertentu,

sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan.

Dengan merujuk kepada pemikiran Ella Yulaelawati (2003), di bawah ini diuraikan tentang

isi dari-dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum.

a. Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan

dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih

penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut

faham ini menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat

pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.

b. Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan

dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang

berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar

substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan

perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.

c. Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup

dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri.

Aliran ini mempertanyakan : bagaimana saya hidup di dunia ? Apa pengalaman itu ?

d. Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat

pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan

landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.

e. Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada

rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping

menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme,

rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis

dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan

masalah, dan melakukan sesuatu ? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar

dari pada proses.

Aliran Filsafat Perenialisme, Essensialisme, Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang

mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat

progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Pribadi.

7

Page 8: Landasan Kurikulum Pendidikan

Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam pengembangan Model

Kurikulum Interaksional.

Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri.

Oleh karena itu, dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat

cenderung dilakukan secara eklektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan

berbagai kepentingan yang terkait dengan pendidikan. Meskipun demikian saat ini, pada

beberapa negara dan khususnya di Indonesia, tampaknya mulai terjadi pergeseran landasan

dalam pengembangan kurikulum, yaitu dengan lebih menitikberatkan pada filsafat

rekonstruktivisme.

B. LANDASAN PSIKOLOGIS

Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan bahwa minimal terdapat dua

bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1) psikologi

perkembangan dan (2) psikologi belajar.

a) Perkembangan peserta didik dan kurikulum

Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu

berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat

perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas

perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu,

yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan

kurikulum.

Implikasi dari pandangan tentang anak sebagai makhluk yang unik terhadap

pengembangan kurikulum, yaitu:

1. Setiap anak diberi kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat minat dan

kebutuhannya.

2. Disediakan pelajaran pilihan yang sesuai dengan minat anak selain pelajaran umum

yang wajib dipelajari setiap anak didik.

3. Kurikulum disamping menyediakan bahan ajar yang bersifat kejurusan juga

menyediakan bahan ajar yang bersifat akademik.

4. Kurikulum memuat tujuan-tujuan yang mengandung pengetahuan, nilai/sikap, dan

keterampilan yang menggambarkan keseluruhan pribadi yang utuh.

Implikasi dari pengetahuan tentang anak terhadap proses pembelajaran (actual

curriculum), yaitu:

8

Page 9: Landasan Kurikulum Pendidikan

1. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara operasional selalu berpusat pada

perubahan tingkah laku peserta didik.

2. Bahan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan.

3. Strategi belajar mengajar yang digunakan harus sesuai dengan taraf perkembangan

anak.

4. Media yang dipakai senantiasa dapat menarik perhatian dan minat anak.

5. Dijalankan secara terus menerus.

b) Psikologi belajar dan kurikulum

Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam

konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar,

serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan

sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.

Psikologi atau teori belajar yang berkembang pada dasarnya dapat dikelompokan ke

dalam tiga rumpun, yaitu:

1. Teori Daya (Disiplin Mental/Faculty Theory)

Menurut teori ini, sejak lahir (hereditas) anak telah memiliki potensi-potensi atau

daya-daya tertentu yang mesing-masing memiliki fungsi tertentu, seperti potensi

mengingat, daya piker, daya memecahkan masalah dan lain-lain.

2. Teori Behaviorisme

Teori ini berasumsi bahwa individu tidak membawa potensi sejak lahir. Belajar pada

dasrnya merupakan hubungan antara stimulus – respon. Belajar merupakan upaya untuk

membentuk hubungan stimulus – respon sebanyak-banyaknya.

