kasus rehab lt 4
DESCRIPTION
makalahTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tuberculosis atau yang dikenal dengan penyakit TB merupakan salah satu
penyakit kronis menahun dan menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
Tuberculosa. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, baik anak-anak sampai lanjut
usia, baik laki-laki maupun perempuan. Penyakit TB bukan saja di paru-paru, namun
juga dapat mengenai hampi semua sistem di tubuh manusia, salah satunya adalah
Spondilitis TB atau TB Spinal (Tulang Belakang).
Spondilitis tuberkulosa atau tuberkulosis spinal yang dikenal pula dengan
nama Pott’s disease of the spine atau tuberculous vertebral osteomyelitis merupakan
suatu penyakit yang banyak terjadi di seluruh dunia. Terhitung kurang lebih 3 juta
kematian terjadi setiap tahunnya dikarenakan penyakit ini (Vitriana, 2002).
Penyakit ini pertama kali dideskripsikan oleh Percival Pott pada tahun 1779
yang menemukan adanya hubungan antara kelemahan alat gerak bawah dengan
kurvatura tulang belakang, tetapi hal tersebut tidak dihubungkan dengan basil
tuberkulosa hingga ditemukannya basil tersebut oleh Koch tahun 1882, sehingga
etiologi untuk kejadian tersebut menjadi jelas, yaitu karena bakteri Mycobacterium
Tuberculosa.
Insiden terjadinya Spondilitis TB bervariasi. Di Amerika Utara, Eropa dan
Saudi Arabia, penyakit ini terutama mengenai dewasa, dengan usia rata-rata 40-50
tahun sementara di Asia dan Afrika sebagian besar mengenai anak-anak (50% kasus
terjadi antara usia 1-20 tahun). Pola ini mengalami perubahan dan terlihat dengan
adanya penurunan insidensi infeksi tuberkulosa pada bayi dan anak-anak di Hong
Kong. Pada kasus-kasus pasien dengan tuberkulosa, keterlibatan tulang dan sendi
terjadi pada kurang lebih 10% kasus. Walaupun setiap tulang atau sendi dapat terkena,
akan tetapi tulang yang mempunyai fungsi untuk menahan beban (weight bearing)
dan mempunyai pergerakan yang cukup besar (mobile) lebih sering terkena
dibandingkan dengan bagian yang lain. Dari seluruh kasus tersebut, tulang belakang
merupakan tempat yang paling sering terkena tuberkulosa tulang (kurang lebih 50%
kasus)(Gorse et al. 1983), diikuti kemudian oleh tulang panggul, lutut dan tulang-
tulang lain di kaki, sedangkan tulang di lengan dan tangan jarang terkena. Area
1
torako-lumbal terutama torakal bagian bawah (umumnya T 10) dan lumbal bagian
atas merupakan tempat yang paling sering terlibat karena pada area ini pergerakan dan
tekanan dari weight bearing mencapai maksimum, lalu dikuti dengan area servikal
dan sacral (10-20%).
Defisit neurologis muncul pada 10-47% kasus pasien dengan spondylitis
tuberkulosa (Vitriana, 2002). Hal ini disebabkan karena adanya Cedera Spinal akibat
penekanan oleh abses pada Spondilytis TB. Di negara yang sedang berkembang
penyakit ini merupakan penyebab paling sering untuk kondisi paraplegia non
traumatik. Pada Spondilitis Servicalis, deficit neurologis dapat mencapai derajat IV
atau mencapai AIS A, dimana terjadi gangguan motoric dan sensorik total, gangguan
pernafasan, gangguan miksi dan bowel, dan dapat terjadi tetraplegia (kelumpuhan 4
anggota gerak). Jika tidak tertangani dengan cepat dan benar, dapat mengancam jiwa
penderitanya.
Adanya deficit neurolgis pada spondylitis TB, sangat mengubah kehidupan
seseorang yang mengalaminya. Hal ini menuntut perawat untuk memberikan
perawatan yang holistic, mulai dari aspek biologi, psikologi, sosiologi, sampai
spiritual. Perawat juga dituntut untuk memberikan perawatan secara preventif,
promotiv, kuratif, dan rehabilitatif sehingga dapat mencegah komplikasi lebih lanjut,
dan dapat mengembalikan fungsi klien ke arah yang lebih optimal.
Berdasarkan hal-hal diatas kami penulis tertarik untuk mengangkat masalah
keperawatan utama yaitu Spinal Cord Injury AIS SENSORY LEVEL CERVICAL 5-
6 sensori level Cervial 5-6 e.c Spondilitis TB di Lt.4 GPS Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati Jakarta.
B. Identifikasi Masalah
Dalam penulisan laporan ini identifikasi masalahnya adalah bagaimana aplikasi
asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa Spinal Cord Injury AIS D sensory
level cervical 5-6 C5-6 sensory level e.c Spondilitis TB di Lt.4 GPS Rumah Sakit
Umum Pusat Fatmawati Jakarta.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2
Untuk mendapatkan gambaran tentang proses keperawatan pada klien Tn.A
dengan diagnosa Spinal Cord Injury AIS D sensory level cervical 5-6 e.c
Spondilitis TB di Lt.4 GPS Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian, analisa data, merumuskan masalah keperawatan,
menetapkan diagnose keperawatan pada Tn. A dengan diagnosa Spinal Cord
Injury AIS D sensory level cervical 5-6 e.c Spondilitis TB di Lt.4 GPS Rumah
Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta.
b. Dapat menyusun perencanaan tindakan keperawatan pada Tn. A dengan
diagnosa Spinal Cord Injury AIS D sensory level cervical 5-6 e.c Spondilitis
TB di Lt.4 GPS Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta.
c. Dapat mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan yang nyata sesuai
dengan diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan.
d. Dapat menilai hasil (mengevaluasi tindakan) keperawatan yang telah
dilakukan.
D. Ruang Lingkup
Makalah ini merupakan hasil pengkajian dari Tn. A di Lt.4 GPS Rumah Sakit
Umum Pusat Fatmawati Jakarta dengan diagnosa Spinal Cord Injury AIS D
sensory level cervical 5-6 e.c Spondilitis TB di Lt.4 GPS Rumah Sakit Umum
Pusat Fatmawati Jakarta. Makalah ini menyajikan tentang data hasil pengkajian
pada Tn. A, analisa data, masalah keperawatan, diagnosa keperawatan dan
tindakan keperawatan yang dilakukan pada Tn.A.
E. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ilmiah ini.
1. Metode deskriptif, tipe studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan.
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dengan wawancara, observasi
dan pemeriksaan fisik. Sumber data yang digunakan adalah data primer yang
diperoleh dari klien dan keluarga sedangkan data sekunder yaitu data yang
diperoleh dari tenaga kesehatan, dokumentasi catatan keperawatan dan medical
record klien.
3
2. Studi kepustakaan, yaitu dengan mempelajari buku sumber yang berhubungan
dengan asuhan keperawatan yang diberikan pada klien dengan Spinal Cord Injury
AIS D sensory level cervical 5-6 e.c Spondilitis TB.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Anatomi dan fisilogi columna vertebra
Columna Vertebralis adalah pilar utama tubuh yang berfungsi melindungi medula
spinalis dan menunjang berat kepala serta batang tubuh, yang diteruskannya ke lubang-
lubang paha dan tungkai bawah. Masing-masing tulang dipisahkan oleh disitus
intervertebralis (Evelyn C, 1997).
Columna vertebra atau rangkaian tulang belakang adalah pilar mobile melengkung
yang kuat sebagai penahan tengkorak, rongga thorak, anggota gerak atas, membagi berat
badan ke anggota gerak bawah dan melindungi medula spinalis. ( John Gibson MD,
1995 : 25 )
Kolumna vertebra terdiri dari beberapa tulang vertabra yang di hubungkan oleh
diskus Intervertebra dan beberapa ligamen. Masing - masing vertabra di bentuk oleh
tulang Spongiosa yang diisi oleh sumsum merah dan ditutupi oleh selaput tipis tulang
kompakta.
Kolumna vertebra terdiri atas 33 ruas tulang yang terdiri dari :
1. Vertebra dan persendiannya.
5
7 ruas tulang cervikal 12 ruas tulang thorakal 5 ruas tulang lumbal 5 ruas tulang sakral (sacrum) 4 ruas tulang ekor (coccygis)
Vertebra memiliki perbedaan yang khas yang memperlihatkan seperti: Korpus
yaitu lempeng tulang yang tebal, dengan permukaan yang agak melengkung diatas
dan bawah.
Arkus vertebra terdiri dari :
a. Pedikulus di sebelah depan : Tulang berbentuk batang memanjang kebelakang
dari korpus, dengan takik pada perbatasan vertebra membentuk foramen
intervertebralis.
b. Lamina di sebelah belakang : lempeng tulang datar memanjang ke belakang dan
ke samping bergabung satu sama lain pada sisi yang berbeda.
c. Foramen vertebra : Suatu lubang besar dibatasi oleh korpus pada bagian depan,
pedikulus di samping dan di belakang.
d. Foremen Transversarium : lubang disamping , diantara dua batasan vertebra , di
dalamnya terdapat saraf spinal yang bersesuaian.
e. Processus articularis posterior dan inferior ; berarti kulasi dengan processus yang
serupa pada vertebra diatas dan dibawah.
f. Processus tranversus : memproyeksikan batang tulang secara tranversal.
g. Spina : Suatu processus yang mengarah ke belakang dan ke bawah.
h. Diskus intervertebra adalah diskus yang melekatkan kepermukaan korpus dari dua
takik vertebra : Diskus tersebut terbentuk dari anulus fibrosus,jaringan
6
fibrokartilago yang berbentuk cincin pada bagian luar, dan nukreus pulposus,
substansi semi-cair yang mengandung beberapa sarat dan terbungkus di dalam
anulus fibrosus.
2. Ligamentum.
Beberapa ligamentum yang menghubungkan vertebra :
a. Dari Ligamentum longitudinalis anterior melebar ke bawah pada bagian depan
korpus vertebra
b. Ligamentum longitudinalis posterior melebar ke bawah pada bagian belakang dari
korpus vertebra ( yaitu didalam kanalis vertebra ).
c. Ligamen pendek menghubungkan processus tranversus dan spinalis dan
mengelilingi persendian processus artikuler.
3. Vertebra cervicalis atau ruas tulang leher:
Vertebra cervicalis bentuknya kecil, mempunyai korpus yang tipis, dan
processus tranversus yang di tandai dengan jelas karena mempunyai foramen
(didalamnya terdapat arteri vertebralis) dan berakhir dalam dua tuberkolosis.
7
4. Vertebra torakalis atau ruas tulang punggung :
Vertebra torakalis bentuknya lebih besar daripada yang cervikal dan disebelah
bawah menjadi lebih besar. Ciri khas vertebra torakalis adalah sebagai berikut :
Badannya berbentuk lebar lonjong ( bentuk jantung ) dengan faset atau lekukan kecil
disetiap sisi untuk menyambung iga, lengkungnya agak kecil, prosesus panjang dan
mengarah kebawah, sedangkan prosesus tranversus , yang membantu faset persendian
untuk iga.
5. Vertebra lumbalis atau ruas tulang pinggang :
Vertebra lumbalis bentuknya adalah yang terbesar, badannya sangat besar
dibandingkan dengan badan vertebra yang lainnya dan berbentuk seperti ginjal,
prosesus spinosusnya lebar dan berbentuk seperti kapak kecil, prosesus tranversusnya
panjang dan langsing, ruas kelima membentuk sendi dengan sakrum pada sendi lumbo
sakral.
6. Sakrum atau tulang kelangkang.
Tulang sakrum berbentuk segitiga dan terletak pada bagian bawah kolumna
vertebralis, terjepit diantara kedua tulang inominata (atau tulang koxa) dan
8
membentuk bagian belakabg rongga pelvis (panggul). Dasar dari sakrum terletak
diatas dan bersendi dengan vertebra lumbalis kelima dan membentuk sendi
intervetebra yang khas, tepi anterior dari basis sakrum ,membentuk promontorium
sakralis. Kanalis sakralis terletak dibawah kanalis vertebralis (saluran tulang
belakang) dan lanjuan dari padanya. Dinding kanalis sakralis berlubang - lubang
untuk dilalui saraf sakral. Prosesus spinosus yang indemeter dapat dilihat pada
pandangan posterior dari sakrum. Permukaan anterior sakrum adalah lengkung dan
memperlihatkan empat gili-gili melintang, yang menandakan tempat penggabungan
kelima vertebra sakralis pada ujung gili-gili ini disetiap sisi terdapat lubang - lubang
kecil untuk dilewati urat-urat saraf. Lubang - lubang ini di sebut foramina. Apex dari
sakrum bersendi,dengan tulang koksigius. Disisinya, sakrum bersendi dengan tulang
ileum dan membentuk sendi sakroiliaka kanan dan kiri.
7. Koksigeus atau tulang ekor.
Koksigeus terdiri atas empat atau lima vertebra yang rudimenter yang
bergabung menjadi satu, di atasnya ia bersendi dengan sakrum ( Evelyn C pearce
1989).
