studi tentang interpretasi serat kalang dalam …/studi...studi tentang interpretasi serat kalang...

168
i STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM PEMBANGUNAN KEMBALI KERATON KASUNANAN SURAKARTA TAHUN 1987 SKRIPSI Oleh : ERNI B UDIHASTUTI K 4402507 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEB ELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: trannguyet

Post on 03-May-2019

291 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

i

STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG

DALAM PEMB ANGUNAN KEMBALI KERATON

KASUNANAN SURAKARTA TAHUN 1987

SKRIPSI

Oleh :

ERNI BUDIHASTUTI

K 4402507

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

ii

STUDI TENTANG INTERPRETASI

SERAT KALANG DALAM PEMBANGUNAN KEMBALI

KERATON KASUNANAN SURAKARTA TAHUN 1987

Oleh:

ERNI BUDIHASTUTI

K. 4402507

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Sejarah

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 3: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim

Penguji skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Drs. Hermanu Joebagio, M.Pd NIP. 19560303 198603 1 001

Pembimbing II

Drs. Djono, M. Pd NIP. 19630702 199003 1 005

Page 4: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Rabu

Tanggal : 27 Januari 2010

Tim Penguji Skripsi : Tanda Tangan

Nama Terang

Ketua : Dra. Sri Wahyuni, M.Pd ……………

Sekretaris : Drs.Akhmad Arif M, M.Pd ……………

Anggota I : Drs. Hermanu Joebagio, M.Pd ……………

Anggota II : Drs. Djono, M.Pd ……………

Disahkan oleh,

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd

NIP: 19600727 198702 1 001

Page 5: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

v

ABSTRAK

Erni Budihastuti. K. 4402507. STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM PEMBANGUNAN KEMBALI KERATON KASUNANAN SURAKARTA TAHUN 1987. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas

Sebelas Maret Surakarta. Januari 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) Sebab-sebab Keraton Kasunanan Surakarta mengalami kebakaran pada tahun 1985, 2) Apakah dalam proses pembangunan kembali Keraton Kasunanan Surakarta mendasarkan pada Serat Kalang, 3) bagaimanakah hasil dari pembangunan kembali Keraton Kasunanan Surakarta tahun 1987.

Penelitian ini menggunakan metode histories, yang terdiri dari empat tahap kegiatan, yaitu Heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Sumber data yang digunakan adalah sumber primer dan sekunder. Sumber primer adalah sumber yang

autentik atau sumber yang ditulis dari tangan pertama tentang permasalahan yang akan diungkapkan. Sumber primer yang digunakan adalah Serat Kalang dan Surat kabar. Sedangkan sumber sekuner adalah sumber yang ditulis oleh orang yang tidak terlibat langsung dengan peristiwa yang dikisahkannya. Sumber sekunder yang dipergunakan berupa buku-buku yang berkaitan dengan penelitian. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah wawancara dan studi pustaka. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis histories, yaitu analisis yang mengutamakan ketajaman dan kekuatan di dalam menginterpretasikan fakta sejarah.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan : (1) Kebakaran yang dialami Keraton Kasunanan Surakarta pada tahun 1987 disebabkan oleh hubungan arus pendek listrik. Sementara menurut pendapat yang lain ada yang menghubungkan musibah yang

dialami Keraton Kasunanan Surakarta dengan ramalan kuno yang menyebutkan tentang umur Keraton Kasunanan Surakarta hanya akan bertahan selama 200 tahun, terhitung sejak didirikan Sinuhun Pakoe Boewono II pada hari rabu, 17 suro tahun Je 1670 atau Februari 1745. Sinuhun Pakoe Boewono XII sendiri cenderung berpendapat hubungan

arus pendek sebagai penyebab musibah. Loncatan bunga api akibat hubungan arus pendek memang mudah terbakar setelah kemudian memakan bangunan keraton yang umumnya terdiri dari bahan kayu jati tua dan kering. Jauh sebelumnya ia memang sudah

mencemaskan instalasi dan jaringan kabel listrik di keraton yang sudah rapuh karena hampir tak pernah diganti. (2) Pembangunan kembali keraton Kasunanan Surakarta pada tahun 1987 mendasarkan pada Serat Kalang. Persoalan utama renovasi adalah membangun kembali keraton sesuai bentuk aslinya. Ini bukan hal yang mudah, karena arsitektur keraton bukan hanya bersifat fisik teknis, melainkan juga sarat masalah spiritual tentang lambang-lambang kekuatan dari setiap bagian bentuk dan pembagian ruangan yang bermuara pada satu tujuan besar, yakni keselamatan raja dan kerajaan.

Padahal, hampir setiap bagian bangunan keratin kasunanan Surakarta tidak pernah didokumentasikan secara detil dalam bentuk gambar atau cetak biru dari berbagai sudut pandang serta penampang. Sementara kalaupun ada naskah- naskah tua yang ditemukan

kebanyakan hanya menjelaskan tentang jenis dhapur atau bentuk bangunannya. (3) Hasil dari pembangunan kembali Keraton Kasunanan Surakarta tidak berbeda jauh dengan Keraton Kasunanan sebelum mengalami musibah kebakaran tahun 1985. Proses pembangunan kembali Keraton Kasunanan Surakarta membutuhkan waktu kurang lebih

dua tahun. Keraton Kasunanan Surakarta adalah salah satu warisan budaya dari nenek moyang yang harus dilestarikan.

Page 6: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

vi

ABSTRACT

Erni Budihastuti. K. 4402507. STUDY ABOUT SERAT KALANG INTERPRETATION IN RESTRUCTURING SURAKARTA KASUNANAN PALACE ON YEAR 1987. Minithesis. Surakarta. Faculty of Teacher Training and Education Science. Sebelas Maret University. January 2010.

The aim of this research is to know: 1) the reasons of Surakarta Palace fire on 1985, 2) whether in restructuring of Kasunanan Surakarta Palace based on Serat Kalang, 3) How restructuring result of Kasunanan Surakarta Palace on 1987. This research used histories method which included four activities such as heuristic, critic, interpretation and historiography. It used primary and secondary data source. Primary source is authentic source that related with part icular event like Serat Kalang and newspaper. Secondary source is source from somebody else with no directly relation with the event like related handbook. Data sampling through interview and literature review. This research used analytical historical method, that emphasizing power of histories interpretation, to analyze data. Result of the research shows that: 1) Surakarta Kasunanan Palace on 1987 caused by a short current . But someone told that it related to ancient forecast mentioning if Kasunanan Surakarta Palace age not more than 200 years, from its founding by Sinuhun Pakoe Boewono II on Wednesday, 17 Suro on year Je 1670 or February 1745.However, Sinuhun Pakoe Boewono XII told that fire caused by a short current . The flammable firework was burn palace that built from dry and old teak. He also worried with bad electric installation and network which never changed before. 2) Restructuring Surakarta Kasunanan Palace on 1987 was based on Serat Kalang. But restructuring Surakarta Kasunanan Palace like before will be major problem. This is not simple work because its architecture just not technical matter, but spiritual matter, power symbol, and room division that affect king and palace safety must considered. No detail documentation for nearly all of palace corner as actual figure or blueprint. Codex just explained palace exhibit, not more. 3) No significant different between restructuring result of Surakarta Kasunanan Palace with before performance when firing accident on 1985. 2 years is needed to restructuring Kasunanan Surakarta Palace. Kasunanan Surakarta Palace is one of cultural heritages which must preserve.

Page 7: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

vii

MO TTO

Bangunan tua dapat menjadi awal cerita sejarah, akan peradaban sebuah

masyarakat yang tercermin dalam kepeduliannya untuk memperdayakan demi

generasi yang apresiatif dan tahu akan akar bangsanya.

K.M. Tanjung

Gumregeting ati ora bisa mbedah Khutaning Pesthi, bhudi dayane

manungsa durung bisa ngungkuli garising kang Maha Kuasa.

(Kehendak hati tidak bisa mengungkap Kodrat, upaya manusia tidak dapat

melebihi Kuasa Tuhan).

Pakoe Boewono XII

Page 8: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

viii

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan kepada

v Ibu dan Bapak

v Kakak dan Adik Tersayang

v Calon Suamiku

v Teman-teman baikku

v Almamater

Page 9: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

ix

KATA PENGANTAR

Assalam u’alaikum Wr. Wb

Untaian syukur senantiasa penulis panjatkan teruntuk Illahi Robbi yang

telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat

terselesaikan. Shalawat dan salam semoga tercurah limpah kepada Nabi

Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta umatnya yang setia hingga akhir

zaman.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian

penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya

kesulitan-kesulitan yang ada dapat teratasi. Untuk itu, atas segala bentuk

bantuannya, disampaikan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada :

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah berkenan

mengizinkan penulis untuk menyusun skripsi.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah

berkenan pula mengizinkan penulis untuk meyelesaikan skripsi ini.

3. Ketua Program Pendidikan Sejarah yang telah memberi petunjuk dan

pengetahuan kepada penulis.

4. Drs. Hermanu Joebagio, M.Pd, selaku pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, petunjuk, pengarahan dan saran kepada

penulis.

5. Drs. Djono, M.Pd, selaku pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan petunjuk, pengarahan dan saran kepada penulis.

Page 10: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

x

6. Segenap staf pengajar Program Pendidikan Sejarah FKIP Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu yang

sangat berharga bagi penulis.

7. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan pengarahan kepada

penulis, yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga mendapat

balasan yang lebih baik dari Allah.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini belum

sempurna. Akan tetapi dari ketidak sempurnaan ini kiranya dapat diambil hikmah

dan pelajaran yang berharga sehingga tidak terulang kesalahan untuk kedua

kalinya. Semoga bermanfaat

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Surakarta, Januari 2010

Penulis

Page 11: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

HALAMAN PENGAJUAN............................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ iv

ABSTRAK ......................................................................................................... v

ABSTRACT....................................................................................................... vi

HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ viii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix

DAFTAR ISI..................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL............................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Perumusan Masalah ........................................................................ 5

C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5

D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 6

BAB II. LANDASAN TEORI.......................................................................... 7

A. Kajian Teori.................................................................................... 7

1. Kalang ....................................................................................... 7

2. Keraton ..................................................................................... 11

3. Kebudayaan................................................................................ 14

4. Upacara Tradisi ......................................................................... 20

B. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 24

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 25

A. Tempat dan W aktu Penelitian........................................................ 25

Page 12: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

xii

B. Metode Penelitian .......................................................................... 26

C. Sumber Data .................................................................................. 27

D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 28

E. Teknik Analisis Data ..................................................................... 30

F. Prosedur Penelitian ........................................................................ 31

BAB IV. HASIL PENELITIAN ....................................................................... 34

A. Deskripsi Keraton Surakarta .......................................................... 34

1. Struktur dan Tata Letak............................................................ 34

2. Makna Filosofis ......................................................................... 52

3. Adat Keagamaan ....................................................................... 54

4. Adat Istiadat Keraton................................................................ 64

5. Aspek Simbolis pada pola bangunan keraton........................... 65

B. Sebab-sebab Keraton Kasunanan Surakarta mengalami

Kebakaran Tahun 1985 ................................................................. 75

C. Penggunaan Serat Kalang Sebagai Pedoman dalam Pelaksanaan

Pembangunan Kembali Keraton Kasunanan Surakarta

Tahun 1987.................................................................................... 82

D. Keberhasilan Pembangunan Kembali Keraton Kasunanan

Surakarta Tahun 1987 ................................................................... 87

1. Pendopo Ageng Sasono Sewoko ............................................... 87

2. Sasono Hondrowino .................................................................. 103

3. Pedoman Pemeliharaan Fasilitas Bangunan

Keraton Kasunanan Surakarta ................................................... 112

BAB. V PENUTUP .......................................................................................... 145

A. Kesimpulan ................................................................................... 145

B. Implikasi ......................................................................................... 146

C. Saran ............................................................................................... 147

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 149

LAMPIRAN

Page 13: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 : Daftar cat tembok ............................................................................. 119

Tabel 2 : Daftar cat kayu.................................................................................. 119

Page 14: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Foto-foto/dokumentasi dari Keraton Kasunanan Surakarta ........ 152

Foto 1 Detail Tralis untuk vent ilasi Sanggar Singan …………. . 152

Foto 2 Doorloop Probo Suyoso Sasono Prabu............................ 152

Foto 3 Detail struktur atas Dhalem Ageng Probo Suyoso........... 152

Foto 4 Daun pintu Krobongan Probo Suyoso.............................. 153

Foto 5 Kusen Krobongan Gebyok Probo Suyoso........................ 153

Foto 6 Ukir tembaga Probo Suyoso............................................. 153

Foto 7 Soko Bentung Probo Suyoso............................................ 154

Foto 8 Tebeng Gebyok pintu Probo Suyoso................................ 154

Foto 9 Mayangkoro Sasono Sewoko ........................................... 154

Foto 10 Tebeng kusen Probo Suyoso .......................................... 155

Foto 11 Ukiran Penutup Singup Sasono Sewoko ........................ 155

Foto 12 Mayangkoro Rowo Sasono Sewoko .............................. 155

Foto 13 Lis Kuse Parasdyo ......................................................... 156

Foto 14 Mayangkoro soko guru Sasono Sewoko ........................ 156

Foto 15 Ukir Tebeng Sasana Parasdyo ....................................... 156

Foto 16 Ukiran Soko Rowo tipe B Sasono Sewoko .................... 157

Foto 17 Ukiran Soko tipe A Parasdyo ........................................ 157

Foto 18 Ukiran Soko Guru tipe A Sasono Sewoko ..................... 157

Foto 19 Ukiran Soko Rowo tipe A Sasono Sewoko.................... 158

Foto 20 Kom pleks Probo Suyoso tampak melintang

( samping kiri/ kanan )................................................... 158

Foto 21 Kom plek Probo Suyoso tampak muka.......................... 158

Foto 22 Detail Parasdyo .............................................................. 159

Foto 23 Denah penempatan pondasi Sasono Sewoko sesuai t ipe 159

Foto 24 Balok ring Parasdyo....................................................... 159

Foto 25 Tampak depan Sasono Sewoko dari timur.................... 160

Foto 26 Rencana Pyan Paningrat Bedhayan Sasono Sewoko ..... 160

Page 15: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

xv

Foto 27 Rencana Pyan Maligi Sasono Sewoko ........................... 160

Foto 28 Detail struktur atas Pracimasono ................................... 161

Foto 29 Detail system sambungan pendopo Pracimasono ......... 161

Foto 30 Denah dan potongan pendopo Pracimasono ................. 161

Foto 31 Potongan melintang Dhalem Ageng Probo Suyoso ....... 162

Foto 32 Detail struktur atas Dhalem Ageng Probo Suyoso ....... 162

Foto 33 Detail struktur atas Parasdyo ......................................... 162

Foto 34 Detail pertemuan atap Probo Suyoso dengan Parasdyo 163

Foto 35 Detail sambungan panit ih BRJ dan hubungannya

dengan blantar Brunjung Probo Suyoso ........................ 163

Foto 36 Soko Pananggap Dhalem Ageng Probo Suyoso ............ 163

Foto 37 Rencana Usuk Rowo Penyulak bagian timur

Dhalem Ageng Probo Suyoso ........................................ 164

Foto 38 Hubungan Talalang Pendopo Pracimasono dengan

Praba Suyasa ................................................................... 164

Foto 39 Soko Guru Dhalem Ageng Probo Suyoso...................... 164

Foto 40 Detail struktur atas Sasono Sewoko ............................... 165

Foto 41 Detail potongan m elintang Sasono Sewoko................... 165

Foto 42 Puing-puing bangunan setelah mengalami kebakaran... 165

Foto 43 Detail struktur Turatas Sasono Sewoko ......................... 166

Foto 44 Detail sambungan Tumpang Sari Sasono Sewoko......... 166

Foto 45 Detail struktur atas Sasono Sewoko ............................... 166

Foto 46 Pemasangan paku emas pada Soko Guru ..................... 167

Foto 47 Tari Bedhaya Pangkur ................................................... 167

Foto 48 Pemotongan kayu Donoloyo yang dilakukan

G Koes Moertiyah ......................................................... 167

Foto 49 Sasono Hondrowino sesudah mengalami kebakaran..... 168

Foto 50 Upacara peletakan batu pertama pembangunan

Sasono Hondrowino ....................................................... 168

Foto 51 Soko Guru Sasono Hondrowino..................................... 168

Foto 52 Bagian bawah kolom yang mempunyai cirri khas

Page 16: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

xvi

tersendiri......................................................................... 169

Foto 53 Pagelaran wayang kulit dengan lakon

Babat Alas Wanamarta oleh dalang Ruwat Keraton

KRT Redi Suta sebelum dilaksanakannya

penebangan pohon. ........................................................ 169

Foto 54 Suasana Panik Saat Mengatasi Kobaran Api

yang sedang Melalap Sasana Handrawina ...................... 170

Foto 55 Proses Pemotongan Kayu .............................................. 170

Foto 56 Bangunan Sasana Handrawina Sebelum

Mengalami Kebakaran Tahun 1985 .............................. 170

Foto 57 Pengaruh Kebudayaan Tionghoa Arab dan Eropa

Terlihat pada Bentuk Bangunan Patung dan Elemen

Estetik ............................................................................ 171

Foto 58 Sasana Sewaka................................................................ 172

Foto 59 Sasana Handrawina......................................................... 172

Foto 60 Radyalaksana Lambang Keraton Surakarta ................... 173

Foto 61 Panggung Sangga Buwana ............................................. 174

Foto 62 Sasana Parasdya ............................................................. 175

Foto 63 Pengaruh Kebudayaan Eropa Terlihat Pada

Bentuk Bangunan Patung dan Elemen Estetik .............. 176

Foto 64 Kori Kamandungan ........................................................ 176

Foto 65 Pengaruh Kebudayaan Arab dan Tionghoa Terlihat

Pada Bentuk Bangunan dan Elemen Estetik ................. 176

Lampiran 2 : Peta wilayah Keraton Surakarta................................................... 177

Lampiran 3 : Peta Kedhaton Keraton Surakarta................................................ 178

Lampiran 4 : Gambar Tata Letak Bangunan Keraton ...................................... 179

Lampiran 5 : Gambar Tampak Pakubuwanan ................................................... 180

Lampiran 6 : Gambar Tampak Sasana Sewaka ................................................. 181

Lampiran 7 : Gambar Bentuk Pakubuwanan ..................................................... 182

Lampiran 8 : Gambar Tampak Sasana Praba Suyasa ........................................ 183

Lampiran 9 : Gambar Bentuk Sasana Praba Suyasa.......................................... 184

Page 17: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

xvii

Lampiran 10: Gambar Bentuk Sasana Sewaka.................................................. 185

Lampiran 11: Berita dari Surat Kabar dan Majalah.......................................... 186

Lampiran 12 : Surat ijin Menyusun Skripsi ...................................................... 215

Lampiran 13 : Surat permohonan Ijin Menyusun Skripsi ................................. 216

Lampiran 14 : Surat permohonan ijin Penelitian .............................................. 217

Lampiran 15 : Surat Permohonan Ijin Penelitian ............................................. 218

Lampiran 16 : Surat ijin penelitian dari Keraton Kasunanan Surakarta........... 219

Lampiran 17 : Surat Keterangan Mengadakan Penelitian di Keraton

Kasunanan Surakarta .................................................................. 220

Lampiran 18 : Surat Keterangan Telah Melaksanakan Wawancara ................. 221

Lampiran 19 : Pedoman Wawancara ................................................................ 222

Lampiran 20: Pedoman Observasi..................................................................... 223

Lampiran 21 : Daftar Pertanyaan ..................................................................... 224

Lampiran 22 : Field Note (Catatan Lapangan Hasil Wawancara) .................... 225

Lampiran 23 : Nara Sumber .............................................................................. 228

Page 18: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keraton Kasunanan Surakarta merupakan kelanjutan dari kerajaan

Mataram yang didirikan oleh Sutawijaya yang bergelar Panembahan Senopati Ing

Ngalaga Sayidin Panatagama pada akhir abad XVI. Kerajaan Mataram pada tahun

1755 M dibelah menjadi dua berdasarkan perjanjian Giyanti antara Sunan Pakoe

Boewono III dan Pangeran Mangkubumi yaitu Surakarta Hadiningrat yang di

kenal dengan nama Keraton Kasunanan Surakarta dan Ngayogyakarta

Hadiningrat yang di kenal dengan nama Keraton Yogyakarta.

Sementara itu pada tahun 1757 M terjadi perjanjian Salatiga antara Sunan

Pakoe Boewono III dan Raden Mas Said yang membelah kerajaan Surakarta

menjadi dua, selanjutnya Raden Mas Said bergelar Kanjeng Gusti Pangeran

Adipati Arya Mangkunegara I.

Perpindahan Keraton dari Kartasura ke Surakarta di sebabkan oleh adanya

pemberontakan cina, Keraton Kartosuro diserbu pemberontak dan Pakoe

Boewono II melarikan diri ke Ponorogo yaitu ke Pesantren Tegalsari meminta

perlindungan kepada Kiai Kasan Besari.

Pakoe Boewono II melakukan perundingan dengan kompeni untuk

kembali memegang tampuk pimpinan Mataram, selanjutnya Pakoe Boewono II

memindah kerajaan dari Kartasura ke Surakarta yaitu di desa Sala.

Pakoe Boewono II melakukan pembangunan keraton dilanjutkan secara

terus menerus oleh pewarisnya yaitu PB III, PB IV, PB V, PB VI, PB VII, PB

VIII, PB IX, dan PB X. Susushunan Pakoe Boewono X memerintah selama 46

tahun dan merupakan masa keemasan atau kejayaan Keraton Kasunanan Surakarta

Hadingrat. Bangunan-bangunan yang didirikan Pakoe Boewono X yaitu :

a. Bangsal Sewayana di Sitihinggil Lor pada tahun 1843 Jawa atau 1913 Masehi

b. Membuat bangunan tambahan pada Bangsal Smarakata dan Mercukunda pada

1919 Masehi

1

Page 19: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

2

c. Mendirikan sekolah Kasatriyan paa tahun 1910 Masehi, sekolah Pamardi Siwi

pada tahun 1925 Masehi, dan sekolah Pamardi Putri pada tahun 1929 Masehi

d. Membangun Sasana Dayinta pada tahun Jimawal 1845 Jawa

e. Memperbaharui Sasana Handrawina pada tahun Alib 1851 atau 1919 Masehi.

f. Membangun Pagelaran Sasana Sumewa pada tahun 1843 Jawa atau 1913

Masehi

g. Membangun Masjid Pudyasana pada tahun 1912 Masehi

h. Membangun Gapura Gladag pada tahun Je 1860 atau 1930 Masehi

i. Membangun Keraton (Keraton Kilen) pada tanggal 22 Jumadil akhir atau

1925 Masehi. Sumber lain, menurut KGPH Poeger dibangun sekitar tahun

1904 Masehi pada jaman Pakoe Boewono X

j. Membuat miniature Gunung yaitu Argopura, pada tahun 1911 pada jaman

Pakoe Boewono X

k. Mendirikan tugu peringatan didepan pagelaran pada tahun 1939 Masehi,

bersamaan dengan di bangunnya pintu gerbang Keraton Kilen.

Pada tahun 1985 Keraton Kasunanan Surakarta mengalami musibah

kebakaran. Kebakaran itu menghanguskan bangunan utama, yaitu Pendopo

Sasono Sewoko tempat atau ruang raja bertahta, gedung Sasono Handrowino

ruang pesta makan kerajaan serta Sasono Parasdyo tempat para tamu menghadap

raja.

Akibat terbakarnya bangunan int i Keraton Kasunanan Surakarta itu secara

fisik telah memusnahkan bangunan peninggalan sejarah bangsa Indonesia yang

telah berusia lebih dari 200 tahun. Dari segi budaya, maka kebakaran Keraton itu

melenyapkan wadah akt ivitas seni budaya keraton yang sejak dulu menjadi

sumber pengembangan nilai-nilai budaya Nasional yang adiluhung. Itu merupakan

kehilangan besar karena nilai-nilai budaya nasional khas daerah Jawa Tengah

tersebut serta kaitannya dengan nilai-nilai luhur kepribadian bangsa Indonesia

pada umumnya. Karena Keraton Surakarta sebagai cagar budaya, maka

pemerintah orde baru di bawah pimpinan Jendral Suharto menghendaki

pembangunan kembali Keraton Kasunanan Surakarta.

Page 20: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

3

Memperhatikan berbagai aspek dari keberadaan. Keraton sebagai pusat

kegiatan seni budaya nasional, sumber kegiatan adat dan tradisi dengan nilai-nilai

luhur di dalamnya sebagai warisan nenek moyang sudah selayaknya wajib

dilestarikan.

Pembangunan kembali Keraton Kasunanan Surakarta harus berpijak pada

Serat Kalang yang isinya menguraikan tentang kerangka bangunan, prinsip-

prinsip ukurannya, hingga bahan yang seharusnya digunakan untuk rumah rakyat

hingga rumah raja. Nilai-nilai yang berhubungan dengan masalah tata ruang pada

khususnya dan Keraton Kasunanan Surakarta pada umumnya sebagai karya

arsitektur tradisional Jawa yang selayaknya wajib dilestarikan pula baik secara

fisik maupun spiritualnya yang erat hubungannya dengan pandangan hidup orang

Jawa.

K.R.M.H Yosodipuro dalam bukunya : “Kebudayaan Jawi Keraton

Surakarta“. Mengatakan, bahwa Keraton Surakarta merupakan sumber

kebudayaan Jawa, yang berarti bahwa Keraton Surakarta merupakan pelindung

lahir / bathin bagi penghuni dan kerabatnya di dalam melaksanakan tugas–tugas /

wahyu Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan (Ratu). Kebudayaan yang bersumber

dari keraton tersebut termasuk tata wewangunan (tata bangunan) dan sebagainya.

Suatu bangunan atau yang disebut dengan arsitektur, secara umum

didasarkan pada latar belakang sejarah dan penelitian-penelitian/konsepsi

mwerupakan pelaku utama, sehingga dapat dikatakan bahwa “Ruang“ merupakan

faktor utama dari suatu bangunan. Hal tersebut sepert i diungkapkan dalam buku

“Space Protogonist Of Architecture” yaitu bahwa sejarah arsitektur pada

dasarnya adalah sejarah konsepsi ruang dan bahwa ruang harus menjadi pelaku

utama arsitektur betapapun adalah alamiah. Juga dikatakan mengenai bangunan

sebagai suatu karya yang tidak bisa lepas dari lingkungan fisik dan kehidupan

yang saling memberikan makna, yaitu bahwa : arsitektur adalah lingkungan,

panggung belangsungnya kehidupan.

Kebakaran yang terjadi pada tanggal 13 Januari 1985 yang

menghanguskan bangunan utama, yaitu Pendopo Sasono Sewoko, ndalem Ageng

Page 21: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

4

dan Sasono Hondrowino membutuhkan waktu yang sangat lama dalam proses

pembangunannya kurang lebih dua tahun waktu yang dibutuhkan.

Selain peran pemerintah dalam proses pembangunan kembali Kraton

Kasunanan Surakarta yang terbakar tersebut pembangunan kembali kraton

Kasunanan Surakarta yang terbakar itu memperoleh partisipasi sangat besar dari

masyarakat yang dengan sukarela memberi sumbangan dana yang jumlahnya

cukup besar.

Dalam pelaksanaannya pembangunan kembali bangunan inti keraton

Kasunanan Surakarta tersebut diharap secara gotong royong dari unsur teknisi

anggota ABRI, karyawan Departemen Pekerja Umum/cipta Karya, PN

pembangunan perumahan, unsur dari keraton Kasunan Surakarta, pemerintah

Daerah, kalangan seniman ukir/pahat dari jepara dan Serenan dan lain-lain

berdasarkan Serat Kalang.

Serat kalang adalah ilmu tentang ruang, yaitu kitab berhuruf jawa yang

isinya menguraikan tentang kerangka bangunan, prinsip-prinsip ukurannnya,

hingga bahan yang seharusnya digunakan untuk rumah rakyat hingga rumah raja.

Kitab ini ditulis oleh pihak Dalem Kepat ihan Solo, pada tahun 1882 pada zaman

pemerintahan Susuhunan Pakoe Boewono IX (1861- 1893)

Dalam Serat kalang bisa diketahui bahwa dalam hal membangun rumah,

orang jawa tidak bisa lepas untuk memperhat ikan masalah-masalah yang

berkaitan dengan religi. Pandangan-pandangan orang jawa tentang hari-hari yang

baik untuk mendirikan rumah, arah yang baik untuk menghadapnya sebuah

rumah serta bahan- bahan kayu yang baik untuk mendirikan rumah, adalah

menjadi ciri-ciri sikap hidup orang jawa yang selalu menghubungkan antara

hal-hal yang riil dengan religi.

Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat sebagai pusat seni budaya dan

pemerintahan, dalam pembangunannya juga tidak lepas dari pandangan atau sikap

hidup orang Jawa terhadap hal-hal yang bersifat batiniah/rohaniah, dikatakan

sebagai keraton karena bangunan tersebut merupakan tempat kediaman ratu.

Adapun mengenai pembangunannya, bangunan keraton yang selanjutnya

dikatakan sebagai sumber kebudayaan Jawa tersebut ialah disertai langkah-

Page 22: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

5

langkah “Lampah batos“ atau “Pamesu budi“ atau “kasutapan”, sesuai dengan apa

yang dinamakan kebudayaan menurut pengert ian didalam keraton, yaitu hasil

pengolah“ Pamesu budi “ yang disertai dengan kebesaran batin.

Bentuk-bentuk bangunan keraton Kasunanan Surakarta adalah merupakan

penggambaran yang nyata dari ciri bentuk bangunan rumah tradisional Jawa,

bentuk seni bangunan rumah tradisional Jawa yang ada berdasarkan bentuk-

bentuk bangunan yang terdapat di dalam Keraton sebagai titik pusatnya. Maka

tidaklah mengherankan bila Keraton dikatakan sebagai pusat seni dan budaya

Jawa.

Dalam penelitian ini akan diamati sejauh mana pembangunan kembali

Keraton Kasunanan Surakarta menggunakan aturan-aturan yang termaktub dalam

Serat Kalang.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik mengambil judul “Studi tentang

Interpretasi Serat Kalang Dalam Pembangunan Kembali Keraton Kasunanan

Surakarta Tahun 1987”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut :

1. Mengapa Keraton Kasunanan Surakarta mengalami kebakaran pada tahun

1985?

2. Apakah dalam pembangunan kembali Keraton Kasunanan Surakarta

mendasarkan pada Serat Kalang?

3. Bagaimanakah hasil dari pembangunan kembali keraton Kasunanan Surakarta

yang dibangun pada tahun 1987?

C . Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan ini adalah mendeskripsikan dari rumusan masalah di

atas, yaitu sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui sebab-sebab mengapa Keraton Kasunanan Surakarta

mengalami kebakaran pada tahun 1985.

Page 23: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

6

2. Untuk mengetahui apakah dalam pembangunan kembali Keraton Kasunanan

Surakarta mendasarkan pada Serat Kalang.

3. Untuk mengetahui bagaimanakah hasil dari pembangunan kembali keraton

Kasunanan Surakarta yang dibangun pada tahun 1987.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis

1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai Studi tentang

interpretasi Serat Kalang dalam pembangunan kembali keraton Kasunanan

Surakarta tahun 1987.

2. Memperluas wawasan bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada

umumnya.

Manfaat Praktis

1. Memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan Sejarah

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Menambah koleksi penelitian ilmiah di perpustakaan khususnya mengenai

studi tentang Interpretasi Serat Kalang dalam pembangunan kembali keraton

Kasunanan Surakarta tahun 1987.

Page 24: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Kalang

Dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang sekarang berkembang di

kalangan masyarakat luas, dikenal dengan perencanaan dan pelaksanaan

pembangunan. Yang sudah sangat dikenal sejak lama adalah pelaksanaan

pembangunan, meskipun tidak dengan prosedur serta mekanisme kerja sepert i

sekarang. Di dalam pelaksanaan pembangunan yang sekarang berlaku dan di masa

yang lalu belum adalah mekanisme administrasi dan pengawasan teknik oleh

pihak ke tiga atau pihak lain. Perkembangan saat sekarang memerlukan hal itu,

karena berkembangnya pengertian kode etik teknik, yang memerlukan

keterlibatan pihak pengawasan teknik yang lain dengan pelaksananya, dengan

pelaksana pembangunan juga dengan pihak lain, yang bekerja secara komersial

atau mengambil keuntungan material. Pada masa yang lalu, pekerjaan pelaksanaan

pembangunan dilakukan dengan cara gotong royong, yang tidak memungut

keuntungan material, tetapi semata-mata suatu kewajiban sosial sebagai anggota

masyarakat, yang bersikap saling tolong menolong. Sedang pada kegiatan

perencanaan dan perancangan terutama yang dikenal di Jawa, bukan berarti tidak

ada, tetapi tidak seperti apa yang dikenal sekarang, berupa dokumen gambar dan

uraian teknik yang dapat dibaca dan dipelajari maksud dan maknanya. Waktu

yang lampau kegiatan perencanaan dan perancangan dilakukan oleh seseorang

yang dianggap ahli oleh lingkungan masyarakat tersebut, yang diserahi tanggung

jawab untuk mengembangkan pemikiranya untuk menciptakan bangunan rumah

tinggal. Rumah tinggal yang diciptakan lebih banyak tergantung pada pemuka ahli

tersebut, dari pada pihak calon pemakainya. Sehingga kesamaan atau perubahan

yang terjadi, sangat tergantung pada perubahan yang diinginkan oleh pemuka ahli

tersebut. Suatu masalah timbul, dari mana mereka, pemuka ahli teknik itu belajar

tentang keahlian tersebut ? Mereka yang biasa di Jawa disebut "Kalang", yang

artinya tukang kayu ahli bangunan rumah, adalah para tenaga kerja yang dilatih

7

Page 25: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

8

dan dididik oleh para guru adat, yang kebanyakan dari lingkungan keraton,

sebagai pengabdi keraton atau "Abdi dalem Keraton". Mereka belajar dari guru

adat dengan cara latihan, sedang guru adat mengetahui hal-hal tersebut dari

membaca ajaran-ajaran yang bersifat simbolik, yang dibuat oleh para pujangga

keraton. Bentuk ajaran itu pada umumnya diterjemahkan dari puisi atau

"tembang", yang maksudnya melambangkan misi atau pesan luhur yang

dikehendaki oleh para raja atau pujangga pada waktu itu. Lambang itu diperlukan

pada waktu itu, karena raja atau para pujangga tidak ingin semua kehendaknya

diketahui dengan mudah, yang maknanya hendaknya diketahui dengan cara

berfikir dan menggunakan nalar lebih dahulu. Memang adakalanya bahwa makna

itu akan berubah tidak sepert i apa yang semula diinginkan, tetapi perubahan itu

bukannya tidak mungkin, sebab justru perubahan itu akan menggambarkan

perbedaan kadar berfikir yang bersangkutan dengan cara berfikir masyarakat

Keraton. Hal ini dapat dilihat dengan nyata pada kerumitan dan keaneka ragaman

corak yang terlihat pada bangunan rumah tinggal di dalam lingkungan keraton,

yang tidak terdapat pada bangunan rumah tinggal biasa. (Arya Ronald, 1990 :

291-293)

Dilihat dari perkembangan pengalaman manusia Jawa yang

dikembangkan dengan suatu pengarahan yang tertib, maka hasil karya budaya

yang datang berikutnya, akan tidak banyak berbeda dengan karya budaya

sebelumnya, atau dengan perkataan lain adalah tetap terus sepanjang masa. Tentu

untuk mengatakan atau menyatakan tetap, perlu ditinjau lebih jauh lagi apakah itu

berlaku secara keseluruhan, atau masih ada sebagian yang mengalami perubahan.

Pada satu sisi, yang perlu ditinjau adalah segi pandangan hidup, kebutuhan hidup

dan kepent ingan hidup manusia Jawa, yang dianggap sangat mendasar bagi tindak

lanjut membuat bangunan rumah tinggal. Sedang pada sisi yang lain, adalah

proses perencanaan perancangan dan pelaksanaan pembangunan rumah Jawa ,

yang dianggap menjadi dasar bagi perwujudan fisik bangunan rumah tinggal

Jawa. Dari sudut pandangan hidup, kebutuhan hidup dan kepentingan hidup

manusia Jawa, dapat diketahui bahwa ada perubahan tetapi tidak terlalu mendasar,

baik dalam hal kepercayaan, daya pemikiran dan penalaran, etika sosial maupun

Page 26: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

9

pengungkapan segi estetikanya yang berart i perubahan perilaku dan ungkapan

batin, tidak banyak mempengaruhi mutu hasil karya manusia Jawa, mutu dalam

arti nilai-nilai yang mendasar. Yang masih perlu ditinjau kemudian adalah sisi

yang lain, yang banyak kaitanya denngan pengelolaan, teknologi dan teknik

membangun.

Pada umumnya orang Jawa menyebut seseorang yang ahli atau yang

mempunyai pekerjaan khusus di bidang bangunan, baik ahli dalam merancangkan

maupun ahli dalam mendirikan bangunan itu disebutnya dengan istilah "Kalang".

Jabatan kalang ini pada jaman dulu diberi pangkat dengan nama bupati Kalang

Kaba di dalam tulisannya R.M. Sutomo, ada empat golongan Kalang Kaba,

yaitu:

(1). Kalang Blandong yang disebut juga Kalang Kamplong

(2). Kalang Obong

(3). Kalang Adeg

(4). Kalang Breg

Keempat golongan Kalang Kaba ini masing-masing mempunyai tugasnya sendiri-

sendiri (Spesialisasi). Walaupun demikian semua itu bekerja atau mempunyai

keahlian yang ada hubungannya dengan soal bangunan. Kalang Blandong

misalnya ahli dalam menebang pohon atau memotong kayu, Kalang Obong

mempunyai pekerjaan khusus yang ada hubungannya di bidang pembersihan

hutan tempat bahan bangunan itu diambil, Kalang Adeg yang ahli dalam hal

mendirikan bangunan dan Kalang Breg yang mempunyai tugas untuk merobohkan

bangunan yang lama.

Dengan demikian apabila kita membicarakan tentang tenaga perancang

membuat bangunan itu yang dimaksud adalah Kalang. Dalam pengertian orang

Jawa, Kalang adalah seorang yang ahli dalam soal bangunan Jawa. Sebab

golongan-golongan Kalang tadi semuanya mempunyai pengetahuan tentang

segala macam persoalan yang ada hubunganya dengan bangunan Jawa, baik

mengenai bentuk bangunan maupun mengenai pengadaan bahannya. (Gatut

Murniatmo, 1987: 125)

Kalang sebagai ahli bangunan Jawa ini harus dibedakan pengertiannya

Page 27: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

10

dengan "Kalang" yang digunakan untuk menyebutkan sekelompok orang yang

merasa dirinya dalam satu keturunan nenek moyang tertentu. Sekelompok orang

yang menamakan diri sebagai orang Kalang ini mempunyai kepercayaan tertentu

dan upacara-upacara khusus yang disebut upacara "Kalang Obong". Yaitu upacara

pembakaran mayat dari keluarga orang "Kalang" sebagai unsur pokok dalam

upacara pembakaran mayat ini adalah "Puspa" yaitu boneka orang-orang yang

menggambarkan mayat orang akan dibakar. Kelompok orang "Kalang" ini tinggal

di daerah Tegal Gendu Kecamatan kota Gede dan di daerah Wonosari Gunung

Kidul. (Gatut Murniatmo, 1987: 126)

Jabatan kalang bukan diperoleh dari pendidikan kejuruan tetapi mereka

peroleh dari pengalaman. Sepert i telah disebutkan di dalam uraian di atas bahwa

mereka yang dianggap ahli bangunan Jawa yakni mulai dari pengadaan bahan

sampai merencanakan bangunan adalah Kalang. Jabatan Kalang ini diperoleh

bukan melalui pendidikan kejuruan, tetapi mereka peroleh dari pengalaman.

Dengan demikian anak seorang Kalang karena sering membantu orang tuanya

melakukan pekerjaan ini. Melalui jangka waktu yang cukup lama, akhirnya iapun

akan bisa melakukan pekerjaan sepert i orang tuanya itu, sebagai Kalang.

Akan tetapi dalam praktek pembuatan rumah atau bangunan, Kalang

dibantu oleh beberapa orang yang juga dianggap mampu untuk melakukan

pekerjaan yang telah dirancangkan Kalang. Mereka inilah yang digolongkan

sebagai tenaga ahli bangunan, dan sebenarnya berkedudukan tidak lebih sebagai

pelaksana dalam mendirikan bangunan. Tenaga-tenaga ahli ini antara lain sepert i

ahli dalam bidang sambung menyambung kerangka bangunan, ahli membuat saka

dengan ukuran yang pas, ahli dalam hal pemasangan reng sekaligus ahli

memasang atapnya dan lain sebagainya.

Jadi dalam membangun bangunan dan rumah ini dibutuhkan tenaga ahli

dalam bidangnya. Hasil dari pekerjaan mereka ini bisa kita lihat pada bentuk-

bentuk bangunan kuno yang tetap berdiri kokoh sampai sekarang ini. Misalnya

bangunan-bangunan kuno di kota Gede, bangunan bangsal yang ada di Keraton

Yogyakarta dan lain sebagainya.

Para tenaga ahli dalam pengert ian tradisional adalah mereka yang terlibat

Page 28: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

11

pada peristiwa mendirikan bangunan ini, yaitu mereka yang setiap mendirikan

bangunan melakukan pekerjaan yang sama secara terus menerus. Dengan

pekerjaan yang sejenis ini maka ia memperoleh pengalamannya. Sehingga bila

ada pekerjaan semacam orang yang sama pulalah yang akan mengerjakannya.

Salah satu sumber menyatakan bahwa yang di maksud dengan Kalang

adalah nama dari sebuah suku (volksstam) di Jawa, yang dahulu hidupnya

berpindah-pindah di hutan (Warto,2001:100).

Wong Kalang dahulu mempunyai profesi yang sama sepert i orang

Kalang yang sekarang tinggal di Keraton Surakarta dan Yogyakarta, yaitu sebagai

penebang kayu dan tukang kayu, dan mereka itu bukan keturunan

bangsawan.Cerita itu menunjukkan bahwa orang Kalang sudah ada sejak lama dan

mereka mempunyai posisi khusus dalam masyarakat Jawa (Warto,2001:101).

