lap prak kom 2

21
 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belak ang Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia yang di lakukan secara be rkelanjutan. Salah satu upaya  pen ingk atan ku al it as su mb er da ya ma nu si a ya ng di la ku ka n secara  be rke lanjut an ada lah mel alui pemban gunan kes eha tan. Upa ya per bai kan kes eha tan ant ara lain dil aku kan mel alui pen cegaha n dan pember antasan  peny akit menul ar, peny ehatan lingkung an pemu kiman dan perba ikan gizi masyarakat. Berbagai upaya pembangunan kesehatan telah di upayakan oleh  pemer intah bers ama masya rakat, namun peny akit menul ar masih menjadi masalah kesehatan masyarakat termasuk penyakit kusta (Depkes RI, 2005). Penyakit kusta ter seba r di seluruh duni a de ngan endemi si tas yang  berbeda-beda. Diantara 122 negara yang endemis pada tahun 1985, 98 negara telah mencapai eliminasi kusta yaitu prevalensi rate < 1/10.000 penduduk. Pada tahun 1991 World Health Assembly telah mengeluarkan suatu resolusi yaitu elimi nasi kusta tahu n 2000. Pada 1999 , insiden si penyak it kusta di dunia diperkirakan 640.000 dan 108 kasus terjadi di Amerika Serikat. Pada 2000, Word Health Organisation membuat daftar 91 negara yang endemik kusta. 70% kasus dunia terdapat di India, Myanmar, dan Nepal (Depkes RI, 2005). 1

Upload: maulidiyah-megasari

Post on 12-Jul-2015

261 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lap Prak Kom 2

5/12/2018 Lap Prak Kom 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lap-prak-kom-2 1/21

 

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber 

daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Salah satu upaya

  peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang dilakukan secara

  berkelanjutan adalah melalui pembangunan kesehatan. Upaya perbaikan

kesehatan antara lain dilakukan melalui pencegahan dan pemberantasan

  penyakit menular, penyehatan lingkungan pemukiman dan perbaikan gizi

masyarakat. Berbagai upaya pembangunan kesehatan telah di upayakan oleh

  pemerintah bersama masyarakat, namun penyakit menular masih menjadi

masalah kesehatan masyarakat termasuk penyakit kusta (Depkes RI, 2005).

Penyakit kusta tersebar diseluruh dunia dengan endemisitas yang

 berbeda-beda. Diantara 122 negara yang endemis pada tahun 1985, 98 negara

telah mencapai eliminasi kusta yaitu prevalensi rate < 1/10.000 penduduk.

Pada tahun 1991 World Health Assembly telah mengeluarkan suatu resolusi

yaitu eliminasi kusta tahun 2000. Pada 1999, insidensi penyakit kusta di

dunia diperkirakan 640.000 dan 108 kasus terjadi di Amerika Serikat. Pada

2000, Word Health Organisation membuat daftar 91 negara yang endemik 

kusta. 70% kasus dunia terdapat di India, Myanmar, dan Nepal (Depkes RI,

2005).

1

Page 2: Lap Prak Kom 2

5/12/2018 Lap Prak Kom 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lap-prak-kom-2 2/21

 

Pada tahun 2000 Indonesia menempati urutan ke tiga setelah India dan

Brazil dalam hal penyumbang jumlah penderita kusta di dunia. Walaupun ada

  penurunan yang cukup drastis dari jumlah kasus terdaftar, namun

sesungguhnya jumlah penemuan kasus baru tidak berkurang sama sekali.

Oleh karena itu, selain angka prevalensi rate, angka penemuan kasus baru

 juga merupakan indikator yang harus diperhatikan (Depkes RI, 2005).

Pada 2002, 763.917 kasus ditemukan di seluruh dunia, dan menurut

WHO pada tahun itu, 90% kasus kusta dunia terdapat di Brasil, Madagaskar,

Mozambik, Tanzania dan Nepal. Di seluruh dunia, dua hingga tiga juta orang

diperkirakan menderita kusta. Distribusi penyakit kusta dunia pada 2003

menunjukkan India sebagai negara dengan jumlah penderita terbesar, diikuti

oleh Brasil dan Myanmar (Depkes RI, 2005).

Di Indonesia, jumlah penderita kusta dengan frekuensi tertinggi di

  provinsi Jawa Timur yaitu mencapai 4 per 10.000 penduduk.selanjutnya

 provinsi Jawa Barat mencapai 3 per 10.000 penduduk dan provinsi Sulawesi

Selatan yaitu 2 per 10.000 penduduk (Depkes RI, 2002).