3. Teori Organismik atau Gestalt

Teori ini mengacu pada pengertian bahwa keseluruhan lebih bermakna daripada

bagian, keseluruhan bukan kumpulan dari bagian-bagian. Manusia dianggap sebagai

organism yang melakukan hubungan timbale balik dengan lingkungan secara

keseluruhan, hubungan ini dijalin oleh stimulus dan respon. Teori ini banyak

mempengaruhi praktik pengajaran di sekolah karena memiliki prinsip-prinsip sebagai

berikut:

a. Belajar berdasarkan keseluruhan

b. Belajar adalah pembentukan keperibadian

c. Belajar berkat pemahaman

d. Belajar berdasarkan pengalaman

9

Page 10: Landasan Kurikulum Pendidikan

e. Belajar adalah suatu proses perkembangan

f. Belajar adalah suatu proses berkelanjutan

Masih berkenaan dengan landasan psikologis, Ella Yulaelawati memaparkan teori-

teori psikologi yang mendasari Kurikulum Berbasis Kompetensi. Dengan mengutip

pemikiran Spencer, Ella Yulaelawati mengemukakan pengertian kompetensi bahwa

kompetensi merupakan “karakteristik mendasar dari seseorang yang merupakan hubungan

kausal dengan referensi kriteria yang efektif dan atau penampilan yang terbaik dalam

pekerjaan pada suatu situasi“.

Selanjutnya, dikemukakan pula tentang 5 tipe kompetensi, yaitu :

a) motif; sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berfikir secara konsisten atau keinginan

untuk melakukan suatu aksi.

b) bawaan; yaitu karakteristik fisik yang merespons secara konsisten berbagai situasi

atau informasi.

c) konsep diri; yaitu tingkah laku, nilai atau image seseorang;

d) pengetahuan; yaitu informasi khusus yang dimiliki seseorang; dan

e) keterampilan; yaitu kemampuan melakukan tugas secara fisik maupun mental.

Kelima kompetensi tersebut mempunyai implikasi praktis terhadap perencanaan sumber daya

manusia atau pendidikan. Keterampilan dan pengetahuan cenderung lebih tampak pada

permukaan ciri-ciri seseorang, sedangkan konsep diri, bawaan dan motif lebih tersembunyi

dan lebih mendalam serta merupakan pusat kepribadian seseorang. Kompetensi permukaan

(pengetahuan dan keterampilan) lebih mudah dikembangkan. Pelatihan merupakan hal tepat

untuk menjamin kemampuan ini. Sebaliknya, kompetensi bawaan dan motif jauh lebih sulit

untuk dikenali dan dikembangkan. Dalam konteks Kurikulum Berbasis Kompetensi, E.

Mulyasa (2002) menyoroti tentang aspek perbedaan dan karakteristik peserta didik,

Dikemukakannya, bahwa sedikitnya terdapat lima perbedaan dan karakteristik peserta didik

yang perlu diperhatikan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, yaitu : (1) perbedaan tingkat

kecerdasan; (2) perbedaan kreativitas; (3) perbedaan cacat fisik; (4) kebutuhan peserta didik;

dan (5) pertumbuhan dan perkembangan kognitif.

C. LANDASAN SOSIOLOGIS

Pendidikan adalah proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia.

Pendidikan adalah proses sosialisasi melalui interaksi insani menuju manusia yang

berbudaya. Dalam konteks inilah anak didik dihadapkan dengan budaya manusia, dibina, dan

10

Page 11: Landasan Kurikulum Pendidikan

dikembangkan sesuai dengan nilai budayanya, serta dipupuk kemampuan dirinya menjadi

manusia.

1. Kebudayaan dan Kurikulum

Faktor kebudayaan merupakan bagian yang penting dalam pengembangan

kurikulum dengan pertimbangan:

a) Individu lahir tidak berbudaya, baik dalam hal kebiasaan, cita-cita, sikap,

pengetahuan, keterampilan, dan lain sebagainya. Semua itu dapat diperoleh

individu melalui interaksi dengan lingkungan budaya, keluarga, masyarakat sekitar,

dan tentu sajaa sekolah/lembaga pendidikan. Oleh karena itu, sekolah/lembaga

pendidikan mempunyai tugas khusus untuk memberikan pengalaman kepada para

peserta didik dengan salah satu alat yang disebut kurikulum.

