bab i pendahuluan a. latar...

68
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyusui merupakan suatu aktivitas yang bisa mendatangkan kebahagiaan tersendiri bagi ibu, yang memang menjadi kodratnya. Untuk mendukung keberhasilan menyusui, perlu mengetahui teknik menyusui yang baik dan benar. Salah satu penyebab kegagalan menyusui adalah disebabkan karena kesalahan ibu dalam memosisikan dan meletakkan bayi saat menyusui. Posisi menyusui dapat dilakukan dengan beberapa posisi. Cara menyusui yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri, atau berbaring. menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting payudara lecet. Salah satu faktor yang sering dilakukan saat menyusui adalah posisi menyusui yang belum tepat sehingga mengganggu produksi dan transfer ASI ke bayi (Khasanah, 2011). Menurut WHO (2009) terdapat 35,6% ibu gagal menyusui bayinya dan 20% diantaranya adalah ibu ibu di Negara berkembang, sementara itu berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 dijelaskan bahwa 67,5% ibu yang gagal memberikan ASI ekslusif kepada bayinya adalah kurangnya pemahaman ibu tentang teknik menyusui yang benar, sehingga sering menderita puting lecet dan retak. Hasil dari susenas tahun 2007 yang menunjukkan bahwa secara nasional terdapat sebesar 94,57% bayi mendapat ASI. Presentase balita yang pernah mendapat ASI pada tahun 2007 cenderung mengalami penurunan jika 1

Upload: trinhnguyet

Post on 03-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menyusui merupakan suatu aktivitas yang bisa mendatangkan

kebahagiaan tersendiri bagi ibu, yang memang menjadi kodratnya. Untuk

mendukung keberhasilan menyusui, perlu mengetahui teknik menyusui yang

baik dan benar. Salah satu penyebab kegagalan menyusui adalah disebabkan

karena kesalahan ibu dalam memosisikan dan meletakkan bayi saat

menyusui. Posisi menyusui dapat dilakukan dengan beberapa posisi. Cara

menyusui yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri, atau

berbaring. menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan

puting payudara lecet. Salah satu faktor yang sering dilakukan saat menyusui

adalah posisi menyusui yang belum tepat sehingga mengganggu produksi dan

transfer ASI ke bayi (Khasanah, 2011).

Menurut WHO (2009) terdapat 35,6% ibu gagal menyusui bayinya

dan 20% diantaranya adalah ibu –ibu di Negara berkembang, sementara itu

berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010

dijelaskan bahwa 67,5% ibu yang gagal memberikan ASI ekslusif kepada

bayinya adalah kurangnya pemahaman ibu tentang teknik menyusui yang

benar, sehingga sering menderita puting lecet dan retak.

Hasil dari susenas tahun 2007 yang menunjukkan bahwa secara

nasional terdapat sebesar 94,57% bayi mendapat ASI. Presentase balita yang

pernah mendapat ASI pada tahun 2007 cenderung mengalami penurunan jika

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

2

dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya. Penurunan presentase pada

tahun 2006 dibandingkan dengan tahun 2005 relatif rendah yaitu 96,02%

menjadi 95,24%.

Kegagalan dalam proses menyusui sering di sebabkan karena

timbulnya beberapa masalah pada ibu dan bayi. Pada sebagian ibu yang tidak

paham bagaimana teknik menyusui yang benar dapat menjadi masalah dalam

menyusui. Adapun masalah dalam menyusui adalah puting susu lecet,

payudara bengkak, abses payudara (mastitis). (Sulystyawati, 2009)

Menyusui setiap dua-tiga jam akan menjaga produksi ASI tetap tinggi.

Untuk wanita pada umumnya, menyusui atau memerah ASI delapan kali

dalam 24 jam akan menjaga produksi ASI tetap tinggi pada masa-masa awal

menyusui, khususnya empat bulan pertama. Bukanlah hal yang aneh apabila

bayi yang baru lahir menyusui lebih sering dari itu, karena rata-ratanya adalah

10-12 kali menyusui tiap 24 jam, atau bahkan 18 kali. (Gartner, 2005)

Bayi yang mendapat ASI eksklusif 6 bulan frekuensi terkena diare

sangat kecil, bahkan mulai minggu ke 4 sampai bulan ke 6 bayi jarang

defekasi dan sering menjadi keluhan ibu yang datang ke klinik karena

bayinya tidak defekasi lebih dari 3 hari. Pada kelompok bayi yang mendapat

susu tambahan lebih sering mengalami diare. Dengan demikian kesehatan

bayi yang mendapat ASI eksklusif akan lebih baik bila dibandingkan

kelompok bayi yang diberi susu formula (Sri Purwati H, 2004).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi teknik menyusui diantaranya

adalah pengetahuan dan sikap ibu. Pengetahuan adalah hasil „tahu‟, dan ini

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

3

terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan

domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Karena

dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh

pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang didasari oleh

informasi (Notoatmodjo, 2007).

Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi

adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-

hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.

Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka

tingkah laku yang terbuka. Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap

merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu

penghayatan terhadap objek. Kesehatan ibu memegang peranan dalam

produksi air susu ibu. Bila ibu tidak sehat, asupan makanannya kurang atau

kekurangan darah untuk membawa nutrien yang akan diolah oleh sel-sel acini

payudara. Hal ini menyebabkan produksi ASI menurun. Menurut Nilas dan

Michael Newton dalam Briefs Footnotes on Maternity Care, keberhasilan

menyusui sangat bergantung pada emosi dan sikap ibu. (Notoatmodjo, 2007).

Sebaiknya pada masa kehamilan dan masa nifas, ibu hamil telah

mendapatkan informasi tentang teknik menyusui dari bidan. Bidan sebagai

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

4

pelaksana pelayanan kebidanan berkewajiban untuk itu, karena bila ibu hamil

kurang mengetahui tentang teknik menyusui, akan berdampak payudara tidak

terawat sehingga akan bermasalah pada awal masa laktasi seperti puting susu

lecet, payudara bengkak, air susu tersumbat. Sebagaimana dilaporkan 57%

dari ibu menyusui di Indonesia pernah menderita kelecetan pada putingnya

(Soetjiningsih, 2002).

Menurut Sirkosi dan Barker (2005), selain hormon prolaktin dan

oksitosin keadaan yang mempengaruhi produksi ASI pada ibu adalah

penggunaan obat- obatan saat dilakukan operasi sectio caesarea. Obat-obatan

yang dipakai saat operasi digunakan untuk mengurangi rasa nyeri. Nyeri yang

ditimbulkan akibat operasi sectio caesarea mempengaruhi ibu dalam

memberikan perawatan pada bayi, sehingga dapat menyebabkan ibu menunda

untuk menyusui dan terjadilah ketidaklancaran dalam produksi ASI

Teknik lain yang dapat mempengaruhi produksi ASI adalah perawatan

yang dilakukan terhadap payudara atau breast care, bertujuan untuk

melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran produksi

ASI sehingga memperlancar pengeluaran ASI. Penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Afianti (2012) tentang pemijatan payudara dengan senam

payudara terhadap kelancaran pengeluaran ASI pada ibu menyusui

menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda antara senam payudara dan

pemijatan payudara terhadap pengeluaran kelancaran ASI pada ibu menyusui

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Aceh

tahun 2012 dari jumlah bayi sebanyak 4604 bayi, dengan jumlah bayi yang

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

5

diberikan ASI eksklusif sebanyak 546 bayi (11,9%) (Dinkes Provinsi Aceh,

2012). Sedangkan jumlah bayi 0-6 bulan di Kabupaten Aceh Besar Tahun

2012 adalah 5.108 bayi dan yang mendapat ASI Eksklusif berjumlah 1.627

orang. Berdasarkan data dari Puskesmas Blang Bintang jumlah bayi 0-6 bulan

yaitu 203 orang dan yang mendapatkan ASI Eksklusif berjumlah 40 orang.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti di Wilayah Kerja

Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar jumlah ibu menyusui pada bulan

Januari sampai dengan Mei 2013 berjumlah 159 orang. Berdasarkan dari hasil

wawancara dengan 12 orang responden yang ada di Wilayah Kerja

Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar 8 diantaranya menyatakan bahwa tidak

lancar ASI dan 4 di antaranya menyatakan lancarnya ASI hal ini dikarenakan

mereka mengkonsumsi obat atau jamu untuk memperlancar ASI.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti mengambil judul

tentang “Hubungan Tehnik Menyusui dengan Kelancaran ASI Pada Ibu

Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, peneliti membuat

rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “ Hubungan Tehnik Menyusui

dengan Kelancaran ASI Pada Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas

Blang Bintang Aceh Besar”

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

6

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan tehnik menyusui dengan kelancaran ASI

pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh

Besar.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui teknik menyusui pada ibu menyusui di Wilayah

Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar

b. Untuk mengetahui kelancaran ASI ibu menyusui di Wilayah Kerja

Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar

c. Untuk mengetahui hubungan teknik menyusui dengan kelancaran

ASI pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang

Aceh Besar

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan dan wawasan pengetahuan mengetahui

hubungan tehnik menyusui dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui di

Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.

2. Bagi ibu menyusui

Dapat mengetahui bagaimana tehnik menyusui dengan kelancaran ASI

pada ibu menyusui.

