bab v hasil penelitian 5.1 deskripsi lokasi penelitian 5.1.1

60
42 42 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1 Kelurahan Jimbaran Jimbaran adalah sebuah kelurahan yang terdiri dari satu desa adat, 14 banjar dinas dan 12 banjar adat di wilayah Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Provinsi Bali, terletak diantara 08 o 14'17" - 08 o 50'57" Lintang Selatan dan 115 o 05'02" - 115 o 15'09" Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Kelan, di sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Benoa, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Ungasan dan di sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia, dengan luas wilayah 20,50 km 2 . Kelurahan Jimbaran adalah satu dari sekian tujuan wisata di Pulau Bali yang memiliki obyek wisata pantai yang terkenal dengan nama Pantai Jimbaran. Pantai jimbaran tidak berbeda jauh dengan pantai-pantai tujuan wisata di Bali. Pantai ini menyajikan keindahan pasir pantainya dan pemandangan sunset di sore hari. Yang membedakan dengan pantai-pantai tujuan wisata lainnya di Bali adalah pantai ini merupakan destinasi wisata kuliner pantai. Sepanjang pantai Jimbaran hingga pantai Kedonganan terhampar kafe-kafe dan restaurant dengan menu spesial ikan laut. Penduduk Kelurahan Jimbaran Berdasarkan hasil registrasi tahun 2012 berjumlah 32.598 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 16.752 jiwa dan perempuan 15.846 jiwa. Rata-rata kepadatan penduduk adalah sebesar 1.590 jiwa/km 2 . Kelurahan Jimbaran pada mulanya merupakan kampung nelayan serta

Upload: phungkiet

Post on 31-Dec-2016

233 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

42

42

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

5.1.1 Kelurahan Jimbaran

Jimbaran adalah sebuah kelurahan yang terdiri dari satu desa adat, 14 banjar

dinas dan 12 banjar adat di wilayah Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung,

Provinsi Bali, terletak diantara 08o14'17" - 08

o50'57" Lintang Selatan dan

115o05'02" - 115

o15'09" Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan

Kelurahan Kelan, di sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Benoa,

di sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Ungasan dan di sebelah Barat

berbatasan dengan Samudera Hindia, dengan luas wilayah 20,50 km2. Kelurahan

Jimbaran adalah satu dari sekian tujuan wisata di Pulau Bali yang memiliki obyek

wisata pantai yang terkenal dengan nama Pantai Jimbaran. Pantai jimbaran tidak

berbeda jauh dengan pantai-pantai tujuan wisata di Bali. Pantai ini menyajikan

keindahan pasir pantainya dan pemandangan sunset di sore hari. Yang

membedakan dengan pantai-pantai tujuan wisata lainnya di Bali adalah pantai ini

merupakan destinasi wisata kuliner pantai. Sepanjang pantai Jimbaran hingga

pantai Kedonganan terhampar kafe-kafe dan restaurant dengan menu spesial ikan

laut.

Penduduk Kelurahan Jimbaran Berdasarkan hasil registrasi tahun 2012

berjumlah 32.598 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 16.752 jiwa dan

perempuan 15.846 jiwa. Rata-rata kepadatan penduduk adalah sebesar 1.590

jiwa/km2. Kelurahan Jimbaran pada mulanya merupakan kampung nelayan serta

Page 2: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

43

petani. Semenjak di wilayah pantai Jimbaran muncul banyak tempat makan hasil

laut (seafood) yang pertama di Bali selatan serta beberapa hotel bertaraf

internasional, kini mata pencaharian penduduk lokal lebih ke arah pariwisata.

5.1.2 Kondisi hotel

Hotel yang menjadi obyek penelitian terdiri dari hotel bintang lima sebanyak

lima buah dan hotel bintang empat sebanyak tiga buah. Kondisi hotel-hotel

tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.1 sampai dengan 5.6. Selanjutnya nama-nama

hotel tersebut akan disingkat menjadi:

A : Intercontinental Bali Resort

B : Four Season Resort Bali at Jimbaran

C : Ayana Resort & Spa Bali

D : Kayu Manis Jimbaran Private Estate & Spa

E : Le Meridien Bali Jimbaran

F : Jimbaran Puri Bali

G : Keraton Jimbaran Resort

H : Karma Jimbaran

Fasilitas yang dimiliki hotel mencerminkan kelas hotel tersebut. Hotel

bintang lima yang memiliki fasilitas terlengkap adalah Intercontinental Bali

Resort dan Le Meridien Jimbaran, sedangkan kategori bintang empat fasilitas

terlengkap adalah Keraton Jimbaran Resort. Jenis fasilitas hotel dapat dilihat pada

Tabel 5.1.

Page 3: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

44

Tabel. 5.1

Fasilitas yang Dimiliki Hotel

No. Fasilitas PROPER Non PROPER

A B C D E F G H

1. Kamar √ √ √ √ √ √ √ √

2. Kolam renang √ √ √ √ √ √

3. Restaurant/cafe/bar √ √ √ √ √ √ √ √

4. Spa √ √ √ √ √ √ √ √

5. Laundry √ √ √ √ √ √ √

6. Layanan penitipan anak √ √ √

7. Galeri perbelanjaan √ √ √ √ √

8. Pusat bisnis √ √ √ √ √

9. Pusat kebugaran √ √ √ √ √ √ √

10. Layanan medis √ √ √ √

11. Salon kecantikan √ √

12. Ruang pertemuan √ √ √ √ √

Hotel yang memiliki area dan bangunan terluas adalah Ayana Resort & Spa

Bali, yaitu 70 hektar dan 35 hektar. Hotel dengan luas area terkecil adalah Le

Meridien Bali Jimbaran dan Keraton Jimbaran Resort yaitu seluas 1,5 hektar. Luas

area dan bangunan masing-masing hotel dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2

Luas Area dan Bangunan Hotel

No. Nama Hotel Luas Area (ha) Luas Bangunan (ha)

Hotel PROPER

1. Intercontinental Bali Resort 14,0 7,0

2. Four Season Resort Bali at Jimbaran 13,8 -

3. Ayana Resort & Spa Bali 70,0 35,0

Hotel Non PROPER

4. Kayu Manis Jimbaran Private Estate

& Spa 3,0 -

5. Le Meridien Bali Jimbaran 1,5 -

6. Jimbaran Puri Bali 2,5 -

7. Keraton Jimbaran Resort 1,5 -

8. Karma Jimbaran 8,0 -

Page 4: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

45

Hotel yang memiliki kamar terbanyak adalah Intercontinental Bali Resort

yaitu sebanyak 417 kamar. Rata-rata tingkat hunian kamar tertinggi adalah Ayana

Resort & Spa Bali yaitu dengan 308 kamar/hari atau sekitar 83,7%. Tingkat

hunian kamar hotel berfluktuasi setiap bulan. Salah satu faktor yang

mempengaruhi adalah musim liburan yang berbeda pada setiap wilayah, seperti

libur musim dingin di Jepang bulan Pebruari – Maret, di Australia bulan Juni –

Agustus, di Eropa bulan Desember – Maret. Jumlah kamar dan tingkat hunian

masing-masing hotel dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3

Jumlah Kamar, Tingkat Hunian Kamar, Persentase Hunian

No. Nama Hotel Jumlah

kamar/villa

Rata-rata Tingkat

Hunian Kamar

per Hari

Persentase

Hunian per

Bulan (%)

Hotel PROPER

1. Intercontinental Bali

Resort 417 265 63,5

2. Four Season Resort

Bali at Jimbaran 147 78 53,0

3. Ayana Resort & Spa

Bali 368 308 83,7

Hotel Non PROPER

4. Kayu Manis Jimbaran

Private Estate & Spa 19 8 42,1

5. Le Meridien Bali

Jimbaran 118 88 74,6

6. Jimbaran Puri Bali 64 34 53,1

7. Keraton Jimbaran

Resort 102 67 65,7

8. Karma Jimbaran 40 10 25,0

Sumber air bersih hotel berasal dari Air Bawah Tanah (ABT) dan Perusahaan

Daerah Air Minum (PDAM). Peruntukkan air bersih digunakan untuk kegiatan

Page 5: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

46

kamar mandi/toilet, dapur/restaurant, laundry, spa, penyiraman dan pengisian air

kolam. Debit pemakaian air bersih terbanyak adalah Four Season Resort Bali at

Jimbaran yaitu sebesar 32.663 m3/bulan, mengingat Four Season Resort Bali at

Jimbaran memiliki fasilitas yang cukup lengkap, serta tipe bangunan berupa villa

lengkap dengan kolam renang pribadi sehingga penggunaan air bersihnya cukup

besar. Sumber dan pemakaian air bersih masing-masing hotel dapat dilihat pada

Tabel 5.4.

Tabel 5.4

Sumber dan Debit Pemakaian Air Bersih

No. Nama Hotel Sumber Air

Bersih

Debit Pemakaian Air

Bersih (m3/bulan)

Hotel PROPER

1. Intercontinental Bali Resort PDAM 23.200

2. Four Season Resort Bali at

Jimbaran PDAM 32.663

3. Ayana Resort & Spa Bali ABT 22.650

Hotel Non PROPER

4. Kayu Manis Jimbaran

Private Estate & Spa PDAM 950

5. Le Meridien Bali Jimbaran ABT 3.716

6. Jimbaran Puri Bali PDAM 2.796

7. Keraton Jimbaran Resort ABT 12.134

8. Karma Jimbaran ABT dan

PDAM 5.346

Hotel yang memiliki jumlah karyawan terbanyak adalah Ayana Resort & Spa

Bali yaitu sebanyak 1.233 orang dan tersedikit adalah Kayu Manis Jimbaran

Private Estate & Spa yaitu sebanyak 105 orang. Jumlah karyawan ini terdiri dari

karyawan tetap dan kontrak. Jumlah karyawan juga mempengaruhi volume

pemakaian air bersih dan produksi air limbah domestik. Jumlah karyawan masing-

masing hotel dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Page 6: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

47

Tabel 5.5

Jumlah Karyawan

No. Nama Hotel Jumlah Karyawan (orang)

Hotel PROPER

1. Intercontinental Bali Resort 846

2. Four Season Resort Bali at Jimbaran 643

3. Ayana Resort & Spa Bali 1.233

Hotel Non PROPER

4. Kayu Manis Jimbaran Private Estate &

Spa 105

5. Le Meridien Bali Jimbaran 153

6. Jimbaran Puri Bali 202

7. Keraton Jimbaran Resort 145

8. Karma Jimbaran 127

5.2 Pengelolaan Air Limbah

Seluruh hotel sudah melakukan kegiatan pengelolaan limbah cair (air limbah)

dengan membangun IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Penanganan limbah

cair dengan menggunakan peralatan khusus berupa unit pengolah limbah (IPAL),

agar air limbah yang akan dibuang dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan

dan mampu dipergunakan untuk kebutuhan lainnya seperti untuk irigasi tanaman,

mencuci kendaraan, dan menyiram halaman (Sudipa, 2006).

5.2.1 Prasarana pengolahan air limbah

IPAL kedelapan hotel memiliki tipe yang sama yaitu menggunakan proses

fisik, biologi dan kimia dengan sistem aerob. Ada pula yang menggunakan

tambahan bakteri untuk membantu proses pengolahan air limbah, yaitu EM

(Effective Microorganisme), baik itu dibikin sendiri oleh hotel maupun beli

pabrikan. Keseluruhan proses pengolahan air limbah tidak menggunakan bahan

kimia. Yang membedakan proses IPAL antara hotel-hotel tersebut adalah jumlah

Page 7: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

48

kompartemen/bak. Proses pengolahan air limbah sederhana terdiri dari bak

pengumpul (inlet), bak aerasi, dan bak sedimentasi (bak penampung akhir)

sebelum outlet menuju ke media lingkungan. Sumber oksigen pada proses aerasi

berasal dari blower. Hotel yang memiliki kapasitas IPAL terbesar adalah Ayana

Resort & Spa Bali yaitu sebesar 920 m3/hari yang dibagi menjadi dua unit IPAL.

