tutorial kasus pulmo

Upload: yuji-aditya

Post on 14-Oct-2015

43 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tutorial kasus anak bagian pulmo terbaru

TRANSCRIPT

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    1/51

    1

    BagianIlmuKesehatan Anak Tutorial Kasus

    Fakultas Kedokteran

    Universitas Mulawarman

    Bronkitis Akut dengan Massa Mediastinum dan

    Infark Paraventrikular

    oleh:

    Monika Ria (0808015053)

    Ayu Ambarsari

    Pembimbing

    dr. Hj. Sukartini, Sp. A

    DibawakanDalamRangkaTugasKepaniteraanKlinik

    Pada Bagian Ilmu Kesehatan Anak

    Fakultas KedokteranUniversitas Mulawarman

    Rumah Sakit Umum Abdul Wahab Sjahranie

    2013

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    2/51

    2

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Bronkitis adalah peradangan dari satu atau lebih bronkus sedangkan

    bronkitis akut adalah serangan bronkitis dengan perjalanan penyakit yang

    singkat dan berat, disebabkan oleh karena terkena dingin, penghirupan bahan-

    bahan iritan, atau oleh infeksi akut, dan ditandai dengan demam, nyeri dada

    (terutama batuk), dispnea, dan batuk (Dorlands pocket medical dictionary).

    Bronkitis akut didapatkan lebih banyak pada laki-laki dari pada wanita. Di

    Indonesia jumlah perokok menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga 1996

    adalah 53% laki-laki dan 4% wanita. Diperkirakan didapatkan 30.000 kematian

    karena bronkitis setiap tahun (Soemantri dan Uyainah, 2001). Bronkitis adalah

    suatu penyebab utama dari kebanyakan keterbatasan aktifitas, kehilangan hari

    kerja, pensiun yang dini akibat kecacatan dan peningkatan angka kematian

    dimasyarakat. Karena itu penulis mengangkat judul Bronkitis Akut

    Masalah utama pada penderita bronkitis adalah timbunan sputum yang

    berlebihan, yang dapat menyebabkan penyempitan saluran napas yang akhirnya

    meningkatkan tahanan pada saluran napas dan terjadi gangguan ventilasi.

    Gangguan ventilasi akan meningkatkan beban kerja pernapasan sehingga terjadi

    sesak napas. Timbunan sputum yang berlebih juga bisa menjadi tempat

    berkembang biak bakteri, jika hal itu dibiarkan maka bisa terjadi infeksi pada

    paru-paru yang dapat memperberat keluhan pasien.

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    3/51

    3

    .BAB II

    LAPORAN KASUS

    Identitas pasien

    Nama : An. SH Jenis kelamin : Perempuan Umur : 5,5 bulan Alamat : Jl. Abd. Riso RT. 004 Sebulu Anak ke : 3 dari 3 bersaudara MRS : 11 Maret 2013

    Identitas Orang Tua

    Nama Ayah : Tn. H Umur : 36 tahun Alamat : Jl. Abd. Riso RT. 004 Sebulu Pekerjaan : Swasta Pendidikan Terakhir : SMP Ayah perkawinan ke : 2 Riwayat kesehatan ayah : Tidak ada penyakit

    Nama Ibu : Ny. R Umur : 33 tahun Alamat : Jl. Abd. Riso RT. 004 Sebulu Pekerjaan : IRT Pendidikan Terakhir : SD Ibu perkawinan ke : 4 Riwayat kesehatan ibu : Jika udara panas, muncul bintik-bintik

    merah dan gatal-gatal pada tubuh dan biasanya hilang sendiri.

    Anamnesa

    Anamnesa dilakukan secara alloanamnesa pada tanggal 14 Februari 2013

    dengan ibu kandung pasien.

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    4/51

    4

    Keluhan Utama:

    Nafas berbunyi

    Riwayat Penyakit Sekarang :

    Pasien dibawa ke RS karena nafas berbunyi grok-grok saat pasien tidur

    sejak 1 hari SMRS, tidak ada sesak nafas, pilek (-) dan batuk (-). Keluhan

    disertai dengan demam tiba-tiba yang tidak terlalu tinggi sejak 3 hari SMRS

    (jumat pagi), demam dirasakan sepanjang hari. Turun dengan pemberian obat

    paracetamol kemudian demam naik kembali. Kemudian pasien dibawa oleh

    ibunya ke puskesmas tetapi pasien tidak mengalami perubahan dan muncul nafas

    berbunyi grok-grok. Setelah itu, 12 jam SMRS pasien kejang, tiba-tiba mata

    pasien melihat keatas, dan seluruh badan gemetaran. Kejadian tersebut

    berlangsung sekitar 5 menit, pada saat itu pasien tidak panas tinggi dan saat

    kejadian berlangsung ibu pasien segera menepuk dan setelah itu pasien menangis.

    Beberapa saat setelah pasien kejang, tangan kiri pasien tidak bisa bergerak, tetapi

    jari-jarinya masih bisa menggenggam.

    Riwayat Penyakit Dahulu :

    Sebelumnya pasien sering mengalami keluhan serupa yaitu jika batuk dan

    pilek nafas langsung berbunyi grok-grok. Kemudian ibunya membawa berobat ke

    Puskesmas dan sembuh setelah diberi obat. Keluhan serupa sudah dialami

    sebanyak 3 kali, usia pertama muncul pada saat 2 bulan ketika batuk dan pilek,

    yang kedua pada usia 3 bulan dan keluhan sekarang yang ketiga kalinya.Riwayat

    trauma tidak ditemukan.

    Riwayat Penyakit Keluarga :

    Jika udara atau cuaca panas, ibu pasien merasakan gatal-gatal dan muncul bintik-

    bintik kemerahan pada bagian lengan dan badan.

    Riwayat Sosio-Ekonomi Keluarga :

    Pasien tinggal dan dirawat oleh kedua orang tua. Dalam satu rumah dihuni oleh 4, yaitu: ayah, ibu, dan saudara pasien. Pasien tidur bersama orang tua dan saudaranya dengan menggunakan

    bantal kapuk.

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    5/51

    5

    Ayah pasien adalah seorang perokok, tetapi tidak pernah merokok didepan anaknya, hanya setelah merokok sering mencium pasien.

    Lingkungan tempat tinggal dekat dengan daerah tambang batubara yangberjarak 2 km.

    Kamar mandi dan toilet berada di dalam rumah. Ventilasi rumah tercukupidengan adanya 5 jendela dengan ukuran rumah 11 x 15 m.

    Sumber air: Sumur Bor Listrik: PLN Pasien memiliki jaminan kesehatan JAMKESDA.

    Riwayat Saudara-Saudaranya :

    Hamil keKondisi

    saat Lahir

    Jenis

    PersalinanUsia

    Sehat/

    Tidak

    Umur

    Meninggal

    Sebab

    Meninggal

    1 Andi

    2 Putri

    3 Siti

    Aterm

    Aterm

    Aterm

    Spontan

    Spontan

    Spontan

    12

    7

    5,5 bln

    Sehat

    Sehat

    Sehat

    Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak :

    Berat badan lahir : 3000 gr

    Panjang badan lahir : 49

    Berat badan sekarang : 7,4 kg (tgl 06-02-2013)

    Tinggi badan sekarang : 70 cm

    Gigi keluar : -

    Tersenyum : 3 bulan

    Miring : 4 bulan

    Tengkurap : 5 bulan

    Duduk : -

    Merangkak : -

    Berdiri : -

    Berjalan : -

    Berbicara 2 suku kata : -

    Masuk TK : -

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    6/51

    6

    Sekarang kelas : -

    Makan Minum anak :

    ASI : diberikan sampai sekarang

    Alasan : -

    Susu sapi/buatan : -

    Jenis susu : -

    Takaran : -

    Buah : -

    Bubur susu : -

    Tim saring : -

    Makanan padat, lauknya : -

    Pemeliharaan Prenatal

    Periksa di : Bidan

    Penyakit Kehamilan : -

    Obat-obatan yang sering diminum : Vitamin + Zat Besi

    Riwayat Kelahiran :

    Lahir di : Praktek Bidan, ditolong oleh : Bidan

    Berapa bulan dalam kandungan : 9 bulan

    Jenis partus : spontan, langsung menangis

    Pemeliharaan postnatal:

    Periksa di : PosyanduKeadaan anak : Sehat

    Keluarga berencana : Ya, metode suntik

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    7/51

    7

    IMUNISASI

    Imunisasi Usia saat imunisasi

    I II III IV Booster I Booster II

    BCG (+) //////////// //////////// //////////// //////////// ////////////

    Polio (+) (+) (+) (-) - -

    Campak (-) - //////////// //////////// //////////// ////////////

    DPT (+) (+) (-) //////////// - -

    Hepatitis B (+) (+) (-) ////////// - -

    PEMERIKSAAN FISIK

    Dilakukan pada tanggal 14 Maret 2013

    Kesan umum : sakit sedang

    Kesadaran : E4M6V5

    Tanda Vital

    Frekuensi nadi : 115 kali/menit, kuat angkat Frekuensi napas : 40 kali/menit Temperatur : 36,70C

    Berat badan : 7,4 kg

    Panjang Badan : 70 cm

    Lingkar kepala : 45 cm

    Lingkar lengan atas : 19 cm

    BMI : 15,1

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    8/51

    8

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    9/51

    9

    Kepala

    Rambut : Hitam

    Mata :Anemis (-/-), Ikterik (-/-), Sianosis (-/-), Refleks Cahaya

    (+/+), Pupil: Isokor (3mm/3mm)

    Hidung : Sumbat (-), Sekret (-), PCH (-)

    Telinga : Bersih, Sekret (-)

    Mulut : Lidah bersih, faring Hiperemis(+), mukosa bibir basah,

    pembesaran Tonsil (-/-), tampak banyak sekret.