B. Anatomi dan fisiologi medulla spinalis
Medula spinalis merupakan bagian dari susunan syaraf pusat yang berbentuk
silinder memanjang dan terletak seluruhnya di dalam kanalis vertebralis, dikelilingi oleh
tiga selaput pembungkus yang disebut meningens. Adapun lapisan, struktur dan ruangan
yang mengelilingi medula spinalis terdiri dari :
a. Dinding kanalis vertebralis (terdiri dari vertebrae dan ligamenta)
b. Lapisan jaringan lemak (ekstradural) yang mengandung pembuluh darah
c. Duramater
d. Arakhnoidea
e. Ruangan subarakhnoideal, yang antaranya berisi liquor cerebrospinalis.
f. Piamater yang kaya akan pembuluh darah dan yang langsung membungkus
permukaan sebelah luar medula spinalis.
9
Secara imaginer, medula spinalis terdiri dari 31 segmen, masing-masing segmen
saling berhubungan dengan sepasang radiks perifer, segmen-segmen tersebut yaitu:
o 8 segmen servikal
o 12 segmen torakal
o 5 segmen lumbal
o 5 segmen sakral
o 1 segmen koksigea
10
Pada tubuh dewasa, panjang medula spinalis adalah sekitar 43 sentimeter. Pada
masa kehidupan intrauterina usia 3 bulan, panjang medula spinalis sama dengan panjang
kanalis vertebralis, sedang dalam masa-masa berikutnya terjadi perbedaan kecepatan
pertumbuhan memanjang, kanalis vertebralis tumbuh lebih cepat dari pada medula
spinalis, sehingga ujung kaudal medula spinalis terletak setinggi pada tingkat-tingkat
yang lebih tinggi. Pada masa kehidupan usia 6 bulan, ujung kaudal medula spinalis
terletak setinggi tepi kaudal korpus vertebrae lumbalis II. Pada usia dewasa, ujung kaudal
medula spinalis biasanya terletak setinggi tepi kaudal medula spinalis, tepi kranial korpus
11
vertebrae lumbalis II atau setinggi diskus intervertebralis antara korpus vertebrae lumbalis
I dan II.
C. Spondilitis Tuberkulosa
1. Pengertian
Merupakan tuberculosis sekunder dari pulmoner atau intestinal dan dapat pula
menjadi manifestasi pertama dari TB dimana jika terlambat dalam diagnosis dan
penanganan dapat mengakibatkan kompresi medulla spinalis dan deformitas spinal
(Alavi, 2010).
Spondilitis tuborkulosis didefinisikan sebagai infeksi oleh Mycobacterium
Tuborculosis pada satu atau lebih komponen spinel yaitu diskus intervertebral,
jaringan lunak paraspinal, atau extradural space (Ahsan, 2004).
2. Etiologi
Tuberkulosis tulang belakang merupakan infeksi sekunder dari tuberkulosis di
tempat lain di tubuh, 90-95% disebabkan oleh mikobakterium tuberkulosis tipik (2/3
dari tipe human dan 1/3 dari tipe bovin) dan 5-10% oleh mikobakterium tuberkulosa
atipik. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap
asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA).
Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup
beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini
dapat dorman, tertidur lama selama beberapa tahun.
3. Manifestasi Klinik
Gambaran Spondilitis Tuberkulosa antara lain : :
a. Badan lemah/lesu, nafsu makan berkurang, berat badan menurun,
b. Suhu subfebril terutama pada malam hari serta sakit pada punggung, Pada anak-
anak sering disertai dengan menangis pada malam hari.
c. Pada awal dapat dijumpai nyeri interkostal yaitu nyeri yang menjalar dari tulang
belakang ke garis tengah keatas dada melalui ruang intercosta, hal ini karena
tertekannya radiks dorsalis ditingkat torakal
d. Nyeri spinal yang menetap, terbatasnya pergerakan spinal.
Kelainan neurologis terjadi pada sekitar 50% kasus karena proses destruksi
lanjut berupa :
12
a. Paraplegia, paraparesis, ataupun nyeri radix saraf, akibat penekanan medulla
spinalis yang menyebabkan kekakuan pada gerakan berjalan dan nyeri,
b. Gambaran paraplegia inferior kedua tungkai bersifat UMN dan adanya batas
deficit sensorik setinggi tempat gibus/lokalisasi nyeri interkostal
Gejala neurologis dari keterlibatan spinal tampak tidak jelas pada awalnya,
namun akan berkembang seiring waktu. Level keterlibatan medula spinalis
menentukan level gangguan. Jika tuberkulosis servikal berkembang dan menyebabkan
kompresi medula spinalis atau akar saraf, tanda-tanda awal adalah kelemahan, nyeri,
dan kebas pada ekstremitas atas dan bawah. Deformitas atau abses pregresif kemudian
akan meningkatkan tekanan pada medula spinalis, dan gejala akhirnya berkembang
menjadi tetraplegi.
Spondilitis tuberkulosa servikalis merupakan gambaran yang jarang dijumpai,
namun lebih serius karena komplikasi neurologis yang serius lebih cenderung terjadi.
Kondisi ini dicirikan dengan nyeri dan kaku pada leher. Pasien dengan lesi yang
melibatkan vertebra servikal bawah dapat mengalami disfagi atau stridor. Gejala
dapat mencakup tortikolis, suara parau dan defisit neurologis.
Hampir semua pasien dengan spondilitis tuberkulosa menunjukkan berbagai
derajat deformitas vertebra (kifosis). Defisit neurologis dapat terjadi pada awal
perjalanan penyakit, yang bergantung pada level kompresi medula spinalis. Spondilitis
tuberkulosa yang melibatkan vertebra servikalis atas dapat menyebabkan gejala yang
berkembang cepat. Abses retrofaring dijumpai pada hampir semua kasus. Manifestasi
neurologis terjadi pada awal penyakit dan bervariasi dari kelumpuhan saraf tunggal
hingga hemiparese atau tetraparese. Banyak penderita spondilitis tuberkulosa (62-90%
pasien pada suatu studi) tidak menunjukkan bukti adanya tuberkulosis ekstraspinal, yang
menyulitkan diagnosis yang segera.
Pemeriksaan fisik:
a. Adanya gibus dan nyeri setempat
b. Spastisitas
c. Hiperreflesia tendon lutut/Achilles
dan reflex patologik pada kedua
belah sisi
d. Batas deficit sensorik akibat
mielitis transversa dan gangguan
miksi jarang dijumpai.
13
Pasien biasanya mengeluhkan nyeri punggung,baik berupa nyeri yang
terlokalisir pada satu regio tulang belakang atau berupa nyeri yang menjalar. Infeksi
yang mengenai tulang servikal akan tampak sebagai nyeri di daerah telinga atau nyeri
yang menjalar ke lengan. Lesi di torakal atas akan menyebabkan nyeri yang terasa di
dada atau interkostal. Pada lesi di bagian torakal bawah maka nyeri dapat berupa
menjalar ke bagian perut. Rasa nyeri ini hanya menghilang dengan beristirahat. Untuk
mengurangi nyeri pasien akan menahan punggungnya menjadi kaku. Pola berjalan
merefleksikan rigiditas protektif dari tulang belakang. Langkah kaki pendek, karena
mencoba menghindari nyeri di punggung.
Bila infeksi melibatkan area servikal maka pasien tidak dapat menolehkan
kepalanya, mempertahankan kepala dalam posisi ekstensi dan duduk dalam posisi
dagu disangga oleh satu tangannya,sementara tangan lainnya di oksipital. Kekakuan
pada leher pada bersifat asimetris sehingga menyebabkan timbulnya gejala klinis
tortikolis. Pasien juga mungkin mengeluhkan rasa nyeri di leher atau bahunya. Jika
terdapat abses, maka tampak pembengkakan di kedua sisi leher. Abses yang besar,
terutama pada anak, akan mendorong trakea sehingga akan menyebabkan kesulitan
menelan dan adanya stridor respiratoar, sementara kompresi medula spinalis pada
orang dewasa akan menyebabkan tetraparesis
4. Perjalanan Penyakit Spondilitis TB
Kumar membagi perjalanan penyakit ini dalam 5 stadium yaitu :
a. Stadium implantasi. Setelah bakteri berada dalam tulang, maka bila daya tahan
tubuh penderita menurun, bakteri akan berduplikasi membentuk koloni yang
berlangsung selama 6-8 minggu. Keadaan ini umumnya terjadi pada daerah
paradiskus dan pada anak-anak umumnya pada daerah sentral vertebra.
b. Stadium destruksi awal, Setelah stadium implantasi, selanjutnya terjadi destruksi
korpus vertebra serta penyempitan yang ringan pada discus. Proses ini
berlangsung selama 3-6 minggu.
c. Stadium destruksi lanjut. Pada stadium ini terjadi destruksi yang massif, kolaps
vertebra dan terbentuk massa kaseosa serta pus yang berbentuk cold abses (abses
dingin), yang tejadi 2-3 bulan setelah stadium destruksi awal. Selanjutnya dapat
terbentuk sekuestrum serta kerusakan diskus intervertebralis. Pada saat ini
terbentuk tulang baji terutama di sebelah depan (wedging anterior) akibat
kerusakan korpus vertebra, yang menyebabkan terjadinya kifosis atau gibbus.
14
d. Stadium gangguan neurologis. Gangguan neurologis tidak berkaitan dengan
beratnya kifosis yang terjadi, tetapi terutama ditentukan oleh tekanan abses ke
kanalis spinalis. Gangguan ini ditemukan 10% dari seluruh komplikasi spondilitis
tuberkulosa. Vertebra torakalis mempunyai kanalis spinalis yang lebih kecil
sehingga gangguan neurologis lebih mudah terjadi pada daerah ini. Bila terjadi
gangguan neurologis, maka perlu dicatat derajat kerusakan paraplegia, yaitu :
1) Derajat I : kelemahan pada anggota gerak bawah terjadi setelah melakukan
aktivitas atau setelah berjalan jauh. Pada tahap ini belum terjadi
gangguan saraf sensoris.
2) Derajat II : terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah tapi penderita
masih dapat melakukan pekerjaannya.
3) Derajat III : terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah yang membatasi
gerak/aktivitas penderita serta hipoestesia/anesthesia.
4) Derajat IV : terjadi gangguan saraf sensoris dan motoris disertai gangguan
defekasi dan miksi. Tuberkulosis paraplegia atau Pott paraplegia dapat terjadi
secara dini atau lambat tergantung dari keadaan penyakitnya.
Pada penyakit yang masih aktif, paraplegia terjadi oleh karena tekanan
ekstradural dari abses paravertebral atau akibat kerusakan langsung sumsum
tulang belakang oleh adanya granulasi jaringan. Paraplegia pada penyakit yang
sudah tidak aktif/sembuh terjadi oleh karena tekanan pada jembatan tulang kanalis
spinalis atau oleh pembentukan jaringan fibrosis yang progresif dari jaringan
granulasi tuberkulosa. Tuberkulosis paraplegia terjadi secara perlahan dan dapat
terjadi destruksi tulang disertai angulasi dan gangguan vaskuler vertebra.
e. Stadium deformitas residual. Stadium ini terjadi kurang lebih 3-5 tahun setelah
timbulnya stadium implantasi. Kifosis atau gibbus bersifat permanen oleh karena
kerusakan vertebra yang massif di sebelah depan.
5. Patofisiologi
Destruksi progresif tulang di bagian anterior dan kolapsnya bagian tersebut
akan menyebabkan hilangnya kekuatan mekanis tulang untuk menahan berat badan
sehingga kemudian akan terjadi kolaps vertebra dan timbul deformitas berbentuk
kifosis (angulasi posterior) yang progresifitasnya tergantung dari derajat
kerusakan,level lesi dan jumlah vertebra yang terlibat. Bila sudah timbul deformitas
ini, maka hal tersebut merupakan tanda bahwa penyakit ini sudah meluas.
15
Deformitas kifosis disebabkan kolaps pada vertebra anterior. Suatu abses
dingin dapat terbentuk jika infeksi meluas ke ligamen dan jaringan lunak di dekatnya.
Di regio torakal kifosis tampak nyata karena adanya kurvatura dorsal yang normal; di
area lumbal hanya tampak sedikit karena adanya normal lumbar lordosis dimana
sebagian besar dari berat badan akan ditransmisikan ke posterior sehingga terjadi
parsial kolaps; sedangkan di bagian servikal, kolaps hanya bersifat minimal.
Sejumlah mekanisme yang menimbulkan defisit neurologis dapat timbul pada
pasien dengan spondilitis tuberkulosa. Kompresi syaraf sendiri dapat terjadi karena
16
kelainan pada tulang (kifosis) atau pada kanalis spinalis (karena perluasan langsung
dari infeksi granulomatosa) tanpa keterlibatan tulang. Kanalis spinalis dapat
menyempit oleh abses, jaringan granulasi atau invasi dura secara langsung,
menyebabkan kompresi medula spinalis dan defisit neurologis.
Fakta bahwa defisit neurologis sering dijumpai pada daerah servikal dapat
dijelaskan oleh diameter melintang kanalis spinalis yang relatif kecil terhadap
diameter medula spinalis servikalis. Gejala neurologis dapat disebabkan oleh satu atau
lebih penjelasan berikut : subluksasi vertebra, penekanan medula spinalis oleh tulang,
diskus atau abses, respon inflamasi lokal dan vaskulitis tuberkulosa
6. Dampak Masalah
a. Terhadap Individu.
