isi makalah.docx
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cerminan anak cerdas, berpenampilan menarik, dan berakhlak mulia dapat
dilihat jika anak tersebut sehat. Indikator kesehatan disini, selain kondisi fisik adalah
pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika pertumbuhan dan perkembangan baik,
kualitas anak pun menjadi semakin baik.
Kualitas seorang anak dapat dinilai dari proses tumbuh kembang. Proses
tumbuh kembang merupakan hasil interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor
genetik atau keturunan adalah faktor yang berhubungan dengan gen yang berasal dari
ayah dan ibu, sedangkan faktor lingkungan meliputi lingkungan biologis, fisik,
psikologis, dan sosial.1
Pertumbuhan dan perkembangan anak meningkat pesat pada usia nol hingga
lima tahun. Pada masa ini sering disebut dengan “masa keemasan” (golden period),
“jendela kesempatan” (window of opportunity) dan “masa kritis” (critical period) karena
masa ini begitu singkat serta tidak dapat diulang kembali. Oleh karena itu, pada masa ini
sangat penting untuk memerhatikan kondisi tumbuh kembang anak, sehingga sedini
mungkin dapat dicegah dan terdeteksi apabila terjadi kelainan. Pemantauan tumbuh
kembang anak meliputi pemantauan dari aspek fisik, psikologi, sosial dan harus
dilakukan secara teratur serta berkesinambungan.1,2
Uraian diatas sekaligus menjadi landasan untuk dilakukan penelitian mengenai
tumbuh kembang anak. Dalam hal ini, beberapa santri TPA Nurul Huda menjadi sampel
penelitian dengan tujuan mengetahui tumbuh kembang anak usia dini. Diharapkan,
setelah penelitian dapat diketahui ukuran ideal dari tumbuh kembang anak-anak,
khususnya dengan sampel santri TPA Nurul Huda.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Berapa mean, median, modus dari Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB), Lingkar
Kepala (LIKA), Lingkar Lengan Atas (LILA) pada santri TPA Nurul Huda?
1.2.2 Bagaimana hasil Body Mass Index (BMI) pada santri TPA Nurul Huda?
1.2.3 Bagaimana hasil KPSP dari sampel santri TPA Nurul Huda yang diteliti?
1
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui hasil mean, median, modus dari Berat Badan (BB), Tinggi Badan
(TB), Lingkar Kepala (LIKA), Lingkar Lengan Atas (LILA) pada santri TPA
Nurul Huda
1.3.2 Mengetahui hasil Body Mass Index (BMI) pada santri TPA Nurul Huda
1.3.3 Mengetahui hasil KPSP dari sampel santri TPA Nurul Huda yang diteliti
1.4 Manfaat
1.4.1 Menambah wawasan tentang hasil mean, median, modus dari Berat Badan (BB),
Tinggi Badan (TB), Lingkar Kepala (LIKA), Lingkar Lengan Atas (LILA) pada
santri TPA Nurul Huda
1.4.2 Menambah wawasan tentang hasil Body Mass Index (BMI) pada santri TPA Nurul
Huda
1.4.3 Menambah wawasan tentang hasil KPSP dari sampel santri TPA Nurul Huda yang
diteliti
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pertumbuhan
2.1.1 Definisi Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel jaringan intraselular,
berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga
dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. Pertumbuhan menunjukkan arti
perubahan kuantitatif, pertambahan dalam ukuran dan struktur. Sejalan dengan
pertumbuhan otak anak, dia memiliki kapasitas belajar lebih besar untuk belajar,
mengingat, dan bernalar.3
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran-ukuran tubuh yang meliputi BB, TB,
LK, LD, dan lain-lain atau bertambahnya jumlah dan ukuran sel-sel pada semua sistem
organ tubuh.4
2.1.2 Pengukuran pada Pertumbuhan Anak
1. Pengukuran Tinggi Badan Berdasarkan Usia5
Pengukuran tinggi badan bertujuan untuk menilai pertumbuhan anak melalui
perbandingan tinggi badan berdasarkan usia.
a. Alat yang digunakan:
1) Meteran (microtoise)
2) Grafik tinggi badan berdasarkan usia standar NCHS
3) Tinta berwarna (spidol)
b. Cara pengukuran:
1) Tentukan usia anak
2) Ukur tinggi badan anak dengan meteran (microtoise)
3) Masukkan hasil pengukuran tinggi badan berdasarkan usia ke dalam grafik
pertumbuhan dan beri tanda
3
4) Lakukan penilaian tentang pola pertumbuhan dengan menggunakan persentil
a) Jika anak masuk, persentil ke-5 didapat hasil pengukuran 100 anak, anak
berada di posisi ke-5 dari bawah, jika anak dibawah presentil ke-5, anak
mengalami keterlambatan pertumbuhan.
b) Jika anak masuk persentil ke-50 didapat dari hasil pengukuran 100 anak,
anak berada di posisi ke-50 yang berarti jumlah anak diatas dan dibawahnya
adalah sama.
2. Pengukuran Berat Badan Berdasarkan Usia Menurut KMS5
a. Alat yang digunakan:
1) Timbangan berat badan
2) Kurva KMS
3) Tinta warna (spidol)
b. Cara pengukuran:
1) Tentukan usia anak
2) Ukur berat badan anak dengan timbangan berat badan
3) Masukkan hasil pengukuran berat badan berdasarkan usia ke dalam kurva KMS
4) Lakukan penelitian tentang pola pertumbuhan dengan menggunakan KMS
a) Jika arah pertumbuhan anak mengikuti garis lengkungan sebagaimana kurva
di bawah dengan garis lengkungan sebagaimana kurva di bawah dengan
garis datar, pertumbuhan lambat. Jika naik, pertumbuhan baik. Jika turun,
pertumbuhan jelek/kurang.
b) Jika anak masuk di bawah garis merah berarti gizi buruk, pertumbuhan juga
buruk atau kurang.
3. Pengukuran Lingkar Lengan Atas
Lingkar lengan atas (LILA) dewasa ini merupakan salah satu pilihan untuk
penentuan status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang
sulit diperoleh dengan harga yang lebih murah. Akan tetapi ada beberapa hal yang
perlu mendapat perhatian, terutama jika digunakan sebagai pilihan tunggal untuk
indeks status gizi.6
a. Baku lingkar lengan atas yang sekarang digunakan belum mendapat pengujian
memadai untuk digunakan di Indonesia. Hal ini didasarkan pada hasil-hasil
penelitian yang umumnya menunjukkan perbedaan angka pervalensi KEP yang
cukup berarti antar penggunaan LILA di satu pihak dengan berat badan menurut
4
umur atau berat menurut tinggi badan maupun indeks-indeks lain di pihak lain,
sekalipun terdapat korelasi statistik yang berarti antara indeks-indeks tersebut
dengan LILA.
b. Kesalahan pengukuran pada LILA (pada berbagai tingkat keterampilan
pengukur) relatif lebih besar dibandingkan dengan tinggi badan, mengingat
batas antara baku dengan gizi kurang, lebih sempit pada LILA daripada tinggi
badan. Ini berarti kesalahan yang sama besar jauh lebih berarti pada LILA
dibandingkan dengan tinggi badan.
c. lingkar lengan atas sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah), tetapi
kurang sensitif pada golongan lain terutama orang dewasa. Tidak demikian
halnya dengan berat badan.
Alat yang digunakan merupakan suatu pita pengukuryang terbuat dari fiberglass
atau jenis kertas tertentu berlapis plastik.6
Cara pengukuran:
Yang diukur ialah pertengahan lengan atas sebelah kiri. Pertengahan ini
dihitung jarak dari siku sampai batas lengan dan kemudian dibagi dua.
Lengan dalam keadaan tergantung bebas tidak tertutup kain/pakaian.
Pita dilingkarkan pada pertengahan lengan tersebut sampai cukup terukur
keliling lingkar lengan, tetapi pita jangan terlalu kuat ditarik atau terlalu
longgar.
Pengukuran lingkar lengan atas bertujuan untuk menilai pertumbuhan anak
melalui pengukuran lingkar lengan atas.5
a. Alat yang digunakan:
1) Buku rujukan Havard/NCHS
2) Kertas millimeter
3) Tinta berwarna (spidol)
4) Meteran (mikrotoise)
b. Cara pengukuran:
1) Tentukan usia anak
2) Ukur lingkar lengan atas dengan cara melingkarkan pita pengukur di
pertengahan lengan kiri anak
3) Tentukan hasil pengukuran dan catat dalam table lingkar lengan atas
4) Lakukan penilaian ke kelompok persentil.
5
4. Pengukuran Lingkar Kepala
Lingkaran kepala mencerminkan volume intrakranial. Dipakai untuk
menaksir pertumbuhan otak. Apabila otak tidak tumbuh normal, maka kepala
akan kecil. Sehingga, pada LIKA yang lebih kecil dari normal (mikrosefali),
maka menunjukkan adanya retardasi mental. Sebaliknya, kalau ada
penyumbatan pada aliran cairan serebrospinal pada hidrosefalus akan
meningkatkan volume kepala, sehingga LIKA lebih besar dari normal. Sampai
nsaat ini yang dipakai sebagai acuan untuk LIKA ini adalah kurva LIKA dari
Nellhaus yang diperoleh dari 14 penelitian didunia, dimana tidak terdapat
perbedaan yang bermakna terhadap suku bangsa, ras, maupun secara geografi.
Sehingga, kurva LIKA Nellhaus tersebut dapatdigunakan juga di Indonesia.7
6
Gambar 2.1.3.1 : Persentil Lingkar Lengan Atas.5
Pertumbuhan LIKA yang paling pesat adalah pada enam bulan pertama
kehidupan, yaitu dari 34 cm pada waktu lahir menjadi 44 cm pada umur enam
bulan. Sedangkan, pada umur satu tahun 47 cm, dua tahun 49 cm dan dewasa
54 cm. Oleh karena itu, manfaat pengukuran LIKA terbatas pada enam bulan
pertama sampai umur dua tahun karena pertumbuhan otak yang pesat, kecuali
diperlukan seperti pada kasus hidrosefalus.7
LIKA yang kecil pada umumnya sebagai:7
Variasi normal
Keturunan
Retardasi mental
Kraniostenosis
Bayi kecil
Sedangkan, LIKA yang besar pada umumnya disebabkan oleh:7
Variasi normal
Bayi besar
Hidranensefali
Tumor serebri
Keturunan
Efusi subdural
Hidrosefalus
Penyakit canawan
Megalensefali
Untuk menilai apakah kepala yang kecil/besar tersebut diatas masih
dalam batas-batas normal/tidak, harus diperhatikan gejala-gejala klinik yang
menyertainya.7
7
Berikut kurva Nellhaus.
