5.1.1 totalbakteriasamlaktat(bal) ,dapatbertahanpadasuhu40...
TRANSCRIPT
50
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Pengamatan Utama
5.1.1 Total Bakteri Asam Laktat (BAL)
Bakteri asam laktat (BAL) merupakan bakteri yang umumnya digunakan
dalam fermentasi susu Bakteri tersebut termasuk ke dalam bakteri gram positif,
berbentuk batang, coccus atau coccobacilli, dapat bertahan pada suhu 40 – 45ºC,
dan hidup pada pH 4 – 4,5 namun ada pula yang toleran di atass pH 9 atau di
bawah pH 3,2 (Yildiz, 2010).
Perhitungan total bakteri asam laktat dilakukan selama 2 minggu yang
mana dihitung jumlahnya setiap 2 hari sekali. Berdasarkan hasil pengujian, jumlah
bakteri asam laktat dari yoghurt yang disimpan pada suhu 15ºC mengalami
kenaikan di hari kedua perhitungan dan selanjutnya mengalami penurunan jumlah.
Sedangkan total bakteri yang dihitung pada penyimpanan yoghurt di suhu 25ºC
dan 35ºC dari hari pertama sampai hari terakhir penyimpanan terus mengalami
penurunan jumlah. Penurunan jumlah bakteri asam laktat ini disebabkan karena
bakteri asam laktat terus bermetabolisme dan menghasilkan asam laktat yang terus
menerus menurunkan pH dari yoghurt sehingga bakteri asam laktat akan mati
karena pH yoghurt yang terlalu asam. Semakin tinggi suhu pertumbuhan dan
semakin mendekati suhu optimal bakteri untuk tumbuh maka metabolisme akan
terjadi lebih cepat dan menyebabkan bakteri asam laktat lebih cepat menurun
jumlahnya. Bakteri asam laktat mempunyai suhu optimal pertumbuhan pada 40 -
450C, tidak dapat tumbuh pada suhu 100C dan tumbuh optimum pada pH 6,5
namun masih dapat bertahan pada pH 4,2 – 4,4 (Tamime dan Deeth, 1980).
51
Perhitungan total bakteri di hari terakhir diperoleh jumlah bakteri asam
laktat terbanyak berturut turut pada suhu 15ºC, 25ºC dan 35ºC. Hal ini
dipengaruhi oleh metabolisme bakteri asam laktat. Semakin mendekati suhu
optimalnya untuk tumbuh maka bakteri asam laktat akan terus melakukan
metabolisme hingga akhirnya nutrisi untuk mereka tumbuh akan habis dan
jumlahnya akan semakin berkurang. Grafik pertumbuhan bakteri asam laktat pada
suhu 15ºC, 25ºC dan 35ºC bisa dilihat pada gambar 9.
Gambar 9. Kurva Pertumbuhan Bakteri Asam Laktat
Grafik diatas menunjukan pertumbuhan bakteri asam laktat dalam yoghurt
yang disimpan pada suhu 15ºC, 25ºC dan 35ºC. Rata – rata jumlah bakteri yang
disimpan pada ketiga suhu mengalami penurunan jumlah sampai pada hari
52
terakhir penyimpanan. Penurunan jumlah ini disebabkan habisnya nutrisi untuk
bakteri asam laktat dan pH yoghurt yang semakin asam sehingga bakteri asam
laktat tidak bisa hidup dalam yoghurt. Semakin mendekati suhu optimalnya untuk
tumbuh maka bakteri asam laktat akan terus melakukan metabolisme hingga
akhirnya nutrisi untuk mereka tumbuh akan habis dan jumlahnya akan semakin
berkurang. Bakteri asam laktat membutuhkan nutrisi yang berupa karbohidrat di
dalam yoghurt untuk bisa terus hidup, bila nutirisi habis maka bakteri asam laktat
akan mati karena tidak bisa melakukan metabolisme lagi.
5.1.2 Total Bakteri Probiotik
Bakteri probiotik yang digunakan dalam pembuatan yoghurt sinbiotik ubi
jalar ungu ini adalah Lactobacillus acidophillus. Lactobacillus acidophilus
merupakan Lactobacili yang bersifat obligat homofermentatif dan non-motil.
Suhu optimum pertumbuhannya yaitu 35-450C, tidak tumbuh pada suhu kurang
dari 150C dan pH optimum untuk pertumbuhannya yaitu 4-5 atau lebih rendah
(Tamime dan Robinson, 2000).
Perhitungan total bakteri probiotik dilakukan selama 2 minggu yang mana
dihitung jumlahnya setiap 2 hari sekali. Berdasarkan hasil pengujian, total bakteri
probiotik pada yoghurt sinbiotik ubi jalar yang disimpan pada suhu 15ºC, 25ºC
dan 35ºC rata – rata semuanya mengalami penurunan jumlah dengan
meningkatnya umur penyimpanan. Pada penyimpanan suhu 15ºC jumlah bakteri
probiotik mengalami kenaikan di hari kedua perhitungan dan selanjutnya
mengalami penurunan jumlah. Sedangkan pada suhu 25ºC dan 35ºC, bakteri
probiotik sudah mengalami penurunan jumlahnya dari mulai hari kedua
53
penyimpanan sampai hari terakhir penyimpanan. Hal ini disebabkan karena suhu
penyimpanan yang mendekati suhu optimal bakteri untuk bisa berkembang biak
sehingga kematian akan lebih cepat dibandingkan dengan yang disimpan pada
suhu 15ºC. Lactobacillus acidophilus mempunyai suhu optimum yang berbeda
dengan Lactobaccilus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus yaitu sekitar
37°C (Tamime & Robinson, 1989).
Perhitungan bakteri probiotik di hari terakhir diperoleh jumlah terbanyak
berturut turut pada yoghurt yang disimpan dengan suhu 15ºC, 25ºC dan 35ºC. Hal
ini dipengaruhi oleh metabolisme bakteri probiotik. Semakin mendekati suhu
optimalnya untuk tumbuh maka bakteri asam laktat akan terus melakukan
metabolisme hingga akhirnya nutrisi untuk mereka tumbuh akan habis dan
jumlahnya akan semakin berkurang. Saat jumlah bakteri menurun dan kehabisan
nutrisi, maka pertumbuhan akan berhenti dan bakteri akan mengalami kematian.
Grafik pertumbuhan bakteri probiotik pada suhu 15ºC, 25ºC dan 35ºC bisa dilihat
pada gambar 10.
