kasus rehab lt 4

111
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberculosis atau yang dikenal dengan penyakit TB merupakan salah satu penyakit kronis menahun dan menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosa. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, baik anak-anak sampai lanjut usia, baik laki-laki maupun perempuan. Penyakit TB bukan saja di paru-paru, namun juga dapat mengenai hampi semua sistem di tubuh manusia, salah satunya adalah Spondilitis TB atau TB Spinal (Tulang Belakang). Spondilitis tuberkulosa atau tuberkulosis spinal yang dikenal pula dengan nama Pott’s disease of the spine atau tuberculous vertebral osteomyelitis merupakan suatu penyakit yang banyak terjadi di seluruh dunia. Terhitung kurang lebih 3 juta kematian terjadi setiap tahunnya dikarenakan penyakit ini (Vitriana, 2002). Penyakit ini pertama kali dideskripsikan oleh Percival Pott pada tahun 1779 yang menemukan adanya hubungan antara kelemahan alat gerak bawah dengan kurvatura tulang belakang, tetapi hal tersebut tidak dihubungkan dengan basil tuberkulosa hingga ditemukannya basil tersebut oleh Koch tahun 1882, sehingga etiologi untuk kejadian tersebut menjadi jelas, yaitu karena bakteri Mycobacterium Tuberculosa. 1

Upload: vianna-queen

Post on 09-Aug-2015

215 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

Page 1: Kasus Rehab Lt 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tuberculosis atau yang dikenal dengan penyakit TB merupakan salah satu

penyakit kronis menahun dan menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium

Tuberculosa. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, baik anak-anak sampai lanjut

usia, baik laki-laki maupun perempuan. Penyakit TB bukan saja di paru-paru, namun

juga dapat mengenai hampi semua sistem di tubuh manusia, salah satunya adalah

Spondilitis TB atau TB Spinal (Tulang Belakang).

Spondilitis tuberkulosa atau tuberkulosis spinal yang dikenal pula dengan

nama Pott’s disease of the spine atau tuberculous vertebral osteomyelitis merupakan

suatu penyakit yang banyak terjadi di seluruh dunia. Terhitung kurang lebih 3 juta

kematian terjadi setiap tahunnya dikarenakan penyakit ini (Vitriana, 2002).

Penyakit ini pertama kali dideskripsikan oleh Percival Pott pada tahun 1779

yang menemukan adanya hubungan antara kelemahan alat gerak bawah dengan

kurvatura tulang belakang, tetapi hal tersebut tidak dihubungkan dengan basil

tuberkulosa hingga ditemukannya basil tersebut oleh Koch tahun 1882, sehingga

etiologi untuk kejadian tersebut menjadi jelas, yaitu karena bakteri Mycobacterium

Tuberculosa.

Insiden terjadinya Spondilitis TB bervariasi. Di Amerika Utara, Eropa dan

Saudi Arabia, penyakit ini terutama mengenai dewasa, dengan usia rata-rata 40-50

tahun sementara di Asia dan Afrika sebagian besar mengenai anak-anak (50% kasus

terjadi antara usia 1-20 tahun). Pola ini mengalami perubahan dan terlihat dengan

adanya penurunan insidensi infeksi tuberkulosa pada bayi dan anak-anak di Hong

Kong. Pada kasus-kasus pasien dengan tuberkulosa, keterlibatan tulang dan sendi

terjadi pada kurang lebih 10% kasus. Walaupun setiap tulang atau sendi dapat terkena,

akan tetapi tulang yang mempunyai fungsi untuk menahan beban (weight bearing)

dan mempunyai pergerakan yang cukup besar (mobile) lebih sering terkena

dibandingkan dengan bagian yang lain. Dari seluruh kasus tersebut, tulang belakang

merupakan tempat yang paling sering terkena tuberkulosa tulang (kurang lebih 50%

kasus)(Gorse et al. 1983), diikuti kemudian oleh tulang panggul, lutut dan tulang-

tulang lain di kaki, sedangkan tulang di lengan dan tangan jarang terkena. Area

1

Page 2: Kasus Rehab Lt 4

torako-lumbal terutama torakal bagian bawah (umumnya T 10) dan lumbal bagian

atas merupakan tempat yang paling sering terlibat karena pada area ini pergerakan dan

tekanan dari weight bearing mencapai maksimum, lalu dikuti dengan area servikal

dan sacral (10-20%).

Defisit neurologis muncul pada 10-47% kasus pasien dengan spondylitis

tuberkulosa (Vitriana, 2002). Hal ini disebabkan karena adanya Cedera Spinal akibat

penekanan oleh abses pada Spondilytis TB. Di negara yang sedang berkembang

penyakit ini merupakan penyebab paling sering untuk kondisi paraplegia non

traumatik. Pada Spondilitis Servicalis, deficit neurologis dapat mencapai derajat IV

atau mencapai AIS A, dimana terjadi gangguan motoric dan sensorik total, gangguan

pernafasan, gangguan miksi dan bowel, dan dapat terjadi tetraplegia (kelumpuhan 4

anggota gerak). Jika tidak tertangani dengan cepat dan benar, dapat mengancam jiwa

penderitanya.

Adanya deficit neurolgis pada spondylitis TB, sangat mengubah kehidupan

seseorang yang mengalaminya. Hal ini menuntut perawat untuk memberikan

perawatan yang holistic, mulai dari aspek biologi, psikologi, sosiologi, sampai

spiritual. Perawat juga dituntut untuk memberikan perawatan secara preventif,

promotiv, kuratif, dan rehabilitatif sehingga dapat mencegah komplikasi lebih lanjut,

dan dapat mengembalikan fungsi klien ke arah yang lebih optimal.

Berdasarkan hal-hal diatas kami penulis tertarik untuk mengangkat masalah

keperawatan utama yaitu Spinal Cord Injury AIS SENSORY LEVEL CERVICAL 5-

6 sensori level Cervial 5-6 e.c Spondilitis TB di Lt.4 GPS Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati Jakarta.

B. Identifikasi Masalah

Dalam penulisan laporan ini identifikasi masalahnya adalah bagaimana aplikasi

asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa Spinal Cord Injury AIS D sensory

level cervical 5-6 C5-6 sensory level e.c Spondilitis TB di Lt.4 GPS Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati Jakarta.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

2

Page 3: Kasus Rehab Lt 4

Untuk mendapatkan gambaran tentang proses keperawatan pada klien Tn.A

dengan diagnosa Spinal Cord Injury AIS D sensory level cervical 5-6 e.c

Spondilitis TB di Lt.4 GPS Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melakukan pengkajian, analisa data, merumuskan masalah keperawatan,

menetapkan diagnose keperawatan pada Tn. A dengan diagnosa Spinal Cord

Injury AIS D sensory level cervical 5-6 e.c Spondilitis TB di Lt.4 GPS Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta.

b. Dapat menyusun perencanaan tindakan keperawatan pada Tn. A dengan

diagnosa Spinal Cord Injury AIS D sensory level cervical 5-6 e.c Spondilitis

TB di Lt.4 GPS Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta.

c. Dapat mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan yang nyata sesuai

dengan diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan.

d. Dapat menilai hasil (mengevaluasi tindakan) keperawatan yang telah

dilakukan.

D. Ruang Lingkup

Makalah ini merupakan hasil pengkajian dari Tn. A di Lt.4 GPS Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati Jakarta dengan diagnosa Spinal Cord Injury AIS D

sensory level cervical 5-6 e.c Spondilitis TB di Lt.4 GPS Rumah Sakit Umum

Pusat Fatmawati Jakarta. Makalah ini menyajikan tentang data hasil pengkajian

pada Tn. A, analisa data, masalah keperawatan, diagnosa keperawatan dan

tindakan keperawatan yang dilakukan pada Tn.A.

E. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ilmiah ini.

1. Metode deskriptif, tipe studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan.

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dengan wawancara, observasi

dan pemeriksaan fisik. Sumber data yang digunakan adalah data primer yang

diperoleh dari klien dan keluarga sedangkan data sekunder yaitu data yang

diperoleh dari tenaga kesehatan, dokumentasi catatan keperawatan dan medical

record klien.

3

Page 4: Kasus Rehab Lt 4

2. Studi kepustakaan, yaitu dengan mempelajari buku sumber yang berhubungan

dengan asuhan keperawatan yang diberikan pada klien dengan Spinal Cord Injury

AIS D sensory level cervical 5-6 e.c Spondilitis TB.

4

Page 5: Kasus Rehab Lt 4

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Anatomi dan fisilogi columna vertebra

Columna Vertebralis adalah pilar utama tubuh yang berfungsi melindungi medula

spinalis dan menunjang berat kepala serta batang tubuh, yang diteruskannya ke lubang-

lubang paha dan tungkai bawah. Masing-masing tulang dipisahkan oleh disitus

intervertebralis (Evelyn C, 1997).

Columna vertebra atau rangkaian tulang belakang adalah pilar mobile melengkung

yang kuat sebagai penahan tengkorak, rongga thorak, anggota gerak atas, membagi berat

badan ke anggota gerak bawah dan melindungi medula spinalis. ( John Gibson MD,

1995 : 25 )

Kolumna vertebra terdiri dari beberapa tulang vertabra yang di hubungkan oleh

diskus Intervertebra dan beberapa ligamen. Masing - masing vertabra di bentuk oleh

tulang Spongiosa yang diisi oleh sumsum merah dan ditutupi oleh selaput tipis tulang

kompakta.

Kolumna vertebra terdiri atas 33 ruas tulang yang terdiri dari :

1. Vertebra dan persendiannya.

5

7 ruas tulang cervikal 12 ruas tulang thorakal 5 ruas tulang lumbal 5 ruas tulang sakral (sacrum) 4 ruas tulang ekor (coccygis)

Page 6: Kasus Rehab Lt 4

Vertebra memiliki perbedaan yang khas yang memperlihatkan seperti: Korpus

yaitu lempeng tulang yang tebal, dengan permukaan yang agak melengkung diatas

dan bawah.

Arkus vertebra terdiri dari :

a. Pedikulus di sebelah depan : Tulang berbentuk batang memanjang kebelakang

dari korpus, dengan takik pada perbatasan vertebra membentuk foramen

intervertebralis.

b. Lamina di sebelah belakang : lempeng tulang datar memanjang ke belakang dan

ke samping bergabung satu sama lain pada sisi yang berbeda.

c. Foramen vertebra : Suatu lubang besar dibatasi oleh korpus pada bagian depan,

pedikulus di samping dan di belakang.

d. Foremen Transversarium : lubang disamping , diantara dua batasan vertebra , di

dalamnya terdapat saraf spinal yang bersesuaian.

e. Processus articularis posterior dan inferior ; berarti kulasi dengan processus yang

serupa pada vertebra diatas dan dibawah.

f. Processus tranversus : memproyeksikan batang tulang secara tranversal.

g. Spina : Suatu processus yang mengarah ke belakang dan ke bawah.

h. Diskus intervertebra adalah diskus yang melekatkan kepermukaan korpus dari dua

takik vertebra : Diskus tersebut terbentuk dari anulus fibrosus,jaringan

6

Page 7: Kasus Rehab Lt 4

fibrokartilago yang berbentuk cincin pada bagian luar, dan nukreus pulposus,

substansi semi-cair yang mengandung beberapa sarat dan terbungkus di dalam

anulus fibrosus.

2. Ligamentum.

Beberapa ligamentum yang menghubungkan vertebra :

a. Dari Ligamentum longitudinalis anterior melebar ke bawah pada bagian depan

korpus vertebra

b. Ligamentum longitudinalis posterior melebar ke bawah pada bagian belakang dari

korpus vertebra ( yaitu didalam kanalis vertebra ).

c. Ligamen pendek menghubungkan processus tranversus dan spinalis dan

mengelilingi persendian processus artikuler.

3. Vertebra cervicalis atau ruas tulang leher:

Vertebra cervicalis bentuknya kecil, mempunyai korpus yang tipis, dan

processus tranversus yang di tandai dengan jelas karena mempunyai foramen

(didalamnya terdapat arteri vertebralis) dan berakhir dalam dua tuberkolosis.

7

Page 8: Kasus Rehab Lt 4

4. Vertebra torakalis atau ruas tulang punggung :

Vertebra torakalis bentuknya lebih besar daripada yang cervikal dan disebelah

bawah menjadi lebih besar. Ciri khas vertebra torakalis adalah sebagai berikut :

Badannya berbentuk lebar lonjong ( bentuk jantung ) dengan faset atau lekukan kecil

disetiap sisi untuk menyambung iga, lengkungnya agak kecil, prosesus panjang dan

mengarah kebawah, sedangkan prosesus tranversus , yang membantu faset persendian

untuk iga.

5. Vertebra lumbalis atau ruas tulang pinggang :

Vertebra lumbalis bentuknya adalah yang terbesar, badannya sangat besar

dibandingkan dengan badan vertebra yang lainnya dan berbentuk seperti ginjal,

prosesus spinosusnya lebar dan berbentuk seperti kapak kecil, prosesus tranversusnya

panjang dan langsing, ruas kelima membentuk sendi dengan sakrum pada sendi lumbo

sakral.

6. Sakrum atau tulang kelangkang.

Tulang sakrum berbentuk segitiga dan terletak pada bagian bawah kolumna

vertebralis, terjepit diantara kedua tulang inominata (atau tulang koxa) dan

8

Page 9: Kasus Rehab Lt 4

membentuk bagian belakabg rongga pelvis (panggul). Dasar dari sakrum terletak

diatas dan bersendi dengan vertebra lumbalis kelima dan membentuk sendi

intervetebra yang khas, tepi anterior dari basis sakrum ,membentuk promontorium

sakralis. Kanalis sakralis terletak dibawah kanalis vertebralis (saluran tulang

belakang) dan lanjuan dari padanya. Dinding kanalis sakralis berlubang - lubang

untuk dilalui saraf sakral. Prosesus spinosus yang indemeter dapat dilihat pada

pandangan posterior dari sakrum. Permukaan anterior sakrum adalah lengkung dan

memperlihatkan empat gili-gili melintang, yang menandakan tempat penggabungan

kelima vertebra sakralis pada ujung gili-gili ini disetiap sisi terdapat lubang - lubang

kecil untuk dilewati urat-urat saraf. Lubang - lubang ini di sebut foramina. Apex dari

sakrum bersendi,dengan tulang koksigius. Disisinya, sakrum bersendi dengan tulang

ileum dan membentuk sendi sakroiliaka kanan dan kiri.