3. Bagi lembaga pendidikan

Dapat menambah referensi tentang hubungan tehnik menyusui dengan

kelancaran ASI pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang

Bintang Aceh Besar.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

7

E. Keaslian Penelitian

Berbagai penelitian tentang hubungan tehnik menyusui dengan kelancaran

ASI pada ibu menyusui sudah banyak dilakukan, salah satunya adalah yang pernah

dilakukan oleh:

1. Salmani (2011) dengan judul Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu

Menyusui Tentang Teknik Menyusui Yang Benar di Wilayah Kerja

Puskesmas Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Variabel yang diteliti oleh

Salmani adalah pengetahuan dan sikap.

2. Nurhikmati (2011) dengan judul Pengetahuan ibu tentang teknik menyusui

yang benar di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang. Variabel yang

diteliti oleh Nurhikmati adalah pendidikan, dukungan keluarga, dan

informasi.

3. Indana Zulfa Zakiah (2011) dengan judul Hubungan Inisiasi Menyusu Dini

Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Pasca Persalinan Di Rsud Dr.

Moewardi Surakarta Dan Rsud Banjasari Surakarta. Variable yang diteliti

oleh Indana Zulfa Zakiah adalah inisiasi menyusu dini dan kelancaran

produksi ASI.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Menyusui

Menyusui merupakan suatu proses ilmiah, namun sering ibu-ibu tidak

berhasil atau menghentikan menyusui lebih dini dari semestinya (Depkes RI,

2003). Ibu menyusui adalah ibu yang memberikan air susu kepada bayi dari

buah dada (Kamus Besar Bahasa Indonesia). ASI adalah cairan putih yang

dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu melalui proses menyusui. ASI

diproduksi dalam kelenjar-kelenjar susu tersebut, kemudian ASI masuk ke

dalam saluran penampungan ASI dekat puting melalui saluran-saluran air

susu (ductus), dan akan disimpan sementara dalam penampungan sampai tiba

saatnya bayi mengisapnya melalui puting payudara (Nur Khasanah, 2011).

Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mamae melalui

duktus ke sinus lactiferous. Hisapan merangsang produksi oksitosi oleh

kelenjar hypofisis posterior. Oksitosin memasuki darah dan menyebabkan

kontraksi sel-sel khusus (sel-sel myoepithel) yang mengelilingi alveolus

mamae dan duktus lactiferous. Kontraksi sel-sel khusus ini mendorong ASI

keluar dari alveoli melalui duktus lactiferous menuju sinus lactiferous, tempat

ASI akan disimpan. Pada saat bayi menghisap, ASI di dalam sinus tertekan

keluar, ke mulut bayi. Gerakan ASI dari sinus ini dinamakan let down reflect

atau “pelepasan”. Pada akhirnya, let down dapat tanpa rangsangan hisapan.

8

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

9

Pelepasan dapat terjadi bila ibu mendengar bayi menangis atau sekadar

memikirkan tentang banyinya (Sulystyawati, 2009).

Kurangnya asupan ASI pada minggu pertama akan berdampak ikterik

pada bayi. Kebanyakan ikterik adalah keadaan fisiologis yang merupakan

tindakan penyesuaian protektif terhadap lingkungan di luar uterus. Ikterik

fisiologis biasanya terjadi pada 2 -3 hari setelah kelahiran, biasanya hilang

dalam 7-10 hari, meskipun kadar bilirubin tetap meningkat untuk beberapa

minggu. Biasanya mencapai puncak 3-5hari setelah kelahiran.

B. Teknik Menyusui

Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada

bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar.

1. Persiapan menyusui

Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan

kehamilan. Pada kehamilan, payudara semakin padat karena retensi air,

lemak serta berkembanganya kelenjar-kelenjar payudara yang dirasakan

tegang dan sakit. Bersamaan dengan membesarnya kehamilan,

perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI makin tampak.

Payudara makin besar, puting susu makin menonjol, pembuluh darah

makin tampak, dan aerola mamae makin menghitam (Sulystyawati,

2009).

Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan

jalan :

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

10

a. Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel

yang lepas tidak menumpuk.

b. Puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk

memudahkan isapan bayi.

c. Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau

dengan jalan operasi (Sulystyawati, 2009).

Dalam menyusui yang lebih penting daripada menyiapkan

payudara adalah menyiapkan kepala anda. Masudnya, pelajari sebanyak

mungkin hal tentang menyusui. Carilah dokter ahli anak yang sangat

setuju pemberian ASI. Carilah juga ibu lau yang mampu memberi

dukungang dan menjawab pertanyaan anda (Bonny Danuatmadja, 2003).

Kampanyekan niat memberikan ASI eksklusif pada pasangan dan

keluarga karena merekalah yang akan berada di sekeliling anda saat bayi

larir (kehadiran mereka bisa menguatkan atau melemahkan keputusan

anda). Kalau perlu bekali mereka dengan informasi yang cukup.

Tidak ada perawatan khusus untuk puting atau payudara sebelum

menyusui. Puting sudah dirancang untuk menyusui. Dalam banyak kasus,

mereka akan menjalankan fungsinya dengan sukses tanpa persiapan.

Perawatan puting malah dapat berbahaya misalnya pengolesan

puting dengan minyak, alcohol, atau mencucinya dengan sabun akan

membuat puting kering sehingga lebih mudah pecah. Menggosok puting

dengan sikat bisa mengiritasi jaringan. Memijat payudara atau puting saat

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

11

anda masih hamil pun tidak dianjutkan karena bisa memulai terjadinyan

kontraksi.

Jika anda bersikeras ingin melakukan persiapan, periksakan

payudara anda pada dokter kandung untuk mengetahui apakah ada

kelainan anatomi, seperti puting terbalik atau kelenjar yang kurang

berkembang dengan baik (Bonny Danuatmadja, 2003).

2. Teknik Dasar Menyusui

a. Sebelum menyusui, keluargan ASI sedikit, oleskan pada puting dan

areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga

kelembaban puting.

b. Letakkan bayi menghadap payudara ibu. Pagang belakang bahu bayi

dengan satu lengan. Kepada bayi terletak di lengkung siku ibu.

Tahan bokong bayi dengan telapak tangan. Usahakan perut bayi

menempel pada badan ibu dengan kepala bayi menghadap payudara

(tidak hanya membelokkan kepala bayi).

c. Untuk memasukkan payudara ke mulut bayi, pegang payudara

dengan ibu jari atas jari yang lain menopang di bawahnya. Jangan

menekan puting susu atau areola-nya saja.

d. Beri bayi rangsangan membuka mulut (rooting reflek) dengan cara

menyentuh pipi atau sisi mulut bayi dengan puting. Setelah bayi

buka mulut, segera dekatkan puting ke mulut bayi. Jangan

menjejalkan puting ke mulutnya. Biarkan bayi mengambil inisiatif.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

12

e. Pastikan bayi tidak hanya mengisap puting, tetapi seluruh areola

masuk ke dalam mulutnya. Jika bayi hanya mengisap bagian puting,

kelenjar-kelenjar susu tidak akan mengalami tekananan sehingga

ASI tidak keluar maksimal. Selain itu, jika bagian puting saja yang

diisap bisa menyebabkan puting nyeri dan lecet.

f. Gunakan jari untuk menekan payudara dan menjauhkan hidung bayi

agar pernapasannya tidak terganggu.

g. Jika bayi berhenti menyusu, tetapi masih bertahan di payudara,

jangan menariknya dengan kuat karena dapat menimbulkan luka.

Pertama-tama, hentikan isapan dengan menekan payudara atau

meletakkan jari anda pada ujung mulut bayi agar ada udara yang

masuk

h. Selama menyusui, tataplah bayi penuh kasih sayang.

i. Jangan khawatir jika bayi belum terampil mengisap dengan baik

maupun bayi masih belajar. Dibutuhkan ketenangan, kesabaran, dan

latihan agar proses menyusui menjadi lancar (Bonny Danuatmadja,

2003).

3. Posisi dan perlekatan menyusui

Menurut Djamaludin, dkk (2010) mengatakan bahwa satu hal

yang penting diingat, Sebaiknya, ibu mencuci tangan dulu hingga bersih

sebelum mulai menyusui. Berikut ini, beberapa cara menyusui:

a. Posisi sambil duduk.

1) Ambil posis duduk yang nyaman. Pangku bayi dengan

menempelkan perutnya pada perut ibu. Lalu, sanggah kepalanya

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

13

tepat pada siku lengan bagian atas. Sementara, bagian lengan

dan telapak tangan ibu menahan punggung dan bokongnya.

2) Agar lebih merangsang antusias bayi untuk menyusu, pijat

bagian sekitar aerola (daerah sekita puting) ibu hingga

mengeluarkan sedikit ASI. Oleskan ASI yang keluar itu pada

puting ibu hingga jadi agak basah. Biasanya, bayi akan langsung

mengisap ketika mulut menyentuh tetesan ASI di sekitar puting.

3) Tempelkan mulut bayi pada puting ibu.

4) Saat bayi mulai mengisap tataplah matanya dan sentuhla ia

sambil mengajaknya bicara. Hal ini merangsang pencaindra dan

organ-organ tubuhnya.

5) Biarkan bayi ibu mengisap sepuas-puasnya. Jangan dulu

berganti ke sisi payudara yang sedang diisap benar-benar terasa

kosong.

b. Posisi Sambil Berbaring.