    Leher

    Pembesaran Kelenjar : Pembesaran KGB (-)

    Thoraks

    Pulmo

    Inspeksi : Bentuk dan pergerakan simetris, retraksi ICS (+)

    Palpasi : Fremitus raba dekstra sama dengan sinistra

    Perkusi : Redup di semua lapangan paru

    Auskultasi : bronkovesikuler, Ronki (+/+) disemua lapangan paru,

    wheezing (-/-)

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    10/51

    10

    Cor:

    Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

    Palpasi : Ictus cordis teraba,

    Perkusi : Batas jantung

    Kanan : ICS III, 3 cm dari right parasternal line

    Kiri : ICS V left midclavicular line

    Auskultasi : S1S2 tunggal reguler, gallop (-), murmur (-)

    Abdomen

    Inspeksi : Tampak datar

    Palpasi : Soefel, nyeri tekan (-), organomegali (-), turgor kulit

    menurun.

    Perkusi : Timpani

    Auskultasi : Bising usus (+) normal

    Ekstremitas : Akral hangat (+), oedem (-)

    1.1.1 Status Neurologicus Kesadaran

    Compos mentis, GCS E4V5M6

    KepalaBentuk normal, simetris. Nyeri tekan (-)

    LeherSikap tegak, pergerakan baik, kaku kuduk (-)

    Pemeriksaan Saraf KranialisPemeriksaan Saraf Kranialis Kanan Kiri

    Okulomotorius (III)

    Sela mata Pergerakan mata kearah superior,

    medial, inferior

    Strabismus

    Normal

    Normal

    (-)

    Normal

    Normal

    (-)

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    11/51

    11

    Refleks pupil terhadap sinar Pupil besarnya

    (+)

    3 mm

    (+)

    3 mm

    Troklearis (IV)

    Pergerakan mata torsi superior Normal Normal

    Trigeminus (V)

    Membuka mulut Mengunyah Menggigit

    (+)

    sde

    sde

    (+)

    sde

    sde

    Abdusens (VI)

    Pergerakan mata ke lateral Normal NormalFasialis (VII)

    Menutup mata Memperlihatkan gigi Sudut bibir

    (+)

    sde

    (+)

    (+)

    sde

    (+)

    Vestibulokoklearis (VIII)

    Fungsi pendengaran (Subjektif) sde sdeVagus (X)

    Bicara

    Menelan

    sde

    sde

    sde

    sde

    Assesorius (XI)

    Memalingkan kepala (+) (+)Hipoglossus (XII)

    Pergerakan lidah (+) (+) Anggota Gerak Atas

    Anggota Gerak Atas Kanan KiriMotorik

    Pergerakan Kekuatan

    sde

    sde

    sde

    sde

    Refleks fisiologis

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    12/51

    12

    Biseps Triceps

    sde

    sde

    sde

    sde

    Refleks patologis

    Tromner Hoffman

    sde

    sde

    sde

    sde

    Anggota Gerak Bawah Anggota Gerak Bawah Kanan Kiri

    Motorik

    Pergerakan Kekuatan

    sde

    sde

    sde

    sde

    Refleks fisiologis

    Patella Achilles

    sde

    sde

    sde

    sde

    Refleks patologis

    Babinski Chaddock

    sde

    sde

    sde

    sde

    Pemeriksaan tambahan

    Tes Kernig Tes Brudinzki I Tes Brudinzki II

    sde

    (-)

    (-)

    sde

    (-)

    (-)

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Pemeriksaan Darah Lengkap

    DL 11 Maret 2013 14 Maret 2013

    Hb 9,3 8,7

    MCV 57,9 58,8

    MCH 17,7 19,5

    Leukosit 9.600 11.780

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    13/51

    13

    Trombosit 416.000 551.000

    Hematokrit 30,5 26,3

    Foto Thorax (11 Maret 2013)

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    14/51

    14

    Interpretasi

    Foto Lateral : Tak mencukup mendukung diagnosis pada AP (kualitas jelek)

    Usul : CT Area hitam bila perlu

    DD : Massa Timus

    Congenital Heart Disease

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    15/51

    15

    Interpretasi

    CT Scan kepala tanpa kontras irisan axial ;

    Kesimpulan : Curiga infark cerebri di periventrikular lateral corona radiata dextra

    Sistem ventrikular baik, mid line shift (-)

    Sulci dan gyri normal

    Diagnosa : Bronkitis Akut

    Diagnosa Lain : Massa Mediastinum

    DD : Timoma

    Tiroid Retrosternal

    Teratodermoid

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    16/51

    16

    Hemiparese dextra ec Infark Paraventrikular

    Diagnosa Komplikasi : -

    Prognosa :Dubia

    Terapi Awal :

    O2 1-2 liter/menit IVFD KAEN 4A 10 tpm Paracetamol 3x cth Inj. Cefotaxime 3 x 150 mg

    Terapi 13 Maret 2013 (Ruang Melati) :

    IVFD KAEN 4A 10 tpm

    Inj. Ampicillin 3 x 300 mg

    Paracetamol syr. 3x1/2 cth

    CTM 75 mg

    DMP 3 mg

    Efedrin 3,5 mg

    Salbutamol 75 mg

    Lembar Follow-Up

    Tanggal PerjalananPenyakit Pengobatan

    13-3-2013

    BB 7,3 kg

    S: Sesak (-), nafas berbunyi

    (+) Demam (+), Batuk (+),

    Pilek (-)

    O: CM, N 105 x/I, RR 35 x/It:

    37,8oC, rh +/+, wh -/-,Faring

    hiperemi (+)

    A: Bronkitis Akut

    IVFD KAEN 4A 10tpm

    Inj. Ampicillin 3 x300 mg

    Paracetamol syr.3x1/2 cth

    CTM 75 mg DMP 3 mg Efedrin 3,5 mg Salbutamol 75 mg

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    17/51

    17

    Foto Thorax lateral14-3-2013

    BB 7,4 kg

    S: Sesak (-), nafas berbunyi

    (+) Demam (+), Batuk (+),

    Pilek (-), tangan sebelah kiri

    tidak bisa gerak aktif.

    O: CM, N 105 x/I, RR 35 x/It:

    37,8oC, rh +/+, wh -/-,Faring

    hiperemi.

    A : Bronkitis Akut +

    hemiparese dextra

    IVFD KAEN 4A 10tpm

    Inj. Ampicillin 3 x300 mg

    Paracetamol syr.3x1/2 cth

    CTM 75 mg DMP 3 mg Efedrin 3,5 mg Salbutamol 75 mg Darah Lengkap CT Scan

    15-3-2013

    BB 7,4 kg

    S: nafas berbunyi agak

    berkurang (), sesak nafas (-)

    Demam (-), Batuk (+), Pilek (-

    ), tangan sebelah kiri tidak bisa

    bergerak aktif.

    O: CM, N 102 x/I, RR 35 x/It:

    37,3oC, rh +/+, wh -/-,Faring

    hiperemi (+).

    A : Bronkitis Akut +

    hemiparese dextra

    IVFD KAEN 4A 10tpm

    Inj. Ampicillin 3 x300 mg

    Paracetamol syr.3x1/2 cth

    CTM 75 mg DMP 3 mg Efedrin 3,5 mg Salbutamol 75 mg Darah Lengkap

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    18/51

    18

    BAB III

    TINJAUAN PUSTAKA

    3.1 Bronkitis Akut

    3.1.1 Definisi

    Bronkitis adalah suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk

    merupakan gejala yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan

    penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi

    bronkitis ikut memegang peran.( Ngastiyah, 1997 ).

    Bronkitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit

    tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran penapasan

    atas atau bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas lain seperti

    Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, bronkitis pada asma dan sebagainya

    (Gunadi Santoso, 1994).

    Bronkitis akut merupakan proses radang akut pada mukosa

    bronkus berserta cabang cabangnya yang disertai dengan gejala batuk dengan

    atau tanpa sputum yang dapat berlangsung sampai 3 minggu. Tidak dijumpai

    kelainan radiologi pada bronkitis akut. Gejala batuk pada bronkitis akut harus

    dipastikan tidak berasal dari penyakit saluran pernapasan lainnya. (Gonzales R,

    Sande M, 2008).

    Gambar 1. Bronkitis Akut

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    19/51

    19

    3.1.2 Etiologi

    Bronkitis akut dapat disebabkan oleh :

    Infeksi virus seperti Rhinovirus Sincytial Virus (RSV), Influenza Virus,Para-influenza Virus, Adenovirus dan Coxsakie dan lain-lain.

    Infeksi bakteri (lebih sedikit/ jarang terjadi) disebabkan oleh : Bordatellapertussis, Bordatella parapertussis, Haemophilus influenzae, Streptococcus

    pneumoniae, atau bakteri atipik (Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia

    pneumonia, Legionella)

    Jamur

    Noninfeksi : polusi udara, rokok, dan lain-lain.

