ardialmathor.files.wordpress.com file · web viewbagaimana karakteristik landasan filosfofis...

48
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Landasan filosofi pendidikan adalah seperangkat asumsi tentang pendidikan yang diedukasi dari filsafat umum yang dianut seseorang. Landasan pendidikan berfungsi sebagai titik tolak praktek pendidikan, sebab landasan filosofis pendidikan yang dianut akan turut menentukan praktek pendidikannya. Didalam khasanah teori pendidikan terdapat berbagai aliran filsafat pendidikan namun kita memiliki filsafat pendidikan nasional tersendiri yaitu Pancasila. Di samping akar budaya dan historis bangsa Indonesia, maka filosofis pendidikan nasional memperhatikan pula kehidupan bangsa-bangsa lain di dunia, sehingga pendidikan di Indonesia pun dapat dimengerti, dipahami dan memiliki kualitas yang sejajar dengan bangsa-bangsa lain. Hasil dari pendidikan kita diharapkan dapat diterima dan dikembangkan menjadi warga dunia dan menjadi manusia yang dapat diterima dengan baik. Demikian, nilai-nilai moral yang terkandung dalam pendidikan nasional, yaitu nilai moral Pancasila, sehingga dapat berinteraksi dengan nilai 1

Upload: hamien

Post on 31-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ardialmathor.files.wordpress.com file · Web viewBagaimana karakteristik landasan filosfofis pendidikan? Apakah landasan filosofis pendidikan memiliki kegunaan? Landasan apa saja

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Landasan filosofi pendidikan adalah seperangkat asumsi tentang

pendidikan yang diedukasi dari filsafat umum yang dianut seseorang.

Landasan pendidikan berfungsi sebagai titik tolak praktek pendidikan, sebab

landasan filosofis pendidikan yang dianut akan turut menentukan praktek

pendidikannya. Didalam khasanah teori pendidikan terdapat berbagai aliran

filsafat pendidikan namun kita memiliki filsafat pendidikan nasional tersendiri

yaitu Pancasila.

Di samping akar budaya dan historis bangsa Indonesia, maka filosofis

pendidikan nasional memperhatikan pula kehidupan bangsa-bangsa lain di

dunia, sehingga pendidikan di Indonesia pun dapat dimengerti, dipahami dan

memiliki kualitas yang sejajar dengan bangsa-bangsa lain. Hasil dari

pendidikan kita diharapkan dapat diterima dan dikembangkan menjadi warga

dunia dan menjadi manusia yang dapat diterima dengan baik.

Demikian, nilai-nilai moral yang terkandung dalam pendidikan

nasional, yaitu nilai moral Pancasila, sehingga dapat berinteraksi dengan nilai

moral yang berlaku universal di seluruh penjuru dunia. Sepanjang tidak

bertentangan dengan nilai-nilai pancasila kita dapat mengambil hikmah dari

berbagai filsafat lain, dalam rangka memperkokoh filosofis pendidikan kita.

Dengan demikian diharapkan tidak terjadi kesalahan konsep tentang

pendidikan yang akan berimplikasi terhadap kesalahan dalam praktek

pendidikan.

Dengan keadaan landasan filosofis yang berlaku di indonesia yakni

pancasila kita sebagai warga negara indonesia yang baik harus mampu

mengerti dan memahani filsafat pendidikan nasional, Apalagi dengan keadaan

sekarang ini yakni Globalisasi, masyarakat harus benar-benar mengerti filosofi

pendidikan di Indonesia.Jangan sampai tercampur aduk dengan landasan

filosofi yang lain, maka dari itu kelompok kami mengkaji landasan filosofi

1

Page 2: ardialmathor.files.wordpress.com file · Web viewBagaimana karakteristik landasan filosfofis pendidikan? Apakah landasan filosofis pendidikan memiliki kegunaan? Landasan apa saja

pendidikan khususunya landasan filosofis pendidikan idealisme, realisme,

pragmatisme, scholastisisme, konstruktivisme dan pendidikan nasional

(pancasila).

B. Rumusan Makalah

Berdasarkan latar belakang di atas, berikut rumusan masalahnya:

1. Apa itu pengertian landasan filosofi pendidikan?

2. Bagaimana karakteristik landasan filosfofis pendidikan?

3. Apakah landasan filosofis pendidikan memiliki kegunaan?

4. Landasan apa saja yang mencakup dalam dunia pendidikan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian landasanfilosofis pendidikan.

2. Untuk mengetahui karakteristik pada landasan filosofis pendidikan.

3. Untuk mengetahui fungsi landasan filosofis pendidikan

4. Untuk mengathui macam-macam landasan filosofis pendidikan

D. Manfaat

1. Dapat mengerti dan memahami pengertian dari landasan filsofi

pendidikan.

2. Dapat mengerti dan memahami karakteristik pada landasan filosofis

pendidikan.

3. Dapat mengerti dan memahami fungsi landasan filosofis pendidikan.

4. Dapat mengerti dan memahami macam-macam landasan filosofis

pendidikan.

.

2

Page 3: ardialmathor.files.wordpress.com file · Web viewBagaimana karakteristik landasan filosfofis pendidikan? Apakah landasan filosofis pendidikan memiliki kegunaan? Landasan apa saja

BAB II

PEMBAHASAN

LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN

1. Pengertian

Landasan atau fondasi adalah suatu alas atau dasar pijakan dari

suatu hal, suatu titik tumpu atau titik titik tolak dari sesuatu hal atau suatu

fondasi tempat berdirinya sesuatu hal.

Landasan berdasarkan sifat wujudnya, yaitu landasan bersifat

material dan landasan bersifat konseptual. Landasan material adalah

landasan yang berbentuk. Sedangkan landasan konseptual adalah landasan

yang bersifat abstrak yang identik dengan asumsi, gagasan yang dianggap

benar.

Kata filsafat atau falsafat, berasal dari bahasa Yunani. Kalimat ini

berasal dari kata Philosophia yang berarti cinta pengetahuan. Terdiri dari

kata philos yang berarti cinta, senang, suka, dan kata sophia berarti

pengetahuan, hikmah, dan kebijaksanaan ( Ali, 1986:7).

Hasan Shadily (1984:9) mengatakan bahwa filsafat menurut asal

katanya adalah cinta akan kebenaran. Dengan demikian dapat ditarik suatu

pengertian bahwa filsafat adalah cinta kepada ilmu pengetahuan atau

kebenaran, suka kepada hikmah dan kebijaksanaan. Jadi orang yang

berfilsafat adalah orang yang mencintai kebenaran, berilmu pengetahuan,

ahli hikmah dan bijaksana.

Sedangkan pengertian pendidikan sudah termaktub dalam UU No. 20

Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, yakni:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara.

3

Page 4: ardialmathor.files.wordpress.com file · Web viewBagaimana karakteristik landasan filosfofis pendidikan? Apakah landasan filosofis pendidikan memiliki kegunaan? Landasan apa saja

Jadi, Landasan filosofi pendidikan adalah asumsi-asumsi yang

bersumber dari filsafat yang menjadi titik tolak dalam pendidikan. Ada

berbagai aliran filsafat, antara lain: Idealisme, Realisme, Pragmatisme,

Pancasila, dan lain sebagainya. Landasan filosofis pendidikan tidaklah

satu, melainkan beragam.

2. Karakteristik Landasan Filosofis Pendidikan

Berisi tentang gagasan-gagasan atau konsep-konsep yang bersifat

normative atau perspektif. Dikatakan normative atau perspektif sebab

landasan filosofis pendidikan tidak berisi tentang konsep-konseo tentang

pendidikan apa adanya, melainkan berisi tentang konsep pendidikan yang

seharusnya atau yang dicita-citakan.

3. Fungsi Landasan Filosofis Pendidikan

Suatu gedung dapat berdiri tegak dan kuat apabila dinding-dindingnya,

atapnya, dsb. Didirikan dengan bertumpu pada suatu landasan (pondasi)

yang kokoh. Apabila landasanya tidak kokoh, apalagi jika gedung itu

didirikan dengan tidak bertumpu pada pondasi atau landasan yang

semestinya, maka gedung tersebut tidak akan kuat untuk dapat berdiri

tegak. Mungkin gedung itu miring dan retak-retak, sehingga akhirnya

runtuh dan berantakan. Demikian pula pendidikan, pendidikan yang

diselenggarakan dengan suatu landasan yang kokoh, maka prakteknya

akan mantap, benar dan baik, relatif tidak akan terjadi kesalahan-kesalahan

yang dapat merugikan, sehingga praktek pendidikan menjadi efisien,

efektif dan relevan dengan kebutuhan individu, masyarakat dan

pembangunan.