Prasarana pengolahan air limbah hotel di delapan lokasi penelitian dapat dilihat

pada Tabel 5.6.

5.2.2 Kuantitas air limbah

Air limbah hotel termasuk kategori air limbah domestik, dikarenakan

bersumber dari kegiatan seperti: kamar mandi/toilet, dapur/restoran, laundry,

kolam, spa dan penyiraman. Debit air limbah tergantung dari tingkat hunian

kamar dan fasilitas yang ada di hotel. Hotel yang memiliki rata-rata debit air

limbah harian tertinggi adalah Ayana Resort & Spa Bali yaitu sebesar 571,8

m3/hari dan terendah adalah Kayu Manis Jimbaran Private Estate & Spa yaitu

sebesar 8,4 m3/hari. Rata-rata debit air limbah harian masing-masing hotel dapat

dilihat pada Tabel 5.7.

Page 8: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

49

49

Tabel 5.6

Prasarana Pengolahan Air Limbah

No Nama Hotel Proses IPAL Diagram Alir Proses Kapasitas

(m3/hari)

Penggunaan

Tambahan

Bakteri

Penggunaan

Bahan Kimia

Hotel PROPER

1. Bali Intercontinental Fisika,

Biologi,

Kimia

Inlet equalization tank aeration tank

settling tank clorinator tank sump pit

tangki penampungan filtrasi Outlet ke

lagoon

(lampiran 11. Gambar 1 - 8)

600 Tidak ada Tidak ada

2. Four Season Resort

Bali at Jimbaran

Fisika,

Biologi,

Kimia

sumpit tank equalisasi aeration tank

setling tank chlorinasi rectifier tank

sand filter carbon filter make up tank

Outlet dipompa ke tower

(lampiran 11. Gambar 21 – 32)

380 Tidak ada Tidak ada

3. Ayana Resort & Spa

Bali

Fisika,

Biologi,

Kimia

Grit chamber equalizing tank aeration

tank sedimentation tank defoaming

tank flocculation tank clarifier tank

intermediate tank sand filter treated

water tank

(lampiran 11. Gambar 45 – 50)

920 Tidak ada Tidak ada

Page 9: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

50

No Nama Hotel Proses IPAL Diagram Alir Proses Kapasitas

(m3/hari)

Penggunaan

Tambahan

Bakteri

Penggunaan

Bahan Kimia

Hotel Non PROPER

4. Kayu Manis

Jimbaran Private

Estate & Spa

Fisika,

Biologi,

Kimia

Inlet rotor disk Outlet

(lampiran 11. Gambar 63 – 66)

10 EM4 Tidak ada

5. Le Meridien Bali

Jimbaran

Fisika,

Biologi,

Kimia

Inlet Bak penampung clarifier

Biodex bak penampung effluent

(lampiran 11. Gambar 74 – 78)

150 EM4 Tidak ada

6. Jimbaran Puri Bali Fisika,

Biologi,

Kimia

Inlet bak aerasi bak penampung

(lampiran 11. Gambar 91 – 94)

30 Tidak ada Tidak ada

7. Keraton Jimbaran

Resort

Fisika,

Biologi,

Kimia

Inlet primary tank 1 primary tank 2

DO tank Bio media tank Clarifier tank

1 Clarifier tank 2 final tank Outlet

untuk penyiraman

(lampiran 11. Gambar 100 – 103)

210 EM4 Tidak ada

8. Karma Jimbaran Fisika,

Biologi,

Kimia

Inlet primary tank 1 primary tank 2

tank clarifier tank final tank Outlet

untuk penyiraman

(lampiran 11. Gambar 116 – 119)

Tidak

tersedia

data

Tidak ada Tidak ada

Page 10: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

51

51

Tabel 5.7

Rata-rata Debit Air Limbah Hotel per Hari

No Nama Hotel Debit Air Limbah

(m3)

Hotel PROPER

1. Bali Intercontinental 407,2

2. Four Season Resort Bali at Jimbaran 290,9

3. Ayana Resort & Spa Bali 571,8

Hotel Non PROPER

4. Kayu Manis Jimbaran Private Estate & Spa 8,4

5. Le Meridien Bali Jimbaran 98,1

6. Jimbaran Puri Bali 24,9

7. Keraton Jimbaran Resort 45,4

8. Karma Jimbaran 47,6

Debit air limbah pada Tabel 5.8 adalah rata-rata debit harian selama tiga

bulan terakhir (Oktober-Desember 2014). Persentase debit air limbah

dibandingkan dengan penggunaan air bersih dapat dilihat pada Tabel 5.8.

Tabel 5.8

Rata-rata Penggunaan Air Bersih dan Debit Air Limbah per Bulan

No Nama Hotel

Debit

Pemakaian

Air Bersih

(m3)

Debit Air

Limbah

(m3)

Persentase

(%)

Hotel PROPER

1. Bali Intercontinental 23.200 12.216 52,7

2. Four Season Resort Bali at

Jimbaran

32.663 8.727 26,7

3. Ayana Resort & Spa Bali 22.650 17.154 75,7

Hotel Non PROPER

4. Kayu Manis Jimbaran Private

Estate & Spa

950 253 26,5

5. Le Meridien Bali Jimbaran 3.716 2.943 79,2

6. Jimbaran Puri Bali 2.796 746 26,7

7. Keraton Jimbaran Resort 12.134 1.362 11,2

8. Karma Jimbaran 5.346 1.427 26,7

Page 11: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

52

Tabel 5.8 menunjukkan bahwa persentase debit air limbah dibandingkan

dengan penggunaan air bersih tertinggi adalah Le Meridien yaitu sebesar 79,2%

dan terendah adalah Keraton Jimbaran Resort sebesar 11,2%.

5.2.3 Kualitas air limbah

Kualitas air limbah menunjukkan spesifikasi air limbah yang diukur dari

jumlah kandungan bahan pencemar didalam air limbah. Hasil analisis kualitas air

limbah di efluen IPAL yang diambil pada saat penelitian dapat dilihat pada Tabel

5.9.

Tabel 5.9

Hasil Analisis Kualitas Air Limbah

Nama Hotel

Hasil Uji

TSS

(mg/L) pH

BOD5

(mg/L)

COD

(mg/L)

NH3

(mg/L)

NO3

(mg/L)

NO2

(mg/L)

H2S

(mg/L)

Hotel PROPER

Intercontinental

Bali Resort

7,90 6,85 1,16 2,12 0,09* 17,38* 0,004 0,042*

Four Season Resort

Bali at Jimbaran

4,05 7,52 3,75 7,69 0,09* 14,23* 0,014 ttd

Ayana Resort &

Spa Bali

10,02 7,12 3,24 7,69 0,65* 1,33 0,014 ttd

Hotel Non PROPER

Kayu Manis

Jimbaran Private

Estate & Spa

8,33 7,60 11,60 23,18 1,47* 2,17 0,004 ttd

Le Meridien Bali

Jimbaran

37,62 6,86 6,76 13,47 0,62* 0,66 15,501* ttd

Jimbaran Puri Bali 17,50 7,17 4,15 6,64 2,97* 14,98* 0,051 0,051*

Keraton Jimbaran

Resort

20,31 7,60 7,25 12,60 7,21* 1,02 0,012 0,017*

Karma Jimbaran 16,88 6,88 4,38 11,35 3,51* 15,16* 0,191* 0,034*

Baku Mutu

(Pergub No. 8/

2007)

50 6-9 30 50 0,02 10 0,06 0,01

Keterangan:

* : melebihi baku mutu

Page 12: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

53

Tabel 5.9 menerangkan bahwa parameter yang melewati baku mutu sesuai

dengan Peraturan Gubernur Bali Nomor 8 Tahun 2007 tentang Baku Mutu

Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup adalah:

a. parameter NO3 (baku mutu sebesar 10 mg/L): Intercontinental Bali Resort,

Four Season Resort Bali at Jimbaran, Jimbaran Puri Bali, dan Karma

Jimbaran;

b. parameter NO2 (baku mutu sebesar 0,06 mg/L): Le Meridien Bali Jimbaran

dan Karma Jimbaran;

c. parameter NH3 (baku mutu sebesar 0,02 mg/L): Intercontinental Bali Resort,

Four Season Resort Bali at Jimbaran, Ayana Resort & Spa Bali, Kayu Manis

Jimbaran Private Estate & Spa, Le Meridien Bali Jimbaran, Jimbaran Puri

Bali, Keraton Jimbaran Resort, dan Karma Jimbaran;

d. parameter H2S (baku mutu sebesar 0,01 mg/L): Intercontinental Bali Resort,

Jimbaran Puri Bali, Keraton Jimbaran Resort, dan Karma Jimbaran.

Hotel yang memiliki parameter melebihi baku mutu terbanyak untuk kategori

bintang empat adalah Karma Jimbaran yaitu sebanyak 4 (empat) parameter, antara

lain: NO3, NO2, NH3 dan H2S dan untuk kategori bintang lima adalah

Intercontinental Bali Resort yaitu sebanyak 3 (tiga) parameter, antara lain: NO3,

NH3 dan H2S.

5.2.4 Beban pencemaran air limbah

Kondisi air limbah tergantung dari tingkat hunian hotel, semakin tinggi

tingkat hunian hotel, semakin tinggi pula beban pencemaran air limbah yang

Page 13: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

54

dihasilkan. Beban pencemaran air limbah masing-masing hotel dapat dilihat pada

Tabel 5.10.

Tabel 5.10

Beban Pencemaran Air Limbah

No Nama Hotel Beban Pencemaran Air Limbah (kg/hari)

TSS BOD COD NH3 NO3 NO2 H2S

Hotel PROPER

1. Intercontinental

Bali Resort 3,217 0,472 0,862 0,039 7,076 0,002 0,017

2. Four Season Resort

Bali at Jimbaran 1,178 1,090 2,239 0,028 4,140 0,004 -

3. Ayana Resort &

Spa Bali 5,732 1,850 4,401 0,372 0,760 0,008 -

Hotel Non PROPER

4. Kayu Manis

Jimbaran Private

Estate & Spa

0,070 0,097 0,195 0,012 0,018 0,000 -

5. Le Meridien Bali

Jimbaran 3,691 0,663 1,321 0,061 0,065 1,521 -

6. Jimbaran Puri Bali 0,436 0,103 0,165 0,074 0,373 0,001 0,001

7. Keraton Jimbaran

Resort 0,922 0,329 0,572 0,327 0,046 0,001 0,001

8. Karma Jimbaran 0,803 0,208 0,540 0,167 0,722 0,009 0,002

Tabel 5.10 menunjukkan bahwa beban pencemaran air limbah antara hotel

peserta PROPER dan non PROPER tidak jauh berbeda. Beban pencemaran air

limbah hotel bintang lima tidak selalu lebih besar dari hotel bintang empat. Hal ini

bisa dilihat dari beban pencemaran untuk parameter BOD Karma Jimbaran lebih

besar dari Intercontinental Bali Resort.

5.2.5 Ketaatan perusahaan dalam pengelolaan air limbah

Hasil pengamatan terhadap sarana pengolahan air limbah pada delapan hotel

bintang empat dan lima di Kelurahan Jimbaran, terdapat bahwa hotel-hotel

Page 14: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

55

tersebut telah memiliki sarana IPAL untuk mengolah air limbah. Berdasarkan

kuisioner yang dibagikan kepada pengelola hotel terkait dengan kegiatan

pengelolaan air limbah, dapat dilihat perbandingan tingkat pengetahuan dan

pemahaman pengelola hotel antara yang sudah ikut PROPER dengan yang belum

ikut PROPER seperti terlihat pada Lampiran 1, dimana beberapa hotel non

PROPER telah melakukan ketentuan sesuai yang diamanatkan dalam peraturan

dan terdapat dua hotel yang belum melakukan kegiatan pengendalian pencemaran

air, yaitu Kayu Manis Jimbaran dan Karma Jimbaran.

