final powerpoint abrar pulmo
DESCRIPTION
asmaTRANSCRIPT
ASMA BRONKIAL DISERTAI RINITIS ALERGI
Presented by : Muhammad Abrar Azhar Pembimbing : dr. Teuku Zulfikar, Sp.P(K)
CASE REPORT
SMF/BAGIAN PULMONOLOGI UNIVERSITAS SYIAH KUALA/RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH2015
PENDAHULUAN
Definisi
Etiologi
A S M A
Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor antara lain alergen, virus, iritan yang dapat menginduksi respons inflamasi akut
Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas yang ditandai oleh obstruksi saluran napas yang terjadi intermitten, hiperresponsif saluran napas, aktivasi sel-sel inflamasi, pelepasan mediator inflamasi dan terjadi airway remodeling
Prevalensi
Gejala Klinis
Pada tahun 1992, asma, bronkitis kronik dan emfisema menjadi penyebab kematian(mortaliti) ke-4 di Indonesia atau sebesar 5,6 %. Tahun 1995, prevalensi asma di seluruhIndonesia sebesar 13/ 1000
A S M A (2)
Adanya gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari
Definisi
Etiologi
Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta terjadi pelepasan suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulang dengan alergen spesifik tersebut
RINITIS ALERGI
Paparan alergen, dapat berupa serbuksari (pollen), spora jamur, bulu binatang, kecoa, tikus, tungau, kasur kapuk, selimut, karpet, sofa, spora jamur, debris dari serangga atau tungau rumah. Alergi makanan jarang menjadi penyebab yang penting.
RINITIS ALERGI
Prevalensi
Gejala Klinis
Prevalensi rhinitis alergi berkisar 4 – 40% dari populasi dunia dan cenderung terus meningkatUSA : 9% dewasa dan 10 % anak-anak (2002)
RINITIS ALERGI (2)
Menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun 2001, gejala rinitis alergi antara lain bersin-bersin, hidung meler (rinore), mata berair, kuping, hidung, dan tenggorokan terasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Nn. AN• Jenis Kelamin : Perempuan• Umur : 18 tahun• Alamat : Padang, Sumatera Barat• No. CM : 0-59-92-29• Tanggal Masuk : 3 Agustus 2009• Tanggal Pemeriksaan : 3 Agustus 2009
Pasien datang ke RSUP. Dr. M. Djamil, Padang, dengan keluhan pilek. Pilek dirasakan terus menerus sejak 1 bulan SMRS. Cairan dari hidung berwarna putih bening dan encer, pasien merasakan hidung tersumbat. Keluhan timbul terutama bila terhirup debu. Sebelum timbul, biasanya disertai bersin yang lebih dari 5 kali tiap serangan. Bersin dirasakan terutama pada pagi hari. Kadang-kadang timbul sesak nafas yang disertai batuk.
ANAMNESIS
Keluhan Utama
• Pilek
RPS
RPDKeluhan sesak nafas
dengan suara nafas yang menciut disertai batuk
timbul sejak usia 5 tahun, timbul bila kontak dengan debu, udara dingin, udara
yang pengap, makan coklat atau setelah minum es. Sesak napas diasanya
diawali oleh batuk.RPO
Pasien mendapatkan Fenoterol HBr spray dan Salbutamol dari
Dokter.
RPKAyah pasien seorang
penderita asma.
