jurusan pendidikan biologi fakultas mipa …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/laporan_akhir... ·...

65
i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS PENERAPAN IPTEKS PADA PENGELOLAAN UPACARA NGABEN MASSAL UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN EFISIENSI KERJA PANITIA PELAKSANA DI DESA PELIATAN UBUD GIANYAR BALI Oleh: Prof. Dr. I Made Sutajaya, M.Kes. (NIP. 196812171993031003) Prof. Dr. Ni Putu Ristiati, M.Pd. (NIP. 195001041980032001) Ida Ayu Putu Suryanti, S.Si., M.Si. (NIP. 198212052014042001) Dibiayai dari: Dana DIPA BLU Universitas Pendidikan Ganesha Nomor SP DIPA/042.01.2.400987/ 2017 tanggal 7 Desember 2016 Sesuai dengan Kontrak Pengabdian Kepada Masyarakat Nomor: 794/UN48.15/PM/2017 JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2017

Upload: hoangthuy

Post on 05-Feb-2018

265 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

i

LAPORAN AKHIR

PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS

PENERAPAN IPTEKS

PADA PENGELOLAAN UPACARA NGABEN MASSAL

UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN EFISIENSI KERJA

PANITIA PELAKSANA DI DESA PELIATAN UBUD GIANYAR BALI

Oleh:

Prof. Dr. I Made Sutajaya, M.Kes. (NIP. 196812171993031003)

Prof. Dr. Ni Putu Ristiati, M.Pd. (NIP. 195001041980032001)

Ida Ayu Putu Suryanti, S.Si., M.Si. (NIP. 198212052014042001)

Dibiayai dari:

Dana DIPA BLU

Universitas Pendidikan Ganesha

Nomor SP DIPA/042.01.2.400987/ 2017 tanggal 7 Desember 2016

Sesuai dengan Kontrak Pengabdian Kepada Masyarakat

Nomor: 794/UN48.15/PM/2017

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MIPA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2017

Page 2: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

ii

Page 3: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Kuasa,

karena berkat rahmat’Nyalah maka Laporan Akhir Pengabdian pada Masyarakat yang

berjudul: ”Penerapan IPTEKS pada Pengelolaan Upacara Ngaben Massal untuk

Meningkatkan Pengetahuan dan Efisiensi Kerja Panitia Pelaksana di Desa Peliatan

Ubud Gianyar Bali” dapat diselesaikan sesuai rencana. Dalam penulisan laporan pengabdian

ini, kami banyak mendapat masukan-masukan atau saran-saran dari berbagai pihak. Untuk itu

kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam

penulisan laporan pengabdian tersebut.

Kami menyadari sepenuhnya akan kekurangan isi laporan pengabdian ini, sehingga

dengan kerendahan hati kami mohon kritik dan saran untuk kelengkapan dan kesempurnaan

laporan pengabdian tersebut. Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

bermanfaat terutama bagi mereka yang tertarik dengan masalah-masalah ergonomi di bidang

upacara ngaben massal, khususnya yang berkaitan dengan mekanisme pengelolaannya.

Singaraja, 24 Oktober 2017

Pelaksana Pengabdian

Page 4: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

iv

ABSTRAK

PENERAPAN IPTEKS

PADA PENGELOLAAN UPACARA NGABEN MASSAL

UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN EFISIENSI KERJA

PANITIA PELAKSANA DI DESA PELIATAN UBUD GIANYAR BALI

Oleh:

I Made Sutajaya*), Ni Putu Ristiati **), dan Ida Ayu Putu Suryanti ***)

*)**)***) Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas MIPA,

Universitas Pendidikan Ganesha

Email: [email protected]

Tujuan pengabdian masyarakat adalah memberdayakan masyarakat melalui pelatihan

pengelolaan upacara ngaben massal berorientasi ergonomi untuk meningkatkan pengetahuan

dan efisiensi kerja panitia pelaksana. Pengabdian masyarakat ini menggunakan pendekatan

partisipatori berbasis ergonomi. Pelatihan pengelolaan upacara ngaben berorientasi ergonomi

yang dilakukan dalam pengabdian masyarakat ini, diawali dengan identifikasi masalah,

kemudian dibuat prioritas masalah dan selanjutnya dibuat rencana tindak (action plan).

Rencana tindak ini digunakan sebagai intervensi terhadap panitia pelaksana yang merupakan

salah satu penerapan IPTEKS di sektor informal. Pengabdian masyarakat berupa pelatihan

pengelolaan upacara ngaben massal berorientasi ergonomi dilakukan untuk mengenalkan

prinsip-prinsip ergonomi yang dipadukan dengan kearifan lokal setempat yang dapat

diimplementasikan dalam mempersiapkan sarana dan prasarana upacara ngaben serta proses

pelaksanaan upacara tersebut. Pengabdian masyarakat ini melibatkan 22 orang panitia

pelaksana sebagai subjek. Keberhasilan pengabdian masyarakat ini dievaluasi dari

peningkatan pengetahuan dan efisiensi kerja panitia pelaksana upacara ngaben massal antara

sebelum dan sesudah pelatihan. Pengetahuan panitia pelaksanan upacara ngaben massal

didata dengan tes pengetahuan kognitif yang berkaitan dengan sarana dan prasarana upacara

dan efisiensi kerja didata dengan teknik time and motion study, dengan panduan rubrik

penilaian. Hasilya dianalisis dengan uji t paired pada taraf signifikansi 5%. Hasil yang

diperoleh adalah: (a) terjadi peningkatan pengetahuan panitia pengelola upacara ngaben

massal sebesar 21,44% yang diiringi dengan efisensi kerja dari 17 hari menjadi 11 hari.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peningkatan pengetahuan dan efisiensi kerja ini

dinilai akan berdampak langsung terhadap biaya yang dikeluarkan yang tentunya akan

semakin ringan.

Kata Kunci: Ergonomi, Ngaben Massal, dan Pengelolaan

Page 5: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

v

ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

AT THE MANAGEMENT OF MASSAL NGABEN CEREMONY

TO INCREASE KNOWLEDGE AND WORK EFFICIENCY

COMMITTEE PERIODS IN VILLAGE PELIATAN GIANYAR BALI

I Made Sutajaya*), Ni Putu Ristiati **), dan Ida Ayu Putu Suryanti ***)

*)**)***) Department of Biology Education

Faculty of Mathematics and Natural Sciences UNDIKSHA

Email: [email protected]

The purpose of community service is to empower the community through training the

management of Ngaben ceremony with ergonomic oriented to improve the knowledge and

efficiency of the organizing committee. This community service uses an ergonomic-based

participatory approach. Training management of Ngaben ceremony with ergonomics oriented

conducted in this community service, beginning with problem identification, then prioritizing

the problem and then creating an action plan. This action plan is used as an intervention to the

implementing committee which is one of the implementation of science and technology in the

informal sector. Devotion in the form of training of Ngaben ceremony with ergonomics

oriented conducted to introduce ergonomic principles combined with local wisdom that can be

implemented in preparing the facilities and infrastructure of Ngaben ceremony and the process

of the ceremony. This devotion involves 22 committee implementers as the subject. The

success of this dedication is evaluated from the increased knowledge and efficiency of the

committee between before and after training. The knowledge of the organizing committee

recorded with the cognitive knowledge test related to ceremonial facilities and the efficiency

of the work is recorded using time and motion study techniques, guided by the assessment

rubric. The result is analyzed by paired t test at 5% significance level. The results obtained are:

(a) there is an increase in knowledge management committee of Ngaben ceremony of 21.44%

accompanied with work efficiency from 17 days to 11 days. Thus it can be concluded that the

increase of knowledge and work efficiency is assessed will have a direct impact on the costs

incurred which would be increasingly light.

Keywords: Ergonomics, Management, and Ngaben

Page 6: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Sampul.................................................................................................... i

Halaman Pengesahan............................................................................................. ii

Kata Pengantar........................................................................................................ iii

Abstrak.................................................................................................................... iv

Abstract................................................................................................................... v

Daftar Isi................................................................................................................... vi

Daftar Tabel.............................................................................................................. vii

Daftar Lampiran......................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi......................................................................................... 1

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah.................................................... 3

1.3 Tujuan Kegiatan...................................................................................... 5

1.4 Manfaat Kegiatan....................................................................................... 5

BAB II METODE PELAKSANAAN

2.1 Kerangka Pemecahan Masalah..................................................................... 6

2.2 Khalayak Sasaran.......................................................................................... 7

2.3 Keterkaitan................................................................................................ . 8

2.4 Metode Kegiatan........................................................................................ 8

2.5 Rancangan Evaluasi.................................................................................. 10

2.6 Materi Kegiatan............................................................................................. 10

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Penerapan IPTEKS pada Pengelolaan Upacara Ngaben Massal....... 22

3.2 Pembahasan................................................................................................... 46

BAB IV PENUTUP

4.1 Simpulan..................................................................................................... 50

4.2 Saran........................................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 51

LAMPIRAN................................................................................................................. 53

Page 7: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kerangka Pemecahan Masalah melalui Penerapan IPTEKS.................. 7

Tabel 3.1 Rincian Upakara Ngaben Massal............................................................. 22

Tabel 3.2 Rincian Ngerotok..................................................................................... 27

Tabel 3.3 Rincian Kekaryan Krama Lanang............................................................... 30

Tabel 3.4 Rincian Kakaryan Krama Istri............................................................... 31

Tabel 3.5 Rincian Eteh-eteh Banten....................................................................... 33

Tabel 3.6. Hasil Analisis Data Pengetahuan Panitia Pelaksana

Upacara Ngaben Massal di Desa Peliatan (n = 22)........................................ 45

Page 8: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Tabulasi Data .................................................................................. 53

Lampiran 2. Hasil Analisis Data ……………………………………………….. 54

Lampiran 3. Foto-foto Kegiatan............................................................................ 55

Lampiran 4. Peta Lokasi Daerah Sasaran................................................................. 56

Lampiran 5. Absensi Peserta Pengabdian.................................................................. 57

Page 9: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi

Upacara ngaben massal atau dikenal dengan istilah ngaben ngerit saat ini menjadi

upacara yang dinilai sangat membantu masyarakat yang kurang paham untuk mengelolanya.

Akan tetapi dilihat dari pengetahuan masyarakat tentang sarana dan prasarana yang diperlukan

kian hari kian menurun sebagai akibat dari kurang berminatnya masyarakat untuk

mempelajarinya karena dinilai sangat rumit dan melelahkan. Kondisi seperti ini tentu akan

berimbas terhadap efisiensi kerja selama proses persiapan dan pelaksanaan upacara ngaben

massal.

Kondisi ekonomi masyarakat Desa Peliatan mulai tahun 2002 tampaknya mengalami

penurunan. Itu terjadi sebagai akibat terpuruknya usaha dalam bidang pariwisata sebagai

dampak dari Bom Bali pada saat itu. Itu terjadi karena masyarakat di Desa Peliatan lebih

dominan menggantungkan nasibnya di bidang pariwisata (RPJM, 2011). Kondisi tersebut

semakin diperparah oleh melambungnya harga sembako di pasaran. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa perekonomian di Desa Peliatan mengalami goncangan yang sangat serius

dan memerlukan penanggulangan sesegera mungkin agar tidak menimbulkan dampak yang

lebih buruk lagi yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan jumlah penduduk miskin.

Kondisi ini akan semakin menggiring masyarakat untuk lebih memilih melaksanakan upacara

ngaben secara massal dengan harapan agar biaya yang dikeluarkan lebih sedikit dan ketika

mengalami kesulitan dalam proses persiapan tentu ada banyak orang yang akan membantu dan

diajak berdiskusi.

Pemberdayaan masyarakat merupakan strategi pembangunan. Dalam perspektif

pembangunan ini, disadari betapa penting kapasitas manusia dalam upaya meningkatkan

kemandirian dan kekuatan internal atas sumber daya materi dan nonmaterial (Muchtar, 2007).

Pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan pengelolaan upacara ngaben massal berorientasi

ergonomi sesunguhnya sangat diperlukan oleh masyarakat di Desa Peliatan, akan tetapi karena

belum diketahui strategi pengelolaan dengan cara tersebut, mengakibatkan masyarakat

mengelolanya secara tradisional yang lebih dominan hanya menghandalkan kemampuan

mengingat saja tanpa adanya mekanisme pencatatan. Kondisi seperti ini tentu akan sangat

Page 10: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

2

berisiko saat upacara berlangsung, karena ada beberapa piranti upacara yang tidak boleh

dibuat lebih dari peruntukannya.

Karena hanya menghandalkan daya ingat saja tentu akan berpeluang besar terjadi

kesalahan. Jika saat upacara baru diketahui ada piranti upacara yang tidak lengkap akan

menimbulkan keresahan bagi pelaku upacara dan bahkan sering menimbulkan pertengkaran.

Ini tentu tidak baik bagi suatu upacara yang semestinya dilakukan dengan khidmat, akan tetapi

karena manajemennya kurang memadai maka upacara tersebut akan ternoda oleh berbagai

masalah. Permasalahan mendasar inilah yang tampaknya dapat ditanggulangi melalui

pemberdayaan masyarakat dengan pelatihan pengelolaan upacara ngaben massal berorientasi

ergonomi sebagai salah satu penerapan IPTEKS di masyarakat. Dalam pelatihan tersebut

ditekankan bahwa prinsip-prinsip ergonomi yang lebih menekankan kepada efisiensi dan

keefektivan kerja selalu dijadikan acuan di dalam memperbaiki mekanisme kerja pada proses

persiapan dan pelaksanaan upacara ngaben massal. Hal itu dilakukan demi terwujudnya

upacara ngaben yang khidmat, lancar, dan tanpa halangan yang berarti.

Perlunya dilakukan pengabdian masyarakat berupa pelatihan pengelolaan upacara

ngaben massal berorientasi ergonomi, karena dari hasil analisis situasi, dapat diidentifikasi

beberapa permasalahan yang berkaitan dengan pengelolaan upacara ngaben yaitu: (a) biaya

yang diperlukan relatif tinggi; (b) kurangnya mekanisme pencatatan terhadap berbagai

keperluan upacara dengan jumlahnya masing-masing; (c) kurangnya pengetahuan dan

pengalaman masyarakat dalam mengelola upacara ngaben massal; (d) pengelolaan upacara

ngaben dinilai sangat rumit dan membingungkan; (e) manajemen pengelolaan upacara sering

dimonopoli oleh satu orang saja; (e) sulit mengingat jenis-jenis piranti upacara yang

jumlahnya sangat banyak; dan (f) minimnya fasilitator yang dapat membantu masyarakat

untuk memfasilitasi proses pengelolaan yang mengacu kepada penerapan IPTEKS. Hal ini

mengakibatkan biaya yang dikeluarkan lebih boros dan waktu yang diperlukan untuk proses

persiapan menjadi lebih lama.