17
Sebagai orang sakit, khusus klien spondilitis tuberkolosa akan mengalami
suatau perubahan, baik iru bio, psiko sosial dan spiritual yang akan selalu
menimbulkan dampak yang di karenakan baik itu oleh proses penyakit ataupun
pengobatan dan perawatan oelh karena adanya perubahan tersebut akan
mempengaruhi pola - pola fungsi kesehatan antara lain :
b. Pola nutrisi dan metabolisme.
Akibat proses penyakitnya klien merasakan tubuhnya menjadi lemah dan
anoreksia, sedangkan kebutuhan metabolisme tubuh semakin meningkat sehingga
klien akan mengalami gangguan pada status nutrisinya.
c. Pola aktifitas.
Sehubungan dengan adanya kelemahan fisik nyeri pada punggung
menyebabkan klien membatasi aktifitas fisik dan berkurangnya kemampuan dalam
melaksanakan aktifitas fisik tersebut.
d. Pola persepsi dan konsep diri.
Klien dengan Spondilitis teberkulosa seringkali merasa malu terhadap
bentuk tubuhnya dan kadang - kadang mengisolasi diri.
e. Dampak terhadap keluarga.
Dalam sebuah keluarga, jika salah satu anggota keluarga sakit, maka yang
lain akan merasakan akibatnya yang akan mempengaruhi atau merubah segala
kondisi aktivitas rutin dalam keluarga itu.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Tuberkulin skin test : positif
b. Laju endap darah : meningkat
c. Mikrobiologi (dari jaringan tulang atau abses) : basil tahan asam (+)
d. X-ray :
1) destruksi korpus vertebra
bagian anterior
2) peningkatan wedging
anterior
3) kolaps korpus vertebra
e. CT scan :
1) menggambarkan tulang
lebih detail dengan lesi lytic irregular, kolaps disk dan kerusakan tulang
18
2) resolusi kontras rendah menggambarkan jaringan lunak lebih baik, khususnya
daerah paraspinal
3) mendeteksi lesi awal dan efektif untuk menggambarkan bentuk dan kalsifikasi
dari abses jaringan lunak
f. MRI
1) Standar untuk mengevaluasi infeksi disk space dan paling efektif dalam
menunjukkan perluasan penyakit ke dalam jaringan lunak dan penyebaran
debris tuberkulosis di bawah ligamen longitudinalis anterior dan posterior
2) Paling efektif untuk menunjukkan kompresi neural
8. Penatalaksanaan
a. Terapi konservatif :
1) Medikamentosa :
a) Rifampisin 10-20 mg/kgBB, maksimum 600 mg/hari
b) Etambutol 15 mg/kgBB, maksimum 1200 mg/hari
c) Piridoksin 25 mg/kgBB
d) INH 5-10 mg/kgBB, maksimum 300 mg/hari
Etambutol diberikan dalam 3 bulan, sedangkan yang lain diberikan
dalam 1 tahun. Semua obat diberikan sekali dalam sehari.
2) Imobilisasi
3) Pencegahan komplikasi imobilisasi lama
a) turning tiap 2 jam untuk menghindari ulkus dekubitus
b) latihan luas gerak sendi untuk mencegah kontraktur
c) latihan pernapasan untuk memperkuat otot-otot pernapasan dan mencegah
terjadinya orthostatik pneumonia
d) latihan penguatan otot
e) bladder training dan bowel training bila ada gangguan
f) mobilisasi bertahap sesuai dengan perkembangan penyakit
4) Program aktivitas hidup sehari-hari sesuai perkembangan penyakit
b. Operasi
Indikasi operasi :
1) adanya abses paravertebra
2) deformitas yang progresif
3) gejala penekanan pada sumsum tulang belakang
4) gangguan fungsi paru yang progresif
19
5) kegagalan terapi konservatif dalam 3 bulan
6) terjadi paraplegia dan spastisitas hebat yang tidak dapat dikontrol
Kontra-indikasi operasi: kegagalan pernapasan dengan kelainan jantung
yang membahayakan operasi. Secara garis besar tindakan operatif dibagi
menjadi :
1) Debridement
Dilakukan evaluasi pus, bahan kaseous dan sekuestra tanpa melakukan
tindakan apapun pada tulangnya.
2) Operasi radikal
Eksisi dilakukan dari atas sampai ke bawah meliputi seluruh tulang
belakang yang rusak, hingga mencapai daerah yang sehat dan posterior
mencapai duramater. Dilanjutkan dengan grafting yang diambil dari kosta atau
tibia. Pada umumnya meliputi anterior radical focal debridement dan
stabilisasi dengan instrumentasi.
D. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Secara tehnis pengumpulan data di lakukan melalui anamnesa baik pada klien,
keluarga maupun orang terdekat dengan klien. Pemeriksaan fisik di lakukan dengan
cara , inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
a. Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan,
agama, suku bangsa, pendidikan, alamat, tanggal/jam MRS dan diagnosa medis.
b. Riwayat penyakit sekarang.
Keluhan utama pada klien Spodilitis tuberkulosa terdapat nyeri pada
punggung bagian bawah, sehingga mendorong klien berobat kerumah sakit. Pada
awal dapat dijumpai nyeri radikuler yang mengelilingi dada atau perut. Nyeri
dirasakan meningkat pada malam hari dan bertambah berat terutama pada saat
pergerakan tulang belakang. Selain adanya keluhan utama tersebut klien bisa
mengeluh, nafsu makan menurun, badan terasa lemah, sumer-sumer (Jawa) ,
keringat dingin dan penurunan berat badan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Tentang terjadinya penyakit Spondilitis tuberkulosa biasany pada klien di
dahului dengan adanya riwayat pernah menderita penyakit tuberkulosis paru.
d. Riwayat kesehatan keluarga.
20
Pada klien dengan penyakit Spondilitis tuberkulosa salah satu penyebab
timbulnya adalah klien pernah atau masih kontak dengan penderita lain yang
menderita penyakit tuberkulosis atau pada lingkungan keluarga ada yang
menderita penyakit menular tersebut.
e. Riwayat psikososial
Klien akan merasa cemas terhadap penyakit yang di derita, sehingga kan
kelihatan sedih, dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit, pengobatan dan
perawatan terhadapnya maka penderita akan merasa takut dan bertambah cemas
sehingga emosinya akan tidak stabil dan mempengaruhi sosialisai penderita.
f. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
Adanya tindakan medis serta perawatan di rumah sakit akan
mempengaruhi persepsi klien tentang kebiasaan merawat diri, yang dikarenakan
tidak semua klien mengerti benar perjalanan penyakitnya. Sehingga menimbulkan
salah persepsi dalam pemeliharaan kesehatan. Dan juga kemungkinan terdapatnya
riwayat tentang keadaan perumahan, gizi dan tingkat ekonomi klien yang
mempengaruhi keadaan kesehatan klien.
g. Pola nutrisi dan metabolisme.
Akibat dari proses penyakitnya klien merasakan tubuhnya menjadi lemah
dan amnesia. Sedangkan kebutuhan metabolisme tubuh semakin meningkat,
sehingga klien akan mengalami gangguan pada status nutrisinya
h. Pola eliminasi.
Klien akan mengalami perubahan dalam cara eliminasi yang semula bisa
ke kamar mandi, karena lemah dan nyeri pada punggung serta dengan adanya
penata laksanaan perawatan imobilisasi, sehingga kalau mau BAB dan BAK harus
ditempat tidur dengan suatu alat. Dengan adanya perubahan tersebut klien tidak
terbiasa sehingga akan mengganggu proses aliminasi.
i. Pola aktivitas.
Sehubungan dengan adanya kelemahan fisik dan nyeri pada punggung
serta penatalaksanaan perawatan imobilisasi akan menyebabkan klien membatasi
aktivitas fisik dan berkurangnya kemampuan dalam melaksanakan aktivitas fisik
tersebut.
j. Pola tidur dan istirahat.
21
Adanya nyeri pada punggung dan perubahan lingkungan atau dampak
hospitalisasi akan menyebabkan masalah dalam pemenuhan kebutuhan tidur dan
istirahat.
k. Pola hubungan dan peran.
Sejak sakit dan masuk rumah sakit klien mengalami perubahan peran atau
tidak mampu menjalani peran sebagai mana mestinya, baik itu peran dalam
keluarga ataupun masyarakat. Hal tersebut berdampak terganggunya hubungan
interpersonal.
l. Pola persepsi dan konsep diri.
Klien dengan Spondilitis tuberkulosa seringkali merasa malu terhadap
bentuk tubuhnya dan kadang - kadang mengisolasi diri.
m. Pola sensori dan kognitif.
Fungsi panca indera klien tidak mengalami gangguan terkecuali bila
terjadi komplikasi paraplegi.
n. Pola reproduksi seksual.
Kebutuhan seksual klien dalam hal melakukan hubungan badan akan
terganggu untuk sementara waktu, karena di rumah sakit. Tetapi dalam hal
curahan kasih sayang dan perhatian dari pasangan hidupnya melalui cara merawat
sehari - hari tidak terganggu atau dapat dilaksanakan.
o. Pola penaggulangan stres.
Dalam penanggulangan stres bagi klien yang belum mengerti
penyakitnya , akan mengalami stres. Untuk mengatasi rasa cemas yang
menimbulkan rasa stres, klien akan bertanya - tanya tentang penyakitnya untuk
mengurangi stres.
p. Pola tata nilai dan kepercayaan.
Pada klien yang dalam kehidupan sehari - hari selalu taat menjalankan
ibadah, maka semasa dia sakit ia akan menjalankan ibadah pula sesuai dengan
kemampuannya. Dalam hal ini ibadah bagi mereka di jalankan pula sebagai
penaggulangan stres dengan percaya pada tuhannya.
q. Pemeriksaan fisik.
1) Inspeksi.
Pada klien dengan Spondilitis tuberkulosa kelihatan lemah, pucat, dan
pada tulang belakang terlihat bentuk kiposis.
2) Palpasi.
22
Sesuai dengan yang terlihat pada inspeksi keadaan tulang belakang
terdapat adanya gibus pada area tulang yang mengalami infeksi.
3) Perkusi.
Pada tulang belakang yang mengalami infeksi terdapat nyeri ketok.
4) Auskultasi.
Pada pemeriksaan auskultasi keadaan paru tidak di temukan kelainan.
r. Hasil pemeriksaan medik dan laboratorium.
1) Radiologi
a) Terlihat gambaran distruksi vertebra terutama bagian anterior, sangat
jarang menyerang area posterior.
b) Terdapat penyempitan diskus.
c) Gambaran abses para vertebral ( fusi form ).
2) Laboratorium
Laju endap darah meningkat
3) Tes tuberkulin.
Reaksi tuberkulin biasanya positif.
2. Diagnosa Keperawatan.
Diagnosa keperawatan yang timbul pada pasien Spondilitis tuberkulosa
adalah:
a. Gangguan mobilitas fisik
b. Gangguan rasa nyaman ; nyeri sendi dan otot.
c. Perubahan konsep diri : Body image.
d. Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah.
3. Perencanaan Keperawatan.
a. Diagnosa Perawatan Satu
Gangguan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan muskuloskeletal dan
nyeri.
1) Tujuan
Klien dapat melakukan mobilisasi secara optimal.
2) Kriteria hasil
a) Klien dapat ikut serta dalam program latihan
b) Mencari bantuan sesuai kebutuhan
c) Mempertahankan koordinasi dan mobilitas sesuai tingkat optimal.
23
3) Rencana tindakan
a) Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan.
Rasional : Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan
aktivitas.
b) Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai toleransi.
Rasional: Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan.
c) Memelihara bentuk spinal yaitu dengan cara :
I. mattress
II. Bed Board ( tempat tidur dengan alas kayu, atau kasur busa yang keras
yang tidak menimbulkan lekukan saat klien tidur.
Rasional: Mempertahankan posisi tulang belakang tetap rata.
d) mempertahankan postur tubuh yang baik dan latihan pernapasan ;
I. Latihan ekstensi batang tubuh baik posisi berdiri ( bersandar
pada tembok ) maupun posisi menelungkup dengan cara mengangkat
ekstremitas atas dan kepala serta ekstremitas bawah secara bersamaan.
II. Menelungkup sebanyak 3 – 4 kali sehari selama 15 – 30 menit.
III. Latihan pernapasan yang akan dapat meningkatkan kapasitas
pernapasan.
Rasional: Di lakukan untuk menegakkan postur dan menguatkan otot –
otot paraspinal.
e) monitor tanda –tanda vital setiap 4 jam.
Rasional: Untuk mendeteksi perubahan pada klien.
f) Pantau kulit dan membran mukosa terhadap iritasi, kemerahan atau lecet –
lecet.
Rasional: Deteksi diri dari kemungkinan komplikasi imobilisasi
g) Perbanyak masukan cairan sampai 2500 ml/hari bila tidak ada kontra
indikasi.
Rasional: Cairan membantu menjaga faeces tetap lunak
h) Berikan anti inflamasi sesuai program dokter. Observasi terhadap efek
samping : bisa tak nyaman pada lambung atau diare.