Gambar 10. Grafik Pertumbuhan Bakteri Probiotik
54
Grafik pada gambar 10 menunjukan pertumbuhan bakteri probiotik dalam
yoghurt yang disimpan pada suhu 15ºC, 25ºC dan 35ºC. Rata – rata jumlah bakteri
yang disimpan pada ketiga suhu mengalami penurunan jumlah sampai pada hari
terakhir penyimpanan. Jumlah penurunan paling tinggi berturut – turut pada
yoghurt yang disimpan di suhu 35ºC, 25ºC dan 15ºC. Semakin tinggi suhu akan
menyebabkan bakteri probiotik lebih cepat melakukan metabolisme sehingga
penurunannya akan semakin cepat karena nutrisi untuk bakteri probiotik pun akan
habis. Bakteri probiotik membutuhkan nutrisi yang berupa karbohidrat di dalam
yoghurt untuk bisa terus hidup, bila nutirisi habis maka bakteri asam laktat akan
mati karena tidak bisa melakukan metabolisme lagi.
5.1.3 Kadar pH
Nilai pH dinyatakan sebagai konsentrasi nyata H+ dan juga OH- di dalam
larutan. Pengukuran pH adalah satu prosedur yang paling penting dan sering
dipergunakan dalam biokimia karena pH menentukan banyak peranan penting dari
struktur dan aktivitas makromolekul biologi, seperti aktivitas katalitik enzim
(Lehninger, 1995).
Yoghurt merupakan susu fermentasi yang dibuat melalui proses fermentasi
dengan menggunakan bakteri asam laktat. Bakteri ini akan merubah gula dalam
susu, yaitu laktosa menjadi asam laktat. Selama proses fermentasi terjadi
penurunan pH, jadi selama proses fermentasi ini yoghurt akan menjadi asam
sehingga pH akan turun. Penurunan pH ini berkaitan dengan pembentukan asam
laktat pada yoghurt, walaupun dalam pembuatan yoghurt ini penurunan pH tidak
berbanding lurus dengan pembentukan asam laktat, karena penurunan pH ini
55
terjadi tidak hanya karena asam yang dihasilkan oleh asam laktat tetapi juga
karena pembentukan asam lemak rantai pendek dalam bentuk asam asetat,
propionate, butirat, L-laktat, juga karbondioksida dan hidrogen lainya selama
fermentasi berlangsung.
Perhitungan kadar pH dilakukan setiap 2 hari selama 2 minggu pada
yoghurt sinbiotik ubi jalar ungu yang disimpan pada suhu 15ºC, 25ºC dan 35ºC.
Berdasarkan pengujian kadar pH, dari ketiga suhu penyimpanan yoghurt
semuanya mengalami penurunan nilai kadar pH. Penurunan nilai pH disebabkan
oleh ion H+ yang berasal dari hasil metabolisme bakteri asam laktat, hal ini
diduga karena bakteri asam laktat mampu mengubah laktosa menjadi asam laktat
(Winarno, 1991). Proses pembentukan asam laktat dimulai dari laktosa yang
dihidrolisis oleh enzim D-galaktosidase dalam sel bakteri menjadi glukosa dan
galaktosa. Glukosa ini dimetabolisme oleh sel bakteri membentuk asam piruvat,
lalu diubah menjadi asam laktat. Reaksinya secara sedeharna seperti dibawah ini.
(Tamime & Robinson, 1989).
Laktosa (C12H22o11) + Air (H2O) → Asam Laktat (4C3H6O3)
Yoghurt yang disimpan pada suhu 15ºC mengalami penurunan pH lebih kecil
setiap 2 hari dibandingkan dengan yoghurt yang disimpan pada suhu 25ºC dan
35ºC. Hal ini disebabkan karena metabolisme bakteri asam laktat dan bakteri
probiotik pada yoghurt akan lebih cepat jika disimpan mendekati suhu optimalnya.
Bakteri asam laktat dan bakteri probiotik melakukan metabolisme menghasilkan
asam laktat dan CO2. Asam laktat yang dihasilkan dari proses metabolisme ini
akan mempengaruhi pH yoghurt, semakin banyak asam laktat yang diproduksi pH
yoghurt akan semakin asam dan nilainya turun.
56
Asam yang paling berperan dalam menentukan keasaman yoghurt adalah
asam laktat, di mana asam ini mudah terdisosiasi membentuk ion H+ dan ion
CH3CHOHCOO-. Konsentrasi ion H+ sangat menentukan nilai pH, sehingga
semakin tinggi konsentrasi asam laktat, maka semakin tinggi pula konsentrasi ion
H+ dan pH semakin menurun. Nilai pH yang rendah (< 4,5) akan membentuk
tekstur khas yoghurt karena pada pH tersebut protein kasein pada susu sudah
menggumpal (Chairunnisa et al., 2006).
Perhitungan kadar pH di hari terakhir diperoleh nilai pH berturut turut
pada yoghurt yang disimpan dengan suhu 15ºC, 25ºC dan 35ºC. Nilai kadar pH
yang diperoleh ini berpengaruh terhadap pertumbuhan jumlah bakteri setiap
harinya. Pada suhu 15ºC pertumbuhan bakteri asam laktat dan bakteri probiotik
akan lebih lambat sehingga metabolit yang berupa asam laktat yang dihasilkan
juga lebih sedikit daripada yoghurt yang disimpan pada suhu 25ºC dan 35ºC. Hal
ini yang menyebabkan nilai pH pada suhu penyimpanan 15ºC lebih besar atau
lebih basa daripada yang disimpan di suhu 25ºC dan 35ºC. Sedangkan nilai pH
pada suhu penyimpanan 25ºC lebih kecil daripada suhu penyimpanan 35ºC. Hal
ini disebabkan suhu 35ºC adalah suhu terdekat dengan suhu pertumbuhan optimal
bakteri asam laktat dan bakteri probiotik sehingga asam laktat yang dihasilkan
akan lebih banyak dan pH yoghurt akan semakin asam. Grafik perubahan nilai pH
yoghurt bisa dilihat pada gambar 11.
