pbl3 hematologi

Upload: adhityapratama11

Post on 14-Apr-2018

270 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 PBL3 HEMATOLOGI

    1/19

    SKENARIO 3

    BERCAK BIRU PADA LUTUT

    Seorang ibu datang membawa bayi laki- laki berumur 9 bulan ke rumah sakit

    ditemukan bercak biru pada lutut. Keluhan ini sering muncul sejak bayi mulai belajar

    merangkak. Paman bayi dari pihak ibu juga sering mengalami keluhan serupa.

    Pada pemeriksaaan fisik didapat bayi tidak tampak sakit, konjungtiva tidak

    anemis, sclera tidak ikterik, jantung dan paru- paru tidak ada kelainan. Abdomen tidak

    ada kelainan. Pada lutut tampak bercak kebiruan 4X5m. Pada pemeriksaan

    laboratorium didapat Hb 11g/dl, leukosit 9.500/ l, LED 9 mm,Bleeding Time (BT) 2

    (n = 1-3),Protrombin Time (PT) 11,5 (n = 11-14),Activated Partial

    Tromboplasmin Time ( APTT) 86 (n = 17-37), Trombin Time (TT) 14 (n = 12-15

    ).

    1

  • 7/29/2019 PBL3 HEMATOLOGI

    2/19

    SASARAN BELAJAR

    LI.1 Memahami dan Menjelaskan Hemostatis Pada Darah

    LO 1.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi

    LO 1.2 Memahami dan Menjelaskan Fungsi

    LO 1.3 Memahami dan Menjelaskan Faktor- Faktor

    LO 1.4 Memahami dan Menjelaskan Mekanisme

    LO 1.5 Memahami dan Menjelaskan Destruksi

    LO 1.6 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Kelainan

    LI.2 Memahami dan Menjelaskan Hemofilia

    LO 2.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Hemofilia

    LO 2.2 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Hemofilia

    LO 2.3 Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Hemofilia

    LO 2.4 Memahami dan Menjelaskan Kalsifikasi Hemofilia

    LO 2.5 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Hemofilia

    LO 2.6 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Hemofilia

    LO 2.7 Memahami dan Menjelaskan Pemerikasaan Fisik dan Penunjang

    Hemofilia

    LO 2.8 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding

    Hemofilia

    LO 2.9 Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Hemofilia

    LO 2.10 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Hemofilia

    LO 2.11 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Hemofilia

    LO 2.12 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Hemofilia

    2

  • 7/29/2019 PBL3 HEMATOLOGI

    3/19

    LI.1 Memahami dan Menjelaskan Hemostatis Pada Darah

    LO 1.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi

    Hemostasis adalah penghentian pendarahan dari suatu pembuluh darah yang

    rusak. Saat terjadi perdarahan pada pembuluh darah terjadi kerusakan pada dinding

    pembuluh darah tersebut, tekanan didalam pembuluh darah lebih besar daripada

    tekanan di luar untuk mendorong darah keluar melalui kerusakan tersebut.

    Mekaniseme hemostatik inheren dalam keadaan normal mampu menambal kebocoran

    dan menghentikan pengeluaran darah melalui kerusakan kecil di kapiler,arteriol dan

    venula. Mekanisme hemostatik dalam keadaan normal menjaga agar kehilangan darah

    melalui trauma kecil tetap minimum.

    LO 1.2 Memahami dan Menjelaskan Fungsi

    a. Menghentikan perdarahan

    b. Mencegah Perdarahan spontan

    c. Menjaga darah tetap cair

    LO 1.3 Memahami dan Menjelaskan Faktor- Faktor dan Mekanisme

    Dalam keadaan normal, darah dalam sistem pembuluh darah dan berbentuk cairan

    keadaan ini dimungkinkan oleh faktor hemostasis yang terdiri dari:

    1. Hemostasis Primer

    Terdiri dari trombosit dan pembuluh darah. Disebut hemostasis primer karena

    yang pertama terlibat dalam proses penghentian darah bila terjadi luka atau trauma.

    Hemostasis primer dimulai dengan vasokontriksi pembuluh darah dan pembentukantrombosit plak menutup luka dan menghentikan perdarahan.

    Vasokontriksi menyebabkan aliran darah menjadi lebih lambat pada daerah yang

    luka dan trauma. Keadaan ini akan mempermudah trombosis pada reseptor trombosis

    Gp I b menempel pada subendotel pembuluh darah (adhesi) dengan perantara faktor

    von Willebrand. Trombosit yang teraktivasi menyebabkan reseptor trombosit Gp

    IIb/IIIa siap menerima ligan fibrinogen dan fibrinogen menghubungkan trombosit

    yang berdekatan satu sama lain dan kemudian terjadi agregasi trombosit dan

    membentuk plak trombosit yang menutup luka/trauma. Sumbatan bersifat temporer.

