gambaran pendidikan dan informasi terhadap...

45
GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PENYAKIT THALASEMIA PADA ANAK DI RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN CENTRA THALASEMIA BANDA ACEH KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Diploma III KebidananSTIKes U’Budiyah Banda Aceh Oleh: DARA KHAIRINA NIM : 10010116 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN BANDA ACEH TAHUN 2013

Upload: vanduong

Post on 01-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP

PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG

PENYAKIT THALASEMIA PADA ANAK

DI RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN

CENTRA THALASEMIA

BANDA ACEH

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan

Program Studi Diploma III KebidananSTIKes U’Budiyah

Banda Aceh

Oleh:

DARA KHAIRINA

NIM : 10010116

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH PROGRAM

STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN BANDA ACEH

TAHUN 2013

Page 2: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

ABSTRAK

GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP

PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PENYAKIT THALASEMIA

PADA ANAK DI RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN CENTRA THALASEMIA

BANDA ACEH TAHUN 2013

Dara Khairina1, Muhammad

2

xi + 35 Halaman : 6 tabel, 1 gambar, 14 Lampiran

Latar Belakang : Penyakit thalasemia merupakan kelainan genetik tersering didunia.

Kasus thalasemia semakin hari semakin meningkat layaknya fenomena gunung es, ditengarai ada sekitar 200 ribu penderita thalasemia yang belum terdeteksi kasusnya.

Kurangnya pengetahuan orang tua tentang thalasemia dan cara penatalaksanaanya sangat

berpengaruh terhadap upaya perawatan anak yang mengalami thalasemia. Tujuan

Penelitian : Untuk mengetahui gambaran pendidikan dan informasi terhadap

pengetahuan orang tua tentang penyakit thalasemia pada anak di RSUD dr. Zainoel

Abidin centra thalasemia. Metode Penelitian : Bersifat deskriptif dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi adalah orang tua yang anaknya mengalami thalasemia, sampel

35 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner. Kemudian di uji

statistik menggunakan Chi-square memakai program SPSS. Hasil Penelitian : Semakin

tinggi pendidikan orang tua (reponden) maka pengetahuan yang dimilikinya tentang penyakit thalasemia pada anak semakin tinggi, dan semakin rendah pendidikan orang tua

maka pengetahuan yang dimilikinya tentang penyakit thalasemia pada anak lebih rendah.

Semakin banyak informasi tentang penyakit thalasemia pada anak yang pernah didapat oleh orang tua maka pengetahuannya akan semakin tinggi, serta apabila tidak pernah

mendapatkan informasi tentang penyakit thalasemia pada anak maka pengetahuan yang

dimilikinya akan lebih rendah. Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan

bahwa responden yang memiliki pendidikan dasar ternyata mayoritas berpengetahuan rendah tentang thalasemia dan responden yang tidak pernah mendapat informasi tentang

thalasemia ternyata mayoritas berpengetahuan rendah tentang thalasemia. Diharapkan

bagi lahan penelitian agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan serta mengadakan penyuluhan guna meningkatkan pengetahuan orang tua tentang penyakit thalasemia pada

anak.

Kata Kunci : Thalasemia, Pendidikan, Pengetahuan dan Informasi

Sumber : 12 Buku + 1 Situs Internet (2001-2013)

1 : Mahasiswi D-III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh

2 : Dosen Pembimbing Pada D-III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh

Page 3: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T, dimana

atas rahmat dan hidayah-Nya peneliti telah dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah

ini dengan judul “Gambaran Pendidikan dan Informasi Terhadap

Pengetahuan Orangtua Tentang Penyakit Thalasemia Pada Anak di RSUD

dr. Zainoel Abidin Centra Thalasemia Banda Aceh”.

Penelitian karya tulis ilmiah ini merupakan kewajiban yang harus di

laksanakan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Kebidanan

STIKes U’budiyah.

Dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini peneliti telah banyak menerima

bimbingan dan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

melalui kata pengantar ini peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada Bapak dr. Muhammad, MPH selaku pembimbing saya yang telah

banyak meluangkan waktu dan pemikiran dalam proses penyusunan karya tulis

ilmiah ini dan tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dedi Zefrizal, S.T, Selaku Ketua Yayasan U’Budiyah Indonesia.

2. Ibu Marniati, M. Kes. Selaku Ketua STIKes U’Budiyah Banda aceh.

3. Ibu Nuzulul Rahmi SST. Selaku Ketua Prodi D-III Kebidanan STIKes

U’Budiyah Banda Aceh.

4. Ibu Cut Rosmawar, SST selaku Ketua Prodi D-IV Kebidanan STIKes

U’Budiyah Banda Aceh.

5. Bapak Agussalim, SKM, M.Kes selaku Ketua S-1 Fakultas Kesehatan

Masyarakat STIKes U’Budiyah Banda Aceh.

6. Terima Kasih kepada Seluruh pasien khususnya untuk orang tua yang telah

memberikan Informasinya tentang pengetahuan penyakit thalasemia pada

anak.

Page 4: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

7. Teristimewa buat Ayahanda dan Ibunda serta keluarga besar yang telah

memberikan pengorbanan baik material maupun do’a bagi peneliti sehingga

dapat menyelesaikan pendidikan Akademi Kebidanan.

8. Teman-teman seangkatan yang telah banyak membantu khususnya untuk

sahabat saya Cut Elsysa Azzanie, Raudhatul Jannah 79, Siti Julita, Devi

heriati yang telah banyak membantu saya sehingga selesainya penelitian

ini.

9. Teman–teman dan sahabat yang berada jauh di Bireuen sana tetapi mereka

tetap memberikan motivasi sehingga selesainya penelitian ini.

Peneliti menyadari bahwa penelitian karya tulis ilmiah ini masih jauh dari

sempurna, banyak kekurangan baik dari segi bahasa, penelitian, maupun isinya.

Oleh sebab itu peneliti senantiasa mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya

membangun dari semua pihak yang dapat membantu dalam pembuatan penelitian

pada penelitian selanjutnya.