57
Gambar 11. Grafik Perhitungan Nilai Kadar pH
Grafik diatas menunjukan pH yoghurt sinbiotik ubi jalar ungu yang di
simpan pada suhu 15ºC, 25ºC dan 35ºC mengalami penurunan setiap hari sampai
hari terakhir penyimpanan. Penurunan pH ini disebabkan karena semakin
meningkatnya aktivitas bakteri asam laktat (BAL). Semakin meningkatnya
aktivitas BAL dan bakteri probiotik mempengaruhi proses pemecahan laktosa
dalam menghasilkan asam laktat yang yang tinggi sehingga menyebabkan nilai
pH semakin turun. Analisis pH yang diperoleh adalah 4,12 – 3,22. Nilai pH yang
dihasilkan kurang optimum karena menurut Wahyudi (2006) pH susu fermentasi
biasanya sekitar 4,5-4,3. Hal ini dapat disebabkan karena proses adaptasi BAL
yang kurang sempurna karena setiap mikroba masing-masing mempunyai pH
optimum, minimum dan maksimum untuk pertumbuhannya, sebagai contoh
bakteri yang dapat tumbuh paling baik pada pH mendekati netral (pH 7) tetapi
beberapa bakteri menyukai suasana asam (pH kurang dari 4) dan yang lain dapat
58
tumbuh dengan sedikit asam atau dalam suasana basa (pH lebih besar dari 7)
(Imelda, 2007).
5.1.4 Total Padatan Terlarut (TPT)
Total padatan terlarut pada yoghurt berupa semua bagian susu kecuali
lemak atau lebih dikenal dengan padatan bukan lemak yang larut dalam air seperti
protein, laktosa, dan abu (Rahman dkk., 1992). Karbohidrat dan oligosakarida
yang terdapat pada ubi jalar ungu yang ditambahkan dalam yoghurt ini juga bisa
meningkatkan jumlah total padatan terlarut pada yoghurt.
Perhitungan total padatan terlarut dilakukan setiap 2 hari selama 2 minggu
pada yoghurt sinbiotik ubi jalar ungu yang disimpan pada suhu 15ºC, 25ºC dan
35ºC. Berdasarsarkan hasil pengamatan total padatan terlarut pada yoghurt
sinbiotik ubi jalar ungu yang disimpan pada suhu 15ºC, 25ºC dan 35ºC mengalami
penurunan jumlah dari hari pertama diamati sampai pada hari terakhir diamati.
Padatan terlarut pada yoghurt biasa berupa karbohidrat, lemak, dan protein. Pada
yoghurt sinbiotik ubi jalar ini, sumber padatan terlarut meningkat dari karbohidrat
– karbohidrat yang terkandung dalam ubi jalar ungu yang ditambahkan.
Semakin meningkat waktu penyimpanan maka semakin menurun total
padatan yoghurt sinbiotik ubi jalar ungu. Hal ini disebabkan karena terjadinya
peningkatan jumlah bakteri asam laktat (Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus thermophillus) yang menghidrolisis total padatan di dalam susu dan
ubi jalar ungu seperti protein yang akan diuraikan menjadi asam-asam amino,
oligosakarida maupun laktosa yang akan diubah menjadi asam laktat sehingga
menurunkan total padatan di produk akhir. Hal ini sesuai dengan pernyataan
59
Hidayat, dkk. (2006) yang menyatakan bahwa Streptococcus akan berkembang
lebih cepat dengan menguraikan laktosa di dalam susu menjadi asam-asam laktat,
dengan pembentukan asam laktat ini menstimulasi pertumbuhan L. bulgaricus
yang memiliki enzim proteolitik yang akan menguraikan protein susu menjadi
asam-asam amino dan peptida-peptida. Bakteri asam laktat akan mendegradasi
lemak, karbohidrat, protein (total padatan) menjadi lebih sederhana sehingga
diduga mengandung kelarutan yang lebih tinggi daripada yang sebelumnya,
sehingga total padatan akhir semakin menurun daripada awalnya. Grafik
perubahan nilai total padatan terlarut yoghurt dari hari pertama sampai hari
terakhir disimpan bisa dilihat pada gambar 12.
Gambar 12. Grafik Perubahan Total Padatan Terlarut
Grafik diatas menunjukan total padatan terlarut yoghurt sinbiotik ubi jalar
ungu yang di simpan pada suhu 15ºC, 25ºC dan 35ºC mengalami penurunan
setiap hari sampai hari terakhir penyimpanan. Penurunan total padatan terlarut ini
60
disebabkan oleh aktivitas metabolisme yang dilakukan oleh bakteri asam laktat.
Peningkatan jumlah padatan terlarut disebabkan terurainya protein – protein susu
menjadi asam amino dan terjadi juga hidrolisis karbohidrat rantai panjang dalam
ubi jalar menjadi karbohidrat rantai pendek dan asam laktat. Menurut Granito dan
A’Ivarez (2006), protein yang didegradasi oleh enzim protease dan peptidase akan
menyebabkan pelepasan asam amino dan rantai pendek peptida sehingga terjadi
penambahan total padatan terlarut. Semakin tinggi konsentrasi gula maka padatan
terlarut (obrix) semakin meningkat. Hal ini terjadi karena minuman sinbiotik yang
dihasilkan semakin kental akibat penambahan gula sehingga terbentuk padatan
terlarut (Purwati, 2006).
5.1.5 Viskositas
Viskositas dapat disebabkan oleh penguraian padatan oleh bakteri asam
laktat pada proses fermentasi. Lebih lanjut dijelaskan oleh Winarno dan Fernandes
(2007) bahwa kekentalan susu dipengaruhi oleh total solid yang terdapat dalam
susu. Dalam hal ini laktosa, glukosa, galaktosa pada susu fermentasi dan rafinosa
serta stakiosa dalam filtrat ubi jalar ungu diuraikan oleh BAL sehingga
mempengaruhi kekentalan susu fermentasi. Kekentalan dapat juga dipengaruhi
oleh kerusakan kasein, homogenisasi, kandungan lemak dan pemanasan susu.
Perhitungan viskositas dilakukan setiap 2 hari selama 2 minggu pada
yoghurt sinbiotik ubi jalar ungu yang disimpan pada suhu 15ºC, 25ºC dan 35ºC.
Berdasarsarkan hasil pengamatan viskositas pada yoghurt sinbiotik ubi jalar ungu
yang disimpan pada suhu 15ºC, 25ºC dan 35ºC mengalami penurunan jumlah dari
hari pertama diamati sampai pada hari terakhir diamati. Hal ini disebabkan karena
61
adanya aktifitas BAL yang sangat mempengaruhi kekentalan yoghurt karena BAL
akan merombak laktosa yang terdapat dalam susu menjadi asam laktat. BAL yang
menghasilkan enzim lactase dapat juga mempengaruhi kekentalan susu. Enzim
laktase dihasilkan karena adanya aktivitas Streptococcus thermophilus (Susilorini
dan Sawitri, 2006). Enzim laktase dalam susu digunakan untuk menguraikan
laktosa serta menghasilkan asam laktat yang menyebabkan ketidakstabilan protein
susu sehingga menjadi salah satu penyebab terjadinya peningkatan kekentalan.
