landasan pendidikan (konsep dasar pendidikan)

43

Click here to load reader

Upload: nofy-ongko

Post on 31-Jul-2015

528 views

Category:

Documents


32 download

DESCRIPTION

Landasan Pendidikan BAB I Konsep Dasar Pendidkan

TRANSCRIPT

Page 1: Landasan Pendidikan (Konsep Dasar Pendidikan)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Aktivitas pendidikan pada kehidupan manusia mengalami

perkembangan sejajar dengan perkembangan tingkat hidup manusia, dari

kegiatan pendidikan yang sangat sederhana, tanpa rencana yang kongkrit,

tanpa tujuan yang jelas berkembang menjadi kegiatan yang semakin disadari,

direncanakan ,dan dipikirkan secara masak, dan hasil yang semakin jelas.

dengan melihat pola hidup manusia yang sekarang masih bertaraf hidup

sederhana, meskipun tidak sama persis, pendidikan hanya dilakukan oleh

orang tua untuk anaknya sendiri, dalam bentuk yang sangat sederhana, dan

hanya sekedar membantu anak mempersiapkan diri menghadapi tuntutan

hidup yang relatif sederhana juga, semakin lama berkembang sampai taraf

dewasa ini yang pendidikan menjadi sesuatu yang rumit dan harus dipikirkan

dan dirancang semasak – masaknya.

Pemikiran yang mendalam tentang pendidikan membawa persoalan

ini ke pemikiran yang lebih dapat dipertanggung jawabkan, yaitu pemikiran

ilmiah. setapak demi setapak pendidikan berkembang menjadi ilmu dalam arti

pemikiran dan pelaksanaannya didasari kaidah – kaidah ilmiah. Pada mulanya

pendidikan hanya merupakan kegiatan praktis, namun sejalan dengan tahap

hidup manusia yang memasuki era pemikiran ilmiah, pendidikan mulai juga

menjadi salah satu sasaran ilmu pengetahuan. dalam perkembangannya ilmu

pendidikan terkait dan terpengaruh perkembangan ilmu pada umumnya,

mulai pendidikan merupakan bagian dari filsafat sampai akhirnya menjadi

ilmu yang berdiri sendiri. Dalam kedudukannya sebagai ilmu yang berdiri

sendiri pendidikan berkembang tidak sendirian tetapi terpengaruh juga oleh

perkembangan ilmu – ilmu yang lain. Pendidikan memanfaatkan temuan –

temuan psikologi, sosiologi, antropologi, ekonomi, hukum, fisiologi, dan

sebagainya.

1

Page 2: Landasan Pendidikan (Konsep Dasar Pendidikan)

Dengan pemikiran pendidikan dan dengan memperhatikan

perkembangan ilmu –ilmu yang lain maka pendidikan berkembang menjadi

ilmu yang bersifat teoritik maupun terapan. Sebagai ilmu teoritik ilmu

pendidikan berusaha mempertahankan dan mengembangkan jati dirinya

sebagai ilmu yang mandiri dan sejajar dengan ilmu – ilmu yang lain,

sedangkan sebagai ilmu terapan pendidikan berupaya meningkatkan

konstribusinya kepada kemaslahatan umat manusia.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun masalah - masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu :

1. Apa hakikat dan konsepsi dasar pendidikan ?

2. Apa pengertian dari pendidikan ?

3. Mengapa manusia perlu di didik ?

4. Bagaimanakah pendidikan sebagai suatu proses transformasi nilai ?

5. Apa tujuan dari pendidikan ?

6. Mengapa ilmu pendidikan sebagai ilmu normatif ?

7. Apa saja pendekatan dalam mempelajari pendidikan ?

8. Bagaimanakah relevansi teori pendidikan ?

1.3 Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui hakikat dan konsepsi dasar pendidikan

2 Untuk mengetahui arti dari pendidikan

3 Untuk mengetahui sebab manusia perlu di didik

4 Untuk mengetahui pendidikan sebagai suatu proses transformasi nilai

5 Untuk mengetahui tujuan dari pendidikan

6 Untuk mengetahui prinsip sebab ilmu pendidikan sebagai ilmu normatif

7 Untuk mengetahui pendekatan dalam mempelajari pendidikan

8 Untuk mengetahui relevansi teori pendidikan

2

Page 3: Landasan Pendidikan (Konsep Dasar Pendidikan)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat dan Konsepsi Dasar Pendidikan

Dalam kedudukannya sebagai ilmu yang berdiri sendiri pendidikan

berkembang tidak sendirian tetapi terpengaruh juga oleh perkembangan ilmu

– ilmu yang lain. Pendidikan memanfaatkan temuan – temuan psikologi,

sosiologi, antropologi, ekonomi, hukum, fisiologi, dan sebagainya. Dengan

pemikiran pendidikan dan dengan memperhatikan perkembangan ilmu –ilmu

yang lain maka pendidikan berkembang menjadi ilmu yang bersifat teoritik

maupun terapan. Sebagai ilmu teoritik, ilmu pendidikan berusaha

mempertahankan dan mengembangkan jati dirinya sebagai ilmu yang mandiri

dan sejajar dengan ilmu – ilmu yang lain, sedangkan sebagai ilmu terapan

pendidikan berupaya meningkatkan konstribusinya kepada kemaslahatan

umat manusia.

Akibat pengaruh spesialisasi dan percabangan ilmu pendidikan

maupun karena pengaruh komponen –komponen di luar ilmu pendidikan juga

dihadapkan kepada tantangan – tantangan, baik dalam segi teoritiknya

maupun segi penerapannya. Menjelang akhir abad XX eksistensi ilmu

pendidikan cenderung dirongrong keberadaannya, terutama telah bergesernya

istilah dan hakikat pendidikan menjadi pengajaran atau pembelajaran dan hal

ini sangat berpengaruh pada penerapannya, yaitu dari kegiatan internalisasi

norma menjadi kegiatan yang menekankan pada penyampaian pengetahuan,

termasuk tentang nilai.

Langeveld seorang ahli pedagogic dari negeri Belanda

mengemukakan batasan pendidikan, bahwa pendidikan ialah suatu bimbingan

yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk

mencapai tujuan, yaitu kedewasaan.

Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu usaha yang didasari

untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia, yang

dilaksankan di dalam maupun luar sekolah, dan berlangsung seumur hidup.

3

Page 4: Landasan Pendidikan (Konsep Dasar Pendidikan)

Ada beberapa konsepsi dasar tentang pendidikan yang akan dilaksanakan,

yaitu :

1. Bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup (life long education).

Dalam hal ini berarti bahwa usaha pendidikan sudah dimulai sejak

manusia itu lahir dari kandungan ibunya sampai ia tutup usia, sepanjang

ia mampu untuk menerima pengaruh dan dapat mengembangkan dirinya.