GCS 15, 120/70 mmhg
88 kali /menit
20 kali/ menit 36,6° C
VITAL SIGN
THTTelinga : Tidak ditemukan kelainanHidung :
• Cavum nasi kiri dan kanan sempit• Konka media dan inferior kiri dan kanan edema dan livid• Septum terdapat spina• Sekret terlihat di meatus inferior kiri dan kanan, encer dan bening
Tenggorok : Tidak ditemukan kelainanThoraks
I : Simetris, retraksi intercostal (-/-), jejas (-)P : SF kiri = SF kanan, krepitasi (-/-)P : sonor (+/+)A : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan Darah (8/8/09) Hasil Nilai normal
Hemoglobin 12.8 9.0 – 14.0 gr/dL
Hematokrit 39 53 – 63 %
Leukosit 7,5 5.0 – 19.0 x 103/mm3
Trombosit 322 150 – 450 x 103/mm3
Hitung Jenis
Eosinofil 4 0 – 3 %
Basofil 0 0 -2 %
Netrofil segmen 55 50 – 70 %
Limfosit 36 20 – 40 %
Monosit 4 2 – 8 %
Hasil tes cukit kulit:
Positif terhadap 3 jenis tungau debu rumah, kecoa, bulu anjing, coklat dan kacang.
Positif terhadap es
(8 Agustus 2009)
PEMERIKSAAN SPIROMETRI
Hasil pemeriksaan spirometri: •PEF 78% (normal)•Perbandingan FEV1/FVC didapatkan 91% (normal)Kesan: Asma persisten ringan dengan normal spirometri
DIAGNOSA
Asma Persisten Ringan + Rinitis Alergi Persisten Sedang Berat
• Salbutamol (K/P)• Fenoterol Hbr Spray (2x1)• Mometasone furoate nasal spray 1x1 spray• Loratadine 5 mg + Pseudoefedrin 60 mg (Antihistamin oral dengan dekongestan)
TERAPI
PROGNOSIS
• Quo ad vitam : dubia ad bonam• Quo ad functionam : dubia ad bonam• Quo Sanactionam : dubia ad bonam
ANALISA KASUS
K a s u s P e m b a h a s a n
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang didapat, pasien didiagnosis dengan rinitis alergi persisten sedang berat.
• Dari anamnesis didapatkan pilek dan bersin-bersin terus menerus timbul tiap pagi hari serta malam hari disertai ingus encer warna putih bening. Bersin terjadi lebih dari 5 kali disertai hidung tersumbat. Riwayat asma (+) pada ayah pasien.
K a s u s P e m b a h a s a n
Pasien termasuk kelompok rinitis alergi sedang berat
• Karena pada pasien terdapat gangguan aktifitas dan gangguan tidur di malam hari akibat sering bersin dan hidung berair serta hidung tersumbat yang dideritanya. Hal ini sesuai dengan klasifikasi rinitis alergi menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma)
K a s u s P e m b a h a s a n
Dari pemeriksaan fisik didapatkan konka media dan inferior edema dan livid, sekret mukoid yang bening
• hal ini merupakan gambaran klasik dari rinitis alergi sesuai dengan kepustakaan dari Nguyen, Krouse dan Fornadley
K a s u s P e m b a h a s a n
Tes kulit cukit dilakukan 6 hari setelah pasien datang ke Rumah Sakit
• Hal ini dilakukan karena saat itu pasien masih mengkonsumsi obat antihistamin oral yaitu chlortrimethone (CTM). Sesuai dengan kepustakaan dari Krouse, bahwa tes kulit cukit dapat dilakukan setelah pasien bebas dari pengaruh antihistamin sistemik yaitu lebih kurang 4-7 hari. Hasil uji cukit kulit didapatkan positif terhadap tungau debu rumah, kecoak, bulu anjing, coklat dan kacang.
K a s u s P e m b a h a s a n
Hasil pemeriksaan laboratorium hitung jenis sel darah tepi didapatkan eosinofil sedikit meningkat 4% (normal 1-3%)
• Peningkatan jumlah eosinofil dari darah tepi pada pasien rinitis alergi sesuai dengan kutipan dari Krouse bahwa peningkatan eosinofil adalah salah satu penyokong diagnosis rinitis alergi.