Gambar 2.1.3.2: Kurva lingkar kepala anak perempuan menurut Nellhaus.7
8
Gambar 2.1.3.3: Kurva lingkar kepala anak laki-laki menurut Nellhaus.7
a. Alat yang digunakan:5
1) Grafik lingkar kepala menurut NCHS
2) Kertas millimeter
3) Tinta berwarna (spidol)
4) Meteran (mikrotoise)
b. Cara pengukuran:5
1) Tentukan usia anak
2) Ukur kepala bayi/anak dengan melingkarkan pita meteran ke kepala anak
dimulai dari bagian yang paling menonjol
3) Masukkan hasil pengukuran lingkar kepala berdasarkan usia kedalam grafik
4) Lakukan penilaian pola pertumbuhan kepala
a) Jika <-2, mengalami keterlambatan pertumbuhan
b) Jika >=2, mengalami proses pertumbuhan melebihi normal
9
5. Penilaian Kecepatan Pertumbuhan Anak5
Cara pengukuran:
1) Lakukan pengukuran 2 kali selang waktu minimal 3 bulan
2) Tentukan tanggal lahir anak dengan menggunakan kalender tahun decimal
3) Tentukan tanggal,bulan, dan tahun pengukuran dengan menggunakan kalender
tahun decimal
4) Tentukan usia decimal sebagaimana dalam table berikut
5) Hitung kecepatan pertumbuhan anak dengan rumus sebagai berikut
Tinggi badan II−Tinggi badan IUsia II−Usia I
2.1.3 Body Mass Index (BMI)
Di Indonesia khususnya, cara pemantauan dan batasan berat badan normal
orang dewasa belum jelas mengacu pada patokan tertentu. Sejak tahun 1958
digunakan cara perhitungan berat badan normal berdasarkan rumus:6
Dengan batasan : Nilai minimum : 0,8 x (Tinggi badan – 100) dan
Nilai maksimum : 1,1 x (Tinggi badan – 100)
Ketentuan ini berlaku umum bagi laki-laki dan perempuan
Berat badan yang berada di bawah batas minimum dinyatakan sebagai under
weight atau “kekurusan”, dan berat badan yang berada di atas batas maksimum
dinyatakan sebagai over weight atau “kegemukan”. Orang-orang yang berada di
bawah ukuran berat badan normal mempunyai risiko tinggi terhadap penyakit
infeksi, sementara yang berada diatas ukuran normal mempunyai risiko tinggi
tehadap penyakit degenaratif.6
Laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat
badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan Body Mass Index (BMI). Di
Indonesia istilah Body Mass Index (BMI) diterjemahkan menjadi indeks Masa
Tubuh (IMT). IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi
orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat
badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat
mencapai usia harapan hidup lebih panjang.6
10
Berat badan normal: (Tinggi badan – 100) – 10% (Tinggi badan – 100)
Atau
0,9 x (Tinggi badan – 100)
Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18
tahun IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan
olahragawan. Disamping itu pula IMT tidak bisa diterapkan pada keadaan khusus
(penyakit) lainnya seperti adanya edema, asites, dan hepatomegaly.6
Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:6
Batas ambang IMT ditentukan dengan menunjuk ketentuan FAO/WHO yang
membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Batas ambang normal
laki-laki adalah 20,1-25,0 dan untuk perempuan adalah 18,7-23,8. Untuk
kepentingan pemantauan dan tingkat defisiensi energi ataupun tingkat kegemukan,
lebih lanjut FAO/WHO menyarankan menggunakan satu ambang batas antara laki-
laki perempuan. Ketentuan yang digunakan adalah menggunakan ambang batas
pada perempuan untuk kategori gemuk tingkat berat dan menggunakan ambang
batas laki-laki untuk kategori kurus tingkat berat.6
Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan
pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang. Akhirnya
diambil kesimpulan ambang batas IMT untuk Indonesia adalah seperti tabel.6
Tabel 2.1.3.1: Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia6
Kategori IMT
Kurus
Kekurangan berat badan
tingkat berat< 17,0
Kekurangan berat badan
tingakat ringan17,0-18,5
Normal >18,5-25,00
Gemuk
Kelebihan berat badab
tingkat ringan>25,0-27,0
Kelebihan berat badab
tingakat berat>27,0
11
IMT = Berat badan(kg)
Tinggi badan (m) xTinggi badan (m)
Berat badan normal adalah idaman bagi setiap orang agar mencapai tingkat
kesehatan yang optimal. Keuntungan apabila berat badan normal adalah
penampilan baik lincah danresiko sakit rendah. Berat badan yang kurang dan
kelebihan akan menimbulkan risiko terhadap berbagai macam penyakit. Kerugian
dari keadaan berat badan kurang dan kurang dapat dilihat pada tabel 2.1.3.2.6
Suyono S. dan Samsuridjal DJ. Pada Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi
tahun 1993 mengungkapkan tingkat resiko berbagai kategori dari IMT. Resiko
penyakit jantung dengan kelompok IMT dapat dilihat pada tabel 2.1.3.3.6
Tabel 2.1.3.2: Kerugian Berat Badan Kurang dan Berat Badan Berlebihan6
Berat Badan Kerugian
Kurang (kurus) 1. Penampilan cenderung kurang baik
2. Mudah letih
3. Risiko sakit tinggi, antara lain:
Penyakit infeksi Depresi Anemia Diare
4. Wanita kurus yang hamil memiliki risiko tinggi melahirkan
dengan BBLR
5. Kurang mampu bekerja keras
Kelebihan (gemuk) 1. Penampilan kurang menarik
2. Gerakan tidak gesit dan lamban
3. Mempunyai risiko penyakit antara lain:
Jantung dan pembuluh darah Kencing manis (diabetes mellitus) Tekanan darah tinggi Gangguan sendi dan tulang Ganguan ginjal Gangguan kandungan empedu Kanker
4. Pada wanita dapat mengakibatkan gangguan haid ( haid tidak
teratur, pendarahan yang tidak teratur), dan faktor penyakit
pada persalinan
12
Tabel 2.1.3.3: Risiko Penyakit Jantung Relatif dengan Kelompok IMT6
IMT 20-25 >25-30 >30-35 35-40 >40
Kelompok 0 I II III IV
Risiko Sangat
rendahRendah Sedang Tinggi
Sangat
Tinggi
Jumlah Sel
LemakNormal Normal
Normal
(Naik)Naik Naik
Tabel 2.1.3.4: IMT terhadap Umur pada Perempuan8
13
Tabel 2.1.3.5: IMT terhadap Umur pada Perempuan8
14
Tabel 2.1.3.6: IMT terhadap Umur pada Perempuan8
15
Tabel 2.1.3.7: IMT terhadap Umur pada Perempuan8
16
Tabel 2.1.3.8: IMT terhadap Umur pada Perempuan8
17
Tabel 2.1.3.9: IMT terhadap Umur pada Perempuan8
18
Tabel 2.1.3.10: IMT terhadap Umur pada Perempuan8
19
Tabel 2.1.3.11: IMT terhadap Umur pada Laki-laki8
20
Tabel 2.1.3.12: IMT terhadap Umur pada Laki-laki8
21
Tabel 2.1.3.13: IMT terhadap Umur pada Laki-laki8
22
Tabel 2.1.3.14: IMT terhadap Umur pada Laki-laki8
23
Tabel 2.1.3.15: IMT terhadap Umur pada Laki-laki8
24
Tabel 2.1.3.16: IMT terhadap Umur pada Laki-laki8
25
Tabel 2.1.3.17: IMT terhadap Umur pada Laki-laki8
2.2 Perkembangan
2.2.1 Pengertian Perkembangan
Perkembangan adalah suatu proses pematangan majemuk yang berhubungan
dengan aspek diferensiasi bentuk atau fungsi termasuk perubahan sosial dan emosi.
Dengan demikian proses perkembangan berhubungan dengan aspek nonfisik seperti
kecerdasan, tingkah laku dan lain-lain. Dalam Ilmu Kesehatan Anak, kata pertumbuhan
dan perkembangan anak diartikan sebagai semua aspek kemjuan yang dicapai oleh jasad
manusia dari konsepsi hingga dewasa.9
Perkembangan merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapa
dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar.10
26
2.2.2 Pengukuran pada Perkembangan Anak
Perkembangan pada anak mencakup perkembangan motorik halus,
perkembangan motorik kasar, perkembangan bahasa, dan perkembangan
perilaku/adaptasi sosial.11
1. Perkembangan Motorik Halus11
a. Masa Neonatus (0-28 hari)
Adanya kemampuan untuk mengikuti garis tengah bila kita memberikan
respons terhadap gerakan jari tangan.
b. Masa Bayi (28 hari-1 tahun)
1) Usia 1-4 bulan
Dapat melakukan hal-hal seperti memegang suatu objek, mengikuti objek
dari sisi kesisi, mencoba memegang dan memasukkan benda ke dalam mulut,
memegang benda dengan kedua tangan, serta menahan benda di tangan
walaupun hanya sebentar.
2) Usia 4-8 bulan
Sudah mulai mengamati benda, menggunakan ibu jari dan jari telunjuk
untuk memegang, mengeksplorasi benda yang sedang dipegang, mengambil
objek dengan tangan tertungkup, mampu menahan kedua benda di kedua tangan
secara simultan, menggunakan bahu dan tangan sebagai satu kesatuan, serta
memindahkan objek dari satu tangan ke tangan yang lain.
3) Usia 8-12 bulan
Mencari atau meraih benda kecil, bila diberi kubus mampu menindahkan,
mengambil, memegang dengan telunjuk dan ibu jari, membenturkannya, serta
meletakkan benda atau kubus ke tempatnya.
c. Masa Anak (1-2 tahun)
Adanya kemampuan dalam mencoba menyusun atau membuat menara pada
kubus.
d. Masa Prasekolah
Memiliki kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau
tiga bagian, memilih garis yang lebih panjang, membuat coretan di kertas.
2. Perkembangan Motorik Kasar11
a. Masa Neonatus (0-28 hari)
Tanda gerakan seimbang pada tubuh dan mulai mengangkat kepala.
27
b. Masa Bayi (1-2 tahun)
1) Usia 1-4 bulan
Kemampuan mengangkat kepala saat tengkurap, mencoba duduk sebentar
dengan ditopang, mampu duduk dengan kepala tegak, jatuh terduduk di
pangkuan ketika disokong pada posisi berdiri, kontrol kepala sempurna, posisi
lengan dan tangkai kurang fleksi dan merangkak.
2) Usia 4-8 bulan
Perubahan dalam aktifitas, seperti posisi telungkup pada alas dan sudah
mulai mengangkat kepala dengan melakukan gerakan menekan kedua
tangannya. Bisa memalingkan kepala ke kanan dan kiri, duduk dengan tegak,
membalikkan badan, bangkit dengan kepala, berguling dari telentang ke
tengkurap, serta duduk dengan bantuan dalam waktu yang singkat.
3) Usia 8-12 bulan
Duduk tanpa pegangan, berdiri dengan pegangan, bangkit lalu berdiri,
berdiri 2 detik dan berdiri sendiri.
c. Masa Anak
Mampu melangkah dan berjalan dengan tegak. Sekitar usia 18 bulan anak
mampu menaiki tangga dengan cara satu tangan dipegang. Pada akhir tahun ke-2
sudah mampu berlari-lari kecil, menendang bola dan mencoba melompat.
d. Masa Prasekolah
Berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu kaki,
berjalan dengan tumit ke jari kaki, menjelajah, membuat posisi merangkak dan
berjalan dengan bantuan.
3. Perkembangan Bahasa11
a. Masa Neonatus (0-28 hari)
Adanya kemampuan bersuara (menangis) dan bereaksi terhadap suara atau
bel.
b. Masa Bayi (1-2 tahun)
1) Usia 1-4 bulan
Kemampuan bersuara dan tersenyum, mengucapkan huruf hidup,
berceloteh, mengucapkan kata ”ooh/ahh”, tertawa dan berteriak, mengoceh
spontan, serta bereaksi dengan mengoceh.
