kom

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Aborsi merupakan bagian yang paling kontroversial dari masalah kesehatan reproduksi. Salah satu alasan utama aborsi adalah kehamilan yang tidak direncanakan. Dalam kesepakatan Kairo menyatakan bahwa pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan harus diprioritaskan untuk melenyapkan kebutuhan aborsi dengan memfasilitasi perempuan terhadap akses informasi, konseling, pelayanan komplikasi akibat aborsi. Kehamilan yang tidak direncanakan dan tidak diinginkan akan terus terjadi di seluruh dunia, sekalipun sudah menggunakan alat kontrasepsi. Menurut WHO penyebabnya antara lain karena kegagalan alat kontrasepsi itu sendiri,kesalahan pemakaian,konseling kontrasepsi yang tidak kuat, kekerasan termasuk perkosaan, usia terlalu muda, belum menikah, terlalu banyak anak dan hubungan yang bermasalah dengan pasangan. Diperkirakan dari 210 juta kehamilan di dunia per-tahun-nya, 4 dari 10 diantaranya merupakan kehamilan yang tidak diinginkan (KTD). Lebih dari setengah dari KTD tersebut berakhir dengan aborsi dengan estimasi sekitar 50 juta aborsi di seluruh dunia setiap tahunnya . Kematian seorang ibu yang melakukan aborsi di Indonesia cukup tinggi. Berdasarkan SDKI Tahun 2007 Angka Kematian Ibu sebesar 228/100.000 . Sebanyak 11-17 % bahkan mencapai 50% diakibatkan karena praktek aborsi yang tidak aman. Penetilian 1