    3

  • 7/29/2019 PBL3 HEMATOLOGI

    4/19

    2. Hemostasis Sekunder

    Hemostasis sekunder terdiri dari faktor pembekuan dan anti pembekuan. Faktor-

    faktor untuk pembekuan darah adalah :

    Faktor Nama Bentuk Aktif

    I Fibrinogen Fibrin

    II Protrombin Protease Serin

    III Faktor Jaringan Reseptor/Kofaktor

    IV

    V Proaselerin Kofaktor

    VII Prokonvertin Protease serin

    VIII Faktor antihemofili Kofaktor

    IX Faktor Christmas Protease serin

    X Faktror Stuart-Prower Protease serin

    XI Plasma thromboplasmin antecedent

    (PTA)

    Protease serin

    XII Faktor Hageman Protease serin

    XIII Faktor yang menstabilkan fibrin Transglutaminase

    HMW-K

    (Filzgerald)

    Kininogen berat molekul tinggi Kofaktor

    4

  • 7/29/2019 PBL3 HEMATOLOGI

    5/19

    Pre-K

    (Fletcher)

    Prekalikrein Protease serin

    vWF Faktor von Willebrand

    Hemostasis sekunder dimulai dengan aktivasi koagulasi melalui jalur

    ekstrinsik dan intrinsik. Pada mekanisme ekstrinsik, tromboplastin jaringan (faktor III,

    berasal dari jaringan yang rusak) akan berekasi dengan faktor VIIa yang dengan

    adanya akan mengaktifkan faktor X. Faktor Xa bersama-sama faktor Va, ion

    dan fosfolipid trombosit akan mengubah protombin menjadi trombin. Oleh

    pengaruh trombin, fibrinogen akan diubah menjadi fibrin monomer yang tidak stabil.

    Fibrin monomer, dengan pengaruh faktor XIIIa akan menjadi stabil dan resisten

    terhadap enzim proteolitik.

    Mekanisme Intrinsik, semua faktor yang diperlukan untuk pembekuan darah

    terdapat dalam darah. Pembekuan dimulai bila faktor Haegeman (faktor XII) kontak

    dengan suatu permukaan yang bermuatan negatif. Reaksi tersebut dipercepat dengan

    pembentukan kompleks anatar faktor XII, faktor Fitzgerald dan prekalikrein. Faktor

    XIIa selanjutnya mengaktifasi faktor XI dan faktor Xia bersama ion akan

    mengaktivasi faktor IX.

    5

  • 7/29/2019 PBL3 HEMATOLOGI

    6/19

    Faktor IX aktif bersama-sama faktor VIIIa, ion dan fosfolipid akan

    mengaktifkan faktor X

    Faktor pembekuan darah akan dihentikan oleh sistem antikoagulan dan fibrinolitik di

    dalam tubuh.

    Faktor anti pembekuan darah adalah :

    a. Larutnya faktor pembekuan darah dalam darah yang mengalir

    b. Klirens bentuk aktif faktor pembekuan darah yang cepat oleh hati

    c. Mekanisme umpan balik dimana trombin menghambat aktivitas faktor V dan

    VIII

    d. Adanya mekanisme antikoagulasi alami terutama oleh AT-III, protein C dan S

    3. Hemostasis Tersier

    Yaitu sistem fibrinolisis akan diaktifkan agar proses koagulasi tidak

    berlebihan dan menyebabkan lisis dari fibrin dan endotel menjadi utuh. Pada

    umumnya proses penyembuhan berlangsung dalam waktu 14 hari.

    Faktor Faktor Hemostasis

    Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Hemostasis

    1. Faktor Vaskuler

    Peran sistem vaskuler dalam mencegah perdarahan meliputi proses kontraksi

    pembuluh darah (vasokonstriksi) secara aktivitas trombosit dan pembekuan darah.

    Apabila pembuluh darah mengalami luka, maka akan terjadi vasokonsriksi yang

    mula-mula secara reflektoris dan kemudian akan dipertahankan oeh faktor lokal

    seperti 5 hidroksitriptamin (5-HT 1, serotonin) dan epinefrin. Vasokonsriksi ini akan

    menyebabkan pengurangan aliran darah pada daerah yang luka. Seperti kita ketahui,

    pembuluh darh dilapisi oleh sel endotel. Apabila lapisan endotel rusak maka jaringan

    ikat dibawah endotel seperti serat kolagen, serta elastin dan membran basalis terbuka

    sehingga terjadi aktivasi trombosit yang menyebabkan adesi trombosit dan

    pembentukan sumbat trombosit. Disamping itu terjadi aktivasi faktor pembekuan

    darah baik jalur intrinsik mauun jalur ekstrinsik yang menyebabkan pembekuan

    fibrin.