28
2) Usia 4-8 bulan
Menirukan bunyi atau kata-kata, menoleh ke arah suatu atau sumber
bunyi, tertawa, menjerit, menggunakan vokalisasi semakin banyak, serta
menggunakan kata yang terdiri atas dua suku kata dan dapat membuat dua
bunyi vokal yang bersamaan seperti “ba-ba”.
3) Usia 8-12 bulan
Mampu mengucapkan kata “papa” dan “mama” yang belum spesifik,
mengoceh hingga mengatakannya secara spesifik, serta dapat mengucapkan 1-2
kata.
c. Masa Anak
Mampu memiliki sepuluh pembendaharaan kata, tingginya kemampuan
meniru, mengenal dan responsif terhadap orang lain, mampu menunjukkan dua
gambar, serta menunjukkan lambaikan anggota badan.
d. Masa Prasekolah
Menyebutkan hingga empat gambar, menyebutkan satu hingga dua warna,
menyebutkan kegunaan benda, menghitung, mengartikan dua kata serta merespons
panggilan orang terdekat.
4. Perkembangan Perilaku/Adaptasi Sosial11
a. Masa Neonatus (0-28 hari)
Adanya tanda-tanda tersenyum dan mulai menatap muka untuk mengenali
seseorang.
b. Masa Bayi (1-2 tahun)
1) Usia 1-4 bulan
Kemampuan mengamati tangannya, tersenyum spontan dan membalas
senyum bila diajak tersenyum, membentuk siklus tidur bangun, senang menatap
wajah-wajah yang dikenalinya, serta terdiam bila ada orang asing.
2) Usia 4-8 bulan
Merasa takut dan terganggu dengan keberadaan orang asing, mulai
bermain dengan mainan, mudah frustasi serta memukul lengan dan kaki jika
sedang kesal.
3) Usia 8-12 bulan
Kemampuan bertepuk tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai
minum dengan cangkir, menirukan kegiatan orang, bermain bola atau lainnya
dengan orang lain.
29
c. Masa Anak (1-2 tahun)
Adanya kemampuan membantu kegiatan di rumah, mulai menggosok gigi,
serta mencoba mengenakan baju sendiri.
d. Masa Prasekolah
Adanya kemampuan bermain dengan permainan sederhana, menangis jika
dimarahi, membuat permintaan sederhana dengan gaya tubuh, menunjukkan
peningkatan kecemasan terhadap perpisahan, serta mengenali anggota keluarga.
2.2.3 Metode Pengukuran Perkembangan
1. Metode Pengukuran dengan Denver Developmentaln Screening Test (DDST)
Prosedur Penilaian Pola Perkembangan Anak Dengan DDST II
Denver diambil dari University of Colorado Medical di Denver, di bawah uji
skrining ini dibuat. Denver Developmentaln Screening Test (DDST) adalah sebuah
metode pengkajian yang digunakan untuk menilai perkembangan anak umur 0-6
tahun. Dalam perkembangannya DDST mengalami beberapa kali revisi, revisi yang
terakhir adalah Denver II yang merupakan hasil.12
Manfaat DDST tergantung pada umur anak. Pada bayi tes ini dapat mendeteksi
berbagai masalah neurologi seperti serebral palsi. Pada anak tes ini dapat membantu
meringankan permasalahan akademik dan sosial.12
Dokter anak sedikitnya harus menguasai skrining perkembangan dengan
metode Denver II.12
a. Tujuan
Menilai perkembangan anak pada empat aspek yaitu perkembangan motorik
halus, motorik kasar, personal sosial dan bahasa.
b. Alat yang digunakan
1) Alat peraga : benang wol merah, manik-manik, kubus warna merah-kuning-
hijau-biru, permainan anak-anak, botol kecil, bola tennis, bel kecil, kertas dan
pensil, cangkir plastik, kertas kosong, cangkir kecil dengan pegangan.
2) Lembar formulir DDST
3) Penggaris
4) Ruangan periksa beserta meja, kursi, meja khusus untuk bayi tiduran
c. Cara pengukuran
1) Tentukan usia anak yang akan diukur
2) Beri garis atau tanda pada garis usia anak dan tarik garis atas dan bawah pada
skala DDST II.
30
3) Lakukan penilaian tingkat pencapaian pada masing-masing komponen (motorik
halus, motorik kasar,personal sosial dan bahasa )untuk batasan usia yang
ditentukan.
4) Tentukan hasil penilaian
d. Langkah pelaksanaan13
Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak umur
1) Personal Social ( sosial personal )
Penyesuaian diri dengan masyarakat dan perhatian terhadap kebutuhan
perorangan.
2) Fine Motor Adaptive ( motorik halus adaptif )
Koordinasi mata – tangan, memainkan dan menggunakan benda-benda
kecil.
3) Language ( bahasa )
Mendengar, mengerti dan menggunakan bahasa.
4) Gross Motor ( motorik kasar )
Duduk, jalan, melompat dan gerakan umum otot besar.
e. Cara pemeriksaan DDST
1) Sektor Personal Sosial14
No. Item Cara Pemeriksa Syarat Lulus
1. Menatap mata Tidurkan anak posisi telentang
sehingga wajah pemeriksa berhadapan
dengan wajah anak dalam jarak 25-30
cm.
Anak menatap wajah
pemeriksa.
2. Membalas senyum Posisikan anak telentang, lalu
tersenyum dan berbicara pada anak
tanpa menyentuhnya.
Anak merespon dengan
tersenyum.
3. Tersenyum
spongtan
Selama tes amati apakah anak
tersenyum pada orang tua/pemeriksa
tanpa diawali stimulasi suara atau
sentuhan. Jika tidak, tanyakan pada
orang tua apakah anak pernah
tersnyum lebih dulu pada seseorang
sebelum disenyumi atau disentuh.
Anak melihat orang
tua/pemeriksa dan
tersenyum secara spontan
selama tes atau dilaporkan
terjadi dirumah.
31
4. Mengamati
tangannya
Selama tes, amati apakah anak
menatap salah satu tangannya selama
sedikitnya beberapa detik,bukan hanya
sekilas melihatnya.
Anak menatap tangannya
beberapa detik selama tes
atau dilaporkan terjadi
dirumah.
5. Berusaha
menjangkau
mainan
Letakkan mainan yang menarik diatas
meja dalam jarak mudah dijangkau
oleh anak.
Anak berusaha
mendapatkan mainan
dengan
menjulurkan/merentangkan
lengan atau tubuhnya
kearah mainan (anak tidak
harus mengambil mainan)
6. Makan sendiri Tanyakan pada pengasuh apakah anak
benar-benar dapat memakan crackers,
kue, atau makanan kecil lainnya
sendiri.
Pengasuh melaporkan anak
dapat melakukan hal
tersebut (tak ada
kesempatan jika anak
belum pernah diberikan
makanan jenis itu)
7. Tepuk tangan Tanpa menyentuh tangan/lengan anak,
tunjukkan permainan tepuk tangan
dengan kedua tangan pemeriksa dan
ajak anak untuk bermain dengan
pemeriksa. Bila anak tidak melakukan
ini, mintalah orangtua untuk
mencobanya (Bila anak masih tidak
mau melakukannya, tanyakan kepada
orangtua apakah anak mau
melakukannya dirumah)
Anak dapat menepuk-
nepuk tangannya saat tes
atau dilaporkan terjadi
dirumah.
8. Menyatakan
keinginan
Selama tes, amati apakah anak
memberitahu anda/orang tua apabila ia
menginginkan sesuatu tanpa menangis.
(Jika tidak teramati, tanyakan kepada
orangtua bagaimana anak memberitahu
seseorang apa yang ia inginkan)
Anak melakukan sesuatu
(bukan menangis) untuk
memberitahukan keinginan
khususnya, atau dilaporkan
terjadi dirumah.
9. Melambaikan Pemeriksa atau orang tua Anak merespon dengan
32
tangan meninggalkan ruangan, lihat wajah
anak dan ucapkan “Daa..daaa” sambil
melambaikan tangan padanya. Jangan
biarkan orang tua menyentuh
lengan/tangan anak. (Jika tak ada
respon, tanyakan kepada orang tua
apakah anak bisa melakukannya
dirumah).
mengangkat lengan atau
melambaikan tangan atau
jarinya, atau melaporkan
anak dapat melakukan hal
tersebut.
10. Bermain bola
dengan pemeriksa
Gelindingkan bola kearah anak.
Usahakan agar anak menggelindingkan
kembali bola kearah anda. Lakuakan
beberapa kali.
Anak dapat
menggelindingkan bola
atau dilaporkan dapat
melakukan hal tersebut.
11. Menirukan
kegiatan
Tanyakan kepada orang tua apakah
anak dapat meniru kegiatan dirumah,
seperti mengelap debu, menggosok,
menyapu, mem-vaccum, atau berbicara
di telepon.
Orang tua melaporkan
bahwa anak dapat meniru
beberapa jenis kegiatan
yang dilakukan oleh orang
dewasa.
12. Minum dengan
Cangkir
Tanyakan kepada orang tua apakah
anak dapat memegang cangkir/gelas
dan minum sendiri tanpa bantuan dan
cairan tidak sampai tumpah lebih dari
separuh cangkir. (Cangkir/gelas tidak
boleh tertutup).
Orang tua melaporkan
anak dapat minum dengan
cangkir.
13. Membantu di
rumah
Tanyakan kepada orang tua apakah
anak membantu mengerjakan tugas-
tugas rumah yang sederhana, misalnya
membuang sampah atau mengambil
sesuatu jika diminta oleh orang tuanya.
Orang tua melaporkan
anak dapet membantu,
bukan meniru. Tujuannya
untuk menentukan apakah
anak memahami dan
melaksanakan permitaan
bantuan.
14. Menggunakan
sendok atau garpu
Tanyakan kepada orang tua apakah
anak menggunakan sendok atau garpu
untuk makan. Jika ya, berapa banyak
makanan yang tumpah?
Orang tua melaporkan
bahwa anak menggunakan
sendok/garpu dan
menyendok banyak
makanan ke dalam mulut,
33
hanya sedikit tumpah.
15. Melepaskan
pakaian
Tanyakan kepada orang tua apakah
anak dapat melepas pakaiannya sendiri,
jika ya jenis pakaian apa ?
Anak dapat membuka
pakaiannya, seperti sepatu,
disertai usaha membuka
dan mengembalikan
kembalikan jaket, celana,
atau kaus. Jangan beri skor
jika topi, kaus kaki, popok,
sandal, atau sepatu terlepas
dengan mudah.
16. Member minum
Boneka
Letakan boneka dan botol minuman di
atas meja di depan anak. Katakana
kepada anak :“Beri adik bayu minum!”
atau “Beri adik bayi botol susu!”
Anak meletakan botol ke
mulut boneka atau dengan
jelas meletakannya ke
mulut. Apabila anak
menirukan member ASI,
dorong ia untuk
menggunakan botol.
17. Memakai pakaian Tanyakan kepada orang tua apakah
anak dapat memakai pakaiannya
sendiri. Jika ya, jenis pakaian apa saja
yang dapat anak pakai
Anak dapat memakai dan
melepaskan beberapa jenis
pakaian. Sepatu tidak harus
ditalikan pada kaki yang
benar. Topi yang diletakan
sembarang dikepala tidak
diberi skor lulus.