Akhirnya kepada Allah SWT kita sepantasnya berserah diri, tiada satupun

yang terjadi tanpa kehendaknya.

Banda Aceh, 27 Agustus 2013

Tertanda

Peneliti

Page 5: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

ABSTRAK ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN iii

PENGESAHAN PENGUJI iv

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI vii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR TABEL x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan Penelitian 3

D. Manfaat Penelitian 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5

A. Pengertian Talasemia 5

B. Manifestasi Klinis 7

C. Terapi Untuk Talasemia 8

1. Transfusi Darah 9

2. Iron Chelator 9

3. Splenektomi 10

4. Transplantasi Sumsum Tulang 10

D. Dampak Psikososial Talasemia 10

E. Pengetahuan (Knowledge) 11

BAB III KERANGKA KONSEP 22

A. Kerangka Konsep Penelitian 22

B. Definisi Operasional 23

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 25

A. Jenis Penelitian 25

B. Populasi Sampel 25

C. Tempat Dan Waktu Penelitian 26

D. Instrumen Penelitian 26

E. Teknik Pengumpulan Data 27

F. Pengolahan Data 27

G. Analisa Data 28

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 29

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 29

B. Hasil Penelitian 30

Page 6: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

C. Pembahasan 33

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 37

A. Kesimpulan 37

B. Saran 37

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 7: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2006, sekitar

7% penduduk dunia diduga carrier Thalasemia dan sekitar 300 ribu – 500 ribu

bayi lahir dengan kelainan ini setiap tahunnya. Penderita Thalasemia tertinggi ada

di negara-negara tropis, namun dengan tingginya angka migrasi penyakit ini juga

ditemukan di seluruh dunia.

Demikian pula dengan Indonesia. Data Perhimpunan Yayasan Thalasemia

Indonesia (YTI) mencatat pada 2006 terdapat sekitar 3.053 kasus Thalasemia dan

2008, jumlah penderita meningkat menjadi 5.000 orang. Layaknya fenomena

gunung es, ditenggarai ada sekitar 200 ribu penderita thalasemia yang belum

terdeteksi kasusnya. Bahkan terdapat jutaan carrier yang tidak terdeteksi di Tanah

Air. Potensi mereka sangat besar untuk menurunkan penyakit tersebut kepada

anak-anaknya.

Di Aceh sendiri saat ini diperkirakan lebih dari 150 penderita Thalasemia

yang menjalani transfusi darah dan perawatan medis setiap bulannya di Rumah

Sakit Daerah dr. Zainoel Abidin. Jumlah ini belum termasuk dengan pasien-pasien

yang di rawat di Rumah Sakit kabupaten dan pasien yang belum terdeteksi.

Talasemia merupakan penyakit kongenital herediter yang diturunkan secara

autosomal berdasarkan kelainan haemoglobin, dimana satu atau dua rantai

Hemoglobin (Hb) kurang atau tidak terbentuk secara sempurna sehingga terjadi

anemia hemolitik. Kelaina hemolitik ini mengakibatkan kerusakan pada sel darah

Page 8: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

merah didalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang

dari 120 hari). Talasemia adalah penyakit genetik yang diturukan secara

autosomal resesif menurut Hukum Mendel yang dari orang tua kepada anak-

anaknya yang dapat menunjukkan gejala klinis dari yang paling ringan (bentuk

heterezigot) yang disebut talasemia minor atau trait (carrier = pengembang sifat)

hingga yang paling berat (bentuk homozigot) yang disebut talasemia mayor.

Bentuk heterozigot diturunkan oleh salah satu orang tua yang mengidap talasemia,

sedangkan bentuk homozigot ditirunkan oleh kedua orang tuanya yang mengidap

penyakit talasemia (Indanah, 2010).

Berdasarkan hasil pengamatan yang di lakukan di RSUD dr. Zainoel Abidin

Centra Talasemia, dari 10 orang tua yang anaknya menderita talasemia hanya 2

orang yang mengetahui tentang talasemia. Berdasarkan permasalahan dilapangan

peneliti tertarik untuk melihat bagaimana Tingkat pengetahuan orang tua tentang

penyakit talasemia pada anak.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Bagaimanakah Gambaran Pendidikan dan

Informasi Terhadap Pengetahuan Orang Tua Tentang Penyakit Thalasemia Pada

Anak di RSUD dr. Zainoel Abidin Centra Thalasemia”.

Page 9: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pendidikan dan informasi terhadap

pengetahuan orang tua tentang penyakit thalasemia pada anak di RSUD dr.

Zainoel Abidin Centra Thalasemia.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran pendidikan terhadap pengetahuan orang tua tentang

penyakit thalasemia pada anak di RSUD dr. Zainoel Abidin Centra

Thalasemia.

b. Mengetahui gambaran informasi terhadap pengetahuan orang tua tentang

penyakit thalasemia pada anak di RSUD dr. Zainoel Abidin Centra

Thalasemia.

D. Manfaat Penelitian

a. Peneliti

Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman serta dapat memperoleh

informasi tentang pengetahuan orang tua tentang penyakit thalasemia pada

anak.

b. Tempat Penelitian

Menjadi masukan yang luar biasa bagi orang tua tentang penyakit

talasemia pada anak.

Page 10: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

c. Institusi Pendidikan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian terhadap teori yang

telah diperoleh mahasiswi selama mengikuti kegiatan belajar mengajar

sekaligus sebagai bahan bacaan di perpustakaan institusi pendidikan.

Page 11: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Pengertian Thalasemia

Thalasemia merupakan penyakit kongenital herediter yang diturunkan

secara autosomal berdasarkan kelainan haemoglobin, dimana satu atau dua rantai

Hb kurang atau tidak terbentuk secara sempurna sehingga terjadi anemia

hemolitik. Kelainan hemolitik ini mengakibatkan kerusakan pada sel darah merah

didalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (Indanah, 2010).