Suatu konsekuensi dari konsep pendidikan sepanjang hayat ialah, bahwa

pendidikan tidak identik dengan sekolah. Pendidikan akan berlangsung

dalam lingkungan keluarga, dalam lingkungan sekolah, dan dalam

lingkungan masyarakat.

2. Bahwa tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama,

antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Pemerintah tidak boleh

memonopoli segalanya, melainkan bersama dengan keluarga dan

masyarakat, berusaha agar pendidikan mencapai tujuan yang telah

ditentukan.

3. Bagi manusia pendidikan itu merupakan suatu keharusan karena

pendidikan, manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang

berkembang. Henderson mengemukakan bahwa pendidikan suatu hal

yang tidak dapat dielekkan oleh manusia, suatu perbuatan yang tidak

boleh terjadi, karena pendidikan itu membimbing generasi muda untuk

mencapai suatu generasi yang lebih baik.

2.2 Pengetian Pendidikan

Dalam pengertian khusus, pendidikan diartikan sebagai suatu

bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa, kepada anak untuk mencapai

kedewasaanya. Di sini jelas, bahwa yang menjadi tujuan pendidikan ialah

kedewasaan. Secara umum indikator dari manusia dewasa adalah :

1. Manusia yang mandiri, dapat hidup sendiri, mengambil keputusan sendiri

tidak menggantungkan diri kepada orang lain

2. Bertanggung jawab terhadap perbuatannya, dan dapat diminta pertanggung

jawaban tersebut. Lain dengan anak, ia tidak dapat diminta pertanggung

jawaban atas perbuatannya

4

Page 5: Landasan Pendidikan (Konsep Dasar Pendidikan)

3. Telah mampu memahami norma – norma serta moral dalam kehidupan,

dan sekaligus berkesanggupan untuk melaksanakan norma dan moral

tersebut dalam hidup dan kehidupannya, yang dimanifestasikan dalam

kehidupan bersama

Dalam arti yang luas pendidikan berisi tiga pengertian, yaitu

pendidikan, pengajaran, dan latihan. Ketiga istilah tersebut mengandung

pengertian yang berbeda. Secara sepintas saja bagi orang awam mungkin akan

dianggap sama saja artinya. Dalam praktek sehari – hari di lapangan, kita

sering mendengar kata – kata seperti : pendidikan olahraga, pengajaran

olahraga, latihan olahraga; pendidikan kemiliteran, pengajaran (pelajaran)

kemiliteran, latihan kemiliteran, dan sebagainya. Kalau kita perhatikan ketiga

istilah diatas (pendidikan, pengajaran, latihan) dapat diikutkan predikat yang

sama. Ketiga istilah tadi akan lebih jelas kalau kita lihat dalam konteks kata

kerjanya, dalam bentuk mendidik, mengajar, dan melatih. Istilah mendidik

menurut Darji Darmodiharjo, menunjukkan usaha yang lebih ditujukkan

kepada pengembangan budi pekerti, semangat, kecintaan rasa kesusilaan,

ketakwaan, dan lain – lain. Istilah mengajar menurut Sikun pribadi berarti

memberi pelajaran tentang berbagai ilmu yang bermanfaat bagi perkembangan

kemampuan intelektualnya. Sedangkan istilah melatih, merupakan suatu usaha

untuk memberi sejumlah keterampilan tertentu yang dilakukan secara

berulang – ulang, sehingga akan terjadi suatu pembiasan dalam bertindak.

Pendidikan pada hakikatnya akan berusaha mengubah perilaku. Tetapi

perilaku mana yang dapat terjangkau oleh pendidikan, karena hewan pun

adalah makhluk yang berperilaku. Dalam hal ini Khonstamm

menegemukakan beberapa jenis perilaku dari berbagai makhluk sebagai

berikut :

1. Anorganis, yaitu suatu gerakan yang terjadi pada benda – benda mati,

tidak bernyawa. Gerakan ini ditentukan atau tergantung kepada hukum

kausal (sebab akibat). Manusia dilemparkan dari gedung bertingkat tiga

misalnya, ia akan jatuh ke bawah, sama seperti halnya kalau kita

melemparkan batu (benda mati). Hal ini terjadi karena adanya gaya tarik

bumi.

5

Page 6: Landasan Pendidikan (Konsep Dasar Pendidikan)

2. Organis/abati, yaitu yang terjadi pada tumbuh – tumbuhan. Manusia

maupun hewan, sama – sama memiliki perilaku ini, manusia maupun

hewan bernafas, tumbuhan juga bernafas. Dalam tubuh manusia maupun

hewan terjadi peredaran zat –zat makanan, seperti halnya juga terjadi pada

tumbuh – tumbuhan. Gerakan ini terjadi secara otomatis, tidak perlu

dipelajari. Setiap makhluk hidup dengan sendirinya memiliki gerakan

nabati ini.

3. Hewani, perilaku ini lebih tinggi derajatnya daripada perilaku nabati.

Perilaku ini bersifat instintif (seperti insting lapar, insting seks, insting

berkelahi), dapat diperbaiki sampai taraf tertentu, dan memilih kesadaran

indra, dimana manusia dan hewan dapat mengamati lingkungan karena

dilengkapi oleh alat indra.

4. Manusiawi, merupakan perilaku yang hanya terdapat pada manusia.

Adapun ciri – ciri perilaku ini adalah :

Manusia berkemauan untuk menguasai hawa nafsu

Manusia memiliki kesadaran intelektual, ia dapat mengembangkan

ilmu pengetahuan dan teknologi, menjadikan manusia makhluk

berbudaya

Manusia memiliki kesadaran diri, dapat menyadari sifat – sifat yang

ada pada dirinya, manusia dapat mengadakan introspeksi

Manusia adalah makhluk sosial, membutuhkan orang lain untuk hidup

bersama – sama, beroganisasi, dan bernegara. Manusia memiliki

bahasa simbolis, baik secara tertulis maupun secara lisan

Manusia dapat menyadari nilai – nilai (etika maupun estetika) dan

dapat berbuat sesuai dengan nilai – nilai tersebut, dan memiliki kata

hati

Ciri – ciri tersebut di atas sama sekali tidak dimiliki oleh hewan, yang

dengan ciri – ciri itulah manusia dapat di didik,dapat memperbaiki perilakunya,

dalam bentuk suatu pribadi yang utuh.

