hubungan frekuensi pemberian asi dengan kejadian mastitis...

54
HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS PADA IBU MENYUSUI 0 6 BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BANDA ACEH KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Melakukan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Sebagai Persyaratan Menyelesaikan Program Studi Diploma III Kebidanan STIKes U’budiyah Banda Aceh Oleh: NUSWATUL KHAIRA NIM : 10010074 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN BANDA ACEH TAHUN 2013

Upload: vuliem

Post on 03-Feb-2018

237 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN

MASTITIS PADA IBU MENYUSUI 0 – 6

BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK

BANDA ACEH

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Untuk Memenuhi Melakukan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah

Sebagai Persyaratan Menyelesaikan Program Studi Diploma III

Kebidanan STIKes U’budiyah Banda Aceh

Oleh:

NUSWATUL KHAIRA

NIM : 10010074

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH PROGRAM

STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN BANDA ACEH

TAHUN 2013

Page 2: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

ABSTRAK

HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN

MASTITIS PADA IBU MENYUSUI 0-6 BULAN DI RUMAH

SAKIT IBU DAN ANAK BANDA ACEH

Nuswatul Khaira1 Cut Rosmawar

2

Ix + IV Bab + 39 halaman :1 gambar, 4 tabel, XI Lampiran

Latar belakang : Payudara yang bengkak biasanya dikarenakan bayi tidak cukup sering menyusu

atau bayi malas menyusu, sehingga Asi bertumpuk didalam payudara (mastitis). Untuk

mengatasinya lakukan pemberian Asi sesering mungkin tanpa menjadwalkannya dan lakukan

pemijatan pada payudara. Berdasarkan data yang di peroleh dari RSIA Banda Aceh tahun 2013

dari 10 responden hanya 3 responden yang mengetahui tentang mastitis 4 responden yang kurang

mengetahui tentang mastitis dan 3 responden yang tidak mengetahui tentang mastitis.

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui adakah hubungan frekuensi pemberian Asi dengan

kejadian mastitis pada ibu menyusui di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh.

Metode penelitian : Penelitian ini bersifat Analitik dengan pendekatan cross sectional, Populasi

dalam penelitian ini adalah ibu menyusui yang berjumlah 32 responden dengan sampel 32

responden. Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan metode Accindental sampling.

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh pada tanggal 30 Juli 2013.

pengumpulan data dengan menyebarkan kuesioner dengan menggunakan uji statistik chi-square.

Hasil penelitian : Dari hasil penelitian menunjukkan dari 32 responden dengan Frekuensi optimal

yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%), dan frekuensi tidak Optimal yang radang 4

(21,1%) .

Kesimpulan : Dari uraian diatas dapat di ambil beberapa kesimpulan yaitu ada hubungan antara

frekuensi pemberian Asi dengan kejadian mastitis pada ibu menyusui 0-6 bulan di Rumah Sakit

Ibu Dan Anak Banda Aceh dengan nilai P-value 0,006,

Kata kunci : Asi, Mastitis, Ibu Menyusui

Sumber : 10 dari buku (2002-2009) + 11 Internet (2005-2012)

1. Mahasiswi Prodi D-III kebidanan STIKes Banda Aceh

2. Dosen pembimbing Prodi D –III Kebidanan STIKes Banda Aceh

Page 3: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T, dimana atas

rahmat dan hidayah-Nya peneliti telah dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

ini dengan judul “Hubungan Frekuensi Pemberian Asi dengan Kejadian

Mastitis Pada Ibu Menyusui 0 – 6 Bulan di Rumah Sakit Ibu Dan Anak

Banda Aceh” peneliti Karya Tulis Ilmiah ini merupakan kewajiban yang harus di

laksanakan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya

Kebidanan STIKes U’Budiyah.

Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini peneliti telah banyak menerima

bimbingan dan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

melalui kata pengantar ini peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada Ibu Cut Rosmawar S.ST selaku pembimbing saya yang telah

banyak meluangkan waktu dan pemikiran dalam proses penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini dan tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dedi Zefrizal, S.T, Selaku Ketua Yayasan U’Budiyah Indonesia.

2. Ibu Marniati, M. Kes. Selaku Ketua STIKes U’Budiyah Banda Aceh.

3. Ibu Nuzulul Rahmi, SST. Selaku Ketua Prodi D-III Kebidanan STIKes

U’Budiyah Banda Aceh.

4. Ibu Rahmayani, SKM, M.Kes, selaku penguji I.

5. Ibu Qatratul Asrar, SST, selaku penguji II

6. Terima Kasih kepada Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh yang telah

memberikan informasi tentang pemberian Asi dengan kejadian Mastitits di

Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh.

Page 4: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

7. Teristimewa buat bapak dan ummi yang telah memberikan pengorbanan

baik material maupun do’a bagi peneliti sehingga dapat menyelesaikan

pendidikan Akademi Kebidanan.

8. Teman-teman seperjuangan yang telah banyak membantu khususnya untuk

kelas III-B sehingga selesainya penulisan ini.

Peneliti menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari

sempurna, banyak kekurangan baik dari segi bahasa, penulisan, maupun isinya.

Oleh sebab itu peneliti senantiasa mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya

membangun dari semua pihak yang dapat membantu dalam pembuatan penulisan

pada penelitian selanjutnya.

Akhirnya kepada Allah SWT kita sepantasnya berserah diri, tiada satupun yang

terjadi tanpa kehendaknya.

Banda Aceh, September 2013

Tertanda

Peneliti

Page 5: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

ABSTRAK ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN iii

PENGESAHAN PENGUJI ………………………………………………... iv

KATA PENGANTAR .............................................................................. … v

DAFTAR ISI vii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR TABEL x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 5

C. Tujuan Penelitian 5

D. Manfaat Penelitian 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7

A. Mastitis 7

1. Pengertian 7

2. Jenis-jenis 10

3. Penyebab 11

4. Gejala 13

5. Pencegahan 14

6. Penatalaksanaan 14

7. Penanganan 15

B. Frekuensi Pemberian Asi 15

1. Pengertian 15

2. Asi Ekslusif 19

3. Manfaat 19

4. Tehnik 21

5. Posisi 23

BAB III KERANGKA KONSEP 25

A. Kerangka Konsep 25

B. Definisi Operasional 26

C. Hipotesis 26

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 27

A. Jenis Penelitian 27

B. Populasi dan Sampel 27

C. Tempat dan Waktu Penelitian 28

D. Tehnik Pengumpulan Data 28

E. Pengolahan Data 28

Page 6: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

F. Analisa Data 29

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………………..32

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………………………………….. 32

B. Hasil Penelitian……………………………………………………….. 33

C. Pembahasan…………………………………………………………… 35

BAB VI Kesimpulan Dan Saran……………………………………………..37

A. Kesimpulan…………………………………………………………… .37

B. Saran………………………………………………………………….. .37

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 7: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Posisi Dekapan …………………………………………………. 23

Gambar 2.2 Posisi Foot Ball Hold ……………………………………………24

Gambar 2.3 Posisi Berbaring ………………………………………………... 24

Gambar 3.1 Kerangka Konsep 25

Page 8: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................... 26

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Mastitis Pda Ibu Menyusui 0-6 Bulan

Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh ................................ 32

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pemberian Asi Pada Ibu Menyusui 0-6

Bulan Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh ...................... 33

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pemberian Asi Dengan Kejadian

Mastitis Pada Ibu Menyusui 0-6 Bulan Di Rumah Sakit Ibu

Dan Anak Banda Aceh. ............................................................... 34

Page 9: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembaran Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 : Lembaran Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 : Kuesioner

Lampiran 4 : Surat Pengambilan Data Awal

Lampiran 5 : Surat Selesai Pengambilan Data

Lampiran 6 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 7 : Surat Selesai Penelitian

Lampiran 8 : Master Tabel

Lampiran 9 : Spss Out Put (Analisa Univariat)

Lampiran 10 : Spss Out Put (Analisa Bivariat)

Lampiran 11 : Lembaran Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 12 : Biodata