5.3 Pengelolaan Limbah Udara/Gas

5.3.1 Sumber pencemar udara

Emisi (limbah udara) hotel dari sumber tidak bergerak berasal dari genset dan

boiler. Genset berfungsi sebagai cadangan listrik bila ada pemadaman listrik dari

PLN, sehingga pengoperasian genset tidak terjadwal, namun pemanasan (warming

up) rutin dilakukan setiap minggu. Boiler berfungsi menghasilkan uap untuk

keperluan laundry dan air panas. Seluruh hotel memiliki genset, namun tidak

semua hotel memiliki boiler. Hotel yang memiliki bolier adalah Intercontinental

Bali Resort, Four Season Resort Bali at Jimbaran dan Ayana Resort & Spa Bali.

Hotel lainnya sumber air panas berasal dari heat pump dan untuk keperluan

laundry bekerjasama dengan pihak ketiga. Hotel yang memiliki genset dan boiler

terbanyak adalah Ayana Resort & Spa Bali. Data genset dan boiler masing-masing

hotel dapat dilihat pada Tabel 5.11.

Page 15: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

56

Tabel 5.11

Data Genset dan Boiler

No Nama Hotel Data Genset Data Boiler

Jumlah Kapasitas Jumlah Kapasitas

Hotel PROPER

1. Intercontinental Bali

Resort

(lampiran 11. Gambar

9 – 12)

4 unit 1.250 KVA 2 unit 6 ton/hari

2. Four Season Resort

Bali at Jimbaran

(lampiran 11. Gambar

33 – 36)

4 unit 800 KVA 3 unit 2 unit @ 750

kg/jam

1 unit 1.600

kg/jam

3. Ayana Resort & Spa

Bali

(lampiran 11. Gambar

51 – 54)

4 unit 3 unit @

1.260 KVA

1 unit 1.700

KVA

8 unit 1.500 kg/jam

Hotel Non PROPER

4. Kayu Manis Jimbaran

Private Estate & Spa

(lampiran 11. Gambar

67)

1 unit 800 KVA - -

5. Le Meridien Bali

Jimbaran

(lampiran 11. Gambar

79 – 80)

2 unit 750 KVA - -

6. Jimbaran Puri Bali

(lampiran 11. Gambar

95 - 96)

1 unit 1.000 KVA - -

7. Keraton Jimbaran

Resort

(lampiran 11. Gambar

104 -105)

1 unit 550 KVA - -

8. Karma Jimbaran

(lampiran 11. Gambar

120 – 121)

2 unit 500 KVA - -

5.3.2 Kualitas udara emisi

Hotel yang telah mengukur kualitas udara emisi cerobong genset dan boiler

adalah Ayana Resort & Spa Bali, Intercontinental Bali Resort, Four Season

Resort Bali at Jimbaran dan Keraton Jimbaran Resort. Kualitas emisi cerobong

Page 16: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

57

genset dan boiler keempat hotel tersebut secara detail dapat dilihat pada Lampiran

2 sampai dengan 5. Kualitas udara emisi cerobong genset berdasarkan

kapasitasnya dapat dilihat pada Tabel 5.12.

Tabel 5.12

Kualitas Udara Emisi Cerobong Genset

No Kapasitas Genset

(KVA)

Hasil Uji

Lokasi NO2

(mg/m3)

SO2

(mg/m3)

Partikel

(mg/m3)

1. 1.700 1,49 6,39 45,80 Ayana Resort & Spa

Bali

2. 1.260 4,46 6,83 52,73 Ayana Resort & Spa

Bali

3. 1.250 2,74 6,63 56,96 Intercontinental Bali

Resort

4. 800 0,81 5,63 132,55 Four Season Resort

Bali at Jimbaran

5. 550 9,00 25,90 58,00 Keraton Jimbaran

Resort

Baku Mutu (Pergub

No. 8/2007)

1.000,00 800,00 350,00

Tabel 5.12 memperlihatkan bahwa semua hasil uji emisi cerobong genset

dibawah baku mutu yang ditetapkan. Untuk parameter NO2 tertinggi adalah

Keraton Jimbaran Resort dan terendah adalah Four Season Resort Bali at

Jimbaran. Untuk parameter SO2 tertinggi adalah Keraton Jimbaran Resort dan

terendah adalah Four Season Resort Bali at Jimbaran. Untuk parameter partikel

tertinggi adalah Four Season Resort Bali at Jimbaran dan terendah adalah Ayana

Resort & Spa Bali. Kualitas udara emisi cerobong boiler dapat dilihat pada Tabel

5.13.

Page 17: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

58

Tabel 5.13

Kualitas Udara Emisi Cerobong Boiler

No Kapasitas Boiler

(Kg/jam)

Hasil Uji

Lokasi NO2

(mg/m3)

SO2

(mg/m3)

Partikel

(mg/m3)

1. 6.000 1,92 11,25 22,55 Intercontinental

Bali Resort

2. 1.600 0,11 182,10 191,40 Four Season

Resort Bali at

Jimbaran

3. 1.500 1,83 10,18 30,30 Ayana Resort &

Spa Bali

4. 750 0,71 30,30 17,60 Four Season

Resort Bali at

Jimbaran

Baku Mutu

(Pergub No.

8/2007)

1.000,00 800,00 350,00

Tabel 5.13 memperlihatkan bahwa Four Season Resort Bali at Jimbaran

memiliki emisi tertinggi untuk parameter SO2 dan partikel, sedangkan NO2

tertinggi adalah Intercontinental Bali Resort.

5.3.3 Ketaatan terhadap kewajiban mengelola limbah udara/gas (emisi)

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap sumber emisi tidak bergerak yaitu

boiler dan genset, hotel yang belum memiliki sarana dan prasarana sampling pada

cerobong dan belum melakukan pengukuran/uji kualitas udara emisi cerobong

secara rutin oleh hotel non PROPER antara lain: Kayu Manis Jimbaran Private

Estate & Spa, Jimbaran Puri Bali, dan Karma Jimbaran. Penjelasan kegiatan

pengelolaan limbah udara/emisi lebih detail dapat dilihat pada Lampiran 6.

Page 18: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

59

5.4 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

5.4.1 Sumber, jenis dan volume limbah B3

Hotel yang belum mengidentifikasi dan mengiventarisasi jenis limbah B3

yang dihasilkan antara lain: Kayu Manis Jimbaran Private Estate & Spa, Jimbaran

Puri Bali, dan Karma Jimbaran. Hotel yang menghasilkan limbah B3 terbanyak

adalah Ayana Resort & Spa Bali yaitu sebesar 181,9 kg/bulan, dan paling sedikit

adalah Kayu Manis Jimbaran Private Estate & Spa sebesar 5,003 kg/bulan.

Volume limbah B3 masing-masing hotel dapat dilihat pada Tabel 5.14, sedangkan

data limbah B3 masing-masing hotel lebih detail dapat dilihat pada Lampiran 7.

Tabel 5.14

Volume Limbah B3 per Bulan

No

Jenis

Limbah

B3

Volume Limbah B3 (kg)

A B C D E F G H

1. Batere

bekas

1,800 0,500 45,500 1,200 30,000 0,300 5,900 3,000

2. Lampu

bekas

49,800 13,000 33,900 0,003 20,000 16,200 8,300 10,000

3. Aki bekas - 25,000 57,500 - 50,000 8,300 4,200

4. Oli bekas 30,000 15,000 45,000 3,800 3,000 12,000 4,500 12,000

5. Kain

majun

- 1,300 - - - - - -

6. Filter oli - - - - 0,420 0,420 0,400

7. Cartridge

bekas

- 1,000 - - - - - -

8. Kemasan

bekas B3

- 10,300 - - - - - -

Total 81,600 66,100 181,900 5,003 103,420 37,220 18,700 29,600

5.4.2 Prasarana pengelolaan limbah B3

Prasarana pengelolaan limbah B3 yang ada di hotel sebatas pada

penyimpanan sementara di gudang sebelum diserahkan kepada pihak ketiga untuk

Page 19: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

60

pengolahan lebih lanjut. Hotel yang belum memiliki tempat penyimpanan

sementara limbah B3 adalah Jimbaran Puri Bali dan Karma Jimbaran. Kedua hotel

tersebut belum memisahkan antara limbah B3 dengan sampah lainnya, sehingga

limbah-limbah tersebut tercampur menjadi satu di tempat penampungan sampah.

Ada juga hotel yang telah memiliki Tempat Penyimpanan Sementara (TPS)

limbah B3, tetapi masih terdapat sampah non B3 didalam TPS limbah B3, yaitu

Kayu Manis Jimbaran Private Estate & Spa, dan Le Meridien Jimbaran.

Ketersediaan dan kondisi TPS limbah B3 di masing-masing hotel dapat dilihat

pada Tabel 5.15.

Untuk pengelolaan limbah B3 lanjutan, pihak hotel bekerjasama dengan pihak

ketiga, yaitu pengangkut, pemanfaat/pengolah/penimbun. Hotel yang telah

melakukan pengelolaan limbah B3 lanjutan adalah Ayana Resort & Spa, Four

Season Resort Bali at Jimbaran, dan Bali Intercontinental.

5.4.3 Ketaatan terhadap kewajiban mengelola limbah B3

Berdasarkan kuisioner yang dibagikan kepada pengelola hotel terkait dengan

kegiatan pengelolaan limbah B3, dapat dilihat perbandingan tingkat pengetahuan

dan pemahaman pengelola hotel antara yang sudah ikut PROPER dengan yang

belum ikut PROPER pada Lampiran 8, dimana terlihat bahwa hotel peserta

PROPER sudah taat secara teknis dan administrasi dalam pengelolaan limbah B3,

sedangkan untuk hotel non PROPER, ada yang sama sekali belum mengelola

limbah B3nya seperti Jimbaran Puri Bali dan Karma Jimbaran.

Page 20: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

61

61

Tabel 5.15

Ketersediaan dan Kondisi TPS Limbah B3

No Uraian Hotel PROPER Hotel Non PROPER

A B C D E F G H

1. Ketersediaan

TPS Limbah

B3

Ada Ada Ada Ada Ada Tidak ada Ada Tidak ada

2. Kondisi

penyimpanan

limbah B3

Penyimpanan

dan

pengemasan

limbah B3

sudah sesuai

dengan

ketentuan

yang berlaku

(Lampiran

11. Gambar

13-18)

Penyimpanan

dan

pengemasan

limbah B3

sudah sesuai

dengan

ketentuan

yang berlaku

(Lampiran 11.

Gambar 37-

42)

- Kebersihan

TPS limbah

B3 kurang

terjaga

- Terkena

limpasan air

hujan

- Pengemasan

limbah B3

tidak sesuai

peraturan

- Penempatan

B3 dan

limbah B3

menjadi satu

(Lampiran 11.

Gambar 55-60)

- Limbah yang

disimpan

dalam TPS

limbah B3

bercampur

dengan

sampah

anorganik

seperti: kaca,

kertas, logam.

- Penempatan

dan

pengemasan

limbah B3

tidak sesuai

peraturan.

(Lampiran 11.

Gambar 68-71)

Limbah yang

disimpan dalam

TPS limbah B3

bercampur

dengan sampah

anorganik

seperti: kaca,

keramik.

(Lampiran 11.

Gambar 81-86)

- Limbah oli

bekas

disimpan di

r. genset.

- Limbah B3

lainnya

masih

bercampur

dengan

sampah

anorganik

yang

disimpan di

tempat

sampah

sementara

(Lampiran 11.

Gambar 97)

Penyimpanan

dan pengemasan

limbah B3

sudah sesuai

dengan

ketentuan yang

berlaku

(Lampiran 11.

Gambar 106-

111)

- Limbah oli

bekas

disimpan di

r. genset.

- Limbah B3

lainnya

masih

bercampur

dengan

sampah

anorganik

yang

disimpan di

tempat

sampah

sementara

Page 21: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

62

62

5.5 Pengelolaan Limbah Padat (Sampah)

5.5.1 Sumber, jenis dan volume sampah

Kedelapan hotel ini bekerjasama dengan pihak ketiga yaitu PT. Jimbaran

Lestari untuk pengelolaan sampah. Sumber dan jenis sampah yang dihasilkan

hotel sejenis yaitu termasuk sampah domestik, hanya volumenya yang berbeda,

hal tersebut dapat dilihat pada Lampiran 9. Hotel yang menghasilkan sampah

terbanyak adalah Ayana Resort & Spa yaitu sebesar 684,54 kg/hari dan paling

sedikit adalah Kayu Manis Jimbaran Private Estate & Spa sebesar 4,83 kg/hari.