b) Kurikulum dalam setiap masyarakat pada dasarnya merupakan refleksi dari cara

orang berpikir, berasa, bercita-cita, atau kebiasaan-kebiasaan. Karena itu, dalam

mengembangkan suatu kurikulum perlu memahami kebudayaan. Kebudayaan

adalah pola kelakuan yang secara umum terdapat dalam satu masyarakat yang

meliputi seluruh ide, cita-cita, pengetahuan, kepercayaan, cara berpikir, kesenian,

dan lain-lain.

c) Seluruh nilai yang telah disepakati masyarakat dapat pula disebut kebudayaan.

Oleh karena itu, kebudayaan dapat dikatakan sebagai suatu konsep yang memiliki

kompleksitas tinggi. Kebudayaan adalah hasil cipta, rasa, dan karsa manusia yang

diwujudkan dalam tiga gejala, yaitu:

1) Ide, konsep, gagasan , nilai, norma, peraturan, dan lain-lain. Wujud

kebudayaan ini bersifat abstrak dan adanya dalam alam pikiran manusia dan

warga masyarakat di tempat kebudayaan itu berada.

2) Kegiatan, yaitu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. Tindakan ini

disebut sistem sosial, aktivitas manusia sifatnya konkrit, bisa dilihat dan

diobservasi. Tindakan berpola manusia tentu didasarkan oleh wujud

kebudayaan yang pertama. Artinya, sistem sosial dalam bentuk aktivitas

manusia merupakan refleksi dari ide, konsep, gagasan, nilai, dan norma yang

telah dimilikinya.

3) Benda hasil karya manusia. Wujud kebudayaan yang ketiga ini ialah seluruh

fisik perbuatan atau hasil karya manusia di masyarakat. Oleh karena itu, wujud

kebudayaan yang ketiga ini adalah produk dari wujud kebudayaan yang

pertama dan kedua.

11

Page 12: Landasan Kurikulum Pendidikan

Pendidikan umum yang ada di sekolah pada dasarnya bermaksud mendidik anggota

masyarakat agar dapat hidup berintegrasi dengan anggota masyarakat yang lain. Hal ini

membawa implikasi bahwa kurikulum sebagai salah satu alat mencapai tujuan pendidikan

bermuatan kebudayaan yang bersifat umum pula, seperti: nilai-nilai, sikap-sikap,

pengetahuan, kecakapan, dan kegiatan yang bersifat umum yang sangat penting bagi

kehidupan masyarakat.

Selain pendidikan yang bermuatan kebudayaan yang bersifat umum di atas, terdapat

pula pendidikan yang bermuatan kebudayaan khusus, yaitu untuk aspek-aspek kehidupan

tertentu dan berkenaan dengan kelompok yang sifatnya vokasional. Keadaan seperti itu

menuntut kurikulum yang bersifat khusus pula. Misalnya, untuk pendidikan vokasional,

biasanya berkenaan dengan latar belakang pendidikan, status ekonomi, dan cita-cita tertentu,

sehingga mempunyai batas waktu dan daerah ajar tertentu pula.

2. Masyarakat dan Kurikulum

Masyarakat adalah suatu kelompok individu yang diorganisasikan oleh mereka sendiri

ke dalam kelompok-kelompok yang berbeda. Kebudayaan hendaknya dibedakan dengan

istilah masyarakat yang mempunyai arti suatu kelompok individu yang terorganisir yang

berpikir tentang dirinya sebagai suatu yang berbeda dengan kelompok atau masyarakat

lainnya. Tiap masyarakat mempunyai kebudayaan sendiri-sendiri. Dengan demikian, yang

membedakan masyarakat yang satu dengan yang lainnya adalah kebudayaan. Hal ini

mempunyai implikasi bahwa apa yang menjadi keyakinan pemikiran seseorang, reaksi

terhadap perangsang sangat tergantung kepada kebudayaan dimana ia dibesarkan.