2. Keraton

a. Pengert ian Keraton

Menurut Purwadarminto (1976: 489) dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, keraton diartikan sebagai : (1) Istana Raja; (2) Kerajaan. Kata

Keraton berasal dari kata dasar (Jawa : Lingga) “Ratu” di tambah awalan “Ka”

dan akhiran “an” menjadi “ka-ra-tu-an”. Kemudian dipercepat pengucapannya

menjadi karaton yang berarti tempat tinggal atau kediaman resmi ratu atau raja

dengan keluarganya (Sri Winarti, 2004 : 26)

Berdasarkan istilah tersebut Sri Winarti menterjemahkan Keraton

menjadi 2 macam pengertian yaitu :

1. Keraton berarti rumah atau tempat tinggal ratu. Dalam pengertian ini

keraton sama dengan Istana (palace)

2. Keraton berarti Negara (nagari), yaitu daerah atau wilayah tertentu yang

diperintah oleh ratu. Dalam pengertian ini keraton sama dengan kerajaan

(kingdom )

Berdasarkan pandangan orang Jawa Keraton berasal dari “karatyan” atau

“karatun” yang umum disebut sebagai kedhaton, pura, atau puri yang

merupakan tempat raja bermukim (W.D. Miranti, 2003: 13)

Page 29: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

12

Darsiti Soeratman (1989: 1) istilah keraton menunjuk pada tempat

kediaman ratu/raja, keraton menunjuk pada tempat kediaman ratu/raja, keratin

mempunyai beberapa makna: (1) berart i negara/kerajaan; (2) berart i

pekarangan raja meliputi wilayah di dalam Cepuri (tembok yang mengelilingi

halaman) Baluwart i; (3) pekarangan raja meliputi wilayah di dalam Cepuri

ditambah alun-alun.

Pengertian keraton menurut KGPH Puger ada 7 (Sapta Wedha) yaitu:(1)

Keraton berart i Kerajaan (2)Keraton berarti kekuasaan Raja yang mengandung

2 aspek kewarganegaraan (Staatsrechtelijk) dan Magisch-Religius(3)Keraton

berarti penjelmaan “Wahyu nubuah” yang menjadi pepunden dalam

kejawen(4) Keraton berarti istana,Kedhaton, dhatulaya (rumah)(5) Bentuk

bangunan keraton yang unik dan khas mengandung makna simbolik yang

tinggi, yaitu menggambarkan tuntunan perjalanan hidup/ jiwa menuju kearah

kesempurnaan (6)Keraton sebagai lembaga sejarah kebudayaan menjadi

sumber dan pemancar kebudayaan (7) Keraton sebagai badan yang mempunyai

barang- barang hak milik atau wilayah kekuasaan sebagai sebuah dinasti.

Bangunan yang dinamakan Keraton merupakan kediaman ratu/ Raja dan

sekaligus menjadi “Pepundhen” bagi kerabat Keraton.Keraton didirikan

berdasarkan” pangolahing budi” yaitu “pakarti lahiriyah” bersamaan dengan

pakarti “Badaniyah”.Pakarti lahiriyah mengandung tuntutan bahwa manusia

hidup dalam tingkah laku serta ucapannya selalu tidak menyimpang dari budi

pekerti luhur.Pekerti batiniah ialah dengan cara semedi, konsentrasi, bertapa

dan sebagainya dengan maksud mendekatkan diri pada Tuhan (Yosodipuro,

1994:2).

Keraton merupakan bangunan yang unik, berukuran luas dengan struktur

bangunan yang bersifat khusus. Keraton adalah monopoli raja, oleh karena itu

penguasa tradisional lainnya, misalnya kadipaten tiddak diperkenankan duduk

di dhampar (singgasana raja), jadi keraton merupakan tempat kedudukan

khusus untuk raja (Darsiti Soeratman (1989 : l)

K.M Tanjung (2005:16) juga mengatakan bahwa istilah keraton

Page 30: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

13

merupakan kediaman ratu atau raja yang meliputi tempat tinggal (kedhaton)

dengan halaman atau pekarangannya yang dibatasi pagar atau tembok Cepuri

Baluwarti.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa keraton adalah

pekarangan raja yang meliputi wilayah di dalam Cepuri (tembok yang

mengelilingi keraton), Baluwarti, dan alun-alun, yang dihuni oleh raja atau ratu

bersama keluarganya, dengan bangunan-bangunan tempat pangeran dan para

bangsawan tinggal dan bekerja.

b. Fungsi Keraton

Dahulu keraton Surakarta merupakan sebuah negara (nagari) yang

memiliki susunan asli, berpemerintahan sendiri (otonomi), memiliki daerah

atau wilayah tertentu dan rakyat (kawula alit) tertentu. Keraton Surakarta telah

ada jauh sebelum berdirinya negara Republik Indonesia, yaitu sebagai negara

yang mempunyai pemerintahan sendiri (berdaulat) yang dikepalai oleh seorang

raja dengan sistem pemerintahan yang bersifat turun temurun. Sebelum

Indonesia merdeka Keraton Surakarta memiliki pemerintahan sendiri sering

dikenal dengan istilah "swapraja" (atau Pemerintahan sendiri), atau di dalam

bahasa Belanda dikenal dengan istilah "Vorstanlande" (daerah kekuasaan raja).

Dengan demikian Keraton Surakarta merupakan peninggalan kenegaraan asli

Indonesia.

Pada tahun 1746 keraton Surakarta didirikan oleh Paku Buwana II untuk

dijadikan penggant i keraton Kartasura yang telah hancur karena serangan

musuh, semula adalah pusat kerajaan Mataram. Setelah mendiami keraton

selama 3 tahun Paku Buwana wafat (1749) dan penggantinya memerintah

sebagai raja Mataram sampai tahun 1755. Dengan demikian, selama sembilan

tahun keraton Surakarta berkedudukan sebagai pusat kerajaan Mataram (Darsiti

Soeratman, 1989 : 1)

Sebelum terbentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia keraton

Surakarta merupakan sebuah lembaga masyarakat yang berdasarkan ikatan

kekeluargaan atau kekerabatan dari trah Mataram yang memiliki hubungan

Page 31: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

14

darah atau keturunan Susuhunan Paku Buwana sebagai pengayom / pelindung

kerabat keraton serta pengemban budaya Jawa ( Sri Winarti, 2004 ).

Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, maka lahirlah

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ikut mempengaruhi keberadaan

keraton Surakarta. Mulai tanggal 5 Juni 1947, distrik Surakarta termasuk

keraton Surakarta menjadi bagian dari wilayah Republik Indonesia. Sejak itu

keraton dengan segala aparaturnya sudah tidak lagi memiliki kekuasaan politik,

berbeda dengan yang dahulu bahwa keraton merupakan sebuah negara (Jawa :

nagari) yang bernama Nagari Surakarta Hadiningrat, yang berfungsi layaknya

sebuah negara.

Adapun Fungsi keraton menurut Sri Winarti (2004 : 28) adalah sebagai

berikut :

1. Sebagai wahyu Ratu.

2. Sumber budaya Jawa atau peninggalan kebudayaan leluhur Ratu Jawa.

3. Sebagai wujud atau bentuk peninggalan sejarah.

4. Sebagai bentuk negara asli Indonesia yang merniliki tata susunan asli

kultur Jawa, yang diperintah oleh raja Jawa secara turun temurun dan

menjadi pusat pemerintahan.

5. Sebagai tempat tinggal atau kediaman resmi ratu Jawa beserta kerabat atau

keluarganya.

3. Kebudayaan

a. Pengert ian Kebudayaan

Dalam kehidupan manusia mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia menciptakan sesuatu yang

disebut kebudayaan. Kebudayaan pada dasarnya adalah sesuatu yang rumit

untuk dirumuskan secara definitif.

Menurut Koentjaraningrat (1986: 181) “Kata kebudayaan berasal dari

kata Sansekerta Budhayah yaitu bentuk jamak dari Budhi yang berart i “budi”

atau “akal”. Dengan demikian kebudayaan itu dapat diartikan sebagai hal yang

Page 32: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

15

bersangkutan dengan akal

Arti kebudayaan menurut Selo Sumarjan dan Soelema Soemardi (1974:

113) adalah hasil karya rasa, cipta masyarakat. Karya masyarakat

menghasilkan teknologi, kebudayaan kebendaan, dan kebudayaan jasmaniah

(material culture) yang diperlukan manusia untuk menguasai alam. Rasa yang

meliputi jiwa manusia, mewujudkan segala kaidah-kaidah dan nilai-nilai

kemasyarakatan yang perlu untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan

dalam arti luas. Di dalamnya termasuk misalnya agama, ideologi, kebatinan,

kesenian, dan semua unsur yang merupakan hasil ekspresi dari jiwa manusia

yang hidup sebagai anggota masyarakat. Selanjutnya cipta merupakan

kemampuan mental, kemampuan berfikir dari orang-orang yang hidup dalam

bermasyarakat antara lain menghasilkan filsafat serta ilmu pengetahuan, baik

yang berwjud teori murni, maupun yang disusun urtuk diamalkan dalam

kehidupan bermasyarakat.

Kebudayaan diartikan sebagai warisan masyarakat baik yang berupa

material maupun spiritual yang menentukan hari ini dan hari depan melalui

pendukungnya sejak dulu. Kebudayaan merupakan cara yang ditempuh

masyarakat untuk menghadapi tantangan alam dan jaman menjaga

kelangsungan hidupnya. Sejak abad ke-9 pengertian kebudayaan merupakan

istilah untuk menunjukkan segala hasil karya manusia yang berkaitan erat

dengan pengungkapan bentuk. Dalam hubungan dengan alam, kebudayaan

menunjukkan segala pengharapan manusia dari hasil alam dan dirinya sendiri.

Kebudayaan meliputi perlengkapan hidup, peralatan, bahasa, negara, hukum,

ilmu pengetahuan, agama, (Ensiklopedi Indonesia, edisi khusus. 3 : 1705).

Menurut E.B. Taylor dalam Harsojo (1999:92) kebudayaan adalah

keseluruhan yang kompleks yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan,

kepercayaan, kesenian, moral, hukum, dan adat istiadat, kemampuan lain serta

kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Dari beberapa pengert ian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

kebudayaan merupakan keseluruhan tingkah laku dan kebiasaan manusia

dalam masyarakat. Begitu eratnya hubungan antara masyarakat dengan

Page 33: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

16

kebudayaan sehingga manusia sering disebut makhluk berbudaya. Kebudayaan

mempunyai unsur-unsur yang universal. Artinya unsur-unsur tersebut dapat

ditemukan dalam kebudayaan dimanapun di dunia, baik yang kecil maupun

yang besar dan kompleks, dengan jaringan yang luas. Unsur ini terdiri dari

tujuh macam yang merupakan isi dari kebuduyaan tersebut. Tujuh unsur

kebudayaan tersebut menurut Koentjaraningrat (1983: 2) adalah : (1) Peralatan

dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, peralatan, alat rumah tangga,

senjata, alat-alat produksi, dan transportasi), (2) mata pencaharian dan sistem

ekonomi (pertanian, peternakan, sistem produksi, dan cara distribusi), (3)

sistem kemasyarakatan (sistem hukum dan perkawinan), (4) bahasa (lisan

maupun tulisan), (5) kesenian (seni suara, seni rupa, dan seni gerak), (6) sistem

pengetahuan (sistem menghitung hari), dan (7) kepercayaan.

Berdasarkan definisi tersebut terdapat tiga wujud kebudayaan yaitu ; (1)

Wujud kebudayaan sebagai suatu komplek dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai,

norma-norma, peraturan dan sebagainya. Wujud kebudayaan ini merupakan

wujud ideal dari kebudayaan. Kebudayaan ide inilah yang disebut adat

kelakuan, maksudnya adalah kebudayaan ideal itu juga berfungsi sebagai tata

kelakuan dan perbuatan manusia di dalam masyarakat. (2) Wujud kebudayaan

sebagai suatu kompleks, akt ivitas tindakan berpola dari manusia dalam

masyarakat. Wujud kebudayaan ini disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial

ini terdiri dari aktivitas-akt ivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan serta

bergaul satu sama lainnya yang terus-menerus menurut pola tertentu yang

berdasarkan pada adat kelakuan. Sistem sosial ini bersifat konkrit, terjadi di

sekeliling kita dalam kehidupan sehari-hari dan dapat diobservasi atau diteliti.

(3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud

kebudayaan ini disebut kebudayaan fisik, akt ivitas, perbuatan dan karya

manusia di dalam masyarakat. Sifatnya paling konkrit dan merupakan benda-

benda yang dapat diraba maupun dilihat dan diambil gambarnya atau difoto.

b. Kebudayaan Jawa

Bersama pulau yang lain, pulau Jawa termasuk yang sering disebut

kepulauan Sunda Besar yang merupakan sebagian dari kepulauan Indonesia

Page 34: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

17

(Frans Magnis-Suseno SJ, 1988 : 9).

Kebudayaan Jawa mempunyai keanekaragaman tersendiri.

Kebudayaannya tidak merupakan suatu kesatuan yang homogen. Mereka sadar

akan adanya suatu keanekaragaman yang sifatnya regional. Pembagian

kebudayaan itu sendiri terbagi menjadi tiga golongan, yaitu pertama adalah

kebudayaan Bagelan. Orang Jawa memiliki pandangan bahwa kebudayaan

Bagelan adalah kebudayaan Banyumas yang daerahnya meliputi bagian barat

daerah kebudayaan Jawa. Kecuali logat Banyumas yang sangat berbeda, juga

masih ada sisa-sisa dari bentuk-bentuk organisasi sosial kuno.

Yang kedua adalah kebudayaan Negarigung yaitu daerah istana-istana

Jawa. Peradaban ini mempunyai suatu sejarah kesusastraan, memiliki kesenian

yang maju (beberapa tarian dan seni tari kraton), serta ditandai oleh suatu

kehidupan keagamaan yang sangat sinkretik, campuran dari unsur-unsur agama

Hindu, Budha, dan Islam. Hal ini terutama terjadi di kota kraton Solo dan

Yogya yang merupakan peradaban orang Jawa yang berakar di kraton.

Yang ket iga aalah kebudayaan Pesisir yaitu suatu kebudayaan yang

terdapat di kota-kota pantai utara Pulau Jawa. Kebudayaan ini meliputi daerah

dari lndramayu-Cirebon di sebelah barat , sampai ke kota Gresik di sebelah

timur. Penduduk daerah pesisir ini pada umumnya memeluk agama Islam

puritan yang juga mempengaruhi kehidupan sosial budaya mereka. Orang Jawa

membedakan antara sub-daerah Barat yang pusatnya di Cirebon, dan suatu sub-

daerah Timur yang berpusat di Demak (Koent jaraningrat, 1984:25-26).

Pulau Jawa adalah bagian dari suatu formasi geologi tua berupa deretan

pegunungan yang menyambung dengan deretan pegunungan Himalaya dan

Pegunungan di Asia Tenggara, dimana arahnya menikung ke arah tenggara

kernudian kearah timur melalui tepi daratan Sunda yang merupakan landasan

kepulauan Indonesia ( Koentjaraningrat . 1984 : 3).

Suku bangsa Jawa yang merupakan bagian dari bangsa Indonesia tentu

saja mempunyai riwayat atau sejarah yang tak berbeda. Pada jaman Es sebelum

mencair, Semenanjung Malaka, Kalimantan, Sumatera, dan Jawa masih

menjadi satu daratan yang disebut Daratan Sunda, yang tidak terpisahkan dari

Page 35: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

18

benua Asia. Namun setelah jaman Es berakhir dan daratan-daratan rendah

berubah menjadi lautan, muncullah beberapa daratan yang terpisah. Pulau Jawa

sebagai pulau terbesar ke tiga di bekas wilayah daratan Sunda, dalam sejarah

kebudayaan Indonesia memiliki peranan yang pent ing. Dari hasil penemuan-

penemuan hasil penggalian disimpulkan bahwa nenek moyang suku bangsa

Jawa, yang ditemukan fosil-fosilnya di daerah lembah Bengawan Solo, adalah

manusia Indonesia tertua yang sudah ada kira-kira satu juta tahun yang lalu

(Budiono Herusatoto. 1982 : 52-53).

Tiga ribu tahun sebelum masehi, gelombang pertama imigran Melayu

Yang berasal dari Cina Selatan mulai membanjiri Asia Tenggara, disusul oleh

beberapa gelombang lagi selama dua ribu tahun berikut. Orang Jawa dianggap

keturunan dari orang Melayu gelombang berikut itu. Orang Melayu itu hidup

dari pertanian, mereka sudah mengenal persawahan. Dengan demikian bentuk

organisasi desa mereka sudah relatif tinggi. Garis-garis besar organisasi sosial

itu direkonstruksikan dan bertahan sampai sekarang.

Dalam wilayah kebudayaan Jawa dibedakan antara penduduk pesisir

utara dimana hubungan perdagangan, pekerjaan nelayan, dan pengaruh Islam

lebih kuat menghasilkan kebudayaan Jawa yang khas, yaitu kebudayaan pesisir

dan daerah-daerah Jawa pedalaman, sering disebut juga "kejawen", yang

mempunyai pusat budaya dalam kota kerajaan. Kebudayaan pesisir merupakan

kerajaan-kerajaan pantai yang didasarkan atas perdagangan, yang berkembang

di sekeliling kota pelabuhan. Mereka memiliki suatu armada perdagangan yang

besar, terdiri dari kapal-kapal layar bercadik.

Orang Jawa membedakan dua golongan kelas sosial, yaitu (1) wong cilik

( orang kecil ) yang terdiri dari petani dan mereka yang berpenghasilan kecil,

(2) kaum priyayi dimana mereka termasuk kaum pegawai dan orang-orang

intelektual. Kaum priyayi ini sering disebut kaum ningrat atau ndoro.

Disamping lapisan sosial-ekonomi ini masih dibedakan dua kelompok atas

dasar keagamaan. Keduanya secara nom inal termasuk agama Islam, tetapi

golongan pertama dalam cara hidupnya lebih ditentukan oleh tradisi Jawa pra

Islam, sedang golongan ke dua memahami diri sebagai orang Islam dan

Page 36: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

19

berusaha hidup menurut ajaran Islam. Golongan pertama di sebut kejawen dan

yang ke dua disebut santri.

c. Kebudayaan Islam

Kebudayaan Islam adalah cara berfikir dan merasa taqwa, yang

menyatakan diri dalam seluruh segi kelompok manusia yang membentuk

kesatuan sosial ( Sidi Gazalba: 1988 : 26 ). Cara berfikir dan merasa itu

terwujud dalam bentuk laku, perbuatan dan tindakan lelompok manusia dalam

sosial, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknik, kesenian dan falsafah.

Dalam tiap segi kehidupan selalu ditemukan pola : asas atau prinsipnya berasal

dari Al-Qur'an dan Hadits, sedangkan cara pelaksanaan atas prinsip itu atau

norma-normanya berasal dari hidup Islam, disebut kebudayaan Islam.

Kebudayaan adalah cara hidup yang isinya cara berlaku dan berbuat

dalam tiap fase kehidupan. Dalam Islam cara itu adalah taqwa. Maka

kebudayaan Islam adalah kebudayaan Taqwa. Secara terperinci dirumuskan :

cara berfikir ( budi dan rasa ) taqwa, yang menyatakan diri dalam seluruh segi

kehidupan dari segolongan manusia yang membebntuk kesatuan sosial, dalam

suatu ruang dan wakiu ( Sidi Gazalba. 1992 : 97 ).

Hakekat taqwa adalah menjaga hubungan dengan Tuhan. Dalam Islam

praktek agamanya disebut ibadat ( pengabdian ). Bentuk pengabdian orang

Islam tercermin dalam hukum Islam, yaitu Syahadat, Sholat, Puasa, Zakat dan

Naik haji. Kelima unsur ini adalah pernyataan hubungan dengan Tuhan.

Apabila bentuk-bentuk pengabdian ini dilakukan dengan sempurna ( dengan

syareat-syareat yang cukup, pengertian dan kesadarannya yang penuh, dengan

penghayatan maksud dan tujuan), selanjutnya dilakukan dengan ikhlas, maka

ibadat itu dinamakan taqwa. T aqwa itulah yang dimaksud menjaga hubungan

dengan Tuhan.

Lanjutan hubungan langsung dengan Tuhan adalah hubungan dengan

manusia yang membentuk kehidupan sosial. lsi kehidupan sosial itu ialah

kebudayaan. Taqwa adalah sikap menjaga hubungnan dengan Tuhan, yang

dijadikan pangkal dalam melakukan hubungan dengan manusia. Jadi jelaslah

Page 37: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

20

kebudayaan taqwa dalam ajaran Islam sebagai ujung agama ( ibadat ) dan

pangkal kebudayaan ( hubungan dengan manusia ).

Antropologi budaya memandang manusia sebagai makhluk yang berfikir,

memberikan jawaban terhadap kebutuhan-kebutuhannya dengan cara

bert ingkah laku terhadap lingkungannya. Antropologi Islam memandang

manusia sebagai hamba Allah ( Sidi Gazalba. 1992 : 98-101 ).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kebudayaan Islam tidak

berdiri sendiri, ia adalah bagian dari ajaran atau apa yang diistilahkan dengan

Diinul Islam . Isi dari Diinul Islam adalah agama dan kebudayaan. Agama

Islam adalah sistem hubungan manusia dengan Allah. Jadi kebudayaan Islam

adalah sistem hubungan manusia dengan manusia yang berpangkal dari

hubungan dengan Tuhan.

4. Upacara tradisi

a. Upacara

Dalam Kamus Besar Bahasa lnadonesia (2001:1250) Upacara adalah

rangkaian perbuatan atau tindakan terkait pada aturan-aturan tertentu menurut

adat atau norma.

Upacara merupakan wujud dari sistem sosial yang telah terbentuk dan

tcrpola sedemikian rupa, sehingga telah menjadi keyakinan dan kepercayaan

bahwa Upacara tersebut wajib dijalankan secara terus menerus (Frans Magnis

Suseno, 1991: 45).

Upacara berart i melakukan suatu perbuatan menurut adat kebiasaan

yang berlaku dalam kehidupan masyarakat, dalam rangka memperingati

peristiwa penting, serta dalam Upacara tersebut dipakai do'a-do'a, gerak gerik

tangan dan badan.

Berbagai perlengkapan upacara disesuaikan dengan keperluan. Alat-alat

itu dapat berupa alat-alat sesaji, patung, bunyi-bunyian seperti gamelan, rebana

Page 38: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

21

dan sebagainya. Bertindak sebagai pelaku upacara adalah seorang pendeta,

dukun, bhiksu, pejabat pemerintah, tokoh masyarakat, dan lain-lain. Semua

unsur ini sebaiknya ada dalam pelaksanaan upacara, agar dapat berjalan sesuni

yang diinginkan.

Dalam pelaksanaan upacara dibedakan dalam beberapa bentuk, sepert i

(1) upacara dalam lingkaran hidup seseorang sepert i hamil tujuh bulan,

kelahiran, upacara potong rambut untuk yang pertama kali, upacara menyentuh

tanah untuk yang pertama kali, upacara menusuk telinga (bagi yang

perempuan), sunat, perkawinan, khitanan, kemat ian dan setelah kemat ian; (2)

upacara yang berhubungan dengan bersih desa serta pengerjaan atau

penggarapan tanah pertanian setelah panen; (3) upacara yang berhubungan

dengan hari-hari besar Islam seperti: maulid nabi, grebeg syuro, grebeg besar,

dan lain-lain; (4) upacara pada saat tidak menentu karena berkenaan dengan

kejadian-kegadian tertentu, sepert i membuat rumah, menolak bahaya atau

ruwatan, kaul, dan sebagainya.

b. Tradisi

Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2001:1208) tradisi adalah adat

kebiasaan turun temurun (dari nenek moyang yang masih dijalankan oleh

masyarakat) yang merupakan penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang

telah ada merupakan yang paling baik dan benar.

Van Peursen (1976:11) berpendapat bahwa tradisi merupakan

pewarisan atau penerusan norma-norma, adat istiadat, kaidah-kaidah dan harta

benda. Pewarisan tersebut dilakukan agar norma-norma, adat istiadat, kaidah-

kaidah yang telah dimiliki oleh nenek moyang akan terus bertahan dan di

warisi oleh generasi penerus.

Pengert ian lain dari tradisi adalah suatu budaya yang di dalam

melaksanakan hak seseorang berdasarkan aturan-aturan yang pernah dilakukan

oleh generasi sebelumnya. Selanjutnya berkembang menjadi tradisional yang

berarti segala sesuatu seperti adat, kepercayaan, kebiasaan, dari ajaran yang

turun temurun. Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia (1991 : 414) tradisi

Page 39: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

22

adalah hal atau isi sesuatu yang diserahkan dari sejarah masa lampau dalam

bidang adat, bahasa, tata kemasyarakatan dan keyakinan maupun proses

penyerahan atau penerusan kepada generasi berikutnya.

Sidi Gazalba (1974 : 147) dalam tinjauannya mengenai tradisi

dikatakan bahwa kehidupan kebudayaan berlaku dalam waktu kebudayaan

mempertahankan diri dengan jalan tradisi yaitu pewarisan unsur-unsur

kebudayaan dari suatu angkatan menuju angkatan berikutnya, karena sesuatu

tidak dengan tiba-t iba untuk menjadi suatu kebudayaan. Tanpa kehidupan

kebudayaan itu akan selalu diakhiri dengan kemusnahan. Tradisi merupakan

syarat kesinambungan seluruh kehidupan, syarat bagi kesinambungan seluruh

kehidupan kebudayaan ada dalam waktu yaitu bentuk masa lalu, masa kini, dan

masa yang akan dartang.

Dari berbagai pendapat mengenai tradisi di atas dapat disimpulkan

bahwa tradisi adalah suatu adat kebiasaan yang secara turun temurun diperoleh

dari para pendahulunya atau nenek moyangnya.

c. Upacara Tradisi

Upacara tradisi dapat diartikan sebagai suatu bentuk kegiatan sosial

dengan melibatkan warga masyarakat dalam usahamya untuk mencapai tujuan

bersama dan merupakan bagian yang integral dari kehidupan masyarakat

pendukungnya.

Upacara tradisi juga sebagai suatu perilaku atau rangkaian tindakan

aktifitas manusia yang didorong perasaan manusia yang dihinggapi oleh suatu

emosi keagamaan yang ditata oleh adat atau hukum atau peraturan yang pernah

dilakukan oleh generasi sebelumnya dalam masyarakat dan berlangsung turun

temurun dari generasi kegenerasi sampai sekarang.

Upacara tradisi biasanya berlangsung berulang-ulang baik setiap hari,

setiap musim, kadang-kadang tergantung dari acaranya. Suatu ritus atau tradisi

biasanya terdiri suatu kom binasi yang merangkaikan satu, dua atau beberapa

tindakan, seperti: berdo'a, bersujud, bersesaji, berkorban, makan bersama,

menari dan menyanyi, berprosesi, berseni drama sici, bertapa, dan bersemedi.

Page 40: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

23

Tradisi yang berlangsung dalam masyarakat ada yang di anggap

bermakna religius oleh masyarakat pendatangnya. Karena tindakan tersebut

diwujudkan dalam upacara keagamaan yang bersifat keramat dalam-tujuannya

mencari hubungan dengan Tuhan, Dewa atau dengan kekuatan gaib. Pada

umumnya upacara tersebut merupakan rangkaian lambang yang dapat berupa

benda materi, kegiatan fisik, dan kejadian-kejadian tertentu. Oleh karena itu

dalam mempelajari berbagai ragam upacara orang dapat meninjaunya melalui

wujud lahiriahnya serta penafsiran orang kenyataan dan para ahli kebudayaan

yang terlibat dalam upacara.

Suatu tradisi biasanya selalu dihubungkan dengan sesuatu yang bersifat

sakral atau mempunyai nilai sakral. Nilai sakral tersebut merupakan salah satu

faktor yang mendorong generasi penerus untuk tetap mempertahankan warisan

leluhur tersebut. Bertahan tidaknya suatu tradisi tergantung dari pendukungnya,

apakah masyarakat pendukungnya masih ingin menjaga melangsungan suatu

tradisi tertentu maka tradisi tersebut akan terus berlangsung sampai para

pendukungnya mewariskan tradisi tersebut kepada generasi berikutnya,

demikian seterusnya.

Tradisi dapat bertahan selama mampu menyelaraskan diri serta

bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Suatu tradisi meskipun dipengaruhi

berbagai situasi dan kondisi, keberadaannya dalam masyarakat akan ditentukan

oleh masyarakat pendukungnya itu sendiri selama tradisi tersebut disesuaikan

dengan perkembangan jaman.

Page 41: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

24

B. Kerangka Berfikir

Keterangan:

Pada umumnya orang Jawa menyebut seseorang yang ahli atau

mempunyai pekerjaan khusus di bidang bangunan baik ahli dalam

merancangkan maupun ahli dalam mendirikan bangunan itu disebut dengan

istilah Kalang. Mereka yang biasa disebut Kalang tersebut adalah para tenaga

kerja yang dilatih dan di didik oleh para guru adat, yang kebanyakan dari

lingkungan Keraton, sebagai pengabdi keraton atau abdi dalem keraton.

Keraton Surakarta mempunyai fungsi sebagai sumber seni budaya

Nasional khas daerah Jawa Tengah dan sebagai wadah kegiatan adat istiadat

serta tradisi yang erat kaitanya dengan corak nilai kepribadian serta hubungan

dengan daya t ahan bangsa dan negara Indonesia.

Setelah keraton Surakarta mengalami musibah kebakaran pada tahun

1985 sudah barang tentu dalam usaha pembangunan kembali keraton Surakarta

di butuhkan orang-orang yang ahli dibidang bangunan (kalang). Orang-orang

tersebut adalah salah satu pendukung pelaksanaan pembangunan Keraton

Surakarta yang terbakar tersebut.

Serat kalang atau kawruh kalang adalah kitab yang berisi ilmu tentang

ruang yang berhuruf Jawa yang didalamnya menguraikan tentang kerangka

bangunan, prinsip-prinsip ukuranya, hingga bahan yang seharusnya digunakan

untuk membangun rumah rakyat hingga rumah raja.

Bangunan

keraton Kawruh/serat

kalang

Kebudayaan

Kalang

Tradisi

Upacara

Page 42: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

25

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tem pat Penelitian

Penelitian yang dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi yang berjudul

Studi tentang Interpretasi Serat Kalang dalam Pembangunan Kembali Keraton

Kasunanan Surakarta Tahun 1987 dilaksanakan dilingkungan perpustakaan.

Adapun yang digunakan sebagai tempat penelitian adalah sebagai berikut :

a. Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Perpustakaan Fakultas Keguruan dan llmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret Surakarta

c. Perpustakaan Program Sejarah Fakultas Keguruan dan Itmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta

d. Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

e. Perpustakaan Monumen Pers Surakarta

f. Perpustakaan Reksa Pustaka Keraton Mangkunegaran Surakarta .

g. Perpustakaan Sasana Poestaka Keraton Kasunanan Surakarta.

2. Waktu Penelitian

Waktu yang direncanakan dalam penelitian ini adalah sejak disetujuinya

judul skripsi pada bulan Agustus 2008 sampai bulan April 2010.

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam jangka waktu penelitian tersebut

diantaranya adalah mengumpulkan sumber baik sumber primer maupun sekunder,

melakukan kritik untuk menyelidiki keabsahan sumber, melakukan wawancara

menetapkan makna yang, saling berhubungan dari fakta-fakta yang diperoleh dan

terakhir menyusun laporan hasil penelitian.

25

Page 43: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

26

B. Metode Penelitian

Bentuk penelitian adalah penelitian historis, sehingga penelitian ini

menggunakan strategi atau metode historis. Pemilihan metode historis didasarkan

pada pokok permasalan yang dikaji yaitu peristiwa masa lampau, untuk

direkonstruksikan menjadi kisah sejarah melalui langkah atau metode historis.

Menurut Koent joroningrat (1977 : 12) metode berasal dari bahasa Yunani,

yaitu Methods yang berarti jalan atau cara. Karena berhubungan dengan hal

ilmiah, maka yang dimaksud dengan metode yaitu cara kerja yang sistematis

mengacu pada aturan baku yang sesuai dengan permasalahan ilmiah yang

bersangkutan dan hasilnya dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Sedangkan Louis Got tschalk (1975 : 11) berpendapat bahwa penelitian

historis adalah "kegiatan mengumpulkan, mengkaji dan menganalisa daya yang

diperoleh dari peninggalan masa lampau". Sedangkan aturan atau langkah metode

sejarah menurut Nugroho Notosusanto (1971 : 28) adalah meliputi heuristik,

kritik, interprestasi dan historiografi.

Berdasarkan ket iga pendapat tersebut, penelitian historis dilakukan dengan

kegiatan mengumpulkan, mengkaji dan menganalisa secara kritis peninggalan

sejarah masa lampau menjadi bahan penulisan, mendasarkan pada metodologi

historis dan dijadikan hasil penulisan sejarah sebagai karya ilmiah.

Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu m ethodos (methods adalah cara

atau jalan) dan theodos adalah masalah. Jadi metode dapat diartikan sebagai jalan

atau cara untuk menyelesaikan masalah. Sedangkan menurut Hellius Sjamsudin

(1996:2), metode berhubungan dengan suatu prosedur, proses atau teknik yang

sistematis dalam penyelidikan disiplin ilmu tertentu untuk mendapatkan objek

atau bahan-bahan yang diteliti. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan dari

penelitian ini, maka metode yang digunakan adalah metode sejarah.

Menurut Hadari Nawawi (1995:81) metode sejarah adalah prosedur

pemecah masalah dengan menggunakan data masa lampau dan peninggalan-

peninggalan baik untuk memahami kejadian atau suatu keadaan masa sekarang

maupun untuk memahami hubungan kejadian atau keadaan masa sekarang dengan

Page 44: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

27

kejadian atau keadaan masa lampau. Menurut Gilbert J. Garraghan dalam Dudung

Abdurrahman (1999 : 43) metode historis adalah seperangkat aturan dan prinsip

sisteniatis untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif, menilainya

secara kritis dan mengajukan sintesis dari hasil-hasil yang dicapai dalam bentuk

tertulis. Menurut T Ibrahim Alvian (1994 : 22), bahwa metode penelitian historis

adalah seperangkat aturan dan prinsip yang sistimatis untuk mengumpulkan

sumber sejarah, menilai secara kritis guna mendapatkan sintesa sejarah yang

ditulis sebagai hasil penelitian

C . Sumber Data

Sumber data dalam sejarah merupakan keberadaan atau lahan penemuan

bahan penelitian sejarah yang memerlukan proses pengolahan, penyeleksian dan

pengkategorian sumber sejarah (Kuntowijoyo, 1995 : 96).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sumber data yang berupa

sumber data tertulis. Sumber tertulis menurut Nugroho Notosusanto (1971 : 26)

dibagi menjadi sumber tertulis primer dan sumber tertulis skunder. Sumber

tertulis primer yaitu sumber yang autentik atau sumber yang ditulis dari tangan

pertama tentang permasalahan yang akan diungkapkan. Sumber tertulis skunder

yaitu sumber yang ditulis oleh orang yang tidak terlibat langsung dari peristiwa

yang dikisahkannya. Menurut Louis Gottschalk (1996 : 350), sumber primer

adalah kesaksian dan seorang saksi dengan mata kepala sendiri atau dengan alat

mekanis yang lain. Sumber ini biasa di sebut saksi pandangan mata. Sedangkan

sumber skander adalah kesaksian dari siapapun yang bukan merupakan Saksi

pandangan mata, yakni, dari seseorang yang tidak hadir pada peristiwa yang

dikisahkannya.

Sumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber tertulis.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber primer dan sumber skunder.

Sumber primer yang digunakan adalah Serat Kalang Sono Poestoko Keraton

Kasunanan Surakarta no 7 wa, Serat Kalang Sasono Poestoko Keraton Surakarta

no 9 wa, dan Serat Kalang Bab Griyo Jawi. Rekso Poestoko Mangkunegaran.

Sumber skunder yang digunakan adalah buku-buku yang relevan dengan

Page 45: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

28

penelitian.

Sumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber tertulis.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber primer dan sumber skunder.

Sumber primer yang digunakan adalah Serat Kalang Sasono Poestoko Keraton

Kasunanan Surakarta Hadiningrat no 7 wa, Serat kalang Sasono Poestoko Kraton

Surakarta Hadiningrat no 9 wa, dan Serat Kalang Bab griyo Jawi. Rekso Pustoko

Mangkunegaran Sumber Skunder yang digunakan adalah buku-buku yang relavan

dengan penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian histories merupakan salah satu

langkah yang pent ing. Berdasarkan data yang digunakan dalam penelitian ini,

maka dalam pengumpulan data dilakukan melalui dua macam cara yaitu :

1. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan teknik yang dilakukan untuk mengumpulkan

data dengan cara membaca data yang berasal dari arsip, buku, majalah, surat

kabar yang terbit pada masa itu atau yang terbit kemudian. Bahan ini dapat

digunakan untuk menjelaskan peristiwa yang diteliti. Teknik studi pustaka

yang digunakan dalam penelitian adalah dengan sistim kartu atau

menggunakan catalog dengan cara mencatat beberapa sumber tertentu

mengenai masalah dengan mencantumkan keterangan mengenai subjek, dan

judul buku maupun keterangan tahun terbit dan sebagainya.

Kegiatan studi pustaka dalam penelitian ini di laksanakan dengan cara

sebagai berikut :

1) Mengumpulkan sumber primer dan skunder yang berupa buku-buku

literature dan ensiklopedi yang berkaitan dengan tema mengenai. Studi

tentan interpretasi Serat Kalang dalam Pembangunan kembali Keraton

Kasunanan Surakarta tahun 1987 yang tersimpan di beberapa

perpustakaan.

2) Membaca, mencatat, meminjam dan memfoto copy buku-buku literature

karangan sejarawan yang dianggap penting dan relevan dengan tema

Page 46: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

29

penelitian yang tersimpan di perpustakaan berdasarkan periodisasi waktu

atau secara kronologis.

3) Mengumpulkan data yang telah diperoleh dari perpustakaan untuk

digunakan dalam menyusun karya ilmiah.

2. Wawancara

Menurut Koent jaraningrat (1986 : 129) metode wawancara atau metode

Interview mencakup cara yang dipergunakan kalau seseorang untuk tujuan

suatu tugas tertentu, membaca mendapatkan keterangan atau pendirian secara

lisan dari seorang responden, dengan bercakap-cakap berhadapan muka

dengan orang itu.

Wawancara adalah sebuah proses untuk memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab, sambil bertatap muka antara

penanya atau pewanwancara dengan penjawab atau responden dengan

menggunakan alat yang dinamakan Interview guide (panduan

wawancara).walaupun wawancara adalah proses percakapan yang terbentuk

Tanya jawab dengan tatap muka, namun wawancara merupakan suatu proses

pengumpulan data untuk suatu penelitian (Moh- Nasir, 1988 : 234).

Adapun maksud dari wawancara adalah untuk mengonstruksikan

mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motif, tuntutan kepedulian

dan lain-lain. Suatu wawancara mempunyai tujuan untuk mengumpulkan

keterangan tentang kehidupan manusia di dalam masyarakat sehingga untuk

memperoleh data yang dapat dipertanggung jawabkan maka diadakan

pemilihan personel yang diwawancarai yaitu orang yang memiliki

kemampuan dan pengetahuan tentang masalah yang diteliti. Dalam penelitian

ini penulis menggunakan wawancara berencana, yaitu wawancara yang terdiri

dari suatu daftar pertanyaan yang telah direncanakan dan disusun sebelumnya

(Koentjaraningrat 1986 :138).

Dengan tujuan memperoleh data yang dipertanggung jawabkan, maka

diadakan pemilihan personil yang diwawancarai. Selain itu penelitian ini juga

menggunakan wawancara terbuka dimana wawancaranya di lakukan dengan

memberikan pertanyaan yang memungkin kan informan dapat menjawab

Page 47: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

30

pertanyaan dengan panjang lebar.

E. Teknik Anal isis Data

Analisis data merupakan pengerjaan dan pemanfaatan data sampai pada

kesimpulan yang dapat digunakan untuk menjawab persoalan-persoalan dalam

penelitian. (Koent jaraningrat, 1977 : 269). Analisis data merupakan upaya

mencari dan menata secara sistimatis catatan hasil observasi, wawancara dan

lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan

menyajikanya sebagai teman bagi orang lain. (Noeng Muhadjir, 1996:104).

Dalam penelitian ini, penulis melakukan analisa data melalui pengumpulan

data, baik data primer maupun data skunder, kemudian diklasifikasikan

selanjutnya diseleksi dan membandingkan data, untuk kemudian diinterpretasikan

guna didapat keterangan lengkap sehingga dapat dijadikan fakta sejarah. Fakta

merupakan bahan utama dalam menyusun historiografi dan fakta merupakan hasil

pemikiran yangn mengandung subyekt ifitas.

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa

sejarah. Analisa data sejarah yaitu analisis yang mengutamakan ketajaman dan

kekuatan didalam menginterpretasikan data sejarah. (Louis Gottschalk, 1975 : 95).

Tujuan dari analisis data dalam penelitian sejarah adalah untuk melakukan sintesis

akan sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan bersama

dengan teori disusunlah fakta kedalam suatu interpretasi yang menyeluruh

(Dudung Abdurrahman, 1999:64).

Kegiatan menganalisis data sejarah didalam penelitian ini dilaksanakan

sebagai berikut: (1) kritik ekstern yaitu menganalisis fisik sumber data sejarah

tertulis untuk mendapatkan data sejarah yang otent ik atau asli, (2) kritik intern

yaitu menganalisis isi sumber data sejarah tertulis untuk mendapatkan data sejarah

yang kredibel dan reliabel, (3) interpretasi fakta dilakukan dengan

menghubungkan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain sehingga diketahui

hubungan sebab akibat.

Page 48: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

31

F. Prosedur Penelitian

Louis Gottshalk (1975:17) mengemukakan prosedur penelitian sejarah

terdiri dari empat kegiatan yaitu: (1) Heuristik, (2) Kritik sumber, (3) interpretasi,

(4) Historiografi.

1. Heuristik

Heuristik berasal dari bahasa Yunani yaitu heurishein yang berart i

memperoleh (Dudung Abdurrahman, 1999:55). Menurut Sidi Gazalba (1981:114)

heuristik adalah pencarian dan penyelidikan sumber sejarah untuk mendapatkan

bahan. Pada tahap ini, penulis berusaha untuk mencari dan mengumpulkan

surnber-sumber yang sesuai dengan penelitian. Sumber sejarah yang digunakan

dalam penelitian ini ialah sumber tertulis yang berupa sumber primer dan sumber

sekunder.

a. Sumber Primer

Sumber yang digunakan adalah dokumen, yaitu transkrip atau naskah serat

kuno. Sumber primer adalah sumber yang keterangannya didapat secara

langsung oleh yang menyaksikan peristiwa dengan mata kepala sendiri.

