komplikasi dari stroke akut

25
Komplikasi dari Stroke Akut Sangat jarang pasien stroke yang diobati dan pulang tanpa adanya komplikasi baik komplikasi pada neurologi, pengobatan atau psikiatri. Sehingga, harus dipikirkan sesuatu akan terjadi sebagai komplikasi dari perawatan di RS. Faktor terpenting dalam manajemen dari pasien stroke akut adalah waspada dari potensial komplikasi dan siap untuk mengobatinya dengan cepat dan tindakan yang agresif. (1) Secara terlihat setiap sistem organ berada dalam resiko disfungsi selama fase akut stroke. Infeksi sering terjadi. Problem neurologis bervariasi dari kejang sampai sindrom herniasi. Komplikasi-komplikasi ini diulas secara singkat dalam sesi berikut ini. (1) Pada rumah sakit, tingkat mortalitas dan morbiditas pada pasien stroke bervariasi antara 7,6% sampai 30%. Dari persentasi itu, kematian akibat neurologis diadapat sekitar 80% dan kematian non-neurologis sekitar 17%. Pada penelitian Stroke Unit Trialist Collaboration menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dari tingkat kematian selama beberapa hari pertama pada pasien di stroke unit dan bangsal biasa. Kematian oleh sebab neurologis seperti peningkatan tekanan intrakranial yang progresif dan kejadian herniasi yang mengikuti adalah penyebab utama kematian di dua grup dalam tiga hari pertama perawatan. Pada hari-hari 1

Upload: linda-maria

Post on 10-Apr-2016

14 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

good

TRANSCRIPT

Page 1: Komplikasi Dari Stroke Akut

Komplikasi dari Stroke Akut

Sangat jarang pasien stroke yang diobati dan pulang tanpa adanya komplikasi baik

komplikasi pada neurologi, pengobatan atau psikiatri. Sehingga, harus dipikirkan sesuatu akan

terjadi sebagai komplikasi dari perawatan di RS. Faktor terpenting dalam manajemen dari pasien

stroke akut adalah waspada dari potensial komplikasi dan siap untuk mengobatinya dengan cepat

dan tindakan yang agresif.(1)

Secara terlihat setiap sistem organ berada dalam resiko disfungsi selama fase akut stroke.

Infeksi sering terjadi. Problem neurologis bervariasi dari kejang sampai sindrom herniasi.

Komplikasi-komplikasi ini diulas secara singkat dalam sesi berikut ini.(1)

Pada rumah sakit, tingkat mortalitas dan morbiditas pada pasien stroke bervariasi antara

7,6% sampai 30%. Dari persentasi itu, kematian akibat neurologis diadapat sekitar 80% dan

kematian non-neurologis sekitar 17%. Pada penelitian Stroke Unit Trialist Collaboration

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dari tingkat kematian selama beberapa hari pertama

pada pasien di stroke unit dan bangsal biasa. Kematian oleh sebab neurologis seperti

peningkatan tekanan intrakranial yang progresif dan kejadian herniasi yang mengikuti adalah

penyebab utama kematian di dua grup dalam tiga hari pertama perawatan. Pada hari-hari

berikutnya, bagaimanapun juga, peningkatan signifikan nilai kematian terlihat di antara pasien

yang tidak dimasukkan pada stroke unit. Kematian ini disebabkan karena komplikasi non-

neurologis. Penelitian sebelumnya telah mendemonstrasikan bahwa komplikasi yang mengikuti

terjadinya stroke sekitar 40% sampai 96%. Komplikasi-komplikasi ini fatal pada beberapa kasus,

berkontribusi pada mortalitas dan morbiditas rumash sakit. Sekarang ini, pilihan untuk intervensi

pada stroke akut tetap terbatas; padahal, pada kebanyakan kasus, hasil keluaran untuk ketahanan

hidup dan kecacatan tergantung kepada penceegahan, pengenalan, dan terapi awal terhadap

komplikasi.(2)

Pada penelitian mengenai komplikasi stroke akut di 10 negara ASIA didapatkan bahwa

tingkat komplikasi 42,9% pada penelitian cohort ini jika dibandingkan dengan paper yang yang

dibuat oleh orang caucasia, mengindikasikan tidak ada banyak perbedaan berhubungan dengan

ras dan etnis mengenai komplikasi pada pasien stroke. (2)