Grafik perubahan nilai viskositas yoghurt dari hari pertama sampai hari terakhir
disimpan bisa dilihat pada gambar 13.
Gambar 13. Grafik Perubahan Viskositas
Grafik diatas menunjukan viskositas yoghurt sinbiotik ubi jalar ungu yang
di simpan pada suhu 15ºC, 25ºC dan 35ºC mengalami penurunan setiap hari
62
sampai hari terakhir penyimpanan. Kekentalan yoghurt pada suhu 15ºC lebih
lambat mengalami penurunan daripada kekentalan yoghurt pada suhu 25ºC dan
35ºC. Hal ini disebabkan karena aktivitas bakteri asam laktat dan probiotik akan
lebih cepat jika suhu penyimpannnya mendekati suhu optimal mereka untuk
tumbuh. Keaktivan bakteri asam laktat dan probiotik akan berpengaruh dengan
enzim yang dihasilkan mereka untuk mengurai substrat dalam yoghurt.
Kekentalan suatu yoghurt berhubungan erat dengan total padatan terlarut pada
yoghurt tersebut. Grafik perubahan total padatan terlarut dapat dilihat pada
gambar 14.
Gambar 14. Grafik Perubahan Total Padatan Terlarut
Grafik perubahan total padatan terlarut menunjukan penurunan jumlah
setiap 2 hari sama seperti penurunan jumlah viskositas. Menurut Triyono (2010),
semakin tinggi kandungan padatan terlarut di dalam yoghurt maka akan
menghasilkan yoghurt dengan kekentalan yang tinggi. Kekentalan ini dihasilkan
63
pada saat proses fermentasi. Selama proses fermentasi berlangsung, BAL
menggunakan bahan kering yang ada pada susu yaitu karbohidrat untuk diubah
menjadi asam laktat. Timbulnya asam laktat ini menyebabkan adanya denaturasi
kasein yang dibuktikan dengan terbentuknya koagulasi. Koagulasi akan
menyebabkan perubahan viskositas pada yoghurt. Menurut Wahyudi dan
Samsundari (2008), pada pH rendah, protein susu akan mengalami koagulasi
sehingga terbentuk gumpalan, yang makin lama makin banyak. Terbentuknya
gumpalan inilah yang akan menyebabkan perubahan tekstur dan menyebabkan
perubahan viskositas.
5.1.6 Karakteristik Produk
Yoghurt sinbiotik ubi jalar ungu dibuat dengan formulasi susu pasteurisasi
1 liter, starter yoghurt yang berupa starter freeze dried yang disudah dibiakan
pada susu sampai dengan starter bulk sebanyak 3% (v/v), dan sari ubi jalar ungu
sebanyak 10% (v/v). Karakteristik yoghurt sinbiotik ubi jalar ungu pada hari
pertama dibuat bisa dilihat pada gambar 15.
Gambar 15. Yoghurt Sinbiotik Ubi Jalar Ungu Pada Hari ke-0
64
Keterangan:
A = Penyimpanan Suhu 15oC
B = Penyimpanan Suhu 25oC
C = Penyimpanan Suhu 35oC
Yoghurt sinbiotik ubi jalar ungu mempunyai karakteristik warnaa putih
keunguan, aroma khas asam laktat, dan kental. Warna ungu disebabkan oleh
penambahan sari ubi jalar ungu yang mengandung zat warna yaitu antosianin.
Antosianin dari ubi jalar ungu merupakan faktor yang paling berpengaruh pada
karakteristik warna yoghurt sinbiotik ubi jalar ungu. Ubi jalar ungu memiliki
warna kulit dan daging yang berwarna ungu sehingga kaya akan pigmen
antosianin yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan varietas lain sehingga dapat
digunakan sebagai pewarna baik untuk minuman maupun makanan. Total
kandungan antosianin ubi jalar ungu adalah 519 mg/100 gr berat basah
(Kumalaningsih, 2006).
Sedangkan aroma asam laktat disebabkan oleh starter yoghurt yang
mengfermentasikan gula – gula yang terdapat di dalam susu dan sari ubi jlar ungu
sehingga menghasilkan asam laktat dengan aroma yang khas. Asam laktat
(C3H6O3) merupakan komponen asam terbesar yang terbentuk dari hasil
fermentasi susu menjadi yoghurt (Sunarlim, dkk., 2007). Asam laktat adalah
produk utama yang dihasilkan dari perombakan laktosa. Laktosa dipecah oleh
enzim laktase menjadi glukosa dan galaktosa, kemudian dilanjutkan dengan
glikolisis yang menghasilkan asam piruvat. Asam piruvat dipecah oleh enzim
65
laktat dehidrogenasi menjadi asam laktat, energi, dan produk sampinngan (Rasic
dan Kurmann, 1978).
Tekstur yoghurt yang kental disebabkan oleh terkoagulasinya protein di
dalam susu sehingga menyebabkan gumpalan yang membuat yoghurt menjadi
kental. Menurut Wahyudi dan Samsundari (2008), pada pH rendah, protein susu
akan mengalami koagulasi sehingga terbentuk gumpalan, yang makin lama makin
banyak. Terbentuknya gumpalan inilah yang akan menyebabkan perubahan
tekstur dan menyebabkan perubahan viskositas. Kasein merupakan protein
terbesar yang terdapat di dalam susu dan kasein ini sangat dipengaruhi oleh
perubahan keasaman (pH). Susu mempunyai pH 6,6-6,8, jika pH susu kurang dari
4,6 maka kasein menjadi tidak stabil dan terkoagulasi menjadi gel yoghurt
(Helferich dan Westhoff, 1980).
Seiring dengan bertambahnya waktu penyimpanan, yoghurt sinbiotik dapat
mengalami penurunan mutu organoleptik. Mutu organoleptik yoghurt dalam SNI
meliputi keadaan penampakan, bau, rasa, dan konsistensi. Keadaan yoghurt
disebut normal ketika keadaan yoghurt seperti pada SNI 2981 tahun 2009
mengenai yoghurt yaitu penampakannya berupa cairan kental padat, baunya
normal/khas yoghurt, rasanya asam/khas yoghurt, dan konsistensinya homogen.