K a s u s P e m b a h a s a n
Pasien didiagnosis dengan asma persisten ringan
• Pasien menderita sesak nafas diikuti batuk bila terkena udara berdebu atau minum es dan coklat, terjadi biasanya 1 kali dalam 1 bulan. Sesuai dengan kriteria diagnosis asma yang ditetapkan oleh GINA (Global Initiative for Asthma), ditemukan gejala asma kurang dari 1 kali seminggu dan frekuensi serangan malam kurang dari 2 kali sebulan.
K a s u s P e m b a h a s a n
Hasil pemeriksaan spirometri yang dilakukan normal, tidak didapatkan kesan adanya obstruksi jalan nafas bawah.
• Hal ini disebabkan pada pasien asma persisten ringan yang tidak sedang mengalami gejala sesak (asimptomatis), maka hasil spirometri didapatkan fungsi paru normal, arus puncak ekspirasi (APE) dalam batas normal yaitu lebih dari 80%. Hal ini sesuai dengan kepustakaan dari GINA.
K a s u s P e m b a h a s a n
Kortikosteroid topikal yang diberikan adalah mometasone furoate.
• Kortikosteroid ini dikenal efektif dalam mengurangi proses inflamasi akibat rinitis yang disertai asma. Efeknya lebih baik dibandingkan dengan fluticasone propionate dalam mengurangi respon yang berlebihan dari saluran nafas.24
K a s u s P e m b a h a s a n
Pada pasien ini pengobatan kortikosteroid intranasal digabung dengan antihistamin oral dan adrenergik.
• Sesuai dengan kepustakaan rinitis alergi kategori sedang berat, kortikosteroid intranasal dapat digabung dengan antihistamin.3,5,1
• Dikutip dari Cauwenberge dkk, terapi kombinasi antara loratadine dengan pseudoefedrin terbukti mampu menurunkan gejala pada hidung dan asma secara signifikan, meningkatkan fungsi paru dan kualitas hidup dari pasien asma yang disertai rinitis alergi .15
RINITIS ALERGI
• Rinitis alergi penyakit inflamasi yang banyak ditemui prevalensi : bervariasi, 15 – 20 %
• Int. Study of Asthma & Allergies in Children (ISAAC) di Indonesia: 14,9%(6-7 th), 39,7%(13-14 th), 20% pada dewasa
• Prevalensi terbesar pada usia sekolah dan produktif penurunan kualitas hidup gangguan fisik, emosional, bekerja dan sekolah, gangguan tidur malam hari
PATOFISIOLOGI
• Terdiri dari 2 tahap :– Tahap sensitisasi– Reaksi alergi, terdiri dari 2 fase :
• Reaksi Alergi Fase Cepat (RAFC) sejak kontak alergen sampai 1 jam setelahnya
• Reaksi Alergi Fase Lambat (RAFL) yang berlangsung 2-4 jam dengan puncak 6-8 jam setelah pemaparan dan berlangsung 24-48 jam
Gejala RA
Bersin
Hidung gatalRinore
Post nasal dripHidung tersumbat
PRICK TEST
• Banyak dipakai sederhana, mudah, murah, sensitivitas tinggi, cepat, cukup aman
• Tes pilihan dan primer untuk diagnostik dan riset
• Membuktikan telah terjadi fase sensitisasi
• Tes (+) ada reaksi hipersensitivitas tipe I atau telah terdapat kompleks Sel Mast – IgE pada epikutan
TERAPI MEDIKAMENTOSA• Antihistamin
– Antagonis yang bekerja secara inhibitor kompetitif pada reseptor H-1
– Mengurangi gejala bersin, rinore, gatal
TERAPI MEDIKAMENTOSA– AH generasi I (klasik) :
• Difenhidramin, klorfeniramin maleat (CTM), hidroksisin, klemastin, prometasin dan siproheptadin
– AH generasi II (non-sedatif) efek SSP minimal, efek antikolinergik(-)• Kelompok I : terfenadin, astemisol kardiotoksik, ditarik dari peredaran• Kelompok II : loratadin, setirisin, fexofenadin,desloratadin,levosetirizin
AH topikal : • Azelastin, levocabastin• Untuk mengatasi gejala bersin dan gatal pada hidung dan mata
TERAPI MEDIKAMENTOSA
• Kombinasi Antihistamin-Dekongestan– Banyak digunakan– Loratadin/feksofenadin/setirisin + pseudoefedrin 120 mg
