hematologi

16
Laporan Praktikum Patologi Klinik Hematologi Kelompok 7 Moh. Asraf bin asmat B04088019 Dara Zata G B04090159 Fauzia Istianti K B04090165 Dedek Haryanto B04100094 Shady Jasmin B04100098 Armedi Azni B04100114 BAGIAN PENYAKIT DALAM DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI DAN PATOLOGI

Upload: ardi-armedi-azni

Post on 26-Nov-2015

298 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Hematologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai darah dan gangguannya. Leukimia, lymphoma, dan anemia sel bulan sabit adalah beberapa contoh kondisi yang dapat ditangani oleh hematologis. Hematologi secara umum dibagi menjadi 3 bagian kecil menurut jenis dan grup sel darah yang dipelajari, yaitu sel darah merah, sel darah putih, dan plasma darah

TRANSCRIPT

Page 1: hematologi

Laporan Praktikum Patologi Klinik

Hematologi

Kelompok 7

Moh. Asraf bin asmat B04088019

Dara Zata G B04090159

Fauzia Istianti K B04090165

Dedek Haryanto B04100094

Shady Jasmin B04100098

Armedi Azni B04100114

BAGIAN PENYAKIT DALAM

DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI DAN PATOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013

Page 2: hematologi

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah

dan sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu trombosit, leukosit dan

eritrosit. (Evelyn C. Pearce, 2006) Fungsi utama eritrosit atau sel darah merah

yang mengandung hemoglobin merupakan komponen hematologi utama dari

transport oksigen. Dalam menunjang diagnosa suatu penyakit adalah dengan

pemeriksaan laboratorium yang baik. Salah satu pemeriksan laboratorium yang

sering digunakan adalah pemeriksaan hemoglobin. ( Fakultas Kedokteran UI,

2000 ).

Hematologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai darah dan

gangguannya. Leukimia, lymphoma, dan anemia sel bulan sabit adalah beberapa

contoh kondisi yang dapat ditangani oleh hematologis. Hematologi secara

umum

dibagi menjadi 3 bagian kecil menurut jenis dan grup sel darah yang

dipelajari, yaitu sel darah merah, sel darah putih, dan plasma darah (Dacie

2006). Uji hematologi terbagi ke dalam beberapa parameter sesuai dengan tujuan

penyakit yang akan diidentifikasi. Uji-uji tersebut yaitu complete blood

count(CBC) dilakukan untuk mendeteksi anemia, kanker darah, dan infeksi.

Platelete count dilakukan untuk diagnosa dan memonitor pendarahan dan

kelainan pembekuan darah. Prothrombin time (PT) digunakan untuk

mengetahui pendarahan, kelainan pembekuan darah, serta terapi antikoagulasi.

Jenis-jenis uji yang dilakukan pada CBC adalah hitung jumlah sel darah

putih (white blood count), hitung jumlah sel darah merah (red blood count),

hitung keping darah, volume hematokrit sel darah merah (Hematocrit red

blood cell volume), konsentrasi hemoglobin (Hb), dan hitung darah diferensial

(UMMC 2007).

Pemeriksaan hematologi dapat dilakukan secara manual. Kelemahan dari

pemeriksaan ini adalah memakan waktu yang cukup lama dan juga tidak

menunjukkan ketelitian dan ketepatan yang baik. Dengan perkembangan

Page 3: hematologi

teknologi, jumlah sel darah dapat dihitung dengan alat otomatis yang

disebut blood cell counter.

Tujuan

Mengetahui prosedur dan cara pemeriksaan hematologi yang meliputi

eritrosit dan jenis-jenis leukosit untuk mendiagnosa kelainan-kelainan pada seekor

hewan yang berhubungan dengan abnormalitas pemeriksaan darah.