    Penyebab bronkitis akut yang paling sering adalah infeksi virus yakni

    sebanyak 90% sedangkan infeksi bakteri hanya sekitar < 10% (Jonsson J,

    Sigurdsson J, Kristonsson K, et al, 2008). Di lingkungan sosio-ekonomi yang baik

    jarang terdapat infeksi sekunder oleh bakteri. Alergi, cuaca, polusi udara dan

    infeksi saluran napas atas dapat memudahkan terjadinya bronkitis akut.

    Bronkitis akut terjadi pada bronkus dan cabang cabangnya, oleh karena

    itu perlu diketahui terlebih dahulu anatomi dan fisiologi dari saluran pernapasan.

    Pada Gambar 2dapat dilihat bahwa cabang utama bronkus kanan dan kiri akan

    bercabang menjadi bronkus lobaris dan bronkus segmentalis. Percabangan ini

    berjalan terus-menerus menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil sampai

    akhirnya menjadi bronkiolus terminalis, yaitu bronkiolus yang tidak mengandung

    alveoli. Bronkiolus terminalis mempunyai diameter kurang lebih 1 mm.

    Bronkiolus tidak diperkuat oleh kartilago tetapi dikelilingi oleh otot polos

    sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara sampai pada tingkat ini

    disebut saluran penghantar udara karena fungsinya menghantarkan udara ke

    tempat pertukaran gas terjadi ( Wilson LM, 2006).

    Setelah bronkiolus terdapat asinus yang merupakan unit fungsional dari

    paru. Asinus terdiri atas bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan sakkus

    alveolaris terminalis. Asinus atau kadang disebut lobulus primer memiliki

    diameter 0,5 sampai 1 cm. Terdapat sekitar 23 percabangan mulai dari trakea

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    20/51

    20

    sampai sakkus alveolaris terminalis. Alveolus dipisahkan dari alveolus di

    dekatnya oleh septum. Lubang pada dinding ini dinamakan pori-pori Kohn yang

    memungkinkan komunikasi antara sakkus. Alveolus hanya selapis sel saja, namun

    jika seluruh alveolus yang berjumlah sekitar 300 juta itu dibentangkan akan seluas

    satu lapangan tenis ( Wilson LM, 2006).

    Gambar 2. Anatomi saluran napas. (Sumber : Hasan I, 2006)

    Alveolus pada hakikatnya merupakan gelembung yang dikelilingi oleh

    kapiler-kapiler darah. Batas antara cairan dengan gas akan membentuk suatu

    tegangan permukaan yang cenderung mencegah ekspansi pada saat inspirasi dan

    cenderung kolaps saat ekspirasi. Di sinilah letak peranan surfaktan sebagai

    lipoprotein yang mengurangi tegangan permukaan dan mengurangi resistensi saat

    inspirasi sekaligus mencegah kolaps saat ekspirasi. Pembentukan surfaktan oleh

    sel pembatas alveolus dipengaruhi oleh kematangan sel-sel alveolus, enzim

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    21/51

    21

    biosintetik utamanya alfa anti tripsin, kecepatan regenerasi, ventilasi yang adekuat

    serta perfusi ke dinding alveolus. Defisiensi surfaktan, enzim biosintesis serta

    mekanisme inflamasi yang berjung pada pelepasan produk yang mempengaruhi

    elastisitas paru menjadi dasar patogenesis emphysema, dan penyakit lainnya

    (Wilson LM, 2006)

    Bronkus merupakan percabangan dari trachea. Terdiri dari bronkus dextra

    dan bronchus sinistra:

    Bronkus dextra, mempunyai bentuk yang lebih besar, lebih pendek dan

    letaknya lebih vertikal daripada bronkus sinistra. Hal ini disebabkan oleh desakan

    dari arcus aortae pada ujung caudal trachea ke arah kanan, sehingga benda-benda

    asing mudah masuk ke dalam bronkus dextra. Panjangnya kira-kira 2,5 cm dan

    masuk kedalam hilus pulmonis setinggi vertebra thoracalis VI. Vena Azygos

    melengkung di sebelah cranialnya. Ateria pulmonalis pada mulanya berada di

    sebelah inferior, kemudian berada di sebelah ventralnya. Membentuk tiga cabang

    (bronkus sekunder), masing-masing menuju ke lobus superior, lobus medius, dan

    lobus inferior. Bronkus sekunder yang menuju ke ke lobus superior letaknya di

    sebelah cranial a.pulmonalis dan disebut bronkusepar ter ialis. Cabang bronkus

    yang menuju ke lobus medius dan lobus inferior berada di sebelah caudal

    a.pulmonalis disebut bronkushyparterialis. Selanjutnya bronkus sekunder tersebut

    mempercabangkan bronkus tertier yang menuju ke segmen pulmo (Luhulima JW,

    2004).

    Bronkus sinistra, mempunyai diameter yang lebih kecil, tetapi bentuknya

    lebih panjang daripada bronkus dextra. Berada di sebelah caudal arcus aortae,

    menyilang di sebelah ventral oesophagus, ductus thoracicus, dan aorta thoracalis.

    Pada mulanya berada di sebelah superior arteri pulmonalis, lalu di sebelahdorsalnya dan akhirnya berada di sebelah inferiornya sebelum bronkus bercabang

    menuju ke lobus superior dan lobus inferior, disebut letak bronkus hyparterialis.

    Pada tepi lateral batas trachea dan bronkus terdapat lymphonodus

    tracheobronchialis superior dan pada bifurcatio trachea (di sebelah caudal)

    terdapat lymphonodus tracheobronchialis inferior. Bronkus memperoleh

    vascularisasi dari a.thyroidea inferior. Innervasinya berasal dari N.vagus, n.

    Recurrens, dan truncus sympathicus (Luhulima JW, 2004).

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    22/51

    22

    3.1.3 Fisiologi

    3.1.3.1Struktur dan fungsi saluran napas normal

    Sel epitel permukaan

    Sel epitel permukaan pada saluran intrapulmoner pada dasarnya

    dibentuk oleh dua tipe sel, yaitu sel silia dan sel sekretori. Sel sekretori

    dibagi menjadi subtipe berdasarkan penampakan mikroskopik (misalnya

    Sel clara, goblet dan serous ). Selain musin, sel sekretori juga melepaskan

    beberapa molekul antikmikroba (sebagai contaoh defensin, lisosim, dan

    IgA), molekul immunomodulator (sekretoglobin dan sitokin) dan molekul

    pelindung (protein trefoil dan heregulin), semuanya ini tergabung dalam

    mukus. (Fahy JV, Dickey BF, 2010)

    Kelenjar submukosa

    Pada saluran napas besar (diameter lumen >2mm), kelenjar

    submukosa berkontribusi pada sekresi musin (Gambar 3). Kelenjar

    dihubungan dengan lumen saluran napas oleh duktus silia superfisial yang

    mendorong sekresi keluar dan duktus kolektus nonsilia profundus.

    Kelenjar sumukosa berlokasi diantara otot polos dan kartilago. Sel mukous

    membentuk 60% volume kelenjar. Sel serous yang berlokasi didistal,

    membentuk 40% volume kelenjar, mensekresi proyeoglikan dan protein

    antimikroba. Pada keadaan patologi, volume kenjar submukosa dapat

    meningkat melebihi volume normal. (Fahy JV,Dickey BF, 2010)

    Lapisan mukosa (lapisan lendir)

    Lendir melapisi seluruh saluran napas, dimana kandungan

    terbanyaknya adalah cairan, dengan kerakteristik fisik solid. Kandungan

    normal mukus adalah 97% air dan 3 % solid (musin, protein nonmusin,

    garam, lemak dan sel debris). (Fahy JV, Dickey BF, 2010)

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    23/51

    23

    Gambar 3. Mukus klirens pada saluran napas yang normal.(Sumber :Fahy JV, Dickey BF, 2010)

    3.1.3.2Mekanisme klirens saluran napasPertama, mukus didorong ke proksimal saluran napas oleh gerakan silia,

    yang akan membersihkan partikel-partikel inhalasi, patogen dan menghilangkan

    bahan-bahan kimia yang mungkin dapat merusak paru. Musin polimerik secara

    terus-menerus disintesis dan disekresikan untuk melapisi lapisan mukosa.

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    24/51

    24

    Kecepatan normal silia 12 sampai 15x/detik, menghasilkan kecepatan 1mm/menit

    untuk membersihkan lapisan mukosa. Kecepatan mucociliary clearance

    meningkat dalam keadaan hidrasi tinggi. Dan kecepatan gerakan silia meningkat

    oleh aktivitas purinergik, adrenergik, kolinergik dan reseptor agonis adenosin,

    serta bahan iritan kimia. Mekanisme kedua, adalah dengan mengeluarkan mukus

    dengan refleks batuk. Ini mungkin dapat membantu menjelaskan mengapa

    penyakit paru yang disebabkan oleh kerusakan fungsi silia tidak terlalu berat

    dibandingkan dengan yang disebabkan dehidrasi, yang menghalangi kedua

    mekanisme klirens saluran napas. Meskipun batuk berkontribusi dalam

    membersikan mukus pada penyakit dengan peningkatan produksi mukus atau

    gangguan fungsi silia, inidapat menyulitkan gejala (Fahy JV, Dickey BF, 2010).

    3.1.4 Patogenesis

    Seperti disebutkan sebelumnya penyebab dari bronkitis akut adalah virus,

    namun organisme pasti penyebab bronkitis akut sampai saat ini belum dapat

    diketahui, oleh karena kultur virus dan pemeriksaan serologis jarang dilakukan.