Volume sampah masing-masing hotel berdasarkan jenisnya dapat dilihat pada

Tabel 5.16.

Tabel 5.16

Volume Sampah per Hari

No Jenis Sampah Volume Sampah (kg)

A B C D E F G H

1. Kertas 3,18 5,62 12,52 0,33 5,05 - 2,41 -

2. Logam 0,58 4,40 4,37 0,75 1,39 - 0,20 -

3. Kaca 1,19 1,67 7,58 1,85 1,53 - 0,49 -

4. Plastik 1,40 8,00 6,32 - 4,14 - 1,04 -

5. Lilin 0,23 0,39 2,77 - 0,12 - -

6. Organik:

- sampah

kebun

- sampah dapur

335,76 545,67 650,98

1,90

163,26

89,08

121,41 -

7. Campuran - - - - - 92,43 - 153,53

Total 342,34 565,75 684,54 4,83 175,49 181,51 125,55 153,53

5.5.2 Prasarana pengelolaan sampah

Pihak hotel bertanggungjawab untuk mengumpulkan sampah di area hotel

dan menampungnya di tempat penyimpanan sampah. Sampah yang terkumpul

belum terpilah, pemilahan sampah dilakukan oleh pihak ketiga karena ini sudah

Page 22: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

63

termasuk dalam perjanjian kerja sama, demikian pula dengan kegiatan

pengomposan. Bak sampah terpilah (organik dan anorganik) biasanya terdapat di

dapur, sedangkan di area publik tidak terdapat bak sampah terpilah. Gambar

prasarana pengelolaan sampah di masing-masing hotel dapat dilihat pada

Lampiran 11.

Pengambilan sampah oleh Jimbaran Lestari ke masing-masing hotel

dilaksanakan setiap hari yaitu pada pagi hari antara pukul 04.00 – 06.30 wita

dengan harga sesuai kontrak yang disepakati dan senantiasa bervariasi.

5.5.3 Ketaatan terhadap kewajiban mengelola sampah

Berdasarkan kuisioner yang dibagikan kepada pengelola hotel dan hasil

pengamatan di lapangan, hotel yang belum menginventarisasi jenis dan jumlah

sampah yang dihasilkan adalah Kayu Manis Jimbaran Private Estate & Spa,

Jimbaran Puri Bali, dan Karma Jimbaran. Untuk semua hotel baik PROPER

maupun non PROPER belum melaksanakan kegiatan pengelolaan sampah dengan

prinsip 3R (reduce, reuse, recycle). Kegiatan pemilahan sampah pun belum

dilakukan oleh hotel, hal ini dapat terlihat tidak tersedianya bak sampah terpilah

khususnya di tempat-tempat umum (public area). Tempat sampah terpilah (basah

dan kering) hanya tersedia di dapur, dikarenakan untuk penyimpanan sampah

basah (sisa makanan) disimpan dalam ruang pendingin untuk mencegah terjadinya

pembusukan sebelum diangkut pihak ketiga. Kegiatan pengelolaan sampah yang

dilakukan hotel dapat dilihat pada Lampiran 10.

Page 23: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

64

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Kinerja Pengelolaan Air Limbah

Berdasarkan Tabel 5.7 terdapat tiga hotel yang belum pernah mengukur debit

air limbah, yaitu: Kayu Manis Jimbaran Private Estate & Spa, Jimbaran Puri Bali dan

Karma Jimbaran. Menurut Qasim (1985), debit air limbah dapat dihitung dengan

pertimbangan 80% dari penggunaan air bersih. Bila dilihat dari tipe ketiga hotel

tersebut adalah berupa villa dengan kolam renang pribadi, maka tipe bangunannya

serupa dengan Four Season Resort Bali at Jimbaran, sehingga perhitungan debit

ketiga hotel tersebut menggunakan persentase debit air limbah dari penggunaan

air bersih Four Season Resort Bali at Jimbaran yaitu adalah sebesar 26,7% (Tabel

5.8).

Persentase debit air limbah dari penggunaan air bersih tidak selalu mencapai

80%, hal ini tergantung pada jenis/tipe bangunan hotel. Tipe bangunan villa

(dengan kolam renang pribadi), cottages dan kamar (building), berbeda-beda

besaran penggunaan air bersih dan debit air limbah yang dihasilkan. Bangunan

villa dengan kolam renang pribadi membutuhkan air bersih yang banyak, namun

air limbah yang dihasilkan kecil, karena air bersih banyak digunakan untuk

pengisian kolam dan biasanya penyiraman didalam villa juga menggunakan air

bersih, bukan air hasil olahan IPAL seperti yang terjadi di Keraton Jimbaran

Resort. Air backwash kolam renang diresapkan ke tanah, tidak mengalir ke IPAL,

sehingga tidak tercatat dalam flow meter di IPAL.

Page 24: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

65

Perbandingan antara kapasitas IPAL dengan debit air limbah yang diolah

berdasarkan Tabel 5.6 dan 5.7, maka seluruh hotel debit air limbah yang diolah

lebih kecil dari kapasitas IPAL nya, persentasenya sebagai berikut:

1. Intercontinental Bali Resort: kapasitas IPAL 600 m3/hari, rata-rata debit air

limbah 407,2 m3/hari, persentase air limbah yang diolah 67,8% dari kapasitas

IPAL;

2. Four Season Resort Bali at Jimbaran: kapasitas IPAL 380 m3/hari, rata-rata

debit air limbah 290,9 m3/hari; persentase air limbah yang diolah 76,6% dari

kapasitas IPAL;

3. Ayana Resort & Spa Bali: kapasitas IPAL 920 m3/hari, rata-rata debit air

limbah 571,8 m3/hari, persentase air limbah yang diolah 62,2% dari kapasitas

IPAL;

4. Kayu Manis Jimbaran Private Estate & Spa: kapasitas IPAL 10 m3/hari, rata-

rata debit air limbah 8,4 m3/hari, persentase air limbah yang diolah 84% dari

kapasitas IPAL;

5. Le Meridien Bali Jimbaran: kapasitas IPAL 150 m3/hari, rata-rata debit air

limbah 98,1 m3/hari, persentase air limbah yang diolah 65,4% dari kapasitas

IPAL;

6. Keraton Jimbaran: kapasitas IPAL 210 m3/hari, rata-rata debit air limbah 45,4

m3/hari, persentase air limbah yang diolah 21,6% dari kapasitas IPAL;

7. Jimbaran Puri Bali: kapasitas IPAL 30 m3/hari, rata-rata debit air limbah 24,9

m3/hari, persentase air limbah yang diolah 83% dari kapasitas IPAL.

Page 25: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

66

Untuk hotel Karma Jimbaran tidak bisa dibandingkan karena tidak tersedia data

kapasitas IPAL. Debit air limbah yang diolah melebihi kapasitas IPAL bisa

mempengaruhi kualitas air limbah yang dihasilkan. IPAL tidak bisa bekerja

optimal dikarenakan beban air limbah yang diolah melebihi kapasitasnya.

Faktor lain yang mempengaruhi kualitas air limbah adalah teknologi

pengolahan air limbah yang digunakan. Perencanaan IPAL dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain (Qasim, 1985): desain populasi, standar air olahan

yang diinginkan, karakteristik air limbah, efisiensi pengolahan, pemilihan proses

pengolahan, pemilihan peralatan pengolahan, ketersediaan energi dan sumber

daya, perencanaan ekonomi, dan lain-lain.

6.1.1 Proses pengolahan air limbah

Pengolahan limbah atau pembenahan air limbah, pada dasarnya adalah

membuang zat pencemar yang terdapat dalam air atau berubah bentuknya

sehingga menjadi tidak berbahaya lagi bagi kehidupan organisme (Mahida, 1993).

Pengolahan air limbah dilakukan secara bertahap melalui proses:

a. pengolahan primer, meliputi: penyaringan kasar, penangkap pasir dan

pengendapan I;

b. pengolahan sekunder, meliputi: tangki aerasi, tangki pengendapan;

c. pengolahan lanjutan, meliputi: pengolahan lumpur.

Dengan melihat proses diatas, maka pengolahan air limbah dapat dikelompokkan

menjadi tiga yaitu (Mahida, 1993):

Page 26: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

67

a. pengolahan secara fisik yang terjadi pada saringan kasar, penangkap pasir,

pengendapan I dan pengendapan II;

b. pengolahan secara biologi yang terjadi pada aerasi dan pengaktifan lumpur

karena pada proses tersebut terjadi pengaktifan mikroorganisme secara

aerobik;

c. pengolahan secara kimia yang terjadi pada aerasi karena pada bangunan ini

terjadi pengikatan oleh oksigen terhadap unsur maupun senyawa yang

terdapat pada air limbah.

Tabel 5.7 memperlihatkan bahwa seluruh IPAL hotel menggunakan proses

fisik, biologi dan kimia, hanya saja jumlah dan komposisi bak pengolahan

bervariasi. Bila dilihat dari output (kualitas air limbah) yang dihasilkan (Tabel

5.9), maka dapat disusun peringkat IPAL terbaik, yaitu sebagai berikut:

1. Intercontinental Bali Resort;

2. Ayana Resort & Spa Bali;

3. Four Season Resort Bali at Jimbaran;

4. Jimbaran Puri Bali;

5. Karma Jimbaran;

6. Le Meridien Bali Jimbaran;

7. Keraton Jimbaran Resort;

8. Kayu Manis Jimbaran Private Estate & Spa.

Intercontinental Bali Resort memiliki IPAL terbaik bila dibandingkan dengan

yang lain, dimana disini proses pengolahan lengkap, terdiri dari pengolahan

primer dan sekunder, serta berlangsung proses fisik, biologi dan kimia. Proses

Page 27: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

68

aerasi berlangsung selama 24 jam. Bila melihat parameter kunci yang umum

digunakan sebagai indikator kualitas air limbah yaitu BOD, COD dan TSS

(Santika dan Alaerts, 1984), maka kualitas air limbah Intercontinental Bali Resort

lebih baik dibanding hotel lainnya. Proses pengolahan air limbah paling sederhana

adalah Kayu Manis Jimbaran Private Estate & Spa dan Jimbaran Puri Bali, hanya

terdiri dari bak inlet - bak aerasi - bak penampung akhir, tidak terdapat bak

pengendapan. Jumlah kompartemen (bak) dan lamanya waktu aerasi berbanding

lurus dengan penurunan kadar BOD, COD dan TSS (Anwari dkk, 2011).

Untuk melihat kerja IPAL memang dilihat dari kualitas air limbah yang

dihasilkan, disamping juga harus melihat bagaimana sistem tersebut dioperasikan

serta bagaimana pemeliharaannya. Kualitas air limbah yang dihasilkan

mencerminkan kerja IPAL dengan tolok ukurnya adalah baku mutu air limbah.

Oleh karena itu, hotel sebaiknya melakukan evaluasi secara periodik untuk

mengetahui kerja IPALnya. Beban bahan organik (COD, BOD) air limbah yang

makin besar menyebabkan penurunan kemampuan degradasi IPAL, sehingga

tingkat efisiensi pengolahan mengalami penurunan. Untuk mengantisipasi

peningkatan beban bahan organik air limbah dimasa yang akan datang, maka

perlu dilakukan karakterisasi kondisi operasi dan optimasi proses pengolahan air

limbah sehingga diperoleh tingkat efisiensi pengolahan yang tinggi (Fitrahani dkk,

2012).

Page 28: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

69

6.1.2 Analisis Kualitas Air Limbah

Kualitas air limbah hotel untuk masing-masing parameter dapat diuraikan

seperti dibawah ini.

A. TSS (Total Suspended Solid)

Hotel yang memiliki kandungan TSS tertinggi adalah Le Meridien Bali

Jimbaran yaitu sebesar 37,62 mg/L dan terendah adalah Four Season Resort Bali

at Jimbaran yaitu sebesar 4,05 mg/L. Bila dibandingkan dengan baku mutu air

limbah, maka nilai TSS kedelapan hotel dibawah baku mutu yang ditetapkan.