Pada pertengahan tahun 2000, Indonesia telah mencapai eliminasi sesuai

target WHO. Pada tahun 2003, distribusi kusta menurut waktu yaitu Penderita

terdaftar di Indonesia pada akhir tahun Desember 2003 sebanyak 18.312

 penderita yang terdiri dari 2.814 PB dan 15.498 MB dengan prevalens rate

0,86 per 10.000 penduduk terdapat di 10 provinsi, yaitu : Jawa Timur, Jawa

2

Page 3: Lap Prak Kom 2

5/12/2018 Lap Prak Kom 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lap-prak-kom-2 3/21

 

Barat, Sulawesi Selatan, Papua, NAD, DKI Jakarta, Sulawesi Utara, Maluku

Utara, dan Nusa Tenggara Timur (Depkes RI, 2005).

Eliminasi kusta tingkat provinsi yang harus dicapai pada tahun 2005,

tentu sangat sulit dicapai apalagi mencapai eliminasi kusta tingkat kabupaten

tahun 2008 tanpa adanya dukungan dari berbagai program dan sektor terkait

(Depkes RI, 2005).

Penemuan penderita baru di Jawa Timur masih sangat tinggi. Pada tahun

2006 ditemukan penderita baru sebanyak 5.360 orang, dengan rincian jumlah

PB. 732 dan MB.4.628, dan yang telah selesai menjalani pengobatan (RFT)

tahunan 5.236, dengan Case Detection Rate (CDR) per 10.000 sebesar 1,45

%, sedangkan prevalensi rate sebesar 1,7 % (Dinkes Propinsi Jatim, 2006).

Kabupaten Sampang merupakan daerah  prevalensi rate tertinggi yaitu 9,44

 per 10.000 penduduk, CDR 18 per 100.000 penduduk, tingkat cacat II sebesar 

11%, proporsi anak sebesar 22,6%, proporsi MB sebesar 86,3%. Tingginya

  proporsi cacat II menunjukkan masih banyak penderita baru terlambat

ditemukan, proporsi penderita anak lebih dari 5% menunjukkan tingkat

 penularan masih tinggi (Dinkes Propinsi Jatim, 2006).

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka sebagai perawat komunitas

  bertanggung jawab untuk melakukan identifikasi kebutuhan, sumber, dan

nilai yang dibutuhkan pada populasi masyarakat dengan kusta terkait dengan

aspek promosi, proteksi, dan prevensi. Perawat komunitas dapat menyusun

  pelayanan kesehatan bagi populasi masyarakat dengan kusta dan

3

Page 4: Lap Prak Kom 2

5/12/2018 Lap Prak Kom 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lap-prak-kom-2 4/21

 

mengimplementasikan dan mengevaluasi terhadap program yang disusun

  bersama masyarakat. Menurut Swanson (1997), perawat komunitas dapat

 berperan dalam pencegahan terhadap penyakit menular dengan melakukan

 pelayanan kesehatan yang mengutamakan pencegahan primer, sekunder, dan

tersier. Salah satu cara yang dapat perawat komunitas lakukan untuk 

menjamin keberlanjutan suatu program atau pelayanan kesehatan dalam

menerapkan program promosi, proteksi, dan prevensi adalah dengan

membentuk kemitraan (Helvie, 1997)

Dari uraian diatas, penularan kusta di indonesia yang cukup tinggi maka

diperlukan stategi yang cepat tanggap dalam masalah ini, maka diperlukan

sebuah aplikasi dari Community as Partner Model  untuk mengkaji masalah

ini untuk eredikasi dan eliminasi kusta di Indonesia.

1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan laporan ini adalah untuk 

mengetahui aplikasi konsep Community as Partner Model   pada kasus

 penyakit kusta

2. Tujuan Khusus

1) Menjelaskan konsep Community as Partner Model

2) Menjelaskan kegunaan aplikasi Community as Partner Model pada

kasus penyakit kusta

4

Page 5: Lap Prak Kom 2

5/12/2018 Lap Prak Kom 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lap-prak-kom-2 5/21

 

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendahuluan tentang konsep community as Partner Model

Perawat komunitas bertanggungjawab membantu komunitas untuk tetap

stabil mempertahankan kesehatannya dengan memperhatikan kondisi

lingkungan dan sosial. Community as Partner  yang didasarkan pada

  Nueman’s model digunakan untuk pengkajian di komunitas (Anderson &

McFarlane, 2000; Ervin, 2002).