Menyusui dengan posisi berbaring, pada dasarnya hamper

sama dengan sambil duduk. Para ibu yang melahirkan dengan

metode Caesar, akan lebih nyaman bila mengambil posisi berbaring

miring saat pertama kali menyusui. Untuk aktivitas menyusui di

rumah pun, posisi berbaring dapat dijadikan alternative bagi ibu.

1) Ibu berbaring miring menghadap bayi yang posisi tidurnya juga

dimiringkan menghadap ibu. Sejajarkan dan tempelkan

mulutnya dengan puting ibu. Lekatkan tubuhnya pada tubuh ibu.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

14

Kemudian, tahan bagian punggung dan bokongnya dengan

tangan ibu;. Ketika ia mulai mengisap, lakukan komunikasi dan

sentuhan-sentuhan lembut padanya.

2) Seiring bertambah usia bayi dan perkembangan gerakan-gerakan

tubuhnya, bias any bayi akan mengekplorasi variada-variasi

menyusui yang dirasakan nyaman bagi dirinya.

c. Posisi sambil berdiri

Penjelasan tentang posisi menyusui sambil duduk, dapat

diterapkan untuk posisi berdiri. Namun, bagi para pemulam

menyusui dengan posisi berdiri harus dilakukan ekstra hati-hati. Jika

tidak, akan membahayakan bagi bayi. Misalnya, bayi lepas dari

pengkuan. Menyusui sambil berdiri juga mensyaratkan enegrgi ibu

yang cukup besar untuk mengendongnya cukup lama.

Seiring pengalaman melalui rutinitas menyusui, kelak ibu

pun mampu mengombinasikan posisi-posisi menyusui. Nanti pun,

ibu mampu menyusui sambil tiduran diselingi sambil duduk. Lalu,

sambil berdiri. Dapat juga dikombinasikan dengan melakukan

aktivitas ringan lain, seperti mengangkat telepon, menutup pintu,

menyapu lantau, dan sebagainya.

Harus diingat, menyusui sambal beraktivitas lain, secara tidak

langsung merupakan wahana rangsangan bagi bayi mengenal

lingkungannya. Sebab, ketika ibu menyusui sambil mengangkat

telpon, bayi pun belajar tentang adanya objek (benda) yang dapat

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

15

digenggam. Benda itu dapat berbunyi. Pemahaman yang diperoleh

bayi dari apa yang dilihat, didengar, dan dirasa itulah yang akan turut

menentukan perkembangan lebih jauh potensi kecerdasannya.

Perlekatan menyusu (Latch on) adalah menempelnya mulut

bayi di payudara ibu. Untuk itu diperlukan posisi yang

memperhatikan letak tubuh bayi secara keseluruhan terhadap tubuh

ibu. Hal ini akan sangat membantu bayi menelan ASI dengan mudah

dan jumlah yang cukup, dan pada akhirnya akan meningkatkan

produksi ASI sesuai kebutuhan bayi. Perlekatan yang benar juga

menghindari luka pada puting, karena pada perlekatan yang benar,

puting tidak akan bergesekan dengan langit-langit bayi yang keras,

melainkan jatuh di tengah rongga tenggorokan bayi, sehingga tidak

akan tergesek dan tidak akan luka. Oleh karena itu perlekatan

menyusu dapat dikatakan adalah jantungnya proses menyusui.

Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui

yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau

berbaring (Sulytiawati, 2009).

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

16

Gambar 1. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar

Gambar 2. Posisi menyusui sambil duduk yang benar

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

17

Gambar 3. Posisi menyusui sambil rebahan yang benar

Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti

ibu pasca operasi sesar. Bayi diletakkan di samping kepala ibu dengan

posisi kaki diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara seperti

memegang bola bila disusui bersamaan, di payudara kiri dan kanan. Pada

ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan diatas dada ibu,

tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini bayi tidak

tersedak (Sulystyawati, 2009).

Gambar 4. Posisi menyusui balita pada kondisi normal

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

18

Gambar 5. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang

perawatan

Gambar 6. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah

Gambar 7. Posisi menyusui bayi bila ASI penuh

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

19

Gambar 8. Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan

4. Langkah-langkah menyusui yang benar

Menurut Soetjiningsih, (2006) menyatakab bahwa langkah-langkah

menyusui yang benar sebagai berikut.

a. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada

puting dan di sekitar kalang payudara. Cara ini menmpunyai manfaat

sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.

b. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.

1) Ibu duduk atau barbaring dengan santai, bila duduk lebih baik

menggunakan kursi yang rendah (agar kaki ibu tidak

menggantung) dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.

2) Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan,

kepalabayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak

menengadah, dan bokng bayi ditahan dengan telapak).

3) Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, dan yang satu

di depan.

4) Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap

payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi)

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

20

5) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

6) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.

c. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain

menopang di bawah, jangan menekan puting susu atau kalang

payudara saja.

d. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rootingreflex) dengan

cara:

1) Menyentuh pipi dengan puting susu atau,

2) Menyentuh sisi mulut bayi.

e. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke

payudara ibu dan puting serta kalang payudara dimasukkan ke mulut

bayi:

1) Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk ke mulut

bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-lagit dan lidah

bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI

yang terletak di bawah kalang payudara. Posisi yang salah, yaitu

apabila bayi hanya mengisap pada puting susu saja, akan

mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat dan puting susu

lecet.

2) Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang atau

disangga lagi.

Sedangkan menurut Sulystyawati, (2009) sebagai berikut:

a. Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASi dan

oleskan disekitar puting, duduk dan berbaring dengan santai.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

21

Gambar 9. Cara meletakkan bayi

Gambar 10. Cara memegang payudara

b. Bayi diletakkan menghadapi ke ibu dengan posisi sanggah seluruh

tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh

bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidup bayi

berhadapan dengan puting susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu,

menyentuh bibir bayi ke puting susunya dan menunggu sampai

mulut bayi terbuka lebar.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

22

Gambar 11. Cara merangsang mulut bayi

c. Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir

bawah bayi terletak di bawah puting susu.

Cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel

pada payudara ibu, mulut bayi terbuka dan bibir bawah bayi

membuka lebar.

Gambar 12. Perlekatan benar

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

23

Gambar 13. Perlekatan salah

5. Cara pengamatan teknik menyusui yang benar

Langkah-langkah menyusui yang benar adalah : (a) Sebelum

menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu

dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan

dan menjaga kelembaban puting susu. (b) Bayi diletakkan menghadap

perut ibu atau payudara. (c) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas

dan jari yang lain menopang di bawah. Jangan menekan puting susu saja

atau areolanya saja. (d) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut

dengan cara menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi

mulut bayi. (e) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi

didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke

mulut bayi. (f) Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam

mulut bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah

bayi akan menekan ASI ke luar dari tempat penampungan ASI yang

terletak di bawah areola. (g) Setelah bayi mulai menghisap, payudara

tidak perlu disanggah lagi (Perinasia, 2003)

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

24

Menurut Sulystyawati (2009) menyusui dengan teknik yang tidak

benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar

optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi

enggan menyusu. Apabila bayi telah menyusui dengan benar maka akan

memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut :

a. Bayi tampak tenang

b. Badan bayi menempel pada perut ibu

c. Mulut bayi terbuka lebar

d. Dagu bayi menempel pada payudara ibu

e. Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih

banyak yang masuk

f. Bayi Nampak menghisap kuat dengan irama perlahan

g. Puting susu tidak terasa nyeri.

h. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus

i. Kepala bayi agak menengadah.

Gambar 14. Teknik menyusui yang benar

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

25

j. Melepas isapan bayi

Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong,

sebaiknya diganti dengan payudara yang satunya. Cara melepas

isapan bayi (Soetjiningsih, 2006):

1) Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut

mulut atau,

2) Dagu bayi ditekan ke bawah.

k. Setelah selesai menyusui, ASI keluarkan sedikit kemudian dioleskan

pada puting susu dan di sekitar kalang payudara; biarkan kering

dengan sendirinya.

l. Menyendawakan bayi

Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari

lambung supaya bayi tidak muntah (gumoh – Jawa) setelah

menyusui. Cara menyendawakan bayi:

1) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu,

kemudian punggunnya ditepuk perlahan-lahan,

2) Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu kemudaia punggungnya

ditepuk perlahan-lahan (Soetjiningsih, 2006).

6. Lama dan frekuensi menyusui

Bayi memiliki jadwal menyusu yang harus diketahui oleh ibu,

biasanya bila bayi merasa lapar, ia akan menangis minta disusui. Bayi

sebaiknya diberi selang waktu dua jam dari minumnya yang terakhir. Jika

bayi menangis terus menerus berilah dot dan sebotol air hangat.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

26

Selanjutnya gendong dan usap-usaplah punggungnya hingga tertidur

pulas (Riyanti, 2007).

Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga

tindakan menyusui bayi dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan,

karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui

bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing,

kepanasan/kedinginan atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa

perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat menyosongkan satu

payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong

dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola yang teratur

menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu

kemudian, (Hanyow, 2008).

Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena

isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI

selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi akan

mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja dianjurkan

agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan pada

malam hari akan memicu produksi ASI (Sulystyawati, 2009).

Menjaga keseimbangan besarnya kedua peyudara maka sebaiknya

setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara. Pesankan kepada ibu

agar berusaha menyusui sampai payudara terasa kosong. Agar produksi

ASI menjadi lebih baik. Setiap kali menyusui, dimulai dengan payudara

yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

27

menggunaka kutang (BH) yang dapat menyanggan payudara, tetapi tidak

terlalu ketat (Sulystyawati, 2009).