Page 10: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gerakan nasional pergerakan penggunaan air susu ibu (ASI) merupakan

salah satu upaya pemerintahan untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan

anak. Upaya penting ini kberhasilan perlu didukung dan dilaksanakan oleh seluruh

anggota masyarakat. Para ibu, sebagai pelopor peningkatan kualitas sumber daya

Indonesia, patut menyadari dan meningkatkan pengetahuannya untuk menunjang

gerakan ini (Sally (2003), dalam Winkjosostro, 2009)

Memiliki seorang anak yang baru lahir adalah sesuatu yang sangat

menakjubkan, perubahan hidup karena buah hati pun terjadi. Prioritas pertama

saat itu adalah memberian ASI sebagai makanan bagi bayinya. Masa-masa

menyusui tersebut sering kali membuat ibu mengalami pengerasan payudara

hingga berakhibat mastitis. Mastitis ini tidak akan terjadi bila memberikan ASI

nya dengan cara yang benar (Sally (2003), winkjosostro, 2009)

Menyusui adalah proses alamiah dimana berjuta-juta ibu mampu menyusui

bayinya tanpa membaca buku pemberian Asi, sedangkan jika ibu tidak mau

memberikan Asi payudara ibu akan membengkak dan dan keras sehingga terjadi

mastitis (bendungan Asi), (Utami Rusli, 20012).

Mastitis adalah infeksi yang disebabkan adanya sumbatan pada dukus

hingga puting susu pun mengalami sumbatan. Mastitis paling sering terjadi pada

minggu kedua dan ketiga pasca kelahiran. Penyebab penting dari mastitis ini

adalah pengeluaran ASI yang tidak efesien akhibat teknik menyusui yang buruk.

Page 11: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

Untuk menghambat terjadinya mastitis ini dianjurkan untuk memakai bra atau

pakaian dalam yang memiliki penyangga yang baik pada payudaranya

(Sally, 2003)

Selalu pastikan tindakan menyusui dengan posisi dan sikap yang benar.

Kesalah sikap saat menyusui menyebabkan terjadinya sumbatan duktus.

Pengurutan sebelum laktasi adalah salah satu tindakan yang sangat efektif untuk

menghindari terjadinya sumbatan pada duktus. Menggunakan penyangga bantal

saat menyusui dapat pula membantu membuat posisi menyusui menjadi lebih baik

( Diah (2010), dalam Henderson Christine, 2005)

Menyusui adalah kegiatan memberikan susu yang dilakukan oleh wanita

yang telah melahirkan bayinya yang berasal dari payudara (Irzu, 2011).

Ada sejumlah faktor yang telah diduga dapat meningkatkan resiko mastitis

yaitu teknik menyusui yang buruk mengakhibatkan pengeluaran Asi yang tidak

efesien, pekerjaan diluar rumah yang mengakhibatkan interval menyusui yang

panjang sehingga kekurangan waktu untuk pengeluaran ASI yang adekuat dan

trauma pada payudara karena penyebab apapun yang dapat merusak jaringan

kelenjar dan saluran susu sehingga dapat menyebabkan mastitis (Sally, 2003)

Pilih bra khusus untuk ibu menyusui dengan bahan yang menyerap

keringat. Jangan gunakan yang terlalu menekan payudara, demi menjaga higenitas

daerah payudara. Ganti bra sesering mungkin setiap kali basah karena keringat

atau setelah dipakai seharian (Dedeh kurniansih, 2010.

Menyusui bisa saja berjalan mulus bagi ibu, tanpa ada masalah, meskipun

demikian beberapa ibu mendapat gangguan kecil, seperti nyeri puting, tersumbat

Page 12: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

saluran susu dan peradangan payudara (mastitis), payudara terasa sakit.

Gangguan-gangguan tersebut bahkan menjadi kemunduran besar yang sepertinya

membuat ibu hampir berhenti menyusui, namun hampir semua masalah yang

muncul selama menyusui mempunyai jalan keluar (Jane moody,at all. 2005)

Selama beberapa minggu pertama bayi perlu di beri makan setiap 2,5 – 3

jam siang malam, menjelang akhir minggu keenam, sehingga beser bayi makan

setiap 4 jam sekali. Jadwal ini baik sampai bayi berumur antara 10 – 12 bulan.

Pada usia ini sebagian besar bayi tidur sepanjang malam sehingga tidak perlu lagi

member makan dimalam hari (jonikun, 2005).

Menyusui memiliki pengertian yang lebih luas dan lebih kompleks, karena

tidak hanya membahas tentang ibu, tetapi juga si anak, atau dengan kata lain

laktasi adalah salah satu bagian dari menyusui, dan apabila Asi jarang di

keluarkan atau diberikan pada bayi maka bisa terjadi bendungan Asi (mastitis),

dan akan menjadi kanker payudara (Aninemos, 2012).

Sering kali ibu yang menyusui atau berapa banyak ASI yang harus

diberikan pada bayi sesuai dengan umur bayi. Secara umum dikatakan bahwa

pada usia 3 bulan bayi menjadi lebih cepat dalam menghabiskan ASI sehingga

proses menyusui menjadi lebih cepat dan lebih jarang setelah usia ini. Namun

demikian sering kali pula minum ASI pada bayi akan berfluktuasi dalam 6 bulan

pertama kehidupan (Pramesemara, 2009).

Rentang frekuensi menyusui yang optimal adalah antara 8-12 kali setiap

hari. Tetapi sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal, karena bayi akan

menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya jika bayi

Page 13: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

menangis bukan karena sebab lain (kencing, digigit semut/ nyamuk, BAB) atau

ibu sudah merasaingin menyusui bayinya (Inggrid, 2006).

Payudara yang bengkak biasanya dikarenakan bayi tidak cukup sering

menyusu atau bayi malas menyusu, sehingga Asi bertumpuk didalam payudara

(mastitis). Untuk mengatasinya lakukan pemberian Asi sesering mungkin tanpa

menjadwalkannya dan lakukan pemijatan pada payudara, (Rosita, 2008).

Organisasi kesehatan dunia (2008) memperkirakan lebih dari 1,4 juta

orang terdiagnosis menderita mastitis. The American Society memperkirakan

241.240 wanita Amerika terdiagnosis mastitis. Sedangkan di Kanada jumlah

wanita yang terdiagnosis mastitis adalah 24.600 orang dan di Australia sebanyak

14.791 orang. Sedangkan di Indonesia hanya 0,001/100.000 angka kesakitan

akibat infeksi berupa mastitis (Depkes RI, 2008).

Menurut hasil laporan Dinas Kesehatan Propinsi tahun 2011, diketahui

jumlah ibu nifas tahun 2010-2011 yaitu ada 8725 orang dan yang mengalami

mastitis berjumlah 108 orang. Dimana hal ini di kaitkan dengan pemberian ASI

seperti diketahui salah satu manfaat air susu ibu (ASI) bagi sang bayi yang

diberikan oleh ibu pada saat bayi berusia 0 – 2 tahun adalah untuk melindungi

bayi terhadap infeksi seperti infeksi gastro-intestinal, pernafasan dengan virus

(Dinkes Propinsi Aceh, 2011).

Berdasarkan data yang di peroleh dari RSIA Banda Aceh tahun 2013 dari

10 responden hanya 3 responden yang mengetahui tentang mastitis 4 responden

yang kurang mengetahui tentang mastitis dan 3 responden yang tidak mengetahui

Page 14: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

tentang mastitis. Ibu menyusui yang mastitis pada bulan januari sampai maret

2013 di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh berjumlah 67 ibu mastitis.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “Apakah Ada Hubungan Frukuensi Pemberian Asi

Dengan Kejadian Mastitis Pada Ibu Menyusui 0-6 bulan di Rumah Sakit Ibu dan

Anak Banda Aceh ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui adakah hubungan frekuensi pemberian Asi dengan

kejadian mastitis pada ibu menyusui 0-6 bulan di Rumah Sakit Ibu dan Anak

Banda Aceh.

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui frekuensi pemberian Asi dengan kejadian mastitis

pada ibu menyusui di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh.