Dari hasil wawancara dengan panitia upacara ngaben massal yang telah melaksanakan

tugaskan pada tahun 2014 dan akan kembali bertugas pada tahun 2017, diketahui bahwa ada

beberapa kendala yang dijumpai terkait dengan proses persiapan dan pelaksanaan upacara

tersebut, antara lain adalah: (a) kesulitan di dalam menghitung jumlah pawedal (pengeluaran)

baik dalam bentuk uang maupun dalam bentuk barang; (b) kesulitan dalam menghitung jumlah

Page 11: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

3

piranti upacara yang jenisnya sangat banyak dan tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih dari

peruntukannya; (c) kesulitan dalam menentukan jumlah komponen-komponen banten yang

harus disiapkan oleh warga yang akan membantu proses persiapan upacara; (d) kesulitan

dalam menentukan pengeluaran uang dan pedagingan atau piranti-piranti upacara bagi peserta

ngaben yang memiliki lebih dari satu sawa (mayat); (e) kesulitan dalam pembagian banten

atau upakara saat pelaksanaan upacara, karena di samping jenisnya sangat banyak juga tidak

diketahui nama banten atau piranti upakara tersebut; dan (f) kesulitan dalam mengganti banten

yang sudah digunakan sebelumnya (banten lungsuran), karena bentuk, jenis, dan tempatnya

sama untuk hari yang berbeda. Permasalahan ini akan semakin berlarut-larut jika tidak

ditangani segera dengan cara menerapkan manajemen yang lebih baik, mengingat kepedulian

masyarakat terhadap pengetahuan dan pemahaman mengenai upacara ngaben semakin

menurun. Dengan demikian perlu diterapkan IPTEKS yang diusung oleh para akademisi yang

siap membantu masyarakat untuk memecahkan masalah tersebut.

Dilihat dari aspek ergonomi, ternyata para panitia pelaksana upacara ngaben massal

belum mempertimbangkan efisiensi dan keefektivan kerja dalam menjalankan proses

persiapan dan pelaksanaan upacara. Misalnya: (a) ketika para tukang banten (serati dan tapini)

meminta kepada panitia untuk dibuatkan tabel pembuatan jajan suci (jaja kerotok), para

panitia sering kelabakan karena tidak tahu cara menghitung jumlah jajan suci yang diperlukan;

(b) ketika para tukang petulangan meminta gambaran tentang jumlah bahan yang harus dibeli

sesuai dengan jumlah petulangan yang akan dibuat, panitia tidak punya teknik perhitungan

yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten atau

upakara yang memerlukan ulam atau sate tersebut, sering tidak bisa memberikan jawaban

yang tepat; dan (d) ketidakberanian para panitia untuk membuat keputusan yang pasti, karena

segala sesuatu yang akan dikerjakan masih dalam batas perkiraan saja dan tidak ada acuan

yang pasti dan akurat. Berdasarkan kenyataan tersebut, dinilai sangat perlu untuk menerapkan

manajemen yang lebih baik melalui penerapan IPTEKS dalam pengelolaan upacara ngaben

massal dengan harapan agar efisiensi dan keefektivan kerja dapat dicapai.

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah

Bertolak dari analisis situasi yang telah diungkapkan di atas dan hasil diskusi dengan

panitia ngaben massal yang telah melaksanakan tugasnya tahun 2014 dan akan kembali

Page 12: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

4

bertugas tahun 2017 serta observasi terhadap situasi dan kondisinya teridentifikasi

permasalahan sebagai berikut.

1. Panitia pelaksana ngaben massal belum memiliki kemampuan yang memadai dalam

mengelola upacara secara lebih sistematis.

2. Panitia pelaksana ngaben massal belum memiliki kemampuan komputasi yang

memadai dalam membuat berbagai perhitungan yang lebih tepat dan lebih akurat,

misalnya program excel sangat diperlukan di dalam menghitung jumlah piranti

upakara dan komponen-komponen banten yang jumlah dan jenisnya sangat banyak.

3. Upaya pengelolaan upacara yang sifatnya lebih akuntabel belum dilaksanakan secara

maksimal mengingat para panitia lebih bersifat sosial dan didasarkan atas keikhlasan

untuk ngayah (mengabdi) sehingga relatif sulit diarahkan untuk melakukan hal-hal

yang lebih inovatif.

4. Minimnya para akademisi yang mau, mampu, dan berani untuk mengabdikan dirinya

di dalam kegiatan sosial dalam bentuk pengelolaan upacara ngaben massal, karena

pengelolaan upacara ini dinilai sangat rumit dan memerlukan kemampuan khusus jika

ingin berkontribusi di dalamnya.

5. Para generasi muda saat ini sangat awam dengan mekanisme pengelolaan upacara

ngaben massal sehingga keterlibatan mereka dalam setiap upacara ngaben massal

dinilai sangat rendah, karena mereka lebih sering hanya terlibat saat menggotong

wadah ke setra (kuburan)

Bertolak dari identifikasi permasalahan di atas dapat dibuat rumusan masalah sebagai

berikut.

1. Perlu disosialisasikan konsep-konsep ergonomi yang relevan sebagai salah satu cara

penerapan IPTEKS di dalam mengatasi permasalahan pengelolaan upacara ngaben

massal yang dilaksanakan di Desa Peliatan.

2. Perlu pelatihan pengelolaan upacara ngaben massal berorientasi ergonomi melalui

pendekatan partisipatori untuk meningkatkan pengetahuan dan efisiensi kerja panitia

pelaksana upacara ngaben massal di Desa Peliatan.

3. Perlu penanganan segera terhadap permasalahan pengelolaan upacara ngaben massal

yang selama ini menyertai para pelaku dan pelaksana upacara ngaben massal di Desa

Peliatan.

Page 13: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

5

1.3 Tujuan Kegiatan

Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan pengabdian masyarakat melalui penerapan

IPTEKS pada pengelolaan upacara ngaben massal adalah sebagai berikut.

1. Memahami konsep-konsep ergonomi yang relevan, sebagai salah satu cara penerapan

IPTEKS di dalam mengatasi permasalahan pengelolaan upacara ngaben massal yang

dilaksanakan di Desa Peliatan.

2. Mengetahui keefektivan pelatihan pengelolaan upacara ngaben massal berorientasi

ergonomi melalui pendekatan partisipatori dalam meningkatkan pengetahuan dan

efisiensi kerja panitia pelaksana upacara ngaben massal di Desa Peliatan.

3. Mengetahui strategi yang tepat di dalam penanganan terhadap permasalahan

pengelolaan upacara ngaben massal yang selama ini menyertai para pelaku dan

pelaksana upacara ngaben massal di Desa Peliatan.

1.4 Manfaat Kegiatan

Manfaat dari hasil kegiatan pengabdian masyarakat melalui penerapan IPTEKS ini

adalah sebagai berikut

1. Dapat dimanfaatkan sebagai acuan di dalam mengatasi berbagai permasalahan yang

ditemukan di dalam pengelolaan upacara ngaben massal sehingga tidak berdampak

buruk terhadap keberlanjutan upacara tersebut di Desa Peliatan.

2. Dapat dimanfaatkan sebagai sumbangan pemikiran bagi panitia pelaksana upacara

ngaben massal dan instansi terkait berkenaan dengan upaya mengatasi masalah sosial

yang dapat dipecahkan melalui implementasi konsep-konsep ergonomi khususnya

cultural ergonomic yang relevan.

3. Dapat dimanfaatkan sebagai suatu alternatif solusi yang efektif dan efisien di dalam

mengatasi rendahnya pengetahuan tentang upacara ngaben dan kurangnya efisiensi

kerja yang dialami oleh panitia pelaksana upacara ngaben massal di Desa Peliatan.

Page 14: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

6

BAB II

METODE PELAKSANAAN

2.1 Kerangka Pemecahan Masalah

Kerangka pemecahan masalah yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan

pengabdian masyarakat adalah sebagai berikut.

1. Melalui implementasi Teknologi Tepat Guna yang menekankan pada upaya

perbaikan mekanisme pengelolaan upacara ngaben massal yaitu: (1) secara teknis

perbaikan tersebut dapat dilakukan; (b) secara ekonomis dapat dibiayai; (3) secara

kesehatan dapat dipertanggung-jawabkan; (4) secara sosial budaya tidak

bertentangan; (5) hemat energi; dan (6) tidak merusak lingkungan (Manuaba, 2008)

2. Melalui implementasi pendekatan ergonomik partisipatori dapat dijelaskan bahwa

semua orang yang terlibat dalam pemecahan masalah harus dilibatkan sejak awal

secara maksimal agar dapat diwujudkan mekanisme kerja yang efisien dan kondusif

serta diperoleh produk yang berkualitas sesuai dengan tuntutan jaman (Manuaba,

2008)

3. Melalui model Entrepreneurship Capacity Building (ECP) yang diterapkan melalui

awareness program sebagai upaya untuk meningkatkan wawasan panitia pelaksana

upacara ngaben massal tentang sinergitas ergonomi dengan kewirausahaan serta cara

memonitoring dan mengevaluasi perkembangan pengelolaan upacara.

4. Melalui kerjasama antara akademisi dengan panitia pelaksana upacara ngaben massal

akan terbangun suatu budaya yang sifatnya saling membantu di dalam memecahkan

masalahnya masing-masing dimana para akademisi akan dapat mengembangkan

ilmu pengetahuannya dan masyarakat akan memperoleh pencerahan mengenai

mekanisme pengelolaan upacara ngaben massal berbasis IPTEKS.

Secara rinci kerangka pemecahan masalah melalui penerapan IPTEKS dapat dicermati

pada Tabel 2.1.

Page 15: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

7

Tabel 2.1 Kerangka Pemecahan Masalah melalui Penerapan IPTEKS

NO KEGIATAN PENERAPAN IPTEKS

1 Identifikasi dan Pemecahan

Masalah Pengelolaan

Upacara Ngaben Massal

a) Kondisi kerja secara

umum

Melalui kajian cultural ergonomic ditelusuri kondisi kerja

yang berpotensi memunculkan ketidakharmonisan di

dalam persiapan dan pelaksanaan upacara ngaben massal

b) Kondisi pelaku dan

pelaksana upacara

ngaben massal

Disosialisasikan tentang prinsip-prinsip kerja yang

ergonomis (aman, nyaman, dan sehat) serta cara

mengaplikasikan ergonomi dalam mengatasi kondisi kerja

yang berisiko memunculkan kelelahan dan penyakit

akibat kerja dan berdampak kepada keberlanjutan

pengelolaan upacara

c) Organisasi kerja Disosialisasikan tentang penerapan organisasi kerja yang

mengacu kepada pendekatan ergonomik partisipatori.

2 Diskusi interaktif dalam

menelusuri kendala yang

dijumpai dan alternatif

solusinya terkait dengan

aplikasi cultural ergonomic

Secara partisipatori semua stakeholders yang terkait

diajak berdiskusi, sehingga kendala yang ada betul-betul

merupakan kendala bersama dan alternatif solusi yang

ditawarkan merupakan hasil pemikiran bersama

3 Pelatihan singkat

penyusunan action plan

(rencana tindak)

Setelah dipilah dan dipilih permasalahan yang

teridentifikasi dan berorientasi kepada kendala yang ada,

dilakukan pelatihan membuat rumusan action plan yang

mengacu kepada unsur 5 W, 2 H, dan 1 R (what: apa

yang akan dikerjakan); why: mengapa itu yang

dikerjakan; when: kapan

dikerjakan; who: siapa yang mengerjakan: where: dimana

dikerjakan; How: bagaimana caranya; How much: berapa

biayanya; dan Regulation: apa dasar hukum atau

peraturan yang digunakan

4 Kerjasama dengan pihak

terkait

Difasilitasi kerjasama dengan pihak terkait yang

berkompeten untuk memberikan pemahaman tentang

pengelolaan upacara ngaben massal

5 Pemantauan keberlanjutan

pelaksanaan upacara ngaben

massal

Selalu diupayakan kerjasama mutualisme antara

akademisi, masyarakat pelaksana upacara, dan pelaku

upacara ngaben massal, serta pihak-pihak terkait yang

dapat berkontribusi dalam pengelolaan upacara ngaben

massal tersebut

2.2 Khalayak Sasaran

Khalayak sasaran yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan pengabdian masyarakat ini

adalah sebagai berikut.

Page 16: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

8

1. Panitia pelaksana upacara ngaben massal di Desa Peliatan, Ubud, Gianyar yang saat

ini mengalami permasalahan dalam proses persiapan dan pelaksanaan upacara

tersebut.

2. Para generasi muda di Desa Peliatan, Ubud, Gianyar yang tertarik untuk menekuni

mekanisme pengelolaan upacara ngaben massal yang berorientasi ergonomi,

khususnya cultural ergonomic.

3. Para tukang banten (serati atau tapini), tukang sate, dan tukang petulangan yang

tertarik untuk mempelajari dan memahami mekanisme pengelolaan upacara ngaben

massal yang berorientasi ergonomi.

2.3 Keterkaitan

Lembaga terkait yang dilibatkan dalam kegiatan pengabdian masyarakat melalui

penerapan IPTEKS ini adalah sebagai berikut.

1. UNDIKSHA dengan Pemda Kabupaten Gianyar yang bisa secara kolaboratif dapat

membantu panitia pelaksana upacara ngaben massal dalam mengatasi masalah

pengelolaan upacara baik pada tahap persiapan maupun pada tahap pelaksanaan.

2. Pemerintahan Desa Peliatan melalui Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)

dapat merintis kerjasama dengan pihak UNDIKSHA khususnya dalam hal

pemecahan masalah pengelolaan upacara ngaben massal.

2.4 Metode Kegiatan

Metode kegiatan pengabdian masyarakat melalui penerapan IPTEKS ini adalah

sebagai berikut.

a. Tahap persiapan

Pada tahap persiapan dilakukan kegiatan sebagai berikut.

1. Sosialisasi program pengabdian masyarakat kepada mitra.

2. Penyusunan indikator dan instrumen program pengabdian masyarakat yang berkaitan

dengan upaya pemecahan masalah pengelolaan upacara ngaben massal yang dihadapi

oleh panitia pelaksana upacara (mitra)

3. Penetapan tim pelaksana program pengabdian masyarakat sesuai dengan

kepakarannya masing-masing

Page 17: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

9

4. Pelatihan terhadap tim pelaksana tentang konsep-konsep ergonomi dan manajemen

yang dapat diaplikasikan dalam pengelolaan upacara ngaben massal.

b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan program dilakukan kegiatan sebagai berikut.

1. Pendataan masalah-masalah pengelolaan upacara ngaben massal yang menyertai

panitia pelaksana upacara di Desa Peliatan selama ini.

2. Dilakukan ceramah dan diskusi (tanya-jawab) mengenai dampak negatif yang

diakibatkan oleh kondisi kerja yang tidak ergonomis dalam pengelolaan upacara

ngaben massal dan ketidakefisienan mekanisme kerja yang dapat mempengaruhi

keberlanjutan pelaksanaan upacara ngaben massal di Desa Peliatan.

3. Mensosialisasikan cara-cara mengaplikasikan prinsip-prinsip ergonomi dan

manajemen dalam mengatasi masalah pengelolaan upacara ngaben massal.

4. Menyampaikan kepada panitia pelaksana upacara ngaben massal (mitra) tentang

prinsip-prinsip ergonomi dan manajemen yang layak dan tepat diterapkan di tempat

mereka.

5. Melalui diskusi interaktif, ditelususi kendala yang mungkin terjadi terkait dengan

aplikasi cultural ergonomic dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh

panitia pelaksana ngaben massal.

6. Memfasilitasi kerjasama antara akademisi, tukang banten, tukang sate, dan tukang

petulangan agar terjalin komunikasi yang intensif.

c. Tahap Pemantauan

Pada tahap pemantauan terhadap program pengabdian masyarakat dilakukan kegiatan

sebagai berikut.

1. Pemantauan terhadap hasil pendataan masalah pengelolaan upacara ngaben massal

yang dihadapi oleh panitia pelaksana upacara.

2. Pemantauan terhadap hasil pelatihan pengelolaan upacara ngaben massal berorientasi

ergonomi terhadap peningkatan pengetahuan dan efisiensi kerja panitia pelaksana

upacara.