    Adapun beberapa virus yang telah diidentifikasi sebagai penyebab bronkitis akut

    adalah virus virus yang banyak terdapat di saluran pernapasan bawah yakni

    influenza B, influenza A, parainfluenza dan respiratory syncytial virus (RSV).

    Influenza sendiri merupakan virus yang timbul sekali dalam setahun dan

    menyebar secara cepat dalam suatu populasi. Gejala yang paling sering akibat

    infeksi virus influenza diantaranya adalah lemah, nyeri otot, batuk dan hidung

    tersumbat. Apabila penyakit influenza sudah mengenai hampir seluruh populasi di

    suatu daerah, maka gejala batuk serta demam dalam 48 jam pertama merupakanprediktor kuat seseorang terinfeksi virus influenza. RSV biasanya menyerang

    orang orang tua yang terutama mendiami panti jompo, pada anak kecil yang

    mendiami rumah yang sempit bersama keluarganya dan pada tempat penitipan

    anak. Gejala batuk biasanya lebih berat pada pasien dengan bronkitis akut akibat

    infeksi RSV (Zambon M, Stockton J, Clewley J, et al, 2009)

    Virus yang biasanya mengakibatkan infeksi saluran pernapasan atas

    seperti rhinovirus, adenovirus dapat juga mengakibatkan bronkitis akut. Gejala

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    25/51

    25

    yang dominan timbul akibat infeksi virus ini adalah hidung tersumbat, keluar

    sekret encer dari telinga (rhinorrhea) dan faringitis (Gonzales R, Sande M, 2008).

    Bakteri juga memerankan perannya dalam pada bronkitis akut, antara lain,Bordatella pertusis, bordatella parapertusis, Chlamydia pneumoniae dan

    Mycoplasma pneumoniae. Infeksi bakteri ini biasanya paling banyak terjadi di

    lingkungan kampus dan di lingkungan militer. Namun sampai saat ini, peranan

    infeksi bakteri dalam terjadinya bronkitis akut tanpa komplikasi masih belum

    pasti, karena biasanya ditemukan pula infeksi virus atau terjadi infeksi campuran

    (Sidney S. Braman, 2006).

    Pada kasus eksaserbasi akut dari bronkitis kronik, terdapat bukti klinis

    bahwa bakteribakteri seperti Streptococcus pneumoniae, Moraxella catarrhalis

    dan Haemophilus influenzae mempunyai peranan dalam timbulnya gejala batuk

    dan produksi sputum. Namun begitu, kasus eksaserbasi akut bronkitis kronik

    merupakan suatu kasus yang berbeda dengan bronkitis akut, karena ketiga bakteri

    tersebut dapat mendiami saluran pernapasan atas dan keberadaan mereka dalam

    sputum dapat berupa suatu koloni bakteri dan ini bukan merupakan tanda infeksi

    akut (Sidney S. Braman, 2006).

    Penyebab batuk pada bronkitis akut tanpa komplikasi bisa dari berbagai

    penyebab dan biasanya bermula akibat cedera pada mukosa bronkus. Pada

    keadaan normal, paru-paru memiliki kemampuan yang disebut mucocilliary

    defence, yaitu sistem penjagaan paru-paru yang dilakukan oleh mukus dan siliari.

    Pada pasien dengan bronkhitis akut, sistem mucocilliary defence paru-paru

    mengalami kerusakan sehingga lebih mudah terserang infeksi. Ketika infeksi

    timbul, akan terjadi pengeluaran mediator inflamasi yang mengakibatkan kelenjar

    mukus menjadi hipertropi dan hiperplasia (ukuran membesar dan jumlah

    bertambah) sehingga produksi mukus akan meningkat. Infeksi juga menyebabkan

    dinding bronkhial meradang, menebal (sering kali sampai dua kali ketebalan

    normal), dan mengeluarkan mukus kental. Adanya mukus kental dari dinding

    bronkhial dan mukus yang dihasilkan kelenjar mukus dalam jumlah banyak akan

    menghambat beberapa aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara besar.

    Mukus yang kental dan pembesaran bronkhus akan mengobstruksi jalan napas

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    26/51

    26

    terutama selama ekspirasi (Gambar 4) .Jalan napas selanjutnya mengalami kolaps

    dan udara terperangkap pada bagian distal dari paru-paru.. Pasien mengalami

    kekurangan 02, iaringan dan ratio ventilasi perfusi abnormal timbul, di mana

    terjadi penurunan PO2 Kerusakan ventilasi juga dapat meningkatkan nilai

    PCO,sehingga pasien terlihat sianosis (Melbye H, Kongerud J, Vorland L, 2009).

    Pada bronkitis akut akibat infeksi virus, pasien dapat mengalami reduksi

    nilai volume ekspirasi paksa dalam 1 detik (FEV1) yang reversibel. Sedangkan

    pada infeksi akibat bakteri M. pneumoniae atau C. Pneumoniae biasanya

    mempunyai nilai reduksi FEV1 yang lebih rendah serta nilai reversibilitas yang

    rendah pula (Melbye H, Kongerud J, Vorland L, 2009).

    Gambar 4. Patogenesis Bronkitis Akut

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    27/51

    27

    3.1.5 Manifestasi KlinisGejala utama bronkitis akut adalah batuk-batuk yang dapat berlangsung 2-

    3 minggu. Batuk bisa atau tanpa disertai dahak. Dahak dapat berwarna jernih,putih, kuning kehijauan, atau hijau. Selain batuk, bronkitis akut dapat disertai

    gejala berikut ini :

    Demam, Sesak napas, Bunyi napas mengi ataungik Rasa tidak nyaman di dada atau nyeri dada

    Bronkitis akut akibat virus biasanya mengikuti gejala gejala infeksi

    saluran respiratori seperti rhinitis dan faringitis. Batuk biasanya muncul 34 hari

    setelah rhinitis. Batuk pada mulanya keras dan kering, kemudian seringkali

    berkembang menjadi batuk lepas yang ringan dan produktif. Karena anakanak

    biasanya tidak membuang lendir tapi menelannya, maka dapat terjadi gejala

    muntah pada saat batuk keras dan memuncak. Pada anak yang lebih besar,

    keluhan utama dapat berupa produksi sputum dengan batuk serta nyeri dada pada

    keadaaan yang lebih berat.

    Karena bronchitis akut biasanya merupakan kondisi yang tidak berat dan

    dapat membaik sendiri, maka proses patologis yang terjadi masih belum diketahui

    secara jelasa karena kurangnya ketersediaanjaringan untuk pemeriksaan. Yang

    diketahui adalah adanya peningkatan aktivitas kelenjar mucus dan terjadinya

    deskuamasi sel sel epitel bersilia. Adanya infiltrasi leukosit PMN ke dalam

    dinding serta lumen saluran respiratori menyebabkan sekresi tampak purulen.

    Akan tetapi karena migrasi leukosit ini merupakan reaksi nonspesifik terhadap

    kerusakan jalan napas, maka sputum yang purulen tidak harus menunjukkan

    adanya superinfeksi bakteri.

    Pemeriksaan auskultasi dada biasanya tidak khas pada stadium awal.

    Seiring perkembangan dan progresivitas batuk, dapat terdengar berbagai macam

    ronki, suara napas yang berat dan kasar, wheezing ataupun suara kombinasi. Hasil

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    28/51

    28

    pemeriksaan radiologist biasanya normal atau didapatkan corakan bronchial. Pada

    umumnya gejala akan menghilang dalam 10 -14 hari. Bila tanda tanda klinis

    menetap hingga 2 3 minggu, perlu dicurigai adanya infeksi kronis. Selain itu

    dapat pula terjadi infeksi sekunder.

    TAMBAHAN: Sebagian besar terapi bronchitis akut viral bersifat

    suportif. Pada kenyataannya rhinitis dapat sembuh tanpa pengobatan sama sekali.

    Istirahat yang cukup, masukan cairan yang adekuat serta pemberian asetaminofen

    dalam keadaan demam bila perlu, sudah mencukupi untuk beberapa kasus.

    Antibiotik sebaiknya hanya digunakan bila dicurigai adanya infeksi bakteri atau

    telah dibuktikan dengan pemeriksaan penunjang lainnya. Pemberian antibiotik

    berdasarkan terapi empiris biasanya disesuaikan dengan usia, jenis organisme

    yang biasa menginfeksi dan sensitivitas di komunitas tersebut. Antibiotik juga

    telah dibuktikan tidak mencegah terjadinya infeksi bakteri sekunder, sehingga

    tidak ada tempatnya diberikan pada bronchitis akut viral.

    Bila ditemukan wheezing pada pemeriksaan fisik, dapat diberikan

    bronkodilator 2 agonist, tatapi diperlukan evaluasi yang seksama terhadap respon

    bronkus untuk mencegah pemberian bronkodilator yang berlebihan.

    Jumlah bronchitis akut bakterial lebih sedikit daripada bronchitis akut

    viral. Invasi bakteri ke bronkus merupakan infeksi sekunder setelah terjadi

    kerusakan permukaan mukoasa oleh infeksi virus sebelumnya. Sebagai contoh.,

    percobaan pada tikus, infeksi virus influenza menyebabkan deskuamasi luas epitel

    bersilia di trakea, sehingga bakteri seperi Pseudomonas aeruginosa yang

    seharusnya dapat tersapu dapat beradhesi di permukaan epitel.