Upload: aliem-punya-rinvor

Post on 14-Nov-2015

214 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

komunitas 3

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangAborsi merupakan bagian yang paling kontroversial dari masalah kesehatan reproduksi. Salah satu alasan utama aborsi adalah kehamilan yang tidak direncanakan. Dalam kesepakatan Kairo menyatakan bahwa pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan harus diprioritaskan untuk melenyapkan kebutuhan aborsi dengan memfasilitasi perempuan terhadap akses informasi, konseling, pelayanan komplikasi akibat aborsi. Kehamilan yang tidak direncanakan dan tidak diinginkan akan terus terjadi di seluruh dunia, sekalipun sudah menggunakan alat kontrasepsi. Menurut WHO penyebabnya antara lain karena kegagalan alat kontrasepsi itu sendiri,kesalahan pemakaian,konseling kontrasepsi yang tidak kuat, kekerasan termasuk perkosaan, usia terlalu muda, belum menikah, terlalu banyak anak dan hubungan yang bermasalah dengan pasangan. Diperkirakan dari 210 juta kehamilan di dunia per-tahun-nya, 4 dari 10 diantaranya merupakan kehamilan yang tidak diinginkan (KTD). Lebih dari setengah dari KTD tersebut berakhir dengan aborsi dengan estimasi sekitar 50 juta aborsi di seluruh dunia setiap tahunnya . Kematian seorang ibu yang melakukan aborsi di Indonesia cukup tinggi. Berdasarkan SDKI Tahun 2007 Angka Kematian Ibu sebesar 228/100.000 . Sebanyak 11-17 % bahkan mencapai 50% diakibatkan karena praktek aborsi yang tidak aman. Penetilian yang dilakukan Council menunjukkan kurang lebih 2 juta aborsi dilakukan tiap tahunnya . Penelitian YKP pada tahun 2002 membuktikan 87% perempuan yang hendak melakukan aborsi masih terikat dalam perkawinan dan setidaknya sudah memiliki 2 anak. Umumnya akibat kegagalan KB (36%) dan alasan ketidaksiapan untuk hamil karena tekanan psikis dan sosial (57,5%) seperti sudah punya banyak anak, anak terakhir masih kecil, tuntutan kerja dsb.Fakta di atas menunjukkan bahwa kehamilan tidak diinginkan tidak saja dapat menimpa perempuan lajang akibat kekerasan seksual seperti perkosaan, incest, ingkar janji, korban traffiking dsb, tetapi juga dapat terjadi pada perempuan yang terikat dalam hubungan perkawinan. Masih menurut YKP, dari 75 juta kehamilan tidak diinginkan di dunia, 50 juta di antaranya berakhir dengan aborsi; 20 juta di antaranya dilakukan secara tidak aman.Fakta tingginya kematian ibu merupakan ironi. Perempuan sebagai pejuang kehidupan harus berhadapan dengan resiko kematian ketika seorang perempuan merelakan tubuhnya menjalani fungsi reproduksi. Kematian ibu dianggap sebagai hal biasa yang harus ditanggung sebagai konsekuensi menjadi seorang perempuan. Sekalipun rahim ada dalam tubuh perempuan, pada kenyataannya perempuan yang mengalami kehamilan tidak diinginkan tidak berdaya bahkan tidak diberdayakan untuk dapat menentukan apakah kehamilan itu akan dihentikan atau dilanjutkan. Perempuan memiliki risiko kesehatan lebih besar karena kurangnya kepedulian dan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan yang berhubungan dengan seksualitas dan reproduksi. Aborsi tidak aman membahayakan hidup perempuan, mewakili masalah kesehatan masyarakat yang serius, banyak menimpa remaja yang berisiko paling tinggi. Banyaknya perempuan yang melakukan praktek aborsi yang tidak aman karena masyarakat masih memandang persoalan aborsi sebagai peroalan moralitas dan kriminalitas semata. Bagaimanapun, isu hak dan kesehatan reproduksi perempuan yang digembar-gemborkan selam ini harus diseimbangkan dengan peningkatan kualitas kesehatan perempuan. Dalam hal ini, maka untuk menurunkan angka kematian ibu ataupun calon ibu, maka aborsi harus dilakukan dengan aman. Aturan dengan standar layanan aborsi yang aman akan mengurangi praktik aborsi ilegal selama ini. Dan tentunya layanan aborsi dengan tenaga kesehatan yang terlatih, fasilitas yang mendukung dan memenuhi syarat serta pendampingan konseling, semuanya itu harus dipenuhi dalam aturan yang baru. Di Indonesia penyediaan pelayanan aborsi aman masih sangat terbatas dan relatif mahal sehingga muncul desakan dari beberapa LSM kepada pemerintah untuk menyediakan sarana pelayanan aborsi yang aman untuk menekan tingkat kematian ibu akibat praktik aborsi tidak aman yang hingga kini masih tinggi . Sebagai konsekuensi dari hak seorang perempuan tidak/belum ingin mempunyai anak, pemerintah perlu memberikan informasi, pendidikan serta pelayanan pencegahan kehamilan dan pada kondisi tertentu memberikan pelayanan aborsi yang aman.Masalah kesehatan reproduksi dan seksual remaja perempuan di indonesia masih terabaikann ini terlihat dari banyaknya kasus kehamilan diluar nikah, kekerasan masa pacaran dan aborsi degan obat- obatan beresiko tinggi. Hal ini disebabkan karean kurangnya informasi mengenai seksualitas dan reproduksi sambungnya.Keluarga berencana merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Peningkatan dan perluasan pelayanan Keluarga Berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang tinggi akibat yang di alami oleh wanita.

1.2 Tujuan1. Mengenal upaya pemerintah dalam penanganan masalah kesehaan reproduksi remaja2. Mengenal upaya pemerintah dalam penanggulangan masalah kependudukan3. Mengenal upaya pemerintah dalam penanganan masalah kesehatan ibu dan anak4. Mengetahui Upaya pemerintah untuk menekan angka kematian ibu yang diakibatkan karena aborsi yang tidak aman dengan pemberian informasi, pendidikan, pelayanan pencegahan kehamilan dan penyediaan pelayanan aborsi yang aman.

BAB IITINJAUAN PROGRAM

2.1 PIK KRR (Pusat informasi dan konseling kesehatan reproduksi remaja) yaitu suatu wadah yang dikelola dari.oleh untuk remaja dalam memeperoleh informasi dan pelayanan konseli KRR . PIK KIR ini merupakan langkah- langkah operasional menuju tegar remaja ,yaitu remaja yang berperilaku sehat ,terhindar dari resiko TRIAD KRR (seksualitas ,HIV/AIDS,NAPZA), mau menunda usia pernikahan hingga memasuki usia ideal perkawinan (20 bagi wanita dan 25 bagi pria), bercita-cita mewujudkan keluarga kcil bahagia sejahtera ,serta mau menjadi contoh ,model, idola, dan sumber informasi bagi teman sbayanya. Dengan demikian , PIK KRR yang menggunakan endekatan kelompok sebaya , (per group) ni diyakini mampu secara efektif cegah seks bebas pada remaja

2.1.1 Tujuan a. Pemerintah mengupayakan agar para remaja tidak melewati masa remajanya dengan hal-hal yang tidak bergunab. Berupaya untuk memebentuk remaja tegar yaitu remaja yang berperilaku sehat ,menghindari resiko TRIAD KRR (seksualitas,HIV dan AIDSserta NAPZA).c. Agar para emaja memiliki pengetahuan memadai seputar dunia.

