landasan pendidikan

27
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pendidikan sebagai kegiatan pembelajaran, memilki keragaman sesuai dengan ragam komunitas manusia. Itulah sebabnnya pendidikan hanya ditemukan unsur universalnya saja. Keragaman pendeididikan tersebut disebabkan karena perbedaan cara memberikan makna atau arti daripada pendidikan itu sendiri sebagai gejala sosial. Dalam masyarakat liberal, pendidikan dipandang sebagai investasi yang mana pada penyelenggaraanya umumnya bersifat mahal. Sedangkan mayarakat lain memandang pendidikan sebaggai proses civilisasi yaitu prosees untuk menjadikan anak didik sebagi warganegara yang baik. Di indonesia pendidikan merupakan proses yang multi tujuan yang bertujuan yaitu untuk penyiapan tenaga kerja, kepentingan politik maupun untuk karakter building. Perbedaan corak pendidikan di masing-masing negara berbeda. Penyebabnya adalah karena konsep dan pandangan tentang pendidikan itu sendiri berlainan antara satu komunitas dengan komunitas lain. Di Indonesia lebih ditekankan penguasaan landasan dengan terbentuknya 1

Upload: rizka-diana-kapriati

Post on 24-Jun-2015

496 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Landasan Pendidikan

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pendidikan sebagai kegiatan pembelajaran, memilki keragaman sesuai

dengan ragam komunitas manusia. Itulah sebabnnya pendidikan hanya ditemukan

unsur universalnya saja. Keragaman pendeididikan tersebut disebabkan karena

perbedaan cara memberikan makna atau arti daripada pendidikan itu sendiri

sebagai gejala sosial.

Dalam masyarakat liberal, pendidikan dipandang sebagai investasi yang

mana pada penyelenggaraanya umumnya bersifat mahal. Sedangkan mayarakat

lain memandang pendidikan sebaggai proses civilisasi yaitu prosees untuk

menjadikan anak didik sebagi warganegara yang baik. Di indonesia pendidikan

merupakan proses yang multi tujuan yang bertujuan yaitu untuk penyiapan tenaga

kerja, kepentingan politik maupun untuk karakter building.

Perbedaan corak pendidikan di masing-masing negara berbeda.

Penyebabnya adalah karena konsep dan pandangan tentang pendidikan itu sendiri

berlainan antara satu komunitas dengan komunitas lain. Di Indonesia lebih

ditekankan penguasaan landasan dengan terbentuknya masyarakat meriktokratik

artinya memberikan waktu atau jam pelajaran yang luas dalam penguasaan mapel

tertentu, hal ini bukan menjadi masalah karena masing-masing negara memiliki

pemahaman sendiri tentang pendidikan. Di indonesia bannyak dijumpai berbagai

penekanan materi seperti :

1. ilmu humanioral sebagai proses humanisasi

2. penguasaan tekhnologi sebagai transfer ilmu dan tekhnologi

3. alat rekayasa pembangunan bangsa

4. mengutamakan aspek politis sebagai sarana menjadikan anak didik

warga negara yang baik

1

Page 2: Landasan Pendidikan

Pendidikan sendiri tidak boleh stagnan namun harus selalu mengikuti

sarana kemajuan misalnya pendidikan juga harus diperbaharui dan direkonstruksi

terus menerus agar relevansi tercapai.

Wujud pendidikan yang ada bercorak simbiosis yaitu menyatu dengan

irama hidup dan interaksi diantara orang dewasa dan anak anak.

Kartini kartono (1992 : 1) memandang bahwa masyarakat merupakan

sekolah besar. Kompleksitas antara material pengetahuan yang ditransferkan

dengan empirika pendidikan kehidupan berbaur menjadi satu sehingga pemilihan

mana kurikulum sejauh mana progress pembelajaran menjadi sangat kabur.

Ditinjau dari aspek fungsional memang jauh lebih fungsional sebab apa yang

dilakukan anak adalah sesuatu pengetahuan yang sangat berguna dan langsung

dapat dimanfaatkan.