Rasional: Obat anti inflamasi adalah suatu obat untuk mengurangi
peradangan dan dapat menimbulkan efek samping
b. Diagnosa Keperawatan Kedua
24
Gangguan rasa nyaman : nyeri sendi dan otot sehubungan dengan adanya
peradangan sendi.
1) Tujuan
a) Rasa nyaman terpenuhi
b) Nyeri berkurang / hilang
2) Kriteria hasil
a) klien melaporkan penurunan nyeri
b) menunjukkan perilaku yang lebih relaks
c) memperagakan keterampilan reduksi nyeri yang di [elajari dengan
peningkatan keberhasilan.
3) Rencana tindakan
a) Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri; observasi terhadap kemajuan nyeri ke
daerah yang baru
Rasional: Nyeri adalah pengalaman subjek yang hanya dapat di gambarkan
oleh klien sendiri
b) Berikan analgesik sesuai terapi dokter dan kaji efektivitasnya terhadap
nyeri.
Rasional: Analgesik adalah obat untuk mengurangi rasa nyeri dan
bagaimana reaksinya terhadap nyeri klien
c) Gunakan brace punggung atau korset bila di rencanakan demikian.
Rasional: Korset untuk mempertahankan posisi punggung
d) Berikan dorongan untuk mengubah posisi ringan dan sering untuk
meningkatkan rasa nyaman.
Rasional: Dengan ganti – ganti posisi agar otot – otot tidak terus spasme
dan tegang sehingga otot menjadi lemas dan nyeri berkurang
e) Ajarkan dan bantu dalam teknik alternatif penatalaksanaan nyeri.
Rasional: Metode alternatif seperti relaksasi kadang lebih cepat
menghilangkan nyeri atau dengan mengalihkan perhatian klien sehingga
nyeri berkurang
c. Diagnosa Keperawatan ketiga
Gangguan citra tubuh sehubungan dengan gangguan struktur tubuh.
1) Tujuan
Klien dapa mengekspresikan perasaannya dan dapat menggunakan koping
yang adaptif.
25
2) Kriteria hasil
Klien dapat mengungkapkan perasaan / perhatian dan menggunakan
keterampilan koping yang positif dalam mengatasi perubahan citra.
3) Rencana tindakan
a) Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan. Perawat
harus mendengarkan dengan penuh perhatian.
Rasional: meningkatkan harga diri klien dan membina hubungan saling
percaya dan dengan ungkapan perasaan dapat membantu penerimaan diri
b) Bersama – sama klien mencari alternatif koping yang positif.
Rasional: Dukungan perawat pada klien dapat meningkatkan rasa percaya
diri klien
c) Kembangkan komunikasi dan bina hubungan antara klien keluarga dan
teman serta berikan aktivitas rekreasi dan permainan guna mengatasi
perubahan body image.
Rasional: Memberikan semangat bagi klien agar dapat memandang
dirinya secara positif dan tidak merasa rendah diri.
d. Diagnosa Keperawatan keempat
Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurangnya informasi tentang
penatalaksanaan perawatan di rumah.
1) Tujuan
Klien dan keluarga dapat memahami cara perawatan di rumah.
2) Kriteria hasil
a) Klien dapat memperagakan pemasangan dan perawatan brace atau korset
b) Mengekspresikan pengertian tentang jadwal pengobatan
c) Klien mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit, rencana
pengobatan, dan gejala kemajuan penyakit.
3) Rencana tindakan
a) Diskusikan tentang pengobatan : nama, jadwal, tujuan, dosis dan efek
sampingnya.
b) Peragakan pemasangan dan perawatan brace atau korset.
c) Perbanyak diet nutrisi dan masukan cairan yang adekuat.
d) Tekankan pentingnya lingkungan yang aman untuk mencegah fraktur.
e) Diskusikan tanda dan gejala kemajuan penyakit, peningkatan nyeri dan
mobilitas.
26
f) Tingkatkan kunjungan tindak lanjut dengan dokter.
27
BAB III
KASUS DAN HASIL PENGKAJIAN
I. DATA DEMOGRAFI
A. Biodata
- Nama : Tn. Abdul Rosyid
- Usia / tanggal lahir : 49 tahun/ bogor, 2 oktober 1962
- Jenis kelamin : laki-laki
- Alamat ( lengkap dengan no.telp ) :
Kp. Leuweung kolot kelapa dua rt.04/03, Desa Giri Mulya, Cibungbulang, Bogor
- Suku / bangsa : sunda
- Status pernikahan : menikah
- Agama / keyakinan : Islam
- Pekerjaan / sumber penghasilan : Guru SMP,SMK dan Dosen universitas
- Diagnosa medik : SCI incomplete AIS D ec. Spondilitis TB
- No. medical record : 01100126
- Tanggal masuk : 7 November 2011
- Tanggal pengkajian : 26-27 Januari 2012
B. Penanggung jawab
- Nama : Ny. Nining Daningsih
- Usia : 48 th
- Jenis kelamin : Perempuan
- Pekerjaan / sumber penghasilan : Guru SD
- Hubungan dengan klien : Istri
II. KELUHAN UTAMA
Klien mengeluh bengkak pada kedua tungkai bawah disertai
kelemahan sehingga kedua tungkai diseret bila berjalan., kesemutan (-), baal
(+) dari lutut sampai bawah. ±2 mgg SMRS klien merasa kedua tangan
menjadi lemah dan tebal dirasa sampai ke dada.
Saat ini, klien merasa masih belum kuat dan belum seimbang untuk
berdiri dan berjalan.
28
III. RIWAYAT KESEHATAN
A. Riwayat kesehatan sekarang
- Waktu timbulnya penyakit, kapan? Jam? :
Keluhan awal dirasa sejak bulan oktober (1 bln SMRS) yaitu saat pulang kerja dan
bertambah parah ±2 mgg SMRS.
- Bagaimana awal munculnya ?tiba-tiba?berangsur-angsur? :
Munculnya secara berangsur-angsur, kedua tungkai bawah dirasa lemah dan bengkak
sehingga kedua tungkai diseret bila berjalan, kesemutan (-), baal (+) dari lutut sampai
bawah. ±2 mgg SMRS klien merasa kedua tangan menjadi lemah dan tebal dirasa
sampai ke dada.
- Keadaan penyakit saat ini :
Saat ini sudah membaik, klien sudah bisa duduk, tapi masih merasa agak lemah pada
kaki sehingga masih belum bisa berdiri.
- Usaha yang dilakukan untuk mengurangi keluhan :
Klien langsung berobat ke rumah sakit dan diberi penanganan medis sesuai keluhan.
Klien sudah menjalani operasi dan perawatan RSUP Fatmawati
- Kondisi saat dikaji :
Klien masih belum stabil untuk duduk lama tanpa bersandar, berdiri dan berjalan.
Klien menggunakan kursi roda dan somi brace masih dibantu, ADL masih dibantu
sebagian, BAK&BAB spontan.
B. Riwayat kesehatan lalu
- Penyakit pada masa anak-anak yang pernah dialami : tidak ada
- Imunisasi : lengkap
- Kecelakaan yang pernah dialami :
Saat SMP klien pernah mengalami kecelakaan motor, hanya di urut saja
- Prosedur operasi dan perawatan rumah sakit : tidak pernah
- Allergi ( makanan,obat-obatan, zat/substansi,textil ) : tidak ada
- Pengobatan dini (konsumsi obat-obatan bebas) : tidak ada
C. Riwayat kesehatan keluarga
- Identifikasi berbagai penyakit keturunan yang umumnya menyerang :
Tidak ada penyakit keturunan dalam keluarga.
29
- Anggota keluarga yang terkena alergi, asma, TBC, hipertensi, penyakit jantung,
stroke, anemia, hemopilia, arthritis, migrain, DM, kanker dan gangguan
emosional : tidak ada
- Buat bagan dengan genogram :
IV. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
- Identifikasi klien tentang kehidupan sosialnya :
Klien mengatakan dirinya sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah utama,
aktif dalam kegiatan –kegiatan di lingkungan rumahnya, klien merupakan ketua
masjid, guru SMP, SMK dan dosen di universitas kusuma negara. Klien dikenal baik
di lingkungan rumahnya.
- Identifikasi hubungan klien dengan yang lain dan kepuasan diri sendiri :
Hubungan klien dengan orang lain baik, klien puas dengan pekerjaannya dan tidak
menyesali keadaannya saat ini.
- Kaji lingkungan rumah klien, hubungkan dengan kondisi RS :
Rumah klien berada di depan jalan raya, mudah terkena debu jalanan, masih banyak
terdapat pohon disekitar rumah, ventilasi dan jendela banyak (ada disetiap kamar),
cahaya matahari mudah masuk ke rumah.
- Tanggapan klien tentang beban biaya RS :
Klien merasa bingung, biaya RS sudah terlalu banyak padahal sudah dijamin askes.
Sehingga klien ingin cepat pulang.
- Tanggapan klien tentang penyakitnya :
Klien menganggap penyakitnya merupakan ujian dari Allah SWT, klien mengatakan
hanya bisa berdoa dan berusaha. Klien percaya bahwa setelah di operasi penyakitnya
pasti sembuh.
V. RIWAYAT SPIRITUAL
- Kaji ketaatan klien beribadah dan menjalankan kepercayaannya :
30
49th
Klien tetap shalat 5 waktu di tempat tidur dengan cara duduk ( tayamum) dan tetap
sering mengaji.
- Support system dalam keluarga :
Istri dan anak-anaknya
- Ritual yang biasa dijalankan :
Shalat 5 waktu, mengaji surat yasin setiap malam jumat dan biasa memberikan
ceramah agama
VI. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum klien
- Tanda-tanda dari distress : tidak ada, klien tampak tenang dan tampak menerima
keadaannya, klien ingi cepat bisa berjalan
- Penampilan dihubungkan dengan usia : penampilan sesuai dengan usia
- Ekspresi wajah, bicara, mood : eksperesi wajah dan mood tenang
- Berpakaian dan kebersihan umum : berpakaian sesuai dan pasien tampak bersih
- Tinggi badan, BB, gaya berjalan : TB: 160cm, BB: 60kg, klien belum dapat
berjalan, klien masih menggunakan kursi roda
B. Tanda-tanda vital
- Suhu : 36,5 0C
- Nadi : 88x/menit
- Pernafasan : 20x/menit
- Tekanan darah : 140/100 mmHg
C. Sistem pernafasan
- Hidung : bentuk simetris, sekret (-), pernafasan cuping hidung (-)
- Leher : Pembesaran KGB (-), refleks menelan (+), keluhan tidak ada
- Dada
Bentuk dada (normal,barrel,pigeon chest) : normal
Gerakan dada : kanan-kiri sama, simetris, tidak ada retraksi dada
Suara nafas : vesicular, ronki -/-, wheezing -/-
Apakah ada suara nafas tambahan ? : tidak ada
31
- Apakah ada clubbing finger : tidak ada
D. Sistem kardiovaskuler
- Conjunctiva (anemia/tidak), bibir (pucat, cyanosis) :
conjunctiva non anemis, bibir tidak pucat
- Arteri carotis : teraba kuat
- Ukuran jantung : normal
- Suara jantung : BJ I, II regular, murmur (-), gallop (-)
- Capillary retilling time : < 3 detik
E. Sistem perncernaan
- Sklera (ikterus/tidak) : non ikterik
- Bibir (lembab, kering, pecah-pecah, labio skizis) : lembab
- Mulut : stomatitis (-), palatoskizis (-), kemampuan menelan baik
- Gaster (kembung, gerakan peristaltik ) : kembung (-), klien kadang merasa
perih / tidak enak pada perut
- Abdomen (periksa sesuai dengan organ dalam tiap kuadran) : hati tidak teraba,
skibala (-), nyeri tekan (-)
- Anus (kondisi, spinkter ani, koordinasi) :
hemoroid (-), spinkter ani normal, BAB spontan
F. Sistem indra
1. Mata
- Kelopak mata, bulu mata, alis, lipatan epikantus dengan ujung atas
telinga : kelopak mata
(+), Normal, simetris
- Visus (gunakan snellen card) : tidak dikaji
2. Hidung
- Penciuman, perih
dihidung, trauma, mimisan :
Penciuman baik, perih pada hidung (-), trauma (-), mimisan (-)
- Sekret yang menghalangi
penciuman : tidak ada
32
3. Telinga
- Keadan daun telinga,
operasi telinga : normal, simetris kanan-kiri
- Kanal auditoris : tampak bersih
- Membrana tympani :
tidak di kaji
- Fungsi pendengaran : baik
G. Sistem saraf
1. Fungsi cerebral
a. Status mental (orientasi,
daya ingat, perhatian dan perhitungan, bahasa) :
orientasi tempat, waktu dan orang baik, daya ingat baik, perhatian focus,
perhitungan dapat dilakukan, bahasa koheren, mudah di pahami
b. Kesadaran (eyes, motorik,
verbal) dengan GCS :
E4M5V6 : GCS 15
c. Bicara (ekspresive dan resiptive )
Bicara ekspresive, koheren dan mudah dipahami
2. Fungsi kranial (saraf kranial I s/d XII) : Saraf cranial I-XII normal
3. Fungsi motorik (massa, tonus dari kekuatan otot) :
Massa otot : agak kendur, kekuatan otot
tonus otot +/+
4. Fungsi sensorik (suhu, nyeri, getaran posisi dan
diskriminasi) :
Sensori terhadap suhu, nyeri , getaran posisi
baik, normal
5. Fungsi cerebellum (koordinasi dan keseimbangan) :
6. Refleks (ekstremitas atas, bawah dan superficial) :
Biceps +2/+2, triceps +2/+2, brachioradialis +/+, patella +2/+2, babinski
+/+
7. Iritasi meningen (kaku kuduk, lasaque sign, kernig sign, brudzinski sign) :
Tidak tejadi
33
5
555
5
555
4
444
4
444
H. Sistem muskuloskeletal
1. Kepala ( bentuk kepala ) : normochepal
2. Vertebrae (bentuk, gerakan, ROM ) :
bentuk normal, gerakan agak kaku, ROM aktif, terpasang soft collar neck pada
leher
3. Pelvis : ROM aktif , lentur, trendelenderg (+)
4. Lutut : ROM lentur, normal, tidak ada keluhan
5. Kaki (keutuhan ligamen, ROM) : ROM tidak terlalu lentur, ligament utuh
6. Bahu : normal, tidak ada keluhan
7. Tangan : ROM lentur, normal, tidak ada keluhan
8. Kemampuan aktifitas :
ADL mandi, berpakaian, makan dan minum dilakukan secara mandiri
tetapi dbantu untuk didekatkan alat-alatnya.
