bab i pendahuluan a. latar belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/desi_liana-kti_desi.pdf · perawatan...

41
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa Latin, yaitu puer yang artinya bayi dan parous yang artinya melahirkan atau masa sesudah melahirkan, masa nifas berangsur kurang lebih 6 minggu. Perawatan masa nifas dalam (SDKI 2007) penting baik untuk ibu maupun bayinya karena bisa mengatasi komplikasi yang timbul pasca persalinan dan untuk memberikan informasi penting kepada ibu tentang cara merawat diri dan bayinya (Saleha, 2009). Involusi uterus merupakan suatu proses dimana uterus akan mengalami pengecilan (involusi) secara berangsur-angsur dan kembali ke kondisi sebelum hamil atau pada keadaan sebelum hamil (Saleha, 2009). Proses pemulihan kesehatan pada masa nifas merupakan hal yang sangat penting bagi ibu setelah melahirkan. Sebab selama masa kehamilan dan persalinan telah terjadi perubahan fisik dan psikis. Perubahan fisik meliputi ligament-ligament bersifat lembut dan kendor, otot-otot teregang, uterus membesar, postur tubuh berubah sebagai kompensasi terhadap perubahan berat badan pada masa hamil, serta terjadi bendungan pada tungkai bawah. Pada saat persalinan dinding panggul selalu teregang dan mungkin terjadi kerusakan pada jalan lahir, serta setelah persalinan otot-otot dasar panggul menjadi

Upload: vuonghanh

Post on 06-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DESI_LIANA-kti_desi.pdf · Perawatan masa nifas ... dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam ... Menurut hasil

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa Latin, yaitu puer yang

artinya bayi dan parous yang artinya melahirkan atau masa sesudah

melahirkan, masa nifas berangsur kurang lebih 6 minggu. Perawatan masa

nifas dalam (SDKI 2007) penting baik untuk ibu maupun bayinya karena bisa

mengatasi komplikasi yang timbul pasca persalinan dan untuk memberikan

informasi penting kepada ibu tentang cara merawat diri dan bayinya (Saleha,

2009).

Involusi uterus merupakan suatu proses dimana uterus akan mengalami

pengecilan (involusi) secara berangsur-angsur dan kembali ke kondisi sebelum

hamil atau pada keadaan sebelum hamil (Saleha, 2009).

Proses pemulihan kesehatan pada masa nifas merupakan hal yang sangat

penting bagi ibu setelah melahirkan. Sebab selama masa kehamilan dan

persalinan telah terjadi perubahan fisik dan psikis. Perubahan fisik meliputi

ligament-ligament bersifat lembut dan kendor, otot-otot teregang, uterus

membesar, postur tubuh berubah sebagai kompensasi terhadap perubahan berat

badan pada masa hamil, serta terjadi bendungan pada tungkai bawah. Pada saat

persalinan dinding panggul selalu teregang dan mungkin terjadi kerusakan

pada jalan lahir, serta setelah persalinan otot-otot dasar panggul menjadi

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DESI_LIANA-kti_desi.pdf · Perawatan masa nifas ... dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam ... Menurut hasil

2

longgar karena diregang begitu lama pada saat hamil maupun bersalin

(Sarwono, 2002).

Dalam masa nifas alat-alat genetalia internal maupun eksterna akan

berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-

perubahan alat genital dalam keseluruhannya disebut involusi. Salah satu

komponen involusio adalah penurunan fundus uteri. Di samping involusi,

terjadi juga perubahan-perubahan penting yakni laktasi dan gangguan laktasi

merupakan salah satu penyebab penurunan fundus uteri terganggu. Apabila

proses involusi ini tidak berjalan dengan baik maka akan timbul suatu keadaan

yang disebut sub involusi uteri yang akan menyebabkan terjadinya perdarahan

yang mungkin terjadi dalam masa 40 hari, hal ini mungkin disebabkan karena

ibu tidak mau menyusui, takut untuk mobilisasi atau aktifitas yang kurang

(Hanifa, 2005).

Menurut evidence based yang baru telah diperbaharui oleh WHO (world

health organization) dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam

pertama, salah satu dari pernyataan yaitu bayi harus mendapatkan kontak

langsung dengan kulit ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit satu

jam, bayi dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusu dini (Ambarwati dan

Wulandari, 2009).

Menurut sumber data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pusdatin

jakarta 2011 jumlah ibu nifas di indonesia sebanyak 4,830,609 jiwa, dan yang

memperoleh kunjungan masa nifas dengan cakupan 73, 38%.Di negara

berkembang seperti Indonesia, masa nifas merupakan masa kritis baik bagi ibu

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DESI_LIANA-kti_desi.pdf · Perawatan masa nifas ... dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam ... Menurut hasil

3

maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu terjadi setelah persalinan,

dan 50% diantaranya terjadi dalam 24 jam pertama (Prawirardjo, 2006).

Masa nifas hari pertama adalah masa kritis yang rentan sekali terjadi

perdarahan, karena kontraksi uterus yang lemah akibat berkurangnya kadar

oksitosin yang di sekresi oleh kelenjar hipofise posterior, maka asuhan masa

nifas pada masa ini sangat di perlukan. Salah satu merangsang oksitosin adalah

dengan cara rangsangan pada puting atau menyusui. Diperkirakan bahwa 60 %

kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian

masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama yang sebagian basar disebabkan

karena perdarahan post partum (Abdul Bari, 2002).

Menurut hasil Laporan Dinas Kesehatan Propinsi Aceh tahun 2011 jumlah

sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan data di

RSUZA tahun 2012, diketahui jumlah ibu nifas tahun 2010-2011 yaitu ada

8725 orang. dan yang mengalami mastitis berjumlah 108 orang. Dimana hal ini

berkaiotan dengan pemberian ASI seperti diketahui salah satu manfaat Air

Susu Ibu (ASI) bagi sang bayi yang diberikan oleh ibu pada saat bayi berusia 0

– 2 tahun adalah untuk melindungi bayi terhadap infeksi seperti infeksi gastro-

intestinal, pernafasan dan virus (Dinkes Provinsi Aceh, 2011).

Menurut survey yang peneliti lakukan di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel

Abidin pada tanggal 21 Februari 2013, Terdapat 9743 ibu yang berkunjung ke

Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh yang diantaranya ibu

hamil 8614 (88, 41%) dan ibu bersalin serta nifas 1129 (11,58%). Dengan

persalinan normal 633 (56,06%) dan SC 496 (43,93%).