1

Page 2: Komplikasi Dari Stroke Akut

Frekuansi dari komplikasi neurologis (seperti stroke berulang, dan kejang epilepsy dan

komplikasi medis seperti infeksi saluran kemih dan nyeri pada penekanan) hampir sama seperti

yang dicatat pada penelitian sebelumnya. Jatuh, thrombosis vena dalam dan emoli pulmoner

lebih sedikit terjadi pada pasien stroke yang ASIA. Komplikasi jantung, seperti gagal jantung

kongestif dan aritmia terjadi pada tingkat yang rendah pula seperti studi yang lain. Jatuh ,

biarpun jarang, terjadi selama 3 hari perawatan. Kombinasi dari gangguan keseimbangan dan

berjalan, biarpun dengan kesulitan persepsi berkontribusi pada komplikasi ini. Resiko dari

komplikasi neurologis seperti stroke berulang dan kejang terlihat meningkat dalam tiga hari

pertama perawatan. Komplikasi pUlmunoner seperti pneumonia dan aspirasi cenderung terjadi

dalam minggu pertama. Pada umumnya, resiko berkembangnya pneumonia terlihat lebih tinggi

pada pasien tua dan stroke yang lebih parah. Terdapat bukti bahwa tuba nasogastric mungkin

menjadi predisposisi terjadinya aspirasi. Penelitian mengungkapkan keuntungan percutaneous

endoscopic gastrostomy daripada tuba menurunkan resiko komplikasi pulmeoner. Tingkat

komplikasi lebih rendah pada pasien yang dirawat pada stroke unit daripada pasien yang dirawat

di bangsal biasa. Hal ini mungkin dikarenakan, pennilaian dan prosedur yang ditingkatkan serta

rehabilitasi awal dari standar evaluasi awal dan protoKol manajemen awal yang dilakukan pada

tempat tersebut.(2)

2

Page 3: Komplikasi Dari Stroke Akut

Dikutip dari: Jose C Navaro, Ester Bitanga, Nijasri Suwanwela, Hui Meng Chang, dkk Complication of acute stroke:

A study in ten Asian countries. Neurology Asia 2008; 13:33-39.

Komplikasi Observasi di RS

1. Neurologis

Stroke Berulang

Kejang Epilepsi

Gejala klinis bertahan lebih dari 24 jam sesuai dengan definisi

stroke oleh WHO

Gejala klinis dari kejang fokal atau umum pada pasien yang tidak

punya riwayat epilepsi sebelumnya

2. Infeksi

Infeksi Saluran Kemih

Pneumonia

Infeksi lainnya

Gejala klinis dari ISK atau kultur urin yang positif

Auskultasi pernafasan adanya ronkhi dan demam atau temuan

pada radiografi, atau sputum yang purulen

Demam apapun yang bertahan lebih dari 24 jam

3. Immobilitas

Jatuh

Kerusakan kulit

Semua kejadian jatuh tanpa melihat dari sebabnya (jatuh dengan

luka yang serius didefinisikan jika terdapat patah tulang,

investigasi radiologis, investigasi neurologis, atau luka yang perlu

dijahit)

Kerusakan kulit atau nekrosis yang dihasilkan baik oleh tekanan

atau melalui trauma (kulit yang luka akibat langsung dari jatuh

tidak termasuk)

4. Tromboemboli

Thrombosis vena dalam

Emboli pulmoner

Gejala klinis sesuai dengan thrombosis vena dalam

Gejala klinis sesuai dnegan emboli pulmoner

5. Psikologis

Depresi Mood yang berkurang mempengaruhi aktivitas sehari-hari atau

memerlukan intervensi farmakologis atau psikiatrik

6. Dan yang lainnya Komplikasi yang tercatat pada data lainnya menyebabkan terapi

medis yang spesifik atau intervensi bedah (mis: perdarahan GI,

konstipasi, gagal jantung, aritmia, dan artritis)

Dikutip dari: Jose C Navaro, Ester Bitanga, Nijasri Suwanwela, Hui Meng Chang, dkk Complication of acute stroke:

A study in ten Asian countries. Neurology Asia 2008; 13:33-39.

3

Page 4: Komplikasi Dari Stroke Akut

Aplikasi klinis dan metodologi

Infeksi

Pneumonia Aspirasi

Ketika resiko aspirasi pneumonia diketahui sebagai komplikasi dari stroke, biarpun sudah

dilakukan prosedur untuk membatasi terjadinya komplikasi tersebut tetapi terkadang tetap tak

terhindari. Pasien yang memerlukan tube nasogastrik untuk makan mempunyai resiko tertinggi

terjadinya aspirasi. Beberapa faktor predisposisi terjadinya aspirasi pada pasien termasuk disfagi,

stroke hemisfer yang luas, stroke batang otak, gangguan kesadaran, kejang, dan penggunaan

ventilator.(1)

Setiap pasien seharusnya dicari bukti adanya disfagia dengan evaluasi menelan di tempat

tidur oleh perawat. Pasien dengan bukti disfagia, atau dengan disartria yang signifikan harus

dievaluasi lebih detail dengan terapi bicara. Studi formal mengenai hal tersebut diperlukan pada

saat ini.