Untuk BAB dan BAK sudah spontan, klien dibantu untuk membuangnya
ke toilet.
9. Tonus otot
10. Kekuatan otot,
I. Sistem integumen
- Rambut : distribusi rambut tidak rata, tampak
botak pada bagian atas kepala, bersih, texture
halus, warna rambut sudah memutih
- Kulit : perubahan warna (-), texture : elastis, lembab, tidak ada luka
- Kuku : clubbing finger (-), kuku kaki dan tangan tampak panjang dan kotor
J. Sistem endokrin
- Kelenjar tiroid : tidak terjadi pembesaran
- Percepatan pertumbuhan : tidak ada
- Gejala kreatinisme atau gigantisme : tidak ada
- Ekskresi urine berlebihan , polydipsi, poliphagi : tidak ada
- Suhu tubuh yang tidak seimbang , keringat berlebihan, leher kaku ) : tidak ada
34
+ +
+ +
5
555
5
555
4
444
4
444
- Riwayat bekas air seni dikelilingi semut : tidak ada
K. Sistem perkemihan
- Edema palpebra : tidak ada
- Moon face : tidak ada
- Edema anasarka : tidak ada
- Keadaan kandung kemih : tidak ada
- Nocturia, dysuria, kencing batu : tidak ada
- Penyakit hubungan sexual : tidak ada
L. Sistem reproduksi
Laki-laki
- Keadaan gland penis
(urethra) :normal, tidak ada kelainan
- Testis (sudah
turun/belum) : salah satu testis diangkat ec TB testis
- Pertumbuhan rambut
(kumis, janggut, ketiak) : normal
- Pertumbuhan jakun :
ya
M. Sistem immun
- Allergi ( cuaca, debu, bulu binatang, zat kimia ) : tidak ada
- Immunisasi :lengkap
- Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca : tidak ada
- Riwayat transfusi dan reaksinya : tidak ada
VII. AKTIVITAS SEHARI-HARI
A. Nutrisi
- Selera makan : baik
- Menu makan dalam 24 jam : sesuai dengan menu makanan RS ditambah
makanan cemilan seperti biscuit dan gorengan
- Frekuensi makan dalam 24 jam : 3x/ hari + selingan
- Makanan yang disukai dan makanan pantangan : karedok, pantangan tidak ada
35
- Pembatasan pola makanan : tidak ada
- Cara makan ( bersama keluarga, alat makan yang digunakan ) :
Mandiri tapi masih dibantu saat mendekatkan alat makannya, alat makan :
sendok, piring makan
- Ritual sebelum makan : berdoa
B. Cairan
- Jenis minuman yang dikonsumsi dalam 24 jam : air putih dan susu
- Frekuensi minum : sering
- Kebutuhan cairan dalam 24 jam : 2-3L/ hari
C. Eliminasi ( BAB & BAK )
- Tempat pembuangan :
BAB : underpad
BAK : urinal
- Frekuensi :
BAB : 1x/hari
BAK : 6-7 x/hari
- Konsistensi :
BAB : lembek, warna coklat
BAK : warna kuning pekat (warna oranye), cair, jernih
- Kesulitan dan cara menanganinya : tidak ada kesulitan
- Obat-obat untuk memperlancar BAB/BAK : tidak ada
D. Istirahat Tidur
- Apakah cepat tertidur : iya, tapi kadang malam suka terbangun
- Jam tidur :
Siang : ± 1 jam
Malam : ± 7-8 jam (22.00 – 05.00)
- Bila tidak dapat tidur apa yang dilakukan : baca doa, diam saja sampai
mengantuk lagi
- Apakah tidur secara rutin : ya
E. Olahraga
- Program olahraga tertentu : fisioterapi dan ROM setiap hari
36
- Berapa lama melakukan dan jenisnya : ± ½ jam ROM, latihan standing
balance dan latihan jalan.
- Perasaan setelah melakukan olahraga : cape dan nafasnya jadi agak berat
F. Rokok / alkohol dan obat-obatan
- Apakah merokok ? jenis ? berapa banyak ? kapan mulai merokok ?
Ya, dulu merokok, jenis apa saja tapi jarang-jarang, 1 bungkus/ minggu
atau lebih
- Apakah minum minuman keras ? berapa minum /hari/minggu ? jenis minuman ?
apakah banyak minum ketika stress ? apakah minuman keras mengganggu prestasi
kerja ? : tidak
- Kecanduan kopi, alkohol, tea atau minuman ringan ?: tidak
- Apakah mengkonsumsi obat dari dokter (marihuana, pil tidur, obat bius) : tidak
G. Personal hygiene
- Mandi (frekuensi, cara, alat mandi, kesulitan, mandiri/dibantu) :
Frekuensi : 1x/hari, pagi hari,
Cara mandi : di lap
Alat mandi : lap, sabun, kom, air hangat
Mandiri tapi dibantu untuk mendekatkan alat mandi dan digosok bagian
belakang
- Cuci rambut : tidak pernah
- Gunting kuku : belum digunting
- Gosok gigi : tidak dilakukan
H. Aktivitas / mobilitas fisik
- Kegiatan sehari-hari :
Makan, minum, baca Koran, mengobrol dengan pasien lain, ROM, latihan duduk
dan berdiri
- Pengaturan jadwal harian : tidak ada
- Penggunaan alat bantu untuk aktivitas : somi brace dan kursi roda
- Kesulitan pergerakan tubuh : ya, klien masih belum stabil untuk duduk tanpa
sandaran terlalu lama dan untuk berdiri
37
I. Rekreasi
- Bagaimana perasaan anda saat bekerja ? :
klien mengatakan senang dan puas dengan pekerjaannya sebagai guru
- Berapa banyak waktu luang ? : hari libur dan setelah pulang kerja
- Apakah puas setelah rekreasi ? : ya
- Apakah anda dan keluarga menghabiskan waktu senggang ? : ya, biasanya
hari libur, menghabiskan waktu bersama keluarga di rumah
VIII. Therapy saat ini
1. Rifampisin 1x400 mg
2. Etambutol 1x1000 mg
3. INH 1x 300 mg
4. PZA 1x 500 mg
5. Metiosone 2x 1gr
6. Bisoprolol 1x ½ tab
7. Vit. C 2x 50 mg
Fisioterapy : ROM, latihan standing balance dan latihan berjalan menggunakan
walker
38
HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal : 13/10/2011
JENIS PEMERIKSAAN : thorax foto
HASIL : TB paru
Tanggal : 17/10/2011
JENIS PEMERIKSAAN : USG Abdomen
HASIL : Pembesaran prostat
Tanggal : 20/10/2011
JENIS PEMERIKSAAN : Rontgen cervical AP/Lat
HASIL : Fraktur C5 dan listhesis C6
Tanggal : 29/10/2011
JENIS PEMERIKSAAN : Rontgen cervical AP/Lat
HASIL : scoliosis cervicalis ke sinistra, spondilitis cervicalis
Tanggal : 28/11/2011
JENIS PEMERIKSAAN : USG ginjal, buli-buli, prostat
KESAN: Kedua ginjal dan buli-buli normal, prostat : ukuran 4,2x3,6x3,7 cm, volume
prostat +/- 29 cm3
Tanggal : 9/12/2011
JENIS PEMERIKSAAN : Rontgen V cervical AP/Lat (CR)
HASIL :
Kedudukan tulang-tulang baik
Tampak terpasang fiksasi interna dengan kedudukan baik
Tidak tampak loosening
Tidak tampak gambaran osteomielitis
Vert.cervical 5 tampak kecil
Vert. cervical 6 tidak tampak lagi
Tanggal : 1/11/2011
39
JENIS PEMERIKSAAN : MRI cervicalis+ kontras
HASIL :
Alignment columna vertebra cervicalis tidak baik, tampak pergeseran korpus vertebra
C5 dan C6 ke posterior terhadap C7(listhesis),
Tampak kompresi fraktrur/destruksi corpus vertebra C5 dan C6
isointens pada T1 dan menjadi hiperintens inhomogen pada T2
pada pemberian kontras menyangat inhomogen, tampak lesi menekan dural sac dan
medulla spinalis menjadi pipih/gepeng
medulla spinalis dari C1 sampai C4 normal, demikian pula mulai dari C7 ke bawah
sampai T6 dalam batas normal
tak tampak massa/ sol intra& extradural
tak tampak spur formation dicorpus vertebra cervicalis
tak tampak penurunan intensitas discus intervertebralis cervicalis
tak tampak penonjolan discus intervertebralis ke posterior yang menekan dural sac
ligamentum flavum, ligamentum interspinosum dan ligamentum longitudinal anterior dan
posterior tidak menebal.
sendi apofisis kanan kiri dalam batas normal. Tampak lesi isointens pada T1 dan
menjadi hiperintens inhomogen di T2.