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DESI_LIANA-kti_desi.pdf · Perawatan masa nifas ... dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam ... Menurut hasil

4

Menurut survey dengan cara wawancara ibu nifas, pada ibu nifas yang ada

di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin sebanyak 10 ibu nifas, 8 diantaranya

mengatakan tidak ada pengaruh yang dirasakan sehubungan menyusui dengan

penurunan tinggi findus uteri.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti Faktor-

faktor Yang Mempengaruhi Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post Parrtum

Di Rumah Sakit Umum dr.Zainoel Abidin banda Aceh.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Ada Faktor-

Faktor Yang Mempengaruhi Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post Partum

Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penurunan

Tinggi Fundus Uteri Pada Post Partum Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel

Abidin Banda Aceh.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengaruh Inisiasi Menyusui Dini terhadap penurunan

tinggi fundus uteri Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda

Aceh.

b. Untuk mengetahui pengaruh Paritas terhadap penurunan tinggi fundus

uteri Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DESI_LIANA-kti_desi.pdf · Perawatan masa nifas ... dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam ... Menurut hasil

5

c. Untuk mengetahui pengaruh Usia terhadap penurunan tinggi fundus uteri

Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Responden

Bagi ibu Memberi pedoman bagi ibu atau masukan bahwa faktor-

faktor yang dapat berfungsi untuk mempercepat involusio uterus.

2. Bagi peneliti

Dapat menambah pengetahuan tentang Faktor-Faktor Ynag

Mempengaruhi Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post Partum.

3. Bagi institusi

Dapat menambah kepustakaan atau literatur tentang Faktor-Faktor

Ynag Mempengaruhi Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post Partum.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DESI_LIANA-kti_desi.pdf · Perawatan masa nifas ... dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam ... Menurut hasil

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

1. Definisi Inisiasi Menyusui Dini

Inisiasi Menyusui Dini adalah proses membiarkan bayi dengan

nalurinya sendiri dapat menyusui segera dalam satu jam pertama setelah lahir,

bersama dengan kontak kulit antara bayi dengan kulit ibunya, bayi dibiarkan

setidaknya selama satu jam di dada ibu, sampai dia menyusui sendiri (Depkes

RI, 2008).

Ibu yang melakukn inisiasi manyusui dini akan mempercepat involusi

uterus karena pengaruh hormon oksitosin ditandai dengan rasa mules karena

rahim yang berkontraksi (Praborini, A, 2008).

2. Manfaat Inisiasi Menyusui Dini

Manfaat ASI mencegah perdarahan setelah proses persalinan dan

kelahiran. Dengan memberikan Inisiasi Menyusui Dini dari ibu kepada

bayinya yang baru lahir maka hal ini yaitu memberikan ASI dan menyusui

segera setelah melahirkan akan dapat mendorong terjadinya kontraksi rahim

dan mencegah terjadinya perdarahan. Ini dapat membantu mempercepat

proses kembalinya rahim ke posisi semula. Itu adalah salah satu manfaat ibu

memberikan ASI bagi kesehatan dan juga pencegahan perdarahan post partum

(Hamizan, 2012).

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DESI_LIANA-kti_desi.pdf · Perawatan masa nifas ... dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam ... Menurut hasil

7

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan IMD

Faktor Pendukung IMD

Terdiri dari faktor internal dan eksternal, pengetahuan, sikap,

pengalaman, dan persepsi ibu merupakan faktor internal sedangkan

fasilitas kesehatan, petugas penolong persalinan, keluarga dan orang

terdekat serta lingkungan merupakan faktor eksternal (Idris- 70-

publichealtd;scission.blogspot.com)

a) Faktor Penghambat

Roesli (2008), menyatakan faktor-faktor penghambat Inisiasi

Menyusui Dini adalah adanya pendapat atau pesepsi ibu, masyarakat dan

petugas kesehatan yang salah atau tidak benar tentang ibu kelelahan,

kolostrum tidak keluar, bayi harus segera di bersihkan.

B. Tinggi Fundus Uteri

1. Definisi Tinggi Fundus Uteri

Penurunan tinggi fundus uteri atau Involusi uteri adalah pengecilan

yang normal dari suatu organ setelah organ tersebut memenuhi fungsinya,

misalnya pengecilan uterus setelah melahirkan. Involusi uteri adalah

mengecilnya kembali rahim setelah persalinan kembali kebentuk asal. (Ramali,

2003).

Derajat kesehatan ibu di Indonesia dewasa ini belum memuaskan dan

optimal. Hal ini dibuktikan dengan masih tingginya angka kematian ibu (AKI).

Penyebab kematian ibu sejak dulu tidak banyak berubah, yaitu perdarahan

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DESI_LIANA-kti_desi.pdf · Perawatan masa nifas ... dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam ... Menurut hasil

8

(25%), terjadi pasca persalinan baik karena atonia uteri maupun sisa plasenta,

eklamsia (12%), aborsi tidak aman (13%), sepsis (15%) dan partus macet (8%).

Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta

sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Dan di masa itu organ-organ

reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Pada masa nifas terjadi

perubahan-perubahan baik secara fisik maupun psikologi. Proses perubahan ini

seharusnya berjalan normal namun kadang-kadang diperhatikan oleh ibu post

partum atau bahkan mereka tidak mengetahuinya, sehingga dapat

menimbulkan komplikasi nifas yang tidak terditeksi dini yang dapat

mengakibatkan kematian ibu (Sarwono, 2008).

C. Proses Involusi Uterus Menurut Sarwono (2008)

1. Ischemi pada miometrium disebut juga lokal ischemia

Yaitu kekurangan darah pada uterus. Kekurangan darah ini bukan

hanya karena kontraksi dan retraksi yang cukup lama seperti tersebut diatas

tetapi disebabkan oleh pengurangan aliran darah yang pergi ke uterus di dalam

masa hamil, karena uterus harus membesar menyesuaikan diri dengan

pertumbuhan janin. Untuk memenuhi kebutuhannya, darah banyak dialirkan ke

uterus dapat mengadakan hipertropi dan hiperplasi setelah bayi dilahirkan tidak

diperlukan lagi, maka pengaliran darah berkurang, kembali seperti biasa. Dan

aliran darah dialirkan ke buah dada sehingga peredaran darah ke buah dada

menjadi lebih baik. Demikianlah dengan adanya hal-hal diatas, uterus akan

mengalami kekurangan darah sehingga jaringan otot-otot uterus mengalami

otropi kembali kepada ukuran semula.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DESI_LIANA-kti_desi.pdf · Perawatan masa nifas ... dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam ... Menurut hasil

9

2. Autolisis

Adalah penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena

adanya hyperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang 10

kali dan menjadi 5 kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil, akan susut

kembali mencapai keadaan semula. Faktor yang menyebabkan terjadinya

autolisis apakah merupakan hormon atau enzim sampai sekarang belum

diketahui, tetapi telah diketahui adanya penghancuran protoplasma dan

jaringan yang diserap oleh darah kemudian di keluarkan oleh ginjal. Inilah

sebabnya beberapa hari setelah melahirkan ibu mengalami beser air kemih atau

sering buang air kemih.