Ide muatan pembelajaran frungsional dan memiliki tingkat utilitas tinggi

inilah kelak dalam alam pendidikan modern diadopsi menjadi prinsip fungsional

pendidikan. Dalam pendidikan di perguruan tinggi sekarang ini prinsip tersebut

dikembangkan menjadi orientasi user, yaitu pemaketan materi berdasarkan

kebutuhan yang memang diperlukan oleh pengguna sehingga tidak terjadi

pemubadiran dan pengangguran pendidikan.

Pendidikan merupakan proses pencetakan tenaga kerja sehingga semasa

tidak terjadi pengangguran selain itu juga karena mental lulusan pendidikan

indonesia berjiwa seeker job (pencari kerja) bukan creator job (pencipta kerja) dan

lagi kalau pandangan pendidikan itu bercorak, bahwa pendidikan itu adalah proses

humanisasi dimana pendidikan diabdikan pada kemuliaan manusia.

Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik selalu bertolak

dari sejumlah landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan

dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama

terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Landasan

pendidikan tersebut memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan

tujuan pendidikan. Diantara landasan-landasan pendidikan tersebut, yang akan

dibahas dalam makalah ini adalah landasan filosofis dan Sosiologis Pendidikan.

2

Page 3: Landasan Pendidikan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Landasan Filosofis

I. Pengertian Landasan Filosofis

Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandanagan dalam filsafat

pendidikan, meyangkut keyakinan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang

sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik

dijalankan. Aliran filsafat yang kita kenal sampai saat ini adalah Idealisme,

Realisme, Perenialisme, Esensialisme, Pragmatisme dan Progresivisme dan

Ekstensialisme.

1. Esensialisme

Esensialisme adalah mashab pendidikan yang mengutamakan pelajaran teoretik

(liberal arts) atau bahan ajar esensial.

2. Perenialisme

Perensialisme adalah aliran pendidikan yang megutamakan bahan ajaran konstan

(perenial) yakni kebenaran, keindahan, cinta kepada kebaikan universal.

3. Pragmatisme dan Progresifme

Prakmatisme adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari nilai

kegunaan praktis, di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang

menentang pendidikan tradisional.

4. Rekonstruksionisme

Rekonstruksionisme adalah mazhab filsafat pendidikan yang menempatkan

sekolah/lembaga pendidikan sebagai pelopor perubahan masyarakat.

II. Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidikan Nasional

3

Page 4: Landasan Pendidikan

Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional

berdasarkan pancasila dan UUD 1945. sedangkan Ketetapan MPR RI No.

II/MPR/1978 tentang P4 menegaskan Pancasila adalah jiwa rakyat Indonesia,

kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar

negara Indonesia. Atas dasar filsafat atau pandangan hidupnya, pancasila bangsa

Indonesia memiliki filsafat pendidikan tersendiri antara lain sebagai berikut :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa, dan negara (pasal 1 UU RI NO 20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional)

Tujuan pendidikan, untuk mngembangkan potensi peserta didik menjadi

manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha ESA, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, berkreatif, mandiri dan menjadi warga negara yanng

demokratis serta bertanggung jawab (pasal 3 UU RI NO. 20 tahun 2003 tentang

sisitem pendidikan nasional).

Kurikulum pendidikan, disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam

kerangka negara kesatuan republik Indonesia dengan memperhatikan:

1. Peningkatan iman dan taqwa

2. Peningkatan akhlak mulia

3. Peningkatan potensi kecerdasan dan minat peserta didik

4. Keragaman potensi daerah dan lingkungan

5. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional

6. Tuntutan dunia kerja

7. Perkembangan ilmu pengetahuan tekhnologi dan seni

8. Agama

9. Dinamika perkembangan global

10. Persatuan nasional dan nilai nilai kebangsaan.

4

Page 5: Landasan Pendidikan

Ketentuan mengenai pengembangan kurikulum sebagaimana dimaksud

diatas diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah (pasal 36 UU RI No 20

tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional)

Metode pendidikan. Berbagai metode pendidikan yang ada merupakan

alternatif untuk diaplikasikan. Sebab tidak ada satu metode mengajar pun yang

terbaik dibandingkan metode lainnya dalam segala konteks pendidikan. Dalam

praktik pendidikan pemilihan dan aplikasi metode pendidikan diharapkan

mengacu pada prinsip cara belajar siswa aktif (CBSA) dan sebaliknya bersifat

multi metode.