7. Koksigeus atau tulang ekor.

Koksigeus terdiri atas empat atau lima vertebra yang rudimenter yang

bergabung menjadi satu, di atasnya ia bersendi dengan sakrum ( Evelyn C pearce

1989).

B. Anatomi dan fisiologi medulla spinalis

Medula spinalis merupakan bagian dari susunan syaraf pusat yang berbentuk

silinder memanjang dan terletak seluruhnya di dalam kanalis vertebralis, dikelilingi oleh

tiga selaput pembungkus yang disebut meningens. Adapun lapisan, struktur dan ruangan

yang mengelilingi medula spinalis terdiri dari :

a. Dinding kanalis vertebralis (terdiri dari vertebrae dan ligamenta)

b. Lapisan jaringan lemak (ekstradural) yang mengandung pembuluh darah

c. Duramater

d. Arakhnoidea

e. Ruangan subarakhnoideal, yang antaranya berisi liquor cerebrospinalis.

f. Piamater yang kaya akan pembuluh darah dan yang langsung membungkus

permukaan sebelah luar medula spinalis.

9

Page 10: Kasus Rehab Lt 4

Secara imaginer, medula spinalis terdiri dari 31 segmen, masing-masing segmen

saling berhubungan dengan sepasang radiks perifer, segmen-segmen tersebut yaitu:

o 8 segmen servikal

o 12 segmen torakal

o 5 segmen lumbal

o 5 segmen sakral

o 1 segmen koksigea

10

Page 11: Kasus Rehab Lt 4

Pada tubuh dewasa, panjang medula spinalis adalah sekitar 43 sentimeter. Pada

masa kehidupan intrauterina usia 3 bulan, panjang medula spinalis sama dengan panjang

kanalis vertebralis, sedang dalam masa-masa berikutnya terjadi perbedaan kecepatan

pertumbuhan memanjang, kanalis vertebralis tumbuh lebih cepat dari pada medula

spinalis, sehingga ujung kaudal medula spinalis terletak setinggi pada tingkat-tingkat

yang lebih tinggi. Pada masa kehidupan usia 6 bulan, ujung kaudal medula spinalis

terletak setinggi tepi kaudal korpus vertebrae lumbalis II. Pada usia dewasa, ujung kaudal

medula spinalis biasanya terletak setinggi tepi kaudal medula spinalis, tepi kranial korpus

11

Page 12: Kasus Rehab Lt 4

vertebrae lumbalis II atau setinggi diskus intervertebralis antara korpus vertebrae lumbalis

I dan II.

C. Spondilitis Tuberkulosa

1. Pengertian

Merupakan tuberculosis sekunder dari pulmoner atau intestinal dan dapat pula

menjadi manifestasi pertama dari TB dimana jika terlambat dalam diagnosis dan

penanganan dapat mengakibatkan kompresi medulla spinalis dan deformitas spinal

(Alavi, 2010).

Spondilitis tuborkulosis didefinisikan sebagai infeksi oleh Mycobacterium

Tuborculosis pada satu atau lebih komponen spinel yaitu diskus intervertebral,

jaringan lunak paraspinal, atau extradural space (Ahsan, 2004).

2. Etiologi

Tuberkulosis tulang belakang merupakan infeksi sekunder dari tuberkulosis di

tempat lain di tubuh, 90-95% disebabkan oleh mikobakterium tuberkulosis tipik (2/3

dari tipe human dan 1/3 dari tipe bovin) dan 5-10% oleh mikobakterium tuberkulosa

atipik. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap

asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA).

Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup

beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini

dapat dorman, tertidur lama selama beberapa tahun.

3. Manifestasi Klinik

Gambaran Spondilitis Tuberkulosa antara lain : :

a. Badan lemah/lesu, nafsu makan berkurang, berat badan menurun,

b. Suhu subfebril terutama pada malam hari serta sakit pada punggung, Pada anak-

anak sering disertai dengan menangis pada malam hari.

c. Pada awal dapat dijumpai nyeri interkostal yaitu nyeri yang menjalar dari tulang

belakang ke garis tengah keatas dada melalui ruang intercosta, hal ini karena

tertekannya radiks dorsalis ditingkat torakal

d. Nyeri spinal yang menetap, terbatasnya pergerakan spinal.

Kelainan neurologis terjadi pada sekitar 50% kasus karena proses destruksi

lanjut berupa :

12

Page 13: Kasus Rehab Lt 4

a. Paraplegia, paraparesis, ataupun nyeri radix saraf, akibat penekanan medulla

spinalis yang menyebabkan kekakuan pada gerakan berjalan dan nyeri,

b. Gambaran paraplegia inferior kedua tungkai bersifat UMN dan adanya batas

deficit sensorik setinggi tempat gibus/lokalisasi nyeri interkostal

Gejala neurologis dari keterlibatan spinal tampak tidak jelas pada awalnya,

namun akan berkembang seiring waktu. Level keterlibatan medula spinalis

menentukan level gangguan. Jika tuberkulosis servikal berkembang dan menyebabkan

kompresi medula spinalis atau akar saraf, tanda-tanda awal adalah kelemahan, nyeri,

dan kebas pada ekstremitas atas dan bawah. Deformitas atau abses pregresif kemudian

akan meningkatkan tekanan pada medula spinalis, dan gejala akhirnya berkembang

menjadi tetraplegi.

Spondilitis tuberkulosa servikalis merupakan gambaran yang jarang dijumpai,

namun lebih serius karena komplikasi neurologis yang serius lebih cenderung terjadi.

Kondisi ini dicirikan dengan nyeri dan kaku pada leher. Pasien dengan lesi yang

melibatkan vertebra servikal bawah dapat mengalami disfagi atau stridor. Gejala

dapat mencakup tortikolis, suara parau dan defisit neurologis.

Hampir semua pasien dengan spondilitis tuberkulosa menunjukkan berbagai

derajat deformitas vertebra (kifosis). Defisit neurologis dapat terjadi pada awal

perjalanan penyakit, yang bergantung pada level kompresi medula spinalis. Spondilitis

tuberkulosa yang melibatkan vertebra servikalis atas dapat menyebabkan gejala yang

berkembang cepat. Abses retrofaring dijumpai pada hampir semua kasus. Manifestasi

neurologis terjadi pada awal penyakit dan bervariasi dari kelumpuhan saraf tunggal

hingga hemiparese atau tetraparese. Banyak penderita spondilitis tuberkulosa (62-90%

pasien pada suatu studi) tidak menunjukkan bukti adanya tuberkulosis ekstraspinal, yang

menyulitkan diagnosis yang segera.

Pemeriksaan fisik:

a. Adanya gibus dan nyeri setempat

b. Spastisitas

c. Hiperreflesia tendon lutut/Achilles

dan reflex patologik pada kedua

belah sisi

d. Batas deficit sensorik akibat

mielitis transversa dan gangguan

miksi jarang dijumpai.

13

Page 14: Kasus Rehab Lt 4

Pasien biasanya mengeluhkan nyeri punggung,baik berupa nyeri yang

terlokalisir pada satu regio tulang belakang atau berupa nyeri yang menjalar. Infeksi

yang mengenai tulang servikal akan tampak sebagai nyeri di daerah telinga atau nyeri

yang menjalar ke lengan. Lesi di torakal atas akan menyebabkan nyeri yang terasa di

dada atau interkostal. Pada lesi di bagian torakal bawah maka nyeri dapat berupa

menjalar ke bagian perut. Rasa nyeri ini hanya menghilang dengan beristirahat. Untuk

mengurangi nyeri pasien akan menahan punggungnya menjadi kaku. Pola berjalan

merefleksikan rigiditas protektif dari tulang belakang. Langkah kaki pendek, karena

mencoba menghindari nyeri di punggung.

Bila infeksi melibatkan area servikal maka pasien tidak dapat menolehkan

kepalanya, mempertahankan kepala dalam posisi ekstensi dan duduk dalam posisi

dagu disangga oleh satu tangannya,sementara tangan lainnya di oksipital. Kekakuan

pada leher pada bersifat asimetris sehingga menyebabkan timbulnya gejala klinis

tortikolis. Pasien juga mungkin mengeluhkan rasa nyeri di leher atau bahunya. Jika

terdapat abses, maka tampak pembengkakan di kedua sisi leher. Abses yang besar,

terutama pada anak, akan mendorong trakea sehingga akan menyebabkan kesulitan

menelan dan adanya stridor respiratoar, sementara kompresi medula spinalis pada

orang dewasa akan menyebabkan tetraparesis

4. Perjalanan Penyakit Spondilitis TB

Kumar membagi perjalanan penyakit ini dalam 5 stadium yaitu :

a. Stadium implantasi. Setelah bakteri berada dalam tulang, maka bila daya tahan

tubuh penderita menurun, bakteri akan berduplikasi membentuk koloni yang

berlangsung selama 6-8 minggu. Keadaan ini umumnya terjadi pada daerah

paradiskus dan pada anak-anak umumnya pada daerah sentral vertebra.

b. Stadium destruksi awal, Setelah stadium implantasi, selanjutnya terjadi destruksi

korpus vertebra serta penyempitan yang ringan pada discus. Proses ini

berlangsung selama 3-6 minggu.

c. Stadium destruksi lanjut. Pada stadium ini terjadi destruksi yang massif, kolaps

vertebra dan terbentuk massa kaseosa serta pus yang berbentuk cold abses (abses

dingin), yang tejadi 2-3 bulan setelah stadium destruksi awal. Selanjutnya dapat

terbentuk sekuestrum serta kerusakan diskus intervertebralis. Pada saat ini

terbentuk tulang baji terutama di sebelah depan (wedging anterior) akibat

kerusakan korpus vertebra, yang menyebabkan terjadinya kifosis atau gibbus.

14

Page 15: Kasus Rehab Lt 4

d. Stadium gangguan neurologis. Gangguan neurologis tidak berkaitan dengan

beratnya kifosis yang terjadi, tetapi terutama ditentukan oleh tekanan abses ke

kanalis spinalis. Gangguan ini ditemukan 10% dari seluruh komplikasi spondilitis

tuberkulosa. Vertebra torakalis mempunyai kanalis spinalis yang lebih kecil

sehingga gangguan neurologis lebih mudah terjadi pada daerah ini. Bila terjadi

gangguan neurologis, maka perlu dicatat derajat kerusakan paraplegia, yaitu :

1) Derajat I : kelemahan pada anggota gerak bawah terjadi setelah melakukan

aktivitas atau setelah berjalan jauh. Pada tahap ini belum terjadi

gangguan saraf sensoris.

2) Derajat II : terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah tapi penderita

masih dapat melakukan pekerjaannya.

3) Derajat III : terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah yang membatasi

gerak/aktivitas penderita serta hipoestesia/anesthesia.

4) Derajat IV : terjadi gangguan saraf sensoris dan motoris disertai gangguan

defekasi dan miksi. Tuberkulosis paraplegia atau Pott paraplegia dapat terjadi

secara dini atau lambat tergantung dari keadaan penyakitnya.

Pada penyakit yang masih aktif, paraplegia terjadi oleh karena tekanan

ekstradural dari abses paravertebral atau akibat kerusakan langsung sumsum

tulang belakang oleh adanya granulasi jaringan. Paraplegia pada penyakit yang

sudah tidak aktif/sembuh terjadi oleh karena tekanan pada jembatan tulang kanalis

spinalis atau oleh pembentukan jaringan fibrosis yang progresif dari jaringan

granulasi tuberkulosa. Tuberkulosis paraplegia terjadi secara perlahan dan dapat

terjadi destruksi tulang disertai angulasi dan gangguan vaskuler vertebra.

e. Stadium deformitas residual. Stadium ini terjadi kurang lebih 3-5 tahun setelah

timbulnya stadium implantasi. Kifosis atau gibbus bersifat permanen oleh karena

kerusakan vertebra yang massif di sebelah depan.

5. Patofisiologi

Destruksi progresif tulang di bagian anterior dan kolapsnya bagian tersebut

akan menyebabkan hilangnya kekuatan mekanis tulang untuk menahan berat badan

sehingga kemudian akan terjadi kolaps vertebra dan timbul deformitas berbentuk

kifosis (angulasi posterior) yang progresifitasnya tergantung dari derajat

kerusakan,level lesi dan jumlah vertebra yang terlibat. Bila sudah timbul deformitas

ini, maka hal tersebut merupakan tanda bahwa penyakit ini sudah meluas.

15

Page 16: Kasus Rehab Lt 4

Deformitas kifosis disebabkan kolaps pada vertebra anterior. Suatu abses

dingin dapat terbentuk jika infeksi meluas ke ligamen dan jaringan lunak di dekatnya.

Di regio torakal kifosis tampak nyata karena adanya kurvatura dorsal yang normal; di

area lumbal hanya tampak sedikit karena adanya normal lumbar lordosis dimana

sebagian besar dari berat badan akan ditransmisikan ke posterior sehingga terjadi

parsial kolaps; sedangkan di bagian servikal, kolaps hanya bersifat minimal.

Sejumlah mekanisme yang menimbulkan defisit neurologis dapat timbul pada

pasien dengan spondilitis tuberkulosa. Kompresi syaraf sendiri dapat terjadi karena

16

Page 17: Kasus Rehab Lt 4

kelainan pada tulang (kifosis) atau pada kanalis spinalis (karena perluasan langsung

dari infeksi granulomatosa) tanpa keterlibatan tulang. Kanalis spinalis dapat

menyempit oleh abses, jaringan granulasi atau invasi dura secara langsung,

menyebabkan kompresi medula spinalis dan defisit neurologis.

