iii. kerangka pikiran dan hipotesis 3.1. kerangka...
TRANSCRIPT
FTIP001655/055
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
40
III. KERANGKA PIKIRAN DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Pikiran
Pangan fungsional pada saat ini merupakan produk yang pada saat ini sedang
gencar disosialisasikan kepada masyarakat. Salah satu usaha yang ditujukan untuk
perbaikan gizi di Indonesia adalah dengan memproduksi pangan fungsional berupa
makanan sampingan dan produk makanan probiotik.
Makanan sampingan adalah makanan pendamping yang mengandung nilai gizi
tinggi dan nutrisi yang cukup sehingga dapat berkontribusi dalam memberikan
asupan untuk memenuhi batas kebuthan gizi minimum, sedangkan produk probiotik
berguna untuk meningkatkan kesehatan saluran cerna. Kedua jenis pangan fungsional
tersebut dapat dibuat menjadi satu produk yang mencakup kedua fungsi di atas, yaitu
dengan kombinasi biskuit berisi krim probiotik.
Biskuit yang mengaplikasikan krim di dalamnya biasa disebut dengan biskuit
sandwich. Jenis biskuit yang digunakan pada biskuit sandwich ini umumnya
merupakan biskuit keras atau tergolong juga ke dalam jenis hard sweet. Biskuit keras
adalah jenis biskuit yang dibuat dari adonan keras, berbentuk pipih, bila dipatahkan
penampang potongannya bertekstur padat dan dapat berkadar lemak tinggi atau
rendah.
Penggunaan starter yoghurt kering beku bertujuan untuk mengurangi pekerjaan
dalam hal pemeliharaan seperti pada kultur cair. Starter kering beku paling banyak
digunakan dibanding dengan starter lainnya, karena jumlah bakteri yang hidup relatif
lebih stabil, selain itu starter ini dapat langsung digunakan ke dalam media fermentasi
FTIP001655/056
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
41
sehingga dapat mencegah terjadinya kontaminasi selama persiapan starter dan juga
menjaga ketepatan jumlah maupun keseimbangan kultur campuran (Surono, 2004).
Percobaan pendahuluan dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu: tahap
formulasi biskuit, penentuan formula dan metode pembuatan krim, serta tahap
penentuan konsentrasi starter.
Tahap pertama adalah formulasi biskuit yang akan digunakan untuk pembuatan
biskuit sandwich. Biskuit yang dibuat dalam penelitian ini adalah biskuit berbahan
baku non-terigu, yaitu dengan tepung komposit, yang terdiri dari tepung bonggol
pisang dan tepung ubi jalar (55:45) dengan penambahan tepung kedelai sebanyak
15%.
Menurut Manley (2000), biskuit pada umumnya terbuat dari terigu tepung
lemah (weak flour) dengan kandungan protein sebanyak 8,5% -10,5%. Karakter
adonan dari gluten pada tepung terigu ini cukup lembut dan kurang elastis. Agar
tepung komposit dapat menggantikan fungsi dari tepung terigu maka tepung
komposit harus memiliki sifat fisikokimia yang sesuai untuk pembuatan biskuit,
selain itu jumlah kandungan protein tepung komposit menyamai tepung terigu agar
jumlah protein biskuit masih memenuhi standar SNI biskuit yaitu 9,00%.
Menurut penelitian Jasmin (2010), biskuit yang terbuat dari campuran 55%
tepung bonggol pisang dan 45% tepung ubi jalar mengandung kadar protein sebesar
3,82%. Kandungan tersebut belum memenuhi Standar Nasional Indonesia untuk
biskuit yaitu minimal mengandung 9,00% kadar protein. Rendahnya kadar protein ini
disebabkan oleh terdenaturasinya sebagian protein akibat proses pemanggangan.
FTIP001655/057
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
42
Perubahan suhu tinggi secara mendadak mempercepat pergerakan molekul dan
memutuskan ikatan hidrogen pada molekul protein (Winarno, 1992).