Elevasi ringan pada kepala di tempat tidur, diperhitungkan untuk mempertahankan

hemodinamik optimal pada cerebral, mungkin cukup berguna. Keluarga harus diinstruksikan

untuk membersihkan setiap makanan dengan staf perawat.

Aspirasi adalah perhatian utama ketika merawat pasien dengan stroke karena

keterbatasan untuk memproteksi jalan nafas dan resiko disfagia. Disfagi dapat disebabkan karena

penurunan kesadaran atau gangguan nervus kranialis. Penilaian fungsi menelan harus dilakukan

sebelum pasien menerima apapun dengan mulut, terutama air dan medikasi. Penilaian menelan

meliputi evaluasi tingkat kesadaran, kemampuan untuk batuk, fonasi, sensasi faring, dan

kemampuan menelan air. Reflex gag yang positif tidak seharusnya diinterpretasi sebagai fungsi

menelan yang valid, karena pasien dengan reflex gag yang ada mungkin tidak bisa menelan

dengan efektif. Pemasangan tuba nasogastrik mungkin diperlukan untuk menyediakan nutrisi dan

medikasi jika pasien gagal dalam penilaian awal menelan. tuba gastric diperlukan unntuk

mengantisipasi adanya gangguan jangka panjang. Pedoman menyarankan bahwa pemberian

makanan dengan tuba tidak boleh dilakukan dalam 24 jam setelah pemberian tPA karena

4

Page 5: Komplikasi Dari Stroke Akut

meningkatnya resiko perdarahan, bagaimanapun juga, pasien memerlukan perhatian terhadap

proteksi dari muntah dan aspirasi. Pasien harus diberikan makan dalam 48 jam masuk

perawatan jika memungkinkan. Menjaga kepala ditinggikan 30o di kasur dapat menghindari

terjadinya aspirasi, tetapi hal ini dilakukan dengan perhatian dan monitoring pencegahan dari

hipotensi. Konsul terhadap gangguan bicara dan diet pada perawatan akut dan rencana

rehabilitasi.(3)

Pneumonia (didapat di Rumah Sakit)

Pasien yang lemah dan terbaring di tempat tidur mempunyai resiko terjadinya pneumonia

yang di dapat di RS. Organisme yang menyebabkan pneumonia biasanya resisten terhadap

antibiotik standard dan dapat sangat sulit untuk diobati. (1)

Terapi profilaksis antibiotik tidak memperlihatkan manfaat, tetapi manajemen yang

agresif harus dilakukan secepatnya pada gejala infeksi awal. Foto rontgen thoraks, kultur darah,

kultur sputum, dan hitung jenis harus dilakukan. Pasien harus memulai pembersihan pulmoner

dengan perkusi dan drainase.(1)

Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih biasa terjadi pada populasi stroke, terjadi kurang lebih 15% dari

semua pasien. Pasien dengan diabetes berada dalam resiko yang lebih tinggi. Pemakaian kateter

merupakan factor predisposisi terpenting. Sepsis dengan hipotensi dapat memperburuk stroke

dan dalam beberapa kasus dapat menyebabkan kematian.(1)

Hidrasi dapat menjadi pencegahan infeksi saluran kemih yang menguntungkan.

Penembahan jus cranberry atau vitamin C juga dapat menurunkan resiko infeksi. Apabila

memungkinkan, pemakaian kateter dapat dihindari.

Sinusits

5

Page 6: Komplikasi Dari Stroke Akut

Sinusitis tidak sering terpikir sebagai komplikasi dari stroke tetapi terjadi lebih sering

dari yang dipikirkan. Pemakaian tuba nasogastrik dan intubasi nasal meningkatkan resiko infeksi

sinus. Jika terjadi demam, foto X-ray sinus harus dilakukan. Sinus harus di awasi .

Komplikasi Neurologis

Kejang

Kejang secara relative tidak biasa terjadi pada pasien dengan stroke iskemik.

Dipertimbangan resiko tinggi pada pasien dengan stroke hemoragik. Kejang biasanya terjadi saat

onset tetapi dapat terjadi telat sebagai komplikasi yang kecil. Kejang yang terjadi pada fase lama

di infark korteks yang besar akan lebih sering berulang daripada yang terjadi di fase akut.

Pasien dengan perdarahan intracranial, biasanya di beri terapi pencegahan antikonvulsan.

Pasien dengan stroke iskemik, yang beresiko rendah terjadinya kejang , tidak diberikan terapi

pencegahan dengan antikonvulsan. Ketika kejang timbul medikasi antiepilepsi harus dipilih.

Pilihannya harus dipertimbangkan pada beberapa faktor. Medikasi yang dapat menyebabkan

hipotensi harus dihindari. Obat-obat yang dapat terjadi interaksi juga harus diperhitungkan.

