hubungan keluarga dengan depresi pada...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN KELUARGA DENGAN DEPRESI PADA LANSIA
DI UPTD RUMOH SEJAHTERA GEUNASEH SAYANG
ULEE KARENG BANDA ACEH TAHUN 2013
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan
Program Studi Diploma III Kebidanan STIKes U’Budiyah
Banda Aceh
Oleh :
RATNA JUWITA
NIM: 10010077
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH PROGRAM STUDI
DIPLOMA III KEBIDANAN BANDA ACEH
TAHUN 2013
ABSTRAK
HUBUNGAN KELUARGA DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI UPTD
RUMOH SEJAHTERA GEUNASEH SAYANG ULEE KARENG BANDA
ACEH TAHUN 2013
Ratna Juwita1, Nuzulul Rahmi
2
x Halaman + VI Bab + 62 Halaman : 9 Tabel, 1 Gambar,15 Lampiran
Latar Belakang : Hampir 30% lansia menderita depresi dan timbulnya depresi memiliki
hubungan dengan beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat depresi tersebut diantaranya usia,
jenis kelamin, peristiwa kehidupan dan dukungan keluarga.
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui hubungan keluarga dengan depresi pada lansia di UPTD
Rumoh Sejahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh Tahun 2013 yang meliputi usia,
jenis kelamin, peristiwa kehidupan dan dukungan keluarga.
Metode Penelitian : Penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan pendekatan cross
sectional dengan populasi 60 orang, total sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki
bayi di BPS Jauniwati sebanyak 60 orang. Tehnik pengambilan sampel adalah total sampling. Cara
pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara.
Hasil Penelitian : Penelitian ini dilakukan pada tanggal 18-21 Juli 2013, dari hasil penelitian
menunjukkan diketahui depresi pada lansia dengan frekuensi terbanyak berada pada kategori
sedang yaitu sebanyak 32 responden (53,3%). Terdapat hubungan antara usia (p-value = 0,015 ),
peristiwa kehidupan (p-value = 0,007 atau p ≤ 0,05) dan dukungan keluarga (p-value = 0,008
atau p ≤ 0,05) dengan depresi pada lansia dan tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin (p-
value = 0,706 atau p ≤ 0,05) dengan depresi pada lansia.
Kesimpulan : Bahwa ada hubungan antara usia, peristiwa kehidupan dan dukungan keluarga
dengan depresi pada lansia.
Saran :Diharapkan sebagai masukan bagi UPTD Rumoh Sejahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng
Banda Aceh agar dapat meningkatkan kesejahteraan pada lansia sehingga lansia dapat terhindar
dari stresor-stresor yang dapat menyebabkan depresi pada lansia.
Kata kunci : Usia, jenis kelamin, persitiwa kehidupan, dukungan keluarga, depresi lansia
Daftar Bacaan : 20 buku,(2001-20013) 12 artikel,
1 Mahasiswa Prodi D-III Kebidanan STIKes U’budiyah
2 Dosen Pembimbing Prodi D-III Kebidanan STIKes U’budiyah
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis telah dapat menyelesaikan proposal penelitian yang
berjudul “Hubungan Keluarga Dengan Depresi Pada Lansia Di UPTD Rumoeh
Seujatera Geunaseh Sayang Ulekareng Banda Aceh Tahun 2013”. Adapun
penulisan proposal penelitian ini merupakan salah satu syarat menyelesaikan
jenjang pendidikan Diploma III Kebidanan pada STIKes U’Budiyah Banda Aceh.
Dalam penyusunan proposal penelitian ini, penulis telah mendapatkan
bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Pada kesempatan baik ini penulis tidak lupa mengucapkan ribuan
terima kasih kepada :
1. Bapak Dedi Zefrizal, ST selaku Ketua Yayasan STIKes U’Budiyah Indonesia.
2. Ibu Marniati, M.Kes selaku Ketua STIKes U’Budiyah Banda Aceh.
3. Ibu Nuzulul Rahmi, SST selaku Ketua Prodi D-III Kebidanan STIKes
U’Budiyah Banda Aceh, dan juga sebagai penguji II.
4. Ibu Nuzulul Rahmi, SST selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu untuk membimbing penulis dari awal sampai selesai KTI penelitian ini.
5. Bapak Drs.Eristono,M.Psi,M.Pd.Psikolog selaku penguji I yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing penulis dari awal sampai selesai KTI
penetilian ini.
6. Ibu Cut Efriana,SST selaku penguji II yang telah meluangkan waktu untuk
membimbing penulis dari awal sampai selesai KTI penetilian ini.
7. Seluruh Dosen dan Staf Diploma-III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda
Aceh. yang telah mendidik dan mengajar penulis menjadi orang berguna bagi
Nusa dan Bangsa.
8. Pada rekan-rekan mahasiswi se-angkatan Diploma-III Kebidanan STIKes
U’Budiyah Banda Aceh yang telah memberikan ide-ide kepada penulis.
v
9. Ayahanda dan Ibunda yang telah mengasuh dan membesarkan penulis serta
senantiasa memberikan dorongan dan motivasi, material dan spritual seiring
dengan doa restu beliau sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
Selanjutnya dengan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan KTI penelitian ini.
Akhirnya penulis berharap agar proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi
penulis, institusi diploma-III Kebidanan STIKes U’budiyah, penulis lain dan
pembaca terutama rekan-rekan seprofesi. Amin yarabbal’alamin.
Banda Aceh, September2013
Peneliti
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6
1. Tujuan Umum ....................................................................... 6
2. Tujuan Khusus ..................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 8
A. Konsep Keluarga ....................................................................... 8
B. Konsep Depresi ......................................................................... 12
C. Konsep Lansia ........................................................................... 28
BAB III KERANGKA KONSEP .................................................................... 36
A. Kerangka Konsep Penelitian ..................................................... 36
B. Defenisi Operasional ................................................................ 37
C. Hipotesa Penelitian .................................................................... 38
BAB IV METODELOGI PENELITIAN ....................................................... 39
A. Jenis Penelitian ......................................................................... 39
B Populasi dan Sampel Penelitian . ............................................... 39
C. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 40
D. Pengumpulan Data .................................................................. 40
E. Pengolahan dan Analisa Data ................................................... 42
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Lokasi Penelitian ......................................................................... 47
B. Hasil Penelitian ........................................................................... 47
1.Analisa Univariyat ................................................................... 48
2.Analisa Bivariyat ...................................................................... 50
C. Pembahasan ................................................................................. 54
D. Keterbasan Penelitian .................................................................. 60
BAB VI PENUTUP ......................................................................................... 61
A. Kesimpulan ................................................................................. 61
B. Rekomendasi ............................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3. 1 Definisi Operasional ........................................................ .............. 3
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Usia Lansia
di UPTD Rumoh Sejahtera Geunaseh Sayang
Ulee Kareng Banda Aceh 2013.....................................................48
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Lansia di
UPTD Rumoh Sejahtera Geunaseh Sayang
Ulee Kareng Banda Aceh 2013 ....................................................48
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Peristiwa Kehidupan Lansia
di UPTD Rumoh Sejahtera Geunaseh Sayang
Ulee Kareng Banda Aceh 2013 ....................................................49
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Lansia
di UPTD Rumoh Sejahtera Geunaseh Sayang
Ulee Kareng Banda Aceh 2013 .....................................................49
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Depresi Lansia di
UPTD Rumoh Sejahtera Geunaseh Sayang
Ulee Kareng Banda Aceh 2013 .....................................................50
Tabel 5.6 Hubungan usia dengan depresi pada lansia
di UPTD Rumoh Sejahtera Geunaseh Sayang
Ulee Kareng Banda Aceh 2013.....................................................50
Tabel 5.7 Hubungan jenis kelamin dengan depresi pada lansia
di UPTD Rumoh Sejahtera Geunaseh Sayang
Ulee Kareng Banda Aceh 2013.....................................................51
Tabel 5.8 Hubungan peristiwa kehidupan dengan depresi pada lansia
di UPTD Rumoh Sejahtera Geunaseh Sayang
Ulee Kareng Banda Aceh 2013.....................................................51
Tabel 5.9 Hubungan dukungan keluarga dengan depresi pada lansia
di UPTD Rumoh Sejahtera Geunaseh Sayang
Ulee Kareng Banda Aceh 2013.....................................................52
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Skema 3. 1 Kerangka Konsep Penelitian ....................................................... 36
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembaran Konsultasi
Lampiran 2 Lembaran Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 4 Lembar Kuesioner Penelitian
Lampiran 5 Surat Izin Pengambilan Data Awal
Lampiran 6 Surat Keterangan Telah Melakukan Pengambilan Data Awal
Lampiran 7 Surat Izin Penelitian
Lampiran 8 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 9 Master tabel
Lampir an 10 Lembaran konsul
Lampiran 11 Biodata penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah
mewujudkan hal yang positif diberbagai bidang. Kemajuan dalam bidang
medis dan ilmu kedokteran telah dapat meningkatkan umur harapan hidup
manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat dan
bertambah cenderung cepat (Nugroho, 2003)
Proses menua pada seseorang sebenarnya sudah mulai terjadi sejak
pembuahan atau konsepsi dan berlangsung sampai saat kematian. Proses
menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama
lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah secara
umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada usia lanjut (Kuntjoro,
2002).
Jumlah lanjut usia (lansia) sekarang ini semakin meningkat. Hal ini
tidak hanya terjadi di negara-negara maju, tetapi di Indonesia pun terjadi
hal yang serupa. Saat ini di Indonesia terdapat sekitar 10 juta orang yang
berusia di atas 65 tahun (4,6 % dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan,
Indonesia termasuk salah satu negara, yang jumlah penduduk lansianya
bertambah paling cepat di Asia Tenggara (Versayanti, 2008).
Perkiraan bertambahnya jumlah lansia Indonesia, dalam kurun
waktu tahun 1990 – 2025, tergolong tercepat di dunia. Jumlah pada tahun
2002 sebanyak 16 juta dan diperkirakan akan menjadi 25,5 juta pada tahun
2
2020 atau sebesar 11,37 % penduduk dan ini merupakan peringkat ke
empat dunia, di bawah Cina, India dan Amerika Serikat.. Menurut kajian
WHO (2001), usia harapan hidup orang Indonesia rata-rata adalah 59,7
tahun dan menempati urutan ke 103 dunia, dan nomor satu adalah Jepang
dengan usia harapan hidup rata-rata 74,5 tahun (Kuntjoro, 2002).
Peningkatan jumlah penduduk lansia ini sebagai konsekuensi dari
peningkatan usia harapan hidup. Peningkatan usia harapan hidup
penduduk Indonesia ini merupakan indikasi berhasilnya pembangunan
jangka panjang salah satu di antaranya yaitu bertambah baiknya keadaan
ekonomi dan taraf hidup masyarakat. Akan tetapi dengan bertambahnya
umur rata-rata ataupun nharapan hidup (life expectancy) pada waktu lahir,
karena berkurangnya angka kematian kasar (crude date rate) maka
presentasi golongan tua akan bertambah dengan segala masalah yang
menyertainya (Maramis, 2004).
Secara alamiah lansia itu mengalami kemunduran fisik, biologis
maupun mentalnya. Lanjut usia bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu
masa atau tahap hidup manusia dari bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan
lanjut usia itu sendiri. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua
dan masa tua merupakan masa hidup ysang terakhir dimana pada masa ini
seseorang akan mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedkit
demi sedikit tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari sehingga bagi
kebanyakan orang masa tua itu merupakan masa yang kurang
menyenangkan (Nugroho, 2003)
3
Di Indonesia, batasan lansia menurut Undang-Undang No. 13
tahun 1998 dengan kesejahteraan usia lanjut adalah seseorang yang telah
mencapai usia diatas 60 tahun. Nugroho (2003), menyatakan batasan
batasan lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) meliputi: usia
ertengahan (middle age) yaitu antara 45-59 tahun, lanjut usia (elderly)
yaitu 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75-90 tahun, dan usia sangat tua
(very old) di atas 90 tahun.
Peningkatan usia harapan hidup tentunya mempunyai dampak
lebih banyak terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Empat gangguan
mental yang sering ditemukan pada usia lanjut adalah depresi, insomnia,
anxietas, dan delirium (Depkes, 2003). Tingginya angka lansia
membutuhkan perhatian khusus, salah satunya adalah gejala depresi yang
sering muncul pada lansia. Gejala depresi ini bisa mengakibatkan dapat
memperpendek harapan hidup dengan mencetuskan atau memperburuk
kemunduran fisik. Dampak terbesarnya sering terjadi penurunan kualitas
hidup dan menghambat pemenuhan tugas-tugas perkembangan lansia
(Stanley dan Beare, 2007).
Depresi merupakan problem kesehatan masyarakat yang cukup
serius. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa depresi
berada pada urutan ke empat penyakit di dunia. Sekitar 20 % wanita dan
12 % pria dalam suatu waktu kehidupannya pernah mengalami depresi.
Depresi adalah kondisi umum yang terjadi pada lansia. Kondisi ini sering
berhubungan dengan kondisi sosial, kejadian hidup seperti kehilangan,
4
masuk rumah sakit, menderita sakit atau merasa ditolak oleh teman dan
keluarganya serta masalah fisik yang dialaminya (Amir , 2005). Menurut
Hawari (2001) “bahwa 1 dari 5 orang pernah mengalami depresi dalam
kehidupannya, selanjutnya 5-15 % para pasien-pasien depresi melakukan
bunuh diri setiap tahun.