3. Pemantauan terhadap kesadaran panitia pelaksana upacara ngaben massal dalam

mengaplikasikan prinsip ergonomi dan manajemen untuk menunjang keberlanjutan

pelaksanaan upacara ngaben massal.

Page 18: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

10

4. Pemantauan terhadap kerjasama akademisi, tukang banten, tukang sate, dan tukang

petulangan yang lebih difokuskan kepada terbangunnya komunikasi yang intensif.

2.5 Rancangan Evaluasi

Rancangan evaluasi yang akan dilakukan dalam menilai keberhasilan kegiatan

pengabdian masyarrakat adalah sebagai berikut.

1. Evaluasi terhadap peningkatan pengetahuan dan efisiensi kerja panitia pelaksana

upacara ngaben massal setelah diberikan pelatihan pengelolaan upacara ngaben

massal berorientasi ergonomi.

2. Evaluasi terhadap hasil implementasi prinsip-prinsip ergonomi dan manajemen dalam

mengatasi permasalahan dalam pengelolaan upacara ngaben massal dilihat dari

indikator berupa pengetahuan dan efisiensi kerja.

3. Evaluasi terhadap keberlanjutan pelaksanaan upacara ngaben massal pada tahun-

tahun berikutnya setelah dipahami mekanisme pengelolaan berorientasi ergonomi

yang dapat diaplikasikan dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh panitia

pelaksana upacara ngaben massal.

4. Evaluasi terhadap keberhasilan kerjasama antara akademisi, tukang banten, tukang

sate, dan tukang petulangan.

2.6 Materi Kegiatan

2.6.1 Ergonommi dalam Pemberdayaan Masyarakat

Ergonomi berasal dari kata Yunani yaitu ergon (kerja) dan nomos (aturan). Definisi

ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni untuk menyerasikan alat, cara kerja dan lingkungan

pada kemampuan, kebolehan dan batasan manusia sehingga diperoleh kondisi kerja dan

lingkungan yang sehat, aman, nyaman dan efisien sehingga tercapai produktivitas yang

setinggi-tingginya (Manuaba, 2008). Ergonomi sangat diperlukan di dalam suatu kegiatan

yang melibatkan manusia di dalamnya dengan memperhitungkan kemampuan dan tuntutan

tugas.

Kemampuan manusia sangat ditentukan oleh faktor-faktor profil, kapasitas fisiologi,

kapasitas psikologi dan kapasitas biomekanik, sedangkan tuntutan tugas dipengaruhi oleh

karakteristik dari materi pekerjaan, tugas yang harus dilakukan, organisasi dan lingkungan

Page 19: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

11

dimana pekerjaan itu dilakukan (Manuaba, 2008). Dengan ergonomi dapat ditekan dampak

negatif pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, karena dengan ergonomi berbagai

penyakit akibat kerja, kecelakaan, pencemaran, keracunan, ketidak-puasan kerja, kesalahan

unsur manusia, bisa dihindari atau ditekan sekecil-kecilnya (Manuaba, 2008). Dalam hal ini

ergo-entrepreneurship dimaknai sebagai konsep-konsep ergonomi yang dapat

diimplementasikan di dalam pengembangan pengetahuan dan sikap kewirausahaan seseorang

sehingga mereka mampu bersaing di era global.

Sumber kerja diartikan sebagai aspek-aspek fisik, social atau organisasional dari

pekerjaan yang dapat: (a) menurunkan tuntutan pekerjaan dan biaya yang berkaitan dengan

faktor fisiologis dan psikologis; (b) berfungsi dalam pencapaian tujuan kerja; (c) menstimulasi

pertumbuhan, pembelajaran, dan perkembangan individu. Sumber kerja merupakan predictor

terpenting dari engagement, karena mampu memprediksi komitmen suatu organisasi. Sumber

kerja berperan dalam pembentukan proses motivasi karena karyawan mampu memenuhi

kebutuhan dasarnya seperti kebutuhan ekonomi, kompetensi, dan berhubungan dengan orang

lain. Penelitian terkini menyatakan bahwa suber kerja termasuk pada level tugas sebagai

umpan balik kinerja, level interpersonal sebagai dukungan dari rekan kerja, dan level

organisasi sebagai pembinaan supervisor (Bakker & Leiter, 2010: .Bakker, 2010; Bakker, et

al, 2011 ; Bakker, et al, 2008; Shimazu, et al, 2010)

Pemanfaatan prinsip-prinsip ergonomi dalam mendesain suatu produk membuat produk

tersebut menjadi lebih sesuai dengan pemakai (users friendly), memuaskan, nyaman dan aman

(Manuaba 2008; Fam, et al, 2007; Limerick, et al, 2007). Untuk memudahkan dan mengurangi

dampak negatif yang mungkin timbul, penerapan ergonomi hendaknya menggunakan bahasa

yang sederhana, bahasa perusahaan atau bahasa masyarakat. Pendekatan sistemik, holistik,

interdisipliner dan partisipatori (SHIP) hendaknya selalu dimanfaatkan dalam setiap

pemecahan masalah atau merencanakan sesuatu sehingga tidak ada lagi masalah yang

tertinggal atau muncul di kemudian hari (Manuaba, 2008; Azadeh, et al, 2007). Di samping itu

pendekatan SHIP hendaknya diterapkan dalam pemilihan dan alih teknologi sehingga menjadi

tepat guna, dengan persyaratan: (a) secara teknik hasilnya lebih baik; (b) secara ekonomi lebih

menguntungkan; (c) secara sosial budaya dapat diterima; (d) kesehatan dapat dijamin dan

dipertanggungjawabkan; (e) hemat dalam pemakaian energi; dan (f) tidak merusak lingkungan

(Manuaba, 2008; Munaf, et al., 2008). Dari beberapa perbaikan ergonomi terbukti bahwa

Page 20: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

12

dengan penerapan ergonomi mampu memberikan keuntungan secara ekonomi, meningkatkan

keselamatan dan kenyamanan kerja. Malah telah sampai pada simpulan good ergonomi is

good economic yang merupakan acuan utama konsep ergo-entrepreneurship (Sutjana, et al.,

2008).

Pemberdayaan masyarakat terkait erat dengan faktor internal dan eksternal. Tanpa

mengecilkan arti dan peranan salah satu faktor, sebenarnya kedua faktor tersebut saling

berkontribusi dan mempengaruhi secara sinergis dan dinamis. Meskipun dari beberapa contoh

kasus yang disebutkan sebelumnya faktor internal sangat penting sebagai salah satu wujud

self-organizing dari masyarakat namun juga perlu memberikan perhatian pada faktor

eksternalnya (Anonim, 2012). Cook (1994) dalam Anonim (2012) menyatakan pembangunan

masyarakat merupakan konsep yang berkaitan dengan upaya peningkatan atau pengembangan

masyarakat menuju ke arah yang positif.

Giarci (2001) (dalam Anonim, 2012) memandang community development sebagai suatu

hal yang memiliki pusat perhatian dalam membantu masyarakat pada berbagai tingkatan umur

untuk tumbuh dan berkembang melalui berbagai fasilitasi dan dukungan agar mereka mampu

memutuskan, merencanakan dan mengambil tindakan untuk mengelola dan mengembangkan

lingkungan fisiknya serta kesejahteraan sosialnya. Proses ini berlangsung dengan dukungan

collective action dan networking yang dikembangkan masyarakat. Itu berarti pemberdayaan

masyarakat melalui pelatihan ergonomi sesungguhnya mengupayakan agar masyarakat

menyadari betapa pentingnya kesehatan dan kebugaran dalam bekerja. Di sisi lain melalui

pelatihan ergonomi dapat diwujudkan pembangunan berkelanjutan, karena akan tercipta

pekerja-pekerja yang tangguh tanpa terpapar oleh kondisi kerja yang tidak aman, tidak sehat,

dan tidak nyaman. Pada akhirnya akan diperoleh mekanisme kerja yang efektif, efisien, dan

produktif.

2.6.2 Pertimbangan Kearifan Lokal dalam Pemberdayaan Masyarakat

Kearifan lokal adalah unsur kebudayaan tradisional yang telah memiliki sejarah yang

panjang dan hidup dalam kesadaran kesadaran kolektif manusia dan masyarakat sejagat,

terkait dengan sumber daya alam, sumber daya kebudayaan, sumber daya manusia, ekonomi,

hokum dan keamanan (Geriya, 2007). Secara konseptual kearrifan lokal merupakan bagian

dari sistem pengetahuan sederhana (Sarna, 2008). Di antara keanekaragaman jenis kearifan

Page 21: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

13

lokal, ditemukan beberapa kearifan lokal yang memiliki kualitas dan keunggulan dengan

kandungan nilai-nilai universal seperti historis, religius, etika, estetika, sains dan teknologi

yang disebut lokal genius.

Tri Hita Karana sebagai warisan budaya Bali ternyata memiliki banyak keterkaitan

dengan ergonomi karena kaya dengan filosofi, nilai, etika lokal, dan dengan focus berupa

konfigurasi nilai harmoni. Dalam hal ini prinsip ergonomi yang mengutamakan unsur

kenyamanan, kesehatan, keamanan, efisiensi, dan efektivitas serta produktivitas kerja amat

terkait dengan konsep Tri Hita Karana yang sangat mempengaruhi perilaku orang Bali dalam

beraktivitas. Di samping itu warisan leluhur tentang konsep keseimbangan yang dikenal

dengan istilah Tri Hita Karana tersebut selalu menjadi inspirasi bagi pengelolaan sumber daya

alam di Bali. Dalam hal ini penerapan ergonomi di industri kecil yang berbasis kearifan lokal

sesungguhnya adalah beruasaha agar terjadi keseimbangan antara aktivitas manusia dengan

daya dukung alam di sekitarnya. Penanganan limbah perusahaan dan pembatasan waktu kerja

merupakan upaya ergonomi untuk menserasikan antara tuntutan tugas dengan kemampuan

manusia dan faktor lingkungan yang menyertai para pekerja saat beraktivitas.

Budaya Bali sangat menekankan keseimbangan dari pola relasi hubungan dengan

Tuhan, manusia, dan lingkungan. Kedinamisan keseimbangan pola relasi ini sangat terkait

dengan dinamika perjalanan waktu dan keadaan yang terjadi (desa, kala, patra). Konsep desa

kala patra juga menjadi acuan dalam perbaikan stasiun dan proses kerja di industri kecil,

karena konsep ini sangat berpengaruh terhadap keberhasilan intervensi ergonomi di suatu

daerah (Sutajaya & Ristiati, 2011).

Ajaran Catur Purusartha (Dharma, Artha, Kama, Moksa) diarahkan untuk mencapai

tujuan kebebasan yang abadi dan kesejahteraan seantero alam semesta dengan istilah

mokshartam jagadhita. Tujuan untuk mencapainya adalah dengan Catur Marga (Karma,

Bhakti, Jnana, Raja). Konsep ini amat terkait dengan prinsip ergonomi yang menekankan

kepada upaya manusia untuk meningkatkan produktivitas kerjanya dalam mencapai

kesejahteraan hidup dan tetap terjaganya kualitas kesehatan jasmani dan rohani.

2.6.3 Pertimbangan Faktor Sosial Budaya dalam Pemberdayaan Masyarakat

Geriya (2007) menyatakan bahwa kristalisasi nilai-nilai budaya yang digali dari bumi

Indonesia adalah: (a) unsur ke-Tuhanan yang diungkapkan dengan bhinneka tunggal ika tan

Page 22: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

14

hana dharma mangrua yang artinya berbeda-beda tetapi satu dan tidak ada agama yang

memiliki tujuan berbeda dimana unsur kerukunan dan toleransi agama menjadi bingkai

pemersatu; (b) unsur kemanusiaan yang egaliter dapat dijumpai pada tata kehidupan

bermasyarakat yakni menghargai sesama umat dan saling membantu jika tertimpa musiba;, (c)

unsur persatuan yang terihat jelas dengan adanya kebersamaan (collectives), kekeluargaan,

persatuan dan kesatuan serta kegotong-royongan; (d) unsur kerakyatan sebagai ciri demokrasi

terlihat dalam pengambilan keputusan dilakukan melalui jalan musyawarah mufakat; dan (e)

unsur keadilan tercermin dalam kehidupan hukum adat sebagai salah satu aspek budaya yang

mengatur secara adil dan merupakan kewajiban warga masyarakat setempat. Pendapat ini

sangat berkaitan dengan unsur-unsur yang perlu dipertimbangkan dalam penerapan ergonomi

khususnya di Bali yaitu: (a) bekerja diyakini sebagai suatu darma seseorang dan hasilnya akan

dipertanggung-jawabkan kepada Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) melalui pelaksanaan

karma marga sebagai wujud bakti kepadaNya; (b) melalui penerapan ergonomi sejak dini

diharapkan dicapai kondisi kerja yang lebih manusiawi dan tidak memaksa seseorang untuk

bekerja di luar batasan, kemampuan dan kebolehannya; (c) suatu pekerjaan akan bisa

dilakukan secara efektif dan efisien dengan hasil maksimal jika dikerjakan secara bersama-

sama melalui tim kerja yang kondusif; (d) unsur kerakyatan sebagai ciri demokrasi sangat

kentara di dalam suatu organisasi kerja yang menerapkan pendekatan SHIP (sistemik, holistik,

interdisipliner dan partisipatori) karena pendekatan tersebut memberi peluang kepada setiap

orang untuk berkontribusi sama dalam setiap mengambil keputusan dan mereka yang ingin

menang sendiri dan otoriter akan tereliminasi; dan (e) unsur keadilan dapat dilihat pada sistem

pengupahan di mana prinsip ergonomi selalu menekankan kepada sistem pengupahan yang

proporsional sesuai dengan beban kerja atau risiko yang dihadapi pekerja.

Penelitian pemberdayaan masyarakat yang berorientasi ergonomi yang menyentuh unsur

tubuh manusia yaitu: bayu (kekuatan), sabda (suara) dan idep (pikiran) dapat dijelaskan

sebagai berikut (Sutajaya, et al, 2009).

1. Dalam menentukan permasalahan di tempat kerja hendaknya memperhatikan status

nutrisi atau energi dan pemanfaatan tenaga otot (bayu) terkait dengan subjek yang

akan dilibatkan dan intervensi ergonomi yang dikenakan terhadap subjek penelitian.

Page 23: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

15

2. Dalam membuat protokol penelitian unsur sabda atau pendapat (suara) subjek perlu

diperhatikan, karena apa yang diinginkan peneliti belum tentu sesuai dengan

keinginan subjek.

3. Saat memperbaiki kondisi kerjanya diharuskan untuk mengajak subjek secara

partisipatori turut berpikir atau memanfaatkan idep mereka demi tercapainya

kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak.

Penelitian pemberdayaan masyarakat yang berorientasi ergonomi yang menyentuh unsur

sarana berlogika yaitu desa (tempat), kala (waktu) dan patra (kebiasaan) dapat dijelaskan

sebagai berikut (Sutajaya, et al, 2009).

1. Pada proses penelitian karateristik lokasi (tempat) penelitian sangat menentukan

keberhasilan suatu penelitian karena terkait dengan cara pemilihan sampel, rancangan

yang digunakan, dan strategi pendataan. Untuk itu perlu diketahui karakteristik suatu

wilayah yang akan dijadikan objek penelitian sehingga penelitian dapat berlangsung

lancar dengan hasil yang maksimal.