D. Manfaat Penelitian

Setelah dilaksanakannya penelitian ini maka diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Institusi Pendidikan

Sebagai bahan informasi untuk melakukan penelitian yang selanjutnya

tentang mastitis dan dapat dijadikan bahan bacaan yang bermanfaat bagi

mahasiswi.

Page 15: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

2. Masyarakat

Sebagai bahan masukan bagi ibu menyusui untuk meningkatkan

pemahaman tentang pencegahan dan pengobatan mastitis.

3. Peneliti

Untuk menambah wawasan pengetahuan dan pengolahan penulis dalam

hal melakukan suatu penelitian khususnya dalam masalah hubungan pemberian

asi dengn kejadian mastitis pada ibu menyusui.

4. Tenaga kesehatan

Sebagai bahan informasi dan memacu petugas kesehatan untuk

meningkatkan penyuluhan tentang hal-hal tang menyangkut dengan frekuensi

pemberian Asi dengan kejadian mastitis pada ibu menyusui.

Page 16: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Mastitis

1. Pengertian

Menurut Morton (dalam Poediato, 2002) Mastitis adalah peradangan pada

payudara, payudara menjadi merah bengkak, kadang kala di ikuti rasa nyeri

dan panas, penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga

mastitis laktasional atau puerpurasi. Kadang-kadang ini dapat menjadi fatal bila

tidak diberikan tindakan yang adekuat. Abses payudara mengumpulkan nanah

lokal dalam payudara merupakan komplikasi yang berat dan memerlukan biaya

yang sangat besar

Jika puting susu lecet, saluran payudara tersumbat atau pembengkakan

payudara tidak di tangani dengan baik biasa berlanjut menjadi radang

payudara. Payudara akan terasa bengkak, sangat sakit, kulitnya berwarna

merah dan disertai demam. Jika sudah terinfeksi payudara akan bengkak dan

teras nyeri saat diraba dan tampak memerah. Permukaan kulit dari payudara

yang terkena infeksi juga tampak seperti pecah-pecah, badan demam seperti

terserang flu. Namun bila terkena sumbatan tanpa infeksi, biasanya badan tidak

terasa nyeri dan tidak demam. Pada payudara juga tidak teraba bagian yang

keras dan nyeri, serta memerah (Sarwono, 2005).

Mastitis adalah infeksi peradangan pada mamae, terutama pada primipara

yang biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus, infeksi terjadi melalui

luka pada putting susu, sumber bakteri yang paling umum adalah hidung dan

Page 17: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

tenggorokan bayi, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah ibu

(Sarwono, 2005).

Mastitis adalah infeksi yang disebabkan karena adanya sumbatan pada

duktus hingga puting susu pun mengalami sumbatan. Mastitis paling sering

terjadi pada minggu kedua atau ketiga pasca kelahiran. Penyebab penting dari

mastitis ini adalah pengeluaran ASI yang tidak efesien akibat tehnik menyusui

yang buruk. Untuk menghambat terjadinya mastitis ini di anjurkan untuk

menggunakan bra atau pakaian dalam yang memiliki penyangga yang baik

pada payudara (Sally 2003).

Mastitis dapat terjadi pada semua populasi dengan atau tanpa kebiasaan

menyusui. Menurut penelitian, gangguan yang pada umumnya terjadi pada

tahun pertama seusia persalinan adalah mastitis, yakni sekitar 17,4 % dan

sekitar 41 % kasus mastitis justru terjadi pada bulan pertama setelah

melahirkan (Poedianto, 2002).

Mastitis adalah suatu peradangan pada payudara yang disebabkan kuman,

terutama Staphylococcus aureus melalui luka pada puting susu, atau melalui

peredaran darah. Jika puting susu lecet, saluran payudara tersumbat, atau

pembengkakan payudara tidak di tangani dengan baik, bisa berlanjut menjadi

mastitis atau radang payudara. Payudara akan terasa bengkak, sangat sakit,

kulitnya berwarna merah, dan disertai demam

(Mochtar (2003) dalam Sally, 2003).

Terjadinya bendungan ASI merupakan permulaan dari kemungkinan

infeksi mamae. Bakteri yang sering menyebabkan infeksi mamae adalah

Page 18: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

safilokokus aureus yang masuk melalui luka puting susu. Infeksi menimbulkan

demam, nyeri lokal pada menderita dengan mamae, terjadi pemadatan mamae,

dan terjadi perubahan warna kulit. Penderita dengan mastitis perlu

mendapatkan pengobatan yang baik dengan anti biotik dan obat simptomatis.

Infeksi mammae (mastitis) dapat berkelanjutan menjadi abses dengan kriteri

warna kulit menjadi merah, terdapat rasa nyeri, dan pada pemeriksaan terdapat

pembengkakan, dibawah kulit teraba cairan. Dalam keadaan abses mammae

perlu dilakukan insisi agar nanahnya dapat dikeluarkan untuk mempercepat

kesumbuhan (Corwin, 2009).

Menurut Moody (2006) mastitis artinya peradangan pada payudara, dan

tidak harus berarti telah terinfeksi pada payudara, mastitis dalah infeksi

payudara yang disebabkan oleh infeksi. Hal ini tidak berbahaya bagi bayi tetapi

dapat menimbulkan rasa sakit, panas dan membengkaknya sebagian atau

seluruh payudara dan mungkin juga menyebabkan ibu menderita serta rasa

pusing dan mual-mual.

Menurut Whold Health Organization (WHO) 2003 mastitis adalah

peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai infeksi. Penyakit

ini menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktasional atau mastitis

puerpuralis. Prawirohardjo (2005) mengatakan mastitis (peradangan payudara)

adalah suatu hal yang sangat biasa pada wanita yang pernah hamil, malahan

dalam praktek sehari-hari yang tidak hamil pun kadang-kadang bisa terkena

juga.

Page 19: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

2. Jenis-Jenis

Menurut (Diah 2010, dalam Hendrerson, 2009), ada tiga jenis mastitis

yaitu mastitis periductal, mastitis puerperalis, dan mastitis superativa. Ketiga

jenis mastitis ini muncul akibat penyebab yang berbeda.

Mastitis periductal biasanya muncul pada wanita di usia menjelang menopause,

penyebab utamanya tidak jelas diketahui. Keadaan ini dikenal juga dengan

sebutan mammary duct ectasia, yang berarti pelebaran saluran karena

adanya penyumbatan pada saluran di payudara. Menurut Samuel J.

Haryono dari rumah sakit kanker dhaarmais, pada wanita 45 tahun ke atas

atau pada usia memasuki menopause, beberapa pemici reaksi peradangan

ialah perubahan hormonal dan aktivitas menyusui di masa lalu. Factor

penyebab penyumbatan yang utama adalah jaringan yang mati dan air susu

itu sendiri. Tumpukan jaringan mati dan air susu di saluran payudara ini

mnyebabkan buntunya saluran dan pada akhirnya malah melebarkan

saluran dibelakangnya, yang biasanya terletak dibelakang puting payudara.

Hasil akhirnya ialah reaksi peradangan yang disebut mastitis periductal.

Mastitis pueperalis (laktational), jenis ini banyak di dapat pada wanita hamil

atau menyusui. Menurut Samuel, sekitar 90% penyebab utama mastitis

ialah akibat kuman yang menginfeksi payudara ibu. Hal ini di karenakan

air susu merupakan media yang subur bagi pertumbuhan berbagai jenis

kuman. Jenis kuman yang paling umum ditemui pada mastitis ini adalah

Sthaphyloccocus Aureus, yang bisa di tranmisi keputing ibu melalui

kontak langsung.

Page 20: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

Mastitis superativa, jenis ini ialah mastitis yang paling sering ditemui mirip

dengan jenis sebelumnya, mastitis jenis ini juga disebabkan kuman

Staphyloccocous. Selain itu bias juga disebabkan oleh jamur, kuman TBC,

bahkan sifilis.

Bentuk sporadis yaitu selulitisakut yang mengenai jaringan ikat interlobular

dan jaringan lemak. Fisura pada putting biasanya merupakan jalan masuk

infeksi. Timbul rasa sakit setempat, nyeri tekanan, dan demam, air susu

tidak terinfeksi.