6

Page 7: Landasan Pendidikan (Konsep Dasar Pendidikan)

2.3 Manusia Perlu Di Didik

Beberapa asumsi yang memungkinkan manusia itu perlu mendapatkan

pendidikan :

1. Manusia dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya. Manusia begitu lahir ke

dunia, perlu mendapatkan uluran orang lain untuk dapat melangsungkan

kehidupannya

2. Manusia lahir tidak langsung dewasa. Untuk menuju kehidupan yang

dewasa, bagi manusia perlu dipersiapkan, lebih – lebih pada masyarakat

modern. Untuk memperoleh bekal itulah diperoleh dengan pendidikan,

dimana otang tua atau generasi tua akan, mewariskan pengetahuan, nilai –

nilai, serta keterampilannya kepada anak – anaknya atau generasi penerus

3. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial. Ia tidak akan menjadi

manusia, seandainya tidak hidup bersama dengan manusia lagi

2.4 Pendidikan Sebagai Suatu Proses Transformasi Nilai

Pendidikan sebagai suatu proses transformasi nilai mencakup nilai –

nilai religi, nilai – nilai kebudayaan, nilai pengetahuan dan teknologi, serta

nilai keterampilan. nilai – nilai yang akan kita transformasikan tersebut dalam

mempertahankan, mengembangkan, bahkan kalau perlu mengubah

kebudayaan yang dimiliki masyarakat, agar proses transformasi itu berjalan

lancar. Agar transformasi itu berjalan lancar, ada beberapa syarat yang harus

dipenuhi, yaitu :

1. Adanya hubungan edukatif yang baik antara pendidik dan anak didik.

Hubungan ini dapat diartikan sebagai suatu hubungan yang diliputi kasih

sayang, sehingga terjadi hubungan yang didasarkan atas kewibawaan

2. Adanya metode pendidikan yang sesuai, sesuai dengan kemampuan

pendidik dengan materi serta tujuan yang akan dicapai, dan dengan situasi

dan kondisi dimana pendidikan tersebut berlangsung

3. Adanya sarana dan perlengkapan pendidikan yang sesuai dengan

kebutuhan. Sarana tersebut harus didasarkan atas pengabdian terhadap

anak didik, harus disesuaikan dengan setiap nilai yang ditransformasikan

7

Page 8: Landasan Pendidikan (Konsep Dasar Pendidikan)

4. Adanya suasana yang memadai, sehingga proses transformasi nilai – nilai

tersebut berjalan dengan wajar dalam suasana yang menyenangkan

2.5 Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan merupakan suatu gambaran dari falsafah atau

pandangan hidup manusia, baik secara perorangan maupun kelompok. Dalam

menentukan suatu tujuan, ada beberapa nilai yang perlu diperhatikan, seperti

dikemukakan UNESCO yaitu tujuan pendidikan harus mengandung ketiga

nilai sebagai berikut :

1. Autonomy (Otonomi) yang berarti memberikan kesadaran, pengetahuan,

dan kemampuan kepada individu maupun kelompok, untuk dapat hidup

mandiri, dan hidup bersama dalam kehidupan yang lebih baik

2. Equity (Keadilan) yang berarti bahwa tujuan pendidikan tersebut harus

memberikan kesempatan kepada seluruh warga masyarakat untuk dapat

berpartisipasi dalam kehidupan berbudaya dan kehidupan ekonomi,

dengan memberinya pendidikan dasar yang sama

3. Survival (Bertahan) yang berarti bahwa, dengan pendidikan akan

menjamin pewarisan kebudayaan dari satu generasi kepada generasi

berikutnya

Dengan ketiga nilai di atas, pendidikan mengemban tugas untuk

menghasilkan generasi yang baik, manusia – manusia yang lebih

berkebudayaan, manusia sebagai individu yang memilki kepribadian yang

lebih baik

2.6 Ilmu Pendidikan Sebagai Ilmu Normatif

Menurut Sistemnya Ilmu Pengetahuan Dibedakan Dalam 2 Hal

A. Ilmu – ilmu murni terlepas dari empiris, misalnya matematika

B. Ilmu – ilmu empiris berdasarkan pengalaman. Jadi objeknya ialah gejala

kehidupan, misalnya alam, gejala – gejala hidup, atau situasi pendidikan

Ilmu – ilmu empiris dibagi atas :

1) Ilmu – ilmu alam

2) Ilmu – ilmu rohani

8

Page 9: Landasan Pendidikan (Konsep Dasar Pendidikan)

Ilmu – ilmu rohani mencari objeknya di dalam keaktifan rohani

manusia. Melalui produk dari keaktifan – keaktifan itu misalnya

berbicara, bahasa, kesusastraan, mengajar - belajar dan praktik –

praktik mendidik lainnya.

Ilmu – ilmu rohani dibagi menjadi :

1) Ilmu – ilmu normatif

2) Ilmu – ilmu deskriptif

Penetapan objek dari ilmu – ilmu pendidikan akan tergantung pada

apa yang ditegaskan pengertian “mendidik”. Jadi dalam hal ini dipakai suatu

norma untuk mengukur. Selain itu ada pula pembagian yang bersifat teoritis

dan praktis. Jadi ada ilmu mendidik teoritis, yang dibagi menjadi ilmu

mendidik sistematis dan ilmu mendidik historis, serta ilmu mendidik praktis.

Ilmu pendidikan itu adalah ilmu yang memerlukan pemikiran teoritis.

Beberapa contoh konkret sebagai berikut :

A. Setiap pendidik mendengarkan kritik – kritik, catatan – catatan,

sumbangan pikiran dari para ahli atau orang lain. Ia mulai memikirkan

secara kritis tindakan – tindakan dalam perbuatan mendidiknya

Ia dapat belajar dari kritik, catatan, dan saran orang lain. Gunning pernah

menulis : “Mempelajari ilmu mendidik berarti mengubah diri sendiri

menjadi lain”. Jadi ada pemikiran teoritis tentang tindakan mendidik itu

sendiri, sehingga terlihat bahwa teori itu perlu

B. Salah satu masalah yang perlu pemikiran teoritis ialah apakah anak didik

itu perlu berkembang. Sampai sejauh mana lingkungan didik dan potensi

kreativitas anak didik berkembang. Pemikiran ini sangat mendasar yang

selalu dibicarakan dari abad ke abad. Hal ini memerlukan pemikiran

teoritis

C. Jika kita membaca rumusan tujuan pendidikan dari masa ke masa, kita

akan mempunyai gambaran bagaimana orang memperagakan suatu

gambaran ideal tentang manusia dan masyarakat yang diinginkan

D. Pendidikan membutuhkan jangka waktu panjang. Karena pendidikan

bercorak perbuatan mendidik. Dalam perbuatan biasanya orang dapat

melihat dan memeriksakan hasilnya dengan segera. Hasil pendidikan itu

9

Page 10: Landasan Pendidikan (Konsep Dasar Pendidikan)

baru dilihat pada generasi berikutnya. Untuk meneliti hasil pendidikan itu

orang harus melihat bagaimana cara bertindak, cara mendidik, dan cara

hidup anak bila telah dewasa

Dapat disimpulkan, bahwa pendidikan memerlukan dimensi – dimensi

sebagai berikut :