Gambar 15. Kutang (BH) yang baik untuk ibu menyusui.

Sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal (on demand), karena bayi akan

menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi

menangis bukan karena sebab lain (kencing, dsb). atau ibu sudah merasa perlu

menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-

7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada

awalnya bayi akan menyusu dengan jadwal yang tak teratur, dan akan mempunyai

pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian (Soetjiningsih, 2006).

Menyusui yang dijadwalkan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat

berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa

dijadwal, sesuai kebutuhan bayi, akan mencegah banyak masalah yang mungkin

timbul. Menyusui pada malam hari sangat berguna bagi ibu yang bekerja, karena

dengan sering disusukan pada malam hari akan memacu produksi ASI, dan juga

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

28

dapat mendukungh keberhasilan menunda kehamilan. Untuk menjaga

keseimbangan besarnya kedua payudara, maka sebaiknya setiap kali menyusui

harus digunakan kedua payudara dan diusahakan sampai payudara terasa kosong,

agar produksi ASI tetap baik. Setiap menyusui dimulai dengan payudara yang

terakhir disusukan. Selama masa menyusui, sebaiknya ibu menggunakan kutang

(BH) yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat (Soetjiningsih,

2006).

C. Air Susu Ibu (ASI)

1. Definisi ASI

ASI adalah air susu yang keluar dari seorang ibu pasca

melahirkan bukan sekedar sebagai makanan, tetapi juga sebagai suatu

cairan yang terdiri dari sel-sel yang hidup seperti sel darah putih,

antibodi, hormon, faktor-faktor pertumbuhan, enzim, serta zat yang dapat

membunuh bakteri dan virus. ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI

saja tanpa makanan dan minuman lain, baik berupa susu formula, jeruk,

madu, air teh, air putih, maupun makanan padat seperti pisang, pepaya,

bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim (Roesli, 2005).

Air Susu Ibu merupakan makanan yang ideal untuk bayi terutama

pada bulan-bulan pertama, karena mengandung zat gizi yang diperlukan

bayi untuk membangun dan menyediakan energi (Pudjiadi, 2000). ASI

bukan minuman, namun ASI merupakan satu-satunya makanan tunggal

paling sempurna bagi bayi hingga usia 6 bulan. ASI cukup mengandung

seluruh zat gizi yang dibutuhkan bayi. Selain itu, secara alamiah ASI

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

29

dibekali enzim pencerna susu sehingga organ pencernaan bayi mudah

mencerna dan menyerap gizi ASI. Sistem pencernaan bayi usia dini

belum diberikan pada bayi ASI saja hingga usia 6 bulan, tanpa tambahan

minuman atau makanan apapun (Arief, 2009).

2. Komposisi ASI

Berdasarkan stadium laktasi komposisi ASI dibagi menjadi 3

bagian yaitu kolostrum, ASI transisi/ peralihan, dan ASI matur.

Kolostrum adalah cairan emas, cairan pelindung yang kaya zat anti

infeksi dan berprotein tinggi yaitu 10-17 kali lebih dibanding ASI matur,

serta kadar karbohidrat dan lemak yang rendah, volume tersebut

mendekati kapasitas lambung bayi yang baru berusia 1-2 hari dan

kolostrum harus diberikan pada bayi (Roesli, 2000). ASI transisi atau

peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sebelum menjadi

ASI matang, kadar protein semakin rendah sedangkan karbohidrat dan

lemak semakin tinggi dan volume makin meningkat. ASI matur

merupakan ASI yang keluar sekitar hari ke-14 sampai seterusnya, dengan

komposisi yang relatif konstan. Pada ibu yang sehat dengan produksi ASI

yang cukup, ASI merupakan satu-satunya makanan yang paling baik dan

cukup untuk bayi sampai 6 bulan (Roesli, 2000).

3. Volume Produksi ASI

Pada bulan terakhir kehamilan kelenjar-kelenjar pembuat air susu

mulai menghasilkan ASI. Dalam kondisi normal, pada hari pertama dan

kedua sejak lahir, air susu yang dihasilkan sekitar 50-100 ml sehari.

Jumlahnyapun meningkat hingga 500 ml pada minggu kedua. Dan

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

30

produksi ASI semakin efektif dan terus menerus meningkat pada hari 10

–14 hari setelah melahirkan. Bayi yang sehat mengkonsumsi 700 -800 ml

ASI setiap hari. Setelah memasuki masa 6 bulan volume pengeluaran

ASI mulai menurun (Prasetyono, 2009).

4. Struktur Payudara

Payudara wanita dirancang untuk memproduksi ASI. Pada setiap

payudara terdapat 20 lobus dan setiap lobus memiliki sistem saluran

(duct sistem). Saluran utama bercabang menjadi saluran-saluran kecil

yang berakhir pada sekelompok sel-sel yang memproduksi susu, yang

dinamakan alveoli. Saluran melebar menjadi tempat penyimpanan susu,

yang bermuara pada puting payudara. Adapun sel-sel otot mengelilingi

alveoli (Prasetyono, 2009).

5. Produksi ASI

Produksi ASI merupakan hasil perangsangan payudara oleh

hormon prolaktin. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofise anterior

yang ada yang berada di dasar otak. Bila bayi mengisap ASI maka ASI

akan dikeluarkan dari gudang ASI yang disebut sinus laktiferus. Proses

pengisapan akan merangsang ujung saraf disekitar payudara untuk

membawa pesan ke kelenjar hifofise anterior untuk memproduksi

hormone prolaktin. Prolaktin kemudian akan dialirkan ke kelenjar

payudara untuk merangsang pembuatan ASI. Hal ini disebut dengan

refleks pembentukan ASI atau refleks prolaktin (Novak & Broom, 2001).

Setelah melahirkan, laktasi dikontrol oleh dua macam reflek.

Pertama, reflek produksi air susu (milk production refleks). Bila bayi

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

31

menghisap puting payudara, maka akan diproduksi suatu hormon yang

disebut prolaktin (prolactin), yang mengatur sel-sel dalam alveoli agar

memproduksi air susu. Air susu tersebut dikumpulkan dalam saluran-

saluran air susu. Kedua, refleks mengeluarkan (let down reflex). Isapan

bayi juga merangsang produksi hormon lain yang dinamakan oksitosin

(oxytocin), yang membuat sel-sel otot di sekitar alveoli berkontraksi,

sehingga air susu didorong menuju puting payudara. Jadi, semakin bayi

menghisap semakin banyak air susu yang dihasilkan (Prasetyono, 2009).

Reflex let down adalah rangsangan dari isapan bayi dilanjutkan ke

neurohipofise (hipofisis posterior) yang mengeluarkan oksitosin. Hormon

oksitosin diangkut ke uterus melalui aliran darah yang menimbulkan

kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dari organ tersebut.

Oksitosin sampai ke alveoli mempengaruhi sel miopitelium. Kontraksi

dari sel akan memeras susu keluar dari alveoli masuk ke ductus yang

akan mengalir melalui ductus lactiferus masuk ke mulut bayi. Faktor-

faktor yang meningkatkan reflex let down adalah melihat bayi,

mendengarkan suara bayi, mencium dan memikirkan bayi, sedangkan

yang menghambat adalah keadaan bingung atau pikiran kacau, takut,

merasa sakit, atau malu ketika menyusui dan cemas (Kristiyanasari,

2009).

Bayi mempunyai suatu refleks pengisapan (suckling reflex).

Dengan adanya refleks ini, air susu akan diperas dari ampula menuju

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

32

mulut bayi. Pengisapan puting menunjukan gerakan yang berbeda, jika

dibandingkan dengan pengisapan dot (Prasetyono, 2009).

6. Manfaat ASI

Besarnya manfaat ASI telah dikampanyekan oleh UNICEF

(United Nations Children’s Fund) melalui pekan menyusui sedunia atau

World Breastfeeding Week yang diselenggarakan setiap tanggal 17

Agustus. Kampanye itu antara lain mengajak masyarakat diseluruh dunia,

terutama kaum ibu untuk memberikan manfaat ASI kepada bayi serta

mengenal manfaat pemberian ASI bagi dirinya sendiri (Novianti, 2009).

Manfaat ASI untuk ibu yang menyusui adalah sebagai berikut :

a. Memberikan ASI segera setelah melahirkan akan meningkatkan

kontraksi rahim, yang berarti mengurangi resiko perdarahan.

b. Memberikan ASI juga membantu memperkecil ukuran rahim ke

ukuran sebelum hamil.

c. Menyusui (ASI) membakar kalori sehingga mempercepat penurunan

berat badan.

d. Menyusui mengurangi resiko terkena kanker rahim dan kanker

payudara.

e. ASI lebih praktis karena ibu bisa jalan-jalan keluar rumah tanpa

harus membawa perlengkapan seperti botol, kaleng susu formula dan

air panas.

f. ASI tidak basi karena selalu diproduksi oleh payudara.

Manfaat ASI untuk bayi adalah sebagai berikut :

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

33

a. ASI adalah makanan alamiah yang disediakan untuk bayi dengan

komposisi nutrisi yang sesuai untuk perkembangan bayi.

b. ASI mudah dicerna oleh bayi.

c. ASI kaya akan antibodi yang membantu melawan infeksi dan

penyakit lainnya.

d. ASI menurunkan resiko diare, infeksi saluran kemih dan

menurunkan resiko kematian bayi mendadak.