Akhirnya, medikasi dengan pemberian beragam (oral/iv/ng) lebih dipilih.

Kejang dapat dicetus oleh stroke dengan beberapa mekanisme. Pertama yang kita bahas, kejang

yang terjadi segera dalam waktu singkat stroke terjadi. Kejang seperti ini biasanya disebabkan

karena stroke hemoragik, dimana aliran darah menyembur keluar dari arteri menekan jaringan

otak. Tambahannya, hal tersebut juga menekan jaringan otak sebelahnya menyebabkan efek

kompresi. Jaringan yang terkompresi juga menjadi kekurangan oksigen (anoksia). Robekan,

kompresi, dan anoksia, semuanya itu menjadi factor pencetus yang dapat mempresipitasi

keluarnya impuls listrik epileptik dari saraf, menyebabkan kejang.(4)

Yang yang lebih jarang terjadi, kejang yang cepat dapat terjadi pada stroke iskemik. Pada kasus

ini, terjadi hambatan dari pembuluh darah mengurangi aliran darah ke sebagian porsi otak, dan

karenanya juga menurunnya oksigen menyebabkan anoksia. Stroke Iskemik yang luas dapat

menyebabkan pembengkakan lokal dari jaringan otak pada daerah sekitarnya, menyebabkan

6

Page 7: Komplikasi Dari Stroke Akut

efek kompresi. Kedua mekanisme ini dapat mencetus kejang selama atau dalam jangka waktu

pendek setelah stroke iskemik. Seiring dengan terserapnya darah pada stroke hemoragik, atau

meredanya pembengkakan yang terjadi pada stroke iskemik, pencetus kejang biasanya

menghilang. (4)

Kejang yang paling sering terjadi pada stroke adalah yang terjadi berminggu-minggu atau

berbulan-bulan setelah kejadian stroke. Ketika daerah jaringan otak mati sewaktu stroke, daerah

tersebut berdegenerasi menjadi jaringan parut dalam beberapa minggu yang dapat bertindak

sebagai iritan dan memprovokasi neuron yang berdekatan, mencetuskan kejang yang terjadi

dalam bulan atau tahun sesudahnya. Kemungkinan stroke dapat menyebabkan kejang yang

lambat terjadi tergantung ukuran dan lokasi. Stroke yang kecil pada bagian otak yang lebih

dalam, seperti stroke lakunar, tidak biasa menyebabkan kejang. Stroke yang besar dan

melibatkan permukaan luar otak yang biasa diketahui sebagai grey matter atau kortex,

cenderung menyebabkan kejang lambat. Kebanyakan neuron terletak di kortex. Karena jaringan

parut tersebut permanen, kejang yang lambat terjadi itu mempunyai kesempatan besar

berulang.

Seperti aturan umum, kejang yang pertama terjadi selama atau dalam waktu singkat setelah

stroke, mempunyai kesempatan kecil berkembang menjadi gangguan kejang permanen yang

berulang. Sebaliknya, kejang yang terjadi pertama kali dalam minggu atau bulan setelah stroke

terjadi mempunyai kemungkinan lebih besar terjadinya onset gangguan permanen dengan

karekterisasi kejang berulang secara episodic dan membutuhkan terapi panjang atau seumur

hidup. Beberapa dokter akan memberikan anti kejang sementara sebagai pencegah, secepatnya

setelah stroke terjadi walaupun tidak terjadi kejang. Hal ini biasa dilakukan pada stroke

hemoragik. Penggunaan medikasi kejang di sisi lain adalah keputusan medis yang kompleks

berdasarkan terjadinya stroke, tipe dan lokasi stroke, informasi tes diagnosis lainnya seperti

EEG dan kemauan dari pasien.(4)

Perubahan Status Mental/Encefalopati

Kebingungan merupakan masalah yang biasa pada fase akut stroke, terjadi sedikitnya

pada 25% pasien. Banyak pasien yang tua dan berada pada resiko gangguan kognitif. Stress

psikologis yang ekstrem berhubungan dengan stroke itu sendiri, perawatan di RS, dan kehilangan

fungsi neurologis meningkatkan resiko terjadinya akut encefalopati. Ketika ini terjadi sementara,

7

Page 8: Komplikasi Dari Stroke Akut

kebingungan meningkatkan resiko trauma dan meningkatkan kebutuhan perawatan oleh perawat

atau keluarga. Pasien lainnya mungkin mempunyai demensia, diketahui atau tidak, dapat

memburuk selama perawatan. Halusinasi, paranoid, dan delusi biasa terjadi.

