bab i pendahuluan a. latar belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/risti_yurisma-kti.pdf · pada donor...

34
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit TORCH merupakan kelompok infeksi beberapa jenis virus yaitu parasit Toxoplasma gondii, virus Rubella, CMV (Cytomegalo Virus), virus Herpes Simplex (HSV1 HSV2) dan kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya lebih terbatas (misalnya Measles, Varicella, Echovirus, Mumps, Vassinia, Polio dan Coxsackie-B). Penyakit TORCH ini dikenal karena menyebabkan kelainan dan berbagai keluhan yang bisa menyerang siapa saja, mulai anak-anak sampai orang dewasa, baik pria maupun wanita. Bagi ibu yang terinfeksi saat hamil dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan pada bayinya, yaitu cacat fisik dan mental yang beraneka ragam. Infeksi TORCH juga dapat menyerang semua jaringan organ tubuh, termasuk sistem saraf pusat dan perifeir yang mengendalikan fungsi gerak, penglihatan, pendengaran, sistem kadiovaskuler serta metabolisma tubuh (Wordpres, 2012). Di Indonesia, kasus toksoplasmosis pada manusia berkisar antara 43 kasus (88%) sedangkan pada hewan berkisar antara 6 kasus ( 70%). Pada masa lalu, toksoplasmosis dinyatakan hanya dapat mengakibatkan gejala klinis pada individu yang memiliki sistem imun yang lemah . Namun bukti-bukti yang ada dewasa ini memperlihatkan bahwa pada individu yang imunokompeten (sistem imun dapat berespon optimal) juga dapat menunjukkan gejala klinis . Hat ini disebabkan patogenitas Toxoplasma gondii sangat variatif, tergantung klonet atau tipenya. Klonet atau tipe T. gondii terkait dengan struktur populasi klonal

Upload: vothu

Post on 26-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/RISTI_YURISMA-kti.pdf · pada donor darah di Jakarta ... tidak mempunyai risiko toxoplasma terhadap fetus yang ... dalam

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit TORCH merupakan kelompok infeksi beberapa jenis virus

yaitu parasit Toxoplasma gondii, virus Rubella, CMV (Cytomegalo Virus),

virus Herpes Simplex (HSV1 – HSV2) dan kemungkinan oleh virus lain yang

dampak klinisnya lebih terbatas (misalnya Measles, Varicella, Echovirus,

Mumps, Vassinia, Polio dan Coxsackie-B). Penyakit TORCH ini dikenal

karena menyebabkan kelainan dan berbagai keluhan yang bisa menyerang

siapa saja, mulai anak-anak sampai orang dewasa, baik pria maupun wanita.

Bagi ibu yang terinfeksi saat hamil dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan

pada bayinya, yaitu cacat fisik dan mental yang beraneka ragam. Infeksi

TORCH juga dapat menyerang semua jaringan organ tubuh, termasuk sistem

saraf pusat dan perifeir yang mengendalikan fungsi gerak, penglihatan,

pendengaran, sistem kadiovaskuler serta metabolisma tubuh (Wordpres, 2012).

Di Indonesia, kasus toksoplasmosis pada manusia berkisar antara 43

kasus (88%) sedangkan pada hewan berkisar antara 6 kasus ( 70%). Pada masa

lalu, toksoplasmosis dinyatakan hanya dapat mengakibatkan gejala klinis pada

individu yang memiliki sistem imun yang lemah . Namun bukti-bukti yang ada

dewasa ini memperlihatkan bahwa pada individu yang imunokompeten (sistem

imun dapat berespon optimal) juga dapat menunjukkan gejala klinis . Hat ini

disebabkan patogenitas Toxoplasma gondii sangat variatif, tergantung klonet

atau tipenya. Klonet atau tipe T. gondii terkait dengan struktur populasi klonal

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/RISTI_YURISMA-kti.pdf · pada donor darah di Jakarta ... tidak mempunyai risiko toxoplasma terhadap fetus yang ... dalam

2

berdasar homologi dan kekerabatan genetiknya . Masing-masing tipe memiliki

kemampuan merusak, memodulasi sistem imun inang dan kemampuan

menghindar (evasi) dari sistem imun inang yang berbedabeda . Hal tersebut

berdampak pada perbedaan karakter biologis, patogenitas dan

imunopatogenesis serta implikasi klinik dari perbedaan imunopatogenesis yang

akan dibahas pada tulisan ini (Subekti, 2008).

Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis klasik yang dapat

dijumpai hampir di seluruh dunia. Menurut data WHO(word helt

organisation), diketahui sekitar 300 juta orang (0,8%) menderita

toxoplasmosis. Penyakit ini dapat menyerang manusia dan berbagai jenis

mamalia, termasuk hewan kesayangan serta satwa eksotik. Toxoplasmosis juga

memiliki dampak ekonomis yang penting karena dapat menimbulkan gangguan

pertumbuhan dan fertilitas, termasuk abortus. Hingga saat ini, toxoplasmosis

masih banyak menjadi perhatian karena penyakit ini dapat ditularkan dari

hewan ke manusia melalui sista di dalam daging, sayuran, dan buah-buahan,

serta air yang tercemar oosista infektif. “Pada wanita hamil yang mengalami

infeksi primer pada kehamilan trisemester pertama dapat mengakibatkan

keguguran dan juga kelainan pada janin, seperti hidrosefalus, mikrosefalus,

anesefalus, serta bisa mengakibatkan retardasi mental, retinokorioditis, dan

kebutaan,” dan toxoplasmosis dapat juga mengakibatkan cacat seumur hidup,

kematian pada bayi, bahkan menjadi fatal bagi pengidap HIV. Gejala

toxoplasmosis dapat berlangsung selama beberapa minggu hingga akhirnya

berkurang, Tanda-tandanya dapat berupa lesu, sakit kepala, nyeri otot-sendi,

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/RISTI_YURISMA-kti.pdf · pada donor darah di Jakarta ... tidak mempunyai risiko toxoplasma terhadap fetus yang ... dalam

3

disertai demam. Dalam pidato yang berjudul “Biologi Molekuler Toxoplasma

dan Aplikasinya pada Penanggulangan Toxoplasma”, dituturkan Wayan bahwa

penyakit ini terkadang kurang diperhatikan karena gejala klinis yang muncul

mirip dengan penyakit lain, misalnya flu. Kecurigaan terhadap penyakit ini

baru timbul jika gejala klinis diertai dengan pembesaran kelenjar limfe. Karena

tingginya prevalensi penyakit ini di masyarakat, perlu dikembangkan berbagai

upaya diagnosis dini dan pencegahan, baik pada manusia maupun hewan

(Siswanto, 2010)

