bab i pendahuluan a. latar belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/dewi-skripsi_ka_dewi.pdf · 4 yang...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan bagi seorang wanita merupakan hal yang membahagiakan
sekaligus menggelisahkan. Dikatakan membahagiakan karena ia akan
memperoleh keturunan sebagai pelengkap dan penyempurnaan fungsinya
sebagai wanita, namun menggelisahkan karena penuh dengan perasaan takut
dan cemas mengenai hal-hal yang buruk yang dapat menimpa dirinya terutama
pada saat proses persalinan (Arief, 2008).
Kecemasan yang dirasakan oleh wanita yang sedang hamil, akan
berdampak pada janin yang dikandungnya. Banyak penelitian yang
membuktikan bahwa pikiran negatif dapat berdampak buruk bagi ibu hamil dan
janin yang dikandungnya. Ibu hamil yang sering kali merasa khawatir bahkan
stress memiliki kecenderungan melahirkan bayi prematur. Hal ini terjadi
karena stress dan kecemasan memicu produksi Cortiotrophin Releasing
Hormon (CRH), hormon ini juga memiliki fungsi sebagai “tanda” bila
persalinan akan tiba. Janin dalam rahim dapat merespon apa yang sedang
dirasakan ibunya, seperti detak jantung ibu. Semakin cepat detak jantung ibu,
semakin cepat pula pergerakan janin dalam rahim ibu hamil yang mengalami
kecemasan atau stress maka detak jantung akan meningkat, dan dia akan
melahirkan bayi prematur atau lebih kecil dari bayi normal lainnya bahkan
mengalami keguguran (Arief, 2008).
2
Stress yang dialami ibu menjelang persalinan antara lain mengenai
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin yang merupakan
masalah besar dinegara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50%
kematian wanita usia subur disebabkan hal berkaitan dengan kehamilan. Tahun
1996,WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ibu pertahunnya meninggal saat
hamil dan bersalin. Di Asia selatan, wanita berkemungkinan 1 : 18 meninggal
akibat persalinan kehamilan dan persalinan selama kehidupannya ; dibanyak
negara Afrika 1 : 14 ; sedangkan di Amerika Utara hanya 1 : 6.366. Lebih dari
50%. Kematian dinegara berkembang sebenarnya dapat dicegah dangan
tehnologi yang ada serta biaya relatif rendah (Saifuddin, 2009).
Menurut WHO jumlah kematian ibu sekitar 500.000 persalinan hidup,
sedangkan jumlah kematian perinatal sekitar 10.000.000 orang. Seandainya
seorang ibu hanya mempunyai angka 3 orang saja maka angka kematian ibu
(AKI) dapat diturunkan menjadi 300.000 orang sedangkan AKP menjadi
5.600.000 orang dalam persalinan hidup. Dari jumlah kematian dan perinatal
tersebut, terlambatnya pertolongan persalinan disertai dengan sosial ekonomi
dan pendidikan masyarakat yang masih tergolong rendah. Sebagai negara
dengan keadaan geografis yang beranekaragam dan luas, AKI berfariasi antara
5–800/100.000, sedangkan AKP berkisar antara 25 – 750/100.000 persalinan
hidup (Manuaba, 2008).
Angka kematian ibu di Indonesia bervariasi dari yang paling rendah,
yaitu 130/100.000 per kelahiran hidup di Yogyakarta, 490 / 100.000 kelahiran
hidup di Jawa Barat, sampai yang paling tinggi yaitu 1.340 per 100.000
3
perkelahiran hidup di Nusa Tenggara Barat. Variasi ini antara lain disebabkan
oleh perbedaan nilai, norma, lingkungan dan kepercayaan masyarakat,
disamping infastruktur yang ada. Suatu hal yang penting lainnya adalah
perbedaan kualitas pelayanan kesehatan pada setiap tingkat pelayanan
(Saifuddin, 2009).
Secara umum, AKI relatif sudah menurun. Pada tahun 2006 lalu, AKI
di Aceh 354/100.000 kelahiran hidup. Angka itu melampaui tingkat kematian
ibu di level nasional yakni sebesar 307/100.000 kelahiran hidup. Pada tahun
2008 kemampuan kolaborasi masyarakat dan pemerintah untuk menekan angka
kematian sudah terlihat menonjol. AKI di Aceh pada tahun 2008 yakni
237/100.000 kelahiran hidup. Sudah lebih baik dari angka nasional yakni
256/100.000 kelahiran hidup (Dinkes NAD, 2010).
Sedangkan pada tahun 2008 jumlah AKI di provinsi NAD sebanyak
181 orang terdiri dari kematian ibu hamil sebanyak 60 orang, kematian ibu
bersalin sebanyak 93 orang, kematian ibu nifas sebanyak 28 orang. Cakupan
kunjungan ibu hamil K1 berjumlah 86,75% dan K4 berjumlah 78,87%.
Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan berjumlah 88,83% dan ibu
nifas yang mendapatkan pelayanan nifas sebanyak 72,06% (Dinkes. NAD,
2009).
Berdasarkan data-data mengenai angka kematian diatas, banyak ibu
hamil yang mengalami kecemasan dalam menghadapi persalinan. Hal tersebut
selaras dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Hasanah M (2012), di
BLUD Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin tentang Faktor-Faktor
4
Yang Mempengaruhi Kecemasan Ibu Primigravida Dalam Menghadapi
Persalinan didapatkan kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan, pendidikan, dan
dukungan suami berpengaruh terhadap kecemasan ibu primigravida.
Pengambilan data awal di poli kebidanan RSU zainoel Abidin Banda
Aceh bulan Januari s/d Desember 2012, jumlah ibu hamil sebanyak 2068
orang, trimester I 690 orang, trimester II 843 orang, dan trimester III 535 orang
(Rekamedik RSU ZA). Berdasarkan hasil studi pendahuluan wawancara
terhadap ibu hamil yang trimester III berjumlah 12 orang, 7 diantara mereka
merasa cemas terhadap persalinan yang akan dialaminya. Berdasarkan masalah
tersebut peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang kecemasan ibu hamil
dalam menghadapi persalinan di Rumah Sakit Zainoel Abidin Tahun 2012.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini, yaitu “Apa Sajakah Faktor-Faktor yang
berhubungan dengan kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan di
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan di RSUD dr.Zainoel
Abidin Banda Aceh Tahun 2013.
5
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan ibu
dalam menghadapi persalinan di RSUD dr.Zainoel Abidin Banda Aceh
Tahun 2013.
b. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan kecemasan ibu hamil
dalam menghadapi persalinan di RSUD dr.Zainoel Abidin Banda Aceh
Tahun 2013.
D. Manfaat Penelitiaan
1. Bagi Responden
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi ibu hamil
yang akan menghadapi persalinan. Sehingga dapat dijadikan motivasi
untuk menghadapi persalinan dengan tenang.
2. Bagi Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan terhadap pelayanan
antenatal, khususnya deteksi sedini mungkin yang dapat terjadi dalam
proses persalinan, sehingga dapat menurun tingkat kecemasan pada ibu
bersalin.
3. Bagi Peneliti
Sebagai sarana mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama
perkuliahan dan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian
selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Konsep Cemas
1. Kecemasan
Menurut Prasetya dkk (2004) kecemasan disebut juga degan
kegelisahan yang artinya perasaan gelisah, khawatir, cemas atau takut dan
jijik. Rasa gelisah ini sesuai dengan sesuatu pendapat yang menyatakan
bahwa manusia itu dihantui rasa khawatir dan takut.