Mempertahan kan lingkungan yang dapat dijadikan tempat untuk istirahat penting, dan

dibicarakan pada chapter 38. Jika perlu, medikasi seperti haloperidol, risperidal, dan quietapine

mungkin dapat digunakan beberapa waktu untuk halusinasi dan delusional. Dokter, perawat, dan

keluaga harus mengerti bahwa gangguan pada fungsi kognitif berhubungan dengan perawatan

RS jarang membaik selama perawatan.

Stroke, baik iskemik maupun hemoragik dapat menyebabkan fungsi kognitif yang

menurun. Biarpun stroke yang terjadi sekali dapat juga menyebabkan penurunan fungsi kognitif.

Hal ini lebih terlihat pada pasien dengan demensia, tetapi dapat juga terlihat sebagai penurunan

derajat kognitif yang sedikit pada pasien yang sehat. Sebaliknya, pada pasien dengan stroke

multiple hal yang kebalikan terjadi pada pasien biasanya yaitu dapat menyebabkan demensia

vaskular yang signifikan.

Hemibalismus

Gangguan pergerakan secara relative tidak biasa terjadi pada pasien stroke.

Hemibalilsmus adalah Gerak otot yang datang sekonyong-konyong, kasar dan cepat, pada tubuh

sesisi. Stroke atau perdarahan yang terjadi pada nucleus subthalamikus dapat menyebabkan

hemiballismus. Pergerakan biasanya kasar dan dapat menyebabkan luka pada pasien, dan bahkan

pada perawat. Pada banyak kasus, ekstremitas harus ditahan untuk beberapa waktu. Pada kasus

yang parah, terapi dengan fenotiazin atau haloperidol mungkin bermanfaat. Akhirnya,

komplikasi ini membaik seiring dengan waktu.

Parkinsonism

Infark pada globus palidus dapat terjadi pada kasus yang jarang, menyebabkan

pankinsonism kontralateral. Infark multiple dapat juga menyebabkan sindrom menyerupai

Parkinson. Komplikasi ini susah untuk diterapi.

8

Page 9: Komplikasi Dari Stroke Akut

Jatuh

Pasien stroke berada pada resiko tinggi untuk jatuh, ataxia, hemiparese, kehilangan

sensasi sensoris, dan kebingungan semuanya berkontribusi terhadap resiko tersebut. Bahkan pada

pasien yang diikat di tempat tidur juga dapat terjatuh dari tepat tidur. Seiring pasien mobilisasi,

resiko meningkat. Pasien harus dievaluasi dengan terapi fisik untuk terapi yang tepat dan

peralatan yang membantu.

Kontraktur

Spasitas yang diikuti dengan kontraktur dapat terjadi cepat setelah stroke. Hal ini harus

dinilai oleh terapi fisik dan di terapi dengan latihan ROM, dibalut, dan pada kasus yang parah di

injeksikan dengan toxin Botulinum. Spasitas yang tidak diketahui dapat menjadi nyeri dan

membatasi fungsi gerak secara signifikan.

Nyeri Terkait dengan Stroke

Sindrom nyeri post stroke tipikal mengikuti infark pada thalamus atau medulla. Sehingga

disebut sindrom nyeri thalamus dapat berhubungan dengan infark atau perdarahan yang meliputi

nukleus kontralateral ventroposterolateral di thalamus atau di medulla bagian dorsolateral. Nyeri

yang terjadi biasanya tipe nyeri yang membosankan terjadi dengan stimulasi minimal. Sindrom

ini dapat membatasi dan merugikan bagi kualitas hidup pasien. Terapi dengan agen seperti

pregabalin, gabapentin, trisiklikantideprresan, dan terapi medikasi nyeri kronik lainnya mungkin

dapat memberikan beberapa manfaat.

Nyeri central post stroke/ central poststroke pain (CPSP) mengacu kepada nyeri yang

dihasilkan dari lesi primer atau disfungsi dari sistem saraf pusat setelah stroke. Dulu, CPSP di

kenal sebagai lesi talamik tetapi sekarang juga berhubungan dengan lesi ekstratalamik.

Prevalensi dari nyeri bahu pada pasien stroke diantara 11% dan 14% dan untuk CPSP antara 8%

dan 35%. Diagnosis CPSP diperhitungkan jika nyeri terjadi setelah stroke, dan ketika nyeri

karena neuropati perifer, faktor psikologis, luka akibat baring, pericapsulitis, dan thrombosis

vena dalam tidak mungkin. (5)

Nyeri sentral dapat terjadi spontan atau dibangkitkan. Nyeri spontan dapat terjadi terus

menerus atau tiba-tiba. Nyeri yang dibangkitkan dapat di presipitasi oleh stimulus nonnociceptif