    Hingga saat ini, bakteri penyebab bronchitis akut yang telah diketahui

    adalah Staphylococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae. Mycoplasma

    pneumoniaejuga dapat menyebabkan bronchitis akut, dengan karakteristik klinis

    yang tidak khas, dan biasanya terjadi pada anak berusia di atas 5 tahun atau

    remaja. Chlamydia sp pada bayi dapat menyebabkan trakeobronkitis akut dan

    penumonitis dan terapi pilihan yang dibeikan adalah eritromisin. Pada anak yang

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    29/51

    29

    berusia di atas 9 tahun dapat diberikan tertrasiklin. Untuk terapi efektif dapat

    diberikan eritromisin atau tertrasiklin untuk anakanak di atas usia 9 tahun

    Pada anak anak yang tidak diimunisasi, infeksi Bordatella pertusisdanCorynebacterium diphteriae dihubungkan dengan kejadian trakeobronkitis.

    Selama stadium kataral pertusis, gejalagejala infeksi respiratori lebih dominan,

    berupa rhinitis, konjungtivitis, demam sedang dan batuk. Pada stadium

    paroksismal, frekuensi dan keparahan batuk meningkat. Gejala khas berupa batuk

    kuat berturut turut dalam satu ekspirasi, yang diikuti dengan usaha keras dan

    mendadak untuk ekspirasi, sehingga menyebabkan timbulnya whoop. Batuk ini

    biasanya menghasilkan mukus yang kental dan lengket. Muntah pascabatuk

    (posttusve emesis) dapat juga terjadi pada stadium paroksismal.

    Hasil pemeriksaan laboratorium patologi menunjukkan adanya infiltrasi

    mukosa oleh limfosit dan leukosit PMN. Diagnosis dapat dipastikan dengan

    pemeriksaan klutur dan sekresi mukus. Pengobatan pertusis sebagian besar

    bersifat suportif. Pemberian eritromisin dapat mengusir kuman pertusis dari

    nasofaring dalam waktu 3 4 hari, sehingga mengurangi penyebaran penyakit.

    Pemberian selama 14 hari setelah awitan penyakit selanjutnya dapat

    menghentikan penyakit.

    Gejala bronkitis akut tidaklah spesifik dan menyerupai gejala infeksi

    saluran pernafasan lainnya. Oleh karena itu sebelum memikirkan bronkitis akut,

    perlu dipikirkan kemungkinan lainnya seperti pneumonia, common cold, asma

    akut, eksaserbasi akut bronkitis kronik dan PPOK (Sidney S. Braman, 2006).

    3.1.6

    Diagnosis

    Diagnosis dari bronkitis akut dapat ditegakkan bila; pada anamnesa pasien

    mempunyai gejala batuk yang timbul tiba tiba dengan atau tanpa sputum dan

    tanpa adanya bukti pasien menderita pneumonia, common cold, asma akut,

    eksaserbasi akut bronkitis kronik dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).

    Pada pemeriksaan fisik pada stadium awal biasanya tidak khas. Dapat ditemukan

    adanya demam, gejala rinitis sebagai manifestasi pengiring, atau faring hiperemis.

    Sejalan dengan perkembangan serta progresivitas batuk, pada auskultasi dada

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    30/51

    30

    dapat terdengar ronki, wheezing, ekspirium diperpanjang atau tanda obstruksi

    lainnya. Bila lendir banyak dan tidak terlalu lengket akan terdengar ronki basah.

    (Sidney S. Braman, 2006).

    Dalam suatu penelitian terdapat metode untuk menyingkirkan

    kemungkinan pneumonia pada pasien dengan batuk disertai dengan produksi

    sputum yang dicurigai menderita bronkitis akut, yang antara lain bila tidak

    ditemukan keadaan sebagai berikut:

    Denyut jantung > 100 kali per menit Frekuensi napas > 24 kali per menit Suhu > 38C Pada pemeriksaan fisik paru tidak terdapat focal konsolidasi dan

    peningkatan suara napas.

    Bila keadaan tersebut tidak ditemukan, kemungkinan pneumonia dapat

    disingkirkan dan dapat mengurangi kebutuhan untuk foto thorax (Sidney S.

    Braman, 2006).

    Tidak ada pemeriksaan penunjang yang memberikan hasil definitif untuk

    diagnosis bronkitis. Pemeriksaan kultur dahak diperlukan bila etiologi bronkitis

    harus ditemukan untuk kepentingan terapi. Hal ini biasanya diperlukan pada

    bronkitis kronis. Pada bronkitis akut pemeriksaan ini tidak berarti banyak karena

    sebagian besar penyebabnya adalah virus.Pemeriksaan radiologis biasanya normal

    atau tampak corakan bronkial meningkat. Pada beberapa penderita menunjukkan

    adanya penurunan ringan uji fungsi paru. Akan tetapi uji ini tidak perlu dilakukan

    pada penderita yang sebelumnya sehat. (Sidney S. Braman, 2006).

    3.1.7 Differensial Diagnosis

    Batuk dengan atau tanpa produksi sputum dapat dijumpai pada common

    cold. Common cold sendiri merupakan istilah konvensional dari infeksi saluran

    pernapasan atas yang ringan, gejalanya terdiri dari adanya sekret dari hidung,

    bersin, sakit tenggorok dan batuk serta bias juga dijumpai demam, nyeri otot dan

    lemas. Seringkali common cold dan bronkitis akut memiliki gejala yang sama dan

    sulit dibedakan. Batuk pada common cold merupakan akibat dari infeksi saluran

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    31/51

    31

    pernapasan atas yang disertai postnasal drip dan pasien biasanya sering berdeham.

    Batuk pada bronkitis akut disebabkan infeksi pada saluran pernapasan bawah

    yang dapat didahului oleh infeksi pada saluran pernapasan atas dan oleh sebab itu

    mempersulit penegakkan diagnosis penyakit ini. (Sidney S. Braman, 2006).

    Bronkitis akut juga sulit dibedakan dengan eksaserbasi akut bronkitis

    kronik dan asma akut dengan gejala batuk. Dalam suatu penelitian mengenai

    bronkitis akut, asma akut seringkali didiagnosa sebagai suatu bronkitis akut pada

    1/3 pasien yang datang dengan gejala batuk. Oleh karena kedua penyakit ini

    memiliki gejala yang serupa, maka satu satunya alat diagnostik adalah dengan

    mengevaluasi bronkitis akut tersebut, apakah merupakan suatu penyakit tersendiri

    atau merupakan awal dari penyakit kronik seperti asma. (Sidney S. Braman,

    2006).

    Bronkitis akut merupakan penyakit saluran pernapasan yang dapat sembuh

    sendiri dan bila batuk lebih dari 3 minggu maka diagnosis diferensial lainnya

    harus dipikirkan. Pasien dengan riwayat penyakit paru kronik sebelumnya seperti

    bronkitis kronik, PPOK dan bronkiektasis, pasien dengan gagal jantung dan

    dengan gangguan sistem imun seperti AIDS atau sedang dalam kemoterapi,

    merupakan kelompok yang beresiko tinggi terkena bronkitis akut dan dalam hal

    ini kelompok tersebut merupakan pengecualian. (Sidney S. Braman, 2006).

    3.1.8 Tatalaksana

    Suatu studi penelitian menyebutkan bahwa beberapa pasien dengan

    bronkitis akut sering mendapatkan terapi yang tidak tepat dan gejala batuk yang

    mereka derita seringkali berasal dari asma akut, eksaserbasi akut bronkitis kronik

    atau common cold. Beberapa penelitian menyebutkan terapi untuk bronkitis akut

    hanya untuk meringankan gejala klinis saja dan tidak perlu pemberian antibiotik

    dikarenakan penyakit ini disebabkan oleh virus (Sidney S. Braman, 2006).

    3.1.8.1 Pemberian antibiotik

    Beberapa studi menyebutkan, bahwa sekitar 65 80 % pasien dengan

    bronkitis akut menerima terapi antibiotik meskipun seperti telah diketahui bahwa

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    32/51

    32

    pemberian antibiotik sendiri tidak efektif (Linder J, Sim I, 2007). Pasien dengan

    usia tua paling sering menerima antibiotik dan sekitar sebagian dari mereka

    menerima terapi antibiotik dengan spektrum luas (Steinman M, Sauaia A, Masseli

    J, et al. 2006).Tren pemberian antibiotik spektrum luas juga dapat dijumpai di

    praktek dokterdokter pada umumnya (Steinman M, Landefeld C, Gonzales R,

    2008).

    Terdapat beberapa penelitian mengenai kegunaan antibiotik terhadap

    pengurangan lama batuk dan tingkat keparahan batuk pada bronkitis akut.

    Rangkuman penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 (Sidney S. Braman, 2006).

    Kesimpulan dari beberapa penelitian itu adalah pemberian antibiotik

    sebenarnya tidak bermanfaat pada bronkitis akut karena penyakit ini disebabkan

    oleh virus (GonzalesR, Brrtlett J, Besser R,et al, 2009). Dalam praktek dokter di

    klinik, banyak pasien dengan bronkitis akut yang minta diberikan antibiotik dan

    sebaiknya hal ini ditangani dengan memberikan penjelasan mengenai tidak

    perlunya penggunaan obat tersebut dan justru pemberian antibiotik yang

    berlebihan dapat meningkatkan kekebalan kuman (resistensi) terhadap antibiotik

    (Snow V, Mottur-Pilson C, Gonzales R, 2009).

    Namun begitu, penggunaan antibiotik diperlukan pada pasien bronkitis

    akut yang dicurigai atau telah dipastikan diakibatkan oleh infeksi bakteri pertusis

    atau seiring masa perjalanan penyakit terdapat perubahan warna sputum.