Mastitis epidemika yaitu infeksi fulminan pada system kelenjar payudara,

dengan tanda dan gejala serupa tetapi lebih akut disbanding mastitis

sporadic. Kamar anak sebagai sumber staphylococcus yang paling sering

terlibat, tempat bayi mendapat infeksi ini kemudian menyebarkan kedalam

system duktus ibu setelah regurgitasi sejumlah kecil air susu yang

terinfeksi.

3. Penyebab

Dua penyebab utama mastitis menurut WHO (2003) yaitu: statis ASI dan

infeksi. Statis ASI biasanya merupakan penyebab primer yang dapat disertai

atau berkembang menuju infeksi.

1. Statis ASI

Statis (terhentinya) ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan

efesien dari payudara. Hal ini dapat terjadi jika payudara terbendung

segera setelah melahirkan atau setiap saat bila bayi tidak mengisap ASI

yang dihasilkan dari sebagian atau seluruh payudara penyebabnya

Page 21: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

termasuk kenyutan bayi yang buruk pada payudara, penghisapan yang

tidak efektif, pembantasan frekuensi atau durasi menyusui dan sumbatan

pada saluran ASI

2. Infeksi

Menurut Sitti (2005) suatu proses infeksi pada payudara yang dapat

menimbulkan reaksi sistemik ibu, misalnya demam, payudara tampak

begkak dan kemerahan dan dirasakan nyeri. Biasanya terjadi beberapa

minggu setelah melahirkan. Pengobatan dapat dilakukan dilakukan dengan

jalan tidak berhenti menyusui, teruskan dengan mulai menyusui atau

dipompa, jangan pijat, istirahat, kompres hangat atau dingin, berikan anti

biotik dan analgetik serta anjurkan ibu untuk minum yang banyak.

Menurut sitti 2009, penyebab terjadinya mastitis adalah sebagai berikut:

Payudara bengkak yang tidak sesuai secara adekuat, akhirnya terjadi

mastitis.

Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya

payudara bengkak.

Bra yang terlalu tekat mengakibatkan segmentalenggorgeement, jika

tidak disusui dengan adekuat, maka bisa terjadi masttis.

Ibu yang dietnya buruk dan kurang istirahat, dan anemia akan mudah

terkena infeksi.

Menurut pelayanan kesehatan Maternal Dan Neonatal (2001), penyebab

terjadinya mastitis adalah sebagai berikut:

Page 22: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

Bayi tidak mau meyusu sehinga ASI tidak diberikan secara adekut yang

akan menyebabkan mastitis jika tidak segera ditangani.

Lecet pada puting susu yang menyababkan kuman staphylococcus aureus

masuk menyebabkan infeksi mastitis.

Personal hygiene ibu kurang, terutama pada puting susu.

Bendungan air susu yang tidak adekuat ditangani sehingga menyebabakan

mastitis (Pelayanan Kesehatan Maternatal Dan Neonatal, 2001).

4. Gejala

Gejala yang dirasakan sebagai berikut :

a. Bengkak, nyeri pada saluran payudara/ nyeri lokal

b. Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya lokal

c. Payudara keras dan berbenjol-benjol

d. Panas badan dan rasa sakit umum

(Sitti, 2009)

Jika sudah terinfeksi, payudara akan bengkak dan tarasa nyeri, terasa keras

saat diraba dan tampak memerah, permukaan kulit dari payudara yang terkena

infeksi juga tampak seperti pecah-pecah. Badan demam seperti terserang flu.

Namun bila karena sumbatan tanpa infeksi, biasanya badan tidak terasa nyeri

dan tidak demam. Pada payudara juga tidak teraba bagian yang keras dan nyeri,

serta merah (Suherni, 2009).

Gejala mastitis superatif jarang terlihat sebelum akhir minggu pertama

masa nifas dan umumnya baru ditemukan setelah minggu ketiga dan keempat.

Bendungan yang mencolok biasanya mendahului inflamasi dengan keluhan

Page 23: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

pertamanya berupa menggigil atau gejala rigor yang sebenarnya segara di ikuti

oleh kenaikan suhu tubuh dan peningkatan frekuesi denyut nadi. Payudara

kemudian menjadi keras serta kemerahan, dan pasien mengeluh rasa nyeri

(Suherni, 2009).

5. Pencegahan

1. Pemerikasaan sadari.

2. Menyusui secara bergantian payudara kiri dan kanan.

3. Untuk mencegah penyumbatan dan pembengkakan saluran, kosongkan

payudara dengan cara memompanya.

4. Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegaah robekan/

luka puting susu.

5. Minum banyak cairan (air).

6. Menjaga kebersihan puting susu.

7. Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui (Sarwono, 2005).

6. Penatalaksanaan

a. Teruskan menyusui menggunakan payudara yang bengkak sesering

mungkin agar terjadi pengurangan banyak ASI pada payudara yang

membengkak tersebut.

b. Berilah kompres hangat, bisa menggunakan shower hangat lap basah panas

pada payudara yang terkena.

c. Posisi menyusui diubah-ubah setiap saat.

d. Gunakan bra yang longgar.

e. Beristirahat yang cukup disertai asupan gizi yang sehat.

Page 24: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

f. Banyak minum kira-kira dua liter perhari.

Dengan cara-cara seperti tersebut diatas, peradangan akan menghilang dan

amat jarang sekali menjadi abses. Bila dengan cara seperti itu belum ada

kemajuan, diberikan antibiotik selama 5-10 hari disertai dengan analgetika

(Seherni, 2009).

7. Penanganan

a. Berikan paracetamol 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari. Bila diberikan

sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang.

b. Sangga payudara.

c. Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberikan pengobatan analgetika.

d. Untuk mengatasi infeksi diberikan antibiotika.

e. Bayi mulai menyusu dari payudara yang mengalami peradangan.

f. Payudara dikompres dengan air hangat.

g. Menganjurkan ibu selalu menyusui anaknya.

h. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan istirahat

cukup (Suherni, 2009).

B. Frekuensi Menyusui

1. Pengertian

Menyusui artinya memberikan makanan pada bayi secara langsung dari

payudara ibu sendiri. Menyusui adalah proses alamiah dimana berjuta-juta ibu

mampu menyusui bayinya tanpa membaca buku pemberian Asi, sedangkan jika

ibu tidak mau memberikan Asi payudara ibu akan membengkak dan dan keras

sehingga terjadi mastitis (bendungan Asi), banyak ibu yang kurang memahami

Page 25: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

dan kurang mendapatkan informasi tentang Asi eklusif itu sendiri, cara

menyusui, langkah-langkah menyusui yang benar pada bayi

(Utami Rusli, 2012).

Menyusui adalah kegiatan memberikan susu yang dilakukan oleh wanita

yang telah melahirkan bayinya yang berasal dari payudara (Irzu, 2011).

Sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal, karena bayi akan menentukan

sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan

karena sebab lain (kencing, dsb) atau ibu sudah perlu menyusui bayinya. Bayi

yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan Asi dalam

lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam (Soetjiningsih, 2009).

menyusui adalah proses anak mendapatkan air susu melalui cara

menyusu/mengisap/mengemut payudara ibu. Menyusui memiliki pengertian

yang lebih luas dan lebih kompleks, karena tidak hanya membahas tentang ibu,

tetapi juga si anak, atau dengan kata lain laktasi adalah salah satu bagian dari

menyusui, dan apabila Asi jarang di keluarkan atau diberikan pada bayi maka

bisa terjadi bendungan Asi (mastitis), dan akan menjadi kanker payudara

(Irzu, 2011).

Pada awalnya bayi akan menyusu dengan jadwal yang tak teratur, dan

akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian. Untuk menjaga

keseimbangan besarnya kedua payudara, maka sebaiknya setiap kali menyusui

harus digunakan kedua payudara dan diusahan sampai kedua payudara kosong,

agar produksi Asi tetap baik. Setiap menyusui dimulai dengan payudara yang

terakhir disusukan (soetjingningsih, 2009).