Berdasarkan data prevalensi toxoplasmosis, sebagian besar penduduk

Indonesia pernah terinfeksi parasit toxoplasma gondii. Pemeriksaan antibodi

pada donor darah di Jakarta memperlihatkan 60% di antaranya mengandung

antibodi terhadap parasit tersebut. Penyebaran toxoplasmosis dapat disebabkan

oleh pola hidup yang kurang higienis, seperti tidak mencuci tangan sebelum

makan dan makan daging setengah matang yang tanpa disadari mengandung

sista. Pemberian obat, seperti sulfonamide dan pyrimethamine, dapat

membunuh toxoplasma pada stadium takizoit. Namun, pengobatan tersebut

tidak efektif pada stadium bradizoit. “Selain itu, obat-obat tersebut bersifat

toksik sehingga tidak disarankan untuk digunakan dalam jangka waktu lama.

Lebih lanjut disampaikannya bahwa pencegahan merupakan faktor utama

dalam mengurangi prevalensi toxoplasma pada manusia. Untuk menghindari

penularan toxoplasma melalui oosit infektif dapat dilakukan dengan beberapa

cara, antara lain, selalu menjaga kebersihan hewan kesayangan (kucing

diketahui sebagai induk semang definitif toxoplasma), tidak memberikan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/RISTI_YURISMA-kti.pdf · pada donor darah di Jakarta ... tidak mempunyai risiko toxoplasma terhadap fetus yang ... dalam

4

daging mentah pada kucing piaraan, dan mencuci buah serta sayur sebelum

dikonsumsi. Sementara itu, untuk mencegah penularan toxoplasma melalui

sista dapat dilakukan dengan mencuci daging sebelum dimasak dan

mengurangi mengonsumsi daging setengah matang. Risiko toxoplasma

individu sangat tergantung pada imunitas seseorang, bahkan sangat bervariasi

sesuai dengan situasi. Salah satu misalnya adalah ibu hamil yang telah imun

sebelum konsepsi, tidak mempunyai risiko toxoplasma terhadap fetus yang

dikandung. Akan tetapi, beberapa individu yang immunocompromise berisiko

bila terjadi reinfeksi toxoplasma. “Oleh sebab itu, pencegahan congenital

toxoplasma dapat dicapai melalui promosi kesehatan dibanding dengan

program screening antenatal,” tutur peraih British Council Research Awards ini

(Kurniawan, 2008).

Parasit ini biasanya menggunakan hewan kucing sebagai inang

utamanya di samping hewan-hewan herbivora, karnivora, omnivora termasuk

mamalia dan burung yang mungkin juga terinfeksi. Secara geografis, umumnya

infeksi terjadi pada daerah beriklim hangat dan jarang-jarang pada beriklim

dingin atau pegunungan. Hasil penelitian Sayoga melaporkan, dari 288 ibu

hamil yang diperiksa, angka kejadian ibu hamil yang di dalam darahnya positif

terinfeksi toxoplasma adalah 14,25%. Dari ibu-ibu yang terinveksi itu

didapatkan, 4 persalinan prematur dan 1 kasus dengan kelainan saat lahir. Hasil

survei kesehatan rumah tangga yang dilakukan Hartono pada 1995 menemukan

angka prevalensi zat anti terhadap toxoplasma pada wanita-wanita hamil

sebesar 60,01%. "Sedangkan jumlah penderita penyakit pada hewan-hewan

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/RISTI_YURISMA-kti.pdf · pada donor darah di Jakarta ... tidak mempunyai risiko toxoplasma terhadap fetus yang ... dalam

5

yang hidupnya dekat dengan manusia dagingnya dikonsumsi manusia

menunjukkan angka prevalensi yang cukup tinggi yakni 15-75 %

(Koesharyono, 2009).

Berdasarkan data yang di dapatkan dari Dinkes Provinsi Aceh jumlah

pasangan Usia subur sebanyak 693.603 orang. Sedangkan data yang di dapat di

Puskesmas Baiturrahman Banda Aceh sebanyak 480 orang pasangan usia

subur yang ada di desa Peuniti. Peneliti juga melakukan survey kepada

pasangan usia subur yang ada di desa peuniti pada tanggal 1 September 2013

yang menyimpulkan bahwa dari 10 orang Pasangan Usia Subur yang di

wawancarai dan memiliki hewan peliharaan dimana 7 orang diantaranya

diketahui sangaat kurang dalam menjaga kebersihan hewan peliharaan dan

kurangnya menjaga kebersihan diri seperti mencuci tangan setelah kontak

dengan hewan peliharaan yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi

toxoplasma sedangkan 3 orang lainnya diketahui menjaga kebersihan hewan

peliharaan dan menjaga kebersihan diri seperti mencuci tangan setelah kontak

dengan hewan peliharaan

Berdasarkan permasalahan di atas peneliti tertarik untuk melihat lebih

jauh “Gambaran Pengetahuan Pasangan Usia Subur Tentang Infeksi

Toxoplasma Gondii Di Desa Peuniti Kecamatan Baiturrahman Banda

Aceh”.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/RISTI_YURISMA-kti.pdf · pada donor darah di Jakarta ... tidak mempunyai risiko toxoplasma terhadap fetus yang ... dalam

6

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah

Gambaran Pengetahuan Pasangan Usia Subur Tentang Infeksi Toxoplasma

Gondii Di Desa Peuniti Kecamatan Baiturrahaman Banda Aceh ?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahuai gambaran pengetahuan pasangan usia subur

tentang infeksi Toxoplasma gondii di desa Peuniti Kecamatan

Baiturrahman Banda Aceh.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan pasangan usia subur tetang infeksi

Toxoplasma gondii di desa Peuniti Kecamatan Baiturrahman Banda

Aceh ditinjau dari penularan.

b. Untuk mengetahui pengetahuan pasangan usia subur tentang infeksi

Toxoplasma gondii di desa Peuniti Kecamatan Baiturrahman Banda

Aceh ditinjau dari pengobatan.

c. Untuk mengetahui pengetahuan pasangan usia subur tentang infeksi

Toxoplasma gondii di desa Peuniti Kecamatan Baiturrahman Banda

Aceh ditinjau dari pencegahan.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/RISTI_YURISMA-kti.pdf · pada donor darah di Jakarta ... tidak mempunyai risiko toxoplasma terhadap fetus yang ... dalam

7

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Untuk mengaplikasikan ilmu yang peneliti dapat selama di

bangku perkuliahan, dalam meneliti gambaran pengetahuan pasangan usia

subur terhadap infeksi Toxoplasma gondii di desa Peuniti Kecamatan

Baiturrahman Banda Aceh.