2.2 Kerangka konsep community as Partner Model

Model ini sebagai panduan proses keperawatan dalam pengkajian

komunitas; analisa dan diagnosa; perencanaan; implementasi komunitas yang

terdiri dari tiga tingkatan pencegahan; primer, sekunder, dan tersier, dan

 program evaluasi (Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999).

Fokus pada model ini komunitas sebagai partner dan penggunaan proses

keperawatan sebagai pendekatan. Neuman memandang klien sebagai sistem

terbuka dimana klien dan lingkungannya berada dalam interaksi yang

dinamis. Menurut Neuman, untuk melindungi klien dari berbagai stressor 

yang dapat mengganggu keseimbangan, klien memiliki tiga garis pertahanan,

yaitu fleksible line of defense, normal line of defense, dan resistance defense

(lihat gambar 1).

5

Page 6: Lap Prak Kom 2

5/12/2018 Lap Prak Kom 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lap-prak-kom-2 6/21

 

Gambar 1. Community as Patner Model

6

Page 7: Lap Prak Kom 2

5/12/2018 Lap Prak Kom 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lap-prak-kom-2 7/21

 

Sumber : Anderson Elizabeth & McFarlane Judith. (2000). Community as partner: theory

and practice in nursing . Third edition oleh Lippincott Williams & Wilkins hal: 158

Agregat klien dalam model community as partner ini meliputi intrasistem

dan  ekstrasistim. Intrasistem terkait adalah sekelompok orang-orang yang

memiliki satu atau lebih karakteristik (Stanhope & Lancaster, 2004).

Agregat ekstrasistem meliputi  delapan subsistem yaitu komunikasi,

transportasi dan keselamatan, ekonomi, pendidikan, politik dan pemerintahan,

layanan kesehatan dan sosial, lingkungan fisik dan rekreasi (Helvie, 1998;

Anderson & McFarlane, 2000; Ervin, 2002; Hitchcock, Schubert, Thomas,

1999; Stanhope & Lancaster, 2004; Allender & Spradley, 2005).

Delapan subsistem dipisahkan dengan garis putus-putus artinya sistem

satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi. Di dalam komunitas ada

lines of resistance, merupakan mekanisme internal untuk bertahan dari

stressor. Rasa kebersamaan dalam komunitas untuk bertanggung jawab

terhadap kesehatan sebuah populasi masyarakat adalah contoh dari line of 

resistance

Anderson dan McFarlane (2000) mengatakan bahwa dengan

menggunakan model community as partner  terdapat dua komponen utama

yaitu roda pengkajian komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian

komunitas terdiri dari dua bagian utama yaitu inti dan delapan subsistem yang

mengelilingi inti yang merupakan bagian dari pengkajian keperawatan,

sedangkan proses keperawatan terdiri dari beberapa tahap mulai dari

 pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

7

Page 8: Lap Prak Kom 2

5/12/2018 Lap Prak Kom 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lap-prak-kom-2 8/21

 

BAB III. PEMBAHASAN

3.1 Aplikasi Konsep Community as Partner Model pada kasus penyakit kusta

Kusta merupakan suatu penyakit menahun yang menyerang  syaraf tepi

(perifer) yang tanda dan gejalanya berupa bercak-bercak putih yang tidak 

nyeri,dan tidak mengeluarkn keringat,yang komplikasinya dapat berupa jari

kaki ataupun tangan menjadi kriting sampai akhirnya putus akibat kerusakan

sistem syataf perifer.

Sedangkan konsep community as partner sendiri merupakan suatu model

 perawatan kesehatan masyarakat yang praktek, metode dan kelimuannyanya

melibatkan peran parytisipasi penuh dari masyarakat dimana dalam hal ini

 berperan sebagai 2 konponen , yaitu sebagai mitra dan proses keperawatan.