Pada pemberian kontras menyangat inhomogen, tampak lesi dijaringan para vertebra
C4 sampai C6. Jaringan lunak paravertebra lainnya tidak memperlihatkan penebalan maupun
lesi patologis lain
KESAN :
Spondilitis TB pada C5 dan C6 sangat mungkin
40
DATA FOKUS
( CP.1 A )
NAMA PASIEN : Tn. A
NO.REKAM MEDIK : 01100126
RUANG RAWAT : Gd. Prof Soelarto No 402
Data Subjektif Data Objektif
Pasien mengatakan
1. Masih belum kuat untuk duduk tanpa
sandaran lama-lama
2. Masih belajar untuk duduk dan berdiri
dengan cara berpegangan pada bed side
rail
3. Kalau habis latihan cape, nafasnya agak
berat dan lemas
4. Ingin cepat bisa berjalan dan pulang
5. Masih belum bisa memakai somi brace
sendiri, selama ini dibantu memakainya
oleh istri atau petugas
6. Sudah bisa makan,minum,mandi,
berpakaian secara mandiri
7. Masih belum mengerti tentang penyakit
dan pengobatannya
1. Klien kooperatif
2. Klien memiliki keinginan untuk cepat
bisa berjalan kembali
3. Klien tampak belum stabil saat duduk
tanpa sandaran dan mencoba untuk
berdiri
4. Klien tampak masih berpegangan pada
bed side rail saat mau duduk dan berdiri
5. Klien tampak memakai somi barce saat
akan melakukan mobiliasi bertahap
6. Untuk berpindah ke kursi roda klien
masih dibantu
7. Klien tampak aktif
8. ADL makan,minum, mandi, berpakaian
secara mandiri tapi dibantu untuk
mendekatkan peralatannya
9. Bed side rail tampak selalu terpasang
10. ASIA : incomplete D
Tonus otot
41
Kekuatan otot,
Refleks :
Biceps +2/+2, triceps +2/+2,
brachioradialis +/+, patella +2/+2, babinski
+/+
Tanda-tanda vital
- Suhu : 36,5 0C
- Nadi : 88x/menit
- Pernafasan : 20x/menit
- Tekanan darah : 140/100 mmHg
TB: 160cm, BB: 60kg, klien belum dapat
berjalan, klien masih menggunakan kursi
roda
JENIS PEMERIKSAAN : thorax foto
HASIL : TB paru
JENIS PEMERIKSAAN : Rontgen
cervical AP/Lat
HASIL : Fraktur C5 dan listhesis
C6
JENIS PEMERIKSAAN : Rontgen
cervical AP/Lat
HASIL : scoliosis cervicalis ke
sinistra, spondilitis cervicalis
42
+ +
+ +
5
555
5
555
4
444
4
444
JENIS PEMERIKSAAN : Rontgen V
cervical AP/Lat (CR)
HASIL :
- Kedudukan tulang-tulang baik
- Tampak terpasang fiksasi interna
dengan kedudukan baik
- Tidak tampak loosening
- Tidak tampak gambaran osteomielitis
- Vert.cervical 5 tampak kecil
- Vert. cervical 6 tidak tampak lagi
JENIS PEMERIKSAAN : MRI
cervicalis+ kontras
KESAN :
Spondilitis TB pada C5 dan C6
sangat mungkin
Pre Operasi
Rontgen v.cervical MRI(20/10/2011) RSUP Fatmawati (1/11/2011) RSCMKesan : Kesan :Fraktur C5 dan listhesis C6 Spondilitis TB pada C5 dan C6 sangat mungkin
Post Operasi
43
Rontgen v. Cervical AP/LAT(9/12/2011) RSUP FatmawatiKesan :
Kedudukan tulang-tulang baik Tampak terpasang fiksasi interna dengan kedudukan baik Tidak tampak loosening Tidak tampak gambaran osteomielitis
44
ANALISA DATA
NAMA PASIEN : Tn. A
NO.REKAM MEDIK : 01100126
RUANG RAWAT : Gd. Prof Soelarto No 402
N
ODATA
MASAL
AHETIOLOGI
1 DS:
Klien mengatakan:
1. Masih belum kuat untuk duduk tanpa
sandaran lama-lama
2. Masih belajar untuk duduk dan
berdiri dengan cara berpegangan pada
bed side rail
3. Kalau habis latihan cape dan nafasnya
agak berat
4. Ingin cepat bisa berjalan lagi
DO:
1. Klien kooperatif
2. Klien memiliki keinginan untuk cepat
bisa berjalan kembali
3. Klien tampak belum stabil saat duduk
tanpa sandaran dan mencoba untuk
berdiri
4. Klien tampak masih berpegangan
pada bed side rail saat mau duduk dan
berdiri
5. Klien tampak memakai somi barce
saat akan melakukan mobiliasi
bertahap
6. Untuk berpindah ke kursi roda klien
masih dibantu
Hambata
n mobilitas
fisik
Penurunan
kekuatan dan
ketahanan
sekunder akibat :
Penekanan medulla
spinalis, Fraktur
listhesis C5 dan C6
45
7. Klien tampak aktif
8. ASIA : incomplete D
Tonus otot
Kekuatan otot,
Refleks :
Biceps +2/+2,
triceps +2/+2,
brachioradialis
+/+, patella +2/+2, babinski +/+
klien belum dapat berjalan, klien masih
menggunakan kursi roda
JENIS PEMERIKSAAN : Rontgen V cervical AP/Lat (CR), 9/12/2011
(RSUP Fatmawati)
HASIL :
- Kedudukan tulang-tulang baik
- Tampak terpasang fiksasi interna
dengan kedudukan baik
- Tidak tampak loosening
- Tidak tampak gambaran osteomielitis
- Vert.cervical 5 tampak kecil
- Vert. cervical 6 tidak tampak lagi
JENIS PEMERIKSAAN : MRI
cervicalis+ kontras 1/11/2011
(RSCM)
KESAN :
Spondilitis TB pada C5 dan C6
sangat mungkin
46
5
555
5
555
4
444
4
444
+ +
+ +
NAMA PASIEN : Tn. A
NO.REKAM MEDIK : 01100126
RUANG RAWAT : Gd. Prof Soelarto No 402
N
ODATA MASALAH
ETIOLO
GI
2 DS:
Klien mengatakan:
1. Masih belum kuat untuk duduk
tanpa sandaran lama-lama
2. Masih belajar untuk duduk dan
berdiri dengan cara berpegangan
pada bed side rail
3. Kalau habis latihan cape, nafasnya
agak berat dan lemas
DO:
1. Klien kooperatif
2. Klien memiliki keinginan untuk
cepat bisa berjalan kembali
3. Klien tampak belum stabil saat
duduk tanpa sandaran dan mencoba
untuk berdiri
4. Klien tampak masih berpegangan
pada bed side rail saat mau duduk
dan berdiri
5. Klien harus memakai somi brace
bila akan melakukan mobiliasi
bertahap
6. Untuk berpindah ke kursi roda klien
masih dibantu
7. Klien tampak aktif
Resiko
terhadap cedera
(Jatuh)
Kelemaha
n temporer/
ketidaksta
bilan
47
8. ASIA : incomplete D
Tonus otot
Kekuatan otot,
Refleks :
Biceps +2/+2,
triceps
+2/+2,
brachioradialis +/+, patella +2/+2,
babinski +/+
klien belum dapat berjalan, klien
masih menggunakan kursi roda
Tanda-tanda vital
- Suhu : 36,5 0C
- Nadi : 88x/menit
- Pernafasan : 20x/menit
- Tekanan darah : 140/100 mmHg
- TB: 160cm, BB: 60kg,
JENIS PEMERIKSAAN :
Rontgen V cervical AP/Lat (CR),
9/12/2011
(RSUP Fatmawati)
HASIL :
- Kedudukan tulang-tulang baik
- Tampak terpasang fiksasi interna
dengan kedudukan baik
- Tidak tampak loosening
- Tidak tampak gambaran
osteomielitis
JENIS PEMERIKSAAN : MRI
cervicalis+ kontras, 1/11/2011
(RSCM)
KESAN :
48
+ +
+ +5
555
5
555
4
444
4
444
Spondilitis TB pada C5 dan
C6 sangat mungkin
NAMA PASIEN : Tn. A
NO.REKAM MEDIK : 01100126
RUANG RAWAT : Gd. Prof Soelarto No 402
N
ODATA
MASA
LAH
ETIOLO
GI
3 DS:
Klien mengatakan:
1. Ingin cepat bisa berjalan dan pulang
2. Masih belum bisa memakai somi brace sendiri,
selama ini dibantu memakainya oleh istri atau
petugas
3. Sudah bisa makan,minum,mandi, berpakaian
secara mandiri
4. Masih belum mengerti tentang penyakit dan
pengobatannya
DO:
1. Klien kooperatif
2. Klien memiliki keinginan untuk cepat bisa
berjalan kembali
3. Klien tampak belum stabil saat duduk bila tanpa
sandaran dan mencoba untuk berdiri
4. Klien harus selalu memakai somi brace saat akan
melakukan mobiliasi bertahap
5. Untuk berpindah ke kursi roda klien masih
dibantu
6. Klien tampak aktif
7. ADL makan,minum, mandi, berpakaian secara
mandiri tapi dibantu untuk mendekatkan
peralatannya
Kurang
pengetahuan
Kurang
terpapar
informasi
mengenai
penyakit dan
perawatan di RS
dan di rumah
49
8. klien belum dapat berjalan, klien masih
menggunakan kursi roda
50
RENCANA KEPERAWATAN( CP.3 )
NAMA PASIEN : Tn. ANO.REKAM MEDIK : 01100126RUANG RAWAT : Gd. Prof Soelarto No 402
TGL
No.
DX
TUJUAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL
26/01/
2012
1 Setelah perawatan selama 7x24 jam, klien dapat melakukan mobilisasi secara optimal.Kriteria hasil : a. Klien dapat ikut serta dalam
program latihanb. Klien mampu menggunakan
kursi roda secara mandiri.c. Mempertahankan koordinasi
dan mobilitas sesuai tingkat optimal.
d. Tidak terjadi kontrakture. Tidak terjadi penurunan
tonus ototf. ADL mandiri
Mandiria. Kaji mobilitas yang ada dan
observasi terhadap adanya peningkatan kekuatan otot.
b. Ajarkan klien dan libatkan keluarga dalam latihan ROM pada kedua tungkai.
c. Latihan posisi duduk menggunakan brace di tempat tidur.
d. Monitor tanda –tanda vital sebelum dan sesudah melakukan latihan fisik.
KolaborasiKonsultasikan dengan fisioterapi untuk mobilisasi menggunakan kursi roda dan ambulasi menggunakan walker, latihan standing balance.
a. Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.
b. Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan.
c. Melatih keseimbangan dan kordinasi
d. Untuk mendeteksi kemampuan toleransi terhadaap aktivitas.
Membantu dalam merencanakan dan melaksanakan latihan secara individual, mengidentifikasi alat-alat bantu untuk mempertahankan fungsi, mobilisasi dan kemandirian pasien
51
NAMA PASIEN : Tn. ANO.REKAM MEDIK : 01100126RUANG RAWAT : Gd. Prof Soelarto No 402
TGL
No.
DX
TUJUAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL
26/1/2012
2 Dalam perawatan selama 7x24 jam, tidak terjadi cedera (jatuh)Kriteria hasil : a. Klien dapat
mobilisasi dengan kursi roda tanpa jatuh
b. Bed side rail selalu terpasang
c. Klien menggunakan brace sebelum mobilisasi/ aktivitas
Mandiria. Pertahankan penggunaan alat-alat imobilisasi
seperti collar neck, somi brace saat melakuakan aktifitas
b. Perawat mendampingi klien dan libatkan keluarga saat mobilisasi dengan kursi roda
c. Monitor tanda –tanda vital sebelum dan sesudah melakukan latihan fisik
d. Gunakan tempat tidur yang rendah, dengan pagar tempat tidur/ bed side rail terpasang
e. Letakkan pispot/ urinal disebelah tempat tidur (terjangkau oleh pasien)
f. Dekatkan bel pada tempat tidur pasien
KolaborasiKonsultasikan dengan fisioterapi untuk latihan
a. Menjaga kestabilan dari kolumna vertebra dan membantu proses penyembuhan
b. Untuk mencegah terjadinya cedera
c. Untuk mendeteksi kemampuan toleransi tubuh terhadap aktivitas dan untuk mengetahui ada/ tidaknya hipotensi ortostasik.
d. Untuk mencegah terjadinya cedera
e. Memudahkan pasien untuk BAK, tanpa haru ke kamar mandi
f. Untuk memudahkan pasien meminta bantuan kepada perawat
Mempertahankan kekuatan otot
52
peningkatan kekuatan otot dan endurance serta latihan transfer dari tempat tidur ke kursi roda dan sebaliknya
sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya trauma
NAMA PASIEN : Tn. ANO.REKAM MEDIK : 01100126RUANG RAWAT : Gd. Prof Soelarto No 402
TGL
No.
DX
TUJUAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL
27/1/2012
3 Klien dan keluarga dapat memahami cara perawatan di rumahKriteria hasil : a) Klien dapat
memperagakan pemasangan brace
b) Mengekspresikan pengertian tentang jadwal pengobatan
c) Klien mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit, rencana pengobatan dan gejala kemajuan penyakit
Mandiri a) Diskusikan tentang pengobatan nama, jadwal,
tujuan, dosis dan efek sampingnyab) Peragakan dan libatkan klien dan keluarga untuk
pemasangan brace
c) Kaji kebutuhan akan makanan termasuk makanan dengan cukup serat dan masukan cairan yang adekuat
d) Anjurkan pasien untuk ikut berperan serta secara terus-menerus dalam latihan setiap hari dan menghindari rasa lelah
a) Memberikan dasar pengetahuan umum penting tentang pengobatannya
b) Memberikan pengetahuan pada klien tentang cara mamasang somibrace yang digunakan saat klien mobilisasi, untuk mempertahankan posisi vertebra
c) Memberikan makanan yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan tenaga dan meningkatkan proses penyembuhan , mencegah komplikasi
d) Meningkatkan mobilisasi, kekuatan otot/ tonus meningkat, meningkatkan fungsi organ tubuh
53
54
CATATAN TINDAKAN( CP.4 )
NAMA PASIEN : Tn. A
NO.REKAM MEDIK : 01100126
RUANG RAWAT : Gd. Prof Soelarto No 402
TGL
N
o.NDx
J
AMTINDAKAN KEPERAWATAN DAN HASIL
27/
01/2012
1 09.30 Mengkaji fungsi motorik klien dan mendorong klien untuk latihan ROMHasil ; ROM aktif lentur, klien mengatakan sudah bisa makan,minum, mandi, berpakaian secara mandiri tapi dibantu untuk mendekatkan peralatannya, sudah bisa duduk, belum bisa berdiri karena belum stabil, kaki masih agak lemah
Tonus otot
Kekuatan otot
Mengukur TTV sebelum dan sesudah latihanHasil : Sebelum latihan- Suhu : 36,5 0C- Nadi : 80x/menit- Pernafasan : 20x/menit
55
+ +
+ +
5
555
5
555
4
444
4
444
10.10
10.00
- Tekanan darah : 130/90 mmHgSetelah latihan- Suhu : 36,5 0C- Nadi : 88x/menit- Pernafasan : 20x/menit- Tekanan darah : 140/100 mmHg
Melatih pasien dudukHasil : sudah bisa duduk, klien mengatakan belum bisa berdiri karena belum stabil, kaki masih agak lemah
Memasang somi brace saat pasien ingin mobilisasi bertahapHasil : somi brace terpasang dengan baik, klien mengatakan tidak terlalu kencang dan nyaman
Membantu pasien mobilisasi bertahap ke kursi rodaHasil : klien tampak tetap berpegangan pada bed side rail saat ingin berdiri dan dibantu untuk berpindah ke kursi roda
Mengukur TTV sebelum dan sesudah latihanHasil : Sebelum latihan- Suhu : 36,5 0C- Nadi : 80x/menit- Pernafasan : 18x/menit- Tekanan darah : 130/90 mmHgSetelah latihan- Suhu : 36,5 0C- Nadi : 88x/menit- Pernafasan : 20x/menit- Tekanan darah : 140/100 mmHg
Mengkaji fungsi motorik klien dan mendorong klien untuk latihan ROMHasil ; ROM aktif, ADL secara mandiri tapi dibantu untuk mendekatkan peralatannya, sudah bisa
56
28/
01/2012
2
1
10.30
13.00
mencoba duduk sendiri deangan berpegangan pada bed side railTonus otot
Kekuatan otot
Memasang somi brace saat pasien ingin mobilisasi bertahapHasil : somi brace terpasang dengan baik, klien mengatakan tidak terlalu kencang dan nyaman
Membantu pasien mobilisasi bertahap ke kursi rodaHasil : klien tampak tetap berpegangan pada bed side rail saat ingin berdiri dan dibantu untuk berpindah ke kursi roda
Mengkaji pengetahuan pasien tentang cara memasang somibraceHasil : klien mengaakan belum bisa memasang somi brace sendiri, istri klien sudah faham entang cara memasang somi brace.