18. Menggosok gigi
dengan bantuan
Tanyakan kepada orang tua apakah
anak dapat menggosok gigi dengan
bantuan. Jika ya, minta orang tua
menjelaskan bagaimana itu dilakukan
anak.
Orang tua melaporkan
bahwa antak memegang
dan menggerakkan sikat
gigi diantara gigi.
19. Mencuci dan
mengeringkan
tangan
Tanyakan kepada orang tua apakah
anak dapat mencuci dan mengeringkan
tangannya sendiri tanpa bantuan,
kecuali letak keran jauh dari
jangkauan.
Orang tua melaporkan
anak dapat menyabuni,
membilas, dan
mengeringkan tangannya.
20. Menyebut nama Minta anak menyebut nama teman Anak menyebutkan nma
34
Teman bermainnya (yang tidak tinggal
bersama anak tersebut)
panggilan salah satu
temannya. Nama
sepupu/saudara dapat
diterima jika mereka tidak
tinggal bersama. Nama
binatang atau teman
imajinasi tidak diterima.
21. Memakai T-shirt Tanyakan kepada orang tua apakah
anak dapat memakai/ melepaskam T-
shirt tanpa bantuan.
Anak dapat melepaskan T-
shirt dari kepala dan
memasukan lengan baju.
Baju dapat dari belakang
atau dari luar.
22. Berpakaian tanpa
Bantuan
Tanyakan kepada orang tua apakah
anak dapat berpakaian tanpa banyak
bantuan.
Anak dapat berpakaian
sendiri dengan baik dan
lengkap tanpa bantuan.
*(Jika lulus “berpakaian
tanpa bantuan”, anak juga
lulus pada “memakai
pakaian” dan “memakai T-
shirt”)
23. Bermain ular
tangga atau kartu
Tanyakan kepada orang tua apakah
anak dapat bermain kartu atau bermain
papan sederhhana seperti ular tangga,
monopoli. Khususnya, anak harus
benar-benar dapat memainkan dan
memahami permainan tersebut.
Orang tua melaporkan
anak dapat memahami dan
memainkan kartu atau
permainan papan dengan
orang lain, duduk, dan
menanti giliran.
24. Menggosok gigi
tanpa bantuan
Tanyakan kepada orang tua apakah
anak dapat menggosok giginya sendiri
tanpa bantuan atau pengawasan
beberapa kali, termasuk mengoleskan
pasta gigi ke sikat dn menggosok gigi
dengan gerakan maju mundur.
Orang tua melaporkan
anak dapat menggosok gigi
tanpa bantuan atau
pengawasan , sedikitnya
beberapa kali.
25. Mengambil
makanan
Tanyakan kepada orang tua apakan
anak dapat menyiapkan dan
mengambil makanan tanpa bantuan
Orang tua melaporkan
bahwa anak dapat
melakukannya.
35
termasuk menggunakan mangkuk,
sendok, dan menuangkan makanan ke
mangkuk tanpa banyak tumpah.
2) Sektor Motorik Halus-Adaptif15
No. Item Cara pemeriksaan Syarat lulus
1. Mengikuti ke garis
tengah
Tidurkan anaktelentang. Pegang
benang merah di atas wajah anak
sejauh ia dapat memfokuskannya.
Goyangkan benang untuk menarik
perhatian dan gerakan dengan lambat
setengah lingkaran dari satu sisi tubuh
anak ke sisi tubuh yang lain beberapa
kali. Gerakan tangan dapat dihentikan
untuk menarik kembali perhatian anak
lalu dilanjutkan kembali.
Anak dapat mengikuti
benang ke titik tengah
garis setengah lingkaran
dengan kedua matanya
atau dengan kepala dan
matanya.
2. Mengikuti melewati
garis tengah
Lihat item motorik halus no 1. Anak dapat mengikuti
benang melewati garis
tengah setengah lingkaran
dengan mata atau dengan
kepala dan mata.
3. Memegang
kerincingan
Ketika anak telentang atau dipegangi
oleh orang tuanya, sentuhkan bagian
belakang atau ujung jari tangan anak
dengan kerincingan.
Anak memegang
kerincingan dalam
beberapa detik.
4. Tangan bersentuhan Tidurkan anak terlentang. Perhatikan
apakah kedua tangannya diangkat
bersama-sama ke garis tengah
tubuhnya, melewati dagu dan mulut.
Anak mengangkat kedua
tangannya bersama-sama
menuju garis tengah
tubuh.
5. Mengikuti 180
derajat
Lihat item motorik halus no 1. Anak dapat mengikuti
benang dengan menyusuri
setengah lingkarandari
satu sisi tubuh ke sisi
36
tubuh yang lain.
6. Mengamati manic-
manik
Anak didudukan dipangkuan orang
tua, lalu jauhkan manik-manik
dihadapan anak. Sebaiknya manik-
manik diletakan pada tempat yang
berwarna kontras seperti selembar
kertas putih. Pemeriksa dapat
menunjuk atau menyentuh manik-
manik untuk menarik perhatian anak.
Anak melihat jelas kea rah
manik-manik tersebut.
7. Meraih Anak duduk dipangkuan orang tua,
kedua tangannya diletakan diatas meja.
Letakkan mainan kerincingan yang
mudah dijangkau dan dorong anak
untuk mengambil mainan tersebut.
Anak mengulurkan tangan
kearah objek atau paling
tidak menggerakkan
tangan untuk mencapai
mainan tersebut.
8. Mencari benang Anak didudukkan dipangkuan orang
tua, tarik perhatiannya pada benang
merah yang dipegang pemeriks. Saat
anak melihat kearah benang,jauhkan
benang sehingga seolah-olah
menghilang. Jangan gerakkan tangan
kecuali untuk melepaskan benang
merah. Ulangi jika respons anak tidak
jelas.
Anak tampak jelas
mencari benang kea rah
bawah atau ke lantai.
9. Menggaruk manik-
manik
Anak didudukkan di panggkuan orang
tua, kedua tangannya diatas meja.
Jatuhkan satu manik-manik didepan
anak dalam jarak yang mudah
dijangkau anak.
Anak mengambil manik-
manik dengan
menggunakan gerakan
seluruh tangan. Pastikan
manik-manik tidak
melekat di tangan anak,
tetapi jelas diambilnya.
10. Memindahkan
kubus
Berikan anak sebuah kubus, lalu
berikan satu lagi pada tangan yang
sama. Anak akan memindahkan kubus
pertama ke tangan yang lain sehingga
ia dapat mengambil kubus yang kedua.
Anak memindahkan
sebuah kubus dari tangan
yang satu ketangan yang
lain, tanpa menggunakan
anggota tubuhnya, mulut,
37
atau meja.
11. Mengambil dua
kubis
Letakan dua kubus diatas meja di
depan anak. Dorong anak untuk
mengambil kubus, tetapi jangan
berikan kubus ke anak.
Anak mengambiil dua
kubus dan dipegang setiap
tangan, masing-masing
satu kubus, secara
bersamaan.
12. Memegang dengan
ibu jari dan jari
telunjuk.
Lihat item motorik halus no 9.
pemeriksa dapat menunjuk/menyentuh
manik-manik untuk menarik perhatian
anak.
Anak mengambil manik-
manik dengan jari
telunjuk dan ibu jari
bersama-sama atau
dengan beberapa jari.
13. Membenturkan dua
kubus
Letakkan satu kubus di masing-masing
tangan anak dan doorong ia untuk
membenturkan kedua kubus bersama-
sama.pemeriksa dapat memberikan
contoh. Bila anak tidak membenturkan
kedua kubus, tanyakan pada orang tua
apakah anak dapat membenturkan
benda yang lebih kecil bersama-sama
dalam satu waktu.
Anak memegang satu
kubus di masing-masing
tangan dan membenturkan
kubus tersebut bersama-
sama atau jika orang tua
melaaporkan bahwa anak
memukulkan benda yang
lebih kecil bersama-sama.
14. Menaruh kubus di
cangkir
Letakan tiga kubus dan satu cangkir di
atas meja di hadapan anak. Dorong
anak untuk memasukan kubus ke
dalam cangkir dengan memberikan
contoh dan aba-aba beberapa kali.
Anak memasukakn kubus
ke dalam cangkir
sedikitnya satu kubus dan
membiarkan yang lain.
15. Mencoret-coret Letakkan kertas dan pensil di atas
meja di hadapan anak. Pemeriksa
boleh meletakan pensil di tangan anak
dan mendorongnya untuk mencoret-
coret,tetapi jangan memberikan contoh
bagaimana cara mencoret-coret.
Perhatikan anak dengan saksama demi
keamanan mata dan mulut anak pada
saat menggunakan pensil.
Anak membuat coretan
yang bertujuan di kertas.
Berikan skor gagal jika
anak membuat coretan
pensil secara tidak
sengaja.
16. Mengeluarkan Contohkan pada anak 2-3 kali untuk Anak
38
manic-manik
dengan contoh.
mengeluarkan manik-manik dari botol,
kemudian minta anak untuk
mengulanginya (jangan menggunakan
kata buamg atau tumpahkan).
mengeluarkan/membuang
manik-manik dari botol
atau
mengambil/menggaruk
botol yang tertutup untuk
membukanya, lalu
mengeluarkan manik-
manik tersebut. (Jangan
beri skor lulus jika anak
memindahkan manik-
manik dengan jari-
jarinya).
17. Menara dari dua
kubus
Anak di dudukkan di dekat meja,
kedua tangan di atas meja. Dorong
anak untuk menumpuk kubus satu
demi satu dengan contoh dan aba-aba
yang di berikan.
Anak meletakan satu
kubus di atas kubus
lainnya sehingga tidak
jatuh saat anak
memindahkan tangannya.
18. Menara dari
emmpat kubus
Lihat item motorik halus nomor 17. Anak meletakkan satu
kubus di atas kubus
lainnya sehingga tersusun
sampai empat kubus dan
tidak jatuh saat anak
memindahkan tangannya.
19. Menara dari enam
kubus
Lihat item motorik halus nomor 17. Anak meletakkan satu
kubus diatas kubus
lainnya sehingga tersusun
sampai enam kubus dan
tidak jatuh saat anak
memindahkan tangannya.
Jika lulus menara dari 6
kubus, berarti anak juga
lulus menara dari 4 kubus
dan menara dari 2 kubus.
20. Meniru garis
vertikal
Anak di dudukan di kursi yang
nyaman untuk menulis. Letakkan
Anak membuan 1 garis
vertikal atau lebih di atas
39
sebuah pensil dan selembar kertas di
depan anak, kemudian katakana
kepada anak untuk menggambar garis
vertikal pada anak. Jangan
memegang/membimbing tangan anak.
Percobaan dapat dilakukan tiga kali.
kertas, minimal sepanjang
2,5 cm, dengan sudut
kemiringan tidak lebih
dari 30 derajat.
21. Menara dari
delapan kubus
Lihat item motorik halus nomor 17. Anak meletakan satu
kubus di atas kubus
lainnya sehingga tersusun
sampai 8 kubus dan tidak
jatuh saat anak
memindahkan tangannya.