Dalam aplikasinya konsep community as partner ini dalam menyikapi kasus

kusta tetap memperhatikan tiga komponen utama dari CAP sebagai acuan

dalam pengkajian dalam kasus kusta, yaitu:core, subsistem, dan persepsi yang

akan di bhas di bawah ini:

1. Data inti (core)

Data inti ini meliputi empat hal, yaitu:

a) Sejarah

Dalam data ini hal-hal yang dapat dikaji adalah riwayat terbentuknya sebuah

komunitas lama dan komunitas baru. Hal yang dapat dikaji antara lain:

•Sejarah atau asal daerah tersebut

•Berapa lama komunitas tersebut telah tinggal (hal ini berhubungan tentang

warga asli yang menempati atau didomisili oleh pendatang)

•Apakah tindakan warga dalam menanggapi masalah kesehatan ,sebagai

contoh kusta.

 b) Demografis

Dalam data demografis hal yang dapat dikaji adalah distribusi masyarakat

 berdasarkan beberapa aspek dan berdasarkan hasil statistik. Aspek-aspek 

tersebut antara lain:

8

Page 9: Lap Prak Kom 2

5/12/2018 Lap Prak Kom 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lap-prak-kom-2 9/21

 

1. Usia

Dapat terjadi pada anak, dikarenakansistem imun anak yang masih rentan

dan dapat pula terjadi pada orang dewasa . Tetapi sangat jarang terjadi

 pada bayi

2. Status sosial

Biasanya terjadi pada status sosial yang rendah yang mempengaruhi antara

lain: personal hygieni rendah, dan gizi bumil. Tingkat kepadatan

 penduduk, pemukiman padat rumah tidak sehat.

3. Jenis kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki lebih banyak terserang kusta daripada

wanita.

4. Suku

Asia dan afrika lebih rentan dikarenakan kusta lebih sering terjadi pada

negara berkembang, iklim tropis, dan sistem imun yang berbeda dengan

mongoloid.

5. Tingkat pendidikan

Biasanya terjadi pada masyarakat dengan tingkat pendidukan yang rendah

karena tingkat pendidikan yang kurang.

6. Angka kejadian

c) Etnisitas dan nilai dan kepercayaan

Dalam data etnisitas ini Mencatat dan mengkaji tentang indicator-indikator 

kelompok etnis yang berbeda (misalnya life style, pengobatan, paradigma,

  bahasa). Budaya yang berbeda dari masing-masing etnis (tradisi, adat

istiadat).

a. Life Style: personal hygine kurang, sanitasi lingkungan buruk 

 b. Pengobatan: pada suku-suku tertentu pengobatan dilakukan atau masih

 percaya pada dukun bukan tenaga kesehatan.

c. paradigma : mayarakat tertentu masih meyakini bahwa penyakit kusta

dianggap penyakit kutukan, sehingga penderita kusta dikucilkan dari

lingkungan masyarakat

9

Page 10: Lap Prak Kom 2

5/12/2018 Lap Prak Kom 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lap-prak-kom-2 10/21

 

d. Bahasa: suku-suku tertentu hanya menggunakan bahasa mereka sendiri,

sehingga petugas kesehatan yang datang, kesulitan dalam berkomunikasi

Dalam data nilai dan keyakinan ini, Terdiri dari nilai-nilai dan

kepercayaan-kepercayaan yang di yakini masyarakat yang terkait dengan

kesehatan dalam hal ini yaitu penyakit kusta. Nilai itu sendiri adalah hal

yang di yakini dimana hal tersebut dapat membuat orang atau masyarakat

dapat merasa lebih aman dan sejahtera.

Oleh karena itu menurut kepercayaan sebagian besar masyarakat, orang

yang menderita penyakit kusta biasanya dikucilkan lalu di asingkan (di

isolasi) dari lingkungan masyarakat. Biasanya mereka yang menderita kusta

ditempatkan di sebuah perkampungan khusus bagi penderita kusta. Selain

itu, masyarakat juga menyakini bahwa penyakit kusta adalah sebuah

kutukan dari tuhan.

d) Vital statistic (data peting)

Data vital ini mencerminkan mengenai dua hal yaitu: status kesehatan

kelompok yang beresiko dan rentan.Hal-hal yang dapat dikaji, antara lain:

•Sikap dan pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan

•Ketrampilan dalam melakukan upaya preventif lebih dini

•Pembiayaan dan sumber-sumber dana kesehatan

•Pola perilaku yang tidak sehat

Dalam data vital dapat berupa:

•Tingkat kematian

•Tingkat kelahiran

•Tingkat morbiditas

•Penyebab utama kesakitan dan kematian

2. Data subsistem

Dalam subsistem ini ada 8 komponen yang dapat dikaji dalam kasus kusta ini,

antara lain:

a) Lingkungan fisik 

Dalam aspek lingkungan fisik hal-hal yang dapat dikaji antara lain:

10

Page 11: Lap Prak Kom 2

5/12/2018 Lap Prak Kom 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lap-prak-kom-2 11/21

 

o Rumah

Kepadatan penghuni rumah

Luas rumah

o Lingkungan

Lingkungan dalam rumah :

a. kebersihan rumah,

 b. kelembapan rumah

Lingkungan luar rumah :

a. kebersihan halaman,

 b. kepadatan populasi

c. jarak antar rumah

o Sanitasi

Sungai :

a. sumber air dipakai bersama

b. MCK di satu tempat

o Ventilasi

Rumah :

a. ventilasi rumah kurang,

 b.ventilasi tidak efektif 

o Iklim

Tropis dan subtropis yang panas dan lembab

o Manusia

Sistem imun yang menurun

Personal hygiene yang kurang

o Letak wilayah

Berkaitan dengan demografi (tinggi wilayah tersebut)

 b) Pelayanan sosial dan kesehatan

Dalam hal ini yang dapat dikaji antara lain:

•Pelayanan, yang mencakup

11

Page 12: Lap Prak Kom 2

5/12/2018 Lap Prak Kom 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lap-prak-kom-2 12/21

 

Waktu

Berapa jam klien dapat mengakses pelayanan kesehatan? Ongkos

Adakah jaminan kesehatan untuk mengatasi masalah kusta?

Jenis pelayanan

Adakah pelayanan yang berbasis rehabilitatif atau kuratif?

•Sumber daya

Tenaga

Adakah tenaga medis/non medis yang memiliki pengetahuan tentang

kusta?

Tempat

Apakah tersedia tempat perawatan bagi penderita kusta?

Fasilitas

Apakah terdapat fasilitas yang mendukung dalam upaya penanganan

kusta?

•Karakteristik pemakai

Bagaimana kondisi geografis tempat tinggal klien?

Adalah transportasi yang sesuai?

•Statistik 

Bagaimana kondisi ekonomi dan sosial dari klien dan pendidikan klien?

•Sarana kesehatan

Apakah sarana kesehatan cukup tersedia dan terjangkau dalam

 pengaksesannya?

Dalam hal transportasi ini semakin tinggi arus transportasi di suatu

komunitas juga dapat berdampak buruk bagi masyarakat dimana dapat

membantu penularan penyakit kusta.

c) Ekonomi

Ekonomi menyangkut pendapatan dari pihak yang bersangkutan. Dari

 pendapatan yang diperoleh akan berpengaruh terhadap keadaan penderita

12

Page 13: Lap Prak Kom 2

5/12/2018 Lap Prak Kom 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lap-prak-kom-2 13/21

 

kusta itu sendiri keadaan penderita kusta itu sendiri dan nutrisi yang

diasup.

Terdapat hasil penelitian ,yaitu: Suharianto (2005) , melaui penelitian

retrospeksi terhadap penderita kusta rawat jalan kesehatan kulit dan

kelamin menyatakan bahwa penderita kusta dialami oleh kelompok sosial

ekoniomi rendah sebanyak 55.55%dengan pekerjaan tukang becak dan

 buruh menempati peringkat tertinggi.

Ekonomi juga dapat menyangkut mengenai biaya yang dikeluarkan

komunitas untuk mengadakan program eliminasi kusta di masyarakat.

Selaras dengan konsep dari CAP dimana metodenya melibatkan

masyarakat untuk berpartisipasi penuh dalam meningkatkan kesehatannya,

maka dari itu petugas kesehatan, khususnya perawat bersama masyarakat

saling gotong royong dalam program eliminasi kusta. Yang perlu dikaji

dalam subsistem ini ,yaitu:

• Pendapatan

• Pengeluaran

• Jumlah anak yang bersekolah

• Pekerjaan kepala keluarga

• Karakteristik pekerjaan

• Tingkat pengangguran

• Perdapatan rata-rata keluarga

Perawat komunitas dapat menyusun pelayanan kesehatan bagi populasi

masyarakat kusta dan mengimplemantasikan program eliminasi kustayang disusun bersama masyarakat. Perawat komunitas dapat berperan

dalam pencegahan penularan kusta dengan melakukan pelayanan

kesehatan yang mengutamakan pencegahan primer daripada pencegahan

sekunder dan tersier.

d) Transportasi dan keamanan (keselamatan)

13

Page 14: Lap Prak Kom 2

5/12/2018 Lap Prak Kom 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lap-prak-kom-2 14/21

 

Transportasi menyangkut sarana yang dugunakan oleh masyarakat dan

 penderita ataupun penderita kusta dalam menjangkau tempat pelayanan

kesehatan untuk pencegahan dan dan pengobatan kusta.