2.1.2 Sasaran Pada dasarnya sasaran PKI KRR adalah remaja baik yang bergabung, dalam karang taruna ,organisasi kepemasyarakatan kepemudaan (OKP),ormas,maupun pelajar dan santri. Namun,siapapun bleh bergabung dengan KIP KR. Baik hanya partisipan ,anggota maupun pengurus.

2.1.3 KegiatanKegiatan PIK KRR merupakan suatu program dari pemerintah yang dimiliki oleh BKKBN melalui provinsi, kabupaten, kecamatan, desa, perguruan tinggi ,SMA, SMP, dan SD.Pendidikan di sekolah pada dasarnya bertujuan untuk memeberi pemenuhan hak-hak reproduksi bagi remaja dalam hal promosi ,pencegahan, dan penanganan, masalah-masalah melalui seminar.Untuk para remaja agar mampu menghadapi berbagai tantangan dan resiko (terutama resiko TRIAD KRR), maka para remaja perlu dibantu dan difasilitasi dengan berbagai keterampilan yang bisa dipakai untuk mengatasi tantangan dn resiko- resiko kehidupan yang dihadapinya. Salah satu keterampilan tersebut adalah keterampilan hidup (Life Skills). Konsep Keterampilan hidup yang di uraikan dalam buku ini jauh lebih luas dari konsep Keterampilan Hidup menurut WHO, UNICEF, Departemen Pendidikan Nasional dan lainnya. Keterampilan Hidup dalam Program KRR yang dibahas dalam buku ini mencakup: a. Keterampilan Fisik yang intinya adalah bagaimana menyeimbangkan antara nutrisi, olahraga, dan istirahat.b. Keterampilan mental yang intinya adalah bagaimana berfikir secara positifc. Keterampilan emosional yang intinya adalah bagaimana berkomunikasi dengan orang lain secara efektif.d. Keterampilan spiritual yang intinya adalah bagaimana bersyukur dan berdoa untuk keridloan Allah SWT.

2.2 Keluarga berencana 2.2.1 Pengertian Keluarga berencana (famili planning) adalah gerakan untuk mewujudkan keluarga kecil sejahtera dan bahagia melalui penurunan tingkat kelahiran secara bermakna. keluarga berencana merupakan upaya meningkatkan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera (undang- undang No. 10/ 1992)Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.(WHO, Expert Committe, 1970)2.2.2 Tugas Pemerintah Dalam Program Keluarga Berencana :a. Menyiapkan bahan peraturan perundang- undangan kebijaksanaan dan petunjuk teknis serta bahan- bahan lainnya yang berhubungan dengn pelaksanaan kegiatan dibidang Keluarga Berencana sebagai sebagai landasan pelaksanaan kerja.b. Penyusunan rencana kegiatan dibidang Keluarga Berencana meliputi : koordinasi pemanduan pelayanan Keluarga Berencana dan kesehatan reproduksi remaja serta ketahanan keluarga.c. Mengidentifikasi potensi dan permasalahan yang berhubungan dengan kegiaan di bidang Keluarga Berencana.d. Pelaksanaan kebijakan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi meliputi : jaminan dan pelayanan KBe. Peningkatan partisipasi pria, penanggulangan masalah reproduksi, ketahanan keluarga serta kelangsungan hidup ibu, bayi, dan anak.f. melaksanakan evaluasi dan pelaporan hasil kegiatan serta melaksanakan sosialisasi kegiatan di bidang Keluarga Berencana.

