konsensus_nasional iii nyeri kepala

84
1 BAB 1 KLASIFIKASI INTERNASIONAL NYERI KEPALA EDISI KE 2 dan Kode lCD-10NA2004 KodeIHS 1. Migren(G43) 1.1. Migren tanpa aura(G43.0) 1.2. Migren dengan aura (G43.1) 1.2.1. Nyeri Kepala Migren dengan aura tipikal (G43.10) 1.2.2. Nyeri Kepala non migren dengan aura tipikal (G43.10) 1.2.3. Aura tipikal tanpa Nyeri kepala (G43.104) 1.2.4. Familial HemiplegikMigren(FHM)(G.43.105) 1.2.5. Sporadik hemiplegik migren (G43.105) 1.2.6. MigrentipeBasiler(G43.106) 1.3. Sindroma periodik pada anak yang sering menjadi prekursor migren (G43.82) 1.3.1. Cyclical vomiting (G43.82) 1.3.2. Migren abdominal (G43.920) 1.3.3. Benigna paroksismal vertigo pada anak (G43.821) 1.4. Migren Retinal (G43.81) 1.5. Komplikasi migren (43.3) 1.5.1. Migren Kronik(G43.3) 1.5.2. Status migrenosus (G43.2) 1.5.3. Aura persisten tanpa infark (G43.3) 1.5.4. Migrenous infark (G43.3) 1.5.5. Migraine-triggered seizures (G43.3)+(G40.Xatau G41 .X) 1.6. Probable migren (G43.83) 1.6.1. Probable migren tanpa aura (G43.83) 1.6.2. Probable migren dengan aura (G43.83) 1.6.3. Probable migren kronik (G43.83) 2. Tension Type Headache (TTH) (G44.2) 2.1. Tension-type headache episodik yang infrequent (G44.2) 2.1.1 Tension-type headache episodik yang infrequent berhubungan dengan nyeri tekan perikranial (G44.20) 2.1.2 Tension-type headache episodik yang infrequent tidak berhubungan dengan nyeri tekan perikranial. (G44.21) 2.2. Tension-type headache episodik yang frequent (G44.2) 2.2.1 Tension-type headache episodik yang frequent berhubungan dengan nyeri tekan perikranial (G44.20) 2.2.2 Tension-type headache yang frequent tidak berhubungan dengan nyeri tekan perikranial (G44.21) 2.3. Tension-type headache Kronik (G44.2) 2.3.1 Tension-type headache kronik berhubungan dengan nyeri tekan perikranial (G44.22) 2.3.2 Tension-type headache kronik tidak berhubungan dengan nyeri tekan perikranial (G44.28) 2.4. Probable tension-type headache (G44.28) 2.4.1 Probable tension-type headache episodik yang infrequent (G44.28) 2.4.2 Probable tension-type headache episodik yang freqrivenf(G44.28)

Upload: syariadagoetti

Post on 15-Sep-2015

182 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

xghhh

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB 1

    KLASIFIKASI INTERNASIONAL NYERI KEPALA

    EDISI KE 2 dan Kode lCD-10NA2004

    KodeIHS

    1. Migren(G43) 1.1. Migren tanpa aura(G43.0) 1.2. Migren dengan aura (G43.1)

    1.2.1. Nyeri Kepala Migren dengan aura tipikal (G43.10) 1.2.2. Nyeri Kepala non migren dengan aura tipikal (G43.10) 1.2.3. Aura tipikal tanpa Nyeri kepala (G43.104) 1.2.4. Familial HemiplegikMigren(FHM)(G.43.105) 1.2.5. Sporadik hemiplegik migren (G43.105) 1.2.6. MigrentipeBasiler(G43.106)

    1.3. Sindroma periodik pada anak yang sering menjadi prekursor migren (G43.82) 1.3.1. Cyclical vomiting (G43.82) 1.3.2. Migren abdominal (G43.920) 1.3.3. Benigna paroksismal vertigo pada anak (G43.821)

    1.4. Migren Retinal (G43.81) 1.5. Komplikasi migren (43.3)

    1.5.1. Migren Kronik(G43.3) 1.5.2. Status migrenosus (G43.2) 1.5.3. Aura persisten tanpa infark (G43.3) 1.5.4. Migrenous infark (G43.3) 1.5.5. Migraine-triggered seizures (G43.3)+(G40.Xatau G41 .X)

    1.6. Probable migren (G43.83) 1.6.1. Probable migren tanpa aura (G43.83) 1.6.2. Probable migren dengan aura (G43.83) 1.6.3. Probable migren kronik (G43.83)

    2. Tension Type Headache (TTH) (G44.2) 2.1. Tension-type headache episodik yang infrequent (G44.2)

    2.1.1 Tension-type headache episodik yang infrequent berhubungan dengan nyeri tekan perikranial (G44.20)

    2.1.2 Tension-type headache episodik yang infrequent tidak berhubungan dengan nyeri tekan perikranial. (G44.21)

    2.2. Tension-type headache episodik yang frequent (G44.2) 2.2.1 Tension-type headache episodik yang frequent berhubungan dengan nyeri

    tekan perikranial (G44.20)

    2.2.2 Tension-type headache yang frequent tidak berhubungan dengan nyeri tekan perikranial (G44.21)

    2.3. Tension-type headache Kronik (G44.2) 2.3.1 Tension-type headache kronik berhubungan dengan nyeri tekan perikranial

    (G44.22)

    2.3.2 Tension-type headache kronik tidak berhubungan dengan nyeri tekan perikranial (G44.28)

    2.4. Probable tension-type headache (G44.28) 2.4.1 Probable tension-type headache episodik yang infrequent (G44.28) 2.4.2 Probable tension-type headache episodik yang freqrivenf(G44.28)

  • 2

    2.4.3 Probable tension-type headache kronik (G44.28)

    3. Nyeri Kepala Klaster dan Sefalalgia Trigeminal-otonomik yang lainnya (G44.0) 3.1. Nyeri kepala Klaster(G44.0)

    3.1.1 Nyeri kepala Klaster episodik (G44.01) 3.1.2 Nyeri kepala Klaster Kronik (G44.02)

    3.2. Hemikrania paroksismal (G44.03) 3.2.1 Hemikrania paroksismal episodik (G44.03) 3.2.2 Hemikrania paroksismal Kronik (G44.03)

    3.3. Short-lasting unilateral neuralgiform headache with conjunctival injection and tearing (SUNCT) (G44.08)

    3.4. Probable sefalalgia trigeminal otonomik (G44.08) 3.4.1 Probable nyeri kepala klaster (G44.08) 3.4.2 Probable Hemikrania paroksismal (G44.08) 3.4.3 Probable SUNCT (G44.08)

    4. Nyeri Kepala Primer lainnya (G44.80) 4.1 Primary stabbing headache (G44.800) 4.2 Primary cough headache (G44.803) 4.3 Primaryexertionalheadache (G44.804) 4.4 Nyeri kepala primer sehubungan dengan aktifitas seksual(G44.805)

    4.4.1 Nyeri kepala Preorgasmik(G44.805) 4.4.2 Nyeri kepala Orgasmik (G44.805)

    4.5 Hypnicheadache (G44.80) 4.6 Primary thunderclap headache (G44.80) 4.7 Hemikrania kontinua (G44.80) 4.8 New daily-persistent headache (NDPH) (G44.2)

    5. Nyeri Kepala yang berkaitan dengan trauma kepala dan/atau leher(G44.88) 5.1. Nyeri kepala akut pasca trauma (G44.880)

    5.1.1 Nyeri kepala akut pasca trauma yang berkaitan dengan trauma kapitis sedang atau berat(G44.880)

    5.1.2 Nyeri kepala akut pasca trauma yang berkaitan dengan dengan trauma kapitis ringan (G44.880)

    5.2. Nyeri kepala kronik pasca trauma (G44.3) 5.2.1 Nyeri kepala kronik pasca trauma yang berkaitan dengan trauma kapitis

    sedang atau berat (G44.30)

    5.2.2 Nyeri kepala kronik pasca trauma yang berkaitan dengan trauma kapitis ringan (G44.31)

    5.3. Nyeri kepala akut yang berkaitan dengan whiplash injury headache (G44.841) 5.4. Nyeri kepala kronik yang berkaitan dengan whiplash injury headache (G44.841) 5.5. Nyeri kepala yang berkaitan dengan hematoma intrakranial traumatik (G44.88)

    5.5.1 Nyeri kepala yang berkaitan dengan hematoma epidural (G44.88) 5.5.2 Nyeri kepala yang berkaitan dengan hematoma subdural (G44.88)

    5.6. Nyeri kepala yang berkaitan dengan trauma kepala dan/atau leher yang lainnya (G44.88)

    5.6.1 Nyeri kepala akut yang berkaitan dengan trauma kepala dan/atau leher yang lainnya (G44.88)

    5.6.2 Nyeri kepala kronik yang berkaitan dengan trauma kepala dan/atau leher yang lainnya (G44.88)

  • 3

    5.7. Nyeri kepala pasca kraniotomi (G44.88) 5.7.1 Nyeri keoala pasca kraniotomi akut (G44.880) 5.7.2 Nyeri kepala pasca kraniotomi kronik (G44.30)

    6. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan vaskuler kranial dan/atau servikalis (G44.81)

    6.1. Nyeri kepala yang berkaitan dengan stroke iskemik dan transient ischemic attacks (G44.810)

    6.1.1 Nyeri kepala yang berkaitan dengan stroke iskemik (infark serebri) (G44.810)

    6.1.2 Nyeri kepala yang berkaitan dengan transient ischemic attacks (TlA) (G44.810)

    6.2. Nyeri kepala yang berkaitan dengan perdarahan intrakranial nontraumatik (G44.810)

    6.2.1 Nyeri kepala yang berkaitan dengan perdarahan intraserebral (G44.810) 6.2.2 Nyeri kepala yang berkaitan dengan perdarahan subarakhnoid (G44.810)

    6.3. Nyeri kepala yang berkaitan dengan Unruptured maiformasi vaskuler (G44.811) 6.3.1. Nyeri kepala yang berkaitan dengan aneurisma sakuler (G44.811) 6.3.2. Nyeri kepala yang berkaitan dengan arterio-venus maiformasi (G44.811) 6.3.3. Nyeri kepala yang berkaitan dengan fistula arterio-venous Dural (G44.811) 6.3.4. Nyeri kepala yang berkaitan dengan angioma kavernosus (G44.811) 6.3.5. Nyeri kepala yang berkaitan dengan Ensefalotrigeminal atau

    leptomeningeal angiomatosis (Sturge Weber Syndrome) (G44.811)

    6.4. Nyeri kepala yang berkaitan dengan arteritis (G44.812) 6.4.1 Nyeri kepala yang berkaitan dengan Giant cell arteritis (GCA) (G44.812) 6.4.2 Nyeri kepala yang berkaitan dengan Angiitis sistem saraf pusat primer

    (G44.812)

    6.4.3 Nyeri kepala yang berkaitan dengan Angiitis sistem saraf pusat sekunder (G44.812)

    6.5. Nyeri arteri karotis atau vertebral (G44.810) 6.5.1 Nyeri kepala daripada nyeri facial atau leheryang berkaitan dengan diseksi

    arterial (G44.810)

    6.5.2 Nyeri kepala Pasca-endarterektomi (G44.814) 6.5.3 Nyeri kepala angioplasti karotis (G44.810) 6.5.4 Nyeri kepala yang berkaitan dengan prosedur endovaskuler intracranial

    (G44.810)

    6.5.5 Nyeri kepala angiografi (G44.810) 6.6. Nyeri kepala yang berkaitan dengan trombosis venosus serebral(G44.810) 6.7. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan vaskuler intrakranial lainnya (G44.81)

    6.7.1 CADASIL (Cerebral Autosomal Dominant Arteriopathy with Subcortical Infarctsand Leukoencephalopathy) (G44.81)

    6.7.2 MELAS (Mitochondrial Encephalopathy, Lactic Acidosis and Stroke like episodes) (G44.81)

    6.7.3 Nyeri kepala yang berkaitan dengan angiopati benigna sistem saraf pusat (G44.81)

    6.7.4 Nyeri kepala yang berkaitan dengan apopleksi hipofise (G44.81)

    7. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan non vaskuler (G44.82) 7.1. Nyeri kepala yang berkaitan dengan peninggian tekanan cairan serebrospinal

    (G44.820)

  • 4

    7.1.1. Nyeri kepala yang berkaitan dengan hipertensi intrakranial Idiopatik (G44.820)

    7.1.2. Nyeri kepala yang berkaitan dengan hipertensi intrakranial sekunder akibat faktor metabolik, toksik ataupun hormonal (G44.820)

    7.1.3. Nyeri kepala yang berkaitan dengan hipertensi intrakranial sekunder akibat hidrosefalus (G44.820)

    7.2. Nyeri kepala yang berkaitan dengan penurunan tekanan cairan serebrospinal (G44.820)

    7.2.1 Nyeri kepala pasca pungsi dural (G44.820) 7.2.2 Nyeri kepala fistula likuor serebro spinal (G44.820) 7.2.3 Nyeri kepala yang berkaitan dengan penurunan tekanan cairan

    serebrospinal spontan (idiopatik) (G44.820)