Keamanan berkaitan dengan jenis pelayanan perlindungan yang ada di

komunitas tersebut, misalnya rumah perawatan bagi penderita kusta (panti

rehabilitasi), suapaya mereka merasa nyaman dan tidak merasa dikucilkan.

Transportasi yang tinggii juga mempengaruhi penularan penyakit kusta.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengkajian subsistem transportasi

dan keamanan (keselamatan),yaitu:

1. Transportasi

• Jenis transportasi yang digunakan oleh masyarakat untuk menjangkau

layanan kesehatan.

• Transportasi yang ada dan memungkinkan untuk menjangkau tempat

 pelayanan kesehatan.

2. Keamanan

• Jenis pelayanan perlindungan yang ada di komunitas, misalnya tempat

rehabilitaasi bagi penderita kusta.

• Mengenai kualitas air dan udara di lingkungan komunitas penderita

kusta

• Mengenai jaminan keamanan kepada masyarakat dan penderita kusta di

komunitas tersebut

• Mengenai upaya perlindungan yang dapat dilakukan oleh keluarga dan

orang –orang terdekat untuk pencegahan penularan kusta.

e) Politik dan pemerintahan

Upaya pemerintah dalam menangani penyakit kusta, antara lain:

1. Pemerintah memberikan bantuan pengobatan gratis kepada masyarakat

ekonomi rendah

2. Promosi kesehatan dengan cara pemasangan poster mengenai upaya

 pencegahan, serta tanda dan gejala dari penyakit kusta

3. Mengidentifikasi wilayah-wilayah yang berpotensi besar terhadap

kejadian kusta

14

Page 15: Lap Prak Kom 2

5/12/2018 Lap Prak Kom 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lap-prak-kom-2 15/21

 

4. Bekerja sama dengan tenaga kesehatan dalam memberdayakan keluarga

 penderita kusta dalam perawatan atau merujuk ke pelayanan kesehatan

disekitar 

Dengan kegiatan utama

1. Memberikan bantuan teknis dan bantuan pendanaan khususnya di

 bidang pemberantasan kusta dan TBC kepada departemen kesehatan

2. Mengadakan koordinasi dan membantu provinsi dalam rangka

 pelaksanaan program penanggulangan kusta

3. Membudayakan konsultan nasional di wilayah yang terkena kusta

4. Membantu tenaga kesehatan dalam melakukan pencegahan,

 penanggulangan kusta

5. Obat yang digunakan oleh penderita kusta harus dikonsumsi dengan

teratur sampai habis. Pelayan kesehatan dapat memberikan pengobatan

dengan tugas yang telah diberikan ke penderita sekaligus sebagai

  pemantau dan pengevaluasi tentang pengobatan dari penderita kusta

tersebut.

6. Selain itu juga bisa melakukan kegiatan karang taruna yang dapat

dimanfaatkan sebagai media promosi tentang pencegahan kusta.

f) Komunikasi

Ada beberapa hal yang perlu dikaji dalam komunitas mengenai

komunikasi, antara lain:

1. Apakah ada “area umum” dimana orang-orang berkumpul?

Area umum yang digunakan masyarakat untuk berkumpul

memiliki peranan penting dalam proses penyebaran penyakit kusta.

Oleh karena itu diperlukan penyuluhan oleh petugas kesehatan

mengenai penggunaan alat perlindungan diri di area umum untuk 

memotong rantai penyebaran penyakit kusta.

2. Apa surat kabar yang anda lihat di stan atau kios?

Surat kabar yang dibaca masyarakat juga mempengaruhi proses

  penyebaran kusta. Ada surat kabar yang membahas mengenai

kesehatan, ada juga yang tidak membahas hal itu. Dalam hal ini

15

Page 16: Lap Prak Kom 2

5/12/2018 Lap Prak Kom 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lap-prak-kom-2 16/21

 

  jenis bacaan yang dibaca memiliki peran yang penting. Apabila

 pengetahuan masyarakat sudah cukup, penyebaran penyakit kusta

dapat diantisipasi oleh masyarakat sendiri.