2.3 Upaya pemerintah dalam penanganan masalah kesehatan Ibu dan anak2.3.1 Safe Motherhood (gerakan sayang ibu)pada dasawarsa terakhir ini, dunia internasional nampaknya benar- benar terguncang. Bagaimana tidak jika setiap tahun hampir sekitar setengah juta warga didunia harus menemui ajalnya karena persalinan. Dan nampaknya hal ini menarik perhatian yang cukup besar sehingga di lakukannya berbagai usaha untuk menanggulangi masalah kematian ibu ini.Usaha tersebut terlihat dari beberapa program yang dilaksanakan oleh organisasi internsional misalnya program menciptkan kehamilan yang lebih aman (making pregnanci safer program) yang dilksanakn oleh WHO (World Health Organisation), atau program gerakan sayang ibu (safe Motherhood Program) yang dilaksanakan di Indonesia sebagai salah satu rekomendasi dari konferensi internasional di Mesir, Kairo tahun 1994. Selain usaha- usaha tersebut, ada pula beberapa konferensi internasional yang juga bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu seperti Internasional Conference on Population and Development, di Cairo, 1994 dan the World Conference on Women, di Beijing, 1995. (Rahima; Pusat Pendidikan dan Informasi Islam dan Hak- hak perempuan, 2001).Pemerintah indonesia dan UNICEF telah membuat kesepakatan untuk menurunkan tingkat kematian ibu di indonesia yang merupakan prioritas nomer satu dalam persetujuan kerjasamanya. Aus AID mendanai program Safe Motherhood di empat provinsi dengan tingkat kematian ibu yang tinggi dan tidak dapet ditolerir, yaitu Jawa Barat, Banten, Maluku, dan Papua.Menaggapi tingginya tingkat kematan ibu melahirkan di provinsi- provinsi tersebut, program safe motherhood ditujukan untuk memperkuat kapasitas masyarakat dan dinas- dinas pemerintah di tingkat kabupaten dan yang lebih rendah, sehingga dapat mengurangi tingkat kematian ibu, bayi dan balita.

2.3.2 Rincian tujuan/ sasaranProgram safe motherhood bertujuan untuk mengurangi tingkat kematian ibu melahirkan di empat provinsi diatas dengan cara:a. meningkatkan mutu dari, dan akses ke pelayanan perawatan kesehatan ibu dan bayi.b. Mendukung jangkauan dan kapasitas bidan didesa dan dukun bayi.c. Memberdayakan masyrakat untuk mengenali kesulitan- kesulitan selama masa kehamilan dan persalinan agar dapat mengambil tindakan tepat guna membantu ibu dan bayi.d. Memperkuat kapasitas pemerintah daerah dalam merencanakan, melaksanakan, mengelola dan mengawasi program persalinan yang aman.

2.3.3 Making Pregnancy Saver (MPS)Di indonesia angka kematian maternal dan neonatal saat ini masih tinggi maka dicanangkan making pregnancy safer (MPS) dan menigkatkan dalam pelayanan dalam pemeriksaan kehamilan. Pemeriksan kehamilan sangat penting untuk memantau kehamilan dan mendeteksi secar dini adanya resiko dalam kehamilan, sehingga di harapkan adaya pengetahuan dalam pemeriksaan kehamilan.MPS bertujuan untuk menjamin agar Safe Motherhood tetap merupakan prioritas dalam agenda kesehatan dan pembangunan. Secara luas tujuan pragram safe motherhood sama dengan making pregnancy saver, yaitu melindungi dan mempromosikan hak reproduksi dan hak asasi manusia dengan cara mengurangi beban global dari kesakitan, kecatatan dan kematian sebagai akibat dari kehamilan,persalinan dan nifas. Namun making pregnancy safer WHO mengutamakan upaya sektor kesehatan, dengan memfokus pada intervensi yang efektif berdasarkan bukti- bukti ilmiah.Making pregnancy safer merupakan program pemerintah dalam peningkatan jumlah kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan, penyiapan sistem rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan, persiapan keluarga dan suami siaga dalam menyongsong kelahiran yang semuanya itu bertujuan untuk mengurangi angka kematian ibu (AKI) dan meningkatkan derajat kesehatan reproduksi. Peningkatan kesehatan ibu dan bayi di Indonesia adalah salah satu komitmen Departemen Kesehatan melalui penerapan Rencana Pengurangan Angka Kematian dan Kesakitan Ibu dan Bayi.

2.3.4 TujuanMaksud dari MPS adalah untuk memantapkan organisasi kesehatan pada tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/ kota untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.MPS merupakan salah satu program pemerintah yang bertujuan untuk menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia. Program MPS bertujuan untuk menanggulangi penyebab utama kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir, melalui pemantapan sistem kesehatan dan identifikasi kegiatan yang diperlukan pada tingkat masyarakat, untuk menjamin setiap ibu dan bayi baru lahir mempunyai akses terhadap pelayanan jika diperlukan.