Salah satu alternatif untuk mengatasi kekurangan tersebut adalah dengan
penambahan tepung kedelai. Kedelai varietas Anjasmoro mengandung protein sebesar
41,80% - 42,10% (% bk). Menurut penelitian Ngantung (2003), semakin tinggi
penambahan tepung kedelai maka semakin tinggi kadar protein mie basah yang
dihasilkan. Berdasarkan analisis kandungan protein yang dilakukan pada penelitian
pendahuluan, tepung kedelai varietas Anjasmoro memiliki 46,67% kandungan
protein. Tingginya kadar protein tepung kedelai tersebut dapat menambah kadar
protein yang diperlukan biskuit tepung bonggol pisang dan tepung ubi jalar apabila
ditambahkan ke dalam adonan.
Berdasarkan perhitungan neraca massa pada Lampiran 1 poin A.iv. untuk
mendapatkan nilai kandungan protein sebanyak 8,5% – 10,5% (setara kandungan
protein pada terigu weak flour), maka dibutuhkan penambahan minimal sebanyak
14,80 g tepung kacang kedelai. Berdasarkan perhitungan tersebut maka penambahan
15 g tepung kedelai dari 100 gram tepung komposit (55 g tepung bonggol dan 45 g
tepung ubi jalar) di dapatkan hasil analisis kandungan protein mencukupi standar SNI
yaitu sebesar 9,06%.
Tahap kedua adalah penentuan formula dan metode pembuatan krim
probiotik. Pada penelitian pendahuluan ini formula yang digunakan mengacu pada
penelitian Rieuwpassa (2004), yaitu 75 g tepung gula, 10 g butter unsalted, 10 g
margarin, dan penambahan mother culture yoghurt dengan berbagai konsentrasi.
FTIP001655/058
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
43
Metode pembuatan krim probiotik dilakukan berdasarkan prosedur Veny
(2002). Proses pembuatan krim biskuit meliputi pencampuran bahan-bahan
shortening yaitu margarin dan butter unsalted, kemudian dilakukan pengadukkan
bertahap, yaitu kecepatan rendah selama 1 menit dilanjutkan dengan kecepatan tinggi
selama 2 menit. Setelah itu tepung gula dan mother culture dengan berbagai
konsentrasi ditambahkan ke dalam adonan pertama dan diaduk kembali dengan
kecepatan rendah selama 1 menit, dilanjutkan dengan pengadukkan kecepatan tinggi
selama 3 menit.
Tahap ketiga adalah penentuan konsentrasi penambahan mother culture ke
dalam bahan dasar krim. Penambahan 5%,10%, dan 15% mother culture yoghurt
kering dari 95 g total bahan pada pembuatan krim, menunjukkan bahwa konsentrasi
penambahan 5% memliki total BAL memenuhi syarat (106 cfu/g) dengan jumlah total
skor kedua tertinggi yang paling disukai panelis. Penambahan 10% mother culture
menghasilkan krim probiotik dengan total BAL paling banyak yaitu 3,4 x 106 cfu/g.
Sedangkan konsentrasi penambahan 15% mother culture menghasilkan biskuit
sandwich dengan total koloni BAL tertinggi yaitu 4,4 x 106 cfu/ml dengan
karakteristik aroma, rasa, tekstur yang paling disukai panelis .
Awalnya pada penelitian penentuan metode pembuatan krim dilakukan
penambahan konsentrasi 2%,5%, dan 8% mother culture dari starter yoghurt kering
beku pada yoghurt, kemudian yoghurt ditambahkan pada formula krim Rieuwpassa
sebagai pengganti susu. Penambahan konsentrasi 2%, 5%, dan 8% ini mengacu pada
konsentrasi starter yang umumnya ditambahkan dalam pembuatan yoghurt yaitu 2% -
FTIP001655/059
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
44
5% (Surono, 2004), namun hasil TPC (Total Plate Count) BAL menunjukkan bakteri
yang hidup berada di bawah standar yang dianjurkan, yaitu105 cfu/g krim.