Kecemasan (anxietas) ialah respon emosional terhadap penilaian
intelektual sesuatu yang berbahaya. Anxietas dapat juga dipandang sebagai
suatu keadaan tidak seimbang atau tagangan yang cepat mengusahakan
koping. Kecemasan dapat timbul karena adanya stress atau ancaman
terhadap keutuhan, keamanan dan pengendalian. Oleh karena demikian,
ancaman stres harus segera dihilangkan dengan menggunakan mekanisme
pertehanan koping yang relatif. Pertahanan koping yang tidak relatif akan
berakibat buruk pada individu (Stuart, 2008) .
Menurut Prasetyono (2005) kecemasan adalah penjelmaan dari
berbagai proses emosi yang bercampur baur yang terjadi manakala
seseorang sedang mengalami berbagai tekanan-tekanan atau ketegangan
(stress) seperti perasaan (frustasi) dan pertentangan hati (konflik batin).
Menurut Syarief (2002) kecemasan adalah suatu situasi yang terasa
sempit disertai dengan adanya kelainan pada angota tubuh dalam
7
melaksanakan sebagian besar fungsinya, seperti : detak jantung yang cepat,
jiwa yang merasa sempit, tidak stabilnya pekerjaan alat pernafasan, susunan
syaraf otot, kacaunya aktitas pengeluaran dari berbagai kelenjar yang ada
dalam tubuh dan sebagainya. Kebanyakan penyebab kecemasan tidak
diketahui oleh yang merasakannya. Tersembunyi di dasar jiwanya, perasaan
atau kesadaran bathiniahnya.
Menurut Freud dan Maramis (2008) kecemasan dapat dibagi
menjadi kecemasan nyata dan kecemasan neuretic, kedua-duanya timbul
sebagai reaksi terhadap sesuatu bahaya yang mengancam organisme. Pada
kecemasan nyata ancaman itu datang dari suatu sumber bahayanya tidak
diketahui.
Freud mengatakan sebab-sebab terjadi kecemasan adalah karena
pada hakekatnya seorang kehilangan hak-haknya. Hal ini adalah akibat dari
suatu ancaman, baik ancaman dari luar maupun dari dalam (Prasetya, 2005).
Prasetyono (2005) mengatakan bahwa perasaan cemas dapat timbul
oleh karena dua sebab :
a. Dari apa yang disadari seperti rasa takut, terkejut, tidak berdaya, rasa
bersalah/berdosa, merasa terancam dan sebagainya.
b. Yang terjadi dari luar kesadaran dan tidak mampu menghindari dari
perasaan yang tidak menyenangkan.
Menurut stuart dan sundden (2008), tingkat kecemasan seorang
terdiri dari ringan, sedang dan berat:
8
a. Ringan
Kecemasan pada tahap ini berhubung dengan ketegangan dalam
kehidupan sehari-hari, dan menyebabkan seseorang menjadi waspada.
Pada keadaan ini kecemasan sseseorang dapat membantu motivasi
seseorang dalam melakukan sesuatu dan dapat menghadapi tantangan.
Perubahan perilaku yang terjadi pada pasien kecemasan pada
tingkat ini adalah tidak dapat duduk dengan tenanga atau gelisah, tremor,
suara meninggi dan motivasi meningkat.
b. Sedang
Pada kecemasan tingkat ini perhatian seseorang akan berpusat
pada hal-hal yang penting dan mengesampingkan hal-hal yang lain
namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Perubahan yang
terjadi dapat berupa, tidak mampu menerima ransangan dari luar,
perhatian terfokus. Dari segi emosi terdapat tegangan otot, bicara banyak
yang cepat, susah tidur, perasaan tidak aman dan kurang yakin.
c. Berat
Seseorang akan memusatkan pada sesuatu yang lebih rinci,
spesifik dan tidak berfikir pada hal-hal lain. Perubahan yang timbul
berupa nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat,
sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan, gangguan tidur, mual
muntah, BAK meningkat dan gemetar (Wiknjosastro, 2005).
9
2. Kehamilan
Kehamilan merupakan pertumbuhan dan perkembangan janin
intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan.
Kehamilan mrupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan
psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya.
Sebagian wanita menganggap bahwa kehamilan merupakan peristiwa kodrat
yang harus dilalui tetapi sebagian wanita menganggap bahwa kehamilan
adalah peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya.
Perubahan kondisi fisik dan emosional yang kompleks. Merupakan adaptasi
terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi
(Wiknjosastro, 2005).
Menurut Wiknjosastro (2005), reaksi psikologis dan emosional ibu
pada kehamilan dibagi pda tiap trimester, yaitu :
a. Kehamilan Trimester I
Pada beberapa wanita reaksi psikologik dan emosional pertama
terhadap kehamilan dan segala akibatnya brupa kecemasan, kegusaran,
ketakutan dan perasaan panik. Dalam kehamilan merupakan ancaman,
gawat, menakutkan dan membahayakan bagi diri mereka.
b. Kehamilan Trimester II
Dalam kehamilan trimester II identifikasi kehamilan sebagai
konsep abstrak berubah menjadi identifikasi nyata, dengan perut lebih
besar, Ibu merasakan gerakan janin dan dokter atu bidan mendengar
10
denyut jantung janin. Dalam masa ini banyak wanita sudah dapat
menyesuaikan diri dengan kenyataan.
c. Kehamilan Trimester III
Setelah calon ibu sudah dapat menyesuaikan diri, maka
kehidupan psikologis-emosional dikuasai oleh perasaan dan pikiran
mengenai persalinan yang akan datang dan tanggung jawab sebagai ibu
yang akan mengurus anaknya.
Menurut Wiknjosastro (2005), ada dua golongan wanita dalam
masa kehamilan yang diliputi oleh ketidakstabilan emosi, yaitu :
1) Wanita yang memiliki pengalamanyang tidak menyenangkan dalam
kehamilan-kehamilan atau persalinan-persalinan sebelumnya dan
primigravida yang pernah mendengar tentang pengalaman yang
menakutkan dan mengerikan dari wanita lain.
2) Multipara yang sudah lanjut umurnya dan mengalami kehamilan dan
persalinan yang normal dan lancar. Kecemasan dan kekhawatiran
yang timbul pada wanita itu tidak terhadap dirinya sendiri melainkan
terhadap janin yang sedang dikandung dan terhadap anak-anak yang
lainnya.
3. Kecemasan Dalam Kehamilan
Telah diuraikan diatas bahwa seorang wanita hamil mengalami
adaptasi psikologis dalam kehamilan, yang biasanya tidak seberapa berat
dan kemudian hilang dengan sendirinya. Adakalanya perlu perhatian khusus
dan pengobatan. Kadang-kadang terjadi penyakit jiwa (psikologis) dalam
11
kehamilan. Ini tidak mengherankan karena ovulasi dan haid juga dapat
menimbulkan psikosis. Penderita biasanya sembuh setelah anaknya lahir,
akan tetapi dalam kehamilan-kehamilan berikutnya sering penyakitnya
timbul lagi. Hubungan kehamilan dengan reaksi psikologis pada tiap-tiap
trimester perlu mendapat perhatian khusus, dimana :
a. Pada Trimester Pertama (1 sampai 3 bulan)
Pada trimester pertama ini wanita hamil sebagian, reaksi
psikologis dan emosional pertama terhadap kehamilan dan segala
akibatnya berupa kecemasan, ketakutan, kegusaran dan perasaan panik.