Contoh : Dalam praktek pendidikan, para guru antara lain dituntut

agar melaksanakan peranan sesuai semboyan “tut wuri handayani". Untuk

itu, para guru idealnya memahami dan meyakini asumsi-asumsi dan

semboyan tersebut. Sebab jika tidak, sekalipun tampaknya guru tertentu

terbuat “seperti” melaksanakan peranan sesuai semboyan tut wuri

handayani bagi para siswanya. Bahkan kemungkinan perbuatan guru

tersebut akan lebih sering bertentangan dengan semboyan tersebut.

4

Page 5: ardialmathor.files.wordpress.com file · Web viewBagaimana karakteristik landasan filosfofis pendidikan? Apakah landasan filosofis pendidikan memiliki kegunaan? Landasan apa saja

Misalnya : guru kurang menghargai bakat masing-masing siswanya;

semua siswa dipandang sama, tidak memiliki perbedaan individual; guru

lebih sering mengatur apa yang harus diperbuat siswa dalam rangka

belajar, guru tidak menghargai kebebasan siswa; dll. Guru berperan

sebagai penentu perkembangan pribadi siswa, guru berperan sebagai

pembentuk prestasi siswa, guru berperan sebagai pembentuk untuk

menjadi siapa para siswanya dikemudian hari. Dalam contoh ini,

semboyan tinggal hanya sebagai semboyan. Sekalipun guru hafal betul

semboyan tersebut, tetapi jika asumsi-asumsinya tidak dipahami dan tidak

diyakini, maka perbuatan dalam praktek pendidikanya tetap tidak bertitik

tolak pada semboyan tadi, tidak mantap, terjadi kesalahan, sehingga tidak

efisien dan tidak efektif.

Sebaliknya, jika guru memahami dan meyakini asumsi-asumsi dari

semboyan tut wuri handayani (yaitu: kodrat alam dan kebebasan siswa),

maka ia akan dengan sadar dan mantap melaksanakan peranannya. Dalam

hal ini ia akan relatif tidak melakukan kesalahan. Misalnya: guru akan

menghargai dan mempertimbangkan bakat setiap siswa dalam rangka

belajar, sekalipun para siswa memiliki kesamaan, tetapi guru juga

menghargai individualitas setiap siswa. Guru akan memberikan kesempatan

kepada para siswa untuk mengatur diri mereka sendiri dalam rangka belajar,

guru menghargai kebebasan siswa. Guru membimbing para siswa dalam

rangka belajar sesuai dengan kecepatan dan kapasitas belajarnya masing-

masing. Pendek kata, dengan bertitik tolak pada asumsi kodrat alam dan

kebebasan yang dimiliki setiap siswa, maka perbuatan guru dalam praktek

atau kecepatan dalam kapasitas belajar masing-masing siswa; bukan untuk

membentuk siswa agar menjadi siapa mereka nantinya sesuai kehendak guru

belaka; melainkan membimbing para siswa dalam belajar sehingga

mencapai prestasi optimal sesuai dengan bakat, minat, kecepatan dan

kapasitas belajarnya masing-masing; memberikan kesempatan/kebebasan

kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan kodrat alamnya

masing-masing melalui interaksi dengan lingkungannya, dan berdasarkan

5

Page 6: ardialmathor.files.wordpress.com file · Web viewBagaimana karakteristik landasan filosfofis pendidikan? Apakah landasan filosofis pendidikan memiliki kegunaan? Landasan apa saja

sistem nilai tertentu demi terwujudnya tertib hidupnya sendiri dan tertibnya

hidup bersama. Guru hanya akan “mengatur” atau mengarahkan siswa

ketika siswa melakukan kesalahan atau salah arah dalam rangka belajarnya.

Berdasarkan uraian di atas, jelas kiranya bahwa asumsi atau landasan

pendidikan akan berfungsi sebagai titik tolak atau tumpuan bagi para guru

dalam melaksanakan praktek pendidikan.

4. Macam-macam Landasan Filosofis Pendidikan

a. Landasan filosofis pendidikan idealisme

Metafisika :Hakekat realitas,Dalam semesta terdapatberbagai hal.

Segala hal yang ada di alam semesta disebut realitas (reality). Parafilsuf

idealisme mengklaim bahwa hakekat realitas bersifat spiritual daripada

fisik, bersifat mental daripada bersifat material segala sesuatu dan kita

(manusia) merupakan bagian kecil dari pikiran atau roh tak terbatas

(Callahan and Clark, 1983)

Hakikat manusia. Sejalan dengan gagasan tersebut, para filosuf

idealisme menganggap bahwa manusia hakikatnya bersifat spiritual atau

kejiwaan. Pribadi manusia digambarkan dengan kemampuan kejiwaannya,

seperti: kemampuan berpikir, kemampuan memilih, dsb. Manusia hidup

dalam dunia dengan suatu aturan moral yang jelas, yang diturunkan

dariYang Absolut. Karena manusia merupakan bagian dari alam semesta

yang bertujuan, maka manusia merupakan makhluk yang cerdas dan

bertujuan. Selain itu, karena “pikiran manusia diberkahi kemampuan

rasional, maka ia mempunyai kemampuan untuk menentukan pilihan, ia

adalah makhluk yang bebas”. (Edward J. Power, 1982).

Hakikat manusia bersifat spiritual atau kejiwaan. Mengartikan

bahwa manusia memiliki bakat kemampuan masing-masing yang

mengimplikasikan status atau kedudukan dan peranannya di dalam

masyarakat/negara.Contoh dari teori Plato tentang 3 bagian jiwa (Plato’s

tripartite theory of the soul) bahwa setiap manusia memiliki 3 bagian jiwa

yaitu: nous (akal, pikiran) merupakan bagian dari rasional, thumos

(semangat atau keberanian) dan epithumia (keinginan, kebutuhan atau

6

Page 7: ardialmathor.files.wordpress.com file · Web viewBagaimana karakteristik landasan filosfofis pendidikan? Apakah landasan filosofis pendidikan memiliki kegunaan? Landasan apa saja

nafsu). Pada setiap orang ketiga bagian jiwa tersebut akan muncul salah

satunya yang dominan. Pertama, ada orang yang dominan bakat

kemampuan berpikirnya. Kedua, ada yang dominan keberaniannya dan

ketiga ada yang dominan keinginannya/nafsunya.

Atas dasar di atas Plato mengklasifikasi manusia di dalam negara

berdasarkan bakat kemampuannya tersebut. Pertama, kelas conselors

(kelas penasihat/pembimbing/pemimpin), yaitu para cendekiawan atau

para filsuf. Kedua, kelas the state-asisstants/guardians (kelas

pembantu/penjaga) yaitu kelompok militer dan ketiga, kelas money makers

(kelas karya/penghasil) yaitu para petani, pengusaha, industrialis, dsb.

Apabila seseorang dari kelas tertentu, misalnya: dari kelas karya-

ternyata memiliki bakat dalam kelas penjaga atau pembimbing, maka ia

harus segera pindah ke kelas sesuai dengan bakat bakatnya itu, demikian

pula sebaliknya. Selain itu, Plato menghubungkan ketiga bagian jiwa

manusia dengan keempat kebijakan pokok (cardinal virtues) sebagai

moralitas jiwa (soul’s morality yaitu: kebijaksanaan/kearifan ,

keperkasaan, pengendalian diri dan keadilan. Pikiran/akal dihubungkan

dengan kebijaksanaan/kearifan yang harus menjadi moralitas jiwa kelas

counselor/pembimbing/pemimpin; keberanian dihubungkan dengan

keperkasaan yang harus menjadi moralitas jiwa kelas militer/penjaga

(guardians), nafsu dihubungkan dengan pengendalian diri yang harus

menjadi moralitas jiwa kelas karya/penghasil. Adapun keadilan harus

harus menjadi moralitas jiwa semua orang dari kelas manapun agar

keselarasan dan keseimbangan tetap terpelihara dengan baik.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa manusia

bukanlah badanya, melainkan jiwa/spiritnya, manusia adalah makhluk

berpikir, mampu memilih/bebas, hidup dengan suatu aturan moral yang

jelas dan bertujuan. Tugas dan tujuan hidup manusia adalah hidup sesuai

bakatnya serta nilai dan norma moral yang diturunkan oleh Yang Absolut.