2. Bagi Tempat Penelitian

Sebagai bahan masukan dan pengetahuan bagi pihak klinik untuk

mengetahui gambaran pengetahuan pasangan usia subur terhadap infeksi

Toxoplasma gondii di desa Peuniti Kecamatan Baiturrahman Banda Aceh.

3. Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai referensi untuk penelitiaan selanjutnya untuk meneliti

mengenai gambaran Sebagai bahan masukan dan pengetahuan bagi pihak

puskesmas untuk mengetahui gambaran pengetahuan pasangan usia subur

terhadap infeksi Toxoplasma gondii di desa Peuniti Kecamatan

Baiturrahman Banda Aceh.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/RISTI_YURISMA-kti.pdf · pada donor darah di Jakarta ... tidak mempunyai risiko toxoplasma terhadap fetus yang ... dalam

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Toxoplasma

1. Defenisi

Toxoplasma gondii adalah suatu protozoa obligat intraselular yang

menginfeksi burung dan beberapa jenis mamalia terutama kucing, di

seluruh dunia. Infeksi toxplasma gondii pada manusia dapat terjadi apabila

mengkonsumsi patogenini dalam bentuk kista (bradozoit) dalam daging

yang telah terinfeksi dan tak dimasak dengan baik, lewat kontak dengan

sel-sel oosit dalam feses kucing/binatang lain yang terinfeksi atau

diperoleh secara kongenital lewat transfer transplasental. Ookista dalam

feses kucing dapat bertahan hingga bertahun-tahun (Juanda,2006).

Imunitas ibu memberikan efek perlindungan terhadap infeksi intra

uterin, oleh karena itu toxoplasmosis kongenital hanya dapat terjadi

apabila infeksi terjadi pada saat kehamilan. Salah satu penelitian

mendapatkan data bahwa 1/3 wanita Amerika Utara telah memperoleh

antibodi yang bersifat protektif sebelum kehamilan, dan angka ini lebih

tinggi pada mereka yang memiliki kucing sebagai binatang peliharaan.

Toksoplasmosis akut diperkirakan terjadidalam 1-5 dari 1000 kehamilan .

Resiko infeksi janin meningkat sesuai usia kehamilan, tetapi secara

keseluruhan mencapai 50% (Dr.I Made Arya,2009).

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/RISTI_YURISMA-kti.pdf · pada donor darah di Jakarta ... tidak mempunyai risiko toxoplasma terhadap fetus yang ... dalam

9

B. Penularan Toxoplasma Gondii

Penularan toxoplasma adalah sebagai berikut, hewan yang terinfeksi

toxoplasma hanya menyebarkan ookista dalam jangka waktu tertentu, yaitu

sekitar 10 hari sejak terinfeksi. Setelah 10 hari jumlah ookista yang disebarkan

biasanya sangat sedikit dan mempunyai resiko penularan yang sangat kecil.

Manusia atau hewan dapat tertular bila menelan kista atau ookista toxoplasma.

Kista atau ookista ini bersifat seperti telur. Telur yang tertelan tersebut akan

menetas dan berkembang di dalam tubuh hewan atau manusia. Kista tersebut

dapat hidup dalam otot (daging) manusia dan berbagai hewan lainnya.

Penularan juga dapat terjadi bila hewan atau manusia tersebut memakan daging

mentah atau daging setengah matang yang mengandung kista toxoplasma.

Kista toxoplasma juga dapat hidup di tanah dalam jangka waktu tertentu (bisa

sampai 18 bulan). Dari tanah ini toxoplasma dapat menyebar melalui hewan,

tumbuh-tumbuhan atau sayuran yang kontak dengan kista tersebut. Dan juga

toxoplasma ditertularkan dari berbagai cara antara lainya sebagai berikut:

1. Tertelannya ookista infektif yang berasal dari kucing

2. Tertelanya kista jaringa atau kelompok takizoid yang terdapat didalam

daging mentah atau pun yang dimasak kurang sempurna.

3. Melalui placenta

4. Kecelakan dilaboratorium karena terkontaminasi melalui luka.

5. Penyuntikan merozid secara tidak sengaja.

6. Tranfusi leukosit penderita toxoplasma (Gandahusada,2006).

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/RISTI_YURISMA-kti.pdf · pada donor darah di Jakarta ... tidak mempunyai risiko toxoplasma terhadap fetus yang ... dalam

10

C. Gejala Toxoplasma Gondii

Gejala yang timbul pada infeksi toksoplasma tidak khas, sehingga

penderita sering tidak menyadari bahwa dirinya telah terkena infeksi. Tetapi

sekali terkena infeksi toksoplasma maka parasit ini akan menetap (persisten)

dalam bentuk kista pada organ tubuh penderita selama siklus hidupnya. Gejala

klinis yang paling sering dijumpai adalah pembesaran kelenjar getah bening

(limfe) dikenal sebagai limfadenopati, yang dapat disertai demam. Kelenjar

limfe di leher adalah yang paling sering terserang. Gejala toksoplasmosis akut

yang lain adalah demam, kaku leher, nyeri otot (myalgia), nyeri sendi

(arthralgia), ruam kulit, gidu (urticaria), hepatosplenomegali atau hepatitis.

Wujud klinis toksoplasmosis yang paling sering pada anak adalah infeksi retina

(korioretinitis), biasanya akan timbul pada usia remaja atau dewasa. Pada anak,

juling merupakan gejala awal dari korioretinitis. Bila makula terkena, maka

penglihatan sentralnya akan terganggu. Pada penderita dengan imunodefisiensi

seperti penderita cacat imun, penderita kanker, penerima cangkok jaringan

yang mendapat pengobatan imunosupresan, dapat timbul gejala ringan sampai

berat susunan saraf pusat seperti ensefalopati, meningoense-falitis, atau lesi

massa otak dan perubahan status mental, nyeri kepala, kelainan fokal serebral

dan kejang-kejang, bahkan pada penderita AIDS seringkali mengakibatkan

kematian. (Zrofikoh, 2008).

Toxoplasma dapat masuk ke dalam tubuh manusia dalam berbagai cara.