Jika yoghurt sudah tidak memenuhi kriteria tersebut, maka dikatakan tidak normal.
Penampakan yoghurt pada hari ke-14 bisa dilihat pada gambar 16.
66
z
Gambar 16. Yoghurt Sinbiotik Ubi Jalar Ungu Pada Hari ke-14
Keterangan:
A = Penyimpanan Suhu 15oC
B = Penyimpanan Suhu 25oC
C = Penyimpanan Suhu 35oC
Setelah disimpan selama 14 hari, karakteristik dari yoghurt mengalami
sedikit perubahan. Perubahan karakteristik tersebut meliputi aroma asam yoghurt
menjadi semakin menyengat yang disebabkan meningkatnya volume asam laktat
di dalam yoghurt. Perubahan lainnya adalah pada kekentalan yoghurt. Kekentalan
yoghurt menurun dan terjadi sineresis. Sineresis merupakan pemisahan fase cair
dan padat pada suatu gel. Jika suatu gel didiamkan selama beberapa saat, maka gel
tersebut seringkali akan mengerut secara alamiah dan cairan pembawa yang
terjebak dalam matriks keluar/lepas dari matriks.
5.1.7 Umur Simpan Yoghurt
Umur simpan merupakan kurun waktu ketika suatu produk makanan akan
tetap aman, mempertahankan sifat sensori, kimia, fisik, dan mikrobiologi tertentu
67
ketika disimpan pada kondisi tertentu (Subramaniam, 2000). Kerusakan pada
yoghurt biasanya berupa perubahan karakteristik fisik dan kimia serta kerusakan
mikrobiologis seperti perubahan tekstur dan konsistensi, yoghurt terlalu asam, bau
tidak sedap dan lain – lain.
Perhitungan umur simpan pada yoghurt sinbiotik ubi jalar ungu dihitung
menggunakan metode ASLT dengan model arrhenius. Yang menjadi parameter
kritis untuk menentukan umur simpan yoghrut sinbiotik ubi jalar ungu ini adalah
total bakteri asam laktat dan total bakteri probiotik dimana menurut Badan
Standarisasi Nasional (2009) pada SNI No. 2981:2009 mengenai syarat mutu
yoghurt, total Bakteri Asam Laktat yang memenuhi standar yaitu minimum 107
CFU/mL.
5.1.7.1 Umur Simpan Berdasarkan Total BAL
Perhitungan total bakteri asam laktat dilakukan selama 2 minggu yang
mana dihitung jumlahnya setiap 2 hari sekali. Hasil pengamatan terhadap total
bakteri asam laktat pada yoghurt sinbiotik ubi jalar ungu yang disimpan di tiga
suhu berbeda dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Tabel Jumlah Bakteri Asam Laktat
HariJumlah Bakteri (CFU/mL)
15ºC 25ºC 35ºC0 1,6 x 109 1,6 x 109 1,6 x 1092 1,85 x 109 1,27 x 109 1,1 x 1094 1,53 x 109 8,4 x 108 7,7 x 1086 1,1 x 109 4,4 x 108 3,5 x 1088 7,7 x 108 1,29 x 108 9 x 10710 3,94 x 108 9,7 x 107 3,5 x 10712 2,6 x 108 5,4 x 107 7,8 x 10614 1,3 x 108 3,6 x 107 4,7 x 106
68
Setelah didapatkan data hasil pengamatan total bakteri asam laktat pada
suhu 15ºC, 25ºC dan 35ºC, selanjutnya data – data tersebut diplotkan ke dalam
grafik untuk mendapatkan persamaan regresinya. Grafik perubahan jumlah asam
laktat bisa dilihat pada gambar 17.
Gambar 17. Grafik Perubahan Total BAL
Grafik pada gambar 17 adalah grafik perubahan total BAL pada ketiga
suhu penyimpanan. Dari frafik tersebut didapatkan persamaan y = -1x108x +
2x109 dan R² = 0.8784 untuk penyimpanan suhu 15ºC, y = -1x108x + 1x109 dan
R² = 0.8735 untuk penyimpanan pada suhu 25ºC, y = -1x108x + 1x109 dan R² =
0.8553 untuk penyimpanan pada suhu 35ºC. Setelah didapatkan persamaan –
persamaan tersebut, selanjutnya dibuat grafik Ln. Sumbu y diplotkan dengan Ln
dari total BAL dan sumbu x merupakan waktu penyimpanan.
69
Gambar 18. Grafik Ln Pertumbuhan BAL
Grafik diatas adalah grafik Ln perubahan total BAL pada ketiga suhu
penyimpanan. Dari frafik tersebut didapatkan persamaan y = -0.1888x + 21.661
dan R² = 0.9189 untuk penyimpanan suhu 15ºC, y = -0.2979x + 21.445 dan
R² = 0.974 untuk penyimpanan pada suhu 25ºC, y = -0.4535x + 21.808 dan
R² = 0.9656 untuk penyimpanan pada suhu 35ºC. Setelah didapatkan persamaan
regresi dan nilai R2 maka ordo reaski bisa ditentukan dengan membandingkan
nilai R2. Nilai R2 yang lebih besar yang akan digunakan sebagai ordo reaksi.
Perbandingan nilai R2 bisa dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Nilai koefisien korelasi (R2)
Suhu R2 OrdeTerpilihOrdo 0 Ordo 1
15ºC 0.8784 0.9189125ºC 0.8735 0.9740
35ºC 0.8553 0.9656
70
Nilai k diperoleh dari ln k = ln k0– (Ea/R)(1/T), dimana ln ko= intersep,
Ea/R = slope. Nilai k yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam persamaan
kinetika reaksi berdasarkan orde reaksinya. Parameter total BAL mengikuti reaksi
orde satu, sehingga persamaan umur simpannya yaitu Ln At= Ln A0 + k.t.
Parameter Arrhenius perubahan nilai total BAL dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Parameter Arrhenius Perubahan Total BAL
T (oK) 1/T k Ln k288 0,00347 0,1888 -1,66706298 0,00336 0,2979 -1,21099308 0,00325 0,4535 -0,79076
Gambar 19. Grafik Hubungan Perubahan Total BAL (ln k) terhadap SuhuPenyimpanan (1/T)
Dari kurva pada gambar 19, maka didapatkan persamaan linear yang dapat
digunakan untuk menghitung nilai k yang dapat digunakan untuk menentukan
umur simpan produk. Selain itu, nilak k juga dapat digunakan untuk menentukan
nilai energi aktivasi agar dapat memilih parameter kritis untuk menduga umur
simpan produk yoghurt sinbiotik ubi jalar ungu. Persamaan linear dan nilai energi
aktivasi kedua parameter di atas dapat dilihat pada tabel 7.