Thalasemia adalah penyakit genetic yang diturunkan secara autosomal

resesif menurut hukum mendel dari orang tua kepada anak-anaknya yang dapat

menunjukkan gejala klinis dari yang paling ringan (bentuk heterozigot) yang

disebut thalasemia minor atau trait (carrier = pengembang sifat) hingga yang

paling berat (bentuk homozigot) yang disebut thalasemia mayor. Bentuk

heterozigot diturunkan oleh salah satu orang tua yang mengidap thalasemia,

sedangkan bentuk homozigot diturunkan oleh kedua orang tuanya yang mengidap

penyakit thalasemia (Aru W. Sudoyo, 2009)

Thalasemia mayor dikenal dengan (Coleey anemia) merupakan bentuk

homozigot dari thalasemia β yang disertai dengan anemia berat dan sangat

tergantung pada tranfusi. Penyakit thalasemia merupakan kelainan genetik

tersering didunia. Kelainan ini terutama ditemukan dikawasan Mediterania, Afrika

dan Asia Tenggara dengan frekuensi sebagai pembawa gen sekitar 5-30%

(Indanah, 2010).

Page 12: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

Pasien thalasemia mengalami perubahan secara fisik antara lain

mengalami anemia yang bersifat kronik yang menyebabkan pasien mengalami

hypoxia, sakit kepala, irritable, anorexia, nyeri dada dan tulang serta intoleran

aktifitas. Pasien thalasemia juga mengalami gangguan pertumbuhan dan

perkembangan reproduksi. Pasien thalasemia mempunyai karakteristik tersendiri

antara lain Hiperbilirubenemia, splenomegalia, hepatomegalia, penampilan wajah

yang khas berupa tulang maxilaris yang menonjol, dahi yang lebar dan broze skin

tone. Pada taraf lanjut pasien thalasemia sering mengalami komplikasi berupa

penyakikt jantung dan hati, mengalami infeksi sekunder serta osteoporosis

(Indanah, 2010).

Perubahan yang terjadi secara fisik tersebut juga berdampak secara

psikososial pada pasien. Pasien thalasemia merasa berbeda dengan kelompoknya,

pasien merasa terbatas aktifitasnya, mengalami isolasi sosial, rendah diri dan

merasa cemas dengan kondisi sakit dan efek lanjut yang mungkin timbul

(Indanah, 2010), sehingga untuk meminimalkan dampak baik secara fisik maupun

psikologis dibutuhkan penatalaksaan yang tepat untuk pasien thalasemia.

Penatalaksaan pasien thalasemia ditunjukkan kemampuan secara fisik dan

psikologis. Terapi bertujuan meningkatkan kemampuan mendekati perkembangan

normal serta meminimalkan infeksi dan komplikasi sebagai dampak sistemik

penyakit (Indanah, 2010). Pengobatan seumur hidup diperlukan untuk pasien

thalasemia. Program terapi yang harus dilakukan antara lain tranfusi darah, iron

chelation terapi, kemungkinan spelenektomi, pengaturan diet yang membantu

Page 13: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

pembentukan sel darah merah (asam folat) dan diet yang mengurangi resiko

penimbunan zat besi (konsumsi Vit C) (Indanah, 2010).

Anak yang menderita thalasemia diupayakan untuk melakukan aktifitas yang

sesuai dengan kemampuannya. Namun terkadang anak melakukan aktifitas tanpa

memperhatikan kondisi fisiknya. Hal tersebut membuat orang tua merasa cemas

dan membatasi aktifitas yang dilakukan oleh anak serta menerapkan disiplin yang

berlebihan dalam menjalani program terapi, sehingga anak tidak banyak diberi

kesempatan untuk terlibat dalam pemeliharaan kesehatannya. Anak akan

mengalami konflik jika aktifitasnya dibatasi, anak akan merasa bersalah, cemas,

takutsehingga akan menunjukkan perubahan perilaku yang tidak diharapkan.

Pengetahuan orang tua yang tidak adekuat terhadap kondisi penyakit dan

penatalaksaannya serta dukungan social berpengaruh terhadap upaya anak untuk

terlibat dalam selfcare (Indanah, 2010).

B. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik yang dapat dijumpai sebagai dampak patologis penyakit

pada thalasemia yaitu thalasemia. Anemia yang menahun pada thalasemia

disebabkan eritropoises yang tidak efektif, proses hemolisis dan reduksi sintesa

hemoglobin (Indanah, 2010). Adanya anemia tersebut mengakibatkan pasien

memerlukan transfusi darah seumur hidupnya. Pemberian transfusi darah secara

terus menerus akan menyebabkan terjadinya penumpukan zat besi pada jaringan

parenkim disertai dengan kadar serum besi yang tinggi. Hal tersebut dapat

Page 14: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

menimbulkan hemosiderosis pada berbagai organ tubuh seperti, jantung, hati,

limpa serta kelenjar endokrin.

Kondisi anemia kronis menyebabkan terjadinya hypoxia jaringan dan

merangsang peningkatan produksi eritropoitin yang berdampak pada ekspansi

susunan tulang sehingga pasien thalasemia mengalami deformitas tulang, resiko

menderita gout dan defisiensi asam folat. Selain itu peningkatan eritropoitin juga

mengakibatkan hemapoesis ekstra medular. Hemapoesis eksta medular serta

hemolisis menyebabkan terjadinya hipersplenisme dan splenomegali. Hypoxia

yang kronis sebagai dampak dari anemia mengakibatkan penderita sering

mengalami sakit kepala, irritable, aneroxia, nyeri dada dan tulang serta intoleran

aktifitas. Pada taraf lanjut pasien juga beresiko mengalami gangguan pertumbuhan

dan perkembangan reproduksi. Pasien dengan thalasemia juga mengalami

perubahan struktur tulang yang ditandai dengan penampilan wajah khas berupa

tulang maxilaris yang menonjol, dahi yang lebar dan tulang hidung datar

(Indanah, 2010).