Prevalensi depresi pada lansia di dunia sekitar 8 – 15 %. Hasil
survey dari berbagai negara di dunia diperoleh prevalensi rata-rata depresi
pada lansia adalah 13, 5 % dengan perbandingan pria dan wanita 14, 1 : 8,
Sementara prevalensi depresi pada lansia yang menjalani perawatan di RS
dan Panti Perawatan sebesar 30 – 45 %. Karenanya pengenalan masalah
mental sejak dini merupakan hal yang penting, sehingga beberapa
gangguan masalah mental pada lansia dapat dicegah, dihilangkan atau
dipulihkan (Evy, 2008).
Menurut Nugroho (2003), lanjut usia yang mengalami depresi
dengan gejala umum yaitu kurang atau hilangnya perhatian diri, keluarga
atau lingkungan. Oleh karenanya, dalam menghadapi permasalahan di atas
beruntunglah lansia yang masih memiliki keluarga. Keberadaan anggota
keluarga seperti anak, cucu, cicit maupun sanak saudara yang lain yang
masih memperhatikan, membantu (care) dan peduli dengan permasalahan
yang dihadapi lansia. Namun bagi lansia yang hidup sendiri, telah
kehilangan pasangan, memiliki pasangan tapi tidak punya anak, berada
jauh dari anak- anak (rantauan) akan membuat lansia merasa kesepian,
sendiri, tidak ada perhatian dari lingkungan.
5
Berdasarkan hasil pengambilan data awal yang peneliti lakukan di
UPTD Rumoeh Seujahtera Ulee Kareng Banda Aceh didapatkan jumlah
lansia yang tinggal di panti tersebut sebanyak 60 orang yang terdiri dari 22
laki-laki dan 38 orang perempuan.
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan pada 8 lansia
yang berada di UPTD Rumoeh Seujahtera Ulee Kareng Banda Aceh
didapatkan 6 lansia mengatakan merasa sepi karena jauh dari anak serta
tidak memiliki pasangan hidup, sedangkan 2 orang lainnya mengatakan
seiring bertambahnya usia menyebabkan tidak dapat melakukan kegiatan-
kegiatan yang dulunya bisa dilakukan. Selain itu dari 8 lansia yang peneliti
wawancarai 5 diantaranya menunjukkan gejala depresi sedang seperti
kesulitan tidur,dan mereka merasa tidak berguna lagi bagi anak-anaknya
maupun keluarganya dan hanya menyusahkan anak-anak dan
keluarganya.,dan lebih mudah menangis dan merasa lebih mudah
tersinggung, sedangkan 3 lansia mengatakan menunjukkan gejala depresi
ringan yang disebabkan karena ketidakmampuan melakukan aktivitas
seperti biasanya namun semua itu tidak terlalu dipikirkan karena mereka
menyadari hal itu disebakan karena usia mereka yang semakin lanjut.
Dukungan sosial keluarga dan masyarakat sangat membantu untuk
mengurangi depresi pada lansia.
6
Berdasakan Pengamatan yang dilakukan peneliti kondisi lansia Di
UPTD Rumoeh seujahtera Geunaseh Sayang berbeda-beda ada yang
sering terlihat murung dan bersedih dan ada juga lansia yang tidak mau
bergaul dengan sesama lansia di UPTD. Ada yang terlihat sangat sehat dan
Ada juga yang sakit-sakitan yang membutuhkan perawatan lebih.Dan Ada
juga lansia yang menjalani kesehariannya dengan normal.
Berdasarkan data dan fenomena di atas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui ”Hubungan
keluarga dengan depresi pada lansia di UPTD Rumoh Sejahtera Ulee
Kareng Banda Aceh Tahun 2013”.
B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan keluarga dengan depresi pada lansia di
UPTD Rumoh Sejahtera Ulee Kareng Banda Aceh 2013 ?
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan keluarga dengan depresi pada lansia di
UPTD Rumoh Sejahtera Ulee Kareng Banda Aceh 2013.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui hubungan usia dengan depresi pada lansia di
UPTD Rumoh Sejahtera Ulee Kareng Banda Aceh 2013
b. hubungan usia dengan jenis kelamin pada lansia di UPTD Rumoh
Sejahtera Ulee Kareng Banda Aceh 2013
7
c. hubungan peristiwa kehidupan dengan depresi pada lansia di
UPTD Rumoh Sejahtera Ulee Kareng Banda Aceh 2013
d. hubungan dukungan keluarga dengan depresi pada lansia di UPTD
Rumoh Sejahtera Ulee Kareng Banda Aceh 2013
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman dalam bidang penelitian, dan dapat mengetahui
pentingnya dukungan keluarga terhadap lansia.
2. Bagi Intitusi Pendidikan,
Sebagai bahan tinjauan keilmuan sehingga dapat meningkatkan
pengetahuan perserta didik dalam menerapkan asuhan keperawatan.
3. Bagi UPTD Rumoeh Seujahtra Geunaseh Sayang
Sebagai masukan untuk mencegah terjadinya depresi pada lansia
yang tinggal di UPTD.
8
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Keluarga
1. Pengertian
Keluarga adalah bagian dari masyarakat yang perannya sangat penting
untuk membentuk kebudayaan yang sehat. Dari keluarga inilah pendidikan
kepada individu dimulai dari keluarga inilah akan tecipta tatanan masyarakat
yang baik, sehingga untuk membagun suatu kebudayaan maka seyogyanya di
mulai dari keluarga (Setiadi, 2008)
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan
didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan (Friedman, 2010)
Sedangkan menurut Mubarak, dkk (2009) keluarga merupakan
perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi
satu dengan yang lain.
Menurut Ali (2010) keluarga adalah dua atau lebih individu yang
bergabung karena hubungan darah, perkawinan, dan adopsi dlam satu
rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
9
Menurut Sudiharto (2007) keluarga adalah dua orang atau lebih yang
dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi
kebutuhan hidup spiritual dam materiil yang layak, bertaqwa kepada
Tuhan, memiliki hubungan yang selaras, serasi dan seimbang antara
anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.
2. Bentuk Keluarga
Menurut Sudiharto (2007), beberapa bentuk keluarga adalah
sebagai berikut:
a. Keluarga Inti (nuclear family), adalah keluarga yang dibentuk karena
ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan
anak- anak baik karena kelahiran (natural) maupun adopsi.
b. Keluarga asal (family of origin), merupakan suatu unit keluarga tempat
asal seseorang dilahirkan.
c. Keluarga Besar (extended family), keluarga inti ditambah keluarga
yang lain (karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi,
paman, sepupu termasuk keluarga modern, seperti orang tua tunggal,
keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis (guy/lesbian
families).
d. Keluarga Berantai, keluarga yang terbentuk karena perceraiandan/atau
kematian pasangan yang dicintai dari wanita dan pria yang menikah
lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
e. Keluarga duda atau janda (single family), keluarga yang terjadi karena
perceraian dan/atau kematian pasangan yang dicintai.
10
f. Keluarga komposit (Composite family), keluarga dari perkawinan
poligami dan hidup bersama.
g. Keluarga kohabitasis (Cohabitation), dua orang menjadi satu keluarga
tanpa pernikahan, bisa memiliki anak atau tidak. Di Indonesia bentuk
keluarga ini tidak lazim dan bertebtangan budaya timur. Namun,
lambat laun, keluarga kohabitasi ini mulai dapat diterima.
h. Keluarga inses (Incest family), seiring dengan masuknya nilai-nilai
global dan pengaruh informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentuk
keluarga yang tidak lazim, misalnya anak perempuan menikah dengan
ayah kandungnya, ibu menikah dengan anak kandung laki-laki, paman
menikah dengan keponakannya, kakak menikah dengan adik dari satu
ayah dan satu ibu, dan ayah menikah dengan anak perempuan tirinya.
Walaupun tidak lazim dan melanggar nilai-nilai budaya, jumlah
keluarga inses semakin hari semakin besar. Halini dapat kita cermati
melalui pemberitaan dari berbagai media cetak dan elektronik.
i. Keluarga tradisional dan nontradisional, dibedakan berdasarkan ikatan
perkawinan. Keluarga tradisional diikat oleh perkawinan, sedangkan
keluarga nontradisional tidak diikat oleh perkawinan. Contoh keluarga
tradisional adalah ayah-ibu dan anak hasil dari perkawinan atau adopsi.
Contoh keluarga nontradisional adalah sekelompok orang tinggal di
sebuah asrama
11
3. Ciri-ciri Keluarga
Menurut Ali (2010) ciri-ciri keluarga di Indonesia adalah:
a. Mempunyai ikatan keluarga yang sangat erat yang dilandasi oleh
semangat kegotongroyongan.
b. Merupakan satu kesatuan utuh yang dijiwai oleh nilai budaya
ketimuran yang kental yang mempunyai tanggung jawab besar.
c. Umumnya dipimpin oleh suami sebagai kepala rumah tangga yang
dominan dalam mengambil keputusan walaupun prosesnya melalui
musyawarah dan mufakat.
d. Sedikit berbeda antara yang tinggal di pedesaan dan di perkotaan,
keluarga di pedesaan masih bersifat tradisional, sederhana, saling
menghormati satu sama lain dan sedikit sulit menerima inovasi baru.
4. Fungsi Keluarga
Menurut Sudiharto (2007) lima fungsi dasar keluarga adalah
sebagai berikut:
a. Fungsi afektif, adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih
serta, saling menerima dan mendukung
b. Fungsi sosialisasi, adalah proses perkembangan dan perubahan
individu keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi social dan
belajar berperan di lingkungan social
c. Fungsi reproduksi, adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan
keturunan dan menambah sumber daya manusia
12
d. Fungsi ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, seperti sandang, pangan, dan papan
e. Fungsi perawatan kesehatan, adalah kekampuan keluarga untuk
merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
Kemampuan keluarga melakukan asuhan keperawatan atau
pemeliharaan kesehatan memengaruhi status kesehatan keluarga dan
individu. Tugas-tugas keluarga dalam pemaliharaan kesehatan menurut
Friedman dalam (Sudiharto 2007) adalah:
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga
b. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat
c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit
d. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga
e. Mempertahankan hubunga timbal balik antara anggota keluarga dan
fasilitas kesehatan.
B. Konsep Depresi
1. Pengertian
Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai
dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan
sehingga hilangnya kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan dalam
menilai realitas (Reality Testing Ability, masih baik), kepribadian tetap
utuh atau tidak mengalami keretakan kepribadian (Splitting of personality),
13
perilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-batas normal (Dadang
Hawari , 2006).
Selain itu depresi dapat juga diartikan salah satu diantara bentuk
sindrom gangguangangguan keseimbangan mood (suasana perasaan).
Mood adalah kondisi perasaan yang terus ada yang mewarnai kehidupan
psikologis kita. Perasaan sedih atau depresi bukanlah hal yang abnormal
dalam konteks peristiwa atau situasi yang penuh tekanan. Namun orang
dengan gangguan mood (mood disorder) yang luar biasa parah atau
berlangsung lama dan mengganggu kemampuan mereka untuk berfungsi
dalam memenuhi tanggung jawab secara normal (Semiun, 2006)..
Depresi adalah suatu gangguan perasaan hati dengan ciri sedih,
merasa sendirian, rendah diri, putus asa, biasanya disertai tanda–tanda
retardasi psikomotor atau kadang-kadang agitasi, menarik diri dan terdapat
gangguan vegetatif seperti insomnia dan anoreksia (Kaplan,2003).
2. Ciri-ciri Umum Depresi
Menurut Nevid dkk, (2003) ciri-ciri umum dari depresi adalah
a. Perubahan pada kondisi emosional
Perubahan pada kondisi mood (periode terus menerus dari
perasaan terpuruk, depresi, sedih atau muram). Penuh dengan air mata
atau menangis serta meningkatnya iritabilitas (mudah tersinggung),
kegelisahan atau kehilangan kesadaran.
14
b. Perubahan dalam motivasi
Perasaan tidak termotivasi atau memiliki kesulitan untuk
memulai (kegiatan) di pagi hari atau bahkan sulit bangun daritempat
tidur. Menurunya tingkat partisipasi sosial atau minat pada aktivitas
sosial. Kehilangan kenikmatan atau minat dalam aktivitas yang
menyenangkan. Menurunya minat pada seks serta gagal untuk
berespon pada pujian atau reward.
c. Perubahan dalam fungsi dan perilaku motorik
Gejala-gejala motorik yang dominan dan penting dalam depresi
adalah retardasi motor yakni tingkah laku motorik yang berkurang atau
lambat, bergerak atau berbicara dengan lebih perlahan dari biasanya.
Perubahan dalam kebiasaan tidur (tidur terlalu banyak atau terlalu
sedikit, bangun lebih awal dari biasanya dan merasa kesulitan untuk
tidur kembali). Perubahan dalam selera makan (makan terlalu banyak
atau terlalu sedikit). Perubahan dalam berat badan (bertambah atau
kehilangan berat badan). Beraktivitas kurang efektif atau energik dari
pada biasanya, orang-orang yang menderita depresi sering duduk
dengan sikap yang terkulai dan tatapan yang kosong tanpa ekspresi.
d. Perubahan kognitif
Kesulitan berkonsentrasi atau berpikir jernih. Berpikir negatif
mengenai diri sendiri dan masa depan. Perasaan bersalah atau
menyesal mengenai kesalahan dimasa lalu. Kurangnya self-esteemm
atau merasa tidak adekuat. Berpikir kematian atau bunuh diri.