BAB II

MATERIAL DAN METODA

Metode Kerja

Terdapat dua parameter dalam pemeriksaan hematologi, yaitu parameter

eritrosit dan parameter leukosit. Keduanya diuji untuk mendiagnosa penyakit

seekor hewan, berikut langkah-langkah yang dilakukan pada pemeriksaan

hematologi:

1. Penghitungan Jumlah Eritrosit :

Alat dan bahan yang diperlukan yaitu pipet pengencer, kamar hitung,

mikroskop, kertas saring, alat penghitung dan cairan pengencer. Ada dua tahap

yang dikerjakan. Tahap pertama yaitu gunakan pipet pengencer untuk menghisap

darah sampai batas 0.5. Ujung pipet dicelupkan ke cairan dan dihisap sampai

batas 101. Cairan yang ada didalam pipet dihomogenkan dengan gerakan

"delapan” .Sementara itu, bersihkan kamar hitung. Lalu larutan enceran diisikanke

dalam kamar hitung dengan hati-hati. Bila kelebihan cairan maka dibersihkan

dengan tisu. Setelah itu kamar hitung didiamkan selama berapa menit agar sel-sel

darah mengendap.

Tahap kedua yaitu mikroskop yang ada digunakan untuk melihat secara

detail kamar hitung yang telah disiapkan. Sel darah yang diamati harus merata dan

apabila tidak merata harus diulangi lagi. Jika sudah siap, hitung sel dalam lima

kotak yang terletak di daerah sentraldengan ketentuan sel yan menyentuh garis

batas atas dan kiri kotak termasuk dalam hitungan sedangkan yang menyentuh

Page 4: hematologi

garis batas kedua sisi lain tidak masuk hitungan. Setelah itu hitung hasil akhir

(jumlah total eritrosit).

2. Penghitungan Nilai Hematokrit :

Alat dan bahan yang diperlukan yaitu darah utuh, tabung kapiler ber-

antikoagulan, alat penyumbat tabung kapiler, alat sentrifuge kecepatan tinggi

10.000-20.000 rpm dan alat pembaca mikrohematokrit. Darah dihisap dengan

tabung kapiler, dengan menyentuhkan ujung tabung pada darah dan menggoyang-

goyang unung lain dengan telunjuk dan bagian ujung dikosongkan 1cm. Bagian

ujung disumbat dengan alat penyumbat khusus. Lalu tabung diletakkan pada alat

sentrfuge dengan bagian tak tersumbat mengarah ke pusat sentrifuge. Sentrifugasi

dilakukan selama 4-5 menit dengan kecepatan 10.000 rpm. Setelah itu hasil

sentrifugasi dibaca dengan menggunakan alat khusus (Micro Hematocrit Reader).

3. Penghitungan Kadar Hemoglobin :

Alat dan bahan yang diperlukan adalah darah utuh, asam hidroklorida 0.1

N,aquades, hemogoblinometer, dan pipet tetes. Pertama tabung sahli diisi dengan

asam klorida 0.1 N sampai garis terbawah. Darah dihisap dengan pipet

hemoglobin sampai angka 20. Lalu darah dimasukkan pada asam klorida dengan

meniup pelan-pelan. Kemudian darah dan asam klorida dihomogenkan dengan

cara dihisap dan ditiup. Terbentuknya asam hematn dtandai dengan adanya

perubahan warna jadi coklat atau coklat hitam. Aquades diteteskan dengan pipet

tetes sampai warna nya sama dengan warna pembanding. Lalu kadar hemoglobin

dibaca dengan melihat miniskus cairan pada tabung sahli dengan satuan

hemoglobin gram%.

4. Penghitungan Jumlah Leukosit Total :

Alat dan bahan yang diperlukan adalah sebuah pipet pengencer, kamar

hitung atau hemasitometer, mikroskop, kertas saring, alat penghitung, cairan

pengencer (larutan Turk), dan darah utuh. Penghitungan jumlah leukosit terdiri

dari dua tahap, pertama pipet pengencer diambil dan dibersihkan terlebih dahulu

kemudian darah dihisap sampai batas 0,5. Ujung pipet dibersihkan dari noda-noda

darah yang menempel dengan menggunakan tissue atau kertas asring. Ujung pipet

dicelupkan ke dalam cairan pengencer dan cairan tersebut dihisap sampai batas

11. Pipet diangkat, lalu ditutup ujungnya dengan dan pangkalnya ditutup dengan

Page 5: hematologi

jari tengah. Campuran larutan dengan darah diratakan dengan cara membuat

gerakan bolak balik seperempat lingkaran atau membuat gerakan angka delapan

mendatar. Setelah homogen, sebagian larutan dibuang kira-kira 3-5 tetes.