Jika lulus menara dari 8
kubus, berarti anak juga
lulus menara dari 6 kubus,
menara dari 4 kubus, dan
menara dari 2 kubus.
22. Menggoyangkan
ibu jari
Contohkan pada anak dengan
menggunakan 1 atau 2 tangan untuk
membuat genggaman, dengan posisi
ibu jari mengarah ke atas. Ayun-
ayunkan ibu jari pemeriksa. Katakana
pada anak untuk mengayunkan atau
menggerakan ibu jari ke kanan dan
kekiri dengan cara yang sama. Jangan
membantu anak.
Anak menggerakkan
genggaman baik dengan 1
tangan maupun 2 tangan
tanpa membuat gerakan
pada jari-jari selain ibu
jari.
23. Mencontoh 0
(lingkaran)
Berikan pada anak pensil dan kertas.
Tunjukan kepada anak gambar
lingkaran di belakang lembar DDST
II/pemeriksa dapat membuat gambar
sendiri tanpa menyebutkan bentuk
gambar dan menggerakan jari telunjuk
atau pensil untuk menunjukan
bagaimana cara membuat lingkaran,
katakana kepada anak : “buat satu
Anak menggambar
beberapa bentuk yang
mendekati atau sangat
mendekati lingkaran yang
tertutup. (Gagal jika garis
berkelanjutan sehingga
membentuk spiral).
40
gambar yang sama seperti gambar ini”.
Tes dapaat dilakukan tiga kali
24. Menggambar orang
3 bagian
Berikan anak pensil dan kertas.
Katakana pada anak untuk
menggambar seseorang. Patikan anak
telah menyelesaikan gambar sebelum
dinilai
Anak menggambar 3 atau
lebih bagian. Bagian
sepasang dinilai satu
bagian.
25. Mencontoh tanda +
(tanda plus)
Berikan anak pensil dan kertas.
Tunjukkan pada anak tanda + pada
kertas. Tanpa menyebut bentuk
gambar atau menggerakan jari atau
pensil untuk menunjukkan cara
pembuatannya.
Anak menggambar 2 garis
saling berpotongan,
setidaknya mendekati titik
tengah. Garis tidak perlu
benar-benar lurus
26. Memilih garis yang
lebih panjang
Tunjukkan pada anak 2 garis parallel
dan tanyakan pada anak mana yang
lebih panjang. Putar kertas dan
tanyakan kembali, apabila anak tidak
menjawab benar sebanyak 3 kali,
maka ulang pertanyaan.
Anak memilih garis yang
lebih panjang 3 dari 3 tes
atau 5 dari 6 tes
27. Mencontohkan
persegi dengan
petunjuk
Laksanakan item no.29. bila anak tidak
dapat mencontohkannya tunjukan cara
membuatnya.
Anak menggambar bujur
sangkar dengan garis lurus
dan membentuk 4 sudut
28. Menggambar orang
6 bagian
Laksanakan item no.24 Anak menggambar 3 atau
lebih bagian. Sama
dengan item no.24
29. Mencontohkan
persegi
Berikan anak pensil dan kertas dan
tunjukan pada anak gambar bujur
sangkar
Merujuk pada syarat lulus
item motorik halusno.27
3) Sektor Bahasa16
No. Item Cara Pemeriksaan Syarat Lulus
1. Bereaksi terhadap bel Pegang bel sehingga anak tidak dapat
melihatnya, sembunyikan bel
Anak merespon bunyi
bel
2. Bersuara Selama tes, dengarkan suara lain yang Anda mendengar anak
41
dikeluarkan selain tangisan. mengeluarkan banyak
suara
3. Ooh/ahh Dengarkan apakah anak membuat suara
seperti Ooh..atau aah..
Anda mendengar anak
mengeluarkan suara
tersebut
4. Tertawa Dengar apakah anak tertawa dengan
keras
Anda mendengar anak
tertawa dengan keras.
5. Berteriak Dengar apakah anak mengeluarkan
suara yang keras atau teriakan yang
menyenangkan.
Anda mendengar anak
berteriak.
6. Menoleh ke
bunyi kerincingan
Berdiri di belakang anak pada saat anak
dipangku menghadap orang tuanya atau
didudukan di atas meja.
Anak merespon dengan
menoleh kea rah
datangnya suara.
7. Menoleh ke arah
datangnya suara
Letakkan tangan anda di antara mulut
anda. Berbisiklah sambil menyebut
nama anat beberapa kali
Anak menoleh ke arah
datangnya suara
8. Bersuara 1 suku
Kata
Dengarkan apakah anak menghasilkan
satu suku kata
Anda mendengarkan
anak menghasilkan satu
suku kata.
9. Meniru bunyi kata-
kata
Buat suara seperti batuk Anak meniru suara anda
10. Papa atau mama
(tidak spesifik)
Dengarkan apakah anak mengucapkan
kata papa atau mama
Anak mengatakan papa
atau mama
11. Kombinasi 2 suku
kata yang sama
Dengar apakah anak mengulang-ulang
2 suku kata yang sama
Anak dapat mengulang
2 suku kata
12 Mengoceh Dengarkan apakah anak membuat
percakapan yang tidak masuk akal
kepada dirinya sendiri
Anak mengoceh
13. Papa atau
mama(spesifik)
Dengarkan apakah anak mengucapkan
kata papa kea rah papa atau mama kea
rah mama
anak mengucapkan kata
papa atau mama dengan
penuh makna
14. Mengucapkan 1kata Tanyakan pada orang tua anak berapa
banyak kata yang dapat diucapkan oleh
anak dan kata apa saja
Orang tua melaporkan
anak dapat
mengucapkan 1 kata
15. Mengucapkan 2kata Tanyakan pada orang tua anak berapa Orang tua melaporkan
42
banyak kata yang dapat diucapkan oleh
anak dan kata apa saja
anak dapat
mengucapkan 2 kata
16. Mengucapkan 3kata Tanyakan pada orang tua anak berapa
banyak kata yang dapat diucapkan oleh
anak dan kata apa saja
Orang tua melaporkan
anak dapat
mengucapkan 3 kata
17. Mengucapkan 4kata Tanyakan pada orang tua anak berapa
banyak kata yang dapat diucapkan oleh
anak dan kata apa saja
Orang tua melaporkan
anak dapat
mengucapkan 4 kata
18. Menunjuk 2gambar Pastikan anak dapat menunjuk suatu
gambar
Anak menunjuk dengan
benar 2 atau 3 gambar.
19. Kombinasi kata Dengarkan apakah anak sudah
membuat kombinasi sedikitnya 2 kata
yang bermakna untuk menunjukkan
suatu tindakan
Anda mendengar anak
mengucapkan
kombinasi 2 kata
20. Menyebut 1gambar Tunjukan pada anak suatu gambar dan
biarkan anak menyebutkan nama
gambar
Anak menyebut 1 nama
gambar dengan benar
21. Bagian tubuh 6 Pastikan anak dapat menunjuk bagian-
bagian tubuh
Anak menunjuk dengan
benar
22. Menunjuk 4gambar Lihat item no.18 Anak menunjuk dengan
benar 4 atau 5
23. Pembicaraan
sebagian dimengerti
Selesai tes, perhatikan kemampuan
berbicara anak yang bermakna
Pemeriksa memahami
sebagian dari
pembicaraan anak
24. Menyebut 4gambar Lihat item no.20 Anak menyebut 4 nama
gambar dengan benar
25. Mengetahui 2
kegiatan
Minta anak 2 kegiatan pada gambar Anak dapat menunjukan
2 atau 3 gambar dengan
benar
26. Mengerti 2
kata sifat
Tanyakan kepada anak pertanyaan yang
berhubungan dengan kata sifat
Anak menjawab dengan
benar 2 pertanyaan
27. Menyebut 1 warna Pastikan anak dapat menyebut warna Anak dapat menyebutka
1,2, atau 3 warna
28. Kegunaan 2 benda Tanyakan pada anak satu per satu kata
yang berhubungan dengan kata benda
Anak menjawab dengan
benar 2 pertanyaan
43
29. Menghitung 1kubus Letakkan 8 kubus di atas meja dii
depan anak
Anak meletakkan 1
kubus dan mengatakan
ada 1 kubus di atas
kertas
30. Kegunaan 3 benda Lihat item no.28 Anak menjawab dengan
benar 3 pertanyaan
31. Mengetahui 4
Kegiatan
Lihat item no.25 Anak dapat menunjuk 4
atau5 gambar dengan
benar
32. Pembicaraan
seluruhnya
dimengerti
Lihat item no.23 Pemeriksa memahami
seluruh pembicaraan
anak
33. Mengerti 4kata
Depan
Minta anak berdiri Anak dapat menjalankan
4 tugas dengan benar
34. Menyebut 4 warna Lihat item no.27 Anak dapat
menyebutkan 4 warna
dengan benar
35. Mangartikan 5 kata Tanya kepada anak 5 kata Anak dapat mengartikan
5 atau 6 kata dengan
benar
36. Mengerti 3 kata
Sifat
Lihat item no.26 Anak menjawab dengan
3 pertanyaan
37. Menghitung 5kubus Lihat item no.29 Anak meletakkan 5
kubus dan mengatakan
ada 5 kubus di atas
kertas
38. Menyebutkan 2
lawan kata
Tanyakan pertanyaan mengenai lawan
kata
Anak dapat menjawab 2
kata dengan benar
39. Mengartikan 7
Kata
Lihhat item no. 35 Anak dapat mengartikan
7 kata dengan benar
44
4) Sektor Motorik Kasar16
No. Item Cara Pemeriksaan Syarat Lulus
1. Gerak seimbang Tidurkan anak terlentang, amati aktifitas
lengan dan tungkai anak
Anak menggerakan
lengan dan tungkainya
dengan seimbang
2. Mengangkat kepala Tidurkan anak dalam posisi tengkurap.
Amati gerakan kepala.
Anak mengangkat
kepala sehingga dagu
berjauhan dengan
permukaan tanpa
menoleh ke kiri dan ke
kanan
3. Kepala terangkat
45O
Lihat item motorik kasar no.2 Anak mengangkat
kepala 45O selama
beberapa detik
4. Kepala terangkat
90O
Lihat item motorik kasar no.2 Anak mengangkat
kepala 90O selama
beberapa detik
5. Duduk dengan
kepala tegak
Pegang anak dalam posisi duduk Anak dapat
mempertahankan
kepalanya tegak selama
beberapa detik
6. Menumpu beban Pegang anak dalam posisi berdiri, dan
perlahan lepaskan
Anak dapat
menumpukan beban
pada kakinya beberapa
detik
7. Dada terangkat dan
menumpu pada
lengan
Letakkan anak dalam posisi tengkurup Anak mengangkat
kepala dan dadanya
menumpu pada lengan
8. Membalik badan Perhatikan apakah anak membalikkan
badannya dari posisi tengkurap ke
terlentang
Anak membalikan
badannya dengan
sempurna
9. Bangkit dengan
kepala tegak
Letakkan anak dalam posisi terlentang,
pegang tangan dan pergelangan tangan
anak. Tarik anak ke posisi duduk.