Perasaan benci pada suami yang menyebabkan dia hamil ditumpahkan
melalui manifestasi mual, muntah, pening dan sebagainya yang
merupakan gejala hamil muda. Pada keadaan yang agak berat, dia
menolak kehamilannya dan mencoba untuk menggugurkan, pada kasus
yang lebih parah mencoba bunuh diri (tetapi ini jarang dijumpai).
Manifestasi lain yaitu ibu hamil muda sering meminta makanan yang
aneh-aneh yang selama ini tidak disukainya (Prawiroharjho, 2006).
Data psikologis dan perubahan-perubahan yang perlu dikaji
pada trimester I adalah :
1) Penerimaan keluarga khususnya pasangan suami isteri terhadap
kehamilannya.
2) Bagaimana perubahan kehidupan sehari-hari.
3) Bagaimana reaksi keluarga terhadap perubahan tersebut.
4) Bagaimana cara keluarga memberikan dorongan kepada ibu hamil.
12
5) Siapa yang akan bertanggung jawab terhadap perawatan bayi.
Hal-hal yang perlu mendapat perhatian pada masa ini adalah :
1) Mual dan muntah
2) Pengaruh obat terhadap janin
3) Perubahan body image/citra tubuh (khususnya bagi ibu hamil yang
masih remaja/muda usia ibu 12-19 tahun)
4) Kebutuhan nutrisi
b. Pada Trimester Kedua (4 bulan sampai 6 bulan)
Pada trimester ini ibu yang menganggap kehamilan merupakan
suatu identifikasi abstrak, kini mulai menyadari kenyataan bahwa
kehamilan merupakan identifikasi nyata. Maka ibu mulai menyesuaikan
diri dengan kenyataan perut bertambah besar, terasa gerakan anak/janin,
teman-teman mengatakan selamat, dan dokter atau bidan telah
mendengar suara jantung janin. Wanita bijaksana mulai mempersiapkan
kebutuhan-kebutuhan bayi seperti popok, baju, tempat tidur bayi, kereta
bayi dan sebagainya (Prawiroharjho, 2006).
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada masa ini adalah:
Peningkatan berat badan, rasa ketidak nyamanan dan aktifitas seksual.
Perhatian bidan masa ini dititik beratkan pada fase transisi tersebut dan
rencana kelahiran. Selain itu bidan harus mampu menggali permasalahan
pasangan suami istri sehingga mereka dapat mengutarakan rasa
ketakutan, kekhawatiran, keragu-raguan dan rasa ketidak nyamanan yang
dialami. Dengan demikian bidan dapat memberikan informasi berupa
13
petunjuk-petunjuk untuk mengantisipasi dan mengatasi masalah-masalah
yang mungkin timbul (Anonimous, 2005)
c. Trimester Ketiga (7 bulan sampai 9 bulan)
Pada trimester ini setelah calon ibu dapat menyesuaikan
diri,maka kehidupan psikologis emosional dikuasai oleh perasaan dan
pikiran mengenai persalinan yang akan datang dan tanggung jawab
sebagai ibu yang akan mengurus anaknya. Pelbagai penyelesaian dapat
terjadi :
1) Diantara para wanita yang menunjukkan sikap masa bodoh atau
penolakan terhadap kehamilan muda sekarang banyak yang
menunjukkan sikap positif atau sedikitnya sikap lebih menerima
kehamilannya.
2) Pada wanita dari golongan sosial ekonomi yang rendah, yang jarang
datang untuk pemeriksaan kehamilan, mulai mengunjungi klinik-
klinik, rumah sakit, bahkan puskesmas serta mendaftarkan diri untuk
persalinan di rumah sakit atau klinik.
3) Persiapan-persiapan dibuat dirumah untuk perawatan si bayi
sepulangnya dari kamar bersalin.
Ada juga ibu timbul gejolak baru menghadapi persalinan dan
perasaan tanggung jawab sebagai ibu pada pengurusan bayi yang akan
dilahirkan. Dimana golongan ibu yang mungkin merasa takut antara lain :
1) Wanita yang mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan
dalam kehamilan-kehamilan atau persalin-persalinan sebelumnya dan
14
primigravida yang pernah mendengar tentang pengalaman-
pengalaman yang menakutkan dan mengerikan dari wanita-wanita
lain.
2) Multipara yang sudah lanjut umumnya dan mengalami kehamilan dan
persalinan yang tidak normal dan tidak lancar. Kecemasan dan
kekhawatiran yang timbul pada wanita ini tidak terhadap dirinya
sendiri, melainkan melahirkan.terhadap janin yang sedang dikandung
dan terhadap anak-anak lainnya. Siapa yang akan mengurus mereka
apabila terjadi apa-apa dengan dirinya waktu
Dua golongan wanita terakhir di atas memerlukan pengertian
dari dokter atau bidan serta keluarganya. Rasa simpati, pendekatan
psikologis yang tepat, dan kepercayaan wanita bahwa dokter dan stafnya
akan melakukan segala sesuatu untuk mengeringankan penderitaan ibu
dan menyelamatkan ibu dan bayi, banyak menolongsi ibu
(Prawiroharjho, 2006).
d. Definisi Persalinan
Persalinan merupakan suatu proses alami yang akan berlangsung
dengan sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam
penyulit yang membahayakan ibu maupun janinnya sehingga
memerlukan pengawasan, pertolongan dan pelayanan dengan fasilitas
yang memadai. Persalinan pada manusia dibagi menjadi empat tahap
penting dan kemungkinan penyulit dapat terjadi pada setiap tahap
tersebut (Manuaba, 2008).
15
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan
janin turun kedalam jalan lahir. (Prawirohardjo, 2006). Dalam persalinan
terjadi perubahan-perubahan fisik yaitu, ibu akan merasa sakit pinggang
dan perut, masa kurang enak, capai, lesu, tidak nyaman badan, tidak bisa
tidur enak, sering mendapatkan kesulitan dalam bernafas dan perubahan-
perubahan psikis yaitu merasa ketakutan sehubungan dengan dirinya
sendiri, takut kalau terjadi bahaya atas dirinya pada saat persalinan, takut
tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya, takut yang dihubungkan
dengan pengalaman yang sudah lalu misalnya mengalami kesulitan
persalinan yang lalu. Ketakutan karena anggapannya sendiri bahwa
persalinan itu merupakan hal yang membahayakan (Ibrahim, 2005).
e. Kecemasan dalam menghadapi persalinan
Persalinan merupakan proses fisiologis dimana terjadi kontraksi
pada rahim, leher rahim melunak dan terbuka, kemudian janin turun
kepinggul, dan ibu mendorong keluar bayinya (Arief, 2008).
Menurut Davidoff (2005) kecemasan merupakan perasaan yang
dialami seseorang ketika berpikir bahwa akan ada suatu bahaya atau
sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi dimasa datang, baik nyata
atau dalam pikiran dantanpa sebab yang jelas. Hal tersebut merupakan
hal normal terjadi dalam menyertai perkembangan, pengalaman baru,
serta dalam menemukan identitas diri atau pun arti hidup.