Epistemologi: Hakikat Pengetahuan. Proses mengetahui terjadi

dalam pikiran, manusia memperoleh pengetahuan melalui berpikir.

7

Page 8: ardialmathor.files.wordpress.com file · Web viewBagaimana karakteristik landasan filosfofis pendidikan? Apakah landasan filosofis pendidikan memiliki kegunaan? Landasan apa saja

Disamping itu, manusia dapat pula memperoleh pengetahuan melalui

berpikir. Di samping itu, manusia dapat pula memperoleh pengetahuan

melalui intuisi. Beberapa filsuf idealisme percaya bahwa pengetahuan

diperoleh dengan cara mengingat kembali (semua pengetahuan adalah

sesuatu yang diingat kembali). Plato menyimpulkan berdasrkan asumsi

bahwa spirit/jiwa manusia bersifat abadi, yang mana pengetahuan sudah

ada di dalam spirit/jiwa sejak manusia dilahirkan.

Aksiologi:Hakikat Nilai. Para filsuf idelisme sepakat bahwa nilai-

nilai bersifat abadi. Menurut penganut Idelisme Theistik nilai-nilai abadi

berada pada Tuhan. Baik dan jahat, indah dan jelek diketahui setingkat

dengan ide baik dan ide indah konsisten dengan baik dan indah yang

adsolut dalam Tuhan. Penganut Idealisme Pantheistik mengidentikan

Tuhan dengan alam. Nilai- nilai adalah absolut dan tidak berubah (abadi),

sebab nilai-nilai merupakan bagian dari aturan-aturan yang sudah

ditentukan alam (Callahan and Clark, 1983). Sebab itu dapat disimpulkan

bahwa manusia diperintah oleh nilai-nilai moral imperatif dan abadi yang

bersumber dari Realitas Yang Absolut.

1) Implikasi terhadap Pendidikan

Konsep filsafat umum Idealisme (hakikat: realitas, manusia,

pengetahuan, dan nilai). Tujuan Pendidikan, adalah untuk membantu

perkembangan pikiran dan diri pribadi (self) siswa. Sebab itu, sekolah

hendaknya menekankan aktivitas-aktivitas intelektual, pertimbangan-

pertimbangan moral, estetis, realisasi diri, kebebasan, tanggungjawab,

dan pengendalian diri demi mencapai perkembangan pikiran dan diri

pribadi (Callahan and Clark, 1983). Singkatnya, “pendidikan bertujuan

untuk membantu pengembangan karakter serta mengembangkan bakat

manusia dan kebijakan sosial” (Edward J. Power, 1982).

Dengan demikian maka pendidikan yang diberikan kepada setiap

orang harus sesuai dengan bakatnya masing-masing sehingga

kedudukan, jabatan, fungsi dan tanggungjawab setiap orang di dalam

masyarakat/negara menjadi teratur sesuai asas “the right man on the

8

Page 9: ardialmathor.files.wordpress.com file · Web viewBagaimana karakteristik landasan filosfofis pendidikan? Apakah landasan filosofis pendidikan memiliki kegunaan? Landasan apa saja

right place”, dan lebih jauh dari itu agar manusia hidup sesuai nilai dan

norma yang diturunkan dari Yang Absolut.

Kurikulum Pendidikan Idealisme berisi Pendidikan liberal dan

pendidikan vokasional/praktis. Pendidikan liberal dimaksudkan untuk

pengembangan kemampuan-kemampuan rasional dan moral.

Sedangkan pendidikan vokasional pengembangan kemampuan suatu

kehidupan/pekerjaan. Kurikulumnya diorganisasi berdasarkan mata

pelajaran dan berpusat pada materi pelajaran (subject matter centered).

Karena masyarakat dan Yang Absolut mempunyai peranan

menentukan bagaimana individu hidup, maka isi kurikulum harus

merupakan nilai-nilai kebudayaan yang esensial dalam segala zaman.

Dengan demikian Callahan dan Clark (1983) menyatakan bahwa

orientasi pendidikan Idealisme adalah Essensialisme.

Metode Pendidikan. Metode mengajar hendaknya mendorong

siswa memperluas cakrawala, mendorong berpikir reflektif,

mendorong pilihan-pilihan moral pribadi, memberikan keterampilan

berpikir logis dan kesempatan menggunakan pengetahuan untuk

masalah moral dan sosial, meningkatkan minat terhadap isi mata

pelajaran, serta mendorong siswa untuk menerima nilai peradaban

manusia (Callahan and Clark, 1983).

Peranan Guru dan Siswa, tidak ada satu unsur pun yang lebih

penting di dalam sistem sekolah selain guru. Guru harus unggul dalam

pengetahuan dan memahami kebutuhan-kebutuhan serta kemampuan-

kemampuan para siswa dan harus mendemonstrasikan keunggulan

moral dalam keyakinan dan tingkah lakunya. Guru juga melatih

bepikir kreatif dalam mengembangkan kesempatan bagi pikiran siswa

untuk menemukan, menganalisis, memadukan, mensintesa dan

menciptakan aplikasi-aplikasi pengetahuan untuk hidup dan berbuat

(Callahan and Clark, 1983). Karena itu guru hendaknya bekerjasama

dengan alam dalam proses mengembangkan manusia,

bertanggungjawab menciptakan lingkungan pendidikan bagi para

9

Page 10: ardialmathor.files.wordpress.com file · Web viewBagaimana karakteristik landasan filosfofis pendidikan? Apakah landasan filosofis pendidikan memiliki kegunaan? Landasan apa saja

siswa. Adapun siswa berperan bebas mengembangkan kepribadian dan

bakat-bakatnya (Edward J. Power, 1982)

b. Landasan Filosofis Pendidikan Realisme (Realisme Objektif)

1) Konsep filsafat umuM

Metafisika.Hakikat Realitas. Menurut para filsuf Realisme bahwa

dunia terbuat dari sesuatu yang nyata, substansial dan material yang

hadir dengan sendirinya. Dalam alam terdapat hukum alam yang

menentukan keteraturan dan keberadaan setiap yang hadir dengan

sendirinya dari alam itu sendiri (Callahan and Clark, 1983).

Realitas hakikatnya bersifat objektif, artinya realitas berdiri sendiri,

tidak tergantung atau tidak bersandar kepada pikiran/jiwa/spirit/roh.

Tetapi tetap mengakui keterbukaan raelitas terhadap pikiran untuk dapat

mengetahuinya. Hanya saja realitas atau dunia itu bukan atau berbeda

dengan pikiran/keinginan manusia.

Hakikat manusia. Hakikat manusia didefinisikan sesuai dengan

apa yang dapat dikerjakannya. Pikiran (jiwa) merupakan suatu

organisme yang sangat rumit yang mampu berpikir. Meskipun manusia

mampu berpikir ia bisa bebas atau tidak bebas (Edward J. Power, 1982.

Epistemologi;Hakikat Pengetahuan. Ketika lahir, jiwa atau pikiran

manusia adalah kosong. Saat dilahirkan manusia tidak membawa

pengetahuan atau ide-ide bawaan, John Locke mengibaratkan

pikiran/jiwa manusia sebagai tabula rasa (meja lilin/kertas putih yang

belum ditulisi). Manusia dapat menggunakan pengetahuannya dalam

berpikir untuk menemukan objek-objek serta hubungan-hubungannya

yang tidak ia persepsi (Callahan and Clark, 1983).

Mengingat realitas bersifat objektif, maka terdapat dualisme antara

orang yang mengetahui dengan realitas yang diketahui. Implikasinya,

para filsuf Realisme menganut prinsip indenpendensi yang menyatakan

bahwa pengetahuan manusia tentang relaitas tidak dapat mengubah

substansi atau esensi realitas. Karena realitas bersifat material dan nyata,

10

Page 11: ardialmathor.files.wordpress.com file · Web viewBagaimana karakteristik landasan filosfofis pendidikan? Apakah landasan filosofis pendidikan memiliki kegunaan? Landasan apa saja

maka kebenaran pengetahuan diuji dalam kesesuaiannya dengan fakta

di dalam dunia material atau pengalaman.