71
Tabel 7. Persamaan Linear Plot Arrhenius dan Nilai Energi Aktivasi
Suhu (ºC) Persamaan Linear Ln k k Ea (kJ/mol)15
y = -3886.9x + 11.83-1,66706 0,18896
32315,68625 -1,21099 0,2972135 -0,79076 0,45393
Nilai energi aktivasi (Ea) diperoleh dari nilai slope yaitu 3886,9 dikalikan
dengan nilai tetapan gas sebesar 8,314 kJ/mol. Nilai energi aktivasi dari parameter
total bakteri probiotik sebesar 32315 (kJ/mol). Energi aktivasi adalah sejumlah
energi minimum yang diperlukan oleh suatu zat untuk dapat bereaksi. Hubungan
energi aktivasi dengan laju reaksi adalah berbanding terbalik. Semakin besar
energi aktivasi maka laju reaksinya semakin lambat karena energi minimum untuk
terjadi reaksi semakin besar. Sementara nilai k dari setiap suhu diperoleh dengan
perhitungan seperti dibawah ini (k untuk suhu 15ºC).
y = − 3886.9x + 11.83
ln k = − 3886.9 (1T ) + 11.83
ln k = − 3886.9(1288 ) + 11.83
ln k = − 1,66618
k = 0,18896
Setelah nilai k (penurunan mutu setiap hari) telah diketahui, maka umur
simpan dari produk bisa dihitung dengan persamaan t = Ao – At / k untuk reaksi
ordo 0 dan t = ln Ao – ln At / k untuk reaksi ordo 1, dimana t merupakan umur
simpan, Ao merupakan konsentrasi awal mutu, At merupakan batas kritis produk
rusak dana k merupakan konstanta laju reaksi. Umur simpan produk bisa dilihat
pada tabel 8.
72
Tabel 8. Umur Simpan Yoghurt Sinbiotik Ubi Jalar Ungu
Suhu (ºC) Ao (CFU/mL) At (CFU/mL) k t (Hari)5 1,6 x 109 1,0 x 107 0,11629 43,6415 1,6 x 109 1,0 x 107 0,18896 26,8525 1,6 x 109 1,0 x 107 0,29721 17,0735 1,6 x 109 1,0 x 107 0,45393 11,18
Perhitungan umur simpan dilakukan dengan menggunakan persamaan
t = ln Ao – ln At / k karena menggunakan ordo reaksi 1. Berdasarkan perhitungan
umur simpan, semakin tinggi suhu penyimpanan maka umur simpannya semakin
cepat. Semakin rendah suhu penyimpanan maka umur simpan produk akan lebih
lama dikarenakan aktivitas mikroorganisme dan reaksi – reaksi enzimatis
terhambat. Suhu atau temperatur mempengaruhi energi potensial suatu zat. Zat-zat
yang energi potensialnya kecil, jika bertumbukan akan sukar menghasilkan
tumbukan efektif. Hal ini karena zat-zat tersebut tidak mampu melampui energi
aktivasi. Dengan menaikkan suhu, maka hal ini akan memperbesar energi
potensial sehingga ketika bertumbukan akan menghasilkan energi (Utami, 2009).
Suhu penyimpanan yang baik untuk yoghurt biasanya dilakukan di dalam
refrigerator yang bersuhu ± 4°C. Yoghurt akan menjadi kental atau memadat jika
disimpan dalam refrigerator. Selain itu, yoghurt akan stabil atau tahan sampai satu
minggu atau lebih (Winarno dan Fernandez, 2007). Menurut Jay (2000), yoghurt
yang disimpan pada suhu 5°C masih memiliki sifat-sifat yang baik selama 1 - 2
minggu. Suhu yang ideal untuk penyimpanan yogurt adalah 7°C atau lebih rendah
(Rahman et al., 1992).
Berdasarkan jumlah bakteri asam laktat di dalam yoghurt, umur simpan
yoghurt sinbiotik ubi jalar ungu yang disimpan pada suhu 15ºC adalah 26 hari 20
jam 24 menit, sedangkan pada suhu 25 ºC adalah 17 hari 1 jam 40 menit 48 detik,
73
dan pada suhu 35ºC adalah 11 hari 4 jam 19 menit 12 detik. Sedangkan jika
disimpan pada suhu penyimpanan dingin (5ºC), umur simpan yoghurt adalah 43
hari 15 jam 21 menit 36 detik. Umur simpan disini berarti yoghurt sinbiotik ubi
jalar ungu memiliki jumlah bakteri asam laktat yang sudah tidak memenuhi SNI
No. 2981:2009 mengenai syarat mutu yoghurt, total Bakteri Asam Laktat yang
memenuhi standar yaitu minimum 107 CFU/mL.
5.1.7.2 Umur Simpan Berdasarkan Total Bakteri Probiotik
Perhitungan total bakteri probiotik dilakukan selama 2 minggu yang mana
dihitung jumlahnya setiap 2 hari sekali. Hasil pengamatan terhadap total bakteri
asam laktat pada yoghurt sinbiotik ubi jalar ungu yang disimpan di tiga suhu
berbeda dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Perhitungan Jumlah Bakteri Probiotik
HariJumlah Bakteri (CFU/mL)
15ºC 25ºC 35ºC0 1,2 x 108 1,2 x 108 1,2 x 1082 1,9 x 108 1,03 x 108 9,4 x 1074 1,8 x 108 8,4 x 107 7,6 x 1076 1,5 x 108 5,1 x 107 2,7 x 1078 1,12 x 108 2,2 x 107 9,7 x 10610 5,6 x 107 7,8 x 106 3,8 x 10612 3,7 x 107 5,2 x 106 1,01 x 10514 1,4 x 107 1,7 x 106 5,5 x 105
Setelah didapatkan data hasil pengamatan total bakteri probiotik pada suhu
15ºC, 25ºC dan 35ºC, selanjutnya data – data tersebut diplotkan ke dalam grafik
untuk mendapatkan persamaan regresinya. Grafik perubahan jumlah bakteri
probiotik bisa dilihat pada gambar 20.