15
3. Faktor Penyebab Depresi
Menurut Nevid dkk (2003) Faktor-faktor yang meningkatkan resiko
seseorang untuk terjadi depresi meliputi :
a. Usia
Depresi mampu menjadi kronis apabila depresi muncul untuk
pertama kalinya pada usia 60 tahun keatas. Berdasarkan hasil studi
pasien lanjut usia yang mengalami depresi diikuti selama 6 tahun, kira-
kira 80% tidak sembuh namun terus mangalami depresi atau
mengalami depresi pasang surut.
b. Status sosioal ekonomi
Orang dengan taraf sosioekonomi yang lebih rendah memiliki
resiko yang lebih rendah memiliki resiko yang lebih besar disbanding
mereka dengan taraf yang lebih baik.
c. Status pernikahan
Berlangsungnya pernikahan membawa manfaat yang baik bagi
kesehatan mental laki-laki dan perempuan. Pernikahan tak hanya
melegalkan hubungan asmara antara laki-laki dan perempuan, karena
ikatan suami-istri ini juga dipercaya dapat mengurangi risiko
mengalami depresi dan kecemasan. Namun, bagi pasangan suami istri
yang gagal membina hubungan pernikahan atau ditinggalkan pasangan
karena meninggal, justru akan memicu terjadinya depresi.
Hasil penelitian para ilmuwan di New Zealand’s University of
Otago baru-baru ini. Studi yang dipimpin oleh Kate Scott ini meneliti
16
34.493 orang yang tersebar di 15 negara. Dalam studi itu diketahui
bahwa berakhirnya hubungan suami istri karena perceraian atau
kematian dapat meningkatkan risiko mengalami gangguan kesehatan
mental. Dari sini terlihat bahwa fakta yang juga sesuai dengan hasil
survei dari WHO World Mental Health (WMH) itu menjelaskan bahwa
kesehatan mental amat dipengaruhi oleh sebuah perkawinan.
Bisa juga tergambar bagaimana kondisi kesehatan mental bagi
seseorang yang tidak pernah menikah dibandingkan dengan mereka
yang mengakhiri pernikahan. Scott mengatakan dalam studi itu
diketahui bahwa menikah memberikan dampak lebih baik ketimbang
tidak menikah bagi kesehatan jiwa untuk semua gender.
d. Jenis kelamin
Menurut Kaplan (2003) beberapa faktor risiko yang telah
dipelajari yang mungkin bisa menjelaskan perbedaan gender dalam
prevalensi depresi :
1) Perbedaan hormon seks
Mengingat bahwa puncak onset gangguan depresi pada perempuan
bertepatan dengan reproduksi tahun (antara usia 25 sampai 44 tahun
usia), faktor resiko hormon mungkin memainkan peran. Estrogen dan
progesteron telah ditunjukkan untuk mempengaruhi neurotransmitter,
neuroendokrin dan system sirkadian yang telah terlibat dalam
gangguan suasana perasaan.
17
Fakta bahwa perempuan sering mengalami gangguan
suasana hati yang berhubungan dengan siklus menstruasi mereka,
seperti gangguan pramenstruasi dysphoric, juga menunjukkan
hubungan antara hormon seks wanita dan suasana perasaan. Selain
itu, fluktuasi hormon yang berhubungan dengan kelahiran adalah
pemicu umum bagi gangguan suasana perasaan. Meski menopause
adalah saat ketika seorang wanita risiko depresi berkurang,
periomenopausal periode adalah masa peningkatan resiko bagi
orang-orang dengan riwayat depresi besar. Hormon lain faktor
yang dapat menyebabkan risiko wanita untuk depresi adalah
perbedaan jenis kelamin berhubungan dengan hypothalmic-
hipofisis-adrenal (HPA) axis dan untuk tiroid berfungsi.
2) Perbedaan gender Sosialisasi
Para peneliti telah menemukan bahwa perbedaan gender
dalam sosialisasi dapat memainkan peran juga. Gadis kecil
disosialisasikan oleh orangtua dan guru untuk lebih memelihara
dan sensitif terhadap pendapat orang lain, sementara anak laki-laki
didorong untuk mengembangkan kesadaran yang lebih besar
penguasaan dan kemandirian dalam kehidupan mereka. Jenis
sosialisasi berteori mengarah pada depresi pada wanita lebih besar,
yang harus melihat keluar diri mereka untuk validasi.
18
3) Perbedaan gender dalam menghadapi masalah
Penelitian menunjukkan bahwa perempuan cenderung
menggunakan emosi yang lebih fokus, ruminative mengatasi
masalah, merenungkan masalah mereka ke dalam pikiran mereka,
sementara laki-laki cenderung menggunakan masalah yang lebih
fokus, gaya coping mengganggu untuk membantu mereka
melupakan masalah. Telah dihipotesiskan bahwa mengatasi gaya
ruminative ini bisa mengakibatkan lebih lama dan lebih parah
episode depresi dan berkontribusi lebih besar perempuan
kerentanan terhadap depresi.
4) Perbedaan Frekuensi dan Reaksi terhadap Stres dalam kehidupan
Bukti menunjukkan bahwa, sepanjang hidup mereka,
perempuan mungkin mengalami peristiwa kehidupan yang lebih
stres dan memiliki kepekaan yang lebih besar bagi mereka daripada
pria. Gadis-gadis remaja cenderung untuk melaporkan peristiwa
kehidupan yang lebih negatif daripada anak laki-laki, biasanya
berkaitan dengan hubungan mereka dengan orang tua dan teman
sebaya, dan untuk mengalami tingkat kesulitan yang lebih tinggi
berhubungan dengan mereka. Studi tentang wanita dewasa telah
menemukan bahwa perempuan lebih mungkin daripada laki-laki
menjadi tertekan dalam menanggapi peristiwa hidup yang penuh
tekanan dan mengalami peristiwa yang menegangkan dalam waktu
enam bulan sebelum episode depresif besar.
19
5) Peran sosial dan pengaruh budaya
Juga telah berteori bahwa perempuan yang menjadi ibu
rumah tangga dan ibu dapat menemukan peran mereka, sementara
perempuan yang mengejar karir di luar rumah mungkin akan
menghadapi diskriminasi dan ketidaksetaraan pekerjaan atau
mungkin merasa konflik antara peran mereka sebagai seorang istri
dan ibu dan pekerjaan mereka. Karena keadaan sosial mereka,
peristiwa kehidupan buruk yang berhubungan dengan anak-anak,
perumahan atau reproduksi dapat memukul perempuan sangat
keras karena mereka menganggap area ini sebagai hal penting bagi
definisi mereka sendiri dan mungkin merasa mereka tidak memiliki
alternatif cara untuk mendefinisikan diri ketika daerah ini
terancam.
Dengan demikian wanita memiliki kecenderungan hampir
dua kali lipat lebih besar dari pada pria untuk megalami depresi.
Meski terdapat perbedaan gender pada prevalensinya, wacana
depresi adalah sama untuk keduanya. Pria dan wanita untuk
gangguan tersebut tidak berbeda secara signifikan dalam hal
kecenderungan untuk kambuh kembali, frekuensi kambuh,
keparahan/durasi kambuh atau jarak waktu untuk kambuh yang
pertama kalinya. (Nevid, 2003).
20
Sedangkan Menurut Durrand dan Barrow (2006) Faktor-
faktor penyebab gangguan suasana perasaan depresi antara lain:
1) Pengaruh genetik
Bukti terbaik bahwa gen berhubungan dengan gangguan
suasana perasaan adalah datang dari twin studies (studi orang
kembar). Dalam studi ini menelaah frekuensi kembar identik
(dengan gen identik) yang memiliki gangguan dibanding kembar
fraternal yang hanya memiliki 50% gen identik (seperti anggota
keluarga tingkat pertama lainya). Studi tersebut melaporkan bila
salah satu pasangan kembar mengalami depresi berat, maka 59%
diantara pasangan kembar identik dan 30 % diantara diantara
fraternal juga menunjukkan adanya gangguan suasana perasaan.
2) Peristiwa kehidupan stressful
Stres dan trauma adalah dua diantara kontribusi unik yang
paling menonjol didalam etiologi semua gangguan psikologis.
Sebagian besar orang yang mengembangkan depresi melaporkan
bahwa mereka kehilangan pekerjaan, bercerai, atau megalami stres
berat yang lain.
3) Learned Helplessness
Learned helpessness theory of depression adalah teori
Seligman yang mengatakan bahwa orang menjadi cemas dan
depresi ketika membuat atribusi bahwa mereka tidak memiliki
kontrol atas stress dalam kehidupanya.
21
4) Negative cognitive styles
Depresi dapat timbul dari kecenderungan untuk
menginterpretasikan kejadiankejadian sehari-hari secara negative.
Menurut Beck penderita depresi memandang yang terburuk dalam
segala hal. Beck melihat bahwa pasien-pasien depresi selalu
berpikir negatif tentang dirinya sendiri, dunianya, dan masa
depanya. Tiga bidang yang secara bersama-sama disebut sebagai
depressive cognitive triad (tiga serangkai kognisi depresi).
5) Hubungan Pernikahan
Hubungan pernikahan yang tidak memuaskan terkait erat
dengan depresi. Karena berdasarkan studi Bruce dan kim (1992)
dari 695 perempuan dan 530 laki-laki, selama kurun waktu
sejumlah partisipan bercerai atau berpisah dengan pasanganya.
Diperkirakan 21% perempuan yang bercerai menyatakan bahwa
dirinya mengalami depresi. Dan hampir 21% laki-laki yang
bercerai mengalami depresi berat.
6) Jenis kelamin
Perbedaan gender dalam perkembangan gangguan
emosional sangat dipengaruhi oleh persepsi mengenai
ketidakmampuan untuk mengontrol. Sumber perbedaan ini bersifat
kultural, karena peran jenis yang berbeda untuk laki-laki dan
perempuan di masyarakat kita. Lakilaki sangat didorong untuk
mandiri, masterful, dan asertif. Sedangkan perempuan sebaliknya,
22
diharapkan lebih pasif, sensitif terhadap orang lain, dan mungkin
lebih banyak tergantung pada oaring lain diibanding laki-laki.
7) Dukungan sosial
Semakin banyak jumlah dan semakin tinggi frekuensi
hubungan dan kontak sosial semakin panjang pula harapan hidup
kita. Hasil Studi mengemukakan tentang pentingnya dukungan
sosial didalam onset depresi. Dalam studi pada perempuan yang
mengalami stres serius, didapatkan bahwa 10% diantara
perempuan yang memilki teman berbagi rahasia yang memiliki
depresi dibanding 37% perempuan yang tidak memilki hubungan
dekat yang suportif.
4. Tanda dan Gejala
Frank J.Bruno (Samsyddin, 2006) mengemukakan bahwa ada
beberapa tanda dan gejala depresi, yakni:
a. Secara umum tidak pernah merasa senang dalam hidup ini. Tantangan
yang ada, proyek, hobi, atau rekreasi tidak memberikan kesenangan.
b. Distorsi dalam perilaku makan. Orang yang mengalami depresi tingkat
sedang cenderung untuk makan secara berlebihan, namun berbeda jika
kondisinya telah parah seseorang cenderung akan kehilangan gairah
makan.
c. Gangguan tidur. Tergantung pada tiap orang dan berbagai macam
faktor penentu, sebagian orang depresi sulit tidur,. Tetapi dilain pihak
banyak orang yang mengalami depresi justru terlalu banyak tidur.
23
d. Gangguan dalam aktivitas normal seseorang. Seseorang yang
mengalami depresi mungkin akan mencoba melakukan lebih dari
kemampuannya dalam setiap usaha untuk mengkomunikasikan idenya.
e. Kurang Energi. Orang yang mengalami depresi cenderung untuk
mengatakan atau merasa lelah.
f. Keyakinan bahwa seseorang mempunyai hidup yang tidak berguna,
tidak efektif. Orang itu tidak mempunyai rasa percaya diri.
g. Kapasitas menurun untuk bisa berfikir dengan jernih dan untuk
memecahkan masalah secara efektif. Orang yang mengalami depresi
merasa kesulitan untuk memfokuskan perhatiannya pada sebuah
masalah untuk jangka waktu tertentu.
h. Perilaku merusak diri tidak langsung. Contohnya: penyalahgunaan
alkohol/narkoba, nikotin, dan obat-obat lainnya. Makan berlebihan,
terutama kalau seseorang mempunyai masalah kesehatan seperti
misalnya menjadi gemuk, diabetes, hypogliycemia, atau diabetes, bisa
juga diidentifikasi sebagai salah satu jenis perilaku merusak diri
sendiri secara tidak langsung.
i. Mempunyai pemikiran ingin bunuh diri. (tentu saja, bunuh diri yang
sebenarnya, merupakan perilaku merusak diri sendiri secara langsung.
5. Tingkat Depresi
Depresi menurut PPDGJ-III (2001) dibagi dalam tiga tingkatan
yaitu depresi ringan, depresi sedang, depresi berat. Dimana perbedaan
antara episode depresif ringan, sedang dan berat terletak pada penilaian
24
klinis yang kompleks yang meliputi jumlah, bentuk dan keparahan gejala
yang ditemukan.
a. Depresi Ringan
1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresif
seperti tersebut diatas.
2) Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya.
3) Tidak boleh ada gejala beratnya diantaranya.
4) Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar
2 minggu.
5) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang
biasa dilakukan.
b. Depresi Sedang
1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti
pada episode depresi ringan.
2) Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaliknya 4) dari gejala
lainnya.
3) Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu.
4) Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan dan urusan rumah tangga.
c. Depresi Berat
1) Semua 3 gejala depresi harus ada.
2) Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa
diantaranya harus berintensitas berat.
25
3) Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor)
yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak
mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam
hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode
depresif berat masih dapat dibenarkan.
4) Episode depresif biasanya berlangsung sekurang-kuarangnya 2
minggu, akan tetapi jika gejalanya aman berat dan beronset sangat
cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam
kurun waktu kurang dari 2 minggu.
5) Sangat tidak mungkin pasien untuk meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang
sangat terbatas.
6. Penatalaksaan Depresi
Penatalaksaan depresi pada lansia meliputi beberapa aspek, antara lain:
a. Farmakoterapi
Respon terhadap obat pad usia lanjut sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor antara lain farmakokinetik dan farmakodinamik.
Faktor-faktor farmakokinetik antara lain: absorbsi, distribusi,
biotransformasi, dan ereksi obat akan mempengaruhi jumlah obat yang
dapat mencapai jaringan tempat kerja obat untuk bereaksi dengan
reseptornya. Faktor-faktor farmakodinamik antara lain: sensitivitas
reseptor, mekanisme homeostatik akan mempengaruhi antisitas efek
farmakologik dari obat tersebut.
26
Obat-obat yang digunakan pada penyembuhan depresi usia
lanjut antara lain:
1) Anti Depresan Trisiklik
2) Irreversible Monoamin Oxsidase A-B Inhibitor (MAOIs)
3) Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRIs)
4) Selective Serotonin Reuptake Enhacer (SSRIs)
5) Penstabil Mood (Mood Stabilizer)
6) Electroconvulsive Teraphy (ECT)
b. Psikoterapi
Menurut Maramis (2005), cara-cara psikoterapi dapat
dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu psikoterapi suportif dan
psiloterapi genetic dinamik dan manipulasi lingkungan.
1) Psikoterapi suportif
Tujuan psikoterapi jenis ini adalah menguatkan daya tahan
mental yang ada, mengembangkan mekanisme yang baru dan lebih
baik untuk mempertahankan control diri, dan dapat
mengembalikan keseimbangan adaptif (dapat menyesuaikan diri).
Cara-cara psikoterapi suportif antara lain: ventilasi atau
psikokatarsis, persuasi atau bujukan, sugesti penjaminan kembali,
bimbingan dan penyuluhan, terapi kerja, hipnoterapi dan
narkoterapi kelompok, terapi perilaku.
27
2) Psikoterapi genetic-dinamik (psikoterapi wawasan).
Psikoterapi genetic-dinamik dibagi menjadi psikoterapi
reeduaktif dan psikoterapi rekonstruktif. Psikoterapi reedukatif
adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai pengertian
tentang konflik-konflik yang letaknya lebih banyak dialam sadar,
dengan usaha berencana untuk penyesuaian diri kembali,
memodifikasi tujuan , dan membangkitkan serta mengungkapkan
potensi reaktif yang ada. Cara psikoterapi reedukatif antara lain:
terapi hubungan antara manuasia, terapi sikap, terapi wawancara,
analisa dan sintesa yang distributive, konseling terapetik, terapi
kerja, reconditioning, terapi kelompok yang reedukatif, dan terapi
somatic. Cara-cara psikoterapi rekonstruktif antara lain:
Psikoanalisa Freud, Psikoanalisis non-Frreu, psikoanalisis non-
Freudian, dan psikoterapi yang berorientasi pada psikoanalisanya
(misalnya: asosiasi bebas, analisa mimpi, hipnoanalisa,
narkoterapi, terapi main, terapi seni, dan terapi kelompok analitik.
3) Manipulasi lingkungan
Lingkungan pergaulan pasien akan sangat membantu
penatalaksanaan depresi pada lansia. Dimana keluarga penderita
harus bersifat sabar dan penuh perhatian. Pengobatan sosiokultural
dilakukan dengan mengurangi stresor yang ada yaitu menciptakan
lingkungan yang sehat serta memperbaiki sistem komunikasi
lingkungan. Selain itu keadaan fisik dan keberhasilan perlu
28
mendapat perhatian yang optimal dan seringkali diperlukan
mmanipulasi lingkungan untuk meringankan penderitaan pasien.
C. Konsep Lansia
1. Pengertian
Usia lanjut merupakan seorang laki-laki atau perempuan yang
berusia 60 tahun atau lebih, baik secara fisik masih berkemampuan
(potensial) maupun karena suatu hal tidak mampu lagi berperan secara
aktif dalam pembangunan (tidak potensial). Di negara-negara maju seperti
Amerika Serikat usia lanjut sering didefinisikan mereka yang telah
menjalani siklus kehidupan diatas usia 60 tahun (Hawari, 2006).
Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari .
Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan
dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses
penuaan yang berakhir dengan kematian. (Hidayat, 2006).
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara
alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk
hidup (Nugroho, 2003).
29
2. Batasan Usia Lansia
Menurut Ismayadi (2004) lanjut usia dibagi menjadi :
a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia ,lanjut usia dikelompokkan
menjadi :
1) Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun.
2) Lanjut usia (elderly) : antara 60 dan 74 tahun.
3) Lanjut usia tua (old) : antara 75 dan 90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun
b. Menurut UU No.4 tahun 1965 pasal 1 dinyatakan sebagai berikut :
seseorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau usia lanjut
setelah yang bersangkutan mencapai umur, 55 tahun, tidak mempunyai
atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya
sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain.
c. Saat ini berlaku undang undang No. 15 tahun 1998 tentang
kesejahteraan usia lanjut yang berbunyi sebagai berikut; usia lanjut
adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.
3. Permasalahan yang terjadi pada lanjut usia
Masalah yang kerap muncul pada usia lanjut, yang disebutnya
sebagai a series of I’s, yang meliputi immobility (imobilisasi), instability
(instabilitas dan jatuh), incontinence (inkontinensia), intellectual
impairment (gangguan intelektual), infection (infeksi), impairment of
vision and hearing (gangguan penglihatan dan pendengaran), isolation
30
(depresi), Inanition (malnutrisi), insomnia (ganguan tidur), hingga immune
deficiency (menurunnya kekebalan tubuh). Bentuk-bentuk permasalahan
yang dihadapi lansia adalah sebagai berikut (Kemala Sari, 2010):
a. Demensia
Demensia adalah suatu gangguan intelektual / daya ingat yang
umumnya progresif dan ireversibel. Biasanya ini sering terjadi pada orang
yang berusia > 65 tahun.
b. Depresi
Gangguan depresi merupakan hal yang terpenting dalam problem
lansia. Usia bukan merupakan faktor untuk menjadi depresi tetapi
suatu keadaan penyakit medis kronis dan masalah-masalah yang
dihadapi lansia yang membuat mereka depresi. Gejala depresi pada
lansia dengan dewasa muda berbeda dimana pada lansia terdapat
keluhan somatik.
Mengenali depresi pada usia lanjut memerlukan suatu
keterampilan dan pengalaman, karena manifestasi gejala-gejala depresi
klasik (perasaan sedih, kurang semangat, hilangnya minat/hobi atau
menurunya aktivitas) sering tidak muncul. Sangat tidak mudah untuk
membedakan sekuele gejala psikologik akibat penyakit fisik dari
gangguan depresi atau gejala somatik depresi dari efek sistemik
penyakit fisik. Keduanya bisa saja terjadi pada seorang individu usia
lanjut pada saat yang sama. Usia lanjut yang mengalami depresi bisa
saja mengeluhkan mood yang menurun, namun kebanyakan
menyangkal adanya mood depresi, yang sering terlihat adalah gejala
31
hilangnya tenaga/energi, hilangnya rasa senang, tidak bisa tidur, atau
kehilangan rasa sakit/nyeri (Sumirta, 2011).
Gejala yang sering muncul adalah anxietas atau kecemasan,
preokupasi gejala fisik, perlambatan motorik, kelelahan, mencela diri
sendiri, pikiran bunuh diri, dan insomnia. Sedangkan gejala
depersonalisasi, rasa bersalah, minat seksual menurun agak jarang.
Sebagai petunjuk kearah depresi perlu diperhatikan tanda-tanda berikut
: rasa lelah yang terus menerus bahkan juga sewaktu beristirahat,
kehilangan kesenangan yang biasanya dapat ia nikmati (tidak merasa
senang lagi jika dikunjungi oleh cucu-cucunya), dan mulai menarik
diri dari kegiatan dan interaksi sosial (Issac, 2003).
Menurut Sumirta (2011) gambaran klinis depresi pada usia lanjut
dibandingkan dengan pasien yang lebih muda berbeda, usia lanjut
cenderung meminimalkan atau menyangkal mood depresinya dan lebih
banyak menonjolkan gejala somatiknya, disamping mengeluh tentang
gangguan memori, juga pada umumnya kurang mau mencari bantuan
psikiater karena kurang dapat menerima penjelasan yang bersifat
psikologis untuk gangguan depresi yang mereka alami.
Gangguan depresi pada usia lanjut ditegakkan berpedoman pada
PPDGJ III (Pedoman Penggolongan Diagnosis gangguan Jiwa di
Indonesia III) yang merujuk pada ICD 10 (International Classification
of Deseases 10). Gangguan depresi dibedakan dalam depresi ringan,
32
sedang, dan berat sesuai dengan banyak dan beratnya gejala serta
dampaknya terhadap kehidupan seseorang (Hawari, 2006).
Pedoman diagnostik lainnya adalah DSM IV (Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders IV). Depresi berat menurut
DSM IV jika ditemukan 5 atau lebih gejala-gejala berikut dibawah ini,
yang terjadi hampir setiap hari selama 2 minggu dan salah satu dari
gejala tersebut adalah mood terdepresi atau hilangnya rasa
senang/minat.
c. Skizofrenia
Skizofrenia biasanya dimulai pada masa remaja akhir / dewasa
muda dan menetap seumur hidup. Wanita lebih sering menderita
skizofrenia lambat dibanding pria. Perbedaan onset lambat dengan
awal adalahadanya skizofrenia paranoid pada tipe onset lambat.
d. Gangguan Delusi
Onset usia pada gangguan delusi adalah 40 – 55 tahun, tetapi
dapat terjadi kapan saja. Pada gangguan delusi terdapat waham yang
tersering yaitu : waham kejar dan waham somatik.
e. Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan adalah berupa gangguan panik, fobia,
gangguan obsesif konfulsif, gangguan kecemasan umum, gangguan
stres akut, gangguan stres pasca traumatik. Onset awal gangguan panik
pada lansia adalah jarang, tetapi dapat terjadi. Tanda dan gejala fobia
pada lansia kurang serius daripada dewasa muda, tetapi efeknya sama,
33
jika tidak lebih, menimbulkan debilitasi pada pasien lanjut usia. Teori
eksistensial menjelaskan kecemasan tidak terdapat stimulus yang dapat
diidentifikasi secara spesifik bagi perasaan yang cemas secara kronis.
Kecemasan yang tersering pada lansia adalah tentang
kematiannya. Orang mungkin menghadapi pikiran kematian dengan
rasa putus asa dan kecemasan, bukan dengan ketenangan hati dan rasa
integritas. kerapuhan sistem saraf anotomik yang berperan
dalamperkembangan kecemasan setelah suatu stressor yang berat.
Gangguan stres lebih sering pada lansia terutama jenis stres pasca
traumatik karena pada lansia akan mudah terbentuk suatu cacat fisik.
f. Gangguan Somatiform
Gangguan somatiform ditandai oleh gejala yang sering
ditemukan apada pasien > 60 tahun. Gangguan biasanya kronis dan
prognosis adalah berhati-hati. Untuk mententramkan pasien perlu
dilakukan pemeriksaan fisik ulang sehingga ia yakin bahwa mereka
tidak memliki penyakit yang mematikan. Terapi pada gangguan ini
adalah dengan pendekatan psikologis dan farmakologis.
g. Gangguan penggunaan Alkohol dan Zat lain
Riwayat minum / ketergantungan alkohol biasanya memberikan
riwayat minum berlebihan yang dimulai pada masa remaja / dewasa.
Mereka biasanya memiliki penyakit hati. Sejumlah besar lansia dengan
riwayat penggunaan alkohol terdapat penyakit demensia yang kronis
seperti ensefalopati wernicke dan sindroma korsakoff. Presentasi klinis
34
pada lansia termasuk terjatuh, konfusi, higienis pribadi yang buruk,
malnutrisi dan efek pemaparan. Zat yang dijual bebas seperti kafein
dan nikotin sering disalahgunakan. Di sini harus diperhatikan adanya
gangguan gastrointestiral kronis pada lansia pengguna alkohol maupun
tidak obatobat sehingga tidak terjadi suatu penyakit medik.
h. Gangguan Tidur
Usia lanjut adalah faktor tunggal yang paling sering berhubungan
dengan peningkatan prevalensi gangguan tidur. Fenomena yang sering
dikeluhkan lansia daripada usia dewasa muda adalah gangguan tidur,
ngantuk siang hari dan tidur sejenak di siang hari
Secara klinis, lansia memiliki gangguan pernafasan yang
berhubungan dengan tidur dan gangguan pergerakan akibat medikasi
yang lebih tinggi dibanding dewasa muda. Disamping perubahan
system regulasi dan fisiologis, penyebab gangguan tidur primer pada
lansia adalah insomnia. Selain itu gangguan mental lain, kondisi medis
umum, faktor sosial dan lingkungan. Ganguan tersering pada lansia
pria adalah gangguan rapid eye movement (REM). Hal yang
menyebabkan gangguan tidur juga termasuk adanya gejala nyeri,
nokturia, sesak napas, nyeri perut.