    7.3. Nyeri kepala yang berkaitan dengan Penyakit Inflamasi yang non infeksius (G44.82)

    7.3.1 Nyeri kepala yang berkaitan dengan Neurosarkoidosis (G44.823) 7.3.2 Nyeri kepala yang berkaitan dengan Aseptik (non-infeksius) meningitis

    (G44.823)

    7.3.3 Nyeri kepala yang berkaitan dengan penyakit inflamasi non infeksius yang lainnya(G44.823)

    7.3.4 Nyeri kepala yang berkaitan dengan limfositik hipofisitis (G44.82) 7.4. Nyeri kepala yang berkaitan dengan neoplasma intracranial (G44.822)

    7.4.1 Nyeri kepala yang berkaitan dengan peninggian tekanan intrakranial atau hidrosefalus oleh sebab neoplasma (G44.822)

    7.4.2 Nyeri kepals yang berkaitan langsung dengan neoplasma (G44.822) 7.4.3 Nyeri kepala yang berkaitan dengan karsinomatous meningitis (G44.822) 7.4.4 Nyeri kepala yang berkaitan dengan hiper/hiposekresi hipotalamus atau

    hipofise (G44.822)

    7.5. Nyeri kepala yang berkaitan dengan injeksi intratekal (G44.824) 7.6. Nyeri kepala yang berkaitan dengan epileptic seizure (G44.82)

    7.6.1 Hemikrania epileptika (G44.82) 7.6.2 Nyeri kepala Post-seizure (G44.82)

    7.7. Nyeri kepala yang berkaitan dengan Chiarimalformation type I (CM1) (G44.82) 7.8. Sindrom nyeri kepala dan defisit neurologi yang sepintas disertai limpositosis likuor

    serebro spinal (G44.82)

    7.9. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan non vaskuler intrakranial lainnya (G44.82)

    8. Nyeri kepala yang berkaitan dengan suatu substansi atau proses withdrawal nya (G44.4 atau G44.83)

    8.1. Nyeri kepala akibat induksi penggunaan atau pemaparan substansi akut (G44.40) 8.1.1. Nyeri kepala akibat induksi Nitricoxide donor (NO) (G44.400)

    8.1.1.1 Nyeri kepala Immediate akibat induksi NO donor (G44.400) 8.1.1.2 Nyeri kepala De/ayedakibat NO donor (G44.400)

    8.1.2. Nyeri kepala akibat induksi Phosphodiesterase (PDE) inhibitor (G44.40) 8.1.3. Nyeri kepala akibat induksi Karbon monoxide (G44.402) 8.1.4. Nyeri kepala akibat induksi Alkohol (G44.83)

    8.1.4.1 Nyeri kepala Immediate akibat induksi alkohol (G44.83) 8.1.4.2 Nyeri kepala De/ayedakibat induksi alkohol (G44.83)

    8.1.5. Nyeri kepala akibat induksi komponen makanan dan zat adiktif (G44.4) 8.1.5.1. Nyeri kepala akibat induksi Monosodium gluta.nat (G44.401)

    8.1.6. Nyeri kepala akibat induksi kokain (G44.83

  • 5

    8.1.7. Nyeri kepala akibat induksi Cannabis (G44.83) 8.1.8. Nyeri kepala akibat induksi Histamin (G44.40)

    8.1.8.1 Nyeri kepala Immediate akibat induksi histamin (G44.40) 8.1.8.2 Nyeri kepala Delayed akibat induksi histamin (G44.40)

    8.1.9. Nyeri kepala akibat induksi Calcitonin gene related peptide (CGRP) (G44.40)

    8.1.9.1 Nyeri kepala Immediate akibat induksi CGRP (G44.40) 8.1.9.2 Nyeri kepala Delayed akibat induksi CGRP (G44.40)

    8.1.10. Nyeri kepala akut akibat reaksi tidak baik yang dapat dikaitkan dengan penggunaan obat2an untuk indikasi lain (G44.41)

    8.1.11. Nyeri kepala akut akibat induksi penggunaan substansi atau pemaparannya berilah nama substansi secara spesifik) (G44.4 or G44.83)

    8.2. Nyeri kepala akibat penggunaan obatyang berlebihan (Medication Overuse=MOH) (G44.41 or G44.83)

    8.2.1 Nyeri kepala akibat penggunaan berlebihan Ergotamine (G44.411) 8.2.2 Nyeri kepala akibat penggunaan berlebihan Triptan (G44.41) 8.2.3 Nyeri kepala akibat penggunaan berlebihan Analgesik (G44.410) 8.2.4 Nyeri kepala akibat penggunaan berlebihan opioid (G44.83) 8.2.5 Nyeri kepala akibat penggunaan kombinasi analgesik berlebihan (G44.410) 8.2.6 Nyeri kepala akibat penggunaan obat berlebihan yang berkaitan dengan

    penggunaan obat kombinasi secara akut (berilah nama substansi secara

    spesifik) (G44.410)

    8.2.7 Nyeri kepala yang berkaitan dengan penggunaan obat berlebihan lainnya 8.2.8 Nyeri kepala Probable penggunaan obat berlebihan (berilah nama

    substansi secara spesifik) (G44.41 atau G44.83)

    8.3. Nyeri kepala akibat reaksi tidak baik yang dapat dikaitkan dengan pemberian obat-obatan kronik (berilah nama substansi secara spesifik) (G44.4)

    8.3.1. Nyeri kepala akibat induksi Hormon eksogen (G44.418) 8.4. Nyeri kepala akibat withdrawal dan ketergantungan substansi (G44.83)

    8.4.1 Nyeri kepala Kafein withdrawal (G44.83) 8.4.2 Nyeri kepala Opioids-withdrawal (G44.83) 8.4.3 Nyeri kepala Oestrogen withdrawal (G44.83) 8.4.4 Nyeri kepala yang berkaitan dengan withdrawal penggunaan kronik

    substansi lainnya. (berilah nama substansi secara spesifik) (G44.83)

    9. Nyeri kepala yang berkaitan dengan infeksi 9.1. Nyeri kepala yang berkaitan dengan infeksi intrakranial (G44.821)

    9.1.1 Nyeri kepala yang berkaitan dengan meningitis bakteriil (G44.821) 9.1.2 Nyeri kepala yang berkaitan dengan meningitis limpositik (G44.821) 9.1.3 Nyeri kepala yang berkaitan dengan ensefalitis(G44.821) 9.1.4 Nyeri kepala yang berkaitan dengan abses otak(G44.821) 9.1.5 Nyeri kepala yang berkaitan dengan empyeiia subdural(G44.821

    9.2. Nyeri kepala yang berkaitan dengan infeksi sistemik(G44.881) 9.2.1 Nyeri kepala yang berkaitan dengan infeksi bakteriil sistemik (berilah nama

    etiologi secara spesifik) (G44.881)

    9.2.2 Nyeri kepala yang berkaitan dengan infeksi virus sistemik (berilah nama etiologi secara spesifik) (G44.881)

    9.2.3 Nyeri kepala yang berkaitan dengan infeksi sistemik lainnya (berilah nama etiologi secara spesifik) (G44.881

    9.3. Nyeri kepala yang berkaitan dengan HIV/AIDS(G44.821) 9.4. Nyeri kepala pasca-infeksi kronik (berilah nama etiologi secara spesifik) (G44.821

  • 6

    atau 44.881)

    9.4.1. Nyeri kepala pasca meningitis bakteriil kronik (G44.821)

    10. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan Hemostasis (G44.882) 10.1. Nyeri kepala yang berkaitan dengan hipoksia dan/atau hiperkapnia (G44.882)

    10.1.1 Nyeri kepala High altitude (G44.882) 10.1.2 Nyeri kepala O/V/ng (G44.882) 10.1.3 Nyeri kepala SleepApnoea(G44.882)

    10.2. Nyeri kepala Dialisis (G44.882) 10.3. Nyeri kepala yang berkaitan dengan hipertensi arterial (G44.813)

    10.3.1 Nyeri kepala yang berkaitan dengan pheochromocytoma(G44.813) 10.3.2 Nyeri kepala yang berkaitan dengan hipertensif krisis tanpa hipertensif

    ensefalopati. (G44.813)

    10.3.3 Nyeri kepala yang berkaitan dengan hipertensif ensefalopati. (G44.813) 10.3.4 Nyeri kepala yang berkaitan dengan pre-eklampsi (G44.813) 10.3.5 Nyeri kepala yang berkaitan dengan eklampsi(G44.813) 10.3.6 Nyeri kepala yang berkaitan dengan respons pressor akut terhadap agen

    eksogen (berilah nama etiologi secara spesifik) (G44.813)

    10.4. Nyeri kepala yang berkaitan dengan hipotiroidism(G44.882) 10.5. Nyeri kepala yang berkaitan dengan puasa (G44.882) 10.6. Cardiac Cephalalgia(G44.882) (berilah nama etiologi secara spesifik) 10.7. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan homeostasis lainnya. (G44.882) (berilah

    nama etiologi secara spesifik)

    11. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan kranium, leher, mata, telinga, hidung, sinus, gigi, mulutatau strukturfacial atau kranial lainnya. (G44.84)

    11.1 Nyeri kepala yang berkaitan dengan tulang kranium (G44.840) 11.2 Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan leher (G44.841)

    11.2.1 Nyeri kepala servikogenik (cervicogenicheadache) (G44.841J 11.2.2 Nyeri kepala yang berkaitan dengan tendinitis retrofaringeal(G44.842) 11.2.3 Nyeri kepala yang berkaitan dengan distonia kranioservikal (G44.841)

    11.3Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan mata (G44.843)

    11.3.1 Nyeri kepala yang berkaitan dengan glaukoma akut (G44.843) 11.3.2 Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan refraksi (G44.843) 11.3.3 Nyeri kepala yang berkaitan dengan Heteroforia or hoterotropia (latent

    ormanifest squint) (G44.843)

    11.3.4 Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan inflamasi okuler (berilah nama etiologi secara spesifik) (G44.843)

    11.4 Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan telinga (G44.844) 11.5 Nyeri kepala yang berkaitan dengan rhinosinusitis (G44.845) 11.6 Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan gigi, rahang dan struktur sekitamya

    (G44.846)

    11.7 Nyeri kepala atau nyeri facial yang berkaitan dengan kelainan artikulasi Temporomandibular (G44.846)

    11.8 Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan kranium, leher, mata, telinga, hidung, sinus, gigi, mulut atau struktur facial atau servikal lainnya. (berilah nama etiologi

    secara spesifik) (G44.84)

    12. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan psikiatrik (R51) 12.1 Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan somatisasi (R51) 12.2 Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan psikotik (berilah nama substansi

  • 7

    secara spesifik) (R51)

    13. Neuralgia kranial dan penyebab sentral nyeri facial (G44.847, G44.848 atau G44.85) 13.1. Neuralgia Trigeminal (G44.847)

    13.1.1 Neuralgia Trigeminal klasik(G44.847) 13.1.2 Neuralgia Trigeminal simptomatik(G44.847) (berilah nama etiologi secara

    spesifik)

    13.2. Neuralgia Glossofaringeal (G44.847) 13.2.1 Neuralgia glossofaringeal klasik(G44.847) 13.2.2 Neuralgia glossofaringeal simptomatik (berilah nama etiologi secara

    spesifik) (G44.847)

    13.3. Neuralgia Nervus intermedius (G44.847) 13.4. Neuralgia laringeal superior(G44.847) 13.5. Neuralgia Nasociliary (G44.847) 13.6. Neuralgia Supraorbital (G44.847) 13.7. Neuralgia cabang terminal lainnya(G44.847) 13.8. Neuralgia Oksipital (G44.847) 13.9. Neck-tongue syndrome (G44.851) 13.10. Nyeri kepala kompresi eksternal (G44.801) 13.11. Nyeri kepala stimulus dingin(G44.802)

    13.11.1 Nyeri kepala yang berkaitan dengan aplikasi eksternal stimulus dingin(G44.8020)

    13.11.2 Nyeri kepala yang berkaitan dengan menghirup stimulus dingin (G44.8021)

    13.12. Nyeri konstan akibat kompresi, iritatif atau distorsi nervi kranialis atau radiks servikalis bagian atas oleh lesi struktural (G44.848)(berilah nama etiologi secara

    spesifik)

    13.13. Neuritis optikus (G44.848) 13.14. Diabetik neuropati okuler.(G44.848) 13.15. Nyeri di kepala atau fasial yang berkaitan dengan Herpes zoster.(G44.881 atau

    G44.847)

    13.15.1 Nyeri di kepala atau facial yang berkaitan dengan herpes zoster akut.(G44.881)

    13.15.2 Neuralgia Post-herpetik.(G44.847) 13.16. Tolosa-Hunt syndrome.(G4.850) 13.17. Migren Oftalmoplegik.(G43.80) 13.18. Kausa sentral nyeri fasial.(G44.810 atau G44.847)

    13.18.1 Anestasia dolorosa.(G44.847) 13.18.2 Nyeri sentral post-stroke.(G44.810) 13.18.3 Nyeri facial yang berkaitan dengan muitipel sklerosis.(G44.847) 13.18.4 Nyeri facial idiopatik persisten(G44.847) 13.18.5 Burning mouth syndrome (berilah nama etiologi secara spesifik)

    (G44.847)

    13.19. Neuralgia kranial lainnya ataupun nyeri facial sentral lainnya (berilah nama etiologi secara spesifik) (G44.847

    14. Nyeri kepala, neuralgia kranial, sentral atau nyeri facial primer lainnya (R51) 14.1 Nyeri kepala yang tidakdapat dimasukkan pada klasifikasi tsb diatas(R51) 14.2 Nyeri kepala yang tidak spesifik (R51)

  • 8

    RINGKASAN KLASIFIKASI

    Secara garis besar klasifikasi nyeri kepala dibagi atas:

    I. Nyeri Kepala Primer

    1. Migren 2. Tension type Headache 3. Nyeri kepala klaster dan sefalalgia trigeminal-otonomik yang lain 4. Nyeri kepala primer lainnya

    II. Nyeri Kepala Sekunder

    1. Nyeri kepala yang berkaitan dengan trauma kepala dan/atau leher 2. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan vaskuler kranial atau servikal 3. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan non vaskuler intracranial 4. Nyeri kepala yang berkaitan dengan substansi atau withdrawal nya 5. Nyeri kepala yang berkaitan dengan infeksi 6. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan homeostasis 7. Nyeri kepala atau nyeri vaskuler yang berkaitan dengan kelainan kranium, leher, mata,

    telinga, hidung, sinus, gigi, mulut, atau strukturfacial atau kranial lainnya.