Menurut Arief (2008) penyebab kecemasan dan ketakutan pada
ibu hamil menjelan persalinan antara lain:
16
1) perawatan saat melahirkan Kecemasan terhadap diri sendiri yang
meliputi: takut mati, takut berpisah dengan bayi, cemas terhadap
kesehatan, cemas terhadap rasa nyeri saat persalinan, kemungkinan
komplikasi saat hamil atau bersalin, khawatir tidak segera mendapat
pertolongan dan.
2) Kecemasan tidak langsung berhubungan dengan kehamilan dan
persalinan,seperti: takut suami tidak hadir saat persalinan, takut beban
hidup semakin berat dan takut akan tanggung jawab sebagai ibu.
3) Kecemasan terhadap anaknya, yang meliputi: bayi cacat, bayi
mengalami kelainan faal alat-alat tubuh, bayi mengalami gangguan
pertukaran zat dalam tubuh, takut keguguran dan kematian dalam
kandungan
Menurut Kartono (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi
kecemasan dalam menghadapi persalinan adalah:
1) Takut mati baik atas dirinya maupun bayi yang akan di lahirkan. Hal
ini wajar, sebab dalam persalinan kerap kali disertai pendarahan dan
kesakitan-kesakitan hebat, bahkan risiko terburuk yang dapat dialami
adalah kematian
2) Trauma kelahiran merupakan ketakutan akan berpisahnya bayi dari
rahim ibunya dan seolah calon ibu menjadi tidak mampu untuk
menjaga keselamatan bayinya, setelah bayinya ada di luar rahimnya.
17
3) Perasaan bersalah atau berdosa ini diitunjukkan calon ibu yang
hendak melahirkan, kepada ibunya. Perasaan ini erat hubungannya
dengan ketakutan akan mati sati individu tersebut melahirkan bayinya.
4) Ketakutan-ketakutan lain yang dirasakan ibu menjelang
persalinananaknya adalah:
a) Takut apabila bayi yang akan dilahirkan dalam kondisi yang tidak
normal atau cacat.
b) Takut apabila bayi yang dilahirkan akan bernasib buruk akibat dosa
ibu itu sendiri di masa lalu.
c) Takut apabila beban hidupnya akan semakin berat akibat
keberadaan bayinya.
d) Muncul elemen ketakutan yang tidak disadari kalau ibu tersebut
berpisah dengan bayinya.
e) Takut kehilangan bayinya.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Hamil Terhadap Kecemasan Dalam
Menghadapi Persalinan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan seseorang meliputi
beberapa aspek antara lain, tingkat pendidikan rendah, kurangnya pengetahuan
terhadap persainan, kurangnya informasi terhadap persalinan, kurangnya
dukungan keluarga dalam persiapan persalinan, dan copping pertahanan yang
lemah, (Sani, 2012).
18
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
dari indera mata dan telinga pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang atau dengan arti
lain bahwa pengetahuan mempunyai pengaruh sebagai motivasi awal bagi
seseorang dalam berperilaku. (Notoatmodjo, 2003)
Taksonomi Bloom yang disampaikan Notoatmodjo (2003) bahwa
pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan:
a. Tahu (Know) yaitu mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (Comprehension) yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Aplication), yaitu suatu kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real
d. Analisis (Analysis), yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur
organisasi dan masih ada kaitannya satu sama yang lain.
19
e. Sintesin (Synthesis) yaitu suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru.
f. Evaluasi (Evaluation), yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau objek.
Menurut Arikunto (2006) Untuk mengetahui tingkat pengetahuan
dapat dikelompokkan berdasarkan kategori, hasil jawaban responden
terhadap kuesioner dibagi dalam tiga kelompok :
a. Pengetahuan dikategorikan baik bila 76-100%.
b. Pengetahuan dikategorikan Sedang bila 61-75%.
c. Pengetahuan dikategorikan kurang bila <60%.
2. Dukungan Keluarga
Masa lampau seorang ayah tidak diperbolehkan menemani istrinya
pada saat-saat kelahiran dengan alasan untuk menghindari infeksi dalam
ruangan bersalin. Sebelum tahun 1974, ikatan para ahli kebidanan dan ahli
kandungan dari perguruan tinggi amerika bersepakat dan mendukung
kehadiran ayah pada waktu istrinya melahirkan (Dagun, 2002).
Perlu disadari persalinan suatu tugas dari seorang ibu yang harus
dihadapi dengan tabah, walaupun tidak jarang mereka merasa cemas dalam
menghadapi masalah tersebut. Kecemasan tersebut antar lain meliputi rasa
cemas apakah mereka dapat mengatasi kesukaran yang dihadapi, cemas
apakah janin yang dikandungnya tidak cacat, dan cemas menghadapi rasa
20
sakit. Oleh karena itu, mereka membutuhkan penolong yang dapat dipercaya
akan mengurangi rasa takut (Winkjosastro, 2005).
Kehamilan dan menunggu kelahiran menimbulkan kecemasan bagi
banyak wanita. Tidak diragukan lagi bahwa wanita tidak menginginkan
keselamatan dalam melahirkan anaknya yang sehat setelah kehamilan dan
kelahiran sehat yang beresiko rendah. Dalam kondisi tersebut dukungan
keluarga mampu mencitakan kondisi dan lingkungan persalinan yang tepat,
baik berupa fisik maupun emosional pada ibu (Handerson, 2006).
Menurut Prijosaksono (2005), ada hal-hal utama untuk membangun
suatu komunikasi yang efektif, yaitu :
a. Berusaha benar-benar mengerti orang lain (empathic comunications)
b. Kebaikan dan sopan santun
c. Memenuhi komitmen atau janji
d. Meminta maaf dengan tulus
Wanita yang menerima dukungan sosial dan psikologis selama
kahamilan, lebih kecil kemungkinan mimiliki persaan yang negatif tentang
kehamilan dan persalinan, dibanding wanita lain. Mereka lebih merasa
terkendali, lebih bebas dari kecemasan selama proses persalinan dan lebih
efektif dalam berkomunikasi dengan dokter dan staf perawat, serta lebih
puas dengan perawatan yang mereka terima (Llewllyn, 2005). Salah satu
dari dukungan keluarga adalah :
21
3. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap itu tidak dapat langsung
dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan dahulu dari perilaku yang tertutup
(Notoatmodjo, 2003). Sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu :
Kepercayaan (keyakinan) keluarga dan konsep terhadap suatu
objek
a. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek
b. Kecendrungan untuk bertindak.
Untuk mengukur Sikap digunakan skala Likert yaitu berupa
pertanyaan tertutup dan responden diminta untuk memberikan jawaban
setuju, kurang setuju dan tidak setuju.
Sikap ibu dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A terdiri dari 10
pertanyaan. Dengan hasil ukur positif dan negatif. Dengan kategori:
a. Positif bila :
b. Negatif bila :
4. Landasan Teori
Wanita yang menerima dukungan sosial dan psikologis selama
kehamilan, lebih kecil kemungkinan memiliki perasaan yang negatif tentang
kehamilan dan persalinannya, dibandingkan wanita lain. Mereka lebih
merasa terkendali, lebih bebas dari kecemasan selama proses persalinan dan
lebih efektif dalam berkomuning kasi denagan dokter atau staf perawat,
serta lebih puas dengan perawatan yang mereka terima. Proses kelahiran
22
yang dipersiapkan mencakup tehnik Psyhoprophylaxis, persalinan yang
didukung pasangan, kelahiran alamiah, keterlibatan aktif dalam kelahiran
atau kombinasi setempatnya. Tehnik ini berdasarkan keyakinan bahwa rasa
takut dan cemas tentang penyakit dan bahwa dalam kelahiran, yang
dipelajari sebelum wanita itu hamil dan selama kehamilan.karena reflek ini,
setiap kali wanita memikirkan tentang kelahiran, maka khayalan mental
sakit dan bahaya meningkat. Sehingga dia memasuki kelahiran dengan rasa
cemas dan tegang. Tekanan dan rasa takut bisa meningkatkan rasa sakit
serta menghambat kelahiran bayi (Llewellyn, 2005).