1. Pengetahuan dirinya sebagai pendidik

2. Pengetahuan tentang tujuan pendidikan

3. Pengetahuan tentang anak didiknya

4. Setelah mempunyai pengetahuan tentang anak didik, dicarinya cara – cara

mendidik yang sesuai dengan keadaan anak untuk membawa ke arah

pencapaian tujuan

5. Akhirnya kita perlu pengetahuan tentang martabat manusia pada umumnya

pemikiran teoritis tentang martabat anak sebagai manusia dan hal ini

diuraikan dalam filsafat antropologi/filsafat manusia.

Dari uraian tersebut kita dapat melihat ilmu pendidikan memerlukan

pemikiran teoritis. Pengertian teoritis disini diartikan sebagai pemikiran yang

disusun secara teratur dan sistematis. Pokok yang tersusun dalam pemikiran

yang bersifat teoritis antara lain :

1. Masalah tujuan pendidikan. Tipe manusia yang bagaimana yang menjadi

norma, dalil asasi antropologi yang memungkinkan terjadinya proses didik

2. Faktor kondisis si terdidik yang memungkinkan dapat terdidik

2.7 Pendekatan Dalam Mempelajari Pendidikan

Dalam mempelajari pendidikan sebagai suatu teori, ada beberapa

pendekatan yang sudah dilaksanakan, yaitu pendekatan secara religius,

pendekatan secara falsafah, dan pendekatan secara ilmiah

1. Pendekatan Religius

Suatu pendekatan religius terhadap pendidikan, berarti bahwa

ajaran agama dapat dijadikan sumber inspirasi untuk menyusun teori

pendidikan, yang dapat dijadikan landasan untuk melaksanakan

pendidikan. Metode yang dipergunakan dalam menyusun teori

pendidikan ialah thetis deduktif. Dikatakan thetis karena bertitik dari

10

Page 11: Landasan Pendidikan (Konsep Dasar Pendidikan)

dalil – dalil atau aksioma – aksioma agama yang tidak dapat kita tolak

kebenarannya. Dikatakan deduktif karena teori pendidikan disusun dari

prinsip – prinsip yang berlaku umum, diterapkan untuk memikirkan

masalah – masalah khusus. Ajaran yang berlaku umum dijadikan sebgai

pangkal untuk memikirkan prinsip – prinsip pendidikan yang khusus.

2. Pendekatan Falsafah

Pendekatan falsafah terhadap pendidikan, ialah suatu pendekatan

untuk menelaah, dan memecahkan masalah – masalah pendidikan dengan

menggunakan prinsip filsafat. Pengetahuan atau teori pendidikan yang di

hasilkan dengan pendekatan falsaf ini, ialah “Filsafat Pendidikan”.

Menurut Henderson : “Filsafat pendidikan adalah filsafat yang

diterapkan untuk menelaah dan memecahkan masalah – masalah

pendidikan”. Cara kerja dan hasil – hasil daripada filsafat dapat

dipergunakan untuk membantu memecahkan masalah dalam hidup dan

kehidupan ini. Masalah – masalah tersebut diantaranya tujuan pendidikan

yang bersumber dari tujuan hidup manusia, dan juga nilai sebagai

pandangan hidup manusia. Apa yang tersimpul dalam konsep istilah yang

berhubungan dengan ilmu pendidikan dapat dijelaskan dalam bentuk

pokok – pokok pikiran beserta bagan skematisnya, sebagai berikut :

11

Page 12: Landasan Pendidikan (Konsep Dasar Pendidikan)

Bagan Skematis Ilmu Pendidikan

Sebagai Ilmu Pengetahuan Normatif

12

Teoritis

2. Nomotetis pend. Sistematis pend. Teoritis asas – asas pend.

Ekologi Hayat Kimia (chemistry) Matematika Fisika psikologi

Praktis

3. Normatif filsafat pendidikan

Estetika Etika Logika Metafisika Paedagogika

4. Positif – applied perbandingan pendidikan

Human ekologi Industri & teknologi Kedokteran Pertanian Psikologi ekologi Psikologi industri Psikologi pendidikan Psikologi sosial

SCIENCEPAEDAGOGIKA

1. Ideografis sejarah pendidikan

Demografi Etnologi Geografi Sejarah sosiografi

Page 13: Landasan Pendidikan (Konsep Dasar Pendidikan)

A. Sebagai ilmu penegtahuan normatif, ilmu pendidikan merumuskan

kaidah – kaidah norma – norma atau ukuran tingkah laku perbuatan

yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia. Atau ilmu pendidikan

bertugas merumuskan peraturan – peraturan tentang tingkah laku

perbuatan makhluk manusia dalam kehidupan dan penghidupannya

B. Sebgai ilmu pengetahuan praktis, tugas pendidikan ialah

menanamkan sistem – sistem norma tingkah laku perbuatan yang

didasarkan kepada dasar – dasar filsafat yang dijunjung oleh

lembaga pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat

C. Ilmu pendidikan erat hubungannya dengan ilmu filsafat dan ilmu

pengetahuan normatif lainnya, yang dalam sejarah perkembangan

merupakan bagian yang tak terpisahkan. Baru pada abad modern ini

memisahkan diri sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, di

samping menyebabkan lahirnya cabang ilmu pengetahuan baru, yaitu

filsafat pendidikan

D. Ilmu pengetahuan yang dapat dimasukkan ke dalam ilmu

pengetahuan normatif meliputi agama, filsafat dengan segala

cabangnya, yaitu metafisika, etika, estetika, dan logika, way of life

social masyarakat, kaidah fundamental Negara maupun tradisi

kepercayaan bangsa

E. Agama , filsafat dengan cabangnya serta istilah yang ekuivalen,

lainnya, menentukan dasar – dasar dan tujuan hidup yang akan

menentukan dasar dan tujuan pendidikan manusia, dan selanjutnya

akan menetukan tingkah laku perbuatan manusia dalam

kehidupannya

F. Dalam perumusan tujuan – tujuan proximate dan ultimate

pendidikan akan ditetapkan hakikat dan sifat hakikat manusia dan

segi – segi pendidikan yang akan dibina dan dikembangkan melalui

proses pendidikan sebagimana yang tercantum atau dirumuskan

dalam sistem pendidikan

G. Sistem pendidikan bertugas merumuskan alat – alat, prasarana,

pelaksanaan, tekni – teknik atau pola – pola proses pendidikan dan

13

Page 14: Landasan Pendidikan (Konsep Dasar Pendidikan)