9

Page 10: Komplikasi Dari Stroke Akut

atau nociceptif. Kebanyakan pasien CPSP mengeluh rasa terbakar dan gejala lainnya seperti rasa

sakit, menusuk, merobek, meremas, dan berdenyut dalam taraf yang sama atau kombinasi yang

berbeda. Nyeri dapat terjadi pada mmuka, lengan, tangan, tungkai, kaki pada sisi yang terkena

lesi stroke. Rasa nyeri dapat dicetus dengan beberapa stimulus seperti, pergerakan, sentuh, suhu,

atau stress. Allodynia, dysaesthesia, dan hiperalgesia sering ditemukan kebanyakan pasien

dengan CPSP. Penting untuk membedakan antara CPSP dan bentuk lain dari nyeri

musculoskeletal yang sering terjadi pada pasien stroke, misalnya: frozen shoulder, tight muscles.

Masalah musculoskeletal ini biasanya membaik dengan fisioterapi dan injeksi, sedangkan CPSP

biasanya membaik dengan medikasi oral.(5)

Nyeri Bahu

Beberapa faktor berkontribusi kepada nyeri bahu. Kelemahan dari otot yang mengelilingi

bahu meningkatkan resiko subluksasi yang nantinya berhubungan dengan nyeri. Pasieh tidak

boleh berpindah posisi dari tidur ke duduk atau ke berdiri dengan menggunakan lengan. Perawat

harus waspada kepada masalah ini dan mengedukasi keluarga tentang resikonya. Capsulitis

adhesive dapat rimbul dari paralisis. Biarpun penggunaan bidai atau alat untuk imobilisasi

lainnya dapat membuat perasaan pasien sementara baik, mereka sebenarnya memperburuk

masalah. Pencegahan terbaik dengan terapi fisik yang agresif dengan latihan pergerakan sendi

(ROM).

Cegukan

Cegukan biasanya terjadi mengikuti infark batang otak bagian bawah tetapi terkadang

terjadi mengikuti stroke korteks yang luas. Cegukan dapat bertahan selama beberapa hari atau

berminggu-minggu tetapi biasanya akan membaik. Pada kasus yang jarang, cegukan dapat

bertahan lebih lama. Pada kasus yang parah, terutama ketika cegukan mempengaruhi nutrisi dan

istirahat pasien, maka terdapat beberapa pilihan terapi. Haloperidol, risperidal, quietapine,

chlorpromazine, kabamazepine, dan baklofen dapat membantu mengontrol gejala.

10

Page 11: Komplikasi Dari Stroke Akut

Neuropati Kompresi

Tirah baring yang lama meningkatkan resiko terjadinya neuropati kompresi, terutama

melibatkan nervus ulna dan nervus peroneus. Pasien seharusnya di miringkan, di bolak-balik

secara berkala. Pasien tidak boleh dibiarkan dalam posisi yang beresiko tinggi terjadinya

kompresi.

Komplikasi Berkaitan dengan Tidur

Untuk diskusi Obstructive sleep apnea, insomnia, dan restless leg syndrome lihat Chapter

38. Parasomnia, termasuk berjalan saat tidur, dan Rapid eye movement (REM) kebiasaan

gangguan tidur, secara relative jarang ditemukan, tetapi dapat timbul pada kelainan yang serius.

Staf harus waspada pada tipe kelainan seperti ini dan melaporkan semua yang terjadi pada

dokter.

Gangguan pernapasan pada saat tidur dan gangguan pada saat bangun tidur sering terjadi

pada pasien stroke. Mereka mendapat perhatian akan masalah ini dikarenakan dapat

mempengaruhi proses dan hasil rehabilitasi fungsional. Selain itu, gangguan pernapasan saat

tidur dapat meningkatkan risiko kekambuhan stroke. 50-70% dari pasien stroke, ditemukan

mereka memiliki pernapasan tidur yang teratur,kebanyakan berhubungan dengan apnea tidur

obstruktif. Dalam beberapa pemulihan penderita stroke disertai oleh perbaikan gangguan

pernapasan tidur. Pilihan terapi yang dilakukan untuk obstructive sleep apnea adalah dengan

tekanan positif jalan udara terus menerus/ continuous positive airway pressure (CPAP).