Peran pendidik dan peserta didik, Ada berbagai peranan pendidik dan

peserta, namun pada dasarnya berbagai peranan tersebut tersurat dan tersirat

dalam semboyan ”ing ngarso sung tulodho” artinya pendidik harus memberikan

atau menjadi teladan bagi peserta didiknya. ”ing madya mangun karsa” artinya

pendidik harus mampu membangun karsa pada diri peserta didiknya dan ”tut wuri

handayani” artinya bahwa sepanjang tidak berbahaya pendidik harus memberi

kebebasan atau kesempatan kepada peserta didik untuk belajar mandiri.

Landasan filosofis ini bertitik tolak dari pertentangan mengenai hakikat

manusia dan hakikat anak. Dalam pandangan pendekatan ini anak berbeda dengan

orang dewasa. Dalam pandangan tentang pendidikan menegaskan bahwa

pendidikan tidak boleh didesign dengan ukuran dan titik tolak orang dewasa.

Pendidikan harus disajikan dengan pola pikir alam anak, sebab nilai dan alur pikir

orang dewasa tidak sama dengan alur nasional anak-anak. Landasan ini mengakui

adanya norma-norma anak sehingga hakikat pendidikan adalah pelayanan

educational yang iramanya sesuai dengan perkembangan irama anak, bukan irama

orang dewasa yang diperuntukan anak-anak. Pendidikan sebatas membantu anak

anak menuju kedewasaannya sehingga anak dibiarkan mengambil keputusan

sendiri atas kepentingannya, pendidikan akan berakhir ketika siswa sudah mampu

bertanggungjawab.

5

Page 6: Landasan Pendidikan

B. Landasan Sosiologis

Sosiologi lahir di Eropa pada abad ke-19 oleh seorang sosiologis yang

bernama August Comte pada tahun 1839, kemudian diikuti oleh negara-negara

lain. Sosiologi sebagai ilmu empiris merupakan ilmu pengetahuan yang

mempelajari tentang masyarakat, mempelajari berbagai tindakan sosial yang

menjelma dalam realitas sosial. Sosiologis pendidikan bertolak dari perjuangan

untuk memperbaiki masyarakat melalui pendidikan, kemudian berkembang ke

arah kajian akademik dan perbaikan praksis pendidikan. Landasan sosiologi

mengandung norma dasar yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat

yang dianut oleh suatu bangsa.

I. Pengertian Landasan Sosiologis

Landasan sosiologis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan

karakteristik masyarakat. Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang

proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan.

Lembaga pendidikan harus diberdayakan bersama dengan lembaga sosial.

dalam hal ini, pendidikan disejajarkan dengan lembaga ekonomi, politik sebagai

pranata kemasyarakatan, pembudayaan masyarakat belajar (society learning)

harus dijadikan sarana rekonstruksi sosial. Apabila perencanaan pendidikan yang

melibatkan masyarakat bisa tercapai, maka patologi sosial setidaknya dapat

terkurangi. Hasrat masyarakat belajar sampai saat ini masih rendah. Hal ini

ditandai dengan rendahnya angka partisipasi masyarakat dalam sekolah, terutama

dalam membangun masyarakat belajar.

Sistem pendidikan nasional tidak mungkin selalu bertumpu pada

Pemerintah, sebab dengan adanya krisis, Pemerintah semakin tidak mampu untuk

membiayai pendidikan, demikian pula apabila pendidikan hanya terarah pada

tujuan penbelajaran yang murni pada aspek kognitif, afektif, tanpa mengaitkan

dengan kepentingan sosial, politik dan upaya pemecahan problema bangsa maka

6

Page 7: Landasan Pendidikan

pendidikan tidak akan mampu dijadikan sebagai sarana rekonstruksi sosial. Dalam

kaitannya dengan perluasan fungsi pendidikan lebih jauh, maka diperlukan

pengembangan sistem pendidikan nasional yang didasarkan atas kesadaran

kolektif bangsa dalam rangka ikut memecahkan berbagai kesulitan soisial.