C. Terapi Untuk Thalasemia

Terapi thalasemia bertujuan meningkatkan kemampuan mendekati

perkembangan normal serta meminimalkan infeksi dan komplikasi sebagai

dampak sistemik penyakit. Terapi thalasemia mayor meliputi pemberian tranfusi,

mencegah penumpukan zat besi (Hemocromatosi) akibat tranfusi, pemberian asam

folat, usaha mengurangi hemolisis dengan splenektomi, dan transplantasi sumsum

tulang (Indanah, 2010).

Page 15: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

1) Tranfusi Darah

Tranfusi darah yang teratur dilakukan untuk mempertahankan

hemoglobin normal atau mendekati normal. Terapi ini diberikan jika kadar

hemoglobin < 6 mg/dl dalam interval 1 bulan selama 3 bulan berturut-

turut. Tehnik yang dipakai adalah hipertranfusi, yaitu untuk mencapai

kadar hemoglobin diatas 10 gr/dl dengan jalan memberikan tranfusi 2 - 4

unit darah setiap 4 - 6 minggu, sehingga produksi hemoglobin abnormal

ditekan. Tindakan ini bertujuan mengurangi komplikasi anemia dan

eritropoesis, memaksimalkan pertumbuhan dan perkembangan serta

memperpanjang ketahanan hidup (Indanah, 2010).

2) Iron Chelator

Iron chelator diberikan untuk mencegah penumpukan zat besi

(hemocromatosis) akibat tranfusi dan akibat patogenesis dari thalasemia

sendiri serta mengontrol kadar besi didalam tubuh secara optimal

(Indanah, 2010). Iron chelator yang diberikan berupa desferoksamin

(desferal ®), berfungsi untuk membantu mengekresikan besi dalam urin.

Desferoksamin diberikan dengan infusion bag dengan 1 – 2 g tiap unit

darah yang ditranfusikan atau melalui infus subcutan 20 – 4 mg/kg dalam

8 – 12 jam, 5 – 7 hari seminggu. Terapi ini diberikan setelah tranfusi darah

10 – 15 unit. Besi yang terkelasi oleh desferoksamin diekresikan melalui

urin dan feses. Pemberian Vitamin C (200 mg/hari) membantu

meningkatkan eksresi besi oleh desferoksamin. Harapan hidup pasien

thalasemia akan meningkat jika pasien patuh terhadap terapi iron chelator

Page 16: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

ini. Selain harganya yang mahal, terapi ini member efek samping pada

pasien seperti bengkak, gatal, tuli, kerusakan pada retina, kelainan tulang

dan retardasi pertumbuhan (Indanah, 2010).

3) Splenektomi

Splenektomi adalah terapi thalasemia yang bertujuan mengurangi

proses hemolisis. Splenektomi dilakukan jika splenomegali cukup besar

dan terbukti adanya hipersplenisme serta dilakukan jika pasien berumur

lebih dari 6 tahun karena resiko infeksi pasca splenektomi (Indanah,

2010).

4) Transplantasi Sumsum Tulang

Transplantasi sumsum tulang merupakan alternatif pengobatan

yang dipercaya untuk kasus thalasemia. Proses penatalaksaan pengobatan

thalasemia dengan transplantasi sumsum tulang ini, harus dengan

pertimbangan yang sangat matang karena mengandung banyak resiko

(Indanah, 2010) menyebutkan penatalaksanaan transplantasi sumsum

tulang yang mempertimbangkan tingkatan hepatosplenomegali, ada

tidaknya fibrosis postal pada biopsi hati secara efektifitas iron chelation

therapy sebelum penatalaksanaan transplantasi. Terapi dengan

transplantasi sumsum tulang mampu menghilangkan kebutuhan pasien

terhadap iron chelation therapy.

D. Dampak Psikososial Thalasemia

Secara umum pasien thalasemia berasal dari keluarga dengan tingkat

social ekonomi dan tingkat pendidikan yang rendah (Indanah, 2010). Pasien

Page 17: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

thalasemia harus menjalani perawatan yang cukup besar serta berlangsung seumur

hidup (“Thalasemia meningkat setiap tahun”, 2009). Selain bebas secara financial,

perubahan secara fisik dan resiko timbulnya komplikasi menjadi beban psikologis

tersendiri bagi penderita maupun keluarganya. Orang tua dengan anak yang

menderita thalasemia cenderung mengalami kecemasan dan depressi (Indanah,

2010). Sedangkan pada anak thalasemia sendiri, perubahan secara fisik yang

terjadi membuat anak merasa berbeda dengan kelompoknya, terbatas aktifitasnya,

merasa rendah diri dan mengalami kecemasan dan isolasi social (Indanah, 2010).

Pasien thalasemia mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan

sebagai akibat penyakitnyayang berat dan lama karena anemia diderita sepanjang

umurnya. Anak sangat lemah, tak bergairah, bahkan berbicara saja jarang. Pasien

tidak pernah meminta sesuatu, gerakannya sangat lamban. Dalam keadaan

demikian semua kebutuhan pasien harus ditolong (mandi, BAB/BAK, makan dan

sebagainya). Jika tranfusi telah diberikan kadar Hb telah naik walaupun belum

mencapaiu normal terlihat pasien ada gairah (biasanya makannya lmau lebih

banyak dan mau bermain). Berikan dorongan agar mau semangat hidupnya dan

ajaklah bermain dan berikan buku-buku yang umunya disenagi anak-anak atau

mainan sesuai dengan keadaan pasien. (Ngastiyah, 2005)

E. Pengetahuan (Knowledg)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui pancraindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

Page 18: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

1. Proses Adopsi Prilaku

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari

oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa

sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri

orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus (objek) tertarik dahulu

b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus

c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut

bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi

d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru

e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa

perubahan prilaku tidak selalu melewati tahap-tahap diatas.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses

seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka

perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaiknya apabila perilaku

Page 19: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung

lama. Contohnya ibu-ibu menjadi peserta KB, karena diperintahkan oleh lurah

atau ketua RT tanpa mengetahui makna dan tujuan KB, maka mereka akan segera

keluar dari keikutsertaannya dalam KB setelah beberapa saat perintah tersebut

diterima.

2. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempeunyai 6 tingkat :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu tahu ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan

sebagainya. Contoh : dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan

kalori dan protein pada anak balita.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham dengan objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

Page 20: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa

harus makan-makanan yang bergizi.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan

hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus

statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat

menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan

dari kasus yang diberikan.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,

seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulsi-formulasi yang ada. Misalnya

Page 21: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat

menyesuailkan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-

rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemapuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian

itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentuka sendiri, atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat

membandingkan antara anak yang cukup gizi, dapat menanggapi

terjadinya diare disuatu tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab ibu-

ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainya.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur

dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang

ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan

tingkatan-tingkatan di atas.

Hal-hal yang mempengaruhi pengetahuan yaitu :

a. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya

tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya

semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif

dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan

Page 22: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain

itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk

membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan

verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap

tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup :

a) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang

dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah

pengetahuannya.

b) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua

karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental.

(Notoatmodjo, 2007)

Menurut teori perkembangan psikososial yang dikutip oleh wheley

dan wong’s (1999), tahap perkembangan manusia menurut umur (dewasa)

dibagi menjadi tiga tahap yaitu :

1. Early adult hood (21-35 tahun)

Pada masa awal ini, hubungan social utamaseseorang sudah

terfokus pada partner dalam hubungan teman dan seks (perkawinan).

Karakteristik dan krisis psikososial terjadi pada masa ini adalah

“keintiman vs isolasi”, dimana pada masa ini dapat dilewati dengan

baik akan meningkatkan kemampuan membentuk hubungan dekat dan

membuat komitmen tentang kehidupan.

Page 23: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

2. Young and middle adult hood (36-45 tahun)

Pada masa dewasa pertengahan ini, hubungan social seseorang

terfokus pada pembagian tugas antara bekerja dengan rumah tangga dan

pada masa ini emosi sudah mulai stabil. Karakteristik dari psikososial

yang terjadi pada masa ini adalah “generation vs konsentrasi diri”,

dimana bila masa ini dapat dilewati dengan baik akan meningkatkan

kemampuan dalam memikirkan keluarga, masyarakat dan generasi

mendatang.

3. Later adult hood (>45 tahun)

Pada masa dewasa akhir ini, hubungan kemasyarakatan dalam

kelompoknya. Pada masa ini emosi seseorang cenderung relatif stabil

dengan motifasi untuk hidup dan berkarir serta membantu sesama

dengan baik. Karakteristik dari psikososial yang terjadi pada masa ini

adalah “keluhan vs kepuasan”, dimana bila masa ini dapat dilewati

dengan baik akan meningkatkan kesadaran akan terpenuhnya

kebutuhan/kehidupan seseorang dari perasaan puas dan siap

menghadapi masa lanjut usia serta kematian.

b. Pendidikan

Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan,

khususnya dalam pembentukan prilaku semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang semakin tinggi kesadaran seseorang tentang sesuatu hal dan

Page 24: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

semakin matang pertimbangan seseorang dalam mengambil keputusan.

(Notoatmojo, 2005).

Notoatmodjo (2005) menyatakan bahwa tingkat pendidikan

merupakan landasan seseorang dalam berbuat sesuatu. Pendidikan

responden yang mayoritas tinggi dapat mempengaruhi pengetahuan dalam

pembentukan sikap mereka tentang tindakan pengobatan.

Pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian

dan kemampuan didalam dan diluar sekolah berlangsung seumur hidup.

Makin tinggi pendidikan seseorang, makin tinggi pula kesadarannya

tentang hak yang dimilikinya, kondisi ini akan meningkatkan tuntutan

tehadap hak untuk memperoleh informasi, hak untuk menolak/menerima

pengobatan yang ditawarkan (Notoatmodjo, 2007).

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasar, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara

(Sisdiknas, 2003).

Sisdiknas (2003) mengklasifikasikan pendidikan menjadi pendidikan

formal dan pendidikan nonformal, jenjang pendidika formal terdiri dari :

a) Tinggi : Akademi dan Perguruan Tinggi (S1)

b) Menengah : SMA

c) Dasar : SD/MIN dan SMP

Page 25: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

c. Pekerjaan

Pekerjaan ibu adalah kegiatan rutin sehari-hari yang dilakukan oleh

seorang ibu dengan maksud untuk memperoleh penghasilan. Setiap

pekerjaan apapun jenisnya, apakah pekerjaan tersebut memerlukan

kekuatan otot atau pemikiran, adalah beban bagi yang melakukan. Beban

ini dapat berupa beban fisik, beban mental, ataupun beban sosial sesuai

denga jenis pekerjaan si pelaku. Kemampuan kerja pada umumnya diukur

dari keterampilan dalam melaksanakan pekerjaan. Semakin tinggi

keterampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja, semakin efisien (badan

anggota), tenaga dan pemikiran (mentahnya) dalam melaksanakan

pekerjaan. Perguruan tenaga dan mental atau jiwa yang efisien, berarti

beban kerjanya relatif mudah (Notoatmodjo, 2007).

d. Lingkungan

Faktor lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar

individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan

berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam individu

yang berada dalam lingkunga tersebut. Hal ini terjadi karena adanya

interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai

pengetahuan oleh setiap individu. (Notoatmodjo, 2007).

Page 26: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi

masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan

memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman

belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampua mengambil

keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara

ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

f. Informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non

formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact)

sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.

Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang

dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,

radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian

informasi sebagai tugas pokonya, media massa membawa pula pesan-

pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.

Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan

Page 27: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut

(Notoatmodjo,2007).

Menurut Budiarto, 2005 informasi dapat dikelompokkan menjadi 2

kategori antara lain sebagai berikut :

a) Pernah, jika x ≥ 50%

b) Tidak pernah, jika < 50%

g. Sosial Budaya dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian

seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.