Untuk sesaat, kepala
anak tidak terkulai
ketika tubuhnya
diangkat
45
10. Duduk tanpa
pegangan
Pegang anak dalam posisi duduk,
perlahan lepaskan
Anak duduk selama 5
detik atau lebih
11. Berdiri dengan
berpegangan
Letakkan anak dalam posisi berdiri
dengan berpegangan pada benda
Anak berdiri selama 5
detik atau lebih
12. Bangkit untuk
berdiri
Dudukan anak di lantai, dorongkan anak
untuk berdiri
Anak menarik badannya
sendiri ke posisi berdiri
13. Bangkit lalu duduk Saat anak berbaring/tengkurap/berdiri
sambil dipegang, dorong anak ke posisi
duduk
Anak berubah ke posisi
duduk
14. Berdiri 2 detik Bantu anak berdiri, topang dari jarak
dekat
Anak berdiri tanpa
ditopang selama 2 detik
atau lebih
15. Berdiri sendiri Lihat item motorik no.11 Anak berdiri tanpa
ditopang selama 10
detik atau lebih
16. Membungkuk
kemudian berdiri
Saat anak berdiri di lantai tanpa
pegangan, letakkan mainan untuk
diambilnya
Anak membungkuk
untuk mengambil benda
17. Berjalan dengan
baik
Amati apakah anak sudah berjalan Anak dapat
menyeimbangkan tubuh
dengan baik
18. Berjalan mundur Minta anak untuk berjalan mundur Anak mundur beberapa
langkah tanpa duduk
19. Lari Dorong anak untuk berlari Anak berlari dengan
baik tanpa terjatuh
20. Berjalan menaiki
tangga
Tanyakan kepada orang tua apakah anak
dapat menaiki tangga
Anak dapat menaiki
tangga
21. Menendang bola ke
depan
Letakkan bola sekitar 15 cm di depan
anak
Anak menendang bola
ke depan tanpa
berpegangan
22. Melompat Minta anak untuk melompat Anak melompat dan
mengangkt ke 2 kakinya
23. Melempar bola
tangan ke atas
Beri anak bola dan berdiri 1 meter
darinya
Anak melempar bola
dengan lengannya
24. Lompat jauh Letakkan selembar kertas, dan dorong Anak melompati mertas
46
anak untuk melompatinya tanpa melompatinya
25. Berdiri 1 kaki 1
detik
Perintahkan anak untuk
menyeimbangkan diri dengan 1 kaki
Anak dapat berdiri
selama 1 detik
26. Berdiri 1 kaki 2
detik
Lihat item no.25 Anak dapat berdiri
selama 2 detik
27. Melompat dengan
1 kaki
Anak dapat melompat dengan 1 kaki Anak dapat melompat
dengan 1 kaki sebanyak
2 kali atau lebih
28. Berdiri 1 kaki 3
detik
Lihat item no.25 Anak dapat berdiri
selama 3 detik
29. Berdiri 1 kaki 4
detik
Lihat item no.25 Anak dapat berdiri
selama 4 detik
30. Berdiri 1 kaki 5
detik
Lihat item no.25 Anak dapat berdiri
selama 5 detik
31. Berjalan dengan
merapatkan tumit
ke jari kaki
Tunjukkan pada anak car berjalan pada
garis lurus dengan menempelkan tumit
ke depan jari yang berlainan
Anak berjalan 4 langkah
atau lebih
f. Pencatatan hasil16
1) Koreksi faktor prematuritas. Tarik garis umur dari garis paling atas ke bawah
dan cantumkan tanggal pemeriksaan pada ujung atas garis umur.
2) Semua uji coba untuk setiap sektor dimulai dengan uji coba yang terletak di
sebelah kiri garis umur, kemudian dilanjutkan sampai kanan garis umur.
3) Pada setiap sektor dilakukan minimal 3 uji coba terdekat di sebelah kiri garis
umur serta tiap uji coba yang dilalui garis umur.
4) Bila anak tidak mampu untuk melakukan salah satu uji coba pada langkah 3
(“gagal”; “menolak”; “tidak ada kesempatan”), lakukan ujicoba tambahan ke
sebelah kiri pada sektor yang sama sampai anak dapat melewati 3 uji coba.
g. Skor penilaian16
Skor dari tiap uji coba ditulis pada kotak segi empat. Uji coba dekat tanda
garis 50%.
P : Pass/Lewat. Anak melakukan uji coba dengan baik, atau ibu/pengasuh anak
memberi laporan (tepat/dapat dipercaya bahwa anak dapat melakukannya).
47
F : Fail/Gagal. Anak tidak dapat melakukan uji coba dengan baik atau
ibu/pengasuh anak memberi laporan (tepat) bahwa anak tidak dapat
melakukannya dengan baik.
No : No Opportunity/tidak ada kesempatan. Anak tidak mempunyai kesempatan
untuk melakukan uji coba karena ada hambatan. Skor ini hanya boleh
dipakai pada uji coba dengan tanda R.
R : Refusal/Menolak. Anak menolak untuk melakukan uji coba. Penolakan
dapat dikurangi dengan mengatakan kepada anak apa yang harus dilakukan,
atau menanyakan kepada anak apakah ia dapat melakukannya (uji coba yang
dilaporkan oleh ibu/pengasuh anak tidak di skor sebagai penolakan).
h. Interprestasi penilaian individual16
1) Lebih (Advanced)
Bilamana seorang anak lewat pada uji coba yang terletak di sebelah
kanan garis umur, maka dinyatakan bahwa perkembangan anak lebih pada uji
coba tersebut.
2) Normal
Bila seorang anak gagal atau menolak melakukan uji coba di sebelah
kanan garis umur.
3) Peringatan (Caution)
Bila seorang anak gagal atu menolak uji coba yang dilalui garis umur
terletak pada atau antara persentil ke-75 dan 90.
4) Keterlambatan (Delay)
Bila seorang anak gagal atau menolak melakukan uji coba yang
seluruhnya terletak di sebelah kiri garis umur.
5) Tidak ada kesempatan ( No Opportunity )
Uji coba yang dilaporkan orangtua.
i. Intervensi Denver II16
1) Normal
Bila tidak ada keterlambatan dan atau paling banyak satu caution.
Lakukan ulangan pada kontrol berikutnya.
48
2) Suspek
Bila didapatkan ≥ 2 peringatan dan / atau ≥ 1 keterlambatan.
Lakukan uji ulang dalam 1 – 2 minggu untuk menghilangkan faktor
sesaat seperti rasa takut, keadaan sakit atau kelelahan.
3) Tidak dapat diuji
Bila ada skor menolak pada ≥ 1 uji coba yang terletak di sebelah
kiri garis umur atau menolak pada > 1 uji coba yang ditembus garis umur
pada daerah 75 – 90 %.
4) Uji ulang dalam 1 – 2minggu
Bila pada uji ulang didapatkan hasil yang mencurigakan atau tidak
dapat diuji, maka pikirkan untuk merujuk anak tersebut.
2. METODE PENGUKURAN DENGAN KUISIONER PRA SKRINING
PERKEMBANGAN (KPSP)16
a. Pengertian
Adalah suatu daftar pertanyaan singkat yang ditujukan kepada para orang
tua dan dipergunakan sebagai alat untuk melakukan skrining pendahuluan
perkembangan anak usia 3 bulan sampai dengan 6 tahun.
b. Kegunaan KPSP
KPSP dapat dipakai untuk mengetahui ada atau tidak adanya hambatan,
gangguan atau masalah dalam perkembangan anak.
c. Cara menggunakan KPSP
Petugas kesehatan membaca KPSP terlebih dahulu. Kemudian memberi
kesempatan kepada orang tua untuk menjawab kelompok pertanyaan yang sesuai
dengan usia anak. Hasil dicatat.
d. Cara menghitung usia anak
Di dalam Kartu Data Tumbuh Kembang Anak. Rentang usia anak pada
KPSP digambarkan dengan kelipatan tiga, yaitu 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36,
42, 48, 54, 60, 66, 72 dalam satua bulan.
49
Bila anak berusia diantaranya maka KPSP yang digunakan adalah yang lebih
kecil dari usia anak.
Contoh : bayi umur umur 7 bulan maka yang digunakan adalah KPSP 6 bulan.
Bila anak ini kemudian sudah berumur 9 bulan yang diberikan adalah KPSP 9
bulan.
Tentukan umur anak dengan menjadikannya dalam bulan.
Bila umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan.
Contoh : bayi umur 3 bulan 16 hari dibulatkan menjadi 4 bulan bila umur bayi 3
bulan 15 hari dibulatkan menjadi 3 bulan.
Setelah menentukan umur anak pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.
KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu :
o Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak. Contoh : “dapatkah bayi
makan kue sendiri?”
o Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas
yang tertulis pada KPSP. Contoh : “pada posisi bayi anda terlentang, tariklah
bayi pada pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk”
Baca dulu dengan baik pertanyaan-pertanyaan yang ada. Bila tidak jelas atau
ragu-ragu tanyakan lebih lanjut agar mengerti sebelum melaksanakan.
Pertanyaan dijawab berurutan satu persatu.
Setiap pertanyaan hanya mempunyai satu jawaban YA atau TIDAK.
Teliti kembali semua pertanyaan dan jawaban.
e. Cara memilih pertanyaan KPSP
Pertanyaan diajukan kepada para orang tua dan dipilih kelompok pertanyaan
yang sesuai dengan usia anak.
f. Cara menilai KPSP
1) Meneliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
2) Menghitung jumlah jawaban Ya.
3) Apabila jumlah jawaban Ya = 9 atau 10 berarti anak yang diperiksa normal
(N).
4) Apabila jumlah Ya = kurang dari 9, maka perlu diteliti kembali mengenai:
Cara menghitung usia anak.
Cara memilih pertanyaan KPSP, apakah sesuai dengan usia anak.
50
Apakah jawaban orang tua/pengasuh anak sesuai dengan yang
dimaksudnya.
5) Apabila jumlah jawaban Ya = 7 atau 8, tentukan jadwal untuk dilakukan
pemeriksaan ulang 1 minggu kemudian (U).
6) Apabila pada pemeriksaan ulang jumlah jawaban Ya tetap 7 atau 8, maka
anak tersebut memerlukan pemeriksaan lebih lanjut/dirujuk (TN).
7) Apabila jumlah jawaban Ya = 6 atau kurang, maka anak tersebut
memerlukan pemeriksaan lebih lanjut/dirujuk (TN).
Catatan : Pertanyaan KPSP yang dipakai pada pemeriksaan ulang disesuaikan
dengan usia anak pada tanggal pemeriksaan ulang tersebut.
g. Untuk anak dengan perkembangan SESUAI (S)
1) Orangtua/pengasuh anak sudah mengasuh anak dengan baik.
2) Pola asuh anak selanjutnya terus lakukan sesuai dengan bagan stimulasi
sesuaikan dengan umur dan kesiapan anak.
3) Keterlibatan orangtua sangat baik dalam tiap kesempatan stimulasi. Tidak
usah mengambil momen khusus. Laksanakan stimulasi sebagai kegiatan
sehari-hari yang terarah.
4) Ikutkan anak setiap ada kegiatan Posyandu.
h. Untuk anak dengan perkembangan MERAGUKAN (M)
1) Konsultasikan nomer jawaban tidak, mintalah jenis stimulasi apa yang
diberikan lebih sering .
2) Lakukan stimulasi intensif selama 2 minggu untuk mengejar ketertinggalan
anak.
3) Bila anak sakit lakukan pemeriksaan kesehatan pada dokter/dokter anak.