74
Gambar 20. Grafik Pertumbuhan Bakteri Probiotik
Grafik diatas adalah grafik perubahan total bakteri probiotik pada ketiga
suhu penyimpanan. Dari frafik tersebut didapatkan persamaan
y = -1x107x + 2x108 dan R² = 0.7193 untuk penyimpanan suhu 15ºC,
y = -9x106x + 1x108 dan R² = 0.9361 untuk penyimpanan pada suhu 25ºC,
y = -9x106x + 1x108 dan R² = 0.8729 untuk penyimpanan pada suhu 35ºC. Setelah
didapatkan persamaan – persamaan tersebut, selanjutnya dibuat grafik Ln. Sumbu
y diplotkan dengan Ln dari total probiotik dan sumbu x merupakan waktu
penyimpanan.
Gambar 21. Grafik Ln Pertumbuhan Probiotik
75
Grafik diatas adalah grafik Ln perubahan total BAL pada ketiga suhu
penyimpanan. Dari frafik tersebut didapatkan persamaan y = -0.1608x + 19.345
dan R² = 0.7445 untuk penyimpanan suhu 15ºC, y = -0.3137x + 19.15 dan
R² = 0.947 untuk penyimpanan pada suhu 25ºC, y = -0.4189x + 19.245 dan
R² = 0.9634 untuk penyimpanan pada suhu 35ºC. Setelah didapatkan persamaan
regresi dan nilai R2 maka ordo reaski bisa ditentukan dengan membandingkan
nilai R2. Nilai R2 yang lebih besar yang akan digunakan sebagai ordo reaksi.
Perbandingan nilai R2 bisa dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Nilai koefisien korelasi (R2)
Suhu R2 OrdeTerpilihOrdo 0 Ordo 1
15ºC 0.7193 0.7445125ºC 0.9361 0.9470
35ºC 0.8729 0.9634
Nilai k diperoleh dari ln k = ln k0– (Ea/R)(1/T), dimana ln ko= intersep,
Ea/R = slope. Nilai k yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam persamaan
kinetika reaksi berdasarkan orde reaksinya. Parameter total BAL mengikuti reaksi
orde satu, sehingga persamaan umur simpannya yaitu Ln At= Ln A0 + k.t.
Parameter Arrhenius perubahan nilai total probiotik dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Parameter Arrhenius Perubahan Total Probiotik
T (oK) 1/T k Ln k288 0,00347 0,1608 -1,82759298 0,00336 0,3137 -1,15931308 0,00325 0,4189 -0,87012
76
Gambar 22. Grafik Hubungan Perubahan Total Bakteri Probiotik (ln k)terhadap Suhu Penyimpanan (1/T)
Dari kurva di atas, maka didapatkan persamaan linear yang dapat
digunakan untuk menghitung nilai k yang dapat digunakan untuk menentukan
umur simpan produk. Selain itu, nilak k juga dapat digunakan untuk menentukan
nilai energi aktivasi agar dapat memilih parameter kritis untuk menduga umur
simpan produk yoghurt sinbiotik ubi jalar ungu. Persamaan linear dan nilai energi
aktivasi kedua parameter di atas dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 12. Persamaan Linear Plot Arrhenius dan Nilai Energi Aktivasi
Suhu (ºC) Persamaan Linear Ln k k Ea (kJ/mol)15
y = -4263.8x + 13.033-1,82759 0,17001
35449,23225 -1,15931 0,2794135 -0,87012 0,44463
Nilai energi aktivasi (Ea) diperoleh dari nilai slope yaitu 4263,8 dikalikan
dengan nilai tetapan gas sebesar 8,314 kJ/mol. Nilai energi aktivasi dari parameter
total bakteri probiotik sebesar 35449,232 (kJ/mol). Energi aktivasi adalah
sejumlah energi minimum yang diperlukan oleh suatu zat untuk dapat bereaksi.
Hubungan energi aktivasi dengan laju reaksi adalah berbanding terbalik. Semakin
besar energi aktivasi maka laju reaksinya semakin lambat karena energi minimum
77
untuk terjadi reaksi semakin besar. Sementara nilai k dari setiap suhu diperoleh
dengan perhitungan seperti dibawah ini (k untuk suhu 15ºC).
y = − 4263.8x + 13.033
ln k = − 4263.8 (1T ) + 13.033
ln k = − 4263.8(1288 ) + 13.033
ln k = − 1,77186
k = 0,17001
Setelah nilai k (penurunan mutu setiap hari) telah diketahui, maka umur
simpan dari produk bisa dihitung dengan persamaan t = Ao – At / k untuk reaksi
ordo 0 dan t = ln Ao – ln At / k untuk reaksi ordo 1, dimana t merupakan umur
simpan, Ao merupakan konsentrasi awal mutu, At merupakan batas kritis produk
rusak dana k merupakan konstanta laju reaksi. Umur simpan produk bisa dilihat
pada tabel 13.
Tabel 13. Umur Simpan Yoghurt Sinbiotik Ubi Jalar Ungu
Suhu (ºC) Ao (CFU/mL) At (CFU/mL) k t (Hari)5 1,2 x 108 1,0 x 107 0,09981 24,8915 1,2 x 108 1,0 x 107 0,17001 14,6125 1,2 x 108 1,0 x 107 0,27941 8,8935 1,2 x 108 1,0 x 107 0,44463 5,58
Perhitungan umur simpan dilakukan dengan menggunakan persamaan
t = ln Ao – ln At / k karena menggunakan ordo reaksi 1. Berdasarkaan perhitungan,
umur simpan yoghurt sinbiotik akan semakin pendek jika disimpan di suhu yang
lebih tinggi. Semakin rendah suhu penyimpanan maka umur simpan produk akan
lebih lama dikarenakan aktivitas mikroorganisme dan reaksi – reaksi enzimatis
78
terhambat. Suhu atau temperatur mempengaruhi energi potensial suatu zat. Zat-zat
yang energi potensialnya kecil, jika bertumbukan akan sukar menghasilkan
tumbukan efektif. Hal ini karena zat-zat tersebut tidak mampu melampui energi
aktivasi. Dengan menaikkan suhu, maka hal ini akan memperbesar energi
potensial sehingga ketika bertumbukan akan menghasilkan energi (Utami, 2009).
Floros dan Gnanasekharan (1993) menyatakan bahwa umur simpan adalah
waktu yang diperlukan oleh produk pangan dalam kondisi penyimpanan tertentu
untuk dapat mencapai tingkatan degradasi mutu tertentu. Pada saat baru
diproduksi, mutu produk dianggap dalam keadaan 100%, dan akan menurun
sejalan dengan lamanya penyimpanan atau distribusi. Selama penyimpanan dan
distribusi tersebut, produk pangan akan mengalami kehilangan bobot, nilai pangan,
mutu, nilai uang, daya tumbuh, dan kepercayaan (Rahayu et al. 2003).