Fakta bahwa defisit neurologis sering dijumpai pada daerah servikal dapat

dijelaskan oleh diameter melintang kanalis spinalis yang relatif kecil terhadap

diameter medula spinalis servikalis. Gejala neurologis dapat disebabkan oleh satu atau

lebih penjelasan berikut : subluksasi vertebra, penekanan medula spinalis oleh tulang,

diskus atau abses, respon inflamasi lokal dan vaskulitis tuberkulosa

6. Dampak Masalah

a. Terhadap Individu.

17

Page 18: Kasus Rehab Lt 4

Sebagai orang sakit, khusus klien spondilitis tuberkolosa akan mengalami

suatau perubahan, baik iru bio, psiko sosial dan spiritual yang akan selalu

menimbulkan dampak yang di karenakan baik itu oleh proses penyakit ataupun

pengobatan dan perawatan oelh karena adanya perubahan tersebut akan

mempengaruhi pola - pola fungsi kesehatan antara lain :

b. Pola nutrisi dan metabolisme.

Akibat proses penyakitnya klien merasakan tubuhnya menjadi lemah dan

anoreksia, sedangkan kebutuhan metabolisme tubuh semakin meningkat sehingga

klien akan mengalami gangguan pada status nutrisinya.

c. Pola aktifitas.

Sehubungan dengan adanya kelemahan fisik nyeri pada punggung

menyebabkan klien membatasi aktifitas fisik dan berkurangnya kemampuan dalam

melaksanakan aktifitas fisik tersebut.

d. Pola persepsi dan konsep diri.

Klien dengan Spondilitis teberkulosa seringkali merasa malu terhadap

bentuk tubuhnya dan kadang - kadang mengisolasi diri.

e. Dampak terhadap keluarga.

Dalam sebuah keluarga, jika salah satu anggota keluarga sakit, maka yang

lain akan merasakan akibatnya yang akan mempengaruhi atau merubah segala

kondisi aktivitas rutin dalam keluarga itu.

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Tuberkulin skin test : positif

b. Laju endap darah : meningkat

c. Mikrobiologi (dari jaringan tulang atau abses) : basil tahan asam (+)

d. X-ray :

1) destruksi korpus vertebra

bagian anterior

2) peningkatan wedging

anterior

3) kolaps korpus vertebra

e. CT scan :

1) menggambarkan tulang

lebih detail dengan lesi lytic irregular, kolaps disk dan kerusakan tulang

18

Page 19: Kasus Rehab Lt 4

2) resolusi kontras rendah menggambarkan jaringan lunak lebih baik, khususnya

daerah paraspinal

3) mendeteksi lesi awal dan efektif untuk menggambarkan bentuk dan kalsifikasi

dari abses jaringan lunak

f. MRI

1) Standar untuk mengevaluasi infeksi disk space dan paling efektif dalam

menunjukkan perluasan penyakit ke dalam jaringan lunak dan penyebaran

debris tuberkulosis di bawah ligamen longitudinalis anterior dan posterior

2) Paling efektif untuk menunjukkan kompresi neural

8. Penatalaksanaan

a. Terapi konservatif :

1) Medikamentosa :

a) Rifampisin 10-20 mg/kgBB, maksimum 600 mg/hari

b) Etambutol 15 mg/kgBB, maksimum 1200 mg/hari

c) Piridoksin 25 mg/kgBB

d) INH 5-10 mg/kgBB, maksimum 300 mg/hari

Etambutol diberikan dalam 3 bulan, sedangkan yang lain diberikan

dalam 1 tahun. Semua obat diberikan sekali dalam sehari.

2) Imobilisasi

3) Pencegahan komplikasi imobilisasi lama

a) turning tiap 2 jam untuk menghindari ulkus dekubitus

b) latihan luas gerak sendi untuk mencegah kontraktur

c) latihan pernapasan untuk memperkuat otot-otot pernapasan dan mencegah

terjadinya orthostatik pneumonia

d) latihan penguatan otot

e) bladder training dan bowel training bila ada gangguan

f) mobilisasi bertahap sesuai dengan perkembangan penyakit

4) Program aktivitas hidup sehari-hari sesuai perkembangan penyakit

b. Operasi

Indikasi operasi :

1) adanya abses paravertebra

2) deformitas yang progresif

3) gejala penekanan pada sumsum tulang belakang

4) gangguan fungsi paru yang progresif

19

Page 20: Kasus Rehab Lt 4

5) kegagalan terapi konservatif dalam 3 bulan

6) terjadi paraplegia dan spastisitas hebat yang tidak dapat dikontrol

Kontra-indikasi operasi: kegagalan pernapasan dengan kelainan jantung

yang membahayakan operasi. Secara garis besar tindakan operatif dibagi

menjadi :

1) Debridement

Dilakukan evaluasi pus, bahan kaseous dan sekuestra tanpa melakukan

tindakan apapun pada tulangnya.

2) Operasi radikal

Eksisi dilakukan dari atas sampai ke bawah meliputi seluruh tulang

belakang yang rusak, hingga mencapai daerah yang sehat dan posterior

mencapai duramater. Dilanjutkan dengan grafting yang diambil dari kosta atau

tibia. Pada umumnya meliputi anterior radical focal debridement dan

stabilisasi dengan instrumentasi.

D. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Secara tehnis pengumpulan data di lakukan melalui anamnesa baik pada klien,

keluarga maupun orang terdekat dengan klien. Pemeriksaan fisik di lakukan dengan

cara , inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

a. Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan,

agama, suku bangsa, pendidikan, alamat, tanggal/jam MRS dan diagnosa medis.

b. Riwayat penyakit sekarang.

Keluhan utama pada klien Spodilitis tuberkulosa terdapat nyeri pada

punggung bagian bawah, sehingga mendorong klien berobat kerumah sakit. Pada

awal dapat dijumpai nyeri radikuler yang mengelilingi dada atau perut. Nyeri

dirasakan meningkat pada malam hari dan bertambah berat terutama pada saat

pergerakan tulang belakang. Selain adanya keluhan utama tersebut klien bisa

mengeluh, nafsu makan menurun, badan terasa lemah, sumer-sumer (Jawa) ,

keringat dingin dan penurunan berat badan.

c. Riwayat penyakit dahulu

Tentang terjadinya penyakit Spondilitis tuberkulosa biasany pada klien di

dahului dengan adanya riwayat pernah menderita penyakit tuberkulosis paru.

d. Riwayat kesehatan keluarga.

20

Page 21: Kasus Rehab Lt 4

Pada klien dengan penyakit Spondilitis tuberkulosa salah satu penyebab

timbulnya adalah klien pernah atau masih kontak dengan penderita lain yang

menderita penyakit tuberkulosis atau pada lingkungan keluarga ada yang

menderita penyakit menular tersebut.

e. Riwayat psikososial

Klien akan merasa cemas terhadap penyakit yang di derita, sehingga kan

kelihatan sedih, dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit, pengobatan dan

perawatan terhadapnya maka penderita akan merasa takut dan bertambah cemas

sehingga emosinya akan tidak stabil dan mempengaruhi sosialisai penderita.

f. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.

Adanya tindakan medis serta perawatan di rumah sakit akan

mempengaruhi persepsi klien tentang kebiasaan merawat diri, yang dikarenakan

tidak semua klien mengerti benar perjalanan penyakitnya. Sehingga menimbulkan

salah persepsi dalam pemeliharaan kesehatan. Dan juga kemungkinan terdapatnya

riwayat tentang keadaan perumahan, gizi dan tingkat ekonomi klien yang

mempengaruhi keadaan kesehatan klien.

g. Pola nutrisi dan metabolisme.

Akibat dari proses penyakitnya klien merasakan tubuhnya menjadi lemah

dan amnesia. Sedangkan kebutuhan metabolisme tubuh semakin meningkat,

sehingga klien akan mengalami gangguan pada status nutrisinya

h. Pola eliminasi.

Klien akan mengalami perubahan dalam cara eliminasi yang semula bisa

ke kamar mandi, karena lemah dan nyeri pada punggung serta dengan adanya

penata laksanaan perawatan imobilisasi, sehingga kalau mau BAB dan BAK harus

ditempat tidur dengan suatu alat. Dengan adanya perubahan tersebut klien tidak

terbiasa sehingga akan mengganggu proses aliminasi.

i. Pola aktivitas.

Sehubungan dengan adanya kelemahan fisik dan nyeri pada punggung

serta penatalaksanaan perawatan imobilisasi akan menyebabkan klien membatasi

aktivitas fisik dan berkurangnya kemampuan dalam melaksanakan aktivitas fisik

tersebut.

j. Pola tidur dan istirahat.

21

Page 22: Kasus Rehab Lt 4

Adanya nyeri pada punggung dan perubahan lingkungan atau dampak

hospitalisasi akan menyebabkan masalah dalam pemenuhan kebutuhan tidur dan

istirahat.

k. Pola hubungan dan peran.

Sejak sakit dan masuk rumah sakit klien mengalami perubahan peran atau

tidak mampu menjalani peran sebagai mana mestinya, baik itu peran dalam

keluarga ataupun masyarakat. Hal tersebut berdampak terganggunya hubungan

interpersonal.

l. Pola persepsi dan konsep diri.

Klien dengan Spondilitis tuberkulosa seringkali merasa malu terhadap

bentuk tubuhnya dan kadang - kadang mengisolasi diri.

m. Pola sensori dan kognitif.

Fungsi panca indera klien tidak mengalami gangguan terkecuali bila

terjadi komplikasi paraplegi.

n. Pola reproduksi seksual.

Kebutuhan seksual klien dalam hal melakukan hubungan badan akan

terganggu untuk sementara waktu, karena di rumah sakit. Tetapi dalam hal

curahan kasih sayang dan perhatian dari pasangan hidupnya melalui cara merawat

sehari - hari tidak terganggu atau dapat dilaksanakan.

o. Pola penaggulangan stres.

Dalam penanggulangan stres bagi klien yang belum mengerti

penyakitnya , akan mengalami stres. Untuk mengatasi rasa cemas yang

menimbulkan rasa stres, klien akan bertanya - tanya tentang penyakitnya untuk

mengurangi stres.

p. Pola tata nilai dan kepercayaan.

Pada klien yang dalam kehidupan sehari - hari selalu taat menjalankan

ibadah, maka semasa dia sakit ia akan menjalankan ibadah pula sesuai dengan

kemampuannya. Dalam hal ini ibadah bagi mereka di jalankan pula sebagai

penaggulangan stres dengan percaya pada tuhannya.

q. Pemeriksaan fisik.

1) Inspeksi.

Pada klien dengan Spondilitis tuberkulosa kelihatan lemah, pucat, dan

pada tulang belakang terlihat bentuk kiposis.

2) Palpasi.

22

Page 23: Kasus Rehab Lt 4

Sesuai dengan yang terlihat pada inspeksi keadaan tulang belakang

terdapat adanya gibus pada area tulang yang mengalami infeksi.

3) Perkusi.

Pada tulang belakang yang mengalami infeksi terdapat nyeri ketok.

4) Auskultasi.

Pada pemeriksaan auskultasi keadaan paru tidak di temukan kelainan.

r. Hasil pemeriksaan medik dan laboratorium.

1) Radiologi

a) Terlihat gambaran distruksi vertebra terutama bagian anterior, sangat

jarang menyerang area posterior.

b) Terdapat penyempitan diskus.

c) Gambaran abses para vertebral ( fusi form ).

2) Laboratorium

Laju endap darah meningkat

3) Tes tuberkulin.

Reaksi tuberkulin biasanya positif.

2. Diagnosa Keperawatan.

Diagnosa keperawatan yang timbul pada pasien Spondilitis tuberkulosa

adalah:

a. Gangguan mobilitas fisik

b. Gangguan rasa nyaman ; nyeri sendi dan otot.

c. Perubahan konsep diri : Body image.

d. Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah.

3. Perencanaan Keperawatan.

a. Diagnosa Perawatan Satu

Gangguan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan muskuloskeletal dan

nyeri.

1) Tujuan

Klien dapat melakukan mobilisasi secara optimal.

2) Kriteria hasil

a) Klien dapat ikut serta dalam program latihan

b) Mencari bantuan sesuai kebutuhan

c) Mempertahankan koordinasi dan mobilitas sesuai tingkat optimal.

23

Page 24: Kasus Rehab Lt 4

3) Rencana tindakan

a) Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan.

Rasional : Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan

aktivitas.

b) Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai toleransi.

Rasional: Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan.

c) Memelihara bentuk spinal yaitu dengan cara :

I. mattress

II. Bed Board ( tempat tidur dengan alas kayu, atau kasur busa yang keras

yang tidak menimbulkan lekukan saat klien tidur.

Rasional: Mempertahankan posisi tulang belakang tetap rata.

d) mempertahankan postur tubuh yang baik dan latihan pernapasan ;

I. Latihan ekstensi batang tubuh baik posisi berdiri ( bersandar

pada tembok ) maupun posisi menelungkup dengan cara mengangkat

ekstremitas atas dan kepala serta ekstremitas bawah secara bersamaan.

II. Menelungkup sebanyak 3 – 4 kali sehari selama 15 – 30 menit.

III. Latihan pernapasan yang akan dapat meningkatkan kapasitas

pernapasan.

Rasional: Di lakukan untuk menegakkan postur dan menguatkan otot –

otot paraspinal.

e) monitor tanda –tanda vital setiap 4 jam.

Rasional: Untuk mendeteksi perubahan pada klien.

f) Pantau kulit dan membran mukosa terhadap iritasi, kemerahan atau lecet –

lecet.