2. Waktu penelitian juga sangat menentukan validitas dan reliabilitas data yang

diperoleh karena jika salah menentukan alokasi waktu penelitian bisa berakibat fatal

atau penelitian mengalami kegagalan, misalnya: penelitian dilakukan saat ada upacara

agama, ini tentu akan mempengaruhi kondisi subjek.

3. Kebiasaan setempat perlu dipertimbangkan agar diperoleh data yang akurat karena

kebiasaan seseorang yang mungkin sudah dilakukan selama bertahun-tahun atau

bahkan berabad-abad lamanya tidak bertindak sebagai variabel pengganggu atau

menjadi masking effect dalam analisis data.

Penelitian pemberdayaan masyarakat yang berorientasi ergonomi yang menyentuh

unsur peradilan yaitu bukti, saksi dan ilikita (logika) dapat dijelaskan sebagai berikut

(Sutajaya, et al, 2009).

1. Bukti keberhasilan intervensi ergonomi sering digunakan sebagai acuan di dalam

melaksanakan intervensi berikutnya, karena bukti yang bisa dilihat dan dirasakan

oleh pekerja dapat bertindak sebagai pemicu motivasi pihak terkait untuk

memperbaiki kondisi kerjanya.

2. Saksi juga diperlukan untuk mempromosikan keberhasilan intervensi ergonomi

karena apa yang dikatakan atau dilaporkan oleh saksi yang dalam hal ini adalah

Page 24: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

16

subjek dan peneliti dapat mempengaruhi minat pekerja atau orang lain yang tertarik

dengan intervensi tersebut untuk diterapkan di tempat mereka.

3. Ilikita atau logika sangat berpengaruh dalam mengambil suatu keputusan terkait

dengan upaya perbaikan yang akan dilakukan, karena dalam penerapan ergonomi

diawali dengan perbaikan yang sifatnya mudah dikerjakan, murah biayanya dan

masuk akal. Itu berarti secara logis apa yang diterapkan dalam penelitian ergonomi

hendaknya masuk akal dan bisa berlanjut atau tidak hanya terbatas sebagai penelitian

saja.

2.6.4 Sinergitas Ergonomi dan Kewirausahaan dalam Manajemen Sosial

Wirausaha adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat dan menilai

kesempatan-kesempatan bisnis; mengumpulkan sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan

untuk mengambil tindakan yang tepat dan mengambil keuntungan dalam rangka meraih

sukses. Kewirausahaan pada hakekatnya adalah sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki

kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif.

Sedangkan yang dimaksudkan dengan seorang wirausahawan adalah orang-orang yang

memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatankesempatan bisnis; mengumpulkan

sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat, mengambil

keuntungan serta memiliki sifat, watak dan kemauan untuk mewujudkan gagasan inovatif

kedalam dunia nyata secara kreatif dalam rangka meraih sukses/meningkatkan pendapatan

(Amperaningrum & Ichyaudin, 2009).

Orang-orang yang memiliki kreativitas dan inovasi yang tinggi dalam hidupnya. Secara

epistimologis, sebenarnya kewirausahaan hakikatnya adalah suatu kemampuan dalam berpikir

kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan,

siasat dan kiat dalam menghadapi tantangan hidup. Seorang wirausahawan tidak hanya dapat

berencana, berkata-kata tetapi juga berbuat, merealisasikan rencana-rencana dalam pikirannya

ke dalam suatu tindakan yang berorientasi pada sukses. Maka dibutuhkan kreativitas, yaitu

pola pikir tentang sesuatu yang baru dan inovasi, yaitu tindakan dalam melakukan sesuatu

yang baru. Dalam hal ini ergonomi mengingatkan agar para wirausahawan selalu mencermati

dirinya sebagai manusia yang mempunyai keterbatasan, kemampuan, dan kebolehannya yang

Page 25: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

17

dijadikan sebagai tolok ukur di dalam bekerja atau beraktivitas sehingga tidak terjadi hal-hal

yang tidak diinginkan pada tubuh mereka.

Beberapa konsep kewirausahaan seolah identik dengan kemampuan para wirausahawan

dalam dunia usaha (business). Padahal, dalam kenyataannya, kewirausahaan tidak selalu

identik dengan watak/ciri wirausahawan semata, karena sifat-sifat wirausahawan pun dimiliki

oleh seorang yang bukan wirausahawan. Wirausaha mencakup semua aspek pekerjaan, baik

karyawan swasta maupun pemerintahan (Soeparman Soemahamidjaja, 1980 dalam

Amperaningrum & Ichyaudin, 2009).

Wirausahawan adalah mereka yang melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan

jalan mengembangkan ide, dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang (opportunity)

dan perbaikan (preparation) hidup (Prawirokusumo, 1997 dalam Amperaningrum &

Ichyaudin, 2009). Kewirausahaan (entrepreneurship) muncul apabila seseorang individu

berani mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses kewirausahaan meliputi

semua fungsi, aktivitas dan tindakan yang berhubungan dengan perolehan peluang dan

penciptaan organisasi usaha (Suryana, 2001 dalam Amperaningrum & Ichyaudin, 2009 ).

Esensi dari kewirausahaan adalah menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses

pengkombinasian sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda agar dapat bersaing.

Menurut Zimmerer (1996) dalam Amperaningrum & Ichyaudin (2009), nilai tambah

tersebut dapat diciptakan melalui: (a) pengembangan teknologi baru (developing new

technology); (b) penemuan pengetahuan baru (discovering new knowledge); (c) perbaikan

produk (barang dan jasa) yang sudah ada (improving existing products or services); dan (d)

penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih banyak

dengan sumber daya yang lebih sedikit (finding different ways of providing more goods and

services with fewer resources)

Walaupun di antara para ahli ada yang lebih menekankan kewirausahaan pada peran

pengusaha kecil, namun sifat inipun sebenarnya dimiliki oleh orang-orang yang berprofesi di

luar wirausahawan. Jiwa kewirausahaan ada pada setiap orang yang menyukai perubahan,

pembaharuan, kemajuan dan tantangan, apapun profesinya. Dengan demikian, ada enam

hakekat pentingnya kewirausahaan dengan penjelasan sebagai berikut (Amperaningrum &

Ichyaudin, 2009).

Page 26: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

18

1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan

sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses dan hasil bisnis (Ahmad

Sanusi, 1994 dalam Amperaningrum & Ichyaudin, 2009)

2. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang dibutuhkan untuk memulai sebuah usaha dan

mengembangkan usaha (Soeharto Prawiro, 1997 dalam Amperaningrum &

Ichyaudin, 2009)

3. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (kreatif)

dan berbeda (inovatif) yang bermanfaat dalam memberikan nilai lebih.

4. Kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan

berbeda (Drucker, 1959 dalam Amperaningrum & Ichyaudin, 2009)

5. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreatifitas dan keinovasian dalam

memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan

usaha (Zimmerer, 1996 dalam Amperaningrum & Ichyaudin, 2009)

6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan

mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk

memenangkan persaingan.

Untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka setiap orang memerlukan ciri-ciri

dan juga memiliki sifat-sifat dalam kewirausahaan. Ciri-ciri seorang wirausaha adalah: (a)

percaya diri; (b) berorientasikan tugas dan hasil; (c) pengambil risiko; (d) kepemimpinan; (d)

keorisinilan; (e) berorientasi ke masa depan; dan (f) jujur dan tekun (Wikipedia, 2012)

Sifat-sifat seorang wirausaha adalah sebagai berikut (Wikipedia, 2012).

1. Memiliki sifat keyakinan, kemandirian, individualitas, optimisme.

2. Selalu berusaha untuk berprestasi, berorientasi pada laba, memiliki ketekunan dan

ketabahan, memiliki tekad yang kuat, suka bekerja keras, energik ddan memiliki

inisiatif.

3. Memiliki kemampuan mengambil risiko dan suka pada tantangan.

4. Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain dan suka

terhadap saran dan kritik yang membangun.

5. Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serba bisa dan memiliki jaringan

bisnis yang luas.

6. Memiliki persepsi dan cara pandang yang berorientasi pada masa depan.

Page 27: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

19

7. Memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja keras.

Bertolak dari ciri dan sifat watak seorang wirausahawan dapat diidentifikasi sikap

seorang wirausahawan yang dapat diangkat dari kegiatannya sehari-hari, sebagai berikut

(Wikipedia, 2012)

1. Disiplin

Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki kedisiplinan

yang tinggi. Arti dari kata disiplin adalah ketepatan komitmen wirausahawan terhadap tugas

dan pekerjaannya. Ketepatan yang dimaksud bersifat menyeluruh, yaitu ketepatan terhadap

waktu, kualitas pekerjaan, sistem kerja dan sebagainya. Ketepatan terhadap waktu, dapat

dibina dalam diri seseorang dengan berusaha menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu

yang direncanakan. Sifat sering menunda pekerjaan dengan berbagai macam alasan, adalah

kendala yang dapat menghambat seorang wirausahawan meraih keberhasilan. Kedisiplinan

terhadap komitmen akan kualitas pekerjaan dapat dibina dengan ketaatan wirausahawan akan

komitmen tersebut. Wirausahawan harus taat azas. Hal tersebut akan dapat tercapai jika

wirausahawan memiliki kedisiplinan yang tinggi terhadap sistem kerja yang telah ditetapkan.

Ketaatan wirausahawan akan kesepakatan-kesepakatan yang dibuatnya adalah contoh dari

kedisiplinan akan kualitas pekerjaan dan sistem kerja.

2. Komitmen Tinggi

Komitmen adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh seseorang, baik

terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang

wirausahawan harus memiliki komitmen yang jelas, terarah dan bersifat progresif (berorientasi

pada kemajuan). Komitmen terhadap dirinya sendiri dapat dibuat dengan identifikasi cita-cita,

harapan dan target-target yang direncanakan dalam hidupnya. Sedangkan contoh komitmen

wirausahawan terhadap orang lain terutama konsumennya adalah pelayanan prima yang

berorientasi pada kepuasan konsumen, kualitas produk yang sesuai dengan harga produk yang

ditawarkan, penyelesaian bagi masalah konsumen, dan sebagainya.Seorang wirausahawan

yang teguh menjaga komitmennya terhadapkonsumen, akan memiliki nama baik di mata

konsumen yang akhirnya wirausahawan tersebut akan mendapatkan kepercayaan dari

Page 28: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

20

konsumen, dengan dampak pembelian terus meningkat sehingga pada akhirnya tercapai target

perusahaan yaitu memperoleh laba yang diharapkan.

3. Jujur

Kejujuran merupakan landasan moral yang kadang-kadang dilupakan oleh seorang

wirausahawan Kejujuran dalam berperilaku bersifat kompleks Kejujuran mengenai

karakteristik produk (barang dan jasa) yang ditawarkan, kejujuran mengenai promosi yang

dilakukan, kejujuran mengenai pelayanan purnajual yang dijanjikan dan kejujuran mengenai

segala kegiatan yang terkait dengan penjualan produk yang dilakukan olehwirausahawan.

4. Kreatif dan Inovatif

Untuk memenangkan persaingan, maka seorang wirausahawan harus memiliki daya

kreativitas yang tinggi.

Daya kreativitas tersebut sebaiknya dilandasi oleh cara berpikir yang

maju, penuh dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda dengan produk-produk yang telah

ada selama ini di pasar Gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat dibatasi oleh

ruang, bentuk ataupun waktu Justru seringkali ide-ide jenius yangmemberikan terobosan-

terobosan baru dalam dunia usaha awalnya adalah dilandasi oleh gagasan-gagasan kreatif yang

kelihatannya mustahil

5. Mandiri

Seseorang dikatakan mandiri apabila orang tersebut dapat melakukan keinginan

dengan baik tanpa adanya ketergantungan pihak lain dalammengambil keputusan atau

bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan hidupnya, tanpa adanya ketergantungan dengan

pihak lain Kemandirian merupakan sifat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang

wirausahawan Pada prinsipnya seorang wirausahawan harus memiliki sikap mandiri dalam

memenuhi kegiatan usahanya.

6. Realistis

Seseorang dikatakan realistis bila orang tersebut mampu menggunakan fakta/realita

sebagai landasan berpikir yang rasional dalam setiap pengambilan keputusan maupun

tindakan/ perbuatannya. ]Banyak seorang calon wirausahawan yang berpotensi tinggi, namun

Page 29: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

21

pada akhirnya mengalami kegagalan hanya karena wirausahawan tersebut tidak realistis,

obyektif dan rasional dalam pengambilan keputusan bisnisnya. Karena itu dibutuhkan

kecerdasan dalam melakukan seleksi terhadap masukan-masukan/ sumbang saran yang ada

keterkaitan erat dengan tingkat keberhasilan usaha yang sedang dirintis.

Page 30: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

22

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Penerapan IPTEKS pada Pengelolaan Upacara Ngaben Massal

Penerapan IPTEKS pada pengelolaan upacara ngaben massal menghasilkan rincian

upakara seperti pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Rincian Upakara Ngaben Massal

NO BANTEN KATUR RING JUMLAH

1 TUMPENG SOLAS

ATIWA-TIWA

a. Banten Ring Tengah Pura Dalem Puri 1

Pura Prajapati Dalem Puri 1

Pura Dalem Gede 2

Prajapati Dalem Gede 1

Pemlaspas Bendusa, Pemaung, Pering 2

Pengaskaran ring Petak 1

Pengadang-adang ageng 4

Pamlaspas Kajang (5 Peguruan) 5

Pemlaspas Petulangan 1

Bale Selunglung 1

Jumlah 19

b. Banten soang Pemilet Pemeras-merasan 23

Runtutan Darpana (3xsawa, Ngwangun,

Ngembang, Pengiriman) 90

Runtutan Pengadang-adang (1xsawa) 30

Jumlah 143

2 TUMPENG SOLAS

NGLUNGAH

Runtutan Darpana (1 x 11 Jml Nglungah) 11

Jumlah 11

3 TUMPENG SOLAS

NGASTI LAN

MENDAK NUNTUN

Ring sangge 1

Ring puspa 33

Metatah (Ngekeb) 1

Pemlaspas Puspa 1

Ngangget don bingin 1

Page 31: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

23

Segara Gua Lawah 4

Pura Gua Lawah 4

Pura Dalem Gede (Mendak Nuntun) 2

Jumlah 46

JUMLAH TUMPENG SOLAS SAMI 220

4 BEBANGKIT Ngewangun 1

Upadesa 2

Pengiriman 1

Ngasti 1

Jumlah Bebangkit 5

5 PEREMAN Maangge Rikala Matatah 1

6 CATUR Ring Puspa 33

Ring Sangge 1

Ring Surya 1

Ring Pawedan 2

Jumlah Catur 37

7 BANGUN URIP Upadesa (Selam) 2

Ngasti (Selam) 2

Ngewangun (Selam) 2

Darpana Atiwa-tiwa (Bawi) (3xsawa) 90

Pengadang-adang (Bawi)(jml sawa+banten tengah

2) 32

Darpana Nglungah (Bawi)(1x 11 Nglungah) 11

Bebangkit (Bawi) 5

Jumlah Bangun Urip 144

8 SUCI NGERO Banten ring tengah 78

Ngasti (1 x jumlah Puspa ) (1 x 33) 33

Ring Sangge 1

Katur ke Pemilet (@5 suci) 115

Tambahan sane katunas pemilet 48

Serep 5

Jumlah Suci Ngero 280

9 SUCI NGUPAK Banten ring Tengah 151

Sawa Niri (20 x 23 sawa) 460

Tambahan Sawa (12 x 7sawa) 84

Page 32: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

24

Nglungah (3 x 11 jml nglungah) 33

Matatah (Kah. Tiga 4 + Prajapati 2+P.Madya

1+Pereman 1) 8

Maange rikala mendak nuntun 34

Ring Tukon (2 x jml Sawa) 60

Katur ke Pemilet (@ 5 suci) 115

Tambahan sane katunas pemilet 54

Serep 50

Jumlah Suci Ngupak 1.049

10 SUCI SIBAKAN Banten ring Tengah 128

Ring Pisang Jati (1 x jml sawa) 30

Katur ring Sawa (6 x Jumlah Sawa) 180

Jumlah Suci Sibakan 338

11 SESUKLAN

PEBERSIHAN

Saji Ngasti (Jml Puspa + Sangge) 34

Teteg (Jml Bebangkit) 5

Suci Ngero 280

Suci Ngupak 1.049

Suci Sibakan 338

Lis (4xsawa+1xPebasmian+ 3banten tengah) 146

Jumlah Sesuklan Pebersihan 1.852

12 SESUKLAN

PEBERSIHAN +

DUMA

Suci Ngero 280

Suci Ngupak 1.049

Jumlah Sesuklan Pebersihan + Duma 1.329

13 SAJI Saji Ngaben (5xsawa + 20 banten tengah) 170

Saji Ngasti (Puspa+Sangge+ 6 banten tengah) 40

Jumlah Saji 210

14 DAKSINA +

BUNGKAK

Suci Ngero 280

Suci Ngupak 1.049

Jumlah Daksina +Bungkak 1.329

15 JAPIT Ring sawa (6 x sawa) 180

Ring Puspa (1 x Puspa) 33

Ring Sangge 1

Banten tengah 14

Page 33: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

25

Serep 5

Jumlah Japit 233

16 PAJEG Ring puspa (1 x puspa) 33

Ring Sangge 1

Ring Surya 4

Bebangkit 5

Serep 5

Jumlah Pajeg 48

17 PIRATE RARE 4 X Jml Sawa (Ngwangun, Ngembang,

Upadesa, Ngirim)