Kamar hitung (Burker) diambil dari kaca penutupnya kemudian

dibersihkan keduanya. Larutan enceran diisikan ke dalam kamar hitung dengan

hati-hati menyentuhkan ujung pipet pada tepi antara dataran kaca penutup

sehingga permukaan dataran terisi merata. Tahap kedua yang dilakukan adalah

mikroskop disiapkan dan dibersihkan bagian-bagiannya. Kamar hitung yang telah

berisi larutan enceran diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran yang

sesuai. Hasil penghitungan akhir (jumlah total leukosit) dihitung dengan rumus: n

x 50 (n= jumlah dari ke- empat kotak yang dihitung).

5. Pembuatan dan Pewarnaan Preparat Ulas Darah :

Alat dan bahan yang diperlukan adalah sampel darah yang akan diperiksa,

alkohol 70%, tissue, kaca preparat, metil alkohol absolut, larutan pewarna

Giemsa, aquadest, timer. Tahap pertama yang dilakukan adalah pembuatan

preparat ulas. Kaca preparat yang akan digunakan dibersihkan terlebih dahulu

dengan alkohol. Sampel darah diteteskan secukupnya kemudian kaca preparat lain

ditempelkan ujungnya dengan sudut 35 sampai 40. Kaca preparat kedua didorong

ke sepanjang permukaan kaca preparat pertama dengan kecepatan yang cukup

sehingga terbentuk lapisan darah yang tipis dan merata. Preparat dikeringkan

dengan mengayun-ayunkan beberapa kali di udara.

Tahap kedua yang dilakukan adalah pengamatan preparat ulas darah.

Preparat ulas darah dimasukkan ke dalam metil alkohol dan dibiarkan selama 3-5

menit, kemudian preparat diangkat dan dikeringkan di udara. Setelah kering,

preparat dimasukkan ke dalam larutan pewarna Giemsa selama 45-60 menit,

kemudian preparat ulas yang telah diwarnai dicuci dengan air mengalir dan

dikeringkan di udara. Setelah itu, preparat diamati di bawah mikroskop dengan

pembesaran lensa objektif yang sesuai.

Page 6: hematologi

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada praktikum pemeriksaan darah, darah yang digunakan oleh kelompok

VII adalah darah domba. Menurut, laboran yang melakukan pengambilan sample

darah diambil dari domba berumur 2 tahun, berjenis kelamin betina, dan memiliki

kondisi badan yang kurus. Domba dipelihara di sekitar kampus FKH IPB yang

udaranya cenderung panas pada siang hari.

Hitung Sel Darah Merah (red blood cell count/RBC) yang menghitung

jumlah total sel darah merah. Hitung eritrosit adalah jumlah eritrosit per

milimeterkubik atau mikroliter dalah. Prinsip hitung eritrosit manual adalah darah

diencerkan dalam larutan isotonis untuk memudahkan menghitung eritrosit dan

mencegah hemolisis. Penurunan eritrosit terjadi saat kehilangan darah

(perdarahan), anemia, leukemia, infeksi kronis, mieloma multipel, cairan per intra

vena berlebih, gagal ginjal kronis, kehamilan, hidrasi berlebihan Peningkatan

eritrosit terjadi akibat polisitemia vera, hemokonsentrasi/dehidrasi, dataran tinggi,

penyakit kardiovaskuler. Jumlah eritrosit normal pada domba berkisar antara 8-13

juta/mm³ (Essential of Veterinary Hematologi) dan 9-13 juta/mm3 (Soeharsono

et al. 2010). Nilai perhitungan RBC domba dalam praktikum masih dalam taraf

normal, yaitu 10,8x106.

Penetapan Hb metode Sahli didasarkan atas pembentukan hematin asam

setelah darah ditambah dengan larutan HCl 0.1N. Darah dengan larutan HCl 0,1 N

akan membentuk hematin yang berwarna coklat Pengukuran secara visual dengan

mencocokkan warna larutan sampel dengan menambahkan aquadest sebagai

pengencer. Mencocokkan warna sampel darah dengan standar warna pada

haematometer dipengaruhi oleh kemampuan ketajaman mata individu yang

mengamati, ini berarti dalam pengukurannya lebih bersifat subjektif. Faktor

ketidakakuratan lainnya seperti tidak semua Hb bisa diubah menjadi hematin.