Pertama, secara tidak sengaja menelan tinja kucing yang di dalamnya terdapat

telur toxoplasma. Cara ini banyak tidak disadari, misalnya menyentuh mulut

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/RISTI_YURISMA-kti.pdf · pada donor darah di Jakarta ... tidak mempunyai risiko toxoplasma terhadap fetus yang ... dalam

11

dengan tangan yang telah berkontaminasi seperti sehabis berkebun,

membersihkan tempat makan kucing atau barang-barang lain yang sudah

terkontaminasi. Kedua, parasit ini juga dapat masuk jika mengkonsumsi daging

hewan yang telah terkontaminasi dan tidak dimasak secara matang. Bentuk

kista dari parasit ini dapat masuk bersama daging hewan tadi. Ketiga, masuk

lewat air yang telah terkontaminasi. Dan yang jarang, jika Anda menerima

transparansi organ atau transfusi darah dari donor yang telah terkontaminasi.

Jika dalam keadaan sehat, umumnya penyakit ini tidak menimbulkan gejala

apa-apa atau menyerupai sakit influenza biasanya disertai pembesaran kelenjar

getah bening regional yang nyeri. Gejala yang berat mungkin terjadi seperti

kerusakan otak dan mata yang terutama terjadi pada penderita kekurangan

daya tahan tubuh seperti HIV/AIDS atau penyakit keganasan (Dr. I Made

Arya, 2009).

D. Pencegahan Toxoplasma Gondii

Pencegahan toxoplasma gondii itu sendiri dapat dilakukan dengan

berbagai cara seperti :

1. Hindari mengkonsumsi daging mentah atau setengah matang, serta buah

dan sayuran yang belum dicuci.

2. Hindari mengosok mata atau menyentuh muka ketika sedang menyiapkan

makanan.

3. Cuci alas memotong, piring, serta alat memasak lainnya dengan air panas

dan berbusa setelah kontak dengan daging mentah.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/RISTI_YURISMA-kti.pdf · pada donor darah di Jakarta ... tidak mempunyai risiko toxoplasma terhadap fetus yang ... dalam

12

4. Masak air sampai mendidih serta hindari meminum susu yang belum di

pasteurisasi.

5. Sedapat mungkin kendalikan serangga-serangga yang dapat menyebarkan

kotoran kucing seperti, lalat dan kecoak

6. Jika Anda memiliki hewan peliharaan kucing, jangan biarkan Anda

berkeliaran di luar rumah yang memperbesar kemungkinan kontak dengan

toxoplasma.

7. Mintalah anggota keluarga lain untuk membantu Anda membersihkan

kucing Anda termasuk memandikannya, mencuci kandang, tempat

makannya.

8. Beri makan kucing Anda dengan makananan yang sudah dimasak dengan

baik.

9. Lakukan pemeriksaan berkala terhadap kesehatan kucing Anda.

10. Gunakan sarung tangan plastik ketika Anda harus membersihkan kotoran

kucing, sebaiknya dihindari.

11. Cuci tangan sebelum makan dan setelah berkontak dengan daging mentah,

tanah atau kucing.

12. Gunakan sarung tangan plastik jika Anda berkebun terutama jika terdapat

luka pada tangan Anda (Pandu, 2010).

E. Pengobatan Toxoplasma Gondii

Untuk mengendalikan infeksi yang persisten ini, umumnya diperlukan

reaksi imun tubuh yang memadai (adekuat). Penderita toksoplasma dengan

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/RISTI_YURISMA-kti.pdf · pada donor darah di Jakarta ... tidak mempunyai risiko toxoplasma terhadap fetus yang ... dalam

13

sistem imun yang normal tidak memerlukan pengobatan, kecuali ada gejala-

gejala yang berat atau berkelanjutan. Toksoplasmosis pada penderita

imunodefisiensi harus diobati karena dapat mengakibatkan kematian.

Toksoplasmosis pada ibu hamil perlu diobati untuk menghindari

toksoplasmosis bawaan pada bayi. Obat-obat yang dapat digunakan untuk ibu

hamil adalah spiramisin 3 gram/hari yang terbagi dalam 3-4 dosis tanpa

memandang umur kehamilan, atau bilamana mengharuskan maka dapat

diberikan dalam bentuk kombinasi pirimetamin dan sulfadiazin setelah umur

kehamilan di atas 16 minggu (Sasmita, 2007).

Lebih lanjut disampaikannya bahwa pencegahan merupakan faktor

utama dalam mengurangi prevalensi toxoplasmosis pada manusia. Untuk

menghindari penularan toxoplasma melalui oosit infektif dapat dilakukan

dengan beberapa cara, antara lain, selalu menjaga kebersihan hewan

kesayangan (kucing diketahui sebagai induk semang definitif toxoplasma),

tidak memberikan daging mentah pada kucing piaraan, dan mencuci buah serta

sayur sebelum dikonsumsi. Sementara itu, untuk mencegah penularan

toxoplasma melalui sista dapat dilakukan dengan mencuci daging sebelum

dimasak dan mengurangi mengonsumsi daging setengah matang (Rilis, 2008).

F. Pemeriksaan Toxoplasma Gondii

Diagnosis penyakit toksoplasma umumnya ditegakkan karena adanya

kecenderungan yang mengarah pada penyakit tersebut, antara lain adanya

riwayat:

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/RISTI_YURISMA-kti.pdf · pada donor darah di Jakarta ... tidak mempunyai risiko toxoplasma terhadap fetus yang ... dalam

14

1. Infertilitas, abortus, lahir mati, kelainan bawaan.

2. Memelihara binatang piaraan berbulu, misalnya kucing

Pemeriksaan yang digunakan saat ini untuk mendiagnosis toxoplasma

adalah pemeriksaan serologis, dengan memeriksa zat anti (antibodi) IgG dan

IgM Toxsoplasma gondii. Antibodi IgM dibentuk pada masa infeksi akut (5

hari setelah infeksi), titernya meningkat dengan cepat (80 sampai 1000 atau

lebih) dan akan mereda dalam waktu relatif singkat (beberapa minggu atau

bulan). Antibodi IgG dibentuk lebih kemudian (1-2 minggu setelah infeksi),

yang akan meningkat titernya dalam 6-8 minggu, kemudian menurun dan dapat

bertahan dalam waktu cukup lama, berbulan-bulan bahkan lebih dari setahun.