(Daliman, 1971:19)

b. Sumber Sekunder

Sumber sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari buku-buku,

Literatur-literatur yang ada hubungannya dengan permasalahan. Sumber

sekunder adalah sumber yang keterangan pengarangnya diperoleh dari orang

lain atau sumber lain. (Daliman, 1971:19)

2. Kritik

Setelah sumber-sumber terkumpul, tahap berikutnya adalah verifikasi atau

kritik untuk mempemleh keabsahan sumber. Kritik ini dimaksudkan untuk

menentukan keabsahan tentang keaslian sumber dan keabsahan tentang kesahihan

sumber. (Dudung Abdurrahman, 1999:58). Dalam prosedur sejarah cara tersebut

dilakukan melalui proses kritik sumber, yaitu:

a. Kritik Intern

Kritik ini bertujuan untuk meneliti tingkat kebenaran isi (data) dari sumber data

yang digunakan. (Hadari Nawawi, 1995:80). Kritik ini memastikan peristiwa

Page 49: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

32

yang dinyatakan oleh bahan, misalnya. hubungan dokumen dengan fakta atau

peristiwa, nilai dokumen dan lain-lain. (Sidi Gazalba, 1981:115). Menurut

Daliman (1971:21) untuk mengetahui suatu sumber dapat dipercaya atau tidak,

dapat dilakukan dengan cara: (1) penilaian intrinsik daripada sumber-sumber,

(2) membandingkan kesaksian dari berbagai sumber. Selain itu juga harus

diperhatikan hasil karya yang mencerminkan keahlian penulis atau

pengarangnya, apakah asli atau karya turunan orang lain.

b. Kritik ekstern

Kritik ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keaslian sumber data dan

relevansinya dengan penelitian. (Hadari Nawawi, 1995:80). Sidi Gazalba

(1981:115) mengatakan bahwa kritik luar memastikan kesejatian atau

ketulenan dan hubungan antara bahan-bahan, misalnya sejak kapan suatu bahan

dibuat, dari dan untuk apa. Kritik ekstern bertugas menjawab tiga pertanyaan

yang mengenai sumber-sumber, yaitu: (1) apakah sumber itu memang sumber

yang dikehendaki?, (2) apa sumber itu asli atau turunan?, (3) apakah sumber itu

utuh atau diubah-ubah?. (Daliman, 1971:20). Kritik ekstern dilakukan dengan

melihat tanggal, bulan dan tahun penerbitan sumber.

3. Interpretasi

Menurut Kuntowijoyo dalam Dudung Abdurrahm an (1999:64-65)

Interpretasi atau penafsiran sejarah sering disebut juga dengan analisis sejarah.

Analisis secara terminologi berarti menguraikan, berbeda dengan sintesa yang

berarti menyatukan. Walaupun demikian, analisis dan sintesis digunakan sebagai

metode-metode utama dalam interpretasi. Interpretasi digunakan untuk melakukan

sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan

bersama teori dan fakta disusun ke dalam interpretasi yang menyeluruh.

Interpretasi dapat dilakukan dengan cara memperbandingkan data guna

menyingkap peristiwa-peristiwa mana yang terjadi pada waktu ,yang sama.

Menurut Daliman (1997:23) interpretasi adalah proses menafsirkan fakta-

fakta sejarah serta proses penyusunannya menjadi suatu kisah sejarah yang

integral menyangkut proses seleksi sejarah. Pelbagai fakta dirangkaikan dan

dihubung-hubungkan satu dengan yang lain menjadi kesatuan yang harmonis dan

Page 50: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

33

masuk akal. Dalam melakukan kegiatan interpretasi, penulis harus meninggalkan

unsur-unsur subyektivitas yang disebabkan keanekaragaman data yang diperoleh

sehingga penulis harus membandingkan sumber satu dengan sumber lain dan

bersikap obyekt if.

Dalam tahap ini langkah-langkah yang harus dilakukan adalah membaca

buku-buku yang relevan dengan penelitian kemudian dianalisis. Setelah itu

dibandingkan hasilnya dari satu sumber dengan sumber yang lain sehingga

melahirkan fakta-fakta yang relevan. Langkah terakhir adalah menyimpulkan dan

menafsirkan semua hasil untuk dihubungkan dengan sumber satu dengan sumber

lain sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh kemudian menjadi

suatu data sejarah yang akan dijadikan fakta sejarah.

4. Historiografi

Historiografi adalah menyampaikan sintesa yang diperoleh dalam bentuk

sesuatu kisah. (Daliman, 1971:17). Menurut Hellius Sjamsuddin (1996:17)

historiografi adalah rekonstruksi rekaman peninggalan masa lampau secara kritis

dan imajinatif berdasarkan bukt i atau data-data yang diperoleh melalui masa

proses itu. Daya imajinasi dari penulis diperlukan agar fakta-fakta yang diperoleh

dapat dirangkaikan menjadi kisah yang menarik untuk dibahas. Historiografi

merupakan fase terakhir dalam metode sejarah yang merupakan penulisan,

pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. (Dudung Abdurrahman,

1999: 67). Historiografi dipaparkan dengan bahasa ilmiah dengan seni yang khas

menjelaskan apa yang diketemukan, beserta argumentasinya secara sistematis.

Dalam historiografi memerlukan kemahiran mengarang seorang sejarawan.

Bahasa yang baik digunakan untuk menyampaikan emosi dan pikiran. Dalam

penelitian ini, fakta sejarah yang telah diinterpretasikan secara kritis disusun

dalam suatu rangkaian kisah yang logis dengan menggunakan bahasa baku ilmiah

dalam bahasa Indonesia, sehingga menjadi kesatuan karya ilmiah yang berjudul

“Studi tentang Interpretasi Serat Kalang dalam Pembangunan kembali Keraton

Kasunanan Surakarta Tahun 1987”

Page 51: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

34

34

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Keraton Surakarta

1. Struktur dan Tata Letak

a. Alun-alun Utara (Lor)

Alun-alun ini sebenarnya merupakan sebuah halaman luas yang aslinya

berpasir. Di tengahnya membelah sebuah jalur jalan disebut Jl.Pakoe Boewono

sehingga membuat alun-alun terkesan menyerupai dua halaman sama besar dan

sebangun berjajar di sisi kiri dan kanan.

Tepat di tengah alun-alun tumbuh dua pohon beringin Kiai Jayadaru

artinya kemenangan terletak di tepi Timur Jl.Pakoe Boewono. Dan, Kiai

Dewandaru mengartikan keluhuran terletak di sisi Barat jalan. Terdapat 4

pohon serupa. Beringin jantan Kiai Jenggot tumbuh di arah Barat Daya, yang

betina Beringin Wok di Timur Laut. Sedang Beringin Guna tumbuh di

Tenggara. Beringin Bitur di Barat Laut. Sementara sejumlah beringin lain yang

tumbuh rapat di sepanjang jalan Gladag tak lebih sebagai pohon peneduh.

Di masa lalu, fungsi alun-alun Utara selain untuk latihan keprajuritan,

juga tempat menyelenggarakan perayaan adat, misalnya, Sekaten. Bahkan

sering pula dipakai oleh para kawula buat unjuk rasa dalam bentuk "pepe" atau

berjemur di terik matahari untuk menarik perhatian raja. Dalam kesempatan ini

rakyat diperkenankan menghadap biasanya rakyat mengadukan segala

persoalan dan ketidakadilan.

Dalam kawasan ini terdapat sejumlah besar bangunan dengan urutan

sebagai berikut:

1) Gapura Gladag

Terletak di ujung paling utara. Gapura berhiaskan dua arca Gupala

atau Pandita Yaksa yang pernah mengalami perbaikan di tahun 1930 M

Page 52: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

35

bertepatan 8 windu (tumbuk ageng) usia Sinuwun Pakoe Boewono X ini,

merupakan pintu masuk utama. Dua gapura lainnya terdapat di sisi Timur

dan Barat. Yang masing-masing menghubungkan kampung Kedung lumbu

dan Pasar Klewer.

Dalam konsep kosmologi Hindu tata gapura semacam ini

mengartikan sebuah dunia pusat kosmos. Sedang menurut sikap batin

masyarakat Jawa dimaknakan sebagai perlambang pengendalian nafsu.

Gladag sendiri dalam bahasa Jawa berarti menyeret. Dahulu, di

tempat inilah hewan-hewan hasil buruan "digladag" sebelum disembelih.

2) Pam urakan

Tempat untuk membagi daging hewan sembelihan kepada kawula.

3) Pekapalan

Bangsal yang berjumlah dua unit ini untuk berkumpul para prajurit

sebelum berlatih ketrampilan.

4) Pam andegan

Istilah tempat m enambatkan kuda.

5) Bangsal Seton

Gedung tempat gamelan Kiai Singakrura yang ditabuh pada setiap

hari Sabtu guna mengiringi latihan keprajuritan.

6) Paseban

Berjumlah 3 unit , bangsal ini dipakai sebagai pondokan atau transit

para Bupati Mancanegara yang akan sowan atau menghadap raja.

7) Masjid Agung

Masjid Agung dibangun secara bertahap semasa pemerintahan

Sinuhun Pakoe Boewono III. Pemancangan tiang saka guru dilakukan pada

tahun Wawu 1659 (1764 M). Selain menjadi tempat raja bersholat jamaah

pada setiap hari besar Islam, di masjid ini pulalah setiap Raja baru Keraton

Page 53: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

36

Kasunanan diwajibkan beribadah seusai upacara penobatan, Masjid Agung

memiliki t ingkat kesakralan yang tersusun sepert i lingkaran konsentris.

Kompleks bangunannya meliputi dua Bangsal Pagongan yang

terletak saling berhadapan di sebelah Selatan dan Utara, menara (dibuat

tahun 1923/1924), jam matahari, serambi, ruang utama, serta pawestren

(ruang putri).

Seperti bangunan sakral kuno lainnya, bentuk atap masjid bersusun

ganjil yang mengandung arti transendental yakni hirarki menuju ke dunia

atas. Dalam kebatinan Jawa masjid merupakan lambang kiblat ke

selamatan.

8) Sasana Sumewu atau Pagelaran

Dulu disebut Tratak Rambat karena saat pertama kali didirikan

bersamaan dengan pembangunan Keraton Surakarta sebagai penggant i

Kartasura, dan bangunan ini berwujud sebuah pendapa luas berpagar dan

beratap anyaman bambu.

Di zaman Pakoe Boewono X. Tratag Rambat dipugar hingga

menjadi sepert i bentuknya sekarang. Bangunan berpilar beton sejumlah 48

ini merupakan tempat abdi dalem untuk menghadap dan mendengarkan

berbagai rencana kebijakan dan peraturan keraton yang dikemukakan raja.

9) Bangsal Pengrawit

Merupakan bagian dari Sasana Sumewa tempat duduk raja saat

menerima pisowanan

10) Bangsak Pacikeran

Berada di sisi Barat Pagelaran diperuntukkan bagi para pesakitan

yang sedang menunggu hukuman.

11) Bangsal Pacekotan

Dibangun di sebelah Timur, tempat mereka yang akan menerima

hadiah.

12) Siti Hinggil

Page 54: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

37

Terletak di bagian belakang Pagelaran berdiri di atas tanah yang

agak lebih tinggi. Dibangun tahun 1774 M saat pemerintahan Sinuhun

Pakoe Boewono III, bangunan yang terkesan menyatu dengan Pagelaran

Sasana Sumewa ini sebenarnya dapat dikelompokkan sebagai kompleks

tersendiri mengingat banyaknya bangsal yang berdiri di sekitarnya.

Bangsal atau bangunan-bangunan itu antara lain:

a) Kori Wijil

Berupa gerbang atau regol besi yang menghubungkan dengan

Pagelaran. Di sepanjang gerbang ini berjajar meriam tua peninggalan

VOC. Masing-masing dari arah Timur ke Barat bernama: Kiai Maesa

Kumali, Kiai Alus, Kiai Sadewa, Kiai Kumbarawi. Kiai Kumbarawa,

Kiai Nakula. Kiai Bagus dan Kiai Bringsing. Di antara deretan meriam-

meriam ini terdapat makam Ki Gede Sala yang sudah sangat tersamar

karena (nampaknya) sengaja diratakan dengan tanah halaman Siti

Hinggil.

b) Bangsal Sewayana

Bangunan ini berada dalam Siti Hinggil. Fungsinya sebagai

tempat duduk putra sentana dan abdi dalem golongan riyo nginggil ke

atas waktu menghadap raja saat perayaan Grebeg.

c) Bangsal Manguntur Tangkil

Merupakan bagian dari Bangsal Sewayana. Di tempat inilah raja

duduk di atas“watu gilang” (batu pipih halus sebagai gant i singgasana).

d) Bangsal Witana

Bangsal Witana terletak di belakang Manguntur Tangkil, tempat

para emban abdi dalem pembawa benda-benda regalia (perlengkapan

upacara).

e) Bale Manguneng

Masih berada dalam Siti Hinggil. tepatnya di sisi Timur

Manguntur Tangkil. Bale Manguneng bentuknya mirip joli berdinding

Page 55: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

38

separuh papan kayu kaca dengan penutup kelambu di bagian dalam. Di

sinilah tersimpan meriam Kangjeng Nyai Satomi, salah satu pusaka

yang dikeramatkan Keraton Kasunanan.

f) Bangsal Gandhek Kiwa dan Tengen

Bangsal Gandek Kiwa berada di sebelah Barat Laut bangunan

induk Siti Hinggil, fungsinya untuk menyiapkan perlengkapan upacara

disamping sebagai pos para abdi dalem caos (pelaksana sesaji).

Sementara Bangsal Gandhek Tengen berada di Timur Laut, tempat

gamelan Kodhok Ngorek ditabuh.

g) Bale Bang

Terletak di bagian Barat Daya, tempat penyimpanan gamelan.

h) Bale Angun-angun

Berada di sisi Tenggara, merupakan pasangan Bangsal Gandhek

Tengen. Bedanya, yang ditabuh di sini adalah gamelan Monggang.

i) Kori Renteng

Pintu belakang Siti Hinggil yang berhadapan dengan Kori

Brajanala. Kori Renteng dan Brajanala dipisahkan Jalan Supit Urang.

b. Kom pleks Baluwarti

Kompleks ini merupakan kawasan keraton bagian tengah yang di

kelilingi benteng tembok tebal dan tinggi untuk memisahkan dengan

perkampungan luar. Di sinilah dulu para pangeran serta sebagian besar abdi

dalem tinggal.

Sekarang Baluwart i cenderung telah berubah menjadi pemukiman

umum. Kalaupun tidak, penghuninya sudah merupakan keturunan jauh dari

abdi dalem yang kebanyakan tak lagi mengabdi di keraton.

Kini mulai muncul pengalihan hak kepemilikan tanah serta rumah di

kawasan ini secara diam-diam. Untuk mencegah kecenderungan tersebut,

Parentah Keraton tengah mendata kembali seluruh penghuninya dan

Page 56: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

39

menertibkannya dalam bentuk perjanjian sewa.

Di tengah Baluwart i masih terdapat pagar tembok berkeliling. Di bagian

dalam tembok inilah terletak inti keraton yang sering disebut pula sebagai

cepuri atau keraton.

Struktur letak bangunan di kawasan ini dimulai dari:

1) Kori Brajanala

Pintu gerbang terdepan yang terletak di sebelah Utara ini berhiaskan

potongan kecil kulit sapi segi empat yang melambangkan candrasengkala

“Walulang Sapi Siji”, yang menunjukkan angka 1708 sebagai tahun

pembuatan menurut kalender Jawa atau 1782 Masehi.

2) Made Rata

Semacam emperan tempat raja turun atau naik dari dan ke kereta.

3) Kam andungan

Sebuah teras luas dengan dua pintu masuk ukuran besar ke dalam

istana.

4) Bangsal Mercukunda

Terletak di bagian Barat halaman dalam Kamandungan, tempat

menghadap abdi dalem prajurit.

5) Bangsal Sm arakata

Dibangun di sisi Timur berhadapan dengan Mercukunda. Bangsal ini

untuk menghadap Patih pada setiap hari Kamis. Selain hari tersebut

dimanfaatkan sebagai tempat berkumpul abdi dalem Wedana.

6) Panti Pidana

Rumah tahanan bagi sentana dan kerabat keraton yang sedang

menjalani hukuman penjara.

7) Sidhikara

Ruang rapat yang sekaligus difungsikan menjadi tempat pemeriksaan

perkara perdata.

8) Kadipaten

Page 57: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

40

Kantor urusan warisan bagi putra sentana.

9) Wismayana

Kantor bagian kontrol.

10) Srimanganti

Sri mangant i mempunyai dua fungsi. Yakni, tempat menanti para

tamu sebelum dterima menghadap raja. Dan tempat raja menjemput

kunjungan pembesar serta tamu kehormatan. Di atas pintu bangsal bercorak

Sernar Tinandu ini berhiaskan relief Sri Makuta Raja.

Srimanganti lebih mirip "koridor" karena menghubungkan langsung

antara halaman Kamandungan dengan pelataran dalam keraton. Di kawasan

inilah berdiri bangunan-bangunan pokok keraton. Antara lain:

a) Panggung Sangga Buwana

Berbentuk menara segi delapan, nama lengkap bangunan ini

adalah Panggung Luhur Sinangga Bawana yang sebenarnya merupakan

candrasengkala. Panggung dalam perwatakan angka melambangkan 8.

Luhur mengart ikan 0, Sinangga dan Bawana masing-masing menunjuk

angka 7 dan 1.

Jika keseluruhannya dirangkai dari belakang akan menghasilkan

angka 1708 sebagai tahun pembuatan berdasarkan tarikh Jawa. Ini,

cocok dengan hiasan di atas atapnya yang berujud orang naik di atas

punggung seekor naga bersayap yang menyimbolkan Naga (8) Muluk

(0), Tinit ihan (7) Jalma (1).

Ruang teratas dari panggung berketinggian 30 meter ini sangat

dikeramatkan, karena menurut mitos dipercaya merupakan sanggar

semadi dan tempat pertemuan antara Raja-raja Kasunanan dengan

Kangjeng Ratu Kidul, penguasa gaib Samudera Selatan.

Sementara berdasarkan analisa modern, fungsi panggung

sebenarnya untuk memata-matai kegiatan militer Belanda dalam

Benteng Vastenburg yang dibangun hanya beberapa puluh meter di

Utara Gladag. Sangga Buwana pernah terbakar di tahun 1954. Setelah

Page 58: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

41

direnovasi, wujudnya berhasil dipulihkan kebentuk aslinya seperti yang

terlihat sekarang.

Sedang Vasternburg sendiri kini justru telah diruntuhkan, dan di

atas bekas pekarangannya yang luas akan dibangun hotel berbintang

lima oleh pemilik modal.

b) Maligi

Maligi merupakan bagian terdepan dari Sasono sewoko. Joglo

model Limasan Jubang ini dalam arsitektur modern disebut kanopi

dipakai sebagai tempat sunat/khitan para pangeran putra raja.

c) Sasono sewoko

Berbentuk pendapa luas dengan dapur Joglo Pengrawit. Sasono

sewoko berarti tempat untuk siniwaka atau duduk raja di kursi tahta

dihadap abdi dalem berpangkat tinggi. Pada masa Sinuhun Pakoe

Boewono IX, pisowanan diselenggarakan setiap Senin, dan Kamis.

Sedang, Pakoe Boewono XI melakukannya hanya pada hari Senin.

Dibangun tahun 1767 M (Wawu 1697), Sasono sewoko berdiri

di atas halaman inti keraton yang teduh oleh sejumlah tanaman pohon

sawo kecik, simbol dari "sarwo becik" atau serba baik.

Sasono sewoko yang sekarang merupakan hasil pembangunan

kembali setelah dalam kebakaran hebat 1985 lampau musnah menjadi

abu bersama bangsal utama lainnya.

d) Paningrat

Emperan atau teras yang mengelilingi Sasono sewoko dengan

lantai yang agak lebih rendah.

e) Pringgitan Parasdya

Berbentuk Joglo Kepuhan Jubungan, bangunan ini

menghubungkan Sasono sewoko dengan Dalem Agung Prabasuyasa.

Dari pringgitan inilah Sinuhun sering menonton pagelaran wayang kulit

yang digelar dalang-dalang keraton maupun gladi kesenian termasuk

latihan tari Bedaya Ketawang oleh putri-putri bedaya, terutama

Page 59: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

42

menjelang upacara tinggalan-Jumenengan (upacara peringatan ulang

tahun kenaikan tahta).

f) Praba Suyasa

Berarsitektur Joglo Limasan Sinom Mangkurat, Dalem Ageng

Prabasuyasa terbagi menjadi 4 ruangan penting: Kamar Gading, Kamar

Ageng, Gedong Pusaka dan Prabasana.

Sebagai bagian paling utama dari keraton, Praba Suyasa

dibangun di atas berbagai jenis tumbal dan rajah serta inti dari segala

emas, perak, permata berlian, tembaga dan besi yang ditanam sebagai

alas lantai bangunan.

Tanah urug Praba Suyasa diambilkan dari Desa Talawangi dan

Sana Sewu yang pernah dicalonkan sebagai bakal keraton baru

penggant i Kartasura sebelum akhirnya memilih Desa Sala.

Pembatalan kedua daerah itu dilatarbelakangi oleh ramalan yang

mengatakan pembangunan keraton di Talawangi hanya mampu

bertahan 150 tahun. Sementara jika didirikan di Sana Sewu umur

keraton akan lebih singkat, sekitar 50 tahun.

Dengan memanfaatkan campuran tanah urug dari Talawangi

dan Sana Sewu, diharapkan usia Keraton Surakarta mampu mencapai

200 tahun.

g) Sasana Handrawina

Terletak tepat di samping Selatan Sasono sewoko. Bangunan

dhapur Limasan Klabang Nyander ini dibuat semasa pemerintahan

Sinuhun Pakoe boewono V sekitar tahun 1823.

Penyempurnaan dilakukan, oleh Pakoe Boewono X. Dinding

keliling ruangan digant i kaca, lantai mempergunakan marmer putih,

tiang soko ditinggikan dan plafon lama dibongkar digant i baru yang

berornamen. Sasana Handrawina merupakan tempat, perjamuan resmi

saat keraton menerima kunjungan tamu-tamu terhormat.

Sasana Handrawina yang sekarang merupakan hasil

Page 60: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

43

pembangunan kembali Bangsal yang sama setelah terbakar habis pada

akhir Januari 1985. Selesai dibangun sesuai bentuk aslinya tanggal 19

Desember 1997 menghabiskan dana Rp 5,3 milyar bantuan dari

pemerintah dan 15 pengusaha nasional. Sasana Handrawina diformat

untuk penyelengararaan perjamuan modern dengan kelengkapan sistem

pendingin udara, pantry dan fasilitas lainnya.

h) Keputren

Kompleks tempat tinggal para isteri dan puteri-puteri raja.

Terletak di halaman belakang Praba Suyasa, Keputren terdiri dari dua

gedung, Panti Rukm i dan Pant i Astuti.

Keputren merupakan kawasan terlarang bagi pria. Dulu, dalam

kompleks ini dilengkapi dengan pasar yang para bakul atau penjualnya

terdiri atas para abdi dalem wanita.

i) Banon Cinawi

Sering pula disebut Tursinopuri. Bangunan ini dibuat Pakoe

Boewono X untuk tinggal 40 selirnya. Berbeda dengan Panti Rukmi

dan Panti Astuti yang masih dihuni dan terawat baik. Tursinopuri sudah

dalam kondisi rusak parah.

j) Keraton Kilen

Berada di Utara Keputren. Keraton kilen mempunyai art i

simbolis penyelamatan wahyu raja-raja Jawa.

Menjelang jatuhnya tempo ramalan akan habisnya Keraton

Kasunanan setelah berdiri selama 2 abad, Sinuhun Pakoe Boewono X

membangun istana baru, yakni Keraton Kilen, di Barat gunung..

Dengan kepindahan ini diharapkan Keraton Surakarta terbebaskan dari

ramalan tersebut. Gunung yang dimaksudkan dinamakan Junggring

Saloka adalah tanah yang ditimbun tinggi dibentuk mirip gunung,

lengkap ditanami berbagai jenis pohon menyerupai hutan yang

dibangun tepat di tengah memisahkan Praba Suyasa dengan Keraton

Kilen.

Page 61: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

44

Keraton Kasunanan Surakarta telah diramalkan usianya hanya

200 tahun. Oleh karena itu, Susuhunan Pakoe Boewono X setelah

mendapat petunjuk gaib, mewiradati supaya Keraton Kasunanan

Surakarta dapat langgeng sepanjang masa dengan membuat Keraton

Kilen, ( Keraton yang berada di dalam keraton ). Untuk itu namanya ”

Keraton Kilen Hing Probosono ”. Makna simbolisme pada Probosono

yaitu memancarkan kesegaran yang alami sebagai alam tumbuh-

tumbuhan ( tetuwuhan ) terutama tanaman padi ( parisepuh/ hijau daun

padi tua ), warna hijau sebagai lambang kasih sayang atau kecintaan

antar keluarga raja dan cinta raja sebagai pengayoman rakyat atau

kawula yang merujuk pada makna dasar pertumbuhan suatu keturunan

keraton yang diharapkan akan memancarkan sinar secara alami yang

memiliki kekuatan dan keastian/ percaya diri secara seimbang. Pada

gilirannya, para raja yang kelak memimpin kerajaan diharapkan

memiliki ketegaran dan teguh pendirian dalam menjalankan cita-cita

luhur keraton ( wawancara : KGPH Poeger ).

Dalam Keraton Kilen Hing Probosono terdapat motif bunga

wijaya kusuma yang merupakan sumber kekuatan bagi keraton. Bunga

wijaya kusuma adalah sejenis pohon yang masih sekerabat dengan

Kolbanda. Bunga wijaya kusuma dipakai untuk penobatan raja dan

permaisuri raja yang sedang hamil sebagai sumber kekuatan dan

keharumannya. Apabila sedang mekar, dapat mencapai sepuluh meter

wanginya. Tanaman wijaya kusuma hanya terdapat di daerah tertentu

seperti Pulau Bali, Kepulauan Karimun Jawa, Pulau Nusakambangan,

Pulau Puteran ( dekat Madura ), dan Ambon

k) Argapura dan Argapeni

Dua bangunan kembar yang berdiri berjajar di Argasoka. taman

dalam keraton. Fungsi kedua bangunan ini sebagai tempat pemujaan.

Argapura dan Argapeni dianggap sebagai pengejawantahan

Krendhawahana, satu diantara pusat ''pedhanyangan" (kerajaan

makhluk halus) di 4 kiblat (arah mata angin) yang diagungkan

Page 62: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

45

Keraton Surakarta.

l) Bandegan

Bandengan merupakan tempat meditasi dan shalat raja.

Bangunan ini terletak di tengah sebuah kolam. Di sisi Barat

Bandengan terdapat semacam cungkup untuk menyimpan Kiai Pamor,

pecahan batu meteorit yang pernah jatuh di sekitar Prambanan semasa.

Pakoe Boewono X. agak di sebelah Selatan terdapat pershalatan, juga

tempat shalat tahajud dan shalat hajat raja yang berbentuk bangunan

terbuka berlantai tinggi.

m) Masjid Pudyasono

Didirikan tahun 1912 M, masjid yang terletak di bagian dalam

kompleks keraton ini khusus dipergunakan shalat sehari-hari raja serta

keluarganya. Di masjid ini pula jenazah raja dan permaisuri yang

mangkat disucikan sebelum dimakamkan.

n) Madusuko

Tempat tinggal Sinuhun Pakoe Boewono X.

o) Langen Katong

Bangunan bert ingkat bekas rumah pribadi Pakoe Boewono II.

Salah satu ruangan di lantai atas dinamakan Sanagar Wewarungan

yang dipakai Sinuhun melihat perang.

p) Bangsal Puspan

Terdiri dari dua bangunan bersebelahan, tempat abdi dalem

yang khusus melayani raja saat berada di Madusuko.

q) Sasana Hadi

Didirikan oleh Pakoe Boewono IX ketika masih menjadi putra

mahkota.4 Gedung ini dilengkapi pendapa yang disebut Parankarsa.

Sinuhun Pakoe Boewono X menambahkan sebuah pintu dinamakan

Kori Talangpaten menghadap ke Utara arah garasi kereta. Sekarang,

Sasana Hadi merupakan tempat tinggal resmi Sinuhun Pakoe

Page 63: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

46

Boewono XII

r) Wismayana

Bangsal yang awalnya dipakai sebagai kantor pengawas

keuangan keraton

s) Sasana Dayinta

Dibangun Sinuhun Pakoe Boewono IX sebagai rumah tinggal

resmi. Semasa Pakoe Boewono X gedung ini dijadikan kediaman

permaisurinya, Gusti Kangjeng Ratu Hemas, sehingga disebut pula

Gedung Kemasan. Nama ini berubah lagi menjadi Dalem Paku

Buwanan, karena dipakai sebagai tempat tinggal Gusti Kangjeng Ratu

Pakoe Boewono, permaisuri Sinuhun Pakoe Boewono XI.

Selain bangunan-bangunan di atas, masih terdapat sejumlah besar

bangsal atau gedung lainnya yang berada dalam kawasan keraton.

Diantaranya yang penting adalah:

(1) Kadipaten Anom

Semacam istana kecil khusus bagi calon pewaris tahta. Gedung di

sebelah Timur Sasono sewoko yang dibatasi pagar tembok pemisah

dengan halaman dalam keraton ini, sekarang beralih fungsi menjadi art

galeri yang terbuka untuk kunjungan wisatawan domestik maupun

asing.

(2) Sasana Prabu

Gedung kantor raja.

(3) Bangsal Pradangga

Tempat menabuh gamelan saat berlangsung upacara resmi Keraton.

(4) Bale Kretarta

Kantor Keuangan Keraton.

(5) Bale Sitaradya

Kantor Pangageng Parentah Keraton.

(6) Bangsal Mandrasana

Kantor Administrasi Inventaris Keraton.

Page 64: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

47

(7) Bale Karta

(8) Karyabaksana

(9) Sasana Wilapa

Kantor Sekretariat yang membuat surat dari raja dan mengurus surat-

surat masuk ke keraton.

(10) Nguntarasana

Tempat transit para pangeran dan abdi dalem sebelum diperkenankan

naik menghadap di Sasono sewoko.

(11) Bale Drawisana

Tempat menyiapkan minuman untuk perjamuan.

(12) Panti W ardaya

Kantor Perbendaharaan.

(13) Sasana Pustaka

Gedung perpustakaan keraton.

(14) Gandarasan

Rumah abdi dalem Gandarasa, ahli membuat sesaji serta tumbal.

(15) Kori Gadung Mlathi

Pintu di kompleks Magangan yang menghubungkan keraton dengan

alun-alun Kidul atau Selatan. Kemudian Reksa Wahana, Amongraras,

Marta Reksa Cangkrama, Gedung Reksa Panjuta, Gedung Joli, Gedung

Langen Taya, Gedung Bekakas, Gedung Duryareka, Kori Srimangant i

Kidul, Pendapa Pamagangan, Gedhong Cebolan, Gedhong Magasen,

(tempat penyimpanan senjata-senjata api prajurit keraton). Di luar

cepuri atau bangunan inti keraton namun masih dalam kawasan

Baluwarti bertebaran bangunan-bangunan pendukung kelengkapan

keraton, antara lain :

(a) Gedong Kereta

Berupa dua bangunan berjajar memanjang. Satu diantaranya

sekarang telah berubah menjadi human. Sedang gedung satunya

masih berfungsi sebagai bangsal penyimpanan kereta. Sedikitnya

keraton memiliki 9 kereta yang masing-masing dipergunakan untuk

Page 65: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

48

kepentingan berbeda. Nama kereta-kereta itu adalah:

1. Kiai Garudha Kencana

Dipakai kirab raja seusai penobatan t ahta.

2. Kiai Garudha Putra

Kereta jemputan bagi tamu agung.

3. Kiai Manik Kumala

Dipergunakan raja saat memeriksa barisan atau parade prajurit

keraton.

4. Kiai Retna Juwita

Kereta untuk petinggi keraton yangg mewakili raja ketika

menghadiri undangan perjamuan.

5. Kiai Siswanda

Kereta jemputan bagi putra sentana.

6. Kiai Mara Seba

Kereta jemputan bagi pejabat pent ing.

7. Kiai Retna Sewaka

Kereta untuk melayat.

8. Kiai Raja Peni

9. Kiai Retna Pambagya

(b) Kestalan

Berasal dari kata istal. Bangsal ini merupakan kediaman abdi

dalem.

(c) Sasana Mulya

Bangunan berbentuk joglo dengan topengan di bagian depan ini

dipakai sebagai tempat penyelenggaraan perhelatan. Persemayaman

jenazah bangsawan dan resepsi pengant in keraton berlangsung di

tempat ini.

Sasana Mulya sempat beralih fungsi saat dipinjam sebagai kampus

Page 66: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

49

Akademi Seni Karawitan Indonesia (ASKI) kini Sekolah Tinggi

Seni Indonesia (STSI) Surakarta, antara 1967-1980.

(d) Suryoham ijayan

Tempat tinggal Pangeran Suryohamijoyo, putra Sinuhun Pakoe

Boewono X. Rumah pribadi berpekarangan sangat luas ini dulu

pernah direncanakan menjadi lokasi hotel Argosonya yang dibiayai

dengan dana rampasan perang dari Jepang. namun, proyek itu tak

pernah terealisasikan tanpa alasan jelas. Sementara proyek serupa

yang dijatahkan kepada Kasultanan Yogyakarta berlangsung mulus

dalam bentuk pembangunan Hotel Ambarukm a.

(e) Mangkubumen

Rumah Kangjeng Gusti Pangeran Haryo Mangkubumi, sulung

Pakoe boewono XI. Kondisinya kini rusak parah tak terawat.

(f) Bratadiningratan

Lebih dikenal sebagai Bratan, kediaman Kangjeng Raden Mas

Tumenggung Bratadiningrat yang kemudian kepemilikannya jatuh

ke tangan Kangjeng Raden Mas Haryo Purwohamijoyo, putra

almarhum Soedjonohumardani, menantu Sinuhun Pakoe Boewono

XII.

Selain itu masih terdapat sejumlah rumah sejenis di antaranya:

Pakuningratan, Cokrodiningratan, Suryoputran, Ngabean,

Wiryodiningratan, Purwodiningratan, Mlayakusuman. Di luar

kawasan Baluwarti masih banyak aset keraton. Bangunan-

bangunan yang bertebaran sampai di berbagai daerah ini rata-rata

sudah beralih ke tangan pemerintah. antara lain:

a. Kebon Raja atau Taman Sriwedari .

b. Stadion Sriwedari, dibangun semasa Pakoe Boewono X.

c. Perpustakaan Radya Pustaka, dikelola oleh sebuah yayasan

Paheman Radya Pustaka.

d. Pasanggrahan Langenharjo, Madegondo, Parangjoro,

Page 67: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

50

Tegalgondo, Pengging, Pracim oharjo dan Indromarto yang

kesemuanya berada di Kabupaten Sukoharjo serta Boyolali.

c. Kom pleks Alun-alun Selatan

Orang umumnva menganggap Alun-alun Selatan atau Kidul merupakan

halaman belakang keraton. Tetapi sesungguhny a adalah halaman depan.

Menurut konsep Jawa, kiblat sebuah rumah ditentukan oleh arah

menghadap rumah tersebut. Dalam kaitan ini, Dalem Ageng PrabaSuyasa

sebagai pusat dari seluruh bangunan keraton, jelas menghadap ke arah selatan

dengan demikian alun-alun Selatan dapat disimpulkan sebagai halaman depan.

"Kiai Tumenggung Wiraguna dumugi Alun-alun pengkeran lajeng nyengkal

masjid ageng, beteng dalah sadaya griyanipun Kumpeni... "

Artinya, Kiai Tumenggung Wiraguna setelah sampai di alun-alun belakang

lalu mengukur masjid besar, beteng serta loji-loji rumah Kumpeni.

Padahal keseluruhan bangunan itu tidak terletak di alun-alun Selatan,

melainkan berada di kawasan alun-alun Utara. Namun, ditilik dari ragam dan

kualitasnya, bangunan yang terdapat di alun-alun Selatan memang lebih sedikit

dan sederhana dibandingkan dengan yang ada di alun-alun Utara.

Bangunan atau bangsal-bangsal itu antara lain:

1) Siti Hinggi l Kidul

2) Lumbung Silayur

Terletak di kanan dan kiri dibalik tembok pagar Siti Hinggil.

3) Ringin Kurung

Berupa dua pohon beringin di tengah alun-alun yang masing-masing

ditanam dalam pagar besi.

4) Kandang Gajah

Kini telah berubah menjadi perkampungan padat yang disebut Kampung

Gajahan.

5) Gapura Gading

Page 68: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

51

Gapura Gading mengandung nilai penting karena menghubungkan keraton

dengan arah Selatan yang mistis. Gerbang ini juga dinamakan Gapurendra,

dari asal kata Gapura (gerbang) dan Narendra (raja). Pada bagian atas

Gapura Gading, terpahat relief timbul Radyalaksana, simbul kebesaran

Keraton Kasunanan Surakarta yang dibuat atas perintah Sinuhun Pakoe

Boewono X.

Bentuk dan Arti Radyalaksana

Lambang Radyalaksana berbentuk elips atau oval mirip perisai berdiri

berwarna biru dengan garis tepi emas. Di luar perisai melingkar gambar padi

dan kapas yang gagang bawahnya dijalin sebuah pita merah putih. Sedang pada

bagian atasnya berhiaskan mahkota raja atau topong.

Dibagian dalam perisai sisi bawah terdapat gambar bola dunia (Jawa:

Boewono) serta sebuah paku besar yang menancap di tengahnya. Sementara di

atasnya terlukis matanari yang tengahnya bersinar, bulan sabit serta sebuah

bintang yang membentuk sudut segitiga. Ketiga benda alam ini melambangkan

arti raja-raja Keraton Kasunanan Surakarta merupakan persatuan darah dari 3

putra Pakoe Boewono I di Kartasura, yakni Pangeran Suryaputra

(surya=matahari), Raden Mas Gusti Sasangka (bintang) dan Raden Mas Gusti

Sudama (bulan).

Sepeninggal Paku Boewono I tahta Kartasura jatuh ke tangan putra

sulungnya. Pangeran Suryaputra yang kemudian begelar Sinuhun Amangkurat

IV yang terkenal disebut Amangkurat Jawi. Setelah wafat ia digant ikan

putranya Sinuhun Pakoe Boewono II.

Raden Mas Gusti Sasangka yang kemudian bergelar Gusti Panembahan

Purbaya antara lain mempunyai Putri Raden Ajeng Suwiyah, yang kemudian

diambil istri Sinuhun Pakoe Boewono III. Sampai pada tataran ini berart i

keturunan Surya Putra telah menyatu dengan Sasongko. Sementara Raden Mas

Gusti Sudoma kemudian diwisuda menjadi Kanjeng Gusti Pangeran Harjo.

Balitar mempunyai seorang putri bernama Raden Ajeng Wulan yang

diperisteri Kangjeng Gusti Pangeran Arya Mangkunagara, putra tertua Sinuhun

Page 69: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

52

Amangkurat Jawi. Dari pernikahan ini lahir Raden Mas Sahid alias

Sambernyawa kelak menjadi Kanjeng Gusti Pangeran Arya Adipati

Mangkunagara I.

Dalam perkawinannya dengan seorang wanita asal Desa Nglaroh, Raden

Ayu Sepuh, Mangkunagara I memperoleh putra Kanjeng Pangeran Harya

Prabuwijaya. Setelah dewasa Prabuwijaya menikah dengan Kanjeng Ratu Alit,

putri Pakoe Boewono III, menurunkan putra Mangkunagara II.

Mangkunagara II menyunting putri Adipati Sindureja, mempunyai putra

Kangjeng Pengeran Haryo Hadiwijaya, yang kemudian kawin dengan putri

Pakoe Boewono VIII, Kanjeng Ratu Bendara. Dari pernikahannya ini

Mengkunagara II memperoleh putri Raden Ajeng Kustiyah. Setelah dewasa

Kustiyah dipermaisuri Pakoe Boewono IX dan melahirkan putra Sinuhun

Pakoe Boewono X. Setelah berproses selama 10 generasi inilah darah

keturunan matahari, bulan dan bintang bertemu pada Pakoe Boewono X,

sebagaimana yang tergambar dalam lambang Radyalaksana.

2. Makna Filosofis

Rangkaian dan tata letak bangunan-bangunan jelas menunjukkan adanya

pemisahan antara keraton dengan dunia luar. Selain itu setiap pembagian ruangan

terkesan diorentasikan ke satu titik tahta raja.

Struktur semacam itu mengartikan keraton dianggap sebagai pusat

mikrokosmos tempat pulung atau wahyu keraton bersemayam. Sedang pulung

mengandung makna prinsip kekuasaan dari wangsa yang sedang memerintah,

yang keberadaannya memancarkan pengaruh ke segenap penjuru.

Dalam art i lain keraton dimitoskan sebagai orde kosmis sumber kekuatan

sakral transendental yang berperan menjadi penghubung dengan makrokosmos.

Mitos ini menuntut untuk senant iasa diaktualisasikan dalam bentuk ritual sebagai

perilaku simbolis yang terwujudkan dalam berbagai ragam dan jenis kebudayaan.

Mitologisasi dan ritualisasi ini pada gilirannya akan menempatkan keraton sebagai

pusat keselarasan antara mikro dengan makrokosmos.

Page 70: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

53

Untuk mencapai tingkat tersebut jenjang kom unitas menjadi unsur

menentukan. Penghayatan akan nilai-nilai kedudukan raja, alat-alat upacara,

regalia serta pusaka-pusaka bukan saja perlu ditanamkan. Terlebih juga menuntut

untuk dilembagakan.

Ragam kesenian dan budaya yang faktual bisa ditemukan dalam daerah

persebaran yang luas setidaknya membuktikan sejauh mana keraton telah berhasil

membumikan aspek etis, estetis maupun ide-ide kebudayaannya dalam kehidupan

masyarakat luas.

Tata letak bangunan Keraton Surakarta dilandasi oleh konsep spiritual

kosmogoni yang sudah lama dikenal masyarakat Jawa sejak masa pra-Islam. Int i

dari konsep ini ialah kepercayaan adanya keselarasan antara jagad kecil

(mikrokosmos berarti dunia manusia) dan jagad besar (makrokosmos berarti alam

semesta).''

Kosmogoni menurut paham Hindu lebih dipertegas lagi dalam pengertian

raja sebagai titisan dewa-dewa penguasa mikrokosmos. Kemudian serta

ketentraman dunia dapat dicapai dengan cara menyelaraskan keadaan yakni

menyusun keraton sebagai gambaran dari alam semesta dalam bentuk kecil.

Karenanya, istana secara fisik diarahkan untuk memenuhi konsep kosmogoni.

Nilai-nilai keselarasan antara mikro dengan makrokosmos tersebut

banyak yang kemudian dijabarkan dalam pembagian wilayah, ragam hias maupun

bentuk-bentuk bangunan. Menurut pandangan tradisi masyarakat Jawa, Bangsal

Srimangant i, misalnya, diibaratkan jalan menuju surga. Sebab itu, segala bentuk

nafsu duniawi harus ditanagalkan sebelum orang masuk ke dalam keraton.

Sementara menilik perbedaan seni bangun dan seni hias bangsal-bangsal

di bagian Utara dibandingkan yang di Selatan menyimpulkan sikap seorang raja

yang mendahulukan kepentingan umum. Ini selaras dengan bangunan-bangunan

di alun-alun Utara yang rata-rata lebih megah karena berfungsi sebagai tempat

penyelenggaraan upacara bagi masyarakat. Sedang bangsal-bangsal yang berada

di alun-alun Selatan lebih bersifat untuk memenuhi kepentingan keraton.