2.3.5 SasaranTarget MPS yang ditetapkan untuk tahun 2010 adalah sebagai berikut :1) Menurunkan angka kematian ibu menjadi 125/100.000 kelahiran hidup2) Menurunkan angka kematian neonatal menjadi 15/1000 kelahiran3) Menurunkan anemia gizi besi pada ibu hamil menjadi 20%4) Menurunkan angka kehamilan yang tidak diinginkan dari 17,1% menjadi 11%Kebijakan yang mendukung upaya pelayanan maternal dan neonatal yang berkualitas, dapat di akses, terjangkau dan komprehensif, harus dipromosikan kepada semua wanita.

2.3.6 StrategiStrategi making pregnancy safer berupaya untuk mendukung target yang telah disepakati secara internasional. Tujuan gerakan making pregnancy safer adalah untuk menurunkan kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir:a) Menurunkan AKI sebesar 75% pada tahun 2015 dari AKI tahun 1990b) Menurunkan angka kematian bayi menjadi kurang dari 35/ 10001 kelahiran hidup pada tahun 2015Empat strategi MPS adalah: Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir berkualitas. Membangun kemitraan yang efektif melalui kerjasama lintas program, lintas sektor dan mitra lainnya untuk melakukan advokasi guna memaksimalkan sumber daya yang tersedia serta meningkatkan koordinasi perencanaan dan kegiatan MPS Mendorong pemberdayaan perempuan dan keluarga melalui peningkatan pengetahuan untuk menjamin perilaku sehat dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru baru lahir.

Untuk setip strategi, telah ditetapkan hasil yang diharapkan sebagai berikut: Strategi 1, hasil yang diharapkan meliputi tersedianya pelayanan kesehatan maternal dasar yang berkualitas, pelayanan kedaruratan ibu da bayi baru lahir serta keluarga berencana, tenaga terlatih, penyesuaian peraturan bagi dokter umum dan bidan dan memantapkan kemampuan penelitian dari institusi- institusi dan organisasi terkait. Strategi 2, hasil yang diharapkan meliputi peningkatan upaya advokasi untuk mempromosikan MPS, memantapkan gerakan sayang ibu, peningkatan kerjasama dengan BKKBN, memantapkan kemitraan dengan dukun bayi, sektor swasta, LSM, organisasi profesi dan PMI. Strategi 3, hasil yang diharapkan meliputi pemantapan kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterlibatan wanita, suami dan keluarga dalam kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Strategi 4, hasilyang diharapkan meliputi meningkatnya tingkat pengetahuan dan keteribatan masyarakat serta tanggung jawab bersama dalam kesehatan ibu dan bayi baru lahir.

Asas pedoman operasional MPS meliputi pula kemitraan dengan berbagai pihak yang terlibat termasuk wanita, keluarga, dan masyarakat, pelayanan standart yang berkualitas, kegiatan sistem kesehatan maupun sistem diluar kesehatan yang memfasilitasi pemanfaatan pelayanan dan persiapan kelahiran serta kedaruratan.

2.3.7 Kegiatan MPSKegiaran MPS antara lain:1) MPS dilaksanakan dalam konteks Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indinesia Sehat 20102) MPS difokuskan pada peningkatan sistem pelayanan kesehatan untuk menjamin ketersediaan akses terhadap pelayanan kesehatan.3) MPS difokuskan pada pelayanan kesehatan ibu dan bayi batu lahir sesuai dengan standart.4) MPS diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan, kemampuan dana dan sumber daya kabupaten/ kota yang bersangkutan.5) MPS bekerja sama dengan pihak- pihak yang terlibat dalam masyarakat untuk mengidentifikasi isu- isu sosial, budaya dan ekonomi yang perlu diatasi.6) MPS memfasilitasi kegiatan- kegiatan lokal sambil meningkatkan kemampuan pihak- pihak yang terlibat dalam menentukan dan melaksanakan solusi mereka sendiri.