Nilai TSS masing-masing hotel terlihat pada Gambar 6.1.

Gambar 6.1

Kualitas Air Limbah untuk Parameter TSS

Keterangan:

A : Intercontinental Bali Resort

B : Four Season Resort Bali at Jimbaran

C : Ayana Resort & Spa Bali

D : Kayu Manis Jimbaran Private Estate & Spa

E : Le Meridien Bali Jimbaran

F : Jimbaran Puri Bali

G : Keraton Jimbaran Resort

H : Karma Jimbaran

Page 29: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

70

Zat tersuspensi yang ada dalam air terdiri dari berbagai macam zat, misalnya

pasir halus, liat, dan lumpur alami yang merupakan bahan-bahan anorganik atau

dapat pula berupa bahan-bahan organik yang melayang-layang dalam air. Bahan-

bahan organik yang merupakan zat tersuspensi terdiri dari berbagai jenis senyawa

seperti selulosa, lemak, protein yang melayang-layang dalam air atau dapat juga

berupa mikroorganisme seperti bakteri, algae, dan sebagainya. Zat-zat padat yang

berada dalam suspensi dapat dibedakan menurut ukurannya sebagai partikel

tersuspensi koloidal (partikel koloid) dan partikel tersuspensi biasa (partikel

tersuspensi). Jenis partikel koloid tersebut adalah penyebab kekeruhan dalam air.

Air alam sebenarnya terdapat partikel-partikel dengan berbagai macam skala

ukuran, terlebih lagi air limbah yang mengandung banyak partikel yang bersifat

inorganis (tanah liat, kwarts) dan organis (protein, sisa tanaman, ganggang dan

bakteri). Keberadaan bahan inorganis dan organis ini dapat dihilangkan dengan

proses sedimentasi (Reynold dkk, 1996).

Berdasarkan diagram alir proses IPAL pada Tabel 5.7, seluruh air limbah

dialirkan masuk ke bak penampung awal, untuk mengendapkan partikel lumpur,

pasir, dan kotoran organik tersuspesi. Selain sebagai bak pengendapan, juga

berfungsi sebagai bak pengontrol aliran, serta bak pengurai senyawa organik yang

berbentuk padatan, sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur.

Proses disini berlangsung tidak terlalu lama sekitar 45-90 menit (Tchobanoglous

dkk, 2003), sehingga persentase penurunan kandungan lumpur tidak banyak,

sehingga diperlukan pengolahan lanjutan seperti proses pengendapan.

Page 30: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

71

Penelitian lain tentang pengolahan air limbah, kadar TSS dapat diturunkan

dengan penambahan kapur dengan dosis 1,1% dan ozonisasi selama 5 – 20 menit.

Pemberian ozon kedalam larutan limbah maka akan semakin banyak flok yang

terbentuk, sehingga flok-flok ini akan menyerap koloid-koloid air limbah. Hal ini

menyebabkan kadar TSS dalam limbah turun (Isyuniarto dkk, 2008). Pemberian

biji kelor sebagai koagulan juga dapat menurunkan TSS. Biji kelor mengandung

suatu zat aktif 4α-4r-rhamnosyloxy-benzyl-isothiocyanate yang berfungsi sebagai

protein kationik. Zat aktif ini dapat membantu menurunkan gaya tolak-menolak

antara partikel koloid dalam air. Prinsip utama mekanismenya adalah adsorbs dan

netralisasi tegangan protein tersebut. Ion-ion logam yang terlarut akan diadsorbsi

oleh biji kelor sedangkan koloid yang terbentuk akan terjadi netralisasi muatan

oleh protein yang terkandung dalam kelor tersebut. Efektivitas biji kelor dalam

menurunkan TSS sekitar 91,52 – 99,93% dengan dosis antara 0,5 – 1,50 gr/L

(Nugreha, 2010).

Untuk penurunan kandungan TSS lebih lanjut, pihak hotel dapat

menggunakan sistem wetland. Tanaman yang digunakan antara lain: melati air

dan bambu air. Tanaman melati air mampu menurunkan kandungan TSS sebanyak

34 mg/L dan tanaman bambu air mampu menurunkan kandungan TSS sebanyak

33 mg/L (Made dkk, 2013). Selain berfungsi untuk memperindah taman, tanaman

ini mampu mereduksi bahan pencemar, hal ini dapat memberikan manfaat ganda

bagi hotel.

Page 31: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

72

B. Derajat Keasaman (pH)

Hotel yang memiliki nilai pH tertinggi adalah Kayu Manis Jimbaran Private

Estate & Spa dan Keraton Jimbaran Resort yaitu sebesar 7,6, terendah adalah

Intercontinental Bali Resort yaitu sebesar 6,85. Bila dibandingkan dengan baku

mutu air limbah, maka nilai pH kedelapan hotel masih berada diantara range baku

mutu yang ditetapkan. Nilai pH masing-masing hotel terlihat pada Gambar 6.2.

Gambar 6.2

Kualitas Air Limbah untuk Parameter pH

pH menunjukkan kadar asam atau basa dalam suatu larutan. pH merupakan

parameter yang penting dan praktis karena banyak reaksi-reaksi kimia dan

biokimia yang penting berlangsung pada pH tertentu atau kisaran pH yang sempit.

Batas toleransi organisme perairan terhadap pH bervariasi dan dipengaruhi oleh

banyak faktor meliputi suhu, oksigen terlarut, alkalinitas, adanya anion dan kation

serta organisme (Mahida, 1993). Limbah domestik biasanya mempunyai pH

mendekati netral (Jenie dkk, 1993), ini bisa dilihat pH air limbah hotel berkisar

antara 6,85 – 7,6.

Page 32: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

73

Nilai pH berpengaruh terhadap jumlah kompartemen dan lamanya waktu

aerasi. Seiring banyaknya jumlah kompartemen dan lamanya waktu aerasi,

kecenderungan nilai pH yang didapatkan makin besar (Anwari dkk, 2011).

C. BOD (Biological Oxygen Demand)

Hotel yang memiliki kandungan BOD tertinggi adalah Kayu Manis Jimbaran

Private Estate & Spa yaitu sebesar 11,602 mg/L dan terendah adalah

Intercontinental Bali Resort yaitu sebesar 1,158 mg/L. Bila dibandingkan dengan

baku mutu air limbah, maka nilai BOD kedelapan hotel dibawah baku mutu yang

ditetapkan. Nilai BOD masing-masing hotel terlihat pada Gambar 6.3.

Gambar 6.3

Kualitas Air Limbah untuk Parameter BOD

BOD merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk

menguraikan (mengoksidasikan) hampir semua zat organis yang terlarut dan

sebagian zat-zat organis yang tersuspensi dalam air (Santika dan Alaerts, 1984).

Jenis bakteri yang mampu mengoksidasi zat organis, pada umumnya berada di

Page 33: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

74

setiap air alam, sehingga tidak selalu perlu ditambahkan bakteri untuk

mengoksidasi zat organis dalam air buangan. Adanya bahan organik dalam air

buangan limbah akan merangsang pertumbuhan mikroorganisme perairan dan

dengan kehadiran material organik dalam jumlah besar menimbulkan

bertambahnya jumlah populasi mikroorganisme perairan. Jika limbah organik

yang dilepaskan ke perairan semakin banyak, nilai BOD akan semakin meningkat

pula. Hal ini mengakibatkan menurunnya kandungan oksigen terlarut dalam air,

sehingga terjadi defisiensi oksigen (Mahida, 1993).

Uji BOD ini dilakukan dalam waktu inkubasi 5 hari pada temperatur 20oC

dan disingkat BOD5. Reaksi oksidasi zat organis dengan oksigen didalam air

dengan waktu 5 hari dimana sebanyak 75% zat organis teroksidasi. Uji BOD juga

dapat dipergunakan untuk menaksir beban pencemaran zat organis pada badan air

sungai, air danau maupun di instalasi pengolahan air limbah yang menerima air

buangan yang mengandung zat organis tersebut (Santika dan Alaerts, 1984).

Pada penelitian lain, Setiarini, dkk (2013), kandungan BOD dapat diturunkan

dengan menggunakan sistem wetland dengan tumbuhan kana (Canna indica) dan

biofilter. Konsentrasi organik BOD diremoval dengan baik oleh mikroba yang

melekat di akar tumbuhan. Nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroba yang hidup di

akar tumbuhan berasal dari karbon organik yang ada pada tumbuhan kana yang

dihasilkan dari proses fotosintesis. Selain itu, mikroba akar juga menyerap

kandungan air limbah sebagai nutrisi makanannya, seperti asam amino pada

lemak dan protein serta vitamin yang larut dalam air. Efisiensi removal BOD

menggunakan tumbuhan kana dapat mencapai 95%. Bila hotel mengembangkan

Page 34: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

75

sistem wetland, maka akan dapat meningkatkan kualitas air limbah yang

dihasilkan, sebaiknya tanaman yang dipilih tidak untuk dikonsumsi.

D. COD (Chemical Oxygen Demand)

Hotel yang memiliki kandungan COD tertinggi adalah Kayu Manis Jimbaran

Private Estate & Spa yaitu sebesar 23,184 mg/L dan terendah adalah

Intercontinental Bali Resort yaitu sebesar 2,116 mg/L. Bila dibandingkan dengan

baku mutu air limbah, maka nilai COD kedelapan hotel dibawah baku mutu yang

ditetapkan. Nilai COD masing-masing hotel terlihat pada Gambar 6.4.

Gambar 6.4

Kualitas Air Limbah untuk Parameter COD

Untuk mengetahui jumlah bahan organik di dalam air dapat dilakukan uji

yang lebih cepat dari uji BOD5 yaitu berdasarkan reaksi kimia dari suatu bahan

oksidan, uji tersebut disebut uji COD, yaitu suatu uji yang menentukan jumlah

oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan, misalnya kalium dikromat, untuk

mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat didalam air. COD biasanya

Page 35: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

76

menghasilkan nilai kebutuhan oksigen yang lebih tinggi dari uji BOD5 karena

bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi dan mikroorganisme dapat ikut

teroksidasi dalam uji COD, seperti selulosa (Fardiaz, 1992).

Salah satu metode efektif dalam menurunkan kadar COD salah satunya

adalah dengan teknik fito-biofilm yang merupakan kombinasi teknologi pengolahan air

limbah dengan menggunakan tanaman kangkung air dan biofilm yang terbentuk dari

media sarang tawon. Teknik fito-biofilm ini mampu menurunkan parameter COD sebesar

95 % (Marlisa, 2012).

E. NH3 (Ammonia)

Hotel yang memiliki kandungan NH3 tertinggi adalah Keraton Jimbaran

Resort yaitu sebesar 7,211 mg/L dan terendah adalah Intercontinental Bali Resort

dan Four Season Resort Bali at Jimbaran yaitu sebesar 0,096 mg/L. Bila

dibandingkan dengan baku mutu air limbah, maka semua sampel melebihi baku

mutu yang ditetapkan. Nilai NH3 masing-masing hotel terlihat pada Gambar 6.5.

Gambar 6.5

Kualitas Air Limbah untuk Parameter NH3

Page 36: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

77

Nitrogen yang berada di air dapat bersumber dari air seni, tinja, sisa makanan,

zat kimia dan lainnya. Urin dan zat organik lainnya yang masuk kedalam air

kebanyakan akan berubah menjadi amonia. Amonia akan dikonsumsi oleh bakteri

autothrop sehingga terkonversi menjadi nitrit dan selanjutnya menjadi nitrat,

proses ini disebut nitrifikasi. Nitrat selanjutnya diproses oleh bakteri heterothrop

sehingga berubah kembali menjadi gas nitrogen yang kemudian kembali ke udara,

proses ini disebut denitrifikasi.

Agar proses nitrifikasi dapat berjalan baik, maka perlu dijaga kondisi

lingkungan agar bakteri autothrop dapat berkembang. Bakteri jenis autothrop,

memerlukan beberapa kondisi optimal dalam perkembangan dan aktivitasnya.