pengajaran. Dengan apa akan dicapai dan dibina tujuan – tujuan

pendidikan, dan ini meliputi problematika kepemimpinan dan

metode pendidikan, politik pendidikan sampai kepada seni mendidik

H. Isi moral pendidikan atau tujuan perantara adalah berisi perumusan

norma – norma atau nilai spiritual etis yang akan dijadikan sistem

nilai pendidikan dan merupakan konsepsi dasar nilai moral

pendidikan, yang berlaku di segala jenis dan tingkat pendidikan

I. Sewajarnya setiap manusia memiliki filsafat hidup tentang

kehidupan dan penghidupannya. Suatu keharusan agar setiap

pendidik dan guru memiliki dan membina filsafat pendidikan yang

menjadi pedoman dalam pelaksanaan tugas pendidikan dan

pengajarannya, baik di dalam maupun di luar lembaga pendidikan

formal sekolah

J. Filsafat pendidikan sebagai suatu lapangan studi bertugas

merumuskan secara normatif dasar – dasar dan tujuan pendidikan,

hakikat dan sifat hakikat manusia, hakikat dan segi – segi

pendidikan, isi moral pendidikan, sistem pendidikan meliputi politik

pendidikan, kepemimpinan pendidikan dan metodologi

pengajarannya, pola – pola akulturasi dan peranan pendidikan dalam

pembangunan masyarakat

3. Pendekatan Ilmiah

Pendekatan ilmiah terhadap pendidikan, yaitu suatu pendekatan

terhadap pendidikan dengan menggunakan ilmu (science) untuk

mempelajari, memelaah, serta memecahkan masalah – masalah

pendidikan. Cara kerja yang dipergunakan ialah sebagaimana prinsip –

prinsip dan metode kerja ilmu pengetahuan. Henderson mengemukakan,

bahwa science of education ingin menumbangkan pengetahuan yang

diperolehnya melalui eksperimen, melaui analisis, pengukuran,

perhitungan, klasifikasi, dan perbandingan. Science of education

menghasilakan ilmu pendidikan sebagai terapan dari ilmu dasarnya.

Misalnya Psikologi pendidikan, merupakan terapan dari psikologi untuk

menelaah dan memecahkan masalah – masalah pendidikan. Pendekatan

14

Page 15: Landasan Pendidikan (Konsep Dasar Pendidikan)

ilmiah ingin menelaah masalah – masalah pendidikan secara ilmiah

mempelajari proses – proses psikologi, sosiologis, proses sosiokultural,

proses ekologis, Karena akan mempengaruhi dan membentuk

pendidikan. Verifikasi terhadap teori yang dihasilkan oleh ilmu

pengetahuan dilakukan dengan jalan mengujinya dalam praktik atau

pengalaman berdasarkan pengindraan. Fisafat menggunakan hasil – hasil

ilmu penegtahuan. Verifikasi dilakukan filsafat dengan jalan melalui akal

– akal pikiran yang didasarkan kepada semua pengalaman insan,

sehingga demikian filsafat dapat menelaah masalah – masalah yang

mungkin oleh ilmu tidak dapat dicarikan penyelesaiannya. Harold Tilus,

membandingkan antara filsafat dengan ilmu sebagai berikut :

A. Ilmu berhubungan dengan lapangan yang terbatas, filsafat mencoba

berhubungan dengan keseluruhan pengalaman untuk memperoleh

sesuatu pandangan yang lebih komprehensif tentang sesuatu

B. Ilmu melukiskan fakta – fakta dari dunia fenomenal secara

sistematis, sedangkan filsafat merenungkan tentang makna segala

sesuatu dengan menggunakan akal pikiran

C. Ilmu menggunakan pendekatan analitik dan deskriptif, sedangkan

filsafat sistetik atau sinoptik, berhubungan dengan sifat – sifat dan

kualitas alam dan hidup secara keseluruhan

D. Ilmu menghilangkan faktor – faktor pribadi yang subjektif,

sedangkan filsafat tertarik kepada personality nilai – nilai dan semua

pengalaman

E. Ilmu tertarik kepada sesuatu sebagaimana adanya, sedangkan filsafat

tidak hanya tertarik kepada bagian – bagian yang nyata, melainkan

juga kepada kemungkinan – kemungkinan yang ideal dari suatu

benda, nilai serta maknanya

F. Ilmu menelti dan mengontrol proses alam, sedangkan tugas filsafat

mengadakan kritik, menilai, dan mengkoordinasi tujuan

G. Ilmu lebih menekankan deskripsi hukum - hukum fenomena dan

hukum – hukum kansai. Filsafat tertarik dengan hal – hal yang

berhubungan dengan pertanyaan – pertanyaan “why” dan “how”.

15

Page 16: Landasan Pendidikan (Konsep Dasar Pendidikan)

Jadi, pendekatan yang perlu kita lakukan ialah pendekatan

multidisplin secara terpadu. Pendekatan secara falsafah, pendekatan secara

ilmiah, pendekatan secara religi bahkan mungkin pendekatan secara seni, kita

laksanakan secara terpadu, tidak berdiri masing – masing. Antara pendekatan

yang satu dengan yang lain harus memilki hubungan komplementer, saling

melengkapi satu sama lainnya.

2.8 Relevansi Teori Pendidikan

Antara teori dan praktik pendidikan merupakan dua hal yang tidak

dapat dipisahkan, yang memiliki hubungan komplementer, yang saling

mengisi satu sama lainnya. Praktik pendidikan seperti pelaksanaan pendidikan

dalam lingkungan keluarga, pelaksanaan pendidikan di sekolah, pelaksanaan

pendidikan di masyarakat, dapat dijadikan sumber dalam penyusunan suatu

teori pendidikan. Dan suatu teori pendidikan dapat dijadikan sebagai suatu

pedoman dalam melaksanakan praktik pendidikan tersebut. Teori pendidikan

mutlak perlu dipelajar secar akademik, apalagi bagi mereka yang dipersiapkan

untuk menjadi seorang pendidik. Walupun tidak dipersiapkan untuk menjadi

seorang pendidik, minimal seorang akan mendidik anak – anaknya sendiri.