3. Aktifitas otot-otot

Adalah adanya retraksi dan kontrksi dari otot-otot setelah anak lahir,

yang diperlukan untuk menjepit pembulu darah yang pecah karena adanya

kontraksi dan retraksi yang terus-menerus ini menyebabkan terganggunya

peredaran darah di dalam uterus yang mengakibatkan jaringan-jaringan otot-

otot tersebut menjadi lebih kecil.

D. Mekanisme terjadinya kontraksi pada uterus adalah melalui 2 cara (Saleha,

2009) yaitu :

1. Kontraksi oleh ion kalsium.

Sebagai pengganti troponin, sel-sel otot polos mengandung sejumlah

besar protein pengaturan yang lain yang disebut kamodulin. Terjadinya

kontraksi diawali dengan ion kalsium berkaitan dengan kalmoduli. Kombinasi

kalmodulin ion kalsium kemudian bergabung dengan sekaligus mengaktifkan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DESI_LIANA-kti_desi.pdf · Perawatan masa nifas ... dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam ... Menurut hasil

10

myosin kinase yaitu enzim yang melakukan fosforilase sebagai respon terhadap

myosin kinase. Bila rantai ini tidak mengalami fosforilasi, siklus perlekatan-

pelepasan kepala myosin dengan filament aktin tidak akan terjadi. Tetapi bila

rantai pengaturan mengalami fosforilasi, kepala memiliki kemampuan untuk

berikatan secara berulang dengan filament aktin dan bekerja melalui seluruh

proses siklus tarikan berkala sehingga mengghasilkan kontraksi otot uterus

2. Kontraksi yang disebabkan oleh hormon.

Ada beberapa hormon yang mempengaruhi adalah epinefrin,

norepinefrin, angiotensin, endhothelin, vasoperin, oksitonin serotinin, dan

histamine. Beberapa reseptor hormon pada membran otot polos akan membuka

kanal ion kalsium dan natrium serta menimbulkan depolarisasi membran.

Kadang timbul potensial aksi yang telah terjadi. Pada keadaan lain, terjadi

depolarisasi tanpa disertai dengan potensial aksi dan depolarisasi ini membuat

ion kalsium masuk kedalam sel sehingga terjadi kontraksi pada otot uterus.

Dengan faktor-faktor diatas dimana antara 3 faktor itu saling

mempengaruhi satu dengan yang lain, sehingga memberikan akibat besar

terhadap jaringan otot-otot uterus, yaitu hancurnya jaringan otot yang baru, dan

mengecilnya jaringan otot yang membesar. Dengan demikian proses involusi

terjadi sehingga uterus kembali pada ukuran dan tempat semula. Adapun

kembalinya keadaan uterus tersebut secara gradual artinya, tidak sekaligus

tetapi setingkat. Sehari atau 24 jam setelah persalinan, fundus uteri agak tinggi

sedikit disebabkan oleh adanya pelemasan uterus segmen atas dan uterus

bagian bawah terlalu lemah dalam meningkatkan tonusnya kembali. Tetapi

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DESI_LIANA-kti_desi.pdf · Perawatan masa nifas ... dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam ... Menurut hasil

11

setelah tonus otot-otot kembali fundus uterus akan turun sedikit demi sedikit.

(Christin, 2005).

William (2009) menjelaskan involusi sebagai berikut: Involusi tidak

dipengaruhi oleh absorbsi insitu, namun oleh suatu proses eksfoliasi yang

sebagian besar ditimbulkan oleh berkurangnya tempat implantasi plasenta

karena pertumbuhan jaringan endometrium. Hal ini sebagian dipengaruhi oleh

perluasan dan pertumbuhan kebawah endometrium dari tepi-tepi tempat

plasenta dan sebagian oleh perkembangan jaringan endometrium dari kelenjar

dan stoma yang tersisa di bagian dalam desidua basalis setelah pelepasan

plasenta. Proses semacam itu akan dianggap sebagai konservatif, dan sebagai

suatu ketetapan yang bijaksana sebagai bagian dari alam. Sebaiknya kesulitan

besar akan dialami dalam pembuangan arteri yang mengalami obliterasi dan

trombin yang mengalami organisasi, kalau mereka tetap insitu, akan segera

mengubah banyak bagian dari mukosa uterus dan endometrium dibawah

menjadi suatu masa jaringan parut dengan akibat bahwa setelah beberapa

kehamilan tidak akan mungkin lagi untuk melaksanakan siklus perubahan yang

biasa, dan karier reproduksi berakhir.

E. Involusi Alat-Alat Kandungan

1. Uterus

Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami

kontraksi dan retraksi akan menjadi keras sehingga dapat menutup pembuluh

darah besar yang bermuara pada bekas implantasi plasenta. (Sarwono, 2002).

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DESI_LIANA-kti_desi.pdf · Perawatan masa nifas ... dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam ... Menurut hasil

12

Pada hari pertama ibu post partum tinggi fundus uteri kira-kira satu jari bawah

pusat (1 cm). Pada hari kelima post partum uterus menjadi 1/3 jarak antara

symphisis ke pusat. Dan hari ke 10 fundus sukar diraba di atas symphisis.

tinggi fundus uteri menurun 1 cm tiap hari secara berangsur-angsur menjadi

kecil (involusi) hingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.

Tabel 2.1 Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa

involusi

Infolusi Tinggi fundus uteri Berat uterus

Bayi lahir Setinggi pusat 1000

Uri lahir 2 jari di bawah pusat 750

1 minggu Pertengahan simpisi pusa 500

2 minggu Tidak terba di atas simpisis 350

6 minggu Bertambah kecil 50

8 minggu Sebesar normal 30

Sumber (Prawirohardjo, 2002).

2. Bekas implantasi uteri

Plasenta mengecil karena kontraksi dan menonjol ke ovum uteri dengan

diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm. Pada minggu ke 6 2,4 cm

dan akhirnya pulih. Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum.

Pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara anyaman-anyaman otot uterus

akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta lahir.

Bagian bekas plasenta merupakan suatu luka yang kasar dan menonjol ke

dalam kavum uteri segera setelah persalinan. Penonjolan tersebut dengan

diameter 7,5 sering disangka sebagai suatu bagian plasenta yang tertinggal,

setelah 2 minggu

diameternya menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu 2,4 cm dan akhirnya

pulih. (Sarwono, 2002).