3. Apakah orang-orang memiliki TV dan radio?

TV dan radio merupakan sarana komunikasi yang berperan penting

dalam penyampaian informasi mengenai kesehatan, namun pada

kenyataannya iklan tentang kusta sangat minim. Hal ini perlu

diperbaiki oleh pemerintah dan tenaga kesehatan dengan

mengupayakan diadakannya iklan mengenai penyakit kusta serta

 pengupayaan desa melek informasi dengan pengadaan internet di

desa-desa.

4. Apa yang mereka lihat dan dengarkan?

Stigma masyarakat mengenai penyakit kusta umumnya masih

salah. Sebagian besar masyarakat masih berpikir bahwa orang yang

menderita penyakit kusta harus dijauhi karena sangat mudah sekali

menular. Pada kenyataannya timbulnya penyakit kusta pada

seseorang itu tidak sebegitu mudahnya, ada beberapa factor yang

mempengaruhi antara lain:

5. Factor sumber penularan

Tipe kusta yang rentan untuk penularan secara langsung adalah tipe

MB (Multi Basiler). Namun penderita kusta tipe MB inipun tidak 

akan menularkan kusta apabila berobat teratur.

6. Faktor kuman kusta

Kuman kusta dapat hidup di luar tubuh manusia antara 1-9 hari

tergantung pada suhu atau cuaca, dan diketahui hanya kuman kusta

yang utuh saja yang dapat menimbulkan penularan.

7. Faktor daya tahan tubuh

Sebagian besar manusia kebal terhadap penyakit kusta (95%). Dari

hasil penelitian ditemukan hasil sebagai berikut. Dari 100 orang

yang terpapar:

• 95 orang tidak menjadi sakit

16

Page 17: Lap Prak Kom 2

5/12/2018 Lap Prak Kom 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lap-prak-kom-2 17/21

 

• 3 orang sembuh sendiri tanpa obat

•2 orang menjadi sakit, hal ini belum lagi memperhitungkan

 pengaruh pengobatan

8. Apa saja sarana komunikasi formal dan informal?

Di masyarakat ada beberapa macam sarana komunikasi yang

memiliki peran penting dalam masyarakat, seperti gossip atau isu

yang tersebar di masyarakat yang dapat dimulai dari berkumpulnya

ibu-ibu seperti arisan, lalu sarana komunikasi yang formal adalah

saat diadakannya rapat balai desa, karang taruna, dan perkumpulan

dharma wanita. Selain itu jika diperhatikan, masyarakat lebih

 percaya kepada kader atau tokoh pemimpin desa daripada petugas

kesehatan yang memberikan penyuluhan selain itu juga di

 pengaruhi dari bahasa yang digunakan masyarakat

g) Pendidikan

Dalam sub sistem pendidikan terdiri dari 2 elemen penting, yaitu :

1. Tingkat pendidikan

• Tingkat pendidikan pada masyarakat endemic kusta relative rendah

• Minat masyarakat terhadap pendidikan kurang sehingga pengetahuan

masyarakat terhadap kusta rendah

• Pandangan masyarakat terhadap pendidikan itu tidak penting dan

  berorientasi pada penghasilan jadi mereka berfikir daripada sekolah

yang menghabiskan biaya., lebih baik kerja sejak dini.

• Kurangnya penyuluhan tenaga kesehatan maupun tenaga pendidikan

serta tokoh terkait tentang penyakit kusta.

• Managemen masyarakt untuk modifikasi lingkungan sebagian

 pencegahan penyakit kusta.

2. Sarana pendidikan

• Tersedianya sarana dan tenaga pendidik 

• Jarak sarana pendidikan yang sulit dijangkau.

h) rekreasi

17

Page 18: Lap Prak Kom 2

5/12/2018 Lap Prak Kom 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lap-prak-kom-2 18/21

 

Subsistem rekreasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh individu dan

masyarakat pada waktu senggang. Pemanfaatan untuk rekreasi ini

tergantung pada masing-masing individu dalam pemanfaatan waktunya

agar merasa terhibur , sebagai contoh di pasar arjasa terdapat penderita

kusta dan pengunjung pasar lain yang tidak menderita kusta, maka

 pengunjung yang tidak terkena kusta dapat berpotensi untuk tertular akibat

kontak dengan penderita. Dalam hal tersebut, pasien juga membutuhkan

rekreasi untuk menghibur diri, sehingga tidak bisa dilarang untuk berbaur 

dengan masyarakat lainnya. Solusinya adalah dengan meningkatkan

 personal hygieni penderita dan untuk masyarakat yang sehat lebih waspada

terhadap adanya penyebaran kusta. Pada waktu senggang bisa di isi

dengan kegiatan-kegiatan yang bisa menbuat masyarakat lebih produktif.