Beberapa syarat kondisi tersebut adalah nilai DO (oksigen terlarut) dan juga

dalam kondisi yang hangat selain itu pH tetap dalam rentang 6,8-7,5 karena diluar

rentang tersebut bakteri autothrop tidak akan aktif sehingga proses nitrifikasi tidak

adakan terjadi. Tanpa ketiga syarat tadi, proses nitrifikasi tidak akan berjalan

sempurrna.

Proses nitrifikasi (proses berubahnya amonia menjadi ion nitrat) adalah

proses yang sangat membutuhkan oksigen. Sebagai gambaran, proses penguraian

1 mg BOD didalam air, memerlukan 1 mg oksigen. Pada proses penguraian 1,2

mg amonia memerlukan 4,6 mg oksigen. Berdasarkan proses yang ada di IPAL

dengan menggunakan sistem aerasi, ternyata belum mampu menurunkan kadar

amonia. Penambahan bahan kimia mampu menurunkan kadar amonia, seperti

pada penelitian Prihananto (2006), yaitu dengan menggunakan chlor tablet

Page 37: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

78

sebagai oksidator pada air limbah. Dosis efektif yang diberikan adalah 30 g/L

mampu menurunkan kadar NH3 sebesar 65,39%.

F. NO2 (Nitrit)

Hotel yang memiliki kandungan NO2 tertinggi adalah Le Meridien Bali

Jimbaran yaitu sebesar 15,501 mg/L, sedangkan kandungan NO2 terendah adalah

Intercontinental Bali Resort dan Kayu Manis Jimbaran Private Estate & Spa yaitu

sebesar 0,004 mg/L. Bila dibandingkan dengan baku mutu air limbah, maka nilai

NO2 dua hotel diatas baku mutu yang ditetapkan, yaitu: Le Meridien Bali

Jimbaran dan Karma Jimbaran. Nilai NO2 masing-masing hotel terlihat pada

Gambar 6.7.

Gambar 6.6

Kualitas Air Limbah untuk Parameter NO2

Adanya kandungan nitrit dalam limbah menunjukkan sedikit dari senyawa

nitrogen organik yang mengalami oksidasi. Kandungan nitrit hanya sedikit dalam

limbah baru, tetapi dalam limbah basi ditemukan kandungan nitrit dalam jumlah

besar (Mahida, 1993), hal ini dapat terlihat pada air limbah Le Meridien Jimbaran,

kemungkinan pada saat sampling, air limbah sudah berada di IPAL untuk

Page 38: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

79

beberapa lama sehingga amonia sudah teroksidasi menjadi nitrit. Operasional

aerator di Le Meridien di setting secara automatis tergantung dari tingkat hunian

hotel. Tingkat hunian > 60% maka dua unit blower beroperasi 24 jam, bila tingkat

hunian < 60% dua unit blower beroperasi selama 12 secara bergantian. Pada saat

penelitian, tingkat hunian hotel < 60%, sehingga blower beroperasi belum cukup

menguraikan nitrit agar menjadi nitrat.

Kandungan nitrit ini dapat diturunkan salah satunya dengan menggunakan

arang aktif, seperti pada penelitian Irmanto (2009) yang menggunakan ampas kopi

sebagai arang aktif. Ampas kopi ini berfungsi sebagai adsorben atau bahan

penyerap yang dapat menurunkan kadar nitrit hingga 52,35% pada pH optimum 7

dan waktu kontak 30 menit.

G. NO3 (Nitrat)

Hotel yang memiliki kandungan NO3 tertinggi adalah Intercontinental Bali

Resort yaitu sebesar 17,378 mg/L dan terendah adalah Le Meridien Bali Jimbaran

yaitu sebesar 0,66 mg/L. Bila dibandingkan dengan baku mutu air limbah, maka

nilai NO3 empat hotel diatas baku mutu yang ditetapkan, yaitu: Intercontinental

Bali Resort, Four Season Resort Bali at Jimbaran, Jimbaran Puri Bali, dan Karma

Jimbaran. Nilai NO3 masing-masing hotel terlihat pada Gambar 6.6.

Nitrat berasal dari limbah domestik atau dari nitrit yang mengalami proses

nitrifikasi. Bahan organik berupa protein yang terdapat dalam air limbah

terdekomposisi menjadi amonia dengan bantuan mikroorganisme pengurai yang

terdapat dalam air limbah. Pada kondisi aerobik amonia teroksidasi menjadi nitrit,

Page 39: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

80

kemudian nitrit dioksidasi lagi menjadi nitrat, sehingga senyawa kimia yang

paling banyak ditemukan adalah nitrat.

Gambar 6.7

Kualitas Air Limbah untuk Parameter NO3

Nitrat dapat menyebabkan pencemaran karena dapat menimbulkan eutrofikasi

sehingga mengurangi jumlah oksigen terlarut dan menaikkan BOD5. Proses

pengolahan air limbah yang ada di hotel berupa sistem aerasi mampu

mengoksidasi amonia hingga menjadi nitrat, namun bila dibandingkan dengan

baku mutu air limbah, dimana terdapat empat hotel yang melewati baku mutu,

maka diperlukan adanya tambahan proses lagi, seperti penggunaan arang aktif

yang mampu menurunkan kandungan nitrat. Seperti pada penelitian Irmanto

(2009), kandungan nitrat dapat diturunkan dengan menggunakan arang aktif dari

ampas kopi. Pada pH optimum 7 dan waktu kontak 30 menit, persentase

penurunan kadar nitrat 86,40%.

Page 40: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

81

Kelebihan zat nitrogen didalam air, baik dalam bentuk ammonia maupun

nitrat dan nitri dapat memberikan efek yang merugikan karena dapat meracuni

makhluk hidup di air dan mempercepat proses tumbuhnya alga yang merugikan.

H. H2S (Sulfida)

Hotel yang memiliki kandungan H2S tertinggi adalah Jimbaran Puri Bali yaitu

sebesar 0,051 mg/L, sedangkan empat hotel lainnya tidak terdeteksi kandungan

H2S yaitu Four Season Resort Bali at Jimbaran, Ayana Resort & Spa Bali, Kayu

Manis Jimbaran Private Estate & Spa, Le Meridien Bali Jimbaran, dan Jimbaran

Puri Bali. Bila dibandingkan dengan baku mutu air limbah, maka nilai H2S

keempat hotel diatas baku mutu yang ditetapkan, yaitu: Intercontinental Bali

Resort, Jimbaran Puri Bali, Keraton Jimbaran, dan Karma Jimbaran. Nilai H2S

masing-masing hotel terlihat pada Gambar 6.8.

Gambar 6.8

Kualitas Air Limbah untuk Parameter H2S

Page 41: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

82

Pada air limbah, sulfida merupakan hasil pembusukan zat organik berupa

hidrogen sulfida (H2S) oleh bakteri. Hidrogen sulfida yang diproduksi oleh

mikroorganisme pembusuk dari zat-zat organik bersifat racun terhadap ganggang

dan mikroorganisme lainnya, tetapi sebaliknya hidrogen sulfida dapat digunakan

oleh bakteri fotosintetik sebagai donor elektron/hidrogen untuk mereduksi

karbondioksida (CO2). Hasil pembusukan zat-zat organik tersebut menimbulkan

bau busuk yang tidak menyenangkan pada lingkungan sekitarnya. Proses

pengolahan secara anaerob dapat menghasilkan gas H2S. Oleh karena itu, perlu

ditambahkan proses aerob dengan bantuan kompresor udara (Afif dkk, 2011).

6.1.3 Analisis beban pencemaran air limbah

Beban pencemaran adalah jumlah suatu unsur pencemar yang terkandung

dalam air atau air limbah. Beban pencemaran air limbah hotel bervariasi

tergantung pada debit dan kualitas air limbah. Bila beban pencemaran dilihat dari

masing-masing parameter, maka Intercontinental Bali Resort memiliki 3 (tiga)

beban pencemaran tertinggi untuk parameter BOD, COD dan NO3. Air limbah

hotel ini memang secara tidak langsung dibuang ke badan air (sungai, laut) karena

dimanfaatkan untuk penyiraman taman atau pengisian air kolam ikan, sehingga

tidak langsung mempengaruhi beban air sungai/laut. Selain itu belum ada regulasi

terkait beban pencemaran air limbah maksimum yang diperbolehkan bagi hotel

untuk membuang ke lingkungan, baru sebatas pada baku mutu air limbah saja,

sehingga belum ada pengendalian debit air limbah.

Page 42: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

83

Kinerja hotel dalam pengelolaan limbah cair (air limbah) dengan melihat

pemenuhan ketentuan teknis (pemasangan flow meter, pengujian kualitas air

limbah) dan administrasi (perizinan dan pelaporan), hotel peserta PROPER lebih

baik daripada non PROPER. Bila dilihat dari pemenuhan baku mutu air limbah,

maka kinerja IPAL hotel peserta PROPER lebih baik daripada non PROPER, ini

dapat dilihat dari jumlah parameter yang mebihi baku mutu terbanyak, yaitu

sebanyak 4 (empat) parameter: NH3, NO3, NO2 dan H2S adalah Karma Jimbaran

(non PROPER).

6.2 Kinerja Pengelolaan Limbah Udara/Gas

Empat hotel yang telah mengukur kualitas udara emisi cerobong genset

boiler, yaitu: Ayana Resort & Spa, Four Season Resort Bali at Jimbaran, Bali

Intercontinental dan Keraton Jimbaran.

6.2.1 Analisis kualitas emisi genset

Hotel yang memiliki kadar NO2 tertinggi adalah Keraton Jimbaran yaitu

sebesar 9 mg/m3 dan terendah adalah Four Season Resort Bali at Jimbaran yaitu

sebesar 0,805 mg/m3.

Bila dibandingkan dengan baku mutu, maka seluruh hasil uji

emisi genset keempat hotel dibawah baku mutu. Kandungan NO2 keempat hotel

dapat dilihat pada Gambar 6.9.

Page 43: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

84

Gambar 6.9

Kualitas Emisi Cerobong Genset untuk Parameter NO2

Hotel yang memiliki kadar SO2 tertinggi adalah Keraton Jimbaran yaitu

sebesar 25,9 mg/m3 dan terendah adalah Four Season Resort Bali at Jimbaran

yaitu sebesar 5,625 mg/m3.

Bila dibandingkan dengan baku mutu, maka seluruh

hasil uji emisi genset keempat hotel dibawah baku mutu. Kandungan SO2 keempat

hotel dapat dilihat pada Gambar 6.10.

Gambar 6.10

Kualitas Emisi Cerobong Genset Parameter SO2

Page 44: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

85

Hotel yang memiliki kadar partikel tertinggi adalah Four Season Resort Bali

at Jimbaran yaitu sebesar 132,55 mg/m3 dan terendah adalah Ayana Resort & Spa

Bali yaitu sebesar 45,8 mg/m3.

Bila dibandingkan dengan baku mutu, maka

seluruh hasil uji emisi genset keempat hotel dibawah baku mutu. Kandungan

partikel keempat hotel dapat dilihat pada Gambar 6.11.

Gambar 6.11

Kualitas Emisi Cerobong Genset Parameter Partikel

Kapasitas genset besar tidak selalu menghasilkan emisi tinggi, demikian pula

kapasitas genset kecil tidak selalu menghasilkan emisi lebih rendah. Tinggi

rendahnya emisi genset dipengaruhi oleh waktu operasional, rutinitas

pemeliharaan, usia genset, periode penggantian filter oli, serta kualitas bahan

bakar.

Emisi gas buang pada engine diesel genset dapat diturunkan dengan

menggunakan alat penghemat BBM Electric Fuel Treatment (EFT) dengan beban

statis, seperti pada penelitian Hariyadi dkk (2013). Uji terap EFT berupa

Page 45: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

86

konfigurasi pemasangan EFT baik secara seri maupun parallel mampu

memperoleh efisiensi BBM rata-rata sebesar 6,58% pada beban 60% dan

penurunan kadar emisi gas buang antara 20-24%.