Pendidikan nasional yang berlandaskan sosiologis dalam

penyelenggaraannya harus memperhatikan aspek yang berhubungan dengan sosial

baik problemanya maupun demografis. Masalah yang kini sedang dihadapi

bangsa adalah masalah disparitas sosial ekonomi sehingga pendidikan dirancang

untuk mengurangi beban disparitas tersebut. Aspek sosial lainnya seperti

ketidaksamaan mengakses informasi yang konsekuensinya akan mempertajam

kesenjangan sosial dapat dieliminir melalui pendidikan.

Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara dua

individu, bahkan dua generasi, yang memungkinkan generasi muda

memperkembangkan diri. Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga

sekolah yang dengan sengaja dibentuk oleh masyarakat. Perhatian sosiologi pada

pendidikan semakin intensif. Dengan meningkatnya perhatian sosiologi pada

kegiatan pendidikan tersebut maka lahirlah cabang sosiologi pendidikan.

II. Latar Belakang Historis Sosiologi Pendidikan

Di Indonesia, perhatian akan peran pendidikan dalam pengembangan

masyarakat, dimulai sekitar tahun 1900, saat Indonesia masih dijajah Belanda.

Para pendukung politik etis di Negeri Belanda saat itu melihat adanya

keterpurukan kehidupan orang Indonesia. Mereka mendesak agar pemerintah

jajahan melakukan politik balas budi untuk memerangi ketidakadilan melalui

edukasi, irigasi, dan emigrasi. Meskipun pada mulanya program pendidkan itu

amat elitis, lama kelamaan meluas dan meningkat ke arah yang makin populis

sampai penyelenggaraan wajib belajar dewasa ini. Pelopor pendidikan pada saat

itu antara lain: Van Deventer, R.A. Kartini, dan R. Dewi Sartika.

7

Page 8: Landasan Pendidikan

III. Landasan Sosiologis Pendidikan

Landasan sosiologis mengandung norma dasar pendidikan yang bersumber

dari norma kehidupan masyarakat yang dianut oleh suatu bangsa. Untuk

memahami kehidupan bermasyarakat suatu bangsa, kita harus memusatkan

perhatian pada pola hubungan antar pribadi dan antar kelompok dalam masyarakat

tersebut. Untuk terciptanya kehidupan masyarakat yang rukun dan damai,

terciptalah nilai-nilai sosial yang dalam perkembangannya menjadi norma-norma

sosial yang mengikat kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh masing-

masing anggota masyarakat.

Dalam kehidupan bermasyarakat dibedakan tiga macam norma yang

dianut oleh pengikutnya, yaitu:

1. Paham individualisme

dilandasi teori bahwa manusia itu lahir merdeka dan hidup merdeka. Masing-

masing boleh berbuat apa saja menurut keinginannya, asalkan tidak mengganggu

keamanan orang lain. Dampak individualisme menimbulkan cara pandang yang

lebih mengutamakan kepentingan individu di atas kepentingan masyarakat. Dalam

masyarakat seperti ini, usaha untuk mencapai pengembangan diri, antara anggota

masyarakat satu dengan yang lain saling berkompetisi sehingga menimbulkan

dampak yang kuat.

2. Paham kolektivisme

memberikan kedudukan yang berlebihan kepada masyarakat dan kedudukan

anggota masyarakat secara perseorangan hanyalah sebagai alat bagi

masyarakatnya.

3. Paham integralistik

dilandasi pemahaman bahwa masing-masing anggota masyarakat saling

berhubungan erat satu sama lain secara organis merupakan masyarakat.

Masyarakat integralistik menempatkan manusia tidak secara individualis

melainkan dalam konteks strukturnya manusia adalah pribadi dan juga merupakan

8

Page 9: Landasan Pendidikan

relasi. Kepentingan masyarakat secara keseluruhan diutamakan tanpa merugikan

kepentingan pribadi.