Secara skematis halaman dan bangunan yang terdapat di dalam kompleks

keraton merupakan gambaran mikrokosmos. Pintu-pintu gerbang tak lain adalah

Page 71: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

54

gambaran dari benua, sedang halaman-halamannya menyimbolkan lautan.

Gambaran Meru atau puncak gunung dalam konsep Hindu dengan istana

dewa diwakili oleh Dalem Ageng Praba Suyasa. Tempat tinggal raja ini

merupakan gedung paling sakral di antara bangunan-bangunan lain dalam

kom pleks keraton, karena dianggap sebagai pusat spiritual dan kekuatan magis

kerajaan.

Nama-nama bangunan di sekitar Probo Suyoso juga disesuaikan dengan

nama-nama pada pusat kosmos seperti : Junggring Saloka, tak lain adalah istana

para dewa dipuncak Meru.

Bangunan-bangunan yang terdapat di halaman keraton penataannya

berderet ke Utara-Selatan dan Timur-Barat. Bangunan utama yang berada di

tengah diwakili Praba Suyasa, Sasono Sewoko dan Sasana Handrawina. Sisi

Timur diwakili Kadipaten dan bagian Barat oleh Keputren.

Struktur penataan bangunan yang sedimikian ini, lebih banyak

dipengaruhi unsur kepercayaan Jawa dari masa Majapahit. Sesuai mitos, Timur

dianggap arah yang paling tua. Arah ini menempati posisi pent ing, karena

berkaitan dengan Dewa Matahari, lambang awal kehidupan.

Titik sentrum dari seluruh rangkaian bangunan dalam kompleks keraton

adalah Panggung Sangga Buwana. Bangunan berbentuk menara ini membagi

keraton menjadi imbangan dua kekuatan kehidupan dunia-akhirat.

Sisi kiri Sangga Buwana mewakili konsep rohani hablum inallah. Sebaliknya

sebelah kanan panggung melambangkan aktivitas duniawi habluminannas. Itu

sebabnya keraton membangun tempat-tempat peribadatan keagamaan selalu di

sebelah Barat . Sedang sisi Timur merupakan kawasan pengembangan

perekonomian, seperti pasar, pertokoan dan sebagainya.

3. Adat Keagam aan

Masih ada sejumlah upacara adat keraton yang terkait erat dengan

keagamaan, dalam hal ini agama Islam. Tradisi ini merupakan warisan sistem

syiar Islam yang dilakukan Wali Songo dan juga Sultan Agung. Menurut sejarah.

Islamisasi di tanah Jawa diawali setelah runtuhnya kerajaan Majapahit (1518 M)

Page 72: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

55

dan sejak berdirinya Keraton Demak di bawah kekuasaan Raden Patah.

Melalui peran Wali Songo Islamisasi berlangsung interaktif antara

kebudayaan keraton dengan Islam. Para pujangga menyebutnya era ini sebagai

masa peralihan dari zaman Kabudan (tradisi Hindu, Budha) ke zaman Kewalen

(jaman para wali/Islam). Peralihan disini tidak bermakna sebagai pembuangan dan

pergant ian tradisi, melainkan peng-Islaman seni budaya warisan Hindu-Budha.

Seni budaya nenek moyang yang adiluhung diberi warna Islam.

Jadi sejak kerajaan Islam pertama di tanah Jawa berdiri abad ke-16 M,

telah terjadi proses akulturasi kebudayaan istana yang bersifat Hindu-Jawa dengan

kebudayaan Islam. Proses itu merupakan Islamisasi budaya istana. Ada empat

pert imbangan yang melatar belakangi terjadinya proses Islamisasi tradisi lama di

antaranya disebutkan warisan budaya istana yang dinilai amat halus, adiluhung

serta kaya pada zaman Islam tentu bisa dipertahankan dan di masyarakatkan

apabila dipadukan dengan unsur-unsur islam.Kemudian pihak istana sendiri

sebagai pendukung dan pelindung agama merasa perlu mengulurkan tangan untuk

menyemarakkan syiar Islam.

Wayang sebagai salah satu produk kebudayaan istana yang berbau unsur

Hinduisme tidak harus dibuang. Wayang oleh Walisongo tetap dimanfaatkan

secara opt imal dalam kegiatan dakwah. Islamisasi wayang ini terlihat dengan

masuknya jimat layang kalimosodho (kalimat syahadad) yang dijadikan pusaka

Kerajaan Amarta (Pandawa). Jimat ini merupakan pemikiran dalam memberikan

legalitas Syahadat pada pewayangan yang jelas-jelas menjadi inti dari kebudayaan

Keraton.

Kreasi para wali dalam bidang pewayangan juga menghasilkan

perlengkapan-perlengkapan kelir (layar) yang melambangkan langit serta alam

semesta. Kemudian debog (batang pisang) yang disimbolkan sebagai bumi,

balencong (pelita besar) yang melambangkan matahari dan dalang perlambang

cara Tuhan mengatur makhluk-Nya.Disamping Sunan Kalijaga juga memberikan

warna Islam, terhadap bentuk dan karakter para tokohnya sehingga tidak

bertentangan dengan Islam. Sementara Sunan Bonang membuat detail dan bagian

seperti hutan dengan aneka margasatwanya yang melambangkan makhluk Tuhan.

Page 73: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

56

Begitupun Raden Fatah Sultan Demak m enciptakan gunungannya.

Kerja kolekt if para wali itu akhirnya melahirkan permainan yang

bermutu dan menarik. Tujuannya tak lain untuk mendidik dan mengajarkan secara

tidak langsung nilai-nilai keislaman khususnya mengenai tarekat dan mistik

kepada orang Jawa yang menggemari wayang.

Sementara Sunan Giri juga melakukan terobosan yang sangat berart i. Ia

mengarang kitab ilmu falak yang disesuaikan dengan alam dan disesuaikan

dengan pikiran orang Jawa. Kitab ini dapat dijumpai di museum Radya Pustaka

Solo, suatu kitab yang digubah Pujangga Ranggawarsita berdasarkan hasil-hasil

buah pikiran Sunan Giri II dengan nama kitab atau serat Widya Praddana.

Dalam Widya Praddana dapat dijumpai ilmu falak sebagai astronomi dan

memuat penanggalan atau almanak yang berlaku bagi orang Jawa didasarkan atas

prinsip-prinsip ilmu falak Islam, antara lain meliputi nama-nama hari, tanggal,

tahun, windu dan sebagainya. Dari istilah-istilah Hindu Budha, diubah menjadi

istilah Islam. Selain memugar aspek kebudayaan, tindakan ini menunjukkan suatu

proses Islamisasi.

Disamping itu dikarang juga ilmu falak sebagai astrologi sepert i

perhitungan nasib, kitab tentang naas atau apes, nasib malang atau keburuntungan

dengan nama nujum atau ramal dan kitab ilmu Firasat. Masih banyak lagi kreasi

Walisongo yang menjadi wasilah (penghubung) mengislamkan tanah Jawa.

Misalnya, mengadakan upacara tradisi guna memeriahkan peringatan-peringatan

hari besar Islam. Peringatan tersebut dikemas secara kreatif sehingga menarik

perhatian banyak orang.

a. Sekaten

Sekaten.adalah salah satu upacara tradisi peringatan hari besar Islam

karya Walisongo yang hingga kini masih menarik perhatian masyarakat. Sekaten

diselenggarakan untuk menyambut peringatan lahirnya Nabi Muhammaad Saw

yang jatuh pada tanggal 12 Rabbingul-awal (Robiul Awal). Upacara adat

keagamaan tahunan ini dipusatkan di Masjid Agung dari tanggal 5 sampai dengan

12 Rabbingul awal.

Page 74: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

57

Sekaten berdasarkan tafsir etika moral berasal dari kata `sekat i' yang

memiliki arti setara di dalam menimbang hal baik atau buruk. Sedangkan

berdasarkan tafsir ketaukhidan, berasal dari kata: Syahadatain yakni meyakini

kebenaran perkara dua: yakin kepada Allah SWT (Syahadat Taukhid) serta yakin

dan percava kepada Nabi Muhammad sebagai utusan Allah (Syahadat Rassul)

Upacara sekaten diawali dengan prosesi turunnya dua perangkat gamelan

dari Keraton menuju halaman Masjid Agung. Dua perangkat pusaka gamelan

bernama Kiai Guntur Madu dan Kiai Guntur Sari ini melambangkan kalimat

syahadatain (dua kalimat sahadat). Kiai Guntur Madu di sebelah Selatan yang

ditabuh pertama melambangkan Syahadat Taukhid, sedangkan Kiai Guntur Sari

yang berada di bagian Utara sebagai Syahadat Rassul.

Itulah kreasi peninggalan Walisongo dalam melakukan Islamisasi di

tanah Jawa. Mereka tetap mempertahankan unsur-unsur kebudayaan peninggalan

lama untuk kepentingan masing-masing dua perangkat gamelan di atas juga

mengandung makna Islam. Rambu berasal dari kata arab Rabbuna (Allah

Pangeranku) sedangkan rangkung atau Roukhun jika diartikan menjadi jiwa besar

atau jiwa agung.

Saat pertama gending Rambu akan ditabuh seusai sholat Ashar tanggal 5

Rabbingulawal (Maulud), banyak ibu-ibu yang berduyun-duyun masuk ke

halaman masjid Agung guna mendekati gamelan. Mereka ingin mendengarkan

langsung gending pembuka sembari makan sirih. Karena di kaalangan masyarakat

sejak lama beredar kepercayaan siapa yang makan sirih saat gamelan Sekaten

diperdengarkan bakal awet muda. Begitu pun petani yang membeli pecut

(cambuk) ternaknya akan cepat berkembang. Dari kepercayaan itu akhirnya

turunnya gamelan selalu diikuti datangnya para penjual sirih, pecut dan makanan

khas tradisional nasi liwet, telur asin, wedang ronde dan sebagainya.

Dengan daya tarik perayaan sekaten di atas, masyarakat mau berduyun-

duyun menuju masjid kemudian mengerti hari besar Islam khususnya kelahiran

Rasulullah Saw. Bahkan ada pula yang langsung bisa mengucapkan dua kalimat

Syahadat. sebagai ikrar dirinya memeluk agama Islam. Asyhadu an laa ilaaha

illallah, wa asyhadu anna Muhammadarrasulullah (Tidak ada Tuhan kecuali

Page 75: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

58

Allah dan Muhammad Rasul utusan Allah).

Itulah strategi Walisongo dalam melakukan Islamisasi. Perjuangan

dakwahnya terhadap masyarakat Jawa yang masih tebal rasa Syiwa dan

Budhanya. tidak sekaligus membanjiri Islam dalam format keakraban, melainkan

memberikan keislaman dalam kemasan tradisi Jawa yang banyak dipengaruhi

Hindu dan Budha semuanya tentu dilakukan tetap berdasarkan hukum ketentuan

Sunatullah yang telah digariskan dalam Alquran.

b. Grebeg

Setelah sekaten berlangsung tujuh hari, sebagai acara penutup diadakan

upacara grebeg, sedekah makanan dari Sinuhun Pakoe Boewono. Upacara ini juga

sering disebut ‘Gunungan’, karena sejumlah makanan disajikan dalam bentuk

gunung. Secara rinci Kangjeng Gusti Pangeran Haryo Hadiwijaya menguraikan

bahwa gunungan terdiri 24 jodang (usungan tempat makanan) besar yang terbagi

12 jodang gunungan laki-laki dan 12 lainnya jodang gunungan perempuan. Selain

itu juga diselingi anak-anak (saradan) dan 24 ancak-catoka (jodang ukuran kecil).

Gunungan laki-laki berbentuk tumpengan, mengerucut setinggi melebihi

orang berdiri. Dipuncaknya dihias ento-ento (sejenis makanan yang berbentuk

bulat) sebanyak 4 buah dan diatasnya lagi satu buah. Ini melambangkan

manunggalnya rasa sejati. Kemudian pada puncaknya ditancapkan bendera kecil

gulo-klopo (merah putih) yang melambangkan laki-laki perempuan.

Sedangkan gunungan perempuan bentuknya seperti gender (instrumen

gamelan), karenanya juga disebut ‘gegenderan’. Segala sesuatunya tak beda

dengan gunungan laki-laki.

Prosesi ‘Gunungan’ dari keraton menuju masjid Agung dipimpin patih

dengan diiringi pembesar keraton. Dalam memimpin prosesi ini patih selalu

tampil tegap dan berwibawa, menghindar dari segala pandangan yang

mengganggu pelaksanaan hajat raja. Dan untuk menguji iman di depannya

ditampilkan tarian lucu “cantang balung”. Tarian yang dulu dilakukan para

Brahmana ini memang sengaja untuk menguji, jika tertawa pertanda masih dapat

tergoda.

Page 76: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

59

Formasi iring-iringan Gunungan dari halaman Kamandungan menuju

masjid, yang paling depan Gunungan laki-laki diikuti anak-anak dan Gunungan

perempuan. Berikutnya adalah acak catoka dalam formasi berjajar dua-dua diapit

abdi dalem diiringi gending Munggang, sedangkan pada rombongan ancak-

cantoka gending Kodok Ngorek.

Sesampainya Gunungan di serambi masjid Agung dibacakan doa oleh

Kiai Penghulu Tapsiranom. Setelah itu Gunungan dan tumpeng sewu dibagi-

bagikan kepada semua hadirin termasuk dikirim kepada Sinuhun. Namun karena

banyak pengunjung yang ingin mendapatkan tuah dari berkat hajad Raja tersebut,

seringkali abdi dalem kewalahan membendung serbuan orang yang berebut

makanan.

Sebagai pendukung dan pelindung agama keraton wajib menyemarakkan

syiar Islam. Para Sunan/Sultan senantiasa rasa sejati berusaha menyelaraskan

lingkungan budaya dengan membangun berbagai sarana, baik yang bersifat

struktural maupun kultural demi tercapainya syiar Islam. Sehinga sejak zaman

Demak telah bermunculan upacara-upacara keagamaan sepert i sekaten, Grebeg

Maulud. Grebeg Syawal. Dalam setahun Keraton setidaknva melangsungkan tiga

kali Grebeg dan yang paling besar Grebeg Maulud. Apalagi bertepatan dengan

tahun Dal Grebeg dirayakan secara besar-besaran.

c. Malam Selikuran

Bulan Puasa juga tak luput dari perhatian Keraton. Bulan suci Ramadan

adalah bulan yang mulia yang penuh berkah. Di dalam Al Qur’an telah ditegaskan

bahwa dalam bulan ini terdapat satu malam yang amat utama yang disebut Malam

Lailatul Qadar atau malam kemuliaan.

"Sesungguhnya Kami telah menurunkan (A1 Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah engkau apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan ijin Allah untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar." (QS Al Qadar 1-5)

Page 77: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

60

Surat Al Qodar tersebut secara jelas menunjukkan keistimewaan Lailatul

Qodar. Keistimewaan pertama. malam diturunkannya kitab Al Quran. Kedua,

malam penuh berkat, di mana ibadah yang dilakukan pada malam itu mendapat

gangjaran jauh lebih besar dari ibadah yang dikerjakan selama seribu bulan.

Ketiga, pada malam itu malaikat-malaikat dan rahmat bertebaran di muka bumi.

Keempat, sepanjang malam sampai terbit fajar penuh diliputi kedamaian.

kebahagiaan dan kenikmatan.

Malam Lailatul Qodar baik untuk beribadah dan memanjatkan doa

meminta kepada Allah SWT tentang hajat yang didambakan. Rasulullah Saw.

menganjurkan kepada umat Islam agar menyambut dan menghidupkan malam

Lailatul Qodar di penghujung bulan. atau sepuluh hari terakhir dari bulan

Ramadhan. Karena itu pula Sinuhun Pakoe Boewono yang juga mendapat sebutan

Waliyullah dengah gelar Sayidin Panatagama (kerabat nabi penata agama Islam)

memiliki tradisi Malam Selikuran (Malam 21). Sebuah tradisi peninggalan Wali

Sanga untuk menyambut turunnya wahyu A1 Quran.

Tradisi itu diawali dengan pisowanan patih dan seluruh bawahannya

serta abdi dalem penghulu, penasehat urusan agama Islam, kepada Sinuhun di

Pagelaran Sasana Sumawa pada malam 21 mengadakan acara hajatan Maleman

yang lebih sering disebut selamatan “Rosulan”. Acara makan bersama ini sebagai

tanda syukur kepada Allah atas rohmat dan anugerah yang telah diturunkan

kepada Rosulullah Saw. Jenis makanan yang dihidangkan yakni nasi uduk

lengkap dengan lauknya serta sejumlah panganan Baladan. Disebut demikian

karena dibuat di kampung Baladan tepatnya dibarat masjid Agung sisi Selatan.

Jenis panganan yang dibuat setahun sekali itu diantaranya kuping gajah dan kue

kembang jambu.

Seperti yang telah dianjurkan Rasulullah Saw, upacara adat menyambut

turunnya Lailatul Qodar masih berlanjut setiap malam ganjil. Untuk malam 23

khusus bagi putra-putri dan sentana, kemudian malam 25 jadwal untuk patih,

malam 27 kembali untuk putra-putri dan kerabat sedangkan m alam ganjil terakhir

29 seluruh rakyat. Selama itu tempat tinggal sentana maupun gapura keraton

diberi tambahan lampu penerang.

Page 78: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

61

Anak-anak pun menyambut dengan suka ria. Mereka berjalan beriringan

menuju taman Sriwedari dengan membawa lampu minyak yang disebut “ting”

pawai thing-thing. Untuk lebih menyemarakkan acara di taman Sriwedari dibuat

keramaian pasar malam. Pasar malam itu hingga sekarang masih berlanjut dan

oleh Dinas Pariwisata Pemerintah Daerah Tingkat II Surakarta diberi nama Pekan

Pariwisata Maleman Sriwedari (PPMS)

Perubahan nama menjadi (PPMS) tak lain untuk menarik minat

pemasang stand, pedagang maupun penonton. Melalui tradisi tahunan ini Pemda

dapat meraup pemasukan lumayan. Sehingga untuk lebih menarik perhatian

masyarakat. Dinas Pariwisata bersamaan pihak keraton juga menggarap

prosesinya Perjalanan dari Keraton Kasunanan hingga Sriwedari dikemas

sedemikian rupa sehingga menarik sebagai suguhan wisatawan salah satu upaya

yang ditempuh dalam meningkatkan penampilan adalah dengan mengadakan

lomba ting, lentera yang dihias kertas warna-warni.

d. Peringatan 1 Suro/1 Muharam

Tradisi 1 Suro adalah perpaduan antara warisan nenek moyang Jawa dan

Hindu. Kemudian keduanya dijalin dengan unsur Islam. Warna Islam merasuki

tradisi pergant ian tahun (tanggap warsa), setelah Sultan Agung Anyakrakusuma

bertahta sebagai raja Mataram. Raja yang terkenal patuh kepada agama Islam ini

mengubah kalender Saka (perpaduan Jawa-Hindu) menjadi kalender Sultan

Agung.

Perhitungan kalender Sultan Agung berlandaskan sistem Komariah

(perjalanan rembulan mengitari bumi) sepert i halnya yang diikuti kalender

Hijriyah atau kalender Islam. Sedangkan perhitungan kalender Saka mengikuti

sistem solar atau Syamsiyah (perjalanan matahari mengitari bumi). Meski

perhitungannya berbeda, tapi Sultan Agung dalam memberlakukan kalendernya

melanjutkan angka tahun Saka. Perubahan ini dimulai dengan 1 Sura tahun Alip

1555 yang bertepatan tanggal 1 Muharam tahun 1043 Hijriyah atau 8 Juli 1633.

Kebiiakan Sultan Agung diatas di antaranya bermaksud untuk

memperluas pengaruh agama Islam. Karena awal tahun baru Islam

Page 79: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

62

perhitungannya dimulai saat hijrah Nabi Muhammad Saw dari Makkah ke

Madinah. Sultan Agung merasa perlu menyesuaikan dengan kalender Hijriyah,

agar hari-hari raya Islam (Mau1id Nabi, Idul Fitri, Idul Adha) yang dirayakan

Keraton dengan acara Grebeg dapat dilaksanakan pada hari dan tanggal yang

sesuai dengan kalender Hijriyah.

Memperingati 1 SuroTahun Baru Jawa dengan demikian merupakan

peringatan yang Islami yakni mengenang kembali hijrah Nabi Muhamm ad Saw.

Dalam bulan Suro/Muharam terdapat hari yang disebut Asyura, yang berasal dari

kata Arab berarti hari kesepuluh atau tanggal 10 bulan Muharam. Pada hari

kesepuluh ini umat Islam disunatkan berpuasa. Dalam hadits yang diriwayatkan

Abu Gatadah al-Anshari ra, disebutkan ketika Nabi ditanya tentang puasa Asyura

(10 Muharam) Nabi mengatakan: ‘Puasa itu menghapuskan dosa setahun yang

lalu’.

Jadi tahun baru Hijriyah mempunyai makna yang lebih dalam. Berbicara

tahun baru Hijriyah berart i mengingat akan hijrahnya Rasulullah. Di sini memiliki

satu perjuangan dan satu makna. Sebuah kesempatan yang paling tepat untuk

melakukan instrospeksi dan penilaian diri terhadap kehidupan setahun yang lalu

dan setahun yang akan datang. Dari sini kita diharapkan dapat mensyukuri segala

nikmat yang dilimpahkan Allah, sehingga senant iasa menjadi orang yang takwa

Bersyukur dapat dengan bertafakur, takarruf kepada Allah di masjid atau

di mana pun tempatnya. Bagi Keraton Surakarta, upacara spiritual bertafakur dan

takarruf dipusatkan di Masjid Pujosono, sejauh ini upacara tradisi penyambutan 1

Suro yang agamis ini kurang terpublikasi kepada masyarakat. Sehingga yang lebih

banyak diketahui adalah tradisi kirab pusaka.

Bagi keraton Surakarta upacara kirab pusaka 1 Suro tergolong tradisi

baru, karena dimulai sekitar tahun 1973. Tradisi kirab 1 Suro dilaksanakan setelah

menerima pesan Presiden Soeharto. Pesan yang disampaikan lewat, Soediono

Hoemardani (almarhum) kepada Sinuhun Pakoe Boewono XII ini, int inya

meminta agar keraton mengadakan tirakatan (laku batin) demi keselamatan dan

keutuhan bangsa.

Pesan presiden setelah diolah dan direnungkan Sinuhun akhirnya muncul

Page 80: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

63

gagasan mengadakan kirab pusaka yang didasarkan pada upacara religius kuno

penolak bala. Perbedaannya, jika tradisi kirab tolak bala dilakukan berkeliling

dalam tembok Baluwarti, prosesi kirab 1 Suro mengelilingi luar tembok keraton.

Jadi kesannya lebih terbuka untuk masyarakat .

Ternyata tradisi baru produk Sinuhun Pakoe Boewono XII mendapat

sambutan masyarakat. Setiap menjelang datangnya tahun baru 1 Suro/1 Muharam,

masyarakat tumpah-ruah di jalan-jalan. Mereka ada yang sekedar ingin melihat

prosesi kirab pusaka keraton, tapi ada juga yang menjalankan laku batin. Jadi

meski di jalan-jalan banyak orang, namun suasananya cukup hening. Apalagi

disaat rombongan kirab lewat. Diam dan prihatin memang menjadi ciri orang

Jawa dalam menyambut tahun barunya.

Prosesi kirab pusaka pada tengah malam ini berlangsung cukup unik,

karena diawali barisan kawanan kerbau bule Kiai Slamet. Menurut cerita kerbau

ini termasuk hewan piaraan kesayangan raja yang memiliki turunan lansung dari

hewan sejenis milik keraton Mataram. Jadi kerbau Kiai Slamet dipercaya berbeda

dengan kerbau kebanyakan. Pada hari-hari biasa, ia lebih banyak meninggalkan

kandangnya di kampung Gurawan, sebelah Timur alun-alun Selatan. Namun di

saat menjelang datangnya 1 Suro kerbau itu kembali menetap di alun-alun

Selatan.

Walau kerbau tersebut banyak hidup di tengah kota, namun sejauh ini tak

seorang pun mencoba mengganggu apalagi meyakitinya. Para bakul sayuran dan

buah di sepanjan jalan Veteran Pasar Gading sepert inya lebih bersikap ngemong.

Art inya sebelum kerbau itu menyerbu barang dagangannya, para pedagang lebih

dulu menyisihkan sebagian sayur atau buahnya untuk diberikannya. Ada

kepercayaan dengan memberikan pelayanan baik pada kerbau nant inya

dagangannya akan laris.

Kerbau menjadi dikultuskan. Sehingga mengikuti kirab 1 Suro, sering

muncul pemandangan penonton berebut kotoran kerbau. Masyarakat tradisi dari

daerah pinggiran yang selalu datang berbondong menyaksikan Kirab Suro, sangat

mempercayai adanya tuah dari kerbau. Tindakan musyrik inilah yang kemudian

sering disayangkan para ulama dan dijauhi umat Islam.

Page 81: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

64

Terlepas dari itu, jalannya prosesi kirab sejauh sekitar 5 kilom eter sangat

dramatik. Begitu pancaran sinar petromak menerangi jalan dan kerbau melangkah

pelan, suasananya menjadi khidmat. Pawai bergerak pelan keluar Kori Brojonolo

menuju alun-alun Utara-Gladak-Mayor Kusmanto-Jalan Kapten Mulyadi-Jalan

Veteran-Jalan Yos Sudarso-Jalan Slamet Riyadi kembali ke Keraton. Banyak

pusaka yang diikutkan dalam kirab termasuk jenis pusaka tertentu disesuaikan

kebutuhan. Ketika menghadapi musim kemarau panjang pernah dikeluarkan

seolah tombak pemanggil hujan. Dan, berkat rahmat Allah hujan pun mendadak

turun sepert i dicurahkan dari langit.

4. Adat Istiadat Keraton

Masih banyak upacara lain yang menjadi adat istiadat dalam kehidupan

keraton sepert i jamasan atau memandikan pusaka. Secara lahiriah jamasan

dimaksudkan untuk menghilangkan kotoran yang melekat pada pusaka-pusaka.

Dari sisi mistis bermaksud memuliakan pusaka yang dianggap memiliki tuah dan

daya magis. Dari jamasan diharapkan memberikan keselamatan seluruh keraton

beserta isinya termasuk masyarakat diluar tembok keraton. Secara tamsil

dimaksudkan agar seseorang membersihkan batin atau nuraninya sebagai pusaka

diri yang paling utama, dan secara historis memelihara warisan leluhur.

Jenis pusaka yang disucikan terdiri dari tombak, pedang, bendera

(pataka), kereta dan sebagainya. Di antaranya kereta Kiai Retna Pembagya, Kiai

Raja Peni, Kiai Retna Sewaka, Kiai Mara Seba, Kiai Siswanda, Kiai Retna Juwita,

Kiai Manik Kumala, Kiai Garuda Putra serta Kiai Garudha Kencana yang

berfungsi untuk kirap jumenengan. Sedangkan pusaka berupa gamelan di

antaranya Kiai Guntur Sari dan Kiai Guntur Madu.

Upacara pisowanan ngabekten, memberikan tanda bakti dan mohon

berkah kepada raja. Acara yang dilangsungkan 1 Syawal diikuti putra-putri, para

pejabat di dalam keraton dan kerabat. Sedangkan halal bihalal dengan masyarakat

umum dilakukan di Sasana Mulya. Ngabekten masa lalu dilaksanakan secara utuh

dan meriah, sekarang dikemas dalam kesederhanaan meski makna yang

Page 82: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

65

terkandung di dalamnya tetap sama.

Selanjutnya upacara Nyadran, tradisi ziarah kubur para leluhut keraton.

Tradisi ini lebih bersifat terbatas yakni khusus bagi kalangan kerabat.

Dilaksanakan setiap 15 Ruwah (sya’ban) menjelang bulan puasa. Tempat-tempat

yang dikunjungi yakni makam Selo, Tegalarum, Kotagede, dan Imogiri.

Upacara lainnya adalah Labuhan yaitu upacara membuang sajian atau

barang yang dianggap keramat. Upacara ini dilakukan di empat tempat yakni

Gunung Lawu mewakili arah Timur, Parangtritis (Selatan), Hutan Krenda Wahana

(Utara) dan gunung merapi (Barat). Benda-benda yang dilabuh diantaranya berupa

pakaian lengkap, potongan rambut, kuku, minyak wangi, sutera. Upacara ini

dilakukan pada waktu-waktu tertentu dengan maksud memohon keselamatan dari

para tokoh penjaga empat mata angin.

Pada Tinggalan Jumeneng ke-57, 31 November 2000, Sinuhun kembali

melakukan udik-udik, adat para raja Jawa menyebar uang kepada kawula.

Sedikitnya Rp 5 Juta dalam bentuk uang receh kepingan Rp 500 dan Rp 1000 di

tebar di tengah masyarakat yang sudah berkumpul sejak pagi di depan

Kamandungan.

Seperti para pendahulunya tradisi ini sempat dilakukan Pakoe Boewono

XII di tahun-tahun awal penobatannya. Setiap Jumat malam ia berkeliling keraton

membagi uang kepada rakyat. Namun adat ini terhent i ketika Belanda kembali

menjajah.

Upaya menghidupkan lagi udik-udik mmpunyai tujuan ganda. Selain

sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan yang memberinya kesempatan

panjang menjadi raja pewaris dinasti Mataram, sekaligus juga untuk

mengingatkan kepada seluruh kalifatullah fil ardhi, seluruh pemangku jagad atau

rad pemegang filosofi keratuan, kepada seluruh pemimpin bangsa, agar sungguh-

sungguh dengan segala daya upaya menyejahterakan rakyat.

5. Aspek sim bol is pada Pola bangunan Keraton

Bangunan keraton Kasunanan Surakarta sebagai salah satu hasil karya

Page 83: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

66

budaya Jawa selain mempunyai fungsi kegunaan juga mempunyai fungsi simbolik

Secara umum bangunan Keraton Kasunanan Surakarta menyerupai bentuk semar

dalam wayang kulit yang mempunyai makna. Diawali dari bangunan paling depan

yaitu yang disebut dengan Topengan atau Kuncungan. Topengan berasal dari kata

Topeng yang berarti wajah. Topengan ibarat Topeng, maka daari itu wajahnya

sulit untuk ditebak, ibarat watak dan pribadi manusia yang sulit untuk ditebak atau

diterka. Sedangkan Kuncungan berasal dari kata kuncung. Kuncung tersebut

melambangkan sesuatu yang terhormat karena letaknya di atas kepala. Oleh

karena itu semua pendatang atau tamu sejak berada di tempat tersebut sudah

bersopan-santun. Kuncungan pada bangunan keraton disebut dengan nama Maligi

a. Simbolisme pada Bagian Tata Ruang Bangunan Keraton

Bangunan keraton adalah merupakan susunan kosmis dengan bagian-

bagiannya. Setiap bagian tata ruang mempunyai simbolisme. Pada hakekatnya

yang melekat pada bagian tata ruang bangunan keraton adalah merupakan proses

perjalanan manusia dalam mencapai kesempurnaan hidup. Oleh karena itu bagian

tata ruang bangunan keraton adalah merupakan satu kesatuan yang tidak

terpisahkan.

Bangunan paling luar dari komplek Keraton Kasunanan Surakarta adalah

berbentuk gapura. Gapura tersebut terdiri atas bangunan yang pada awalnya

berbentuk pilar di atasnya terdapat besi melengkung. Gapura tersebut disebut

disebut dengan Gapura Gladak. Gladak berart i Giring. Jadi di sekitar gapura

Gladak tersebut adalah merupakan suatu tempat untuk mengumpulkan hewan

buruan yang di Gladak (digiring) atau diseret dengan gerobak. Hal tersebut

mengandung makna bahwa manusia dalam menuju ke kamulyan jati atau ke

pangkuan Tuhan Yang Maha Esa, harus mampu mengendalikan dan menaklukkan

dalam arti menguasai nafsu-nafsu jahat yang melekat pada diri manusia yang oleh

Tuhan juga sebenarnya telah dilarang untuk dilakukan setiap manusia. Dalam

bangunan gapura gladak tersebut terdapat arca Brahmana Yaksa yang

menakutkan. Makna dari arca arca Pandita Yaksa tersebut adalah bahwa setiap

perjalanan menuju ke Kamulyanjati akan selalu menghadapi rintangan. Oleh

Page 84: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

67

karena itu rintangan yang menakutkan tersebut harus dihadapi dengan tabah.

Itulah makna simbolik gapura gladak yang merupakan pintu masuk ke alun-alun

Utara.

Setelah melewati Gapura Gladak terus memasuki gapura yang kedua

yaitu gapura Pamurakan. Gapura Pamusakan tersebut mempunyai art i bahwa di

tempat tersebutlah hewan-hewan disembelih dan dibagi-bagikan kepada yang

wajib menerima. Adapun art i simboliknya adalah merupakan suatu lambang

bagaimana beratnya seseorang menguasai hawa nafsu hewani tersebut. Nafsu

hewani tersebut merupakan godaan yang berat bagi setiap manusia yang ingin ke

kamulyan jati.

Proses selanjutnya apabila orang sudah berhasil melewati Gapura Gladak

dan Gapura Pamurakan, secara lahiriyah memasuki alun-alun Utara. Pada awalnya

alun-alun utara tersebut merupakan padang pasir yang rata, sehingga setiap orang

yang berjalan siang hari akan merasakan panas. Namun apabila malam hari tiba,

akan terasa sejuk dan nyaman. Kesemuanya itu adalah merupakan simbolisme,

yaitu keadaan alam yang agung. Alam atau dunia yang merupakan ciptaan Tuhan

yang di dalamnya terdapat dua hal yang selalu betentangan dan harus selalu

dialami oleh setiap umat manusia. Pada alun-alun utara juga terdapat dua buah

pohon beringin kurung yang diberi nama Dewadaru dan Jayadaru. Kedua buah

pohon beringin tersebut merupakan simnbolisme pengayoman, kewibawaan,

kesejukan, hayem dan hayu.

Perjalanan selanjutnya setelah melewati alun-alun Utara akan dijumpai

sebuah bangunan yang dinamakan Pagelaran Sasono Sumewo. Sewaktu Keraton

Surakarta menjadi pusat pemerintahan, Sasono Sumewo tersebut berfungsi

sebagai tempat duduk Pepatih Dalem atau Pepatih Kerajaan bersama seluruh staf

bawahannya. Dalam masa kerajaan ini, Sasana Sumewa bersama “Perdana

Menteri bersama stafnya” merupakan simbolisme penguasa. Oleh karena itu

pagelaran Sasana Sumewa dan perdana menteri merupakan simbolisme penguasa

yang menjalankan pemerintahan.

Perjalanan selanjutnya setelah melewati pagelaran Sasana sumewa, orang

akan memasuki keraton melalui siti hinggil. Di dalam siti hinggil tersebut terdapat

Page 85: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

68

bangunan yang dinamakan dengan manguntur tangkil. Di tempat inilah raja

duduk, tempat tersebut mengandung simbolisme sekaligus sebagai pusat

kewibawaan atau prabowo dan daya magis. Pada salah satu bangunan yang

terdapat di siti hinggil tersebut, yaitu pada Bale Angun-Angun sering

diperdengarkan gamelan lokananta. Gamelan lokananta tersebut merupakan

lambang dari “Suwaraning Hasepi”, yang merupakan simbolisme bahwa

kehidupan ini hanya sebentar dan dilanjutkan menuju kepangkuan Tuhan Yang

Maha Esa.

Setelah melewati manguntur tangkil, perjalanan memasuki kraton akan

sampai ke kori mangu. Kori mangu tersebut terletak disebelah selatan siti hinggil.

Sampai di kori mangu, perjalanan tersebut akan berhenti sejenak. Bangunan kori

mangu tersebut adalah merupakan simbolisme bahwa setiap orang selalu

dihadapkan pada pemikiran yang ganda untuk menuju kehidupan yang kekal.

Sehingga selalu terdapat keragu-raguan dalam dirinya. Ditempat ini orang tidak

akan berhenti lama sebab didesak waktu dalam mengarungi kehidupannya.

Kemudian perjalanan dilanjutkan melewati kori Brojonolo, di tempat

inilah dalam batin manusia terjadi pembersihan atau saringan. . Maksud dari

saringan di sini adalah untuk menilai hal-hal apa saja yang dapat dibawa dalam

perjalanan menuju proses kehidupan selanjutnya. Kemudian perjalanan dilanjut-

kan dengan harus melalui sebuah pintu yang dinamakan dengan Kori

Kamandungan. Dalam Kori Kamandungan tersebut orang masih dapat melihat

pada dirinya sendiri, apakah busananya sudah sesuai dengan kesusilaan atau sopan

santun. Hal ini mengandung simbolisme bahwa cipta, rasa, dan karsa masih me-

ngelompok menjadi satu dan belum berubah meskipun nafsu sudah mereda.

Dalam suasana sepert i itu perjalanan sudah mendekati pada suasana yang heneng-

hening serta hawas-heling, yaitu mendekati suasana yang hening/sunyi, awas dan

waspada yang berarti selalu ingat kepadaNya.

Dalam melanjutkan perjalanan menuju Keraton, orang pasti melihat

Panggung Songgo Buwono, Panggung Songgo Buwono tersebut dibangun

berdekatan dengan Kori Sri Mangant i. Bentuk Panggung dan kori Sri Mangant i

tersebut diibaratkan sebagai 1ingga dan yoni yang melambangkan bahwa lingga

Page 86: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

69

adalah penggoda yoni, sedang yoni adalah penggoda lingga. Dalam artian

selanjutnya bangunan tersebut dapat diartikan bahwa seseorang laki-laki dalam

manghadapi sakaratul maut, ia akan selalu teringat dan tergoda oleh wanita atau

kekasihnya, demikian juga sebaliknya wanita akan digoda oleh laki-laki.

Setelah melewati Kori Sri Mangant i, maka akan sampai pada pelataran

dalam dimana disitu terdapat Pendhopo Agung Sasono Sewoko yang sangat

megah, anggun dan berwibawa. Bangunan tersebut mempunyai simbolisme

bahwa orang harus waspada dan berhati-hati dalam bert indak bila menghadapi

hal-hal yang serba gemerlapan.

Demikianlah arti simbolisme dari bagian-bagian bangunan Keraton

Surakarta. Apabila diperhat ikan maka setiap bangunan tersebut merupakan proses

kehidupan manusia.

b. Aspek seni dan Budaya pada Bangunan Tradisional Jawa.

Hasil seni dan budaya pada masyarakat Jawa, tidak bisa lepas dari konteks

masyarakat. Masyarakat Jawa mempunyai pandangan hidup yang sinkritisme.

Hal ini mempengaruhi orang Jawa untuk mewujudkan bentuk bangunan

tradisionalnya sehingga tidak mengherankan bila adanya beberapa unsur pengaruh

yang datang dari luar.

Dalam pembahasan berikut ini akan dipaparkan mengenai hasil

kebudayaan di atas pada bangunan Keraton Surakarta yang merupakan

perwujudan dari hasil percampuran antara kebudayaan asli (animisme) dengan

kebudayaan-kebudayaan luar, antara lain kebudayaan Hindhu-Budha, Islam dan

Eropa.

1) Unsur Hindhu-Budha pada bangunan Keraton Surakarta.

Hasil percampuran antara kepercayaan asli Jawa (animisme) dan

agama Hindhu-Budha yang datang dari India disebut sebagai kebudayaan

Hindhu-Jawa. Kebudayaan tersebut berkembang di tanah Jawa antara abad

VIII sampai dengan abad XV. Adapun hasil karya yang dihasilkan oleh

kebudayaan tersebut antara lain berupa candi-candi dan tempat pemujaan.

Bentuk-bentuk candi inilah yang kemudian dijadikan inspirasi dalam

Page 87: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

70

perkembangan rumah tradisional Jawa.

Dalam lingkungan kom pleks Keraton Surakarta, seni bangunan

tradisional Jawa merupakan unsur utama yang sangat kuat. Disamping

falsafah Hindhu-Jawa yang mendasari bentuk rumah tradisional paling

megah, karena ini dipandang sebagai penerus hidup tradisi dari jaman.

Kerajaan Mataram masa lampau. Adapun yang dimaksud dengan.rumah

tradisional yang megah adalah variasi yang mewah dari rumah tradisional.

bentuk asal, dengan atau tanpa penerapan unsur-unsur arsitektur asing.

Pada bangunan-bangunan yang ada dilingkungan Keraton Surakarta,

unsur-unsur tradisi tersebut tercermin pada beberapa bagian bangunan yang

penting yang ada dalam kompleks bangunan Keraton, antara lain yang paling

utama tampak pada Pendhapa Agung Sasono sewoko dan Dalem Ageng

Probosuyoso.

Dilain pihak unsur-unsur animisme masih nampak kuat dalam setiap

benda-benda Keraton yang dikeramatkan. Juga setiap pohon yang ditanam di

lingkungan Keraton, kesemuanya itu mengandung unsur-unsur animisme

yang sulit dimengert i oleh orang awam. Dengan jelas nampak bahwa unsur-

unsur animisme tercermin dalam pemberian nama-nama pada beberapa benda

kerajaan yang dianggap keramat . Lain dari pada itu benda-benda yang ada di

lingkungan Keraton, senant iasa mengandung makna yang magis. Sikap

animistik ini yang masih jelas nampak, antara lain adanya meriam. Meriam

yang ada di lingkungan Keraton masih dikeramatkan dan diberi nama Nyai

Satomi, terletak di Siti Hinggil Lor, dianggap mempunyai sifat-sifat seorang

wanita yang memiliki sifat dapat memberikan berkah kepada setiap orang

yang datang kepadanya. Sejumlah pohon beringin yang ditanam di Alun-alun

Utara, diantaranya dianggap keramat adalah sepasang pohon beringin kurung

yang diberi nama Dewa-daru dan Jaya-daru, dianggap memiliki kekuatan atau

yang dapat melindungi setiap orang yang benaung di bawahnya.

Ha1-hal yang telah diuraikan di atas setidak-tidaknya menunjukkan

betapa kuatnya pengaruh kepercayaan Hindhu-Jawa pada bangunan Keraton.

Dalam kehidupan orang Jawa, khususnya di lingkungan Keraton, pengaruh

Page 88: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

71

Hindhu-Jawa telah berakar dan menjadi adat turun-temurun. Bagaimana pun

juga Keraton Surakarta adalah kelanjutan dari dinasti Mataram yang memiliki

serta memegang teguh adat tatacara kerajaan dimasa-masa sebelumnya.

2) Pengaruh Islam pada Bangunan Keraton Surakarta.

Sampai sekarang belum ada kesepakatan kapan masuk dan

berkembangnya Islam di Indonesia, namun ada beberapa ahli yang

mengemukakan, bahwa Islam mulai memasuki Indonesia pada akhir abad

XIII dan berkembang di tanah Jawa sekitar pada abad XV. Pada dasamya

kebudayaan Islam masuk ke Indonesia tidak melalui dominasi politik,

melainkan melalui lalu-lintas perdagangan, yaitu dibawa oleh para pedagang

Gujarat India. Oleh karena itu kebudayaan Islam di Jawa, bermula dari

daerah-daerah pesisir utara, antara lain Kasultanan Demak, Cirebon dan

Banten.

