iii. kerangka pikiran dan hipotesis 3.1. kerangka...
TRANSCRIPT
FTIP001631/001
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
26
III. KERANGKA PIKIRAN DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Pikiran
Daging ayam asap dapat dibuat dari daging ayam broiler bagian dada karena
mempunyai sifat fisik yang baik seperti dada yang lebar, daging yang empuk, kulit
licin dan lunak serta tulang dada belum membentuk tulang yang keras (Rasyaf, 2001).
Meningkatnya minat masyarakat terhadap konsumsi daging ayam menghasilkan
berbagai macam pengolahan daging ayam. Salah satu pengolahan tersebut yaitu
dengan cara pengasapan yang disebut dengan daging ayam asap. Pengasapan daging
ayam asap yang banyak dilakukan masyarakat adalah dengan cara pengasapan
tradisional, di mana asap yang dihasilkan dari pembakaran akan bersentuhan
langsung dengan bahan pangan yang bersifat karsinogenik pada tubuh manusia
(Hasbullah, 2005). Pembuatan daging ayam asap dapat dilakukan dengan cara yang
lebih modern yaitu dengan menggunakan zat flavour yang dikembangkan untuk
diversifikasi pangan. Salah satu flavour tersebut adalah flavour asap (smoke flavour)
yang berupa asap cair (liquid smoke) (Council of Europa Committee of Experts on
Flavouring Substances, 1992).
Sifat fungsional asap cair terdiri dari golongan senyawa fenol, karbonil dan
asam. Kandungan senyawa penyusun asap cair tersebut sangat menetukan sifat
organoleptik serta menentukan kualitas produk pengasapan, di mana menurut Maga
(1987), penambahan asap cair kedalam bahan pangan berpotensi menambah umur
simpan agar lebih tahan lama, menghasilkan aroma, bau dan warna yang khas serta
membentuk tekstur yang lebih kompak.
FTIP001631/002
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
27
Makin tinggi konsentrasi asap cair yang ditambahkan pada daging dapat
meningkatkan daya ikat air yang memengaruhi tekstur daging di mana kandungan
fenol asap cair meningkat dengan adanya penambahan konsentrasi asap cair
(Abustam dan Ali, 2011). Senyawa turunan fenolik dapat membentuk ikatan hidrogen
dengan air, di mana berpengaruh terhadap daya ikat air pada daging (Maga, 1988),
springiness, cohesiveness dan hardness dengan meningkatnya kadar air (Rongrong
dkk., 1988). Kemudian menurut Martinez dkk. (2004), asap cair yang kaya akan
senyawa karbonil namun mempunyai jumlah yang sedikit akan senyawa turunan
fenol juga memberikan perubahan tekstur pada daging, terutama springiness dan
gumminess.
Redistilasi merupakan salah satu cara pemurnian terhadap asap cair, yaitu
merupakan proses pemisahan kembali suatu larutan berdasarkan perbedaan titik
didihnya yang bertujuan untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang tidak
diinginkan dan berbahaya seperti poliaromatik hidrokarbon (PAH) dan tar, dengan
cara pengaturan suhu didih sehingga diharapkan didapat asap cair yang jernih, bebas
tar dan benzopiren (Darmadji, 2002). Distilat yang diperoleh dari pemurnian asap
cair dapat diaplikasikan pada produk pangan. Menurut Siregar (2011), asap cair yang
diperoleh dari tahap distilasi pertama dapat digunakan untuk pengawet ikan pengganti
formalin, namun untuk diaplikasikan sebagai alternatif pengganti pengawet makanan
dengan taste asap yang rendah perlu dilakukan pemurnian selanjutnya. Asap cair
hasil pemurnian selanjutnya merupakan asap cair yang paling bagus kualitasnya dan
tidak mengandung senyawa yang berbahaya untuk diaplikasikan pada produk
pengasapan (Widiantoko, 2010).
FTIP001631/003
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
28
Penggunaan konsentrasi yang tinggi pada perendaman dada ayam dengan
larutan asap cair akan menghasilkan dada ayam asap yang memiliki rasa asam dan
aroma yang terlalu kuat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Indiarto dkk.
(2011), penggunaan asap cair yang dilakukan pemurnian 2x pada konsentrasi 3%
(v/v) selama 1 menit lebih disukai panelis bila dibandingkan dengan penggunaan asap
cair yang dilakukan pemurnian 1x (pada konsentrasi 1% (v/v), 3% (v/v), 5% (v/v)
7% (v/v)) maupun pada pengasapan langsung. Menurut Dini (2011), daging ayam
asap tanpa pemberian asap cair yang kemasannya sudah terbuka dalam suhu ruang
dapat bertahan dalam jangka waktu 2 hari, kemudian menurut Widiantoko (2010),
bakso dengan penggunaan asap cair dapat bertahan selama 5 hari dan ikan dapat
bertahan sampai 3 hari.
Mengacu pada penelitian Indiarto dkk. (2011), penggunaan asap cair 3% (v/v)
untuk pemanggangan dada ayam broiler asap tersebut belum dilakukan penyimpanan,
maka dari itu pada penelitian ini akan meneliti pengaruh pemberian asap cair
terhadap karakteristik daging ayam broiler asap selama 4 hari penyimpanan yang
diamati setiap hari, kemudian dibandingkan dengan daging ayam broiler yang
diasapi dengan pengasapan langsung sebagai kontrol. Pengasapan langsung pada
penelitian ini dilakukan dengan cara memanggang produk di atas alat pemanggang
konvensional menggunakan arang tempurung kelapa yang dibakar. Suhu
pemanggangan pada pengasapan langsung dapat mencapai ≥ 537,70C (Kingsford
University, 2011), sehingga suhu pemanggangan secara konvensional sulit terukur
secara akurat. Maka dari itu, pada penelitian ini dilakukan dengan menyeragamkan
FTIP001631/004
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
29
waktu pemanggangan dengan pemangganan oven tanpa mengukur suhu
pemanggangan secara konvensional, yaitu pemanggangan selama 1 jam.
3.2. Hipotesis
Penggunaan konsentrasi asap cair 3% (v/v) pada dada ayam broiler
mempunyai hubungan yang erat dengan dada ayam broiler yang diasapi dengan
pengasapan langsung sebagai kontrol ditinjau dari karakteristik nya selama
penyimpanan.