Keluhan utama pada lansia sebenarnya adalah lebih banyak
terbangun pada dini hari dibandingkan dengan gangguan dalam tidur.
Perburukan yang terjadi adalah perubahan waktu dan konsolidasi yang
menyebabkan gangguan pada kualitas tidur pada lansia.
35
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Faktor-faktor yang meningkatkan resiko lansia untuk terjadi depresi meliputi
usia, status sosial ekonomi, status pernikahan, jenis kelamin dan dukungan sosial.
Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi tingkat depresi yang dialami oleh lansia
(Nevid dkk, 2003).
Sedangkan Menurut Durrand dan Barrow (2006) Faktor-faktor penyebab
gangguan suasana perasaan depresi antara lain:Pengaruh genetic, Peristiwa
kehidupan stressful, Learned, Helplessness, Negative cognitive styles, Hubungan
Pernikahan, Jenis kelamin, Dukungan social.
Menurut Marchira dkk (2007), depresi terjadi lebih banyak pada umur yang
lebih tua dan dukungan keluarga yang rendah. Oleh karena itu, lansia yang berada
di lingkungan keluarga atau tinggal bersama keluarga serta mendapat dukungan
dari keluarga akan membuat lansia merasa lebih sejahtera. Adapun skema
kerangka konsep penelitian adalah sebagai berikut :
36
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 1. Kerangka Konsep Peneliti
Depresi Pada
Lansia
Usia
Jenis Kelamin
Peristiwa Kehidupan
Dukungan Keluarga
37
B. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala
Ukur
Variabel Dependen
2 Depresi
Lansia
Kelainan alam
perasaan berupa
kehilangan minat atau
kesenangan dalam
aktivitas – aktivitas
yang biasa dari waktu
lampau yang dapat
digolongkan dalam
ringan, sedang dan
berat
Wawancara Kuesioner Berat (Skor 11-15)
Sedang (Skor 5- 10)
Ringan (Skor 1-4)
Ordinal
Variabel Independen
1 Usia Pembagian kelompok
usia yang dimiliki
oleh lansia
Wawancara Kuesioner Lansia Pertengahan
(45 s/d 59 tahun)
Lansia (60 s/d 74
tahun)
Lansia Tua (75-90
tahun)
Usia Sangat Tua ( >
90 tahun)
Ordinal
2 Jenis
Kelamin
Perbedaan antara
perempuan dengan
laki-laki secara
biologis sejak
seseorang lahir.
Wawancara Kuesioner Laki-laki
Perempuan
Nominal
3 Peristiwa
Kehidupan
Suatu kejadian
negatif yang pernah
terjadi dalam
kehidupan lansia
yang dapat
menyebabkan
terjadinya depresi
Wawancara Kuesioner Ada
Tidak Ada
Ordinal
38
C.Hipotesa Penelitian
1. Ha : Ada hubungan usia dengan depresi pada lansia di UPTD Rumoeh
Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh 2013
2. Ha : Ada hubungan jenis kelamin dengan depresi pada lansia di UPTD
Rumoeh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh 2013
3. Ha : Ada hubungan peristiwa kehidupan dengan depresi pada lansia di
UPTD Rumoeh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh
2013
4. Ha : Ada hubungan dukungan keluarga dengan depresi pada lansia di
UPTD Rumoeh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh
2013
4 Dukungan
Keluarga
Suatu bentuk bantuan
yang diberikan
keluarga baik secara
moril maupun materil
untuk mengurangi
tingkat depresi pada
lansia
Wawancara Kuesioner Baik
(x ≥ x )
Kurang Baik
(x≤ x )
Ordinal
39
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah analitik dengan
menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu variabel sebab atau risiko dan
akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan
secara simultan (pada waktu bersamaan) (Notoatmodjo, 2005). Penelitian ini
untuk mengetahui hubungan variabel bebas (independen variabel) dengan
variabel terikat (dependen variabel) yaitu ingin melihat hubungan keluarga
dengan depresi pada lansia di UPTD Rumoh Sejahtera Ulee Kareng Banda
Aceh 2013.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari suatu varibel yang
diamati yang menyangkut masalah yang diteliti (Notoatmodjo. 2005).
Dalam pengumpulan data ini populasi nya yaitu seluruh lansia yang
tinggal di UPTD Rumoh Sejahtera Ulee Kareng Banda Aceh yaitu
sebanyak 60 orang.
2. Sampel
Sampel adalah suatu bagian dari populasi dimana pemilihan nya
menggunakan sampling tertentu untuk bisa memenuhi atau mewakili
populasi tertentu (Notoadmojo, 2003). Adapun pengambilan sampel
40
dalam penelitian ini adalah dengan metode total sampling dimana seluruh
anggota populasi dijadikan sampel yaitu sebanyak 60 orang.
C. Tempat dan Waktu
Pengumpulan data penelitian ini akan di lakukan di UPTD Rumoeh
Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh yang direncanakan
dilakukan pada bulan April Tahun 2013.
D. Pengumpulan Data
1. Tekhnik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data terdiri dari beberapa tahap yaitu:
a. Tahap Persiapan Data
1) Data Primer
Data yang peneliti dapatkan ketika melakukan wawancara
dengan lansia dan pengelola UPTD Rumoeh Seujahtera Geunaseh
Sayang Ulee Kareng Banda Aceh.
2) Data Sekunder
Untuk melengkapi pengumpulan data ini juga di perlukan
data dari UPTD Rumoeh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee
Kareng Banda Aceh, dan buku-buku yang berhubungan dengan
pengumpulan data.
b. Tahap Pengumpulan Data
Adapun tahap pengumpulan data terdiri dari :
41
1) Tahap Pengumpulan Data Awal
Persiapan pengumpulan data dilakukan melalui prosedur :
a) Meminta surat izin kepada bagian Akademik yang ditujukan ke
UPTD Rumoeh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng
Banda Aceh.
b) Setelah mendapat surat persetujuan dari Pimpinan UPTD
Rumoeh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda
Aceh peneiliti melakukan pengambilan data awal.
c) Setelah selesai mengambil data awal, peneliti meminta surat
selesai pengambilan data awal dari pimpinan UPTD Rumoeh
Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh.
d) Setelah peneliti mendapatkan surat selesai pengambilan data
awal dari pimpinan UPTD Rumoeh Seujahtera Geunaseh
Sayang Ulee Kareng Banda Aceh kemudian diserahkan ke
bagian akademik.
2) Tahap Melakukan Pengumpulan data
Adapun tahap melakukan pengumpulan data :
a) Meminta surat izin kepada bagian Akademik yang ditujukan
ke pimpinan UPTD Rumoeh Seujahtera Geunaseh Sayang
Ulee Kareng Banda Aceh untuk melakukan pengumpulan data.
b) Setelah mendapatkan izin dari pimpinan UPTD Rumoeh
Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh untuk
42
proses pengumpulan data, kemudian menjumpai responden
untuk meminta izin serta menjelaskan tujuan dari peneliti.
c) Peneliti lalu memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan
pengumpulan data dan meminta kesediaan responden untuk
berpartisipasi dalam pengumpulan data dengan mendatangani
lembar persetujuan menjadi responden.
d) Setelah responden setuju maka peneliti menjelaskan tata cara
penelitian.
e) Kemudian peneliti melakukan terminasi kepada responden
dengan mengucapkan terima kasih atas kesediaannya
berpartisipasi dalam pengumpulan data ini.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah kuesioner tentang tingkat depresi
yang mengacu pada skala Geriatric Depresion Scale (GDS) mengevaluasi
15 gejala depresi pada lansia. Setiap gejala dirangking dalam skala Ya
dan Tidak dengan modifikasi sendiri yang dilakukan oleh peneliti yang
disesuaikan dengan keadaan lansia di UPTD Rumoeh Seujahtera
Geunaseh Sayang dan nilainya ditambahkan untuk memberi total nilai
dari 0-15; nilai yang lebih tinggi mewakili tingkat depresi yang lebih
berat. Adapun pernyataan positif yaitu:
43
E. Pengolahan Dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Setelah data dikumpulkan dan diperoleh melalui alat bantu kuesioner
yang memenuhi syarat, maka dilanjutkan pengolahan data dengan
menggunakan langkah-langkah atau tahapan sebagai berikut
(Notoadmodjo, 2005) :
a. Editing
Mengkoreksi kesalahan-kesalahan dalam pengisian atau
pengambilan data pada tahap ini data yang telah dikumpulkan
dilakukan pengecekan identitas responden, mengecek kelengkapan data
dengan memeriksa isi instrumen pengumpul data. Apabila ada
kekurangan isi atau halaman, maka kuesioner dikembalikan untuk diisi
ulang.
b. Coding
Yaitu mengklasifikasi jawaban menurut macamnya dengan
memberikan kode tertentu. Pada tahap ini data yang telah diperoleh
diberikan angka, angka atau kode-kode tertentu untuk memudahkan
pengumpulan data.
c. Transfering
Yaitu data yang telah diberikan kode responden disusun secara
berurutan dari responden pertama sampai dengan responden terakhir
untuk dimasukkan kedalam tabel sesuai dengan subvariabel yang
diteliti.
44
d. Tabulating
Yaitu mangelompokkan responden berdasarkan kategori yang telah
ditentukan untuk tiap subvariabel yang diukur dan selanjutnya
dimasukkan kedalam master tabel atau tabel rekapitulasi hasil
pengumpulan data.
2. Analisa Data
a. Analisis Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi
frekuensi variabel yang diteliti (Arikunto, 2002), yaitu pengaruh
kunjungan imunisasi dengan pengetahuan, pendidikan dan sosial
ekonomi. Setelah nilai persentase dari masing-masing sub variabel
(materi) selanjutnya digabungkan menjadi hasil jawaban responden
secara keseluruhan dengan menggunakan rumus yang di kutip dari
Patricia (2005), yaitu:
P =𝑓𝑖
𝑛𝑥 100%
Keterangan :
P = Presentase
fi = Frekuensi teramati
n = Jumlah responden yang menjadi sampel.
b. Analisis Bivariat
Pada peneitian ini, analisa bivariat yang digunakan untuk
mengukur hubungan adalah analisa silang dengan menggunakan tabel
silang yang di kenal dengan baris kali kolom (B x K) dengan derajat
45
kebebasan (df) yang sesuai dengan tingkat kemaknaan 5% (α = 0,05)
(Candra, 2009).
Perhitungan statistik untuk analisa variabel penelitian tersebut
dilakukan dengan menggunakan program komputer yang
diinterpretasikan dalam nilai probabilitas (p-value). Pengolahan data
diinterpretasikan menggunakan nilai probabilitas dengan kriteria
sebagai:
1) Bila pada tabel 2x2, dan tidak ada nilai E (harapan) <5, maka uji
yang di pakai sebaiknya Continuity Correction.
2) Bila pada tabel 2x2 di jumpai nilai E (harapan) <5, maka uji yang
digunakan adalah Fisher Exact.
3) Bila table lebih dari 2x2, misalnya 3x2, dan lain-lain, maka
digunakan uji Pearson Chi-Square.
Pengujian hipotesa dengan kriteria bahwa P-value ≥ α, maka
hipotesa (Ha) diterima dan sebalikanya apabila P-value < α, maka
hipotesa (Ho) ditolak (Hastono, 2006).
46
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di UPTD Rumoeh Sejahtera Geunaseh Sayang
di desa Doy Kecamatan Ulee Kareng Kota Banda Aceh yang berdiri diatas
tanah seluas 3.860 M2 dengan lingkungan yang tenang dan aman. Panti ini
berdiri sejak 17 Mei 2005 yang merupakan salah satu salah satu dari UPTD di
lingkungan Dinas Sosial Pemerintah Aceh yang mengurus secara khusus para
lanjut usia terlantar atau yang mempunyai permasalahan sosial dengan jumlah
karyawan 18 orang yang terdiri dari ; staf 2 orang, perawat 7 orang, kebersihan
5 orang, dapur 2 orang dan supir 1 orang.
Fasilitas yang tersedia di UPTD Rumoeh Seujahtera Geunaseh Sayang
Ulee Kareng Banda Aceh terdiri dari 2 wisama, 1 ruang serba guna yang biasa
dipakai untuk tempat beribadah dan pertemuan, 1 ruang makan yang sekaligus
dipakai untuk tempat bersantai para lansia seperti nonton tv, halaman yang
cukup luas untuk melakukan senam pagi. Total lansia yang menghuni Panti
berjumlah 60 orang yang terdiri dari 27 orang laki-laki dan 33 orang
perempuan.