Dilihat dari segi bangunannya hal-hal yang khas pada kebudayaan

Islam, pada umumnya terbatas pada bangunan tempat ibadah, istana dan

makam-makam raja. Walaupun demikian ditinjau dari segi bentuknya,

bangunan-bangunan tersebut tetap tidak lepas dari unsur-unsur ke-candi-an.

Hal tersebut dapat diterima karena disamping kebudayaan Hindhu-Jawa telah

menjadi tradisi yang sangat kuat, juga masalahnya Islam masuk ke Indonesia

itu bersamaan dengan masa-masa dimana bangsa-bangsa barat (Portugis,

Belanda dan Inggris) juga mulai berdatangan dan menanamkan pengaruhnya.

Tekanan serta intrik-intrik dari bangsa-bangsa barat tersebut membuat Islam

tidak dapat berkembang secara leluasa, khususnya di tanah Jawa.

Semenjak masuknya Islam di lingkungan kerajaan-kerajaan Jawa,

mesjid atau tempat-tempat ibadah menjadi salah satu unsur atau bagian yang

tak dapat dipisahkan dari kompleks bangunan Keraton. Pada umumnya

mesjid ini dibangun atau didirikan di sisi sebelah barat. Alun-alun,

sehubungan dengan falsafah yang mendasari tata bangunan Keraton, bangun-

an mesjid yang ada di lingkagan kosmis paling luar (samodra raya dan tanah

sabrang) merupakan perlambang tanah suci Mekah yang letaknya di sebelah

Page 89: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

72

barat. pulau Jawa.

Di lingkungan Keraton Surakarta, pengaruh kehidupan Islam pada

bangunan tidak begitu menonjol. Pada umumnya pengaruh ini terbatas pada

bangunan-bangunan tempat ibadah atau masjid. Di lingungan Keraton

Surakarta terdapat tiga masjid yaitu dua diantaranya terdapat di lingkungan

Keraton yaitu Masjid Pudyasana dan Masjid Suranatan (di dalam Baluwarti)

dan sebuah lagi ada di sisi sebelah barat Alun-alun Lor yaitu Masjid Agung

atau Masjid Gede.

Bangunan Masjid di lingkungan Keraton Surakarta tersebut apabila

ditinjau dari segi bangunan Islam fungsinya sama yaitu sebagai tempat

ibadah, namun masing-masing mempunyai peranan sendiri. Bangunan-

bangunan tersebut masih memegang pola unsur lama (Hindhu-Jawa), yaitu

memakai bentuk rumah adat Jawa. Bahkan menurut informasi dari salah satu

Abdi Dalem Keraton Surakarta, yang dikatakan sebagai Masjid Bandhengan

fungsinya lebih menyerupai tempat pemujaan. Karena disamping bentuknya

terla1u kecil untuk ukuran sebuah masjid, bangunan tersebut tertutup dan

berada di tengah kolam. Masjid Agung atau masjid Gede berbentuk Tajug

Mangkurat dengan empat buah soko guru (tiang utama). Atapnya dibangun

bersusun sepert i pada umumnya masjid-masjid yang dibangun di Jawa sekitar

pada abad XVII, yaitu menyerupai bentuk pagoda.

Pengaruh Islam yang nampak disini adalah bentuk disini adalah

bentuk gapuranya, yaitu terdiri dari pilar-pilar tinggi yang pada puncaknya

dibentuk seperti kubah. Pintu-pintunya dibuat melengkung sepert i pada

umumnya pada bangunan masjid di daerah Jawa Tengah. Namun ada sesuatu

yang menarik pada bangunan Masjid Agung tersebut, yaitu adanya sepasang

bangsal tempat untuk mempergelarkan gamelan sekaten.

Pengaruh Islam dalam bangunan di lingkungan Keraton Surakarta

sejauh ini pengaruh unsur tersebut hanya terdapat di sebagian bangunan

masjid yang berada di lingkungan Keraton Surakarta. Bentuk bangunan itu

tidak sepenuhnya sepert i gaya bangunan masjid asli yang berasal dari negeri

Arab. Namun sudah di sesuaikan dengan kondisi masyarakat Jawa pada

Page 90: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

73

umumnya.

3) Unsur Barat pada Bangunan Tradisional Jawa

Kebudayaan barat masuk di Indonesia adalah sekitar abad XVI, yaitu

pada waktu bangsa Belanda dan Portugis berlayar ke Indonesia pada tahun

1509 Masehi dengan tujuan perdagangan. Sasaran yang utama pada waktu

itu, adalah kepulauan Maluku, karena kepulauan tersebut merupakan

penghasil rempah-rempah.

Adanya persaingan Perdagangan yang semakin keras mendorong

mereka (Belanda dan Portugis) untuk mendirikan benteng-benteng

pertahanan. Dari sini lah awal berdirinya bangunan-bangunan kolonial yang

makin meluas ke beberapa kepulauan di Indonesia, dan akhimya VOC

membangun pusat perdagangan di pulau Jawa dan mendirikan benteng di

Batavia. Setelah kerajaan Mataram, mengalami kemunduran, maka bukan

hanya secara politis dibawah pengaruh Belanda, namun juga gaya bangunan

Eropa mulai memasuki di lingkungan Keraton.

Keraton Surakarta sebagai kelanjutan dari rajakulo (dinasti) Mataram

secara langsung tidak lepas dari kebudayaan Eropa. Karena sejak berakhirnya

pemerintahan Susuhunan Paku Buwana II, Keraton Surakarta secara langsung

berada dibawah pemerintahan Hindia Belanda. Dalam beberapa hal pengaruh

Eropa tersebut nampak jelas pada kehidupan Keraton, antara lain tatacara

kerajinan, susunan organisasi pemerintahan, dan dalam hal-hal yang

menyangkut bangunan. Dalam hal bangunan ini akan membahas mengenai

pengaruh unsur kebudayaan Eropa terhadap bangunan Keraton Surakarta.

Keraton Surakarta pada dasarnya merupakan terjemahan dari falsafah

Hindhu-Jawa, dengan bentuk asal bangunan adat Jawa. Namun sejalan

dengan perkembangan masyarakat, bangunan Keraton mengalami perubahan

atau penambahan bentuk-bentuk unsur-unsur dari luar. Dalam hal ini adalah

perubahan serta penambahan bangunan dibawah pengaruh Eropa (kolonial).

Pengaruh Eropa nampak jelas terutama dalam hal pemakaian bahan

bangunan, bentuk bangunan, penerapan Sriwidya (estetik). Dalam hal ini

Page 91: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

74

dapat dilihat pada sebagian besar bangunan Keraton, terutama bangunan-

bangunan yang ada didaerah resmi (ceremonial area).

Dilihat dari bahan bangunan Keraton Surakarta, sebagian besar

menggunakan bahan bangunan dari Eropa. Sebelum pengaruh Eropa tersebut

masuk ke Indonesia, bahan-bahan bangunan yang biasanya dipakai adat Jawa

adalah menggunakan tanah bakar atau batu merah yang digunakan sebagai

tembok. Bahan perekatnya adalah pasir yang telah dicampur dengan putih te-

lor atau cairan gula, sedangkan yang lainnya menggunakan gebyok dan

gedheg atau bilik bambu.

Sejalan dengan kemajuan teknik bangunan yang dibawa bangsa Eropa

khususnya Belanda, sebagian besar dinding bangunan Keraton dibuat dengan

menggunakan batu bata yang direkat dengan adukan semen, pasir dan kapur.

Pada bangunan lantai khususnya di bagian bangunan resmi digunakan batu

pualam putih yang didatangkan dari Italia.

Dari sisi bentuk bangunan Keraton, sebagian dari bangunan Keraton

merupakan perpaduan adat Jawa dan bangunan gaya Eropa. Sebagai contoh

dapat dilihat pada bangunan Kori Sri Mangant i. Pada dasarnya atap dari Sri

Manganti berbentuk Semar Tinandhu dengan menggunakan genting sirap

bersisik lebar, sedangkan tiang-tiangnya dibuat sepert i pada bangunan-

bangunan Eropa Klasik yaitu meniru bentuk Korinta.

Bangunan yang lain dapat dilihat pada beberapa bentuk bangunan yang

ada di pelataran, antara lain pada Paningrat Pendhapa Agung Sasono sewoko dan

Sasana Hondrowino. Pendhapa Agung adalah pendhapa utama yang berbentuk

Joglo Pangrawit lengkap dengan ragam khasnya yang bercorak Hindhu-Jawa.

Paningrat atau Serambinya bercorak Eropa dengan menggunakan atap seng

gelombang dan disangga oleh tiang-t iang bulat dari besi cor. Kesan Eropa

diperkuat dengan ditempatkannya patung-patung manusia gaya Itali di sepanjang

Paningrat, menghadap ke arah pelataran. bentuk-bentuk bangunan yang lain dapat

dilihat pada bangunan Sasana Hondrowino. Sasana Handrawina tersebut adalah

bangunan yang berbentuk Limasan Klabang Nyander. Sekeliling pendhapa

tersebut diberi dinding kaca bening dengan rangka kayu. Pengaruh Eropa tersebut

Page 92: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

75

ditunjang pula oleh adanya ornamen misalnya adanya hiasan lampu yang bergaya

Eropa. Demikianlah:pengaruh Eropa yang berada di bangunan Keraton Surakarta.

B. Sebab-sebab Keraton Kasunanan Surakarta Mengalami Kebakaran Pada

Tahun 1985

Pada tanggal 31 Januari 1985. Lonceng di atas Kori Brajanala berdentang 9

kali. Keraton sudah didekap sepi. Sudah tidak nampak hilir mudik abdi dalem,

kecuali yang tengah berjaga di Kamandungan. Dalam kesenyapan, sepercik

cahaya bak kunang-kunang hinggap di atas Bangsal Parasdya. Ditiup semilirnya

angin, cahaya biru kemerahan tersebut berpendar-pendar membesar menjadi

kobaran api, kemudian Keraton terbakar.

Usaha penyelamatan awal gagal membawa hasil. Tabung pemadam

kebakaran ukuran besar sumbangan PT.Caltex yang disemprotkan Kanjeng Gusti

Pangeran Harya Hangabehi - putra tertua Sinuhun - tak mampu menjinakkan

nyala api yang justru mengamuk semakin ganas.

Teriakan saling mengomando, suara-suara kaki berlarian dan derit barang-

barang berat yang digeser serta diangkat dari tempatnya berbaur riuh dengan

gemeretak kayu dimakan api yang meninggalkan desis keras di tengah asap

berjelaga berkepul-kepul mirip lokomotif uap yang terengah-engah setelah

menempuh perjalanan jauh serta melelahkan.

Dua perangkat gamelan Kiai Kadukmanis, Manisrenggo dan Kiai

Semarngigel Lokananta yang tersimpan di Sasana Handrawina pertama kali

diselamatkan. Bersama gamelan pusaka Sekaten, Kiai Gunturmadu dan

Guntursari yang berada di Bangsal Langenkatong, diungsikan ke Purwohamijayan

sisi Selatan keraton masih dalam tembok Baluwart i. Sementara gamelan-gamelan

di Smarakata dipindah ke Bangsal Witana yang dinilai lebih aman. Begitu pula

dengan wayang kulit Kiai Kadung di Sasana Wilapa diamankan ke keraton Kilen.

Api yang bertambah besar tak memungkinkan penyelamatan Kiai Remeng.

Lampu kristal besar yang tergantung tepat di tengah Sasono sewoko ini hancur

terbant ing, ke lantai bersama dengan ambruknya atap pendapa ageng tersebut.

Sejumlah mobil pemadam kebakaran Pemerintah Daerah Kotamadya

Page 93: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

76

Surakarta yang dibantu unit-unit dari luar kota seperti Kabupaten Sukoharjo,

Sragen, Klaten maupun TNI Angkatan Udara Pangkalan Adisumarmo sulit

menerobos mendekati lokasi. Pintu Magangan di pelataran Selatan yang relatif

sempit t idak m emungkinkan mobil-mobil itu masuk ke halaman dalam keraton.

Penyemprotan air terpaksa harus dilakukan dengan mengulur selang dari

jarak cukup jauh. Ditambah gerak pergantian unit-unit mobil pemadam yang ikut

tersendat, menjadikan kebakaran sulit dikuasai.

Bangsal Parasdya menjadi korban pertama. Api sepert i melawan arah t iupan

angin ke Barat-justru menjalar ke arah Timur terus berbelok menuju Selatan

berturut-turut menghabiskan Sasono sewoko, Paningrat, Maligi dan Sasana

Handrawina. Setelah itu api kembali marak ke Barat meloncati bangunan-

bangunan yang sudah hangus menjilat dan melahap Prabasuyasa berikut

Krobongan; Kamar Gadhing, Gedong Pusaka dan Bangsal Prabasana. Beruntung

sebagian besar pusaka bertuah yang semula tersimpan rapat di dalam Gedong

Pusaka berhasil diungsikan ke Keraton Kilen.

Menjelang tengah malam kebakaran mulai tampak menyusut. Dan baru

benar-benar padam pada Jumat dini hari, 1 Februari dengan meninggalkan bekas

memilukan. Keraton Kasunanan yang dibangun bertahap selama hampir sepuluh

generasi sejak Pakoe Boewono II di sekitar tahun 1745 hinaga Pakoe Boewono X

pada tahun 1939 tersebut telah musnah menjadi abu. Menurut kesaksian Kangjeng

Raden Mas Haryo Riyo Yosodipuro-kini almarhum – api kembali ke satu titik di

tengah puing Parasdya sebelum akhirnya melambung ke angkasa bak komet

berwarna merah kuning kebiruan.

Silang pendapat segera muncul. Tim peneliti yang belakangan dibentuk

menyimpulkan, kebakaran disebabkan karena hubungan arus pendek listrik.

Sementara versi lain menghubungkan musibah dengan ramalan kuno yang

rnenyebut tentang umur Kasunanan yang hanya akan bertahan selama 200 tahun,

terhitung sejak didirikan Sinuhun Pakoe Boewono II pada hari Rabu, 17 Sura

tahun Je 1670 atau Februari 1745.

Sinuhun Pakoe Boewono XII sendiri cenderung berpendapat hubungan arus

pendek listrik sebagai penyebab musibah. Loncatan bunga api akibat hubungan

Page 94: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

77

arus pendek mudah berkobar setelah memakan bangunan keraton yang umumnya

terdiri dari bahan kayu jati tua dan kering. Jauh sebelumnya ia memang sudah

mencemaskan instalasi dan jaringan kabel listrik di keraton yang sudah rapuh

karena hampir tak pernah diganti.

Kebakaran yang terjadi tanggal 31 Januari 1985 secara kasat mata

disebabkan oleh hubungan arus pendek listrik (hasil wawancara kepada

narasumber KGPH Poeger).Nyala api yang berasal dari hubungan arus pendek

listrik tersebut hanya merupakan kelalaian para abdi dalem maupun kerabat

keraton. Tetapi ini bukan merupakan hal yang aneh sebab pengamanan akan

kemungkinan bahaya semacam itu bagi bangunan-bangunan tua justru lebih sulit

dilakukan.

Sunan Pakoe Boewono XII mengatakan bahwa musibah keraton Kasunanan

Surakarta sudah pinasti (tak bisa diingkari) lebih jauh ia mengemukakan bahwa

menurut ramalan pujangga Ageng Surakarta Ronggowarsito, usia keraton

Kasunanan Surakarta memang tidak sampai 250 tahun. Hal ini tertera dalam buku

Jangka Ronggowarsito. Pakoe Boewono XII juga menyebutkan kebakaran keraton

itu terjadi tepat pada wafatnya Kangjeng Ratu (Ibu Sri Sunan). (Berita Buana, 5

Pebruari 1985).

Jumat siang hari itu pula, puing-puing reruntuhan keraton langsung

dibersihkan. Bersama personil militer dari kesatuan Brigif VI Kostrad dan petugas

Dinas Pekerjaan Umum Kotapraja Surakarta, para abdi dalem dikerahkan lembur

siang malam. Sedikitnya dibutuhkan 2115 karung ukuran satu kuintal untuk

mewadahi abu dan arang bekas kebakaran.

Sementara reruntuhan Dalem Ageng Prabasuyasa khusus dikerjakan oleh

putra-putri Sinuhun sendiri dibantu kerabat dekat dan abdi dalem terpercaya

lainnya. Persoalannya selain beberapa pusaka masih tercecer, banyak pula berlian

serta emas perhiasan maupun kelengkapan upacara regalia lainnya belum

ditemukan.

Sedikitnya 10 pusaka berupa tombak dan keris hilang dalam musibah

tersebut. Satu diantaranya yang terpenting, menurut Sinuhun Pakoe Boewono XII

adalah pusaka sarana mendatangkan hujan.

Page 95: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

78

Kuat dugaan benda bertuah tersebut hancur saat terpanggang kobaran api

menjadi serpihan kecil yang ikut terserak dalam timbunan abu bekas Bangsal

Prabasuyasa. Sementara pusaka pasangannya yang dipakai untuk menolak hujan

beruntung dapat diselamatkan. Padahal, di puncak musim kemarau keraton sering

memohon turunnya hujan lewat tuah pusaka yang hilang itu untuk membantu

kehidupan masyarakat tani. Sekarang hal yang sama tak memungkinkan lagi

dilakukan.

Pada tanggal 4 Februari 1985 Sinuhun bertolak ke Jakarta untuk menghadap

Presiden Soeharto. Kepada Kepala Negara ia mengaku sangat terpukul disamping

amat menyesal karena seolah tak mampu menjaga keselamatan keraton sebagai

warisan budaya yang tak ternilai.

Pada kesempatan t ersebut Presiden menyatakan tak hendak menyalahkan

siapapun. Bahkan ia menjanjikan akan membantu pembangunan kembali

secepatnya mengingat keraton merupakan salah satu aset budaya nasional.

Kebutuhan anggaran, akan diusahakan dicukupi sepenuhnya secara

swadaya. Di antaranya didukung dari sumbangan pribadi. Bersama para menteri

kabinet yang bersedia bersimpati, Kepala Negara menyumbangkan beberapa

bulan gajinya. Sementara sejumlah besar koran membuka dompet bencana untuk

menggalang dana part isipan dari masyarkat luas.

Tanggal 5 Februari 1985, Presiden Soeharto membentuk Panitia Swasta

Pembangunan Kembali Keraton Surakarta (PSPKKS). Panitia terdiri atas 13

orang- sehingga populer di sebut tim 13 – dengan susunan sebagai berikut :

Ketua : H. Surono (Menko Polkam)

Anggota : 1. Dr. R. Soedjarwo (Meteri Kehutanan)

2. L. Benny Murdani (Menhakam-Pangab)

3. Prof. Dr. Subroto (Menteri Pertambangan)

4. Dr. Ir. Suyono Sosrodarsono

5. H. Harmoko (Menteri Penerangan)

6. Dr. Ir Purnomosidi Hadjisarosa (Menteri PU)

7. Ir. Hartarto (Menteri Perindustrian)

8. Ir Tungki Ari Wibowo

Page 96: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

79

9. Sudwikatmono (Pengusaha Nasional)

10. Kanjeng Pangeran Haryo Mardjono Poerbonagoro (Sekjen

Departemen Kesehatan)

11. Soedjono Humardani

12. Arjodarmoko

Sementara keraton sendiri telah pula menyiapkan penasihat-penasihat yang

akan membantu bergerak di bidang spiritual. Langkah yang kemudian ditempuh di

antarnya :

Senin, 11 Februari pukul 01.00 lewat tengah malam, Sinuhun Pakoe

Boewono XII didampingi Kanjeng Pangeran Haryo Mloyomiluhur bersama

beberapa putranya melakukan sesaji di Parangkusuma, disusul bertikarat

berendam dan menabur bunga di Parangtritis, tepian Laut Kidul.

Empat puluh hari setelah kebakaran, tepatnya 4 April diselenggarakan

upacara melabuh abu dan arang keraton. Persiapan dimulai sejak pukul 04.00 di

depan Kori Kamandungan ditunggui langsung oleh Sinuhun.

Sebanyak 30 mobil truk yang disediakan ternyata hanya dapat menganggkut

1115 dari 2000 lebih karung berisi reruntuhan keraton. Sekitar 100 abdi dalem

Pakasa harus bekerja keras untuk menatanya di atas bak kendaraan.

Pukul 10.00 rombongan diberangkatkan dalam kawalan petugas polisi

menuju Parangtritis di Laut Kidul yang masuk dalam wilayah Yogyakarta.

Tampak hadir pada saat pemberangkatan, Walikotamadya Surakarta Hartomo.

Hari yang sama pukul 21.00 gelombang II peserta upacara Labuhan bertolak

dari Bangsal Balerata, Kamandungan. Mengerahkan 15 mobil, rombongan yang

terdiri dari keluarga keraton ini di bawah pimpinan Pengageng Putra Sentana,

Gusti Pangeran Haryo Hadiprabowo. Termasuk di dalamnya adalah Pengageng

Parentah Keputren, Raden Ayu Mandayaningrum didampingi NyaiTumenggung

Pamardi-srimpi.

Tepat tengah malam - setelah kesemuanya berkumpul. Kanjeng Pangeran

Haryo Mloyomiluhur salah seorang tokoh spiritual Kasunanan, mengawali sesaji

di Parangkusuma, sebuah petilasan Panembahan Senapati, pendiri dinasti

Mataram. Tirakat dengan membakar kemenyan dan dupa, setanggi berlanjut di

Page 97: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

80

tepian Samudera Selatan hanya 500 m dari Parangkusuma.

Ketika ombak laut mulai mengecil, Gusti Pangeran Haryo Hadiprabowo

mulai memerintahkan melabuh seluruh abu dan arang keraton. Satu persatu ikatan

karung dibuka. Isinya di tumpahkan kepermukaan samudera. Butuh waktu 3 Jam

untuk merampungkan pekerjaan.

Menjelang dini hari Sinuhun Pakoe Boewono XII menyusul ke lokasi sesaji.

Setelah menerima laporan, ia memperkenankan rombongan kembali ke keraton.

Upacara yang sama diulang pada 6April. Sebanyak 1000 karung, sisanya

dilabuh dalam kesempatan ini.

Sejak itu Parangtritis beruhah menjadi pasar tiban. Setiap huri ribuan

penduduk berduyun-duyun menyerbu pantai. Bukan hanya untuk melihat

unpacara. tetapi sekaligus saling desak berebut rejeki.

Abu yang tercecer di pesisir pantai dikorek-korek. Malah ada pula yang

mencoba mendulang pasir di tepian laut. Ada di antaranya yang beruntung

memperoleh butiran-butiran berlian atau emas beberapa gram, mungkin bekas

perhiasan regalia yang meleleh ketika Prabasuyasa dan Gedong Pusaka hangus

dilalap kobaran api.

Temuan-temuan kecil tersebut segera menjadi buah mulut. Tak pelak

mengundang jumlah pendatang yang semakin bertambah. Tidak ketinggalan para

pedagang emaspun ikut beraksi lengkap dengan peralatan timbangannya.

Transaksi jual beli langsung marak di Parangtritis dan Parangkusuma.

Tak ada laporan tentang berat emas yang terkumpul. Namun. sesuai

kesaksian abdi dalem Suripno, jumlahnva diduga cukup besar. "Saya

menyaksikan sendiri, ketika ikut dipercaya membersihkan keraton, benda-benda

kecil berkerlap-kerlip layaknya bintang di langit bertebaran di antara abu bekas

puing Sasono sewoko, Parasdya, Prabasuyasa dan Gedong Pusaka". Tak aneh

kalau keramaian berburu perhiasan Pantai Laut Selatan sempat bertahan selama

beberapa hari.

Selasa,13 Agustus pagi. Sinuhun membentuk 7 kelompok utusan ke

berbagai tempat tujuan yanga berbeda. Rombongan pertama, diketuai Kanjeng

Gusti Pangeran Haryo Hangabehi. Tugasnya mengambil tanah makam leluhur di

Page 98: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

81

Sela, Demak dan Kadilangu. Sela adalah desa kelahiran Ki Ageng Sela, cikal

bakal raja-raja Mataram yang dimitoskan mampu menangkar petir. Sedang

Kadilangu di Demak merupakan pusara Sunan. Kalijaga atau Syech Malaya, satu

di antara 9 Wali penyiar Islam paling terkemuka di tanah Jawa.

Rombongan kedua, dipimpin Gusti Pangeran Haryo Hadiprabowo,

diperintahkan mengambil bunga tabur dari makam Sultan Agung di Pajimatan

Imogiri-Yogyakarta.

Rombongan ketiga, bertugas "caos dahar" atau melakukan sesaji di Pandan

Segege yang dipercaya merupakan pintu gerbang pertama menuju ke keraton gaib

Laut Kidul Rombongan dipimpin Kangjeng Pangeran Haryo Mloyomiluhur.

Rombongan keempat, Gusti Pangeran Haryo Puspo hadikusumo bersama

beberapa saudaranya diminta mencari tanah dari makam Sunan Bayat serta air

umbul Pengging Nggonowelang, Mungup serta Jolotundo dekat Cokrotulung

Kabupaten Klaten.

Rombongan kelima. Gusti Pangeran Haryo Puger disertai abdi dalem Juru

Suranata ditugasi mengadakan sesaji dan mengambil tanah dari makam Ki Ageng

Butuh di daerah Banyubiru.

Rombongan keenam, Gusti Pangeran Haryo Suryo Darsono ditemani Gusti

Raden Mas Nur Muhamad diminta mencari air bening dari Dlepih. Kahyangan

Kabupaten Wonogiri, tempat petilasan Panembahan Senapati saat mencari wahyu

keraton Mataram.

Rombongan ketujuh. Gusti Raden Mas Suryo Suparto bersama saudaranya,

Gusti Raden Mas Suryo Suharso, bertugas mengambil air dari Candi Cetha di

daerah Kemuning, lereng Gunung Lawu.

Rabu malam hari, 14 Agustus. seluruh barang tersebut dikumpulkan

menjadi satu di Keraton Kulon. Dua hari kemudian. Jum’at. 16 Agustus malam

diselenggarakan selamatan dan sesaji di bekas Bangsal Prabasuyasan Dilanjutkan

keesokan harinya. tepat 17 Agustus puku 15.00 dilakukan upacara Sesaji Raja

Suya berupa penanaman tumbal kepala harimau, menjangan. sato iwen (unggas)

dan iber-iberan (burun) disamping berbagai air, tanah serta bunga dari makam dan

tempat keramat yang, berhasil dikumpulkan oleh kelompok utusan.

Page 99: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

82

Sesaji Raja Suya sekaligus untuk menandai peletakan batu pertama calon

bangunan Dalem Ageng Prabasuyasa oleh Kanjeng Gusti Pangeran Haryo

Hangabehi, putra sulung Sinuhun Pakoe Boewono XII. Dengan demikian tahap

paling awal dari rangkaian panjang serta rumit kegiatan renovasi Keraton

Kasunanan telah dimulai.

Pengerjaan struktur bangunan bagian bawah berlangsung lancar tanpa

hambatan berarti. Batas setiap bangsal lama masih terlihat jelas. sehingga luas

bangunan baru penggantinya tak mungkin berubah dari ukuran yang semestinya.

Pembuatan fondasi cor beton dipercayakan kepada CV.Ciptorini,

perusahaan jasa konstruksi milik Kanjeng Raden Tumenggung Ciptonegoro.

seorang abdi dalem keraton. Tahap berikutnya, mulai awal Desember, renovasi

fisik dilanjutkan oleh PT. Pembangunan Perumahan (PP), Departemen Pekerjaan

Umum. Ditunjuk sebagai Ketua Pelaksana Proyek adalah Kolonel Soemarno.

C. Penggunaan Serat Kalang sebagai Pedom an dalam Pelaksanaan

Pembangunan Kem bali Keraton Kasunanan Surakarta tahun 1987

Dalam Pelaksanaan pembangunan kembali Keraton Kasunanan Surakarta

masih berpedoman pada serat kalang (hasil wawancara kepada narasumber KGPH

Poeger).

Serat kalang adalah dokumen tua bertuliskan huruf jawa dan didalamnya

menjelaskan tentang prinsip-prinsip pembagian ruang serta ukurannya, kerangka

bangunan serta persyaratan bahan-bahan bangunan yang seharusnya

dipergunakan.

Persoalan utama dalam proses membangun kembali keraton sesuai bentuk

aslinya. Ini bukan hal mudah. Karena, arsitektur keraton bukan hanya bersifat

fisik teknis, melainkan juga sarat masalah spiritual tentang lambang-lambang

kekuatan dari setiap bagian bentuk dan pembagian ruangan yang bermuara pada

satu tujuan besar, yakni keselamatan raja dan kerajaan.

Hampir setiap bagian bangunan Keraton Kasunanan tak pernah

didokumentasikan secara detil dalam bentuk gambar atau cetak biru dari berbagai

sudut pandang serta penampang. Sementara kalaupun ada naskah-naskah tua yang

Page 100: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

83

ditemukan kebanyakan hanya menjelaskan tentang jenis dhapur atau bentuk

bangunannya.

Sasono sewoko, misalnya, berdhapur Joglo Pangrawit Bangsal Parasdya

bermodel Joglo Kepuhan. Dalem Ageng Prabasuyasa yang terdiri dari 4 ruangan -

Kamar Gadhing, Kamar Ageng, Gedhong Pusaka dan Prabasana - mempunyai

bentuk Joglo Limasan. Sedang Sasana Handrawina yang berdinding kaca

seluruhnya bermodelkan Limasan Klabang Nyander.

Untuk merekonstruksi ragam arsitektur tradisi itu, Tim 13 mencoba

mendasarkan pada konsep Serat Kalang. Dokumen tua bertuliskan huruf Jawa ini

menjelaskan tentang prinsip-prinsip pembagian ruang serta ukurannya, kerangka

bangunan serta persyaratan bahan-bahan bangunan yang seharusnya dipergunakan

Berlandaskan teori tersebut. dengan memperbandingkan luas bekas lantai dan

jumlah saka guru atau tiang penyangga utama pada setiap bangsal yang terbakar,

diharapkan dhapur; ukuran tinggi maupun luas bangunan baru penggant i dapat

dihitung mendekati ketepatan

Hiasan tatah sungging (ukiran) di setiap tiang, dicoba direka ulang melalui

foto-foto dalam jumlah terbatas yang pernah dibuat. Khusus untuk pekerjaan seni

ini dipercayakan kepada para juru ukir dari Serenan Kabupaten Klaten yang

merupakan generasi keturunan ahli ukir keraton.

Dengan seijin Menteri Kehutanan Sudjarwo, kayu yang akan dipergunakan

sebagai bahan bangunan diambilkan dari Donoloyo. Dari hutan jati di kawasan

Kecamatan Slogohimo, Kabupaten Wonogiri inilah dulu seluruh kebutuhan kayu

untuk pembangunan Keraton Kartusura sampai Kasunanan Surakarta dicukupi.

Setelah kemerdekaan, Donoloyo oleh Departemen Kehutanan dijadikan

sebagai alas tutupan atau hutan lindung Penebangan kayu jati dari kawasan ini

termasuk kebutuhan renovasi keraton, harus memperoleh ijin pemerintah.

Kamis, 11 April 1985, Gusti Pangeran Haryo Hadiprabowo, Gusti Pangeran

Haryo Suryo Bandono dan Kangjeng Raden Mas Haryo Riyo Yosodipuro diutus

ke hutan Donoloyo. Ketiganya bersepakat memilih 21 batang jati tua berdiamater

lebih dari dua rangkulan tangan dewasa yang diduga sedikitnya telah berumur dua

abad guna keperluan pembangunan kembali keraton.

Page 101: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

84

Di masa lampau pengangkutan kayu tebangan cukup dihanyutkan lewat

Bengawan Solo yang mengalir di dekat Donoloyo. Oleh abdi-abdi dalem, kayu-

kayu tersebut dicegat di bagian hilir pinggiran kota Solo. Pilihan paling praktis

dan ekonom is pada zamannya meski membutuhkan tempo relatif lama.

Resiko kehilangan di tengah perjalanan karena dibajak penduduk pedesaan

di sekitar aliran bengawan kecil kemungkinan terjadi. Sebab, telah kuat terpateri

citra tentang keangkeran kayu jati asal Donoloyo.

Kini sejalan dengan perkembangan transportasi, kayu-kayu kualitas sangat

prima berumur ratusan tahun itu diangkut truk langsung masuk menuju shawmill

atau perusahaan penggergajian di Kali Jenes. Cara mengirim dengan menghilirkan

kayu melalui aliran Bengawan Solo dinilai tak lagi aman. Kisah kekuatan mistis

kayu Donoloyo tak lagi menakutkan. Nilai jual tinggi kayu jati langka, lebih

menarik dibanding sekedar dongeng seram.

Setelah selesai dipotong menjadi berbagai ukuran sesuai kebutuhan. kayu-

kayu tersebut tak langsung dipakai, tetapi direndam terlebih dulu dalam kolam

Bandengan di keraton dengan sesaji komplet untuk mempertinggi kualitas. Sekitar

20 abdi dalem wanita dikerahkan guna mempersiapkan kelengkapan sesaji.

Sementara abdi dalem Suranata membacakan salawat.

Sehari sebelumnya diselenggarakan selamatan di Masjid Pujosono.

Mengemban perintah Sinuhun, Kangjeng Raden Mas Haryo Riyo Yosodipuro

meminta Kangjeng Raden Tumenggung Pudjodipuro memohonkan doa kepada:

Kangjeng Nabi Adam serta Siti Hawa, Kangjeng Nabi Rasulullah beserta keluarga dan seluruh sahabat, Kangjeng Nabi Khidir, Kangjeng Nabi Ilyas, Kangjeng Sunan Bonang, Kangjeng Sunan Kalijaga, Kangjeng Sultan Prabu Hanyakrakusuma dan raja-raja keturunanrrya, Para pepunden di empat kiblat (mnata angin), Kangjeng Sunan Lawu, Kangjeng Ratu Kencanasari, Kangjeng Ratu Kedaton dan Kangjeng Ratu Kalayuwati, serta Para leluhur lain agar memberkahi kayu-kayu Donoloyo sebagai bakal calon pendirian keraton pengganti yang telah terbakar.

Page 102: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

85

Usai selamatan, khusus bagi Kolonel Soemarno dipersyaratkan makan ketan

biru. sawo manila dan jadah pisang: Ketan biru mengandung makna luas

wawasannya, sawo manila mendapat kemudahan apa yang di minta. sedangkan

jadah pisang berart i bersatu dan mendapat titik terang.

Ketiganya jika disimpulkan memberikan makna agar Soemarno dalam

mengerjakan pembangunan kembali keraton Kasunanan senantiasa bisa

mengerahkan seluruh komponen yang ada, tak mendapatkan kesulitan dan

memiliki sikap terbuka (bersatu) dalam menerima masukan.

Pembangunan Dalem Ageng Prabasuyasa yang sudah dimulai sejak 17

Agustus 1986 dengan sesaji lengkap ternyata masih menuntut persyaratan lain.

Saat menggarap krobongan satu dari 4 kamar dalam Prabasuyasa - membutuhkan

syarat sebongkah batu marmer.

Pada 26 April 1987, Sinuhun Pakoe Boewono XII mengirim utusan ke

perusahaan pertambangan marmer di Tulungagung. Rombongan keraton terdiri

dari Kolonel Soemarno, Gusti Pangeran Haryo Hadiprabowo, Kangjeng Raden

Mas Haryo Riyo Yosodipuro serta 4 abdi dalem Suranata di samping beberapa

abdi dalem wanita. Tugas khusus kedua kelompok abdi tersebut adalah meracik

sesaji sebelum dimulai penambangan marmer dari perut Gunung Besole.

Selamatan berlangsung pukul 16.00 di lokasi pabrik yng berjarak sekitar 30

km arah selatan Tulungagung. Ikut hadir pada kesempatan itu Drs. Sani Chandra,

pimpinan pabrik.

Setelah menunggu 3 bulan lebih diperoleh kabar bongkahan marmer telah

selesai diproses. Persoalannya, Tulungagung tidak berani mengirim langsung

sebelum ada perintah lanjutan dari pihak keraton.

Pada 6 Agustus 1987, Kolonel Soemarno disertai Kangjeng Gusti Pangeran

Haryo Hangabehi kembali ke Tulungagung. Malam hari sekitrar puku! 19.00,

bongkahan marmer diusung ke atas truk yang sudah disediakan pabrik setelah

sebelumnya diselenggarakan upacara sesaji. Sesuai wangsit, perjalanan menuju ke

Surakarta diisyaratkan tak boleh herhenti untuk keperluan apapun.

Sepanjang jalur Tulungagung-Solo sedikitnya terdapat 4 pos penimbangan

angkutan yang semestinya disinggahi. Karenanya, pimpinan rombongan, Kolonel

Page 103: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

86

Soemarno yang berada paling depan harus melaju lebih cepat setiap akan

memasuki pos penimbangan Nganjuk, Mantingan dan Ngawi untuk melakukan

pendekatan dengan petugas Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan.

Pada keesokan paginya, 7 Agustus pukul 04.00 utusan tiba kembali di

keraton. Marmer sementara diturunkan di Magangan, menunggu saat tepat

sebelum dibawa masuk ke Krobongan.

Untuk mengangkut ke dalam keraton telah dipasang rel dan gerbong lori -

jenis kereta api kecil pengangkut tebu - dari Srimangant i Kidul menjulur lewat

pelataran depan Sasana Pustaka, berbelok ke Utara naik ke atas fondasi Paningrat,

Parasdya dan berakhir di Prabasuyasa. Sebuah unit katrol disediakan untuk

menurunkan batu marmer ke tempatnya.

Menghabiskan waktu 7 jam, bongkahan marmer berpermukaan rata dengan

ukuran sekitar 2 X 1 meter dan tinggi 70 senti meter sebagai tempat duduk

sementara Sinuhun sebelum keluar dari istana menuju Sasono Sewoko dalam

upacara resmi keraton ini akhirnya terpasang di Krobongan. Sebagai penutup

dilakukan sesaji pembakaran dupa setanggi oleh Raden Ayu Mandayaningrum,

Pengageng Parentah Keputren, disaksikan Drs.Sani Chandra, pimpinan pabrik

marmer Tulungagung.

Dua bulan sebelumnya, tepatnya Kamis, 8 Juni selamatan serupa dilakukan

di Bangsal Pradangga Kidul untuk keperluan pendirian saka guru Sasono sewoko.

lSesaji diawali dengan; "tuQuran" atau samadi semalam suntuk di keraton,

dilanjutkan pada hari-hari berikutnya berziarah dan berzikir di makam Sultan

Agung, Pakoe Boewono I sampai X di Im ogiri dan Amangkurat I di Tegal.

Selain itu masih banyak sesaji-sesaji kecil lain untuk menandai awal

kegiatan setiap pembangunan bangsal yang merupakan satu rangkaian panjang

dari keseluruhan renovasi: Pembuatan Maligi, semacam kanopi yang me!ekat

pada Sasono sewoko, misalnva, disertai selamatan penanaman kain jarik corak

parangkusuma dan ampo atau irisan tanah liat merah yang ditanam di tempat

sudut arah mata angin. Wilujengan.(selamatan) dilakukan pula ketika membuat

benda-benda kelengkapan – termasuk mebel pengganti yang terbakar.

Meski telah dicoba digarap sangat teliti, cermat dan melewati tahapan

Page 104: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

87

upacara-upacara ritual, hambatan bahkan musibah tetap saja tak terhindarkan

sepenuhnya. Atap Maligi yang sudah rampung terpasang, secara tak terduga

terbakar. Beruntung nyala api secepatnya dapat dikuasai, sehingga tak sampai

menimbulkan kerugian berarti. Hasil pengusutan menunjukkan, penyebab

kebakaran diduga kuat berasal dari percikan api peralatan las yang kemudian

menyulut alumunium foil sebagai pelapis bagian bawah atap. Akibatnya, seorang

tukang las yang pada waktu kejadian diketahui tengah memasang talang air

Sasono sewoko harus berhadapan dengan hukum di pengadilan.

D. Keberhasilan Pembangunan Kembali Keraton Kasunanan Surakarta

Tahun 1987

Setelah melalui proses pembangunan yang cukup lama akhirnya keraton

kasunanan Surakarta yang mengalami kebakaran pada tahun 1985 telah selesai

dibangun. Hasil dari pembangunan kembali keraton Kasunanan Surakarta

dipandang secara fisik sama dengan wujud bangunan Keraton saat sebelum

terbakar tahun 1985 (hasil wawancara dengan narasumber KGPH Poeger),

meskipun ada sedikit perbedaan yang berkaitan dengan usia kayu yang digunakan

untuk kerangka bangunan.

1. Pendopo Ageng Sasono Sewoko

Makna sebutan “keraton Surakarta “menurut ajaran Jawa yang terdapat

pada kesusasteraan Jawa bahwa keraton adalah bangunan keraton, yaitu tempat

kediaman para pangeran yang mengemban tugas yang disebut dengan wahyu dari

Ratu (Ratu: untuk sebutan Raja di Keraton Surakarta Hadiningrat). Berhubung

bangunan tersebut sebagai tempat kediaman Ratu, maka dinamakan dengan Ka-

ra-ton, dengan ucapan Kra-ton.

Keraton Surakarta ditinjau dari kebudayaan Jawa, justru dapat disebut

bahwa “kebudayaan Jawa bersumber dari keraton Surakarta” (K.R.M.H.

Yosodipuro). Dari kata tersebut dapat disimak, bahwa pada dasarnya manusia itu

hanya melaksanakan petunjuk Tuhan (papadhanging pangeran). Dan

Papadhanging Pangeran tersebut terkadang (sinuksma) di dalam budi manusia.

Budi tersebut merupakan cahaya yang dapat membuka /menunjukkan kebenaran

Page 105: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

88

(pepadhang),terhadap manusia dan harus diamalkan. Setelah diamalkan dengan

baik maka disebut dengan budaya. Hasil dari budaya manusia tersebut dapat

berarti sebagai kebudayaan, sehingga menurut perilaku orang Jawa berart i

kebudayaan Jawa.

Pada pokoknya bahwa budi itu segala sesuatu yang halus dan luhur

seperti: suci, asih, adil, rahayu, utama dan sebagainya. Sedangkan kebudayaan

yang bersumber dari Keraton Surakarta tersebut dapat kita artikan secara lahiriyah

seperti: Tata cara, adat, kesusilaan, tata karma/kesopanan, gamelan, gendhing,

begsan, kesusasteraan, tata bahasa, tata bangunan yang semuanya itu dapat

memberikan rasa temtram lahir dan batin m anusia (raos hayem-hayom-temteram-

aprabowo).

Keraton juga dapat disebut sebagai manunggalnya tiga perkara, yaitu:

1. Pangemban wahyu bagi Hingkang Sinuwun Kangjeng Susuhunan.

2. Kerabat keraton (sentono, abdi dalem, kawula hangadep)

3. Keraton sebagai pengayom /pelindung lahir dan batin para kerabatnya

Sedangkan yang disebut dengan bangunan keraton Surakarta Hadiningrat

secara keseluruhan adalah mulai dari Gapura Gladhag ke selatan sampai gapura

alun-alun Gadhing yang luasnya sekitar 127.500 m2 yang di dalamnya terdapat

banyak bangunan termasuk bangunan Keraton Utara.