Bagi para mahasiswa yang dipersiapkan untuk menjadi tenaga kependidikan,

suatu keharusan mempelajari teori pendidikan (misalnya, landasan pendidikan,

psikologi pendidikan, metodologi pengajaran, administrasi pendidikan, dan

sebgainya). Karena kalau tidak, mungkin ia akan terjerumus kepada apa yang

dikemukakan oleh Gunning tadi, dimana perbuatan pendidik (guru) tersebut

seperti perbuatan orang yang tidak waras, suatu perbuatan yang tidak

berencana, tidak tentu arah tujuanya. Teori pendidikan perlu/harus kita

pelajari, karena yang akan dihadapi adalah manusia, menyangkut nasib hidup

dan kehidupan manusia, menyangkut harkat martabat manusia, serta hak

asasinya. Perbuatan mendidik bukan perbuatan yang sembrono, melainkan

sutau perbuatan yang harus betul – betul disadarinya, dalam rangka

membimbing anak kepada suatu tujuan yang akan dicapai. Kita perlu

memahami teori pendidikan, karena teori pendidikan akan memberikan

manfaat :

16

Page 17: Landasan Pendidikan (Konsep Dasar Pendidikan)

1. Memberi arah serta tujuan mana yang akan dicapai

2. Untuk memperkecil kesalahan dalam praktik, atas dasar teori pendidikan,

diketahui mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan

3. Berfungsi sebagai tolak ukur, sejauh mana kita telah berhasil

melaksanakan tugas dalam pendidikan itu

Walaupun kita telah memahami berbagai teori pendidikan, kita tidak

boleh menganggap bahwa kita telah memilki resep untuk menjalankan tugas

dalam pendidikan. Hai lini dikemukakan oleh Prof. Sikun Pribadi dalam

buku yang dieditnya Landasan Pendidikan, sebagai berikut :

“Itu sebabnya mengapa suatu upaya pendidikan tidak dapat dan tidak

boleh dikemukakan dalam bentuk resep atau aturan yang tetap untuk

dijalankan. Yang penting bukan resepnya, melainkan kepribadian dan

kreativitas pendidik sendiri. Pendidikan (walaupun harus didukung oleh ilmu

pendidikan atau pendagogic) dalam pelaksanaanya lebih merupakan seni

daripada teori”.

Karena itulah setiap tindakan dalam pendidikan, tidak begitu saja

dengan sendirinya dapat menerapkan teori yang ada. Dalam praktiknya kita

harus memperhatikan anak itu sendiri, tergantung kepada kepribadian

pendidik, situasi dan kondisi lingkungan, tujuan yang akan kita capai.

17

Page 18: Landasan Pendidikan (Konsep Dasar Pendidikan)

BAB III

PENUTUP

3.1 Artikel

Ciri – Ciri Sekolah Yang Melaksanakan Pembelajaran Aktif

Pembelajaran Aktif merupakan sebuah konsep pembelajaran yang

dipandang sesuai dengan tuntutan pembelajaran mutakhir. Oleh karena itu,

setiap sekolah seyogyanya dapat mengimplementasikan dan mengembangkan

pembelajaran aktif ini dengan sebaik mungkin. Dengan merujuk pada gagasan

dari Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas (2010), berikut ini disajikan

sejumlah indikator atau ciri-ciri sekolah yang telah melaksanakan proses

pembelajaran aktif ditinjau dari aspek: (a) ekspektasi sekolah, kreativitas, dan

inovasi; (b) sumber daya manusia; (c) lingkungan, fasilitas, dan sumber

belajar; dan (d) proses belajar-mengajar dan penilaian.

A. Ekspektasi Sekolah, Kreativitas, Dan Inovasi

Prestasi belajar peserta didik lebih ditekankan pada

”menghasilkan” daripada ”memahami”. Sekolah menyelenggarakan ajang

‘kompetisi’ yang mendidik dan sehat. Sekolah ramah lingkungan

(misalnya; ada tanaman atau pohon, bunga, tempat sampah). Lebih baik

lagi jika terdapat produk/karya peserta didik yang mempunyai nilai artistik

dan ekonomis/kapital untuk dijual. Lebih baik jika ada pameran karya

peserta didik dalam kurun waktu tertentu, misalnya sekali dalam satu

tahun. Karya peserta didik lebih dominan daripada pemasangan beragam

atribut sekolah. Kehidupan sekolah terasa lebih ramai, ceria, dan riang.

Sekolah rapi, bersih, dan teratur. Komunitas sekolah santun, disiplin, dan

ramah. Animo masuk ke sekolah itu makin meningkat.

B. Sumber Daya Manusia

Kepala sekolah peduli dan menyediakan waktu untuk menerima

keluhan dan saran dari peserta didik maupun guru. Kepala sekolah terbuka

dalam manajemen, terutama manajemen keuangan kepada guru dan orang

tua/komite sekolah. Guru berperan sebagai fasilitator dalam proses belajar.

18

Page 19: Landasan Pendidikan (Konsep Dasar Pendidikan)

Guru mengenal baik nama-nama peserta didik. Guru terbuka kepada

peserta didik dalam hal penilaian. Sikap guru ramah dan murah senyum

kepada peserta didik, dan tidak ada kekerasan fisik dan verbal kepada

peserta didik. Guru selalu berusaha mencari gagasan baru dalam

mengelola kelas dan mengembangkan kegiatan belajar. Guru menunjukkan

sikap kasih sayang kepada peserta didik. Peserta didik banyak melakukan

observasi di lingkungan sekitar dan terkadang belajar di luar kelas. Peserta

didik berani bertanya kepada guru.

C. Lingkungan, Fasilitas, dan Sumber Belajar

Sumber belajar di lingkungan sekolah dimanfaatkan peserta didik

untuk belajar. Terdapat majalah dinding yang dikelola peserta didik yang

secara berkala diganti dengan karya peserta didik yang baru. Di ruang

kepala sekolah dan guru terdapat pajangan hasil karya peserta didik. Tidak

ada alat peraga praktik yang ditumpuk di ruang kepala sekolah atau ruang

lainnya hingga berdebu. Buku-buku tidak ditumpuk di ruang kepala

sekolah atau di ruang lain. Frekuensi kunjungan peserta didik ke ruang

perpustakaan sekolah untuk membaca/meminjam buku cukup tinggi. Di

setiap kelas ada pajangan hasil karya peserta didik yang baru.