120

18 TERANG KASTURI

a. Atiwa-tiwa Ring peturon (4 x Jml Sawa) 120

Nglungah 11

Prajapati 2

Damar Kurung 30

Surya 2

b. Ngasti

Puspa 33

Sangge 1

Surya 2

Damar Kurung 33

Jumlah Terang Kasturi 234

19 PENGADANG-ADANG 1x Jml Sawa + 4 Pengadang-adang ageng 34

20 PENGULAPAN Ring sawa (4 x sawa) 120

Bale pebasmian 23

Banten tengah 3

Jumlah Pengulapan 146

21 SARASWATI

ONGKARA

Suci Ngero 280

Saji Ngasti 40

Serep 10

Jumlah Saraswati Ongkara 330

22 PANJANG JAMPEL

LEBENG

Ring pengadang-adang (2 x sawa) 60

Banten tengah 2

Jumlah panjang jampel lebeng 62

Page 34: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

26

23 PANJANG JAMPEL

MATAH

Ring pengadang-adang (2 x sawa) 60

Banten tengah 2

Jumlah panjang jampel matah 62

24 PANJANG GEBLAG Manut jumlah Bale Pebasmian 23

25 PEMEEG Maangge ring ngaben (jml sawa + 1 prajapati) 31

Maangge ring ngasti (jml puspa + 1 sangge) 34

Jumlah Pemeeg 65

26 LIWET Ring puspa (2 x puspa) 66

Ring Sangge 2

Ring Surya 2

Jumlah Liwet 70

27 TEBOG Ring Puspa (2 x puspa) 66

Ring Sangge 2

Ring Surya 2

Jumlah Tebog 70

28 PENERUS Ring Puspa (2 x puspa) 66

Ring Sangge 2

Ring Surya 2

Jumlah Penerus 70

29 PERAS JALAN Manut jumlah Bale Pebasmian 23

30 PERAS PENGLAMUK Manut jumlah Bale Pebasmian 23

31 PERAS TLAJAKAN Manut jumlah puspa + Sangge 34

32 TETEH TABUNAN Manut jumlah sawa 30

33 DIUS KUMALIGI Manut jumlah sawa (2 x jml sawa) 60

34 PENGIDERGITAN Manut jumlah pemilet 23

35 BANTEN PLANGKAN Manut jumlah Bale Pebasmian 23

36 PERING Makarya kakalih (apasang) 2

37 GEBLAG Manut jumlah Bale Pebasmian 23

38 PEMERAS-MERASAN Manut jumlah pemilet 23

39 TETEG Manut jumlah bebangkit (5) + pereman (1) 6

40 SAYUT PEGOYAN Manut jumlah bebangkit (5) + pereman (1) 6

41 PENYEMEK Manut jumlah bebangkit (5) + pereman (1) 6

42 PENGANGKAT Manut upakara ring tengah 9

43 SAMUH NGELE Pengadang-adang (34 x (Sawa + Ageng 4) 34 x

(30 + 4) 1.156

Page 35: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

27

Pirata Rare 9x(4 x sawa) 9 x (4x 30) 1.080

Panjang ilang (5 x sawa) 5 x 30 150

Geblag (1 x Pebasmian) 1 x 23 23

Banten plangkan (5 x plangkan) 5 x 23 115

Nglungah (9 x jml nglungah) 9 x 11 99

Banten Caru Ekasata 1 x Jumlah Caru Ekasata (1 x

42) 42

Jumlah Samuh Ngele 2.665

44 PRASANTUN Manut jumlah tetegep upakara (68 x pemilet) 1.564

45 SANTUN GEDE Manut jumlah tetegep upakara 100

46 CARU EKASATA Manut keperluan macaru 42

47 DAPETAN Manut jumlah maturan 10

48 PEKLIYANGAN Manut keperluan mekliyang 8

49 SEGEH AGUNG Manut keperluan mesegeh agung 2

50 JERIMPEN Manut keperluan banten tengah 32

51 TEBASAN

SIDAKARYA

Manut jumlah tukang -

Penerapan IPTEKS pada pengelolaan upacara ngaben massal menghasilkan rincian

ngerotok seperti pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Rincian Ngerotok

NO SANE KEKARYANIN RINCIAN JML.

1 SARASWATI Suci Ngero 269

Suci Ngupak 1.016

Suci Sibakan 331

Saji Ngaben 165

Saji Ngasti 39

Teteg 6

Pulagembal 5

Samuh Ngele 2.566

Jumlah saraswati 4.397

2 NGEROTOK Suci ngero x 10 (269 x 10) 2.690

Page 36: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

28

Suci ngupak x 5 (1016 x 5) 5.080

Suci sibakan x 1 (331 x 1) 331

Saji ngaben x 2 (165 x 2) 330

Saji ngasti x 4 (39 x 4) 156

Samuh ngele x 1 (2.566x1) 2.566

Teteg x 3 (6 x 3) 18

Sayut pegoyan x 3 (6x 3) 18

Jml. sanganan ngerotok 11.189

3 SANGANAN KEROTOK

1 Getah Sigapo 11.189

2 Bucu telu 11.189

3 Kelongkang 11.189

4 Bungan temu 11.189

5 Kekuluban 11.189

6 Kebeber 11.189

7 Padma 11.189

8 Kekupa 11.189

9 Penangkeb kesimbar 11.189

10 Mati putih 11.189

11 Mati kuning 11.189

12 Pengada 11.189

13 Kepuan udang 11.189

14 Kembang kerang 11.189

15 Panji masimbangan 11.189

16 Canigara 11.189

17 Cili mentik 11.189

4 PENAMBAH NGERO Jml suci ngero x 10 (269 x 10) 2.690

Page 37: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

29

1 Kebeber sari 2.690

2 Kaliadem 2.690

3 Gelang-gelang 2.690

4 Ratu magelung 2.690

5 Kembang duren 2.690

6 Batum cluki 2.690

7 Jaja gurita 2.690

5 SELANDAR SAJI Saji ngaben x 2 (165 x 2) 330

Saji ngasti x 4 (39 x 4) 156

Suci ngero x 10 (269 x 10) 2.690

Teteg x 2 (6 x 2) 12

Jumlah selandar saji 3.188

6 SANGANAN JAPIT & PAJEG Japit 226

Pajeg x 2 (47 x2) 94

Jumlah sanganan japit & pajeg 320

7 SANGANAN JERIMPEN Banten tengah (5 x jml jerimpen) 160

8 PULA GEMBAL Banten tengah 5

9 SANGANAN

BEBANGKIT+PEREMAN

Banten tengah 6

10 SARASWATI ONGKARA Suci ngero 269

Saji ngasti 39

Jumlah saraswati ongkara 308

11 SELANDAR NGERO + SAJI Penambah ngero 2.690

Selandar saji 3.188

Jml landar ngero + saji 5.878

12 LIKAS SIGAPO NGERO + SAJI Penambah ngero 2.690

Selandar saji 3.188

Jml. likas sigapo ngero + saji 5.878

Page 38: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

30

Penerapan IPTEKS pada pengelolaan upacara ngaben massal menghasilkan rincian

kekaryan krama lanang (pekerjaan warga pria) seperti pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Rincian Kekaryan Krama Lanang

NO SANE KEKARYANIN Jumlah

1 PETAK 22

2 PETURON 22

3 BALE PAWEDAN 2

4 SURYA 3

5 GENAH TIRTA 1

6 DAMAR KURUNG 61

7 SANGGAH DAMAR KURUNG 2

8 SANGGAH BALANG TAMAK 1

9 SANGGAH SAWANGAN TAN ANA 1

10 PENJOR 2

11 SANGGAH PENJOR 2

12 PLANGKAN 22

13 BALE PEBASMIAN 22

14 PENYIRAMAN (Ageng 6, Alit 16) 22

15 PEPAGA 51

16 BALE BANDUNG 22

17 PENYEKEHAN(Dempet 6, Niri 16) 22

18 PLENGKUNGAN 22

19 PENGASKARAN 22

20 PETULANGAN 22

21 DEDAMPA 22

22 TUMPANG SALU 22

23 BENDUSA 5

24 PEMAUNG 24

25 ANTE 29

26 SUAH 29

27 PETAT 29

28 GALENG 29

29 TOPONG-TOPONGAN 62

Page 39: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

31

30 BAJU-BAJUAN 62

31 PAYUNG KECER 58

32 SOK PONJEN 29

33 SOK AMBU 29

34 KLUKUH 29

35 PANJANG ILANG 142

36 ANGKLUNG-ANGKLUNGAN 33

37 JUKUNG-JUKUNGAN 22

38 CORONG 22

39 SANGSANGAN 44

40 BEBANGKIT GROMBONG 6

41 KERANJANG JERIMPEN 32

42 SEPIT 71

43 ILIH 245

44 SANGGAH CUCUK 42

45 PANAH 2

46 WAKUL SEKAR URA 22

47 PAJENG KERTAS 22

48 BALE SELUNGLUNG 1

Penerapan IPTEKS pada pengelolaan upacara ngaben massal menghasilkan rincian

kekaryan krama istri (pekerjaan warga wanita) seperti pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Rincian Kakaryan Krama Istri

NO BANTEN Jumlah

1 TUMPENG SOLAS ATIWA-TIWA 162

2 TUMPENG SOLAS NGLUNGAH 11

3 TUMPENG SOLAS NGASTI

LAN MENDAK NUNTUN

47

Jumlah sami 220

4 BEBANGKIT 5

5 PEREMAN 1

6 CATUR 37

7 BANGUN URIP 144

8 SUCI NGERO 280

Page 40: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

32

9 SUCI NGUPAK 1.049

10 SUCI SIBAKAN 338

11 SESUKLAN PEBERSIHAN 1.852

12 SUKLAN PEBERSIHAN + DUMA 1.329

13 SAJI NGABEN 170

SAJI NGASTI 40

14 DAKSINA + BUNGKAK 1.329

15 JAPIT 233

16 PAJEG 48

17 PIRATE RARE 120

18 TERANG KASTURI 234

19 PENGADANG-ADANG 34

20 PENGULAPAN 146

21 SARASWATI ONGKARA 330

22 PANJANG JAMPEL LEBENG 62

23 PANJANG JAMPEL MATAH 62

24 PANJANG GEBLAG 23

25 PEMEEG 65

26 LIWET 70

27 TEBOG 70

28 PENERUS 70

29 PERAS JALAN 23

30 PERAS PENGLAMUK 23

31 PERAS TLAJAKAN 34

32 TETEH TABUNAN 30

33 DIUS KUMALIGI 60

34 PENGIDERGITAN 23

35 BANTEN PLANGKAN 23

36 PERING 2

37 GEBLAG 23

38 PEMERAS-MERASAN 23

39 TETEG 6

40 SAYUT PEGOYAN 6

41 PENYEMEK 6

42 PENGANGKAT 9

Page 41: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

33

43 SAMUH NGELE 2.665

44 PRASANTUN 1.564

45 SANTUN GEDE 100

46 CARU EKASATA 42

47 DAPETAN 10

48 PEKLIYANGAN 8

49 SEGEH AGUNG 2

50 JERIMPEN 32

Penerapan IPTEKS pada pengelolaan upacara ngaben massal menghasilkan rincian eteh-

eteh banten seperti pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Rincian Eteh-eteh Banten