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DESI_LIANA-kti_desi.pdf · Perawatan masa nifas ... dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam ... Menurut hasil

13

3. Lokia

Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam

masa nifas. pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warna

sebagai berikut Muchtar (2007):

a. Lokia rubra berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel

desidua, verniks kaseosa. Lanugo dan mekoneum selama 2 hari pasca

persalinan.

b. Lokia sanguinolenta berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari

ke 3-7 pasca persalinan.

c. Lokia serosa berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-

14 pasca persalinan.

d. Lokia alba cairan putih, setelah 2 minggu.

e. Lokia purulenta terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.

f. Lokia astastis lokia tidak lancar keluarnya.

4. Servik

Setelah persalinan, bentuk servik agak menganga seperti corong.

Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengandakan kontraksi,

sedangkan servik tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada berbatasan

antara korpus dan servik uteri berbentuk, semacam cincin. Warna servik sendiri

merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah, konsistensinya lunak,

segera setelah janin dilahirkan. Tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan 2-3

jari dan setelah 1 minggu hanya dapat dimasukkan 1 jari ke dalam kavum uteri

(Sarwono, 2002).

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DESI_LIANA-kti_desi.pdf · Perawatan masa nifas ... dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam ... Menurut hasil

14

5. Ligamen-ligamen

Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang mereggang

sewaktu kehamilan dan persalinan setelah jalan lahir berangsur-angsur

mengecil kembali seperti sedia kala tidak jarang ligamentum rotundum

menjadi kendor mengakibatkan uterus jatuh kebelakang, untuk memulihkan

kembali jaringan-jaringan penunjang alat genetalia tersebut juga otot-otot

dinding perut dan dasar panggul dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan

tertentu. Pada hari ke 2 post partum sudah dapat diberikan fisioterapi

(Sarwono, 2002).

F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Involusi Uteri

Proses involusi dapat terjadi secara cepat atau lambat, faktor yang

mempengaruhi involusi uterus (Sarwono, 2002) antara lain :

1. Mobilisasi dini

Aktivitas otot-otot ialah kontraksi dan retraksi dari otot-otot setelah

anak lahir, yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena

adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang

tidak diperlukan, dengan adanya kontraksi dan retraksi yang terus menerus ini

menyebabkan terganggunya peredaran darah dalam uterus yang mengakibatkan

jaringan otot kekurangan zat-zat yang diperlukan, sehingga ukuran jaringan

otot-otot tersebut menjadi kecil.

2. Status gizi

Status gizi adalah tingkat kecukupan gizi seseorang yang sesuai dengan

jenis kelamin dan usia. Status gizi yang kurang pada ibu post partum maka

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DESI_LIANA-kti_desi.pdf · Perawatan masa nifas ... dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam ... Menurut hasil

15

pertahanan pada dasar ligamentum latum yang terdiri dari kelompok infiltrasi

sel-sel bulat yang disamping mengadakan pertahanan terhadap penyembuhan

kuman bermanfaat pula untuk menghilangkan jaringan nefrotik, pada ibu post

partum dengan status gizi yang baik akan mampu menghindari serangan kuman

sehingga tidak terjadi infeksi dalam masa nifas dan mempercepat proses

involusi uterus.

3. Proses Laktasi

Sesudah persalinan ibu disuruh mencoba menyusui bayinya untuk

merangsang timbulnya laktasi, kecuali ada kontraindikasi untuk menyusui

bayinya, misalnya: menderita thypus abdominalis, tuberkulosis aktif,

thyrotoxicosis, DM berat, psikosi atau puting susu tertarik ke dalam, leprae,

sehingga ia tidak dapat menyusu oleh karena tidak dapat menghisap, minuman

harus diberikan melalui sonde. Dimana menyusui merangsang pengeluaran

hormon oksitosin yang akan mampu meningkatkan proses kontraksi uterus

yang akhirnya memberikan dampak terhadap semakin cepatnya proses involusi

uterus. Pada proses menyusui ada reflek let down dari isapan bayi merangsang

hipofise posterior mengeluarkan hormon oxytosin yang oleh darah hormon ini

diangkat menuju uterus dan membantu uterus berkontraksi sehingga proses

involusi uterus terjadi.

4. Usia

Faktor usia, elastisitas otot uterus pada usia lebih 35 tahun ke atas

berkurang. Pada ibu yang usianya lebih tua banyak dipengaruhi oleh proses

penuaan, dimana proses penuaan terjadi peningkatan jumlah lemak. Penurunan

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DESI_LIANA-kti_desi.pdf · Perawatan masa nifas ... dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam ... Menurut hasil

16

elastisitas otot dan penurunan penyerapan lemak, protein, serta karbohidrat.

Bila proses ini dihubungkan dengan penurunan protein pada proses penuaan,

maka hal ini akan menghambat involusi uterus.

5. Paritas

Paritas mempengaruhi involusi uterus, otot-otot yang terlalu sering

tereggang memerlukan waktu yang lama. (Sarwono, 2002). Terjadi involusi

uteri bervariasi pada ibu post partum multipara dan primipara. Pada multipara

uterus teregang penuh dua kali lipat sehingga kontraksi uterus lebih kuat untuk

menghasilkan involusi (Farrer, 2001).

G. Pengukuran Involusi Uterus

Pengukuran involusi dapat dilakukan dengan mengukur tinggi fundus

uteri, kontraksi uterus dan juga dengan pengeluaran lokia. Involusi uterus

melibatkan reorganisasi dan penanggalan desidua dan pengelupasan kulit pada

situs plasenta sebagai tanda penurunan ukuran dan berat, perubahan lokasi uterus,

warna dan jumlah lochea (Varney, 2004).

H. Perubahan Fisiologi Pada Ibu Nifas

1. Perubahan Sistem Reproduksi (Wulandari, 2008)

a. Involusi Uteri

1) Pengertian

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana

uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram.

Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot

polos uterus.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DESI_LIANA-kti_desi.pdf · Perawatan masa nifas ... dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam ... Menurut hasil

17

2) Proses Involusi Uteri

Pada akhir kala III persalinan, uterus berada di garis tengah,

kira-kira 2 cm dibawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar

padapada promotorium sakralis. Pada saat ini besar uterus kira-kira

sama dengan berat uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu dengan

berat 1000 gram.

3) Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :

a) Autolysis

Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang

terjadi di dalam otot uterin.

b) Attrofi Jaringan

Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen dalam

jumlah besar, kemudian mengalami attrofi sebagai reaksi terhadap

penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta.

c) Efek Oksitosin

Hormon oksitosin yang dilepas dari kelenjar hipofisis

memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengkompresi

pembuluh darah dan membantu proses hemostatis. Kontraksi dan

retraksi otot uterin akan mengurangi suplai darah ke uterus. Proses

ini akan membantu mengurangi bekas luka tempat mplantasi

plasenta serta mengurangi perdarahan.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DESI_LIANA-kti_desi.pdf · Perawatan masa nifas ... dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam ... Menurut hasil

18

2. Involusi uteri dari luar dapat diamati yaitu dengan memeriksa fundus uteri

dengan cara (Wulandari, 2008). :

a. Segera setelah persalinan, tinggi fundus uteri 2 cm dibawah pusat.

b. Pada hari ke dua setelah persalinan tinggi fundus uteri 1 cm dibawah pusat.

c. Pada hari ke 3-4 tinggi fundus uteri 2 cm di bawah pusat. Pada hari 5-7

tinggi fundus uteri setengah pusat simpisis. Pada hari ke 10 tinggi fundus

uteri tidak teraba.

I. Kerangka Teoritis

Menurut Sarwono (2002) proses involusi dapat terjadi secra cepat atau

lambat, faktor yang dapt mempengaruhi involusi uterus adalaha : mobilitas dini,

status gizi, proses laktasi, usia, dan paritas. Untuk lebih jelas secara skematis

kerangka teoritis penelitian ini dapat dilihat pada bagian dibawah ini:

Gambar 2.1 Kerangka Teoritis

Sarwono 2002

- Mobilisasi dini

- Status gizi

- Proses laktasi

- Usia

- Partitas

Percepatan Penurunan

Tinggi Fundus Uteri

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DESI_LIANA-kti_desi.pdf · Perawatan masa nifas ... dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam ... Menurut hasil

19

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Dalam masa nifas alat-alat genetalia internal maupun eksterna akan

berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-

perubahan alat genital dalam keseluruhannya disebut involusi. Salah satu

komponen involusi adalah penurunan fundus uteri. Di samping involusi, terjadi

juga perubahan-perubahan penting yakni laktasi, umur, dan paritas merupakan

salah satu penyebab penurunan fundus uteri terganggu (Sarwono 2002).

Berdasarkan teori tersebut, maka secara skematis kerangka konsep penelitian ini

dapat dilihat pada bagian di bawah ini :

Vaeriabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Opersional

Inisiasi Menyusui Dini

Tinggi Fundus Uteri Paritas

Usia

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DESI_LIANA-kti_desi.pdf · Perawatan masa nifas ... dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam ... Menurut hasil

20

No Variabel

Defenisi

Operasional Cara Ukur

Alat

Ukur

Hasil

Ukur

Skala

Ukur

Dependen

1 Tinggi

Fundus

Uteri

Penurunan

tinggi fundus

setelah 6 jam

pasca

persalinan

Mengukur

penurunan

Tinggi Fundus

Uteri dalam cm

dengan criteria;

Tinggi: ≥ 2 cm

Rendah:< 2 cm

Centi

Meter

(metlin)

Tinggi

Rendah

Ordinal

Independen

1

Inisiasi

Menyusui

Dini

Tindakan

pemberian

ASI kepada

bayi

Membagikan

kuesioner

dengan kriteria:

Ya, jika ibu

IMD

Tidak, jika

ibu tidak

IMD

Kuesioner IMD

Tidak

IMD

Ordinal

2 Paritas Jumlah anak

atau jumlah

ibu

melahirkan

Membagikan

kuesioner

dengan kriteria:

Ya, jika

primipara

Tidak, jika

bukan

primipara

Kuesioner Primipara

Bukan

Primipara

Ordinal

3 Usia Usia ibu pada

saat penelitian

dilakukan

Membagikan

kuesioner

dengan kriteria :

Elastisitas otot

uterus jika

Umur < 35

tahun

Elastisitas otot

uterus jika

Umur ≥ 35

Kuesioner

Elastis

Tidak Elastis

Ordinal

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DESI_LIANA-kti_desi.pdf · Perawatan masa nifas ... dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam ... Menurut hasil

21

C. Hipotesa

Ha : Ada Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Penurunan Tinggi

Fundus Uteri Pada Post Partum Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel

Abidin Banda Aceh.

Ha : Ada Pengaruh Paritas Terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada

Post Partum Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

Ha : Ada Pengaruh Usia Terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post

Partum Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

tahun

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DESI_LIANA-kti_desi.pdf · Perawatan masa nifas ... dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam ... Menurut hasil

22

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat Analitik untuk menentukan hubungan antara variabel

bebas dan variabel terikat. Jenis penelitian adalah yang berusaha cross sectional,

artinya mengumpulkan data dimulai dari efek atau akibat yang telah terjadi.

Kemudian dari efek tersebut ditelusuri penyebabnya atau variabel-variabel yang

mempengaruhi akibat tersebut (Notoatmodjo, 2005).

B. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas post partum pada

saat penelitian di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin.

2. Sampel

Jumlah sampel tersebut di tentukan dengan menggunakan rumus

Lameshow dibawah ini.

Keterangan :

n: besar sampel

z: derajat kemaknaan 95% (1,96)

P: proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi, bila tidak di

ketahui proporsinya, ditetapkan 5% (0,5).

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DESI_LIANA-kti_desi.pdf · Perawatan masa nifas ... dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam ... Menurut hasil

23

d2: derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan : 10%

(0,10).

Q : (1-P).

(Lameshow 1990) berdasarkan perhitungan rumus diatas maka besar

sampel yang diambil dalam penelitian ini dapat dihitung sebagai

berikut :

orang

Sehingga besar sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak

38 sampel. Tehnik accidental sampling yaitu dilakukan dengan pengambilan

responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat. (Notoadmodjo, 2005).

Kriteria sampel yang diharapkan yaitu : ibu nifas yang bersedia menjadi respoden,

bisa membaca dan menulis.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DESI_LIANA-kti_desi.pdf · Perawatan masa nifas ... dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam ... Menurut hasil

24

Penelitian ini telah dilakukan di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel

Abidin.

2. Waktu penelitianp

Penelitian ini telah dilakasanakan pada tanggal 21 Agustus s/d 25

Agustus 2013.

D. Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer

adalah data yang langsung di peroleh dari responden dengan cara menyebarkan

kuetioner yang berisi pertanyaan yang telah di sediakan dan selanjutnya oleh

responden sesuai denngan petunjuk.

Sedangkan data sekunder adalah data yang di tinjau dari laporan

kunjungan atau buku register Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin.

E. Instrumen Penelitian

Adapun instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner yang berjumlah 2 pertanyaan yang diantaranya 1 tentang menyusui, dan

1 pertanyaan tentang penurunan tinggi fundus uteri dengan menggunakan

centimeter (metlin).