Tanyakan adakah penyakit pada anak tersebut yang menghambat
perkembangannya.
4) Lakukan KPSP ulang setelah 2 minggu menggunakan daftar KPSP yang
sama pada saat anak pertama dinilai.
5) Bila usia anak sudah berpindah golongan dan KPSP yang pertama sudah bisa
semua dilakukan. Lakukan lagi untuk KPSP yang sesuai umur anak.
Misalnya umur anak sekarang adalah 8 bulan 2 minggu, dan ia hanya bisa 7-8 YA.
Lakukan stimulasi selama 2 minggu. Pada saat menilai KPSP kembali gunakan
dulu KPSP 6 bulan. Bila semua bisa, karena anak sudah berusia 9 bulan, bisa
dilaksanakan KPSP 9 bulan.
51
1) Lakukan skrining rutin, pastikan anak tidak mengalami ketertinggalan lagi.
2) Bila setelah 2 minggu intensif stimulasi, jawaban masih (M) = 7-8 jawaban
YA. Konsultasikan dengan dokter spesialis anak atau ke rumah sakit dengan
fasilitas klinik tumbuh kembang.
i. Cara melakukan pemeriksaan ulang dengan KPSP
Pemeriksaan ulang dengan menggunakan dilaksanakan pada 3 keadaan
dibawah ini:
1) Hasil KPSP negatif atau jumlah jawaban Ya = 9 atau 10, pemeriksaan ulang
dapat dilakukan.
2) Tiap 3 bulan untuk usia dibawah 12 bulan.
3) Tiap 6 bulan untuk usia 12 s/d 72 bulan
Walaupun demikian pemeriksaan yang lebih sering akan lebih baik.
4) Hasil KPSP dengan jumlah Ya = 7 atau 8, pemeriksaan ulang dilakukan
1 minggu kemudian sebelah pemeriksaan pertama.
5) Hasil KPSP dengan jawaban Ya = kurang atau pemeriksaan ulang tetap 7-8,
anak perlu dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap.
j. Cara mencatat hasil KPSP
1) Hasil KPSP dicatat dalam Kartu Data Tumbuh Kembang Anak (halaman 4).
Tulis jawaban umur Ya, atau Tidak pada kotak yang disediakan untuk tiap
pertanyaan menurut golongan umur anak. Kemudian hitunglah jawaban Ya.
2) Apabila penilaian KPSP = 9 atau 10 jawaban Ya, berarti perkembangan anak
baik (kode N).
3) Apabila penilaian KPSP = 7 atau 8, berarti meragukan dan anak perlu
diperiksa ulang 1 minggu kemudian.
4) Apabila penilaian KPSP = kurang dari 7, berarti positif anak perlu dirujuk
(kode TN).
52
2.3 Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
2.3.1 Faktor-faktor Internal yang Berpengaruh pada Pertumbuhan dan
Perkembangan Anak2
1. Ras/etnik atau bangsa
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak memiliki faktor
herediter ras/bangsa indonesia atau sebaliknya.
2. Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki faktor postur tubuh tinggi, pendek,
gemuk atau kurus.
3. Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama
kehidupan, dan remaja.
4. Jenis Kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembanglebih cepat daripada anak
laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan
lebih cepat.
5. Genetik
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang
akan menjadi ciri khasnya. Ada beberaa kelainan genetik yang berpengaruh pada
tumbuh kembang anak seperti kerdil.
6. Kelainan Kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti
pada Sindroma Down’s dan Sindroma Turner’s.
2.3.2 Faktor-faktor Eksternal yang Berpengaruh pada Pertumbuhan dan
Perkembangan Anak2
1. Faktor Prenatal
a. Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trisemesterakhir kehamilan akan
mempengaruhi pertumbuhan janin.
53
b. Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital seperti
club fool.
c. Toksin/zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti aminopterin. Thalidomid dapat menyebatkan
kelainan kongenital seperti palatoskisis.
d. Endokrin
Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali, hiperplasia
adrenal.
e. Radiasi
Paparan radium dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin
seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak,
kelainan kongenital mata, kelainan jantung.
f. Infeksi
Infeksi pada trisemester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma,
Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada
janin: katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan jantung
kengenital.
g. Kelainan imunologi
Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara janin
dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin,
kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah janin dan akan
menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan
Kern icterus yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.
h. Anoksia embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta
menyebabkan pertumbuhan terganggu.
i. Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental pada
ibu hamil dan lain-lain.
54
2. Faktor Persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat
menyebabkan kerusakan jaringan otak.
3. Faktor Persalinan
a. Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.
b. Penyakit kronis/ kelainan kongenital
Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi
pertumbuhan jasmani.
c. Lingkungan fisis dan kimia
Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut hidup yang
berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider). Sanitasi lingkungan
yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia
tertentu (Pb, mencuri, rokok, dll) mempunyai dampak yang negatif terhadap
pertumbuhan anak.
d. Psikologis
Hubungan anak dengan orang disekitarnya. Seorang anak yang tidak
dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan, akan
mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
e. Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan menyebabkan
anak mengalami hambatan pertumbuhan.
f. Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan
lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan mengalami pertumbuhan anak.
g. Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi
tumbuh kembang anak.
h. Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam
keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan
anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.
55
i. Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan,
demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susuna saraf yang
menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.
2.4 Status Gizi
Status gizi adalah suatu keadaan kesehatan tubuh berkat asupan zat gizi melalui
makanan dan minuman yang dihubungkan dengan kebutuhan.17
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Status gizi ini menjadi penting karena merupakan salah satu
faktor risiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi yang baik bagi
seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga terhadap kemampuan
dalam proses pemulihan. Status gizi masyarakat dapat diketahui melalui penilaian
konsumsi pangannya berdasarkan data kuantitatif maupun kualitatif.6
Dalam menetukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering
disebut reference. Baku antropometri yang sering digunakan di Indonesia adalah World
Health Organization – National Centre for Health Statistik (WHO-NCHS). Berdasarkan
baku WHO - NCHS status gizi dibagi menjadi empat : Pertama, gizi lebih untuk over
weight, termasuk kegemukan dan obesitas. Kedua, Gizi baik untuk well nourished.
Ketiga, Gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild dan moderat, PCM (Protein
Calori Malnutrition). Keempat, Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus,
marasmik-kwasiorkor dan kwashiorkor .6
Status gizi merupakan faktor yang terdapat dalam level individu (level yang
paling mikro). Faktor yang mempengaruhi secara langsung adalah asupan makanan dan
infeksi. Pengaruh tidak langsung dari status gizi ada tiga faktor yaitu ketahanan pangan di
keluarga, pola pengasuhan anak, dan lingkungan kesehatan yang tepat, termasuk akses
terhadap pelayanan kesehatan.18
56
BAB III
HASIL FIELD STUDY
3.1 Hasil Pengukuran Responden
Tabel 3.1: Hasil pengukuran responden
3.2 Hasil Statistik Data Responden
Tabel 3.2: Hasil statistik data responden
57
3.3 Hasil Status Gizi Responden
1. Nama : Ahmad Adyatma
Usia : 144 bulan
Kategori Status Gizi
Indeks Massa Tubuh Menurut Umur : -2 SD sampai dengan 1 SD
Status Gizi : Normal
2. Nama : Edsel Kennino Ar Rozak
Usia : 17 bulan
Kategori Status Gizi
Indeks Massa Tubuh Menurut Umur : >2 SD
Status Gizi : Gemuk
Penilaian KPSP : Normal semua
Berdasarkan penilaian pada KPSP, didapatkan responden yang berumur 17 bulan dinyatakan normal. Dengan rincian sebagai berikut, dilihat dari gerak halusnya, responden dapat mempertemukan dua kubus kecil yang Ia pegang, dapat mengambil benda kecil seperti kacang, kismis, atau potongan biskuit dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk. Dilihat dari gerak kasar, responden dapat berjalan sendiri, dapat berdiri sendiri tanpa berpegangan selama kira-kira 5detik, berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 detik, dapat membungkuk untuk memungut mainan di lantai dan berdiri kembali tanpa berpegangan atau menyentuh lantai, dapat berjalan disepanjang ruangan tanpa jatuh atau terhuyung-huyung. Dilihat dari sosialisasi dan kemandiriannya, responden dapat bertepuk tangan atau melambai-lambai tanpa bantuan dan dapat menunjukkan apa yang diinginkan tanpa menangis atau merengek dan mengeluarkan suara yang menyenangkan. Penilaian menggunakan KPSP umur 15 bulan.
3. Nama : Gopan Kholiqul Anwar
Usia : 120 bulan
Kategori Status Gizi
Indeks Massa Tubuh Menurut Umur : -2 SD sampai dengan 1 SD
Status Gizi : Normal
58
4. Nama : Shanti
Usia : 72 bulan
Kategori Status Gizi
Indeks Massa Tubuh Menurut Umur : -2 SD sampai dengan 1 SD
Status Gizi : Normal
Penilaian KPSP : Normal semua
Berdasarkan penilaian KPSPm didapatkan responden berumur 72
bulan dinyatakan normal. Dengan rincian sebagai berikut, dilihat dari aspek bicara
dan bahasa, anak mampu untuk menunjuk warna dengan tepat, mampu menjawab
pertanyaaan dengan benar. Dari aspek gerak kasar, anak mampu untuk melompat
satu kaki tanpa berpegangan. Dari aspek gerak halus, anak mampu untuk
menggambar orang dengan baik, menggambar persegi dengan baik. Dari aspek
sosialisasi dan mandiri, anak mampu untuk berpakaian sendiri dan menjawab
pertanyaan dengan benar. Penilaian menggunakan KPSP umur 72 bulan.
5. Nama : Mahya Kiandra
Usia : 20 bulan
Kategori Status Gizi
Indeks Massa Tubuh Menurut Umur : -2 SD sampai dengan 1 SD
Status Gizi : Normal
Penilaian KPSP : Normal semua
Berdasarkan penilaian pada KPSP, didapatkan responden yang
berumur 20 bulan dinyatakan normal. Dengan rincian sebagai berikut, dilihat
dari gerak halusnya, responden dapat mengambil benda kecil seperti kacang,
kismis, atau potongan biakuit dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk.
Dilihat dari gabungan gerak halus dan sosialisasi kemandirian, responden
dapat menggelindingkan/melemparkan bola kembali ke anda. Dilihat dari
gerak kasar, responden dapat berdiri sendiri tanpa berpegangan selama kira-
kira 5 detik, dapat berdiri tanpa berpegangan selama 30 detik atau lebih, dapat
membungkuk untuk memungut mainan di lantai dan berdiri kembali tanpa
59
berpegangan atau menyentuh lantai dan berdiri kembali, serta dapat berjalan
di sepanjang ruangan tanpa jatuh atau terhuyung-huyung. Dilihat dari bicara
dan bahasa, responden dapat mengatakan salah satu diantara “papa” ketika ia
memanggil/melihat ayahnya, atau menggunakan “mama” jika
memanggil/melihat ibunya. Dilihat dari sosialisasi dan kemandirian,
responden dapat bertepuk tangan atau melambai-lambai tanpa bantuan, dapat
menunjukkan apa yang diinginkan tanpa menangis atau merengek dan
mengeluarkan suara yang menyenangkan, serta dapat memegang sendiri
cangkir/gelas dan minum dari tempat tersebut tanpa tumpah. Penilaian KPSP
menggunakan KPSP umur 18 bulan.