Menurut Daud Yusuf (1982) menyatakan bahwa sumber nilai yang ada dalam

masyarakat untuk dikembangkan melalui proses pendidikan ada tiga, yaitu: logika, estetika,

dan etika. Ilmu pengetahuan dan kebudayaan adalah nilai-nilai yang bersumber pada logika

(pikiran). Sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pada

hakikatnya adalah hasil kebudayaan manusia maka kehidupan manusia semakin luas dan

meningkat sehingga tuntutan hidup pun semakin tinggi.

Pendidikan harus mengantisipasi tuntutan hidup ini sehingga dapat mempersiapkan

anak didik untuk hidup wajar sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat. Dalam

konteks inilah kurikulum sebagai program pendidikan harus dapat menjawab tantangan dan

tuntutan masyarakat. Untuk dapat menjawab tuntutan tersebut bukan hanya pemenuhan dari

segi isi kurikulum saja melainkan juga dari segi pendekatan dan strategi pelaksanaannya.

Oleh karena itu, guru, para pembina, dan pelaksana kurikulum dituntut untuk lebih peka

12

Page 13: Landasan Kurikulum Pendidikan

mengantisipasi perkembangan masyarakat, agar apa yang diberikan kepada siswa relevan dan

berguna bagi kehidupan siswa di masyarakat.

Teori, prinsip, dan hukum yang terdapat dalam semua ilmu pengetahuan yang ada

dalam kurikulum tersebut penerapannya harus disesuaikan dengan kondisi sosial budaya di

masyarakat setempat, sehingga hasil belajar yang dicapai oleh siswa lebih bermakna dalam

hidupnya. Pengembangan kurikulum hendaknya memperhatikan kebutuhan masyarakat dan

perkembangan masyarakat. Tyler (1946), Taba (1963), Tanner dan Tanner (1984)

menyatakan tuntutan masyarakat adalah salah satu dasar dalam pengembangan kurikulum.

Calhon, Light, dan Keller (1997) memaparkan tujuh fungsi sosial pendidikan, yaitu:

a) Mengajarkan keterampilan

b) Mentransmisikan budaya

c) Mendorong adaptasi lingkungan

d) Membentuk kedisiplinan

e) Mendorong bekerja berkelompok

f) Meningkatkan perilaku etik, dan

g) Memilih bakat dan memberi penghargaan prestasi

Perubahan sosial budaya, perkembangan IPTEK dalam suatu masyarakat akan

mengubah pola kebutuhan masyarakat. Kebutuhan masyarakat juga dipengaruhi oleh kondisi

dari masyarakat itu sendiri. Masyarakat kota berbeda dari masyarakat desa, masyarakat

tradisional berbeda dari masyarakat modern.

Adanya perbedaan antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya sebagian besar

disebabkan oleh kualitas individu-individu yang menjadi anggota masyarakat tersebut. Oleh

karena itu, pengembangan kurikulum yang hanya berdasarkan pada keterampilan dasar saja

tidak akan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat modern yang bersifat teknologis dan

mengglobal.

Pengembangan kurikulum juga harus ditekankan pada pengembangan individu yang

mencakup keterkaitannya dengan lingkungan sosial setempat. Lingkungan sosial budaya

merupakan sumber daya yang mencakup kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berdasarkan uraian di atas, sangatlah penting memperhatikan faktor kebutuhan masyarakat

dalam pengembangan kurikulum. Salah satu ciri masyarakat adalah selalu berkembang.

Perkembangan masyarakat dipengaruhi oleh falsafah hidup, nilai-nilai, IPTEK, dan

kebutuhan yang ada dalam masyarakat. Perkembangan masyarakat menuntut tersedianya

proses pendidikan yang relevan. Untuk terciptanya proses pendidikan yang sesuai dengan

13

Page 14: Landasan Kurikulum Pendidikan

perkembangan masyarakat maka diperlukan rancangan berupa kurikulum yang landasan

pengembangannya memperhatikan faktor perkembangan masyarakat.