Bangunan Keraton Utama adalah dari Kamandungan ke selatan sampai

kom plek Waroenggoendeng, dan dari kantor Sjaikara ke barat sampai sampai

Wreksodipuran seluas 235.000 m2 yang di dalamnya terdapat bangunan ndalem

Ageng dan Pendopo Sasono sewoko serta Keraton Kulon.

Pada prinsipnya bahwa susunan bangunan keraton di Jawa selalu

menghadap ke timur sejak jaman Sultan Agung. Menurut pimulang Sunan

Kalijaga bahwa timur berarti menghadap sinar matahari yang mempunyai makna

sumber kekuatan. Disini dapat kita lihat seperti pada keraton Surakarta, maka

Pendopo Ageng Kedhaton / Pendopo Sasono Sewoko dan Sasono Parasdyo

menghadap ke Timur.

Pendopo Sasono Dajinto dan Sasono Praboe menghadap ke Selatan

(segoro Kidul). Menurut kepercayaan mempunyai makna bahwa Ratu kidul

Page 106: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

89

merupakan kekuatan batin, sedangkan pendopo sasono Probosuyoso menghadap

ke barat yang berart i keagamaan terutama agama Islam. Dan Sri Mangant i

menghadap ke utara yang berarti lahirlah atau kepandaian ilmu dan sebagainya.

Bangunan utama pada Keraton, baik Kratron Surakarta maupun Keraton

Yogyakarta selalu terdiri dari Pendopo dan nDalem Ageng, sepert i juga bangunan

rumah tradisional Jawa pada umumnya. Namun bangunan Keraton memiliki

kekhususan yaitu bentuknya dan ukuran yang lebih besar di banding dengan

rumah tradisional Jawa biasa.

Pendopo Sasono Sewoko merupakan bangunan utama Keraton Surakarta

Hadiningrat yang didirikan pada masa Pakoe Boewono ke II pada tahun 1698

(tahun Jawa) dengan seorang arsitektur yaitu Sultan Hamengku Boewono ke I.

bangunan tersebut didirikan di desa Surakarta (sekarang kodya Surakarta).

Menurut informasi bahwa bangunan Pendopo Sasono Sewoko tersebut di

perkirakan bukan merupakan bangunan yang berasal dari pendopo pindahan dari

Keraton Kartosuro. Padahal menurut kepercayaan pada jaman Mataram,

Panembahan Senopati dari Mataram mendapat wahyu, bahwa kalau membuat

Keraton harus dari kayu yang berasal dari hutan Donoloyo secara turun temurun,

sehingga kalau terjadi perpindahan Keraton, maka soko guru pada pendopo

tersebut selalu dibawa pindah dimana Keraton didirikan kembali. Oleh karena itu

maka Pakoe Boewono II waktu itu tetap melestarikan hal-hal tertentu saja yang

tetap digunakan pada Pendopo Sasono Sewoko tersebut. Sepert i sesajian kain

tumbal pada saka guru, juga kayunya diambil dari Donoloyo tersebut.

Bangunan Pendopo yang asli dari Keraton Kartosuro pada waktu

perpindahan ke Surakarta tahun 1770, oleh Pakoe Boewono ke III diberikan dan

didirikan di Mangkunegaran yang kini disebut Istana Mangkunegaran. Hal ini

terjadi dikarenakan oleh kepercayaan Pakoe Boewono III pada waktu itu.

Pendopo Sasono Sewoko dalam kondisi sekarang setelah mengalami

pemugaran akibat kebakaran pada tanggal 5 Januari 1995, bahkan penggunaan

kayu Soko Guru dan soko-soko lainnya, semuanya dari hutan Donoloyo. Hal ini

dikarenakan sulitnya mendapatkan jumlah kayu maupun kwalitas yang

diinginkan, sebab semakin kurang jumlah kayu tersebut yang ada di hutan.

Page 107: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

90

Donoloyo. Demikian juga bahan –bahan lainnya, kebanyakan digunakan bahan-

bahan produk baru dan dalam negeri yarg tidak sesuai dengan aslinya lagi. Hal ini

dikarenakan sulitnya mendapatkan bahan-bahan yang sesuai dengan aslinya, juga

karena terbatasnya biaya pemugaran Keraton tersebut. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa pendopo Sasono Sewoko yang kini selesai dipugar, disebut

sebagai monumen bukan lagi sebagai Keraton aslinya. Namun demikian, fungsi

Pendopo Sasono Sewoko sampai sekarang masih tetap dilestarikan sesuai dengan

aturan-aturan (Jawa: pakem) menurut kebudayaan Keraton, baik yang bersifat

tradisi maupun keagamaan yang dibawa secara turun temurun sejak berdirinya

Keraton Surakarta Hadiningrat tersebut.

Ruang-ruang pada Pendopo Ageng Sasono Sewoko

a. Ruang Maligi

Maligi atau malige merupakan nama ruang yang berada pada

bangunan pendopo Ageng Sasono Sewoko. Nama tersebut tidak mempunyai

art i khusus. Ruarg tersebut berfungsi sobagai tempat untuk khitanan ( bahasa

Jawa : supitan) bagi para putra dalem yaitu, putra ratu dan para petra

pangeran Keraton. Juga pernah diikutsertakan para putra abdi dalem

dikhitankan bersama-sama di sekitar tempat tersebut yang dilakukan secara

masal.

Dahulu ruang ini hanya berupa halaman tanah pasir saja yang berada

di bagian depan bangunan Pendopo Ageng Sasono Sewoko tepatnya bagian

timur yang berfungsi sejak berdirinya pendopo tersebut yaitu pada tahun

Wawu 1697. Acara supitan tersebut biasanya dilakukan pada waktu hari

Jumat 19 Robingulakhir. Upacara supitan dilakukan di Ruang Maligi

tersebut, yaitu putra-putra yang disupit didudukkan pada sebuah krobongan

yang dinamakan dengan Kadorengga (nama tempat supitan yang terbuat dari

kayu jati membentuk segi empat dengan ukuran ± 2 m X 2 m dengan ukiran

motif Mataram Pada waktu acara supitan tersebut, supitan tersebut

dilakukan di Ruang Maligi menghadap ke timur., yaitu menghadap menuju

Page 108: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

91

terbitnya matahari dan biasanya pada waktu pagi hari /subuh, menjelang

matahari terbit. Hal ini dikarenakan bahwa sinar matahari dianggap sebagai

sumber kehidupan.

Upacara supitan tersebut disaksikan oleh Ratu yang duduk/lenggah di

kursi (dampar) yang berada di ruang Sasono Sewoko, tepatnya di bagian

ruang antara keempat saka guru yaitu di sebelah barat ruang maligi. Beliau

menyaksikan upacara tersebut menghadap ke timur dengan didampingi para

pangeran serta para sentana yang duduk silo di lantai sekitar ruang Paringrat

bagian Timur dekat sekali, juga Ruang Sasono Sewoko dimana ruang untuk

duduk Ratu langsung berhadapan dengan ruang Maligi. Sedangkan para tamu

yang berhadapan dengan Ruang Maligi. Sedangkan para tamu yang

berpangkatkan abdi dalem duduk silo di tanah pasir plataran/ halaman bagian

timur, selatan dan utara Maligi maupun Pendopo tersebut.

Acara supitan tersebut dilakukan dengan upacara khusus berdasarkan

agama Islam yaitu dengan doa-doa yang dipimpin oleh tokoh agama secara

hikmat , sehingga ruang Maligi tersebut dapat bersifat spiritual. Untuk

halaman maka krobongan tersebut ditutup, dikelilingi dengan kain dan

trataknya /atap dengan tarup. Jika acara sudah selesai, krobongan tersebut

diambil dan disimpan di Bale Mercukunda. Ruang Maligi juga bisa

digunakan sebagai tempat untuk berdiri Ratu, yaitu pada waktu Ratu dan para

pandampingnya berdiri untuk memberi hormat menyaksikan upacara

pertunjukan "detile" (baris berbaris) tentara maupun satuan-satuan Keraton

yang berbaris di halaman Timur Maligi tersebut, juga baris-berbaris satuan

pandu / Pramuka dan anak-anak sekolah. Disamping itu ruang Maligi juga

sebagai tempat untuk sowan / bertemu para abdi dalem Sentono Panji serta

para buyutnya (keturunannya). Bentuk Maligi mengalami perubahan yaitu

setelah dibangun menjadi bangunan yang manpunyai ruang dan atap serta

lantai yang permanen dengan bentuk yang disebut. Topengan yang manempel

di bagian Timur Pendopo Sasona Sewoko tersebut . Topengan ini dibangun

o1eh Pakoe Boewono ke IX sejak beliau bertahta yaitu pada bari Jumat

tanggal 19 Rabingulakhir tahun Alip 1811 (1 0 Maret 1882 Masehi). Sejak

Page 109: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

92

itu ruang Maligi pernah digunakan supitan Pakoe Boewono ke XII waktu

kecil serta para putra Pakoe Boewono ke XII .

Ruang Maligi mempunyai luas lantai 8,5 m kali 18,10 m dengan

bentuk atap “limasan Jubungan” dan Saka (tiang) 8 buah dengan lantai

marmer alam bersih dan mengkilat yang membuat kesan mewah. Ruang ini

sering digunakan untuk keluar masuk para abdi dalem yang berkunjung

menghadap Ratu maupun dalam upacara-upacara tradisi lainnya. Dengan

demikian ruang ini bisa disebut sebagai pintu masuk utama, sebab merupakan

ruang yang paling depan / timur dari Pendopo Sasono Sewoko.

b. Ruang Pendopo Sasono Sewoko.

Ruang Pendopo Sasono Sowoko, pada dasarnya adalah ruang Sasono

Sewoko yang merupakan bagian utama yang terpent ing dari bangunan

Pandopo Sasono Sewoko. Arti dari nama Sasono Sewoko tersebut adalah :

Sasono berart i tempat dan Sewoko berart i menghadap ke suatu arah ialah

Tuhan Yang Maha Esa. Ruang tersebut tidak sembarang orang diperbolehkan

masuk, dikarenakan hubungannya dengan kepercayaan dan berfungsi untuk

Siniwoko(semedhi).

Sesuai dengan art i nama Sasono Sewoko tersebut maka fungsi utama

dari ruang tersebut adalah digunakan Ratu /Sri Susuhunan untuk duduk

"lenggah Siniwoko”. Yang dimaksud dengan lenggah siniwoko ialah Ratu

duduk di atas sebuah kursi untuk melakukan semedhi (mengheningkan cipta)

memohon kesejahteraan Keraton seisinya dan lingkungan sekitarnya. secara

lahir dan bathin. Keselamatan lahir dalam hal ini merupakan tanggung jawab

pepatih dalem untuk menjaga keselamatan bathin dilakukan oleh Ratu sendiri.

Di dalam melakukan semedhi, Ratu dalam posisi duduk siniwoko

yang berarti dilayani (dihadap), yaitu Ratu duduk di Dampar Kencono

(bangku tempat duduk Ratu tanpa sandaran tangan dan belakang) yang di

tempatkan sebelah barat Soko Guru dan menghadap ke timur. Menurut

kepercayaan Ratu duduk siniwoko menghadap ke timur menyongsong

terbitnya matahari, dimana matahari merupakan sumber kehidupan.

Page 110: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

93

Pada upacara Ratudi dampingi oleh orang-orang yang hadir

menghadap (sewoko), yaitu para Pangeran, para Sentono dan keluarganya

yang duduk silo di sampingnya, bersama-sama semedhi menghadap ke timur

juga. Para pendamping yang hadir tersebut semuanya duduk silo di lantai

berkelompok-kelompok menurut hirarkhi Kepangkatannya. Yang duduk silo

disamping kanan - kiri dan belakang Ratu di ruang daerah Soko Penanggap

dan Soko Rowo adalah untuk para pangeran, di ruang tepi / daerah Paningrat

utara dan selatan adalah para Riyo Inggil / atas dan sentono,

serta di daerah luar/ halaman utara dan Selatan untuk para abdi dalem.

Semasa Keraton mempunyai pemerintahan sendiri, upacara semedhi

siniwoko tersebut dilakukan setiap hari Senin dan Kamis. Pada masa Pakoe

Boewono ke X upacara tersebut dilakukan hanya sebulan sekali pada hari

Senin atau Kamis karena beliau sibuk mengurusi perjuangan masa perang Ke-

merdekaan Republik Indonesia. Dan setelah jaman R.I hanya dilakukan

secara tetap yaitu setiap peringatan hari penobatan Jumenengan Ratu pada

tanggal 2 Ruwah setahun sekali.

Di dalam jalannya Upacara hari Ulang Tahun Penobatan Ratu

tersebut, terdapat suatu acara khusus yaitu pagelaran tari Bedhaya Ketawang

yang diiringi dengan musik gamelan khusus pula. Tari Bedhaya Ketawang ini

dilakukan setelah upacara semedhi lenggah sinuwoko. Tarian ini dimainkan

oleh putra-putri abdi dalem yang digelarkan di tengah-tengah ruang sasono

sewoko, menghadap kearah Ratu yang duduk siniwoko di dampar Kencono,

dan disaksikan.pula oleh para abdi dalem yang hadir duduk silo di lantai.

Menurut kepercayaan, tarian Bedhaya Ketawang ini bersifat magis-

spiritual. Yang dimaksudkan adalah merupakan ungkapan secara fisik yang

menggambarkan tentang perkawinan antara sinuhun dengan roh halus

Kangjeng Ratu Kidul. Sehingga, tari Bedhaya Ketawang dianggap sebagai

simbol yang mempunyai kekuatan magis bagi Ratu Keraton Surakarta dan

para abdi pengikutnya. Dengan demikian ruang Pendopo Sasono Sewoko,

juga berfungsi sebagai tempat pagelaran tari Bedhaya Ketawang sebagai

acara khusus di dalam upacara Ulang Tahun Penobatan Raja Keraton

Page 111: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

94

Surakarta.

Sasana Sewoko disamping sebagai tempat upacara semedhi siniwoko

juga digunakan untuk keperluan kerajaan yang bersifat Keraton maupun

Keagamaan.

Fungsi lainnya dari ruang Sasono Sewoko tersebut adalah untuk

upacara keagamaan seperti: sekaten, maleman, malam satu suro, mahesa

lawung dan juga untuk mantu(pernikahan putra-putri Raja). Upacara-upacara

keagamaan tersebut dilaksanakan setahun sekali dan merupakan tradisi turun-

temurun sampai sekarang masih diselenggarakan. Hal tersebut dikarenakan

menurut kepercayaan piwulang Sunan Kalijogo, bahwa Keraton merupakan

titik temu antara Islam dan Jawa, sehingga tradisi Jawa di dalam Keraton

dilakukan berdasarkan agama Islam.

Upacara tradisi Sekaten merupakan peristiwa yang bersifat spiritual

dari agama Islam, yaitu hubungan manusia dengan Tuhannya dan untuk

memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad Saw sebagai Rasul Allah,

tepatnya pada tanggal 12 Maulud. Sehingga upacara Sekaten tersebut

dilakukan setiap bulan Maulud tanggal 5 sampai 12 di lingkungan Keraton

Surakarta, seperti halnya di Keraton Yogyakarta.

Upacara Sekaten dipusatkan di Ruang Sasono Sewoko, yaitu

diwujudkan dengan nasi tumpengan berbentuk gunungan besar dan sesajian

sebagai sarat-sarat tertentu menurut kepercayaan. Gunungan tersebut

diletakkan di tengah-tengah daerah Soko Guru dan diberi doa oleh seorang

tokoh Agama Islam Keraton, disaksikan Ratu yang duduk di dampar kencono

bersama-sama pula dengan para abdinya yang hadir duduk silo di sekitarnya.

Jumlah gunungan tersebut disesuaikan menurut jumlah tahun Raja tersebut

bertahta. Jadi setiap tahun jumlah gunungan bertambah.

Setelah upacara doa selesai, maka gunungan tersebut dibawa para abdi

dalem disaksikan oleh khalayak (dahulu rakyat penganutnya) diarak sambil

berbaris ke alun-alun Utara menuju ka halaman Masjid Agung Keraton

Surakarta pada siang hari. Sesampainya di halaman masjid, gunungan

tersebut dibagi-bagikan kepada para jemaah yang berada di Masjid dan

Page 112: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

95

khalayak sebagai santapan. Menurut kepercayaan, barang siapa yang

mendapat bagian makan gunungan tersebut akan mendapatkan banyak rejeki

dan ketenteraman lahir dan batin dari Allah yang Maha Kuasa (Kejawen:

Sang Murbaing Jagad).

Sejak keraton tidak memiliki kekuasaan lagi (Negara) seperti dulu,

yaitu sejak Pakoe Boewono ke XII bertahta, maka jumlah gunungan tersebut

hanya berjumlah dua. Hal tersebut karena hanya faktor biaya yang tidak

mencukupi, namun upacara Sekaten tetap dilakukan secara hikmat . Disam

ping itu juga upacara pesta tradisi rakyat di sekitar alun-alun Utara untuk

menyambut gunungan Sekaten tersebut, kini sudah berkembang menjadi

sarana promosi perdagangan dan industri.

Upacara tradisi Maleman yang dilakukan satu tahun sekali di bulan

puasa, yaitu pada hari Puasa ke 21 sampai selesai puasa. Upacara Maleman

tersebut juga dipusatkan di ruang Sasono Sewoko dengan upacara doa yang

dipimpin oleh seorang tokoh agama Islam dari Keraton. Dalam upacara

Maleman yang dilakukan pada malam hari tersebut, Ratu duduk di dampar

Kencono menghadap ke Timur. Para abdi dalem yang hadir, bersama-sama

duduk silo di lantai ruang sekitar Soko Penanggap, Soko Rowo dan Paningrat

mengelilingi Nasi Tumpengan yang akan dibagikan kepada semua yang

hadir. Disamping itu juga ada sesajian sebagai syarat untuk memenuhi

kepercayaan Jawa yang mengandung makna-makna tertentu menurut

kepercayaan Keraton.

Selanjutnya untuk upacara malam Satu Suro yang juga di lakukan di

Ruang Sasono Sewoko tersebut, sama sepert i halnya upacara malam Satu

Suro ini dilaksanakan setahun sekali pada malam tanggal 1 Bulan Suro. Pada

malam tersebut merupakan upacara khusus, yaitu upacara kirap Pusaka

Keraton.

Pusaka-pusaka milik Keraton yang disimpan berada di nDalem Ageng

Probosuyoso dikeluarkan semua dan dibawa keluar melalui Sasono Parasdya

dan Ruang Sasono Sewoko. Setelah melalui upacara doa yang dipimpin oleh

seorang tokoh Agama Islam di Ruang Sasono Sewoko tersebut dan

Page 113: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

96

disaksikan Ratu beserta para abdinya, Pusaka-pusaka tersebut kemudian

diarak keliling Keraton luar dan melalui Sri Manganti. dan Kori

Kamandungan. Setelah itu dikembalikan lagi sepert i semula.

Upacara keagamaan yang disebut Mahesa Lawung yang juga di

pusatkan di Ruang Sasono Sewoko, dilakukan setahun sekali pada hari Senin

atau Kamis di Bulan Robingulakhir (Bulan terakhir pada bulan Jawa).

Upacara ini menggunakan sesajian dan yang utama ialah dalam bentuk kepala

kerbau sebagai simbol rasa syukur kepada Tuhan. Kerbau tersebut disembelih

di halaman muka Ruang Maligi. Kepala kerbau tersebut kemudian dibawa

melalui ruang Maligi yang diletakkan di ruang Sasono Sewoko untu diberi

doa oleh seorang tokoh Agama Islam, disaksikan oleh Ratu yang duduk di

dampar bersama-sama dengan para abdinya yang duduk silo mengelilingi

sesajian tersebut. Para abdi yang hadir mengikuti upacara tersebut duduk silo

di lantai sesuai dengan hirarkhi kepangkatan Keraton sepert i waktu upacara

keagamaan yang lain setelah upacara doa selesai, maka sesajian kepala

kerbau tersebut diangkut oleh para abdinya dan diletakkan di daerah

Kaliyoso.

Ruang Sasono Sewoko disamping berfungsi sebagai tempat untuk

upacara-upacara keagamaan, juga untuk upacara mantu (pernikahan putra

Ratu). Upacara mantu ini dilakukan dengan cara Agama Islam dan

upacara pernikahan adat Jawa kebesaran Keraton Surakarta Hadiningrat .

Jalannya upacara mantu ini antara lain, yaitu diawali dengan upacara

ijab kedua mempelai dipimpin oleh tokoh / penghulu agama islam dan

dilakukan di ruang tengah/ Soko Guru yang disaksikan oleh orang tua kedua

belah pihak. Selanjutnya kedua mempelai duduk dikursi pengant in yang

menghadap ke Timur di ruang tersebut. Sementara itu, Ratu dan Mertua

mempelai duduk sebelah kanan kiri mempelai. Dan undangan yang hadir

duduk silo di lantai menurut hirarkhi/ urutan tingkat kapangkatannya

mengelilingi mempelai.

Aengelompokan secara hirarkhis tersebut, pada dasarnya dibagi

menjadi 3 kelompok sesuai dengan pengelompokan Ruang yang ada ada pada

Page 114: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

97

Pandopo Ageng Sasono Sewoko tersebut. Ruang-ruang tersebut adalah :

1) Daerah yang utama, yaitu ruang bagian, tengah (Ruang Sasono Sewoko)

yang memiliki empat buah soko Guru, 12 buah Soko Penanggap dan 20

buah Soko Rowo dengan luas lantai 21,35 m 23,35 m serta bentuk atap

“Joglo Pangrawit” ruang ini memiliki lantai yang paling tinggi sekitar 75

cm dari tanah. Yang berhak duduk di ruang ini yaitu disamping Ratu itu

sendiri, juga para abdi dalem yang memiliki pangkat tert inggi sesuai

dengan lantainya yang paling tinggi tersebut. Disini duduk berurutan

seperti para Adipati dan Kanjeng Pangeran serta Pepatih.

2) Daerah yang kedua, yaitu ruang daerah tepi (Paningrat Timur, Selatan,

Barat dan Utara) yang mengelilingi Sasono Sewoko, Ruang ini memiliki

40 buah tiang besi dengan atap emperan yang menempel pada Sasono

Sewoko, dengan lantai yang lebih rendah dari Sasono Sewoko. Yang

berhak duduk di ruang ini yaitu untuk para abdi dalem yang memiliki

kepangkatan yang lebih rendah dari kepangkatan yang berada di Sasono

Sewoko, sepert i para Riyo Inggil / tinggi, Sentono dan Bupat i.

3) Daerah yang ketiga yaitu daerah halaman luar di bagian depan dan kanan

kiri Pendopo Sasono Sewoko, merupakan urutan tingkatan yang terendah,

karena halaman yang terbuka ini rendah dan luas. Yang berhak duduk di

halaman dengan tanah pasir yang bersih dari Gunung Merapi ini, yaitu

golongan pangkat yang paling rendah, sepert i para Riyo Ngandap / rendah,

sampai para abdi dalem Jajar.

Pada dasarnya Ruang Pendopo Sasono Sewoko ini menghadap ke

Timur sesuai dengan art i dari “lenggah siniwiko” tersebut. Ruang ini juga

mempunyai hubungnn yang dekat dan erat sekali dengan fungsi ruang yang

berada di Paningrat dan Maligi. Juga hubungannya dengan Sasono Parasya

karena dekat dan terbuka berhadapan langsung dengan Paningrat bagian

Barat. Sifat dari ruang Sasono Sewoko ini bersifat khusus (bahasa Inggris :

Private) karena fungsi kegiatannya untuk Ratu dan para Abdi dalem tingkatan

tertinggi dan sebagai pusat upacara, adat dan keagamann yang bersifat

spiritual batiniyah.

Page 115: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

98

Menurut kepercayaan, bahwa ruang Pendopo Sasono Sewoko ini

mempunyai kekuatan magis. Hal ini dapat dilihat dari fungsi utama ruang

tersebut, yaitu sebagai pusat upacara-upacara tradisi Keraton. Hal ini juga

terbukt i bahwa pada jaman Belanda masa Pakoe Boewono II, pernah akan

diadakan suatu perundingan antara pihak Belanda dengan Keraton tentang

tanah Jawa dan permasalahannya. Setelah rombongan Gubernur Belanda

diterima pihak Ratu di Pendopo Sasono Sewoko, rombongan dijamu makan-

minum dan tari Bedhaya Ketawang yang sakral. Sehingga, pihak Belanda

menjadi lupa akan tujuan semula dan kemudian pamitan pulang tidak jadi

berunding.

Presiden Republik Indonesia Soekarno juga pernah berkunjung

menghadap Pakoe Boewono XI. Tetapi pada waktu Presiden akan memasuki

Pendopo Sasono Sewoko, tiba-t iba Presiden menolak karena saat itu ada

perasaan tertentu hingga terpaksa diterima di ruang lain yaitu di Sasono

Handriwino.

Pada akhir Pakoe Boewono ke XI bertakta, tradisi duduk silo dilantai

tersebut mulai berubah menjadi duduk di kursi. Demikian pula yang duduk di

Paningrat maupun di halaman, semua duduk di kursi. Hal tersebut

dikarenakan pada waktu itu merupakan masa pergolakan penjajahan Belanda,

sehingga pihak Keraton sering dikunjungi Belanda. Untuk menghormat i tamu

Belanda tersebut, maka Ratu Paku Boewono ke XI berani memberikan ijin-

ijin tertentu diluar peraturan Keraton yang disebut dengan lilah dalem (ijin),

sepert i menerima tamu dengan duduk di kursi tersebut.

Perubahan tradisi menjadi duduk di kursi tersebut, diteruskan oleh

Pakoe Boewono ke XII bahkan pada waktu upacara Keraton lainnya. Hal

tersebut juga dikarenakan untuk menyesuaikan dengan kondisi masyarakat

setelah jaman kemerdekaan, yang agaknya kurang berminat duduk dengan

silo, sebab kurang menghargai martabat seseorang. Sekalipun demikian,

upacara-upacara Keraton tersebut tetap dilakukan secara hikmat sesuai

dengan aturan-aturan atau pernatan Keraton yang berlaku.

Tetapi setelah Pendopo Sasono Sewoko mengalami kebakaran dan

Page 116: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

99

tidak bisa berfungsi, sementara upacara adat dan keagamaan Keraton

dilakukan di Keraton Kulon yang terletak di sebelah Barat Keraton Utama

yang terbakar tersebut. Selama di Keraton Kilen ini yaitu selama tahun 1985

sampai 1987, upacara-upacara adat dan keagamaan tersebut kembali lagi

dilakukan seperti cara adat tradisi semula, yaitu dengan tradisi duduk silo

di.lantai. Hal ini dilakukan karena kepercayaan dan adat berdasarkan ilham

atau sasmito Sinuhun. Disamping, itu, juga karena. atas dorongan rasa dari

Ratu dan penganutya untuk menikmati suasana duduk silo agar merasa

tentram.

Selama pembangunan keraton yang terbakar tersebut, upacara-upacara

keraton tetap dilakukan di keraton kilen. Tetapi untuk tumpengan, gunungan

dan sajian kepala kerbau, ditempatkan di Pendopo Mariokoto yang terletak di

Sri Manganti. Hal ini dilakukan karena hubungan dengan adat yang

berdasarkan ilham atau sasmito Sinuhun tersebut. Sebab, menurut sejarah

bahwa sejak Pakoe Boewono ke X, Pakoe Boewono XI sampai Pakoe

Boewono XII. Ratu dianggap sebagai Pujangga yang memegang penuh

urusan kebatinan atau spiritual dalam kerajaan.

Setelah Pendopo Ageng Sasono Sewoko selesai dipugar kembali dan

mulai berfungsi tahun 1988, upacara-upacara Keraton dilakukan di Pendopo

Ageng Sasono Sewoko lagi. Demikian pula tradisi duduk silo di lantai dan

urutan sesuai dengan hirarkhi kepangkatan, dilakukan sepert i tradisi semula

yang dibawa dari Keraton Kilen tersebut. Jadi tidak dilakukan duduk di kursi

lagi sampai sekarang. Hal ini disebabkan oleh keinginan Ratu untuk tetap

melestarikan tradisi Keraton tersebut secara turun temurun.

c. Ruang Paningrat

Nama Paningrat dalam hal ini tidak memiliki art i khusus, sebab

Paningrat merupakan bagian ruang penunjang saja untuk melengkapi

bangunan tradisional pada umumnya, maupun pada Pendopo di Keraton.

Ruang Paningrat ini dahulu dibuat tidak permanen, yaitu hanya dengan

emperan lantai biasa dan tratak tarup yang sangat sederhana. Paningrat ini

Page 117: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

100

dibangun pada masa Pakoe Boewono ke X dan berangsur-angsur

disempurnakan menjadi bangunan Paningrat yang permanen, hingga sekarang

menjadi satu dengan Pendopo Sasono Sewoko.

Lantai Paningrat ini berlantai marmer, dengan bentuk atap “trajumas”

yng memanjang mengelilingi dan menyatu dengan Pendopo Sasono Sewoko.

Lantai Paningrat ini lebih rendah dari lantai di Ruang Pendopo Sasono

Sewoko, dikarenakan berdasarkan fungsi menurut hirarkhi tingkat

kepangkatan di bawah tingkat kepangkatan yang ada di Sasono Sewoko

tersebut.

Fungsi utama dari Ruang Paningrat ini adalah untuk menerima para

abdi dalem tingkatan menengah, yaitu para Riyo Inggil atau Sentono dan

Bupati untuk menghadap Ratu dalam upacara-upacara tradisi Keraton yang

dipusatkan di Ruang Sasono Sewoko tersebut.

Di Ruang Paningrat yang terdiri dari Paningrat Timur, Utara, Barat

dan Selatan, para abdi dalem yang menghadap harus duduk silo di lantai,

disebabkan berdasarkan aturan adat atau tradisi dan tingkatan kepangkatan

pada keraton tersebut. Mereka yang menghadap tersebut, duduk mengelilingi

Ratu dan para pendampingnya yang berada di Ruang Sasono sewoko untuk

mengikuti upacara-upacara tradisi tersebut dengan hikm at.

Fungsi lain dari Paningrat tersebut, terutama Paningrat Barat, adalah

untuk latihan Bedhaya Ketawang yang dianggap sakral lengkap dengan

seperangakt gamelan tari tersebut yang diletakkan di bagian selatan ruang

tersebut. Latihan tari tersebut hanya dilakukan sebulan sekali pada hari

anggoro kasih atau Selasa Kliwon, dimana tarian tersebut menghadap ke

Barat untuk disaksikan oleh Ratu yang duduk di kursi singgasana Sasono

Parasdya (sebelah barat Peningrat tersebut).

Ruang Pangningrat Barat dan Utara berfungsi juga untuk menerima

para utusan dari luar maupun dari rakyatnya, maupun tamu para menteri dan

pejabat pemerintahan republik Indonesia. Mereka biasanya diterima oleh Ratu

dibagian Utara Paningrat tersebut, tetap diterima dengan cara duduk silo di

lantai tersebut sesuai dengan adat keraton.

Page 118: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

101

Fungsi Paningrat Selatan, disamping digunakan untuk menabuh

gamelan pengiring latihan maupun Pegelaran tari Bedhoyo Ketawang dan

upacara-upacara lainya, juga untuk menerima tamu kunjungan pada waktu

akan dijamu makan besar di Sasono Handrowino (Pendhopo Khusus untuk

menjamu makan para tamu ratu).

Hubungan kegiatan yang ada di ruang Peningrat tersebut sangat erat

dengan Ruang Sasono Sewoko, sebab termasuk di dalam kegiatan upacara-

upacara tradisi yang ada di Ruang Sasono tersebut, sepert i upacara Siniwoko,

maleman, sekaten, malem satu Suro, mahesa lawung, tari Bedhayo Ketawang

dan mantu juga supitan. Paningrat juga berhubungan erat dengan Sasono

Parasdya karena untuk latihan tari Bedhaya ketawang. Demikian juga

hubungannya dengan Sasana Handrawina dalam acara jamuan makan dengan

tamu dari luar atau umum, Sehingga ruang Paningrat disamping bersifat

khusus untuk upacara dengan Sasono Sewoko, juga bersifat semi umum

karena hubunganya dengan tamu umum atau luar.

d. Ruang Parasdya.

Ruang Parasdya merupakan bagian dari dalem Ageng Probosuyoso.

Ruang Parasdya ini sebagai perantara antara Pendopo Ageng Sasono Sewoko

dengan dalem Ageng Probosuyoso tersebut. Sehingga leteknya di bagian

Barat Pendopo Ageng Sasono Sewoko.

Fungsi utama Ruang Parasdya tersebut sebagai tempat untuk duduk

harian Ratu di kursi singgasana yang dilengkapi dengan dua buah meja kecil

di kanan kiri kursi tersebut. Biasanya Ratu duduk di tempat tersebut,

menghadap ke Timur (ke Ruang Panigrat Barat) sambil menyaksikan latihan

tari Bedhaya Ketawang yang berada di Paningrat Barat tersebut dibarengi

dengan iringan gendingnya latihan ini dilakukan sebulan sekali setiap hari

Selasa Kliwon. Disamping itu juga berfungsi untuk menerima para kurir atau

utusan yanng diberi tugas tertentu untuk disampaikan kepada para

pengikutnya atau rakyat, sepert i pepatih, Bupati dan sebagainya. Di dalam

memberi tugas maupun pesan-pesan tersebut, disini Ratu bisa dengan cara

Page 119: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

102

lesan maupun tertulis, sehingga Ratu sering juga menulis sendiri surat-surat

tersebut dengan menggunakan meja kecil yang berada di sampingnya.

Demikian juga untuk menerima pesan atau surat-surat dari Pemerintah

Republik Indonesia maupun dari Kerajaan lain untuk dibacakan

dihadapannya oleh seorang kurir utusan keraton.

Mereka menghadap, duduk silo di lantai yang lebih rendah dari lantai

Parasdya tersebut. Dengan demikian, dahulu ruang tersebut dapat dikatakan

membagi ruang kerja / kantor. Sekarang ruang kerja pribradi Ratu yakni Sri

Susuhunan Pakoe Boewono XII. Dimana bertempat di ruang khusus yang

berada di sebelah Utara dan Selatan Parasdya yang tertutup dengan pintu

jendela kaca.

Ruang Parasdya juga berfungsi untuk menerima kunjungan tamu dari

luar, seperti para menteri dan pejabat tinggi Republik Indonesia. Tamu

tersebut diterima di bagian Utara Parasdya dengan duduk silo di lantai dan

Ratu duduk di kursi Singgasana Parasdya. Tapi, sejak akhir Paku Boewono

XI bertahta sampai Paku Boewono ke XII sekarang cara menerima tamu

tersebut tidak dengan duduk silo, melainkan dengan duduk di kursi karena

bersifat umum. Untuk menerima kunjungan tamu dari keluarga Ratu sendiri,

diterima dibagian selatan Parasdya, yaitu dengan duduk silo di lantai dan

Ratu duduk di Kursi singgasana Parasdya tersebut.

Ruang Parsdya tersebut bisa disebut sebagai ruang yang bersifat

antara khusus dan umum. Hal ini karena merupakan ruang yang berfungsi

untuk kegiatan harian menyaksikan latihan tari dan menerima tamu keluarga

maupun kenegaraan yang bersifat umum, tetapi untuk utusan surat menyurat

secara rahasia. Jadi sifat ruang ini disamping khusus, juga lebih banyak untuk

umum sehingga disebut semi umum.

Ruang Parasdya ini menghadap ke Timur sesuai dengan arah hadap

kursi singgasana Ratu tersebut dan dibagian belakang terdapat tiga buah pintu

gerbang tengah dan kanan-kiri atau Kori Gebyok Parasdya yang

menghubungkan dengan Dalem Ageng Probosuyoso

Ruang ini memiliki empat buah Soko Guru di tengah dan delapan

Page 120: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

103

buah tiang besi ditepi dengan peninggian lantai yang sama dengan lantai

Pendopo Sasono Sewoko. Peninggian lantai ini mempunyai luas sekitar

1400m 850m = 1.190.000m2, dengan bentuk atap "Joglo Kepuhan" yang

menyatu dengan atap ruang Paningrat Barat.

Hirarkhi urutan duduk di Pendopo Ageng Sasono Sewoko menurut

kepangkatan Keraton :

1. Panembahan

2. Adipati

3. Pangeran

4. Sentono

5. Riyo Inggil

6. Bupati

7. Riyo Ngandap

8. Bupati Anom

9. Panji

10. Panewu

11. Mantri

12. Lurah

13. Jajar

2. Sasana Handrawina

a. Sejarah Sasana Handrawina

Keraton Surakarta Hadiningrat berdiri pada hari rabu Pahing 17 Suro Je

1670 atau tanggal 17 Februari 1745 atas prakasa Ingkang Sinuhun kanjeng

Susuhunan Pakoe Boewono II

Pada masa pemerintahan ingkang sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakoe

Boewono III (1749 – 1788) beliau membangun kori (pintu gerbang) brojonolo

sebagai pintu masuk ke Istana, tembok baluwarti, Bangsal semorokoto, bangsal

Mercukundo, menara yang diberi nama Panggung Songgobuwono, Pendopo

Ageng Sasono Sewoko, semuanya itu dimaksudkan untuk melengkapi dan

Di Ruang tengah Pendopo

Sasono Sewoka

Di Ruang Paningrat

Di halaman Pasir / luar

Page 121: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

104

menyempurnakan Istana sebagai pusat Pemerintahan Surakarta hadiningrat.

Susuhunan Pakoe Boewono III digantikan oleh Ingkang sinuhun kanjeng

susuhunan Pakoe Boewono IV. Salah satu buku ajaran beliau yang sangat terkenal

sampai sekarang adalah buku “wulangreh”. Beliau juga menciptakan berbagai

jenis tarian, misalnya tari Kusumo Asmoro dan tari Tunggal Sakt i. Karya beliau

yang lain adalah gamelan sekaten yang diberi nama Kyai Guntur Madu.

Salah satu bagian dari keraton Kasunanan Surakarta adalah sasono

Handrowino yang didirikan oleh Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakoe

Boewono V, Pada hari Selasa kliwon tanggal 17 Rajab Je 1750 “Luhuring gati

Sukaning Janma”, wuku Dhukut windu kunthara. Bangsal seluas 1040 m2

yang

terletak menyambung disisi selatan Sasono Sewoko ini merupakan tempat untuk

menjamu tamu-tamu kehormatan saat Keraton Kasunanan Surakarta

menyelenggarakan perhelatan resmi. Berarsitektur cakrik atau model limasan

Sinom Klabang Nyander, Sasono Handriwino dilengkapi paningrat semacam

emperan disamping kiri dan kanannya. Seperti bangunan-bangunan tradisional

pada umumnya, dinding sekelilingnya berbentuk gebyok kayu jati bercat hijau

sehingga sering pula disebut pendopo ijo.

Semasa Pemerintahan Sinuhun Pakoe Boewono X, sekitar tahun 1919

Sasono Handrowino pernah mengalami rehabilitasi total. Bangunan dipert inggi

dengan mengangkat tiang-t iang saka serta menambah panjang umpak

penyangganya. Sementara dinding keliling maupun lantainya digant i dengan kaca

tebal bening dan marmer putih yang didatangkan dari Italia. Sedangkan atap

plafont dibangun baru penuh dengan ornamen rumit. Bersamaan dengan itu,

dibangun pula Bangsal Bujono yang berhadapan dengan sisi timur Sasono

handrowino. Bangsal yang berfungsi sebagai tempat penjamu para abdi dalem

serta mengantar tamu agung ini, diapit dua bangunan kembar Pradonggo Lor di

bagian utara dan Pradonggo kidul di bagian selatan sebagai tempat menabuh

gamelan selama perhelatan berlangsung.

Beberapa kejadian pent ing yang pernah berlangsung di Sasono

Handrowino :

1) Tahun 1963 : Pertemuan SESKOAD yang melahirkan TRI UBHAYA

Page 122: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

105

SAKTI sebagai embrio konsep dwi fungsi ABRI.

2) Tahun 1965 : Pertemuan RPKAD (Sarwo Edi) dalam pemamtapan

Hamkamnas.

3) Tahun 1970 : Konfrensi Pankomwilham I, II, III

4) Tahun 1982 : Kunjungan Ratu Juliana

5) Tahun 1983 : Kunjungan David Bowie

6) Tahun 1984 : Kunjungan Raja Sihanouk.

Beberapa kali menjadi tempat konferensi PATA

Dalam musibah kebakaran 31 januari 1985 , Sasono Handrowino musnah

menjadi abu bersama sejumlah besar bangsal lainya. Seperti Sasono Sewoko,

Malige, Paningrat, Sasono Prasdyo, Dalem Ageng Probosuyoso dan Bangsal

Pakoe Boewono. Kecuali Sasono Handrowino bangunan-bangunan inti Keraton

dengan total luas 5.217 m2 tersebut berhasil rampung dibangun kembali pada 17

Desember 1987 atas prakarsa Presiden Soeharto dan menghabiskan dana sekitar

Rp 4 milyar.

Jumlah anggaran sudah termasuk dana untuk merehabilitasi bangunan

keraton yang lapuk maupun terjilat api, diantaranya adalah Srimanganti lor serta

kidul, Sasono Pustaka, Wiworo kenya, Sasono Wilopo, Selasar Pokoe Boewono.

Selebihnya dana tersebut digunakan untuk membiayai fasilitas pendukung serta

pengadaan perabot , sepert i drainase dalam serta luar keraton. Pembelian 200 kursi

tegak, 30 lemari dan 40 buah meja yang berbagai ragam.

b. Keraton Kasunanan Surakarta Mengalami Musibah Kebakaran

Sebagian besar Keraton Kasunanan Surakarta terbakar habis hari kamis

malam. Tepatnya tanggal 31 Januari 1985. kobaran api mulai terlihat pada pukul

21 : 30 dan baru dapat dikuasai pukul 03 : 00 Jum’at dini hari. Kebakaran ini

merupakan yang terbesar menimpa Keraton Kasunanan Surakarta sejak tahun

1745. Api diperkirakan dari bangsal Paningrat dan dalam waktu yang sangat

singkat kobaran api terus menjalar dan memusnahkan gedung Sasono Sewoko,

tempat dimana para bangsawan menghadap raja pada upacara kebesaran.

Bangunan utama Keraton sepert i Sasono Sewoko, SasonoHandrowino, Sasono

Page 123: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

106

parasdyo, Paningrat. Dalem Ageng Probo Suyoso, dan kamar Pusoko serta

bangsar Malige dan Singgasana raja ikut terbakar.