Status ekonomi seseorang juga akan menetukan tersedianya suatu fasilitas

yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi

ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

Page 28: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian ini sesuai dengan teori Orem (2001), yaitu

usia, jenis kelamin, status perkembangan, status kesehatan, pendidikan, keadaan

sosial budaya, sistem pelayanan kesehatan, sistem keluarga, keterlibatan dalam

aktifitas kehidupan sehari-hari, lingkungan dan sumber daya yang mendukung.

Variabel Independen Variabel Dependen

Informasi

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian

Pendidikan

- -

Gambaran Pengetahuan

Orang Tua Tentang

Penyakit Thalasemia

Page 29: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

B. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati ketika melakukan pengukuran secara

cermat terhadap suatu objek atau fenomena dengan menggunakan parameter yang

jelas (Hidayat, 2007).

Tabel 3.1 Definisi Operasional

N

o

Variabel Definisi

Operasional

Cara ukur Alat ukur Hasil

ukur

Skala

ukur

Variabel Dependen

1 Pengetahuan

orang tua

tentang

penyakit

thalasemia

Hasil dari

tahu yang

terjadi

setelah

seseorang

melakukan

penginderaan

tentang objek

yaitu

penyakit

thalasemia

Menyebar

Kuesioner

pada

responden

dengan

kriteria :

- Tinggi 76-

100%

- Rendah <

76 %

Kuesioner - Tinggi

- Rendah

Ordinal

Variabel independen

1 Pendidikan Pendidikan

formal yang

pernah

ditempuh

oleh orang

tua

(responden)

dibuktikan

dengan ijazah

Menyebar

kuesioner

responden

dengan

kriteria :

- Dasar bila

SD/SMP/

Sederajat

- Menengah

bila

SMA/Sed

erajat

- Tinggi bila

Diploma/

S1

Kuesioner - Dasar

-Menengah

- Tinggi

Ordinal

Page 30: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

2 Informasi Informasi

yang

diperoleh

responden

baik dari

tenaga

kesehatan

maupun

media

tentang

penyakit

thalasemia

Menyebar

kuesioner

dengan

kriteria :

-Pernah

jika, x

≥50%

-Tidak

pernah

jika, x

<50%

Kuesioner - Pernah

-Tidak

pernah

Ordinal

Page 31: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah dengan menggunakan Deskriptif dengan

menggunakan pendekatan cross secctional yaitu variabel independen dan variabel

dependen dalam penelitian ini dikumpulkam dalam waktu bersamaan untuk

mengetahui Gambaran Pendidikan dan Informasi Terhadap Pengetahuan Orang

Tua Tentang Penyakit Thalasemia Pada Anak di RSUD dr. Zainoel Abidin Centra

Thalasemia.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua

yang anaknya menderita penyakit thalasemia di RSUD dr. Zainoel Abidin

Centra Thalasemia.

2. Sampel

Menurut Notoatmodjo (2002) sampel adalah bagian yang diambil dari

keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi.

Dalam pengambilan sampel peneliti menggunakan metode Accidental

sampling yaitu sampel penelitian diambil secara kebetulan atau yang berada

Page 32: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

pada saat penelitian. Responden yang akan dijadikan sampel sebanyak 35

orang.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilakukan di RSUD dr. Zainoel Abidin Centra

Thalasemia.

2. Waktu

Penelitian ini telah dilaksanakan pada 23 sampai 28 Agustus 2013.

D. Instrument Penelitian

Instrument penelitian ini adalah kuesioner yang dibagikan kepada

responden yang berjumlah 14 pertanyaan, yang terdiri dari 1 pertanyaan

tentang pendidikan, 5 pertanyaan tentang informasi dan 8 pertanyaan tentang

pengetahuan.

1. Pendidikan terdiri dari 1 pertanyaan

Kuesioner menggunakan skala Likert, bila jawaban

“SD/SMP/Sederajat” mendapat kode 1, bila jawaban “SMA/Sederajat”

mendapat kode 2, dan bila jawaban “Akademi dan Perguruan Tinggi/ S1”

mendapat kode 3.

2. Informasi terdiri dari 5 pertanyaan

Kuesioner menggunakan skala Guttman, bila jawaban “Pernah”

mendapatkan nilai 1, bila jawaban “Tidak Pernah” mendapat nilai 0.

Page 33: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

3. Pengetahuan terdiri dari 8 pertanyaan

Kuesioner menggunakan skala Guttman, bila jawaban “Benar”

mendapat nilai 1, dan bila jawaban “Salah” mendapat nilai 0, nilai

maksimal 10 sedangkan nilai minimal 0.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer diperoleh langsung dari responden melalui penyebaran

kuesioner penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Rumah Sakit melalui buku register

kunjungan berobat pasien.

F. Pengolahan Data

Metode pengolahan data dilakukan melalui proses dengan tahapan seperti

yang dilakukan oleh (Arikunto, 2006) sebagai berikut :

1. Editing adalah data yang telah diperoleh dari hasil penelitian dikumpulkan,

kemudian dilakukan pemeriksaan pada lembar kuesioner untuk memastikan

bahwa semua jawaban telah terisi.

2. Coding yaitu melakukan pengkodean dengan memberikan penomeran pada

setiap kuesioner atau memberikan kode berupa angka-angka untuk setiap hasil

jawaban pada kuesioner.

3. Transpering adalah memindahkan data dalam bentuk tabulating.

4. Tabulating adalah memasukkan data yang telah diperoleh kedalam tabel.

Page 34: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

G. Analisis Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap tiap-tiap variabel dari hasil

penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi

dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2005). kemudian ditentukan

presentase (p) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

P =

Keterangan :

P = Presentase

f = frekuensi yang teramati

n = Jumlah sampel

2. Tabulasi Silang

Adapun analisa yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan analisa tabel silang yang menjelaskan variabel dependen dan

independen.