Aksiologi; Hakikat Nilai. Manusia adalah bagian dari alam, ia pun

harus tunduk kepada hukum-hukum alam, demikian pula

masyarakat.sebagaimana yangdikemukaan oleh Edward J. Power (1982)

bahwa “Tingkah laku manusia diatur oleh hukum alam dan pada tingkat

yang lebih rendah diuji melalui konvensi atau kebiasaan dan adat

istiadat di dalam masyarakat.”

2) Implikasi terhadap pendidikan

Tujuan pendidikan. Pendidikan pada dasarnya bertujuan agar siswa

dapat bertahan hidup di dunia yang besifat alamiah, memperoleh

keamanan dan hidup bahagia.Kurikulum pendidikan. Kurikulum

sebaiknya meliputi sains/ipa dan matematika, ilmu-ilmu kemanusiaaan

dan ilmu-ilmu sosial dan lain sebagainya.

Sains dan matematika sangat penting,diprtimbangkan sebagai

lingkupyang sangat pentimg dalam belajar. Sebab pengetahuan tentang

alam memungkinkan umat manusia dapat menyesueikan diri dan

berkembang dalam lingkungannya.

Ilmu kemanusiaan tidak sepenting sains dan matematika namun

ilmu kemanusiaan tidak bisa diabaikan. Sebab ilmu tersebut diperlukan

setiap individu untuk menyesueikan diri dengan lingkungan sosilnya.

Metode Pendidikan. Metode yang disarankan para filosuf Realisme

bersifat Otoriter. Guru mewajibkan para siswauntukdapat menghafal,

menjelaskan, membandingkan fakta-fakta, menginterprestasi hubungan-

hubungan dan mengambil kesimpulan berbagai makna baru. Evalusi

merupakan aspek terpenting dalam mengajar. Guru harus menggunakan

metode objektif. Dengan mengevaluai dan memberikan jenis-jenis tes

yang memungkinkan dapat mengukur secara tepat.

Peranan Guru dan Siswa. Guru mengelola kelas dalam belajar

mengajar, penentu materi dan membuat mata pelajaransebagai

sesuatuyang konkret yang dialami siswa. Orientasi pendidikan Realisme

11

Page 12: ardialmathor.files.wordpress.com file · Web viewBagaimana karakteristik landasan filosfofis pendidikan? Apakah landasan filosofis pendidikan memiliki kegunaan? Landasan apa saja

memiliki kesamaan dengan orientasi pendidikan Idealisme, yaitu

Essensialisme. Keduanya menekankan memberikan pengetahuan dan

nilai-nilai esensial bagi para siswa. Perbedannya pada konsep filsafat

umum meliputi realitas, manusia, pengetahuan, dan lain sebagainya.

c. Landasan Filosofis Pendidikan Pragmatisme

1) Konsep Filsafat Umum

Metafisika :Hakikat Realitas Pragmatisme dikenal pula dengan

sebutan Eksperimentalisme dan Instrumentalisme. Menurut penganut

aliran ini hakikat realitas adalah sesuatu yang dialami manusia

(pengalaman), bersifat plural (pluralistic), dan terus menerus berubah.

Mereka beragumentasi bahwa realitas adalah sebagaimana dialami melalui

pengalaman setiap individu (Callahan and Clark, 1983). Hal ini

sebagaimana dikemukakan Wiliam James bahwa:”Dunia nyata adalah

dunia pengalaman menurut” (S.E Frost Jr., 1957). Mengingat realitas ini

berubah, maka realitas tak pernahselesai. Sebab itu, tujuan akhir realitas

pun berada bersama perubahan tersebut. Jadi menurut penganut

Pragmatisme,” hanya realitas fisik yang ada, teori umum tentang realitas

tidak mungkinkah dan tidak diperlukan” (Edward J. Power. 1982).

Hakikat Manusia. Kepribadian/manusia tidak terpisah dari realitas

pada umumnya, sebab manusia adalah bagian daripadanya dan terus

menerus bersamanya. Karena realitas terus berubah, manusiapun

merupakan bagian dari perubahan tersebut. Beradanya manusia di dunia

adalah suatu kreasi dari suatu proses yang bersifat evolusi (S.E.Frost

Jr.,1957 ). “ Manusia laki-laki dan perempuan adalah hasil evolusi

biologis, psikologis, dan social” (Edward J. Power, 1982). Sejalan dengan

perubahan yang terus-menerus terjadi tentunya akan muncul berbagai

permasalahan dalam kehidupan pribadi dan masyarakat. Sebab itu,

manusia yang ideal adalah manusia yang mampu memecahkam masalah

baru baik dalam kehidupan pribadi maupun masyarakat.

12

Page 13: ardialmathor.files.wordpress.com file · Web viewBagaimana karakteristik landasan filosfofis pendidikan? Apakah landasan filosofis pendidikan memiliki kegunaan? Landasan apa saja

Epistemologi : Hakikat Pengetahuan. Filsuf Pragmatisme menolak

dualism antara subjek (manusia) yang mempersepsi dengan objek yang

dipersepsi. Manusia adalah kedua-duanya dalam dunia yang dipersepsinya

dan dari dunia yang ia persepsi. Segala suatu dapat diketahui melalui

pengalaman, adapun cara-cara memperoleh pengetahuan yang diandalkan

adalah metode ilmiah atau metode sains sebagai mana disarankan oleh

John Dewey. Pengalaman tentang fenomena menentukan pengetahuan.

Karena fenomena terus-menerus berubah, maka pengetahuan dan

kebenaran tentang fenomena itu pun mungkin berubah. Bagaimanapun,

kebenaran pada hari ini harus juga dipertimbangkan mungkin berubah

esok hari (Callahan and Clark, 1983).

Menurut filsafat Pragmatisme, suatu pengetahuan hendaknya dapat

divertifikasi dan diaplikasikan dalam pengetahuan. Adapun criteria

kebenarannya adalah workability, satisfaction, and result, Pengetahuan

dinyatakan benar apabila dapat dipraktekkan, memberikan hasil dan

memuaskan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

“pengetahuan bersifatrelatif, pengetahuan dikatakan bermakna apabila

dapat diaplikasikan. Sebab itu Pragamatisme dikenal pula sebagai

instrumentalisme”(Edward J. Power, 1982).

Aksiologi : Hakikat Nilai. Nilai-nilai diturunkan dari kondisi

manusia. Nilai tidak bersifat ekslusif, tidak berdiri sendiri, melainkan ada

dalam suatu proses, yaitu dalam tindakan/perbuatan manusia itu sendiri.

Karena manusia (individual) merupakan bagian dari masyarakatnya, baik

atau tidak baik tindakan-tindakannya dinilai berdasarkan hasil-hasilnya

didalam masyarakat. Jika akibat yang terjadi berguna bagi dirinya dan

masyarakat, maka tindakan tersebut adalah baik. Nilai etika dan estetika

tergantung pada keadaan relatif dari situasi yang terjadi. Nila-nilai akhir

(ultimate values) tidaklah ada, benar itu selalu relative dan tergantung pada

kondisi yang ada (conditional). Pertimbangan-pertimbangan nilai adalah

berguna jika bermakna untuk kehidupan yang intelegen, yaitu hidup yang

13

Page 14: ardialmathor.files.wordpress.com file · Web viewBagaimana karakteristik landasan filosfofis pendidikan? Apakah landasan filosofis pendidikan memiliki kegunaan? Landasan apa saja

sukses, produktif, dan bahagia (Callahan and Clark, 1983). Karena itu

aliran ini dikenal sebagai Pragmatisme atau Eksperimentalisme.

2) Implikasi terhadap Pendidikan

Tujuan Pendidikan. Pendidikan harus mengajarkan seseorang

bagaimana berpikir dan menyesuaikan diri terhadap perubahan yang

terjadi didalam masyarakat. Sekolah harus bertujuan mengembangkan

pengalaman-pengalam tersebut yang akan memungkinkan seseorang

terarah kepada kehidupan yang baik. Tujuan-tujuan tersebut meliputi :

Kesehatan yang baik.

1. Keterampilan-keterampilan kejuruan (pekerjaan).

2. Minat-minat dan hobi-hobi untuk kehidupan yang menyenangkan.

3. Prsiapan untuk menjadi orang tua.

4. Kemampuan untuk bertransaksi secara efektif dengan masalah-

masalah sosial( mampu memecahkan masalah-masalah sosial secara

efektif).