Musibah serupa sebenarnya sudah beberapa kali terjadi di Keraton

Surakarta. Pada tahun 1955, kebakaran terjadi di sekitar Panggung Sangga

Buwana, namun bangunannya sendiri tidak mengalami kerusakan. Pada tahun

1971 Sasono parasedyo juga pernah mengalami hal yang sama. Sedangkan di

tahun 1981 gedung pusaka tempat menyimpan dandang (tempat memasak nasi)

Kyai Dudo nyaris hangus terbakar.Walaupun alat pemadam kebakaran tersedia

disekitar keraton, api tidak mudah ditangani karena sebagian besar bangunan

keraton terbuat dari kayu. Beberapa unit mobil pemadam kebakaran yang tiba di

lokasi juga mengalami kesulitan untuk mendekati bangunan yang terbakar karena

terhalang oleh kori (pintu gerbang) taman pemandangan yang berundak tinggi.

Menjelang pukul 03:00 WIB Jumat dini hari, api baru mengecil setelah melalap

habis 10 bangunan di dalam keraton.

Dalam kesempatan terpisah, Pakoe Boewono XII mengatakan bencana

yang melanda Keraton Surakarta sudah merupakan ramalan seperti yang ditulis

pujangga Keraton raden Ngabehi ranggo Warsito (14 maret 1802 sampai 24

desember 1873) bahwa usia Keraton tidak akan mencapai 250 tahun.

Sejauh ini kebakaran diduga akibat dari arus pendek listrik berdasarkan

bukt i-bukti berupa potongan kabel 100 volt yang sudah rapuh. Juga diperkirakan

bahwa kebakaran berawal dari percikan-percikan api yang berasal dari kabel-

kabel yang sudah rapuh tadi, kemudian menyulut bagian atap bangunan yang

terbuat dari ijuk-ijuk kayu jati, sehingga membentuk gugusan api yang semakin

membesar dan merambat ke bagian lainya.

Tiga jenis pusaka Kasunanan, masing – masing golongan Kanjeng Kyai

Ageng yang merupakan cikal bakal pusaka warisan Majapahit, jenis Kanjeng Kyai

berupa sekelompok pusaka lebih muda dari kerajaan Mataram islam serta

golongan Kyai yang merupakan pusaka generasi muda buatan raja-raja Surakarta

sendiri,hampir seluruhnya dapat diselamatkan dan kini disimpan di Keraton

Kulon.

Diakui pula bahwa sebagian besar pusaka terselamatkan, namun beberapa

Page 124: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

107

pusaka jenis kyai sampai kini masih belum ditemukan. Disamping itu banyak pula

atribut yang berwujud kelengkapan busana kebesaran upacara tercecer dalam

reruntuhan.

Atas musibah yang melanda Keraton Kasunanan Surakarta, Bapak

Presiden menyampaikan rasa prihatin yang dalam serta menyatakan bencana

kebakaran tersebut merupakan bencana Nasional.

c. Pem ugaran Sasana Handrawina

Tanpa Sasana Handrawina, Keraton terasa kurang utuh.Perasaan ini telah

menggugah keluarga Kasunanan untuk menyelesaikan bangsal tersebut,yang pada

saat istana selesai direnovasi oleh Panitia 13 di tahun 1987,hanya memperoleh

jatah pembuatan pondasi berlantai plester semen.

Ide dasar pembangunan kembali Sasana Handrawina pernah dicoba

direalisasikan melalui penggalangan dana mandiri sebagai modal awal.Apabila

jumlah yang bisa terkumpul kurang mencukupi,sisa kekurangannya akan

dimohonkan kepada Panit ia 13. Tetapi rencana itu sulit terwujud,sebab diantara

keluarga internal Keraton tak ada yang bersedia tampil menjadi pemrakarsa

penggalangan dana.Masyarakatpun nyaris melupakan Sasana Handrawina.Sempat

tenggelam selama hampir sewindu,keinginan serupa mulai muncul lagi setelah

didorong perkembangan baru yang menyusul terjadi. Pertengahan 1995, arus

kunjungan wisatawan Keraton Kasunanan Surakarta sebagai obyek pariwisata

budaya unggulan di Jawa Tengah mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Tawaran penyelenggaraan jamuan makan malam maupun jamuan makan

siang dan acara-acara serupa lainnya mulai banyak diterima.Karena tak

mempunyai tempat khusus, kegiatan – kegiatan ini terpaksa dilaksanakan dengan

memanfaatkan fasilitas seadanya yang sesungguhnya kurang layak untuk kegiatan

perjamuan tingkat Keraton.

Dari sejumlah surat yang masuk dalam kotak suara, umumnya tamu

termasuk wisatawan asing menghendaki penyelenggaraan yang lebih khas ,

mereka ingin memperoleh kesan sebagai tamu kenegaraan atau royal guest

ataupun tamu raja.

Page 125: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

108

Berdasarkan hal tersebut disimpulkan bahwa Sasana Handrawina perlu

secepatnya diupayakan untuk di bangun kembali. Ketika usulan pembangunan

kembali Sasana Handrawina diajukan kepada Sinuhun Pakoe Boewono XII,

terbesit pertanyaan, “Lalu, siapa yang bersedia mempelopori?”.

Merasa sebagai anggota keluarga dalam, KRMH Wirabhumi bersama

istrinya GRAy. Koes Moertiyah salah seorang putri Sinuhun Pakoe Boewono XII

mencoba merintis langkah untuk menghadap Menparpostel Joop Ave. Dari lobi

awal inilah muncul proposal resmi pembangunan kembali Sasana Handrawina

pada akhir 1995, dengan pengajuaan dana sebesar Rp 5,3 milyar.

Usulan tersebut selanjutnya dilaporkan Menteri Pariwisata Pos dan

Telekomunikasi kepada Presiden Soeharto. Dalam pengarahannya Presiden

menggariskan 3 prinsip :

1) Sisa pekerjaan pembangunan kembali Keraton yang belum tergarap

Panit ia 13, disetujui diselesaikan sejauh bermanfaat untuk mendukung

pengembangan kepariwisataan dan budaya.

2) Pengart ian Keraton bukan hanya terbatas pada Kasunanan di Solo,

melainkan juga mengartikan Mangkunegaran Cirebon maupun keraton-

keraton lain di Indonesia.

3) Bantuan pembangunan untuk keperluan tersebut bukan berasal dari

anggaran negara.

Menindaklanjuti kebijakan yang sudah digariskan Presiden tersebut,

Menteri Joop Ave mulai melakukan pendekatan terhadap sejumlah pengusaha

nasional. Langkah ini berhasil menghimpun 15 perusahaan terkemuka maupun

perseorangan (pada umumnya) dari Jakarta yang mempunyai kepedulian tinggi

terhadap kelestarian peninggalan kebudayaan tradisi, khususnya nasib keraton

Indonesia. Sebagian dari dana yang terkumpul telah ditetapkan untuk membantu

pelestarian dan pengembangan aset wisata budaya keraton.

d. Tahap Pelaksanaan

Sementara khusus untuk Sasana Handrawina sebelum persetujuan dana

ditetapkan, keraton Kasunanan telah diundang guna mempresentasikan rencana

Page 126: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

109

pembangunan bangsal bersejarah tersebut. Di depan forum para donatur utusan

Kasunanan mengemukakan kegiatan pembangunan kembali Sasana Handrawina

menyangkut sebuah konsepsi besar.

Tujuan proyek ini bukan semata-mata didasarkan pada pembangunan

keraton secara lengkap dan utuh sebagaimana yang pernah ada di jaman silam,

tetapi justru lebih terkait pada aspek masa depan yakni pemberdayaan Keraton

Kasunanan Surakarta dalam posisinya sebagai salah satu pusat kebudayaan Jawa.

Keraton menyadari bahwa bobot keberadaannya kini akan lebih ditentukan

oleh seberapa jauh manfaat yang bisa diberikan kepada masyarakat. Sehubungan

dengan itu, seluruh aset keraton yang tetap dalam bingkai nilai-nilai adat maupun

kepercayaan religius pada prinsipnya terbuka untuk dinikmati khalayak umum.

Pengert ian aset keraton termasuk diantaranya Sasana Handrawina seusai

dibangun kembali penggunaannya bukan hanya terbatas lagi kepent ingan acara

keraton kasunanan, melainkan akan dikembangkan fungsinya sebagai tempat

penyelenggaraan sajian pariwisata. Dengan demikian, keraton pada gilirannya

diharapkan mampu menghidupi serta mengembangkan dirinya sendiri pada

kerinduan masa lampau dengan melihat hadirnya lagi secara selffinancing atau

swadana.

Mempertimbangkan konsep tersebut Menteri Pariwisata Pos dan

Telekomunikasi RI Joop Ave kemudian meminta para donatur menunjuk sebuah

perusahaan guna mempelajari dan meninjau proposal pembangunan kembali

Sasana Handrawina baik dari aspek teknis maupun pembiayaannya. Pada akhirnya

setelah dilakukan penyempurnaan pada rancangan fisik maupun struktur

bangunan, proyek ini direkomendasikan dan memperoleh dana sebesar Rp 3,6

milyar dari anggaran yang pernah diusulkan Keraton Sebesar Rp 5,3 milyar.

Dalam upaya menjamin kelancaran pelaksanaan program besar

pelestarian dan pengembangan warisan budaya dan obyek wisata termasuk

pembangunn Sasono Handrowino tersebut dibentuk suatu kepanitiaan.

e. Pengadaan Kayu

Sejarah mencatat bahwa semua bangunan keraton Kasunanan Surakarta

Page 127: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

110

terutama untuk bagian saka guru mempersyaratkan penggunaan unsur kayu jati

dari hutan Donoloyo, demikian pula pembangunan kembali Sasono Handrowino.

Dari 12 tiang penyangga utama berukuran 30 x 30 cm, dua diantaranya di pasang

berjajar nomor 3 dari utara, merupakan kayu dari hutan legenda tersebut. Idealnya

kedua belas saka guru Sasana Handrawina tersebut dari jati Donoloyo, hanya

karena Donoloyo sekarang berstatus sebagai hutan lindung, maka penebangan

kayu di kawasan hutan ini menjadi sangat dibatasi. Untuk keperluan Sasana

Handrawina, Departemen Kehutanan hanya mengijinkan pengambilan dua batang

pohon tua berumur 150 tahun di mana masing-masing berdiameter 1 meter dan

tinggi sekitar 35 meter.

Kebutuhan kayu lainnya dicukupi dari enam wilayah kesatuan

pemangkuan hutan (KPH) Perhutani di Jawa Tengah, yaitu KPH Randu Blatung,

Cepu, Blora, Purwodadi, Mantingan dan KPH Kebonharjo. Untuk bisa memilih

kayu berkualitas prima dari enam wilayah hutan jati yang berbeda ini meski masih

dibawah mutu Donoloyo bukanlah hal yang mudah. Pohon jati yang diinginkan

Keraton sering berada diluar kawasan jadwal tebang yang yang telah

direncanakan KPH setempat, tetapi berkat bantuan Perum Perhutani Jawa Tengah,

memungkinkan penebangan diprioritaskan tanpa harus menunggu terlampau lama

sampa jadwal tebang mencapai kawasan yang di maksud.

Sementara itu rencana waktu penebangan yang ditawarkan Perhutani tak

jarang mengalami penundaan lagi, karena harus mengikuti perhitungan hari baik

dari Keraton yang mempersyaratkan penyelenggaraan upacara sesaji pada setiap

tahap pembangunan Sasana Handrawina.akibatnya jadwal penyelesaian bangsal

ini mengalami penjadwalan kembali, mengingat pengerjaan konstruksi kayu pada

bangunan adat tidak dapat dilakukan terpisah bagian-demi bagian.

f. Penyelesaian akhir

Setelah melewati tahap persiapan panjang yang penuh diwarnai upacara

ritual serta berbagai kendala, bangsal bersejarah peninggalan Sinuhun Pakoe

Boewono V yang kemudian musnah terbakar ini akhirnya berhasil dihadirkan

kembali dengan bentuk yang sama dengan aslinya.

Page 128: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

111

Sementara dengan mempert imbangkan aspek masa kini dan masa depan

sesuai peran dan fungsi baru Sasana Handrawina dipandang perlu adanya

penyempurnaan pada beberapa bagian antara lain:

1) Pondasi yang pada bangunan lama hanya berupa pasangan batu merah, kini

menggunakan beton sumuran sedalam 2 meter.

2) Bangunan lantai yang dulu berstruktur bata merah, sekarang berlantaikan

marmer Tulungagung di atas lapisan pelat beton setebal 7 centimeter.

3) Sistim vent ilasi yang semula berupa lubang-lubang angin pada dinding kini

memakai sistim Air Condisioner (AC) sentral.

4) Gebyok dinding kaca yang semula polos, ditambah dengan ornamen ukir.

5) Struktur plafont yang pada bangunan lama dipasang dibawah usuk, sekarang

dibalik berada di atas. Dengan menonjolkan garis-garis usuk akan diperoleh

kesan lebiih art istik sebagai mana terlihat pada Sasono Sewoko.

6) Perlengkapan furnitur terutama meja dan kursi diperbesar dalam standar

Internasional, sehingga lebih lapang serta nyaman dipakai.

7) Dinding kaca tebal 8 milimeter berhiaskan grafir ornamen Radya laksana-

simbol Keraton Surakarta lengkap dengan tulisan Pakoe Boewono XII.

8) Sistem pasak dalam penyambungan kayu diperkuat dengan klem besi.

Masih dalam rangkaian proyek pembangunan kembali Sasana

Handrawina, dilakukan pembuatan sejumlah sarana penunjang serta fasilitas

tambahan seperti:

a) Renovasi bangsal kokem (dhapur) yang selain dilengkapi peralatan masak

moderen, juga berusaha mempertahankan tungku bakar peninggalan lama.

b) Membangun kamar kecil disebelah Kori Wiworo Kenya, terpisah dengan

Sasana Handrawina.

c) Pembuatan koridor yang menghubungkan bangunan utama Sasana

Handrawina dengan menggeser tiang emperan Sasono Pustaka, untuk meraih

aspek simetris.

d) Pengadaan dapur bersih untuk memisahkan makanan yang sudah siap di

hidangkan dengan makanan yang masih dalam proses pemasakan

Lewat penyempurnaan dan penguatan konstruksi tersebut Sasono Sewoko

Page 129: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

112

diharapkan menjadi lebih kokoh serta art istik, sehingga mampu mendukung

pengembangan kepariwisataan keraton yang membutuhkan ketersediaan sarana

penuh daya pikat serta nyaman.

Ucapan terimakasih kepada penyandang dana atas dibangunnya kembali

Sasana Handrawina. Antara lain kepada:

PT. Telkomsel = Ir. Koesmarihat i

PT. Bahana Securities = Sudjiono Timan

Barito Pasific Group = Prayogo Pangestu

PT. Indocita Graha Buwana = Henri Pribadi dan Gunawan S

PT. Makindo Securities = Ny. Rachmiwaty dan Gunawan Yusuf

PT. Jardine Fleming Nusantara = Jonathan

PT. Astratel Nusantara = Abdulrachman Ramli dan Thomas B. Sugiyanto

PT. Danareksa = Glenn S. Yusuf

PT. Jatimas Fajar Satriya = Boyke P. Soebroto

PT. Batara Ismaya = Edwin Suryajaya

PT. Indo Trias Mukti Jaya = Dewi Motik Pramono

PT. Dewata Agung Wibawa = Henri Liem

Ponco Sutowo

Amir Abdulrachman

3. Pedom an Pemeliharaan Fasilitas Bangunan Keraton Surakarta

a. Arsitektur

1) Atap

Sebagian besar atap adalah dari bahan sirap kayu jati. Jenis sirap

tersebut adalah :

a). Sirap besar : ukuran lebar = 39 cm

panjang = 90 cm

tebal = 3 cm.

b). Sirap kecil : ukuran lebar = 24 cm

panjang = 60 cm

Page 130: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

113

tebal = 2 cm.

Pemasangan atap sirap ini adalah berlapis 3, yang dipakukan pada reng,

dibawah reng terdapat lapisan Aluminium foil.

Pemeliharaan :

Secara umum, maka kayu jati ketahanannya bila tidak terkena

pengaruh cuaca adalah tidak terbatas, sedangkan bila terkena cuaca adalah 20

s/d 30 tahun. Dengan demikian maka yang perlu diperhatikan adalah lapisan

teratas sirap yang terkena pengaruh cuaca secara langsung. Adapun kerusakan

yang terjadi adalah :

(1) Sirap pecah atau retak.

Untuk ini sirap harus diganti.

(2) Sirap menipis karena pelapukan (proses weathering).

Untuk ini sirap harus diganti.

(3) Permukaan sirap memudar, karena catnya aus, terkelupas atau rusak.

Harus dilakukan pengecatan ulang, disarankan menggunakan cat yang

berkwalitas baik. Untuk cat sirap, warna cat disesuaikan dengan warna cat

sebelumnya.

Persediaan :

Untuk penggantian sirap, maka disediakan sirap cadangan bagi

kebutuhan penggant ian, adapun jumlah sirap yang disediakan adalah :

Sirap kecil = 340 buah.

Metode Penggantian :

Disarankan untuk penggantian sirap ini menggunakan tenaga tukang

kayu yang ahli. Cara membongkar sirap adalah dengan mencabut pakunya

terlebih dahulu. Jangan mencoba membongkarnya dengan mengungkit lembar

sirapnya untuk membuka pakunya. Bongkar sampai bagian sirap yang akan

diganti.

Cara memasang sirap adalah dengan memakukan pada lapisan di

bawahnya, sebelum dipaku maka tempat/posisi pemakuan harus dibor

secukupnya agar sirap tidak pecah/retak. Untuk paku yang terakhir (sirap

paling atas), maka lubang pengeboran diberi flinkote atau sejenisnya sehingga

Page 131: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

114

hasil pemakuan kedap air.

Pengecatan & Penambalan

Atap sirap harus diperiksa setiap tahun (satu tahun sekali), pengecatan

dilakukan 1 (satu) tahun sekali, dan sebaiknya pengecatan dilakukan sebelum

musim hujan.

Bagian-bagian sirap yang retak dapat dilakukan dengan menambalnya

(sebelum pengecatan). Bahan yang digunakan untuk menambal kebocoran

tersebut adalah sejenis Aquaseal.

2) Ta l a n g

Seluruh talang yang dipasang adalah talang dari bahan tembaga yang

telah diberi coat ing/lapisan hitam.

Pemeliharaan: Periksa talang datar (naik dengan tangga) apakah banyak

kotoran (daun-daunan) yang tertimbun di permukaan talang

dan juga periksa apakah saringan tembaga tertutup oleh

kotoran. Bersihkan kotoran-kotoran tersebut.

Wa k t u : Pemeriksaan talang datar dilakukan 1 (satu) bulan sekali.

Apabila telah banyak daun-daun yang tertimbun di talang

dilakukan pembersihan, sehingga kotoran tersebut tidak

menutupi lubang saringan talang tegak.

Peralatan : - Tangga besi.

- Sapu lidi kecil.

- Tem pat sampah.

3) Langit-Langit/Plafond

Langit-langit adalah dari papan jati dan usuk yang diekspose. Akhiran

(finishing) dengan cat atau politur.

a). Akhiran (finishing) dengan politur

Pemeliharaan : - Pembersihan adalah dengan bulu ayam (sulak) untuk

membersihkan debu/kotoran yang menempel.

- Menghilangkan kotoran yang melekat dan tidak bisa

dibersihkan dengan sulak adalah menggunakan wax

politur yang disemprotkan, kemudian digosok dengan

Page 132: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

115

kain halus/kain kaos.

W a k t u : Pembersihan dilakukan setiap bulan apabila dipandang

perlu.

b). Akhiran (finishing) dengan cat

Pemeliharaan : - Pembersihan dengan sulak dan lap dari kain

lembut/halus.

- Apabila cat mengelupas, pecah dan rusak diadakan

pengecatan ulang. Sebelum pengecatan ulang maka

bagian yang akan dicat dikerok dan dibersihkan dari sisa

cat lama, diampelas dengan kertas ampelas no.1 sehingga

halus kemudian baru dicat.

W a k t u : - Pembersihan dilakukan setiap bulan serta saat lainnya

yang dipandang perlu.

- Pemeriksaan dan pembersihan untuk mengetahui perlu

dicat kembali atau tidak adalah setiap 2 (dua) tahun.

c). Peralatan :- Sebuah steiger-werk beroda.

- Sebuah sulak atau sapu yang lembut dipasang pada

bambu/galah sepanjang lebih kurang 2 s/d 3 meter.

- Tangga apabila perlu.

- Kain halus flanel atau kain kaos (untuk membersihkan

polituran)

- Wax-politur untuk mengkilatkan dan membersihkan

polituran, dapat dipakai jenis spray misalnya buatan

Johnson.

- Vaccum-cleaner.

4) C at-Catan & Polituran

Yang dimaksudkan dalam hal ini adalah akhiran (finishing) berupa

pengecatan baik pengecatan biasa maupun sungging, serta polituran pada

konstruksi kolom, panil, ukiran, tebeng, gebyok, daun pintu dan jendela,

plafond, lis-lis dan sebagainya.

Untuk akhiran yang menggunakan politur maka permukaan tersebut

Page 133: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

116

harus dilap dengan kain halus (flanel) dan apabila terdapat kotoran yang

melekat gunakan semprotan wax (Johnson - Wax).

5) Prodo

Terdapat akhiran/finishing pada ukiran, kuku-bimo, lis-lis dan lain-

lainnya dengan cat prodo. Cara pemeliharaannya dengan membersihkan dari

debu-debu yang melekat adalah dengan bulu-ayam (sulak), ataupun

menggunakan vaccum-cleaner untuk bagian-bagian yang sulit (tebeng, ukir-

ukiran dll.) serta tinggi.

Perlu diperhatikan bahwa pekerjaan prodo hanya boleh dilakukan oleh

orang yang mahir (umumnya adalah orang yang berkeahlian

menyungging/memprodo wayang kulit).

6) Lantai

Secara umum terdapat 2 jenis lantai yang dipasang, yakni marmer dan

Keramik. Adapun pemeliharaannya adalah :

a) Marmer : - Sapu/bersihkan dari debu - kotoran setiap hari.

- Hindari terperciknya air hujan dengan menggunakan kain

krei (untuk Paningrat Sasono Sewoko).

- Hindari tertumpahnya air teh, kopi, sofdrink dan

sebagainya ke lantai. Jika tertumpah segera bersihkan.

- Hindari jatuhnya benda-benda keras, tajarn dan berat

yang dapat berakibat cacatnya permukaan marmer.

- Hindari terkena cairan asam dan basa, misalnya asam

cuka, air aki dll.

- Untuk membersihkan marmer, cukup menggunakan kain

pel yang airnya telah diperas, sehingga kain pel tersebut

lembab.

- Air pengepel dilarang untuk dicampur dengan bahan

kimia pembersih, misalnya Porstex, Lysol, Karbol atau

bahan lainnya. Jadi hanya menggunakan air bersih saja.

- Cadangan:

Telah disiapkan marmer untuk penggant i kemungkinan

Page 134: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

117

terdapatnya kerusakan marmer.

b) Keramik : - Umumnya keramik lebih tahan terhadap cairan daripada

marmer karena permukaannya dilapis glasir.

- Pemeliharaan umumnya cukup disapu atau dilap.

- Jikalau terdapat noda-noda yang sulit dibersihkan

gunakan cairan Porstex atau sejenisnya untuk

membersihkannya.

7) K a c a

Untuk membersihkan kaca pada jendela, pintu, bovenlicht atau pada

tempat lainnya, baik berupa kaca etsa, kaca "glass in lead", kaca biasa, kaca

buram serta cermin digunakan cairan pembersih kaca (glass-cleaner) misalnya

merk "Clear", dan alat yang digunakan adalah kain halus/flanel.

Sebelum dibersihkan dengan kain, maka kotoran pada kaca "glass in

lead" disedot dulu dengan vaccum-cleaner.

8) Tembok

Tembok harus dicat minimum satu tahun sekali dan jenis cat tembok

dapat diperiksa pada bab I. daftar bahan di bawah ini.

9) Alat Gantung

Terdapat berbagai jenis alat gantung dari bahan logam/ metal yang

dipasang pada pintu dan jendela.

a). Slot.

Periksa dan beri m inyak secara berkala 1 (satu) tahun sekali.

b). Engsel .

Periksa, bersihkan jika ada kotoran dan beri minyak 1 (satu) tahun sekali.

c). Espanyolet.

Periksa dan bersihkan jika ada kotoran dan beri minyak pada bagian

penjepit dan grendelnya. Pemberian minyak adalah 1 (satu) tahun sekali.

d). Kunci .

Periksa kelancarannya, dan beri minyak pada mekanismenya setahun

sekali.

e). Jenis Minyak.

Page 135: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

118

Minyak pelumas yang digunakan adalah dari jenis "light", sebagai contoh

minyak mesin jahit .

f). Hak Angin.

Periksa baut yang menahan hak dengan ram jendela/ pintu biasanya t erjadi

kendor, lalu kencangkan.

10) Kuningan

Logam kuningan digunakan sebagai pengikat /kemben pada ujung

bawah daripada kolom/tiang kayu. Selain sebagai hiasan maka kuningan ini

berfungsi sebagai pengikat ujung kayu agar tidak retak menahan beban.

Pemeliharaan kuningan ini adalah dengan menggosoknya, bahan

penggosok digunakan kain halus/flanel diberi Brasso ataupun Autosol.

11) Tembaga Ukir

Tembaga ukir yang menempel sebagai hiasan, telah dilapis bahan

coating, namun terdapat kemungkinan pula akan luntur dalam waktu yang

lama.

Peralatan pembersihnya sehari-hari adalah cukup dengan kain lap,

sulak ataupun vaccum cleaner.

12) Teral is

Teralis besi yang dipasang pada jendela, lubang angin maupun lubang

cahaya (boven-licht), cukup dibersihkan dengan kain lap, sulak ataupun

vaccum cleaner untuk mencegah adanya sarang laba-laba, ataupun debu.

Periksa setiap tahun terhadap adanya karat, cat terkelupas atau kerusakan lain.

Apabila terdapat cat terkelupas atau karat dilakukan tindakan dengan

mengampelas bagian yang berkarat atau terkelupas dengan ampelas halus

(no.0 atau 1) kemudian dicat meni atau zinc chromat, kemudian setelah kering

dicat sepert i warna semula.

13) Batu Candi

Batu candi dipasang pada halaman-halaman dalam (openspace),

pemeliharaan yang perlu dilakukan adalah dengan memeriksanya secara tetap

2 (dua) bulan sekali akan tumbuhnyn lumut. Apabila permukaan batu candi ini

ditumbuhi lumut maka harus dibersihkan dengan menggunakan sikat kawat

Page 136: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

119

sampai bersih.

14) K r e i

Krei yang dipasang sekeliling Paningrat Sasono Sewoko, harus sering

diperiksa secara berkala, terutama setelah dipasang waktu hujan. Krei ini

sebaiknya digulung dalam keadaan kering. Jikalau masih basah (setelah hujan)

agar ditunggu dulu sampai kering, kemudian dapat digulung.

Mekanisme penggulungnya perlu diperiksa setiap bulan, untuk

mengetahui adanya karat, timbunan kotoran maupun kerusakan lain. Apabila

perlu bagian-bagian yang bergerak baru; diberi pelumas jika bagian tersebut

kering.

Periksa kabel baja penariknya dari atas sampai pada penggulungnya,

jika terdapat tumpukan kotoran segera bersihkan.

15) Daftar C at

Tabel 1 Cat Tembok

WARNA MERK TYPE NAMA NOMOR

1. Putih I.C.I. D u 1 u x White 1501

2. Putih I.C.I. D u 1 u x Brilliant 2290

3. Kuning I.C.I. Catylac White Lime 45120

4. Merah jambu I.C.I. Catylac Romantic 43107

NB : No.1 untuk tembok luar, no.2,3 & 4 untuk tembok dalam.

Tabel 2 C at Kayu

WARNA MERK TYPE NAMA NOMOR

1. Biru Muda Sigma Dof Acrylic Siesta 114

2. Biru Sigma Dof Acrylic Shinta 110

3. Biru Tua Sigma Dof Acrylic Peacocok 140

4. Kuning Sigma Dof Acrylic Lime Pesanan

5. Abu-abu Sigma Dof Acrylic Mirage 270

6. Coklat (sirap) Sanlex ------- Leather 909

NB : - Jenis cat untuk cat kayu/sungging adalah dof Acrylic

- Merk cat adalah Sigma Dof produksi PT. Sigma Utama, Jln. Jagorawi,

Page 137: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

120

Cibinong Bogor

C at Prodo

Untuk cat prodo menggunakan cat prodo ex luar negeri dengan cap

Gajah untuk Sasono Sewoko dan cap Dua Naga atau cap Kidang untuk

Probosuyoso.

b. Furniture/ Mebel

Furniture yang dipasang di dalam ruangan keraton terdiri dari bermacam-

macam jenis, dengan berbagai finishing. Adapun cara pemeliharaannya adalah :

- pindahkan barang-barang yang ada di atas meja/lemari ke tempat

aman/sudut lain.

- untuk membersihkan meja, almari, buffet dan lainnyn siapkan politur-wax

(misalnya Shine-Up buatan Johnson), kain lap dan botol semprot (spray-

bottle).

- gosoklah sampai mengkilat dan bersih.

- kembalikan barang-barang ke tempat semula.

Furniture ataupun benda interior yang termasuk dalam bidang

pemeliharaan ini adalah :

1) Meubel Politur

Meubel dengan akhiran politur harus dicegah terkena tumpahan minuman,

maupun terkena panas.

a) Pembersihan

ü Dengan lap atau sulak/ bulu ayam dilakukan setiap hari

ü Gosok dengan politur Wax setiap bulan sekali. Penggosokan dilakukan

dengan kain flannel/ kain halus setelah dilakukan penyemprotan

dengan politur Wax pada permukaannya.

b) Hindarkan penempatan meubel terkena sinar matahari langsung.

2) Meubel C at dan Prodo

Untuk mebel dengan akhiran cat atau prodo dilakukan dengan :

a) Mengelap setiap hari.

b) Pengelapan dilakukan dengan sulak/bulu ayam atau kain halus.

Page 138: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

121

c) Hindarkan terkena tumpahan air atau minuman.

3) Bahan Penutup (Upholstery)

Yang dimaksud dengan bahan penutup/Upholstery ialah bahan-bahan dari

tekstil/kain yang digunakan sebagai alas/ sandaran tempat duduk.

Pemeliharaan :

- Cegah terhadap tumpahan air.

- Lakukan penyedotan terhadap debu dengan Vaccum Cleaner minimum

satu minggu sekali.

- Jika akan disimpan lama; tidak digunakan dalam waktu yang lama agar

diberi tutup (dari plastik).

- Hindarkan sinar matahari langsung.

- Jangan disimpan di gudang yang udaranya lembab.

4) C e r m i n

Cermin-cermin besar yang dipasang, memerlukan perawatan yang minim,

perawatan diperlukan untuk menjaga permukaan kaca agar tetap bersih/t idak

ada noda-noda atau lapisan rami/chrom di bagian belakangnya tidak

rusak/cacat.

Pemeliharaan :

- Tutup cermin dengan kain penutup bila lama tidak digunakan.

- Bersihkan dengan lap/Vaccum Cleaner untuk membersihkan debu-debu

yang melekat, pembersihan ini dilakukan 1 (satu) kali seminggu.

- Lap permukaan kaca dengan Glass Wax dan gosok sehingga noda-noda

hilang.

- Periksa bagian belakang cermin dan bersihkan dari debu-debu atau sarang

laba-laba yang ada.

- Periksa paku-paku/baut pemegang cermin ke dinding, jika kendor perbaiki.

5) P a t u n g

Terdapat 4 macam jenis patung, yakni :

a). Patung Perunggu (cat hitam).

- Bersihkan dari debu-debu/kotoran dengan lap bersih/ sulak atau

Vaccum Cleaner.

Page 139: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

122

- Periksa tempat alas patung apakah masih rata/baik.

- Periksa kabel-kabel lampu, perbaiki jika ada lampu yang rusak/kendor.

- Periksa bola lampu yang terpasang dan ganti jika sudah rusak/putus.

b). Patung Gips.

- Patung dari bahan gips berwarna putih umumnya harus dibersihkan

dari kotoran/debu dengan sulak/lapkering. Apabila perlu disedot

dengan Vaccum Cleaner. Pembersihan dilakukan setiap minggu.

- Patung perlu dicat dengan type cat yang tahan cuaca, pengecatan cukup

tipis-tipis saja dengan warna White/Putih.

c). Patung Kuningan.

Patung kuningan yang ada sebanyak 2 (dua) buah, yakni di Parasedyo,

pembersihan dilakukan dengan mengelap. Apabila perlu dapat dibersihkan

dengan Brasso atau Autosol.

d). Patung Kayu

Patung-patung kayu yang dipasang harus dilap dengan kain kering satu

minggu sekali.

Periksa akan adanya rayap, dan hindarkan penyimpanan pada tempat yang

lembab.

6) Pot Porselin

Pembersihan pot porselin dilakukan dengan cairan Porstex atau yang

sejenisnya, dilaksanakan 6 bulan sekali.

7) K o r d e n

Kain korden dibersihkan dengan sulak atau debu yang melekat diisap dengan

vaccum-cleaner setiap 1 (satu) minggu. Korden sebaiknya dicuci 6 (enam)

bulan sekali, penicucian kain korden adalah dengan air-hangat dan diberi

campuran detergent. Jangan peras terlalu keras, dan setelah dibilas hingga

bersih jemurlah dengan mengangin-anginkannya dalam ruangan.

8) K a r p e t

Sesungguhnya terdapat bermacam-macam jenis pengotoran karpet namun jika

ditinjau bahwa penggunaan karpet dalam keraton ternyata tidaklah seberat

penggunaan karpet di hotel-hotel atau perkantoran, sehingga lingkup

Page 140: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

123

pembersihan karpet dalam hal ini adalah dari jenis pembersihan ringan hingga

berat . Untuk pemeliharaan harian cukup dilakukan dengan vaccum cleaner

setiap minggu, atau pada saat karpet akan digunakan. Namun apabila karpet

tersebut sudah kotor, maka harus dilakukan pencucian/pembersihan.

Terdapat 2 (dua) cara pembersihan, yakni dengan alat :

a). Polisher Machine.

Alat yang digunakan : Polisher machine, tanki/jerigen plastik, sikat nilon.

Bahan pembersih : Shampo untuk karpet misalnya Rugbee

Concentrate.

Caranya : (1) Vaccum-cleaner terlebih dahulu seluruh permukaan

karpet.

(2) Campurkan Shampoo dengan 1 : 12 bag. air hangat.

(3) Masukkan campuran tadi ke dalam plastik dan lakukan

polisher permukaan karpet.

(4) Bila karpet telah selesai dishampoo, biarkan mengering

kemudian divaccum untuk menghilangkan sisa-sisa

shampoo dan kotoran lain yang masih tertinggal.

(5) Kemudian sikatlah dengan sikat nilon yang kaku agar

bulu-bulu karpet kembali tegak.

b). Shampoo Machine.

Alat yang digunakan : Sham poo machine.

Bahan yang digunakan : Shampoo karpet (misalnya Rugbee Shampoo) dan

defoamer.

Caranya :

(1) Campurlah shampoo dengan perbandingan 1 : 8 bag. air hangat.

(2) Masukkan shampoo dalam tanki plastik mesin shampoo dan

teteskan Defoamer pada kotak penampung busa mesin shampoo

secukupnya.

(3) Lakukan pembersihan dengan mesin shampoo ini pada seluruh

permukaan karpet.

(4) Setelah selesai, biarkan karpet mengering.

Page 141: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

124

c. Listrik

Daya listrik yang dipasang adalah sebesar 33 KVA, rneteran listrik

dipasang di Ruang Panel lama yang terletak di sebelah Morokoto. Dari Meter

PLN disalurkan melalui kabel tanah dengan jalur ke arah barat, kemudian

membelok ke selatan menuju Ruang Panel baru di sebelah utara Sasono Sewoko

(lihat gambar).

Di ruang panel ini daya dibagi menuju 4 panel pembagi yakni untuk

bangunan Sasono Sewoko, Probosuyoso, Pakubuanan dan Panel Cadangan.

1) Panel

Panel yang dipasang adalah berbentuk kotak dicat abu-abu. Peralatan

pengaman yang terdapat di dalamnya adalah :

- ELCB (Earth Leakage Circuit Breaker).

Alat ini berfungsi untuk memutuskan daya listrik bila terjadi kebocoran

terhadap ground. Pada alat ini dipasang tombol untuk test/uji kebocoran.

Peralatan di dalamnya sangat peka akan adanya kebocoran, oleh karena itu

bila alat ini suatu saat pada posisi off (listrik terputus), harus dicari dahulu

penyebab terjadinya kebocoran listrik sebelum dihidupkan kembali.

- MCB (Mini Circuit Breaker).

Alat ini berfungsi untuk memutuskan daya listrik apabila:

a). Besarnya daya listrik melebihi kapasitas yang telah ditetapkan pada

MCB tersebut.

b). Terjadi hubung-pendek (korstluiting) pada jaringan listrik yang

melewati MCB bersangkutan.

Sesungguhnya fungsi MCB adalah sama dengan sekring biasa yang

berbentuk bulat dan pemutusnya dari kawat, kelebihan MCB ini adalah

tidak diperlukan pengantian sekring dengan kawat yang 1ebih besar

dan membahayakan dapat di hindarkan.

- MCCB (Moulded Case Circuit Breaker).

Alat ini dipasang sebelum jaringan ke MCB, berfungsi sebagai sekering

induk dari sejumlah MCB. Sekering ini adalah semacarn MCB namun

dibuat dari box tertutup.

Page 142: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

125

- Lampu petunjuk daya.

Terdapat 3 buah lampu petunjuk daya berwarna merah, kuning dan hijau.

Lampu ini untuk menunjukkan jaringan R, S, T.

Pada lampu ini terdapat sekering untuk melindungi lampu tersebut,

sehingga kalau lampu-lampu tersebut tidak menyala maka terdapat 3

kemungkinan :

(1) daya listrik tidak ada.

(2) lampu tersebut putus.

(3) sekring lampu putus.

- Voltmeter.

Untuk menunjukkan tegangan listrik yang di catu dari PLN, tegangan

listrik normal adalah 220 Volt.

- Amper meter.

Untuk menunjukkan besarnya arus listrik yang digunakan.

Pemliharaan Panel :

(1) Buka pintu panel, periksa secara visuil dan perhatikan bila terjadi kelainan.

(2) Bila lampu petunjuk mati :

- Daya listrik tidak ada.

- Lampu petunjuk mati/ putus, buka draad lampu dan penutupnya, serta

gant i lampu tersebut.

- Sekering lampu putus : buka penutup sekering lampu (mini fuse) dang

anti dengan yang sesuai jenisnya.

(3) Periksa klem-klem dan baut-baut apakah ada yang kendor. Matikanlah

aliran listrik dan pastikan sewaktu memperbaiki menggunakan alat-alat

berisolasi.

(4) Apabila mendapatkan kabel yang panas melebihi suhu ruang/biasanya,

segera panggil ahli listrik untuk meakukan perbaikan.

(5) Untuk memudahkan pemeriksaan, periksa gambar jaringan listrik yang

bersangkutan yang dicantumkan di bagian dalam pintu panel.

Jumlah Panel Listrik dan Peralatannya adalah sbb. :

(a) Panel Utama I/AI, 220/380 volt.

Page 143: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

126

- MCCB 100 Amp. = 1 buah

- MCB 40 Amp. = 2 buah.

- MCB 16 Amp. = 2 buah

- Pilot Lamp. = 3 buah

- Fuse 1 Amp. = 3 buah.

- Ampere Meter = 3 buah.

- Volt Meter = 1 buah.

- Selector Switch = 1 buah

Letak Panel : Ruang Panel sebelah utara Sasono Sewoko

(b) Panel Utama II/AII. 220/380 V.

- MCCB 50 Amp. = 1 buah.

- MCB 40 Amp. = 1 buah.

- MCB 25 Amp. = 2 buah.

- MCB 10 Amp. = 1 buah.

- Pilot Lamp. = 3 buah.

- Fuse 1 Amp. = 3 buah.

- Amper meter = 3 buah.

- Volt Meter = 1 buah.

- Selector Switch = 1 buah.

Lokasi di Ruang Panel Seb. utara Sasono Sewoko.

(c) Panel B. (Panel Instalasi untuk Sasono Sewoko) 220/380 Volt.

- ELCB 40 Amp = 1 buah.

- MCB 10 Amp. =18 buah.

- Fuse 1 Amp. = 3 buah.

- Pilot Lamp. = 3 buah.

Letak di Ruang panel Seb. Utara Sasono Sewoko

(d) Panel C (Panel Instalasi untuk Probosuyoso) 220/380 Volt.

- ELCB 40 Amp. = 1 buah.

- MCB 10 Amp. = 3 buah.

- MCB 6 Amp. =15 buah.

- Fuse 1 Amp. = 3 buah.

Page 144: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

127

- Pilot Lamp. = 3 buah.

Letaknya di Pracimosono/sebelah Selatan Panti Busono.

(e) Panel D. (Panel Instalasi untuk Pakubuanan) 220/380 Volt.

- ELCB 40 Amp. = 1 buah.

- MCB 10 Amp. = 2 buah.

- MCB 6 Amp. = 16 buah.

- Fuse 1 Amp. = 3 buah.

- Pilot Lamp = 3 buah.

Letaknya di Sebelah Timur K. Dahar Pakubuanan.

(f) Panel E. (Panel Instalasi untuk Argopeni) 220/380 Volt.

- MCB 10 Amp. = 1 buah.

- MCB 6 Amp. = 3 buah.

- Fuse 1 Amp. = 3 buah.

- Pilot Lamp = 3 buah.

Letaknya di Argopeni

(g) Panel F (Panel Cadangan untuk Hondrowino) 220/380 Volt.

- MCB 25 Amp. = 1 buah.

- MCB 10 Amp. = 2 buah.

- MCB 6 Amp. = 1 buah.

- Fuse 1 Amp. = 3 buah.

- Pilot Lamp = 3 buah.

Letaknya di depan Pintu Wiworokenyo.

2) Jaringan

Seluruh jaringan listrik disiapkan untuk catu daya 3 (tiga) fasa,

walaupun daya listrik dari PLN pada saat ini adalah 1 fasa. Kabel listrik yang

dipasang seluruhnya dimasukkan dalam pipa baja yang galvanis (steel-

conduit) merk Matsushita.

Kecuali jaringan dari panel utama ke panel pembagi (lihat gambar),

ynkni menggunakan kabel tanah (NYfGbY) yang ditanam di dalam tanah

dengan dilindungi oleh pipa PVC.

Untuk penjelasan posisi jaringan dari panel utama ke panel pembagi

Page 145: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

128

periksa gambar-gambar listrik pelaksanaan (as built drawing)

3) Dimmer, Saklar & Stopkontak

a). Dimmer

Dimmer yang digunakan adalah berfungsi untuk mengatur intensitas

cahaya lampu pijar, terutama pada lampu-lampu robyong. Perlu

diperhatikan bahwa kapasitas maximum dimmer adalah 1500 watt.

Dilarang untuk : - merubah watt lampu pijar pada lampu robyong

sehingga lebih besar dari semula.

- merubah lampu pijar dengan lampu lain yang berbeda

sifatnya dengan lampu pijar misalnya lampu TL (neon),

lampu SL atau PL, atau lampu dari type SON & SOX.