2.4 Upaya pemerintah untuk menekan angka kematian ibu yang diakibatkan karena aborsi

2.4.1 Pemberian informasi dan pendidikanSecara umum, abortus didefinisikan sebagai upaya terminasi kehamilan yang dilakukan sebelum janin mampu hidup di luar kandungan. Menurut WHO, aborsi yang tidak aman (unsafe abortion) adalah aborsi yang dilakukan dengan menggunakan metode yang berisiko tinggi, bahkan fatal, dilakukan oleh orang yang tidak terlatih atau tidak terampil serta komplikasinya merupakan penyebab langsung kematian wanita usia reproduksi. Dengan demikian, ada tiga kriteria aborsi yang tidak aman, yaitu metode berisiko tinggi, dilakukan oleh orang yang tidak terlatih dan komplikasinya merupakan penyebab langsung kematian ibu. Metode aborsi risiko tinggi yang dimaksud antara lain meliputi penggunaan obat atau jamu, pemijitan, memasukkan alat atau benda asing ke dalam rongga vagina. Peralatan yang digunakan biasanya terkontaminasi oleh mikroorganisme dan bahan-bahan kausatif atau iritatif sehingga meskipun pasien dapat diselamatkan dari kematian, dia masih tetap terancam untuk mengalami cacad menetap atau gangguan organ yang serius. Sementara, bahan-bahan tradisional yang sering digunakan antara lain plastik, batang kayu, akar pohon, atau tangkai daun yang mempunyai getah iritatif .Komplikasi dini dan yang paling sering adalah sepsis yang disebabkan oleh aborsi yang tidak lengkap, yang sebagian atau seluruh produk pembuahan masih tersisa di dalam rahim. Sepsis merupakan salah satu komplikasi aborsi yang paling fatal. Infeksi yang paling serius yang jarang ditemukan adalah infeksi bakteri anaerub yang menyebabkan gasgangrin dan tetanus. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh penggunaan peralatan yang tidak bersih. Penyebab kematian kedua yang paling penting adalah perdarahan. Perdarahan dapat disebabkan oleh aborsi yang tidak lengkap atau cedera organ panggul atau usus. Kematian biasanya disebabkan oleh tidak tersedianya darah atau fasilitas transfusi rumah sakit. Komplikasi abortus lain yang secara potensial fatal adalah bendungan sistem pembuluh darah oleh bekuan darah, gelembung udara, atau cairan. Yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah gangguan bekuan darah berat yang disebabkan oleh infeksi berat serta keracunan obat-obat abortif yang menyebabkan gagal ginjal.Meski aborsi dilarang oleh hukum, tetapi kenyataannya terdapat 2,3 juta perempuan melakukan aborsi. Masalahnya tiap perempuan mempunyai alasan tersendiri untuk melakukan aborsi dan hukum pun terlihat tidak akomodatif terhadap alasan-alasan tersebut, misalnya dalam masalah kehamilan paksa akibat perkosaan atau bentuk kekerasan lain termasuk kegagalan KB. Larangan aborsi berakibat pada banyaknya terjadi aborsi tidak aman (unsafe abortion), yang mengakibatkan kematian. Data WHO menyebutkan, 15-50% kematian ibu disebabkan oleh pengguguran kandungan yang tidak aman. Dari 20 juta pengguguran kandungan tidak aman yang dilakukan tiap tahun, ditemukan 70.000 perempuan meninggal dunia. Artinya 1 dari 8 ibu meninggal akibat aborsi yang tidak aman.Aborsi yang tidak aman biasanya terjadi setelah kehamilan yang tidak diinginkan dengan berbagai sebab. Sampai saat ini belum ada solusi yang tuntas untuk melegalkan aborsi yang aman, kecuali yang diwajibkan karena indikasi medis. Padahal dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa penyebab aborsi sering disebabkan karena factor non-medis . Banyaknya kematian akibat aborsi yang tidak aman, tentu sangat memprihatinkan. Hal ini diakibatkan kurangnya kesadaran dari perempuan dan masyarakat tentang hak atas pelayanan kesehatan. Padahal bagaimanapun kondisinya atau akibat apapun, setiap perempuan sebagai warganegara tetap memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai dan kewajiban negaralah untuk menyediakan hal itu. Hak-hak ini harus dipandang sebagai hak-hak sosial sekaligus hak individu yang merupakan hak untuk mendapatkan keadilan sosial termasuk didalamnya hak untuk mendapatkan pelayanan. Hak atas pelayanan kesehatan ini ditegaskan pula dalam Pasal 12 Konvensi Penghapusan segala bentuk Kekerasan terhadap Perempuan (Konvensi Perempuan) dan UU Kesehatan No 36 Tahun 2009. Dalam hal Hak Reproduksi, termasuk pula didalamnya hak untuk membuat keputusan mengenai reproduksi yang bebas dari diskriminasi, paksaan dan kekerasan seperti dinyatakan dalam dokumen-dokumen hak-hak asasi manusia (Rekomendasi bab 7 Konferensi Kependudukan dan Pembangunan Internasional di Kairo 1994). Adalah hak bagi setiap pasangan atau individu untuk menetapkan secara bebas dan bertanggungjawab jumlah anak, kelahiran anak dan kapan ia ingin atau tidak ingin mempunyai anak. 2.4.2 penyediaan pelayanan aborsi yang aman.Hukum yang ada di Indonesia seharusnya mampu menyelamatkan ibu dari kematian akibat tindak aborsi tak aman oleh tenaga tak terlatih. Ada 3 aturan aborsi di Indonesia yang berlaku hingga saat ini yaitu:1. Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1946tentang Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang menjelaskan dengan alasan apapun, aborsi adalah tindakan melanggar hukum. Sampai saat ini masih diterapkan. KUHP melarang keras dilakukannya aborsi dengan alasan apapun sebagaimana diatur pasal 283, 299 serta pasal 346-349. Pasal 299 menyatakan ancaman pidana maksimal 4 tahun pada seseorang yang memberi harapan kepada seorang perempuan bahwa kandungannya dapat digugurkan.2. Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang menuliskan bahwa aborsi dapat dilakukan berdasarkan indikasi medis yang terdeteksi secra dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan atau janin, mencerita cacat genetik dan atau bawaan, dan keadaan yang menyulitkan bayi untuk hidup di luar kandungan. Selain itu kehamilan yang diakibatkan karena perkosaan sehingga menimbulkan trauma psikologis bagi korban. Dalam UU ini juga disebutkan bahwa pemerintah wajib melindungi dan mencegah aborsi yang tidak aman, tidak bermutu dan tidak bertanggungjawab dengan alasan tersebut diatas. Aborsi sebagaimana dimaksud diatas hanya dapat dilakukan denga persyaratan: Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri. Sebagai pelaksanaan dijabarkan antara lain mengenai keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya, tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian & kewenangan bentuk persetujuan, sarana kesehatan yang ditunjuk . 1. Undang Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa setiap anak sejak dalam kandungan berhak untuk hidup, mempertahankan hidup & meningkatkan taraf kehidupannya. Hal ini menjelaskan bahwa HAM jelas menentang aborsi sekalipun itu berkaitan dengan hak hidup .2. Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan KDRT mengenai hak-hak korban pada butir (b): Korban berhak mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis. Dalam UU ini memang tidak disebutkan secara tegas apa yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis, namun apabila dikaitkan dengan kekerasan seksual yang berefek pada kehamilan yang tidak diinginkan, maka korban diasumsikan dapat meminta hak atas pelayanan medis untuk mengakhiri kehamilannya, karena secara medis, korban akan mengalami stres ataupun depresi, & bukan tidak mungkin akan menjadi sakit jiwa apabila kehamilan tersebut diteruskan . Namun keberadaan peraturan di atas justru dianggap menimbulkan kerugian, karena aborsi masih dianggap sebagai tindakan kriminal, padahal aborsi bisa dilakukan secara aman (safe abortion). UU Kesehatan dibuat untuk memperbaiki KUHP, tapi memuat definisi aborsi yang salah sehingga pemberi pelayanan (dokter) merupakan satu-satunya yang dihukum. Pada KUHP, baik pemberi pelayanan (dokter), pencari pelayanan (ibu), dan yang membantu mendapatkan pelayanan, dinyatakan bersalah.Dan akibat aborsi dilarang, angka kematian dan kesakitan ibu di Indonesia menjadi tinggi karena ibu akan mencari pelayanan pada tenaga tak terlatih.Oleh karena itu, hingga kini AKI Indonesia (228 per 100.000 kh tahun 2007) masih menduduki urutan teratas di Asia Tenggara,dan kontribusi aborsi dilihat sebagai salah satu faktor tingginya angka tersebut. Aborsi sendiri masih tetap merupakan suatu wacana yang selalu mengundang pro dan kontra baik hukum maupun agama yang mungkin tidak akan habis jika tidak ada peraturan baru tentang aborsi aman khususnya yang tegas dan jelas. Pemberian pelayanan penanganan aborsi akibat kehamilan yang tidak diinginkan sering mendapatkan hambatan atau kendala dari UU, maupun KUHAP yang terkait dan tekanan sosial. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia berupaya untuk memberikan pelayanan penanganan kehamilan yang tidak diinginkan secara komprehensif dan berkualitas seperti konseling pra dan pasca penanganan, tindakan penanganan dengan metode mutakhir yang aman, pemberian kontrasepsi pascatindakan, pelayanan komplikasi dan membangun sistim rujukan pelayanan kesehatan reproduksi yang diperlukan masyarakat.