Tujuan-tujuan khusus pendidikan sebagai tambahan tujuan di atas,

bahwa pendidikan harus meliputi penanaman tentang pentingnya

demokrasi. Pemerintah yang demokratis memungkinkan setiap warga

negara tumbuh dan hidup melalui interaksi sosial yang memberikan

tempat bersama dengan warga negara yang lainnya. Pendididkan harus

membentu siswa menjadi warga negara yang unggul dalam demokrasi atau

menjadi earga Negara yang demokratis (Callahan and Clark, 1983).

Karena itu menurut Pragmatisme hendaknya bertujuan menydiakan

pengalaman untuk menenmukan/memecahkan hal-hal baru dalam

kehidupan pribadi dan sosialnya (Edward J. Power, 1982).

Kurikulum Pendidikan. Menurut para filsuf Pragmatisme, tradisi

demokratis adalah tradisi memperbaiki diri sendiri (a self-correcting

tradition). Implikasinya warisan-warisan sosial budaya darimasa lalu tidak

menjadi focus perhatian pendidikan. Melainkan pendidikan terfokus

14

Page 15: ardialmathor.files.wordpress.com file · Web viewBagaimana karakteristik landasan filosfofis pendidikan? Apakah landasan filosofis pendidikan memiliki kegunaan? Landasan apa saja

kepada kehidupan yang baik pada masa sekarang dan masa yang akan

dating. Standar kebaikan sosial diuji secara terus-menerusdan diverifikasi

melalui pengalaman-pengalaman yang berubah. Pendidikan harus

dilaksanakan untuk memelihara demokrasi. Sebab hakikat demokrasi

adalah dinamika dan perubahan sebagai hasil rekonstruksi pengalaman

yang terus- menerus berlangsung. Namun demikian rekonstruksi ini tidak

menuntut atau tidak meliputi perubahan secara menyeluruh. Hanya

masalah-masalah sosial yang serius dalam masyarakat yang diuji ulang

agar diperoleh solusi-solusi baru.

Dalam pandangan Pragmatisme, kurikulum sekolah harusnya tidak

terpisahkan dari keadaan-keadaan masyarakat. Dalam pendidikan, materi

pelajaran adalah alat untuk memecahkan masalah-masalah individual dan

siswa secara perorangan ditingkatan atau direkonstruksi, dan secara

bersamaan masyarakat dikembangkan. Karena itu masalah-masalah

masyarakat demokratis harus menjadi bentuk dasar kurikulum dan makna

pemecahan ulang masalah-masalah lembaga demokratis juga harus dimuat

dalam kurikulum.

Karena itu kurikulum harus menjadi :

1. Berbasis pada masyarakat.

2. Lahan praktek cita-cita demokratis.

3. Perencanaan demokratis pada setiap tingkat pendidikan.

4. Kelompok batasan tujuan-tujuan masyarakat.

5. Bermakna kreatif untuk pengembangan keterampilan-keterampilan

baru.

Kurikulum berpusat pada siswa (pupil/child centrered) dan berpusat

pada aktifitas (activity centered) . Selain itu perlu dicatat bahwa kurikulum

pendidikan Pragmatisme diorganisasi secara interdisipliner, dengan kata

lain kurikulum bersifat terpadu, tidak merukan mata pelajaran- mata

pelajaran yang terpisah-pisah.

Sejalan dengan uraian diatas, Edward J. Power ( 1982 ) menyimpulkan

bahwa kurikulum pendidikan Pragmatisme”berisi pengalaman-pengalaman

15

Page 16: ardialmathor.files.wordpress.com file · Web viewBagaimana karakteristik landasan filosfofis pendidikan? Apakah landasan filosofis pendidikan memiliki kegunaan? Landasan apa saja

yang telah teruji, yang sesuai dengan minat dan kenutuhan siswa. Adapun

kurikulum tersebut mungkin berubah”.

Metode Pendidikan. Sebagaiman dikemukakan Callahan and Clark

(1983), penganut Eksperimenalisme atau Pragmatisme mengutamakan

penggunaan metode pemecahan masalah (Problem Method Solving) serta

metode penyelidikan dan penemuan (Inquiri dan Discovery Method).

Dalam prakteknya (mengajar), metode ini membutuhkan guru yang

memiliki sifat sebagai berikut: permissive (pemberi kesempatan), friendly

(bersahabat), a guide (seorang pembimbing), open minded (berpandangan

terbuka), enthusiastic (bersifat antusias), creative (kreatif), Socialy aware

(sadar bermasyarakat), alert (siap siaga), cooperative and sincere

(bekerjasama dan ikhlas atau bersungguh-sungguh).

Peranan guru dan Siswa. Dalam Pragmatisme, belajar selalu

dipertimbangkan untuk menjadi individu. Dalam pembelajaran peranan

guru bukan”menuangkan” pengetahuan kepada siswa, sebab ini

merupakan upaya tak berubah. Sewajarnya, setiap apa yang siswa pelajari

sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan, minat-minat, dan masalah-masalah

pribadinya. Dengankata lain isi pengetahuan tidak bertujuan dalam dirinya

sendiri, melainkan bermakna untuk suatu tujuan. Dengan demikian siswa

yang menghadapi suatu permasalahan akan mungkin untuk

merekonstruksi lingkungannya untuk memecahkan kebutuhan yang

dirasakannya.

d. Landasan Filosofis Pendidikan Scholastisisme

1) Konsep Filsafat Umum

Filsafat St.Thomas Aquinas adalah filsafat resmi Gereja Katolik

Roma. Filsafat ini disebut Scholastisisme. Scholastisime bangkit selama

abab pertengahan yang mencerminkan suatu sintesis dari Filsafat

Aristoteles dan Doktrin Gereja Abad Pertengahan. Dalam pemikiran

sebagian scholastic, filsafat diberi peranan lebih rendah (subordinate)

dari teologi. Hal ini tercermin dalam ungkapan “I belive in order that I

16

Page 17: ardialmathor.files.wordpress.com file · Web viewBagaimana karakteristik landasan filosfofis pendidikan? Apakah landasan filosofis pendidikan memiliki kegunaan? Landasan apa saja

may know” (saya percaya agar saya dapat mengetahui). Ungkapan ini

mencerminkan karakteristik hubungan antara filsafat dan teologi.

Metafisika: Hakikat Realitas. Menurut filsuf Scholastisime bahwa

alam semesta (universe) atau realitas adalah ciptaan Tuhan.

Scholastisisme menganut prinsip hylemorphe sebgaiman diajarkan

Aristoteles (hyle) berarti materi, morphe berarti bentuk). Prinsip ini

menyatakan bahwa segala sesuatu kecuali Allah dan malaikat

merupakan kesatuan dari materi dan bentuk. Prinsip ini memungkinkan

kita memahami terjadinya perubahan. Misal jika pada sesuatu meterinya

tetap tetapi bentuknya berubah maka terjadi perubahan. Prinsip ini pun

memungkinkan kita memahami adanya individuasi (artinya bahwa

sesuatu benda merupakan sesuatu yang individual). Misal kursi ini

bukanlah bukan kursi itu. Individuasi ini dimungkinkan oleh materi

yang berbeda, sekalipun bentuknya sama. Selain itu, Scholastisisme juga

menganut prinsip essential (hakikat) – eksistentia (adanya). Prinsip ini

menyatakan bahwa segala realitas kecuali Allah memiliki struktur esensi

dan eksistensi. Malaikat tidak mempunyai struktir materi dan bentuk,

tetapi ia memiliki struktur esensi dan eksistensi.

Hakikat Manusia. Manusia adalah ciptaan Tuhan. Manusia

merupakan kesatuan badan-jiwa. Karena hubungan antara badan dan

jiwa sebagai bentuk dan materi atau sebagai aktus dan potensi, maka

jiwa bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri seperti dalam ajaran Plato.

Namun demikian Thomas Aquinas menyakinkan bahwa jiwa tidak dapat

binasa bersamaan dengan tubuh, jiwa tidak dapat mati. Thomas Aquinas

juga mengajarkan bahwa segenap perbuatan manusia adalah perbuatan

segenap pribadi manusia. Pernyataan otakku berpikir atau kaki,

melainkan aku. Demikianlah jiwa dalah satu dengan tubuh dan menjiwai

tubuh.