• Ipratropium Bromida– Topikal, antikolinergik – Efektif mengatasi rinore yang refrakter terhadap
kortikosteroid topikal/antihistamin
TERAPI MEDIKAMENTOSA
• Kortikosteroid– Kortikosteroid topikal
• Pilihan pertama untuk rinitis alergi persisten sedang-berat efek antiinflamasi jangka panjang
• Budesonide, beklometason, fluticason,mometason furoat, triamcinolon acetonide
• Dosis dewasa : 1 x 2 semprot/hr– Kortikosteroid oral
• Jangan gunakan sebagai pengobatan lini I• Terapi jangka pendek (3 – 5 hr). Dosis tinggi, tapp off• Pada rinitis alergi berat
ARIA At-A-GlancePocket Reference 2007
ASMA
Definisi: penyakit inflamasi kronik saluran napas yang ditandai oleh obstruksi saluran napas yang terjadi intermitten, akibat hiperresponsivitas saluran napas, aktivasi sel-sel inflamasi, pelepasan mediator inflamasi dan airway remodeling
Sesak napas , mengi, batuk dan penurunan VEP 1
INFLAMASI DI SALURAN NAPAS
Sel-sel inflamasi : mast sel, eosinofil sel Th2, basofil, neutrofil, platelet
Efek : bronkospasme, sekresi mukus, perubahan struktural
Mediator inflamasi : histamin, leukotrien, prostanoid, kinin, sitokin, kemokin, growth factor
FAKTOR PENCETUSFaktor pejamu
Genetik : genetik alergi, genetik hiperreaktivitas bronkus, genetik asma
Obesitas
Jenis kelamin
Faktor lingkungan: Alergen: debu rumah, serpihan kulit, bulu binatang , kecoa, jamur, serbuk sari
Infeksi sal napas terutama virus
Okupasi
Asap rokok aktif dan pasif
Polusi udara
Peter J. Barnes, MD
GEJALA KHAS ASMA
Episodik : serangan berulang, diantaranya terdapat periode bebas serangan
Variabilitas : timbul pada waktu teretentu seperti perubahan cuaca, dll
Reversibilitas : meredanya serangan asma dengan atau tanpa bronkodilator
ASMA AKUT• Episode peningkatan sesak napas, batuk,
mengi(wheezing),dada terasa berat, atau kombinasi gejala-gejala tersebut secara cepat dan progresif
• Penurunan aliran udara ekspirasi, arus puncak ekspirasi(APE) / (VEP1)
• Eksaserbasi dapat terjadi pada semua derajat asma• Eksaserbasi menggambarkan terdapat pajanan dari pencetus,
paling sering infeksi atipikal, virus dan alergen• Eksaserbasi dapat juga menggambarkan kegagalan dalam
penatalaksanaan jangka panjang
TUJUAN PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI
Menghilangkan obstruksi jalan napas secepat mungkin
Mengatasi hipoksemia
Mengembalikan fungsi paru ke normal
Mmelakukan pencegahan agar tidak terjadi eksaserbasi berulang
gejala & tanda berat eksaserbasiringan sedang berat mengancam jiwa
sesak napas, jika
berjalan berbicara istirahat
posisi dapat tidur terlentang
duduk duduk berbaring
cara berbicara satu kalimat beberapa kata kata per katakesadaran mungkin gelisah gelisah gelisah mengantuk,
gelisah, kesadaran menurun
frekuensi napas < 20x/ menit 20 – 30 x / menit
> 30 x / menit
otot bantu napas & retraksi suprasternal - + +
pergerakan torakoabdominal paradoksal
PENILAIAN BERAT EKSASERBASI AKUT
Mengi (Wheezing) Sedang, umumnya hanya pada akhir ekspirasi paksa
Keras umumnya terdengar jelas saat ekspirasi
Keras saat inspirasi dan ekspirasi
Tidak ada (Silent Chest)
Nadi <100x/menit
100-120 x / menit >120 x/menit Bradikardia
Pulsus paradoksus -Atau < 10 mmHg
10 – 25 mmHg >25 mmHg (dewasa) 20 – 40 mmHg (anak)
-Disebabkan kelelahan otot
APE, setelah bronkodilator awal % prediksi nilai terbaik
>80 % 60 – 80 % <60% (< 100 L/menit, dewasa)
PaO2 Normal, tidak membutuhkan pem. AGDA
>60 mmHg< 45 mmHg
< 60 mmHgSianosis mungkin
PaCO2 < 45 mmHg >45 mmHgSaO2 >95% 91-95 % <90 %
PENILAIAN BERAT EKSASERBASI AKUT…
Farmakologi Sosial_Rina Yuniarti, S.Farm, APT.