    8. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan psikiatrik

    III. Neuralgia kranial, sentral atau nyeri fasial primer dan nyeri kepala lainnya

    1. Neuralgia kranial dan penyebab sentral nyeri fasial 2. Nyeri kepala lainnya, neuralgia kranial, sentral atau nyeri fasial primer.

  • 9

    BAB 2

    NYERI KEPALA PRIMER

    Nyeri Kepala Primer

    1. Migren 2. Tension type Headache 3. Nyeri kepala klaster dan sefalalgia trigeminal-otonomik yang lain 4. Nyeri kepala primer lainnya

    1. Migren(G43) 1.1. Migren tanpa aura(G43.0) 1.2. Migren dengan aura (G43.1)

    1.2.1. Nyeri Kepala Migren dengan aura tipikal (G43.10) 1.2.2. Nyeri Kepala non migren dengan aura tipikal (G43.10) 1.2.3. Aura tipikal tanpa Nyeri kepala (G43.104) 1.2.4. Familial HemiplegikMigren(FHM)(G.43.105) 1.2.5. Sporadik hemiplegik migren (G43.105) 1.2.6. MigrentipeBasiler(G43.106)

    1.3. Sindroma periodik pada anak yang sering menjadi prekursor migren (G43.82) 1.3.1. Cyclical vomiting (G43.82) 1.3.2. Migren abdominal (G43.920) 1.3.3. Benigna paroksismal vertigo pada anak (G43.821)

    1.4. Migren Retinal (G43.81) 1.5. Komplikasi migren (43.3)

    1.5.1. Migren Kronik(G43.3) 1.5.2. Status migrenosus (G43.2) 1.5.3. Aura persisten tanpa infark (G43.3) 1.5.4. Migrenous infark (G43.3) 1.5.5. Migraine-triggered seizures (G43.3)+(G40.Xatau G41 .X)

    1.6. Probable migren (G43.83) 1.6.1. Probable migren tanpa aura (G43.83) 1.6.2. Probable migren dengan aura (G43.83) 1.6.3. Probable migren kronik (G43.83)

    1.1. Migren Tanpa Aura (G43.0) Istilah sebelumnya : Common migraine, Hemicrania simplex.

    Deskripsi :

    Nyeri kepala berulang dengan manifestasi serangan selama 4-72 jam. Karakteristik nyeri

    kepala unilateral, berdenyut, intensitas sedang atau berat, bertambah berat dengan aktivitas

    fisik yang rutin dan diikuti dengan nausea dan atau fotofobia dan fonofobia.

    Kriteria diagnostik

    A. Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi kriteria B-D B. Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4 72 jam (tidak diobati atau tidak berhasil

    diobati).

    C. Nyeri kepala mempunyai sedikitnya dua diantara karakteristik berikut : 1. Lokasi unilateral 2. Kualitas berdenyut 3. Intensitas nyeri sedang atau berat 4. Keadaan bertambah berat oleh aktivitas fisik atau penderita menghindari aktivitas

    fisik rutin (seperti berjalan atau naik tangga).

  • 10

    D. Selama nyeri kepala disertai salah satu dibawah ini : 1. Nausea dan atau muntah 2. Fotofobia dan fonofobia

    E. Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain

    1.2. Migren dengan aura (G43.1) Istilah sebelumnya : Classic migraine, ophthalmic, hemiparaesthetic, hemiplegic atau

    aphasic migraine, migraine accompagne, complicated migraine

    Deskripsi :

    Suatu serangan nyeri kepala berulang dimana didahului gejala neurologi fokal yang

    reversible secara bertahap 5 20 menit dan berlangsung kurang dari 60 menit. Gambaran nyeri kepala yang menyerupai migren tanpa aura biasanya timbul sesudah gejala aura.

    Kriteria diagnostik :

    A. Sekurang-kurangnya terjadi 2 serangan yang memenuhi kriteria B. B. Migren dengan aura yang memenuhi kriteria B dan C satu diantara 1.2.1-1.2.6 C. Tidak berkaitan dengan kelainan lain.

    1.2.1. Migren dengan aura tipikal (G43.10) Deskripsi :

    Aura tipikal terdiri dari gejala visual dan/atau sensoris dan/atau berbahasa. Yang

    berkembang secara bertahap, durasi tidak boleh lebih dari 1 jam, bercampur gambaran

    positif dan negatif, kemudian menghilang sempurna yang memenuhi kriteria 1.1 dari

    migren tanpa aura.

    Kriteria diagnostik

    A. Sekurang-kurangnya terjadi 2 serangan yang memenuhi kriteria B-D B. Adanya aura yang terdiri paling sedikit satu dari dibawah ini tetapi tidak dijumpai

    kelemahan motorik:

    1. Gangguan visual yang reversible seperti : positif (cahaya yang berkedip-kedip, bintik-bintik atau garis-garis) dan negatif (hilangnya penglihatan).

    2. Gangguan sensoris yang reversible termasuk positif (pins and needles), dan atau negatif (hilang rasa/kebas).

    3. Gangguan berbicara disfasia yang reversible sempurna. C. Paling sedikit dua dari dibawah ini :

    1. Gejala visual homonim dan/atau gejala sensoris unilateral 2. Paling tidak timbul satu macam aura secara gradual 5 menit dan/atau jenis aura

    yang lainnya 5 menit. 3. Masing-masing gejala berlangsung 5 dan 60 menit

    D. Nyeri kepala memenuhi kriteria B-D 1.1 migren tanpa aura dimulai bersamaan dengan aura atau sesudah aura selama 60 menit.

    E. Tidak berkaitan dengan kelainan lain.

    1.2.2. Nyeri kepala non migren dengan aura tipikal (G43.10) Deskripsi :

    Aura berisikan gangguan visual dan atau gangguan sensoris dan atau gangguan bicara.

    Perkembangan gradual, durasi tidak melebihi 1 jam, bercampur dengan gambaran positif

    dan negatif dan berisikan semua dari karakteristik dengan aura yang tidak memenuhi

    syarat migren tanpa aura.

  • 11

    Kriteria diagnostik :

    A. Sekurang-kurangnya 2 serangan yang memenuhi kriteria B D B. Adanya aura yang berisikan paling sedikit satu dari dibawah ini tetapi tidak dijumpai

    kelemahan motorik:

    1. Gangguan visual yang berulang seperti : positif (cahaya yang berkedip-kedip, bintik-bintik, atau garis-garis) dan negatif (hilangnya penglihatan).

    2. Gangguan sensoris termasuk positif (pins and needles), dan atau negatif (hilang rasa).

    3. Gangguan bicara disfasia. C. Paling sedikit dua dari dibawah ini :

    1. Gejala visual homonim dan atau gejala sensoris unilateral 2. Paling sedikit 1 gejala aura timbul secara gradual 5 menit dan / atau gejala aura

    yang lainnya terdapat 5 menit. 3. Setiap gejala berlangsung 5 dan 60 menit

    D. Nyeri kepala yang tidak memenuhi kriteria B D pada 1.1. migren tanpa aura yang dimulai selama aura atau diikuti aura selama 60 menit.

    E. Tidak berkaitan dengan kelainan lain.

    1.2.3. Aura tipikal tanpa nyeri kepala(G43.104) Deskripsi :

    Aura yang tipikal berupa gangguan visual dan/atau sensorik dengan atau tanpa gangguan

    bicara. Timbul secara gradual, durasi tidak melebihi dari 1 jam, campuran gambaran

    positif dan negatif dan akan pulih secara reversible sempurna dan tidak berhubungan

    dengan nyeri kepala.

    Kriteria diagnostik

    A. Sekurang-kurangnya 2 serangan yang memenuhi kriteria B D B. Adanya aura paling sedikit satu dari dibawah ini dan tidak dijumpai kelemahan

    motorik :

    1. Gangguan visual yang reversible seperti : positif (cahaya yang berkedip-kedip, bintin-bintik atau garis-garis) dan/atau negatif (hilangnya penglihatan).

    2. Gangguan sensoris yang reversible seperti positif (pins and needles), dan/ atau negatif (hilang rasa/numbness/kebas)

    C. Paling sedikit dua dari dibawah ini : 1. Gejala visual homonim dan/atau gejala unilateral sensoris 2. Paling tidak ada satu gejala aura yang timbul secara gradual 5 menit dan/atau

    aura yang lainnya 5 menit 3. Setiap gejala berlangsung 5 dan 60 menit

    D. Tidak didapati nyeri kepala selama aura atau sesudah timbulnya aura dalam waktu 60 menit.

    E. Tidak berkaitan dengan kelainan lain.

    1.2.4. Familial hemiplegik migren (FHM)(G.43.105) Deskripsi

    Migren dengan aura termasuk kelemahan motorik dan paling tidak ada satu keturunan

    pertama atau kedua dari keluarga menderita migren dengan aura termasuk kelemahan

    motorik.

  • 12

    Kriteria diagnostik

    A. Sekurang-kurangnya 2 serangan yang memenuhi kriteria B dan C B. Adanya aura berupa kelemahan motorik yang reversible disertai paling sedikit satu dari

    dibawah ini :

    1. Gejala visual yang reversible sempurna berupa gejala : positif (cahaya yang berkedip-kedip, bintik-bintik atau garis-garis) dan/atau negatif (hilangnya

    penglihatan).

    2. Gejala sensoris yang reversible sempurna berupa gejala : positif (pins and needles), dan/ atau negatif (hilang rasa/numbness/kebas)

    3. Gangguan bicara disfasia yang reversible C. Paling sedikit dua dari dibawah ini :

    1. Paling tidak ada satu gejala aura yang timbul secara gradual 5 menit dan/atau aura yang lainnya 5 menit.

    2. Setiap gejala berlangsung 5 dan < 24 jam. 3. Nyeri kepala yang memenuhi kriteria B D pada 1.1. migren tanpa aura dimulai

    selama aura atau sesudah onset aura selama 60 menit.

    D. Paling tidak ada satu dari keluarga keturunan pertama atau kedua yang menderita serangan yang memenuhi kriteria A E

    E. Tidak berkaitan dengan kelainan lain.

    1.2.5. Sporadik hemiplegik migren (G.43.105) Deskripsi :

    Migren dengan aura termasuk kelemahan motorik tetapi tidak terdapat pada keluarga pada

    keturunan pertama atau kedua yang mempunyai aura termasuk juga kelemahan motorik.

    Kriteria diagnostik:

    A. Sekurang-kurangnya 2 serangan yang memenuhi kriteria B dan C. B. Adanya aura yang terdiri atas kelemahan motorik yang reversible sempurna dan

    disertai paling tidak satu dibawah ini:

    1. Gejala visual yang reversible sempura seperti : positif ( cahaya yang berkedip-kedip, bintik-bintik atau garis-garis) dan negatif (hilangnya penglihatan).

    2. Gejala sensoris yang reversible sempurna termasuk positif (pins and needles), dan/atau negatif (hilang rasa).

    3. Gangguan bicara disfasia yang reversible sempurna. C. Paling sedikit dua dari di bawah ini:

    1. Paling tidak ada satu gejala aura yang timbul secara gradual 5 menit dan/atau gejala aura lain 5 menit.

    2. Setiap gejala aura berlangsung 5 menit dan < 24 jam. 3. Nyeri kepala yang memenuhi kriteria B-D pada 1.1. migren tanpa aura dimulai

    selama adanya aura atau sesudah onset aura dalam waktu 60 menit.

    D. Tidak ada riwayat keluarga keturunan pertama atau kedua mengalami serangan yang memenuhi kriteria A-E.

    E. Tidak berkaitan dengan kelainan lain

    1.2.6. Migren tipe basiler.(G43.106) Istilah sebelumnya : Migren arteri basiler, basiler migren.

    Deskripsi:

    Migren dengan aura yang berasal dari keterlibatan brain stem dan atau keterlibatan kedua

    hemisfer secara simultan tetapi tidak dijumpainya kelemahan motorik.

  • 13

    Kriteria diagnostik:

    A. Sekurang-kurangnya 2 serangan yang memenuhi kriteria B-D. B. Dijumpainya paling tidak 2 serangan aura yang reversible sempurna, tanpa ada

    kelemahan motorik:

    1. disartria 2. vertigo 3. tinitus 4. hypacusia 5. diplopia 6. gejala visual yang simultan kedua lapang pandang temporal dan nasal dari kedua

    mata.