Rasional: Deteksi diri dari kemungkinan komplikasi imobilisasi

g) Perbanyak masukan cairan sampai 2500 ml/hari bila tidak ada kontra

indikasi.

Rasional: Cairan membantu menjaga faeces tetap lunak

h) Berikan anti inflamasi sesuai program dokter. Observasi terhadap efek

samping : bisa tak nyaman pada lambung atau diare.

Rasional: Obat anti inflamasi adalah suatu obat untuk mengurangi

peradangan dan dapat menimbulkan efek samping

b. Diagnosa Keperawatan Kedua

24

Page 25: Kasus Rehab Lt 4

Gangguan rasa nyaman : nyeri sendi dan otot sehubungan dengan adanya

peradangan sendi.

1) Tujuan

a) Rasa nyaman terpenuhi

b) Nyeri berkurang / hilang

2) Kriteria hasil

a) klien melaporkan penurunan nyeri

b) menunjukkan perilaku yang lebih relaks

c) memperagakan keterampilan reduksi nyeri yang di [elajari dengan

peningkatan keberhasilan.

3) Rencana tindakan

a) Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri; observasi terhadap kemajuan nyeri ke

daerah yang baru

Rasional: Nyeri adalah pengalaman subjek yang hanya dapat di gambarkan

oleh klien sendiri

b) Berikan analgesik sesuai terapi dokter dan kaji efektivitasnya terhadap

nyeri.

Rasional: Analgesik adalah obat untuk mengurangi rasa nyeri dan

bagaimana reaksinya terhadap nyeri klien

c) Gunakan brace punggung atau korset bila di rencanakan demikian.

Rasional: Korset untuk mempertahankan posisi punggung

d) Berikan dorongan untuk mengubah posisi ringan dan sering untuk

meningkatkan rasa nyaman.

Rasional: Dengan ganti – ganti posisi agar otot – otot tidak terus spasme

dan tegang sehingga otot menjadi lemas dan nyeri berkurang

e) Ajarkan dan bantu dalam teknik alternatif penatalaksanaan nyeri.

Rasional: Metode alternatif seperti relaksasi kadang lebih cepat

menghilangkan nyeri atau dengan mengalihkan perhatian klien sehingga

nyeri berkurang

c. Diagnosa Keperawatan ketiga

Gangguan citra tubuh sehubungan dengan gangguan struktur tubuh.

1) Tujuan

Klien dapa mengekspresikan perasaannya dan dapat menggunakan koping

yang adaptif.

25

Page 26: Kasus Rehab Lt 4

2) Kriteria hasil

Klien dapat mengungkapkan perasaan / perhatian dan menggunakan

keterampilan koping yang positif dalam mengatasi perubahan citra.

3) Rencana tindakan

a) Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan. Perawat

harus mendengarkan dengan penuh perhatian.

Rasional: meningkatkan harga diri klien dan membina hubungan saling

percaya dan dengan ungkapan perasaan dapat membantu penerimaan diri

b) Bersama – sama klien mencari alternatif koping yang positif.

Rasional: Dukungan perawat pada klien dapat meningkatkan rasa percaya

diri klien

c) Kembangkan komunikasi dan bina hubungan antara klien keluarga dan

teman serta berikan aktivitas rekreasi dan permainan guna mengatasi

perubahan body image.

Rasional: Memberikan semangat bagi klien agar dapat memandang

dirinya secara positif dan tidak merasa rendah diri.

d. Diagnosa Keperawatan keempat

Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurangnya informasi tentang

penatalaksanaan perawatan di rumah.

1) Tujuan

Klien dan keluarga dapat memahami cara perawatan di rumah.

2) Kriteria hasil

a) Klien dapat memperagakan pemasangan dan perawatan brace atau korset

b) Mengekspresikan pengertian tentang jadwal pengobatan

c) Klien mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit, rencana

pengobatan, dan gejala kemajuan penyakit.

3) Rencana tindakan

a) Diskusikan tentang pengobatan : nama, jadwal, tujuan, dosis dan efek

sampingnya.

b) Peragakan pemasangan dan perawatan brace atau korset.

c) Perbanyak diet nutrisi dan masukan cairan yang adekuat.

d) Tekankan pentingnya lingkungan yang aman untuk mencegah fraktur.

e) Diskusikan tanda dan gejala kemajuan penyakit, peningkatan nyeri dan

mobilitas.

26

Page 27: Kasus Rehab Lt 4

f) Tingkatkan kunjungan tindak lanjut dengan dokter.

27

Page 28: Kasus Rehab Lt 4

BAB III

KASUS DAN HASIL PENGKAJIAN

I. DATA DEMOGRAFI

A. Biodata

- Nama : Tn. Abdul Rosyid

- Usia / tanggal lahir : 49 tahun/ bogor, 2 oktober 1962

- Jenis kelamin : laki-laki

- Alamat ( lengkap dengan no.telp ) :

Kp. Leuweung kolot kelapa dua rt.04/03, Desa Giri Mulya, Cibungbulang, Bogor

- Suku / bangsa : sunda

- Status pernikahan : menikah

- Agama / keyakinan : Islam

- Pekerjaan / sumber penghasilan : Guru SMP,SMK dan Dosen universitas

- Diagnosa medik : SCI incomplete AIS D ec. Spondilitis TB

- No. medical record : 01100126

- Tanggal masuk : 7 November 2011

- Tanggal pengkajian : 26-27 Januari 2012

B. Penanggung jawab

- Nama : Ny. Nining Daningsih

- Usia : 48 th

- Jenis kelamin : Perempuan

- Pekerjaan / sumber penghasilan : Guru SD

- Hubungan dengan klien : Istri

II. KELUHAN UTAMA

Klien mengeluh bengkak pada kedua tungkai bawah disertai

kelemahan sehingga kedua tungkai diseret bila berjalan., kesemutan (-), baal

(+) dari lutut sampai bawah. ±2 mgg SMRS klien merasa kedua tangan

menjadi lemah dan tebal dirasa sampai ke dada.

Saat ini, klien merasa masih belum kuat dan belum seimbang untuk

berdiri dan berjalan.

28

Page 29: Kasus Rehab Lt 4

III. RIWAYAT KESEHATAN

A. Riwayat kesehatan sekarang

- Waktu timbulnya penyakit, kapan? Jam? :

Keluhan awal dirasa sejak bulan oktober (1 bln SMRS) yaitu saat pulang kerja dan

bertambah parah ±2 mgg SMRS.

- Bagaimana awal munculnya ?tiba-tiba?berangsur-angsur? :

Munculnya secara berangsur-angsur, kedua tungkai bawah dirasa lemah dan bengkak

sehingga kedua tungkai diseret bila berjalan, kesemutan (-), baal (+) dari lutut sampai

bawah. ±2 mgg SMRS klien merasa kedua tangan menjadi lemah dan tebal dirasa

sampai ke dada.

- Keadaan penyakit saat ini :

Saat ini sudah membaik, klien sudah bisa duduk, tapi masih merasa agak lemah pada

kaki sehingga masih belum bisa berdiri.

- Usaha yang dilakukan untuk mengurangi keluhan :

Klien langsung berobat ke rumah sakit dan diberi penanganan medis sesuai keluhan.

Klien sudah menjalani operasi dan perawatan RSUP Fatmawati

- Kondisi saat dikaji :

Klien masih belum stabil untuk duduk lama tanpa bersandar, berdiri dan berjalan.

Klien menggunakan kursi roda dan somi brace masih dibantu, ADL masih dibantu

sebagian, BAK&BAB spontan.

B. Riwayat kesehatan lalu

- Penyakit pada masa anak-anak yang pernah dialami : tidak ada

- Imunisasi : lengkap

- Kecelakaan yang pernah dialami :

Saat SMP klien pernah mengalami kecelakaan motor, hanya di urut saja

- Prosedur operasi dan perawatan rumah sakit : tidak pernah

- Allergi ( makanan,obat-obatan, zat/substansi,textil ) : tidak ada

- Pengobatan dini (konsumsi obat-obatan bebas) : tidak ada

C. Riwayat kesehatan keluarga

- Identifikasi berbagai penyakit keturunan yang umumnya menyerang :

Tidak ada penyakit keturunan dalam keluarga.

29

Page 30: Kasus Rehab Lt 4

- Anggota keluarga yang terkena alergi, asma, TBC, hipertensi, penyakit jantung,

stroke, anemia, hemopilia, arthritis, migrain, DM, kanker dan gangguan

emosional : tidak ada

- Buat bagan dengan genogram :

IV. RIWAYAT PSIKOSOSIAL

- Identifikasi klien tentang kehidupan sosialnya :

Klien mengatakan dirinya sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah utama,

aktif dalam kegiatan –kegiatan di lingkungan rumahnya, klien merupakan ketua

masjid, guru SMP, SMK dan dosen di universitas kusuma negara. Klien dikenal baik

di lingkungan rumahnya.

- Identifikasi hubungan klien dengan yang lain dan kepuasan diri sendiri :

Hubungan klien dengan orang lain baik, klien puas dengan pekerjaannya dan tidak

menyesali keadaannya saat ini.

- Kaji lingkungan rumah klien, hubungkan dengan kondisi RS :

Rumah klien berada di depan jalan raya, mudah terkena debu jalanan, masih banyak

terdapat pohon disekitar rumah, ventilasi dan jendela banyak (ada disetiap kamar),

cahaya matahari mudah masuk ke rumah.

- Tanggapan klien tentang beban biaya RS :

Klien merasa bingung, biaya RS sudah terlalu banyak padahal sudah dijamin askes.

Sehingga klien ingin cepat pulang.

- Tanggapan klien tentang penyakitnya :

Klien menganggap penyakitnya merupakan ujian dari Allah SWT, klien mengatakan

hanya bisa berdoa dan berusaha. Klien percaya bahwa setelah di operasi penyakitnya

pasti sembuh.

V. RIWAYAT SPIRITUAL

- Kaji ketaatan klien beribadah dan menjalankan kepercayaannya :

30

49th

Page 31: Kasus Rehab Lt 4

Klien tetap shalat 5 waktu di tempat tidur dengan cara duduk ( tayamum) dan tetap

sering mengaji.

- Support system dalam keluarga :

Istri dan anak-anaknya

- Ritual yang biasa dijalankan :

Shalat 5 waktu, mengaji surat yasin setiap malam jumat dan biasa memberikan

ceramah agama

VI. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan umum klien

- Tanda-tanda dari distress : tidak ada, klien tampak tenang dan tampak menerima

keadaannya, klien ingi cepat bisa berjalan

- Penampilan dihubungkan dengan usia : penampilan sesuai dengan usia

- Ekspresi wajah, bicara, mood : eksperesi wajah dan mood tenang

- Berpakaian dan kebersihan umum : berpakaian sesuai dan pasien tampak bersih

- Tinggi badan, BB, gaya berjalan : TB: 160cm, BB: 60kg, klien belum dapat

berjalan, klien masih menggunakan kursi roda

B. Tanda-tanda vital

- Suhu : 36,5 0C

- Nadi : 88x/menit

- Pernafasan : 20x/menit

- Tekanan darah : 140/100 mmHg

C. Sistem pernafasan

- Hidung : bentuk simetris, sekret (-), pernafasan cuping hidung (-)

- Leher : Pembesaran KGB (-), refleks menelan (+), keluhan tidak ada

- Dada

Bentuk dada (normal,barrel,pigeon chest) : normal

Gerakan dada : kanan-kiri sama, simetris, tidak ada retraksi dada

Suara nafas : vesicular, ronki -/-, wheezing -/-

Apakah ada suara nafas tambahan ? : tidak ada

31

Page 32: Kasus Rehab Lt 4

- Apakah ada clubbing finger : tidak ada

D. Sistem kardiovaskuler

- Conjunctiva (anemia/tidak), bibir (pucat, cyanosis) :

conjunctiva non anemis, bibir tidak pucat

- Arteri carotis : teraba kuat

- Ukuran jantung : normal

- Suara jantung : BJ I, II regular, murmur (-), gallop (-)

- Capillary retilling time : < 3 detik

E. Sistem perncernaan

- Sklera (ikterus/tidak) : non ikterik

- Bibir (lembab, kering, pecah-pecah, labio skizis) : lembab

- Mulut : stomatitis (-), palatoskizis (-), kemampuan menelan baik

- Gaster (kembung, gerakan peristaltik ) : kembung (-), klien kadang merasa

perih / tidak enak pada perut

- Abdomen (periksa sesuai dengan organ dalam tiap kuadran) : hati tidak teraba,

skibala (-), nyeri tekan (-)

- Anus (kondisi, spinkter ani, koordinasi) :

hemoroid (-), spinkter ani normal, BAB spontan

F. Sistem indra

1. Mata

- Kelopak mata, bulu mata, alis, lipatan epikantus dengan ujung atas

telinga : kelopak mata

(+), Normal, simetris

- Visus (gunakan snellen card) : tidak dikaji

2. Hidung

- Penciuman, perih

dihidung, trauma, mimisan :

Penciuman baik, perih pada hidung (-), trauma (-), mimisan (-)

- Sekret yang menghalangi

penciuman : tidak ada

32

Page 33: Kasus Rehab Lt 4

3. Telinga

- Keadan daun telinga,

operasi telinga : normal, simetris kanan-kiri

- Kanal auditoris : tampak bersih

- Membrana tympani :

tidak di kaji

- Fungsi pendengaran : baik

G. Sistem saraf

1. Fungsi cerebral

a. Status mental (orientasi,

daya ingat, perhatian dan perhitungan, bahasa) :

orientasi tempat, waktu dan orang baik, daya ingat baik, perhatian focus,

perhitungan dapat dilakukan, bahasa koheren, mudah di pahami

b. Kesadaran (eyes, motorik,

verbal) dengan GCS :

E4M5V6 : GCS 15

c. Bicara (ekspresive dan resiptive )

Bicara ekspresive, koheren dan mudah dipahami

2. Fungsi kranial (saraf kranial I s/d XII) : Saraf cranial I-XII normal

3. Fungsi motorik (massa, tonus dari kekuatan otot) :

Massa otot : agak kendur, kekuatan otot

tonus otot +/+

4. Fungsi sensorik (suhu, nyeri, getaran posisi dan

diskriminasi) :

Sensori terhadap suhu, nyeri , getaran posisi

baik, normal

5. Fungsi cerebellum (koordinasi dan keseimbangan) :

6. Refleks (ekstremitas atas, bawah dan superficial) :

Biceps +2/+2, triceps +2/+2, brachioradialis +/+, patella +2/+2, babinski

+/+

7. Iritasi meningen (kaku kuduk, lasaque sign, kernig sign, brudzinski sign) :

Tidak tejadi

33

5

555

5

555

4

444

4

444

Page 34: Kasus Rehab Lt 4

H. Sistem muskuloskeletal

1. Kepala ( bentuk kepala ) : normochepal

2. Vertebrae (bentuk, gerakan, ROM ) :

bentuk normal, gerakan agak kaku, ROM aktif, terpasang soft collar neck pada

leher

3. Pelvis : ROM aktif , lentur, trendelenderg (+)

4. Lutut : ROM lentur, normal, tidak ada keluhan

5. Kaki (keutuhan ligamen, ROM) : ROM tidak terlalu lentur, ligament utuh

6. Bahu : normal, tidak ada keluhan

7. Tangan : ROM lentur, normal, tidak ada keluhan

8. Kemampuan aktifitas :

ADL mandi, berpakaian, makan dan minum dilakukan secara mandiri

tetapi dbantu untuk didekatkan alat-alatnya.