- mengganti dimmer dengan kapasitas lebih tinggi/besar

dari semula.

- membuka dimmer dan menggant i komponen listriknya

(misalnya SCR, ZENER) dengan merk ataupun jenis

yang berbeda.

b). Saklar.

Saklar yang digunakan adalah jenis yang menggunakan pilot lamp. Lampu

kecil ini menyala bila saklar tidak digunakan (tidak menyalakan lampu)

dan pilot lamp. ini tidak menyala apabila tidak ada aliran listrik, atau

lampu dinyalakan. Guna lampu pilot ini adalah untuk memudahkan

mencari saklar lampu bila gelap dan mengetahui ada tidaknya aliran listrik.

c). Stopkontak

Stopkontak yang dipasang adalah dari beberapa jenis, yakni :

- Stopkontak merk National pada ruangan-ruangan.

- Stopkontak Ebonit pada Tiang Probosuyoso serta gebyognya berwarna

hitam-coklat dan dipasang outbow.

- Stopkontak tutup, warna putih dipasang di tangga Sasono Sewoko.

- Pemasangan lampu-lampu Robyong menggunakan stopkontak/steker

yang mudah dilepas, hal ini bertujuan agar lampu Robyong bisa

diturunkan untuk dibersihkan/diganti lampunya.

Page 146: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

129

4) Lampu-Lam pu

Adapun lampu-lampu yang digunakan adalah :

- Lampu Pijar 40 dan 60 watt.

- Lampu TL bulat 20 dan 32 watt.

- Lampu SL ex Philips 25 watt.

- Lampu PL Com bi ex Philips 2 x 5 watt.

- Lampu Clipsal & 60 watt untuk penangkal petir.

- Lampu Taman ex Philips type HPL-N 80 watt.

- Lampu Robyong seluruhnya menggunakan bola lampu pijar.

Untuk penggant ian lampu-lampu jika telah putus/mati ialah :

- matikan daya/aliran listrik ke lampu tersebut.

- gunakan alat pencapaian yang baik, misalnya tangga aluminium.

- tidak m enggant i lampu tersebut dengan daya/watt yang lebih besar.

- jika terpaksa mengganti dengan daya/watt yang lebih besar pelajari

terlebih dahulu kapasitasnya berdasarkan perhitungan pada Gambar

Jaringan Listrik.

Petunjuk Pemeliharaan Lampu Robyong Kristal.

- Pembersihan lampu kristal dilakukan minimum 1 (satu) tahun sekali, atau

jika telah terlihat kotor walaupun dalam jangka waktu 6 (enam) bulan

setelah dibersihkan.

- Peralatan yang digunakan :

a) Steiger beroda.

b) Plastik tebal untuk alas steiger (2x3 m).

c) Spons/busa 2 x 1 m.

d) Ember plastik.

e) Botol semprot.

f) Lap flanel.

- Cara pembersihan.

a) Matikan aliran listrik ke lampu yang bersangkutan.

b) Gelar alas plastik, dan tempatkan steiger dibawah lampu.

c) Naik ke atas steiger dan pasang spon/busa, spons ini digunakan untuk

Page 147: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

130

alas jika ada kristal yang jatuh tidak pecah.

d) Isi botol semprot dengan air yang dicampur alkohol perbandingan 1 : 1.

e) Isi ember plastik dengan campuran air dan alkohol perbandingan 1 : 1.

f) Lepas untaian kristal pada ujung-ujungnya (untaian ini berupa kristal

oktagon yang dirangkai sepert i kalung), dan celupkan ke ember.

g) Semprotkan air + alkohol ke piringan gelas sampai merata, dan lap.

(ulangi sampai bersih).

h) Kristal batang juga disemprot dan bersihkan, lap hingga kering.

i) Bersihkan untaian kristal dalamember, dan letakkan berjajar di atas

spon, lap hingga kering.

j) Pasang untaian kristal.

k) Periksa jangan sampai ada lampu dan fitting yang masih basah.

l) Bekerja dengan tenang dan sabar, jangan terburu-buru.

Penting

1) Apabila daya listrik selalu tidak bekerja (mati) karena pengaman ELCB

bekerja (posisi off), maka berart i terjadi gangguan kebocoran arus. Pengaman

ELCB sangat peka terhadap kebocoran arus, misalnya karena pada jaringan

listrik/stopkontak dll, terdapat sarang laba-laba atau kotoran lain.

2) Untuk mengatasi hal tersebut di atas, diadakan pemeriksaan :

a) Stop kontak : - bersihkan lubang stop kontak dari kotoran-kotoran, sarang

laba-laba, sarang semut ataupun percikan air.

- Cara membersihkan, gunakan kapas bersih yang dililitkan

pada batang isolator (misalnya lidi, test pen dll.)

b) Lampu : - periksa seluruh fitting lampu dari kotoran-kotoran, sarang

laba-laba, sarang semut & percikan air.

- buka lampu-lampu dari fittingnya dan bersihkan fitting

dari kotoran-kotoran tersebut di atas dengan lap kering.

c) Terjadi penggunaan alat-alat listrik (misalnya seterika, lemari es dll.) yang

tidak t erisolasi sempurna.

Page 148: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

131

d. Alarm Kebakaran (Fire Alarm)

1) Sistim

Untuk mendukung sistim pemadam kebakaran, maka dalam Pembangunan

Kembali Keraton Surakarta di dalam Komplek bangunan Sasono Sewoko,

Probosuyoso dan Pakubuanan dipasang suatu sistim deteksi bahaya api (Early

Warning Fire Detection).

2) Peralatan

Adapun Peralatan yang dipasang adalah :

a). Detektor Asap (Smoke Detector).

Alat ini adalah sangat peka t erhadap asap.

Karena kepekaannya, kadang-kadang oleh asap rokok saja alat ini

langsung bekerja. Detektor asap ini terutama dipasang di plafond. Tidak

dipasangnya alat ini di bawah plafond karena dikhawatirkan akan aktif bila

terkena asap dupa/kemenyan pada saat acara-acara tradisional/ritual.

Adapun spesifikasinya :

( 1 ) Merk : Nittan, buatan Jepang.

( 2 ) Bahan Deteksi: Radioactive Am ericium -24i kekuatan 0,7 m icrocurie.

( 3 ) Cara kerja : Ionisasi.

b). Detektor Panas (Heat Detector).

Alat ini adalah dapat mendeteksi bahaya kebakaran dengan cara

membedakan kenaikan suhu. Alat yang dipasang adalah dari jenis Rate of

Rise Heat Detector, yakni suhu naik di atas 50 derajat Celcius, dalam

waktu 15 detik. Sedangkan dari jenis Fixed Heat Detector dipasang pada

ruangan yang temperaturnya sering berubah yakni di dapur.

c). Bell Alarm.

Bell akan berbunyi jika mendapat sinyal elektronik dari Master Panel

(Panel Utama).

d). Panel Kombinasi.

A1at ini merumakan suatu kombinasi bell, break glass dan lampu merah.

e). Panel Pengulang (Repeater Panel).

Panel ini akan mengikuti sinyal sesuai yang bekerja pada Panel utama.

Page 149: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

132

Alat ini dipasang pada tempat-tempat tertentu yang berjauhan dari Panel

utama.

f).Panel Utama (Master Panel).

Panel Utama ini merupakan "Otak" dari sistim deteksi bahaya kebakaran.

Berfungsi untuk menyeleksi dan mengevaluasi sinyal bahaya dari alat-alat

deteksi. Dengan adanya alat ini maka pengawasan dapat dilakukan secara

terpusat.

Merk : Nittan, buatan Jepang.

Type : PR-INKB-15L.

Alat ini bekerja dengan tegangan PLN 220 volt dan dilengkapi batteray

dengan alat charger automatic, sehingga walaupun daya PLN terputus,

masih dapat bekerja beberapa jam.

Pada sistim yang dipasang adalah dengan kapasitas : 15 Zone (15 daerah

deteksi).

3) C ara Kerja

Alarm akan berbunyi serta bell akan berdering bila :

a). Detektor asap mengindra adanya asap.

b). Detektor panas mengindra panas yang tidak normal.

c). Break Glass ditekan (Manual).

Daerah bahaya akan ditunjukkan oleh lampu Zone yang menyala.

Kondisi alarm akan terus berbunyi sampai tombol reset ditekan. Dengan

mengetahui adanya bahaya kebakaran pada suatu zone maka dapat dibunyikan

bell alarm di seluruh bangunan untuk memberitahukan kepada seluruh

penghuni.

Apabila lampu Zone pada Master Panel (Panel Utama) menyala maka terjadi

hal yang serupa pada Panel Repeater. Sehingga terjadinya alarm tidak hanya

pada satu tempat saja.

Terdapat 15 zone/daerah pembagian bahaya yang meliputi seluruh

bangunan. Zone ini adalah pengelompokan detektor-detektor yang dipasang

pada langit-langit maupun di dalam plafond.

Detektor yang dipasang di plafond (menempel pada langit-langit) ataupun

Page 150: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

133

pada blandar, topengan dll., yang terdapat pada suatu ruangan adalah dari jenis

Rate of Rise Heat Detector & Fixed Heat Detector. Detektor yang dipasang di

dalam plafond (antara atap dan plafond) adalah dari jenis Smoke detector dan

Rate of Rise heat detector.

Dengan adanya detektor pada ruangan-ruangan yang mungkin jarang

terdapat penghuninya maka adanya bahaya api/kebakaran yang tidak segera

diketahui di ruang tersebut akan dapat diketahui lebih cepat /dini. Sehingga

tindakan Penanggulangan bahaya kebakaran dapat dilakukan dengan segera.

Namun perlu diingatkan bahwa kemampuan alat ini sangat dipengaruhi

perawatan yang baik, dalam arti kata pemeliharaan sistim ini sangat

menentukan keandalannya.

4) Jaringan

Pengkabelan yang digunakan adalah menggunakan kabel 1,5 mm yang

dipasang di dalam pipa PVC. Pada beberapa tempat tertentu pengkabelan ke

Detektor dilindungi dengan besi persegi, hal ini bertujuan untuk menyesuaikan

dengan tampak arsitekturalnya. Besarnya tegangan adalah 16 - 24 volt DC.

Dipasang beberapa terminal box untuk memudahkan pemeliharaan

yakni untuk melakukan test jaringan dapat melakukannya dari terminal box

ini.

5) Pem eliharaan

a) Panel utama

Bersihkan sisi luar panel utama dengan lap halus. Periksa tegangan baterai

ni-cad dengan menekan tombol yang bersangkutan.

Buka pintu panel dan periksa komponen serta wiringnya secara visuil.

b) Panel kombinasi.

Bersihkan dengan lap bersih dan kering, buka panel dan bersihkan

dalamnya dan periksa secara visuil.

c) Detektor.

Detektor panas dari jenis fixed heat maupun rate of rise, adalah dengan

melapnya dengan kain yang agak basah (kain yang digunakan adalah kain

flanel). Jika ada perbaikan berupa pengecatan plafond atau lainnya maka

Page 151: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

134

dilarang mengecat permukaan detektor.

Detektor asap atau smoke detector yang dipasang didalam plafond

hendaknya dibersihkan dengan lap basah. Perlu diperhatikan bahwa

apabila plafond penuh debu dapat mengaktifkan detektor ini. Dengan

demikian plafond dalam waktu 1 (satu) tahun sekali sebaiknya dibersihkan

dari debu.

d) Pengujian.

Dilakukan test simulasi kebakaran setiap 6 (enam) bulan sekali. Simulasi

panas dilakukan dengan lampu down light 60 watt yang diarahkan pada

heat detector. Alarm harus berbunyi dalam jangka waktu 5 s/d 15 detik.

Pengujian dilaksanakan pada seluruh zone.

e. Hydrant Kebakaran

Di sekeliling komplek keraton yang dibangun kembali dipasang sistem

hydrant kebakaran. Sistim ini adalah sistim "basah" (Wet System), yakni seluruh

jaringan pipanya telah diisi air. Air untuk hydrant ini dicatu oleh sebuah "Water-

Reservoir" dan kolam terbuka, kesemuanya ini terdapat dalam lokasi Bandengan.

Di sepanjang jalan yang mengelilingi Keraton sebenarnya terdapat jaringan

Pipa PVC 4" dari PDAM, tetapi karena debitnya rendah dan tidak ada hydrant

connection, maka untuk hydrant keraton menggunakan sumber air tersendiri.

1) Sumber Air.

Di Bandengan terdapat 2 buah tempat cadangan air yakni:

a) Tandon Air (Water Reservoir) :

Ukuran : 15,5 m (p) x 8.25 m (1) x 2,3 m (t )

Volume : 294,1125 M3 (penuh).

b) Kolam Air :

Ukuran : 35,5 x 25,45 x 1 m = 903,475 M3

Dikurangi (9x12) + (8,5x3) = 138 M3

765,475 M3

Jadi jumlah cadangan air : 765,475 + 294,1125 : 1059,5845 M3

Page 152: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

135

2) Mesin Pompa.

Untuk menekan air agar dapat dipancarkan oleh selang dengan baik,

maka air dari Water Reservoir maupun kolam air ditekan oleh sebuah Pompa

di rumah Pompa.

Spesifikasi Mesin Pompa tersebut :

a ) Merk : Ziegler.

b) Penggerak : 4 silinder, 1600 cc.

c) Bahan bakar : Bensin 17 liter, untuk operasi selama 2 jam.

d) Daya isap : Minimal 1600 lt./menit.

e) Pompa : Trokomat self-primming.

Jumlah mesin pompa ini sebanyak 2 (dua) buah, sebuah di Bandengan

dan sebuah lagi disimpan di rumah pompa di dekat panggung Sanggabuana.

Mesin pom pa yang disimpan di dekat panggung Sanggabuana dilengkapi roda

agar memudahkan mobilitasnya.

Mengenai penggunaannya dapat dilihat pada Petunjuk yang dilampirkan

di Mesin tersebut.

Pemeliharaan :

( 1 ) Setiap minggu dilakukan :

( a ) periksa bensin, tambahkan bensin bila kurang.

( b ) periksa katup karburator.

( c ) periksa air baterai.

( d ) periksa katup pompa.

( e ) perbaiki bila terjadi kelainan pada hal tersebut di atas.

( f ) periksa oli pompa dan oli mesin, tambahkan bila terjadi

kekurangan.

( g ) bersihkan seluruh mesin dengan lap.

( 2 ) Hidupkan mesin, (sesuai cara menghidupkan yang terlampir)

selama lebih kurang 5 s/d 10 menit , hanya untuk pemanasan. Pemanasan

mesin dilakukan satu kali setiap minggu.

3) Pillar Hydrant

Di sekeliling bangunan yang baru, dipasang 9 buah pillar hydrant

Page 153: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

136

lengkap dengan Box yang berisi selang dan nozzle. Sesungguhnya jumlah pilar

hydrant yang dibutuhkan hanya 6 buah, namun karena pertimbangan bahwa

banyak bangunan lama yang letaknya tersebar dan rawan kebakaran, maka di-

pasang tambahan 3 buah.

Adapun jenis pillar hydrantnya memiliki kombinasi standar Van der

Heyde dan Machino, sehingga terdapat flexibilitas terdapat penggunaan selang

dari luar.

Untuk pillar di dekat pintu Sri Manganti Kidul dan Sangga Buana dapat

dihubungkan ke mesin Ziegler melalui pipa inlet 4” Penggunaan mesin di sini

adalah sebagai relay pump/pompa untuk mendorong air lebih jauh. Misalnya

terjadi kebakaran di luar Komplek Keraton, melalui pintu Sri Manganti Kidul.

a) Type pilarnya :

(1) 7 buah dengan 2 outlet masing-masing 2,5 inch.

(2) 2 buah dengan 4 outlet, yakni 2 buah @ 2,5 inch, 1 buah untuk inlet ke

Mesin Ziegler 4 inch, 1 buah untuk inlet ke mesin Tohatsu 3 inch.

b) Pemeliharaan :

(1) Setiap 2 (dua) bulan sekali harus dilakukan pemeriksaan untuk

mengetahui kerusakan yang mungkin terjadi.

(2) Pemeriksaan meliputi :

( a ) buka/tutup kran utama, gunakan kuncinya.

( b ) kelancaran kran stop/open.

( c ) kelancaran sambungan selang.

c) Seluruh pillar-hydrant dilengkapi dengan box (kotak) berwarna merah

yang berisi sebuah selang dan nozzlenya. Bagi box/kotak hydrant yang

"out-door" pintunva dikunci, dan kuncinya digantung di jendela kacanya.

Untuk membukanya pecahkan kacanya dan ambil kuncinya untuk

membuka (jika terjadi bahaya kebakaran). Untuk membuka pintunya

dalam rangka pengecekan/pemeliharaan gunakan kunci yang disediakan

(bukan kunci di dalam box). Sedangkan box hydrant yang "in-door",

pintunya tidak dikunci.

4) Selang & Nozzle

Page 154: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

137

Di dalam Box Hydrant dan Rumah Mesin dekat Sanggabuana, disimpan

selang-selang dan nozzle.

a) Jumlah selang semprot :

( 1 ) 6 buah @ 30 meter, type Machino.

( 2 ) 10 buah @ 20 meter, type Van der Heyde.

b) Jumlah Nozzle :

( 1 ) 6 buah Variable, type Machino.

( 2 ) 4 buah Fixed, type Van der Heyde.

c) Jumlah selang inlet : 3 buah @ 2,5 meter diameter 4 inch. disimpan dalam

kotak di sebelah luar/timur bangunan rumah pompa di sebelah

Sanggabuana.

d) Pemeliharaan :

(1) Pemeliharaan selang :

(a) Setiap bulan periksa selang dengan menggelar selang di tempat

yang kering, rata dan bersih.

(b) Periksa kebersihan selang, bila kotor bersihkan dengan

mencucinya di kolam bandengan. Pembersihan kotoran cukup

dengan sikat halus.

(c) Selang hanya boleh digulung setelah kering.

(2) Pemeliharaan Nozzle :

(a) Periksa Nozzle bersamaan dengan pemeriksaan selang.

(b) Bersihkan kotorannya (jika ada) dan periksa mekanisme putarnya

pada selang variabel.

5) Jaringan Pipa

Untuk menyalurkan air ke pillar hydrant , maka dari Kolam maupun

Water Reservoir dibuat jaringan pipa 4 dan 3 inch menuju ke pilar-pilar.

Pemilihan cadangan air yang akan dipilih untuk memadamkan api diatur

dengan mengatur katup-katup sebelum pompa pendorong. Jaringan ini untuk

lebih jelasnya dapat dilihat di gambar Fire-Hydrant terlampir.

6) Tabung Pemadam Api

a). Type ABC : 30 buah.

Page 155: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

138

b). Type BC : 6 buah.

Tabung pemadam api yang digunakan sebagian besar adalah dari jenis

ABC, yakni disesuaikan dengan kondisi bangunan. Type ABC adalah untuk

klasifikasi kebakaran oleh kayu, tekstil, karet (A) kemudian minyak (B) dan

listrik (C). Untuk type BC adalah diutamakan dipasang di Ruang Panel, yakni

untuk memadamkan minyak (B) dan listrik (C).

Pemeliharaan :

Untuk pemeliharaan secara mendetail, dapat dilihat pada petunjuk pabrik.

Namun secara garis besar adalah :

(1) Tiap bulan harus diadakan pemeriksaan berkala :

- apakah penempatan tabung masih baik sepert i semula?

- apakah ada bagian-bagian peralatan yang rusak, misalnya seal nozzle,

segel dsb.

(2) Setiap 6 (enam) bulan sekali harus diadakan pemeriksaan :

- apakah beratnya masih sesuai semula, jika beratnya berkurang

melebihi 10% maka harus dikirim ke dealer untuk diperbaiki.

- apakah terjadi kerusakan karena karat?

(3) Setiap tahun harus diadakan pengecekan oleh dealer alat tersebut.

(4) Setelah 10 tahun semua tabung yang belum terpakai harus dikirim kembali

ke pabriknya untuk diadakan pengetesan yang lebih teliti.

Perhatian :

Pemadam api jenis Serbuk Kimia Kering (Dry Powder Chemical) ini

digunakan untuk memadamkan api yang masih kecil. Apabila api telah besar

maka alat ini tidak efektif

f. Penangkal Petir

1) Jenis

Penangkal petir yang dipasang adalah dari jenis nonradioakt if sebanyak

2 (dua) unit. Masing-masing dipasang 41 Argopeni dengan ket inggian 25

meter di atas permukaan tanah dan di atas menara Sanggabuana dengan

Page 156: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

139

ketingginn 35 meter di atas muka tanah.

Penangkal petir ini adalah dengan merk EF buatan Australia dan

masing-masing unit memiliki radius perlindungan lebih dari 100 m. bila

dipasang di atas ketinggian 24 meter.

2) Jaringan

Adakan pemeriksaan jaringan down kondutor, memeriksa sambungan-

sambungan (klem-klem). Serta adakan t est tahanan tanah setiap 5 (lima) tahun

sekali. Apabi1a hasil1 test tahanan tanah tersebut kurang dari 5 (limn) ohm,

dilakukan perbaikan pada groundingnya.

3) Lampu Bahaya

Sesuai dengan peraturan maka pada penangkal di pasang lampu bahaya

berwarna merah. Satu buah lampu pada penangkal petir di Argopeni, 2 (dua)

buah lampu di pasang di penangkal petir Sanggabuana.

Pemeliharaan :

- Periksa jaringan listriknya, jika terjadi sambungan yang kendor,

lakukan perbaikan.

- Adakan pemeriksaan pada : - lampu Clipsal 60 watt.

- saklar cahaya.

- sekring (MCB).

- Adakan penggant ian pada bagian yang rusak.

- Pemeriksaan di atas dilakukan setiap 3 (t iga) bulan atau jika terjadi

kerusakan.

g. Plambing & Sant ter

1) Jaringan

Pemasangan plambing adalah pada bangunan Probosuyoso dan

Pakubuanan. Menggunakan air bersih dari PDAM, yang dicatu dari jaringan

air PDAM yang dipasang di bag. belakang keraton.

Meteran air dipasang di sebelah belakang pintu gerbang belakang (depan

sekolah) dari pintu luar keraton.

Page 157: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

140

Jaringan pipa air bersih di dalam keraton menggunakan pipa GIP. Air

bersih dari PAM ini digunakan sebagai sumber utama air minum di dalam

keraton.

2) Alat Saniter

Alat dan perlengkapan saniter digunakan agar ruangan dan lingkungan

menjadi bersih dan sehat. Ciri khas dari alat saniter adalah alat tersebut dari

bentuk dan konstruksinya maupun bahannya sulit untuk menjadi kotor oleh

sesuatu sebab.

Apabila kotor atau rusak, alat tersebut harus mudah dibersihkan dan

diperbaiki. Bagian permukaan alat saniter yang berhubungan dengan air

biasanya dibuat sangat halus dan licin, sehingga debu atau kotoran yang jatuh

padanya mudah disingkirkan oleh air penggelontor. Dalam melakukan

pembersihan agar dihindarkan permukaan alat saniter menjadi kasar atau

rusak, yakni dengan mencegah penggunaan bahan kimia yang keras ataupun

ampelas.

Berikut ini akan dijelaskan beberapa cara pemeliharaan berbagai alat

saniter.

a) Kloset.

Kloset hanya dirancang untuk membuang kotoran manusia dan

kertas khusus untuk kloset (toilet paper), serta dapat mengalirkannya

ke dalam pipa pembuangan dengan lancar. Kloset memang tidak

pernah dirancang untuk mengalirkan benda-benda lain sepert i

saputangan, handuk, kertas surat , karton apalagi benda-benda keras.

Agar memudahkan pemeliharaan maka perlu dijaga supaya

pemakaian kloset t idak semena-mena, antara lain dengan :

- Memberi penjelasan bahwa yang boleh dibuang ke dalam kloset

hanya kotoran manusia dan kertas khusus kloset.

- Dengan menyediakan bak sampah tertutup dalam ruang kakus

untuk menampung kotoran lainnya.

- Memperbaiki kerusakan atau kelainan yang timbul bagaimana

pun kecilnya.

Page 158: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

141

- Tidak mencuci kain pel dan membuang airnya ke dalam kloset.

b) Bak Cuci Tangan (Washtafel)

Umumnya kerusakan yang terjadi pada bak cuci tangan adalah

tersumbat/penuhnya perangkap plambing, Biasanya karena kotoran

berupa benda-benda yang sulit larut dan terkumpul di perangkap

udara.

Penanggulangan hal tersebut ialah pipa perangkap harus dibuka dan

dibersihkan.

3) Pemeliharaan .

Pemeliharaan meliputi :

a) Alat Plambing.

Terdapat bermacam-m acam alat plambing, namun yang sering mendapat

kerusakan/kemacetan adalah :

(1) Perangkap Pipa.

Perangkap pipa biasanya dipasang pada bak cuci tangan (washtafel),

bak cuci dll. Kotoran yang sering menyumbat adalah terutama rambut,

potongan sabun, jepitan rambut dan puntung rokok. Pembersihan

dilakukan dengan melepaskan bagian bawah perangknp dari alat

plambingnya dan membuang segala macam kotoran yang ada. Sewaktu

memasang kembali perangkap harus diperhatikan aking untuk

mencegah kebocoran. Setelah dipasang perlu diuji apakah

pemasangannya cukup rapat dan tidak bocor.

(2) Perangkap pengering lantai (floor drain trap).

Perangkap jenis genta atau mangkuk terbalik ini sangat mudah

tersumbat endapan pasir, tanah atau rambut. Pembersihan alat ini harus

sering dilakukan, karena ukurannya yang biasanya sempit di aliran air

kotor.

b) Alat Saniter.

(1) Kloset :

(a) Penumpukan kotoran dan kerak, sehingga penampang perangkap

pipa atau pipa pembuangan berkurang.

Page 159: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

142

(b) Jumlah air penggelontor berkurang, mungkin karena ada kotoran

dalam tangki atau katup bekerja kurang baik.

(c) Penggunaan kertas yang tidak tepat, misalnya kertas koran, bukan

yang khusus untuk toilet.

(d) Adanya benda-benda lain dibuang dalam kloset.

(2) Bak Cuci Tangan :

(a) Penampang pipa pembuangan bak sudah berkurang oleh kotoran

seperti rambut, endapan pasir dsb.

(b) Pada bak dengan penutup lobang pembuangan yang bisa disetel,

kurang tinggi penyetelannya.

(3) Keran Air :

(a) Sekrup pengencang menjadi kendor, sehingga keran mudah lepas.

(b) Perlu diperhatikan bahwa katup pada keran akan jadi aus dalam

waktu 3-4 tahun.

(c) Periksa terhadap sambungan pipa dan keran akan jadi aus dalam

waktu 3-4 tahun.

(d) Periksa terhadap sambungan pipa dan keran yang sangat mudah

menjadi bocor karena pemakaian keran yang kasar.

h. Drainase

1) Jaringan

Di dalam keraton telah dibangun jaringan drainase untuk mengalirkan

air hujan dan air kotor. Jaringan ini berpangka di sebelah utara lokasi dan

pembuangannya adalah ke sebeln timur dan selatan sesuai dengan kondisi

kemiringan tanah.

Permasalahan yang pokok adalah bahwa halaman Keraton terutama dari

pasir laut yang butirannya kecil/halus. Pasir ini sangat mudah larut dalam air

hujan. Hal ini akan menimbulkan pengendapan dalam saluran, selain itu

butiran pasir sering menyumbat saringan ijuk pada konstruksi penyadap pasir.

Penyumbatan pasir ini menumpuk pada kerikil dan saringan ijuk, sehingga

Page 160: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

143

menahan aliran air yang mengalir ke saluran pembuang.

Denah jaringan ini dapat dilihat pada gambar Drainase yang terlampir.

2) Konstruksi.

Konstruksi bangunan drainase pada umumnya adalah buis-beton yang

ditanam di dalam tanah. Ukuran buis-beton untuk saluran utama pembuangan

adalah berdiameter 80 cm, sedangkan untuk saluran dari talang-tegak pada

umumnya dengan diameter 30 cm. Sedangkan saluran yang menuju pembuang

ke luar kom pleks Keraton adalah konstruksi pasangan bata.

Untuk konstruksi penyadapnya dipasang di dekat/di bawah cucuran

talang atau tempat-tempat tertentu yang dirasa penting.

3) Pemeliharaan.

a) Penyadap

- Konstruksi penyadap harus dibersihkan setiap minggu pada musim

kemarau. Setiap musim hujan harus di bersihkan ketika cuaca cerah

(setiap hari bila mungkinkan).

- Pembersihan dengan membersihkan pasir yang menumpuk,

membongkar kerikilnya dan membersihka pasir yang menempel di

saringan ijuknya.

- Penyusunan saringan pada konstruksi penyadap ini harus baik sepert i

semula.

- Gunakan skop kecil untuk membersihkan pasir dan membongkar

kerikil.

b) Saluran

- Buka bak kontrol dan angkat pasir yang menumpuk. Pembersihan ini

dilakukan setiap cuaca memungkinkan bila musim penghujan.

- Buka penutup beton (beton plat) pada saluran dengan konstruksi bata,

bersihkan kotoran yang ada dan pasir yang mengendap.

- Untuk saluran buis beton gunakan pengeruk yang diperpanjang dengan

batang bambu/kayu.

- Pembersihan saluran ini harus dilakukan sebelum musim hujan.

c) Halaman

Page 161: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

144

- Halaman pasir diratakan dengan menggunakan garu atau perata dari

papan.

- Angkat kotoran-kotoran daun dengan sapu lidi.

- Periksa pasir yang menyumbat konstruksi penyadap.

Page 162: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

149

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Kebakaran yang dialami Keraton Kasunanan Surakarta pada tahun 1985

disebabkan oleh hubungan arus pendek listrik. Sementara menurut pendapat

yang lain ada yang menghubungkan musibah yang dialami Keraton

Kasunanan Surakarta dengan ramalan kuno yang menyebutkan tentang umur

Keraton Kasunanan Surakarta hanya akan bertahan selama 200 tahun,

terhitung sejak didirikan sinuhun Pakoe Boewono II pada hari rabu, 17 Sura

tahun Je 1670 atau Februari 1745. Sinuhun Pakoe Boewono XII sendiri

cenderung berpendapat hubungan arus pendek sebagai penyebab musibah.

Loncatan bunga api akibat hubungan arus pendek mudah terbakar setelah

memakan bangunan keraton yang umumnya terdiri dari bahan kayu jati tua

dan kering. Jauh sebelumnya Sinuhun Pakoe Boewono XII memang sudah

mencemaskan instalasi dan jaringan kabel listrik di keraton yang sudah

rapuh karena hampir tak pernah diganti.

2. Pembangunan kembali keraton Kasunanan Surakarta pada tahun 1987

mendasarkan pada Serat Kalang. Persoalan utama renovasi adalah

membangun kembali keraton sesuai bentuk aslinya. Ini bukan hal mudah,

karena arsitektur keraton bukan hanya bersifat fisik teknis, melainkan juga

sarat masalah spiritual tentang lambang-lambang kekuatan dari setiap bagian

bentuk dan pembagian ruangan yang bermuara pada satu tujuan besar, yakni

keselamatan raja dan kerajaan. Padahal, hampir setiap bagian bangunan

keraton kasunanan Surakarta tak pernah didokumentasikan secara detil

dalam bentuk gambar atau cetak biru dari berbagai sudut pandang serta

penampang . Sementara kalaupun ada naskah-naskah tua yang ditemukan

kebanyakan hanya menjelaskan tentang jenis dhapur atau bentuk

bangunannya.

149

Page 163: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

150

3. hasil dari pembangunan kembali Keraton Kasunanan Surakarta tidak

berbeda jauh dengan keraton Kasunanan Surakarta sebelum mengalami

musibah kebakaran tahun 1985. Proses pembangunan kembali Keraton

Kasunanan Surakarta membutuhkan waktu kurang lebih dua tahun. Keraton

Kasunanan Surakarta adalah salah satu warisan budaya dari nenek moyang

yang harus kita lestarikan.

Kegiatan pengembangan dan inovasi beberapa warisan seni budaya

dan adat tata cara keraton merupakan tantanagan dimasa depan bagi pusat

kebudayaan Jawa Keraton Surakarta. Semua tantangan itu berkaitan dengan

fungsinya yang harus tetap melestarikan warisan budaya tersebut dan

mengembangkannya untuk mendinamisasi keberadaan dan peranannya.

Aktivitas pengembangan tersebut senant iasa terkait dengan usaha

memajukan kegiatan kepariwisataan keraton.

B. Implikasi

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, muncul implikasi yang dapat

dipandang dari berbagai segi :

1. Teoritis

Dari hasil penelitian muncul implikasi atau dampak tidak langsung.

Implikasi tersebut meliputi berbagai bidang yakni sosial, budaya, dan

ekonomi.

Dalam bidang sosial ditinjau dari keberadaan keraton yang

didalamnya terdapat para abdi dalem yang secara sukarela merawat semua

fasilitas yang ada di dalam keraton walaupun dengan gaji yang sangat kecil,

kerelaan mereka mengabdi di dalam keraton menunjukkan mereka sangat

berjiwa sosial

Dipandang dari segi budaya, Keraton Kasunanan Surakarta

merupakan salah satu peninggalan kebudayaan nenek moyang yang sampai

sekarang masih dilestarikan walaupun keadaan dan suasana didalam keraton

tidak sama dengan keraton yang dulu pada saat sekarang siapapun bias

memasuki keraton kasunanan berbeda dengan jaman dulu hanya orang

Page 164: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

151

tertentu saja yang bisa bebas keluar masuk lingkungan keraton. Siapapun

yang gemar berwisata bisa langsung datang menikmati keindahan bangunan

keraton.

Dalam bidang ekonomi, didalam lingkungan keraton banyak sekali

para pedagang buku, pedagang makanan kecil dan pedagang pernak-pernik

perhiasan yang bebas menjajakan dagangannya. Selain keraton Kasunanan

Surakarta sebagai hasil peninggalan budaya nenek moyang juga bermanfaat

bagi masyarakat sekitar untuk mencari nafkah menambah penghasilan.

2. Prakt is

Penulisan skripsi ini dapat memberikan gambaran kepada pembaca

bahwa keberadaan keraton kasunanan Surakarta tidak hanya berfungsi

sebagai tempat wisata tapi juga bisa dimanfaatkan sebagai tempat penelitian

dan pusat pendidikan. Sebagai pusat penelitian, keraton kasunanan Surakarta

dapat dimanfaatkan sebagai tempat penelitian berbagai disiplin ilmu sepert i

antropologi, sosiologi dan historis. Sedangkan sebagai pusat pendidikan

keraton Kasunanan Surakarta dapat dimanfaatkan sebagai sumber

pembelajaran sejarah.

C . Saran

Dari hasil penelitian ini maka disarankan kepada:

1. Mahasiswa

Mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa sebaiknya terus memupuk

rasa cinta kepada kebudayaan sendiri, dengan mencintai kebudayaan

sendiri berart i kita harus turut serta dalam mengembangkan dan

melestarikan budaya bangsa kita yang beraneka ragam macamnya

2. Peneliti lain

Bagi para peneliti terutama peneliti tentang bangunan keraton, hendaknya

memiliki kemampuan membaca dan memahami bahasa sumber atau

bahkan menterjemahkan bahasa sumber yaitu bahasa jawa kuno maupun

bahasa asing untuk kalangan yang lebih luas agar lebih mudah dalam

melakukan penelitian.

Page 165: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

152

3. Untuk Pengelola Keraton Surakarta

Peneliti menyarankann kepada pengelola keraton Surakarta untuk

memberikan keringanan tiket masuk kepada pengunjung, khususnya

pelajar. Pengelola Keraton perlu mengadakan peningkatan dan

penambahan sarana-prasarana yang terkait dengan dunia pendidikan,

misalnya pembaharuan dan penambahan buku-buku di perpustakaan

Sasana Pustaka. Pengelola Keraton juga sebaiknya melakukan sosialisasi

kepada masyarakat tentang keberadaan keraton bukan sesuatu yang

keramat dan angker, tetapi sebagai peninggalan kebudayaan bangsa yang

mempunyai nilai budaya yang tinggi yang bisa digunakan dalam studi

sejarah dan kebudayaan bangsa.

Page 166: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

DAFTAR PUSTAKA Buku: Ahmad Faidzin dan Ning Hadiati. 1989. Laporan Penelitian Studi Tentang Tata

Ruang pada Keraton Surakarta Hadiningrat. Surakarta : Fakultas Sastra UNS.

Alfian T Ibrahim.1985. Persepsi Masyarakat Jawa Tentang Kebudayaan. Jakarta:

Bharata. Arya Ronald. 1990. Ciri-Ciri Karya Budaya Dibalik Tabir Keagungan Rumah

Jawa. Yogyakarta: Universitas Atmajaya Yogyakarta. Bekti Wijayanti. 1989. Kebudayaan Jawa Dalam Seni Bangun Rumah

Tradisional Keraton Surakarta.Skripsi Fak Sastra UNS. Surakarta. Bram Setiadi, Qom arul Hadi dan DS Tri Handayani. 2000. Raja di Alam Republik : Keraton Kasunanan Surakarta dan Pakoe Boewono XII .Surakarta : PT

Bina Rena Pariwara. Broto Nagoro.1870. Terjemahan dari Bhs Belanda, buku”DJAWA” ( Tydschrift

u/h yav instituute ) dengan judul” Surakarta Adiningrat”200 Jaar Door MR.R Koesoemadi. Peringatan 200 Tahun Kepindahan Keraton Kartasura ke Surakarta.

Budiono Herustoto. 1982. Simbolisme Dalam Budaya Jawa. Yogyakarta:

Hanindita Daliman. 1971. Norm a-Norma Dasar Penelitian dan Penulisan Sejarah. Jakarta :

Dephankam Pusat Sejarah. Darsiti Soeratman. 1989. Kehidupan Dunia Keraton Surakarta 1830-1939.

Yogyakarta: Taman Siswa. Dudung Abdurahm an. 1999. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: PT Logos

Wacana Ilmu. Eko Adhy Setyawan. 2000. Konsep Sim bolisme Tata Ruang Luar Keraton

Surakarta Hadiningrat. Thesis. Program Pasca Sarjana Magister Teknik Arsitektur. UNDIP: Semarang.

Franz Magnis Susena.1991. Etika Jawa Dalam Tantangan. Yogyakarta: Yayasan

Kanisius.

149

Hadari Nawawi. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: UGM Press. .

Page 167: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

Harsojo. 1999. Tradisi Sosial .Yogyakarta: UGM Press. Hellius Sjamsuddin.1996. Metodologi Sejarah. Jakarta: Depdikbud.

Josef Prijotomo. 1995. Petungan: Sistem Ukuran Dalam Aksitektur Jawa. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Kawruh Kalang. Naskah asli dari: Sasana Pustaka Keraton Kasunanan Surakarta.

Alih aksara Endang Tri W inarni. Maret 1985. Kawruh Kalang. Naskah asli dari : Radya Pustaka. Alih Aksara Sri Sulistyawati.

Maret. 1985. Koendjaraningrat. 1983. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:

Gramedia. Krisnina M. Tanjung. 2005. Mencintai Sejarah Melalui Bangunan Kuno. Jakarta:

Yayasan Warna warni Indonesia. Kuntowijoyo. 1995. Metodologi Sejarah.Jakarta: Erlangga.

Louis Gottschalk.1986. Mengerti Sejarah ( Terjem ahan Nugroho Notosusanto ). Jakarta: UI Press.

Moh. Nasir. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Noeng Muhadjir. 1996. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin.

Nugroho Notosusanto.1971. Norma-Norm a Dasar Penelitian dan Penulisan Sejarah. Jakarta: Dephankam.

Panitia Swasta Pembangunan Kembali Keraton Surakarta Hadiningrat. 1987.

Pedom an Pemeliharaan Fasilitas Bangunan Keraton Surakarta Hadiningrat 1987. Surakarta.

Poerwo Darminto. 1976. Kam us Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Sasono Hondrowino.1997. Masa Lam pau dan Kini. Joop Ave.

Selayang Pandang Keraton Surakarta Hadiningrat. PT Hayuningrat .

Selo Soemardjan dan Soeleman Soemadi. 1964. Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta: UI Press.

Serat Kalang Bab Griya Jawi Transkripsi naskah no. P 102. Alih Aksara: Suyatno

Trunosuroto. Rekso Pustoko Mangkunegaran. Serat Kawruh Kalang. Naskah asli dari: Sasana Pustaka Keraton Kasunanan

Surakarta. Alih Aksara: Sri Sulistyawati. Sasana Pustaka Keraton Kasunanan Surakarta.

150

Page 168: STUDI TENTANG INTERPRETASI SERAT KALANG DALAM …/Studi...studi tentang interpretasi serat kalang dalam pembangunan kembali keraton kasunanan surakarta tahun 1987 skripsi oleh : erni

Sidi Gazalba.1988. Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. Jakarta: Pustaka Antara.

Sri Winart i. 2004. Sekilas Sejarah Keraton Surakarta. Surakarta: Cendrawasih.

Sri Winart i. 2005. Yang Sah dan yang Resmi Susuhunan Pakoe Boewono XIII. Surakarta.

Suharto. 1985. Dioram a Keraton Surakarta Hadiningrat. Surakarta: Tiga

Serangkai. Suryo Wicaksono. 1995. Upacara Tradisional Tabot di Kota Bengkulu. Skripsi

FKIP UNS. Van, Peursen. 1976. Strategi Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius. Warto. 2001. Blandong Surakarta: Pustaka Cakra Surakarta.

Wibowo, Gatut Murniatmo dan Sukirman. 1986/1987. Arsitektur Tradisional Daerah Istim ewa Yogyakarta. Yogyakarta : Depdikbud. Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.

Yosodipuro. 1994. Keraton Surakarta Hadiningrat Bangunan Budaya Jawa

Sebagai Tuntunan Hidup/ Pembangunan Budi Pekerti Kejawen. Yosodipuro.1988. Keraton Surakarta Hadiningrat, Kedhaton Mulya” Kombuling

Rerennggan Ruming Bawana”. Macrodata.

Surat Kabar:

Suara Merdeka, 9 Februari 1985

Suara Merdeka, 17 Desember 1987

Kompas ,3 Februari 1985

Kompas , Rabu 6 Februari 1985

Kompas, Minggu 10 Februari 1985

Berita Buana, Sabtu 2 Februari 1985

Berita Buana , Selasa 5 Februari 1985

Berita Buana, Sabtu 9 Februari 1985

Berita Buana, Senin 11 Februari 1985

Berita Buana, Minggu 17 Februari 1985

Suara Karya, Senin 4 Februari 1985

Suara Karya, Rabu 6 Februari 1985

Suara Karya, Sabtu 9 Februari 1985

Suara Karya, Jumat 16 Februari 1985

Sinar Harapan, Senin 14 Februari 1985 Sinar Harapan, Kamis 7 Februari 1985 Sinar Harapan, Kamis 6 Februari 1985

Majalah:

Tempo ,16 Februari 1985, halaman 19, Membuat Keraton Menurut Serat/ Kawruh Kalang

151