Mengkaji pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit dan pengobatan yang didapat pasienHasil : pasien dan keluarga mengatakan masih kurang fahm tentang penyakit dan pengobatan yang didapat, istri klien mengetahui bahwa obat yang didapat pasien tidak boleh sampai putus.
57
+ +
+ +
5
555
5
555
4
444
4
444
2
58
3
59
TGL
No.NDx
JAM
TINDAKAN KEPERAWATAN DAN HASIL
30/1/2012
1
2
20.00
20.15
21.00
Mengkaji fungsi motorik klien dan mendorong klien untuk latihan ROMHasil ; ROM aktif lentur, ADL secara mandiri tapi dibantu untuk mendekatkan peralatannya, sudah bisa mencoba duduk sendiri deangan berpegangan pada bed side rail
Tonus otot
Kekuatan otot
Latihan posisi dudukHasil : klien sudah mampu duduk secara mandiri dengan berpegangan pada bed side rail
Membantu dan mengajarkan cara memasang somi brace (alat baru)Hasil : klien kooperatif, somi brace terpasang dengan baik.
klien mengatakan tidak terlalu kencang dan nyaman, ingin mencoba memakainya sendiri
1/01/2012
1
2
11.00
11.30
Melatih posisi dudukHasil : klien sudah mampu duduk secara mandiri dengan berpegangan pada bed side rail
Membantu pasien untuk mobilisasi bertahap dari tempat tidur ke kursi rodaHasil :
- klien dapat berpindah dari tempat tidur ke kursi roda dengan berpegang pada bed side rail, bantuan minimal
- klien mengatakan kakinya masih agak lemah, jadi agak susah digerakkan Membantu pasien untuk latihan berjalan dikoridor ruangan
Hasil :
60
+ ++ + 5
5555
5554
4444
444
2
11.30
- Klien dapat berdiri secara mandiri dengan berpegangan pada rail- Klien bisa berjalan dengan berpegangan pada rail 8 langkah
Memonitor TTV setelah latihan- Suhu : - 0C- Nadi : 84x/menit- Pernafasan : 20x/menit- Tekanan darah : 130/90 mmHg- Klien tampak kelelahan, nafas tampak agak berat
Mengawasi dan mengajarkan pada pasien dan keluarga tentang cara menggunakan SOMI Brace (alat baru)Hasil : - Klien dan keluarga sudah mampu memasang somi brace dengan bantuan minimal- Somi brace terpasang dengan benar, tidak terlalu kencang dan pas
2/01/2012
3 12.00
12.30
Mengajarkan cara memakai dan melepas baju, serta meminta klien untuk memperagakannya secara mandiriHasil : klien dapat memakai dan melepas baju secara mandiri, caranya sesuai dengan yang di ajarkan
Mengajarkan kegunaan dan cara memasang somi brace, serta meminta klien untuk memperagakannya secara mandiri
Hasil : - Klien kooperatif, tampak mendengarkan dan memperhatikan saat dijelaskan kegunaan dan cara
memasang SOMI Brace- Klien sudah mampu memasang somi brace dengan bantuan minimal- Somi brace terpasang dengan benar, tidak terlalu kencang dan pas
61
2 Membantu klien untuk mobilisasi bertahap dari tempat tidur ke kursi rodaHasil :- Klien dapat duduk dengan bantuan minimal- Klien dapat berpindah dari tempat tidur ke kursi roda dengan berpegang pada bed side rail secara
mandiri- klien mengatakan kakinya masih agak lemah, jadi agak susah digerakkan
Mendampingi klien saat melakukan latihan jalanHasil :
- Klien dapat berdiri secara mandiri dengan berpegangan pada rail- Klien bisa berjalan dengan berpegangan pada rail 12 langkah
62
CATATAN PERKEMBANGAN
NAMA PASIEN : Tn. A
NO.REKAM MEDIK : 01100126
RUANG RAWAT : Gd. Prof Soelarto
No 402
TGL KODE NDX
JAM EVALUASI/SOAP
27-01-2012
1 10.00-11.00
S : Pasien mengatakan sudah bisa makan,minum, mandi, berpakaian secara mandiri tapi dibantu untuk mendekatkan peralatannya, sudah bisa duduk, belum bisa berdiri karena belum stabil, kaki masih agak lemah
O: Tonus otot
Kekuatan otot
Tanda-tanda vital- Suhu : 36,5
0C- Nadi :
88x/menit- Pernafasan :
20x/menit- Tekanan darah : 140/100 mmHg
ROM aktif Klien tampak masih dibantu untuk duduk, berdiri
dan berpindah ke kursi roda Klien kooperatif
A : masalah teratasi sebagian
P : Kaji fungsi motorik setiap hari Kaji TTV tiap shift Latih pasien untuk duduk Bantu mobilisasi bertahap
+ +
+ +
5
555
5
555
4
444
4
444
2
S: klien mengatakan somi brace yang terpasang tidak terlalu kencang dan nyaman
O : - Bed side rail terpasang - Klien tampak tetap berpegangan pada bed side
rail saat dibantu untuk berdiri dan berpindah ke kursi roda
- Klien kooperatif, menjalankan sesuai instruksi
A: masalah tidak terjadiP :
- Pertahankan pemasangan alat-alat imobilisasi seperti collar neck dan somibrace
- Bantu mobilisasi sesuai kebutuhan pasien
8
CATATAN PERKEMBANGAN
NAMA PASIEN : Tn. A
NO.REKAM MEDIK : 01100126
RUANG RAWAT : Gd. Prof Soelarto
No 402
TGL NDX JAM EVALUASI/SOAP28-01-2012
1 S : -
O: - Klien tampak mencoba untuk posisi duduk disamping
tempat tidur dengan dibantu minimal- Klien tampak mampu dan berusaha untuk mencontohkan
memakai dan melepas baju secara mandiri
- Tonus otot
- Kekuatan otot
- Tanda-tanda vitalSuhu : 36,5 0CNadi : 88x/menitPernafasan : 20x/menitTekanan darah : 140/100 mmHg
A : masalah teratasi sebagian
P : - Kaji fungsi motorik setiap hari- Kaji TTV tiap shift- Latih pasien untuk duduk- Bantu mobilisasi bertahap
9
+ +
+ +5
555
5
555
4
444
4
444
2
3
S: klien mengatakan somi brace yang terpasang tidak terlalu kencang dan nyaman
O : - Bed side rail terpasang - Klien kooperatif, menjalankan sesuai instruksi saat dibantu
pindah ke kursi roda
A: masalah tidak terjadiP :
- Pertahankan pemasangan alat-alat imobilisasi seperti collar neck dan somibrace
- Bantu mobilisasi sesuai kebutuhan pasien
S :Klien mengatakan belum bisa memasang somibrace sendiri, biasanya istri atau petugas yang memasangkan somi brace nya
O :- Klien dan keluarga kooperatif- Memiliki kemauan dan keingitahuan yang tinggi
A : masalah teratasi sebagian
P :- Diskusikan dan ajarkan tentang pengobatan yang
didapatkan pasien- Ajarkan dan latih pasien untuk memasang somi brace
sendiri- Anjurkan klien untuk latihan ROM setiap hari
10
CATATAN PERKEMBANGAN
NAMA PASIEN : Tn. A
NO.REKAM MEDIK : 01100126
RUANG RAWAT : Gd. Prof Soelarto
No 402
TGL NDX JAM EVALUASI/SOAP30/01/
2012
1
2
20.00
21.00
S : klien mengatakan masih belum kuat untuk berdiri terlalu lama dan masih agak berat bila dibawa berjalan
O:- Klien mampu duduk disamping tempat tidur secara mandiri- ROM klien aktif, gerakan masih agak kaku- Tonus otot +/+
- Kekuatan otot
A : masalah teratasi sebagian
P : - Kaji fungsi motorik setiap hari- Kaji TTV tiap shift- Latih pasien untuk duduk- Bantu mobilisasi bertahap
S: - klien mengatakan ingin mencoba memakai somi brace secara
mandiri, - somi brace yang sudah terpasang terasa nyaman dan tidak
terlalu kencangO :
- klien kooperatif- omi brace terpasang dengan baik- bed side rail selalu terpasang- klien tidak jatuh- klien aktivitas secara mandiri
A: masalah tidak terjadiP :
11
5555
5555
4444
4444
- Pertahankan pemasangan alat-alat imobilisasi seperti collar neck dan somibrace
- Bantu mobilisasi sesuai kebutuhan pasien01/02/
2012
1
2
11.00
11.30
S : klien mengatakan kakinya masih agak lemah
O : - klien sudah mampu duduk secara mandiri dengan
berpegangan pada bed side rail- klien dapat berpindah dari tempat tidur ke kursi roda dengan
berpegang pada bed side rail, bantuan minimal- klien mengatakan kakinya masih agak lemah, jadi agak susah
digerakkan- Klien dapat berdiri secara mandiri dengan berpegangan pada
rail- Klien bisa berjalan dengan berpegangan pada rail 8 langkah- Klien tampak kelelahan, nafas tampak agak berat- Suhu : - 0C- Nadi : 84x/menit- Pernafasan : 20x/menit- Tekanan darah : 130/90 mmHg
A : masalah teratasi sebagianP :
- Kaji fungsi motorik setiap hari- Kaji TTV sebelun dan setelah latihan- Latih pasien untuk posisi duduk dengan menggunakan Brace- Bantu mobilisasi bertahap
S : klien mengatakan sudah bisa berjalan tanpa jatuh dengan berpegangan pada rail di koridor
O :- Klien sudah mampu memasang somi brace dengan bantuan
minimal- Somi brace sudah terpasang degan benar, tidak terlalu kencang
dan pas- Klien tidak terjatuh
A : masalah tidak terjadiP :
- Pertahankan pemasangan alat-alat imobilisasi seperti collar neck dan somibrace
- Bantu mobilisasi sesuai kebutuhan pasien
12
02/02/
2012
3
2
12.00
12.30
S : -O : - Klien dapat memakai dan melepas baju secara mandiri, caranya
sesuai dengan yang di ajarkan- Klien kooperatif, tampak mendengarkan dan memperhatikan saat
dijelaskan kegunaan dan cara memasang SOMI Brace- Klien sudah mampu memasang somi brace dengan bantuan
minimal- Somi brace terpasang dengan benar, tidak terlalu kencang dan
pas
A : masalah teratasi sebagian
P :- Evaluasi kembali kemampuan klien untuk ADL secara
mandiri- Evaluasi kemampuan pasien untuk memasang somi brace
secara mandiri
S : klien mengatakan kakinya masih agak lemah, jadi agak susah digerakkan
O :- Klien dapat duduk dengan bantuan minimal- Klien dapat berpindah dari tempat tidur ke kursi roda dengan
berpegang pada bed side rail secara mandiri tanap terjatuh- Klien dapat berdiri secara mandiri dengan berpegangan pada
rail- Klien bisa berjalan dengan berpegangan pada rail 12 langkah
tanpa terjatuhA : masalah tidak terjadiP :
- Pertahankan pemasangan alat-alat imobilisasi seperti collar neck dan somibrace
- Bantu mobilisasi sesuai kebutuhan pasien- Kaji TTv sebelum dan sesudah latihan- Pasang bed side rail
13
BAB IVPEMBAHASAN
A. Pengkajian
Jenis fraktur yang terjadi pada Tn. A adalah fraktur kompresi pada C5
karena spondilitis TB. Lokasi fraktur pada C5 dan mengalami listhesis pada C6.
Hasil MRI menunjukan adanya spondilitis TB pada C5 dan C6. Pada fraktur di
bagian cervical seperti yang dialami oleh Tn. A termasuk cidera pada Upper
Motorik Neuron (UMN) maka pasien akan mengalami Quadriplegi. Quadriplegi
merupakan hilangnya fungsi motorik dan sensorik pada keempat ekstremitas atau
seluruh badan. Namun setelah menjalani 3x operasi dan perawatan intensif, saat ini
kondisi Tn. A sudah sangat membaik. Saat ini Tn.A hanya mengeluh kakinya belum
stabil/ masih terasa lemah pada saat latihan standing balance dan mobilisasi
bertahap.
Sudah membaiknya kemampuan sensori dan motorik pada pasien
menyebabkan kemampuan mobilisasi dapat dilatih menuju ke kemandirian. Pasien
dapat melakukan aktifitas sehari-hari secara mandiri walaupan pada beberapa
tindakan dibantu mempersiapkan peralatannya. Dari pengkajian riwayat kesehatan,
pasien memiliki riwayat yang dapat memperberat proses penyembuhan yaitu
hipertensi. Dalam keluarga pun tidak ada keluaga yang memiliki penyakit menular
seperti TB.