Untuk BAB dan BAK sudah spontan, klien dibantu untuk membuangnya

ke toilet.

9. Tonus otot

10. Kekuatan otot,

I. Sistem integumen

- Rambut : distribusi rambut tidak rata, tampak

botak pada bagian atas kepala, bersih, texture

halus, warna rambut sudah memutih

- Kulit : perubahan warna (-), texture : elastis, lembab, tidak ada luka

- Kuku : clubbing finger (-), kuku kaki dan tangan tampak panjang dan kotor

J. Sistem endokrin

- Kelenjar tiroid : tidak terjadi pembesaran

- Percepatan pertumbuhan : tidak ada

- Gejala kreatinisme atau gigantisme : tidak ada

- Ekskresi urine berlebihan , polydipsi, poliphagi : tidak ada

- Suhu tubuh yang tidak seimbang , keringat berlebihan, leher kaku ) : tidak ada

34

+ +

+ +

5

555

5

555

4

444

4

444

Page 35: Kasus Rehab Lt 4

- Riwayat bekas air seni dikelilingi semut : tidak ada

K. Sistem perkemihan

- Edema palpebra : tidak ada

- Moon face : tidak ada

- Edema anasarka : tidak ada

- Keadaan kandung kemih : tidak ada

- Nocturia, dysuria, kencing batu : tidak ada

- Penyakit hubungan sexual : tidak ada

L. Sistem reproduksi

Laki-laki

- Keadaan gland penis

(urethra) :normal, tidak ada kelainan

- Testis (sudah

turun/belum) : salah satu testis diangkat ec TB testis

- Pertumbuhan rambut

(kumis, janggut, ketiak) : normal

- Pertumbuhan jakun :

ya

M. Sistem immun

- Allergi ( cuaca, debu, bulu binatang, zat kimia ) : tidak ada

- Immunisasi :lengkap

- Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca : tidak ada

- Riwayat transfusi dan reaksinya : tidak ada

VII. AKTIVITAS SEHARI-HARI

A. Nutrisi

- Selera makan : baik

- Menu makan dalam 24 jam : sesuai dengan menu makanan RS ditambah

makanan cemilan seperti biscuit dan gorengan

- Frekuensi makan dalam 24 jam : 3x/ hari + selingan

- Makanan yang disukai dan makanan pantangan : karedok, pantangan tidak ada

35

Page 36: Kasus Rehab Lt 4

- Pembatasan pola makanan : tidak ada

- Cara makan ( bersama keluarga, alat makan yang digunakan ) :

Mandiri tapi masih dibantu saat mendekatkan alat makannya, alat makan :

sendok, piring makan

- Ritual sebelum makan : berdoa

B. Cairan

- Jenis minuman yang dikonsumsi dalam 24 jam : air putih dan susu

- Frekuensi minum : sering

- Kebutuhan cairan dalam 24 jam : 2-3L/ hari

C. Eliminasi ( BAB & BAK )

- Tempat pembuangan :

BAB : underpad

BAK : urinal

- Frekuensi :

BAB : 1x/hari

BAK : 6-7 x/hari

- Konsistensi :

BAB : lembek, warna coklat

BAK : warna kuning pekat (warna oranye), cair, jernih

- Kesulitan dan cara menanganinya : tidak ada kesulitan

- Obat-obat untuk memperlancar BAB/BAK : tidak ada

D. Istirahat Tidur

- Apakah cepat tertidur : iya, tapi kadang malam suka terbangun

- Jam tidur :

Siang : ± 1 jam

Malam : ± 7-8 jam (22.00 – 05.00)

- Bila tidak dapat tidur apa yang dilakukan : baca doa, diam saja sampai

mengantuk lagi

- Apakah tidur secara rutin : ya

E. Olahraga

- Program olahraga tertentu : fisioterapi dan ROM setiap hari

36

Page 37: Kasus Rehab Lt 4

- Berapa lama melakukan dan jenisnya : ± ½ jam ROM, latihan standing

balance dan latihan jalan.

- Perasaan setelah melakukan olahraga : cape dan nafasnya jadi agak berat

F. Rokok / alkohol dan obat-obatan

- Apakah merokok ? jenis ? berapa banyak ? kapan mulai merokok ?

Ya, dulu merokok, jenis apa saja tapi jarang-jarang, 1 bungkus/ minggu

atau lebih

- Apakah minum minuman keras ? berapa minum /hari/minggu ? jenis minuman ?

apakah banyak minum ketika stress ? apakah minuman keras mengganggu prestasi

kerja ? : tidak

- Kecanduan kopi, alkohol, tea atau minuman ringan ?: tidak

- Apakah mengkonsumsi obat dari dokter (marihuana, pil tidur, obat bius) : tidak

G. Personal hygiene

- Mandi (frekuensi, cara, alat mandi, kesulitan, mandiri/dibantu) :

Frekuensi : 1x/hari, pagi hari,

Cara mandi : di lap

Alat mandi : lap, sabun, kom, air hangat

Mandiri tapi dibantu untuk mendekatkan alat mandi dan digosok bagian

belakang

- Cuci rambut : tidak pernah

- Gunting kuku : belum digunting

- Gosok gigi : tidak dilakukan

H. Aktivitas / mobilitas fisik

- Kegiatan sehari-hari :

Makan, minum, baca Koran, mengobrol dengan pasien lain, ROM, latihan duduk

dan berdiri

- Pengaturan jadwal harian : tidak ada

- Penggunaan alat bantu untuk aktivitas : somi brace dan kursi roda

- Kesulitan pergerakan tubuh : ya, klien masih belum stabil untuk duduk tanpa

sandaran terlalu lama dan untuk berdiri

37

Page 38: Kasus Rehab Lt 4

I. Rekreasi

- Bagaimana perasaan anda saat bekerja ? :

klien mengatakan senang dan puas dengan pekerjaannya sebagai guru

- Berapa banyak waktu luang ? : hari libur dan setelah pulang kerja

- Apakah puas setelah rekreasi ? : ya

- Apakah anda dan keluarga menghabiskan waktu senggang ? : ya, biasanya

hari libur, menghabiskan waktu bersama keluarga di rumah

VIII. Therapy saat ini

1. Rifampisin 1x400 mg

2. Etambutol 1x1000 mg

3. INH 1x 300 mg

4. PZA 1x 500 mg

5. Metiosone 2x 1gr

6. Bisoprolol 1x ½ tab

7. Vit. C 2x 50 mg

Fisioterapy : ROM, latihan standing balance dan latihan berjalan menggunakan

walker

38

Page 39: Kasus Rehab Lt 4

HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tanggal : 13/10/2011

JENIS PEMERIKSAAN : thorax foto

HASIL : TB paru

Tanggal : 17/10/2011

JENIS PEMERIKSAAN : USG Abdomen

HASIL : Pembesaran prostat

Tanggal : 20/10/2011

JENIS PEMERIKSAAN : Rontgen cervical AP/Lat

HASIL : Fraktur C5 dan listhesis C6

Tanggal : 29/10/2011

JENIS PEMERIKSAAN : Rontgen cervical AP/Lat

HASIL : scoliosis cervicalis ke sinistra, spondilitis cervicalis

Tanggal : 28/11/2011

JENIS PEMERIKSAAN : USG ginjal, buli-buli, prostat

KESAN: Kedua ginjal dan buli-buli normal, prostat : ukuran 4,2x3,6x3,7 cm, volume

prostat +/- 29 cm3

Tanggal : 9/12/2011

JENIS PEMERIKSAAN : Rontgen V cervical AP/Lat (CR)

HASIL :

Kedudukan tulang-tulang baik

Tampak terpasang fiksasi interna dengan kedudukan baik

Tidak tampak loosening

Tidak tampak gambaran osteomielitis

Vert.cervical 5 tampak kecil

Vert. cervical 6 tidak tampak lagi

Tanggal : 1/11/2011

39

Page 40: Kasus Rehab Lt 4

JENIS PEMERIKSAAN : MRI cervicalis+ kontras

HASIL :

Alignment columna vertebra cervicalis tidak baik, tampak pergeseran korpus vertebra

C5 dan C6 ke posterior terhadap C7(listhesis),

Tampak kompresi fraktrur/destruksi corpus vertebra C5 dan C6

isointens pada T1 dan menjadi hiperintens inhomogen pada T2

pada pemberian kontras menyangat inhomogen, tampak lesi menekan dural sac dan

medulla spinalis menjadi pipih/gepeng

medulla spinalis dari C1 sampai C4 normal, demikian pula mulai dari C7 ke bawah

sampai T6 dalam batas normal

tak tampak massa/ sol intra& extradural

tak tampak spur formation dicorpus vertebra cervicalis

tak tampak penurunan intensitas discus intervertebralis cervicalis

tak tampak penonjolan discus intervertebralis ke posterior yang menekan dural sac

ligamentum flavum, ligamentum interspinosum dan ligamentum longitudinal anterior dan

posterior tidak menebal.

sendi apofisis kanan kiri dalam batas normal. Tampak lesi isointens pada T1 dan

menjadi hiperintens inhomogen di T2.

Pada pemberian kontras menyangat inhomogen, tampak lesi dijaringan para vertebra

C4 sampai C6. Jaringan lunak paravertebra lainnya tidak memperlihatkan penebalan maupun

lesi patologis lain

KESAN :

Spondilitis TB pada C5 dan C6 sangat mungkin

40

Page 41: Kasus Rehab Lt 4

DATA FOKUS

( CP.1 A )

NAMA PASIEN : Tn. A

NO.REKAM MEDIK : 01100126

RUANG RAWAT : Gd. Prof Soelarto No 402

Data Subjektif Data Objektif

Pasien mengatakan

1. Masih belum kuat untuk duduk tanpa

sandaran lama-lama

2. Masih belajar untuk duduk dan berdiri

dengan cara berpegangan pada bed side

rail

3. Kalau habis latihan cape, nafasnya agak

berat dan lemas

4. Ingin cepat bisa berjalan dan pulang

5. Masih belum bisa memakai somi brace

sendiri, selama ini dibantu memakainya

oleh istri atau petugas

6. Sudah bisa makan,minum,mandi,

berpakaian secara mandiri

7. Masih belum mengerti tentang penyakit

dan pengobatannya

1. Klien kooperatif

2. Klien memiliki keinginan untuk cepat

bisa berjalan kembali

3. Klien tampak belum stabil saat duduk

tanpa sandaran dan mencoba untuk

berdiri

4. Klien tampak masih berpegangan pada

bed side rail saat mau duduk dan berdiri

5. Klien tampak memakai somi barce saat

akan melakukan mobiliasi bertahap

6. Untuk berpindah ke kursi roda klien

masih dibantu

7. Klien tampak aktif

8. ADL makan,minum, mandi, berpakaian

secara mandiri tapi dibantu untuk

mendekatkan peralatannya

9. Bed side rail tampak selalu terpasang

10. ASIA : incomplete D

Tonus otot

41

Page 42: Kasus Rehab Lt 4

Kekuatan otot,

Refleks :

Biceps +2/+2, triceps +2/+2,

brachioradialis +/+, patella +2/+2, babinski

+/+

Tanda-tanda vital

- Suhu : 36,5 0C

- Nadi : 88x/menit

- Pernafasan : 20x/menit

- Tekanan darah : 140/100 mmHg

TB: 160cm, BB: 60kg, klien belum dapat

berjalan, klien masih menggunakan kursi

roda

JENIS PEMERIKSAAN : thorax foto

HASIL : TB paru

JENIS PEMERIKSAAN : Rontgen

cervical AP/Lat

HASIL : Fraktur C5 dan listhesis

C6

JENIS PEMERIKSAAN : Rontgen

cervical AP/Lat

HASIL : scoliosis cervicalis ke

sinistra, spondilitis cervicalis

42

+ +

+ +

5

555

5

555

4

444

4

444

Page 43: Kasus Rehab Lt 4

JENIS PEMERIKSAAN : Rontgen V

cervical AP/Lat (CR)

HASIL :

- Kedudukan tulang-tulang baik

- Tampak terpasang fiksasi interna

dengan kedudukan baik

- Tidak tampak loosening

- Tidak tampak gambaran osteomielitis

- Vert.cervical 5 tampak kecil

- Vert. cervical 6 tidak tampak lagi

JENIS PEMERIKSAAN : MRI

cervicalis+ kontras

KESAN :