Manfaat ASI untuk keluarga adalah sebagai berikut :

a. Menghemat pengeluaran karena tidak harus membeli susu formula

b. Bayi sehat, sehingga keluarga bisa berhemat untuk biaya perawatan

kesehatan.

c. Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi alamiah dari

menyusui.(Novianti, 2009).

D. Kelancaran Produksi ASI

Pada Hari pertama, bayi cukup disusukan selama 10-15 menit, untuk

merangsang produksi ASI dan membiasakan puting susu diisap oleh bayi.

Untuk mengetahui banyaknya produksi ASI, beberapa kriteria yang dipakai

sebagai patokan untuk mengetahui jumahASI lancar atau tidak adalah :

1. ASI yang banyak dapat merembes keluar melalui puting.

2. Sebelum disusukan payudara terasa tegang

3. Berat badan bayi naik dengan memuaskan sesuai umur :

a. 1-3 bulan ( kenaikan berat badan rata-rata 700 gr/bulan)

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

34

b. 4-6 bulan ( kenaikan berat badan rata-rata 600 gr/bulan)

c. 7-9 bulan ( kenaikan berat badan rata-rata 400 gr/bulan)

d. 10-12 bulan ( kenaikan berat badan rata-rata 300 gr/bulan)

4. Jika ASI cukup, setelah menyusu bayi akan tertidur /tenang selama 3-4

jam.

5. Bayi kencing lebih sering, sekitar 8 kali sehari.

Bayi yang mendapatkan ASI memadai umumnya lebih tenang, tidak

rewel dan dapat tidur pulas. Tanda pasti bahwa ASI memadai dapat terlihat

pada penambahan berat badan bayi yang baik. Dalam keadaan normal usia 0-

5 hari biasanya berat badan bayi akan menurun. Setelah usia 10 hari berat

badan bayi akan kembali seperti lahir. Secara alamiah ASI diproduksi dalam

jumlah yang sesuai dengan kebutuhan bayi.

Ibu yang melahirkan dengan cara operasi caesar seringkali sulit

menyusui banyinya segera setelah lahir, terutama jika ibu diberikan anastesi

umum, ibu relatif tidak sadar untuk dapat mengurus bayi di jam pertama

setelah bayi lahir, meskipun ibu mendapat efidural yang membuatnya tetap

sadar, kondisi luka operasi di bagian perut relatif membuat proes menyusui

sedikit terhambat. Sementara itu bayi mungkin mengantuk dan tidak responsif

untuk menyusu terutama jika ibu mendapat obat-obatan penghilang rasa sakit

sebelum operasi. Beberapa jenis anastesi mengurangi refleks bayi mencari

payudara ibu dan menyusu pada ibunya, juga meningkatkan temperatur tubuh

bayi dan tangisan bayi (Ranjo-Arvidson et.al,2001).

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

35

E. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan visualisasi dari arah pemikiran yang

akan dilakukan. Arah pemikiran merupakan hubungan antara variabel atau

faktor-faktor yang diteliti. Untuk menggambarkan kerangka konsep

diperlukan teori-teori yang diteliti dan selanjutnya didefinisi dari setiap

variabel (Notoatmodjo,2005).

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

F. Hipotesa

Ada hubungan tehnik menyusui dengan Kelancaran ASI Pada Ibu

Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar

Kelancaran ASI Teknik Menyusui

- Pelekatan

- Posisi penyusui

- Jadwal menyusui

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Adapun jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross

sectional yaitu untuk mengetahui hubungan teknik menyusui dengan

kelancaran ASI pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang

Bintang Aceh Besar.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam dalam penelitian ini adalah seluruh

ibu menyusui yang memiliki bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja

Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar berjumlah 159 orang

1. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti

dan dianggap mewakili seluruh populasi. Pengambilan sampel dilakukan

secara purposive sampling. selama 8 hari pada bulan Agustus 2013.

Sampel dalam penelitian menggunakan kriteria sebagai berikut:

a. Ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan

b. Ibu yang bersedia menjadi responden.

c. Ibu yang menyusui

36

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

37

C. Tempat dan waktu penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Blang

Bintang Aceh Besar.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 12-20 Agustus 2013.

D. Cara Pengukuran Data

1. Teknik pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer

dan sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung oleh

peneliti dengan menyebarkan kuesioner pada ibu-ibu. Sedangkan data

sekunder adalah data yang berasal dari Puskesmas Blang Bintang untuk

mengetahui jumlah ibu-ibu yang menyusui.

2. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

observasi dan menggunakan lembar check list mengenai teknik

menyusui, 4 pertanyaan tentang kelancaran ASI.

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

38

E. Definisi Operasional

Variabel Defenisi

operasional

Cara ukur Alat ukur Skala

Ukur

Hasil

ukur

1 2 4 3 6 5

Variabel dependen

Kelancaran

ASI

Banyaknya ASI

yang keluar, serta

Kelancaran ASI.

Dinilai melalui

indikator ibu dan

bayi.

Observasi, check

list dengan

kriteria:

- Kurang lancar,

bila tidak

menjawab salah

satu pertanyaan

- Lancar, bila

menjawab

semua

pertanyaan yang

ada

Kuesioner Ordinal

- Kurang

lancar

- Lancar

Variabel independen

Teknik

menyusui

Cara memberikan

ASI kepada bayi

dengan perlekatan,

posisi ibu dan

jadwal menyusui

bayi dengan benar

Observasi, check

list dengan

kriteria:

- Kurang baik,

bila 5,17x

- Baik, bila

5.17x

Kuesioner Ordinal - Kurang

baik

- Baik

F. Pengolahan dan Analisa Data

1. Cara pengolahan data

Metode pengolahan data dilakukan melalui suatu proses dengan

tahapan seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2006) sebagai berikut :

a. Editing data (memeriksa), yaitu dilakukan setelah semua data

terkumpul melalui pengecekan daftar isian. Tahap ini bertujuan

untuk memeriksa kelengkapan isian data.

b. Coding data (memberikan kode), yaitu memberi tanda kode terhadap

kuesioner yang telah diisi dengan tujuan untuk mempermudah proses

pengolahan data selanjutnya.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

39

c. Transfering (mentransfer data), yaitu tahap untuk memindahkan data

ke dalam tabel pengolahan data

d. Tabulating (data bentuk tabel) data adalah melakukan klarifikasi

data, yaitu mengelompokkan data variabel masing-masing

berdasarkan kuisioner untuk dimasukkan ke dalam tabel.

Pada observasi tentang teknik menyusui penilaian yang diberikan

setiap 1 pertanyaan diberi nilai 1 yang berjumlah 21 pertanyaan.

Adapun tentang pengolahan data teknik menyusui adalah:

a. Kurang baik, bila x < 17,5

b. Baik, bila x ≥ 17,5

Data kelancaran ASI adalah:

a. Kurang lancar, jika responden menjawab tidak pada salah satu

pertanyaan

b. Lancar, jika responden menjawab semua pertanyaan yang ada

2. Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan cara:

a. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui frekuensi dari masing-

masing variabel yang telah diteliti dengan menggunakan tabel

distribusi frekuensi.

Teknik menyusui dikategorikan berdasarkan 2 kategori yaitu baik

bila x x dan kurang baik bila x < x dengan menentukan

persamaan :

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

40

n

xx

Dimana : x : Rata-rata ukur

x : Jumlah rata-rata ukur

n : Jumlah sampel

Untuk perhitungan persentase dari masing-masing variabel

digunakan rumus (Machfoedz, 2009) :

n

xfp

1001

Keterangan:

P = persentase

f1 = frekuensi

n = sampel

100% = bilangan tetap

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat merupakan analisa hasil dari variabel independen

yang diduga mempunyai hubungan denganvariabel dependen. Untuk

menguji hipotesis dilakukan analisa statistik dengan uji chi-square

dengan menggunakan program sistem komputer yaitu program SPSS

(Statistical Program For Social Science) versi 16.0 pada tingkat

kepercayaan = 0,05.

1) Ha di tolak : Jika p value > 0,05, artinya tidak ada hubungan

variabel independen dengan variabel dependen.

2) Ha di terima : Jika p Value < 0,05 artinya ada hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen.

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Wilayah kerja puskesmas Blang Bintang terletak di Kecamatan Blang

Bintang Kabupate Aceh Besar, terdiri dari 26 Desa dengan luas Wilayah 70,51

Km2, dengan batas wilayah Puskesmas Darul Imarah adalah sebagai berikut :

1. Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Ingin Jaya

2. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kuta Baro

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Mesjid Raya

4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Montasik

Berdasarkan jumlah penduduk tahun 2012 yaitu 11.369 jiwa terdiri dari

2.289 rumah tangga. Jumlah ibu hamil tahun 2012 yaitu 259 orang sedangkan ibu

menyusui berjumlah 382 orang. Jumlah bayi yang menyusui yaitu 382 orang.

Sedangkan jumlah bidan yang terdapat di Puskesmas Blang Bintang 40 orang,

Bidan yang pernah mengikuti pelatihan konseling menyusui berjumlah 27 orang.