51
Obat-Obat untuk Asma
• Turunan xantin (bronkodilatasi), ex: aminophilyn, theofillyn.
• Kortikosteroid (anti inflamasi)ex:prednison, metilprednisolon
• Imunosupresan (obat yang menekan reaksi AgAb juga sebagai anti inflamasi) ex:metotreksat
• Garam-garam kromolin (profilaksis, untuk mencegah keluarnya AH=anti histamin)
Farmakologi Sosial_Rina Yuniarti, S.Farm, APT.
52
Terapi Jangka Panjang
• Beberapa obat jangka panjang antara lain kortikosteroid inhalasi yang merupakan obat paling efektif,
• Beta-2 agonis aksi panjang dan metil ksantin (teofilin) untuk mengatasi gejala asma pada malam hari (gejala nocturnal)
Farmakologi Sosial_Rina Yuniarti, S.Farm, APT.
53
Terapi Jangka Pendek
• Sedangkan untuk jangka pendek, berupa obat-obat bronkodilator (salbutamol, terbutalin, dan ipratropium) dan kortikosteroid oral ketika serangannya sedang sampai berat.
• Untuk jangka panjang dan pendek, dapat digunakan obat-obat sistemik (prednisolon, prednison, metilprednisolon).
Farmakologi Sosial_Rina Yuniarti, S.Farm, APT.
54
Asma Pada Kehamilan
• Obat-obat jenis beta agonis adalah yang paling sering diberikan karena menurut hasil riset obat-obat beta agonis tidak meningkatkan risiko timbulnya kelainan kongenital dan kelainan lain.
• Albuterol atau salbutamol adalah jenis beta agonis yang paling banyak digunakan.
• Apabila beta agonis tidak memberikan perbaikan, pada terapi asma akut secara umum dan pada wanita hamil dapat disertakan pemberian bronkodilator seperti Nebulized Ipratropium.
PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT
PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT………
PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT………
KESIMPULAN
1.Drainase post-nasal bahan-bahan inflamasi atau mediator dari hidung ke saluran nafas bawah menyebabkan peningkatan jumlah bahan-bahan inflamasi hidung tersebut di organ paru (terjadi aspirasi paru)
2.Obstruksi saluran nafas dapat terjadi karena vasodilatasi, edema mukosa, sumbatan bronkus dan kontraksi otot polos.
3.Pada rinitis peranan vasodilatasi sangat menonjol. Hal ini terbukti bila diberikan obat golongan alfa adrenergik, obstruksi atau sumbatan hidung akan segera berkurang atau hilang dan hal ini tidak terjadi pada asma.
4.Pada asma, bronkus mengandung otot polos yang mempunyai respons sangat baik terhadap ß2-agonis
TERIMAKASIH