    2. Faktor Trombosit

    Trombosit mempunyai peran penting dalam hemostasis yaitu pembentukan

    dan stabilisasi sumbat tombosit. Pembentukan sumbat trombosit terjadi melalui

    6

  • 7/29/2019 PBL3 HEMATOLOGI

    7/19

    beberapa tahap yaitu adesi trombosit, agregasi trombosit dan reaksi pelepasan.

    Apabila pembuluh darah luka, maka sel endotel akan rusak sehingga jaringan ikat

    dibawah endotel akan trbuka. Hal ini akan mencetuskan adesi trombosit yaitu suatu

    proses dimana trombosit melekat pada permukaan asing terutama serat kolagen. Adesi

    trombosit sangat tergantung pada protein plasma yang disebut faktor vonwillebrands(vWF) yang disintesis oleh sel endotel dan megakariosit. Agregasi trombosit mula-

    mula dicetuskan oleh ADP, selain itu juga diprlukan ion Ca dan fibrinogen. Zat

    agregator seperti trombin, kolagen, epinefrin dan TXA2 dapat menyebabkan reaksi

    pelepasan.

    3. Faktor Pembekuan Darah

    Mula-mula faktor pembentukan darah bertindak sebagai substansi dan

    kemudian sebagai enzim.

    LO 1.4 Memahami dan Menjelaskan Destruksi

    Proses Fibrinolitik

    Proses ini bertujuan untuk membentuk plasmin yang berguna untuk

    menghancurkan bekuan fibrin yang berlebihan atau menghancurkan fibrin setelah

    proses reparasi dinding pembuluh darah selesai sehingga darah tersebut kembali

    paten.

    Adanya injury (melalui kalikrein) mengaktifkan tPA yang selanjutnyamengaktifkan plasminogen menjadi plsmin. Plasmin akan memecah fibrin menjadi

    FDP. Untuk mengendalikan proses fibrinolysis ini maka terdapat factor pengendali :

    plasminogen aktifator inhibitor yang menghambat kerja tPA dan alpha-2 antiplasmin

    yang menghambat kerja plasmin

    LO 1.5 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Kelainan

    Beberapa inhibitor penting dalam sistem koagulasi

    1. ATIII merupakan inhibitor kaogulasi fisiologik yang kuat , terdiri atas

    glikoprotein yang disintesis oleh hepar. ATIII menghambat aktivasi aktivitas

    trombin (IIa) , F.Xa , dan dalam tingkatan yang lebih tendah juga menghambat

    IXa , XIa , XIIa , dan kalikrein .

    2. Protein C merupakan zimogen , disintesa di hepar , tergantung vitamin K.

    Protein C diaktifkan oleh trombin bersama dengan ion kalsium dan

    trombomodulin yang terletak di permukaan sel endotel. Pca selanjutnya akan

    menghambat faktor Va dan F. VIII ; C . Aktivitas ini memerlukan permukaan

    fosolipid , ion kalsium , dan sangat ditingkatkan oleh protein S .

    3. Protein S juga disintesa di hepar , tergantung vitamin K. Protein S dalam

    sirkulasi berfungsi sebagai kofaktor protein C .

    7

  • 7/29/2019 PBL3 HEMATOLOGI

    8/19

    Gangguan hemostasis karena faktor vaskuler :

    Kelainan ini dapat dibagi menjadi :

    1. Herediter = hereditary hemorrhagic teleaiectasia

    2. Didapat

    a. Purpura simpleksb. Purpura senilis

    c. Purpura alergik

    d. Purpura karena infeksi

    e. Purpura scurvy

    f. Purpura karena steroid

    Gangguan hemostasis karena kelaianan trombosit :

    1. Trombositolpenia adalah penurunan jumlah trombosit

    2. Trombopati ialah kelainan fungsi trombosit

    Gangguan faal trombosit :

    1. Trombopati herediter terdiri atas :

    a. Platelet pool storage disease

    b. Thromboasthemia Glanzmann

    c. Sindrom bernard souldier

    d. Penyakit von willebrand

    2. Bentuk didapat

    a. Akibat terapi aspirin yang mengakibatkan gangguan sintesis tromboxane

    A2 sehingga mencegah agregasi trombositb. Hiperglobulinemia , seperti pada mieloma multiple dan makroglobulinemia

    waldenstorm , dimana paraprotein akan menyelimuti trombosit yang akan

    menganggu faal trombosit.

    c. Kelainan mieloproliferative

    d. Gagal ginjal kronik

    e. Penyakit hati menahun

    Gangguan koagulasi herediter :

    a. Hemofilia A disebabkan oleh defisiensi F.VIIIb. Hemofilia B disebabkan oleh F.IX

    8

  • 7/29/2019 PBL3 HEMATOLOGI

    9/19

    LI 2 Memahami dan Menjelaskan Hemofilia

    LO 2.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Hemofilia

    Hemofilia adalah penyakit genetik/turunan, merupakan suatu bentuk kelainan

    perdarahan yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya dimana protein yangdiperlukan untuk pembekuan darah tidak ada atau jumlahnya sangat sedikit.