Wanita yang memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan
dalam kehamilan-kehamilan atau persalinan-persalinan sebelumnya dan
primigravida yang pernah mendengar pengalaman-pengalaman yang
menakutkan dan mengerikan dari wanita lain adalah wanita yang sangat
rentan terhadap kestabilan emosinya (Wiknjosastro, 2005).
Kehamilan dan menunggu kelahiran menimbulkan kecemasan bagi
banyak wanita. Tidak diragukan lagi bahwa wanita tidak menginginkan
keselamatan dalam melahirkan anaknya yang sehat setelah kehamilan dan
kelahiran sehat yang beresiko rendah. Dalam kondisi tersebut dukungan
keluarga mampu manciptakan kondisi dan lingkungan persalinan yang tepat,
baik berupa fisik maupun emosional pada ibu (Henderson, 2006).
Dalam beberapa penelitian membuktikan bahwa dukungan yang
membawa dampak positif adalah dukungan yang bersifat fisik dan
emosional. Dukungan tersebut juga meliputi beberapa aspek perawatan
23
seperti menggosok punggung wanita atau memegang tangannya,
mempertahankan kontak mata, ditemani orang-rang yang ramah, dan diberi
janji bahwa wanita yang berada dalam persalinan tidak akan ditinggal
sendirian, kemampuan memberi dukungan emosional untuk wanita dalam
persalinan merupakan suatu yang dikembangkan oleh petugas kesehatan
pada hari-hari pertama pmberian asuhan. Pemberian dukungan emosional
dapat mencakup keterampilan komunikasi efektif (Henderson, 2006).
Kekhawatiran ibu baik yang sudah mempunyai anak biasanya
bebeda dengan kekhawatiran pasangan yang menghadapi kelahiran anak
pertama. Beberapa asumsi tertentu ibu yang sudah berpengalaman. Ibu yang
sudah berpengalaman dianggap dapat bersikap profesional dalam
menghadapi kehamilannya (Farrer, 2007).
Pada sebagian besar kasus, ibu yang berpengalaman dapat
beradaptasi dengan baik tanpa banyak dipengaruhi oleh akibat-akibat
emosional serta sosial karena pengalaman bersalin yang pertama
membuatnya siap untuk menghadapi persalinan (Farrer, 2007). Sebagian
wanita menerima informasi yang salah mengenai kehamilan dari orang lain,
yang mempunyai pengalaman yang tampak menakutkan. Banyak dari
informasi tersebut salah, beberapa merupakan nasehat yang berbahaya,
sehingga ibu meras cemas, takut, bingung. Dalam hal ini informasi dari
petugas kesehatan sangat dibutuhkan oleh ibu dan keluarga agar segala
informasi yang salah diterima tidak menjadi masalah bagi kehamilan.
24
Masa lampau seorang ayah tidak diperbolehkan menemani istrinya
pada saat-saat kelahiran dengan alasan untuk menghindari infeksi dalam
ruangan bersalin. Sebelum tahun 1974, ikatan para ahli kebidanan dan ahli
kandungan dari perguruan tinggi amerika bersepakat dan mendukung
kehadiran ayah pada waktu istrinya melahirkan (Dagun, 2002).
Di Amerika, sebagaimana calon ibu, calon ayah dilatih berbagai
kegiatan untuk mengatasi kecemasan saat kelahiran termasuk keterampilan
oleh fisik dan mental (Dagun,2002).
C. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
D. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-
konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan
dilakukan (Notoatmodjo, 2003).
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah suatu hubungan atau
kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lain dari masalah yang ingin di
Kecemasan ibu hamil dalam menghadapi
persalinan antara lain :
a. Pendidikan
b. Pengetahuan
c. Informasi
d. Dukungan Keluarga
e. Copping pertahanan (Sani, 2012)
Kecemasan ibu hamil dalam
menghadapi persalinan
25
teliti. Kemudian konsep tersebut harus di gambarkan ke dalam sub-sub variabel
(Arikunto, 2004).
Variabel Independen Variabel Dependen
Kerangka Konsep
E. Hipotesis Penelitian
a. Ada hubungan dukungan keluarga terhadap kecemasan ibu hamil dalam
menghadapi pesalinan di RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun
2013
b. Ada hubungan pengetahuan terhadap kecemasan ibu hamil dalam
menghadapi persalinan di RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun
2013
Dukungan Keluarga
Pengetahuan
Kecemasan Ibu hamil
dalam Menghadapi
Persalinan
26
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan metode analitik dengan
pendekatan Cross Sectional (Bisri, 2008). Cross Sectional merupakan
rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran dan pengamatan pada
waktu penelitian sedang berlangsung (Notoadmojho, 2003).
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil Trimester III
di Poli Kebianan Rumah Sakit Zainoel Abidin dari bulan Oktober sampai
dengan bulan Desember 2012 yang berjumlah 535 orang.
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan suatu
pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti berdasarkan kriteria dari
populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoadmodjo, 2003).
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah :
a. Ibu hamil trimester III yang berkunjung ke poli Kebidanan Rumah Sakit
Umum Daerah Dr Zainoel Abidin Banda Aceh
b. Bersedia menjadi responden
c. Ibu hamil yang dapat membaca dan menulis.
27
Jumlah sampel dalam penelitian ini ditetapkan dengan
menggunakan rumus slovin (dalam Notoadmodjo, 2003) adalah :
Keterangan :
N = Besar Populasi
n = Besar Sampel
d = Tingkat Kepercayaan (ketepatan yang diinginkan) sebesar 85%
Maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
n = N
1 + N (d2)
n = 535
1 + 535 (0,152)
n = 535
1 + 535 (0,0225)
n = 535
1 + 12,04
n = 535 = 41,03
13.04
Jadi, jumlah sampel yang digunakan berjumlah 42 orang ibu hamil
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Poli Kebidanan Rumah Sakit Zainoel
Abidin Banda Aceh. Data perhari kunjungan ibu hamil di Poli Kebidanan rata-
rata 15 – 20 orang terdiri dari ibu hamil trimester I, II dan III, kunjungan ibu
28
hamil trimester 3 perhari rata-rata 4 – 5 orang maka penelitian ini akan
dilakukan selama 10 – 11 hari.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer yaitu data yang langsung
diperoleh dari responden dengan melakukan wawancara untuk mencari
informasi yang ingin diketahui sesuai dengan kerangka konsep dan variabel
yang di ukur dan data sekunder yaitu data yang didapatkan di Dinas Kesehatan
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
E. Definisi Operasional
N
o
Variabel Definisi
Operasional
Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
Variabel Dependen
1 Kecemasan
Ibu dalam
menghadapi
persalinan
Perasaan reaksi
tubuh yang
tidak
menyenangkan
yang disebabkan
oleh ancaman
dari proses
persalinan yang
dialami oleh ibu
Dengan cara
membagikan
kuesioner yang
terdiri dari 5
pertanyaan,
dengan kriteria :
Kuesioner Ringan,
bila
jawaban
benar 76-
100%
Sedang,
bila
jawaban benar 61-
75%
Berat, bila
jawaban
benar <
60%
Ordinal
Variabel Independen
1.