Mother culture dibuat dengan cara 5 gram kultur starter yoghurt kering beku
ditambahkan ke dalam 1 liter susu murni plain untuk dibuat sebagai mother culture.
Selanjutnya, mother culture yang telah diinkubasi selama 6 jam pada suhu 42oC,
ditambahkan ke dalam campuran bahan krim.
Menurut Surono (2004), suhu fermentasi optimum untuk yoghurt adalah 42oC
-45oC selama 3-6 jam, hingga mencapai pH 4,4 dan kadar asam tertitrasi mencapai
0,9-1,2%. Bakteri S. thermophillus tumbuh pada suhu 43oC -45oC. L. bulgaricus pada
suhu 43oC – 46oC, sedangkan L. acidophilus tumbuh pada suhu 37oC-45oC (Rahman,
1992).
Penggunaan bakteri L. acidophillus pada produk krim biskuit ini karena
menurut Nakazawa dan Hosono (1992), L.acidophilus memiliki beberapa efek
meguntungkan bagi tubuh manusia. L.acidophilus dapat meningkatkan metabolisme
protein, meningkatkan metabolisme vitamin B1, B2, B6, B12, asam nikotinat, dan
asam folat, memiliki aktivitas antimikroba, mencegah konstipasi, serta mampu
menekan terjadinya kanker kolon.
Selain itu L. acidophillus merupakan bakteri asam laktat asal susu yang bersifat
stabil dalam kadar gula tinggi dan termasuk ke dalam jenis Lactobacillus yang dapat
bertahan hidup di lingkungan dengan aw lebih rendah dari batas aw optimum bagi
bakteri pada umumnya yaitu 0,91 (Surono, 2004). Berdasarkan sifat tersebut maka L.
FTIP001655/060
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
45
acidophilus dalam starter yoghurt kering beku dapat diaplikasikan pada produk krim
biskuit dengan porsi formulasi gula yaitu 75%.
Menurut Tannock (1999), jumlah sel mikroba yang viabel atau hidup pada
makanan probiotik umumnya dianjurkan berjumlah 106-108 CFU/ml. Penambahan
starter yoghurt pada krim dilakukan dengan berbagai konsentrasi sehingga didapatkan
konsentrasi yang memenuhi total koloni BAL sesuai syarat makanan probiotik pada
biskuit sandwich probiotik dengan karakteristik baik dan disukai oleh panelis.
Berdasarkan data-data hasil analisis percobaan pendahuluan di atas maka
formulasi yang akan digunakan dalam penelitian utama adalah: Tepung komposit (55
g tepung bonggol dan 45 g tepung ubi jalar), 15 g tepung kedelai, tepung gula 70 g,
minyak nabati 50 g, susu bubuk full cream 40 g, kuning telur 30 g, putih telur 15 g,
garam 0,8 g, baking soda 0,7 g, dan baking powder 0,5 g. Pembuatan krim probiotik
akan dilakukan berdasarkan prosedur Veny (2002), dengan modifikasi formulasi
Rieuwpasaa (2004), yaitu 75 g tepung gula, 10 g butter unsalted, 10 g margarin,
dengan penambahan mother culture yoghurt kering beku dengan konsentrasi 5%;
7,5%;10%; 12,5; 15%.dari total bahan (b/b).
Data hasil penelitian pendahuluan dapat dilihat pada Lampiran 1 dan prosedur
analisis pangan pada Lampiran 2.
FTIP001655/061
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
46
3.2. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dapat disusun hipotesis sebagai
berikut : Penambahan mother culture yoghurt kering beku dengan konsentrasi
tertentu akan menghasilkan biskuit sandwich probiotik dengan total koloni BAL
sesuai dengan standar yang dianjurkan (106-108 cfu/ml), karakteristik kimia baik dan
disukai panelis.