    Hemofilia adalah penyakit perdarahan akibat kekurangan faktor pembeku

    darah yang diturunkan (herediter) secarasex-linked recessive pada kromosom X ( )

    LO 2.2 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Hemofilia

    Hemofilia A dan B diturunkan secara sex-linked recessive dan gen untukfaktor VIII dan IX terletak pada ujung lengan panjang (q) kromosom X serta bersifat

    resesif. Oleh karena itu, penyakit ini dibawa oleh perempuan karier dan

    bermanifestasi klinis pada laki-laki dan dapat pula bermanifestasi klinis pada

    perempuan bila kedua kromosom X pada perempuan terdapat kelainan.

    LO 2.3 Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Hemofilia

    Hemofilia A (defisiensi faktor pembekuan VIII) adalah bentuk paling umum

    dari gangguan, terjadi pada sekitar 1 di 5.000-10.000 kelahiran laki-laki. Hemofilia B

    (kekurangan faktor IX) terjadi pada sekitar 1 dari sekitar 20.000-34.000 kelahiran

    laki-laki. Kasus hemofilia A lebih sering dijumpai dibandingkan hemofilia B, yaitu

    berturut-turut mencapai 80-85 % dan 10-15% tanpa memandang ras,geografi dan

    keadaan sosial ekonomi. Mutasi gen spontan diperkirakan mencapai 20-30% yang

    terjadi pada pasien tanpa riwayat keluarga.

    LO 2.4 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Hemofilia

    Berdasarkan kadar/ aktivitas faktor pembekuan dalam plasma, hemofilia dapat

    9

  • 7/29/2019 PBL3 HEMATOLOGI

    10/19

    dibedakan:

    1. Hemofilia berat, bila kadar faktor pembekuan < 1 %

    Pada hemofilia berat dapat terjadi perdarahan spontan atau akibat trauma

    ringan ( trauma yang tidak berarti)

    2. Hemofilia sedang, bila kadar faktor pembekuan 1-5 %

    Perdarahan terjadi akibat trauma yang cukup kuat

    3. Hemofilia ringan, bila kadar faktor pembekuan 5- 30 %

    Jarang sekali terdeteksi kecuali pasien menjalani trauma cukup berat seperti

    eksraksi gigi, sirkumsisi, luka iris dan jatuh terbentur (sendi lutut,siku dll)

    Berdasarkan berkurangnya faktor pembekuan, hemofilia dapat dibedakan :

    1. Hemofilia A adalah gangguan resesif terkait-X genetik melibatkan kurangnya

    Faktor VIII pembekuan fungsional dan mewakili 80% kasus hemofilia.

    2. Hemofilia B adalah gangguan resesif terkait-X genetik melibatkan kurangnya

    pembekuan IX Faktor fungsional. Ini terdiri dari sekitar 20% kasus hemofilia.

    3. Hemofilia C adalah gangguan genetik autosom (yakni''tidak''X-linked)

    melibatkan kurangnya Faktor pembekuan fungsional XI. Hemofilia C tidak

    sepenuhnya resesif: individu heterozigot juga menunjukkan perdarahan

    meningkat.

    LO 2.5 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Hemofilia

    1. Hemofilia A disebabkan oleh defisiensi F VIII clotting activity (F VIIIC)

    dapat karena sintesis menurun atau pembentukan F VIII.C dengan struktur

    abnormal. Dasar abnormalitas pada hemofilia A adalah

    defisiensi/abnormalitas protein plasma yaitu faktor anti hemofili (AHF = anti

    hemophilic factor/VIII).

    Dalam keadaan normal, dalam plasma F.VIII bersirkulasi dalam bentuk ikatan

    dengan faktor von Willebrand (vWF).Faktor vWF disebut juga F.VIII Antigen

    (F.VIIIAg) berfungsi sebagai pembawa F.VIII. Fungsi F.VIII Pada hemofilia A, vWF

    di produksi dalam kualitas normal dengan jumlah normal atau meningkat.

    Pada hemofilia A didapatkan gangguan pada proses stabilisasi sumbat trombosit

    oleh fibrin. Mutasi genetik yang ditemukan pada hemofilia A :

    Transposisi basa tunggal : codon arginin menjadi stop codon yang

    10

  • 7/29/2019 PBL3 HEMATOLOGI

    11/19

    menghentikan

    sintesis F.VIII yang menyebabkan hemofilia berat.

    Substitusi sam amino tunggal : menyebabkan hemofilia ringan.