    7. ataksia 8. kesadaran menurun 9. parestesis bilateral simultan.

    C. Paling sedikit satu dari dibawah ini : 1. paling tidak satu gejala aura yang timbul secara gradual > 5menit dan/ atau gejala

    aura lain yang terjadi lebih dari 5 menit.

    2. Tiap gejala aura berlangsung > 5 menit dan < 60 menit. D. Nyeri kepala yang memenuhi kriteria B-D pada 1.1. migren tanpa aura timbul pada

    waktu bersaman dengan aura ataupun sesudah onset aura dalam waktu 60 menit.

    E. Tidak berkaitan dengan kelainan lain.

    1.3. Sindroma periodik pada anak yang sering menjadi prekursor migren (G43.82)

    1.3.1 Cyclical vomiting (G43.82)

    Deskripsi :

    Cyclic vomiting adalah suatu serangan episodik yang berulang, biasanya stereotipik pada pasien secara individual berupa muntah & mual terus menerus.

    Serangan serangan tersebut disertai pucat dan lethargi. Di antara serangan-serangan di dapatkan resolusi gejala yang lengkap.

    Kriteria Diagnostik:

    A. Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi criteria B & C

    B. Serangan episodik, stereotipik pada seseorang berupa mual terus menerus, muntah

    berlangsung dari 1 jam sampai 5 hari.

    C. Muntah selama serangan terjadi sekurang-kurangnya 4x/jam paling tidak selama 1 jam

    D. Di antara serangan-serangan tidak terdapat gejala.

    E. Tidak berkaitan dengan kelainan lain.

    Catatan:

    Cyclical vomiting adalah kondisi episodic yang sembuh dengan sendirinya pada anak,

    disertai periode normal secara komplit diantara episode-episode serangan.

    .

    Terapi:

    Terapi saat serangan

    1. Erythromycin ethylsuccinate 20 mg/kg/hr dalam dosis terbagi 2x/hari selama 7 hari

    2. Anti migren

    3. Anti muntah

    Terapi profilaksis:

    1. Amitriptillin

    2. Cyproheptadin

  • 14

    1.3.2. Migren abdominal (G43.920)

    Deskripsi :

    Suatu gangguan idiopatik dan berulang terutama pada anak-anak yang ditandai

    dengan nyeri abdomen bagian tengah, dan manifestasi serangan-serangan berlangsung

    antara 1-72 jam dengan keadaan normal diantara episode-episode. Intensitas nyeri

    sedang sampai berat disertai gejala-gejala vasomotor, mual dan muntah.

    Kriteria Diagnostik : A. Sekurang-kurangnya serangan memenuhi kriteria B-D B. Serangan nyeri abdominal berlangsung antara 1-72 jam (tanpa terapi / gagal terapi) C. Nyeri abdominal mempunyai karakteristik sebagai berikut:

    a) Lokasi midline, periumbilikal atau poorly localised b) Nyeri tumpul c) Intensitas sedang sampai berat.

    D. Selama nyeri abdominal sekurang-kurangnya ada 2 gejala yang menyertai berikut : a) Anoreksia b) Nausea c) Muntah d) pucat

    E. Tidak berkaitan dengan kelainan lain

    Catatan :

    Nyeri cukup berat untuk dapat melakukan aktifitas hidup secara normal. Pada anak-

    anak didapatkan kesulitan untuk membedakan terjadinya anoreksia sampai mual.Pucat

    sering disertai bayangan hitam dibawah mata dan pada beberapa kasus didapatkan gejala

    vasomotor yang dominan yaitu flushing. Pada kebanyakan pasien anak-anak dengan

    abdominal migren akan menjadi nyeri kepala migren pada kehidupan selanjutnya.

    Serangan migren abdominal bisa diprovokasi oleh : stress, kelelahan, kurang tidur, salah

    makan. Biasanya tidak dijumpai aura spesifik. Pada beberapa anak dilaporkan mengalami

    gejala prodromal non spesifik : perubahan perilaku, perasaan tidak enak, nyeri kepala dan

    anoreksia.

    Terapi:

    Anti emetik : metoclopramide Analgesik : parasetamol, diklofenak, kodein Ergotamin Triptans Terapi cairan bila muntah berat Hidroterapi Abdominal castor oil Pemberian asam valproat (secara IV) Hindari pemakaian NSAID

    Terapi profilaksis :

    Beta blockers, cyproheptadin, tricyclic antidepresan, pizotifen, aspirin, diet tinggi serat, anti konvulsan.

    1.3.3. Benigna paroksismal vertigo pada anak (G43.821)

    Deskripsi:

    Suatu gangguan heterogen dengan karakteristik serangan vertigo episodik, rekuren yang

    terjadi tanpa ada peringatan dan biasanya membaik secara spontan.

  • 15

    Kriteria Diagnostik:

    A. Sekurang-kurangnya 5x serangan yang memenuhi kriteria B. B. Episode multiple dan vertigo yang berat, terjadi tanpa peringatan dan membaik

    spontan setelah beberapa menit sampai beberapa jam.

    C. Pada pemeriksaan neurologis, audiometri dan fungsi vestibular normal selama serangan.

    D. EEG normal

    Catatan:

    Menurut umur saat kejadian, BPV dibagi menjadi 2 bentuk:

    1. Early Childhood BPV Gejala:

    a) Gangguan keseimbangan, nistagmus, kepucatan yang terjadi mendadak dan berat b) Tidak didapatkan nyeri kepala maupun penurunan kesadaran c) Pada usia 15 hari dengan paling tidak ada 8 hari serangan migren

    atau probable migraine dalam satu bulan selama lebih dari 3 bulan dan tidak adanya

    riwayat penggunaan obat berlebihan.

  • 16

    Kriteria Diagnostik

    A. Nyeri kepala (tension type headache and/or migraine) dalam > 15 hari per bulannya, dan berlangsung lebih dari 3 bulan.

    B. Didapati pada pasien yang mendapat > 5 serangan yang memenuhi kriteria 1.1 migren tanpa aura.

    a. Mempunyai gejala paling tidak 2 dari 1 4 dibawah ini; 1. lokasi unilateral 2. berdenyut 3. intensitas nyeri sedang-berat 4. bertambah berat apabila melakukan aktifitas fisik rutin seperti berjalan atau

    naik tangga.

    b. Mempunyai gejala paling tidak 1 dari 1-2 dibawah ini 1. mual dan /atau muntah 2. fotofobia dan fonofobia

    D. Didapati perbaikan apabila diberi obat triptan atau ergot pada saat sebelum, yang diduga akan timbul gejala B.a. tersebut diatas.

    E. Tidak ada penggunaan obat berlebihan dan tidak berkaitan dengan penyebab gangguan lain.

    1.5.2. Status Migren Deskripsi:

    Suatu serangan migren berat yang berlangsung > 72 jam.

    Kriteria Diagnostik :

    A. Adanya serangan pada pasien 1.1.Migren tanpa Aura yang khas seperti serangan sebelumnya kecuali lama serangannya.

    B. Gambaran nyeri kepala adalah 2 hal berikut ini : 1. Tidak hilang > 72 jam 2. Intensitas berat

    C. Tidak berkaitan dengan gangguan lain

    1.5.3. Aura persisten tanpa infark Deskripsi: Tanda aura yang persisten lebih dari 1 minggu tanpa adanya gambaran infark pada

    pemeriksaan radiologis. Gejala aura dapat berupa gejala motorik, sensorik, atau visual.

    Kriteria Diagnostik: A. Adanya serangan pada pasien 1.2. Migren dengan aura yang khas seperti serangan

    sebelumnya kecuali satu atau lebih tanda-tanda aura yang berlangsung selama > 1

    minggu.

    B. Tidak berkaitan dengan gangguan lain

    1.5.4. Migrenous infark Deskripsi: Satu atau lebih tanda - tanda aura migren sehubungan dengan lesi iskemia otak pada

    teritori yang sesuai, dibuktikan dengan pemeriksaan neuroimaging

    Kriteria Diagnostik: A. Adanya serangan pada pasien migren dengan aura yang khas seperti serangan

    sebelumnya kecuali satu atau lebih tanda-tanda aura yang menetap lebih dari 60

    menit

  • 17

    B. Pemeriksaan neuroimaging menunjukkan infark iskemia dengan area yg sesuai C. Tidak berkaitan dengan kelainan yg lain

    1.5.5. Migraine triggered seizure Deskripsi: Suatu bangkitan yang dicetuskan oleh migraine aura.

    Kriteria Diagnostik: A. Migren yang memenuhi kriteria 1.2 Migren dengan aura B. Suatu bangkitan yang memenuhi kriteria diagnostik untuk satu tipe serangan epilepsi

    yang terjadi selama / dalam 1 jam sesudah suatu aura migren

    1.6.Probable migren

    1.6.1. Probable migren tanpa aura 1.6.2. Pribabale mugren dengan aura

    Kriteria diagnostik:

    A. Serangan nyeri kepala memenuhi semua kriteria A s/d D dari Migren dengan aura ataupun jenis-jenis dibawah nya, kecuali ada salah satu yang tidak sama.

    B. Tidak ada berkaitan dengan kelainan lainnya.

    1.6.5. Probable migren kronik Kriteria diagnostik:

    A. Serangan nyeri kepala memenuhi semua kriteria C dan D dari Migren tanpa aura dalam waktu > 15 hari/ bulannya dan lebih dari 3 bulan.

    B. Tidak ada berkaitan dengan kelainan lainnya yang terdaftar dalam grup 5 - 12, meskipun pada penderita didapati pemakaian obat berlebihan dalam 2 bulan terakhir

    ini.

    Penatalaksanaan Pengobatan Migren

    Sasaran Pengobatan Migren

    Sasaran pengobatan tergantung lama dan intensitas nyeri, gejala penyerta, derajat

    disabilitas serta respon awal dari pengobatan dan mungkin pula ditemukan penyakit lain

    seperti epilepsi, ansietas, stroke, infark miokard. Karena itu harus hati-hati memberikan

    obat. Bila ada gejala mual/muntah, obat diberikan rektal, nasal, subkutan atau intra vena.

    Tatalaksana pengobatan migren dapat dibagi menjadi 3 kategori :

    A. Langkah umum Perlu menghindari pencetus nyeri, seperti perubahan pola tidur, makanan, stress, dan

    rutinitas sehari-hari, cahaya terang, kelap kelip, perubahan cuaca, berada di tempat

    yang tinggi seperti gunung atau di pesawat udara.

    B. Terapi abortif

    Abortif non spesifik: Pada serangan ringan sampai sedang atau serangan berat atau berespon baik terhadap obat yang sama dapat dipakai : analgetik OTCs (Over The

    Counters), NSAIDs (oral)

    Abortif spesifik : Bila tidak respon terhadap analgetik/NSAIDs, dipakai obat spesifik seperti : Triptans (naratripants, rizatriptan, sumatriptan, zolmitriptan).

    Dihydro ergotamin (DHE), Obat golongan ergotamin

  • 18

    Terapi Abortif migren non spesifik

    Obat abortif migren spesifik :

    Situasi Klinik Pilihan obat

    Gagal dengan analgetik/NSAIDS Pilihan pertama menurut urut: Sumatriptan 50 mg p.o.

    Rizatriptan 10 mg p.o.

    Zolmitriptan 2.5 mg p.o.

    Almotriptan 12.5 mg p.o.

    Eletriptan 40 mg p.o.

    Efek lambat,tapi tolerability lebih baik Naratriptan 2.5 mg

    Frovatriptan 2.5 mg

    Nyeri kepala yg tidak terlampau sering:

    Ergotamine 1-2 mg p.o.

    Dihydroergotamine nasal spray 2mg

    Gejala awal mual muntah atau sulit

    menelan obat

    Sumatriptan 20 mg nasal spray

    Rizatriptan 10 mg MLT wafer

    Zolmitriptan 5 mg nasal spray*

    Nyeri kepala yang sering berulang Ergotamine 1-2 mg

    (perhaps most effective pr/usually with

    caffeine)

    Naratriptan 2.5 mg p.o.

    Almotriptan 12.5 mg p.o.

    Eletriptan 80 mg p.o.

    Dihydroergotamine 1 mg i.m.

    pengobatan akut yang kurang toleran Naratriptan 2.5 mg

    Almotriptan 12.5 mg p.o.

    Eletriptan 20 mg p.o.

    Muntah awal yang terus menerus Zolmitriptan 5 mg nasal spray*

    Sumatriptan 6 mg s.c.

    Dihydroergotamine 1 mg i.m.i.

    Menstrually-related headache Short-term prevention

    Ergotamine p.o. nocte

    Oestrogen patches

    Short-term NSAIDs

    Acute treatment

    Triptans

    Parasetamol 500- 1000 mg/6-8 jam

    Aspirin 500-1000 mg /4-6 jam, dosis maksimal 4 gr/hr

    Ibuprofen 400-800 mg/6 jam, dosis maksimal 2.4 gr/hari

    Naproxen sodium 275-550 mg/2-6 jam/hari, dosis maksimal 1.5 gr/hari

    Diklofenak potasium 50mg -100mg/hr dosis tunggal

    Metoclopramide 10 mg IV atau oral 20-30 min sebelum atau bersamaan dengan pemberian analgetik, NSAID, atau ergotamine derivative, menghilangkan nyeri disertai mual, muntah dan memperbaiki

    motilitas gastrik, mempertinggi absorbsi obat dalam usus dan efektif di kombinasikan dengan

    dihidroergotamine i.v.