Dukungan
keluarga
Sikap dan
perilaku yang
diberikan oleh
anggota
keluarga untuk
memberikan dukungan
kepada ibu
Dengan cara
membagikan
kesioner yang
terdiri dari 5
pertanyaan,
dengan kriteria :
Kuesioner
Ada
dukungan,
bila
jawaban
benar x ≥ 4
Tidak ada
dukungan,
bila
jawaban
benar x <
Ordinal
29
4
2.
Pengetahuan
Pemahaman
atau ilmu yang
diketahui oleh
ibu hamil
tentang
kecemasan dalam
menghadapi
persalinan
Dengan cara
membagikan
kesioner yang
terdiri dari 10
pertanyaan,
dengan kriteria : Baik bila 76-
100%
Sedang bila 61-
75%
Kurang bila <
60%
Kuesioner
Baik bila
76-100%
Sedang
bila 61-
75%
Kurang
bila <
60%
Ordinal
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
berisikan 20 pertanyaan yang sudah disusun secara terstruktur. Variabel
dependen yaitu kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan terdiri atas 5
pertanyaan pilihan terpimpin. Variabel independen yaitu dukungan keluarga
terdiri atas 5 pertanyaan, dan 10 pertanyaan untuk pengetahuan dengan
jawaban pilihan terpimpin.
G. Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dan diolah dengan tahap :
a. Editing : Semua form cheklist diperiksa dengan teliti.
b. Coding : memberikan kode berupa nomor pada form cheklist yang diisi
oleh peneliti, sehingga mempermudah pengolahan data.
30
c. Cleaning :pembersihan data merupakan kegiatan pemeriksaan kembali
data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak, pemeriksaan
ini meliputi pemeriksaan ulang terhadap data, pengkodean.
d. Tabulating : memasukkan data yang diperoleh ke dalam tabel distribusi
frekuensi (Budiarto, 2002).
2. Analisa Data
Analisa data dilakukan secara bertahap dari analisa univariat dan
bivariat.
a. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil
penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan
distribusi dan persentase dari tiap variabel.
Kemudian ditentukan persentase peroleh (P) untuk tiap-tiap
kategori dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh (Budiarto,
2002) sebagai berikut :
P =
x 100%
Keterangan :
P : Persentase
F : Frekuensi yang teramati
N : Jumlah Sampel
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat merupakan analisis dari variabel terikat. Analisa
yang digunakan adalah tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan
31
analisa statistik dengan menggunakan uji data chi-square test pada
tingkat kemaknaannya 95% (P<0,05) sehingga dapat diketahui ada atau
tidak adanya hubungan yang bermakna secara statistik dengan
menggunakan program computer SPSS for windows versi 16. Melalui
perhitungan uji chi-square test selanjutnya ditarik suatu kesimpulan bila
nilai P < (P<0,05) maka Ha di terima, yang menunjukkan ada
hubungan bermakna antara variabel terikat dengan variabel bebas.
Aturan yang berlaku untuk uji Khi Kuadrat (Chi-square), untuk
program komputerisasi seperti SPSS adalah sebagai berikut :
1) Bila pada tabel contingency 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari
5, maka hasil yang digunakan adalah Fisher Exact Test.
2) Bia pada tabel Contingency 2x2 tidak dijumpai nilai e (harapan)
kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Continuity
Correction.
3) Bila tabel Contingency yang lebih dari 2x2 misalnya 3x2, 3x3 dan
lain-lain, maka hasil yang digunakan adalah Pearson Chi-Square.
4) Bila pada tabel Contingency 3x2 ada sel dengan nilai frekuensi
harapan (e) kurang dari 5, maka akan dilakukan meger sehingga
menjadi table Contingency 2 x2 (Budiarto, 2002)
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis
Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin Banda Aceh menempati areal
seluas 215.193 m2. Yang terletak di jalan Tgk. Daud Beureueh Kelurahan
Bandar Baru Kecamatan Kuta Alam yang berbatasan dengan :
a. Bagian Utara berbatasan dengan jalan Tgk. Daud Beureueh
b. Bagian Selatan berbatasan dengan Rumah Sakit Jiwa
c. Bagian Timur berbatasan dengan Jurusan Keperawatan Politeknik Aceh
d. Bagian Barat berbatasan dengan jalan Prof. Dr. T. Syarief Thayeb
2. Sejarah Rumah Sakit
RSUD Dr zainoel Abidin beralamat di jalan Tgk Daud Breureueh
No 118 Banda Aceh, memiliki luas area 196.480 m2 dengan luas bangunan
25.760 m2. Rumah sakit ini berdiri pada tanggal 22 Februari 1979 yaitu atas
dasar keputusan Menteri kesehatan no.551/Menkes/SK/2F/1979 yang
menetapkan RSU Dr Zainoel Abidin sebagai Rumah Sakit Kelas C.
Selanjutnya dengan SK gubernur Daerah Istimewa Aceh No.445/173/1979
tanggal 7 mei 1979 Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin ditetapkan
sebagai Rumah Sakit Umum Daerah.
Kemudian dengan adanya fakultas kedokteran Unsyiah, maka
dengan SK Menkes RI No.233/Menkes/SK/IV/1983 tanggal 1 Juni 1983,
33
RSUD Dr Zainoel abidin ditingkatkan kelasnya menjadi rumah sakit kelas
B Pendidikan dan rumah sakit rujukan untuk Provinsi Daerah Istimewa
Aceh.
Dalam rangka menjamin peningkatan mutu dan jangkauan
pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan masyarakat serta optimalisasi fungsi
rumah sakit rujukan dan juga sebagai rumah sakit pendidikan, maka dengan
peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh Nomor 8 tahun 1997
tanggal 17 November 1997 dilakukan penyempurnaan Susunan Organisasi
dan Tatakerja RSUD Dr. Zainoel Abidin. Selanjutnya berdasarkan SK
Menkes RI No.153/Menkes/SK/II/1998 tentang Persetujuan Rumah Sakit
Umum Daerah digunakan sebagai tempat pendidikan calon dokter dan
dokter spesialis, telah dikukuhkan kembali RSUD Dr. Zainoel Abidin
sebagai Rumah Sakit kelas B Pendidikan.
Pada tanggal 27 Agustus 2001 melalui Perda No.41 tahun 2001
RSUD Dr. Zainoel Abidin ditetapkan perubahan dari UPTD (Unit
Pelayanan Teknis Daerah) menjadi LTD (Lembaga Teknis Daerah) dalam
bentuk “Badan Pelayanan Kesehatan (BPK)” yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam.
Susunan organisasi dan tatakerja BPK RSU Dr. Zainoel abiding
disempurnakan kembali dengan Qanun No.10 Tahun 2003. Dengan Qanun
ini, dibentuk 2 (dua) wakil direktur, yaitu Wakit Direktur Pelayanan,
Penunjang, dan Pelatihan serta Wakil Direktur Administrasi dan Keuangan.
Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam No. 10 Tahun 2003 juga
34
menjelaskan bahwa RSUD Dr. Zainoel Abidin mempunyai tugas dan fungsi
memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna dan terjangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat Provinsi NAD, memberikan pelayanan
kesehatan yang prima dan bermutu kepada masyarakat di Provinsi Nanggroe
Aceh Darusalam, memberikan pelayanan rujukan dari Puskesmas, rumah
Sakit Daerah, mendidik tenaga kesehatan yang professional, memberikan
penyuluhan kesehatan masyarakat, memberikan pelayanan pemulihan
kesehatan secara terpadu dan menyeluruh.
Selanjutnya dengan ditetapkan Undang-undang Nomor 32 Tahun
2004. Peraturan Pemerintahan Nomor 41 tahun 2007 dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 57 tahun 2007 tentang petunjuk Teknis Penataan
organisasi Perangkat Daerah, maka susunan organisasi dan tatakerja RSUD
Dr. Zainoel Abidin disempurnakan lagi dengan Qanun Provinsi NAD
Nomor 5 tahun 2007. Dalam Qanun ini terjadi perubahan nomenlatur dan
jumlah Wakil Direktur, dari 2 menjadi 4 terdiri dari Wakil Direktur
Administrasi dan Umum, Wakil Direktur Pengambangan SDM, Wakil
Direktur Pelayanan dan Wakil Direktur Penunjang.
3. Visi Dan Misi Rumah Sakit
a. Visi RSUD dr. Zainoel Abidin terkemuka sebagai Pusat Rujukan
Pelayanan kesehatan dan Rumah Sakit pendidikan bertaraf Nasional
dalam Rangka meningkatkan derajat Kesehatan Masyarakat aceh.
35
b. Misi RSUD dr. Zainoel Abidin
1) Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat aceh melalui pelayanan
kesehatan paripurna dan bermutu
2) Meningkatkan kualitas sumber daya kesehatan melalui pendidikan,
penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran, keperawatan, dan ilmu
kesehatan lainnya serta pengembangan sistem dan prosedur pelayanan
administratif.
4. Tujuan Rumah Sakit
a. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan medis spesialis, pelayanan
penunjang serta pelayanan konsultasi dan penyuluhan kesehatan guna
menurunkan angka kesakitan dan kematian pasien serta meningkatkan
pemahaman pola hidup sehat masyarakat rumah sakit.
b. Meningkatkan kualitas pelayanan/penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan guna memenuhi kebutuhan SDM kesehatan
c. Meningkatkan kualitas pelayanan/penyelenggaraan penelitian dan
pengembangan ilmu kedokteran, keperawatan dan ilmu kesehatan
lainnya dalam rangka menunjang pelayanan kesehatan paripurna dan
bermutu.
d. Meningkatkan efektifitas dan efesiensi pelayanan administratif dalam
rangka menunjang pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu.
5. Motto Rumah Sakit
P = Profesional
R = Ramah
36
I = Ikhlas
M = Memuaskan
A = amanah
B. Hasil Penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal Agustus 2013. Dari data yang
dikumpulkan terdapat 42 responden yang dijadikan sampel dari seluruh
populasi ibu hamil di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh Tahun 2013. Data dikumpulkan melaui kuesioner, data dari hasil
penelitian ini akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi sebagai berikut :
1. Analisa Univariat
a. Kecemasan Ibu hamil
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Kecemasan Ibu Hamil di Poli Kebidanan
Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh Tahun 2013
No Kecemasan Ibu Hamil Frekuensi Persentase (%)
1. Ringan 12 28,6
2. Sedang 16 38,1
3. Berat 14 33,3
Jumlah 42 100,0
Sumber : Data Primer diolah Tahun 2013
Berdasarkan tabel 4.1 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 42
responden yang diteliti ditemukan mayoritas ibu hamil mengalami
kecemasan sedang yaitu sebanyak 16 responden (38,1%).
37
b. Dukungan Keluarga
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga di Poli Kebidanan
Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh Tahun 2013
No Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase (%)
1. Ada dukungan 15 35,7
2. Tidak ada dukungan 27 64,3
Jumlah 42 100,0
Sumber : Data Primer diolah Tahun 2013
Berdasarkan tabel 4.2 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 42
responden yang diteliti ditemukan mayoritas ibu hamil tidak
mendapatkan dukungan keluarga yaitu sebanyak 27 responden (64,3%).
c. Pengetahuan
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga di Poli Kebidanan
Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh Tahun 2013
No Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
1. Baik 10 23,8
2. Sedang 18 42,9
3. Kurang 14 33,3
Jumlah 42 100,0
Sumber : Data Primer diolah Tahun 2013
Berdasarkan tabel 4.3 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 42
responden yang diteliti ditemukan mayoritas ibu hamil memiliki
pengetahuan sedang yaitu sebanyak 18 responden (42,9%).
2. Analisa Bivariat
a. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kecemasan Ibu Hamil
Adapaun hasil tabulasi silang antara dukungan keluarga dengan
kecemasan ibu hamil, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
38
Tabel 4.4
Hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan ibu hamil dalam
menghadapi persalinan di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum
Dr. Zainoel Abidin banda Aceh Tahun 2013
No Dukungan
Keluarga
Kecemasan Ibu Hamil Jumlah Uji
Statistik Ringan Sedang Berat
F % F % F % F % P
1. Ada
dukungan
8 53,3 5 33,3 2 13,3 15 100,0
P = 0,019
2. Tidak ada
dukungan
4 14,8 11 40,7 12 44,4 27 100,0
Jumlah 12 28,6 16 38,1 14 33,3 42 100,0
Signifikasi : P > 0, 05
Berdasarkan tabel 4.5 diatas, dari 15 responden yang memiliki
dukungan keluarga terdapat 8 responden (53,3%) mengalami kecemasan
ringan, 5 responden (33,3%) mengalami kecemasan sedang dan 2
responden (13,3%) mengalami kecemasan berat. Dari 27 responden yang
tidak memiliki dukungan keluarga terdapat 4 responden (14,8%)
mengalami kecemasan ringan, 11 responden (40,7%) mengalami
kecemasan sedang dan 12 responden (44,4%) mengalami kecemasan
berat.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-
square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,019
yang berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat
ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga
dengan kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan di Poli
Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun
2013.
39
b. Hubungan Pengetahuan dengan Kecemasan Ibu Hamil
Tabel 4.5
Hubungan Pengetahuan dengan Kecemasan Ibu Hamil Dalam
Menghadapi Persalinan di Poli Kebidanan Rumah Sakit
Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013
No Pengetahuan Kecemasan Ibu Hamil Jumlah Uji
Statistik Ringan Sedang Berat
F % F % F % F % P
1. Baik 6 60,0 4 40,0 0 0 10 100,0
P = 0,019 2. Sedang 5 27,8 8 44,4 9 4,7 18 100,0
3, Kurang 1 7,1 4 28,6 9 64,3 14 100,0
Jumlah 12 28,6 16 38,1 14 33,3 42 100,0
Signifikasi : P < 0,05
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas, dari 10 responden yang memiliki
pengetahuan baik terdapat 6 responden (60,0%) yang mengalami
kecemasan ringan, 4 responden (40,0%) yang mengalami kecemasan
sedang dan 0 responden (0%) yang mengalami kecemasan berat. Dari 18
responden yang memiliki pengetahuan sedang terdapat 5 responden
(27,8%) yang mengalami kecemasan ringan, 8 responden (44,4%) yang
mengalami kecemasan sedang dan 9 responden (4,7%) yang mengalami
kecemasan berat. Dari 14 responden yang memiliki pengetahuan kurang
terdapat 1 responden (7,1%) yang mengalami kecemasan ringan, 4
responden (28,6%) mengalami kecemasan ringan dan 9 responden
(64,3%) mengalami kecemasan berat.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-
square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,008
yang berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat
ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan
40
kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan di Poli Kebidanan
Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013.