Oksigen, theophyllin dan bentuk-bentuk ventilasi mungkin membantu pada pasien dengan

bentuk gangguan tidur pernapasan (mis. Cheyne-Stokes pernapasan). Setidaknya 20-40% pasien

stroke mengalami gangguan tidur, terutama berupa kebutuhan tidur meningkat

(hipersomnia),kantuk pada siang hari atau hipersomnia, insomnia. Depresi, kecemasan,

gangguan pernapasan tidur, komplikasi (mis. nycturia, disfagia, kemih / pernafasan infeksi) dan

obat-obatan yang dapat berkontribusi pada gangguan tidur pernapasan dan harus dinilai terlebih

dahulu. Pada pasien dengan gangguan susah tidur, pengobatan primer neurogenik dengan

stimulan /obat dopaminergik dan hipnotik /penenang antidepresan dapat dicoba.(6)

11

Page 12: Komplikasi Dari Stroke Akut

Gambar 1. 65-year-old man with acute ischaemic stroke, clinical (NIHSS = NIH Stroke Scale,

SSS = Scandinavian Stroke Scale) and radiological (MRI, Diffusion-Weighted Imaging)

progression, moderate–severe sleep apnoea (AHI = Apnoea Hypopnoea Index) and non-blood

pressure (BP)-dipping status (36-hour blood pressure monitoring).

Dikutip dari: Herman DM, Siccoli M, Basseti CL.Sleep wake disorder and stroke. Department of Neurology ,

University Hospital, Zurich. 2003; 154:369-73.

Komplikasi Jantung

Infark Myokard

Penyakit jantung termasuk infark myocardium adalah salah satu dari penyebab tersering

kematian pada pasien stroke. Pasien seharusnya di monitor, sedikitnya pada beberapa hari awal

dirawat di RS, untuk mencari apakah terdapat iskemi myokard. Seperti yang telah dijelaskan,

EKG dan enzim jantung diperiksa pada saat awal. Pasien lalu ditempatkan pada monitor

telemetri jantung. Banyak dari terapi untuk stroke akut juga bermanfaat dalam terapi iskemi

12

Page 13: Komplikasi Dari Stroke Akut

myocard. Pengendalian tekanan darah mungkin dibutuhkan sebagai tambahan seiring adanya

iskemi myocard.

Aritmia Jantung

Aritmia sering terlihat pada fase poststroke untuk beberapa alasan berbeda. Aritmia dapat

mendahului stroke, dan bahkan dapat berkontribusi dalam terjadinya stroke. Aritmia dapat

sebagai hasil dari stress fisiologis dari stroke dan beberapa terapinya. Akhirnya, infark myokard,

seperti yang telah disebutkan sebelumnya, dapat berkontribusi terjadinya aritmia jantung.

Gagal Jantung

Gagal jantung secara tipikal bukan merupakan komplikasi dari stroke. Terapi dari stroke

akut, terutama pengguanan cairan kristaloid infuse, meningkatkan resiko dekompensasai gagal

jantung dan edema pulmoner. Pasien harus dimonitor tanda dari gagal jantung dan di terapi.

Thrombosis vena Dalam

Biarpun tidak biasa, thrombosis vena dalam penting dan biasanya termasuk pada

komplikasi yang dapat dihindari. Semua pasien harus ditempatkan pada pencegahan DVT.

Hipertensi, Hipotensi, dan Komplikasi Endokrin

Abnormalitas endokrin tampak berupa perubahan hipotalamik hipofisis adrenal axis dan

hipotalamik hipofisi tiroid axis. Keadaan ini dapat terliihat dari sekresi kortisol berlebihan dan

supresi serum kortisol sebagai respon terhadap pemberian dexamethason peroral pada

dexamethasone suppression test dan tidak adanya menifestasi respon pada thyrotropin releasing

hormone akibat peningkatan abnormal dari thyroid stimulating hormone.

Komplikasi Psikiatrik

Robinson dan zatela, 1981; House et al, 1991, melaporkan dari analisi beberapa

penelitian besarnya depresi pada stroke sangat bervariasi, yaitu antara 11% sampai 61 %.

Beberapa peneliti menyatakan terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan terjadinya

depresi pada stroke. Beberapa factor tersebut adalah: sudah ada depresi sebelumnya, lesi yang

13

Page 14: Komplikasi Dari Stroke Akut

dekat atau ada di daerah hemisfer kiri anterior, problem berbahasa, status fungsional neurologis

yang buruk dan isolasi sosial.

Perubahan behavioral pada seseorang dengan depresi terlihat dari perubahan suara dan

gerakan badan. Biasanya suaranya menjadi lirih dan gerakan badan bisa menjadi lamban, atau

malah sebaliknya menjadi kacau. Perubahan neurovegetatif berupa perubahan pola tidur, bisa

berupa sulit tidur, sering terbangun malam hari, hipersomnia, atau penurunan latensi REM. Juga

didapatkan perubahan selera makan, merasa selalu lelah,dan ada penurunan libido.

Lokasi yang daihubungkan degan sindrom depresi adalah lesi pada lobus frontalis, lobus

temporalis dan basal ganglia terutama nucleus kaudatus. Lesi di daerah lobus frontalis kiri atau

nucleus kaudatus kiri lebih sering menimbulkan depresi dibandingkan lesi yang sama di

hemisfer kanan, dan depresi ini lebih berat bila lesi di daerah frontal kiri dekat ke frontal pole.