Spondilitis TB pada C5 dan C6

sangat mungkin

Pre Operasi

Rontgen v.cervical MRI(20/10/2011) RSUP Fatmawati (1/11/2011) RSCMKesan : Kesan :Fraktur C5 dan listhesis C6 Spondilitis TB pada C5 dan C6 sangat mungkin

Post Operasi

43

Page 44: Kasus Rehab Lt 4

Rontgen v. Cervical AP/LAT(9/12/2011) RSUP FatmawatiKesan :

Kedudukan tulang-tulang baik Tampak terpasang fiksasi interna dengan kedudukan baik Tidak tampak loosening Tidak tampak gambaran osteomielitis

44

Page 45: Kasus Rehab Lt 4

ANALISA DATA

NAMA PASIEN : Tn. A

NO.REKAM MEDIK : 01100126

RUANG RAWAT : Gd. Prof Soelarto No 402

N

ODATA

MASAL

AHETIOLOGI

1 DS:

Klien mengatakan:

1. Masih belum kuat untuk duduk tanpa

sandaran lama-lama

2. Masih belajar untuk duduk dan

berdiri dengan cara berpegangan pada

bed side rail

3. Kalau habis latihan cape dan nafasnya

agak berat

4. Ingin cepat bisa berjalan lagi

DO:

1. Klien kooperatif

2. Klien memiliki keinginan untuk cepat

bisa berjalan kembali

3. Klien tampak belum stabil saat duduk

tanpa sandaran dan mencoba untuk

berdiri

4. Klien tampak masih berpegangan

pada bed side rail saat mau duduk dan

berdiri

5. Klien tampak memakai somi barce

saat akan melakukan mobiliasi

bertahap

6. Untuk berpindah ke kursi roda klien

masih dibantu

Hambata

n mobilitas

fisik

Penurunan

kekuatan dan

ketahanan

sekunder akibat :

Penekanan medulla

spinalis, Fraktur

listhesis C5 dan C6

45

Page 46: Kasus Rehab Lt 4

7. Klien tampak aktif

8. ASIA : incomplete D

Tonus otot

Kekuatan otot,

Refleks :

Biceps +2/+2,

triceps +2/+2,

brachioradialis

+/+, patella +2/+2, babinski +/+

klien belum dapat berjalan, klien masih

menggunakan kursi roda

JENIS PEMERIKSAAN : Rontgen V cervical AP/Lat (CR), 9/12/2011

(RSUP Fatmawati)

HASIL :

- Kedudukan tulang-tulang baik

- Tampak terpasang fiksasi interna

dengan kedudukan baik

- Tidak tampak loosening

- Tidak tampak gambaran osteomielitis

- Vert.cervical 5 tampak kecil

- Vert. cervical 6 tidak tampak lagi

JENIS PEMERIKSAAN : MRI

cervicalis+ kontras 1/11/2011

(RSCM)

KESAN :

Spondilitis TB pada C5 dan C6

sangat mungkin

46

5

555

5

555

4

444

4

444

+ +

+ +

Page 47: Kasus Rehab Lt 4

NAMA PASIEN : Tn. A

NO.REKAM MEDIK : 01100126

RUANG RAWAT : Gd. Prof Soelarto No 402

N

ODATA MASALAH

ETIOLO

GI

2 DS:

Klien mengatakan:

1. Masih belum kuat untuk duduk

tanpa sandaran lama-lama

2. Masih belajar untuk duduk dan

berdiri dengan cara berpegangan

pada bed side rail

3. Kalau habis latihan cape, nafasnya

agak berat dan lemas

DO:

1. Klien kooperatif

2. Klien memiliki keinginan untuk

cepat bisa berjalan kembali

3. Klien tampak belum stabil saat

duduk tanpa sandaran dan mencoba

untuk berdiri

4. Klien tampak masih berpegangan

pada bed side rail saat mau duduk

dan berdiri

5. Klien harus memakai somi brace

bila akan melakukan mobiliasi

bertahap

6. Untuk berpindah ke kursi roda klien

masih dibantu

7. Klien tampak aktif

Resiko

terhadap cedera

(Jatuh)

Kelemaha

n temporer/

ketidaksta

bilan

47

Page 48: Kasus Rehab Lt 4

8. ASIA : incomplete D

Tonus otot

Kekuatan otot,

Refleks :

Biceps +2/+2,

triceps

+2/+2,

brachioradialis +/+, patella +2/+2,

babinski +/+

klien belum dapat berjalan, klien

masih menggunakan kursi roda

Tanda-tanda vital

- Suhu : 36,5 0C

- Nadi : 88x/menit

- Pernafasan : 20x/menit

- Tekanan darah : 140/100 mmHg

- TB: 160cm, BB: 60kg,

JENIS PEMERIKSAAN :

Rontgen V cervical AP/Lat (CR),

9/12/2011

(RSUP Fatmawati)

HASIL :

- Kedudukan tulang-tulang baik

- Tampak terpasang fiksasi interna

dengan kedudukan baik

- Tidak tampak loosening

- Tidak tampak gambaran

osteomielitis

JENIS PEMERIKSAAN : MRI

cervicalis+ kontras, 1/11/2011

(RSCM)

KESAN :

48

+ +

+ +5

555

5

555

4

444

4

444

Page 49: Kasus Rehab Lt 4

Spondilitis TB pada C5 dan

C6 sangat mungkin

NAMA PASIEN : Tn. A

NO.REKAM MEDIK : 01100126

RUANG RAWAT : Gd. Prof Soelarto No 402

N

ODATA

MASA

LAH

ETIOLO

GI

3 DS:

Klien mengatakan:

1. Ingin cepat bisa berjalan dan pulang

2. Masih belum bisa memakai somi brace sendiri,

selama ini dibantu memakainya oleh istri atau

petugas

3. Sudah bisa makan,minum,mandi, berpakaian

secara mandiri

4. Masih belum mengerti tentang penyakit dan

pengobatannya

DO:

1. Klien kooperatif

2. Klien memiliki keinginan untuk cepat bisa

berjalan kembali

3. Klien tampak belum stabil saat duduk bila tanpa

sandaran dan mencoba untuk berdiri

4. Klien harus selalu memakai somi brace saat akan

melakukan mobiliasi bertahap

5. Untuk berpindah ke kursi roda klien masih

dibantu

6. Klien tampak aktif

7. ADL makan,minum, mandi, berpakaian secara

mandiri tapi dibantu untuk mendekatkan

peralatannya

Kurang

pengetahuan

Kurang

terpapar

informasi

mengenai

penyakit dan

perawatan di RS

dan di rumah

49

Page 50: Kasus Rehab Lt 4

8. klien belum dapat berjalan, klien masih

menggunakan kursi roda

50

Page 51: Kasus Rehab Lt 4

RENCANA KEPERAWATAN( CP.3 )

NAMA PASIEN : Tn. ANO.REKAM MEDIK : 01100126RUANG RAWAT : Gd. Prof Soelarto No 402

TGL

No.

DX

TUJUAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL

26/01/

2012

1 Setelah perawatan selama 7x24 jam, klien dapat melakukan mobilisasi secara optimal.Kriteria hasil : a. Klien dapat ikut serta dalam

program latihanb. Klien mampu menggunakan

kursi roda secara mandiri.c. Mempertahankan koordinasi

dan mobilitas sesuai tingkat optimal.

d. Tidak terjadi kontrakture. Tidak terjadi penurunan

tonus ototf. ADL mandiri

Mandiria. Kaji mobilitas yang ada dan

observasi terhadap adanya peningkatan kekuatan otot.

b. Ajarkan klien dan libatkan keluarga dalam latihan ROM pada kedua tungkai.

c. Latihan posisi duduk menggunakan brace di tempat tidur.

d. Monitor tanda –tanda vital sebelum dan sesudah melakukan latihan fisik.

KolaborasiKonsultasikan dengan fisioterapi untuk mobilisasi menggunakan kursi roda dan ambulasi menggunakan walker, latihan standing balance.

a. Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.

b. Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan.

c. Melatih keseimbangan dan kordinasi

d. Untuk mendeteksi kemampuan toleransi terhadaap aktivitas.

Membantu dalam merencanakan dan melaksanakan latihan secara individual, mengidentifikasi alat-alat bantu untuk mempertahankan fungsi, mobilisasi dan kemandirian pasien

51

Page 52: Kasus Rehab Lt 4

NAMA PASIEN : Tn. ANO.REKAM MEDIK : 01100126RUANG RAWAT : Gd. Prof Soelarto No 402

TGL

No.

DX

TUJUAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL

26/1/2012

2 Dalam perawatan selama 7x24 jam, tidak terjadi cedera (jatuh)Kriteria hasil : a. Klien dapat

mobilisasi dengan kursi roda tanpa jatuh

b. Bed side rail selalu terpasang

c. Klien menggunakan brace sebelum mobilisasi/ aktivitas

Mandiria. Pertahankan penggunaan alat-alat imobilisasi

seperti collar neck, somi brace saat melakuakan aktifitas

b. Perawat mendampingi klien dan libatkan keluarga saat mobilisasi dengan kursi roda

c. Monitor tanda –tanda vital sebelum dan sesudah melakukan latihan fisik

d. Gunakan tempat tidur yang rendah, dengan pagar tempat tidur/ bed side rail terpasang

e. Letakkan pispot/ urinal disebelah tempat tidur (terjangkau oleh pasien)

f. Dekatkan bel pada tempat tidur pasien

KolaborasiKonsultasikan dengan fisioterapi untuk latihan

a. Menjaga kestabilan dari kolumna vertebra dan membantu proses penyembuhan

b. Untuk mencegah terjadinya cedera

c. Untuk mendeteksi kemampuan toleransi tubuh terhadap aktivitas dan untuk mengetahui ada/ tidaknya hipotensi ortostasik.

d. Untuk mencegah terjadinya cedera

e. Memudahkan pasien untuk BAK, tanpa haru ke kamar mandi

f. Untuk memudahkan pasien meminta bantuan kepada perawat

Mempertahankan kekuatan otot

52

Page 53: Kasus Rehab Lt 4

peningkatan kekuatan otot dan endurance serta latihan transfer dari tempat tidur ke kursi roda dan sebaliknya

sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya trauma

NAMA PASIEN : Tn. ANO.REKAM MEDIK : 01100126RUANG RAWAT : Gd. Prof Soelarto No 402

TGL

No.

DX

TUJUAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL

27/1/2012

3 Klien dan keluarga dapat memahami cara perawatan di rumahKriteria hasil : a) Klien dapat

memperagakan pemasangan brace

b) Mengekspresikan pengertian tentang jadwal pengobatan

c) Klien mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit, rencana pengobatan dan gejala kemajuan penyakit

Mandiri a) Diskusikan tentang pengobatan nama, jadwal,

tujuan, dosis dan efek sampingnyab) Peragakan dan libatkan klien dan keluarga untuk

pemasangan brace

c) Kaji kebutuhan akan makanan termasuk makanan dengan cukup serat dan masukan cairan yang adekuat

d) Anjurkan pasien untuk ikut berperan serta secara terus-menerus dalam latihan setiap hari dan menghindari rasa lelah

a) Memberikan dasar pengetahuan umum penting tentang pengobatannya

b) Memberikan pengetahuan pada klien tentang cara mamasang somibrace yang digunakan saat klien mobilisasi, untuk mempertahankan posisi vertebra

c) Memberikan makanan yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan tenaga dan meningkatkan proses penyembuhan , mencegah komplikasi

d) Meningkatkan mobilisasi, kekuatan otot/ tonus meningkat, meningkatkan fungsi organ tubuh

53

Page 54: Kasus Rehab Lt 4

54

Page 55: Kasus Rehab Lt 4

CATATAN TINDAKAN( CP.4 )

NAMA PASIEN : Tn. A

NO.REKAM MEDIK : 01100126

RUANG RAWAT : Gd. Prof Soelarto No 402

TGL

N

o.NDx

J

AMTINDAKAN KEPERAWATAN DAN HASIL

27/

01/2012

1 09.30 Mengkaji fungsi motorik klien dan mendorong klien untuk latihan ROMHasil ; ROM aktif lentur, klien mengatakan sudah bisa makan,minum, mandi, berpakaian secara mandiri tapi dibantu untuk mendekatkan peralatannya, sudah bisa duduk, belum bisa berdiri karena belum stabil, kaki masih agak lemah

Tonus otot

Kekuatan otot

Mengukur TTV sebelum dan sesudah latihanHasil : Sebelum latihan- Suhu : 36,5 0C- Nadi : 80x/menit- Pernafasan : 20x/menit

55

+ +

+ +

5

555

5

555

4

444

4

444

Page 56: Kasus Rehab Lt 4

10.10

10.00

- Tekanan darah : 130/90 mmHgSetelah latihan- Suhu : 36,5 0C- Nadi : 88x/menit- Pernafasan : 20x/menit- Tekanan darah : 140/100 mmHg

Melatih pasien dudukHasil : sudah bisa duduk, klien mengatakan belum bisa berdiri karena belum stabil, kaki masih agak lemah

Memasang somi brace saat pasien ingin mobilisasi bertahapHasil : somi brace terpasang dengan baik, klien mengatakan tidak terlalu kencang dan nyaman

Membantu pasien mobilisasi bertahap ke kursi rodaHasil : klien tampak tetap berpegangan pada bed side rail saat ingin berdiri dan dibantu untuk berpindah ke kursi roda

Mengukur TTV sebelum dan sesudah latihanHasil : Sebelum latihan- Suhu : 36,5 0C- Nadi : 80x/menit- Pernafasan : 18x/menit- Tekanan darah : 130/90 mmHgSetelah latihan- Suhu : 36,5 0C- Nadi : 88x/menit- Pernafasan : 20x/menit- Tekanan darah : 140/100 mmHg

Mengkaji fungsi motorik klien dan mendorong klien untuk latihan ROMHasil ; ROM aktif, ADL secara mandiri tapi dibantu untuk mendekatkan peralatannya, sudah bisa

56

Page 57: Kasus Rehab Lt 4

28/

01/2012

2

1

10.30

13.00

mencoba duduk sendiri deangan berpegangan pada bed side railTonus otot

Kekuatan otot

Memasang somi brace saat pasien ingin mobilisasi bertahapHasil : somi brace terpasang dengan baik, klien mengatakan tidak terlalu kencang dan nyaman

Membantu pasien mobilisasi bertahap ke kursi rodaHasil : klien tampak tetap berpegangan pada bed side rail saat ingin berdiri dan dibantu untuk berpindah ke kursi roda

Mengkaji pengetahuan pasien tentang cara memasang somibraceHasil : klien mengaakan belum bisa memasang somi brace sendiri, istri klien sudah faham entang cara memasang somi brace.