Oleh karena itu, temuan antibodi IgG dianggap sebagai infeksi yang sudah

lama, sedangkan adanya antibodi IgM berarti infeksi yang baru atau

pengaktifan kembali infeksi lama (reaktivasi), dan berisiko bayi terkena

toksoplasmosis bawaan. Berapa tingginya kadar antibodi tersebut untuk

menyatakan seseorang sudah terinfeksi toxoplasma sangatlah beragam,

bergantung pada cara peneraan yang dipakai dan kendali mutu dan batasan

baku masing-masing laboratorium. Salah satu contoh yang dapat dikemukakan

adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Teguh Wahyu S dkk. (1998), yang

menyatakan seorang ibu yang tergolong positif bilamana titer IgGnya 2.949

IU/mL atau IgM 0.5 IU/mL, sedangkan tergolong negatif bilamana titer IgG <

2.0 IU/mL atau IgM < 0.5 IU/ml (Zrofikoh, 2008).

Tidak semua ibu hamil yang terinfeksi toxsoplasma akan menularkan

toxoplasma bawaan pada bayinya. Bilamana dalam pemeriksaan ibu sebelum

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/RISTI_YURISMA-kti.pdf · pada donor darah di Jakarta ... tidak mempunyai risiko toxoplasma terhadap fetus yang ... dalam

15

hamil menunjukkan IgG positif terhadap toksoplasma, berarti ibu tersebut

terinfeksi sudah lama, tetapi bukan berarti bahwa 100% bayinya akan bebas

dari toxoplasma bawaan. Apabila pemeriksaan serologis baru dilakukan pada

saat hamil, maka :

a. bila IgG (+) dan IgM (-); dianggap sebagai infeksi lama dan risiko janinnya

terinfeksi cukup rendah sehingga ada sebagian pakar yang berpendapat tidak

perlu diobati, kecuali jika pasien itu mengidap gangguan kekebalan.

b. bila IgG (+) dan IgM (+); uji perlu diulang lagi 3 minggu kemudian.

Bilamana titer IgG tidak meningkat maka dianggap infeksi terjadi sebelum

kehamilan dan risiko untuk janinnya cukup rendah, sedangkan jika titer IgG

meningkat 4 kali lipat dan IgM tetap positif maka ini berarti bahwa telah

terjadi infeksi baru dan janin sangat berisiko mengalami toxoplasma bawaan

atau terjadi keguguran.

c. bila IgG (-) dan IgM (-); bukan berarti terbebas dari toksoplasmosis bawaan,

justru pada ibu ini pemeriksaan harus diulang setiap 2-3 bulan untuk

menasah serokonversi (perubahan negatif menjadi positif).

d. Bilamana pada ibu hamil ditemukan IgM (+) maka pengobatan sudah pasti

harus diberikan dan pemeriksaan ultrasonografi dilakukan berulang kali

untuk menen-tukan adanya kelainan janin.

e. Ultrasonografi serial setiap 3 minggu dilakukan untuk menentukan adanya

kelainan, misalnya: asites, pembesaran rongga otak (ventrikulomegali)

(V/H), pemesaran hati (hepatomegali), perkapuran (kalsifikasi) otak. Bila

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/RISTI_YURISMA-kti.pdf · pada donor darah di Jakarta ... tidak mempunyai risiko toxoplasma terhadap fetus yang ... dalam

16

pada janin terdapat kelainan maka perlu dipertimbangkan untuk peng-

akhiran (terminasi) kehamilan.

f. Bila mungkin, dilakukan pengambilan darah janin pada kehamilan 20-32

minggu untuk pembiakan parasit (inokulasi) pada mencit. Bila inokulasi

memberikan hasil positif maka perlu dipertimbangkan untuk pengakhiran

kehamilan.

g. Setelah bayi lahir perlu dilakukan pemeriksaan lengkap terhadap bayi,

antara lain: pengambilan darah talipusat ketika bayi baru saja lahir untuk

pemeriksaan serologis antibodi janin atau isolasi T. gondiii, pemeriksaan

titik-cahaya mata (funduskopi), dan USG atau foto rontgen

tengkorak.Diagnosis toxoplasma bawaan pada bayi lebih sukar ditetapkan

karena gejala klinis dari infeksi toksoplasma bawaan sangat beraneka ragam

dan seringkali subklinis (tidak terlihat) pada neonatus. Oleh karena itu perlu

dilakukan juga pemeriksaan serologis pada neonatus, terutama bilamana

diketahui ibunya terinfeksi selama kehamilan. Antibodi IgG dapat

menembus plasenta, sedangkan antibodi IgM tidak dapat menembus

plasenta. Dengan demikian, apabila pada darah bayi ditemukan antibodi IgG

mungkin hanya merupakan pindahan (transfer) IgG ibu, dan lambat-laun

akan habis. Pada usia 2-3 bulan, bayi sudah dapat membentuk antibodi IgG

sendiri, bilamana bayi terinfeksi toksoplasma bawaan maka konsentrasi

IgGnya akan mulai meningkat lagi setelah IgG yang diperoleh dari ibunya

habis. Tetapi jika ditemukan antibodi IgM, maka ini menunjukkan infeksi

nyata pada bayi (toxoplasma bawaan) (Zrofikoh, 2008).

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/RISTI_YURISMA-kti.pdf · pada donor darah di Jakarta ... tidak mempunyai risiko toxoplasma terhadap fetus yang ... dalam

17

G. Pasangan Usia Subur (PUS)

Suami isteri yang isterinya berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun

dan masih haid atau pasangan suami isteri yang isteri berumur kurang dari 15

tahun dan sudah haid atau isteri sudah berumur 50 tahun, tetapi masih haid

(Depkes RI, 2003).

H. Pegetahuan Pasangan Usia Subur(PUS) Tentang Toxoplasma Gondii

1. Defenisi

Pengetahuan adalah merupakan hasil (tahu) dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba (Notoatmojo, 2005).

Pengetahuan adalah kepercayaan yang benar, pengetahuan juga

adalah hasil atau apa yang diketahui atau hasil pekerjaan. Pekerjaan yaitu

hasil dari kenal, sadar,insaf, mengerti dan pandai (bachtiar, 2004).

1. Cara memperoleh pengetahuan

Dari berbagai macam cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan

sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian

(Notoatmojo, 2005).

a. Cara Tradisional

Dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum

ditemukanya metode ilmiah yaitu:

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/RISTI_YURISMA-kti.pdf · pada donor darah di Jakarta ... tidak mempunyai risiko toxoplasma terhadap fetus yang ... dalam

18

1. Cara coba salah (Trial And Error)

Cara coba-coba yang dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan dalam memecahkan suatu masalah dan apabila

kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan lain.