Thoma Aquinas mengakui jaran Aristoteles bahwa manusia adalah

makhluk alamiah (natural being), makhluk berpikir/penalar (rational

being), makhluk bermasyrakat (soon politicion), namun lebih jauh dari

17

Page 18: ardialmathor.files.wordpress.com file · Web viewBagaimana karakteristik landasan filosfofis pendidikan? Apakah landasan filosofis pendidikan memiliki kegunaan? Landasan apa saja

itu bahwa manusia adalah makhluk spiritual (spiritual being). Berbagai

tingkat keberadaan manusia itu berpangkal pada Tuhan sebagai Pencipta

dan Sumber Kebenaran Sejati.

Sebab hal di atas, hakikat manusia di manapun adalah sama dengan

arena hakikat spiritualnya, takdir manusia adalah abadi (jiwa tidak mati).

Manusia diciptakan Tuhan dengan tujuan agar manusia mencapai

tujuannya yaitu kebahagiaan. Adapun seseorang dapat mencapai

kebahagiaan yang sempurna/abadi hanya melalui hidup sesuai petunjuk

Tuhan sebagaimana didefinisikan oleh Gereja Katolik (Callahan and

Clark, 1983).

Epistemologi: Hakikat Pengetahuan. Menurut para Scolaric bahwa

kebenaran absolute dapat diperoleh manusia berdasarkan keimanan

(faith). Tetapi manusia pun dapat memperoleh kebenaran tentang benda-

benda melalui rasio atau akal dengan cara berpikit induktif. Manusia

dapet memperoleh kebenaran melalui akalnya, walaupun terbatas,

karena tertutup oleh dosa Adam. Kedua jenis pengetahuan/kebenaran di

atas tidaklah bertentangan satu dengan lainnya, sebab

keimanan/kepercayaan harus menjadi sandaran utama apabila akal

mencapai batas kemampuannya. Hal ini sebagaiman tersurat dalam

ungkapan” saya percaya agar saya dapat mengertahui.” Selain itu,

manusia juga dapat mengetahui atau memperoleh kebenaran melalui

intuisi. Intuisi merupakan sumber pengetahuan dengan disertai tidak

berfungsinya organ tubuh. Intuisi berada pada fakultas/daya tertinggi

dari jiwa.

Aksiologi: Hakikat Nilai. Untuk menjadi baik/dapat berbuat baik,

pertama-tama manusia harus mengetahui kebaikan dalam aturan-aturan.

Meskipun setiap manusia memiliki kecenderungan ke arah yang baik

(kepada kebaikan), pertimbangannnya mungkin saja mengarahkannya

kepada kejahatan. Kekurangan pengetahuan memungkinkan manusia

memilih yang jahat kerena kesalahan dugaan bahwa hal itu adalah baik.

Dalam pengertian ini jahat adalah saalah atau keliru. Sebab itu, manusia

18

Page 19: ardialmathor.files.wordpress.com file · Web viewBagaimana karakteristik landasan filosfofis pendidikan? Apakah landasan filosofis pendidikan memiliki kegunaan? Landasan apa saja

harus membangun kebiasaan berbuat baik supaya ia mau konsisten

memilih yang baik dalam perbutan-perbuatan etisnya. Karena Tuhan

adalah kebaikan terakhit atau Tuhan adalah tujuan akhir manusia, maka

manusia harus hidup lulus dari ujian kebajikan dengan penuh tanggung

jawab moral atas dirinya sendiri, bertanggung jawab terhadap

kemanusiaan dan terhadap Tuhan. Sesuai dengan prinsip bahwa wahyu

Tuhan dan keimanan lebih tinggi disbanding dengan filsafat dan

kemampuan rasional manusia untuk memperoleh kebenaran dan nilai.

Maka bagi penganut Scholastisisme pengetahuan tentang nilai-nilai

kebenaran yang pasti, absolute, universal dan abadi dalam kebudayaan

masa lampau dipandang sebagai kebudayaan ideal.

2) Implikasi terhadap Pendidikan

Tujuan Pendidikan. Pendidikan harus bertujuan untuk

mengembangkan potensialitas manusia secara penuh menurut doktrin

Scholatic. Karena manusia adalah rational being/animal rational,

keseluruhan potensialnya meliputi potensi intelektual, fisikal, volisonal

(kemauan), dan vocasional. Kosekuensinya sekolah harus menyediakan

kesempatan-kesempatan bagi setiap siswa untuk mengembangkan

akal/pikirannya dan memperkuat kemauannya. Pendidikan tujuannya

memuat eksistensi umat islam di masa depandalam surga dan juga

eksistensi lahiriah di muka bumi. Perlindungan jiwa dan nasib abadi

umat manusia sangat penting daripada apa yang terjadi dengan badan

selama ia tinggal di bumi yang hanya sebentar.

Kurikulum Pendidikan. Isi pendidikan harus meliputi agama dan

ilmu kemanusiaan (humanities). Disiplin matematika, logika, bahasa,

dan retorika juga dipandang penting. Dalam konteks ini isi

pendidikannya meliputi pendidikan liberal yang mencakup

pengembangan mata pelajaran fundamental yang berkenaan dengan

pengembangan nilai-nilai kemanusiaan dan kemampuan –kemampuan

intelektual. Adapun bagi orang-orang tertentu diberikan pula studi mata

pelajaran instrument yang dibutuhkan untuk hidup. Isi kurikulum

19

Page 20: ardialmathor.files.wordpress.com file · Web viewBagaimana karakteristik landasan filosfofis pendidikan? Apakah landasan filosofis pendidikan memiliki kegunaan? Landasan apa saja

bersumber dari buku-buku besar dan doktrin-doktrin yang dipandang

memuat pengetahuan dan nila-nilai yang universal dan abadi.

Metode Pendidikan. Metode pendidikan yang diutamakan adalah

metode mendisiplinkan pikiran, latihan formal, dan persiapan jiwa.

Peranan Guru dan Siswa. Guru harus menjadi teladan yang baik

bagi para siswanya. Guru mempunyai wewenang untuk mengatur kelas

(pengelolaan kelas berpusat pada guru), dalam hal ini struktur pelajaran

yang dirancang guru hendaknya diarahkan untuk membantu

pengembangan pengetahuan, keterampilan berpikir, dan untuk berbuat

kebajikan.

Orientasi pendidikan Scholatisisme adalah Perennialisme (Callhan

and Clark, 1983). Hal ini dapat dipahami karena pendidikan

Scholastisisme menenkankan pengetahuan dan nilai-nilai kebenaran

yang bersifat universal, absolute, menetap atau pribadi, serta prinsipnya

yang religius (agama oriented). Dikatakan demikian sebab sekalipun

terhadap Perennialist yang secular, namun mereka hanya merupakan

minoritas dalam Perennialisme. Perennialisme memandang tugas

pendidikan adalh untuk memberikan pengetahuantentang nilai-nilai

kebenaran yang pasti, universal, absolutedan abadi atau menetap

tersebut di atas yang terdapat dalam kebudayaan masa lampau yang

diakuinya sebagai kebudayaan yang ideal.

e. Landasan Filosofis Pendidikan Konstruktivisme

1) Konsep filsafat umum

Tema utama filsafat Konstruktivisme yaitu berkenaan dengan

hakikat pengetahuan. Gagasan pokok cikal bakal Konstruktivisme

sesungguhnya sudah dimulaioleh Giambatista Vico, seorang epistem

olog dari italia. Menurut Vico, hanya Tuhan yang dapat mengerti alam

raya ini, sebab hanya Dia yang tahu bagaimana membuatnya dan dari

apa Ia membuatnya. Sedangkan manusia hanya dapat mengetahui

sesuatu yang telah dikonstruksikannya.

20

Page 21: ardialmathor.files.wordpress.com file · Web viewBagaimana karakteristik landasan filosfofis pendidikan? Apakah landasan filosofis pendidikan memiliki kegunaan? Landasan apa saja

Metafisika. Hakikat Realitas: Menurut Konstruktivisme, manusia

tidak pernah dapat mengerti realitas yang sesungguhnya secara

ontologis. Konstruktivisme memang tidak bertujuan mengerti realitas,

tetapi lebih hendak melihat bagaimana kita menjadi tahu akan sesuatu.