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 12-20 Agustus

2013 terhadap 45 orang responden. Adapun hasil penelitian ini dari seluruh yang

diteliti maka didapat hasil seperti pada tabel di bawah ini :

41

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

42

1. Karakteristik Responden

a. Umur

Tabel 4.1

Distribusi Responden Berdasarkan Umur Ibu di Wilayah Kerja

Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013

No Umur Frekuensi %

1

2

3

19 – 25 tahun

26 – 35 tahun

≥ 36 tahun

18

24

4

40,0

53,3

6,7

Total 45 100

Sumber : Data primer (diolah tahun 2013)

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 45 orang

responden terdapat 24 orang (53,3%) berada pada kelompok umur 26 –

35 tahun dan 4 orang (6,7%) berada pada kelompok umur ≥ 36 tahun di

Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.

b. Pendidikan

Tabel 4.2

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Wilayah Kerja

Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013

No Pendidikan Frekuensi %

1

2

3

Dasar

Menengah

Tinggi

13

26

6

28,9

57,8

13,3

Total 45 100

Sumber : Data primer (diolah tahun 2013)

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 45 orang

responden terdapat 26 orang (57,8%) yang berpendidikan menengah dan

6 orang (13,3%) yang berpendidikan tinggi di Wilayah Kerja Puskesmas

Blang Bintang Aceh Besar.

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

43

c. Paritas

Tabel 4.3

Distribusi Responden Berdasarkan Paritas di Wilayah Kerja

Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013

No Paritas Frekuensi %

1

2

3

Primipara

Multipara

Grande Multipara

13

28

4

28,9

62,2

8,9

Total 45 100

Sumber : Data primer (diolah tahun 2013)

Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 45 orang

responden terdapat 28 orang (62,2%) yang responden multipara dan 4

orang (8,9%) yang responden grande multipara di Wilayah Kerja

Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.

d. Pekerjaan

Tabel 4.4

Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja

Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013

No Pekerjaan Frekuensi %

1

2

3

4

IRT

Pedagang

Wiraswasta

PNS

33

5

2

5

73,3

11,1

4,4

11,1

Total 45 100

Sumber : Data primer (diolah tahun 2013)

Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 45 orang

responden terdapat 33 orang (73,3%) yang bekerja sebagai IRT dan 2

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

44

orang (4,4%) yang bekerja sebagai wiraswasta di Wilayah Kerja

Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.

2. Analisa Univariat

a. Teknik menyusui

Tabel 4.5

Distribusi Responden Berdasarkan Tekni Menyusui Di Wilayah kerja

Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar

No Teknik Menyusui Frekuensi %

1

2

Kurang baik

Baik

19

26

42,2

57,8

Jumlah 45 100

Sumber : Data primer (diolah tahun 2013)

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 45 orang responden

terdapat 26 orang (57,8%) yang melakukan teknik menyusui dengan baik

dan 19 orang (42,2%) yang melakukan teknik menyusui kurang baik di

Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.

b. Kelancaran ASI

Tabel 4.6

Distribusi Responden Berdasarkan Kelancaran ASI Di Wilayah kerja

Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar

No Kelancaran ASI Frekuensi %

1

2

Kurang lancar

Lancar

16

29

35,6

64,4

Jumlah 45 100

Sumber : Data primer (diolah tahun 2013)

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

45

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 45 orang responden

terdapat 29 orang (64,4%) yang lancarnya ASI ibu dan 16 orang (35,6%)

yang kurang lancar lancarnya ASI ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Blang

Bintang Aceh Besar.

3. Analisa Bivariat

a. Hubungan Teknik menyusui dengan Kelancaran ASI

Tabel 4.7

Hubungan Teknik menyusui dengan Kelancaran ASI di Wilayah Kerja

Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013

No Teknik

Menyusui

Kelancaran ASI

Jumlah p

Value

Kurang

Lancar Lancar

f % f % f %

1

2

Kurang Baik

Baik

11

5

57,9

19,2

8

21

42,1

80,8

19

26

100

100

0,018

Total 16 35,6 29 64,4 45 100

Sumber : Data primer (di olah tahun 2013)

Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa responden yang teknik

menyusuinya kurang baik terdapat 11 orang responden (57,9%) yang ASInya

kurang lancar, dan responden yang teknik menyusuinya baik terdapat 21 orang

responden (80,8%) yang lancarnya ASI. Selanjutnya berdasarkan uji chi square

pada = 0,018 didapatkan p < 0,05 dengan demikian dapat dilihat bahwa ada

hubungan yang bermakna antara teknik menyusui dengan kelancaran ASI di

Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

46

C. Pembahasan

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang teknik

menyusuinya kurang baik terdapat 11 orang responden (57,9%) yang ASInya

kurang lancar, dan responden yang teknik menyusuinya baik terdapat 21 orang

responden (80,8%) yang lancarnya ASI. Selanjutnya berdasarkan uji chi square

pada = 0,018 didapatkan p < 0,05 dengan demikian dapat dilihat bahwa ada

hubungan yang bermakna antara teknik menyusui dengan kelancaran ASI di

Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.

Perlekatan menyusu (Latch on) adalah menempelnya mulut bayi di

payudara ibu. Untuk itu diperlukan posisi yang memperhatikan letak tubuh bayi

secara keseluruhan terhadap tubuh ibu. Hal ini akan sangat membantu bayi

menelan ASI dengan mudah dan jumlah yang cukup, dan pada akhirnya akan

meningkatkan produksi ASI sesuai kebutuhan bayi. Perlekatan yang benar juga

menghindari luka pada puting, karena pada perlekatan yang benar, puting tidak

akan bergesekan dengan langit-langit bayi yang keras, melainkan jatuh di tengah

rongga tenggorokan bayi, sehingga tidak akan tergesek dan tidak akan luka. Oleh

karena itu perlekatan menyusu dapat dikatakan adalah jantungnya proses

menyusui (Sulytiawati, 2009).

Produksi ASI merupakan hasil perangsangan payudara oleh hormon

prolaktin. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofise anterior yang ada yang

berada di dasar otak. Bila bayi mengisap ASI maka ASI akan dikeluarkan dari

gudang ASI yang disebut sinus laktiferus. Proses pengisapan akan merangsang

ujung saraf disekitar payudara untuk membawa pesan ke kelenjar hifofise anterior

untuk memproduksi hormone prolaktin. Prolaktin kemudian akan dialirkan ke

kelenjar payudara untuk merangsang pembuatan ASI. Hal ini disebut dengan

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

47

refleks pembentukan ASI atau refleks prolaktin. Bagi ibu yang menyusui bayi,

kelancaran asi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan bayi. ASI eksklusif

tanpa pendamping ASI disarankan diberikan sampai dengan usia bayi menginjak

usia enam bulan. Tetapi tidak sedikit ibu yang kecewa karena ternyata ASI yang

keluar tidak selancar seperti yang diharapkan (Novak & Broom, 2001).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Zakiah (2011) dengan judul

Hubungan Inisiasi Menyusu Dini Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu

Pasca Persalinan Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta Dan Rsud Banjasari Surakarta.

Hasil penelitian menunjukkan hubungan IMD dengan kelancaran produksi ASI,

pada hari pertama ada hubungan signifikan (p = 0,036; OR = 12,000), pada hari

kedua tidak ada hubungan yang signifikan (p = 0,142; OR = 6,667), pada hari

ketiga tidak ada hubungan yang signifikan (p = 0,790; OR = -), dan dilihat dari

faktor ibu ada hubungan yang signifikan (p = 0,049; OR = 10,667).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Michram (2013) dengan judul

hubungan emosi dan frekuensi menyusui terhadap kelancaran ASI pada ibu

menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara emosi dengan kelancaran

ASI (p = 0,019) dan ada hubungan antara frekuensi menyusui dengan kelancaran

ASI (p = 0,000).

Menurut asumsi peneliti ada hubungan antara teknik menyusui dengan

kelancaran asi, hal ini dikarenakan bahwa posisi dan pelekatan bayi pada saat

menyusui sangat menentukan kelancaran ASI, apabila posisis dan pelekatan tidak

baik maka proses pengeluaran ASI tidak lancar, sedangkan menyusui yang

dijadwal dapat mempengaruhi proses kelancaran ASI.

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

48

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dari 45 orang responden terdapat 26 orang (57,8%) yang melakukan

teknik menyusui dengan baik di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang

Aceh Besar.

2. Dari 45 orang responden terdapat 29 orang (64,4%) yang lancarnya ASI

ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.

3. Ada hubungan antara teknik menyusui dengan kelancaran ASI di Wilayah

Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar (p value = 0,018).

B. Saran

1. Bagi ibu menyusui

Diharapkan untuk lebih mengetahui bagaimana tehnik menyusui yang

benar dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui.

2. Bagi Petugas Puskesmas

Diharapkan untuk lebih meningkatkan penyuluhan konseling menyusui

kepada ibu-ibu yang melahirkan tentang teknik menyusui yang benar

untuk meningkatkan kelancaran produksi ASI.

48

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

49

DAFTAR PUSTAKA

Arief, 2009. Panduan Ibu Cerdas (ASI dan Tumbuh Kembang Bayi). Yogyakarta:

Medis Pressindo.

Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta

Barker, 2003. Cultural Studies. Teori & Praktik. Penerjemah: Nurhadi.

Yogyakarta: Kreasi Wacana

Bonny Danuatmadja, 2003. 40 Hari Pasca Persalinan. Jakarta: Puspa Swara.