Gangguan sistem pernapasan tidak terjadi pada tn. S, pernapasan pasien
normal. Tidak ada gangguan pada fungsi paru, suara paru vesikuler. Sistem sirkulasi
periferpun tidak terganggu, hal ini ditunjukan dnegan cavilery Reffil kurang dari 3
detik. Pada sistem pencernaan pasien mengalami sedikit gangguan yaitu terkadang
klien mengeluh nyeri/ sakit pada perut/ uluhati.
Pengkajian pada sistem syaraf dengan Glasco Coma Scale (GCS) didapatkan
hasil kemampuan Pergerakan mata (eye), kemampuan menggarakan bagian tubuh
(Movement), serta kemampuan berbicara (Verbal) menunjukan fungsi maksimal.
Kemampuan motorik mengalami gangguan pada kedua kaki, yaitu klien masih
merasa lemas pada kedua kaki sehingga saat latihan berdiri pasien tidak stabil.
Pengkajian sensori dengan memberikan rangsang tajam pada kedua kaki
menunjukan bahwa sensasi pada ekstrimitas bawah normal.
14
Sistem intergumen, Rambut pasien berwarna putih dan tipis. Kebersihan
rambut selalu di bersihkan oleh istri. Pada sistem intergumen kulit, tidak terdapat
kelainan / luka. Kebersihan kulit terawat dengan baik karena pasien rutin mandi
1x/hari.
Pengkajian sistem perkemihan didapatkan tidak ada kelaianan, klien sudah
dapat buang air kecil dengan spontan. Pengkajian nutrisi menunjukan status nutrisi
pasien baik, dengan porsi makan 3 kali sehari dan tidak ada penurunan nafsu makan.
Pemenuhan nutrisi yang cukup akan mempercepat proses penyembuhan tulang.
Pengkajian aktivitas menunjukan bahwa mobilitas fisik pasien agak
terbatas, hal ini dikarenakan pasien masih merasa lemah pada kedua kaki. Tapi
pasien tampak memiliki keinginan yang kuat untuk bisa berjalan lagi, hal ini terlihat
dari latihan rutin yang pasien lakukan dan perkembangan kondisi pasien diman saat
ini pasien sudah biasa duduk secara mandiri. Mobilisasi klien menggunakan kursi
roda karena masih lemahnya kaki pasien untuk berdiri.
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut North American Nursing Diagnosis Association (NANDA)
(1990, dalam Carpenito, 1997) diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis
mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah-masalah
kesehatan/ proses kehidupan yang aktual atau risiko.
Diagnosa keperawatan memberikan dasar-dasar pemilihan intervensi
untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat. Adapun persyaratan
dari diagnosa keperawatan adalah perumusan harus jelas dan singkat dari respons
klien terhadap situasi atau keadaan yang dihadapi, spesifik dan akurat, memberikan
arahan pada asuhan keperawatan, dapat dilaksanakan oleh perawat dan
mencerminkan keadaan kesehatan klien. Diagnosa keperawatan yang muncul pada
Tn. A adalah gangguan mobilitas fisik, resiko terhadap truma/cedera dan kurang
pegetahuan.
Diagnosa gangguan mobilitas fisik merupakan permasalahan
ketidakmampuan individu dalam melakukan keterbatasan pada pergerakan fisik
tubuh atau satu atau lebih ektrimitas secara mandiri dan terarah (NANDA, 2010).
Munculnya diagnosa ini ditegakan dengan data-data seperti data subjektif bahwa
15
pasien kelemahan pada kedua kakinya sehingga klien belum bisa stabil untuk
berdiri, pengkajian dengan Form Spinal Cord Injury dari American of Spinal injury
Association menunjukan nilai motorik 80, dari total 100 nilai normal, pengkajian
kekuatan otot dengan Skala ASIA pada daerah ektrimitas bawah menunjukan nilai
4. Nilai ini menunjukan masih kurangnya kekuatan otot pada ekstremitasa bawah
untuk menahan tahanan.
Diagnosa resiko terhadap trauma/cedera adalah keadaan yang beresiko
mengalami trauma/ cedera karena kondisi pasien (NANDA, 2010). Diagnosa ini
ditegakan karena adanya kelemahan yang dirasa klien. Kelemahan tersebut dapat
meningkatkan resiko klien untuk mengalami cedera yang tidak di sengaja. Selain
itu, kondisi klien yang masih belum stabil untuk duduk atau berdiri juga bisa
menjadi penyeab terjadinya cedera.
Diagnosa kurang pengetahuan merupakan keadaan dimana klien dan
keluarga membutuhkan tambahan informasi tentang pengobatan dan perawatannya.
Adanya masalah ini karena klien dan keluarga masih kurang faham tentang penyakit
dan pengobatannya. Selain itu, klien juga direncanakan untuk pulang, sehingga
tambahan informasi tentang perawatan dirumah sangat diperlukan bagi klien dan
keluarga.
C. Perencanaan Keperawatan
Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana perawatan
terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi tindakan
perawatan yang diberikan. Rencana asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan
tepat memfasilitasi konyinuitas asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat
lainnya. Sebagai hasil, semua perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan
asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten. Rencana asuhan keperawatan tertulis
mengatur pertukaran informasi oleh perawat dalam laporan pertukaran dinas.
Rencana perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka panjang
(Potter,1997).
Dalam pelaksanaan pembuatan rencana asuhan keperawatan, tidak ada
perbadaan yang kami dapatkan ketika mencoba menerapkan ke pasien, setuiap
16
perencanaan dalam teori disesuaikan dengan kondisi ruangan serta kemajuan dan
tingkat kebutuhan pasien.
D. Implementasi Keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien (Perry
&bPotter, 1997)
Dalam implementasi keperawatan, kami tidak menemukan kesulitan yang
cukup berarti. Mengingat pasien yang dirawat dilantai 4 GPS adalah pasien yang
sudah lama. Tn. A sudah hampir 4 bulan sejak tanggal 7 november 2011 dirawat,
sehingga banyak tindakan dalam implementasi keperawatan yang sudah dilakukan,
sehingga kami hanya melanjutkan dan mengevaluasi tindakan-tindakan yang sudah
dilakukan .
Implementasi dilakukan dengan pengawasan perawat ruangan seperti
pemasangan alat bantu mobilisasi (somibrace) dan mobilisasi bertahap dari tempat
tidur ke kursi roda, dan secara mandiri yaitu dalam pemberian Penkes, latihan ROM
serta membantu pelaksanaan ADL .
Pelaksanaan impelemtasi pada diagnosa Gangguan Mobilitas, pasien
dilatih ROM aktif, latihan duduk, latihan berdiri, serta mobilisasi bertahap dari
tempat tidur ke kursi roda. ROM aktif dilakukan pada semua ekstremitas, hal ini
dilakukan untuk meningkatkan kekuatan otot. Selain melatih ROM, kami juga
memberikan penjelasan tentang pentingnya ROM dan mengajarkan keluarga untuk
melakukan ROM tiap hari. Latihan duduk dilakukan untuk melatih keseimbangan
dan koordinasi pasien. Pasien juga mendapatkan latihan berdiri (standing balance),
namun latihan standing balance ini tidak kami lakukan secara langsung karena ada
program khusus dari Fisioterapi yang memberikan terapi ini setiap hari.
Pelaksanaan Implementasi pada resiko terhadap trauma/ cedera dilakukan
dengan membantu pasien untuk mobilisasi bertahap, memasang alat bantu
mobilisasi (somibrace) dan memantau tanda-tanda vital pasien sebelum dan setelah
17
latihan. Secara keseluruhan implementasi pada diagnosa ini tidak menemui banyak
kesulitan.
Pelaksanaan Implementasi pada kurang pengetahuan dilakukan berfokus
pada pelatihan kemampuan pasien untuk perawatan mandiri di rumah. Pelaksanaan
diagnosa ini dilakukan sebagai discharge planning pasien karena pasien
direncanakan untuk pulang.
E. Evaluasi Keperawatan
Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan keberhasilan
tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan
membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan
keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat
kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya. (Perry dan Potter, 1997)
Hasil Evaluasi terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :
1. Tujuan tercapai,apabila pasien telah menunjukan perbaikan/ kemajuan sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian,apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal,
sehingga perlu di cari penyebab dan cara mengatasinya.
3. Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan perubahan/kemajuan
sama sekali bahkan timbul masalah baru.dalam hal ini perawat perlu untuk
mengkaji secara lebih mendalam apakah terdapat data, analisis, diagnosa,
tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak
tercapainya tujuan.
Evaluasi pada pelaksanaan tindakan keperawatan pada Tn.S tidak semua
masalah keperawatan yang dapat tercapai.
Pada diagnosa Gangguan mobilitas fisik, masalah keperawatan dapat
teratasi sebagian. Hal ini ditunjukan dengan data yaitu walaupun klien masih belum
mampu melakukan mobilisasi secara mandiri tetapi kemauan pasien untuk
mengikuti program latihan rutin sangat tinggi, klien sudah mampu duduk secara
mandiri, tidak terjadi kontraktur, serta keikutsertaan keluarga pada terapi pasien.
18
Masalah pada resiko terhadap trauma/ cedera tidak terjadi karena selama
perawatan tidak terjadi cedera pada pasien, dan pemahaman keluarga pasien tentang
pentingnya keamanan bagi pasien. Keluarga pasien demi menjaga keselamatan
pasien serta untuk memudahkan pelaksanaan terapi, menginginkan tempat tidur
pasien diganti dengan tempat tidur yang lebih rendah.
Masalah keperawatan kurang pengetahuan sebagian teratasi, hal ini
dikarenakan masih kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh pasien tentang
penyakit dan pengobatannya, tetapi tidak dengan istri pasien. Istri pasien sudah
faham tentang pengobatan pasien, perawatan pasien, dan pemasangan alat bantu
mobilisasi (somi brace).
19
BAB V
PENUTUP DAN SARAN
Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn. A kami menemukan
banyak kesesuaian antara teori dan kenyataan lapangan, terutama tentang tanda dan
gejala SCI yang juga di rasakan pada pasien. Kami juga dapat memberikan asuhan
keeprawatan dengan cukup maksimal, terutama dalam rencana persiapan pulang
klien. Kesimpulan yang dapat dalam kasus ini adalah:
i. Tn.A mempunyai motivasi yang tinggi untuk kembali sembuh, sehingga rencana
asuhan keprawatan dapat lebih mudah dilaksanakan kepada Tn.A dan lebih
intensif, dukungan keluarga terutama istrinya juga menjadi salah satu factor
yang dapat mempertahankan semangat klien untuk kembali sembuh.
ii. Kami berkolaborasi dengan ahli fisioterapi dalam program latihan rehabilitasi
Tn.A, dan kami meminta untuk diajarkan bagaimana memakai breast stomi, dan
mobilitasi bertahap. Sehingga kami dapat tetap melatih Tn.A ketika tidak ada
ahli fisioterapi.
iii. Kondisi Tn.A sudah mulai stabil, sehingga kami dapat melatih mobilitas
bertahap klien mulai dari duduk dari tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke
kursi roda, latihan berdiri, dan latihan berjalan. Walaupun klien belum mampu
mandiri sekali, dan masih memerlukan sedikit bantuan, namun klien memiliki
semangat yang tinggi untuk melakukan latihan rutin, sehingga di harapkan klien
dapat kembali optimal.
Saran
iv. Saran untuk pendidikan ialah menjadikan Nursing Rehabilitation menjadi
matakuliah tersendiri sehingga bisa menjadi kekhususan kompetensi dari lulusan
PSIK-UIN Jakarta.
v. Untuk pihak rumah sakit terutama di GPS, untuk dapat memberikan pengarahan/
pelatihan sebelum di mulai praktik, dan bisa membuat modul rehabilitasi
keperawatan, yang bisa digunakan baik oleh mahasiswa maupun olah perawat
sehingga menambah keterampilan baik mahasiswa maupun perawat. Hal ini
20
mengingat pengalaman serta reputasi RSUP fatmawati dalam pelayanan
ortopedik dan rehabilitasi mediknya.
Demikian makalah kasus yang kami buat dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekuran
21
Daftar pustaka
Vitriana. Spondilitis tuberkulosa. Bagian ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi. Fk-
unpad / rsup.dr.hasan sadikin. Fk-ui / rsupn dr. Ciptomangunkusumo. 2002
Fitri, Fasihah Irfani. Spondilitis tuberkulosa Servikalis. Medan: Repository USU. 2010.
Doengoes, Marylinn. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC. 1999
Ahsan, Humera. Imaging Features of Tuborculosis Spondylitis. Department of
Radiology. Aga Khan University Hospital. 2004
Alavi, SM. Tuberculous spondylitis: Risk factors and clinical/paraclinical aspects in the
south west of Iran. Journal of Infection and Public Health (2010) 3, 196—200.
2010
Batticaca, Fransisca.B. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar; Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Muttaqin, A. 2007. Pengantar; Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Corwin, Eizabeth.J. 2007. buku saku; Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
22