    Pengobatan dengan eritromisin (atau dengan trimetroprim/sulfametoksazol bila

    makrolid tidak dapat diberikan) dalam hal ini diperbolehkan. Pasien juga

    dianjurkan untuk dirawat dalam ruang isolasi selama 5 hari (Sidney S. Braman,

    2006).

    3.1.8.2 Bronkodilator

    Dalam suatu studi penelitian dari Cochrane, penggunaan bronkodilator

    tidak direkomendasikan sebagai terapi untuk bronkitis akut tanpa komplikasi.

    Ringkasan statistik dari penelitian Cochrane tidak menegaskan adanya

    keuntungan dari penggunaan -agonists oral maupun dalam mengurangi gejala

    batuk pada pasien dengan bronkhitis akut (Hueston WJ, 2008).

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    33/51

    33

    Namun, pada kelompok subgrup dari penelitian ini yakni pasien bronkhitis

    akut dengan gejala obstruksi saluran napas dan terdapat wheezing, penggunaan

    bronkodilator justru mempunyai nilai kegunaan.Efek samping dari penggunaan -

    agonists antara lain, tremor, gelisah dan tangan gemetar (Smucny J, Flynn C,

    Becker L, et al, 2007). Penggunaan antikolinergik oral untuk meringankan gejala

    batuk pada bronkitis akut sampai saat ini belum diteliti dan oleh karena itu tidak

    dianjurkan (Sidney S. Braman, 2006).

    3.1.8.3 Antitusif

    Penggunaan codein atau dekstrometorphan untuk mengurangi frekuensi

    batuk dan perburukannya pada pasien bronkitis akut sampai saat ini belum diteliti

    secara sistematis. Dikarenakan pada penelitian sebelumnya, penggunaan kedua

    obat tersebut terbukti efektif untuk mengurangi gejala batuk untuk pasien dengan

    bronkitis kronik, maka penggunaan pada bronkitis akut diperkirakan memiliki

    nilai kegunaan. Suatu penelitian mengenai penggunaan kedua obat tersebut untuk

    mengurangi gejala batuk pada common cold dan penyakit saluran napas akibat

    virus, menunjukkan hasil yang beragam dan tidak direkomendasikan untuk sering

    digunakan dalam praktek keseharian (Lee P, Jawad M, Eccles R, 2008)

    Namun, beberapa studi menunjukkan bahwa kedua obat ini juga efektif

    dalam menurunkan frekuensi batuk per harinya. Dalam suatu penelitian, sebanyak

    710 orang dewasa dengan infeksi saluran pernapasan atas dan gejala batuk, secara

    acak diberikan dosis tunggal 30 mg Dekstromethorpan hydrobromide atau

    placebo dan gejala batuk kemudian di analisa secara objektif menggunakan

    rekaman batuk secara berkelanjutan. Hasilnya menunjukkan bahwa batuk

    berkurang dalam periode 4 jam pengamatan (Pavesi L, Subburaj S, PorterShawK, 2009).

    Dikarenakan pada penelitian ini disebutkan bahwa gejala batuk lebih

    banyak berasal dari bronkitis akut, maka penggunaan antitusif sebagai terapi

    empiris untuk batuk pada bronkitis akut dapat digunakan (Sidney S. Braman,

    2006).

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    34/51

    34

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    35/51

    35

    Tabel 1.Ringkasan penelitian mengenai efek penggunaan antibiotik untuk gejala

    batuk pada pasien dengan bronkitis akut.

    3.1.8.4 Agen mukokinetik

    Penggunaan ekspektoran dan mukolitik belum memilki bukti klinis yang

    menguntungkan dalam pengobatan batuk pada bronkitis akut di beberapa

    penelitian, meskipun terbukti bahwa efek samping obat minimal (Sidney S.

    Braman, 2006).

    3.1.8.5 Lainlain

    Analgesik & antipiretik bila diperlukan dapat diberikan. Pada penderita,

    diperlukan istirahat dan asupan makanan yang cukup, kelembaban udara yang

    cukup serta masukan cairan ditingkatkan.

    3.1.9 PrognosisPerjalanan dan prognosis penyakit ini bergantung pada tatalaksana yang tepat

    atau mengatasi setiap penyakit yang mendasari. Komplikasi yang terjadi berasal

    dari penyakit yang mendasari.

    3.2 Massa Mediastinum

    Mediastinum merupakan bagian dari dada yang terikat dengan sternum,

    pada bagian depan, dengan tulang belakang torakal pada bagian belakang, dan

    dengan permukaan medial pleural viseral pada bagian lateral. Mediastinum dapat

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    36/51

    36

    dibagi menjadi mediastinum anterior (dibagian anterior perikardium),

    mediastinum tengah (jantung, akar aorta dan pembuluh darah pulmonal),

    mediastinum posterior (dibagian belakang posterior permukaan perikardium).

    Walaupun mediastinum dibagi menjadi beberapa kompartemen, massa dapat

    dengan bebas berpindah dari satu kompartemen ke kompartemen lain.

    3.2.1 Gambaran Radiologis

    Biasanya, adanya massa mediastinum diketahui dari film polos dada; film lateral

    mungkin dapat bermanfaat; evaluasi lebih lanjut dilakukan dengan CT/MRI untuk

    mengetahui lokasi anatomis. Adanya struktur berupa lesi kistik, kalsifikasi, lemak

    dan vaskular dapat dinilai dengan lebih akurat dibandingkan film polos.

    a. Massa mediastinum anterior (tiga T-iroid, timus dan teratodermoid)Terletak di atas jantung dan berisi timus dengan jaringan limfoid dan adiposa.

    Tiroid retrosternal: massa berbatas tegas dan mungkin berlobul. Perluasanke mediastinum terjadi dalam berbagai derajat hingga mencapai karina.

    Tumor timus : tumor ini dapat bersifat jinak atau ganas dan seringdisebabkan oleh miastenia gravis.

    Teratodermoid : tumor ini biasanya jinak namun berpotensi menjadiganas. Biasanya dapat terlihat lemak, kalsifikasi dibagian tepi, fragmen

    tulang dan gigi.

    b. Massa mediastinum mediusMediastinum yang berisi jantung, perikardium, aorta, trakea cabang bronkus

    utama dan limfonodus yang berhubungan.

    Limfadenopati : limfoma, metastasis, sarkoid, atau tuberkulosis.c. Massa mediastinum posterior

    Berada dibelakang jantung dan berisi esofagus, duktus torasikus, aorta

    desendens dan trunkus nervus otonom.

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    37/51

    37

    Tumor neurogenik yang berkembang dari saraf interkostal dan rataisimpatis.

    Neurofibroma (tumor yang dibungkus saraf) Ganglioneuroma (tumor sel saraf simpatis)

    Gambar . Kompartemen Mediastinum

    3.2.2 Mediastinum Anterior

    Pada sebagian besar anal-anak (tetapi tidak semua), masa mediastinum

    anterior yang simptomatik bersifat ganas.

    Tiroid Substernal

    Jaringan tiroid ektopik jarang ditemukan di mediastinum anterior. Gejala yangmunul dapat berupa gondok retrosternal.

    Pembesaran Timus

    Kelenjar timus terletak di mediastinum anterior superior, namun kadang

    dapat menempati seluruh mediastinum. Kelenjar timus adalah organ yang

    berlobus, antar lobus dipisahkan oleh septum jaringan ikat. Timus umumnya

    terdiri dari 2 lobus yang asimetris meskipun kadang-kadang dijumpai adanya

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    38/51

    38

    lobus yang lain. Timus merupakan salah satu organ limfoid. Timus terdiri dari

    korteks dan medula. Hyperplasia kelenjar timus merupakan kelainan yang paling

    sering dijumpai diantara kelainan kelenjar timus lain pada anak, seperti

    neoplasma, timoma, teratoma dan kista.

    Ukuran dan berat kelenjar timus normal bervariasi menurut umur. Kelenjar

    timus sudah terbentuk sempurna saat lahir dengan berat 10 gram. Berat ini akan

    terus meningkat sampai umur 2 tahun kemudian perkembangannya menetap

    (plateau),hanya meningkat saat terjadi lonjakan pertumbuhan yaitu usia 7-12

    tahun. Berat kelenjar timus dewasa mencapai 25 gram dan menempati area sekitar

    25cm. kelenjar timus berbentuk piramida pada usia muda dan dengan

    bertambahnya umur akan berbentuk huruf H. kelenjar timus berwarna merah

    muda pada usia muda karena kaya akan pembuluh darah dan berubah merah muda

    kekuningan dengan bertambahnya umur berkaitan dengan timbunan lemak.

    Hyperplasia timus dapat disebabkan baik karena thymic medullary

    hyperplasia atau follicular lymphoid hyperplasia. Penyebab hyperplasia timus

    belum diketahui dengan pasti, dibedakan menjadi idiopatik atau sekunder.

    Hyperplasia timus idiopatik (true thymic hyperplasia) merupakan kondisi yang

    jarang ditemukan, umumnya didapatkan pada usia muda dan tidak selalu

    berkaitan dengan penyakit imun. Hyperplasia timus sekunder dilaporkan sebagai

    efek rebound setelah terapi kanker, terapi steroid atau didapatkan pada fase

    pemulihan setelah menderita luka bakar (thermal burns) dan beberapa kelainan

    endokrin.