Page 26: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

Usaha memberi makan dalam suasana yang santai bagi anda dan bayi,

buatlah diri anda senyaman mungkin. Selama beberapa minggu pertama, bayi

perlu diberi makan setiap 2,5 - 3 jam siang malam. Menjelang akhir minggu

keenam, sebagai besar bayi makan setiap 4 jam sekali. (jonikun, 2005)

Payudara yang bengkak biasanya dikarenakan bayi tidak cukup sering

menyusu atau bayi malas menyusu, sehingga Asi bertumpuk didalam payudara

(mastitis). Untuk mengatasinya lakukan pemberian Asi sesering mungkin tanpa

menjadwalkannya dan lakukan pemijatan pada payudara dengan kedua tangan

menggunakan minyak (baby oil), dari arah pangkal payudara menuju puting.

Kemudian kompres payudara menggunakan lap handuk yang telah direndam

dalam air hangat dan air dingin secara bergantian (Rosita, 2008)

Menurut (Pramesemara, (2009), dalam jonikun 2005), Sering kali ibu

yang menyusui atau berapa banyak ASI yang harus diberikan pada bayi sesuai

dengan umur bayi. Secara umum dikatakan bahwa pada usia 3 bulan bayi

menjadi lebih cepat dalam menghabiskan Asi sehingga proses menyusui

menjadi lebih cepat dan lebih jarang setelah usia ini. Namun demikian sering

kali pula minum Asi pada bayi akan berfluktuasi dalam 6 bulan pertama

kehidupan.

Beberapa membagi frekuensi minum ASI dengan umur sebagai berikut :

a. Usia awal lahir hingga 2 bulan

Di usia ini, bayi biasanya frekuensi menyusui cukup sering dengan

rata-rata setiap 1-3 jam sekali.

b. 2 bulan hingga 6 bulan

Page 27: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

Di rentang usia ini bayi mulai mampu menghabiskan ASI dengan

lebih cepat, sehingga menyusui menjadi lebih singkat durasinya dan

lebih jarang dengan rata-rata setiap 3-5 jam.

c. Setelah 6 bulan

Di usia ini bayi sudah semakin kuat dalam menyusui dan durasi

menyusui menjadi lebih jarang lagi. Hal penting yang perlu

diperhatikan adalah setelah usia 6 bulan ini bayi sudah membutuhkan

makanan tambahan selain ASI.

Rentang frekuensi menyusui yang optimal adalah antara 8-12x setiap hari.

Tetapi sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal (on demand), karena bayi akan

menentukan sendiri kebutuhannya. Di mana jika ibu kurang memberikan Asi

dalam jumlah frekuensi yang sedikit maka akan mengalami mastitis, Ibu harus

menyusui bayinya jika bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, digigit

semut/ nyamuk, BAB ) atau ibu sudah merasa ingin menyusui bayinya. Bayi

yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI

dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Untuk menjaga

keseimbangan kedua payudara diusahakan sampai payudara terasa kosong,

agar produksi ASI tetap baik. Setiap menyusui dimulai dari payudara yang

terakhir disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu mengunakan bra

yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat ( Inggrid, 2006 ).

2. Asi Eksklusif

Page 28: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

Menurut WHO (2007) pengertian Asi eksklusif adalah bayi hanya

diberikan Asi saja, baik secara langsung atau tidak langsung (diperah). Secara

keseluruhan pemberian Asi eksklusif mencakup hal sebagai berikut:

1. Hanya Asi saja sampai umur 6 bulan dimana menyusui dimulai 30 menit

begitu setelah bayi lahir dan tidak memberiakan makanan pralaktal seperti

air gula atau tajin kepada bayi yang baru lahir.

2. Menyusui sesuai kebutuhan bayi, termasuk pemberian Asi pada malam

hari dan cairan yang dibolehkan hanya vitamin, mineral dan obat dalam

bentuk drops atau sirup.

3. Manfaat

Menurut jonikun 2005, Setelah melalui proses kelahiran dan juga

persalinan tentunya bagi seorang ibu hal selanjutnya yang merupakan salah

satu kewajiban seorang ibu adalah memberi Asi susu ibu (ASI) kepada anak-

anaknya. Karena manfaat menyusui ini banyak, baik itu manfaat menyusui bagi

ibu atau pun manfaat menyusui bagi bayi. Yang harus di ingat adalah

bahwasanya Asi adalah makanan yang terbaik untuk bayi. Air susu ibu khusus

dibuat untuk bayi manusia. Dan manfaat Asi pun banyak kandungan gizi dari

Asi sangat khusus dan sempurna serta sesuai dengan kebutuhan perkembangan

bayi dan inilah salah satu dari tanda-tanda kebesaran Allah Ta’ala kepada

manusia.

Berikut manfaat memberikan Asi Menurut Jonikun (2005), yaitu :

1. Manfaat bagi bayi

Page 29: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

Selain memberikan gizi lengkap secara alami, air susu ibu juga

memberikan keuntungan penting. Keseimbangan yang tepat antara

protein karbohidrat, lemak, dan mineral menyebabkan air susu ibu mudah

di cerna, sehingga jarang sekali menimbulkan gangguan pencernaan

separti diare dan konstipasi. Bayi-bayi yang disusui jarang sekali

mengalami kelebihan berat badan. Kemungkinan menderita dehidrasi

serta akibat-akibat lainnya. Jarang diantara mereka yang menderita alergi

ataupun infeksi karena bakteri. ASI memberikan proteksi alamiah dengan

cara mengalirkan antibodi penting dari ibu ke bayinya.. Menyusui

memberikan manfaat psikologis kepada bayi karena melalui menyusui ia

merasakan kehangatan dan kedekatan fisik ibunya, menikmati suara dan

wajah ibunya, sekaligus memuaskan kebutuhan untuk mengisap.

2. Manfaat bagi ibu

Sebagai seorang ibu menyusui, anda pun memperoleh manfaat

dengan cara saling berbagi hubungan unik dan menyenangkan ini dengan

bayi. Aktifitas mengisap sang bayi dapat mengatasi rasa tidak enak di

payudara yang dipenuhi air susu. Menyusui juga membantu

mengembalikan anda ke bantuk tubuh semula dan uterus cepat menyusut

ke ukuran normalnya. Selain itu, menyusui adalah suatu cara memberi

makan bayi yang menyenangkan dan ekonomis. Persediaan susu yang

suhunya tepat dan selalu tersedia setiap kali bayi membutuhkannya.

Siregar 2004, Asi bermanfaat membentuk perkembangan intelegensia,

rohani, dan perkembangan emosional karena selama disusui dalam dekapan

Page 30: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

ibu, bayi bersentuhan langsung dengan ibu dan mendapatkan kehangatan kasih

saying dan rasa aman

Menurut siregar (2004) ada beberapa keuntungan memberikan Asi, antara

lain sebagai berikut :

1. Asi mengandung enzim khusus yang mencerna lemak. Asi lebih cepat

dan mudah di cerna dan bayi yang diberikan Asi mungkin ingin makan

lagi lebih cepat dari pada bayi yang diberikan makanan buatan.

2. Asi selalu siap untuk diberikan pada bayi dan tidak memerlukan

persiapan.

3. Asi tidak pernah basi atau menjadi jelek dalam payudara, walau ibu

tidak menyusui bayinya selama beberapa hari

4. Menyusui akan membantu menghentikan perdarahan setelah

melahirkan.

5. Menyusui membantu mencegah kehamilan berikutnya.

6. Asi murah tidak perlu dibeli.

1. Tehnik

1. Cuci tangan dengan sabun sebelum menyusui

2. Ibu duduk atau berbaring dengan santai (bila duduk lebih baik

menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu menggantung dan

punggung ibu bersandar pada sandaran kursi).

3. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada

puting dan sekitar areola payudara (cara ini mempunyai manfaat sebagai

desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu).