6.2.2 Analisis kualitas emisi boiler

Hotel yang memiliki boiler adalah Ayana Resort & Spa, Four Season Resort

Bali at Jimbaran, Bali Intercontinental Hotel dan kesemuanya telah mengukur

kualitas emisi cerobong boilernya. Kapasitas boiler besar tidak selalu

menghasilkan emisi tinggi, demikian pula kapasitas boiler kecil tidak selalu

menghasilkan emisi lebih rendah. Tinggi rendahnya emisi boiler dipengaruhi oleh

waktu operasional, rutinitas pemeliharaan, usia boiler, serta kualitas bahan bakar.

Hotel yang memiliki kadar NO2 tertinggi adalah Bali Intercontinental yaitu

sebesar 1,92 mg/m3 dan terendah adalah Four Season Resort Bali at Jimbaran

yaitu sebesar 0,11 mg/m3.

Bila dibandingkan dengan baku mutu, maka seluruh

hasil uji emisi boiler dibawah baku mutu. Kandungan NO2 ketiga hotel dapat

dilihat pada Gambar 6.12.

Metode pengendalian emisi NOx pada boiler terdiri dari pemilihan bahan

bakar rendah nitrogen, metode pengendalian proses pembakaran, serta

menggunakan bahan kimia pengurai NOx menjadi N2 dan H2O (http://artikel-

teknologi.com/metode-mengendalikan-emisi-no2-pada-gas-buang-boiler/).

Page 46: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

87

Gambar 6.12

Kualitas Emisi Cerobong Boiler Parameter NO2

Hotel yang memiliki kadar SO2 tertinggi adalah Four Season Resort Bali at

Jimbaran yaitu sebesar 182,1 mg/m3 dan terendah adalah Ayana Resort & Spa

Bali yaitu sebesar 10,18 mg/m3.

Bila dibandingkan dengan baku mutu, maka

seluruh hasil uji emisi boiler dibawah baku mutu. Kandungan SO2 ketiga hotel

dapat dilihat pada Gambar 6.13.

Gambar 6.13

Kualitas Emisi Cerobong Boiler Parameter SO2

Page 47: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

88

Metode pengendalian emisi SO2 pada boiler terdiri dari mengganti bahan

bakar boiler dengan gas alam (dapat mengurangi emisi SO2 sampai dengan 0%)

atau bahan bakar rendah sulfur, memodifikasi sistem pembakaran serta

memodifikasi sistem setelah proses pembakaran (http://artikel-

teknologi.com/metode-mengendalikan-emisi-so2-pada-gas-buang-boiler/).

Untuk skala industri, teknologi pembersihan gas buang SO2 dan NOx dengan

menggunakan teknik iradiasi berkas elektron yang lebih dikenal dengan istilah

EBFGT (Electron Beam Flue Gas Treatment). Teknologi ini dapat mengurangi

kadar polutan gas buang SO2 dan NOx secara bersamaan sampai batas ambang

aman untuk lingkungan (Sudjatmoko, 2008).

Hotel yang memiliki kadar partikel tertinggi adalah Four Season Resort Bali

at Jimbaran (boiler kapasitas 1.600 kg/jam) yaitu sebesar 191,4 mg/m3 dan

terendah adalah Four Season Resort Bali at Jimbaran (boiler kapasitas 750

kg/jam) yaitu sebesar 17,6 mg/m3.

Bila dibandingkan dengan baku mutu, maka

seluruh hasil uji emisi boiler dibawah baku mutu. Kandungan partikel ketiga hotel

dapat dilihat pada Gambar 6.14.

Kinerja hotel dalam pengelolaan limbah udara/emisi, dilihat dari pemenuhan

ketentuan teknis (sarana dan prasarana sampling dan pengujian kualitas emisi) dan

administrasi (pelaporan), hotel peserta PROPER lebih baik daripada non

PROPER. Bila dilihat dari pemenuhan baku mutu emisi, maka kinerja hotel

peserta PROPER dan non PROPER baik, karena semua hasil uji emisi dibawah

baku mutu yang ditetapkan.

Page 48: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

89

Gambar 6.14

Kualitas Emisi Cerobong Boiler Parameter Partikel

6.3 Kinerja Pengelolaan Limbah B3

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap sarana pengelolaan limbah B3 pada

delapan hotel bintang empat dan lima di Kelurahan Jimbaran, terdapat bahwa

hotel peserta PROPER telah memiliki Tempat Penyimpanan Sementara (TPS)

limbah B3, sedangkan hotel non PROPER yang telah memiliki TPS limbah B3

adalah Le Meridien Jimbaran, Kayu Manis Jimbaran dan Keraton Jimbaran,

sedangkan hotel yang lain limbah B3 nya masih tercampur dengan sampah

anorganik. Hal tersebut dilakukan karena minimnya pembinaan Pemda kepada

perusahaan dan kurangnya pendidikan dan pelatihan karyawan terhadap

pengelolaan limbah padat B3 (Dhani dkk, 2013).

Limbah B3 merupakan limbah yang dihasilkan dari kegiatan industri atau

kegiatan lain, harus diupayakan pengelolaannya karena apabila dibuang secara

langsung kedalam lingkungan dapat membahayakan bagi manusia dan ekosistem

Page 49: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

90

lingkungan. Pengolahan limbah B3 dimaksudkan untuk dapat sedikit mungkin

diminimalisir jika perlu diusahakan sampai nol sehingga tidak membahayakan

bagi kehidupan, untuk itu perlu diupayakan pemanfaatan teknologi guna

mendukung pelaksanaan pengelolaan limbah B3 dengan sistem 3R (Reduce,

Reuse, dan Recycle) (Nugroho, 2013).

Salah satu limbah B3 yang dihasilkan industri perhotelan adalah oli atau

minyak pelumas bekas. Suatu metode pengolahan yang dapat mereduksi zat

pencemar yang ditimbulkan oleh minyak pelumas bekas, salah satunya adalah

metode Acid Clay Treatment dengan menggunakan adsorben kaolin yang telah

diaktivasi dengan asam sulfat, dimana dapat menurunkan kadar Pb sebesar

56,71% pada 150 mL minyak pelumas bekas, konsentrasi adsorben 10 gram,

waktu kontak 10 menit dan pH 4,4 (Pratiwi, 2013).

Kinerja hotel dalam pengelolaan limbah B3, dilihat dari pemenuhan ketentuan

teknis (sarana TPS limbah B3) dan administrasi (perizinan dan pelaporan), hotel

peserta PROPER lebih baik daripada non PROPER. Hotel non PROPER yaitu

Jimbaran Puri Bali dan Karma Jimbaran sama sekali belum mengidentifikasi jenis

limbah B3 yang dihasilkan serta belum memiliki TPS limbah B3.

6.4 Kinerja Pengelolaan Sampah

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap sarana pengelolaan sampah pada

delapan hotel bintang empat dan lima di Kelurahan Jimbaran, terdapat bahwa

semua hotel bekerjasama dengan pihak ketiga untuk pengolahan sampah, pihak

hotel hanya mengumpulkan dan menampung sampah di tempat penampungan

Page 50: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

91

sampah hotel. Baik hotel PROPER maupun non PROPER, belum tersedia bak

sampah terpilah khususnya di tempat umum (public area), tempat sampah terpilah

(sampah basah dan kering) hanya tersedia di dapur. Untuk sampah dapur (kitchen

waste) disimpan dalam ruang pendingin untuk memperlambat proses pembusukan

dan mengurangi bau.

Sampah yang dihasilkan oleh kegiatan hotel dapat dioptimalkan dan prospek

pengembangannya yaitu daur ulang untuk sampah jenis plastik dan kertas, serta

composting untuk sampah jenis sisa makanan dan sisa halaman (Sofyan, 2014).

Salah satu kegiatan daur ulang sampah plastik adalah mengolahnya menjadi

minyak. Hal ini dilakukan karena pada dasarnya plastik berasal dari minyak bumi,

sehingga tinggal dikembalikan ke bentuk semula. Minyak pirolisis dari sampah

plastik ini memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan karakteristik

minyak diesel (Ramadhan dkk, 2012).

Kinerja hotel dalam pengelolaan limbah padat (sampah), dilihat dari kegiatan

pemilahan sampah, hotel peserta PROPER dan non PROPER sama-sama belum

melakukan kegiatan tersebut. Dilihat dari administrasi (pelaporan), hotel peserta

PROPER lebih baik daripada non PROPER, karena sudah melaporkan secara

rutin kepada instansi terkait. Hotel non PROPER yang sudah melaporkan kegiatan

pengelolaan sampah secara rutin kepada instansi terkait adalah Le Meridien

Jimbaran dan Keraton Jimbaran.

Secara keseluruhan, tercermin bahwa kinerja hotel dalam pengelolaan limbah

cair, udara, B3 dan sampah, dari sisi pemenuhan ketentuan teknis dan

Page 51: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

92

administrasi, menunjukkan kinerja hotel peserta PROPER lebih baik daripada

hotel non PROPER.

Belum banyak hotel yang mengikuti PROPER, baru sekiar 21% dari seluruh

hotel bintang empat dan lima di Provinsi Bali yang sudah mengikuti PROPER.

Hal ini disebabkan karena keterbatasan dana dan SDM dari pemerintah untuk

melakukan evaluasi PROPER. Sedangkan dari pihak perusahaan, belum banyak

perusahaan yang mengetahui tentang PROPER meskipun itu adalah program

Nasional. Pada awalnya perusahaan yang mengikuti PROPER banyak terdapat

kekurangan, namun seiring dengan pembinaan yang dilakukan secara

berkelanjutan, perusahaan terus meningkatkan kinerjanya sehingga mendapatkan

peringkat terbaik. Keuntungan yang diperoleh perusahaan yang mengikuti

PROPER dengan peringkat taat (peringkat Biru, Hijau, dan Emas) adalah

mendapatkan kemudahan memperoleh kredit dari bank (BUMN) karena

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah bekerjasama dengan bank

tersebut dan menginformasikan daftar perusahaan yang taat dalam penilaian

PROPER. Bagi perusahaan yang tidak taat (peringkat Merah dan Hitam),

disinsentif yang diperoleh adalah blowup hasil pemeringkatan PROPER di media

massa, sehingga diharapkan dapat menjadi efek jera bagi perusahaan dan

berupaya untuk meningkatkan kinerja pengelolaan lingkungannya.

Page 52: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

93

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Hotel peserta PROPER menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan

dengan hotel non PROPER dalam pengelolaan limbah cair, udara, B3 dan

sampah. Demikian juga kinerja IPAL hotel peserta PROPER lebih baik

dibandingkan dengan hotel non PROPER. Pengelola hotel non PROPER belum

sepenuhnya mampu melakukan kewajiban dalam memantau dan mengelola

limbah hotel.

7.2 Saran

1. Hotel non PROPER agar meningkatkan kinerja pengelolaan limbahnya

khususnya untuk hotel: Kayu Manis Jimbaran, Jimbaran Puri Bali, dan Karma

Jimbaran. Disarankan hoel yang bersangkutan melakukan kegiatan

pengendalian pencemaran air yang meliputi: menguji kualitas air limbah

setiap bulan dan mengajukan permohonan Izin Pembuangan Limbah Cair

(IPLC); kegiatan pengendalian pencemaran udara yang meliputi:

menyediakan prasarana sampling emisi dan menguji kualitas emisi cerobong;

kegiatan pengelolaan limbah B3 yang meliputi: mendata jenis dan volume

limbah B3 yang dihasilkan, menyediakan bangunan TPS limbah B3, dan

mengajukan izin TPS limbah B3; serta kegiatan pengelolaan sampah yang

meliputi menginventarisasi jumlah dan jenis sampah yang dihasilkan.

Page 53: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

94

2. Menyediakan tempat sampah terpilah dan melaksanakan metode 3R (Reuse,

Reduce dan Recycle) bagi seluruh hotel. Dengan kondisi sampah yang sudah

terpilah antara sampah organik dan anorganik akan dapat meningkatkan nilai

ekonomi sampah tersebut.