    Gambaran timus normal pada pemeriksaan radiologis sangat bervariasi

    dan harus dibedakan variasi normal atau kelainan partologis. Pada foto roentgen

    dada kelenjar timus akan tampak prominen pada bayoi baru lahir dan tetap tampak

    sampai usia 2-3 tahun. Sekitar 2% masih dapat terlihat sampai usia 4 tahun.

    Pembesaran kelenjar kea rah servikal sering didapatkan. Gambaran radiologis

    hyperplasia timus akan lebih jelas melalui pemeriksaan CT scan atau MRI.

    Manifestasi klinis hyperplasia timus tergantung pada ukuran dan letak

    timus, bervariasi dari asimptomatis sampai gejala akibat penekanan struktur

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    39/51

    39

    disekitarnya. Apabila ukuran timus besar dan terletak pada daerah superior

    thoracic inlet, dapat menekan trakea sehingga menyebabkan stidor. Umumnya

    dengan perubahan posisi yaitu posisi prone, suara stridor dapat berkurang dan

    bahkan dapat menghilang.

    Tatalaksana hyperplasia timus tergantung pada besarnya timus. Apabila

    pembesaran kelenjar tim maka diobservasi saja karena akan berkurang sesuai

    perkembangan umur. Namun bila menimbulkan gejala seperti stridor maka dapat

    diberikan kortikosteroid selama 5-7 hari. Dengan pemberian kortikosteroid,

    kelenjar timus akan mengecil. Namun setelah kortikosteroid dihentikan, kelenjar

    timus dapat membesar kembali tetapi ukurannya lebih kecil. Tindakan eksisi

    timus dapat dilakukan bila sumbatan jalan napas cukup mengganggu dan gagal

    dengan pemberian kortikosteroid.

    Prognosis hyperplasia timus umumnya baik. Apabila tidak memberikan

    respons terhadap pemberian kortikosteroid perlu dipikirkan kemungkinan

    neoplasma timus. Neoplasma kelenjar timus yang paling sering dijumpai adalah

    timoma. Timoma adalah tumor berkapsul yang berbeda dengan hyperplasia yang

    menyebabkan perubahan bentuk dari timus.

    Infark Cerebri pada Anak

    Iskemik pada anak disebabkan oleh penurunan aliran darah arteri akibat dari

    trombosis dan emboli. Penurunan aliran darah serebral mengakibatkan kerusakan

    otak berhubungan dengan tingkat metabolisme otak yang tinggi dan kekurangan

    energi dalam otak (Kaul, 2005). Pada iskemik berkurangnya aliran darah ke otak

    menyebabkan hipoksemia daerah regional otak dan menimbulkan reaksi-reaksi

    berantai yang berakhir dengan kematian sel-sel otak dan unsur-unsur

    pendukungnya (Misbach, 2007).

    Penyebab paling umum infark pada anak adalah penyakit jantung bawaan

    atau didapat. Menurut Canadian Pediatric Ischemic Stroke Registry, penyakit

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    40/51

    40

    jantung ditemukan pada 40 dari 228 (19%) dari anak dengan trombosis arteri.

    Banyak dari anak-anak ini sudah diketahui mempunyai penyakit jantung sebelum

    infark terjadi. Komplek anomali jantung yang melibatkan katup dan ruang jantung

    secara bersamaan merupakan masalah terbesar, tapi hampir semua lesi jantung

    kadang-kadang dapat menyebabkan infark yang dapat mengakibatkan stroke.

    Pada lesi sianotik dengan polisitemia dapat meningkatkan risiko baik trombosis

    maupun emboli (Roach, 2008).

    BAB IV

    Pembahasan

    Bronkitis Akut

    4.1 Anamnesa

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    41/51

    41

    Teori Fakta

    Definisi

    Bronkitis akut merupakan proses

    radang akut pada mukosa bronkus

    berserta cabang cabangnya yang

    disertai dengan gejala batuk dengan

    atau tanpa sputum yang dapat

    berlangsung < 2 minggu dan biasanya

    dapat sembuh sendiri.

    Etiologi

    Dapat disebabkan oleh :

    Infeksi virus : merupakan penyebabtersering (90%) influenza virus,

    parainfluenza virus, respiratory

    syncytial virus (RSV), adenovirus,

    coronavirus, rhinovirus, dan lain-

    lain.

    Infeksi bakteri : menyebabkansekitar (10%) Bordatella pertussis,

    Bordatella parapertussis,

    Haemophilus influenzae,

    Streptococcus pneumoniae, atau

    bakteri atipik (Mycoplasma

    pneumoniae, Chlamydia

    pneumonia, Legionella)

    Jamur Noninfeksi : polusi udara,

    rokok, dan lain-lain.

    Faktor Resiko : Alergi, cuaca, polusi

    Etiologi :

    Pasien tidur bersama orang tua dansaudaranya dengan menggunakan

    bantal kapuk.

    Ayah pasien adalah seorang perokok,tetapi tidak pernah merokok di depan

    anaknya, hanya setelah merokok

    sering mencium pasien.

    Tempat tinggal pasien dekat denganlokasi batu bara yang berjarak 2

    km.

    Faktor Resiko :

    Mempunyai faktor resiko riwayat alergi

    keluarga yaitu, jika udara atau cuaca

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    42/51

    42

    udara dan infeksi saluran napas atas

    dapat memudahkan terjadinya bronkitis

    akut.

    Manifestasi Klinis

    Gejala utama bronkitis akut adalah

    batuk-batuk yang dapat berlangsung 2-

    3 minggu. Batuk bisa atau tanpa

    disertai dahak. Dahak dapat berwarna

    jernih, putih, kuning kehijauan, atau

    hijau. Selain batuk, bronkitis akut dapat

    disertai gejala berikut ini :

    Demam Sesak napas, Bunyi napas mengi atau ngik Rasa tidak nyaman di dada atau

    nyeri dada

    Rhinitis

    panas, ibu pasien merasakan gatal-gatal

    dan muncul bintik-bintik kemerahan

    pada bagian lengan dan badan.

    Gejala

    Batuk kering pada saat dirawat diRS.

    Nafas berbunyi grok-grok saat pasientidur sejak 1 hari SMRS.

    Demam tiba-tiba yang tidak terlalutinggi sejak 3 hari SMRS (jumat

    pagi), dirasakan sepanjang hari, turun

    dengan pemberian obat paracetamol

    kemudian demam naik kembali.

    Tidak ada sesak nafas, Pilek (-)

    4.2 Pemeriksaan Fisik

    Teori Fakta

    Inspeksi

    Dapat ditemukan faring hiperemis,

    Inspeksi

    Faring tampak hiperemis, pergerakan

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    43/51

    43

    sebagai gejala penyerta.

    Palpasi dan Perkusi

    Biasanya tidak ditemukan adanya

    kelainan

    Auskultasi

    Pada auskultasi dada dapat terdengar

    ronki, wheezing, ekspirium

    diperpanjang atau tanda obstruksilainnya. Bila lendir banyak dan tidak

    terlalu lengket akan terdengar ronki

    basah

    dinding dada dan kiri tampak simetris,

    retraksi (-).

    Palpasi

    Fremitus raba dekstra sama dengan

    sinistra

    Perkusi

    Sonor di semua lapangan paru

    Auskultasi

    Terdengan ronkhi pada semua lapangan

    paru.

    4.3 Pemeriksaan Penunjang

    Teori Fakta

    Pemeriksaan Laboratorium

    Pemeriksaan darh rutin kurang

    bermakna karena umumnya jumlah

    leukosit normal.

    Pada pemeriksaan laboratorium

    patologi menunjukkan adanya infiltrasi

    mukosa oleh limfosit dan leukosit

    PMN.

    Pemeriksaan radiologis

    Pada foto rontgen biasanya didapatkan

    gambaran normal atau corakan

    bronkovakular yang meningkat.

    Pemeriksaan Laboratorium

    Darah lengkap :

    Leukosit (11 Maret 2013) : 9.600

    Leukosit (14 Maret 2013) : 11.680

    Pemeriksaan Radiologis

    Tampak infiltrate pada paru kanan dan

    corakan bronkovaskular yang

    meningkat

    Tampak adanya massa pada

    mediastinum anterior yang terlihat pada

    posisi foto lateral.

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    44/51

    44

    4.4 Penatalaksanaan

    Teori Fakta

    Sebagian besar terapi bronkitis akut

    viral bersifat suportif.

    Istirahat yang cukup kelembaban udara yang cukup masukan cairan yang adekuat serta pemberian asetaminofen dalam

    keadaan demam bila perlu.

    Antibiotik hanya digunakan bila

    dicurigai adanya infeksi bakteri atau

    telah dibuktikan dalam pemeriksaan

    penunjang lainnya. Pemberiaan

    antibiotic biasanya disesuaikan dengan

    terapi empiris.

    Obat penekan batuk sebaiknya tidak

    diberikan, karena batuk untuk

    mengeluarkan sputum.

    Bila ditemukan wheezing pada

    pemeriksaan fisik dapat diberikan

    brokodilator 2 agonis, tetapi diperlukan

    evaluasi yang seksama terhadap

    respons bronkus untuk mencegah

    oemberian brokodilator yang

    berlebihan.

    IVFD KAEN 4A 10 tpm Inj. Ampicillin 3 x 300 mg Paracetamol syr. 3x1/2 cth CTM 75 mg DMP 3 mg Efedrin 3,5 mg Salbutamol 75 mg

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    45/51

    45

    Massa Mediastinum

    Teori Fakta

    Definisi

    Mediastinum merupakan bagian dari

    dada yang terikat dengan sternum,

    pada bagian depan, dengan tulang

    belakang torakal pada bagian

    belakang, dan dengan permukaan

    medial pleural viseral pada bagian.