Page 31: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

4. Leletakkan bayi pada satu lengan, kepala bayi berada pada lengkung siku

ibu dan bokong bayi berada pada lengan bawah ibu

5. Menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan meletakkan satu tangan

bayi di belakang badan ibu dan yang satu di depan, kepala bayi

menghadap payudara

6. Memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada garis lurus

7. Memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang

dibawah serta jangan menekan puting susu dan areolanya

8. Merangsang membuka mulut bayi : Menyentuh pipi dengan puting susu

atau menyentuh sudut mulut bayi

9. Setelah bayi membuka mulut (anjurkan ibu untuk mendekatkan dengan

cepat kepala bayi ke payudara ibu, kemudian memasukkan puting susu

serta sebagian besar areola ke mulut bayi)

10. Setelah bayi mulai menghisap, menganjurkan ibu untuk tidak memegang

atau menyangga payudara lagi

11. Memperhatikan bayi selama menyusui

12. Cara melepas isapan bayi (jari kelingking dimasukkan ke mulut bayi

melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan ke bawah.

13. Setelah selesai menyusui, mengajarkan ibu untuk mengoleskan sedikit ASI

pada puting susu dan areola. Biarkan kering dengan sendirinya

14. Menyendawakan bayi Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu

ibu kemudian punggung ditepuk perlahan-lahan sampai bayi bersendawa

Page 32: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

(bila tidak bersendawa tunggu 10 – 15 menit) atau bayi ditengkurapkan

dipangkuan (Saryono, 2008).

2. Posisi

Menurut saryono 2008 ada 3 macam posisi menyusui yang benar

1. Posisi Dekapan

Posisi klasik dan telah menjadi kegemaran kebanyakan para ibu,

posisi ini membolehkan perut bayi dan perut ibu bertemu supaya tidak

perlu memutar kepalanya untuk menyusu. Kepala bayi berada di dalam

dekapan, sokong kepala badan dan punggung bayi serta lengan bayi perlu

berada di bagian sisinya.

Gambar 2.1 Posisi Dekapan

2. Posisi Football hold

Posisi ini sangat sesuai jika baru pulih dari pembedahan caesar,

memiliki payudara yang besar, menyusui bayi prematur atau bayi yang

kecil, menyusui anak kembar pada waktu yang bersamaan. Sokong kepala

bayi dengan tangan, menggunakan bantal untuk menyokong belakang

badan ibu.

Page 33: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

Gambar 2.2 Posisi Football Hold

3. Posisi Berbaring

Posisi ini apabila ibu dan bayi merasa letih. Jika baru pulih dari

pembedahan caesar ini mungkin satu-satunya posisi yang biasa dicoba

pada beberapa hari pertama. Sokong kepala ibu dengan lengan dan sokong

bayi dengan lengan atas (Saryono, 2008).

Gambar 2.3 Posisi Berbaring

Page 34: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini dikembangkan oleh Inggrid, 2006 Rentang

frekuensi menyusui yang optimal adalah antara 8-12 kali setiap hari. Tetapi

sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal, karena bayi akan menentukan sendiri

kebutuhannya dimana jika ibu kurang memberikan Asi dalam jumlah frekuensi

yang sedikit maka akan menyebabkan mastitis. Maka kerangka konsep dapat di

gambarkan sebagai berikut:

Variabel independent Variabel Depedent

Gambar 3.1 : Kerangka konsep

Frekuensi Pemberian

Asi

Mastitis

Page 35: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

Variabel Dependet

1 Mastitis Suatu

peradangan

yang terjadi

di payudara

Menyebarkan

kuesioner

dengan kriteria -

jika radang

(x ≥ 5,06)

Dan tidak

radang

(x<5,06)

Kuesioner -Radang

-Tidak

Radang

Ordinal

Variabel Independent

1 Frekuensi

Pemberian

Asi

Frekuensi

menyusui

yang optimal

antara 8-12 x

setiap hari

Menyebarkan

kuesioner,

dengan

criteria jika

optimal

(x≥5.9) Dan

tidak optimal

(x<5,9)

Kuesioner -optimal

-Tidak

optimal

Ordinal

C. Hipotesis

Ha : Ada hubungan antara frekuensi pemberian Asi dengan mastitis di

Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh.

Page 36: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah dengan menggunakan Analitik dengan

menggunakan pendekatan cross secctional yaitu variabel independen dan

variabel dependen dalam penelitian ini dikumpulkan dalam waktu bersamaan

untuk mengetahui Hubungan Frekuensi Pemberian Asi Dengan Kejadian

Mastitis Pada Ibu Menyusui di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh.

B. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti. Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah ibu yang mastitis

pada bulan Maret – Mei 2013 yang berjumlah 67 responden

2. Sampel

Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Ibu

menyusui 0-6 bulan yang ada di Rumah Sakit Ibu dan Anak dengan

metode Accidental sampling, yang berjumlah 32 responden.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1.Tempat

Penelitian ini telah dilakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda

Aceh.

Page 37: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

2. Waktu

Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 30 Juli sampai 01 Agustus

2013

D. Tehnik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data Primer yaitu data yang langsung di peroleh di lapangan

dengan menyebarkan kuesioner yang berisi pertanyaan yang di isi oleh

responden

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data-data ibu menyusui di Rumah Sakit Ibu

dan Anak Banda Aceh di dapatkan dari ruang poli laktasi Rumah Sakit

Ibu dan Anak Banda Aceh.

E. Pengolahan Data

Menurut Budiarto (2002), pengolahan data merupakan proses yang

dilakukan setelah data diperoleh dari penelitian melalui kuesioner dan harus

dikelompokkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing (pemerikasaan data)

Semua kuesioner di periksa secara teliti apakah semua persyaratan

telah terisi atau di jawab oleh responden seperti memeriksa kesesuaian

jawaban.

2. Coding (pemeriksaan kode)

Proses pengolahan data dengan cara memberikan kode pada setiap

jawaban dari responden. Pada soal yang dijawabnya dianggap benar

Page 38: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

maka akan diberi kode angka (1) dan pada soal yang dijawabnya

dianggap salah maka angka nol (0).

3. Transferring

Yaitu memindahkan table distribusi frekuensi dan bentuk

persentse.

4. Tabulating (pemesukan data dalam tabel)

Yaitu untuk memperoleh analisa data dan pengolahan data serta

mengambil kesimpulan data dimasukkan ke dalam table distribusi

frekuensi

F. Analisa Data

Setelah dilakukan pengolahan data maka analisis data yang akan dilakukan

dengan menggunakan program komputer yaitu program Statistical Program

For Social Science (SPSS) versi 16.00 yang dilakukan secara statistik

Analitik. Analisis data yang dilakukan meliputi :

1. Analisia Univariat

Analisa Univariat dilakukan terhadap tiap – tiap variabel dari hasil

penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan

distribusi dan presentase dari tiap variabel ( Notoatmodjo, 2005)

kemudian ditentukan presentase ( p ) dengan menggunakan rumus

(Budiarto, 2002) sebagai berikut :

P =

Keterangan :

P = Presentase

Page 39: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

f = frekuensi yang teramati

n = Jumlah sampel

2. Analisa Bivariat

Analisa Bivariat merupakan hasil dari variabel independen yang

diduga mempunyai hubungan dengan variabel dependen. Analisa yang

digunakan adalah tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa di lakukan

analisa statistik dengan menggunakan uji data chi- square test pada tingkat

kemaknaanya adalah 95 % (P<0,05), sehingga dapat diketahui ada

tidaknya hubungan yang bermakna secara statistik dengan menggunakan

program perhitungan uji chi- square selanjutnya ditarik suatu kesimpulan

bila P lebih kecil dari alpha (P<0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima,

menunjukkan ada hubungan bermakna antara variabel dependent dengan

variabel independent (Budiarto, 2002).

Perhitungan yang digunakan pada uji Chi – Square untuk Program

komputerisasi seperti program SPSS adalah sebagai berikut

(Hartono, 2005) :

1. Bila pada tabel contingensy 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari

5,maka uji yang digunakan adalah fisher axact tes.

2. Bila pada tabel contigency 2x2 dan tidak dijumpai nilai e (harapan)

kurang dari 5, maka hasil uji yang digunakan adalah contiuty

correction.

Page 40: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

3. Bila pada tabel 2x2 masih juga terdapat frekuensi (harapan) e kurang

dari 5, maka dilakukan koreksi dengan menggunakan rumus yate’s

correction continu.