B. Hasil Penelitian
Pengumpulan data dilakukan selama 8 hari dimulai tanggal 5-12 Juli
2012 di UPTD Rumoeh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh
2013 dengan jumlah responden 60 orang. Teknik pengumpulan data yang
47
dilakukan berupa angket dengan menggunakan kuisioner dalam bentuk bentuk
dichotomy choice sebanyak 29 item pernyataan. Berdasarkan hasil
pengumpulan data yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Analisa Univariat
a. Umur
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Usia Lansia di UPTD Rumoh Sejahtera
Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh 2013
(n=60)
Berdasarkan tabel 5.1 dari 60 responden dapat diketahui usia
lansia dengan frekuensi terbanyak dijumpai pada lansia sangat tua
yaitu sebanyak 27 responden (45%).
b. Jenis Kelamin
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Lansia di UPTD Rumoh
Sejahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh 2013
(n=60)
Berdasarkan tabel 5.2 dari 60 responden dapat diketahui jenis
kelamin lansia dengan frekuensi terbanyak adalah perempuan yaitu
sebanyak 33 responden (55%).
No Kategori Frekuensi Persentase
1
2
3
4
Lansia Pertengahan
Lansia
Lansia Tua
Usia Sangat Tua
8
21
27
4
13,3
35,0
45,0
6,7
Jumlah 60 100
No Kategori Frekuensi Persentase
1
2
Laki-laki
Perempuan
27
33
45,0
55,0
Jumlah 60 100
48
c. Peristiwa Kehidupan
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Peristiwa Kehidupan Lansia di UPTD
Rumoh Sejahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng
Banda Aceh 2013
(n=60)
Berdasarkan tabel 5.3 dari 60 responden dapat diketahui
peristiwa kehidupan lansia dengan frekuensi terbanyak berada pada
kategori pernah yaitu sebanyak 38 responden (63,3%).
d. Dukungan Keluarga
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Lansia di UPTD
Rumoh Sejahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng
Banda Aceh 2013
(n=60)
Berdasarkan tabel 5.2 dari 60 responden dapat diketahui
dukungan keluarga lansia dengan frekuensi terbanyak berada pada
kategori kurang yaitu sebanyak 35 responden (58,3%).
No Kategori Frekuensi Persentase
1
2
Pernah
Tidak Pernah
38
22
63,3
36,7
Jumlah 60 100
No Kategori Frekuensi Persentase
1
2
Baik
Kurang
25
35
41,7
58,3
Jumlah 60 100
49
e. Depresi
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Depresi Lansia di UPTD
Rumoh Sejahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng
Banda Aceh 2013
(n=60)
Berdasarkan tabel 5.5 dari 60 responden dapat diketahui
depresi pada lansia dengan frekuensi terbanyak berada pada kategori
sedang yaitu sebanyak 32 responden (53,3%).
2. Analisa bivariat
a. Hubungan usia dengan depresi pada lansia di UPTD Rumoh
Sejahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh 2013
Tabel 5.6
Hubungan usia dengan depresi pada lansia di UPTD Rumoh
Sejahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh 2013
(n=60)
Usia Lansia
Depresi Total
Α P
Value Berat Sedang Ringan
f % F % f % F %
Lansia
Pertengahan 1 1,7 2 3,3 5 8,4 8 13,3
0,05 0,015 Lansia 1 1,7 9 15,0 11 18,3 21 35,0
Lansia Tua 6 10,0 18 30,0 3 5,0 27 45
Usia Sangat Tua 1 1,6 3 5,0 0 0 4 6,7
Total 9 15 32 53,3 19 31,7 60 100
Sumber: Data Primer (diolah, 2013)
Berdasarkan tabel 5.6 diatas dapat disimpulkan bahwa dari 8
responden (13,3%) dengan kategori usia lansia pertengahan didapatkan
8,4% yang mengalami tingkat depresi ringan, dari 21 orang responden
No Kategori Frekuensi Persentase
1
2
3
Berat
Sedang
Ringan
9
32
19
15
53,3
31,7
Jumlah 60 100
50
(35,0%) dengan kategori lansia didapatkan 18,3% yang mengalami
tingkat depresi ringan, dari 27 orang responden (45%) dengan kategori
lansia tua didapatkan 30% yang mengalami tingkat depresi sedang dan
dari 4 orang responden (6,7%) dengan kategori usia sangat tua
didapatkan 5% yang mengalami tingkat depresi sedang.
Berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan, didapatkan p-
value 0,015 yang berarti p-value ≤ 0,05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa hipotesa nol (H0) ditolak, yang berarti terdapat hubungan antara
usia dengan depresi pada lansia di UPTD Rumoh Sejahtera Geunaseh
Sayang Ulee Kareng Banda Aceh 2013.
b. Hubungan Jenis Kelamin dengan depresi pada lansia di UPTD
Rumoh Sejahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh 2013
Tabel 5.7
Hubungan jenis kelamin dengan depresi pada lansia di UPTD Rumoh
Sejahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh 2013
(n=60)
Jenis Kelamin
Depresi Total
Α P
Value Berat Sedang Ringan
f % F % f % F %
Laki-laki 5 8,3 13 21,7 9 15 27 45,0 0,05 0,706
Perempuan 4 6,7 19 31,6 10 16,7 33 55,0
Total 9 15 32 53,3 19 31,7 60
Sumber: Data Primer (diolah, 2013)
Berdasarkan tabel 5.7 diatas dapat disimpulkan bahwa dari 27
orang responden (45%) berjenis kelamin laki-laki didapatkan 21,7% yang
mengalami tingkat depresi sedang dan dari 33 responden (55%) berjenis
kelamin perempuan, didapatkan 31,6% yang mengalami tingkat depresi
sedang.
51
Berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan, didapatkan p-
value 0, 706 yang berarti p-value > 0,05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa hipotesa nol (H0) diterima, yang berarti tidak terdapat hubungan
antara jenis kelamin dengan depresi pada lansia di UPTD Rumoh
Sejahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh 2013.
c. Hubungan peristiwa kehidupan dengan depresi pada lansia di
UPTD Rumoh Sejahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda
Aceh 2013
Tabel 5.8
Hubungan peristiwa kehidupan dengan depresi pada lansia di UPTD
Rumoh Sejahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh 2013
(n=60)
Peristiwa
Kehidupan
Depresi Total
Α P
Value Berat Sedang Ringan
F % F % f % F %
Pernah 9 15,0 15 25,0 14 23,3 38 63,3 0,05 0,007
Tidak Pernah 0 0,0 17 28,3 5 8,4 22 36,6
Total 9 15 32 53,3 19 31,7 60
Sumber: Data Primer (diolah, 2013)
Berdasarkan tabel 5.8 diatas dapat disimpulkan bahwa dari 38
responden (63,3%) yang pernah mengalami persitiwa kehidupan
didapatkan 25% yang mengalami tingkat depresi sedang dan dari 22
orang yang tidak pernah mengalami peristiwa kehidupan didapatkan
28,3% yang mengalami tingkat depresi sedang.
Berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan, didapatkan p-
value 0, 007 yang berarti p-value ≤ 0,05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa hipotesa nol (H0) diterima, yang berarti terdapat hubungan antara
peristiwa kehidupan dengan depresi pada lansia di UPTD Rumoh
Sejahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh 2013
52
d. Hubungan dukungan keluarga dengan depresi pada lansia di UPTD
Rumoh Sejahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh 2013
Tabel 5.9
Hubungan dukungan keluarga dengan depresi pada lansia di UPTD
Rumoh Sejahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh 2013
(n=60)
Dukungan
Keluarga
Depresi Total
Α P
Value Berat Sedang Ringan
F % F % F % F %
Baik 1 1,7 11 18,3 13 21,7 25 41,7 0,05 0,008
Kurang 8 13,3 21 35 6 10,0 35 58,3
Total 9 15 32 53,3 19 31,7 60
Sumber: Data Primer (diolah, 2013)
Berdasarkan tabel 5.9 diatas dapat disimpulkan bahwa dari 25
orang yang memiliki dukungan keluarga yang baik didapatkan 21,7%
yang mengalami tingkat depresi ringan dan dari 35 responden (58,3%)
yang memiliki dukungan keluarga didapatkan 35% yang memiliki tingkat
depresi sedang.
Berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan, didapatkan p-
value 0, 008 yang berarti p-value ≤ 0,05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa hipotesa nol (H0) ditolak, yang berarti tidak terdapat hubungan
antara dukungan keluarga dengan depresi pada lansia di UPTD Rumoh
Sejahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh 2013.
53
B. Pembahasan
a. Hubungan usia dengan depresi pada lansia di UPTD Rumoh Sejahtera
Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh 2013
Berdasarkan tabel 5.6 diatas dapat disimpulkan bahwa dari 27
responden (45%) dengan kategori usia lansia tua, terdapat 18 responden
(30%) yang memiliki tingkat depresi sedang. Hasil analisa Uji Chi-Square,
diperoleh nilai p-value 0,015 yang berarti p-value ≤ 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa hipotesa nol (H0) ditolak, yang berarti terdapat
hubungan antara usia dengan depresi pada lansia di UPTD Rumoh Sejahtera
Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh 2013.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hidayat
(2010), tentang “Hubungan Antara Jenis Kelamin, Usia dan Status
Pernikahan Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia Di Perumahan Sinar
Waluyo Semarang” menunjukkan bahwa ada hubungan antara usia dengan
tingkat depresi lansia dengan tingkat hubungan lemah dengan nilai koefisien
korelasi sebesar atau r = 0.231 dengan p-value 0.008.
Depresi mampu menjadi kronis apabila depresi muncul untuk pertama
kalinya pada usia 60 tahun keatas. Berdasarkan hasil studi pasien lanjut usia
yang mengalami depresi diikuti selama 6 tahun, kira-kira 80% tidak sembuh
namun terus mangalami depresi atau mengalami depresi pasang surut
(Nevid, 2003).
Hasil penelitian di UPTD Rumoh Sejahtera Geunaseh Sayang Ulee
Kareng Banda Aceh 2013 menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara
54
usia dengan depresi pada lansia di UPTD Rumoh Sejahtera Geunaseh
Sayang Ulee Kareng Banda Aceh 2013. Hal ini disebabkan karena semakin
tua usia seseorang maka semakin tinggi tingkat kemungkinan mengalami
depresi hal ini dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada fisik
dan psikis sehingga menimbulkan gejala depresi. Pada lansia yang tinggal di
UPTD Rumoh Sejahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh depresi
dangat erat kaitannya dengan umur lansia tersebut dimana banyak lansia
yang mengalami depresi adalah lansia tua yang tentunya sudah tidak
sanggup lagi melakukan kegiatan sehari-hari sendiri dan harus mendapatkan
bantuan dari teman ataupun petugas di UPTD Rumoh Sejahtera Geunaseh
Sayang Ulee Kareng Banda Aceh, hal ini tentunya menimbulkan stressor-
stresor penyebab depresi pada lansia.
b. Hubungan jenis kelamin dengan depresi pada lansia di UPTD Rumoh
Sejahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh 2013
Berdasarkan tabel 5.7 diatas dapat disimpulkan bahwa dari 33
responden (55%) berjenis kelamin perempuan, terdapat 19 responden
(31,7%) yang memiliki tingkat depresi sedang. Hasil analisa Uji Chi-Square,
diperoleh nilai p-value 0, 706 yang berarti p-value > 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa hipotesa nol (H0) diterima, yang berarti tidak terdapat
hubungan antara jenis kelamin dengan depresi pada lansia di UPTD Rumoh
Sejahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh 2013
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Dwi Marta (2012), tentang “Determinan Tingkat Depresi Pada Lansia Di
55
Panti Treshna Werda 4 Budi Mulia 4 Jakarta Selatan” menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan antara jenis kelamin dan tingkat depresi ( p= 1,000).
Adanya perubahan hormonal dalam siklus menstruasi yang
berhubungan dengan kehamilan dan kelahiran dan juga menopause yang
membuat wanita lebih rentan menjadi depresi. Periode meningkatkan risiko
deresi pada wanita terjadi ketika masa pertengahan pubertas. Data yang
dihimpun oleh World Bank menyebutkan prevalensi terjadinya depresi
sekitar 30% terjadi pada wanita dan 12,6% dialami oleh pria. Adanya
perbedaan tingkat depresi pada pria dan wanita lebih ditentukan oleh faktor
biologis dan lingkungan, yaitu adanya perubahan peran sosial sehingga
menimbulkan berbagai konflik serta membutuhkan penyesuaian diri yang
lebih intens, adanya kondisi yang penuh stressor bagi kaum wanita,
misalnya penghasilan dan tingkat pendidikan yang rendah dibandingkan
pria, serta adanya perbedaan fisiolog dan hormonal disbanding pria, seperti
masalah reproduksi serta berbagai perubahan hormone yang dialami wanita
sesuai kodratnya. Lebih jauh lagi jumlah wanita tercatat mengalami depersi
biasa juga disebabkan oleh pola komunikasinya (Desjarlis, 2005).
Hasil penelitian di UPTD Rumoh Sejahtera Geunaseh Sayang Ulee
Kareng Banda Aceh 2013 menyebutkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara jenis kelamin dengan depresi pada lansia di UPTD Rumoh Sejahtera
Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh 2013. Hal ini disebabkan karena
sebagaian besar perempuan di UPTD Rumoh Sejahtera Geunaseh Sayang
Ulee Kareng Banda Aceh memiliki kegiatan-kegiatan harian yang
56
mengalihkan perhatian sehingga tidak terfokus pada masalah yang dapat
mencegah terjadinya depresi pada lansia khususnya wanita. Selain itu
banyak lansia yang taat melakukan ibadah hal ini tetntunya mempengaruhi
ketahanan lansia terhadap stressor penyebab depresi yang mungkin lebih
rentan muncul pada wanita, namun hal tersebut dapat ditanggulangi dengan
sikap religious lansia tersebut.