    Delesi beberapa ribu nukleotida : menyebabkan hemofilia berat.

    2. Hemofilia B disebabkan karena defisiensi F.IX.

    F.VIII diperlukan dalam pembentukan tenase complex yang akan

    mengaktifkan F X. Defisiensi F VIII menggagu jalur intrinsik sehingga

    menyebabkan berjurangnya pembentukan fibrin. Akibatnya terjadilah

    gangguan koagulasi. Hemofilia diturunkan secara sex-linked recessive. Lebih

    dari 30% kasus hemofilia tidak disertai riwayat keluarga, mutasi timbul secara

    spontan.

    Hemofilia B disebabkan kekurangan faktor IX. Kerusakan dari faktor VIII dimanatingkat sirkulasi yang fungsional dari faktor VIII ini tereduksi.Aktifasi reduksi dapat

    menurunkan jumlah protein faktor VIII, yang menimbulkan abnormalitas dari protein.

    Faktor VIII menjadi kofaktor yang efektif untuk faktor IX yang aktif, faktor VIII

    aktif, faktor IX aktif, fosfolipid dan juga kalsium bekerja sama untuk membentuk

    fungsional aktifasi faktor X yang kompleks (X ase), sehigga hilangnya atau

    kekurangan kedua factor ini dapat mengakibatkan kehilangan atau berkurangnya

    aktifitas faktor X yang aktif dimana berfungsi mengaktifkan protrombin menjadi

    trombin, sehingga jika trombin mengalami penurunan pembekuan yang dibentuk

    mudah pecah dan tidak bertahan mengakibatkan pendarahan yang berlebihan dan

    sulit dalam penyembuhan luka.

    Produksi fibrin dimulai dengan perubahan faktor X menjadi Xa (belum aktif).

    Rangkaian reaksi pertama memerlukan faktor jaringan (tromboplastin) yang dilepas

    endotel pembuluh saat cedera. Faktor jaringan ini tidak terdapat dalam darah,

    sehingga disebut faktor ekstrinsik.Sedangkan faktor VIII dan IX terdapat dalam darah,

    sehingga disebut jalur intrinsik.

    Dalam proses ini, pengaktifan salah satu prokoagulan akan mengakibatkanpengaktifan bentuk penerusnya. Jalur intrinsik diawali dengan keluarnya plasma

    ataukolagen melalui pembuluh yang rusak dan mengenai kulit.Faktor-faktor koagulasi

    XII, XI, dan IX harus diaktifkan berurutan.Faktor VIII harus dilibatkan sebelum

    faktor X diaktifkan.Namun pada penderita hemofilia faktor VIII mengalami

    defisiensi, akibatnya proses pembekuan darah membutuhkan waktu yang lama untuk

    melanjutkan ketahap berikutnya.

    Kondisi seperti inilah yang menghambat pengaktifan jalur intrinsik.Secara tidak

    langsung juga menghambat jalur bersama, karena faktor X tidak bisa diaktifkan.

    Pembentukan fibrin, walaupun dibantu oleh fosfolipid, trombosit tidak berarti tanpa

    11

  • 7/29/2019 PBL3 HEMATOLOGI

    12/19

    faktor Xa.Untaian fibrin tidak terbentuk maka dinding pembuluh yang cedera

    menutup.Dan perdarahan pun sulit dihentikan, hal ini dapat diuji dengan tingginya

    (lamanya) PTT (partial tromboplastin time).

    Hukum

    mendel pada

    penderita

    hemofilia

    Gambar 1

    memperlihatkan

    apa yang akanterjadi jika

    seorang lakilaki

    penderita hemofilia memilikiseorang anak dari seorang wanita normal.

    Semua anak perempuan akan menjadi pembawa sifat hemofilia (carrier), jika

    mereka mewarisi kromosom X yang membawa sifat hemofilia dari sang ayah. Dan

    semua anak laki - laki tidak akan terkena hemofilia, jika mereka mewarisi kromosom

    Y normal dari sang ayah.

    Gambar 2

    menggambarkan keadaan keturunan, jika seorang laki- laki normal

    memiliki anak dari seorang wanita pembawa sifat hemofilia hemofilia

    12

  • 7/29/2019 PBL3 HEMATOLOGI

    13/19

    LO 2.7 Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan Laboratorium

    Hemofilia

    Pemeriksaan hemsotasis dapat digolongkan atas pemeriksaan penyaring danpemeriksaan khusus. Pemeriksaan penyaring yang dilakukan adalah :

    1. Percobaan pembendungan (Rumple Leede, Tourniquet)

    Percobaan ini bermaksud menguji ketahanan dinding kapiler dengan cara

    pembendungan vena, sehingga tekanan darah di dalam vena meningkat.