F. Pengolahan Dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Data dalam penelitian ini akan di olah dengan cara (Purwanto, 1994):

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DESI_LIANA-kti_desi.pdf · Perawatan masa nifas ... dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam ... Menurut hasil

25

a. Editing yaitu melakukan pengecekan kembali semua item pertnyaan telah

terisi dan melihat apakah ada kekeliruan yang Lmungkin dapat menggangu

pengolahan dat selanjutnya.

b. Coding yaitu pemberian kode berupa nomor pada lembaran kuesioner

untuk memudahkan pengolahan data.

c. Transferring yaitu data yang telah di berkan kode di susun secara

berurutan dari responden pertama sampai responden terkhir untuk

dimasukan ke dalam tabel sesuai dengan variabel yang telah di teliti.

d. Tabulating yaitu pengelompokan responden yang telah dibuat pada tiap-

tiap variabel yang di ukur dan selanjutnya dimasukkan kedalam tabel

distribusi frekuensi.

2. Analisa data

a. Analisa Univariat

Analisa univariat yaitu untuk mengetahui distribusi frekuensi dan

rata-rata. Hasil dari analisa ini berupa distribusi frekuensi dan presentase

dari variabel. Selanjutnya analisa ini akan ditampilkan distribusi frekuensi

dalam bentuk tabel. Untuk data demografi atau kriteria sampel dilakukan

perhitungan presentase :

Keterangan : P = persentase

f = jumlah frekuensi

n = jumlah responden

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DESI_LIANA-kti_desi.pdf · Perawatan masa nifas ... dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam ... Menurut hasil

26

Kemudian peneliti akan menghitung distribusi frekuensi dan

mencari persentasi pada setiap variabel dengan menggunakan komputer

program SPSS.

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat yaitu untuk mengetahui data dalam bentuk tabel

silang dengan melihat hubungan antara variabel independen dan variabel

dependen, mengggunakan uji statistik chi-square. Dengan batas

kemaknaan (α = 0,05).

Data masing-masing subvariabel dimasukkan ke dalam tabel

contingency, kemudian tabel-tabel contingency tersebut di analisa untuk

membandingkan antara nilai P value dngan nilai alpha (0,05), dengan

ketentuan :

1) Ha diterima dan Ho di tolak : Jika P value ≤ 0,05 artinya ada hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependent.

2) Ha ditolak dan Ho diterima : Jika P value > 0,05 artinya tidak ada

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependent.

Aturan yang berlaku untuk uji Chi-Square untuk program

komputerisasi seperti SPSS adalah sabagai berikut :

1. Bila pada tabel kontigency 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang

dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Fisher Exact Test.

2. Bila pada tabel kontigency 2x2 tidak dijumpai nilai e (harapan)

kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Continuity

Correction

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DESI_LIANA-kti_desi.pdf · Perawatan masa nifas ... dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam ... Menurut hasil

27

3. Bila pada tabel kontigency yang lebih dari 2x2 misalnya 3x2, 3x3

dan lain-lain, maka hasil yang digunakan adala Person Chi-Square

4. Bila pada tabel kontigency 3x2 ada sel dengan nilai frekuensi

harapan (e) kurang dari 5, maka akan dilakukan merger sehingga

menjadi tabel kontigency 2x2

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DESI_LIANA-kti_desi.pdf · Perawatan masa nifas ... dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam ... Menurut hasil

28

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh merupakan

rumah sakit kelas A pendidikan dan Rumah sakit rujukan untuk provinsi

daerah istimewa Aceh dengan SK Menkes RI No.233/Sk/IV/1983 tanggal 11

juni 1983, beralamat di jalan Teungku Daud Bereueh No.18 Banda Aceh,

Memiliki luas area 196,480M2.

Adapun batas letak Rumah Sakit Umum

Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan kelurahan Bandar Baru

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lambuk

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Keluharan Kuta Baro

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Keluran Beurawe

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanankan Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel

Abidin Banda Aceh pada tanggal 21 Agustus s/d 25 Agustus 2013, maka dapat

diperoleh sebagai berikut :

1. Analisa Univariat

a. Tinggi Fundus Uteri

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DESI_LIANA-kti_desi.pdf · Perawatan masa nifas ... dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam ... Menurut hasil

29

Tabel 5.1

Distibusi Frekuensi Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post

Partum Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh Tahun 2013

No Tinggi Fundus Uteri F (%)

1 Tinggi 23 60,5

2 Rendah 15 39,5

Total 38 100

Sumber data primer diolah tahun 2013

Berdasarkan tabel 5.1 diatas menunjukkan bahwa dari 38

responden mayoritas pada kategori tinggi mengalami penurunan tinggi

fundus uteri pada post partum yaitu sebanyak 23 responden (60,5%)

b. Inisiasi Menyusui Dini

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Inisiasi Menyusui Dini Pada Post Partum

Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh Tahun 2013

No Inisiasi Menyusui Dini F (%)

1 IMD 22 44,7

2 Tidak IMD 16 55,3

Total 38 100

Sumber data primer diolah tahun 2013

Berdasarkan tabel 5.2 diatas menunjukkan bahwa dari 38

responden mayoritas pada kategori IMD yang ada inisiasi menyusui

dini pada post partum yaitu sebanyak 22 responden (55,3%)

c. Paritas

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Paritas Pada Post Partum

Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh Tahun 2013

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DESI_LIANA-kti_desi.pdf · Perawatan masa nifas ... dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam ... Menurut hasil

30

No Paritas F (%)

1 Primipara 16 42,1

2 Bukan Primipara 22 57,9

Total 38 100

Sumber data primer diolah tahun 2013

Berdasarkan tabel 5.3 diatas menunjukkan bahwa dari 38

responden mayoritas pada kategori bukan primipara yang paritas pada

post partum yaitu sebanyak 22 responden (55,3%).

d. Usia

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Usia Pada Post Partum

Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh Tahun 2013

No Usia F (%)

1 Elastisitas Otot Uterus 29 76,3

2 Tidak Elastis Otot Uterus 9 23,7

Total 38 100

Sumber Data Primer Diolah Tahun 2013

Berdasarkan tabel 5.3 diatas menunjukkan bahwa dari 38

responden mayoritas pada kategori elastis yang usia pada post partum

yaitu sebanyak 29 responden (76,3%)

2. Analisa Bivariat

a. Pengaruh Iniasiasi Menyusui Dini dengan Penurunan Tinggi Fundus Uteri

Pada Post partum

Tabel 5.5

Pengaruh Iniasiasi Menyusui Dini dengan Penurunan Tinggi Fundus

Uteri Pada Post partum Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DESI_LIANA-kti_desi.pdf · Perawatan masa nifas ... dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam ... Menurut hasil

31

Banda Aceh Tahun 2013

No IMD

Tinggi Fundus Uteri p

value Tinggi Rendah Total

f % f % F %

0,005 1 IMD 18 81,8 4 18,2 22 100

2 Tidak IMD 5 31,2 11 68,8 16 100

Sumber data primer diolah tahun 2013

Berdasarkan tabel 5.5 menujukkan bahwa dari 22 responden yang

ada inisiasi menyusui dini ternyata sebanyak (81,8%) tinggi fundus

uteri, sedangkan dari 16 responden yang tidak ada inisiasi menyusui

dini ternyata sebanyak (68,4%) rendah fundus uteri.

Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square menghasilkan

nilai p value = 0,005. Sehingga didapatkan bahwa p < 0,05 yang artinya

Ha diterima atau ada pengaruh antara inisiasi menyusui dini dengan

tinggi fundus uteri pada post partum.

b. Pengaruh Paritas dengan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada

Post partum

Tabel 5.6

Pengaruh Paritas dengan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post

partum Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh Tahun 2013

No Paritas Tinggi Fundus Uteri p

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DESI_LIANA-kti_desi.pdf · Perawatan masa nifas ... dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam ... Menurut hasil

32

Tinggi Rendah Total value

f % f % F %

0,017 1 Primipara 15 83,3 3 16,7 18 100

2 Bukan

Primipara 8 40 12 60 20 100

Sumber data primer diolah tahun 2013

Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 20 responden yang

bukan pimipara pada paritas ternyata sebanyak (60%) rendah fundus

uteri. Sedangkan dari 18 responden yang primipiara pada paritas ternyata

sebanyak (83,3%) tinggi fundus uteri.

Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square menghasilkan

nilai p value = 0,017. Sehingga didapatkan bahwa p < 0,05 yang artinya

Ha diterima atau ada pengaruh antara paritas dengan tinggi fundus uteri

pada post partum.

c. Pengaruh Usia dengan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post partum

Tabel 5.7

Pengaruh Usia dengan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post

partum Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh Tahun 2013

No Usia

Tinggi Fundus Uteri p

value Tinggi Rendah Total

f % f % F % 0.001

1 Elastisitas Otot 22 75,9 7 24,1 34 100

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DESI_LIANA-kti_desi.pdf · Perawatan masa nifas ... dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam ... Menurut hasil

33

Uterus <35

2

Tidak Elastis Otot

Uterus ≥35 1 23 8 88,9 9 100

Sumber data primer diolah tahun 2013

Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 34 responden

yang elastis pada usia ternyata sebanyak (75,9%) tinggi fundus uteri.

Sedangkan dari 9 responden yang tidak elastis pada usia ternyata

sebanyak (88,9%) rendah fundus uteri.

Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square menghasilkan

nilai p value = 0,001. Sehingga didapatkan bahwa p < 0,05 yang artinya

Ha diterima atau ada pengaruh antara usia dengan tinggi fundus uteri

pada post partum.

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dengan melihat faktor-faktor yang

mempengaruhi penurunan tinggi fundus uteri terhadap usia pada post partum di

rumah sakit umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

1. Pengaruh Iniasiasi Menyusui Dini dengan Penurunan Tinggi Fundus Uteri

Pada Post partum

Berdasarkan tabel 5.5 menujukkan bahwa dari 22 responden yang

ada inisiasi menyusui dini ternyata sebanyak (81,8%) tinggi fundus uteri,

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DESI_LIANA-kti_desi.pdf · Perawatan masa nifas ... dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam ... Menurut hasil

34

sedankan dari 16 responden yang tidak ada inisiasi menyusui dini ternyata

sebanyak (68,4%) rendah fundus uteri.

Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square menghasilkan

nilai p value = 0,005. Sehingga didapatkan bahwa p < 0,05 yang artinya

Ha diterima atau ada pengaruh antara inisiasi menyusui dini dengan tinggi

fundus uteri pada post partum.

Menurut teori Cristina Ibrahim (2006) Ada pengaruh Inisiasi

Menyusui Dini dengan penurunan tinggi fundus uteri pada ibu post

partum. Hal ini dimungkinkan ibu post partum ini melaksanakan inisiasi

menyusui dini dengan segera dan sesuai dengan tehnik yang telah

diajarkan. Penurunan TFU ini bisa terjadi dengan baik bila kontraksi

dalam uterus baik dan continue (Cristina Ibrahim, 2006)

Penelitian Wulandari (2007) tentang Hubungan Inisiasi Menyusui

Dini Terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri Ibu Nifas di Puskesmas

Sidorejo Lorkota Salatiga, dari 20 responden yang berada di BPS Anik S

Mojosongo Surakarta yang memberikan IMD berjumlah 16 orang (80%),

yang tidak memberikan IMD berjumlah 4 orang (20%), sehingga dapat

disimpulkan bahwa sebagian besar responden melaksanakan IMD sangat

mempengaruhi terhadap penurunan TFU dengan p value 0,004.

Peneliti berasumsi bahwa tidak semua pendapat yang menyatakan

tentang adanya pengaruh yang besar antara penurunan tinggi fundus uteri

dengan Inisiasi Menyusui Dini, karena apabila ibu ada melakukan Inisiasi

Menyusui Dini semakin baik, tapi jika tidak ada seperti hal ibu yang

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DESI_LIANA-kti_desi.pdf · Perawatan masa nifas ... dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam ... Menurut hasil

35

disebabkan oleh tidak adanya kolostrum atau ASI pertama maka tidak

akan berakibat buruk pada penurunan tinggi fundus uteri.

2. Pengaruh Paritas dengan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post

partum

Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 20 responden yang

bukan pimipara pada paritas ternyata sebanyak (60%) rendah fundus uteri.

Sedangkan dari 18 responden yang primipiara pada paritas ternyata

sebanyak (83,3%) tinggi fundus uteri.

Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square menghasilkan

nilai p value = 0,017. Sehingga didapatkan bahwa p < 0,05 yang artinya

Ha diterima atau ada pengaruh antara paritas dengan tinggi fundus uteri

pada post partum.

Menurut teori Farer (2001), Faktor paritas juga memiliki peranan

yang cukup penting. Ibu primipara proses involusi uterus berlangsung

lebih cepat. Sedangkan Semakin banyak jumlah anak maka proses

peregangan otot dan tingkat elastisitasnya akan berkurang

Penelitian Wulandari (2007) tentang Hubungan Inisiasi Menyusu

Dini Terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri Ibu Nifas di Puskesmas

Sidorejo Lorkota Salatiga dari 20 responden diperoleh jumlah responden

yang diberikan IMD dengan paritas primipara dan perubahan involusi

yang dilihat dari TFU dan lochea mayoritas normal berjumlah 17 orang

(85%). Berdasarkan hasil penelitian, responden yang dilakukan IMD

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DESI_LIANA-kti_desi.pdf · Perawatan masa nifas ... dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam ... Menurut hasil

36

dengan paritas primipara didapatkan ada perubahan TFU dan pengeluaran

lochea yang normal dengan p value 0,003.