2. Cara kekuasaan atau Otoritas

Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau

kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintah,otoritas pemimpin

agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.

3. Berdasarkan pengalaman pribadi

Cara ini dilakukan dengan cara mengulang kembali dengan

pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah ini

yang dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang

sama dapat pula dilakukan dengan cara yang sama.

4. Melalui jalan pikiran

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah

menggunakan penalaranya atau jalan pikiranya

5. Cara Modern

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan ini

mode sistematis, logis dan ilmiah.cara ini disebut dengan

“metode penelitian ilmiah” atau lebih popular disebut metode

penelitian (Research Methodelogi) yang mengembangkamn

metode berpikir induktif dengan mengadakan pengamatan

langsung terhadap gejala alam atau kemasyarakatan.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/RISTI_YURISMA-kti.pdf · pada donor darah di Jakarta ... tidak mempunyai risiko toxoplasma terhadap fetus yang ... dalam

19

Kemudian hasil pengamatan tersebut dikumpulkan dan di

klasifikasikan, dan akhirnya diambil kesimpulan umum

(Notoatmojo, 2005).

b. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6

tingkat (Notoatmojo, 2005).

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di

pelajari sebelunya

2. Memahami (Komprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

meteri yang tela dipelajari pada situasi atau kondisi rill atau

sebenarna.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan suatu untuk menjabarkan

materi suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih

di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada

kaitanya satu sama lainnya.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/RISTI_YURISMA-kti.pdf · pada donor darah di Jakarta ... tidak mempunyai risiko toxoplasma terhadap fetus yang ... dalam

20

5. Sintesis (Syenthesis) Sintesis menunjuk kepada kemampua

untuk meletakkan atau kemampuan atau menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2. Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara kuesioner

atau pertanyaan-pertanyaan yang mencakup tentang pengetahuan

ibu hamil dengan toxoplasma di nilai seberapa luas kedalaman

pengeahuan ibu hamil entang toxoplasma dapat kita ketahui atau

kita ukur melalui persentase yang dihasilkan oleh responden

(Notoatmojo, 2005).

Pengetahuan baik : Bila> 75 % jika jawaban benar

Pengetahuan cukup : Bila 60-75% jika jawaban benar

Pengetahuan rendah : Bila < 60% jika jawaban benar

I. Kerangka Teoritis

Menurut Notoadmojo, (2005) yang mempengaruhi pengetahuan.

Gambar 1. Kerangka Teori

- Penularan

- Pencegahan

- Pengobatan

Penegtahuan Pasangan Usia

Subur Tentang Infeksi

Toxoplasma

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/RISTI_YURISMA-kti.pdf · pada donor darah di Jakarta ... tidak mempunyai risiko toxoplasma terhadap fetus yang ... dalam

21

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Menurut Kurniawan (2008) resiko infeksi Toxoplasma gondii sangat

tergantung pada imunitas seseorang, bahkan sangat bervariasi sesuai dengan

situais. Salah satu misalnya ibu hamil yang telah imun sebelum konsepsi,

tidak mempunyai resiko infeksi Toxoplasma gondii terhadap fetus yang di

kandung.

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan

antara konsep-konsep yang lain diamati atau diukur melalui penelitian-

penelitian yang akan dilakukan (Notoadmojo,2002).

Berdasarkan uraian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini

adalah seperti gambar dibawah ini :

Gambar 2. Kerangka Konsep

Input

PUS

Proses pengetahuan

tentang :

- Penularan

Toxoplasma

- Pencegahan

Toxoplasma

- Pengobatan

Toxoplasma

Output

- Baik

- Cukup

- Kurang

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/RISTI_YURISMA-kti.pdf · pada donor darah di Jakarta ... tidak mempunyai risiko toxoplasma terhadap fetus yang ... dalam

22

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasianal Cara Ukur Alat Ukur Hasil ukur Skala

Ukur

1

Penularan

Toxoplasma

gondii

Sesuuatu yang di sebabkan

karena adanya faktor

penyabab

Penyebaran

kuesioner

dengan kriteria :

-Baik,Bila >

75% - 100%

-Cukup, Bila

60%-75%

-Kurang, Bila <

60%

Kuesioner -Baik

-Cukup

- Kurang

Ordinal

2 Pencegahan

toxoplasma

gondii

Tindakan yang dilakukan

untuk mencegah atau

mengurangi terjadinya

resiko infeksi dan penularan

penyakit

Penyebaran

kuesioner

dengan kriteria :

-Baik,Bila >

75% - 100%

-Cukup, Bila

60%-75%

-Kurang, Bila <

60%

Kuesioner -Baik

-Cukup

- Kurang

Ordinal

3 Pengobatan

Toxoplasma

gondii

Suatu proses, pembuatan

atau suatu cara mengobati

seseorang

Penyebaran

kuesioner

dengan kriteria :

-Baik,Bila >

75% - 100%

-Cukup, Bila

60%-75%

-Kurang, Bila <

60%

Kuesioner -Baik

-Cukup

- Kurang

Ordinal

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/RISTI_YURISMA-kti.pdf · pada donor darah di Jakarta ... tidak mempunyai risiko toxoplasma terhadap fetus yang ... dalam

23

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan Cross Sectional

(variabel dependen dan independen diukur dalam waktu yang sama) yaitu

untuk melihat Gambaran Pengetahuan Pasangan Usia Subur Tentang Infeksi

Toxoplasma Gondii di Desa Peuniti Kecamatan Baiturrahman Banda Aceh.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasangan usia subur

yang ada di Desa Peuniti Kecamatan Baiturrahman Banda Aceh dengan

jumlah populasi sebanyak 480 orang.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah Pasangan Usia Subur yang

ada di desa Peuniti kecamatan Baiturrahman dengan jumlah sampel

berjumlah 30 orang, pengambilan sampel dengan menggunakan teknik

Probability Sampling yaitu pengambilan sampel secara acak dengan

kriteria sebagai berikut :

a. Suami isteri yang isterinya berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun

dan masih haid atau pasangan suami isteri yang isteri berumur kurang

dari 15 tahun dan sudah haid atau isteri sudah berumur 50 tahun, tetapi

masih haid.

b. Pasangan Usia Subur yang berdomisili di desa peuniti

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/RISTI_YURISMA-kti.pdf · pada donor darah di Jakarta ... tidak mempunyai risiko toxoplasma terhadap fetus yang ... dalam

24

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilakukan di desa Peuniti Kecamatan

Baiturrahman Banda Aceh.