Selain itu juga bisa ditawarkan wisata kerohanian untuk kesehatan

spiritual.

Selain itu perlu adanya perbaikan keadaan psikologis masyarakat yang

mana selama ini stigma masyarakat akan penderita kusta selalu buruk 

dimana ada kecenderungan untuk selalu dikucilkan.

3. Persepsi

Dalam aspek persepsi ini hal-hal yang dikaji perihal penyakit kusta, antara

lain:

• Persepsi masyarakat

Bagaimanakah perasaan dan penilaian masyarakat mengenai komunitas

mereka?

Bagaimana pendapat masyarakat mengenai permasalahan penyakit kusta

di komunitas mereka?

Adakah masalah-masalah lainnya selain masalah penyakit kusta yang

sedang merebak di komunitas mereka?

• Persepsi tenaga kesehatan

Pernyataan umum dari petugas kesehatan mengenai status kesehatan di

komunitas tersebut berkaitan dengan adanya penyakit kusta di komunitas

tersebut

18

Page 19: Lap Prak Kom 2

5/12/2018 Lap Prak Kom 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lap-prak-kom-2 19/21

 

Apa saja kelemahan dan kekuatan dari komunitas tersebut sebagai koping

adanya stressor penyakit kusta di komunitas mereka? Adakah masalah lain yang teridentifikasi?

19

Page 20: Lap Prak Kom 2

5/12/2018 Lap Prak Kom 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lap-prak-kom-2 20/21

 

BAB IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Aplikasi penerapan Community as Partner  dalam melakukan asuhan

keperawatan komunitas pada agregat pada kasus penyakit kusta meliputi

 pengkajian pada core dan 8 (delapan) subsistem (lingkungan fisik, pelayanan

kesehatan dan sosial, pemerintah dan politik, keselamatan dan transportasi,

ekonomi, pendidikan, komunikasi, dan rekreasi), serta upaya promosi yang

telah dilakukan terkait dengan upaya pendidikan, pencegahan, dan

 perlindungan; diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

4.2 Saran

1. Perlu sosialisasi kepada masyarakat tentang kusta dan peran serta

masyarakat dalam mendeteksi dan melaporkan adanya kejadian kusta,

serta adanya perlindungan hukum kepada penderita kusta terkait dengan

stigma dan labeling yang berdampak pada kehidupan sosial penderita dan

keluarga dengan kusta.

2. Perlu disusun suatu sistem surveilance yang baik dalam melakukan deteksi

dan kontrol penyakit kusta sehingga program eredikasi dan eliminasi kusta

dapat berjalan untuk mengurangi kondisi kecacatan yang sudah lanjut.

20

Page 21: Lap Prak Kom 2

5/12/2018 Lap Prak Kom 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lap-prak-kom-2 21/21

 

DAFTAR PUSTAKA

Anderson & McFarlane (2000). Community as partner: theory and practice in

nursing. Third edition. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia.

Dinkes Prop. Jatim. (2002). Profil Dinas Kesehatan propinsi Jawa Timur 2006.

Diakses dari http://www.dinkespropjatim.org. Tanggal 15 November 2011

Depkes RI, 2002b.  Buku Panduan Pelaksanaan Program P2 Kusta Bagi Unit 

 Pelayanan Kesehata . Dit. Jen PPM & PL. Jakarta.

Depkes RI , 2002c.  Buku Pedoman Pemberantasan Program P2 Kusta. Dit. Jen

PPM & PLP. Jakarta.

Depkes RI , 2005d. Buku Pedoman Nasional Pemberantasan Penyakit Kusta . Dit.

Jen P2 dan PL. Jakarta..

Hitchcock J.E., Schubert P.E., dan Thomas S.A.(1999). Community health

nursing caring in action. New York: Delmar Publishers.

Stanhope and Lancaster.(2004). Community & public health nursing. Sixth

edition. Mosby: New Jersey

Helvie C.O. (1998). Advanced practice nursing in the community. California:

Sage Publications Inc.

21