Peneliti berasumsi bahwa pendapat yang dikemukakan diatas

benar, bahwa paritas juga mempengaruhi terhadap penurunan tinggi

fundus uteri, karena semakin banyak seorang wanita melahirkan maka

semakin lemah kerja atau fungsi reproduksi kembali keelastisitasnya

seperti semula.

3. Pengaruh Usia dengan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post partum

Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 34 responden yang

elastis pada usia ternyata sebanyak (75,9%) tinggi fundus uteri.

Sedangkan dari 9 responden yang tidak elastis pada usia ternyata sebanyak

(88,9%) rendah fundus uteri.

Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square menghasilkan

nilai p value = 0,001 Sehingga didapatkan bahwa p < 0,05 yang artinya Ha

diterima atau ada pengaruh antara usia dengan tinggi fundus uteri pada

post partum.

Menurut teori Farrer (2001), Usia ibu yang relatif muda dimana

individu mencapai satu kondisi vitalitas yang prima sehingga kontraksi

otot dan kembalinya alat-alat kandungan juga semakin cepat karena proses

regenerasi dari sel-sel alat kandungan yang sangat bagus pada usia-usia

tersebut.

Penelitian ini sesuai dengan pernyataan teori (Varney H, 2000)

yang menyebutkan bahwa penurunan tinggi fundus uteri dengan usia pada

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DESI_LIANA-kti_desi.pdf · Perawatan masa nifas ... dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam ... Menurut hasil

37

post partum suatu pengaruh yang baik terhadap proses penyembuhan dan

proses pemulihan kesehtan sebelum hamil. Oleh karena itu sangat penting

pula perhatikan pengawasan terhadap tinggi fundus uteri, ibu yang

paritasnya tinggi proses involusinya lebih lambat karena semakin sering

hamil uterus juga sering kali mengalami regangan. Dalam teori ini juga

dikatakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi involusi uterus adalah

gizi, usia, paritas, menyusui, dan senam nifas. Namun dalam lapangan

involusi uterus juga dipengaruhi faktor pengetahuan, lingkungan, dan

prilaku dimana dalam menunjang untuk mempercepat proses involusi

uterus.

Penelitian Wulandari (2007) tentang Hubungan Inisiasi Menyusui

Dini Terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri Ibu Nifas di Puskesmas

Sidorejo Lorkota Salatiga, dari 20 responden 16 orang (88,9%) usia tidak

elastis tidak mengalami penurunan tinggi fundus uteri yang baik, 4

(11,1%) mengalami penurunan tinggi fundus uteri yang baik. Hasil uji

statistik didapatkan nilai p= value = 0,008 berarti ada pengaruh antara

penurunan TFU terhadap usia.

Peneliti berasumsi bahwa usia sangat erat kaitannya dengan

penurunan tinggi fundus uteri, semakin tua umur seseorang maka semakin

berkurang fungsi reproduksinya yang rata-rata dijumpai pada usia lebih

dari 35 tahun dan telah melahirkan lebih dari satu kali.

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DESI_LIANA-kti_desi.pdf · Perawatan masa nifas ... dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam ... Menurut hasil

38

BAB VI

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Ada Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini dengan Penurunan Tinggi Fundus

Uteri Pada Post Partum Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda

Aceh dengan p value 0,005.

2. Ada Pengaruh Paritas dengan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post

Partum Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dengan p

value 0,017.

3. Ada Pengaruh Usia dengan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post

Partum Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dengan p

value 0,001.

B. Saran

1. Bagi Responden

Bagi ibu agar menjadi pedoman atau masukan bahwa faktor-faktor

Inisiasi Menyusui Dini, Usia, Paritas yang dapat berpengaruh untuk

mempercepat involusio uterus dan penurunan tinggi fundus uteri.

2. Bagi peneliti

Agar dapat menambah pengetahuan tentang Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post Partum.

3. Bagi institusi

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DESI_LIANA-kti_desi.pdf · Perawatan masa nifas ... dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam ... Menurut hasil

39

Dapat menambah kepustakaan atau literatur tentang Faktor-Faktor

Ynag Mempengaruhi Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post Partum

dan bermamfaat bagi penelitiselanjutnya.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DESI_LIANA-kti_desi.pdf · Perawatan masa nifas ... dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam ... Menurut hasil

40

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Bari, S. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan dan Kesehatan Maternal

dan Neonatal. Jakarta; YBPSP.

Ambrawati, R,E., Wulandari, D. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas.

http://scholar.google.co.id/schol. (Diakses tanggal 15-2-2013).

Christina, 2005. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: PUSDIKNAKES.

Cristina, Ibrahim, 2006. Asuhan masa nifas. Bandung: Bina Pustaka

Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, 2011. Profil Kesehatan Aceh. Banda Aceh.

Farrer, H. 2001. Perawatan Maternitas. EGC. Jakarta

Hamizan, 2012. http://askep-net.blogspot.com/2012/09/manfaat-ibu-memberikan-

asi.html. (Diakses tanggal 17-7-2013).

Hanifa, 2005. Ilmu Kebidanan, ED. 3. Jakarta: YBPSP.

Notoadmodjo, S. (2005) Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

Prawirohardjo, S. (2002) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal

dan Neonatal, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

___________, (2006) Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Praborini, A, 2008. Keajaiban Dari ASI. http:///www.koran-Jakarta.com (Diakses

tanggal 18-7-2013).

Purwanto, H. 1994. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Ramali, A. (2003) Kamus Kedokteran, Jakarta.

Roesli, U, 2008. Breast Feeding With Confidence. Jakarta : Alex Media

Komputindo.

Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Selemba Medika.

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/DESI_LIANA-kti_desi.pdf · Perawatan masa nifas ... dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam ... Menurut hasil

41

Sarwono, 2002. Ilmu Kebidanan Edisi 3. Jakarta, YBP.

_______, 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendekia.

Unicef, 2007. Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta : Depkes RI

Verney, Helen. (2000) Buku Ajaran Kebidanan Edisi 2 Volume 1. Jakarta: EGC

, 2004, Buku Ajaran Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC

William, 2009. Obstetri Williams : Panduan Ringkasan, Ed. 21. Jakarta: EGC.

Wulandari, 2007. Hubungan inisiasi mneyusui dini terhadap penurunan tinggi

fundus uteri ibu nifas, Salatiga: KTI