4. Pada uji chi-square hanya digunakan untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan tiga variabel.

Page 41: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Secara Demografi lokasi Rumah Sakit Ibu dan Anak berada di jalan

Prof. A. Majid Ibrahim no.13.Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Pemerintah

Aceh yang dibentuk berdasarkan Qanun (Perda) Pemerintah Aceh nomor 5 tahun

2006 tentang susunan organisasi dan tata kerja badan pelayanan kesehatan Rumah

Sakit Ibu dan Anak Provinsi Aceh, selanjutnya dengan Qanun nomor 5 tahun

2007 terjadi perubahan nomenklatur menjadi Rumah Sakit Ibu dan Anak Provisi

Aceh .

RSIA Pemerintah Aceh adalah rumah sakit dengan tipe B khusus,

kapasitas tempat tidur 98 TT, berdiri pada seluas 9.307 m dengan luas bangunan

8.575 m, sesuai dengan fungsinya RSIA Pemerintah Aceh bertugas

menyelegarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya kesehatan

Ibu dan Anak dengan jenis pelayanan meliputi Pelayanan Medik yaitu pelayanan

gawat darurat, pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, kamar bedah, rawat

intensif, penunjang medik, Rawat Jalan yaitu pelayanan dokter umum, pelayanan

kesehatan ibu dan anak, pelayanan KB, pelayanan imunisasi. Rawat Inap yaitu

perawatan kebidanan, perawat penyakit anak, perawatan bedah, perawatan

penyakit dalam. Gawat Darurat yaitu pelayanan trauma, pelayanan non trauma.

Perawatan intensif yaitu NICU /PICU,ICU.

Page 42: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

Di tinjau dari segi geografis Rumah Sakit Ibu dan Anak Provinsi Aceh

di batasi oleh :

1. Bagian Barat berbatasan dengan sungai

2. Bagian Timur berbatasan dengan jln.Prof A.Majid Ibrahim

3. Bagian Selatan berbatasan dengan rumah panglima Kodam Iskandar Muda

4. Bagian Utara berbatasan dengan lorong bonsai

B. Hasil Penelitian

1. Analisa Univariat

a. Mastitis

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Mastitis Pada Ibu Menyusui 0-6 Bulan Di

rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh

No Mastitis f %

1 Radang 14 43,8

2 Tidak Radang 18 56,2

Jumlah 32 100

Sumber data primer (di olah tahun 2013)

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan dari 32 responden mayoritas

mastitis yang tidak radang sebanyak 18 responden (56,2 %).

Page 43: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

b. Frekuensi Pemberian Asi

Table 5.2

Distribusi Frekuensi Pemberian Asi Pada Ibu Menyusui 0-6 Bulan

Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh.

No Frekuensi

Pemberian Asi

f %

1 Optimal 19 59,4

2 Tidak Optimal 13 40,6

Jumlah 32 100

Sumber data primer (di olah tahun 2013)

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan dari 32 responden mayoritas

Frekuensi pemberian Asi yang optimal sebanyak 19 responden (59,4).

2. Analisa Bivariat

Table 5.3

Hubungan Frekuensi Pemberian Asi Dengan Kejadian Mastitis Pada Ibu

Menyusui 0-6 Bulan Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh.

No

Frekuensi

pemberian Asi

Mastitis Total

p Value

Radang Tidak Radang F %

f % f %

1 Optimal 4 21,1 15 78,9 19 100

0,006 2 Tidak Optimal 10 76,9 3 23,1 13 100

Jumlah 14 43,8 18 56,2 32 100

Sumber data primer (diolah 2013)

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan dari 19 responden dengan

Frekuensi pemberian Asi yang optimal mastitis tidak radang sebanyak 15

Page 44: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

orang (78,9%), sedangkan dari 13 responden dengan frekuensi pemberian

Asi yang tidak optimal mengalami radang mastitis yaitu sebanyak 10 orang

(76,9%).

Berdasarkan uji statistic chi-square yang telah dilakukan

menunjukkan nilai P.Value ( >0,05 ) 0,006. Hipotesa penelitian yang

menyatakan bahwa ada hubungan antara frekuensi pemberian Asi dengan

kejadian Mastitis terbukti atau dapat diterima

C. Pembahasan

1. Hubungan Frekuensi Pemberian Asi Dengan Kejadian Mastitis Pada Ibu

Menyusui 0-6 Bulan Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh

Berdasarkan data yang di dapat dari hasil penelitian diatas

menunjukkan bahwa dari 19 responden dengan Frekuensi pemberian Asi

yang optimal mastitis tidak radang sebanyak 15 orang (78,9%), sedangkan

dari 13 responden dengan frekuensi pemberian Asi yang tidak optimal

mengalami radang mastitis yaitu sebanyak 10 orang (76,9%). Dari hasil

hipotesa menunjukkan adanya hubungan frekuensi pemberian Asi 0-6 bulan

dengan kejadian mastitis denagn nilai p-value 0,006. Maka Ha (hipotesa

alternatif) yang ditegakkan dalam penelitian diterima yaitu terdapat

hubungan yang signifikan antara frekuensi pemberian Asi dengan kejadian

mastitis pada ibu menyusui 0-6 bulan.

Hasil penelitian ini sesuai yang dikatakan Amiko (2011) yang

mengatakan bahwa ASI ibu menyusui akan meningkat dan berubah dari

kolostrum menjadi ‘mature milk’ antara 2-5 hari setelah melahirkan. Saat

Page 45: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

itu, payudara akan terasa penuh, bengkak, dan mungkin terasa menyakitkan

jika ASI tidak dikeluarkan. Untuk meminimasi terjadinya pembengkakan,

persering frekuensi menyusui atau dapat memerah ASI. Untuk mengurangi

ketidaknyamanan akibat pembengkakan, bisa juga dengan teknik memijat

payudara sebelum menyusui dan memastikan pelekatan sudah baik atau

menggunakan kompres dingin di antara waktu menyusui.

Hasil penelitian ini sama Menurut Cadwell (2011), yaitu terdapat

beberapa faktor yang berperan dalam menentukan kisaran frekuensi

pemberian ASI untuk bayi yang sedang menyusui. Ibu memiliki kapasitas

jumlah penyimpanan ASI yang berbeda dalam payudara mereka. Kapasitas

penyimpanan ASI ini adalah jumlah ASI yang dapat terakumulasi sebelum

memberikan sel-sel suatu pesan untuk mengurangi jumlah ASI. Seorang

ibu dapat memiliki kapasitas penyimpanan yang memungkinkan payudara

menyimpan ASI lebih lama atau lebih singkat dibandingkan dengan ibu

yang lain.

Dari hasil analisa penelitian yang dilakukan oleh Cintami Atmawati

(2010), yaitu hubungan pengetahuan ibu nifas tentang pemberian ASI

dengan kejadian mastisis menggunakan uji Chi quare pada tingkat

kesalahan 5% diperoleh hasil bahwa p value = 0,001 dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

hubungan pengetahuan ibu nifas tentang pemberian ASI dengan kejadian

mastisis di Rumah Bersalin An Nissa Surakarta, sama dengan penelitian

ini

Page 46: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

Menurut asumsi peneliti bahwa dapat dinyatakan frekuensi pemberian

Asi adalah salah satu faktor kejadian mastitis pada ibu menyusui 0-6

bulan. jika frekuensi pemberian ASI di lakukan secara teratur maka tidak

akan terjadi mastitis pada ibu nifas dalam penelitian ini. Akan tetapi pada

penelitian yang peneliti lakukan di Rumah Sakit Ibu Dan Anak terdapat uji

statistik p-value 0.006 yang berarti ada hubungan antara frekuensi

pemberian Asi dengan kejadian mastitis.

Page 47: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat di ambil beberapa kesimpulan yaitu ada

hubungan antara frekuensi pemberian Asi dengan kejadian mastitis pada

ibu menyusui 0-6 bulan di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh

dengan nilai P-value 0,006

B. Saran

1. Bagi institusi pendidikan

Untuk menambah bacaan di perpustakaan sebagai kajian dan

menambah informasi yang berkaitan dengan perkembangan menyusui.