6. Nama : Islahul Anisa Anggraini
Usia : 84 bulan
Kategori Status Gizi
Indeks Massa Tubuh Menurut Umur : 1 SD sampai dengan 2 SD
Status Gizi : Gemuk
7. Nama : Zaskia Nafa Imelda Putri
Usia : 27 bulan
Kategori Status Gizi
Indeks Massa Tubuh Menurut Umur : - 2 SD sampai dengan 2 SD
Status Gizi : Normal
Penilaian KPSP : Normal semua
Berdasarkan penilaian pada KPSP, didapatkan responden yang berumur 27 bulan dinyatakan normal. Dengan rincian sebagai berikut, dilihat dari gerak halusnya, responden dapat meletakkan 1 buah kubus yang berukuran 2.5-5 cm di atas kubus yang lain tanpa menjatuhkan kubus tersebut. Dilihat dari gerak halus dan sosial kemandirian, responden dapat melepas pakaiannya seperti baju, rok, atau celananya. Dilihat dari gerak kasarnya, responden dapat berjalan mundur 5 langkah atau lebih tanpa kehilangan keseimbangan, dapat berjalan naik tangga sendiri dengan posisi tegak atau berpegangan pada dinding atau pegangan tangga. Dilihat dari bicara dan bahasa, responden dapat mengucapkan paling sedikit 3 kata yang mempunyai arti selain “papa” dan” mama”, dapat menunjuk dengan
60
benar paling sedikit satu bagian badannya (rambut, mata, hidung, mulut, atau bagian yang lain) tanpa bimbingan, dapat membantu memungut mainannya sendiri atau membantu mengangkat piring jika diminta. Dilihat dari sosialisasi dan kemandirian, responden dapat meniru melakukan pekerjaan rumah dan dapat makan nasi tanpa banyak yang tumpah. Penilaian KPSP menggunakan KPSP umur 24 bulan.
8. Nama : Karina Nadia Putri
Usia : 120 bulan
Kategori Status Gizi
Indeks Massa Tubuh Menurut Umur : > 1 SD sampai dengan 2 SD
Status Gizi : Gemuk
61
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Mean, Median, dan Modus dari Data
Umur (bulan)
TB (cm)
BB (kg)
LILA (cm)
LIKA (cm)
rata-rata (mean) 75.5 109 21 16.75 50.5625
nilai tengah (median)
78 111.75 19.25 31.5 50.5
nilai yang paling sering muncul (modus)
120 (-) 10 14 50.5
4.1.1 Berat Badan terhadap Umur
Pada penelitian yang telah dilakukan, diambil sampel 8 anak dari seluruh santri
TPA Nurul Huda dengan range usia yang cukup jauh dan bervariasi. Hasil analisis data
menunjukkan bahwa rata-rata usia pada sampel tersebut adalah 75.5 bulan dengan rata-
rata berat 21 kilogram.
Hal ini sebenarnya menunjukkan angka berat badan terhadap umur yang
normal, yaitu untuk laki-laki sekitar 22.5 kilogram (dengan batas bawah 19 kilogram dan
batas atas 26.5 kilogram) dan untuk perempuan sekitar 22 kilogram (dengan batas bawah
18.5 kilogram dan batas atas 26.5 kilogram). Namun, dikarenakan adanya range usia
sampel yang terpaut jauh dan bervariasi maka data tersebut tidak dapat dipastikan
validitasnya.
4.1.2 Tinggi Badan terhadap Umur
Hasil pengukuran tinggi badan pada 8 sampel di TPA Nurul Huda didapatkan
rata-rata tinggi badan 109 cm. Pada anak usia 75.5 bulan idealnya memiliki rata-rata
tinggi badan 113 cm. Rata-rata kenaikan TB anak prasekolah 6—8 cm/tahun. Tinggi
badan akhir seorang anak dapat diprediksi sesuai dengan potensi genetiknya berdasarkan
data TB orangtua, dengan asumsi bahwa semua tumbuh optimal sesuai dengan
potensinya.
62
Hasil pada penelitian yang telah dilakukan menunjukkan angka tinggi badan
terhadap umur yang dibawah rata-rata tinggi badan terhadap umur yang ideal. Namun,
dikarenakan adanya range usia sampel yang terpaut jauh dan bervariasi maka data
tersebut tidak dapat dipastikan validitasnya lebih jauh.
4.1.3 Lingkar Lengan Atas (LILA) terhadap Umur
Hasil pengukuran LILA pada 8 sampel di TPA Nurul Huda didapatkan rata-rata
lingkar lengan atas 16.75 cm. Pada dasarnya, pertambahan lingkar lengan atas memang
relatif lambat. Saat lahir, lingkar lengan atas sekitar 11 cm dan pada tahun pertama,
lingkar lengan atas menjadi 16 cm. Selanjutnya ukuran tersebut tidak banyak berubah
sampai usia 3 tahun.20
Hal ini juga tidak bisa dipastikan validitasnya karena range usia sampel yang
terpaut jauh dan bervariasi. Selain itu pengukuran LILA juga sangat sulit untuk
dipastikan validitasnya karena kesalahan pengukuran pada LILA (pada berbagai tingkat
keterampilan pengukur) relatif lebih besar dibandingkan dengan tinggi badan, mengingat
batas antara baku dengan gizi kurang, lebih sempit pada LILA daripada tinggi badan.
4.1.4 Lingkar Kepala (LIKA) terhadap Umur
Pada hasil analisis data didapatkan rata-rata lingkar kepala adalah 50.56 cm.
Pada anak dengan rata-rata usia 75.7 bulan, ukuran lingkar kepala ini adalah ideal, karena
pada saat usia 5-12 tahun lingkar kepala hanya naik sampai 52-53 cm dan barulah nanti
setelah usia 12 tahun ukuran lingkar kepala akan menetap dan tidak membesar lagi.
Lingkar kepala dapat menggambarkan pertumbuhan sel otak. Jika ukuran lingkar kepala
ideal dan tidak didapati adanya makrosefal maupun mikrosefal, maka bisa diasumsikan
bahwa pertumbuhan sel otak juga normal sesuai dengan umurnya.
Namun hasil rata-rata lingkar kepala terhadap umur ini juga tidak bisa
dipastikan validitasnya karena range umur sampel yang bervariasi dan terpaut jauh.
Maka, untuk memastikan validitas dari data tersebut ialah meninjaunya kembali setiap
sampel satu-persatu.
63
4.2 Hasil Pengukuran BMI (Body Mass Index)
Setelah dilakukan pengukuran BMI pada 8 anak TPA Nurul Huda dan
dikonversikan pada status gizi masing-masing anak, didapatkan hasil 5 anak dengan
status gizi normal dan 3 anak dengan kategori status gizi gemuk. Anak yang termasuk
dalam kategori status gizi gemuk adalah anak yang berusia 17, 84, dan 120 bulan.
Faktor yang mempengaruhi status gizi secara langsung adalah asupan makanan
dan infeksi. Pengaruh tidak langsung dari status gizi ada tiga faktor yaitu ketahanan
pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, dan lingkungan kesehatan yang tepat,
termasuk akses terhadap pelayanan kesehatan.18 Untuk mengetahui faktor apa yang
sebenarnya sangat berpengaruh pada anak-anak TPA Nurul Huda dibutuhkan penelitian
lebih lanjut karena tidak bisa jika hanya dengan melakukan pengukuran body mass index.
4.3 Hasil Pengamatan Menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
(KPSP)
Pengamatan perkembangan anak menggunakan KPSP hanya bisa diterapkan
pada anak usia 0 – 72 bulan (sampai 6 tahun). Oleh karena itu dalam pengamatan yang
telah dilakukan, hanya terdapat 3 anak sebagai sampel yang dapat diamati
perkembangannya menggunakan KPSP. Sampel yang diamati perkembangannya
menggunakan KPSP adalah anak berusia 17, 20, dan 27 bulan. Setelah dilakukan
pengamatan, 3 anak yang menjadi sampel tersebut menunjukkan status perkembangan
yang normal (KPSP terlampir).
Perkembangan anak dapat diukur menggunakan berbagai metode selain metode
KPSP. Salah satunya adalah metode Denver Developmental Screening Test (DDST).
Manfaat DDST tergantung pada umur anak. Pada bayi tes ini dapat mendeteksi berbagai
masalah neurologi seperti serebral palsi. Pada anak tes ini dapat membantu meringankan
permasalahan akademik dan social. Namun, pada penelitian ini dibatasi pada metode
KPSP.
64
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penelitian dilakukan pada sampel 8 anak dari TPQ Nurul Huda dengan umur
144, 17, 120 (dua anak), 72, 20, 27 dan 84 bulan. Sampel didapat dengan metode random.
Tidak ada ketentuan tersendiri dari peneliti terhadap sampel yang akan diambil. Hal ini
menyebabkan adanya beberapa kendala pada pengukuran tinggi badan, berat badan,
LILA, LIKA. Salah satunya yaitu tidak bisa dipastikan validitas datanya pada
pengambilan ukuran penyebaran (mean, median, modus) data statistik pada data hasil
pengukuran. Beberapa hal yang menyebabkan hal itu terjadi diantaranya range usia yang
terpaut jauh dan bervariasi, pada LILA kesalahan pengukuran relatif lebih besar
dibandingkan dengan tinggi badan mengingat batas antara baku dengan gizi kurang, lebih
sempit pada LILA daripada tinggi badan, juga karena usia yang terpaut jauh
menyebabkan ukuran lingkar kepala juga relatif berbeda-beda.
Selain itu, juga telah dilakukan pengukuran BMI pada sampel dan
kemudian dikonversikan pada status gizi masing-masing anak. Hasil pengukuran
menunjukkan 5 anak dengan status gizi normal, yaitu yang berumur 144, 72, 27,
604, 120 bulan dan 3 anak dengan kategori status gizi gemuk yaitu yang berumur
17, 84 dan 120 bulan.
Pengukuran yang dilakukan tidak hanya pada aspek pertumbuhan saja,
tetapi juga perkembangan yang terjadi pada anak. Salah satu metode pengukuran
perkembangan adalah dengan menggunakan Kuisioner Pra Skrining
Perkembangan (KPSP). Namun pengamatan perkembangan menggunakan KPSP
hanya bisa diterapkan pada anak usia 0-72 bulan.Oleh karena itu pengamatan
hanya bisa dilakukan pada 3 sampel anak yaitu yang brusia 17, 20 dan 27. Dan
dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa ketiga sampel yang diteliti memiliki
status perkembangan yang normal.
65
5.2 Saran
Dalam sebuah penelitian diharapkan hasil penelitian dari sampel yang diambil
mampu mewakili atau digeneralisasikan pada populasi lain sehingga teori yang telah
didapatkan dari penelitian tidak hanya bisa diterapkan pada sampel yang digunakan tetapi
juga pada populasi lain. Namun pada penelitian ini sampel yang diambil masih terlalu
sedikit, sehingga hasil dari penelitian tidak bisa digeneralisasikan pada anak lain. Selain
itu, sampel yang lebih banyak dapat digunakan untuk meminimalisir adanya perbedaan
range umur yang terpaut jauh yang juga akan mempengaruhi dari validitas data.
66