Mengkaji pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit dan pengobatan yang didapat pasienHasil : pasien dan keluarga mengatakan masih kurang fahm tentang penyakit dan pengobatan yang didapat, istri klien mengetahui bahwa obat yang didapat pasien tidak boleh sampai putus.

57

+ +

+ +

5

555

5

555

4

444

4

444

Page 58: Kasus Rehab Lt 4

2

58

Page 59: Kasus Rehab Lt 4

3

59

Page 60: Kasus Rehab Lt 4

TGL

No.NDx

JAM

TINDAKAN KEPERAWATAN DAN HASIL

30/1/2012

1

2

20.00

20.15

21.00

Mengkaji fungsi motorik klien dan mendorong klien untuk latihan ROMHasil ; ROM aktif lentur, ADL secara mandiri tapi dibantu untuk mendekatkan peralatannya, sudah bisa mencoba duduk sendiri deangan berpegangan pada bed side rail

Tonus otot

Kekuatan otot

Latihan posisi dudukHasil : klien sudah mampu duduk secara mandiri dengan berpegangan pada bed side rail

Membantu dan mengajarkan cara memasang somi brace (alat baru)Hasil : klien kooperatif, somi brace terpasang dengan baik.

klien mengatakan tidak terlalu kencang dan nyaman, ingin mencoba memakainya sendiri

1/01/2012

1

2

11.00

11.30

Melatih posisi dudukHasil : klien sudah mampu duduk secara mandiri dengan berpegangan pada bed side rail

Membantu pasien untuk mobilisasi bertahap dari tempat tidur ke kursi rodaHasil :

- klien dapat berpindah dari tempat tidur ke kursi roda dengan berpegang pada bed side rail, bantuan minimal

- klien mengatakan kakinya masih agak lemah, jadi agak susah digerakkan Membantu pasien untuk latihan berjalan dikoridor ruangan

Hasil :

60

+ ++ + 5

5555

5554

4444

444

Page 61: Kasus Rehab Lt 4

2

11.30

- Klien dapat berdiri secara mandiri dengan berpegangan pada rail- Klien bisa berjalan dengan berpegangan pada rail 8 langkah

Memonitor TTV setelah latihan- Suhu : - 0C- Nadi : 84x/menit- Pernafasan : 20x/menit- Tekanan darah : 130/90 mmHg- Klien tampak kelelahan, nafas tampak agak berat

Mengawasi dan mengajarkan pada pasien dan keluarga tentang cara menggunakan SOMI Brace (alat baru)Hasil : - Klien dan keluarga sudah mampu memasang somi brace dengan bantuan minimal- Somi brace terpasang dengan benar, tidak terlalu kencang dan pas

2/01/2012

3 12.00

12.30

Mengajarkan cara memakai dan melepas baju, serta meminta klien untuk memperagakannya secara mandiriHasil : klien dapat memakai dan melepas baju secara mandiri, caranya sesuai dengan yang di ajarkan

Mengajarkan kegunaan dan cara memasang somi brace, serta meminta klien untuk memperagakannya secara mandiri

Hasil : - Klien kooperatif, tampak mendengarkan dan memperhatikan saat dijelaskan kegunaan dan cara

memasang SOMI Brace- Klien sudah mampu memasang somi brace dengan bantuan minimal- Somi brace terpasang dengan benar, tidak terlalu kencang dan pas

61

Page 62: Kasus Rehab Lt 4

2 Membantu klien untuk mobilisasi bertahap dari tempat tidur ke kursi rodaHasil :- Klien dapat duduk dengan bantuan minimal- Klien dapat berpindah dari tempat tidur ke kursi roda dengan berpegang pada bed side rail secara

mandiri- klien mengatakan kakinya masih agak lemah, jadi agak susah digerakkan

Mendampingi klien saat melakukan latihan jalanHasil :

- Klien dapat berdiri secara mandiri dengan berpegangan pada rail- Klien bisa berjalan dengan berpegangan pada rail 12 langkah

62

Page 63: Kasus Rehab Lt 4

CATATAN PERKEMBANGAN

NAMA PASIEN : Tn. A

NO.REKAM MEDIK : 01100126

RUANG RAWAT : Gd. Prof Soelarto

No 402

TGL KODE NDX

JAM EVALUASI/SOAP

27-01-2012

1 10.00-11.00

S : Pasien mengatakan sudah bisa makan,minum, mandi, berpakaian secara mandiri tapi dibantu untuk mendekatkan peralatannya, sudah bisa duduk, belum bisa berdiri karena belum stabil, kaki masih agak lemah

O: Tonus otot

Kekuatan otot

Tanda-tanda vital- Suhu : 36,5

0C- Nadi :

88x/menit- Pernafasan :

20x/menit- Tekanan darah : 140/100 mmHg

ROM aktif Klien tampak masih dibantu untuk duduk, berdiri

dan berpindah ke kursi roda Klien kooperatif

A : masalah teratasi sebagian

P : Kaji fungsi motorik setiap hari Kaji TTV tiap shift Latih pasien untuk duduk Bantu mobilisasi bertahap

+ +

+ +

5

555

5

555

4

444

4

444

Page 64: Kasus Rehab Lt 4

2

S: klien mengatakan somi brace yang terpasang tidak terlalu kencang dan nyaman

O : - Bed side rail terpasang - Klien tampak tetap berpegangan pada bed side

rail saat dibantu untuk berdiri dan berpindah ke kursi roda

- Klien kooperatif, menjalankan sesuai instruksi

A: masalah tidak terjadiP :

- Pertahankan pemasangan alat-alat imobilisasi seperti collar neck dan somibrace

- Bantu mobilisasi sesuai kebutuhan pasien

8

Page 65: Kasus Rehab Lt 4

CATATAN PERKEMBANGAN

NAMA PASIEN : Tn. A

NO.REKAM MEDIK : 01100126

RUANG RAWAT : Gd. Prof Soelarto

No 402

TGL NDX JAM EVALUASI/SOAP28-01-2012

1 S : -

O: - Klien tampak mencoba untuk posisi duduk disamping

tempat tidur dengan dibantu minimal- Klien tampak mampu dan berusaha untuk mencontohkan

memakai dan melepas baju secara mandiri

- Tonus otot

- Kekuatan otot

- Tanda-tanda vitalSuhu : 36,5 0CNadi : 88x/menitPernafasan : 20x/menitTekanan darah : 140/100 mmHg

A : masalah teratasi sebagian

P : - Kaji fungsi motorik setiap hari- Kaji TTV tiap shift- Latih pasien untuk duduk- Bantu mobilisasi bertahap

9

+ +

+ +5

555

5

555

4

444

4

444

Page 66: Kasus Rehab Lt 4

2

3

S: klien mengatakan somi brace yang terpasang tidak terlalu kencang dan nyaman

O : - Bed side rail terpasang - Klien kooperatif, menjalankan sesuai instruksi saat dibantu

pindah ke kursi roda

A: masalah tidak terjadiP :

- Pertahankan pemasangan alat-alat imobilisasi seperti collar neck dan somibrace

- Bantu mobilisasi sesuai kebutuhan pasien

S :Klien mengatakan belum bisa memasang somibrace sendiri, biasanya istri atau petugas yang memasangkan somi brace nya

O :- Klien dan keluarga kooperatif- Memiliki kemauan dan keingitahuan yang tinggi

A : masalah teratasi sebagian

P :- Diskusikan dan ajarkan tentang pengobatan yang

didapatkan pasien- Ajarkan dan latih pasien untuk memasang somi brace

sendiri- Anjurkan klien untuk latihan ROM setiap hari

10

Page 67: Kasus Rehab Lt 4

CATATAN PERKEMBANGAN

NAMA PASIEN : Tn. A

NO.REKAM MEDIK : 01100126

RUANG RAWAT : Gd. Prof Soelarto

No 402

TGL NDX JAM EVALUASI/SOAP30/01/

2012

1

2

20.00

21.00

S : klien mengatakan masih belum kuat untuk berdiri terlalu lama dan masih agak berat bila dibawa berjalan

O:- Klien mampu duduk disamping tempat tidur secara mandiri- ROM klien aktif, gerakan masih agak kaku- Tonus otot +/+

- Kekuatan otot

A : masalah teratasi sebagian

P : - Kaji fungsi motorik setiap hari- Kaji TTV tiap shift- Latih pasien untuk duduk- Bantu mobilisasi bertahap

S: - klien mengatakan ingin mencoba memakai somi brace secara

mandiri, - somi brace yang sudah terpasang terasa nyaman dan tidak

terlalu kencangO :

- klien kooperatif- omi brace terpasang dengan baik- bed side rail selalu terpasang- klien tidak jatuh- klien aktivitas secara mandiri

A: masalah tidak terjadiP :

11

5555

5555

4444

4444

Page 68: Kasus Rehab Lt 4

- Pertahankan pemasangan alat-alat imobilisasi seperti collar neck dan somibrace

- Bantu mobilisasi sesuai kebutuhan pasien01/02/

2012

1

2

11.00

11.30

S : klien mengatakan kakinya masih agak lemah

O : - klien sudah mampu duduk secara mandiri dengan

berpegangan pada bed side rail- klien dapat berpindah dari tempat tidur ke kursi roda dengan

berpegang pada bed side rail, bantuan minimal- klien mengatakan kakinya masih agak lemah, jadi agak susah

digerakkan- Klien dapat berdiri secara mandiri dengan berpegangan pada

rail- Klien bisa berjalan dengan berpegangan pada rail 8 langkah- Klien tampak kelelahan, nafas tampak agak berat- Suhu : - 0C- Nadi : 84x/menit- Pernafasan : 20x/menit- Tekanan darah : 130/90 mmHg

A : masalah teratasi sebagianP :

- Kaji fungsi motorik setiap hari- Kaji TTV sebelun dan setelah latihan- Latih pasien untuk posisi duduk dengan menggunakan Brace- Bantu mobilisasi bertahap

S : klien mengatakan sudah bisa berjalan tanpa jatuh dengan berpegangan pada rail di koridor

O :- Klien sudah mampu memasang somi brace dengan bantuan

minimal- Somi brace sudah terpasang degan benar, tidak terlalu kencang

dan pas- Klien tidak terjatuh

A : masalah tidak terjadiP :

- Pertahankan pemasangan alat-alat imobilisasi seperti collar neck dan somibrace

- Bantu mobilisasi sesuai kebutuhan pasien

12

Page 69: Kasus Rehab Lt 4

02/02/

2012

3

2

12.00

12.30

S : -O : - Klien dapat memakai dan melepas baju secara mandiri, caranya

sesuai dengan yang di ajarkan- Klien kooperatif, tampak mendengarkan dan memperhatikan saat

dijelaskan kegunaan dan cara memasang SOMI Brace- Klien sudah mampu memasang somi brace dengan bantuan

minimal- Somi brace terpasang dengan benar, tidak terlalu kencang dan

pas

A : masalah teratasi sebagian

P :- Evaluasi kembali kemampuan klien untuk ADL secara

mandiri- Evaluasi kemampuan pasien untuk memasang somi brace

secara mandiri

S : klien mengatakan kakinya masih agak lemah, jadi agak susah digerakkan

O :- Klien dapat duduk dengan bantuan minimal- Klien dapat berpindah dari tempat tidur ke kursi roda dengan

berpegang pada bed side rail secara mandiri tanap terjatuh- Klien dapat berdiri secara mandiri dengan berpegangan pada

rail- Klien bisa berjalan dengan berpegangan pada rail 12 langkah

tanpa terjatuhA : masalah tidak terjadiP :

- Pertahankan pemasangan alat-alat imobilisasi seperti collar neck dan somibrace

- Bantu mobilisasi sesuai kebutuhan pasien- Kaji TTv sebelum dan sesudah latihan- Pasang bed side rail

13

Page 70: Kasus Rehab Lt 4

BAB IVPEMBAHASAN

A. Pengkajian

Jenis fraktur yang terjadi pada Tn. A adalah fraktur kompresi pada C5

karena spondilitis TB. Lokasi fraktur pada C5 dan mengalami listhesis pada C6.

Hasil MRI menunjukan adanya spondilitis TB pada C5 dan C6. Pada fraktur di

bagian cervical seperti yang dialami oleh Tn. A termasuk cidera pada Upper

Motorik Neuron (UMN) maka pasien akan mengalami Quadriplegi. Quadriplegi

merupakan hilangnya fungsi motorik dan sensorik pada keempat ekstremitas atau

seluruh badan. Namun setelah menjalani 3x operasi dan perawatan intensif, saat ini

kondisi Tn. A sudah sangat membaik. Saat ini Tn.A hanya mengeluh kakinya belum

stabil/ masih terasa lemah pada saat latihan standing balance dan mobilisasi

bertahap.

Sudah membaiknya kemampuan sensori dan motorik pada pasien

menyebabkan kemampuan mobilisasi dapat dilatih menuju ke kemandirian. Pasien

dapat melakukan aktifitas sehari-hari secara mandiri walaupan pada beberapa

tindakan dibantu mempersiapkan peralatannya. Dari pengkajian riwayat kesehatan,

pasien memiliki riwayat yang dapat memperberat proses penyembuhan yaitu

hipertensi. Dalam keluarga pun tidak ada keluaga yang memiliki penyakit menular

seperti TB.