    Dinding kapiler yang kurang kuat akan menyebabkan darah keluar dan

    merembes ke dalam jaringan sekitarnya sehingga nampak titik merah kecil

    (petekia).

    Tujuan : Untuk menguji ketahanan dinding pembuluh darah

    Dipengaruhi oleh jumlah dan fungsi trombosit

    Pada trombositopenia(+)

    Pasang tensimeter ditengah nilai sistol dan diastole, tunggu sampai 10

    menit lalu liat daerah pengamatan

    2. Masa Perdarahan

    Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai kemampuan vaskular dan trombosit

    unutk menghentikan perdarahan. Prinsip pemeriksaan ini adalag menentukan

    lamanya perdarahan pada luka yang mengenai kapiler. Terdapat 2 macam cara

    yaitu cara Ivy dan Duke. Hasil pemeriksaan menurut cara Ivy lebih dapat

    dipercaya, apabila perdarahan berlangsung lebih dari 10 menit dah hal ini

    diulang pada lengan yang lain hasilnya tetap lebih dari 10 menit, hal ini

    membuktikan adanya suatu kelainan dalam mekanisme hemostasis.

    3. Hitung Trombosit

    Hitung trombosit dapat dilakukan dengan cara langsung dan tak langsung.

    Dalam keadaan normal jumlah trombosit sangat dipengaruhi oleh cara

    menghitungnya dan berkisar antara 150.000-400.000 sel/l darah. Pada

    umumnya jika morfologi dan fungsi trombosit normal perdarahan tidak terjadi

    jika jumlah trombosit > 100.000/l. Jikas fungsi trombosit normal,pasien

    dengan jumlah trombosit diatas 50.000/l tidak mengalami perdarahan kecuali

    terjadi trauma atau oprasi. Jumlah trombosit < 50.000/l digolongkan

    trombositopenia berdat dan perdarahan spontan akan terjadi jika jumlah

    trombosit < 20.000/l.

    13

  • 7/29/2019 PBL3 HEMATOLOGI

    14/19

    4. Masa Protrombin plasma (prothrombin time PT)

    Pemeriksaan ini digunakan untuk menguji pembekuan darah melalui jalur

    ekstrinsik dan jalur bersama yaitu faktor pembekuan VII,X,V, protombin dan

    fibrinogen. Selain itu juga dapat dipakai untuk memantau efek antikoagulan

    oral.

    Prinsip pemeriksaan ini adalah mengukur lamanya terbentuk bekuan bila ke

    dalam plasma yang diinkubasi pada suhu 37C ditambhakan reagens

    tromboplastin jaringan dan ion kalsium. Hasil pemeriksaan ini dipengaruji

    oleh kepekaa tromboplastin yang dipakai. Jika hasil PT memanjang maka

    penyebab mungkin kekurangan faktor-faktor pembekuan dijalur estrinsik dan

    bersama atau adanya inhibitor.

    PT memanjang jika :

    o Defisiensi salah satu factor diatas

    o Inhibitor

    5. Masa Tromboplastin Parsial Teraktivasi (APTT)

    Pemeriksaan ini digunakan untuk menguji pembekuan darah melalui jalur

    intrinsik dan jalur bersama yaitu faltor pembekuan XII, prekalikrein, kininogen,

    XI,IX,VIII,X,V,protombin dan fibrinogen. Prinsip pemeriksaan ini adalah mengukur

    lamanya terbentuk bekuan bila ke dalam plasma ditambahkan reagens tromboplastin

    parsial dan aktivator serta ion kalsium pada suhu 37C. Hasil memanjang bila terdapat

    kekurangan faktor pembekuan di jalur intrinsik dan bersama atau bila terdapat

    inhibitor. Pada hemofilia A maupun B, APTT akan memanjang, tetapi pemeriksaan

    ini tidak dapat mebedakan kedua kelainan tersebut.

    APTT memanjang pada :

    o Defisiensi factor-faktor diatas

    o Inhibitor

    6. Masa Trombin (trombin time TT) ( N: 16-20 detik)

    Pemeriksaan ini digunakan untuk menguji perubahan fibrinogen menjadi

    fibrin. Prinsip pemeriksaan ini adalah mengukur lamanya terbentuk bekuan

    pada suhu 37C bila ke dalam plasma ditambahkan reagens trombin. Nilai

    normal tergantung dari kadar trombin yang dipakai. Hasilnya dipengaruhi oleh

    kadar dah fungsi fibrinogen serta ada tidaknya inhibitor. Hasilnya memanjang

    bila kadar fibrinogen kurang dari 100 mg/dl atau fungsi fibrinogen abnormal

    atau bila terdapat inhibitor trombin seperti heparin atau FDP.