Terkait landasan sosiologis ini, terdapat beberapa sumber inti penyusunan kurikulum,

yaitu:

a) Bertolak dari kehidupan dan pekerjaan orang tua

b) Menjadi luas, meliputi semua unsur kebudayaan

c) Bersumber pada anak: kebutuhan, perkembangan, dan minat

d) Berdasarkan pengalaman kurikulum yang sebelumnya

e) Kekuasaan sosial dan politik

Tujuan yang paling umum dari pendidikan adalah menyiapkan generasi muda untuk

menjadi orang dewasa, anggota masyarakat yang produktif. Hal ini menunjukkan adanya

tuntutan individual dan sosial dari orang dewasa. Pendidikan dari masyarakat yang satu

dengan masyarakat yang lain berbeda karena dipengaruhi oleh budaya masing-masing.

Pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan, pendidikan merupakan proses pembudayaan.

Pendidikan bersifat pribadi dan sosial. Bersifat pribadi karena hasil akhirnya berupa

pembentukan pribadi individu itu sendiri. Bersifat sosial karena proses pendidikan

berlangsung dalam situasi sosial dan pendidikan diarahkan agar anak mampu bertingkah laku,

berbuat, dan hidup secara baik dalam berbagai situasi dan lingkungan sosial.  

Kaitannya dengan hal di atas, kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan

pendidikan. Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil

pendidikan, dan sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa pendidikan juga

merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat.

Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan,

keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut

di masyarakat.

Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun

informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula.

Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi

landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan. Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan

muncul manusia-manusia yang menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru

melalui pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan

masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan

dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di

masyakarakat.

14

Page 15: Landasan Kurikulum Pendidikan

Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki sistem sosial budaya tersendiri

yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antaranggota masyarakat. Salah satu aspek

penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur cara

berkehidupan dan berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber

dari agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan lainnya.

Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat

tersebut juga turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan

perubahan dan penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di sekitar

masyarakat.

Israel Scheffer (1958) mengemukakan bahwa melalui pendidikan manusia mengenal

peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat peradaban masa

yang akan datang. Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya

mempertimbangkan, merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial budaya dalam

suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global.

Dalam pengembangan kurikulum hendaknya landasan sosiologis ini menjadi satu

pertimbangan atau rambu-rambu agar perubahan-perubahan yang dibuat tidak membuat

pendidikan itu melenceng atau bahkan keluar dari esensi dan tujuan awalnya, berdasarkan

tinjauan aspek sosial budaya. Tidaklah relevan manakala output dari dunia pendidikan itu

hanya memiliki kemampuan akademik tanpa disertai dengan kemampuan hidup dalam

masyarakat.

Lebih jauh lagi, output tersebut haruslah memiliki kemampuan untuk melestarikan serta

mengembangkan kekayaan sosial budaya yang amat melimpah di lingkungan masyarakatnya.

Begitulah, dan bukan malah segala kekayaan itu justru punah setelah diwariskan ke tangan

mereka.

D. LANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Ilmu Pengetahuan adalah suatu proses pemikiran dan analisis yang rasional, logik,

konsisten, dan tersusun secara sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, yang

selalu dapat diperiksa dan dikontrol dengan kritis oleh setiap orang yang ingin

mengetahuinya.

Teknologi adalah pemanfaatan ilmu untuk memecahkan suatu masalah dengan cara

mengerahkan semua alat yang sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan skala nilai yang ada.

15

Page 16: Landasan Kurikulum Pendidikan

Teknologi adalah aplikasi dari ilmu pengetahuan ilmiah dan ilmu-ilmu lainnya untuk

memecahkan masalah-masalah praktis.