    Ketorolac 60 mg IM/ 15-30 menit/ 15-30 min Dosis maksimal: 120 mg/hr. Tidak lebih dari 5 hari

    Butorphanol spray (1 mg) sediaan nostril, dapat diulang 1 jam lagi, Maksimal 4 spray/hr. Penggunaan terbatas 2x seminggu

    Prochlorperazine 25 mg oral atau suppose. Dosis maks 3 dosis per 24/jam

    Steroid merupakan drug of choice untuk status migrainosus seperti dexametasone, methyl prednison

  • 19

    Dihydroergotamine nasal spray/i.m.

    Gejala yang timbul sangat cepat dan

    berkembang cepat

    Zolmitriptan 5 mg nasal spray*

    Sumatriptan 6 mg s.c.

    Dihydroergotamine 1 mg i.m.i.

    Yang tidak respon terhadap obat-obat diatas dapat dipakai opiate dan analgetik yang mengandung butalbital.

    Definisi pengobatan akut migren dianggap berhasil jika memenuhi kriteria

    dibawah ini:

    1. Analgetik Obat pilihan pertama untuk serangan migren ringan dan sedang adalah analgetik.

    Untuk mencegah drug overuse headache penggunaan analgetik tunggal sebaiknya

    tidak lebih dari 15 hari per bulan dan penggunaan analgetik kombinasi tidak lebih

    dari 10 hari dalam sebulan. Pada tabel dibawah ini dicantumkan daftar obat

    analgetik untuk pengobatan serangan migren akut disertai level of

    recommendation dari masing-masing obat.

    Tabel 1. Analgetik/NSAIDs NAMA OBAT DOSIS, mg LEVEL OF

    EVIDENCE

    EFEK SAMPING

    Asam asetil salisilat (ASA)

    Asam asetil salisilat (ASA)

    Ibuprofen

    Naproxen

    Diclofenac

    Parasetamol

    ASA+Mol+caffeine

    Metamizol

    Phenazon

    Tolfenamic acid

    1000, oral

    1000, IV

    200-800, oral

    500-1000, oral

    50-100 oral

    1000, oral

    1000, supp

    250+250+50

    1000, oral

    1000, iv

    1000, oral

    200, oral

    A

    A

    A

    A

    A

    A

    A

    A

    B

    B

    B

    B

    GI tract

    Perdarahan

    GI tract

    GI tract

    GI tract

    Liver, kidney failure

    GI tract+liver, kidney

    failure

    agranulositosis

    Hipotensi

    Liver, kidney failure

    GI tract

    2. Antiemetik Penggunaan antiemetik pada serangan migren akut direkomendasikan untuk pengobatan

    nausea dan potensial emesis karena diasumsikan bahwa obat-obat antiemetik ini

    meningkatkan resorbsi analgetik. Metoclopramide 20 mg direkomendasikan untuk

    dewasa dan remaja. Untuk anak anak sebaiknya diberikan domperidon 10 mg karena

    kemungkinan timbulnya efek samping ekstrapiramidal pada penggunaan

    metoclopramide.

    1. Bebas nyeri sesudah 2 jam pengobatan 2. Perbaikan nyeri dari skala nyeri kepala 2 (sedang) atau 3(berat) menjadi skala nyeri kepala

    1(ringan) atau skala 0 (tidak ada nyeri kepala) sesudah 2 jam

    3. Efikasi pengobatan konsisten pada 2 3 x serangan 4. Tidak ada nyeri kepala rekuren/berulang dan tidak ada pemakaian obat lagi dalam waktu/pada

    24 jam sesudah pengobatan berhasil.

  • 20

    Tabel 2. Antiemetik yang direkomendasikan untuk pengobatan serangan migren akut.

    Nama Obat Dosis, mg Level Keterangan

    Metoclopramide 10-20 (oral) B Efek samping: dyskinesia;

    20 (supp.) kontra indikasi pada anak-anak

    10 (i.m., i.v., s.c.) dan kehamilan; juga efek

    analgetik

    Domperidon 20-30 (oral) B Efek samping lebih ringan

    daripada metoclopramide;

    dapat diberikan pada anak-

    anak

    3. Alkaloid ergot Penelitian komperatif melaporkan bahwa triptan memiliki efikasi yang lebih baik

    daripada alkaloid ergot. Keuntungan penggunaan alkaloid ergot adalah angka rekurensinya lebih

    rendah pada beberapa pasien. Oleh karena itu obat golongan ini sebaiknya penggunaan terbatas

    pada pasien dengan serangan migren yang sangat panjang atau dengan rekurensi yang reguler.

    Senyawa satu-satunya yang memiliki bukti efikasi yang cukup adalah ergotamin tartrat dan

    dihydroergotamine 2 mg ( oral dan suppositoria ). Alkaloid ergot dapat menginduksi drug

    overuse headache sangat cepat pada dosis yang sangat rendah. Oleh karena itu panggunaannya

    harus dibatasi hanya sampai 10 hari saja perbulan. Efek samping terutama adalah nausea,

    muntah, parestesi, dan ergotisme.

    Kontra indikasi pemberian obat ini pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler dan

    serebrovaskuler, penyakit Raynaud, hipertensi, gagal ginjal, kehamilan dan masa laktasi.

    4. Triptans (5-HT1B/1D-agonists) Untuk migren sedang sampai berat atau migren ringan sampai sedang yang tidak respon

    terhadap analgesik atau NSAIDs. Sumatriptan s.c lebih efektif karena cepat mencapai terapeutik

    efek ( 15 menit) pada 70 82% penderita. Penderita harus mencoba satu macam obat untuk 2 3 kali serangan sebelum ingin menukar obat dengan jenis triptan lain.

    Tabel 3. Obat-obat golongan triptan yang digunakan untuk pengobatan serangan migren akut

    Nama Obat Dosis, mg Level dosis maksimal/hr

    Sumatriptan 25, 50, 100 (oral A 200

    Termasuk rapid-release)

    25 (supp.) A

    10, 20 (nasal spray) A 40

    6 (s.c.) A

    Zolmitriptan 2,5; 5 (oral termasuk A 10

    bentuk desintegrating)

    2,5; 5 (nasal spray) A 10

    Naratriptan 2,5 (oral) A 5

    Rizatriptan 10 (oral) A 30

    Almotriptan 12,5 (oral) A 25

    Eletriptan 20, 40 (oral) A 80

    Frovatriptan 2,5 (oral) A 7.5

    Efek samping yang umum terjadi pada penggunaan semua jenis triptan: gejala-gejala dada,

    nausea, paraesthesia distal, fatigue. Kontra indikasi umumnya pada: hipertensi arterial

    (untreated), penyakit jantung koroner, penyakit serebro vaskuler, Raynaud disease, kehamilan

  • 21

    dan laktasi, usia di bawah 18 tahun (kecuali sumatriptan nasal spray) dan usia diatas 65 tahun,

    penyakit hati atau gagal ginjal.

    C. Terapi preventif /profilaksis Prinsip umum terapi preventif :

    1. Mengurangi frekuensi berat dan lamanya serangan. 2. Meningkatkan respon pasien terhadap pengobatan 3. Meningkatkan aktivitas sehari-hari, serta pengurangan disabilitas.

    Indikasi kriteria pemberian terapi preventif berdasarkan :

    1. Serangan berulang > 2x/minggu yang mengganggu aktivitas, meskipun telah

    diberikan pengobatan akut yang adekwat

    2. Nyeri kepala migren yang sering atau berlangsung > 48 jam 3. Pengobatan akut gagal/tidak efektif, 4. Ada kontra indikasi obat, efek samping obat muncul, atau cenderung over use

    terhadap terapi akut

    5. Munculnya gejala-gejala dan kondisi yang luar biasa, umpamanya migren basiler hemiplegik, aura yang memanjang.

    6. Keinginan permintaan penderita sendiri

    Formula Prevensi Migren

    Pemakaian obat dosis rendah yang efektif dinaikkan pelan-pelan (start low go slow) sampai dosis efektif. Efek klinik setelah 2 3 bulan.

    Pendidikan terhadap penderita Teratur memakai obat, perlu diskusi rasional tentang pengobatan, efek samping

    Evaluasi Headache diary merupakan suatu gold standart evaluasi serangan, frekuensi, lama,

    beratnya serangan, disabilitas dan respon obat.

    Kondisi penyakit lain Pedulikan kelainan yang sedang diderita seperti stroke, infark myocard, epilepsi dan

    ansietas, penderita hamil (efek teratogenik), hati-hati interaksi obat-obat.

    Obat-obat profilaksis migren yang memiliki efikasi dan tolerabilitas meliputi

    betablocker, calcium channel blocker, antiepilepsi, NSAID, antidepresan. Akan tetapi

    penggunaan obat-obat ini lebih berdasarkan kepada data empiris dari pada bukti konsep

    patofisiologik. Obat-obat yang direkomendasikan sebagai obat pilihan pertama untuk

    profilaksis migren tercantum dalam tabel 4. Obat profilaksis pilihan kedua pada tabel 5 dan

    obat pilihan ketiga pada tabel 6 dapat diberikan apabila obat-obat pada tabel 4 tidak efektif.

    Tabel 4. Obat pilihan pertama untuk profilaksis migren

    Nama Obat Dosis sehari (mg) Level

    Betablockers

    Metoprolol 50-200 A

    Propanolol 40-240 A

    Calcium channel blockers

    Flunarizine 5-10 A

    Antiepiletic drugs

    Valproic acid 500-1800 A

    Topiramate 25-100 A

  • 22

    Tabel. 5. Obat pilhan kedua untuk profilaksis migren

    Nama Obat Dosis sehari (mg) Level

    Amitriptyline 50-150 B

    Venlafaxine 75-150 B

    Naproxen 2 x 250-500 B

    Petasites 2 x 75 B

    Bisoprolol 5-10 B

    Tabel 6. Obat pilihan ketiga untuk profilaksis migren

    Nama Obat Dosis sehari Level

    Aspirin 300 mg C

    Gabapentin 1200-1600 mg C

    Magnesium 24 mmol C

    Tanacetum parthenium 3 x 6,25 mg C

    Riboflavin 400 mg C

    Coenzyme Q10 300 mg C

    Candesartan 16 mg C

    Lisinopril 20 mg C

    Methysergide 4-12 mg C

    Obat preventif berdasarkan pertimbangan kondisi penderita.

    -blokers, menurunkan frekuensi serangan.

    Kontra indikasi penderita asma, diabetes melistus, penyakit vaskuler perifer, heart block,

    ibu hamil.

    Calcium-channel blockers, efeknya agak lambat sampai beberapa bulan mengurangi frekuensi serangan 50%. Kontra indikasi : ibu hamil, hipertensi, aritmia dan

    congestive heart failure.

    Serotonin receptor antagonists, (pizotifen) efektif mengurangi frekuensi sampai 50% - 64%, efek sampingnya lesu, berat badan meningkat.

    Methysergide, untuk profilaksis serangan berat, yang tidak respon terhadap obat-obat abortif. Kontra indikasinya : hipertensi, kelainan liver, ginjal, paru, jantung, kehamilan,

    tromboflebitis. Efek samping : mual, kaku otot, batuk, halusinasi. Pemakaiannya tidak

    lebih dari 6 bulan.

    Tricyclic Amitriptiline dosisnya 25 mg tiap malam sampai 50 mg. Nortriptiline efek

    anticholinergik ngantuknya lebih rendah.

    Kontra indikasi; kelainan liver, ginjal, paru, glaukoma, hipertensi.

    Anti epileptics drugs Sodium Valproat/Valproic acid suatu obat anti epilepsy mempunyai bukti efikasi pada

    lebih dari 1 placebo controlled trial sebagai profilaksis migren. Telah di approved oleh

    FDA sejak tahun 2000, Efikasinya setara dengan obat profilaksis lain yang telah di

    approved sebelumnya.

    Prevensi migren dianggap berhasil jika memenuhi kriteria dibawah ini:

    Profilaksis migraine dianggap berhasil apabila frekuensi serangan migren menurun

    setidaknya 50% perbulan selama 3 bulan.