2. Bagi masyarakat

Untuk manjaga kondisi lingkungan tempat ibu tinggal agar peran

ibu lebih nyaman dan siap dalam menyusui.

3. Bagi peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan, pengalaman dalam

melakukan penelitian bacaan ilmiah.

4. Bagi tenaga kesehatan

Sebagai bahan informasi dan memacu petugas kesehatan untuk

meningkatkan penyuluhan tentang hal-hal tang menyangkut dengan

frekuensi pemberian Asi dengan kejadian mastitis pada ibu menyusui.

Page 48: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

DAFTAR PUSTAKA

Budiarto Eko, (2002). Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan

Masyarakat, Jakarta, EGC.

Corwin (2009). Keadaan Abnormal Pada Kala Nifas. Jakarta. EGC.

Dedeh Kurniansih, (2010), Pengaruh Bra dengan Mastitis, di akses tanggal 8

Januari 2013, http://bramastitis.bidankita all.com.

Depkes RI, (2008). Mastitis, Jakarta. EGC

Diah, (2012). Cara Menyusui yang Benar Posisi Upaya, Diakses tanggal 1

Maret

2013,http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/html#ixzz2MFw33U

dx

Dinkes NAD, (2011). Data Propinsi Aceh Mastitis, Diakses tanggal 10 Januari

2013, http://www.datamastitisaceh/2011.com

Inggrid, (2006), Infeksi Payudara, di akses tanggal 6 Februari 2013,

http://www.frekuensiasi.com/2012.

Hartono, (2005), Biostatistika, Yogyakarta, Salemba.

Hidayat Alimun, (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisis

Data, Jakarta, Selemba Medika

http://askep-net.blogspot.com/2013/03/Manfaat-Pemberian-ASI-Eksklusif.html

Jone moody.at.all, (2005), Cara Menyusui, Jakarta, Salemba Medika.

Jonikun, (2005), Pemberian Asi, Diakses tanggal 8 Februari 2013,

http//pemberianasi.blogspot.com/2005.

Notoadmodjo Soekidjo, (2005). Metodelogi Penelitian. Jakarta, Rineka Cipta.

Pelayana Kesehatan Maternal dan Neonatal,(2001), Penyebab Mastitis, diakses

tanggal 30 Januari 2013, http://penyebebmstitispadaibumenyusui.com.

Pramesemara (2009), Lamanya Menyusui, di akses tanggal 20 Januari 2013,

http://www.faktor-faktormenyusui.blogspot.com.

Prawirohardjo, s, (2005), Ilmu Kandungan, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka.

Page 49: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

Rosita, (2008). Pengertian Menyusui, Diakses tanggal 7 Juni 2013, http://klinik

kitablogsport.com

Sally, (2003). Mastitis Peurperium, Di akses Tanggal 6 Januari 2013,

http://klinik.wordprespemberianasi.com.

Saryono, (2008), Masalah-Masalah Dalam Menyusui, Diakses tanggal 26

Februari 2013, Copyright © 2011-2013 BidanKita. All Rights

Reserved,

Soetjiningsih, DSAK, (2005), Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan, Jakarta,

EGC.

Suherni, (2007). Perawatan Masa Nifas, Yogyakarta, Fitramaya.

Sitti, 2009, Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas, Jakarta, Selemba

Medika.

Utami Rusli, (2012). Arti Menyusui, Diakses tanggal 7 Juni 2013, Copyright ©

2011-2013 BidanKita. All Rights Reserved,

WHO, (2003), Mastitis, Jakarta, Daparteman Of Child AND Andolescent Healt

AND Development

Page 50: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

Lampiran 1

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,

Calon Responden Penelitian

Di,-

Tempat

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nuswatul Khaira

Nim : 10010074

Adalah mahasiswi akademi kebidanan STIKes U’Budiyah yang akan

mengadakan penelitian untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh ahli madya kebidanan. Adapun penelitian yang

dimaksud berjudul “Hubungan Frekuensi Pemberian Asi dengan Kejadian

Mastitis Pada ibu Menyusui 0 – 6 Bulan di Rumah Sakit Ibu dan Anak

Banda Aceh”.

Untuk maksud tersebut saya memerlukan data atau informasi yang nyata

dan akurat dari ibu melalui pengisian observasi yang saya lampirkan dalam surat

ini. Ibu berhak berpartisipasi atau tidak dalam penelitian ini, namun demikian

penelitian ini sangat berdampak positif terhadap kemajuan dalam bidang

kebidanan bila semua pihak ikut berpartisipasi. Ibu setuju terlibat dalam penelitian

ini, mohon menandatangani lembar persetujuan yang di sediakan.

Kesediaan ibu menjadi responden sangat saya harapkan, atas kerja

samanya saya ucapkan terimakasih.

Diploma III Kebidanan U’Budiyah

Peneliti,

(Nuswatul khaira)

Page 51: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

Lampiran 2

LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah bersedia menjadi responden yang

akan di lakukan oleh mahasiswa akademi STIKes U’Budiyah Banda Aceh :

Nama : Nuswatul Khaira

Nim : 10010074

Judul :“Hubungan Frekuensi Pemberian Asi Dengan Kejadian

Mastitis Pada Ibu Menyusui 0 – 6 Bulan di Rumah

Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh”.

Saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan ini sangat besar

manfaatnya bagi pengembangan Kebidanan di Indonesia dan Aceh khususnya.

Demikian pernyataan persetujuan menjadi responden bagi saya semoga

dapat dipergunakan seperlunya.

Banda Aceh, juli 2013

Responden

(………………………)

Page 52: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN

MASTITIS PADA IBU MENYUSUI 0 – 6 BULAN DI RUMAH

SAKIT IBU DAN ANAK BANDA ACEH

Tgl. Wawancara :

No. Identitas Responden :

A. Identitas Responden

No Responden :

Umur ibu :

Pekerjaan ibu :

Alamat :

Status : Kawin Tidak Kawin

B. Mastitis

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Pernahkah ibu selama menyusui pernah memakai bra

(BH) yang ketat ?

2 Adakah bayi yang tidak mau menyusui ibu tetap

membiarkannya ?

3 Adakah jika puting susu ibu lecet ibu akan berhenti

memberikan Asi pada bayi ?

4 Pada saat bayi menangis ibu langsung memberiakan Asi

tanpa membersihkan payudara dan tangan ?

5 Adakah saat menyusui ibu hanya memasukakan

putingnya saja ke mulut bayi ?

Page 53: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),

6 Apakah payudara ibu pernah merasa tegang saat

menyusui ?

7 Adakah ibu membersihkan atau mengoles Asi pada

puting sebelum menyusui ?

8 Adakah ibu memberikan Asi pada payudara kiri dan

kanan secara bergantian ?

9 Ketika payudara ibu terasa keras, panas dan tegang

adakah ibu mengompres dengan air hangat ?

10 Apakah selama nenyusui ibu pernah merasakan

payudara yang memerah dan bengkak ?

C. Frekuensi Pemberian Asi

No Pertanyaan Ya Tidak

11 Apakah ibu memberikan makanan tambahan (air gula,

bubur bayi, nasi pisang) untuk bayi ibu ?

12 Apakah ibu memberikan Asi hanya pada saat bayi

menangis ?

13 Apakah ibu tidak membangunkan bayi ibu untuk

menyusu saat bayi ibu tidur ?

14 Apakah ibu menyusui bayi selama 2-3 menit ?

15 Apakah ibu memberikan Asi disaat kapan saja ibu

inginkan ?

16 Apakah berbeda waktu pemberian Asi dangan

peningkatan usia bayi ?

17 Apakah ibu menghindari memberikan makanan

tambahan kepada bayi selama 6 bulan ?

18 Adakah bayi setiap menghisap Asi dalam waktu 5

menit ?

19 Apakah ibu menyusui 1-3 jam sekali ?

20 Apakah ibu menyusui sebanyak 8-12 x dalam sehari ?

Page 54: HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS ...simtakp.uui.ac.id/dockti/NUSWATUL_KHAIRA-kumpulan_kti_ira_pdf.pdf · yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%),