    14

  • 7/29/2019 PBL3 HEMATOLOGI

    15/19

    7. Pemeriksaan penyaring untuk faktor XIII

    Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai kemampuan faktor XIII dalam

    menstabilkan fibrin. Prinsipnya faktor XIIIa mengubah fibrin soluble menjadi

    fibrin stabil karena terbentuknya ikatak cross link. Bila tidak ada faktor XIII,

    ikatan dalam molekul fibrin akan dihancurkan oleh urea 5M atau

    monokhlorasetat 1%.

    Pemeriksaan khusus dilakukan untuk menegakkan diagnosis pasti suatu penyakit.

    Pada hemofilia A dilakukan Pemeriksaan faktor pembekuan VIII dan pada hemofilia

    B dilakukan pemeriksaan faktor pembekuan IX.

    LO 2.9 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Hemofilia

    Untuk menentukan letak kelainan hemostasis diperlukan anamenesia yang

    baik dan teliti, pemeriksaan dan evaluasi manifestasi klinik perdarahan yang cermat

    serta pemeriksaan laboratorium yang tepat.

    Hemofila A

    Diagnosis ditegakkan bila pada pemeriksaan ini hasilnya abnormal:

    1. Masa tromboplastin parsial teraktivasi (APTT) memajang.

    2. Pemeriksaan faktor pembekuan VIII

    Masa perdarahan dana masa protombin normal.

    Hemofilia B

    Diagnosis ditegakkan bila pada pemeriksaan ini hasilnya abnormal:

    1. Masa tromboplastin parsial teraktivasi (APTT) memajang.

    2. Pemeriksaan faktor pembekuan IX

    Masa perdarahan dana masa protombin (TT) normal.

    LO 2.10 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Banding Hemofilia

    Diagnosis banding hemofilia A dan B dengan :

    1. Defisiensi faktor XI dan XII

    2. Penyakit von Willebrand, inhibitor Faktor VIII yang didapat dan kombinasi

    15

  • 7/29/2019 PBL3 HEMATOLOGI

    16/19

    defisiensi F VIII dan V kongenital.

    3. Hemofilia B dengan penyakit hati, pemakasian wafarin,defisiensi vitamin K,

    sangat jarang inhibitor F IX yang didapat.

    Temuan klinis dan laboratorium utama pada hemofilia A, hemofilia B dan penyakitvon Willebrand

    Hemofilia A Hemofilia BPenyakit von

    Willebrand

    Pewarisan Terkait jenis kelamin Terkait Jenis kelamin Dominan

    Lokasi Utama

    Perdarahan

    Otot,sendi,pascatrauma

    atau pascaoprasi

    Otot,sendi,pascatrauma

    atau pascaoprasi

    Membran

    Mukosa,luka

    kulit,pasca

    trauma

    Jumlah

    TrombositNormal Normal Normal

    Massa

    PerdarahanNormal Normal Memanjang

    Masa

    Protombin Normal Normal Normal

    APTT Memanjang Memanjang Memanjang/N

    Faktor VIII Rendah NormalBerkurang

    sedang

    Faktor IX Normal Rendah Normal

    vWF Normal Normal Rendah

    Agregasi

    TrombositNormal Normal Terganggu

    LO 2.11 Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Hemofilia

    Terapi Suportif

    Pengobatan rasional pada hemofilia adalah menormalkan kadar faktorantihemofilia yang kurang, namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan :

    16

  • 7/29/2019 PBL3 HEMATOLOGI

    17/19

    a. Melakukan pencegahan baik menghindarkan luka atau benturan

    b. Merencanakan suatu tindakan operasi serta mempertahankan kadar akyivitas

    faktor pembekuan sekitar 30-50 %

    c. Untuk mwngatasi perdarahan akut yang terjadi makan dilakukan tindakanpertama seperti rest,ice,compressio,elevation (RICE) pada lokasi perdarahan.

    d. Kortikosteroid,pemberian sangat membantu untuk menghilangkan proses

    inflamasi pada sinovitis akut yang terjadi setelah serangan akut hemartrosis.

    Pemberian prednison 0.5-1 mg/kg/BB/hari selama 5-7 hari dpar mencegah

    terjadinya gelaja sisa berupa kaku sendi yang menggangu aktivitas harian serta

    menurunkan kualitas hidup pasien hemofilia.

    e. Analgetika. Pemberian analgetik diindikasikan pada pasien hemartrosis

    dengan nyeri hebat, dan sebaiknya dipilih analgetika yang tidak mengganguagregasi trombosit ( harus dihindari pemakaian aspirin dan antikoagulan)

    f. Rehabilitasi Medik. Sebaiknya dilakukan sedini mungkin secara komprehensif

    dan holistik dalam sebuah tim,karena keterlambatan oengelolaan akan

    meyebabkan kecacatan dan ketidakmampuan baik fisiknokupasi maupun

    psikososial dan edukasi.