  • 23

    Menstrual Migren.

    a. Pure Menstrual Migraine (PMM) tanpa aura Deskripsi

    Migren tanpa aura yang timbul pada hari 1 2 hari sebelum menstruasi sampai tiga hari

    setelah keluarnya haid dan paling sedikit pada dua dari tiga siklus haid serta tidak ada

    serangan tambahan serangan nyeri migren pada hari lain dalam siklus tersebut.

    b. Menstrual-related migren (MRM) tanpa aura Deskripsi

    Migren tanpa aura yang timbul pada satu sampai dua hari sebelum sampai hari ketiga

    setelah keluarnya haid pada paling sedikit dua dari tiga siklus haid dan bisa timbul

    tambahan serangan nyeri migren kapan saja pada hari lain dalam siklus haid.

    c. Non migren menstrual tanpa aura Deskripsi

    Serangan nyeri kepala migren tanpa aura pada wanita sedang haid tetapi tidak

    berhubungan dengan haidnya

    Pengobatan migren akut pada menstrual sama saja dengan non menstrual.

    a. Obat pilihan Naproxen sodium 2 x 550 mg /hari. b. Triptan dapat diberikan sebagai short term prophylaxis, yaitu

    i. Naratriptan (2 x 1 mg/hari selama 5 hari, dimulai saat 2 hari sebelum onset menstruasi)

    ii. Frovatriptan (2 x 2.5 mg/hari diberikan selama 6 hari masa menstruasi)

    Migren pada Kehamilan

    Hampir semua obat migren adalah kontraindikasi pada kehamilan. Kecuali :

    1. Parasetamol dapat diberikan pada segala masa kehamilan. 2. NSAIDs boleh diberikan pada masa trimester ke 2 masa kehamilan 3. Pilihan Obat profilaksis migren hanya magnesium dan Metoprolol diperbolehkan

    pada masa kehamilan. (Level B).

    Migren pada anak-anak dan remaja.

    o Obat analgetik yang di rekomendasi hanya: Ibuprofen 10 mg /kg BB Parasetamol 15 mg/ kg BB

    o Antiemetikum pada anak dibawah umur 12 tahun adalah domperidon. o Sumatriptan nasal spray 5 20 mg hanya satu-satunya yang dianjurkan

    mempunyai nilai positip pada placebo controlled trial pada anak-anak dan

    remaja.

    o Oral triptan tidak menunjukkan efikasi yang signifikan. o Ergotamine dilarang diberikan pada anak dan remaja karena efek samping dan

    juga cenderung jatuh pada drug induced headache.

  • 24

    PENANGANAN KOMPLIKASI MIGREN

    ALUR SKEMA PENANGANAN MIGREN Aspirin or paracetamol

    NSAID p.o + anti emetic

  • 25

    ALGORITME PENANGANAN STATUS MIGRAINE

  • 26

    2. Tension Type Headache (TTH) (G44.2) 2.1. Tension-type headache episodik yang infrequent (G44.2)

    2.1.1. Tension-type headache episodik yang infrequent berhubungan dengan nyeri tekan perikranial (G44.20)

    2.1.2. Tension-type headache episodik yang infrequent tidak berhubungan dengan nyeri tekan perikranial. (G44.21)

    2.2. Tension-type headache episodik yang frequent (G44.2) 2.2.1. Tension-type headache episodik yang frequent berhubungan dengan nyeri

    tekan perikranial (G44.20)

    2.2.2. Tension-type headache yang frequent tidak berhubungan dengan nyeri tekan perikranial (G44.21)

    2.3. Tension-type headache Kronik (G44.2) 2.3.1. Tension-type headache kronik berhubungan dengan nyeri tekan perikranial

    (G44.22)

    2.3.2. Tension-type headache kronik tidak berhubungan dengan nyeri tekan perikranial (G44.28)

    2.4. Probable tension-type headache (G44.28) 2.4.1. Probable tension-type headache episodik yang infrequent (G44.28) 2.4.2. Probable tension-type headache episodik yang freqrivenf(G44.28) 2.4.3. Probable tension-type headache kronik (G44.28)

    Istilah sebelumnya:

    Tension headache, muscle contraction headache, psychomyogenic headache, stress

    headache, ordinary headache, essential headache, idiopathic headache, psychogenic

    headache.

    2.1. Tension Type Headache episodik yang Infrequent Deskripsi:

    Nyeri kepala episodik yang infrequent berlangsung beberapa menit sampai beberapa hari.

    Nyeri bilateral, rasa menekan atau mengikat dengan intensitas ringan sampai sedeng.

    Nyeri tidak bertambah pada aktifitas fisik rutin, tidak didapatkan mual tapi bisa ada

    fotofobia atau fonofobia.

    Kriteria diagnostik:

    A. Paling tidak terdapat 10 episode serangan dengan rata - rata < 1 hr/bln (< 12 hr/thn), dan memenuhi kriteria B-D.

    B. Nyeri kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari. C. Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejalakhas:

    1. Lokasi bilateral. 2. Menekan/mengikat (tidak berdenyut). 3. Intensitasnya ringan atau sedang. 4. Tidak diperberat oleh aktivitas rutin seperti berjalan atau naik tangga.

    D. Tidak didapatkan: 1. Mual atau muntah (bisa anoreksia). 2. Lebih dari satu keluhan: foto fobia atau fonofobia.

    E. Tidak berkaitan aengan kelainan yang lain (dalamgrup 5-12).

  • 27

    2.1.1. Tension Type Headache episodik yang infrequent berhubungan dengan nyeri tekan perikranial

    Kriteria diagnostik: A. Memenuhi kriteriaA-E dari 2.1. B. Nyeri tekan perikranial meningkat pada palpasi manual.

    2.1.2. Tension type headache episodik yang infrequent tidak berhubungan dengan nyeri tekan perikranial

    Kriteria diagnostik:

    A. Memenuhi kriteriaA-Edari2.1. (Tension type headache yang infrequent) B. Nyeri tekan perikranial tidak meningkat

    Catatan:

    Pericranial tenderness = nyeri tekan pada otot perikranial (otot frontal, temporal,

    masseter, pterygoid, sternokleidomastoid, spleniusdan trapezius) pada waktu palpasi

    manual yaitu dengan menekan secara keras dengan gerakan kecil memutar oleh jari-jari

    tangan kedua dan ketiga pemeriksa. Hal ini merupakan tanda yang paling signifikan pada

    pasien TTH.

    2.2. Tension Type Headache episodik yang frequent Deskripsi :

    Nyeri kepala berlangsung beberapa menit sampai beberapa hari. Nyeri kepala bilateral

    menekan atau mengikat, tidak berdenyut. Intensitas Ringan atau sedang, tidak bertambah

    berat dengan aktifitas fisik rutin, tidak ada mual/muntah, tetapi mungkin terdapat

    fotofobia/fonofobia.

    Kriteria Diagnostik :

    A. Paling tidak terdapat 10 episode serangan dalam 1-15 hari/bulan selama paling tidak 3 bulan (12-180 hari/thn) dan memenuhi kriteria B-D.

    B. Nyeri kepala berlangsung selama 30 menit sampai 7 hari. C. Nyeri kepala yang memiliki paling tidak 2 dari karakteristik, berikut:

    1. Lokasinya bilateral. 2. Menekan/mengikat (tidak berdenyut). 3. Intensitas ringan atau sedang. 4. Tidak bertambah berat dengan aktifitas fisik yang rutin seperti berjalan atau

    naik tangga.

    D. Tidak didapatkan: 1. Mual atau muntah (bisa anoreksia). 2. fotofobia dan fonofobia secara bersamaan.

    E. Tidak berkaitan dengan penyakit lain (dalam group 5-12).

    2.2.1. Tension Type Headache episodik yang frequent berhubungan dengan nyeri tekan perikranial. Kriteria Diagnostik:

    A. Termasuk dalam kriteria A-E dari 2.2. tension-type headache episodik yang frequent.

    B. Meningkatnya nyeri tekan perikranial pada palpasi normal

  • 28

    2.2.2. Tension Type Headache episodik yang frequent tidak berhubungan dengan nyeri tekan perikranial.

    Kriteria Diagnostik:

    A. Termasuk dalam kriteria A-E dari 2.2. tension type headache episodik yang frequent.

    B. Nyeri tekan perikranial tidak meningkat.

    2.3. Tension Type Headache Kronik Deskripsi :

    Nyeri kepala yang berasal dari ETTH, dengan serangan tiap hari atau serangan episodic

    nyeri kepala yang lebih sering yang berlangsung beberapa menit sampai beberapa hari.

    Nyeri kepala bersifat bilateral, menekan atau mengikat dalam kualitas dan intensitas ringan

    atau sedang, dan nyeri tidak bertambah memberat dengan aktivitas fisik yang rutin.

    Kemungkinan terdapat mual, fotofobia atau fonofobia ringan.

    Kriteria Diagnostik :

    A. Nyeri kepala timbul 15 hari/bln. berlangsung > 3 bin (180 hari/thn) dan juga memenuhi kriteria B-D.

    B. Nyeri kepala berlangsung beberapa jam atau terus menerus. C. Nyeri kepala memiliki paling tidak 2 karakteristik berikut:

    1. Lokasi bilateral. 2. Menekan/mengikat (tidak berdenyut). 3. Ringan atau sedang. 4. Tidak memberat dengan aktivitas fisik yang rutin.

    D. Tidak didapatkan: 1. Lebih dari satu: fotofobia, fonofobia atau mual yang ringan. 2. Mual yang sedang atau berat, maupun muntah.

    E. Tidak ada kaitan dengan penyakit lain (group 5-12).

    2.3.1. Tension Type Headache kronik yang berhubungan dengan nyeri tekan perikranial. Kriteria Diagnostik:

    A. Nyeri kepala yang memenuhi dalam kriteria A-E dari 2.3 CTTH. B. Nyeri tekan perikranial yang meningkat pada palpasi manual.

    2.3.2. Tension type headache kronik yang tidak berhubungan dengan nyeri tekan perikranial. Kriteria Diagnostik:

    A. Nyeri kepala yang termasuk dalam kriteria A-E dari 2.3. CTTH. B. Nyeri tekan perikranial tidak meningkat.

    2.4. Probable Tension-type headache. Penderita yang memenuhi satu dari kelompok kelompok kriteria ini mungkin juga

    memenuhi kriteria dari salah satu sub form dari 1.6 probable migren. Dalam hal demikian

    semua informasi lain yang bisa didapat hams dipakai untuk menentukan kemungkinan

    mana yang lebih tepat.

    2.4.1. Probable tension type headache episodik yang infrequent Kriteria Diagnostik:

    A. Episode yang memenuhi semua kriteria A-D dari 2.1 ETTH kecuali satu kriteria saja.

  • 29

    B. Episodenya tidak memenuhi kriteria dari 1.1. migren tanpa aura. C. Tidak berkaitan dengan penyakit lain.

    2.4.2. Probable tension type headache episodik yang frequent Kriteria Diagnostik:

    A. Episoder.ya memenuhi semua kecuali satu dari semua kriteria A-D dari 2.2. tension type headache episodik yang frequent.

    B. Episodenya tidak memenuhi kriteria 1.1. migren tanpa aura. C. Tidak berkaitan dengan penyakit lain.

    2.4.3. Probable tension-type headache kronik Kriteria Diagnostik:

    A. Nyeri kepala dalam rata-rata > 15 hari/bln selama > 3 bin (> 180 hari/thn) dan memenuhi kriteria B-D.

    B. Nyeri kepala berlangsung beberapa jam atau terus menerus. C. Nyeri kepala memiliki paling tidak dua dari karakteristik berikut:

    1. Bilateral . 2. Menekan/mengikat (tidak berdenyut). 3. Intensitasringanatausedang. 4. Tidak diperberat oleh aktivitas fisik yang rutin (berjalan atau naik

    tangga).

    D. Tidak didapatkan: 1. Tidak lebih dari satu gejala fotofobia, fonofobia atau mual yang ringan. 2. Mual yang sedang atau berat maupun muntah.

    E. Tidak berkaitan dengan kelainan lain tapi ada atau telah ada dalam dua bulan terakhir penggunaan obat yang berlebihan yang memenuhi kriteria

    8.2. Medication overuse headache.

    Penanganan Tension Type Headache

    I. Terapi farmakologikal II. Terapi non farmakologikal III. Terapi preventif

    I. Terapi Farmakologis Tension Type Headache I.1. Pada serangan akut tidak boleh lebih dari 2 hari/minggu.

    1. Analgetik : aspirin 1000 mg/hari, acetaminophen 1000 mg/hr, NSAIDs (Naproxen 660-750 mg/hciri, Ketoprofen 25-50 mg/hari, tolfenamic 200^400 mg/hari, asam

    mefenamat, fenoprofen, ibuprofen 800 mg/hari, diclofenac 50-100 mg/hari).

    Pemberian analgetik dalam waktu lama dapat menyebabkan iritasi gastrointestinal,

    penyakit ginjal dan hepar, gangguan fungsi platelet.

    2. Caffein (analgetik ajuvan) 65 mg. 3. Kombinasi: 325 aspirin, acetaminophen + 40 mg caffein.

  • 30

    Catatan:

    Telah diteliti bahwa sekedar pemakaian obat analgesik yang mengandung kafein saja

    oleh penderita sudah cukup untuk memberi kecenderungan pemakaian yang semakin

    lama semakin meningkat.

    I.2. Pada tipe kronik:

    1. Antidepresan Jenis trisiklik : amitriptilin, sebagai obat terapeutik maupun sebagai pencegahan

    tension type type headache. Obat ini mempunyai efek analgetik dengan cara

    mengurangi firing rate of trigeminal nucleus caudatus. Dalam jangka lama semua

    trisiklik dapat menyebabkan penambahan berat badan (merangsang nafsu makan),

    mengganggu jantung, orthostatic hipotensi dan efek anticholinergik seperti mulut

    kering, mata kabur, tremor dan dysuria, retensi urinae, konstipasi.

    2. Antiansietas Baik pada pengobatan kronik dan preventif terutama pada penderita dengan

    komorbid ansietas. Golongan benzodiazepin dan butalbutal sering dipakai.