NO ETEH-ETEH PEMARGIN ETEH-ETEH JUMLAH

1 PERANGKAT

PEMADE

1 Bebangkit upadesa 1

2 Bebangkit pengiriman 1

Jumlah 2

2 PERANGKAT

NYOMAN

1 Darpana Atiwa-tiwa (3 x sawa) 84

2 Pengadang-adang (1 x sawa) + pengadang

Ageng 1

29

3 Darpana Nglungah (1 x nglungah) 6

4 Tumpeng solas P. Dalem Puri 1

5 Tumpeng solas P. Dalem Gede 2

6 Tumpeng solas P. Prajapati 1

7 Tumpeng solas soang peguruan (5) 5

8 Tumpeng solas pemeras-merasan 22

9 Tumpeng solas pemlaspas benusa + pemaung 2

10 Damar kurung (Atiwa-tiwa 28 + Ngasti 32) 60

11 Sanggah balang tamak 1

12 Serep 3

Jumlah 216

3 KETENGAN

SOLAS

1 Darpana Atiwa-tiwa (3 x Sawa) 84

2 Pengadang-adang (1 x sawa) + pengadang

Ageng 1

29

Page 42: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

34

3 Darpana Nglungah (1 x Nglungah) 6

4 Tumpeng solas P. Dalem Puri 1

5 Tumpeng solas P. Dalem Gede 2

6 Tumpeng solas P. Prajapati 1

7 Tumpeng solas soang peguruan (5) 5

8 Tumpeng solas pemeras-merasan 22

9 Tumpeng solas pemlaspas benusa + pemaung 2

10 Bebangkit ngwangun 2

11 Bebangkit upadesa 2

12 Bebangkit ngasti 2

Jumlah 158

4 KAWISAN

1 Darpana Atiwa-tiwa (3 x Sawa) 84

2 Pengadang-adang (1 x sawa) + pengadang

Ageng 1

29

3 Darpana Nglungah (1 x Nglungah) 6

4 Tumpeng solas P. Dalem Puri 1

5 Tumpeng solas P. Dalem Gede 2

6 Tumpeng solas P. Prajapati 1

7 Tumpeng solas soang peguruan (5) 5

8 Tumpeng solas pemeras-merasan 22

9 Tumpeng solas pemlaspas benusa + pemaung 2

10 Bebangkit ngwangun 4

11 Bebangkit upadesa 4

12 Bebangkit ngasti 4

13 Gelar sanga 5

14 Sok Ambu (1 x pemilet) 22

15 Serep 3

Jumlah 194

5 KETENGAN SIYA

1 Gelar sanga Ngewangun 1

2 Gelar sanga Upadesa 2

3 Gelar sanga Pengiriman 1

4 Gelar sanga Ngasti 1

Jumlah 5

6 GELAR SANGA Manut jumlah bebangkit 4

7 BANGUN URIP

1 Darpana Atiwa-tiwa (3 x Sawa) 84

2 Pengadang-adang (1 x sawa) + pengadang

Ageng 1

29

3 Darpana Nglungah (1 x Nglungah) 6

4 Bebangkit ngwangun 2

Page 43: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

35

5 Bebangkit upadesa 2

6 Bebangkit ngasti 2

Jumlah 125

8 PENYENENG

1 Upadesa 1

2 Pengutangan 1

3 Pengiriman 1

Jumlah 3

9 TADAH ALAS

1 Upadesa 1

2 Pengiriman 1

Jumlah 2

10 SATE PANJANG

1 Manut sawa x 4 (28 x 4) 112

2 Manut pemasmian 22

3 Manut pengadang-ngadang Ageng (2x2) 4

Jumlah 138

11 SATE

PENGANGON

1 Manut sawa x 1 (28 x 1) 28

2 Banten tenggah 2

Jumlah 30

12 SATE PERING Manut jumlah pering 2

13 GULING KUCIT

BIASA

Manut bebangkit 4

14 GULING KUCIT

PANJER

Manut pemilet 22

15 BALUNG GENDIL 4

16 BAKARAN

17 KAWISAN

PESEGEH

1 Nunas Tirta 14

2 Pengaskaran (manut peguruan) 5

3 Pemlaspas Kajang (manut peguruan) 5

4 Pemlaspas Tukon (manut peguruan) 1

5 Pemlaspas Banten 1

6 Pemlaspas Sate 1

7 Pemlaspas Pering 1

8 Pemlaspas Petulangan 6

9 Pawedan 6

10 Wayang 3

11 Pura Madya 8

Page 44: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

36

12 Petulangan 22

Jumlah 73

Hasil pelatihan pengelolaan upacara ngaben massal di Desa Peliatan juga

menghasilkan resume banten dan pamiteges karya sebagai berikut.

1. Nihan Indik Pengadang-Adang

1. Wadah pengadang-adang punika antuk wakul kakalih.

2. Maaled kampil masurat madaging:

1) Beras

2) Nasi duang gulung mealed ceper

3) Ambengan

4) Padang lepas

5) Nyuh abungkul

6) Taluh siap

7) Jatah calon

8) Dengdeng ati

9) Brabas ayung-ayung

10) Jangan bayem luwur

11) Balung gagenderan

12) Katupang

13) Balung kidung

14) Ular alir

15) Serampitan

16) Uyah

17) Sera barak

18) Tum kakacu

19) Tum ijung

20) Tum gagenderan

21) Balung bolong

22) Kekali

23) Urutan matunu

24) Panak biyu

Page 45: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

37

25) Raka sakewenang mawadah wakul busung

26) Kecer orti jejepitan lebeng matah pada wijinan

3. Nasi Buana: nasi tepengan, sambel adas, tuwak apucung

4. Nasin Weci: nasi sahsah mawadah piring, kewangen, bubuh pirate, wija catur warna.

5. Sajin Bhatara Kala: payuk madaging toya makalung pipis 25, pabersihan, wija catur

warna, dius kumbaligi, duwegan abungkul, pelawa ambungan dadi awadah, sorohan

pebangkit.

6. Sajin Awan: kembang ura

7. Sajin Titi Gonggang: bubuh pirate

8. Sajin Semut: gula kelapa, buluh maules sutra petak madaging bulun merak, kemaon,

malem, bulun angsa, jaum kodi, metekep jebugarum, nasi apulung, be sera barak, lan

bawang jahe.

9. Sajin Rare: nasi 18 tanding sami mawadah tangkih lan maulam kacang komak.

10. Nasin Empas Ijo: taluh bebek 3, ulam bawi matah, wija catur warna, nyuh asibak misi

gula.

11. Sajin Kebo Raja: muncuk dapdap telung muncuk lan padang lepas.

12. Sajin Asu Gaplong: nasi agulung, calon 4, balung gagending, lan raka sakewenang

13. Sajin Itik Uluaking: nasi 2 gulung, berengkes, balung kidung, lan isin jajeron.

14. Sajin Wek Sidamalung: bubuh pirate maiwak wot bekatul lan wija catur.

15. Sajin Asu Jamprah: nasi agulung, balung katupang, jajeron, berengkes, lan wija

catur.

16. Sajin tukad, uma, pasih, buwana, gunung: nasi mancawarna ring tengah brumbun,

ne putih mabe nyalian, ne barak mabe udang, ne selem mabe yuyu, ne kuning mabe

lele, ne brumbun mebe serandu, pamiyakawon.

17. Sajin panebusan majeng Sang Suratma: ulam lelauh

18. Sajin Kaki Patuk: tumpeng abungkul maulam betutu siap mawadah wakul,

matungked besi canggah telu matanceb carang ae gondang, wakule mekamben kampil

masabuk kamben poleng, beras akulak, jinah satak selae (225), benang, biyu, iber-iber

ayam biying, pelas, gerang agung, woh-wohan, bijaratus, jajepitan, kakecer matanceb

orti pada mapasang dados awadah.

Page 46: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

38

19. Sajin Sang Cikrabala: ulam sulampit 25, nasi kokoh, segeh ramesan, balung

gagending, taluh bebek, nyuh asibak misi gula sakerek.

20. Sajin Sang Widiadari: nasi pangkon putih kuning, masekar manut warna, matekep

taluh madadar, tipat pesor, lan raka sakewenang.

21. Sajin Buta Kakulung: nasi apangkon maulam kawisan

22. Sajin Bangkal: ulamnya mawadah sinduk.

23. Sajin Sang Suratma: nasi mawadah kau maulam balung tiga (sami pada matah), sera

lebeng matah, isin jajeron dados petang ceper, berengkes pelas pada madasa.

24. Sajin Bhuta Pancung: ulam tasik selutan, semuuk, lan nasi lembaran.

2. Nihan Indik Tatukon

1. Matatakan nyiu makebat kampil marajah padma

2. Madaging kasa marajah dasaksara ring Padma.

3. Beras mereka wong-wongan.

4. Nyuh abungkul pinaka sirah.

5. Bila, utu, benang selem pinaka bok (rambut).

6. Lekesan solas magenah ring rambut.

7. Don intaran ring alis.

8. Cambeng pinaka cunguh.

9. Jaum keling pinaka bulun cunguh (yen istri 21, lanang 11).

10. Taluh pinaka gempulukan mata.

11. Tingkih pinaka selem mata.

12. Tunjung biru pinaka lihat.

13. Tape maungkus pinaka polo.

14. Don delem pinaka kuping.

15. Godoh lan sumping taler pinaka kuping.

16. Manggis pinaka bibih.

17. Kasuna 20 biji, pinaka untu.

18. Bawang putih patpat pinaka caling.

19. Sekar rijasa pinaka isit.

20. Dodol pinaka layah.

Page 47: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

39

21. Pangi pinaka jagut.

22. Kasturi pinaka tilu.

23. Duren pinaka mua.

24. Buluh gading ajengkang maules sutra putih pinaka bahu.

25. Jebugarum abesik pinaka batun salak.

26. Lungid duang iyis pinaka tulang singgel.

27. Bantal agung pinaka lengen.

28. Buah lan base pinaka juringan lima.

29. Kecambah pinaka bangkit tangan.

30. Tebu cemeng petang keleng sa-hasta panjangnia pinaka lengene kakalih.

31. Bantal base pinaka jeriji lima.

32. Jahe duang impang pinaka telapakan tangan.

33. Bubuh ketan gajih, empehan, lepit lepe, bulung sesapi, don gatep anggen ngaput

pinaka susu makakalih.

34. Genti gempong pinaka pungsed.

35. Paya tanduk pinaka dumi.

36. Biyu dak duang ijas pinaka tulang iga.

37. Nyalian buluh pinaka kampid.

38. Pusuh pinaka papusuhan (jantung).

39. Biyu kayu duang ijas pinaka peparu.

40. Gula pinaka ati.

41. Benang putih pinaka usus.

42. Keladi gondang pinaka babuwahan (ginjal) makakalih.

43. Paya puwuh pinaka nyali (empedu).

44. Gedang pinaka limpa.

45. Bubuh sumsum pinaka kulit.

46. Deluwang (kertas) masurat Padma pinaka tudtud.

47. Tebu selem bantal pudak sa-hasta panjangnia pada patpat-patpat pinaka batis.

48. Base jeriji adasa pinaka jerijin batis.

49. Jahe duang impang pinaka telapakan batis.

50. Tuwung buaka pinaka tunggakan batis.

Page 48: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

40

51. Ketimun pinaka betekan batis.

52. Bebalungan, atal, cendana, lengis catur warna makasami pinaka muluk.

53. Arak berem tuak lan berem injin sami pada apucung miwah galuga pinaka getih.

54. Kawat emas, selaka, tembaga, pada adasa (10) katih pinaka uwat.

55. Genti gempong, genti gunung, gegala sinura, perada, lan geguntingan pinaka isin

awak.

56. Benang sutra, wija catur warna, benang catur warna, lan banyu mas pinaka

rerampinging awak.

57. Tuwung bulan, sukun, timbul, waluh, beligo, pepare, kacang magenep, tanah putih,

wangi-wangi, lan nuduh, pinaka seranduning awak.

58. Carang ae baas medaging saet mingmang pinaka tungked.

59. Srumpitan kebo yos merana, bubuh pirata, lengis miyik, lan lungsir putih pinaka

seranduning awak.

60. Sutra putih pinaka kulit.

61. Sewarnaning temu, pelawa ampinan luwirnia: kayu mas, kayu sugih, daun kikian,

kendangga, ancak, bila, ambengan, padang lepas, woh-wohan, nasi sagulung, ayam

matingkag di tundun, sarwa babungkilan, bubuh pirata, calon matah, ajuman putih

kuning

62. Ne pinaka kuku, kepitan pusuh lan tuwung pitpit muang cempaka putih kuning.

63. Madaging guling taluh matusuk baan carang dapdap, lan sampian naga sari.

64. Marubrub baan kamben putih merajah tastra tri aksara medaging orti, kakecer,

jajepitan.

3. Pamiteges Karya

A. NGEWANGUN (Redite Wage Wayang, 23 Juli 2017)

1.1 Nunas Sawa Rsi

a. Galah nunas Sawa Rsi lan Sang Aurip ring peguruan soang-soang

1. Dados serahina sedurung Ngewangun (galah Nyoreang)

2. Dados ritatkala Ngewangun (galah semengan)

b. Risampune rawuh ring petak patut katuran: Segehan Alit ring ajeng petak soang-soang

c. Yening nunas Sawa Rsi sarahina sedurunge Ngewangun mangda mamargi sakadi ring

sor

Page 49: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

41

1. Sawa Rsi kasirepang ring petak

2. Sang Aurip megenah ring samping tengen atawi ulu Sawa Rsi

3. Sawa Rsi sane kakalih (sane lanang ring tengen sane istri ring kiwa) atawi sane

duwuran ring tengen sane alitan ring kiwa

1.2. Ke Pura Dalem (Pk. 08.00 WITA)

a. Pemargine, Sang Aurip Dumunan, Sawa Rsi ungkuran

b. Sane dados ngeranjing ke Pura Dalem wantah Sang Aurip kemanten, Sawa Rsi

nyantos ring Jaba Sisi.

c. Risampune puput pula-pali upakara ring Pura Dalem pemargine sekadi ring sor:

1. Sang Aurip lan Sawa Rsi nuju gumukan soang-soang pacang ngendag.

2. Sane mamitan ke segara, mamargi ke segara Pk. 06.00 Wita makta Sawa Rsi

kemanten (Ngendag ring setra genah Ngeseng ritatkala Makingsan ring Gni)

d. Pemargin ngendag (Pk. 10.00 WITA)

1. Ngeplugan tendas papah ping tiga marep kaler, kangin, kelod lan kauh.

2. Sang Aurip meideran ping tiga (purwa daksina) sambil macek-macekin carang

dapdap mecanggah tetiga punika.

3. Riwus maideran, Sang Aurip kagenahan ring duur Sawa Rsi.

4. Nenten kalugra ngambil tanah setra risantukan tan dados makta tanah setra ke

pekarangan desa.

5. Riwus ngendag raris nuju ke Pura Prajapati (ring arep Pura kemanten), raris

katurang pamuspan.

6. Riwus muspa raris ngiderin Pemuun ping tiga (purwa daksina)

7. Raris mamargi nuju petak

8. Risampune rawuh ring angkul-angkul petak katurang Segehan Agung, riwus

punika raris nuju petak soang-soang

9. Ring petak, Sawa Rsi kasirepang

10. Sang Aurip kagenahan ring samping tengen atawi ring ulu

11. Katuran soda lan base penyapa

12. Satmaka sungkan raris katuran boreh lan simbuh

13. Raris lampus tur kalanturan antuk nagingin rurub kasa

Page 50: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

42

1.3 Nusang (memargi nyoreang pukul 14.00 Wita)

a. Pemargin nusang kaenter antuk Welaka

b. Wusan nusang Sawa Rsi lan Sang Aurip karingkes dados asiki

c. Wus punika kagenahang ring petak ring beduur penyekehan

d. Raris ngayab kapuput antuk Ida Pedanda

B. MESALIN/ NGEMBANG (Soma Kliwon Wayang, 24 Juli 2017)

1. Galah semengan (pukul 09.00 Wita) nunas tirta ring Pura Kahyangan Tiga lan

Pramanca

2. Galah Nyoreang (ngawit pukul 17.00 Wita) muserin bendusa (kalaksanayang

antuk Welaka)

3. Mlaspas bendusa, pemaung, tumpang salu, pelengkungan, lan bale bandung (kaenter

antuk Welaka)

4. Raris Ngayab Darpana (kaenter antuk Welaka)

5. Risampune wusan ngayab kalanturan antuk Mesalin

6. Sadurunge mesalin, upakara mangda kalungsur, nanging upakara ring peturon lan

nasi angkeb nenten kalungsur

7. Sane kalukar wantah tikeh lan ante

8. Kasa pengulungan lan benang sane medaging jinah bolong nenten kalukar

9. Riwus punika kasiratan antuk toya bungkak nyuh gading, raris kagulung malih

antuk kasa anyar

10. Selanturnyane, kagenahang ring bendusa atawi pemaung.

11. Pelengkungan kadagingin kasa tur kawastranin

C. UPADESA (Anggara Umanis Wayang, 25 Juli 2017)

1. Pemilet makasami nunas ampilan ring peguruan soang-soang (galah pukul 07.00

WITA)

2. Ampilan punika kabakta ritatkala Ngening kategepin antuk topong-topongan lan baju-

bajuan.