Konstruktivisme menolak prinsip independensi dan objektivisme

dari Realisme/ Empirisme, yang menyatakan bahwa keberadaan realitas

berdiri sendiri terlepas dari subjek pengamat, namun terbuka untuk

dapat diketahui melalui pengalaman empiris. Konstruktivisme hanya

mementingkan berlakunya suatu konsep atau dapat digunakannya suatu

konsep.

2) Implikasi terhadap Pendidikan

Bagi konstruktivisme mengajar bukan kegiatan memindahkan

pengetahuan dari guru kepada murid, melainkan suatu kegiatan yang

memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Jadi

mengajar adalah suatu bentuk belajar sendiri (Bettencourt,1989).

Mengajar, dalam konteks ini adalah membantu seseorang berpikir secara

benar dengan membiarkannya berpikir sendiri (von Glaserfeld, 1989).

Mengajar adalah suatu seni yang menuntut bukan hanya penguasaan

teknik, melainkan juga sebuah intuisi (Paul Suparno, 1997).

Tujuan pendidikan konstruktivisme lebih menekankan pada

perkembangan konsep dan pengertian (pengetahuan) yang mendalam

sebagai hasil konstruksi aktif si pelajar. Menurut Konstruktivisme,

seseorang tidak akan mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri secara

aktif, meskipun ia berumur tua, pengetahuannya akan tetap tidak akan

berkembang (Paul Suparno,1997).

Driver dan Oldham ( Matthews, 1994) menyatakan bahwa perencana

kurikulum konstruktivis tidak dapat begitu saja mengambil kurikulum

standart yang menekankan siswa pasif dan guru aktif, sebagai cara

menstransfer pengetahuan dari guru kepada murid. Kurikulum bukan

sebagai tubuh pengetahuan atau kumpulan ketrampilan (skill),melainkan

lebih sebagai program aktivitas di mana pengetahuan dan ketrampilan

21

Page 22: ardialmathor.files.wordpress.com file · Web viewBagaimana karakteristik landasan filosfofis pendidikan? Apakah landasan filosofis pendidikan memiliki kegunaan? Landasan apa saja

dapat dikontruksikan. Kurikulum bukan kumpulan bahan yang sudah

ditentukan sebelumnya untuk mengajar, melainkan lebih sebagai suatu

persoalan (permasalahan) yang perlu dipecahkan oleh para siswa untuk

lebih mengerti ( Paul Suparno, 1997).

Untuk metode setiap pelajar mempunyai caranya sendiri untuk

mengerti, karena itu mereka perlu menemukan cara belajar yang tepat

untuk dirinya masing-masing. Dalam konteks ini maka tidak ada satu

metode mengajar yang tepat, satu metode mengajar saja tidak akan

banyak membantu pelajar belajar, sehingga pengajar sangat mungkin

untuk mempertimbangkan dan menggunakan berbagai metode yang

membantu pelajar belajar. (Paul Suparno, 1997).

Menurut Tobin,dkk, (1994)” bagi siswa, guru sebagai mediator,

pemandu, dan sekaligus teman belajar (Paul Suparno, 1997). Dalam

artian ini, guru dan peserta didik atau pelajar lebih sebagai mitra yang

bersama-sama membangun pengetahuannya. Adapun peserta didik

dituntut aktif belajar dalam rangka mengkonstruksi pengetahuannya, dan

karena itu peserta didik sendirilah yang harus bertanggung jawab atas

hasil belajarnya.

f. Landasan Filosofis Pendidikan Nasional: Pancasila

Pancasila adalah dasar Negara Republik Indonesia. Pancasila yang

dimaksud adalah Pancasila yang rumusannya termaktub dalam

“Pembukaan” Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945, yaitu: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan

beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan, Keadilan sosial

bagi seluruh rakyat Indonesia. Karena Pancasila adalah dasar Negara

Indonesia, implikasinya adalah dasar pendidikan nasional. Sejalan

dengan ini Pasal 2 Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang “

Sistem Pendidikan Nasional” menyatakan bahwa: “ Pendidikan nasional

adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”. Pancasila berisi

22

Page 23: ardialmathor.files.wordpress.com file · Web viewBagaimana karakteristik landasan filosfofis pendidikan? Apakah landasan filosofis pendidikan memiliki kegunaan? Landasan apa saja

gagasan-gagasan dasar bernegara atau falsafah kenegaraan, karena itu,

Pancasila juga adalah falsafah pendidikan nasional atau landasan idiil

pendidikan nasional.

Sehubungan dengan hal di atas, bangsa Indonesia memiliki

landasan filosofis pendidikan tersendiri dalam sistem pendidikan

nasionalnya, yaitu Pancasila. Walaupun seperti itu, landasan filosofis

pendidikan dari berbagai aliran lainny tetap perlu kita kaji dengan tujuan

untuk memahaminya, memilih dan memilah gagasan-gagasannya yang

positif yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Pncasila untuk diambil

hikmahnya demi pengembangan dan memperkaya kebudayaan

(pendidikan) kita.

1) Konsep Filsafat Umum

Hakekat Realitas. Termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa hakikat bangsa

Indonesia adalah berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan perjuangn

yang didorong oleh keinginan luhur untuk mencapai dan mengisi

kemerdekaan. Dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa realitas

juga tidak bersifat given (terberi) dan final, melainkan juga “mewujud”

sebagaimana kita manusia dan semua anggota alam semesta

berpartisipasi “mewujudkannya”.

Hakikat Manusia. Manusia adalah mahluk Tuham YME. Pancasila

mengajarkan bahwa eksisitensi manusia bersifat monopluralis tetapi

bersifat integral, artinya bahwa manusia yang serba dimensi itu

hakikatnya adalah satu kesatuan utuh. Pancasila menganut asas

Ketuhanan Yang Maha Esa: manusia diyakini sebagai mahluk Tuhan

YME, mendapat panggilan tugas dariNya, dan harus

mempertanggungjawabkan segala amal pelaksanaan tugasnya terhadap

Tuhan YME (aspek religius).

Epistemologi: Hakikat Pengetahuan. Segala pengetahuan

hakikatnya bersumber dari Sumber Pertama yaitu Tuhan YME. Tuhan

telah menurunkan pengetahuan baik melalui Utusan-nya (berupa wahyu)

23

Page 24: ardialmathor.files.wordpress.com file · Web viewBagaimana karakteristik landasan filosfofis pendidikan? Apakah landasan filosofis pendidikan memiliki kegunaan? Landasan apa saja

maupun melalui berbagai hal yang digelarkanNya di alam semesta

termasuk hukum-hukum yang terdapat di dalamnya.

Aksiologi: Hakikat Nilai. Sumber Pertama segala nilai hakikatnya

adalah Tuhan YME. Karena menusia adalah mahluk Tuhan,

pribadi/individual dan sekaligus insan sosial, maka hakikat nilai

diturunkan dari Tuhan YME, masyarakat dan individu.

2) Implikasi terhadap Pendidikan

Tujuan Pendidikan. Pandangan pancasila tentang hakikat realitas,

manusia, pengetahuan dan hakikat nilai mengimplikasikan bahwa

pendidikan seyogyanya bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri,dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawa. Hal ini sebagaimana sitegaskan dalam Pasal 3 UU RI No. 20

Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Tujuan pendidikan

tersebut hendaknya kita sadari betul, sehingga pendidikan yang kita

selenggarakan bukan hanya untuk mengembangkan salah satu potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang berilmu saja, bukan hanya

untuk terampil bekerja saja, melainkan demi berkembangnya seluruh

potensi peserta didik dalam konteks keseluruhan dimensi kehidupannya

secara integral.

Kurikulum Pendidikan. Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang

pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

dengan memperhatikan:

a) Peningkatan iman dan takwa

b) Peningkatan akhlak mulia

c) Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik

d) Keragaman potensi daerah dan lingkungan.

e) Tuntutan pembangunan daerah dan nasional

f) Tuntutan dunia kerja

g) Perkembangan ilmu pengetahua,teknologi, dan seni

24

Page 25: ardialmathor.files.wordpress.com file · Web viewBagaimana karakteristik landasan filosfofis pendidikan? Apakah landasan filosofis pendidikan memiliki kegunaan? Landasan apa saja

h) Agama

i) Dinamika perkembangan global

j) Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan

Ketentuan mengenai pengembangan kurikulum sebagaimana

dimaksudkan di atas di atur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah

(Pasal 36 UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional).