C. Pembahasan
1. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kecemasan Ibu Hamil
Berdasarkan penelitian diatas dapat diketahui bahwa dukungan
keluarga merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan kecemasan
ibu hamil dalam menghadapi persalinan di Poli Kebidanan Rumah Sakit
Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013. Hal ini dapat dilihat
dari tabel 4.5 diatas, dari 15 responden yang memiliki dukungan keluarga
terdapat 8 responden (53,3%) mengalami kecemasan ringan, 5 responden
(33,3%) mengalami kecemasan sedang dan 2 responden (13,3%) mengalami
kecemasan berat. Dari 27 responden yang tidak memiliki dukungan
keluarga terdapat 4 responden (14,8%) mengalami kecemasan ringan, 11
responden (40,7%) mengalami kecemasan sedang dan 12 responden
(44,4%) mengalami kecemasan berat.
Hasil penelitian ini juga sudah terbukti setelah dilakukan uji
statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan
95% diperoleh nilai p-value 0,008 yang berarti lebih kecil dari α-value
(0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan
antara pengetahuan dengan kecemasan ibu hamil dalam menghadapi
persalinan di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh Tahun 2013.
41
Hal ini sesuai dengan pendapat Stuart (2008), kecemasan (anxietas)
ialah respon emosional terhadap penilaian intelektual sesuatu yang
berbahaya. Anxietas dapat juga dipandang sebagai suatu keadaan tidak
seimbang atau tagangan yang cepat mengusahakan koping. Kecemasan
dapat timbul karena adanya stress atau ancaman terhadap keutuhan,
keamanan dan pengendalian. Oleh karena demikian, ancaman stres harus
segera dihilangkan dengan menggunakan mekanisme pertehanan koping
yang relatif. Pertahanan koping yang tidak relatif akan berakibat buruk pada
individu.
Wanita yang mempunyai pengalaman yang tidak menenangkan
pada persalinan sebelumnya dan wanita yang mengalami kehamilan tidak
normal memerlukan pengertian dari dokter atau bidan serta keluarganya.
Rasa simpati, pendekatan psikologis yang tepat, dan kepercayaan wanita
bahwa dokter dan stafnya akan melakukan segala sesuatu untuk
mengeringankan penderitaan ibu dan menyelamatkan ibu dan bayi, banyak
menolongsi ibu (Prawiroharjho, 2006).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tasya Amanda (2010),
tentang faktor yang mempengaruhi kecemasan ibu hamil Trimester III
dalam menghadapi persalinan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dukungan keluarga, jumlah anak dan jarak persalinan mempengaruhi
kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan. Nilai p-value yang
diperoleh adalah p=0,002 (p < 0,01).
42
Dari literatur dan hasil penelitian yang peneliti ditemui, peneliti
berasumsi bahwa dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang
berhubungan dengan kecemasan ibu hamil hal tersebut dikarenakan ibu
merasa sendiri dan tertekan tanpa dukungan yang diberikan keluarganya.
2. Hubungan Pengetahuan dengan Kecemasan Ibu Hamil
Berdasarkan penelitian diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan
merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan kecemasan ibu
hamil dalam menghadapi persalinan di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum
Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013. Hal ini dapat dilihat dari tabel
4.5 diatas, dari 10 responden yang memiliki pengetahuan baik terdapat 6
responden (60,0%) yang mengalami kecemasan ringan, 4 responden
(40,0%) yang mengalami kecemasan sedang dan 0 responden (0%) yang
mengalami kecemasan berat. Dari 18 responden yang memiliki pengetahuan
sedang terdapat 5 responden (27,8%) yang mengalami kecemasan ringan, 8
responden (44,4%) yang mengalami kecemasan sedang dan 9 responden
(4,7%) yang mengalami kecemasan berat. Dari 14 responden yang memiliki
pengetahuan kurang terdapat 1 responden (7,1%) yang mengalami
kecemasan ringan, 4 responden (28,6%) mengalami kecemasan ringan dan 9
responden (64,3%) mengalami kecemasan berat.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square
dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,008 yang berarti
lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan
bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan kecemasan ibu hamil
43
dalam menghadapi persalinan di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013.
Persalinan merupakan suatu proses alami yang akan berlangsung
dengan sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam
penyulit yang membahayakan ibu maupun janinnya sehingga memerlukan
pengawasan, pertolongan dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai.
Persalinan pada manusia dibagi menjadi empat tahap penting dan
kemungkinan penyulit dapat terjadi pada setiap tahap tersebut (Manuaba,
2008).
Menurut Davidoff (2005) kecemasan merupakan perasaan yang
dialami seseorang ketika berpikir bahwa akan ada suatu bahaya atau sesuatu
yang tidak menyenangkan akan terjadi dimasa datang, baik nyata atau dalam
pikiran dantanpa sebab yang jelas. Hal tersebut merupakan hal normal
terjadi dalam menyertai perkembangan, pengalaman baru, serta dalam
menemukan identitas diri atau pun arti hidup.
Sedangkan pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh dari indera mata dan telinga pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang atau dengan arti lain bahwa pengetahuan mempunyai pengaruh
44
sebagai motivasi awal bagi seseorang dalam berperilaku. (Notoatmodjo,
2003)
Penelitian yang dilakukan oleh Farah Azzuhra (2011) tentang
pengaruh pengetahuan, pendidikan dan paritas terhadap kecemasan ibu
hamil dalam menghadapi persalinan. Penelitian ini menunjukkan bahwa
pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan
ibu hamil. Nilai p-value 0,005 (p < 0,01).
Dari literatur dan hasil penelitian yang ditemui, peneliti berasumsi
bahwa pengetahuan ibu mempengaruhi kecemasan ibu hamil dalam
menghadapi persalinan. Hal tersebut terjadi karena fikiran negatif yang
sering timbul ketika ibu hamil memikirkan proses persalinan yang sulit
dan menimbulkan kematian, bila ibu memiliki pengetahuan yang baik
tentang proses persalinan ia akan memiliki persiapan yang matang untuk
menghadapi proses persalinannya nanti.
45
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data dan hasil penelitian pada BAB sebelumnya, peneliti
membuat beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan ibu hamil
dalam menghadapi persalinan di Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh Tahun 2013, ditandai dengan nilai p-value (0,019) < α-value
(0,05).
2. Ada hubungan antara pendidikan dengan kecemasan ibu hamil dalam
menghadapi persalinan di Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh Tahun 2013, ditandai dengan nilai p-value (0,008) < α-value (0,05).
B. Saran
1. Bagi Responden
Agar dapat memberikan masukan bagi ibu hamil yang akan
menghadapi persalinan. Sehingga dapat dijadikan motivasi untuk
menghadapi persalinan dengan tenang.
2. Bagi Tempat Penelitian
Agar dapat memberikan masukan terhadap pelayanan antenatal,
khususnya deteksi sedini mungkin yang dapat terjadi dalam proses
persalinan, sehingga dapat menurun tingkat kecemasan pada ibu bersalin.
46
3. Bagi Peneliti
Agar dapat dijadikan sebagai sarana mengaplikasikan ilmu yang telah
diperoleh selama perkuliahan dan sebagai bahan pertimbangan untuk
melakukan penelitian selanjutnya.