3. Pemargin ngening lan mendak kajang sakadi ring sor:

a. Mamargi nuju beji belong pukul 09.00 WITA

Page 51: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

43

b. Sane pinih ajeng pasepan, canang rebong, tiga sampir raris kaiiring antuk

ampilan, topong-topongan, lan baju-bajuan.

c. Risampunan rawuh ring Beji Belong katurang upakara raris manah toya tur

nunas toya pengeningan.

d. Topong-topongan lan baju-bajuan raris kasiratan antuk toya ring pancoran beji

belong.

e. Raris ngaturang pamuspan.

f. Toya pengeningan punika wenten sane kebakta ke peguruan soang-soang

kaanggen nyiratang kajang, lan piranti sane tiosan.

g. Toya pengeningan raris kairing nuju ke petak (ring angkul petak katurang

segehan alit)

h. Risampune ngening pemilet metulak malih ke peguruan soang-soang mendak

kajang, lan piranti sane tiosan.

i. Risampune rawuh ring petak raris katurang segehan alit ring angkul-angkul

petak.

4. Risampune jangkep makasami kalanturang antuk Ngayab (galah nyoreang pukul 19.00

WITA) kapuput antuk Ida Padanda.

5. Riwus muspa kalanturan antuk mepemeras-merasan

D. PENGUTANGAN & PENGIRIMAN (Buda Paing Wayang, 26 Juli 2017)

1. Galah pukul 08.00 WITA melaspas petulangan kaenter antuk Welaka.

2. Risampune katurang upakara kalanturan antuk pamuspan sane kamiletin antuk tukang

petulangan, tukang kodi, lan pemilet.

3. Riwus punika kalanturang antuk nyiagayang pacang ngarap petulangan.

4. Kaping pertama petulangan makasami kabakta ke setra Pk. 10.00 WITA

5. Piranti upakara pengiriman minakadi: panjang ilang, pering, tegen-tegenan, lan sane

siosan kasarengin antuk sawa mamargi Pk. 10.30 WITA

6. Risampune rawuh ring setra piranti upakara lan sawa ngiderin bale pebasmian ping

tiga.

Page 52: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

44

7. Riwus punika Sawa Rsi munggah ring petulangan kalanturang antuk nyiratin tirta lan

toya (kaping pertama kasiratin antuk toya penembak banjar, raris toya penembak

kulawarga, wawu kalanturan antuk tirta sane siosan)

8. Pinih untad kasiratin antuk toya pamralina wawu kageseng sinarengang Pk. 12.05

WITA.

9. Sane Nglungah pemargine ring setra bajang, sane kegeseng wantah don bingin tur

kagenahang ring suku tunggal, raris kagenahang ring genah sane sampun

kacumawisan.

10. Wusan ngeseng kalanturan antuk ngereka galih kaenter antuk Welaka raris Ngayab

upakara pengiriman sane kapuput antuk Ida Padanda

11. Riwus katurang banten pengiriman raris nganyut ke segara (sane kabakta wantah galih

lan suku tunggal, nenten ngangge dedampa)

12. Risampune nganyut kalanturang antuk mepegat lan macaru (riwus mapegat Sang Aurip

lan bale gonjet kabakta antuk pemilet soang-soang kagenahang ring arep angkul-

angkul pemilet soang-soang)

E. PENGASTIAN (Buda Paing Wayang, 26 Juli 2017)

1. Ngangget don bingin lan Ngening kamargiang sinarengan Pk. 14.30 WITA

2. Sane nyarengin Ngening wantah baju-bajuan lan topong-topongan putih kuning ring

soang-soang petak, lan ampilan sane megenah ring Sangge.

3. Riwus Ngangget don bingin raris sinarengang ke petak

4. Risampune rawuh ring angkul-angkul petak katuran segehan agung raris nuju ke genah

ngajum puspa

5. Puspa sane sampun kasiagayang raris kadagingin don bingin (kalaksanayang antuk

Welaka)

6. Raris ngajum puspa tur kalanturan antuk katuran segehan agung ring angkul-angkul

petak ngelantur ngiderin petak (purwa daksina) ping tiga.

7. Risampune ngiderin petak ping tiga raris puspa kegenahang ring petak.

8. Pula-pali Metatah sampun dados kemargiang Pk. 16.30 WITA

9. Riwus punika kalanturan antuk Ngayab sane kapuput antuk Ida Padanda

10. Riwus nyayab kalanturan antuk pamuspan.

Page 53: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

45

11. Riwus muspa kalanturan antuk mrelina puspa tur nguyeg (ritatkala ngeseng mangda

kegeseng makasami sane wenten ring puspa selianin wastra raris kadagingin panca

layuan) sane kamargiang Pk. 21.00 WITA

12. Riwus ngeseng lan nguyeg mangda kagenahang ring suku tunggal raris karias malih

sakadi mula tur kategepin antuk sekar miik cempaka, jepun, sandat, lan sane siosan.

13. Raris katurang pemeeg tur nyiagayang pacang nganyut ke Segara Masceti Pk. 22.00

WITA.

14. Pamargi Atiwa-tiwa, Nglungah, lan Ngasti sampun puput apaletan.

15. Raris ring Pinanggal 29 Juli 2017 (Saniscara Kliwon Wayang) kalanturang Nyegara

Gunung, Mendak Nuntun, lan Ngelinggihang sane pacang kamargiang ngawit Pk.

08.00 WITA ngantos puput.

Hasil analisis pengetahuan dan efisiensi kerja panitia pelaksana upacara ngaben massal dapat

dicermati pada tabel 3.6.

Tabel 3.6. Hasil Analisis Data Pengetahuan Panitia Pelaksana Upacara Ngaben Massal

di Desa Peliatan (n = 22)

Variabel Periode I

(Sebelum

Pelatihan)

Periode II

(Sesudah

Pelatihan)

Nilai t Nilai p % Pening-

katan

Rerata SB Rerata SB

Pengetahuan

panitia

63,86 5,66 77,55 3,61 11,784 0,0001 21,44%

Page 54: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

46

3.2 Pembahasan

Pengetahuan panitia pelaksana ngaben massal terhadap sarana dan prasarana upacara

dinilai cukup memadai. Dinyatakan demikian karena terjadi peningkatan pengetahuan sebesar

21,44% antara sebelum dan sesudah pelatihan pengelolaan upacara ngabben massal. Efisiensi

kerja dinilai dari waktu kerja yangdiperlukan yaitu pada tahun 2014 untuk menyiapkan sarana

dan prasarana upacara diperlukan waktu kerja sebanyak 17 hari. Akan tetapi pada tahun 2017

hanya memerlukan waktu 11 hari. Penghematan waktu kerja sebanyak 6 hari ternyata dapat

menghemat biaya konsumsi sebesar Rp. 1.500.000,- x 6 hari yaitu Rp. 9.000.000,-. Di saming

itu penghematan waktu kerja tersebut juga dinilai tidak mengganggu aktivitas sehari-hari pada

warga, karena mereka hanya diminta untuk membantu peserta ngaben massal selama 3 hari.

Mekanisme pembuatan banten yang semula fokus pada pembuatan pirantinya saja pada

awal-awal kegiatan, di tahun ini diubah menjadi penyiapan piranti upacara yang sekaligus

disusun menjadi banten sesuai keperluan. Cara ini dinilai sangat efisien tempat dan waktu,

karena bisa dikerjakan oleh banyak orang setelah diberikan contoh bantennya.

Penyiapan tempat penyimpanan banten yang sudah jadi juga diatur sedemikian rupa

sehingga saat diperlukan bisa dengan mudah didapatkan, mengingat begitu banyaknya jumlah

dan jenis banten yang digunakan dalam upacara ngaben massal tersebut.Jika tidak diatur

sedemikian rupa dikhawatirkan pada saat hari H atau puncak kegiatan akan kesulitan untuk

membagi upakara ke masing-masing peserta. Lebih parahnya lagi jika ada peserta ngaben

massal yang tidak mendapat bagian banten. Pada tahun-tahun sebelumnya kejadian ini sering

terjadi, sehingga menimbulkan rasa tidak puas bahkan sempat terjadi protes akibat kelalaian

tersebut. Sangat bisa dimaklumi bahwa ketika peserta ngaben massal tidak mendapatkan

banten yang lengkap, tenntu akan membuat mereka merasa berdosa terhadap orang tua atau

sanak saudara yang diupacarai.

Dalam hal ini Sutajaya & Susila (2016) melaporkan bahwa strategi pemberdayaan

masyarakat melalui pelatihan pengelolaan upacara ngaben massal berorientasi ergonomi dikaji

berdasarkan kegiatan ngaben massal yang dilaksanakan di Banjar Tengah, Desa Pakraman

Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, ProvinsiBali yang dilaksanakan setiap 3 (tiga)

tahun sekali. Temuannya adalah: (a) pengelolaan upacara ngaben massal dilaksanakan secara

konvensional dan belum memanfaatkan IPTEK; (b) manajemen yang diterapkan lebih

ditekankan kepada daya ingat saja dan sangat minim melalui pencatatan terstruktur; (c) sering

Page 55: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

47

terjadi kesalahan dalam menghitung upakara yang diperlukan, karena upakara tersebut tidak

boleh dibuat lebih dari peruntukkannya; (d) perhitungan biaya upacara belum akurat karena

acuannya tidak jelas; dan (e) mekanisme prosesi upacara belum begitu dipahami oleh para

peserta, sehinggga sering terjadi kesimpang-siuran informasi pada saat upacara berlangsung

dan kondisi ini sering memicu emosi para pelaku upacara. Untuk mengatasi kondisi tersebut,

pada penelitian ini dilatihkan strategi pengelolaan yang berorientasi ergonomi dan lebih

ditekankan kepada pendekatan partisipatori.

Sutajaya & Susila (2016) juga melaporkan bahwa cara yang ditempuh dalam

pengelolaan upacara ngaben adalah mengacu kepada warna yang sering dinyanyikan oleh

anak-anak dalam lagu pelangi dengan urutan warna: (1) merah, (2) kuning; (3) hijau; dan (4)

biru. Warna dengan urutan seperti itu sangat familiar di benak para tukang banten (tapini) dan

panitia pelaksana. Warna tersebut digunakan untuk membedakan label yang ditempelkan pada

setiap upakara dan piranti upakara yang akan digunakan selama 4 (empat) hari kegiatan

upacara. Mekanismenya adalah: (a) pada hari I yaitu saat upacara ngwangun semua label

berwarna merah baik berupa penomoran maupun berupa tulisan; (b) pada hari II yaitu saat

upacara ngembang semua label berwarna kuning; (c) pada hari III yaitu saat upacara upadesa

semua label berwarna hijau; dan (d) pada hari IV yaitu saat upacara pengiriman dan

pengutangan semua label berwarna biru. Cara sederhana ini ternyata dengan mudah dipahami

oleh masyarakat, sehingga semua masyarakat ikut terlibat di dalam mencermati setiap upakara

yang digunakan. Alasan menggunakan label dengan warna berbeda adalah disebabkan oleh

upakara yang digunakan sama untuk setiap upacara. Jika tidak ada pembedanya, akan sulit

untuk menentukan yang mana upakara yang masih baru, yang mana upakara yang sudah

dipersembahkan (lungsuran/ surudan).

Ketika belum diberikan cara tersebut, sering terjadi keragu-raguan saat mengganti

upakara yang sudah dipersembahkan dengan upakara yang baru dan biasanya masyarakat yang

bertugas (ngayah) saat itu, cenderung menunggu tukang banten yang kemarinnya menangani

upakara tersebut. Kondisi ini sangat menghambat pelaksanaan upacara pada hari yang

bersangkutan, apalagi tukang banten (tapini) terlambat datang ke lokasi upacara. Akan tetapi,

setelah diberikan strategi dengan menggunakan label yang mengacu kepada warna pelangi,

ternyata sangat membantu dalam melancarkan upacara, karena para pengayah yang akan

ngelungsur tidak ragu-ragu untuk mengganti upakara yang sudah dipersembahkan

Page 56: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

48

kemarinnnya, dengan upakara yang baru, karena labelnya berbeda. Misalnya: jika pada hari I

semua label upakara berwarna merah, maka pada hari II semua upakara dengan label berwarna

merah sudah harus diganti dengan upakara yang labelnya berwarna kuning dan begitu

seterusnya sampai pada hari keempat upakara yang digunakan adalah upakara dengan label

berwarna biru. Cara ini ternyata disambut baik oleh masyarakat karena upacara bisa berjalan

tertib, lancar, efektif, dan efisien, serta tidak menimbulkan gangguan yang berarti. Di sisi lain,

para tukang banten (tapini) dan panitia pelaksana lainnya semakin kompak dan menjadi tim

kerja yang kondusif di dalam melaksanakan tugasnya masing-masing, karena kekhawatiran

bahwa upacara tidak bisa berjalan sebagaimanamestinya sudah bisa diminimalkan.

Ditinjau dari sudut pandang manajemen, Sutajaya & Susila (2016) juga melaporkan

bahwa prajuru banjar telah dilatihkan untuk membangun sebuah tim kerja yang kompak (team

building) dan mampu mengelola waktu dengan baik (time management). Strategi pengelolaan

tersebut ternyata dapat meningkatkan produktivitas kerja para prajuru banjar, yang

sebelumnya merasa begitu berat untuk mengelola upacara ngaben dan mereka mematok waktu

kerja satu bulan (30 hari), akan tetapi dengan strategi yang ditawarkan di atas mereka yakin

bahwa waktu yang diperlukan akan semakin singkat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

pengelolaan upacara ngaben massal berorientasi ergonomi sangat tepat dilakukan untuk

mengatasi ketidakefisienan dan ketidakefektivan kerja saat mempersiapkan upakara dan saat

pelaksanakan upacara. Temuan ini bersinergi dengan temuan peneliti lain yaitu: (1) Sudiajeng

(2010) melaporkan bahwa pemberdayaan pekerja melalui intervensi ergonomi pada organisasi

dan stasiun kerja dapat meningkatkan kinerja bengkel kayu dilihat dari peningkatan

produktivitas sebesar 87,50%, (2) Suardana (2012) melaporkan bahwa pendekatan ergonomi

dalam perancangan arsitektur meningkatkan kinerja pengguna bangunan dilihat dari

peningkatan ketelitian kerja sebesar 87,2% dan konstansi kerja sebesar 15,79%, (3) Wijaya

(2012) melaporkan bahwa penerapan manajemen kinerja klinik berbasis Tri Hita Karana

sebagai suatu pemberdayaan terhadap pekerja dapat meningkatkan kualitas kerja perawat dan

bidan di rumah sakit umum Bangli sebesar 43%, dan (4) Purnamawati (2013) melaporkan

bahwa pemberdayaan tukang benten melalui intervensi ergonomi dapat meningkatkan

efisiensi kerja tukang banten ngaben di Kota Denpasar, dilihat dari peningkatan produktivitas

sebesar 78%

Page 57: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

49

Sutajaya & Susila (2016) melaporkan bahwa pengetahuan prajuru banjar di bidang

upacara ngaben yang dinilai dari pemahaman mereka terhadap proses dan mekanisme upacara

yaitu: (a) upacara ngwangun; (b) upacara ngembang; (c) upacara upadesa; (d) upacara

pengutangangan; (e) upacara pengiriman; (f) upacara ngendag; (g) upacara mesalin; (h)

upacara nglungah; (i) upacara ngasti; dan (j) upacara nyegara gunung. Dalam hal ini Sutajaya

& Susila melaporkan bahwa skor pengetahuan prajuru banjar di bidang upacara ngaben antara

sebelum dan sesudah pelatihan terjadi peningkatan secara bermakna (p<0,05) yaitu: (a)

pengetahuan prajuru banjar di bidang upacara ngwangun meningkat 16,03%; (b) pengetahuan

prajuru banjar di bidang upacara ngembang meningkat 17,13%; (c) pengetahuan prajuru

banjar di bidang upacara upadesa meningkat 12,71%; (d) pengetahuan prajuru banjar di

bidang upacara pengutangan meningkat 15,20%; (e) pengetahuan prajuru banjar di bidang

upacara pengiriman meningkat 15,20%; (f) pengetahuan prajuru banjar di bidang upacara

ngendag meningkat 14,71%; (g) pengetahuan prajuru banjar di bidang upacara mesalin

meningkat 13,17%; (h) pengetahuan prajuru banjar di bidang upacara nglungah meningkat

12,95%; (i) pengetahuan prajuru banjar di bidang upacara ngasti meningkat 14,42%; dan (j)

pengetahuan prajuru banjar di bidang upacara nyegara gunung meningkat 11,14%. Sutajaya &

Susila (2016) juga menyarankan agar pengetahuan tersebut digetok-tularkan kepada

masyarakat yang lain sehingga pengetahuan ini akan semakin meluas di masyarakat.