Metode Pendidikan. Berbagai metode pendidikan yang ada

merupakan alternatif untuk diaplikasikan. Sebab, tidak ada satu

metode mengajar pun yang terbaik dibanding metode lainnya dalam

segala konteks pendidikan.

Peranan Pendidik dan Peserta Didik. Ada berbagai peranan

pendidik dan peserta didik yang harus dilaksanakannya, namun pada

dasarnya berbagai peranan tersebut tersurat dan tersirat dalam

semboyan :”ing madya mangun karso”,artinya pendidik harus mampu

membangun karsa pada diri peserta didiknya; “ tut wuri handayani”

artinya bahwa sepanjang tidak berbahaya pendidik harus memberi

kebebasan atau kesempatan kepada peserta didik untuk belajar

mandiri.

Orientasi Pendidikan. Pendidikan memiliki dua fungsi utama, yaitu

fungsi konservasi dan fungsi kreasi. Fungsi konservasi dilandasi

asumsi bahwa terdapat nilai-nilai, pengetahuan, norma, kebiasaan-

kebiasaan, yang dijunjung tinggi dan dipandang berharga untuk tetap

dipertahankan. Adapun fungsi kreasi dilandasi asumsi bahwa realitas

tidaklah bersifat terberi (given) dan telah selesai sabagaimana

diajarkan oleh sains modern. Dalam hal ini hakikat pendidikan

seyogyanya diletakkan pada upaya-upaya untuk menggali dan

mengembangkan potensi para pelajar agar mereka tidak saja mampu

memahami perubahan tetapi mampu berperan sebagai agen peubahan

atau perajut realitas (A.Mappadjantji Amien,2005).

25

Page 26: ardialmathor.files.wordpress.com file · Web viewBagaimana karakteristik landasan filosfofis pendidikan? Apakah landasan filosofis pendidikan memiliki kegunaan? Landasan apa saja

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Landasan Filosofis pendidikan adalah perangkat asumsi tentang

pendidikan yang dideduksi dari filsafat umum yang dianut seseorang.

Karakteristik Landasan Filosofis Pendidikan Berisi tentang gagasan

atau konsep-konsep yang bersifat normative atau presfektif. Dikata

bersifat normative atau presfektive, sebab landasan filosofis pendidikan

tidak berisi konsep-konsep tentang pendidikan apa adanya, melainkan

berisi tentang konsep-konsep pendidikan yang seharusnya atau yang

dicita-citakan

Fungsi Landasan Filosofis Pendidikan Sebagai titik tolak atau

tumpuan bagi para guru dalam melaksanakan praktek pendidikan. Macam-

macam landasan Filosofi spendidikan

a. Landasan filosofis Pendidikan Idealisme

b. Landasanfilosofis Pendidikan Realisme

c. Landasanfilosofis Pendidikan Pragmatisme

d. Landasanfilosofis Pendidikan Scholatisisme

e. Landasanfilosofis Pendidikan Konstruktivisme

f. Landasanfilosofis Pendidikan Nasional (Pancasila)

B. Saran

Dengan adanya makalah ini semoga pembaca lebih memahami dan

mengerti akan landasan filosofis pendidikan, apalagi kita sebagai warga

Negara Indonesia khususnya yang akan menjadi guru harus dapat

menerapkannya jika akan menjadi pendidik. Serta tidak lupa juga bahwa

walaupun kita memiliki landasan filosofi pendidikan nasional kita harus

tetap mempelajari dan memahami landasan filosofis yang lain demi

mengembangkan dan memperbaiki Negara Indonesia

26

Page 27: ardialmathor.files.wordpress.com file · Web viewBagaimana karakteristik landasan filosfofis pendidikan? Apakah landasan filosofis pendidikan memiliki kegunaan? Landasan apa saja

LAMPIRAN ARTIKEL

PHILOSOPHY OF EDUCATION FOUNDATION

Philosophy plays an important role in curriculum development . Just as in the Philosophy of Education , we are introduced to the various schools of philosophy , such as : idealism , realism , materialism , pragmatism , existentialism , progressivism , perenialisme , essentialism , eksistesialisme , and rekonstruktivisme . In curriculum development was always grounded in the flow - the flow of a particular philosophy , so it will color the concept and implementation of the curriculum developed . Education is always an interesting topic to be studied and developed , both theoretically and practically and philosophically . Theory and practice in education have evolved along with the increasing of human civilization . If the first education can take place through interaction between people , in this modern age of education can take place through interaction with technology . In this case , as time and space are no longer a barrier in the interaction between humans including in education .

Speaking about the philosophical foundations of education means in respect of a philosophical goal as a science education practice . Therefore , studies that can be done to understand the philosophical foundations of education is to use the philosophy of science approach that covers three areas of study , namely ontology , and axiology epistimologi . According Tirtarahardja and La Sulo ( 2005 ) , a philosophical foundation derived from the views in the philosophy of education , concerning faith in human nature , beliefs about the source of value , the nature of knowledge , and of a better life is run .

Terjemahanya :

Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kurikulum. Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti : idealisme, realisme, materialisme, pragmatisme, eksistensialisme, progresivisme, perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, dan rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran – aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan.

27

Page 28: ardialmathor.files.wordpress.com file · Web viewBagaimana karakteristik landasan filosfofis pendidikan? Apakah landasan filosofis pendidikan memiliki kegunaan? Landasan apa saja

Pendidikan merupakan topik yang senantiasa menarik untuk dikaji

dan dikembangkan, baik secara teoritis dan praktis maupun secara

filosofis. Teori dan praktik dalam dunia pendidikan mengalami

perkembangan seiring dengan semakin meningkatnya peradaban manusia.

Kalau dahulu pendidikan dapat berlangsung melalui interaksi antara

manusia, di zaman modern ini pendidikan dapat berlangsung melalui

interaksi dengan teknologi. Dalam hal ini, ruang dan waktu seolah tidak

lagi menjadi pembatas dalam interaksi antara manusia termasuk dalam

dunia pendidikan.

Berbicara tentang landasan filosofis pendidikan berarti  berkenaan

dengan tujuan filosofis suatu praktik pendidikan sebagai sebuah ilmu.

Oleh karena itu, kajian yang dapat dilakukan untuk memahami landasan

filosofis pendidikan adalah dengan menggunakan pendekatan filsafat ilmu

yang meliputi tiga bidang kajian yaitu ontologi, epistimologi dan

aksiologi. Menurut Tirtarahardja dan La Sulo (2005), landasan filosofis

bersumber dari pandangan-pandangan dalam filsafat pendidikan,

menyangkut keyakinan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang

sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik

dijalankan.

28

Page 29: ardialmathor.files.wordpress.com file · Web viewBagaimana karakteristik landasan filosfofis pendidikan? Apakah landasan filosofis pendidikan memiliki kegunaan? Landasan apa saja

DAFTAR PUSTAKA

Jensen eric.2010.Super Teaching.Jakarta : PT Indeks ; 23-30

Syarifudin, tatang dan Nuraini. 2006.LandasanPendidikan. Bandung :Upi Press.

Jalaludin,H dan Abdullah Idi. 1997.Fisafat Pendidikan (Manusia,Filsafat, pendidikan). Jakarta: Gaya Media Pratama

http://lucha.pbworks.com/.../Landasanfilosofispendidikan yang diunduh pada tanggal 18 Maret2014 pukul 15:23

Scholl, R. (2014). "Inside-out Pedagogy": Theorising Pedagogical Transformation through Teaching Philosophy.Australian Journal of Teacher Education, 39(6). Retrieved from http://ro.ecu.edu.au/ajte/vol39/iss6/7

Rasyidin,(2005), Rekonstruksi Filsafat Pendidikan” sebagai Pengantar untuk Wacana Filsafat Pendidikan Indonesia, Jurnal Analytica Islamica, Vol 7, No1, Tahun 2005.

Titus, Smith Nolan, (1984), Living Issues in Philosophy ( terj) Rasyidi: Persoalan- persoalan Filsafat,Jakarta: Grafindo

Nadirin. (2008). Landasan Aliran Pendidikan. Tersedia

http://nadhirin.blogspot.com/2008/07/landasan-aliran-pendidikan.html

Diunduh tanggal 26 Maret 2014

Mahmuddin. (2009). Landasan Filosofi Pendidikan. Tersedia

http://mahmuddin.wordpress.com/2009/10/19/landasan-filosofi-

pendidikan-pengantar/

Diunduh tanggal 26 Maret 2014

29