Berdasarkan jumlah bakteri probiotik di dalam yoghurt, umur yoghurt
sinbiotik ubi jalar ungu yang disimpan pada suhu 15ºC adalah 14 hari 14 jam 38
menit 24 detik, sedangkan pada suhu 25ºC adalah 8 hari 21 jam 21 menit 36 detik,
dan pada suhu 35ºC adalah 5 hari 13 jam 55 menit 12 detik. Sedangkan jika
disimpan pada suhu penyimpanan dingin (5ºC), umur simpan yoghurt adalah 24
hari 21 jam 21 menit 36 detik. Hal ini berarti yoghurt akan kehilangan fungsi
sinbiotiknya padaa umur simpan tersebut. Pada suhu 15ºC yoghurt sinbiotik ubi
jalar ungu akan kehilangan fungsi sinbiotiknya jika disimpan lewat dari hari 15,
pada suhu 25ºC yoghurt sinbiotik ubi jalar ungu akan kehilangan fungsi
sinbiotiknya jika disimpan lewat dari 9 hari, pada suhu 35ºC jika disimpan lewat
dari 6 hari dan pada suhu penyimpanan yoghurt biasanya, yaitu suhu
79
penyimpanan dingin (5ºC) yoghurt sinbiotik ubi jalar ungu akan kehilangan fungsi
sinbiotiknya jika disimpan lewat dari 24 hari.
5.4 Pengamatan Penunjang
5.4.1 Kadar Prebiotik
Penentuan kadar prebiotik pada produk yoghurt sinbiotik penting
dilakukan untuk mengetahui jumlah prebiotik yang terkadung dalam produk agar
memenuhi persyaratan suatu produk sinbiotik. Ubi jalar ungu mengandung
oligosakarida sejumlah 2,165% per 100g bahan. Oligosakarida banyak terdapat
dalam biji-bijian, kacang-kacangan dan ubi-ubian (seperti ubi jalar) yang terdiri
dari rafinosa dan stakiosa, yang mempunyai ikatan alfa-galakto-glukosa dan alfa-
galaktogalaktosa seperti di bawah (Reddy and Salunkhe, 1989).
Analisis kandungan rafinosa dalam ubi jalar ungu dilakukan dengan
metode HPLC menggunakan Aminex Ion Exclusion HPX-87H ukuran 300 x 7.8
mm sebagai kolom atau fase diamnya dan Aquabidest 100% sebagai fase
geraknya. Pada analisis ini menggunakan laju alir 0.3 mL/ menit, Refraktif Indeks
Detector dengan volume penyuntikan 20 μL dan temperatur kolom dan
detektornya masing-masing 80oC dan 40oC. Pada penelitian menggunakan HPLC,
dalam penentuan secara kuantitatif biasanya didasarkan pada waktu retensi dan
standar yang sama. Artinya membutuhkan larutan standar untuk bisa
dibandingkan dengan sampel. Sampel yang diinjeksikan ke dalam HPLC pada
akhirnya akan terbaca pada grafik yang dimunculkan pada monitor yang
dihubungkan dengan HPLC. Dari grafik tersebutlah diketahui hasil kandungan
rafinosa pada setiap sampel. Pada penelitian ini menggunakan larutan standar
80
rafinosa dengan konsentrasi 1%. Hasil pengujian rafinosa menggunakan HPLC
menunjukkan bahwa kadar rafinosa pada yoghurt sinbiotik ubi jalar ungu adalah
sebesar 1,498% (b/v).
Peraturan mengenai standar jumlah prebiotik yang dikonsumsi belum ada
karena umumnya asupan prebiotik tergantung kepada kebiasaan penduduk suatu
negara (FAO, 2007). Pada umumnya dosis konsumsi harian 5-8 g/hari dari FOS
atau GOS memberikan efek prebiotik pada orang dewasa. Venter (2007)
menyatakan bahwa peraturan Foodstuffs Cosmetics and Disinfectans Act (Act No
54 of 1972) di Afrika Selatan menyatakan bahwa jumlah dan sumber prebiotik
yang harus tercantum pada label suatu produk dengan klaim prebiotik adalah
minimal 3 gram prebiotik per penyajian harian. Indonesia mengatur regulasi
prebiotik dalam Peraturan Pangan Fungsional yang dikeluarkan oleh BPOM tahun
2005, namun regulasi jumlahnya belum dikeluarkan. Surono (2004) menyarankan
jumlah prebiotik yang efektif adalah 1-3 g per hari untuk anak-anak dan 5-15 g
per hari untuk dewasa.
Rafinosa dapat terhidrolisis menjadi melibiosa dan fruktosa dengan
bantuan ensim invertase yang terdapat pada khamir Saccharomyces cerevisiae
(Kearsley, 1988), seperti yang terdapat pada ragi, sehingga efek flatulensi dari
produk yang menggunakan bahan dasar ubijalar dapat dikurangi melalui proses
fermentasi. Oligosakarida dari kelompok rafinosa tersebut tidak dapat dicerna,
karena mukosa usus mamalia (seperti manusia) tidak mempunyai enzim
pencernanya, yaitu alfagalaktosidase, sehingga oligosakarida tersebut tidak dapat
diserap oleh tubuh dan menyebabkan timbulnya flatulensi yaitu suatu keadaan
menumpuknya gas-gas dalam lambung. Gas-gas ini timbul karena bakteri-bakteri
81
yang terdapat dalam saluran pencernaan akan memfermentasi oligosakarida
terutama pada bagian usus halus, sehingga terbentuklah gas - gas karbondioksida,
hidrogen, dan sejumlah kecil metan, yang juga akan menurunkan pH lingkungan
(Rackis, 1989).
82
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Umur simpan yoghurt sinbiotik ubi jalar ungu yang disimpan pada suhu
5ºC adalah 24 hari 21 jam 21 menit 36 detik, pada suhu 15ºC adalah 14
hari 14 jam 38 menit 24 detik, sedangkan pada suhu 25ºC adalah 8 hari 21
jam 21 menit 36 detik, dan pada suhu 35ºC adalah 5 hari 13 jam 55 menit
12 detik dengan titik kritis total bakteri probiotik.
6.2 Saran
Perlu adanya penelitian lanjutan tentang pendugaan umur simpan dengan
parameter kritis lain seperti kadar pH, viskositas dan total padatan terlarut.