    Klasifikasi

    Mediastinum dapat dibagi menjadi

    Mediastinum anterior (dibagiananterior perikardium).

    Mediastinum tengah (jantung, akaraorta dan pembuluh darah

    pulmonal)

    Mediastinum posterior (dibagianbelakang posterior permukaan

    perikardium).

    Pada Foto Toraks Lateral tampak

    adanya pembesaran pada bagian

    mediastinum anterior.

    DD : Massa Timus

    CHD

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    46/51

    46

    Massa mediastinum anterior (tiga T-

    iroid, timus dan teratodermoid)

    Terletak di atas jantung dan berisi

    timus dengan jaringan limfoid dan

    adiposa.

    Tiroid retrosternal: massa berbatastegas dan mungkin berlobul.

    Perluasan ke mediastinum terjadi

    dalam berbagai derajat hingga

    mencapai karina.

    Tumor timus : tumor ini dapatbersifat jinak atau ganas dan sering

    disebabkan oleh miastenia gravis.

    Teratodermoid : tumor ini biasanyajinak namun berpotensi menjadi

    ganas. Biasanya dapat terlihat

    lemak, kalsifikasi dibagian tepi,

    fragmen tulang dan gigi

    Diagnosis

    Untuk menentukan penegakan massa

    mediastinum sesuai anatominya perlu

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    47/51

    47

    dilakukannya CT-Scan Toraks atau

    MRI

    Infark Cerebri

    Fakta Teori

    Iskemik pada anak disebabkan oleh

    penurunan aliran darah arteri akibat

    dari trombosis dan emboli.

    Pada iskemik berkurangnya aliran

    darah ke otak menyebabkan hipoksemia

    daerah regional otak dan menimbulkan

    reaksi-reaksi berantai yang berakhir

    dengan kematian sel-sel otak .

    Penyebab paling umum infark pada

    anak adalah penyakit jantung bawaan

    atau didapat.

    Setelah kejang 5 menit, beberapa jam

    kemudian pasien mengalami kelemahan

    pada tangan kanan.

    CT Scan kepala tanpa kontras irisan

    axial ;

    Kesimpulan : Curiga infark cerebri di

    periventrikular lateral corona radiata

    dextra

    Sistem ventrikular baik, mid line shift

    (-)

    Sulci dan gyri normal

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    48/51

    48

    BAB V

    Kesimpulan

    Bronkitis akut adalah proses inflamasi selintas yang mengenai trakea,

    bronkus utama dan menengah yang bermanifestasi sebagai batuk, serta biasanya

    akan membaik tanpa terapi dalam 2 minggu yang terutama disebabkan oleh virus

    dimana alergi, cuaca, polusi udara dan infeksi saluran napas atas juga dapat

    memudahkan terjadinya bronkitis akut. Adapun gejala bronkitis akut berupa

    batuk yang mulanya kering, setelah dua atau tiga hari, mulai berdahak dan

    menimbulkan suara adanya lendir dengan dahak yang bewarna kekuningan. Pada

    pemeriksaan auskultasi didapatkan ronki. Diperlukan diagnosa yang tepat agar

    penatalaksanaan dan pengobatannya tepat dan benar.

    Berdasarkan kasus yang didapat terdapat diagnosis lain yaitu massa pada

    mediastinum pada pemeriksaan foto toraks, untuk melihat kelainan anatomis yang

    terkena perlu dilakukan pemeriksaan penunjang tambahan yaitu CT-Scan atau

    MRI, dan pada pemeriksaan CT Scan ditemukan Infark pada daerah

    paraventrikular.

  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    49/51

    49

    Daftar Pustaka

    Boldy D, Skidmore S, Ayeres J. Acute bronchitis in the community: clinicalfeatures, infective factors, changes in pulmonary function and bronchial reactivity

    to histamine. Respir Med 1990; 84:377385.

    Fahy JV,Dickey BF. Review Artikel Airway Mucus Function and Dysfunction.

    New England of Jurnal Medicine. Vol 363. No.23. Dec 2, 2010. Diunduh dari

    www.nejm.orgpada tanggal 15 Maret 2013.

    Gonzales R, Sande M. Uncomplicated acute bronchitis. Ann Intern Med 2008;

    133: 981991

    GonzalesR, Brrtlett J, Besser R,et al. Principles of appropriate antibiotic use for

    treatment of uncomplicated acute bronchitis: background. Ann Intern Med 2009;

    134:521529

    Gonzales R, Wilson A, Crane L, et al. Whats in a name? Public knowledge,

    attitude and experiences with antibiotic use for acute bronchitis. Am J Med 2009;

    108:8385

    Hassan I. Bronchitis. Last update December,8 2006. Diunduh dari

    www.emedicine.com pada tanggal 15 maret 2013.

    Hueston WJ.Albuterol delivered by metered-dose inhaler to treat acute bronchitis.

    J Fam Pract. 2008; 39:437440.

    Jonsson J, Sigurdsson J, Kristonsson K, et al. Acute bronchitis in adults.How

    close do we come to its aetiology in generalpractice? Scand J Prim Health Care.

    2008; 15:156160

    http://www.nejm.org/http://www.nejm.org/http://www.nejm.org/
  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    50/51

    50

    Kaul S. Cerebrovascular Disease in Children. Indian Pediatrics 2005; 37: 159-171

    Tersedia dari:http://www.indianpediatrics.net/Mar2013/personal.htm

    Luhulima JW. Trachea dan Bronchus. Diktat Anatomi Systema Respiratorius.

    Bagian Anatomi FKUH. Makassar. 2004. hal 13-14.

    Lee P, Jawad M, Eccles R. Antitussive efficacy of dextromethorphan in cough

    associated with acute upper respiratory infection. J Pharm Pharmacol 2008;

    52:11391142.

    Linder J, Sim I. Antibiotic treatment of acute bronchitis in smokers. J Gen Intern

    Med 2007; 17:230234.

    Melbye H, Kongerud J, Vorland L. Reversible airflow limitation in adults with

    respiratory infection. Eur Respir J 2009 7:12391245

    Misbach J. Pandangan Umum Mengenai Stroke. Dalam: Al Rasyid, Soertidewi,

    editor. Unit Stroke: Manajemen Stroke Secara Komprehensif. Jakarta. Fakultas

    Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. h. 1-6.

    Pavesi L, Subburaj S, Porter Shaw K. Application and validation of a

    computerized cough acquisition system for objective monitoring of acute cough.

    Chest 2009; 120: 11211128.

    Roach ES, Veber GD, DeVeber G, Riela AR, Wiznitzer M. Recognition and

    Treatment of Stroke in Children. Child Neurology Society Ad Hoc Committee onStroke in Children. 2008 Tersedia dari:

    http://www.ninds.nih.gov/news_and_events/proceedings/stroke_proceedings/child

    neurology.htm

    Schappert S. Ambulatory care visits to physicians offices, Hospital out patient

    departments and emergency departments, United States, 2008. Hyattsville,MD:

    National Center for Health Statistics, 2008.

    http://www.indianpediatrics.net/Mar2013/personal.htmhttp://www.indianpediatrics.net/Mar2013/personal.htmhttp://www.indianpediatrics.net/Mar2013/personal.htmhttp://www.ninds.nih.gov/news_and_events/proceedings/stroke_proceedings/childneurology.htmhttp://www.ninds.nih.gov/news_and_events/proceedings/stroke_proceedings/childneurology.htmhttp://www.ninds.nih.gov/news_and_events/proceedings/stroke_proceedings/childneurology.htmhttp://www.ninds.nih.gov/news_and_events/proceedings/stroke_proceedings/childneurology.htmhttp://www.ninds.nih.gov/news_and_events/proceedings/stroke_proceedings/childneurology.htmhttp://www.indianpediatrics.net/Mar2013/personal.htm
  • 5/24/2018 Tutorial Kasus Pulmo

    51/51

    51

    Sidney S. Braman. Chronic Cough Due to Acute Bronchitis :ACCP Evidence-

    Based Clinical Practice Guidelines. Chest Journal. 2006;129;95S-103S.

    Smucny J, Flynn C, Becker L, et al. Beta 2- agonists for acute bronchitis.

    Cochrane Database Syst Rev (databaseonline). Issue 1, 2007.

    Snow V, Mottur-Pilson C, Gonzales R. Principles of appropriate antibiotic use for

    treatment of acute bronchitis in adults. Ann Intern Med 2009; 134:518520.

    Steinman M, Landefeld C, Gonzales R. Predictors of broad spectrum antibiotic

    prescribing for acute respiratory tract infections in adult primary care. JAMA

    2008; 289:719725.

    Steinman M, Sauaia A, Masseli J, et al.Office evaluation and treatment of elderly

    patients with acute bronchitis. J Am Geriatr Soc 2006; 52: 875879.

    Wilson LM. Patofisiologi (Proses-Proses Penyakit) Edisi enam. Editor Hartanto

    Huriawati, dkk. EGC. Jakarta 2006. hal 737-740.

    Armstrong G, Pinner R. Outpatient visits for infectious diseases in the United

    States:.ArchIntern Med 2009; 159: 25312536

    Zambon M, Stockton J, Clewley J, et al. Contribution of influenza and respiratory

    syncytial virus to community cases of influenza like illness: an observational

    study. Lancet 2009; 358:14101416.