Gangguan sistem pernapasan tidak terjadi pada tn. S, pernapasan pasien

normal. Tidak ada gangguan pada fungsi paru, suara paru vesikuler. Sistem sirkulasi

periferpun tidak terganggu, hal ini ditunjukan dnegan cavilery Reffil kurang dari 3

detik. Pada sistem pencernaan pasien mengalami sedikit gangguan yaitu terkadang

klien mengeluh nyeri/ sakit pada perut/ uluhati.

Pengkajian pada sistem syaraf dengan Glasco Coma Scale (GCS) didapatkan

hasil kemampuan Pergerakan mata (eye), kemampuan menggarakan bagian tubuh

(Movement), serta kemampuan berbicara (Verbal) menunjukan fungsi maksimal.

Kemampuan motorik mengalami gangguan pada kedua kaki, yaitu klien masih

merasa lemas pada kedua kaki sehingga saat latihan berdiri pasien tidak stabil.

Pengkajian sensori dengan memberikan rangsang tajam pada kedua kaki

menunjukan bahwa sensasi pada ekstrimitas bawah normal.

14

Page 71: Kasus Rehab Lt 4

Sistem intergumen, Rambut pasien berwarna putih dan tipis. Kebersihan

rambut selalu di bersihkan oleh istri. Pada sistem intergumen kulit, tidak terdapat

kelainan / luka. Kebersihan kulit terawat dengan baik karena pasien rutin mandi

1x/hari.

Pengkajian sistem perkemihan didapatkan tidak ada kelaianan, klien sudah

dapat buang air kecil dengan spontan. Pengkajian nutrisi menunjukan status nutrisi

pasien baik, dengan porsi makan 3 kali sehari dan tidak ada penurunan nafsu makan.

Pemenuhan nutrisi yang cukup akan mempercepat proses penyembuhan tulang.

Pengkajian aktivitas menunjukan bahwa mobilitas fisik pasien agak

terbatas, hal ini dikarenakan pasien masih merasa lemah pada kedua kaki. Tapi

pasien tampak memiliki keinginan yang kuat untuk bisa berjalan lagi, hal ini terlihat

dari latihan rutin yang pasien lakukan dan perkembangan kondisi pasien diman saat

ini pasien sudah biasa duduk secara mandiri. Mobilisasi klien menggunakan kursi

roda karena masih lemahnya kaki pasien untuk berdiri.

B. Diagnosa Keperawatan

Menurut North American Nursing Diagnosis Association (NANDA)

(1990, dalam Carpenito, 1997) diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis

mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah-masalah

kesehatan/ proses kehidupan yang aktual atau risiko.

Diagnosa keperawatan memberikan dasar-dasar pemilihan intervensi

untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat. Adapun persyaratan

dari diagnosa keperawatan adalah perumusan harus jelas dan singkat dari respons

klien terhadap situasi atau keadaan yang dihadapi, spesifik dan akurat, memberikan

arahan pada asuhan keperawatan, dapat dilaksanakan oleh perawat dan

mencerminkan keadaan kesehatan klien. Diagnosa keperawatan yang muncul pada

Tn. A adalah gangguan mobilitas fisik, resiko terhadap truma/cedera dan kurang

pegetahuan.

Diagnosa gangguan mobilitas fisik merupakan permasalahan

ketidakmampuan individu dalam melakukan keterbatasan pada pergerakan fisik

tubuh atau satu atau lebih ektrimitas secara mandiri dan terarah (NANDA, 2010).

Munculnya diagnosa ini ditegakan dengan data-data seperti data subjektif bahwa

15

Page 72: Kasus Rehab Lt 4

pasien kelemahan pada kedua kakinya sehingga klien belum bisa stabil untuk

berdiri, pengkajian dengan Form Spinal Cord Injury dari American of Spinal injury

Association menunjukan nilai motorik 80, dari total 100 nilai normal, pengkajian

kekuatan otot dengan Skala ASIA pada daerah ektrimitas bawah menunjukan nilai

4. Nilai ini menunjukan masih kurangnya kekuatan otot pada ekstremitasa bawah

untuk menahan tahanan.

Diagnosa resiko terhadap trauma/cedera adalah keadaan yang beresiko

mengalami trauma/ cedera karena kondisi pasien (NANDA, 2010). Diagnosa ini

ditegakan karena adanya kelemahan yang dirasa klien. Kelemahan tersebut dapat

meningkatkan resiko klien untuk mengalami cedera yang tidak di sengaja. Selain

itu, kondisi klien yang masih belum stabil untuk duduk atau berdiri juga bisa

menjadi penyeab terjadinya cedera.

Diagnosa kurang pengetahuan merupakan keadaan dimana klien dan

keluarga membutuhkan tambahan informasi tentang pengobatan dan perawatannya.

Adanya masalah ini karena klien dan keluarga masih kurang faham tentang penyakit

dan pengobatannya. Selain itu, klien juga direncanakan untuk pulang, sehingga

tambahan informasi tentang perawatan dirumah sangat diperlukan bagi klien dan

keluarga.

C. Perencanaan Keperawatan

Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana perawatan

terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi tindakan

perawatan yang diberikan. Rencana asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan

tepat memfasilitasi konyinuitas asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat

lainnya. Sebagai hasil, semua perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan

asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten. Rencana asuhan keperawatan tertulis

mengatur pertukaran informasi oleh perawat dalam laporan pertukaran dinas.

Rencana perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka panjang

(Potter,1997).

Dalam pelaksanaan pembuatan rencana asuhan keperawatan, tidak ada

perbadaan yang kami dapatkan ketika mencoba menerapkan ke pasien, setuiap

16

Page 73: Kasus Rehab Lt 4

perencanaan dalam teori disesuaikan dengan kondisi ruangan serta kemajuan dan

tingkat kebutuhan pasien.

D. Implementasi Keperawatan

Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang

spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan

ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang

diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk

memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien (Perry

&bPotter, 1997)

Dalam implementasi keperawatan, kami tidak menemukan kesulitan yang

cukup berarti. Mengingat pasien yang dirawat dilantai 4 GPS adalah pasien yang

sudah lama. Tn. A sudah hampir 4 bulan sejak tanggal 7 november 2011 dirawat,

sehingga banyak tindakan dalam implementasi keperawatan yang sudah dilakukan,

sehingga kami hanya melanjutkan dan mengevaluasi tindakan-tindakan yang sudah

dilakukan .

Implementasi dilakukan dengan pengawasan perawat ruangan seperti

pemasangan alat bantu mobilisasi (somibrace) dan mobilisasi bertahap dari tempat

tidur ke kursi roda, dan secara mandiri yaitu dalam pemberian Penkes, latihan ROM

serta membantu pelaksanaan ADL .

Pelaksanaan impelemtasi pada diagnosa Gangguan Mobilitas, pasien

dilatih ROM aktif, latihan duduk, latihan berdiri, serta mobilisasi bertahap dari

tempat tidur ke kursi roda. ROM aktif dilakukan pada semua ekstremitas, hal ini

dilakukan untuk meningkatkan kekuatan otot. Selain melatih ROM, kami juga

memberikan penjelasan tentang pentingnya ROM dan mengajarkan keluarga untuk

melakukan ROM tiap hari. Latihan duduk dilakukan untuk melatih keseimbangan

dan koordinasi pasien. Pasien juga mendapatkan latihan berdiri (standing balance),

namun latihan standing balance ini tidak kami lakukan secara langsung karena ada

program khusus dari Fisioterapi yang memberikan terapi ini setiap hari.

Pelaksanaan Implementasi pada resiko terhadap trauma/ cedera dilakukan

dengan membantu pasien untuk mobilisasi bertahap, memasang alat bantu

mobilisasi (somibrace) dan memantau tanda-tanda vital pasien sebelum dan setelah

17

Page 74: Kasus Rehab Lt 4

latihan. Secara keseluruhan implementasi pada diagnosa ini tidak menemui banyak

kesulitan.

Pelaksanaan Implementasi pada kurang pengetahuan dilakukan berfokus

pada pelatihan kemampuan pasien untuk perawatan mandiri di rumah. Pelaksanaan

diagnosa ini dilakukan sebagai discharge planning pasien karena pasien

direncanakan untuk pulang.

E. Evaluasi Keperawatan

Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan keberhasilan

tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan

membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan

keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat

kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan

pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya. (Perry dan Potter, 1997)

Hasil Evaluasi terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :

1. Tujuan tercapai,apabila pasien telah menunjukan perbaikan/ kemajuan sesuai

dengan kriteria yang telah ditetapkan.

2. Tujuan tercapai sebagian,apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal,

sehingga perlu di cari penyebab dan cara mengatasinya.

3. Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan perubahan/kemajuan

sama sekali bahkan timbul masalah baru.dalam hal ini perawat perlu untuk

mengkaji secara lebih mendalam apakah terdapat data, analisis, diagnosa,

tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak

tercapainya tujuan.

Evaluasi pada pelaksanaan tindakan keperawatan pada Tn.S tidak semua

masalah keperawatan yang dapat tercapai.

Pada diagnosa Gangguan mobilitas fisik, masalah keperawatan dapat

teratasi sebagian. Hal ini ditunjukan dengan data yaitu walaupun klien masih belum

mampu melakukan mobilisasi secara mandiri tetapi kemauan pasien untuk

mengikuti program latihan rutin sangat tinggi, klien sudah mampu duduk secara

mandiri, tidak terjadi kontraktur, serta keikutsertaan keluarga pada terapi pasien.

18

Page 75: Kasus Rehab Lt 4

Masalah pada resiko terhadap trauma/ cedera tidak terjadi karena selama

perawatan tidak terjadi cedera pada pasien, dan pemahaman keluarga pasien tentang

pentingnya keamanan bagi pasien. Keluarga pasien demi menjaga keselamatan

pasien serta untuk memudahkan pelaksanaan terapi, menginginkan tempat tidur

pasien diganti dengan tempat tidur yang lebih rendah.

Masalah keperawatan kurang pengetahuan sebagian teratasi, hal ini

dikarenakan masih kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh pasien tentang

penyakit dan pengobatannya, tetapi tidak dengan istri pasien. Istri pasien sudah

faham tentang pengobatan pasien, perawatan pasien, dan pemasangan alat bantu

mobilisasi (somi brace).

19

Page 76: Kasus Rehab Lt 4

BAB V

PENUTUP DAN SARAN

Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn. A kami menemukan

banyak kesesuaian antara teori dan kenyataan lapangan, terutama tentang tanda dan

gejala SCI yang juga di rasakan pada pasien. Kami juga dapat memberikan asuhan

keeprawatan dengan cukup maksimal, terutama dalam rencana persiapan pulang

klien. Kesimpulan yang dapat dalam kasus ini adalah:

i. Tn.A mempunyai motivasi yang tinggi untuk kembali sembuh, sehingga rencana

asuhan keprawatan dapat lebih mudah dilaksanakan kepada Tn.A dan lebih

intensif, dukungan keluarga terutama istrinya juga menjadi salah satu factor

yang dapat mempertahankan semangat klien untuk kembali sembuh.

ii. Kami berkolaborasi dengan ahli fisioterapi dalam program latihan rehabilitasi

Tn.A, dan kami meminta untuk diajarkan bagaimana memakai breast stomi, dan

mobilitasi bertahap. Sehingga kami dapat tetap melatih Tn.A ketika tidak ada

ahli fisioterapi.

iii. Kondisi Tn.A sudah mulai stabil, sehingga kami dapat melatih mobilitas

bertahap klien mulai dari duduk dari tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke

kursi roda, latihan berdiri, dan latihan berjalan. Walaupun klien belum mampu

mandiri sekali, dan masih memerlukan sedikit bantuan, namun klien memiliki

semangat yang tinggi untuk melakukan latihan rutin, sehingga di harapkan klien

dapat kembali optimal.

Saran

iv. Saran untuk pendidikan ialah menjadikan Nursing Rehabilitation menjadi

matakuliah tersendiri sehingga bisa menjadi kekhususan kompetensi dari lulusan

PSIK-UIN Jakarta.

v. Untuk pihak rumah sakit terutama di GPS, untuk dapat memberikan pengarahan/

pelatihan sebelum di mulai praktik, dan bisa membuat modul rehabilitasi

keperawatan, yang bisa digunakan baik oleh mahasiswa maupun olah perawat

sehingga menambah keterampilan baik mahasiswa maupun perawat. Hal ini

20

Page 77: Kasus Rehab Lt 4

mengingat pengalaman serta reputasi RSUP fatmawati dalam pelayanan

ortopedik dan rehabilitasi mediknya.

Demikian makalah kasus yang kami buat dalam penyusunan makalah ini masih banyak

kekuran

21

Page 78: Kasus Rehab Lt 4

Daftar pustaka

Vitriana. Spondilitis tuberkulosa. Bagian ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi. Fk-

unpad / rsup.dr.hasan sadikin. Fk-ui / rsupn dr. Ciptomangunkusumo. 2002

Fitri, Fasihah Irfani. Spondilitis tuberkulosa Servikalis. Medan: Repository USU. 2010.

Doengoes, Marylinn. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC. 1999

Ahsan, Humera. Imaging Features of Tuborculosis Spondylitis. Department of

Radiology. Aga Khan University Hospital. 2004

Alavi, SM. Tuberculous spondylitis: Risk factors and clinical/paraclinical aspects in the

south west of Iran. Journal of Infection and Public Health (2010) 3, 196—200.

2010

Batticaca, Fransisca.B. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Persarafan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar; Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan sistem

persarafan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Muttaqin, A. 2007. Pengantar; Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan sistem

persarafan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Corwin, Eizabeth.J. 2007. buku saku; Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

22