Depkes RI, 2003. Penatalaksanaan ASI Eksklusif Pada Ibu Post Partum,

Departeman Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Djamaludin, dkk, 2010. Panduan Pintar Merawat Bayi dan Balita. Wahyu Media.

Jakarta

Gartner L.M., Eidelman A.I. 2005. Breastfeeding and the use of human milk.

Pediatrics,

Hanyow, 2008. ASI Eksklusif Terjemahan, New Jersey.

Khasanah, 2011. ASI atau Susu Formula Ya? Flash Book

Kristiyanasari, 2009. ASI:Menyusui dan Sadari. Yogyakarta: Nuha Medika

Machfoedz, 2009. Pendidikan Kesehatan Bagiandari Promosi Kesehatan.

Yogyakarta: Penerbit Fitramaya.

Notoatmodjo,2005 Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo,2003 Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Novianti, 2009. Menuyusui Itu Indah. Yogyakarta : Octopus

Novak & Broom, 2001. Maternal and Child Health Nursing. Missiouri: Mosby,

Inc.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika.

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

50

Perinasia, 2003. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta : Program

Manajemen Laktasi Perkumpulan Perinatologi Indonesia.

Pudjiadi, 2000. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit

FK UI. Hal. 197.

Prasetyono, 2009. ASI Eksklusif Pengenalan,Praktik dan Kemanfaatan

kemanfaatannya. Yogyakarta: Diva Press.

Ransjo-Arvidson (2001). Agar ASI Lancar Dimasa Menyusui. 01 Juni 20013

asi.blogsome.com

Riyanti, 2007. Seri diktat kuliah psikologi umum 2. Depok: Universitas

Gunadarma

Roesli, 2005. ASI Eksklusif, Tarsito, Bandung

Roesli, 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Argriwidya

Soetjiningsih, 2002. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan, Jakarta Penerbit

Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Soetjiningsih, 2006. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. EGC

Sulystyawati, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas, Yogyakarta: CV. Andi

Offset.

Sri purwanti, H. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif: Buku saku untuk bidan,

Jakarta: EGC

Singarimbun, 2008. Metode Penelitian Survei. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES

Indonesia

Winkjosastro, 2002. Ilmu Kandungan, Edisi 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirorahardjo

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

51

HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI DENGAN KELANCARAN ASI PADA

IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

BLANG BINTANG ACEH BESAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Menyelesaikan

Pendidikan Program Diploma IV Kebidanan U‟Budiyah

Banda Aceh

Oleh

MONA LISMAYSARAH

NIM: 121010210073

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’ BUDIYAH

PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN

BANDA ACEH

2013

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

52

Lampiran 1

LEMBARAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.

Saudara/Saudari

Responden Penelitian

Di-

Tempat

Dengan Hormat,

Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswi Program D-IV Akademi

Kebidanan U‟Budiyah Banda Aceh, saya akan melakukan penelitian dengan judul

” Hubungan Tehnik Menyusui dengan Kelancaran ASI Pada Ibu Menyusui di

Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar”

Untuk maksud tersebut diatas saya melakukan pengumpulan data atau

informasi yang akurat melalui pengisisan kuesioner yang akan saya lampirkan

pada surat ini. Saudara berhak berpartisipasi atau tidak dalam penelitian ini namun

penelitian ini sangat berdampak positif terhadap kemajuan dalam bidang

kebidanan apa bila semua pihak ikut berpartisipasi. Bila saudara setuju dalam

penelitian ini, mohon mendatangani Lembaran Persetujuan Menjadi Responden

yang telah disediakan dan mohon menjawab Kuesioner dengan sejujurnya.

Kesediaan dan partisipasi ibu sangat saya harapkan. Atas persetujuan dan

bantuan saya ucapkan terima kasih.

Peneliti

Mona Lismaysarah

NIM. 121010210073

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

53

Lampiran 2

LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa saya bersedia

untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi Akademi

Kebidanan U‟Budiyah Banda Aceh atas nama:

Nama : Mona Lismaysarah

Nim : 121010210073

Judul : Hubungan Tehnik Menyusui dengan Kelancaran ASI Pada Ibu Menyusui

di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar

Saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan ini sangat

bermanfaat bagi pengembangan ilmu kebidanan.

Demikian pernyataan persetujuan ini saya perbuat semoga dapat

dipergunakan seperlunya

Banda Aceh, Agustus 2013

(Responden)

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

54

OBSERVASI

HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI DENGAN KELANCARAN ASI PADA

IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

BLANG BINTANG ACEH BESAR

D. Karakteristi Responden

Umur :

Pendidikan terakhir :

Paritas :

Pekerjaan :

E. Teknik Menyusui

TANDA MENYUSUI BERJALAN BAIK

UMUM IBU

Ibu tampak sehat

Ibu tampak rileks dan nyaman

Terlihat tanda bonding ibu-bayi

UMUM BAYI

Bayi tampak sehat

Bayi tampak tenang dan rileks

Bayi mencari payudara (rooting) bila lapar

PAYUDARA

Payudara tampak sehat

Puting keluar dan lentur

Terasa nyaman, tak nyeri

Payudara ditopang dengan baik oleh jari-jari

yang jauh dari puting

POSISI BAYI

Kepala dan badan bayi dalam garis lurus

Bayi dipeluk dekat badan ibu

Seluruh badan bayi ditopang

Bayi mendekat ke payudara, hidung dengan

berhadapan dengan puting

Page 55: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

55

PELEKATAN BAYI

Tampak lebih banyak areola diatas bibir

Mulut bayi terbuka lebar

Bibir bawah terputar keluar

Dagu bayi menempel pada payudara

MENGHISAP

Hisapan lambat, dalam dengan istirahat

Pipi membuat waktu menghisap

Bayi melepaskan payudara waktu selesai

F. Kelancaran ASI

No Pernyataan Ya Tidak

1 ASI yang banyak dapat merembes keluar melalui

putting

2 Sebelum disusukan payudara terasa tegang

3 Jika ASI cukup, setelah menyusu bayi akan tertidur

/tenang selama 3-4 jam.

4 Bayi kencing lebih sering, sekitar 8 kali sehari.

Page 56: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

56

ABSTRAK

HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI DENGAN KELANCARAN ASI PADA

IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

BLANG BINTANG ACEH BESAR

Mona Lismaysarah1, Silvia Wagustina

2

ix + 48 halaman + 8 Tabel + 16 Gambar + 8 Lampiran

Latar Belakang: Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti di Wilayah Kerja Puskesmas

Blang Bintang Aceh Besar jumlah ibu menyusui pada bulan Januari sampai dengan Mei 2013

berjumlah 159 orang. Berdasarkan dari hasil wawancara dengan 12 orang responden yang ada di

Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar 8 diantaranya menyatakan bahwa tidak

lancar ASI dan 4 di antaranya menyatakan lancarnya ASI hal ini dikarenakan mereka

mengkonsumsi obat atau jamu untuk memperlancar ASI.

Tujuan Penelitian: untuk mengetahui hubungan tehnik menyusui dengan kelancaran ASI pada

ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.

Metode Penelitian: bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional dengan populasi adalah

seluruh ibu menyusui yang memiliki bayi usia 0-6 bulan yaitu 159 orang. Penelitian telah

dilaksanakan pada tanggal 12 -20 Agustus 2013 terhadap 45 responden. Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik proposif sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan observasi

selanjutnya dianalisa secara univariat dan bivariat.

Hasil Penelitian: menunjukkan bahwa ada hubungan antara teknik menyusui dengan kelancaran

ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.

Kesimpulan dan Saran: Dari 45 responden 35,6% yang kurang lancar ASInya dan 64,4% yang

lancar ASInya. Diharapkan bagi ibu menyusui untuk lebih mengetahui bagaimana tehnik

menyusui yang benar dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui dan bagi petugas puskesmas

untuk lebih meningkatkan penyuluhan kepada ibu-ibu yang melahirkan tentang teknik menyusui

yang benar untuk meningkatkan kelancaran produksi ASI.

Kata Kunci : Teknik menyusui, kelancaran ASI

Daftar Bacaan : 30 buah (2000-2011)

1Mahasiswa Prodi D-IV Kebidanan STIKes U‟Budiyah

2Dosen Pembimbing Prodi D-IV Kebidanan STIKes U‟Budiyah

ii

Page 57: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

57

ABSTRACT

BREASTFEEDING RELATIONSHIP WITH ENGINEERING IN

NURSING MOTHERS SMOOTHNESS ASI IN WORK AREA

HEALTH CENTER BLANG BINTANG

ACEH BESAR

Mona Lismaysarah1, Silvia Wagustina

2

ix + 48 pages + table + 8 + 16 8 Appendix Figure

Background : Based on the initial survey conducted by researchers at the Work Area Health

Center Blang Bintang Besar number of mothers breastfeeding in January to May 2013 totaled 159

people . Based on the results of interviews with 12 respondents in the Work Area Health Center

Blang Bintang Besar 8 of them state that is not smooth milk and 4 of which states this is due to the

smooth milk they consume drugs or herbs to facilitate breastfeeding .

Objective: to determine the relationship of breastfeeding technique with smooth milk in nursing mothers in the Work Area Health Center Blang Bintang Besar .

Methods: an analytical approach with a cross-sectional population is all breastfeeding mothers

with infants aged 0-6 months is 159 people. Research has been conducted on 12 -20 August 2013

to 45 respondents. The samples in this study using sampling techniques proposif. Data was

collected using observations were analyzed using univariate and bivariate.