Page 54: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

95

DAFTAR PUSTAKA

Afif, M., Oktiawan, W., dan Sumiyati, S. 2011. ”Evaluasi dan Optimalisasi

Instalasi Pengolahan Air Limbah Perikanan, Kota Pekalongan” (tesis).

Semarang: Universitas Diponegoro.

Anwari, F., Muslim, G.R., Hadi, A., dan Mirwan, A. 2011. Studi Penurunan

Kadar BOD, COD, TSS dan pH Limbah Pabrik Tahu Menggunakan

Metode Aerasi Bertingkat. Jurnal Prestasi, Vol: 1, No: 1.

Arbani, I.M.D. 2014. ”Kinerja Pengelolaan Limbah Cair Rumah Sakit di Kota

Denpasar” (tesis). Denpasar: Universitas Udayana.

Arikunto, S. 1983. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.

Bina Aksara.

Ayana Resort and Spa. 2014. Laporan Pelaksanaan Pengelolaan dan

Pemantauan Lingkungan Hidup Periode Juli – Desember 2014. Badung.

Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali. 2014. Laporan Pelaksanaan PROPER

2013-2014 di Provinsi Bali. Denpasar.

Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 2013. Bali dalam Angka Tahun 2013.

Denpasar.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung. 2013. Kecamatan Kuta Selatan Dalam

Angka 2013. Badung

Bali Intercontinental Resort. 2014. Laporan Pelaksanaan Pengelolaan dan

Pemantauan Lingkungan Hidup Periode Juli – Desember 2014. Badung.

Cahyana, G.H. 2009. Opsi Modifikasi IPAL Aerobik Eksisting dengan

Menerapkan Zontech Water Treatment (Studi Kasus IPAL Hotel). Jurnal

Sosioteknologi Terapan, Vol: XII.

Dhani, M. dan Trihadiningrum, Y. 2013. ”Kajian Pengelolaan Limbah Padat Jenis

B3 di Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya” (skripsi). Surabaya: Institut

Teknologi Sepuluh Nopember.

Dinas Pariwisata Provinsi Bali. 2014. Direktori 2014. Denpasar.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan

Lingkungan Perairan. Yogyakarta: PT. Kanisius.

Page 55: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

96

Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Fitrahani, L.Z., Indrasti, N.S., dan Suprihatin. 2012. Karakterisasi Kondisi

Operasi dan Optimasi Proses Pengolahan Air Limbah Industri Pangan.

Jurnal Agroindustri Indonesia. Vol: 1, No: 2.

Four Season Resort at Jimbaran. 2014. Laporan Pelaksanaan Pengelolaan dan

Pemantauan Lingkungan Hidup Periode Juli – Desember 2014. Badung.

Gomes, F.C. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: ANDI

OFFSET.

Hammer, M.J. 1986. Water and Wastewater Technology, SI Version. New York :

John Wiley & Sons.

Hariyadi, S., Fakhrurroja, H., dan Tanu, E. 2012. Analisis Hasil Uji Terap Alat

Penghemat BBM Electric Fuel Treatment Pada Engine Diesel Genset 35

KVA dengan Beban Statis. UPT. Bandung: Balai Pengembangan

Instrumentasi LIPI.

Harmayani, K.D. dan Konsukartha, I.G.M. 2007. Pencemaran Air Tanah Akibat

Pembuangan Limbah Domestik di Lingkungan Kumuh. Studi Kasus

Banjar Ubung Sari, Kelurahan Ubung. Jurnal Permukiman Natah, Vol: 5,

No: 2.

Herlambang, A. 2006. Pencemaran Air dan Strategi Penanggulangannya. JAI,

Vol: 2, No: 1.

Irmanto, S. 2009. Penurunan Kadar Amonia, Nitrit dan Nitrat Limbah Cair

Industri Tahu Menggunakan Arang Aktif dari Ampas Kopi. Jurnal

Molekul, Vol: 4, No: 2.

Isyuniarto, A. 2008. Pengaruh Waktu Ozonisasi Terhadap Penurunan Kadar BOD,

COD, TSS dan Fosfat pada Limbah Cair Rumah Sakit. Jurnal Ganendra,

Vol: XII, No: 1.

Jenie, B.S.L. dan Rahayu, W.P. 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan.

Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 2014. Petunjuk Teknis

Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan

Lingkungan Hidup (PROPER) 2014. Jakarta.

Keraton Jimbaran Resort. 2014. Laporan Pelaksanaan Pengelolaan dan

Pemantauan Lingkungan Hidup Periode Juli – Desember 2014. Badung.

Page 56: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

97

Kuhre, W.L. 1996. Sertifikasi ISO 14001 Sistem Manajemen Lingkungan. Jakarta:

Prehallindo.

Lensiana. 2010. ”Partisipasi Hotel dalam Pengelolaan Lingkungan di Kecamatan

Gianyar (Studi Kasus Terhadap Sistem Pengelolaan Limbah Hotel)”

(tesis). Denpasar: Universitas Udayana.

Lestyono, R. 2011. Dampak Negatip Perkembangan Pariwisata Terhadap

Lingkungan Fisik Pesisir. Studi Kasus: Pantai Pangandaran. Jurnal

Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol: 2, No: 2.

Made, D. dan Sugito. 2013. Penurunan TSS dan Phospat Air Limbah Puskesmas

Janti Kota Malang dengan Wetland. Jurnal Teknik WAKTU, Vol: 11, No:

1.

Maharani, S.E., Suarna, I.W., dan Suyasa, I.W.B. 2007. Karakteristik Sampah dan

Persepsi Masyarakat Terhadap Pengelolaan Sampah di Kecamatan

Banyuwangi Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur. Jurnal

Ecotrophic, Vol: 2, No: 1.

Mahida, U.N. 1993. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada.

Mara, D. 1976. Pengolahan Air Limbah di Daerah Beriklim Panas. (Widiadi,

Pentj). Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Marlisa, D.F., Sumiyati, S., dan Sutrisno, E. 2012. “Potensi Fito-biofilm dalam

Penurunan Kadar BOD dan COD pada Limbah Domestik dengan

Tanaman Kangkung Air (Ipomoea aquatica) Media Biofilter Sarang

Tawon (Studi kasus: Perumahan Graha Mukti, Tlogosari Semarang)” (skripsi).

Semarang: Universitas Diponegoro.

Nugreha, Sumiyati, S., dan Samudro, G. 2010. Pengolahan Air Limbah Kegiatan

Penambangan BatuBara Menggunakan Biokoagulan: Studi Penurunan

Kadar TSS, Total Fe dan Total Mn Menggunakan Biji Kelor (Moringa

oleifeara). Jurnal Presipitasi, Vol: 7, No: 2.

Nugroho, S.S. 2013. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Perspektif Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jurnal Sosial. Vol: 14, No: 2.

Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Tj. Samigan. [Penerjemah]; Srigandono

[Editor]. Terjemahan dari: Fundamental of Ecology. Yogyakarta: Gajah

Mada Press.

Page 57: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

98

Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2005 tentang Pengendalian

Pencemaran dan Perusakan lingkungan Hidup.

Peraturan Gubernur Bali Nomor 8 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Lingkungan

Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2014 tentang Program

Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan

Hidup.

Pratiwi, Y. 2013. Pengolahan Minyak Pelumas Bekas Menggunakan Metode Acid

Clay Treatment. Jurnal Teknik Sipil. Vol: 13, No: 1.

Prihananto, A. 2006. “Efektifitas Dosis Chlor Tablet sebagai Oksidator dalam

Menurunkan Kadar Amoniak (NH3) pada Limbah Cair Rumah Sakit

Roemani Semarang” (skripsi). Semarang: Universitas Diponegoro.

Pujiastuti, P., Ismail, B., dan Pranoto. 2013. Kualitas dan Beban Pencemaran

Perairan Waduk Gajah Mungkur. Jurnal EKOSAINS, Vol: V, No: 1.

Qasim, S.R. 1985. Wastewater Treatment Plant. Planning, Design, and

Operation. Texas: CBS International Edition.

Ramadhan, A. dan Ali, M. 2012. Pengolahan Sampah Plastik menjadi Minyak

Menggunakan Proses Pirolisis. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan. Vol: 4,

No: 1.

Ratman, C.S. dan Syafrudin. 2010. Penerapan Pengelolaan Limbah B3 di PT.

Toyota Motor Manufacturing Indonesia. Jurnal PRESIPITASI, Vol: 7, No:

2.

Reynold, T.D. dan Richards, P.A. 1996. Unit Operations and Processes in

Environmental Engineering. Second Edition. Boston: PWS Publishing

Company.

Santika, S.S. dan Alaerts, G. 1984. Metoda Penelitian Air. Surabaya: Penerbit

Usaha Nasional.

Satori, D. dan Komariah, A. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

Alfabeta C.V.

Schermerhorn, J., Hunt, J., dan Osborn, R. 1991. Managing Organizational

Behavior, 4th. Ed. New York: John Wiley & Sons.

Setiyono. 2001. Dasar Hukum Pengelolaan Limbah B3. Jurnal Teknologi

Lingkungan, Vol: 2, No: 1.

Page 58: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

99

Setiarini, D.W. dan Mangkoedihardjo, S. 2013. Penurunan BOD dan COD pada

Air Limbah Katering Menggunakan Konstruksi Subsurface-Flow Wetland

dan Biofilter dengan Tumbuhan Kana (Canna indica). Jurnal Sains dan

Seni Pomits, Vol: 2, No: 1.

Sitompul, D.F., Sutisna, M., dan Pharmawati, K. 2013. Pengolahan Limbah Cair

Hotel Aston Braga City Walk dengan Proses Fitoremediasi menggunakan

Tumbuhan Enceng Gondok. Jurnal Institut Teknologi Nasional, Vol: 1,

No: 2.

Sofyan, L. 2015. “Studi Pengelolaan Sampah Hotel dan Prospek

Pengembangannya di Kota Makassar (Studi Kasus Hotel Grand Clarion,

Hotel Sahid Jaya dan Hotel Imperial Aryaduta di Kota Makassar)”

(skripsi). Makassar: Universitas Hasanuddin.

Soufyan, N. dan Morimura, T. 1988. Perancangan dan Pemeliharaan Sistem

Plambing. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Sudipa, I.N. 2006. “Studi Kualitas Pengelolaan Air Limbah di Hotel Alila Ubud”

(tesis). Denpasar: Universitas Udayana.

Sudjatmoko. 2008. Analisis Aspek Teknis dan Ekonomis Pengolahan Gas Buang

dengan Berkas Elektron. Jurnal GANENDRA. Vol: 11, No: 2.

Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Cetakan Pertama.

Jakarta: UI Press.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatife, Kualitatife, dan R & D.

Bandung: ALFABETA.

Supriyanto, B. 2000. Pengelolaan Air Limbah yang Berwawasan Lingkungan

Suatu Strategi dan Langkah Penanganannya. Jurnal Teknologi

Lingkungan, Vol: 1, No: 1.

Surat Keputusan Menparpostel No. KM 37/PW. 340/MPPT-86 tentang Peraturan

Usaha dan Penggolongan Hotel.

Tchobanoglous, G., Burton, F.L., dan Stensel, H.D. 2003. Wastewater

Engineering: Treatment and Reuse. 4th ed. Metcalf & Eddy Inc. New

York: McGraww-Hill.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan

Sampah.

Page 59: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

100

Wardi, I.N. 2011. Pengelolaan Sampah Berbasis Sosial Budaya: Upaya Mengatasi

Masalah Lingkungan di Bali. Jurnal Bumi Lestari, Vol: 11, No: 1.

Wibowo, M. dan Andreani, F. 2013. Analisis Penerapan Sistem Manajemen

Limbah Berdasarkan Sertifikasi Eco-Hotel di Sheraton Surabaya Hotel and

Towers. Jurnal Hospitality dan Manajemen Jasa, Vol: 2, No: 1.

http://artikel-teknologi.com/metode-mengendalikan-emisi-no2-pada-gas-buang-

boiler/ (diunggah tanggal 28 Mei 2015)

http://artikel-teknologi.com/metode-mengendalikan-emisi-so2-pada-gas-buang-

boiler/ (diunggah tanggal 28 Mei 2015)

Page 60: BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1

101

101