Tetapi hubungan antara letak lesi dengan dpresi pada stroke ini, belum mendapat persetujuan di

antara para peneliti. Selain itu, depresi juga dapat terjadi sebagai konsekuensi reaksi non spesifik

pada penyakit stroke sendiri dan bukan disebabkan oleh karena lesi pada jaringan otak akibat

iskemik/infarknya. Jadi dapat dikatakan bahwa etiologi gangguan neurospikiatrik setelah stroke

adalah multifaktorial, dan ini akan menjadi bahan pertimbangan dan kajian dalam menentukan

prognosis dan terapi pada penderitanya.

Kecemasan merupakan hal yang biasa pada populasi pada umumnya. Stress yang

berkaitan dengan stroke dapat memperburuk keadaan pasien. Beberapa pasien memerlukan

terapi hanya untuk pasien yang claustrofobia yang perlu dilakukan MRI, sementara yang lain

memerlukan terapi harian dengan benzodiazepine atau antidepresan anxiolitik seperrti SSRIs.

Komplikasi Lainnya

Komplikasi lainnya seperti inkontinensia uri, inkontinensia alvi, yang mungkin

berhubungan dnegan diare atau suatu keadaan situasional yang berhubungan dengan

ketidakmampuan memberitahu perawat bila hendak defekasi. Masalah ini menyebabkan iritasi

kulit, meningkatkan resiko dari infeksi saluran kemih, dan distress psisiologik terhadap pasien

dan keluarga. Konstipasi merupakan masalah yang lebih jauh lagi. Program untuk usus besar

14

Page 15: Komplikasi Dari Stroke Akut

yang dimulai pada saat pasien masuk dan dilakukan selama perawatan di RS dapat membatasi

keparahan konstipasi.

Pendarahan Gastrointestinal

Perdarahan gastrointestinal yang berat, yang mengancam hidup jarang terjadi. Sehingga

yang biasa disebut stress ulcer berhubungan dengan adanya stress fisiologis dari stroke, dapat

terjadi. Lebih jauh lagi, pengunaan aspirin dan medikasi antiplatelet lainnya meningkatkan resiko

dari perdarahan gastrointestinal.pencegahan dengan histamine bloker mungkin dapat memberi

manfaat tetapi harus di informasikan dengan baik bahwa obat tersebut dapat menyebabkan

kantuk dan kebingungan.

Dekubitus

Ulkus dekubitus sering terjadi, pada 10 % sampai 15% dari pasien stroke. Lansia, kurus,

dan kurang gizi, mempunyai resiko tertinggi, Kelemahan yang parah dan terikat pada tempat

tidur menambah resiko. Pasien harus di gerakkan, bolak balik secara berkala. Perawatan kulit

bahkan biarpun pada kulit dengan tanda paling awal terjadinya dekubitus, dapat mencegah

masalah lebih buruk.

Perawatan Terminal

Pada beberapa kasus, pertanyaan yang timbul bukan “Apa yang dapat kita lakukan?”

tetapi “Apa yang seharusnya kita lakukan?”. Keluarga pasien harus diinformasikan mengenai

keparahan deficit neurologis dan kemungkinan penyembuhan neurologis yang bermakna. Pilihan

resusitasi harus didiskusikan dengan setiap pasien/keluarga. Diskusi langsung yang terus terang

terhadap pilihan akhir kehidupan diperlukan untuk pasien dengan prognosis yang buruk

terahadap penyembuhannya. Perawatan paliatif, termasuk menajemen nyeri untuk pasien dan

dukungan psikologis terhadap keluarga, merupakan komponen penting pada setiap program

stroke.

15

Page 16: Komplikasi Dari Stroke Akut

DAFTAR PUSTAKA

1. James D, Camilo R,.Stroke : A Practical Approach. 2009. Lippincot Williams &Wilkins

2. Jose C Navaro, Ester Bitanga, Nijasri Suwanwela, Hui Meng Chang, dkk Complication of

acute stroke: A study in ten Asian countries. Neurology Asia 2008; 13:33-39

3. Frans. D, Acute Ischemic Stroke Review: Preventing Acute Complications. Medscape.

4. Osvaldo Camilo and Larry B. Goldstein . Stroke an epilepsy after ischemic stroke. Stroke

2004;35;1769-1775; originally published online May 27, 2004;

5. Bishwanat Kummar, MD, Jayantee Kalita, DM.. Central Poststroke Pain: A Review of

Pathophysiology and Treatment. vol. 108, No. 5, May 2009. International Anesthesia

research Society

6. Herman DM, Siccoli M, Basseti CL.Sleep wake disorder and stroke. Department of

Neurology , University Hospital, Zurich. 2003; 154:369-73.

16