BAB IIIPEMBAHASAN3.1 ANALISA SWOT3.1.1 STRENGTH (KEKUATAN)Pemerintah menekankan 3 aturan aborsi di Indonesia yang berlaku hingga saat ini yaitu:1. Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1946tentang Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang menjelaskan dengan alasan apapun, aborsi adalah tindakan melanggar hukum. Sampai saat ini masih diterapkan. KUHP melarang keras dilakukannya aborsi dengan alasan apapun sebagaimana diatur pasal 283, 299 serta pasal 346-349. Pasal 299 menyatakan ancaman pidana maksimal 4 tahun pada seseorang yang memberi harapan kepada seorang perempuan bahwa kandungannya dapat digugurkan.2. Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang menuliskan bahwa aborsi dapat dilakukan berdasarkan indikasi medis yang terdeteksi secra dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan atau janin, mencerita cacat genetik dan atau bawaan, dan keadaan yang menyulitkan bayi untuk hidup di luar kandungan. Selain itu kehamilan yang diakibatkan karena perkosaan sehingga menimbulkan trauma psikologis bagi korban. Dalam UU ini juga disebutkan bahwa pemerintah wajib melindungi dan mencegah aborsi yang tidak aman, tidak bermutu dan tidak bertanggungjawab dengan alasan tersebut diatas. Aborsi sebagaimana dimaksud diatas hanya dapat dilakukan denga persyaratan: Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri.

3.1.2 WEAKNESS (KELEMAHAN)

keberadaan peraturan di atas justru dianggap menimbulkan kerugian, karena aborsi masih dianggap sebagai tindakan kriminal, padahal aborsi bisa dilakukan secara aman (safe abortion). UU Kesehatan dibuat untuk memperbaiki KUHP, tapi memuat definisi aborsi yang salah sehingga pemberi pelayanan (dokter) merupakan satu-satunya yang dihukum. Pada KUHP, baik pemberi pelayanan (dokter), pencari pelayanan (ibu), dan yang membantu mendapatkan pelayanan, dinyatakan bersalah.Dan akibat aborsi dilarang, angka kematian dan kesakitan ibu di Indonesia menjadi tinggi karena ibu akan mencari pelayanan pada tenaga tak terlatih.

3.1.3 OPPORTUNITY (KESEMPATAN)

BAB IVPENUTUP

3.1 Kesimpulan Salah satu tujuan pembangunan di Indonesia adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut berbagai program telah dicanangkan oleh pemerintah sebagai upaya untuk menangani permasalahan kesehatan yang ada. Salah satu program prioritas bidang kesehatan adalah penanganan masalah kesehatan reproduksi dimana fokus pada penurunan angka kematian ibu dan bayi yang masih sangat tinggi.3.2 SaranSaran bagi InstitusiDi harapkaninstitusidapatmemfasilitasimahasiswadalam proses belajarmengajar.Saran bagi Mahasiswa

1. Memahami upaya pemerintah dalam penanganan masalah kesehaan reproduksi remaja2. Memahami upaya pemerintah dalam penanggulangan masalah reproduksi.

DAFTAR PUSTAKA

Yanti, 2011.Kesehatan Reproduksi, yogyakarta: Pustaka Rihama AKI mengancam perempuan, http://icrp-online.org/102008/post-4.html, diakses tanggal 10/11-2011 Maraknya aborsi (2009), diakses dari http://menjadikosong.wordpress.com tanggal 11-11-2011Angka Kematian Ibu, http://www.infodokterku.com, diakses tanggal 11-11-2001AKI mengancam perempuan, http://icrp-online.org/102008/post-4.html, diakses tanggal 10/11-2011Rahman, AKI yang tak pernah mau turun, yayasan jurnal perempuan, 2007Rachman, Kesehatan Reproduksi, yayasan jurnal perempuan,2007

18