    Kekurangannya obat ini bersifat adiktif, dan sulit dikontrol sehingga dapat

    memperburuk nyeri kepalanya.

    II. Terapi Non farmakologikal 1. Kontrol diet. 2. Terapi fisik 3. Hindari pemakaian harian obat analgetik, sedatif dan ergotamin. 4. Behaviour Treatment.

    Pengobatan Fisik 1. Latihan postur dan posisi. 2. Massage, ultrasound, manual terapi, kompres panas/dingin. 3. AkupunturS TENS (transcutaneus electrical stimulation).

    Obat anastesi ataupun bahan lain pada trigger point.

    Terapi Behaviour

    Bisa dilakukan biofeedback, stress management terapi, reassurance, konseling, relaxation

    terapi, kognitif behaviour terapi).

    Harus diberikan penerangan yang jelas mengenai patofisiologi sederhana dan pengobatannya

    dan tension type headache bukanlah penyakit yang serius seperti tumor otak, perdarahan otak

    dan sebagainya sehingga dapat mengurangi ketegangannya.

    Penanganan Psikologis

    Dalam hal ini harus diberikan penerangan agar penderita bisa menerima hasil yang didapat

    yang sekedar cukup realistik.

    III. Terapi preventif farmakologis Indikasi :

    Perlu diberikan pada penderita yang sering mendapat serangan nyeri kepala pada

    Tension type headache Episodik dan serangan yang lebih dari 15 hari dalam satu

    bulan ( Chronic tension type headache ).

    Prinsip-prinsip pengobatan dipilihkan:

    1. Obat berdasarkan lini (first line) efektivitas, efek samping dan komorbid penderita. 2. Mulai dengan dosis rendah, dinaikkan sampai efektif atau tercapai dosis maksimal.

  • 31

    3. Obat diberikan dalam jangka waktu seminggu/lebih. 4. Bisa diganti dengan obat yang lain bila obat pertama gagal. 5. Sedapat mungkin mono terapi.

    Pilihan pertama untuk terapi preventif adalah antidepresan trisiklik, amitriptilin ( dosis

    dimulasi dari 10 25 mg pada malam hari, jika dosis tersebut belum memberikan efek dosis dapat ditingkatkan secara gradual menjadi 125 mg. Preparat lain yang dapat digunakan

    sebagai profilaksis terutama untuk CTTH episodic dan migren adalah sodium valproat,

    venlafaxine, atau topiramat dengan dosis yang sama pada preventif migren.

    3. Nyeri Kepala Klaster dan Sefalalgia Trigeminal-otonomik yang lainnya (G44.0) 3.1. Nyeri kepala Klaster(G44.0)

    3.1.1. Nyeri kepala Klaster episodik (G44.01) 3.1.2. Nyeri kepala Klaster Kronik (G44.02)

    3.2. Hemikrania paroksismal (G44.03) 3.2.1. Hemikrania paroksismal episodik (G44.03) 3.2.2. Hemikrania paroksismal Kronik (G44.03)

    3.3. Short-lasting unilateral neuralgiform headache with conjunctival injection and tearing (SUNCT) (G44.08)

    3.4. Probable sefalalgia trigeminal otonomik (G44.08) 3.4.1. Probable nyeri kepala klaster (G44.08) 3.4.2. Probable Hemikrania paroksismal (G44.08) 3.4.3. Probable SUNCT (G44.08)

    3.1. Nyeri Kepala Klaster Istilah terdahulu dari nyeri kepala klaster: neuralgia siliaris, erythromelalgia dari kepala,

    erythroprosopalgia dari Bing, hemikrania angioparalitika, hemikrania neuralgiformis

    kronika, sefalgia histaminik, nyeri kepala Horton, penyakit Harris-Horton, neuralgia

    migrenous (dari Harris), neuralgia petrosal (dari Gardner).

    Deskripsi :

    Nyeri kepala yang hebat, nyeri selalu unilateral di orbita, supraorbita, temporal atau

    kombinasi dari tempat-tempat tsb, berlangsung 15-180 menit dan terjadi dengan frekuensi

    dari sekali tiap dua hari sampai 8 kali sehari. Serangan-serangannya disertai satu atau lebih

    sebagai berikut: semuanya ipsilateral: injeksi konjungtival, lakrimasi, kongesti nasal,

    rhinorrhoea, berkeringat di kening dan wajah, miosis, ptosis, oedema palpebra. Selama

    serangan sebagian besar pasien gelisah atau agitasi.

    Kriteria diagnostik A. Paling sedikit 5 serangan yang memenuhi kriteria B-D. B. Nyeri hebat atau sangat hebat di orbita, supra orbital dan/atau temporal yang unilateral,

    berlangsung 15-180 menit bila tak diobati.

    C. Nyeri kepala disertai setidak-tidaknya satu dari sbb. 1. Injeksi konjungtiva dan atau lakrimasi ipsilateral. 2. Kongesti nasal dan atau rhinorrhoea ipsilateral. 3. Edema palpebra ipsilateral. 4. Dahi dan wajah berkeringat ipsilateral. 5. Miosis dan atau ptosis ipsilateral. 6. Perasaan kegelisahan atau agitasi.

    D. Serangan-serangan mempunyai frekwensi: dari 1 kali setiap 2 hari sampai 8 kali per hari.

  • 32

    E. Tidak berkaitan dengan gangguan lain.

    Penanganan nyeri kepala klaster

    o Faktor-faktor psikologis tidak mempengaruhi perjalanan nyeri kepala klaster. o Penyesuaian gaya hidup tak memberi respons. o Menghindari alkohol dll selama periode klaster (periode serangan) bermanfaat o Tujuan pengobatan medik:

    1. Menekan periode klaster (periode serangan). 2. Menghentikan serangan akut. 3. Mengurangi frekuensi. 4. Mengurangi berat/intensitasnya.

    o Harus dipertimbangkan: adakah lesi struktural yang mendasari o Pengobatan Behavioral: terapi relaksasi, biofeedback, CBT, menegemen stress.

    Terapi pada serangan akut (terapi abortif):

    1. Inhalasi oksigen (masker muka): oksigen 100% 7 L/mnt selama 15 menit 2. Dihydroergotamin (DHE ) 0,5-1,5 mg i.v. akan mengurangi nyeri dalam 10 menit;

    pemberian i.m. dan nasal lebih lama.

    3. Sumatriptan injeksi subkutan 6 mg akan mengurangi nyeri dalam waktu 5-15 menit; dapat diulang setelah 24 jam. Kontra indikasi : penyakit jantung iskemik, hipertensi

    tidak terkontrol. Sumatriptan nasal spray 20 mg (kurang efektif dibanding subkutan).

    Efeksamping: pusing, letih, parestesia, kelemahan di muka.

    4. Zolmitriptan 5 mg atau 10 mg peroral. 5. Anestesi lokal: 1 ml Lidokain intranasal 4%. 6. Indometasin (rectal suppositoria). 7. Opioids (rectal, Stadol nasal spray) hindari pemakaian jangka lama. 8. Ergotamine aerosol 0,36-1,08 mg (1-3 inhalasi) efektif 80%. 9. Gabapentin atau Topiramat. 10. Methoxyflurane (rapid acting analgesic): 10-15 tetes pada saputangan dan inhalasi

    selama beberapa detik.

    3.1.1. Nyeri kepala klaster episodik Deskripsi:

    Serangan nyeri kepala klaster yang terjadi pada periode yang berlangsung 7 hari sampai 1

    tahun, dipisahkan oleh periode bebas nyeri yang berlangsungj 1 bulan atau lebih lama.

    Kriteria diagnostik: 1. Serangan-serangan yang memenuhi kriteria A-E untuk 3.1 nyeri kepala klaster. 2. Paling sedikit dua periode klaster yang berlangsung 7-365 hari dan| dipisahkan oleh

    periode remisi bebas nyeri > 1 bulan.

    Pengobatan nyeri kepala klaster episodik

    Supresi periode klaster: 1. Prednison

    Prednison 40-75 mg/hari untuk 3 hari reduksi dosis dengan interval tiap 3 hari tapering off dalam 11 hari jika nyeri kepala klaster muncul lagi stabilisasi dosis. - Bila periode klaster panjang, perhatikan efek samping. - Kontra indikasi: riwayat tuberkulosis, riwayat psikosis. - Risiko delayed aseptic hip necrosis - Bila dicapai durasi normal periode klaster prednison tappering off - Mekanisme kerja: tak diketahui

    2. Ergot alkaloid

  • 33

    Ergotamine tartrate 1. Tab 1 mg dosis: 1-2 tab - 1 jam sebelum prediksi serangan 2. efektif pada 1-2 periode klaster pertama

    Dihidroergotamine; Injeksi 1mg i.m 2x/hari -1 jam sebelum prediksi serangan 3. Capsaicin

    Suspensi capsaicin intra nasal; 2 tts di 2 nostril sensasi burning & rhinorrhoea diulang tiap hari untuk 5 hari serangan nyeri kepala klaster: reduksi 67%.

    Perlu evaluasi lanjut 4. Methysergide

    1. Aman bila durasi periode klaster < 3 bulan 2. Efek samping: fibrosis 3. Dosis: 1 mg-2 mg 2-3 x/ hari

    5. Chlorpromazine: 75-700 mg/hari

    Penghentian serangan akut nyeri kepala klaster episodik

    1. Sumatriptan

    - Injeksi sumatriptan 6 mg subkutan 15 menit perbaikan nyeri . - 15% perlu tambahan inhalasi oksigen - Efek samping:

    a. nyeri pada tempat injeksi b. dizziness c. tiredness d. numbness e. parestheness f. sensasi kelemahan wajah g. sensasi panas dan dingin

    2. Inhalasi O2100% 7 liter/menit dengan masker wajah 15 menit perbaikan. 3. Ergotamine tartrat 1 mg tab sublingual tiap 5 menit sampai 3 mg perbaikan. 4. Kombinasi inhalasi O2 & ergotamine. 5. Ergotamine 1-2 mg oral saat gejala pertama serangan lalu inhalasi O2100% dengan

    masker resusitasi 7 l/menit sampai nyerinya reda. 6. Tetes hidung idocaine 7. Inshalasi lidocaine 4% 1ml intranasal dengan posisi badan supine dan kepala

    ekstensi di atas kepala tempat tidur sisi nyeri kepala klaster dinaikkan memperpendek durasi nyeri.

    3.1.2 Nyeri Kepala Klaster Kronik Deskripsi :

    Serangan nyeri kepala klaster terjadi lebih dari 1 tahun tanpa remisi disertai remisi-remisi

    yang berlangsung kurang dari 1 bulan

    Kriteria diagnostik :

    A. Serangan-serangan yang memenuhi kriteria A-E untuk 3.1 nyeri kepala klaster B. Serangan berulang lebih dari 1 tahun tanpa periode remisi atau dengan periode remisi

    yang berlangsung kurang dari 1 bulan.

    Pengobatan nyeri kepala klaster kronik

    1. Ergotamine 2. Methysergide 3. Lithium carbonate:

    Dosis: 360-600 mg/hari beberapa minggu 900 mg/hari

  • 34

    Serum level dipertahankan

  • 35

    Berbagai tindakan bedah:

    Neurektomi oksipital

    Pemotongan/dekompresi n.intermedius

    Pemotongan/dekompresi n. petrosussuperfisialis major

    Thermokoagulasi ganglion gasseri (ganglio-rhizolysis)

    Radiofrequency terhadap lesi

    Dekompresi n.trigeminus

    Injeksi gliserol pada ganglion gasseri

    sphenopalatine ganglionectomy (conventional surgery)

    section of the trigeminal nerve (efek samping: anestesia kornea)

    Hasil tindakan bedah

    Tidak ada prosedur yg memberikan perbaikan yg berlangsung lama dan konsisten.

    Tindakan bedah dicadangkan untuk pasien yg tidak reponsif terhadap pengobatan medikyang maksimal.

    Lesi-lesi radiofrequency pada ganglion trigeminal memberi hasil yang paling memuaskan.

    Keberhasilan tergantung pada terjadinya anestesia di area yang terkena, namun

    menyebabkan hilangnya refleks kornea dan bahaya infeksi & ulserasi kornea.

    3.2. Hemikrania Paroksismal Deskripsi:

    Hemikrania paroksismal adalah serangan nyeri kepala dengan karakteristik gejala dan

    tanda yang serupa dengan nyeri kepala klaster tetapi berlangsungnya lebih pendek dan

    lebih sering. Hemikrania paroksismal merupakan bentuk nyeri kepala yang jarang terjadi,

    dimulai pada usia dewasa muda, serta lebih sering terjadi pada perempuan dan mempunyai

    respon yang absolute terhadap indometasin

    Kriteria diagnostik :

    A. Paling sedikit terdapat 20 serangan yang memenuhi kriteria B - D. B. Serangan nyeri hebat di orbita, supraorbita, atau temporal yang bersifat unilateral dan

    berlangsung selama 2-30 menit.

    C. Nyeri kepala disertai setidaknya satu dari gejala berikut: 1. Injeksi konjungtiva dan atau lakrimasi ipsilateral. 2. Kongesti nasal dan atau rhinorea ipsilateral. 3. Edema palpebra ipsilateral. 4. Keringat di dahi dan atau wajah ipsilateral. 5. Miosis dan atau ptosis ipsilateral.