Penurunan kadar Hb dapat terjadi akibat kanker, penyakit ginjal,

pemberian cairan intravena berlebih, dan hodgkin. Dapat juga disebabkan oleh

obat seperti: Antibiotik, aspirin, antineoplastik(obat kanker), indometasin,

sulfonamida, primaquin, rifampin, dan trimetadion. Kadar Hb yang tinggi dapat

terjadi saat dehidrasi, polisitemia, PPOK, gagal jantung kongesti, dan luka bakar

Page 7: hematologi

hebat. Obat yang dapat meningkatkan Hb adalah metildopa dan gentamicin. Hb

meningkat pada orang yang tinggal di tempat yang tinggi dari permukaan laut.

Selain itu, Hb juga dipengaruhi oleh posisi hewan (berdiri, berbaring), variasi

diurnal (tertinggi pagi hari). Kadar hemoglobin dapat dipengaruhi antara lain

umur, jenis kelamin, cuaca. Kadar hemoglobin normal pada domba sekitar 11-13

g/100 ml (Soeharsono et al. 2010). Kadar Hb domba hasil praktikum masuk

dalam kriteria normal, yaitu 11,8 gram/dL.

Molekul-molekul hemoglobin terdiri dari dua pasang rantai polipeptida

dan empat gugus hem, masing-masing mengandung sebuah atom besi.

Konfigurasi ini memungkinkan pertukaran gas yang sangat sempurna (Supriasa

2001).  Pemeriksaan hemoglobin dalam darah mempunyai peranan yang penting

dalam diagnosa suatu penyakit, karena hemoglobin merupakan salah satu protein

khusus yang ada dalam sel darah merah dengan fungsi khusus yaitu mengangkut

O2 ke jaringan dan mengembalikan CO2 dari jaringan ke paru-paru. Kegunaan

dari pemeriksaan hemoglobin ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya gangguan

kesehatan pada pasien, misalnya kekurangan hemoglobin yang biasa disebut

anemia. Hemoglobin bisa saja berada dalam keadaan terlarut langsung dalam

plasma. Akan tetapi kemampuan hemoglobin untuk mengikat oksigen tidak

bekerja secara maksimum dan akan mempengaruhi pada faktor lingkungan.

Hemoglobin yang meningkat terjadi karena keadaan hemokonsentrasi akibat

dehidrasi yang menurun dipengaruhi oleh berbagai masalah klinis.

Pada perhitungan indeks eritrosit nilai normal MCV yaitu volume rata-rata

eritrosit pada domba adalah 32 (23-48) fl. Berdasarkan MCV, anemia dapat

dikelompokkan menjadi anemia normositik, makrositik, dan mikrositik.

Sedangkan nilai MCV yang telah didapatkan adalah 26,75 fl. Nilai MCV tersebut

berada rentan normal MCV pada domba.

Seterusnya nilai normal MCH yaitu hemoglobin rata-rata dalam eritrosit

pada domba adalah 9,0-13,0 pg. Sedangkan nilai yang telah didapatkan adalah

sebesar 10,93 pg yang masuk renta normal MCH pada domba.

MCH (Mean Cell Hemoglobin) merupakan massa rata-rata dari

hemoglobin per sel darah merah dalam sampel darah. Selanjutnya pada

perhitungan nilai indeks eritrosit nilai normal MCHC yaitu konsentrasi

Page 8: hematologi

hemoglobin eritrosit rata-rata adalah 32 (29-35) gr/dL. Berdasarkan nilai MCHC,

anemia dikelompokkan menjadi tiga yaitu anemia normokromik, hipokromik, dan

hiperkromik. Sedangkan nilai yang telah didapatkan adalah 44,11 gr/dL. Nilai

tersebut adalah diatas batas normal nilai MCHC pada sapi. Kondisi anemia di

mana nilai MCHC menurun adalah disebut sebagai anemia hipokromik.

Ditemukan suatu kenaikan berat hemoglobin dalam eritrosit, tetapi konsentrasi

hemoglobin per satuan volume tidak bertambah. Namun dalam keadaan ini, bisa

saja terjadi karena kesalahan praktikan sewaktu dalam menghitung kadar

hemoglobin dengan tidak sesuai prosedur yang menyebabkan kesalahan data yang

didapat.