2. Waktu

Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 7-9 September 2013.

D. Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang langsung diperoleh atau di kumpulkan

langsung melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah

disediakandan disusun sebelumnya.

2. Data Skunder

Data skunder yaitu data penunjang yang didapat dari laporan

puskesmas baiturrahman banda aceh.

E. Intrumen Penelitian

Adapun instrumen yang digukan dalam penelitian ini adalah kuesioner

yang berisikan 20 pertanyaaan. Tentang 7 pertanyaan pengetahuan tentang

penularan, 8 pertanyaan pengetahuan tentang pencegahan, 5 pertanyaan

pengetahuan tentang pengobatan.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/RISTI_YURISMA-kti.pdf · pada donor darah di Jakarta ... tidak mempunyai risiko toxoplasma terhadap fetus yang ... dalam

25

F. Pengolahan Data

1. Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Editing, yaitu memeriksa kembali segala kesalahan dalam pengambilan

data dan pengisian data.

b. Coding, yaitu pengolahan data dengan cara memberi kode pada setiap

jawaban dari responden.

c. Transferring, yaitu memindahkan data dalam bentuk tabel.

d. Tabulating, yaitu data yang telah dikumpulkan ditabukasi dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi.

2. Analisa Data

Analisa data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah analisa data

univariat. Analisa yang di gunakan untuk menjabarkan secara deskriptif

untuk melihat distribusi frekuensi variabel yang di teliti baik variabel

dependen maupun variabel independen.

Data didapat dari pengisian kuisioner, di analisa secara persentase ke

dalam bentuk tabel distribusi menggunakan rumus (Budiarto, 2002), yaitu

sebagai berikut:

P

x 100 %

Keterangan :

P : Persentase

f : Frekuensi Teramati

n : Jumlah responden yang menjadi sampel

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/RISTI_YURISMA-kti.pdf · pada donor darah di Jakarta ... tidak mempunyai risiko toxoplasma terhadap fetus yang ... dalam

26

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Desa Peuniti berada di kecamatan Baiturrahman Banda Aceh,

yang terletak di antara Desa Ateuk Pahlawan, Labuie, Neusu Aceh, dan

Simpang lima (Peunayong).Ditinjau dari segi geografisnya Desa Peuniti

Kecamata Baiturrahman Banda Aceh di batasi oleh :

a. Sebelah barat berbatasan dengan Labuie

b. Sebelah utara berbatasan dengan Simpang Lima

c. Sebelah timur berbatasan dengan Neusu Aceh

d. Sebelah selatan berbatasan dengan Ateuk Pahlawan

2. Pelaksanaan Penelitian

Pengumpulan data penelitian di laksanakan dari tanggal 07 s/d

09 September 2013 di Desa Peuniti Kecamatan Baiturrahman Banda

Aceh. Jumlah sampel yang di dapat sebagai responde yaitu 30 orang.

Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Probability

Sampling yaitu pengambilan sampel pengambilan sampel secara acak

sedehana . Untuk mengukur Pengetahuan Pasangan Usia Subur Tentang

Infeksi Toxoplasma dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 20

pertanyaan, untuk mengukur pengetahuan tentang penularan toxoplasma

gondii menggunakan kuesioner yang terdiri dari 7 pertanyaan, untuk

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/RISTI_YURISMA-kti.pdf · pada donor darah di Jakarta ... tidak mempunyai risiko toxoplasma terhadap fetus yang ... dalam

27

mengukur pengetahuan tentang pencegahan toxoplasma gondii

menggunakan kuesioner yang terdiri dari 8 pertanyaan, untuk mengukur

pengetahuan tentang pengobatan toxoplasma gondii menggunakan

kuesioner yang terdiri dari 5 pertanyaan.

3. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari

pengetahuan Pasangan Usia Subur tentang penularan, pencengahan, dan

pengobatan infeksi toxoplasma gondii.

a. Penularan Toxoplasma gondii

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pasangan Usia Subur Tentang

Pencegahan, Penularan, Pengobatan Infeksi Toxoplasma

Gondii Desa Peuniti Kecamatan Baiturrahman

Banda Aceh Tahun 2013

No. Pengetahuan Frekuensi Persentase

1 Baik 0 0

2 Cukup 7 23,3

3 Kurang 23 76,7

Jumlah 30 100

Sumber: Data Primer (Diolah Tahun 2013)

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 30 responden pada

umumnya pengetahuan pasangan usia subur tentang penularan

infeksi toxoplasma gondii kurang yaitu sebanyak 23 responden

(76,7%).

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/RISTI_YURISMA-kti.pdf · pada donor darah di Jakarta ... tidak mempunyai risiko toxoplasma terhadap fetus yang ... dalam

28

B. PEMBAHASAN

1. Penularan, Pencegahan dan Pengobatan Tentang Infeksi Toxoplasma

Gondii

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 orang responden.

Pada umumnya pengetahuan responden terhadap penularan infeksi

toxoplasma gondii yaitu sebanyak 23 orang (76,7%).

Menurut para ahli mengatakan bahwa Manusia dapat tertular

Toxoplasmosis dari makanan daging yang kurang matang. Manusia juga

dapat tertular Toxoplasmosis karena menyentuh kotoran kucing.

Sebenarnya, tidak semua kucing bisa menjadi biang penyakit

Toxoplasmosis. Kucing yang berpotensi menularkan Toxoplasma

hanyalah kucing yang menderita Toxoplasma, dan ini biasanya diderita

oleh kucing-kucing liar, yang tidak terawat. Bukan hanya kucing saja yang

bisa menularkan Toxoplasmosis, tetapi semua hewan. Terutama hewan

yang memakan daging mentah yang telah tertular Toxoplasma.

Pencegahan Kucing merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi timbulnya toksoplasmosis, karena kucing mengeluarkan

berjuta juta ookista dalam tinjanya, yang dapat bertahan sampai satu tahun

di dalam tanah yang teduh dan lembab. Untuk mencegah hal ini, maka

dapat di jaga terjadinya infeksi pada kucing, yaitu dengan memberi

makanan yang matang sehingga kucing tidak berburu tikus atau burung.

Bila kucing diberikan monensin 200 mg/kg melalui makanannya, maka

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/RISTI_YURISMA-kti.pdf · pada donor darah di Jakarta ... tidak mempunyai risiko toxoplasma terhadap fetus yang ... dalam

29

kucing tersebut tidak akan mengeluarkan ookista bersama tinjanya, tetapi

ini hanya dapat digunakan untuk kucing peliharaan Frenkel (2008).