D. Proses Belajar-Mengajar dan Penilaian

Pada taraf tertentu diterapkan pendekatan integrasi dalam kegiatan

belajar antar mata pelajaran yang relevan. Tampak ada kerja sama

antarguru untuk kepentingan proses belajar mengajar. Dalam menilai

kemajuan hasil belajar guru menggunakan beragam cara sesuai dengan

indikator kompetensi. Bila tuntutan indikator melakukan suatu unjuk kerja,

yang dinilai adalah unjuk kerja. Bila tuntutan indikator berkaitan dengan

pemahaman konsep, yang digunakan adalah alat penilaian tertulis. Bila

tuntutan indikator memuat unsur penyelidikan, tugas (proyek) itulah yang

dinilai. Bila tuntutan indikator menghasilkan suatu produk 3 dimensi, baik

proses pembuatan maupun kualitas, yang dinilai adalah proses pembuatan

atau pun produk yang dihasilkan. Tidak ada ulangan umum, karena guru

bersangkutan telah mengenali kondisi peserta didik melalui diagnosis dan

19

Page 20: Landasan Pendidikan (Konsep Dasar Pendidikan)

telah melakukan perbaikan atau pengayaan berdasarkan hasil diagnosis

kondisi peserta didik.

Keterkaitan dengan Psikologi (5W+1H)

What : Ciri – ciri sekolah yang melaksanakan pembelajaran

aktif

Who : Sekolahan yang telah/belum melakukan pembelajaran

aktif

When : Pada saat sekolah dituntut untuk melaksanakan pembelajaran

aktif

Where : Seluruh sekolahan di Indonesia

Why : Karena konsep pembelajaran yang dipandang sesuai dengan

tuntutan pembelajaran mutakhir. (untuk menunjang kegiatan

pembelajaran aktif)

How : Dengan cara mengimplementasikan dan mengembangkan

pembelajaran aktif dengan sebaik mungkin, menjadikan

sekolahan sesuai dengan indikator Pusat Kurikulum

Balitbang Kemendiknas

Umpan Balik Yang Efektif Bagi Siswa

Umpan balik merupakan sebuah proses di kelas yang telah menjadi

daya tarik tersendiri bagi para peneliti praktik pembelajaran sejak tahun 1970-

an hingga sekarang ini. Secara konsisten, para peneliti telah menemukan bukti-

bukti bahwa ketika guru mampu menggunakan prosedur umpan balik yang

efektif ternyata dapat meningkatkan prestasi belajar siswanya. Bahkan, hasil

studi yang dilakukan Bellon, Bellon, dan Blank menunjukkan bahwa

dibandingkan dengan berbagai perilaku mengajar lainnya, pemberian umpan

balik akademik ternyata lebih berkorelasi dengan prestasi belajar siswa.

Dengan tanpa memandang kelas, status sosial ekonomi, ras, atau keadaan

sekolah korelasi ini cenderung konsisten. Ketika umpan balik dan prosedur

korektif digunakan secara tepat ternyata sebagian besar siswa dapat

meningkatkan prestasi belajarnya hingga di atas 20% . Umpan balik yang

efektif merupakan bagian integral dari sebuah dialog instruksional antara guru

20

Page 21: Landasan Pendidikan (Konsep Dasar Pendidikan)

dengan siswa, siswa dengan siswa, maupun siswa dengan dirinya sendiri, dan

bukanlah sebuah praktik yang terpisahkan. Terkait dengan umpan balik yang

efektif ini, Black dan Wiliam mencatat tiga komponen penting yaitu :

1. Recognition of the desired goal.

Umpan balik diberikan sebagai respons atas kinerja siswa. Kinerja

siswa adalah kesanggupan siswa untuk dapat menunjukkan penguasaannya

atas berbagai tujuan pembelajarannya. Salah satu metode yang cukup

efektif untuk memastikan bahwa siswa memahami tujuan pembelajarannya

yaitu dengan cara melibatkan mereka dalam menetapkan “kriteria

keberhasilan” yang bisa dilihat atau didengar. Misalnya, guru dapat

memperlihatkan beberapa contoh produk sebagai tujuan pembelajaran

yang patut ditiru oleh para siswa, menunjukkan kalimat-kalimat yang

benar dengan ditulis menggunakan huruf kapital, kesimpulan yang diambil

dari data, penyajian tabel atau grafik dan sejenisnya.

2. Evidence about present position

Istilah ”bukti” di sini menunjuk kepada informasi atau fakta

tentang kinerja yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran, khusunya

tentang sejauhmana tujuan pembelajaran telah tercapai dan sejauhmana

tujuan pembelajaran itu belum tercapai. Grant Wiggin mengemukakan

bahwa umpan balik bukanlah tentang pemberian pujian atau celaan,

persetujuan atau ketidaksetujuan, tetapi sebagai usaha untuk memberikan

nilai atau makna. Umpan balik pada dasarnya bersifat netral yang

menggambarkan apa yang telah dilakukan dan tidak dilakukan siswa.

Selain itu, bahwa umpan balik juga harus bersifat obyektif, deskriptif dan

disampaikan pada waktu yang tepat yakni pada saat tujuan pembelajaran

masih segar dalam benak siswa.

3. Some understanding of a way to close the gap between the two.

Umpan balik yang efektif yaitu harus dapat memberikan bimbingan

kepada setiap siswa tentang bagaimana melakukan perbaikan. Black dan

Wiliam menegaskan bahwa setiap siswa harus diberi bantuan dan

kesempatan untuk melakukan perbaikan. Guru tidak hanya memberikan

umpan balik yang mencerminkan tentang kinerja yang berkaitan dengan

21

Page 22: Landasan Pendidikan (Konsep Dasar Pendidikan)

tujuan pembelajaran siswanya, tetapi juga harus dapat memberikan strategi

dan tips tentang cara yang lebih efektif untuk mencapai tujuan, serta

kesempatan untuk menerapkan umpan balik yang diterimanya.

Keterkaitan dengan Psikologi (5W+1H)

What : Umpan balik yang efektif bagi siswa

Who : Guru dan siswa

When : Pada saat guru memberikan umpan balik kepada siswa

Where : Di sekolah

Why : Karena umpan balik dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa

How : Dengan cara melaksanakan tiga komponen yang dicatat oleh

Black dan Wiliam

Motivasi Dalam Belajar

Motivasi memegang peranan yang amat penting dalam belajar,

Maslow (1945) dengan teori kebutuhannya, menggambarkan hubungan

hirarkhis dan berbagai kebutuhan, di ranah kebutuhan pertama merupakan

dasar untuk timbul kebutuhan berikutnya. Jika kebutuhan pertama telah

terpuaskan, barulah manusia mulai ada keinginan untuk memuaskan kebutuhan

yang selanjutnya. Pada kondisi tertentu akan timbul kebutuhan yang tumpang

tindih, contohnya adalah orang ingin makan bukan karena lapar tetapi karena

ada kebutuhan lain yang mendorongnya. Jika suatu kebutuhan telah terpenuhi

atau perpuaskan, itu tidak berarti bahwa kebutuhan tesebut tidak akan muncul

lagi untuk selamanya, tetapi kepuasan itu hanya untuk sementara waktu saja.