Results : showed that there is a relationship between breast feeding techniques with fluency in

working areas of Aceh Besar Blang Bintang Health Center .

Conclusions and Recommendations : Of the 45 respondents 35.6 % were substandard her milk

and 64.4 % smooth her milk . Expected for nursing mothers to better know how to correct

breastfeeding technique with smooth milk in nursing mothers and for clinic staff to further

improve the counseling to mothers who give birth on proper breastfeeding techniques to increase lactation .

Keywords: breastfeeding technique, smooth milk

Reading List: 30 pieces (2000-2011)

1Students Prodi D-IV Midwifery STIKes U'Budiyah

2Lecturer Midwifery Prodi D-IV STIKes U'Budiyah

ii

Page 58: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

58

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini Telah Disetujui Untuk Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Diploma

IV Kebidanan Stikes U‟Budiyah Banda Aceh

Banda Aceh, Agustus 2013

Pembimbing

(Silvia Wagustina, SST. M.Kes)

MENGETAHUI :

KETUA PRODI DIPLOMA IV KEBIDANAN

STIKES U‟BUDIYAH BANDA ACEH

(CUT ROSMAWAR , SST)

iii

Page 59: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

59

PERNYATAAN PERSETUJUAN

JUDUL : HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI DENGAN

KELANCARAN ASI PADA IBU MENYUSUI DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS BLANG

BINTANG ACEH BESAR

NAMA MAHASISWA : MONA LISMAYSARAH

NIM : 121010210073

Menyetujui:

Pembimbing

SILVIA WAGUSTINA, SST. M.Kes

PENGUJI I PENGUJI II

ARIPIN AHMAD, S. Si.T.M.Kes AGUSSALIM, M.Kes

Menyetujui, Mengetahui,

KETUA STIKES KETUA PRODI D-IV KEBIDANAN

MARNIATI SE,M.Kes CUT ROSMAWAR , SST

Tanggal lulus 2013

iv

Page 60: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

60

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, serta

salawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW karena

dengan berkat dan karunaia-Nyalah peneliti dapat menyelesaikan Skripsi yang

berjudul “Hubungan Tehnik Menyusui dengan Kelancaran ASI Pada Ibu

Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar ”

Penelitian Skripsi ini merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan

sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Sain Terapan di

Akademi Kebidanan Yayasan U‟Budiyah Banda Aceh

Dalam penyelesaian Skripsi ini peneliti telah banyak menerima bimbingan

dari ibu Silvia Wagustina, SST. M.Kes sebagai pembimbing dan bantuan serta

dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kata pengantar ini peneliti

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Marniati, SE,M.Kes selaku ketua STIKes U‟Budiyah Banda Aceh.

2. Ibu Nurlaila Ramadhan, SST, selaku Ketua Program Studi D-IV Kebidanan

STIKes U‟Budiyah Banda Aceh

3. Bapak dan Ibu dosen serta staf Akademik pada Akademi Kebidanan STIKes

U‟Budiyah Banda Aceh.

4. Keluarga tercinta serta saudara-saudara peneliti yang telah memberi dorongan

dan doa demi kesuksesan.

5. Teman-teman seangkatan yang telah banyak membantu sehingga

terselesainya penelitian ini.

v

v

Page 61: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

61

Peneliti menyadari penelitian Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang peneliti miliki. Untuk itu peneliti

sangat mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan skripsi ini di masa yang akan datang. Harapan peneliti semoga

Skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan pendidikan ke arah yang lebih baik.

Amin ya rabbal a‟lamin.............

Banda Aceh, Agustus 2013

Peneliti

vi

Page 62: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

62

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

ABSTRAK ...................................................................................................... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................................ iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................................ iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian .................................................................... 6

E. Keaslian Penelitian .................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Menyusui ..................................................................... 8

B. Teknik Menyusui ...................................................................... 9

C. Air Susu Ibu (ASI) .................................................................... 21

D. Kelancaran Produk ASI ............................................................. 27

E. Karakteristik Ibu Menyusui ....................................................... 28

F. Kerangka Konsep ..................................................................... 33

G. Hipotesa .................................................................................... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian....................................................................... 35

B. Populasi dan Sampel ................................................................. 35

C. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 36

D. Cara Pengukuran Data ............................................................... 37

E. Definisi Operasional .................................................................. 37

F. Pengolahan Data dan Analisa Data ............................................ 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ......................................................................... 42

B. Pembahasan .............................................................................. 46

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 49

B. Saran ......................................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

vii

Page 63: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

63

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ...................................................................... 38

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Ibu di Wilayah Kerja

Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013 ........................ 42

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Wilayah Kerja

Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013 ........................ 43

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Paritas di Wilayah Kerja

Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013 ........................ 43

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja

Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013 ........................ 44

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tekni Menyusui

Di Wilayah kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar ............... 44

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kelancaran ASI

Di Wilayah kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar ............... 45

Tabel 4.7 Hubungan Teknik menyusui dengan Kelancaran ASI

di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintan Aceh Besar

Tahun 2013 ................................................................................... 45

viii

Page 64: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

64

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar .................................. 16

Gambar 2. Posisi menyusui sambil duduk yang benar ................................... 16

Gambar 3. Posisi menyusui sambil rebahan yang benar ................................ 17

Gambar 4. Posisi menyusui balita pada kondisi normal ................................. 17

Gambar 5. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang perawatan ... 18

Gambar 6. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah ................... 18

Gambar 7. Posisi menyusui bayi bila ASI penuh ........................................... 18

Gambar 8. Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan ........................... 19

Gambar 9. Cara meletakkan bayi .................................................................. 21

Gambar 10. Cara memegang payudara ............................................................ 21

Gambar 11. Cara merangsang mulut bayi ....................................................... 22

Gambar 12. Perlekatan benar .......................................................................... 22

Gambar 13. Perlekatan salah ........................................................................... 23

Gambar 14. Teknik menyusui yang benar ....................................................... 24

Gambar 15. Kutang (BH) yang baik untuk ibu menyusui. ............................... 27

Gambar 2.1 Kerangka konsep Penelitian ......................................................... 35

ix

Page 65: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

65

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembaran Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 : Lembaran Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 : Observasi

Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian Dari Akademi

Lampiran 5 : Surat Selesai Penelitian

Lampiran 6 : Master Tabel

Lampiran 7 : SPSS

Lampiran 8 : Biodata

x

Page 66: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

66

Frequency Table

umur_gtp

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

19 - 25 tahun 18 40,0 40,0 40,0

26 - 35 tahun 24 53,3 53,3 93,3

> 36 tahun 3 6,7 6,7 100,0

Total 45 100,0 100,0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Dasar 13 28,9 28,9 28,9

Menengah 26 57,8 57,8 86,7

Tinggi 6 13,3 13,3 100,0

Total 45 100,0 100,0

Paritas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Primigravida 13 28,9 28,9 28,9

Multigravida 28 62,2 62,2 91,1

Grande Multigravida 4 8,9 8,9 100,0

Total 45 100,0 100,0

Pekerjaa

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

IRT 33 73,3 73,3 73,3

Pedagang 5 11,1 11,1 84,4

Wiraswasta 2 4,4 4,4 88,9

PNS 5 11,1 11,1 100,0

Total 45 100,0 100,0

Teknik_Menyusui

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Kurang Baik 19 42,2 42,2 42,2

Baik 26 57,8 57,8 100,0

Total 45 100,0 100,0

Kelancara_ASI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Kurang Lancar 16 35,6 35,6 35,6

Lancar 29 64,4 64,4 100,0

Total 45 100,0 100,0

Page 67: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

67

Crosstabs

Teknik_Menyusui * Kelancara_ASI Crosstabulation

Kelancara_ASI Total

Kurang Lancar Lancar

Teknik_Menyusui

Kurang Baik Count 11 8 19

% within Teknik_Menyusui 57,9% 42,1% 100,0%

Baik Count 5 21 26

% within Teknik_Menyusui 19,2% 80,8% 100,0%

Total Count 16 29 45

% within Teknik_Menyusui 35,6% 64,4% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 7,162a 1 ,007

Continuity Correctionb 5,574 1 ,018

Likelihood Ratio 7,253 1 ,007 Fisher's Exact Test ,012 ,009

Linear-by-Linear Association

7,003 1 ,008

N of Valid Cases 45 a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,76. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Teknik_Menyusui (Baik / Tidak Baik)

5,775 1,521 21,932

For cohort Kelancara_ASI = Lancar

1,918 1,096 3,357

For cohort Kelancara_ASI = Kurang Lancar

,332 ,138 ,798

N of Valid Cases 45

Page 68: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DIAN_ANDAYANI-skripsi_mona_lismaysarah.pdf · areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban

68

PENGESAHAN PENGUJI

Skripsi ini Telah di Pertahankan Dihadapan Tim Penguji Diploma IV Kebidanan

STIKES U‟Budiyah Banda Aceh

Banda Aceh, Oktober 2013

Tanda Tangan

PEMBIMBING : SILVIA WAGUSTINA, SST. M.Kes ( )

PENGUJI I : ARIPIN AHMAD, S. Si.T.M.Kes ( )

PENGUJI II : AGUSSALIM, M.Kes ( )

Menyetujui, Mengetahui,

KETUA STIKES KETUA PRODI D-IV KEBIDANAN

(MARNIATI SE,M.Kes) (CUT ROSMAWAR , SST)

iv