Dalam mengembangkan kurikulum, salah satu prinsip yang perlu diperhatikan adalah

"sesuai dengan kebutuhan". Kurikulum sebagai salah satu komponen dari sistem pendidikan

selalu mendapat sorotan masyarakat termasuk pejabat, ilmuwan, kalangan industri, orang tua

dan lain-lain yang merasa berkepentingan dengan hasil-hasil pendidikan.

a) Beberapa hal yang melatarbelakangi dijadikannya IPTEK sebagai Landasan Kurikulum :

Kegiatan pendidikan membutuhkan dukungan dari penggunaan alat-alat hasil industri

seperti televisi, radio, video, komputer, dan peralatan lainnya.

Pendidikan merupakan upaya menyiapkan siswa menghadapi masa depan

Perubahan masyarakat & IPTEK yang semakin pesat

b) Tujuan Dijadikannya IPTEK sebagai Landasan Pengembangan Kurikulum

Membuat pelajar-pelajar di negeri kita dapat bersaing dan mengejar ketertinggalan

dari pelajar di negeri maju tanpa perlu kehilangan nilai-nilai kemanusiaan dan budaya

yang kita miliki.

Membekali dan mengarahkan peserta didik di jenjang pendidikan dasar guna menuju

masyarakat yang "melek teknologi" yaitu bercirikan mampu mengenal, mengerti,

memilih, menggunakan, memelihara, memperbaiki, menilai, menghasilkan produk

teknologi sederhana, dan peduli terhadap masalah yang berkaitan dengan teknologi.

Memperkuat kurikulum yang dihasilkan.

Mengembangkan dan melahirkan IPTEK untuk lebih memajukan peradaban manusia.

Agar perolehan peserta didik menjadi bermakna, maka pendidikan dengan

berlandaskan ilmu pengetahuan dan teknologi harus dirancang dengan pendekatan

pembelajaran yang mengutamakan kemampuan memecahkan masalah, mampu berpikir

alternatif, dan mampu menilai sendiri hasil karyanya dengan pendekatan empat pilar belajar,

yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together.

(1) learning to know, yaitu peserta didik akan dapat memahami dan menghayati

bagaimana suatu pengetahuan dapat diperoleh dari fenomena yang terdapat dalam

lingkungannya.

16

Page 17: Landasan Kurikulum Pendidikan

(2) learning to do, yaitu menerapkan suatu upaya agar peserta didik menghayati proses

belajar dengan melakukan sesuatu yang bermakna,

(3) learning to be, yaitu proses pembelajaran yang memungkinkan lahirnya manusia

terdidik yang mandiri, dan

(4) learning to live together, yaitu pendekatan melalui penerapan paradigma ilmu

pengetahuan, seperti pendekatan menemukan dan pendekatan menyelidik akan

memungkinkan peserta didik menemukan kebahagiaan dalam belajar. Soedijarto

(2000: 69)

Perkembangan dunia iptek yang demikian pesatnya telah membawa manfaat luar

biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia. Dengan telah ditemukannya formulasi-

formulasi baru aneka kapasitas komputer seolah sudah mampu menggeser posisi kemampuan

otak manusia dalam berbagai bidang ilmu dan aktivitas manusia. Kemajuan IPTEK yang

telah kita capai sekarang benar-benar telah diakui dan dirasakan memberikan banyak

kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan umat manusia. Perkembangan IPTEK, secara

langsung akan menjadi isi/materi pendidikan. Sedangkan secara tidak langsung memberikan

tugas kepada pendidikan untuk membekali masyarakat dengan kemampuan pemecahan

masalah yang dihadapi sebagai pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Selain itu juga dimanfaatkan untuk memecahkan masalah pendidikan.

c) Dampak positif dan dampak negatif dari perkembangan IPTEK dilihat dari berbagai

bidang: 

1. Bidang Informasi dan komunikasi

Dampak Positif :

a. Kita akan lebih cepat mendapatkan informasi-informasi yang akurat dan terbaru di

bumi bagian manapun melalui  internet.

b. Kita dapat berkomunikasi dengan teman, maupun keluarga yang sangat jauh

hanya dengan melalui handphone.

c. Kita mendapatkan layanan bank dengan sangat mudah.