Page 35: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin merupakan rumah sakit

pemerintah yang beralamat di Jln. Tgk. H.M. Daud Beureueh Nomor 108

Banda Aceh, memiliki luas area 196.480 m2 dengan luas bangunan 25.760 m

2.

Rumah sakit ini berdiri pada tanggal 22 Februari 1979 dan merupakan rumah

sakit kelas “A” sesuai dengan keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia

nomor: 1062/Menkes/Sk/2011, tentang peningkatan kelas Rumah Sakit Umum

Daerah dr. Zainoel Abidin pada tanggal 1 juni 2011.

Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin menawarkan pelayanan

kesehatan yang luas serta menyediakan pelayanan kesehatan baik rawat jalan,

rawat inap serta medical check up. Selain itu, Rumah Sakit Umum Daerah dr.

Zainoel Abidin sudah terakreditasi 16 pelayanan dari departemen kesehatan

Republik Indonesia meliputi : administrasi manajemen, pelayanan medis,

pelayanan gawat darurat, pelayanan keperawatan, rekam medis, farmasi, K3,

radiologi, laboratorium, kamar operasi, pengendalian infeksi rumah sakit,

perinatal, resiko tinggi, pelayanan rehabilitsi medik, pelayanan gizi, pelayanan

intensif dan pelayanan darah.

Page 36: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel

Abidin Banda Aceh yang beralamat di Jln. Tgk. H.M.Daud Beureueh Nomor

108 Banda Aceh, dengan jumlah responden 35 orang. Pengumpulan data

dilakukan dengan cara membagikan kuesioner yang berisi 14 pertanyaan

tentang pendidikan, informasi, dan pengetahuan sehingga diperoleh hasil

sebagai berikut :

1. Analisa Univariat

a. Pendidikan

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Pendidikan Pada Responden di Rumah Sakit

Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Centra Thalasemia Banda Aceh

Tahun 2013

No. Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

1 Tinggi 7 20.0

2 Menengah 20 57.1

3 Dasar 8 22.9

Total 35 100

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa dari 35 responden

mayoritas berada pada kategori pendidikan menengah yaitu sebanyak 20

responden (57,1 %).

Page 37: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

b. Informasi

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Informasi Pada Responden di Rumah Sakit

Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Centra Thalasemia Banda Aceh

Tahun 2013

No. Informasi Frekuensi Persentase (%)

1 Pernah 16 45,7

2 Tidak Pernah 19 54,3

Total 35 100

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa dari 35 responden

mayoritas berada pada kategori tidak pernah mendapat informasi yaitu

sebanyak 19 responden (54,3 %).

c. Pengetahuan

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pada Responden di Rumah Sakit

Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Centra Thalasemia Banda Aceh

Tahun 2013

No. Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

1 Tinggi 4 11,4

2 Rendah 31 88,6

Total 35 100

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa dari 35 responden

mayoritas berada pada kategori pengetahuan rendah yaitu sebanyak 31

responden (88,6 %).

Page 38: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

2. Tabulasi Silang

a. Pendidikan dengan pengetahuan orang tua tentang penyakit thalasemia

pada anak.

Tabel 5.4

Gambaran Pendidikan dengan Pengetahuan Orang tua Tentang

Penyakit Thalasemia Pada Anak di Rumah Sakit Umum

Daerah dr. Zainoel Abidin Centra Thalasemia

Tahun 2013

No. Pendidikan Pengetahuan Orang Tua

Tentang Penyakit Thalasemia

Pada Anak

Total

Tinggi Rendah

F % F % F %

1 Tinggi 4 57,1 3 42,9 7 100

2 Menengah 0 0 20 100 20 100

3 Dasar 0 0 8 100 8 100

Total 4 31 35

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa dari 7 responden yang

berpendidikan tinggi ternyata mayoritas berpengetahuan tinggi yaitu

sebanyak 57,1%, dari 20 responden yang memiliki tingkat pendidikan

menengah ternyata mayoritas berpengetahuan rendah tentang thalasemia

pada anak yaitu sebanyak 100%, dan dari 8 responden yang memiliki

tingkat pendidikan dasar ternyata mayoritas berpengetahuan rendah yaitu

sebanyak 100%.

Page 39: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

b. Informasi Dengan Pengetahuan Orang Tua Tentang Penyakit Thalasemia

Pada Anak

Tabel 5.5

Gambaran Informasi dengan Pengetahuan Orang Tua Tentang

Penyakit Thalasemia Pada anak di Rumah Sakit Umum Daerah

dr. Zainoel Abidin Centra Thalasemia Tahun 2013

No. Informasi Pengetahuan Orang Tua

Tentang Penyakit

Thalasemia Pada Anak

Total

Tinggi Rendah

F % F % F %

1 Pernah 4 25,0 12 75,0 16 100

2 Tidak Pernah 0 0 19 100 19 100

Total 4 31 35

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa dari 16 responden yang

pernah mendapatkan informasi ternyata mayoritas berpengetahuan tinggi

yaitu sebanyak 75% dan dari 19 responden yang tidak pernah

mendapatkan informasi ternyata mayoritas berpengetahuan rendah

tentang thalasemia pada anak yaitu sebanyak 100%.

C. Pembahasan

1. Pendidikan dengan Pengetahuan Orang Tua Tentang Penyakit Thalasemia

Pada Anak

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa dari 7 responden

yang berpendidikan tinggi ternyata mayoritas berpengetahuan tinggi yaitu

sebanyak 57,1%, dari 20 responden yang memiliki tingkat pendidikan

menengah ternyata mayoritas berpengetahuan rendah tentang thalasemia

pada anak yaitu sebanyak 100%, dan dari 8 responden yang memiliki

Page 40: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

tingkat pendidikan dasar ternyata mayoritas berpengetahuan rendah yaitu

sebanyak 100%.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara

(Sisdiknas, 2003).

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukan oleh

Notoatmojdo (2005) yaitu tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap

pengetahuan, khususnya dalam pembentukan prilaku semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang semakin tinggi kesadaran seseorang tentang sesuatu

hal dan semakin matang pertimbangan seseorang dalam mengambil

keputusan.