    D. Frekuensi serangan lebih dari 5 kali per hari untuk lebih dari separuh waktu, meskipun periode dengan frekuensi lebih rendah dapat terjadi.

    E. Serangan dapat dicegah secara komplit dengan dosis terapi indometasin. F. Tidak berkaitan dengan gangguan lain.

    3.2.1. Hemikrania Paroksismal Episodik Deskripsi:

    Serangan hemikrania paroksismal yang berlangsung dalam periode 7 hari sampai 1 tahun,

    dan dipisahkan oleh periode bebas nyeri yang berlangsung selama 1 bulan.

    Kriteria diagnostik :

    A. Serangan yang memenuhi kriteria A-F pada 3.2 Hemikrania paroksismal.

  • 36

    B. Setidaknya terdapat 2 periode serangan yang berlangsung 7 sampai 365 hari dan dipisahkan oleh periode remisi bebas nyeri yang 1 bulan.

    3.2.2. Hemikrania Paroksismal Kronik Deskripsi:

    Serangan hemikrania paroksismal yang terjadi lebih dari 1 tahun tanpa remisi atau dengan

    remisi yang berlangsung kurang dari 1 bulan.

    Kriteria diagnostik :

    A. Serangan yang memenuhi kriteria A-F pada 3.2 Hemikrania paroksismal. B. Serangan berulang lebih dari 1 tahun tanpa periode remisi, atau dengan periode remisi

    yang berlangsung kurang dari 1 bulan.

    Terapi:

    1. Indomethasin merupakan terapi pilihan untuk hemikrania paroksismal. Dosis yang dipakai adalah 25-50 mg PO tid untuk immediate release atau 75 mg PO qd/bid

    sustained release selama 3 sampai 4 hari. Hati-hati pada penderita gangguan ginjal,

    gangguan hati, parkinsonism, kelainan darah.

    2. Ibuprofen 400-800 mg PO q8h, naproksen 275 mg PO tid atau 550 mg bid dapat digunakan.

    3. Verapamil sustained release 120 mg/hari PO qd atau immediate release: 40 mg PO tid dapat dipakai sebagai terapi profilaksis atau lini kedua.

    4. Prednison 40-60 mg/hari PO dosis terbagi selama 5 hari, diikuti denga tappering off selama 2 minggu. Guidelines untuk prednison belum resmi disahkan.

    5. Efektivitas sumatriptan masih kontroversial. 6. Oksigen, lithium, carbamazepine, dan antikonvulsant tidak efektif sebagai terapi

    hemikrania paroksismal.

    3.3. SUNCT (Short lasting Unilateral Neuralgiform headache attacks with Conjungtival injection and Tearing)

    Deskripsi:

    Sindrom yang karakteristik terdiri dari serangan nyeri unilateral yang berlangsung singkat

    yang jauh lebih cepat dari yang nampak pada Sefalalgia Trigeminai otonomik lainnya dan

    sangat sering disertai terutama oleh lakrimasi dan mata kemerahan ipsilateral.

    Kriteria diagnostik :

    A. Setidaknya ada 20 serangan yang memenuhu kriteria B-D B. Serangan nyeri kepala unilateral yang bersifat tajam (seperti tertusuk-tusuk) atau

    berdenyut di sekitar orbita, supraorbita, atau temporal yang berlangsung selama 5

    sampai 240 detik.

    C. Nyeri disertai olek injeksi konjungtiva dan lakrimasi ipsilateral. D. Serangan terjadi dengan frekuensi 3 sampai 200 kali per hari. E. Tidak berkaitan dengan gangguan lain.

    3.4. Probable Sefalalgia Trigeminal Otonomik Deskripsi: Serangan nyeri kepala yang diduga keras sebagai subtipe dari sefalgia trigeminal otonomik

    akan tetapi tidak persis memenuhi kriteria diagnostik dengan segala yang tercantum

    tersebut diatas.

  • 37

    \Kriteria Diagnostik

    A. Serangan memenuhi semua kecuali satu dari kriteria spesifik untuk satu dari subtipe STO.

    B. Tidak berkaitan dengan gangguan lain.

    3.4.1. Probable Nyeri Kepala Klaster KriteriaDiagnostik: A. Serangan-serangan memenuhi semua kecuali satu dari kriteria A-D untuk

    3.1 Nyeri kepala klaster.

    B. Tidak berkaitan dengan gangguan lain.

    3.4.2. Probable Hemikrania Paroksismal Kriteria Diagnostik: A. Serangan memenuhl semuanya kecuali satu dari kriteria A-E untuk 3.2

    hemikrania paroksismal.

    B. Tidak berkaitan dengan gangguan lain.

    3.4.3. Probable SUNCT Kriteria diagnostik: A. Serangan-serangan memenuhi semuanya kecuali satu dari kriteria A-E

    untuk 3.3 SUNCT.

    B. Tidak berkaitan dengan gangguan lain.

    4. Nyeri Kepala Primer lainnya (G44.80) 4.1. Primary stabbing headache (G44.800) 4.2. Primary cough headache (G44.803) 4.3. Primaryexertionalheadache (G44.804) 4.4. Nyeri kepala primer sehubungan dengan aktifitas seksual(G44.805)

    4.4.1. Nyeri kepala Preorgasmik(G44.805) 4.4.2. Nyeri kepala Orgasmik (G44.805)

    4.5. Hypnicheadache (G44.80) 4.6. Primary thunderclap headache (G44.80) 4.7. Hemikrania kontinua (G44.80) 4.8. New daily-persistent headache (NDPH) (G44.2)

    4.1. Primary stabbing headache Istilahsebelumnya: Ice Pick Pains (Ice Pick Headache), Jabs and Jolts (Idiopathic Stabbing Headache Jabs

    and Jolts), Opthalmodynia Periodica

    Deskripsi :

    Nyeri kepala seperti ditusuk yang timbulnya spontan, sepintas, terlokalisir, tanpa didasari

    penyakit organik atau gangguan saraf otak.

    Kriteria Diagnostik A. Nyeri kepala timbul sebagai nyeri tusuk tunggal atau serial beberapa kali dalam

    sehari memenuhi kriteria B-D.

    B. Predominan terasa didaerah distribusi persarafan N.V.1 (daerah orbita, temporal dan parietal ).

    C. Berlangsung beberapa detik dan berulang dengan frekuensi tidak teratur, sekali atau beberapa kali perhari.

    D. Tanpa gejala penyerta.

  • 38

    E. Tidak berkaitan dengan penyakit lainnya.

    Catatan:

    Nyeri seperti ditusuk 80% berlangsung 3 detik.

    Keadaan status apabila nyeri tusuk repetitif berlangsung sampai satu minggu.

    Biasanya lebih banyak dialami oleh pasien migren (40%) dan nyeri kepala klaster ( 30%).

    Terapi : Indometasin

    4.2. Primary cough headache Istilah sebelumnya: Benign Cough Headache, Valsalva Manoeuvre Headache

    Deskripsi :

    Nyeri kepala dicetuskan oleh batuk atau mengejan, tanpa dijumpai gangguan intrakranial.

    Kriteria diagnostik A. Nyeri kepala yang memenuhi kriteria B dan C. B. Awitan mendadak, berlangsung satu detik sampai 30 menit. C. Hanya disebabkan atau timbul berhubungan dengan batuk, mengejan atau

    Valsalva Manoeuvre.

    D. Tidak berkaitan dengan penyakit lainnya.

    Catatan :

    Biasanya bilateral dan di kepala bagian belakang. lebih sering pada pria (4:1) dengan usia

    >40tahun.

    Terapi : Indometasin 25-150 mg/hari

    Acetazolamide

    Methysergid

    4.3. Primary exertional headache Istilah sebelumnya Benign Exertional Headache

    Deskripsi :

    Nyeri kepala yang dicetuskan oleh setiap bentuk aktifitas fisik/exercise.

    (contoh: Weight-lifters Headache)

    Kriteria Diagnostik : A. Nyeri kepala berdenyut yang memenuhi kriteria B dan C. B. berlangsung 5 menit sampai 48 jam. C. Disebabkan dan timbul selama/setelah aktifitas fisik yang berlebihan D. tidak berkaitan dengan penyakit lainnya. Catatan:

    Terutama dalam cuaca panas, ditempat yang sangat tinggi atau kelembaban tinggi.

    Biasanya bilateral.dan lebih sering pada pria dengan usia > 40 tahun.

    Terapi

    Abortif : Indometasin atau aspirin, Pencegahan : Ergotamin tartrat, methisergid atau propranolol diminum sebelum

    aktifitas.

    Pemanasan sebelum olah raga atau latihan bertahap dan progresif.

  • 39

    4.4. Nyeri kepala primer sehubungan dengan aktivitas seksual Istilah sebelumnya: Benign Sex Headache, Coital Cephalalgia, Benign Vascular Sexual

    Headache, Sexual Headache

    Deskripsi :

    Nyeri kepala dicetuskan oleh aktifitas seksual, yang diawali dengan nyeri tumpul bilateral

    saat terjadinya peningkatan kenikmatan seksual dan mendadak intensitas nyeri meningkat

    saat orgasme, tanpa dijumpai gangguan intrakranial.

    4.4.1. Nyeri kepala Preorgasmik Kriteria Diagnostik :

    A. Nyeri tumpul dirasakan pada kepala dan leher sehubungan dengan kontraksi otot leher dan atau otot rahang yang memenuhi kriteria B.

    B. Timbul saat melakukan aktivitas seksual dan nyeri meningkat seiring dengan kenikmatan seksual yang dirasakan.

    C. Tidak berkaitan dengan penyakit lainnya.

    4.4.2. Nyeri kepala Orgasmik Kriteria Diagnostik A. Nyeri kepala hebat mendadak seperti meledak, yang memenuhi kriteria B. B. Terjadi pada saat orgasme. C. Tidak berkaitan dengan penyakit lainnya.

    Catatan :

    Nyeri kepala berlangsung satu menit sampai 3 jam, bilateral (82%) dan nyeri difus

    oksipital (76%). Pada tipe 1, nyeri tumpul dan tipe 2 nyeri dengan awitan meledak.

    Pria lebih sering dan didapatkan 10% pada pemakai sidenafil.

    Terapi :

    Profilaksis:

    - analgesik spesifik (ergotamin / triptan), NSAID diminum sebelum aktivitas seksual (mis. indometasin 50 mg-75 mg satu atau dua jam sebelum aktivitas seksual)

    - Propanolol Hidroklorida atau diltiazem sangat baik diberikan karena juga menurunkan hipertensi yang sering komorbiditas.

    Nyeri kepala dapat diredakan dengan menghentikan aktivitas seksual sebelum orgasme

    tercapai atau lebih pasif saat hubungan seksual.

    4.5. Hypnic headache Istilah sebelumnya : Hypnic Headache Syndrome, "Alarm Clock" Headache

    Deskripsi : Serangan nyeri kepala bersifat tumpul dan selalu menyebabkan pasien

    terbangun dari tidurnya.

    Kriteria Diagnostik A. Nyeri kepala tumpul yang memenuhi kriteria B-D B. Berlangsung hanya saat tidur dan membangunkan pasien C. Minimal dua dari karakteristik berikut :

    1. Timbul > 15 kali perbulan 2. Berlangsung 15 menit setelah terbangun 3. Timbul pertama kali setelah usia 50 tahun

    D. Gejala otonomik tidak ada dan tidak lebih dari satu gejala nausea, fotofobia atau fonofobia.

  • 40

    E. Tidak berkaitan dengan kelainan lain.

    Catatan :

    Biasanya timbul antara pukul 01.00-03.00.

    Nyeri kepala bilateral (2/3 kasus), intensitas nyeri ringan sampai sedang, hanya 20%

    derajad berat. Umumnya berlangsung 15-180 menit.

    Tidak ada gejala otonom tetapi didapatkan satu dari gejala berikut ini: nausea, fotofobia,

    atau fonofobia.

    Terapi :

    Sebelum tidur kafein (50-60 mg), litium karbonat (300-600mg), atau indometasin,

    flunarisin, atenolol, prednison.

    4.6. Primary thunderclap headache Istilah sebelumnya: Benign Thunderclap Headache

    Deskripsi : Intensitas nyeri sangat hebat, timbul mendadak menyerupai ruptur

    aneurisma serebral.

    Kriteria Diagnostik

    A. Nyeri kepala hebat yang memenuhi kriteria B dan C. B. Mempunyai karakteristik seperti dibawah ini:

    1. Timbul mendadak, dengan intensitas nyeri mencapai maksimal dalam waktu singkat kurang dari satu menit.

    2. berlangsung satu jam sampai 10 hari, C. Tidak akan berulang secara teratur dalam minggu atau bulan berikutnya. D. Tidak berkaitan dengan penyakit lainnya. Catatan :

    Dapat berulang pada minggu pertama sesudah awitan

    Likuor serebro spinal dan imejing kepala harus normal

    Terapi : Analgesik spesifik ( Obat anti-migren ).

    4.7. Hemikrania kontinua Deskripsi:

    Nyeri kepala unilateral yang selalu persisten dan responsif terhadap indometasin.

    Kriteria Diagnostik:

    A. Nyeri kepala lebih dari tiga bulan yang memenuhi kriteria B-D B. Semua yang mempunyai karakteristik dibawah ini:

    1. nyeri kepala unilateral (tanpa side-shift) 2. dirasakan set