.
c. Hubungan peristiwa kehidupan dengan depresi pada lansia di UPTD
Rumoh Sejahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh 2013
Berdasarkan tabel 5.8 diatas dapat disimpulkan bahwa dari 38
responden (63,3%) yang pernah mengalami persitiwa kehidupan, terdapat
15 responden (25%) yang memiliki tingkat depresi sedang. Hasil analisa
Uji Chi-Square, diperoleh nilai p-value 0, 007 yang berarti p-value ≤ 0,05,
sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa nol (H0) diterima, yang berarti
terdapat hubungan antara peristiwa kehidupan dengan depresi pada lansia
di UPTD Rumoh Sejahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh
2013
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Dwi Marta (2012), tentang “Determinan Tingkat Depresi Pada Lansia Di
Panti Treshna Werda 4 Budi Mulia 4 Jakarta Selatan” menunjukkan bahwa
ada hubungan antara peristiwa kehidupan dan tingkat depresi ( p= 0,000).
Peristiwa kehidupan dan stresor lingkungan. Peristiwa kehidupan yang
menyebabkan stres, lebih sering mendahului episode pertama gangguan
57
mood dari episode selanjutnya. Para klinisi mempercayai bahwa peristiwa
kehidupan memegang peranan utama dalam depresi, klinisi lain menyatakan
bahwa peristiwa kehidupan hanya memiliki peranan terbatas dalam onset
depresi. Stressor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset suatu
episode depresi adalah kehilangan pasangan. Stressor psikososial yang
bersifat akut, seperti kehilangan orang yang dicintai, atau stressor kronis
misalnya kekurangan finansial yang berlangsung lama, kesulitan hubungan
interpersonal, ancaman keamanan dapat menimbulkan depresi (Kaplan,
2010).
Hasil penelitian di UPTD Rumoh Sejahtera Geunaseh Sayang Ulee
Kareng Banda Aceh 2013 menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara
dengan depresi pada lansia di UPTD Rumoh Sejahtera Geunaseh Sayang
Ulee Kareng Banda Aceh 2013. Hal ini disebabkan karena peristiwa
kehidupan memberikan kenangan-kenangan pada responden. Apabila
kenangan tersebut bersifat negatif maka akan terbawa kemasa sekarang
sehingga dapat menjadi beban pikiran yang menimbulkan depresi. Dalam
kehidupannya tentu saja lansia pernah mengalami peristiwa-peristiwa yang
menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan, Peristiwa-
peristiwa yang tidak menyenangkan tentunya dapat menjadi penyebab
timbulnya stressor yang mengakibatkan depresi pada lansia.
d. Hubungan dukungan keluarga dengan depresi pada lansia di UPTD
Rumoh Sejahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh 2013
58
Berdasarkan tabel 5.9 diatas dapat disimpulkan bahwa dari 35
responden (58,3%) yang memiliki dukungan keluarga, terdapat 21
responden (35%) yang memiliki tingkat depresi sedang. Hasil analisa Uji
Chi-Square, diperoleh nilai p-value 0, 008 yang berarti p-value ≤ 0,05,
sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa nol (H0) diterima, yang berarti
terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan depresi pada lansia di
UPTD Rumoh Sejahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh 2013
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Kristyaningsih (2012) tentang “Hubungan Antara Dukungan Keluarga
Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia di Desa Langsar Kecamatan
Saronggi Kabupaten Sumenep tahun 2011” menunjukkan bahwa uji
korelasi Spearman Rank (Rho) di peroleh ρ = 0,000 < α = 0,05 berarti
terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada
lansia di Desa Langsar Laok Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep.
Depresi terjadi pada lanjut usia karena faktor kehilangan, penurunan
kesehatan fisik, dan kurangnya dukungan dari keluarga. Kurangnya
dukungan keluarga kepada lanjut usia, akan mempengaruhi koping pada
lansia tidak adekuat. Koping yang tidak adekuat dalam mengahadapi
masalah, akan menyebabkan krisis yang bertumpuk dan berkepanjangan
yang akhirnya dapat menimbulkan gejala depresi. Dengan itu anggota
keluarga (terutama lanjut usia) perlu mempunyai mekanisme koping agar
meredakan krisis dalam masalah di keluarga tersebut. Koping tersebut
berasal dari kemampuan individu memecahkan masalah, mempunyai
59
pandangan positif, kesehatan fisik, keterampilan sosial dan materi yang
memadai dan dukungan keluarga. Yang kemudian koping tersebut dapat
mengarah ke adaptif, dimana lansia dapat mengatasi masalahnya dan
terhindar dari depresi. Namun jika koping jatuh pada keadaan yang
maladaptif, maka lansia akan cenderung depresi Kristyaningsih (2012).
Hasil penelitian di UPTD Rumoh Sejahtera Geunaseh Sayang Ulee
Kareng Banda Aceh 2013 menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara
dukungan keluarga dengan depresi pada lansia di UPTD Rumoh Sejahtera
Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh 2013. Hal ini disebabkan karena
dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh lansia apalagi lansia yang tinggal
jauh dari keluarganya. Dukungan yang baik dari keluarga tentunya dapat
memberikan arti tersendiri bagi lansia, dukungan tersebut tentunya
menunjukkan bahwa masih ada yang memperhatikannya di masa tua
sehingga lansia tidak merasa tersisihkan dan tidak terperdulikan. Hal ini
tentunya dangat membantu lansia mengurangi stresor-stresor penyebab
depresi pada lansia.
C. Keterbatasan penelitian
Keterbatasan penelitian adalah kelemahan atau hambatan dalam
penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menemukan kesulitan atau hambatan
dalam berkomunikasi dengan lansia Di UPTD Rumoeh Seujahtera Geunaseh
Sayang Karna sebagian besar dari mereka tidak bisa berhasa indonesia.
60
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan,
kesimpulan yang didapatkan adalah sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan antara usia dengan depresi pada lansia di UPTD
Rumoeh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh 2013..
Diketahui dengan nilai p-value = 0,015 atau dengan kata lain p ≤ α
(0,05).
2. Tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan depresi pada lansia
di UPTD Rumoeh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda
Aceh 2013.. Diketahui dengan nilai p-value = 0,706 atau dengan kata lain
p > α (0,05).
3. Terdapat hubungan antara persitiwa kehidupan dengan depresi pada
lansia di UPTD Rumoeh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng
Banda Aceh 2013.. Diketahui dengan nilai p-value = 0,007 atau dengan
kata lain p ≤ α (0,05).
4. Terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan depresi pada lansia
di UPTD Rumoeh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda
Aceh 2013.. Diketahui dengan nilai p-value = 0,008 atau dengan kata lain
p ≤ α (0,05).
61
B. Saran
1. Bagi UPTD
Rumoeh Seujahtera Geunaseh Sayang agar dapat merawat kondisi lansia
dengan optimal sehingga steresor-stresor yang dapat menyebabkan depresi
pada lansia berkurang.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan agar dapat memberikan pemahaman kepada mahasiswi
khususnya tentang masalah depresi pada lansia.
3. Bagi peneliti
Agar dapat menjadikan penelitian ini sebagai dasar pengkajian lebih lanjut.
4.Bagi Lansia
Agar lansia dapat beradaptasi dengan sesama lansia sehingga mereka
merasa tidak sendiri dan bisa mengurangi tingakat stes
5.Bagi Keluarga
Agar lebih memperhatikan memberi semangat atau dukungan kepada lansia
agar mereka merasa masih dihargai dan dicintai
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Z. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC
Amir, N. (2005). Depresi: Aspek neurobiologi diagnosis dan tatalaksana. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI
Arwani .(2005).Hubungan antara faktor demografi dengan terjadinya depresi
pada lanjut usia di Nusukan Surakarta. Dikutip dari :
http://www.digilibundip.co,id/bitstream/123456789/6753/1/pada
tanggal 29 Maret 2013
Bungin, B, (2006) .Metodelogi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi dan
Kebijaksanaan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, Jakarta :
Kencana.
Depkes RI. 2003. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut bagi Petugas
Kesehatan. Dikutip dari : http://ejournal.litbang.depkes.go. Id /index
.php/HSJI/article/download/419/100 pada tanggal 22 Januari 2013
Evy. (2008). Pengetahuan Keluarga Tentang Depresi Pada Lansia. Dikutip dari :
http://repository.unand.ac.id/17945/1/5.pdf pada tanggal 22 Januari
2013
Friedman, M, Marilyn.(2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori &
Praktek. Jakarta :EGC
Hidayat, A.Aziz Alimun, (2007).Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
Halis, Farida. (2005). Gambaran tingkat depresi pada lansia di Panti Werdha
Griya Asih Kabupaten Malang Tahun 2005. Dikutip dari
isjd.pdii.lipi.go.id /admin / 62 08160166_1693-4903.pdf pada tanggal
5 November 2012
Hawari, Dadang. (2006). Pendekatan Holistic pada Gangguan Jiwa Skizofrenia.
Jakarta : FKUI
Hidayat. (2010). Hubungan Antara Jenis Kelamin, Usia dan Status Pernikahan
Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia Di Perumahan Sinar Waluyo
Semarang. Dikutip dari jtptunimus-gdl-yanuarhida-5482-1-
abstrak.pdf pada tanggal 26 Januari 2013
Ismayadi, 2004. Asuhan Keperawatan dengan Rematik pada Lansia. Fakultas.
Kedokteran, Jurusan Ilmu keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Dikutip dari : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3595
/1/keperawatan-ismayadi.pdf pada tanggal 26 Januari 2013
Kaplan, Saddock. (2003). Sinopsis Psikiatry, Ilmu Pngetahuan Perilaku Psikiatri
Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara
Kemalasari, (2010). Penyakit yang sering terjadi pada lansia. Keperawatan
gerontik. SRIKES Kepanjen Malang.
Kuntjoro. H. (2002). Dukungan Sosial Pada Lansia. Dikutip dari : http://www.e-
psikologi.com/epsi/article_detail.asp?id=179 pada tanggal 22 Januari
2013
Ismanto . (2006). Hubungan antara perilaku coping dengan depresi pada lanjut
usia di Panti Wredha di Yogyakarta. Dikutip dari
http://ramakrisnahare.blogspot.com/2011/03/depresi-pada-
lansia.html pada tanggal 29 Maret 2013
Maramis, W.F.(2004). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi Ketujuh. Surabaya :
Airlangga Universitas Press
Maslim, R. (2001). Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III.
Jakarta: FK-Atmajaya.
Mubarak. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika
Nevid Jeffri, dkk. (2003). Psikologi Abnormal Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Nugroho, W. (2003). Perawatan Lanjut Usia. Edisi 3. Jakarta: EGC
Nursalam, (2003).Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Jakarta :Salemba Medika
Nursalam Dan Pariani, (2001). Pendekatan Praktis Metodologi Riset
Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika.
Semiun, Yustinus. (2006). Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisius
Setiadi, A. Iman. (2006). Skizofrenia Memahami Dinamika Keluarga Pasien.
Jakarta : Refika Aditya
Stanley & Beare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Ed. 2. Jakarta. : EGC.
Sudiharto. (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan
Keperawatan Transkuktural. Jakarta : EGC
Suharsimi Arikunto, (2008) Prosedur Penelitian, Jakarta : PT. Asdi Maha Satya
Versayanti, S. (2008). Merawat Lansia: Dirumah Sendiri atau Panti Jompo.
Dikutip dari : http://www.tanyadokteranda.com/artikel/ pada tanggal
22 Januari 2013
(2012). Buku Panduan Penyusunan Skripsi & Karya Tulis Ilmiah
2012 / 2013. Banda Aceh : STIKes U’Budiyah.
1
KUISIONER
HUBUNGAN KELUARGA DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI UPTD
RUMOEH SEUJAHTERA GEUNASEH SAYANG
ULEE KARENG BANDA ACEH TAHUN 2013
No. Responden :
1). Usia :
KUISIONER JENIS KELAMIN
2). Jenis Kelamin : : Laki-Laki Perempuan
KUISIONER PERISTIWA KEHIDUPAN
3). Peristiwa Kehidupan : Kehilangan pekerjaan
Ditinggal mati pasangan hidup
Pernah mengalami stress berat
Peristiwa buruk lainnya, sebutkan………
Tidak ada
KUISIONER DUKUNGAN KELUARGA
4). Dukungan Keluarga :
a) Berilah tanda check-list (√) pada setiap item pernyataan paling tepat sesuai
dengan pendapat anda
b) Pilihlah jawaban yang tersedia di bawah ini :
SL = Selalu
SR = Sering
KK = Kadang-kadang
JR = Jarang
TP = Tidak Pernah
No Pernyataan SL SR KK JR TP
5 4 3 2 1
1 Keluarga ikut menanyakan tentang keadaan
lansia
2 Keluarga memberikan informasi kepada lansia
tentang kegiatan yang dapat dilakukan untuk
menghilangkan depresi seperti : beribadan,
bergaul dan lain-lain
2
3 Keluarga mengunjungi lansia
4 Keluarga menyarankan lansia agar menjaga
kesehatannya
5 Keluarga menanyakan kepada lansia tentang
keadaan lansia setiap berkunjung
6 Keluarga mendengarkan dengan baik keluh
kesah yang dirasakan lansia
1 2 3 4 5
7 Keluarga tidak membawakan makanan untuk
lansia
8 Keluarga tidak ikut serta dalam perawatan
lansia
9 Keluarga tidak memantau perkembangan lansia
10 Keluarga tidak menguatkan lansia agar selalu
gembira dalam menjalani kehidupan
11 Lansia tampak tidak nyaman apabila dikunjungi
keluarga
KUISIONER TINGKAT DEPRESI
Tingkat Depresi Pada Lansia Di UPTD Rumoeh Seujahtera Geunaseh Sayang
Ulee Kareng Banda Aceh Tahun 2013
Pilihlah dalam setiap lingkaran, keadaan yang paling sesuai dengan keadaan
anda saat ini. Kemudian berilah tanda (X) pada jawaban yang tersedia pada pilihan
yang Ibu/Bapak pilih. Isilah dengan sejujur-jujurnya sesuai keadaan saudara.