Landasan sosiologis pendidikan di Indonesia menganut paham

integralistik yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat:

1. kekeluargaan dan gotong royong,

2. kebersamaan,

3. musyawarah untuk mufakat,

4. kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bermasyarakat,

5. negara melindungi warga negaranya,

6. selaras, serasi, seimbang antara hak dan kewajiban.

Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia tidak hanya meningkatkan

kualitas manusia secara orang per orang melainkan juga kualitas struktur

masyarakatnya.

IV. Ruang Lingkup dan Fungsi Kajian Sosiologi Pendidikan

Para ahli Sosiologi dan ahli Pendidikan sepakat bahwa, sesuai dengan

namanya, Sosiologi Pendidikan atau Sociology of Education (juga Educational

Sociology) adalah cabang ilmu Sosiologi, yang pengkajiannya diperlukan oleh

professional dibidang pendidikan (calon guru, para guru, dan pemikir pendidikan)

dan para mahasisiwa serta professional sosiologi.

Mengenai ruang lingkup Sosiologi Pendidikan, Brookover mengemukakan

adanya empat pokok bahasan berikut:

1. Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain atau system

sosial lain.

2. Hubungan kemanusiaan, hubungan sekolah dengan komunitas sekitar.

3. Pengaruh sekolah pada perilaku anak didiknya/anggotanya.

9

Page 10: Landasan Pendidikan

4. Sekolah dalam komunitas,yang mempelajari pola interaksi antara sekolah

dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya (hubungan

antarmanusia dalam suatu sistem pendidikan).

Sosiologi Pendidikan diharapkan mampu memberikan rekomendasi

mengenai bagaimana harapan dan tuntutan masyarakat mengenai isi dan proses

pendidikan itu, atau bagaimana sebaiknya pendidikan itu berlangsung menurut

kacamata kepentingan masyarakat, baik pada level nasional maupun lokal.

Sosiologi Pendidikan secara operasional dapat defenisi sebagai cabang

sosiologi yang memusatkan perhatian pada mempelajari hubungan antara pranata

pendidikan dengan pranata kehidupan lain, antara unit pendidikan dengan

komunitas sekitar, interaksi sosial antara orang-orang dalam satu unit pendidikan,

dan dampak pendidikan pada kehidupan peserta didik.

Sebagaimana ilmu pengetahuan pada umumnya, Sosiologi Pendidikan

dituntut melakukan tiga fungsi pokok:

1. fungsi eksplanasi

yaitu menjelaskan atau memberikan pemahaman tentang fenomena yang termasuk

ke dalam ruang lingkup pembahasannya. Untuk diperlukan konsep-konsep,

proposisi-proposisi mulai dari yang bercorak generalisasi empirik sampai dalil

dan hukum-hukum yang mantap, data dan informasi mengenai hasil penelitian

lapangan yang actual, baik dari lingkungan sendiri maupun dari lingkungan lain,

serta informasi tentang masalah dan tantangan yang dihadapi. Dengan informasi

yang lengkap dan akurat, komunikan akan memperoleh pemahaman dan wawasan

yang baik dan akan dapat menafsirkan fenomena-fenomena yang dihadapi secara

akurat. Penjelasan-penjelasan itu bisa disampaikan melalui berbagai media

komunikasi.

2. fungsi prediksi

yaitu meramalkan kondisi dan permasalahan pendidikan yang diperkirakan akan

muncul pada masa yang akan datang. Sejalan dengan itu, tuntutan masyarakat

akan berubah dan berkembang akibat bekerjanya faktor-faktor internal dan

eksternal yang masuk ke dalam masyarakat melalui berbagai media komunikasi.

10

Page 11: Landasan Pendidikan

Fungsi prediksi ini amat diperlukan dalam perencanaan pengembangan

pendidikan guna mengantisipasi kondisi dan tantangan baru.

3. fungsi utilisasi

yaitu menangani permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan

masyarakat seperti masalah lapangan kerja dan pengangguran, konflik sosial,

kerusakan lingkungan, dan lain-lain yang memerlukan dukungan pendidikan, dan

masalah penyelenggaraan pendidikan sendiri.