Penderita toksoplasma dengan sistem imun yang normal tidak

memerlukan pengobatan, kecuali ada gejala-gejala yang berat atau

berkelanjutan. Toksoplasmosis pada penderita imunodefisiensi harus

diobati karena dapat mengakibatkan kematian. Toksoplasmosis pada ibu

hamil perlu diobati untuk menghindari toksoplasmosis bawaan pada bayi.

Obat-obat yang dapat digunakan untuk ibu hamil adalah spiramisin 3

gram/hari yang terbagi dalam 3-4 dosis tanpa memandang umur

kehamilan, atau bilamana mengharuskan maka dapat diberikan dalam

bentuk kombinasi pirimetamin dan sulfadiazin setelah umur kehamilan di

atas 16 minggu (Sasmita, 2007).

Menurut hasil penelitian dari Lasmawati (2010) dengan judul “

gambaran penularan toxoplasma gondii terhadap manusia” mengatakan

bahwa Penularan penyakit Toxoplasmosis tidak hanya menyerang pada

wanita saja pria pun bisa terkena penyakit ini. Toxoplasma pada pria yang

cukup banyak menyerang pada pasangan usia subur (15-49 tahun).

Menurut hasil pelitian dari Elissa (2006) dengan judul “Hubungan

sebab akibat antara infeksi Toxoplasma, yang menyebabkan abortus,

kelahiran mati dan kelahiran anak cacat kongenital” hasil penelitian

ditemukan bahwa adanya hubungan infeksi toxoplasma dengan kelahiran

cacat sebanyak 24 ( 68,3%) dengan nilai P = 0,002.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/RISTI_YURISMA-kti.pdf · pada donor darah di Jakarta ... tidak mempunyai risiko toxoplasma terhadap fetus yang ... dalam

30

Menurut hasil penelitian dari Merry (2008) dengan judul

“Gambaran pengobatan infeksi toxoplasma gondii” mengatakan bahwa

Pengobatan penyakit Toxoplasmosis bila tidak di lakukan pengobatan

secara baik maka akan bisa menyebabkan penularan kepada orang lain.

Berdasarkan hasil penelitian, teori dan literatur diatas maka

peniliti berasumsi bahwa pengetahuan yang kurang pada pasangan usia

subur baik pada pencegahan, penularan, dan pengobatan tentang infeksi

toxoplasma gondii di sebabkan oleh beberapa faktor yaitu rendahnya

pendidikan PUS di desa peuniti di mana mayoritas PUS dengan

pendidikan terakhir adalah SMA

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/RISTI_YURISMA-kti.pdf · pada donor darah di Jakarta ... tidak mempunyai risiko toxoplasma terhadap fetus yang ... dalam

31

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Gambaran Pengetahuan Pasangan

Usia Subur Tentang Infeksi Toxoplasma Di Desa Peuniti Kecamatan

Baiturrahman Banda Aceh, maka peneliti dapat menyimpulkan sebagai

berikut :

1. Pengetahuan Pasangan Usia Subur tentang penularan, pencegahan,

pengobatan infeksi toxoplasma gondii termasuk dalam kategori kurang

yaitu sebanyak 23 orang (76,7%) di sebabkan oleh beberapa faktor yaitu

rendahnya pendidikan PUS di desa peuniti mana mayoritas PUS dengan

pendidikan terakhir adalah SMA.

B. Saran

1. Bagi Instituti Pendidikan

Di harapkan dari penelitian ini dapat di jadikan bahan acuan yang

dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa

2. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan bagi tempat penelitian semoga dapat menjadi

massukan untuk kedepannya

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/RISTI_YURISMA-kti.pdf · pada donor darah di Jakarta ... tidak mempunyai risiko toxoplasma terhadap fetus yang ... dalam

32

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lanjutan

dengan metode penelitian yang lebih baik dan menggunakan variabel

yang lain.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/RISTI_YURISMA-kti.pdf · pada donor darah di Jakarta ... tidak mempunyai risiko toxoplasma terhadap fetus yang ... dalam

33

DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, (2002). Biostatistik umtuk kedokteran dan kesehatan masyarakat.

Jakarta: EGC

Daffos F, dkk. (2001). prenatal manajement of pregnancies at risk for

congenitalt toxoplasmosis. MOGI Supl.

Depkes RI. (2003). Sistim Kesehatan Nasional, Jakarta, Departemen Kesehan

Republik Indonesia.

Dharmana, (2007) , Toxoplasma gondii, Musuh Dalam Selimut:Semarang

Kakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Elissa, (2006). Hubungan Sebab Akibat Antara Infeksi Toxoplasma Yang

Menyebabkan Abortus, Kelahiran Mati Dan Kelahiran Anak Cacat

Congenital : Surabaya.

Gandahusada, (2006). Diagnosis prenatal toksoplasmosis kongenital dan

pencegahannya, Jakarta, Kedokteran Indonesia.

Juanda, (2006). Akibat dan Solusi infeksi TORCH, Solo,Wangsa Jatra Lestari

Lasmawati, (2010). Gambaran penularan toxoplasma gondii terhadap manusia

: Jakarta : KTI

Merry, (2008). Pengobatan Penyakit Toxoplasma : Jakarta: KTI

Notoadmojo, S.( 2005). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta,

Rineka Cipta.

Pandu, (2010). Pencegahan Toxoplasma Gondii, 2010 http://thatycayang.blogspot.com/2013/04/makalah-pencegahan

toxoplasma-gondii-menyebabkan.Akses 24-8-2013

, (2010). Pemeriksaan dan pengobatan Toxoplasma gondii, Jakarta,

Rineka Cipta

Rilis, (2008). Toxoplasma gondii pada manusia dan diagnosisnya . Surabaya

:FK UNAIR

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/RISTI_YURISMA-kti.pdf · pada donor darah di Jakarta ... tidak mempunyai risiko toxoplasma terhadap fetus yang ... dalam

34

Sasmita, (2007). Mikrobiologi untuk profesi kesehatan , Jakarta : EGC

Srissi, (2008). Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Dengan Kejadian

Toxoplasma Di Rumah Sakit Ciptomangun Kusumo : Jakarta

Ummi S, (2008). Aspek Imunologik dan Laboratorik Infeksi TORCH.

Semarang, Temu IlmiahPOGI Cabang.

Zrofikoh, (2008). Dasar Biologis & Klinis Penyakit Infeksi.Yogyakarta, Gajah

Mada University Press.