    Terapi Pengganti Faktor Pembekuan

    Pemberikan faktor pembekuan dilakukan 3 kali seminggu untuk menghindari

    kecacatan fisik ( terutama sendi) sehingga pasien hemofilia dapat melakukan aktivitas

    normal. Terapi pengganti faktor pembekuan pada kasus hemofilia dengan

    memberikan F VIII danIX, baik rekombinan,konsertrat maupun komponen darah

    yang mengandung cukup banyak faktor-faktor pembekuan tersebut.

    Konsentrat F VIII atau F IX

    Konsentrat F VII yang telah dilemahkan virusnya dan konsentrat F IX yang

    tersedia dalam 2 bentuk yaitu prothrombin complex concentrates (PCC) danpurifiedF IX concentrates.

    Antifibrinolitik

    Preparat antifibrinolitik digunakan pada pasien hemofilia untuk menstabilkan

    bekuan/fibrin dengan cara menghambat proses fibrinolisis. Antifibrinolitik yang

    dipakai adalahEpsilon aminocaproic acid(EACA).

    Terapi Gen

    Untuk mencegah sebagian besar mortalitas dan morbiditas akibat defisiensifaltor VIII danIX hanya perlu mempertahankan kadar faktor > 1%, sehingga terdapat

    17

  • 7/29/2019 PBL3 HEMATOLOGI

    18/19

    ketertarikan pada terapi berdasarkan gen dan saat ini sedang dilakukan uji klinis.

    LO 2.10 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Hemofilia

    1. Artropati hemofilia; yaitu penimbunan darah intraartikular yang menetap

    dengan akibat degenerasi kartilago dan tulang sendi secara progesif.

    2. Hemarthrosis yang tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan sinovitis

    kronik akibat proses peradangan jaringan sinovial yang tidak kunjung henti.

    3. Perdarahan yang berkepanjangan akibat tindakan medis

    4. Perdarahan akibat trauma sehari-hari

    LO 2.11Memahami dan Menjelaskan Prognosis Hemofilia

    Tersedianya fasilitas seperti darah segar, kriopresipitat (mengandung faktor

    VIII dan fibrinogen dalam jumlah banyak) dan faktor VIII dan faktor IX

    menyebabkan prognosis hemofilia A dan B menjadi baik.

    LO 2.12 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Hemofilia

    1. Hindari trauma

    2. Hindari mengkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi kerja trombosit yang

    berfungsi membentuk sumbatan pada pembuluh darah, seperti asam salisilat,

    obat antiradang jenis nonsteroid,ataupun pengencer darah seperti heparin.

    3. Kenakan tanda khusus seperti gelang atau kalung yang menandakan bahwa ia

    menderita hemofilia.

    4. Hal ini penting dilakukan agar ketika terjadi kecelakaan atau kondisi darurat

    lainnya, personel medis dapat menentukan pertolongan khusus.

    18

  • 7/29/2019 PBL3 HEMATOLOGI

    19/19

    DAFTAR PUSTAKA

    Bakti, I Made. Hematologi klinik ringkas. Denpasar, 2006. EGC

    Cotran RS, Kumar V Robbins SL(2007) Buku Ajar Patologi Robbin ed 7, EGC,

    Jakarta.

    Guyton, Arthur C; alih bahasa Irawati, editor Luqman Yanuar Rachman. 2007. Buku

    ajar Fisiologi Kedokteran/ Arthur C. Guyton, John E. Hall. Jakarta: EGC.

    Hoffbrand, A.V dan Mehta, A 2008, At a Glance Hematologi, edisi 2 Erlangga

    Medical Series, Surabaya.

    Leeson,C.Roland. Textbook of histology/ C.Roland Leeson,Thomas S. Leeson,

    Anthony A.

    Nelson. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC

    Paparo; ahlibahasa, Yan Tambayong,dkk,edisi 5. Jakarta : EGC,1996

    Sherwood, Lauralee (2001). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem , Jakarta : EGC

    Sudoyo, Aru W dan Bambang setiyohadi et al (2006). Ilmu Penyakit Dalam,

    Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI

    Sylvia A. Price Lorraine M. Wilson, 2002, Patofisiologi, Jilid1, EGC, Jakarta

    http://medicinembbs.blogspot.com/2011/02/normal-hemostasis.html

    http://www.kosvi.com/courses/vpat5200/circulation/hemostasis/hemostasis04.html

    http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000538.htm

    19

    http://medicinembbs.blogspot.com/2011/02/normal-hemostasis.htmlhttp://www.kosvi.com/courses/vpat5200/circulation/hemostasis/hemostasis04.htmlhttp://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000538.htmhttp://medicinembbs.blogspot.com/2011/02/normal-hemostasis.htmlhttp://www.kosvi.com/courses/vpat5200/circulation/hemostasis/hemostasis04.htmlhttp://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000538.htm