Dampak Negatif :

b. Pemanfaatan jasa komunikasi oleh jaringan teroris.

17

Page 18: Landasan Kurikulum Pendidikan

c. Penggunaan informasi tertentu dan situs tertentu yang terdapat di internet yang

bisa disalah gunakan fihak tertentu untuk tujuan tertentu

d. Kerahasiaan alat tes semakin terancam Melalui internet kita dapat memperoleh

informasi tentang tes psikologi, dan bahkan dapat memperoleh layanan tes

psikologi secara langsung dari internet.

e. Kecemasan teknologi. Kerusakan komputer karena terserang virus, kehilangan

berbagai file penting dalam computer, inilah beberapa contoh stres yang terjadi

karena teknologi.

2. Bidang Ekonomi dan Industri

Dampak Positif :

a. Pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi

b. Terjadinya industrialisasi

c. Produktifitas dunia industri semakin meningkat

Dampak Negatif :

a. Terjadinya pengangguran bagi tenaga kerja yang tidak mempunyai kualifikasi

yang sesuai dengan yang dibutuhkan.

b. Sifat konsumtif sebagai akibat kompetisi yang ketat pada era globalisasi akan juga

melahirkan generasi yang secara moral mengalami kemerosotan: konsumtif, boros

dan memiliki jalan pintas yang bermental “instant”.

3. Bidang Sosial dan Budaya

Dampak Positif :

a. Perbedaan kepribadian pria dan wanita. Banyak pakar yang berpendapat bahwa

kini semakin besar porsi wanita yang memegang posisi sebagai pemimpin, baik

dalam dunia pemerintahan maupun dalam dunia bisnis.

b. Meningkatnya rasa percaya diri. Perkembangan dan kemajuan ekonomi telah

meningkatkan rasa percaya diri dan ketahanan diri  sebagai suatu  bangsa  akan 

semakin  kokoh.  Bangsa-bangsa Barat tidak lagi dapat melecehkan bangsa-

bangsa Asia.

18

Page 19: Landasan Kurikulum Pendidikan

c. Tekanan, kompetisi yang tajam di berbagai aspek kehidupan sebagai konsekuensi

globalisasi, akan melahirkan generasi yang disiplin, tekun dan pekerja keras.

Dampak Negatif :

a. Kemerosotan moral di kalangan masyarakat, khususnya di kalangan remaja dan

pelajar.

b. Kenakalan dan tindak menyimpang di kalangan remaja semakin meningkat,

semakin lemahnya kewibawaan tradisi-tradisi yang ada di masyarakat, seperti

gotong royong dan tolong-menolong telah melemahkan kekuatan-kekuatan

sentripetal yang berperan penting dalam menciptakan kesatuan sosial.

c. Pola interaksi antar manusia yang berubah. Program internet relay chatting (IRC),

internet, dan e-mail telah membuat orang asyik dengan kehidupannya sendiri.

Melalui program internet relay chatting (IRC), anak-anak bisa asyik mengobrol

dengan teman dan orang asing kapan saja.

4. Bidang Pendidikan

Dampak Positif :

a. Munculnya media massa, khususnya media elektronik sebagai sumber ilmu dan

pusat pendidikan. Dampak dari hal ini adalah guru bukannya satu-satunya sumber

ilmu pengetahuan.

b. Munculnya metode-metode pembelajaran yang baru, yang memudahkan siswa

dan guru dalam proses pembelajaran. Sehingga, siswa mampu memahami materi-

materi yang abstrak dengan bantuan teknologi.

c. Sistem pembelajaran tidak harus melalui tatap muka.  