Jadi, secara umum Sosiologi Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan

fungsi-fungsinya selaku ilmu pengetahuan (pemahaman eksplanasi, prediksi, dan

utilisasi), melalui pengkajian tentang keterkaitan fenomena-fenomena sosial dan

pendidikan, dalam rangka mencari model-model pendidikan yang lebih fungsional

dalam kehidupan masyarakat. Secara khusus, Sosiologi Pendidikan berusaha

untuk menghimpun data dan informasi tentang interaksi sosial di antara orang-

orang yang terlibat dalam institusi pendidikan dan dampaknya bagi peserta didik,

tentang hubungan antara lembaga pendidikan dan komunitas sekitarnya, dan

tentang hubungan antara pendidikan dengan pranata kehidupan lain.

V. Masyarakat Indonesia sebagai Landasan Sosiologis Sistem

Pendidikan Nasional

Masyarakat selalu mencakup sekelompok orang yang berinteraksi antar

sesamanya, saling tergantung dan terikat oleh nilai dan norma yang dipatuhi

bersama, pada umumnya bertempat tinggal di wilayah tertentu, dan ada kalanya

mereka memiliki hubungan darah atau memiliki kepentingan bersama.

Masyarakat dapat merupakan suatu kesatuan hidup dalam arti luas ataupun dalam

arti sempit. Masyarakat dalam arti luas pada umumnya lebih abstrak misalnya

masyarakat bangsa, sedang dalam arti sempit lebih konkrit misalnya marga atau

suku. Masyarakat sebagai kesatuan hidup memiliki ciri utama, antara lain:

1. Ada interaksi antara warga-warganya,

11

Page 12: Landasan Pendidikan

2. Pola tingkah laku warganya diatur oleh adat istiadat, norma-norma,

hukum, dan aturan-aturan khas,

3. Ada rasa identitas kuat yang mengikat para warganya,

4. Kesatuan wilayah, kesatuan adat- istiadat, rasa identitas, dan rasa loyalitas

terhadap kelompoknya merupakan pangkal dari perasaan bangga sebagai

patriotisme, nasionalisme, jiwa korps, dan kesetiakawanan sosial.

Masyarakat Indonesia mempunyai perjalanan sejarah yang panjang. Dari

dulu hingga kini, ciri yang menonjol dari masyarakat Indonesia adalah sebagai

masyarakat majemuk yang tersebar di ribuan pulau di nusantara. Melalui

perjalanan panjang, masyarakat yang bhineka tersebut akhirnya mencapai satu

kesatuan politik untuk mendirikan satu negara serta berusaha mewujudkan satu

masyarakat Indonesia sebagai masyarakat yang bhinneka tunggal ika. Sampai saat

ini, masyarakat Indonesia masih ditandai oleh dua ciri yang unik, yakni:

1. Secara horizontal, ditandai oleh adanya kesatuan-kesatuan sosial atau

komunitas berdasarkan perbedaan suku, agama, adat istiadat, dan

kedaerahan

2. Secara vertikal, ditandai oleh adanya perbedaan pola kehidupan antara

lapisan atas, menengah, dan lapisan bawah

Pada zaman penjajahan, sifat dasar masyarakat Indonesia yang menonjol

adalah:

1. Terjadi segmentasi ke dalam bentuk kelompok sosial atau golongan sosial

jajahan yang seringkali memiliki sub-kebudayaan sendiri

2. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi

3. Seringkali anggota masyarakat atau kelompok tidak mengembangkan

konsensus di antara mereka terhadap nilai-nilai yang bersifat mendasar

4. Di antara kelompok relatif seringkali mengalami konflik

5. Terdapat saling ketergantungan di bidang ekonomi

12

Page 13: Landasan Pendidikan

6. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok-kelompok

sosial yang lain

7. Secara relatif integrasi sosial sukar dapat tumbuh.

Masyarakat Indonesia setelah kemerdekaan, utamanya pada zaman

pemerintahan Orde Baru, telah banyak mengalami perubahan. Sebagai masyarakat

majemuk, maka komunitas dengan ciri-ciri unik, baik secara horizontal maupun

secara vertical, masih dapat ditemukan, demikian pula halnya dengan sifat-sifat

dasar dari zaman penjajahan belum terhapus seluruhnya. Namun niat politik yang

kuat menjadi suatu masyarakat bangsa Indonesia serta kemajuan dalam berbagai

bidang pembangunan, maka sisi ketunggalan dari “bhinneka tunggal ika” makin

mencuat. Berbagai upaya dilakukan, baik melalui kegiatan jalur sekolah maupun

jalur luar sekolah, telah menumbuhkan benih-benih persatuan dan kesatuan yang

semakin kokoh.

Berbagai upaya telah dilakukan dengan tidak mengabaikan kenyataan

tentang kemajemukan masyarakat Indonesia. Hal terakhir tersebut kini makin

mendapat perhatian yang semestinya dengan antara lain dimasukkannya muatan

lokal (mulok) di dalam kurikulum sekolah. Perlu ditegaskan bahwa muatan lokal

di dalam kurikulum tidak dimaksudkan sebagai upaya membentuk “manusia

lokal”, akan tetapi haruslah dirancang dan dilaksanakan dalam rangka

mewujudkan “manusia Indonesia” di suatu lokal tertentu. Dengan demikian akan

dapat diwujudkan manusia Indonesia dengan wawasan nusantara dan berjiwa

nasional akan tetapi yang memahami dan menyatu dengan lingkungan (alam,

sosial, dan budaya) di sekitarnya.

13

Page 14: Landasan Pendidikan

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandanagan dalam filsafat

pendidikan, meyangkut keyakinan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang

sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik

dijalankan. Aliran filsafat yang kita kenal sampai saat ini adalah Idealisme,

Realisme, Perenialisme, Esensialisme, Pragmatisme dan Progresivisme dan

Ekstensialisme.

Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional

berdasarkan pancasila dan UUD 1945. sedangkan Ketetapan MPR RI No.

II/MPR/1978 tentang P4 menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh

rakyat Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa

Indonesia, dan dasar negara Indonesia.

Landasan sosiologis mengandung norma dasar pendidikan yang bersumber

dari norma kehidupan masyarakat yang dianut oleh suatu bangsa. Untuk

memahami kehidupan bermasyarakat suatu bangsa, kita harus memusatkan

perhatian pada pola hubungan antar pribadi dan antar kelompok dalam masyarakat

tersebut. Untuk terciptanya kehidupan bermasyarakat yang rukun dan damai,

terciptalah nilai-nilai sosial yang dalam perkembangannya menjadi norma-norma

sosial yang mengikat kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh masing-

masing anggota masyarakat.

Landasan sosiologis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan, dan

karakteristik masyarakat. Sosiologi pendidikan merupakan analisa ilmiah tentang

proses sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh

sosiologi pendidikan meliputi empat bidang:

hubungan sistem pendidikan dengan sistem sosial lain

hubungan sekolah dengan komunitas sekitar

14

Page 15: Landasan Pendidikan

hubungan antar manusia dalam sistem pendidikan

pengaruh sekolah terhadap perilaku anak didik

Perkembangan masyarakat Indonesia dari masa ke masa telah

mempengaruhi sistem pendidikan nasional. Hal tersebut sangatlah wajar,

mengingat kebutuhan akan pendidikan semakin meningkat dan kompleks.

Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan untuk menyesuaikan pendidikan

dengan perkembangan masyarakat terutama dalam hal menumbuhkembangkan

ke-Bhineka tunggal ika-an, baik melalui kegiatan jalur sekolah maupun jalur

pendidikan luar sekolah.

15

Page 16: Landasan Pendidikan

Daftar Pustaka

Suparyo, ypssy.2005.Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional.Yogyakarta: Media Abadi.

http://fatamorghana.wordpress.com/profil-hartoto/

http://meetabied.wordpress.com/

http://yuvitarbog.blogspot.com/

16