1) Apakah anda puas dengan kehidupan anda ?
a. Ya
b. Tidak
2) Apakah anda mengurangi aktivitas dan hobi anda selama tonggal di UPTD ini ?
a. Ya
b. Tidak
3) Apakah anda merasa kehidupan anda terasa hampa ?
a. Ya
b. Tidak
3
4) Apakah anda merasa bosan tinggal di UPTD ini ?
a. Ya
b. Tidak
5) Apakah anda merasa bersemangat setiap waktu selama tinggal di UPTD ini ?
a. Ya
b. Tidak
6) Apakah anda takut sesuatu yang buruk terjadi pada anda jika anda tinggal di
UPTD ini ?
a. Ya
b. Tidak
7) Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar waktu anda ?
a. Ya
b. Tidak
8) Apakah anda merasa tidak berdaya ?
a. Ya
b. Tidak
9) Apakah anda lebih senang hanya berada di dalam UPTD saja daripada keluar
sebentar dan mengerjakan sesuatu yang baru ?
a. Ya
b. Tidak
10) Apakah anda memiliki masalah dengan daya ingat dibandingkan orang lain ?
a. Ya
b. Tidak
11) Apakah anda merasa tidak berharga tinggal di UPTD ini ?
a. Ya
b. Tidak
12) Apakah anda berfikir orang lain lebih baik keadaanya daripada anda ?
a. Ya
b. Tidak
13) Apakah anda masih memikirkan kejadian masa lalu yang buruk terhadap diri anda
a. Ya
4
b. Tidak
14) Apakah anda memiliki kesulitan dalam berkosentrasi ?
a. Ya
b. Tidak
15) Apakah anda lebih memilih untuk menghindari berkumpul dengan teman di UPTD
ini ?
a. Ya
b. Tidak
Usia Jenis Kelamin Peristiwa Hidup 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Jumlah Kategori 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jumlah Kategori
1 78 laki-laki pernah 3 3 2 2 3 3 4 3 2 1 3 29 Baik 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 8 Sedang
2 60 perempuan pernah 4 3 2 2 3 2 4 3 2 1 2 28 Baik 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 4 Ringan
3 59 perempuan tidak pernah 5 3 2 2 3 4 5 3 2 1 3 33 Baik 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 4 Ringan
4 72 laki-laki pernah 5 3 2 2 3 3 2 3 2 1 2 28 Baik 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 3 Ringan
5 75 perempuan pernah 4 3 2 2 3 3 2 3 2 1 2 27 Baik 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 8 Sedang
6 83 perempuan tidak pernah 4 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 25 Kurang 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 8 Sedang
7 78 laki-laki pernah 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 4 24 Kurang 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 9 Sedang
8 92 laki-laki pernah 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 4 24 Kurang 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 11 Berat
9 76 perempuan pernah 3 3 2 2 2 3 2 2 2 1 3 25 Kurang 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 12 Berat
10 69 laki-laki tidak pernah 4 2 2 2 2 3 3 2 2 1 3 26 Kurang 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 4 Ringan
11 83 perempuan pernah 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 4 24 Kurang 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 10 Sedang
12 74 laki-laki tidak pernah 3 3 2 2 3 2 2 3 2 1 3 26 Kurang 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 4 Ringan
13 76 perempuan pernah 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 4 24 Kurang 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 9 Sedang
14 65 laki-laki pernah 4 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 25 Kurang 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 10 Sedang
15 59 perempuan pernah 5 3 2 2 3 4 5 3 2 1 3 33 Baik 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 4 Ringan
16 77 perempuan tidak pernah 4 3 2 2 3 3 4 3 2 1 3 30 Baik 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 8 Sedang
17 59 laki-laki pernah 4 3 2 2 3 3 3 3 2 1 3 29 Baik 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 4 Ringan
18 87 perempuan tidak pernah 4 3 2 2 3 3 3 3 2 1 3 29 Baik 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 8 Sedang
19 69 laki-laki pernah 4 3 2 2 3 2 4 3 2 1 2 28 Baik 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 3 Ringan
20 91 perempuan tidak pernah 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 4 24 Kurang 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 11 Berat
21 83 perempuan pernah 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 3 23 Kurang 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 11 Berat
22 74 perempuan tidak pernah 4 3 2 2 3 3 3 3 2 1 3 29 Baik 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 8 Sedang
23 76 laki-laki pernah 4 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 25 Kurang 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 9 Sedang
24 65 perempuan pernah 4 2 2 2 2 3 3 2 2 1 3 26 Kurang 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 10 Sedang
25 75 laki-laki tidak pernah 5 3 2 2 3 3 3 3 2 1 3 30 Baik 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 6 Sedang
26 81 perempuan pernah 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 4 24 Kurang 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 11 Berat
27 76 laki-laki pernah 4 3 2 2 3 3 3 3 2 1 3 29 Baik 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 8 Sedang
28 69 perempuan tidak pernah 4 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 25 Kurang 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 7 Sedang
29 59 laki-laki pernah 4 3 2 2 3 2 4 3 2 1 2 28 Baik 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 2 Ringan
30 74 laki-laki pernah 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 3 23 Kurang 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 4 Ringan
31 77 perempuan tidak pernah 4 3 2 2 3 3 3 3 2 1 3 29 Baik 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 6 Sedang
32 79 laki-laki tidak pernah 4 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 25 Kurang 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 8 Sedang
33 63 perempuan pernah 4 3 2 2 3 3 3 3 2 1 3 29 Baik 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 4 Ringan
34 79 laki-laki tidak pernah 4 3 2 2 3 2 4 3 2 1 2 28 Baik 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 10 Sedang
35 83 laki-laki tidak pernah 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 4 24 Kurang 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 5 Sedang
36 74 perempuan pernah 4 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 25 Kurang 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 10 Sedang
37 78 laki-laki pernah 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 4 24 Kurang 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 3 Ringan
38 65 perempuan pernah 4 2 2 2 2 3 3 2 2 1 3 26 Kurang 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 9 Sedang
39 72 laki-laki tidak pernah 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 4 24 Kurang 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 5 Sedang
40 78 perempuan tidak pernah 4 3 2 2 3 3 3 3 2 1 3 29 Baik 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 3 Ringan
41 57 perempuan pernah 5 3 2 2 3 3 4 3 2 1 4 32 Baik 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 6 Sedang
42 59 laki-laki tidak pernah 5 3 2 2 3 3 3 3 2 1 3 30 Baik 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 9 Sedang
43 72 perempuan tidak pernah 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 4 24 Kurang 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 10 Sedang
44 93 perempuan pernah 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 4 24 Kurang 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 7 Sedang
45 83 perempuan tidak pernah 4 2 2 2 2 3 3 2 2 1 3 26 Kurang 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 5 Sedang
46 91 laki-laki pernah 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 4 24 Kurang 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 10 Sedang
47 80 laki-laki pernah 4 2 2 2 2 3 3 2 2 1 3 26 Kurang 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 10 Sedang
48 57 perempuan tidak pernah 5 3 2 2 3 3 3 3 2 1 3 30 Baik 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 4 Ringan
49 69 perempuan pernah 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 4 24 Kurang 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 4 Ringan
50 81 laki-laki pernah 4 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 25 Kurang 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 12 Berat
51 79 perempuan pernah 4 3 2 2 3 2 4 3 2 1 2 28 Baik 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 3 Ringan
52 77 laki-laki pernah 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 4 24 Kurang 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 11 Berat
53 69 perempuan tidak pernah 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 4 24 Kurang 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 8 Sedang
54 59 laki-laki pernah 5 3 2 2 3 3 4 3 2 1 5 33 Baik 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 11 Berat
55 69 perempuan pernah 4 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 25 Kurang 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 3 Ringan
56 83 laki-laki pernah 4 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 25 Kurang 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 10 Sedang
57 74 perempuan pernah 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 4 24 Kurang 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 12 Berat
58 76 perempuan tidak pernah 4 2 2 2 2 3 3 2 2 1 3 26 Kurang 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 5 Sedang
59 65 laki-laki pernah 5 3 2 2 3 3 3 3 2 1 3 30 Baik 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 4 Ringan
60 72 perempuan pernah 4 3 2 2 3 2 4 3 2 1 2 28 Baik 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 3 Ringan
Jumlah 1598 jumlah 428
Rata-rata 26,63 rata-rata 7,13
Dukungan Keluarga Tingkat Depresi
Baik 25 41,7 Berat 9 15
Kurang 35 58,3 Sedang 32 53,3
Ringan 19 31,7
NoData Demografi Dukungan Keluarga Tingkat Depresi Lansia
MASTER TABEL
HUBUNGAN KELUARGA DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI UPTD RUMOEH SEJAHTERA GEUNASEH SAYANG ULEE KARENG BANDA ACEH TAHUN 2013
FREQUENCIES VARIABLES=jk pristiwa_hidup kategori_usia kategori_depresi ka
tegori_dukungan
/STATISTICS=MEAN
/ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
[DataSet0] E:\dataspsslansia.sav
Statistics
jenis kelamin
peristiwa
kehidupan kategori usia kategori depresi
kategori
dukungan
keluarga
N Valid 60 60 60 60 60
Missing 0 0 0 0 0
Mean 1.55 1.37 2.45 2.17 1.58
Frequency Table
kategori usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Lansia Pertengahan 8 13.3 13.3 13.3
Lansia 21 35.0 35.0 48.3
Lansia tua 27 45.0 45.0 93.3
Usia sangat tua 4 6.7 6.7 100.0
Total 60 100.0 100.0
jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid laki-laki 27 45.0 45.0 45.0
perempuan 33 55.0 55.0 100.0
Total 60 100.0 100.0
peristiwa kehidupan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid pernah 38 63.3 63.3 63.3
tidak pernah 22 36.7 36.7 100.0
Total 60 100.0 100.0
kategori dukungan keluarga
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid baik 25 41.7 41.7 41.7
kurang 35 58.3 58.3 100.0
Total 60 100.0 100.0
kategori depresi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid berat 9 15.0 15.0 15.0
sedang 32 53.3 53.3 68.3
ringan 19 31.7 31.7 100.0
Total 60 100.0 100.0
kategori depresi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid berat 9 15.0 15.0 15.0
sedang 32 53.3 53.3 68.3
ringan 19 31.7 31.7 100.0
Total 60 100.0 100.0
CROSSTABS
/TABLES=jk pristiwa_hidup kategori_usia kategori_dukungan BY kategori_d
epresi
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ
/CELLS=COUNT
/COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
[DataSet0] E:\dataspsslansia.sav
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
usia* kategori depresi 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
jenis kelamin * kategori
depresi 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
kategori peristiwa kehidupan
* kategori depresi 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
kategori dukungan keluarga *
kategori depresi 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
kategori usia * kategori depresi
Crosstab
Count
kategori depresi
Total berat sedang ringan
kategori usia Lansia Pertengahan 1 2 5 8
Lansia 1 9 11 21
Lansia tua 6 18 3 27
Usia sangat tua 1 3 0 4
Total 9 32 19 60
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 15.711a 6 .015
Likelihood Ratio 17.778 6 .007
Linear-by-Linear Association 10.510 1 .001
N of Valid Cases 60
a. 8 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,60.
jenis kelamin * kategori depresi
Crosstab
Count
kategori depresi
Total berat sedang ringan
jenis kelamin laki-laki 5 13 9 27
perempuan 4 19 10 33
Total 9 32 19 60
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square .696a 2 .706
Likelihood Ratio .695 2 .707
Linear-by-Linear Association .038 1 .846
N of Valid Cases 60
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 4,05.
peristiwa kehidupan * kategori depresi
Crosstab
Count
kategori depresi
Total berat sedang ringan
peristiwa kehidupan pernah 9 15 14 38
tidak pernah 0 17 5 22
Total 9 32 19 60
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 9.820a 2 .007
Likelihood Ratio 12.722 2 .002
Linear-by-Linear Association .286 1 .593
N of Valid Cases 60
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 3,30.
kategori dukungan keluarga * kategori depresi
Crosstab
Count
kategori depresi
Total Berat sedang ringan
kategori dukungan keluarga baik 1 11 13 25
kurang 8 21 6 35
Total 9 32 19 60
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 9.753a 2 .008
Likelihood Ratio 10.342 2 .006
Linear-by-Linear Association 9.427 1 .002
N of Valid Cases 60
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 3,75.