Manusia yang dikuasai oleh kebutuhan yang tidak terpuaskan akan termotivasi

untuk melakukan kegiatan guna memuaskan kebutuhan tersebut (Maslow,

1954).

Mengutip pendapat Mc. Donald (Tabrani, 1992: 100), “motivation is

energy change within the person characterized by affective arousal and

anticipatory goal reaction.” Motivasi adalah sesuatu perubahan energi di dalam

pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk

22

Page 23: Landasan Pendidikan (Konsep Dasar Pendidikan)

mencapai tujuan. Dari perumusan yang dikemukakan Mc. Donald ini

mengandung tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu: 1) motivasi dimulai dari

adanya perubahan energi dalam pribadi, 2) motivasi ditandai dengan timbulnya

perasaan (affective arousal), 3) motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk

mencapai tujuan.

Motivasi itu sangat berguna bagi tindakan atau perbuatan seseorang.

Penjelasan mengenai fungsi-fungsi motivasi adalah:

1. Mendorong manusia untuk bertindak/berbuat. Motivasi berfungsi sebagai

pengerak atau motor yang memberikan energi/kekuatan kepada seseorang

untuk melakukan sesuatu.

2. Menentukan arah perbuatan. Yakni ke arah perwujudan tujuan atau cita-

cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh

untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan itu, makin jelas pula jalan yang

harus ditempuh.

3. Menyeleksi perbuatan. Artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana

yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan

menyampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan. (Ngalim

Purwanto, 2002: 71)

Jenis-jenis motivasi :

1. Motivasi intrinsik, yang timbul dari dalam diri individu, misalnya

keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu, memperolah informasi

dan pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi

kehidupan, keinginan diterima oleh orang lain.

2. Motivasi ekstrinsik, yang timbul akibat adanya pengaruh dari luar

individu. Seperti hadiah, pujian, ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang

lain sehingga dengan keadaan demikian orang mau melakukan sesuatu.

(Tabrani, 1992: 120)

Beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan

motivasi belajar siswa, sebagai berikut:

1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik. Pada permulaan belajar

mengajar hendaknya seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan

Instruksional Khusus (TIK) yang akan dicapai siswa.

23

Page 24: Landasan Pendidikan (Konsep Dasar Pendidikan)

2. Hadiah. Berikan hadian untuk siswa-siwa yang berprestasi. Hal ini akan

sangat memacu siswa untuk lebih giat dalam berprestasi, dan bagi siswa

yang belum berprestasi akan termotivasi untuk mengejar atau bahkan

mengungguli siswa yang telah berprestasi.

3. Saingan/kompetisi. Guru berusaha mengadakan persaingan di antara

siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki

hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.

4. Pujian. Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan

penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun. Bisa

dimulai dari hal yang paling kecil seperti, “beri tepuk tangan bagi si

Budi…”, “kerja yang bagus…”, “wah itu kamu bisa…”.

5. Hukuman. Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat

proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar

siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi

belajarnya.

6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar dan membantu

kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok.

Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta

didik, khususnya bagi mereka yang secara prestasi tertinggal oleh siswa

lainnya.

7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik. Ajarkan kepada siswa cara

belajar yang baik, entah itu ketika siswa belajar sendiri maupun secara

kelompok

8. Menggunakan metode yang bervariasi. Seperti Cooperative Learning,

Contectual Teaching & Learning (CTL), Quantum Teaching, PAKEM,

mapun yang lainnya.

9. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Baik itu media visual maupun audio visual.

24

Page 25: Landasan Pendidikan (Konsep Dasar Pendidikan)

Keterkaitan dengan Psikologi (5W+1H)

What : Motivasi dalam belajar

Who : Guru dan siswa

When : Saat proses belajar

Where : Di sekolah

Why : Karena motivasi berguna untuk pengerak atau motor yang

memberikan energi/kekuatan kepada seseorang untuk

melakukan sesuatu

How : Dengan cara melaksanakan strategi untuk menumbuhkan

motivasi

25

Page 26: Landasan Pendidikan (Konsep Dasar Pendidikan)

3.2 Kesimpulan

Pendidikan diartikan sebagai suatu bimbingan yang diberikan oleh

orang dewasa, kepada anak untuk mencapai kedewasaanya. Tujuan

pendidikan merupakan suatu gambaran dari falsafah atau pandangan hidup

manusia, baik secara perorangan maupun kelompok. Dalam menentukan

suatu tujuan. Dalam ilmu pendidikan terdapat tiga pendekatan untuk

mempelajarinya diantaranya pendekatan religius, pendekatan filsafat, dan

pendekatan ilmu. namun pendekatan yang paling tepat dilakukan adalah

pendekatan multidisplin secara terpadu. Pendekatan secara falsafah,

pendekatan secara ilmiah, pendekatan secara religi bahkan mungkin

pendekatan secara seni, kita laksanakan secara terpadu, tidak berdiri masing –

masing. Antara pendekatan yang satu dengan yang lain harus memilki

hubungan komplementer, saling melengkapi satu sama lainnya. Walaupun

kita telah memahami berbagai teori pendidikan, kita tidak boleh menganggap

bahwa kita telah memilki resep untuk menjalankan tugas dalam pendidikan.

Karena itulah setiap tindakan dalam pendidikan, tidak begitu saja dengan

sendirinya dapat menerapkan teori yang ada. Dalam praktiknya kita harus

memperhatikan anak itu sendiri, tergantung kepada kepribadian pendidik,

situasi dan kondisi lingkungan, tujuan yang akan kita capai.

26

Page 27: Landasan Pendidikan (Konsep Dasar Pendidikan)

DAFTAR PUSTAKA

Roesminingsih, MV. Prof. Dr. dan Drs. Lamijan Hadi Susarno, 2012, Teori dan

Praktek Pendidikan, Surabaya: Unesa University Press.

Goleman, Daniel, 2004, Emitional Intelligence Kecerdasan Emosional Mengapa

EQ Lebih Penting Daripada IQ, Jakata: PT Gramedia Pustaka Utama.

Ngalim Purwanto, 2002, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Tabrani Rusyan, 2001, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

http://nadhirin.blogspot.com/

27