Pemeriksaan nilai hematokrit/PCV dan haemoglobin tidak menunjukkan

adanya kelainan, tetapi terjadi penurunan jumlah RBC menunjukkan bahwa

hewan mengalami anemia. Nilai MCV juga tidak menunjukkan adanya kelainan

pada eritrosit hewan tersebut. Nilai MCHC pada eritrosit menunjukkan adanya

kenaikan, hal ini menunjukkan adanya kemungkinan hewan mengalami anemia

hiperkromik dimana ditemukan suatu kenaikan berat haemoglobin dalam eritrosit

tetapi konsentrasi haemoglobin per satuan volume tidak bertambah.

Parameter kedua dalam pemeriksaan hematologi adalah perhitungan

jumlah total leukosit, serta pembuatan dan pewarnaan preparat ulas darah. Dari

hasil pengamatan, didapatkan data leukosit domba sebagai berikut:

Tabel 1. Parameter leukosit

Total WBC 3750 butir/µl

Leukosit Relatif Absolut

Limfosit 33 % 1237,5

Monosit 6 % 225

Neutrofil Segment 35 % 1312,5

Neutrofil Band - -

Eosinofil 24 % 900

Basofil 2 % 75

Page 9: hematologi

Gambar 8. Monosit dan neutrofil segment

Gambar 9. Limfosit, neutrofil segment, dan monosit

Berdasarkan hasil pengamatan sel darah putih domba yang di hitung

dengan couting chamber (Neubaeur) total wBC yaitu 3750 /µl. jika dibandingkan

dengan nilai kisaran normal jumlah leukosit pada domba. Maka total leukosit

domba yang di periksa berada di bawah kisaran normal (7-10 x 103/µl). kelainan

sel darah putih dapat di klasifikasikan secara kuantitatif maupun kualitatif.

Kelainan secara kuantitatif terjadi ketika bentuk sel leukosit tidak mengalami

perubahan namun jumlahnya dalam darah mengalami kelebiahan ataupun

kekurangan. Kelainan kualitatif meliputi bentuk cel maupun factor intrinsik pada

sirkulasi darah (Bluemenreich, 1990). Penurunan jumlah lekuosit dapat terjadi

regenerative maupun non regeratif. Berdasakan data yang di peroleh di perlukan

perlu di lakukan pemeriksaan defersial leukosit lebih jauh untuk mengetahui.

Penyebab terjadinya kekurangan leukosit.

Berdasarkan jumlah neutrofil yang banyak, diduga domba sdang

mengalami peradangan. Nilai ini didukung oleh meningkatnya jumlah monosit.

Jumlah limfosit yang rendah dari angka normalnya menunjukkan bahwa antibodi

domba rendah. Dengan tidak ditemukannya eosinofil dan basofil, diduga domba

sedang tidak mengalami infeksi parasit atau alergi. Dari hasil pemeriksaan, diduga

Page 10: hematologi

domba sedang mengalami infeksi ringan dan akut yang tidak disebabkan oleh

parasit atau alergi, sedhingga antibodi belum terbentuk. Selain itu tingginya nilai

eosinofil juga menandakan terjadinya infeksi cacing. Tetapi semua kelainan

tersebut bisa terjadi karena faktor kesalahan praktikan dalam menghitung jumlah

atau menentukan jenis leukosit apa yang terlihat saat penghitungan, namun faktor

mikroskop juga sangat mempengaruhi gambaran yang terlihat pada preparat darah

yang terlah diwarnai.

SIMPULAN

Pemeriksaan darah hewan yang meliputi pemeriksaan eritrosit dan leukosit

dapat dilakukan untuk mendiagnosa suatu penyakit hewan yang berhubungan

dengan abnormalitas darah. Percobaan yang dilakukan menggunakan darah

domba, menunjukkan hasil bahwa domba tidak mengalami kelainan yang berarti,

kemungkinan hanya terjadi infeksi ringan dan akut pada domba tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Bluemenreich,Martin S.1990. The White Blood Cell and defferenttial

count.Butterworth Publisher.

Campbell, Reece, Mitchell. 2003. Biologi 3, 2003, hlm. 54

Dellman, Brown. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner II, 3rd. UI Press:Jakarta.

Guyton and Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 9, hal 957-970.

Ganong, William F. 1985. Fisiologi Kedokteran. EGC. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.