Berdasarkan hasil penelitian Indanah (2010) yang berjudul Analisis

Faktor Yang berhubungan Dengan “SelfCare Behavior” Pada Anak Usia

Sekolah Dengan Thalasemia Mayor Di RSUPN Dr. Cipto Mangun Kusumo

Jakarta menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

pengetahuan dengan selfcare behavior thalasemia, artinya anak yang

mempunyai pengetahuan baik berpeluang 31 kali untuk menunjukkan

selfcare behavior thalasemia yang baik.

Page 41: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

Menurut peneliti, pendidikan merupakan hal yang sangat penting yang

harus ditempuh oleh setiap individu, karena semakin tinggi pendidikan yang

ditempuh oleh seseorang maka akan semakin banyak informasi yang didapat

sehingga pengetahuan orang tersebut akan semakin luas. Seseorang yang

memiliki pengetahuan yang luas akan cenderung berperilaku hidup sehat

dan sadar tentang pentingnya pemeliharaan kesehatan serta kesejahteraan

keluarga.

2. Informasi dengan Pengetahuan Orang Tua Tentang Penyakit Thalasemia

Pada Anak.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa dari 16 responden

yang pernah mendapatkan informasi ternyata mayoritas berpengetahuan

tinggi yaitu sebanyak 75% dan dari 19 responden yang tidak pernah

mendapatkan informasi ternyata mayoritas berpengetahuan rendah tentang

thalasemia pada anak yaitu sebanyak 100%.

Menurut teori Wawan (2006) informasi adalah data yang diolah dan

dibentuk menjadi lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya.

Informasi merupakan pengumpulan dan pengolahan data untuk memberika

keterangan atau pengetahauan. Maka dengan demikian informasi adalah

data. Data adalah kesatuan yang menggambarkan suatu kejadian atau

kesatuan nyata. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal

maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate

impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.

Page 42: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh

Notoatmojdo (2007), bahwa semakin banyak informasi yang banyak

didapatkan oleh seseorang maka pengetahuan yang dimilikinya akan

semakin tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian Indanah (2010) yang berjudul Analisis

Faktor Yang berhubungan Dengan “SelfCare Behavior” Pada Anak Usia

Sekolah Dengan Thalasemia Mayor Di RSUPN Dr. Cipto Mangun Kusumo

Jakarta menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

pengetahuan dengan selfcare behavior thalasemia, artinya anak yang

mempunyai pengetahuan baik berpeluang 31 kali untuk menunjukkan

selfcare behavior thalasemia yang baik.

Menurut peneliti, informasi sangat mempengaruhi pola pikir

seseorang karena semakin banyak informasi yang diperoleh maka

pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang akan semakin luas, begitu pula

halnya dengan informasi mengenai thalasemia. Semakin banyak informasi

yang pernah didapat oleh orang tua mengenai thalasemia, maka

pengetahuannya akan semakin luas. Dengan banyaknya informnasi yang

diperoleh tentang thalasemia serta luasnya pengetahuan yang dimiliki, maka

usaha yang dilakukan untuk penanganan thalsemia akan semakin baik.

Page 43: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian tentang Gambaran Pendidikan dan Informasi

Terhadap Pengetahuan Orang Tua Tentang Penyakit Thalasemia Pada Anak di

RSUD dr. Zainoel Abidin Centra Thalasemia Banda Aceh Tahun 2013, maka

dapat disimpulkan bahwa :

1. Semakin tinggi pendidikan orang tua (reponden) maka pengetahuan yang

dimilikinya tentang penyakit thalasemia pada anak semakin tinggi.

2. Semakin banyak informasi tentang penyakit thalasemia pada anak yang

pernah didapat oleh orang tua maka pengetahuannya akan semakin tinggi.

B. Saran

1. Bagi Peneliti

Diharapkan dengan adanya penelitian ini, dapat menambah

pengetahuan dan pengalaman peneliti serta dapat memperoleh informasi

terhadap pengetahuan orang tua tentang penyakit thalasemia pada anak.

2. Institusi Pendidikan

Diharapkan bagi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan U’Budiyah

khususnya Program Studi D-III Kebidanan, agar hasil penelitian ini dapat

dimanfaatkan untuk menambah bahan kajian terhadap teori yang telah

Page 44: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

diperoleh mahasiswi selama mengikuti kegiatan belajar mengajar sekaligus

sebagai bahan bacaan diperpustakaan institusi pendidikan.

3. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan kepada Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin

agar hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan yang luar

Biasa bagi orang tua tentang penyakit thalasemia pada anak.

Page 45: GAMBARAN PENDIDIKAN DAN INFORMASI TERHADAP …simtakp.uui.ac.id/dockti/DARA_KHAIRINA-kti_dara.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia

DAFTAR PUSTAKA

Aru W. Sudoyo, 2009 Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi 5 InternaPublishing:

Jakarta

Arikunto, & Suharsimi, (2006) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,

Rineka Cipta: Jakarta

Fatriani, Liza, 2012 Talasemia http://www.acehinstitute.org/id/pojok-

publik/kesehatan-lingkungan/item/132-thalasemia-di-aceh.html diakses tanggal 28 januari 2013

Hidayat Alimun, 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisa

Data, Salamba Medika: Jakarta

Indanah, 2010 Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan “self care behavior” Pada

Anak Usia Sekolah Dengan Talasemia Mayor Di RSUPN, Dr. Cipto

Mangun Kusumo Jakarta

Jogiyanto, 2008 Metodelogi Penelitian Sistem Informasi, C.V Andi Offset:

Yogyakarta

Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2 Penerbit buku kedokteran EGC:

Jakarta

Notoatmodjo, S, 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, PT.Rineka Cipta:

Jakarta

Notoatmodjo, S, 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, PT.Rineka Cipta:

Jakarta

2005 Metodelogi Penelitian PT. Rineka Cipta: Jakarta

Prawirohardjo, S, 2005 Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka: Jakarta