Dampak Negatif :

a. Kerahasiaan alat tes semakin terancam. Program tes inteligensi seperti tes Raven,

Differential Aptitudes Test dapat diakses melalui compact disk.. Implikasi dari

permasalahan ini adalah, tes psikologi yang ada akan mudah sekali bocor, dan

pengembangan tes psikologi harus berpacu dengan kecepatan pembocoran melalui

internet tersebut.

19

Page 20: Landasan Kurikulum Pendidikan

b. Penyalahgunaan pengetahuan bagi orang-orang tertentu untuk melakukan tindak

kriminal. Contohnya dengan ilmu komputer yang tinggi maka orang akan

berusaha menerobos sistem perbangkan dan lain-lain. 

5. Bidang politik

a. Timbulnya kelas menengah baru. Pertumbuhan teknologi dan ekonomi di kawasan

ini akan mendorong munculnya kelas menengah baru. Kemampuan, keterampilan,

serta gaya hidup mereka sudah tidak banyak berbeda dengan kelas menengah di

negara-negera Barat. Kelas menengah baru ini akan menjadi pelopor untuk

menuntut kebebasan politik dan kebebasan berpendapat yang lebih besar.

b. Proses regenerasi kepemimpinan.

c. Di bidang politik internasional, juga terdapat kecenderungan tumbuh kembangnya

regionalisme. Kemajuan di bidang teknologi komunikasi telah menghasilkan

kesadaran regionalisme. Kesadaran itu akan terwujud dalam bidang kerjasama

ekonomi, sehingga regionalisme akan melahirkan kekuatan ekonomi baru.

20

Page 21: Landasan Kurikulum Pendidikan

BAB III

KESIMPULAN

Suatu kurikulum hendaknya mempunyai landasan yang kuat, hal ini penting guna

terwujudnya kurikulum yang baik. Kurikulum yang baik ini jelas akan berimbas pada

pelaksanaan pendidikan yang baik juga. Ada empat landasan utama yang mendasari

terwujudnya suatu kurikulum yang baik, di antaranya landasan filosofis, landasan psikologis,

landasan sosiologis, serta landasan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Landasan filosofis adalah rumusan yang didapatkan dari hasil berfikir secara

mendalam, analitis, logis dan sistematis dalam merencanakan, melaksanakan, membina, dan

mengembangkan kurikulum baik dalam bentuk kurikulum sebagai rencana, terlebih

kurikulum dalam bentuk pelaksanaan di sekolah. Landasan psikologis berguna sebagai acuan

dalam menentukan apa dan bagaimana perilaku peserta didik itu harus dkembangkan.

Landasan sosiologis harus dikembangkan dalam menyusun kurikulum berguna menyiapkan

generasi muda untuk menjadi orang dewasa anggota masyarakat yang produktif serta mampu

bertingkah laku, berbuat dan hidup secara baik dalam berbagai situasi dan lingkungan sosial.

Adapun landasan ilmu pengetahuan dan teknologi selain untuk memecahkan masalah

pendidkan yang sering dihadapi juga untuk memebekali peserta didik guna menuju

masyarakat yang ”melek teknologi”.

21

Page 22: Landasan Kurikulum Pendidikan

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2009). ” Dampak-Teknologi-Terhadap-Kehidupan-Manusia” (online). Diambil

dari: http://kaltarabloggers.aimoo.com/Artikel-Paper-Karya-Ilmiah-Makalah-Tugas-

Akhir- TA Skripsi-Tesis. [13 Februari 2010]

Subkoordinator MKDP Landasan Pendidikan. 2008. Landasan Pendidikan. Bandung :

Universitas Pendidikan Indonesia

Sudrajat, Akhmad. 2009. “Landasan Kurikulum” (online). Diambil dari:

http://akhmadsudrajat.blogspot.com/Let’s Talk about Education. [7 Februari 2010]

Susilana, Rudi. 2006. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : Universitas Pendidikan

Indonesia

22