Tujuannya adalah agar masyarakat siap menjadi panitia pelaksana upacara ngaben massal di

tahun-tahun mendatang.

Melalui pelatihan pengelolaan upacara ngaben massal berorientasi ergonomi juga

diharapkan dapat meningkatkan motivasi masyarakat dalam berkiprah di bidang sosial

keagamaan, khususnya dalam pelaksanaan ngaben massal. Jika tidak dirintis saat ini maka ke

depan masyarakat akan semakin takut dan merasa tidak siap untuk berkecimpung di dalam

kegiatan sosial keagamaan tersebut, karena dinilai sangat sulit dan berisiko menimbulkan

perselisihan. Akan tetapi dengan mengaplikasikan IPTEKS di dalamnya, khususnya yang

berkaitan dengan konsep-konsep ergonomi yang menekankan kepada sistem kerja yang aman,

nyaman, sehat, efektif, dan efisien demi tercapainya produktivitas yang setinggi-tingginya

tampaknya pengelolaan upacara ngaben massal akan semakin dipahami oleh masyarakat.

Page 58: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

50

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Bertolak dari hasil analisis dan pembahasan yang dikaji berdasarkan literatur yang

relevan dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Sosialisasi konsep-konsep ergonomi yang relevan sebagai salah satu cara penerapan

IPTEKS di dalam mengatasi permasalahan pengelolaan upacara ngaben massal yang

dilaksanakan di Desa Peliatan ternyata dapat mengefisienkan waktu kerja dan

meningkatkan pengetahuan panitia pelaksana.

2. Pelatihan pengelolaan upacara ngaben massal berorientasi ergonomi melalui

pendekatan partisipatori dapat meningkatkan pengetahuan sebesar 21,44% dan

efisiensi kerja (dari 17 hari menjadi 11 hari).panitia pelaksana upacara ngaben massal

di Desa Peliatan.

3. Penanganan segera terhadap permasalahan pengelolaan upacara ngaben massal yang

selama ini menyertai para pelaku dan pelaksana upacara ngaben massal di Desa

Peliatan ternyata sangat membantu peserta (pemilet) upacara yang awam dengan

kegiatan tersebut.

4.2 Saran

Berdasarkan simpulan di atas, saran yang disampaikan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Kepada panitia upacara ngaben massal disarankan agar tetap menggunakan acuan

ergonomi dalam pengelolaan upacara ngaben massal karena telah terbukti cukup

relevan untuk diaplikasikan.

2. Kepada aparat desa disarankan agar tetap mengembangkan cara-cara efektif dan

efisien dalam pengelolaan upacara ngaben massal karena telah terbukti dapat

menghemat waktu dan biaya pelaksanaan upacara.

3. Kepada dinas terkait hendaknya selalu memfasilitasi pengelolaan upacara ngaben

massal di suatu daerah mengingat upacara tersebut sangat rumit dan memerlukan

biaya yang relatif mahal.

Page 59: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

51

Daftar Pustaka

Amperaningrum & Ichyaudin, 2009. Hakekat Kewirausahaan. [Cited 2012 September 10]

Available From http://adesyams.blogspot.com/2009/09/hakekat-kewirausahaan.html

Anonim, 2009, Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan Berkelanjutan [Cited

2012 March 29] Available at

http://www.pemberdayaan.com/pembangunan/pemberdayaan-masyarakat-dan-

pembangunan-berkelanjutan.html.

Azadeh, A., Fam, M., Garakani,M.M. 2007. A Total Ergonomis Design Approach to Enhance

the Productivity in A Complicated Control System. Journal of Information Technology.

6 (7): 1036 – 1042.

Bakker, A.B., Schaufeli, W.B., Leiter, M.P. & Taris, T.W. 2008. Work Engagement: An

Emerging Concept in Occupational Health Psychology. Work and Strees Journal,

Vol.22. No. 3., 187-200.

Bakker, A.B. & Leiter, M.P. 2010. Where to Go from Here: Integration and Future Research

on Work Engagement; In: Bakker, A.B. & Leiter, M.P. Editor: Work Engagement, A

Handbook of Essential Theory and Research. New York: Psychology Press.

Bakker, A.B. 2010. Engagement and Job Crafting: Engaged Employees Create Their Own

Great Place to Work, In: Albrecht,S. Editor. Handbook of Employee Engagement

Perspectives, Issues, Researches and Practices. USA: Edward Elgar.

Bakker, A.B. Albrecht, S.L. & Leiter,M.P. 2011. Key Question Regarding Work Engagement,

European Journal of Work and Organizational Psychology. 20 (1), 4-28

Fam, M., Azadeh, A., Azam, A. 2007. Modeling an Integrated Health, Safety, and Ergonomis

Management System: Application to Power Plants. Journal of Res Health Sciences.

Vol 7 (2): 1 – 10.

Geriya. 2007. Konsep dan Strategi Revitalisasi Kearifan Lokal dalam Penataan Lingkungan

Hidup di Bali. Denpasar: Universitas Udayana.

Limerick, L.B. Straker, L., Pollock, C. Dennis, G., Leveritt, S., Johnson, S. 2007.

Implementation of the Participative Ergonomis for Manual Tasks (PErforM)

Programme at Four Australian Underground Coal Mines. International Journal of

Industrial Ergonomis. Vol. 37, No. 2. February: 145 – 155.

Manuaba, A. 2008. Membangun Bali atau Membangun di Bali. Bali-HESG. Denpasar.

Muchtar, 2007. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Distrik (Kajian

Kebijakan dan Implementasinya di Provinsi Papua) Jurnal Penelitian dan

Pengembangan Kesejahteraan Sosial. Vol.12.No.02, Mei-Agustus 2007.

Munaf, D.R., Suseno, T., Janu, R.I., Badar, A.M. 2008. Peran teknologi Tepat Guna untuk

Masyarakat Daerah Perbatasan. Jurnal Sosioteknologi No. 13 Tahun 7, April.

PLPBK, 2011. Pengembangan Potensi Seni dan Budaya Melalui Penataan Lingkungan

Permukiman Berbasis Komunitas sebagai Upaya untuk Meningkatkan Peluang Kerja

Bagi Warga Miskin di Desa Peliatan Ubud Gianyar Bali. PLPBK Desa Peliatan,

Kecamatan Ubud. Kabupaten Gianyar.

Purnamawati, M.S.P. 2013. Intervensi Ergonomi Meningkatkan Efisiensi Pekerja pada Proses

Pembuatan Banten Upacara Ngaben Pranawa di Kota Denpasar. Disertasi. Program

Pascasarjana Universitas Udayana Bali.

Page 60: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

52

RPJM, 2011, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-DES) Desa Peliatan

Tahun 2011-2015. RPJM Desa Peliatan, Kec. Ubud. Kabupaten Gianyar.

Sarna, K. 2008. Pengembangan Bahan Ajar Biologi Berbasis Lokal Genius. Makalah

disampaikan dalam Seminar Jurusan Pendidikan Biologi Undiksha, Singaraja.

Shimazu, A. Miyanaka,D. Schaufeli,W.B. 2010. Work Engagement from A Culture

Perspective: In: Albrecht,S. editor. Handbook of Employee Engagement Perspectives,

Issue, Researches and Practices. USA: Edward Elgar

Suardana, I P.G.E. 2012. Pendekatan Ergonomi dalam Perancangan Arsitektur (Ergo-

Arsitektur) Meningkatkan Kenyamanan dan Kinerja Pengguna. Disertasi. Program

Pascasarjana Universitas Udayana Bali.

Sudiajeng, L. 2010. Intervensi Ergonomi pada Organisasi dan Stasiun Kerja Meniingkatkan

Kinerja Mahasiswa dan Efisiensi Penggunaan Daya Listrik di Bengkel Kayu Politeknik

Negeri Bali. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Udayana Bali.

Sutajaya, I M. Ristiati, N.P, Setiabudi, G. I. 2009. Penerapan Ergonomi Berbasis Kearifan Lokal

untuk Meningkatkan Kualitas Kesehatan dan Produktivitas Pekerja di Industri Kecil. Laporan

Penelitan Strategis Nasional. Jurusan Pendidikan Biologi. F MIPA. UNDIKSHA.

Sutajaya, I M., & Ristiati, N.P. 2011. Perbaikan Kondisi Kerja Berbasis Kearifan Lokal yang

Relevan dengan Konsep Ergonomi untuk Meningkatkan Kualitas Kesehatan dan

Produktivitas Pematung di Desa Peliatan Ubud Gianyar. Jurnal Penelitian dan

Pengembangan Sains dan Humaniora ISSN 1979-7095. Volume 5, No.3, Desember

2011

Sutajaya, I M. & Susila, G.P. A.J. 2016. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan

Pengelolaan Upacara Ngaben Massal Meningkatkan Pengetahuan dan Kemampuan

Manajerial Prajuru Banjar di Desa Peliatan, Ubud, Gianyar. Laporan Penelitian. Jurusan

Pendidikan Biologi Fakultas MIPA. Universitas Pendidikan Ganesha.

Sutjana, I D.P. Sutajaya, I M., Purnawati, S. Adiamika, P, Tunas, K. Suardana, E, &

Swamardika, I.B.A. 2008. Preliminary Anthropometric Data of Medical Students for

Equipment Applications. Journal of Human Ergology Vol. 37. No 1.: 45 – 48.

Wikipedia, 2012. Kewirausahaan. [Cited 2012 September 10] Available at

http://id.wikipedia.org/wiki/Kewirausahaan

Wijaya, I P.G. 2012. Penerapan Manajemen Kinerja Klinik Berbasis Tri Hita Karana pada

Kepuasan Kerja Komitmen Kerja dan Locus of Control terhadap Peningkatan Kinerja

Pegawai dan Bidan di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Umum Bangli. Disertasi. Program

Pascasarjana Universitas Udayana Bali.

Page 61: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

53

LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabulasi Data

NO NAMA NILAI PENGETAHUAN

KOGNITIF SEBELUM

PELATIHAN

NILAI PENGETAHUAN

KOGNITIF SESUDAH

PELATIHAN

1 St 67 78

2 Wr 56 76

3 Sdn 66 81

4 Arn 68 76

5 Wrd 64 77

6 Nm 56 72

7 Dgr 58 76

8 Dbw 71 73

9 Lsa 57 69

10 Ptr 67 78

11 Wny 55 77

12 Mdr 67 82

13 Bdm 65 83

14 Mg 66 78

15 Wna 71 77

16 Cgd 73 83

17 Dlt 58 81

18 Kjn 57 78

19 Sbl 61 79

20 DwI 65 76

21 Trs 66 74

22 Kyn 71 82

Page 62: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

54

Lampiran 2. Hasil Analisis Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

22 22

63.8636 77.5455

5.65934 3.60855

.170 .152

.168 .132

-.170 -.152

.800 .715

.545 .686

N

Mean

Std. Dev iat ion

Normal Parametersa,b

Absolute

Positive

Negativ e

Most Extreme

Dif f erences

Kolmogorov-Smirnov Z

Asy mp. Sig. (2-tailed)

PengPI PengPII

Test distribution is Normal.a.

Calculated f rom data.b.

Paired Samples Statistics

63.8636 22 5.65934 1.20658

77.5455 22 3.60855 .76935

PengPI

PengPII

Pair

1

Mean N Std. Dev iation

Std. Error

Mean

Paired Samples Correlations

22 .377 .084PengPI & PengPIIPair 1

N Correlation Sig.

Paired Samples Test

-13.68182 5.44572 1.16103 -16.09631 -11.26732 -11.784 21 .000PengPI - PengPIIPair 1

Mean Std. Dev iation

Std. Error

Mean Lower Upper

95% Conf idence

Interv al of the

Dif f erence

Paired Dif f erences

t df Sig. (2-tailed)

Page 63: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

55

Lampiran 3. Foto-foto Kegiatan

Page 64: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

56

Lampiran 4. Peta Lokasi Daerah Sasaran

Peta Desa Peliatan yang Dijadikan Tempat Pengabdian Masyarakat berupa Penerapan

IPTEKS pada Pengelolaan Upacara Ngaben Massal

Lokasi

Pengabdian

Page 65: JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · yang akurat; (c) ketika para tukang sate meminta kepada panitia mengenai jumlah banten

57

Lampiran 5. Absensi Peserta Pengabdian

NO NAMA JABATAN TANDA TANGAN

1 I Nyoman Sudana Kelihan Banjar

2 I Wayan Wira Kelihan Banjar

3 I Made Mudrayasa Penyarikan

4 Anak Agung Ari Winaya Artaraksa

5 Anak Agung Putrawan Artaraksa

6 I Made Lasia Petajuh

7 Dewa Made Bawa Petajuh

8 Dewa Nyoman Geria Petajuh

9 I Made Nama Suparta Petajuh

10 I Wayan Wardana Petajuh

11 I Wayan Budamani Petajuh

12 I Ketut Ariana Petajuh

13 I Ketut Mega Petajuh

14 I Nyoman Winia Tukang Eteh-eteh

15 I Made Kayun Tukang Eteh-eteh

16 Dewa Nyoman Jati Tukang Eteh-eteh

17 Dewa Nyoman Oka Tukang Eteh-eteh

18 Dewa Nyoman Kartana Tukang Eteh-eteh

19 I Ketut Darma Tukang Eteh-eteh

20 Cok Gde Krisnananda Tukang Eteh-eteh

21 I Wayan Ariana (Kenjung) Tukang Eteh-eteh

22 I Made Kicen Tukang Eteh-eteh

23 Pande Nyoman Tirtayasa Tukang Eteh-eteh

24 I Ketut Sukra Tukang Eteh-eteh

25 I Made Darma Dolit Tukang Eteh-eteh

26 I Wayan Soblet Tukang Eteh-eteh

27 Ni Made Kelung Tukang Banten

28 Ni Made Lasti Tukang Banten

29 Ni Made Muklen Tukang Banten

30 Ni Ketut Reken Tukang Banten

31 Ni Made Jati Tukang Banten

32 Ni Ketut Wati Tukang Banten

33 Ni Wayan Nombong Tukang Banten

34 Ni Wayan Midep Tukang Banten

35 Ni Made Suri Tukang Banten

36 Ni Wayan Sukari Tukang Banten

37 Ni Nyoman Sriati Tukang Banten

38 Ni Made Kerci Tukang Banten

39 Ni Made Krisnadi Tukang Banten

40 Ni Made Netri Tukang Banten